desa inovatif dan mandiri kunci …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/desa...2 3 l ompatan...

7
DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI KEMAKMURAN BANGSA T otal Dana Desa Rp 257 triliun yang dikucurkan pemerintahan Presiden Joko Widodo merupakan dukungan negara kepada desa untuk mengoptimalkan SDA, SDM, dan sumber daya sosial politik. Peringatan Kemerdekaan RI yang ke-74 pada 17 Agustus, menjadi momen bagi perangkat desa, tenaga pendamping desa, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menggali ide-ide kreatif dan inovatif demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI

KEMAKMURAN BANGSA

T otal Dana Desa Rp 257 triliun yang dikucurkan pemerintahan Presiden Joko Widodo merupakan dukungan negara kepada desa untuk mengoptimalkan SDA, SDM, dan sumber daya sosial politik.

Peringatan Kemerdekaan RI yang ke-74 pada 17 Agustus, menjadi momen bagi perangkat desa, tenaga pendamping desa, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menggali ide-ide kreatif dan inovatif demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.

Page 2: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

2 3

Lompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa. UU Desa menawarkan pembaruan pendekatan dan strategi kebijakan pembangunan desa. Kehadiran UU Desa mengubah skema pembangunan nasional, yang semula berpusat di provinsi dan kabupaten, kini desa di pinggiran menjadi pusat pembangunan.

UU Desa mempunyai semangat demokrasi sosial, demokrasi politik, dan demokrasi ekonomi. Dalam perspektif demokrasi sosial, UU Desa menghadirkan negara ke desa berdasarkan semangat kegotong-royongan dan kebersamaan. Salah satu bentuk konkretnya, yakni mendekatkan alokasi anggaran pembangunan dari APBN ke desa yang disebut Dana Desa. Dana Desa adalah pengakuan negara atas hak desa dalam pembangunan nasional, yang anggarannya harus direalisasikan setiap tahun.

Komitmen Presiden Joko Widodo atas hak desa bisa dilihat dari alokasi Dana Desa dalam lima tahun terakhir. Pada 2015, pemerintah mengalokasikan Rp 20,67 triliun atau setiap desa menerima Dana Desa Rp 280,38 juta. Lalu, Dana Desa 2019 meningkat menjadi Rp 70 triliun sehingga setiap desa memperoleh Dana Desa sebesar Rp 933,9 juta, hampir Rp 1 miliar.

Apa dampak Dana Desa terhadap kesejahteraan masyarakat? Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pendapatan per kapita masyarakat desa meningkat 50 persen, dari Rp 572 ribu menjadi Rp 804 ribu dalam waktu empat tahun. Kemiskinan di pedesaan pun berkurang 1,2 juta orang. Dalam waktu tujuh tahun mendatang, jumlah penduduk miskin di desa diperkirakan akan lebih sedikit daripada di perkotaan.

Lalu, apakah pelaksanaan Dana Desa sudah bagus? Ada dua indikator untuk menilainya. Pertama, angka pengangguran terbuka di pedesaan 3,72 persen, lebih kecil dibanding di perkotaan yang mencapai 6,34 persen. Kedua, angka stunting (kekerdilan pada bayi karena gizi buruk) pun berkurang dari 37 persen di 2015 menjadi 30,8 persen di 2018. Jika dilakukan secara konsisten, dalam 10 tahun lagi Indonesia akan terbebas dari stunting.

Semua pihak bisa memberikan penilaian terhadap Dana Desa. Yang jelas berbagai pencapaian positif dari Dana Desa belum pernah terjadi dalam sejarah 74 tahun Indonesia merdeka. l Eko Putro Sandjojo Menteri Desa PDTT

Desa memiliki potensi ekonomi dan modalitas pembangunan nasional yang kaya. Hasil pemetaan Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), menunjukkan 336 desa memiliki potensi di bidang peternakan, 3.112 desa berpotensi di perikanan, dan 69.184 desa menyimpan potensi bidang pertanian. Berikutnya, potensi perkebunan ada di 20.034 desa dan 1.902 desa mempunyai potensi wisata. Selain itu, 1,8 juta komoditas UKM ada di desa.

Namun, apa arti potensi bila tata kelola pembangunan desa tak berkualitas, tata keuangan dan belanja APBDesa tidak berjalan efektif. Acemoglu dan Robinson (2014) dalam bukunya Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty mengingatkan kekayaan geografis suatu negara tidak menjamin negara tersebut meraih kemakmuran. Justru kunci keberhasilan negara mencapai kemakmuran pada

pengetahuan tata kelolanya.Untuk konteks desa, kuncinya yaitu tata

kelola pembangunan yang tidak menutup diri pada perubahan zaman.

Lalu, bagaimana caranya? Belajar pada Inggris, Jepang, dan Korea Selatan. Inggris di era 1600-an menemukan mesin uap sehingga produktivitas industri tekstil bergerak cepat.

Jepang yang mengirim ribuan anak mudanya belajar ke seluruh dunia setelah Perang Dunia II, kini tumbuh menjadi negara industri otomotif dunia. Derajat kemakmuran Korea Selatan juga bertambah keberhasilannya berinovasi di bidang otomotif dan elektronik.

Dari keberhasilan ketiga negara tersebut, kita dapat belajar manajemen pengetahuan berperan penting dalam pembangunan. Karena itu, Menteri Eko Putro Sandjojo, mengapresiasi Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) yang membesut Program Inovasi Desa (PID). Sejak PID diluncurkan pada 2017, masyarakat luas mengetahui daya inovasi desa-desa di Nusantara sebagus negara-negara maju.

Melalui metode Knowledge Management System (KMS), PID mampu mengangkat tata kelola pengetahuan pembangunan desa yang inovatif. Sebelumnya inovasi desa nyaris tertutup persepsi publik yang menyimpulkan kalau Dana Desa banyak diselewengkan. Saat ini penyalahgunaan Dana Desa relatif berkurang karena meningkatnya pengawasan masyarakat. Selain itu, juga berkat keterlibatan berbagai pihak seperti pendamping desa, kepolisian, kejaksaan, kementerian keuangan, kementerian dalam negeri, media massa, LSM, dan lain-lain. l

Menabur Gerakan Inovasi Desa Menuai Desa Mandiri

Mengoptimalkan Potensi Desa

Page 3: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

4 5

Menjelang perayaan kemerdekaan RI yang ke-74 ini, saya Eko Putro Sandjojo, mengajak Anda semua untuk

merayakan kemenangan desa dalam membangun Indonesia mulai dari mereka. Sekali lagi, PID memang tidak membawa misi bagi-bagi uang kepada desa, tetapi berusaha mengarusutamakan daya kreasi dan inovasi ke dalam kerangka kebijakan pembangunan desa.

Desa Silawan, NTT, Terbebas dari Kegelapan

Desa di beranda terdepan NKRI tepatnya perbatasan NKRI-Timor Leste sempat menyandang hidup tanpa listrik selama 72 tahun. Dulu sekitar 20 kepala keluarga di Dusun Halimuti dan Dusun Motabener belum menikmati listrik. Bila malam tiba, mereka hanya mengandalkan temaram berbahan bakar minyak tanah atau memakai lilin.

Ibu-ibu rumah tangga yang sebagian penenun tak bisa bekerja di malam hari,

anak-anak sekolah pun belajar dalam remangnya penerangan. Produktivitas ekonomi berbasis kain tenun di desa ini tergolong lambat dan ancaman angka putus sekolah tinggi.

Upaya melobi Pemerintah Kabupaten Belu berkali-kali tak kunjung membuahkan hasil. Akhirnya pada 2017, Pemerintah Desa Silawan atas persetujuan musyawarah desa, mengalokasikan Dana Desa untuk pengadaan instalasi listrik di rumah tangga miskin.

Kini, warga Halimuti dan Motabener dapat menikmati aliran listrik bervoltase 900 volt langsung dari PLN. Sekarang penduduk di sana bisa menikmati terangnya malam. Anak-anak sekolah dapat belajar di malam hari. Para pengrajin kain tenun ikat dan penganyam tikar pandan pun leluasa menenun di malam hari.

Secara ekonomi, jelas ini merupakan dampak positif dari program pengadaan listrik PLN bagi keluarga miskin tersebut. Dulu perempuan penenun kain tenun ikat dan tikar pandan rata-rata hanya mampu membuat dua helai kain di siang hari dan satu selendang dalam dua hari. Waktu pengerjaannya pun lebih cepat, maksimal empat hari.

Gebrakan Pemdes Silawan membangun instalasi listrik untuk keluarga miskin membangkitkan kepercayaan diri dan nasionalisme penduduk setempat. Kini, masyarakat bisa mengembangkan forum-forum warga seperti arisan, musyawarah dusun, sampai hajatan seperti temu warga kirim doa leluhur di malam hari. l

Salah satu program prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) adalah mendorong

pemanfaatan Dana Desa untuk membangun sarana prasarana olahraga desa. Dari banyak dokumen pembelajaran inovasi desa, ada satu cerita inovasi menarik di bidang ini. Pemerintah Desa Tri Gadu di Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, alih-alih membangun lapangan sepak bola, mereka melatih warganya membuat bola kaki berbahan dasar kulit.

Desa Tri Gadu paling awal mendirikan BUMDesa di Kabupaten Sambas pada 2016 dengan nama “Serba Usaha”. Unit usaha pertamanya, yaitu jasa penyeberangan Sungai Kapuas agar kegiatan sosial ekonomi warga berjalan lancar.

Mayoritas penduduk Tri Gadu bekerja di perkebunan karet, sahang, dan padi yang tergantung pada musim panen, sehingga penghasilan keluarga tak menentu. Para ibu rumah tangga di desa tersebut membantu suaminya di ladang setiap hari.

Untuk meningkatkan pendapatan ekonomi pedesaan, Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Kabupatan Sambas pernah mengadakan pelatihan pengemasan produk lokal berupa keripik pisang dan keripik pepaya. Namun, penjualan keripik

Desa Tri Gadunya di seputar desa itu saja, tidak mampu menembus pasar regional.

Belajar dari pelatihan sebelumnya, Kepala Desa Tri Gadu menggelar pelatihan membuat bola kaki berbahan kulit. Pada perencanaan 2017 untuk tahun anggaran 2018, musyawarah desa mengadakan program pelatihan pembuatan bola kulit. Dengan biaya Rp 24 juta dari APBDesa 2018, dua pelatih dari Madiun pelaku UMKM kerajinan bola kulit didatangkan untuk melatih sepuluh ibu rumah tangga pada 3 Oktober 2018.

Setelah mengikuti pelatihan selama sepuluh hari, mereka sudah terampil membuat bola kaki. Agar proses produksi bola kaki tetap berjalan, BUMDesa Serba Usaha menyediakan bahan baku dan bertugas memasarkan produk tersebut. Saat ini para pengrajin sedang mengerjakan pesanan bola kaki dari beberapa klub sepak bola dan SLTP di Sambas, seperti PS Sungai Palah, MTs Samustida di Teluk Keramat, MTs Sebataan di Sebawi dan MI setempat. Strategi pemasaran difokuskan pada klub-klub sepak bola, pemerintah desa, dan sekolahan se-Kabupaten Sambas. l

Tumbuhnya Benih Inovasi Desa dan Desa Mandiri

Wanita Desa Tri Gadu, Kalbar, Mahir Membuat Bola Kaki

Nama ProdukLama Proses Produksi

Sebelum ada Listrik Sesudah ada ListrikTenun Selendang 4 hari 2 hariKain tenun (tais) 7 hari (seminggu) 3-4 hari

Tikar pandan 7 hari (seminggu) 3-4 hariKoba (tempat sirih) 4 hari 2 hari

Page 4: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

6 7

Ratusan kegiatan ekonomi berbasis rumah tangga gulung tikar dan puluhan perusahaan swasta hengkang meninggalkan Sidoarjo.

Hal tersebut adalah dampak bencana semburan lumpur Lapindo. Salah satu desa yang merasakan dampak tersebut adalah Desa Plampahan di Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang.

Ketersediaan fasilitas dan akses pendidikan dasar yang rendah di Sampang, menyebabkan 80 persen warga Desa Plampahan berpendidikan dasar. Sebagian besar mereka menjadi buruh pabrik sepatu dan sandal di Sidoarjo.

Untuk mengantisipasi pengangguran, Pemerintah Desa Plampahan pada Agustus 2018 memfasilitasi pembentukan BUMDesa untuk produksi sepatu dan sandal. Pelatihan membuat sepatu dan sandal ini adalah rekomendasi musyawarah perencanaan pembangunan desa 2017 yang telah dimandatkan ke dalam APBDesa 2018. Sumber pembiayaan dari pos belanja Dana Desa sebesar Rp 51.727.272, ditambah Silpa (sisa lebih pembiayaan anggaran) 2017 sebesar Rp 3 juta. Produksi serta penjualan sandal dan sepatunya masih di sekitar Desa Plampahan.

Meski nilai produksi dan oplah penjualan sepatu dan sandal relatif rendah, perputaran

bisnisnya tetap berdampak positif. Dari tinjauan social benefit, kehadiran BUMDesa menjadi magnet penarik anak-anak muda korban PHK agar tetap produktif. Rohman, pekerja BUMDesa yang hanya lulusan SD, pernah bekerja sebagai penjual nasi goreng di Bogor pada 2015. Namun, karena lokasi jualannya dijual oleh pemiliknya, Rohman kembali ke desa. Usai mengikuti pelatihan bersama BUMDesa, Rohman dan tiga rekannya mampu membuat 30 pasang sandal dalam satu hari. Rohman pun mendapat upah Rp 300 ribu sepekan.

Dibandingkan perusahaan padat modal, daya ungkit ekonomi dan penyerapan BUMDesa Plampahan terhadap pengangguran, kalah jauh. Namun, apa yang dilakukan Desa Plampahan patut dicontoh desa-desa lainnya, yakni membangun pemberdayaan ekonomi desa. l

Sebagian besar penduduk Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Bengkulu Utara

di Provinsi Bengkulu menggantungkan hidupnya dari komoditas karet dan kelapa sawit.

Warga Desa Gardu, Kecamatan Arma Jaya, Bengkulu Utara, tak hanya menjual karet mentah. Melalui BUMDesa Gardu Jaya yang berdiri pada 2016, mereka membuat pabrik pengolahan blanket yang terbuat dari latek-latek (getah kental yang menggumpal menjadi emulsi). Biasanya di musim panen, latek terbuang di lahan perkebunan sehingga menjadi limbah.

BUMDesa Gardu Jaya melirik limbah latek yang bisa mencapai ribuan ton sebagai potensi ekonomi. Sejak 2016, Dana Desa dialokasikan untuk pengadaan mesin pembersih limbah dan mesin pres karet. Dalam satu hari, BUMDesa mampu memproduksi 1 ton blanket yang dijual ke beberapa perusahaan di Bengkulu dan Palembang. BUMDesa juga mengumpulkan dan memproduksi sampah-sampah yang dipisahkan dari karet menjadi media tanam (kompos).

Seperti halnya Desa Gardu, pelaku ekonomi Desa Silau Rakyat, di Kecamatan Sei Rampah, Sergei, mampu mengembangkan gula merah berbahan

dasar air pohon kelapa sawit yang memasuki fase replanting alias sudah tua. Pohon-pohon tua yang dibeli seharga Rp 70-an ribu per batang itu dirobohkan agar dapat menyadap airnya dengan mudah. Dalam hitungan hari, puluhan kilogram gula merah dapat diproduksi oleh 30 pengrajin. Umumnya para pengrajin gula ini adalah buruh perkebunan dan petani sawit mandiri.

Menteri Eko Putro Sandjojo mengatakan pengalaman desa-desa di Sergei ini dapat menjadi role model diversifikasi industri perkebunan sawit. Dilihat dari lahan peremajaan sawit seluas 185 ribu hektare, potensi produksi gula merah ini sangat besar. Perusahaan juga dapat mendukung upaya ini dengan menurunkan harga jual pohon sawit replanting atau memberinya secara gratis.

17 Agustus dan Kemerdekaan untuk Berinovasi

Menyimak berbagai cerita perubahan desa di atas, desa telah menunjukkan jati dirinya sebagai jutaan lilin di Nusantara yang mampu menopang kemajuan Indonesia. Jejaring pengetahuan dan tradisi antardesa untuk saling asah, asih, dan asuh telah tumbuh menjadi tradisi yang baik.

Momentum perayaan Kemerdekaan RI yang ke-74 pada 17 Agustus, kiranya bisa kita jadikan sebagai lentera pendaran cahaya. Kemerdekaan pada hakikatnya adalah terbebas dari anasir-anasir yang membelenggu kreativitas desa untuk berinovasi. Karena pemerintahan mendatang mengutamakan pendekatan inovasi, maka marilah desa-desa se-Nusantara dan segenap pegiat dan stakeholder bergandengan tangan untuk membangun negara dari desa dengan cara dan langkah yang inovatif. l

Memfasilitasi Korban PHK Melalui BUMDesa Plampahan, Madura

Manfaat yang Terbuang dari Sawit dan Karet

Page 5: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

8 9

Sabtu, 4 Agustus lalu, saya menghadiri Bursa Inovasi Desa (BID) dan meresmikan desa wisata Tatung di Ponorogo dengan unit usaha

unggulan wisata paralayang. Meminjam istilah K.H Makruf Amin, Desa Wisata disingkat Dewi.

Desa lain yang memiliki usaha sejenis adalah Desa Kutuh, Kabupaten Badung, yang terkenal dengan Pantai Pandawanya. Sebelumnya, wisata paralayang nampak mahal dan dimiliki pengusaha kakap, kini diusahakan dan dapat dinikmati wong desa. Desa Wisata Kutuh juga menyediakan asuransi keselamatan jiwa bagi pengunjungnya.

Para pengurus BUMDesa setempat memiliki ide membuat asuransi keselamatan mandiri setelah berulang kali menerima tawaran kerja sama sejumlah perusahaan asuransi jiwa swasta. Setelah mempelajari konsep dan prospek asuransi jiwa, BUMDesa Kutuh menerapkannya dalam kebijakan tata kelola desa wisata.

Selain sektor wisata, ada juga pengembangan desa digital, yang oleh K.H Makruf Amin disingkat “Dedi”. Desa Kutuh mengembangkan aplikasi sistem pendataan potensi desa berbasis geospatial information system (GIS), sistem administrasi desa dan kependudukan (SIADEK), dan sistem tanggap penduduk pendatang (SIGAP).

Desa Pabentengan, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, juga termasuk “Dedi”. Desa Pabentengan mengintegrasikan GIS dengan layanan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB). Dengan aplikasi tersebut, Pemerintah Desa Pabentengan dapat mengetahui warganya yang patuh membayar pajak. Ini juga membentengi warga desa dari ekspansi penguasaan lahan.

Penyebarluasan dan Lompatan Inovasi DesaDirektur Jenderal PPMD Kemendesa PDTT,

Taufik Madjid, pernah bercerita kepada saya tentang gebrakan penyebarluasan pembelajaran Program Inovasi Desa (PID) melalui BID, telah menyemai daya progresif pelaku usaha kecil di desa, petani, dan pelaku UMKM. Ada dua pengalaman inovatif. Pertama, produksi kunyit dan olahan pascapanen kunyit di Gampong Lam Teuba di Kabupaten Aceh Besar. Kedua, pengolahan bioetanol dari Desa Lowatag, Kecamatan Toulualaan, Kabupaten Minahasa Tenggara.

Catatan inovasi desa oleh tim PID (2018) diketahui usaha bioetanol di Desa Lowatag merupakan peralihan dari produksi minuman keras Cap Tikus yang banyak memakan korban jiwa. Keterampilan membuat minuman keras dan bioetanol merupakan ilmu yang diwariskan turun-temurun. Pelaku usaha bioetanol Desa Lowatag membangun kemitraan dagang dengan perusahaan farmasi sehingga pemasaran bioetanol mendapat kepastian.

Begitu juga pengalaman warga Gampong Lam Teuba yang dulunya petani ganja. Kini mereka beralih mengekstrak kunyit yang siap seduh untuk minuman dan powder kosmetik. Pemasaran produk kunyit bermerek Aslam ini dilakukan oleh Martha Tilaar, perusahaan kosmetik kelas dunia. l Anwar Sanusi Sekretaris Jenderal Kementerian Desa PDTT

Kata kunci dalam persaingan dunia saat ini adalah inovasi. Saya optimistis dengan kemampuan inovasi desa, kelak akan

membawa Indonesia dalam langgam daya saing ekonomi yang kuat.

Untuk menjaga ritme dan meningkatkan oktaf nada suara membangun desa, Kemendesa PDTT selaku mandataris UU Desa berkomitmen memfasilitasi transformasi desa menuju desa yang mandiri, sejahtera, dan demokratis. Ada tiga langkah yang disiapkan.

Pertama, menggali serta mengembalikan tata nilai luhur dan historis desa ke dalam kerangka hidup sosial kemasyarakatan dan kebijakan pembangunan desa. Contohnya, mempertemukan kembali secara kelembagaan antara desa petani agar hak petani dibela oleh negara melalui desa, menyimpulkan kembali tali hubungan kelembagaan adat dan keagamaan di desa dengan pemerintah desa sehingga terbangun perspektif yang sama, yakni membangun desa modern, tetapi tak meninggalkan jati diri desa.

Kedua, mendorong terbangunnya kelembagaan ekonomi desa yang inklusif sehingga mampu membangun dialektika ekonomi dengan pelaku ekonomi supradesa yang bersifat ekstraktif. Caranya memantapkan kemampuan desa dalam membaca potensi sumber dayanya dan merancang program strategis tanpa menanggalkan misi keberlanjutan generasi

mendatang. Tata kelola sumber daya desa yang inklusif sebagaimana telah ditunjukkan desa-desa inovasi (Desi) di atas perlu diadopsi.

Ketiga, untuk mempercepat laju daya saing dan membangun simultan gerakan inovasi desa di Nusantara, saya sangat setuju dengan konsep knowledge sharing yang dikenalkan PID. Untuk itu dibutuhkan energi strategi tambahan agar terjadi pelipatgandaan inovasi di banyak daerah. Caranya, yaitu membangun knowledge management system yang baik, misalnya mendigitalisasi inovasi desa untuk pengarsipan maupun leveraging pertukaran pengetahuan inovasi desa.

Pada akhirnya, tekad Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato visi Presiden terpilih beberapa waktu lalu yang mengarusutamakan inovasi sebagai pendekatan utama dalam pembangunan, saya kira menemukan semangat yang sama dengan UU Desa. Komitmen Presiden Joko Widodo merupakan dukungan kebijakan yang tepat karena menciptakan ekosistem kelembagaan yang kuat atas tumbuh kembangnya gerakan inovasi desa. Oleh karena itu, marilah kita jadikan momentum hari kemerdekaan RI yang ke-74 ini sebagai pelecut perubahan tradisi kita dari pola pembangunan regresif ke progresif, dari involusi ke inovatif. l Anwar Sanusi Sekretaris Jenderal Kementerian Desa PDTT

Menguatkan Jejaring dan Ekosistem “Dewi” dan “Dedi”

Mendukung Berseminya “Desi”

Page 6: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan

10

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menempatkan desa sebagai subyek pembangunan. Melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa, desa memperoleh alokasi Dana Desa dari APBN, yang jumlahnya mencapai Rp 257 triliun dalam lima tahun terakhir.

Kebijakan program prioritas penggunaan Dana Desa oleh Kementerian Desa PDTT seperti pembangunan embung desa, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, pengembangan produk unggulan desa, serta pembangunan sarana olahraga, diharapkan dapat mendorong tumbuhnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 

Untuk mengantisipasi perkembangan informasi digital dan tren dunia wisata, Kemendesa mendorong desa-desa di Tanah Air dengan “Dewi” (desa wisata) dan “Dedi” (desa digital), gagasan K.H Makruf Amin. “Dewi” berbasis teknologi informasi tersebar di Desa Ponggok di Klaten, Desa Pujon di Malang, Desa Kutuh di Bali, dan Desa Panggungharjo, Yogyakarta.

Kontribusi Program Inovasi Desa (PID) sangat menentukan dalam mendorong desa-desa menjadi inovatif. Festival Sindoro Sumbing bertajuk “Ngopi di Papringan” di Desa Ngadimulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, misalnya, menjadi destinasi wisata dan Pusat Studi Desa. Data IDM (indeks desa membangun) diharapkan selalu diperbarui berkala agar mencerminkan perkembangan pembangunan.

Tahun ini merupakan periode lima tahun pertama pemberlakuan UU Desa. Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD) Kemendesa PDTT RI, Taufik Madjid, mengatakan agar empat mandat dalam UU Desa harus terus diperkuat. Mandat tersebut, yakni peningkatan pelayanan publik di desa,

mengurangi angka kemiskinan, mengurangi ketimpangan sosial dan masyarakat desa menjadi subjek pembangunan.Bursa Inovasi Desa (BID) sebagai sarana penyebarluasan pembelajaran PID telah memasuki tahun ketiga. BID menjadi sebuah wadah pembelajaran antardesa yang terbesar di dunia karena melibatkan cukup banyak jumlah desa dan pesertanya. Penyelenggaraan BID diharapkan agar desa-desa lebih kreatif, inovatif, dan tidak berpikir konvensional, tetapi memunculkan ide-ide yang baru dan segar yang dapat direplikasi dan dimodifikasi oleh desa-desa lainnya. Saat ini tersedia 25.317 dokumen pembelajaran menu lokal dalam bentuk narasi dan video di kanal Youtube. Semua pembelajaran juga terdokumentasi di web: pi.ppmd.kemendesa.go.id l

PID Memompa Daya Inovasi Desa

Komitmen Replikasi Inovasi BID 2018

Replikasi Inovasi Prioritas Menteri Desa PDTT

10.943 8.819

32,53%

Desa Desa

Desa

Berkomitmen mereplikasi inovasi pembangunan bidang infrastruktur.

3.837DesaBerkomitmen di bidang pengembangan SDM.

Di bidang kewirausahaan dan ekonomi.

Untuk BUMDesa, Prukades dan Desa Wisata.

28,92%DesaRencana replikasi di bidang pengembangan PAUD, posyandu, dan pengurangan stunting.

Desa38,55%Di bidang sarana olahraga dan embung desa.

11

Page 7: DESA INOVATIF DAN MANDIRI KUNCI …dpmd.madina.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Desa...2 3 L ompatan sejarah inovasi dalam pembangunan desa di Indonesia salah satunya ditandai dengan