derivat minyak sawit
DESCRIPTION
DerivatTRANSCRIPT
SABUN
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri
dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan
sodium atau potasium.Karena kebanyakan kotoran yang menempel pada
permukaan berbentuk lapisan minyak tipis, sulit membuangnya kecuali bila
lapisan minyak tersebut diemulsikan dulu dengan air (Wilbrahami, 1992).
Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan gliserol dalam NaOH (minyak dipanaskan dengan NaOH) sampai
terhidolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan natrium ini dinamakan
sabun (Ketaren, 1996).
Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini ada bermacam-
macam diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun padat opaque (sabun
padat biasa), dan juga sabun padat transparan. Di pasaran, sabun padat lebih
sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, selain harganya lebih
ekonomis dibandingkan dengan sabun mandi jenis lain, kandungan gliserinnya
pun tidak banyak hilang. Kadar gliserin pada sabun umumnya berkisar antara 4-
20%. Biasanya sabun yang beredar dipasaran kandungan gliserinnya telah banyak
diambil untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan biodiesel, bahan
kosmetik, obat-obatan, dan pasta gigi. Gliserin atau gliserol (C3H5(OH)3)
merupakan hasil samping reaksi saponifikasi yaitu reaksi pembentukan sabun.
Fungsi dari gliserin pada sabun adalah untuk melembabkan kulit. Sabun berfungsi
untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya.
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau minyak menggunakan
larutan alkali dengan membebaskan gliserol. Lemak atau minyak yang digunakan
dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pembuatan sabun padat dari minyak kelapa tradisional dilakukan dengan
mencampurkan 50 ml minyak dengan 25 ml NaOH pada konsentrasi yang
divariasikan yaitu 10, 20, 30, dan 40 %. Pemanasan dilakukan pada suhu 70-80°C
dan diaduk selama 30 menit selanjutnya ditambahkan 1 gram tepung tapioka.
Hasil yang diperoleh di dalam tahapan ini adalah hubungan antara konsentrasi
NaOH dengan kualitas sabun padat. Penambahan konsentrasi NaOH
mempengaruhi berat sabun yang dihasilkan, berdasarkan hasil penelitian berat
sabun naik seiring bertambahnya konsentrasi NaOH yang digunakan pada
pembuatan sabun padat pada volume yang sama. Hal ini berarti semakin banyak
reaktan NaOH akan bereaksi dengan minyak untuk menghasilkan sabun (Maripa
dkk., 2011).
REFERENSI
Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Maripa, B. R., Kurniasih, dan Ahmadi. 2011. Pengaruh Konsentrasi NaOH
terhadap Kualitas Sabun Padat dari Minyak Kelapa (Cocos Nucifera) yang
Ditambahkan Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Mataram : FPMIPA IKIP
Mataram.
Wilbrahami, A. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB.
LOTION
Lotion adalah Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan
sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan
bahan pensuspensi yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok.
Lotion dapat diaplikasikan tanpa friksi dan tidak diaplikasikan pada mucus
membrane. Lotion juga mempunyai keuntungan dapat menyebar lebih tipis
dibandingkan krim atau salep dan menutup permukaan kulit lebih luas
(Shintaningsih, 2007).
Pembuatan lotion Virgin Coconut Oil dimulai dengan mencampurkan
bahan-bahan sesuai dengan fasenya. Ada dua fase berbeda yang tidak saling
campur pada formula lotion Virgin Coconut Oil, yaitu fase air dan fase minyak.
Yang termasuk fase air antara lain : aquadest, gliserin, trietanolamin, dan nipagin.
Sedangkan yang termasuk fase minyak antara lain : Virgin Coconut Oil, asam
stearat, dan minyak melati. Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke
fase air dengan emulsifying agent polysorbate 80 dan cetyl alcohol untuk
membentuk emulsi bertipe M/A (Shintaningsih, 2007).
Cetyl alcohol dan asam stearat dalam sediaan lotion Virgin Coconut Oil
berfungsi sebagai thikening agent yang menjaga stabilitas dengan mengentalkan
fase air (fase luar). Asam stearat dapat menyebabkan iritasi karena sifatnya yang
asam. Untuk mengatasinya, ditambahkan trietanolamin yang bersifat basa.
Gliserin yang bersifat higroskopis berfungsi mencegah penguapan air dari lotion
sehingga viskositasnya tidak semakin besar. Untuk mempertahankan stabilitas
biologis, pertumbuhan jamur pada lotion perlu dicegah. Nipagin (metil paraben)
ditambahkan ke lotion untuk mencegah pertumbuhan jamur dan mikroorganisme
lainnya (Shintaningsih, 2007).
Efek mosturizer dari sediaan ini diduga disebabkan adanya asam-asam
lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak tak jenuh pada VCO. Tidak semua
asam lemak yang terkandung dalam VCO bertanggungjawab pada efek
moisturizer, namun hanya asam kaprat (C10), asam laurat (C12), asam miristat
(C14), asam oleat (C18-1), asam linoleat (C18-2), dan asam linolenat (C18-3).
Asam-asam lemak tersebut akan bertindak seperti sebum yang mempertahankan
kelembapan kulit dengan mengurangi penguapan air pada kulit, VCO juga
membantu menghaluskan bagian kulit yang kasar karena kurangnya kelembapan
pada kulit (Shintaningsih, 2007).
REFERENSI
Shintaningsih, Lucia. 2007. Optimasi Komposisi Polysorbate 80 & Cetyl Alcohol
sebagai Emulsifying Agent dalam Lotion Virgin Coconut Oil dengan
Aplikasi Desain Faktorial. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
LIP BALM
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tata rias wajah. Pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti
cairan, krayon, dan krim. Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam
bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila
pengemasan dilakukan dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang
memerlukan bantuan pensil warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir.
Sebenarnya lipstik adalah juga lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk
memudahkan pemakaian dan hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip
crayon biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan
kompak. (Wasitaatmadja, 1997).
Adapun bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut : (1) Lilin,
,misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beewax, candellila wax,
spermaceti, ceeresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik (2) Minyak, fase
minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan
zat-zat eosin. Misalnya minyak castrol, tetrahydrofurfuril alcohol, fatty acid
alkylolamides, dihydric alcohol, beserta monoethers dan monofatty acid esternya,
isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil. (3) Lemak,
misalnya krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya
hydrogenated castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Cara pembuatan lipbalm menurut (Risnawati dkk., 2012) yaitu nipagin
dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak kental dari biji
coklat kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin tersebut,
butil hidroksitoluen (BHT) yang telah digerus dilarutkan dalam oleum ricini.
Kemudian ditambahkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen
glikol, kemudian diaduk hingga homogen (campuran A). Ditimbang cera alba,
carnauba wax, lanolin, vaselin alba dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan
penguap, kemudian dileburkan di atas penangas air (campuran B). Kemudian
campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan sambil
dipanaskan. Lalu ditambahkan tween 80 dan minyak rosa, aduk hingga homogen.
Selagi cair, dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku.
Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah.
REFERENSI
Risnawati, Nazliniwaty, dan Purba, D. 2012. Formulasi Lipstik Menggunakan
Ekstrak Biji Coklat (Theobroma cacao L.) Sebagai Pewarna. Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 78 – 86. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Tranggono, R.I. dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta: Penerbit
Pustaka Utama.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press.