departemen proteksi tanama1

32
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang  Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Di Indonesia, kubis sering uaga disebut sebagai kol. Tanaman kubis (Brassicae oleraceae) termasuk family Cruciferae, Klas Dicotyledoneae, Subdivisi Angiospermae dan Divisi Embriophyta (Pracaya, 2 001). Kubis sebagai sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan. Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu  pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang air besar. Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang di Indonesia  banyak ditanam di daerah pegunungan, dengan ke tinggian ±800 m di atas permukaan laut (dpl) dan mempunyai penyebaran hujan yang cukup setiap tahunnya. Sebagian kubis tumbuh baik  pada ketinggian 100-200 m dpl, tetapi jumlah varietasnya tidak banyak dan tidak dapat menghasilkan biji. Pada daerah yang ketinggiannya di bawah 100 m, tanaman kubis tumbuh kurang baik. (Permadi dan Sastrosiswojo, 1993). Pada umumnya kubis ditanam dengan pola tanam secara monokultur atau tumpangsari. Waktu tanam kubis yang paling baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Meskipun demikian, kubis dapat ditanam sepanjang musim atau tahun asalkan kebutuhan airnya terpenuhi. Cara budidaya tanaman kubis adalah pengolahan tanah atau pembersihan gulma, penyulaman,  pemupukan, pemanenan, dan pergiliran tanaman (Rukmana, 1994). Secara umum, semua jenis kubis dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai jenis tanah. namun demikian, kubis akan tumbuh optimum bila ditanam pada tanah yang kaya akan bahan organik. Kecuali itu, dalam hidupnya kubis memerlukan air yang cukup, tetapi tidak boleh  berlebihan. Artinya tanaman kubis akan mati bila kekurangan atau kelebihan air.

Upload: ridho-fadli-wijaya

Post on 14-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    1/32

    DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2010

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Di Indonesia, kubis sering uaga

    disebut sebagai kol. Tanaman kubis (Brassicae oleraceae) termasuk family Cruciferae, Klas

    Dicotyledoneae, Subdivisi Angiospermae dan Divisi Embriophyta (Pracaya, 2001). Kubis

    sebagai sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan. Kubis banyak mengandung vitamin

    dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu

    pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan

    memperlancar buang air besar. Tanaman kubis merupakan tanaman semusim yang di Indonesia

    banyak ditanam di daerah pegunungan, dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut (dpl)

    dan mempunyai penyebaran hujan yang cukup setiap tahunnya. Sebagian kubis tumbuh baik

    pada ketinggian 100-200 m dpl, tetapi jumlah varietasnya tidak banyak dan tidak dapat

    menghasilkan biji. Pada daerah yang

    ketinggiannya di bawah 100 m, tanaman kubis tumbuh kurang baik. (Permadi dan Sastrosiswojo,

    1993).

    Pada umumnya kubis ditanam dengan pola tanam secara monokultur atau tumpangsari. Waktu

    tanam kubis yang paling baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau.

    Meskipun demikian, kubis dapat ditanam sepanjang musim atau tahun asalkan kebutuhan airnya

    terpenuhi.

    Cara budidaya tanaman kubis adalah pengolahan tanah atau pembersihan gulma, penyulaman,

    pemupukan, pemanenan, dan pergiliran tanaman (Rukmana, 1994).

    Secara umum, semua jenis kubis dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai jenis tanah.

    namun demikian, kubis akan tumbuh optimum bila ditanam pada tanah yang kaya akan bahan

    organik. Kecuali itu, dalam hidupnya kubis memerlukan air yang cukup, tetapi tidak boleh

    berlebihan. Artinya tanaman kubis akan mati bila kekurangan atau kelebihan air.

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    2/32

    Realita yang ada, tidak semua petani di sentra pertanaman kubis menanam kubis. Keengganan

    petani menanam kubis dipicu leh alasan klasik, takut terserang hama dan penyakit. Tanaman

    kubis yang akan tumbuh baik pada kelembaban yang cukup tinggi (60-69%) dan suhu cukup

    rendah memang dapat memunculkan berbagai penyakit, terutama bakteri dan cendawan. Kedua

    patogen inilah yang merupakan patogen utama pada kubis (Pracaya, 2001).

    Kerugian yang dapat ditimbulakan oleh penyakit kubis sangat besar nilainya. Terkadang

    serangannya sangat hebat sehingga terjadi gagal panen. Oleh sebab itu pengetahuan mengenali

    penyakit-penyakit pada kubis, gejala, dan cara pengendaliannya sangat penting. Pengetahuan ini

    khususnya penting diketahui oleh petani kubis atau petani yang tinggal di daerah yang cocok

    untuk pertumbuhan kubis agar mereka tetap mau menanam kubis dan paham cara pengendalian

    penyakitnya.

    1.2. Tujuan

    1. Mengetahui penyakit-penyakit yang

    menyerang tanaman kubis dan patogen penyebab penyakit tersebut.

    2. Mengetahui gejala dari berbagai penyakit pada tanaman kubis

    3. Mamahami siklus penyakit dari pathogen penyebab penyakit pada tanaman kubis.

    4. Mampu menganalis strategi pengendalian yang tepat untuk mencegah terjadinya atau

    berkembangnya penyakit-penyakit pada tanaman kubis.

    BAB 2. ISI

    2.1. Akar Gada

    Clubroot atau Akar Gada merupakan penyakit terpenting pada tanaman kubis-kubisan yang

    disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae.

    Penyakit ini menyebar merata diseluruh areal pertanaman kubis di seluruh dunia khususnya di

    Eropa dan Amerika Utara. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah dataran rendah dan

    dataran tinggi. Hampir seluruh tanaman kubis- kubisan misalnya kubis, sawi putih, dan brussels

    sprout sangat rentan terkena akar gada.

    a. Penyebab Penyakit

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    3/32

    Akar gada menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman rentan tumbuh pada tanah yang

    terifeksi. Hal ini disebabkan patogen yang menginfeksi tanah ini tetap menjadi saprofit

    pada tanah sehingga kubis-kubisan kurang cocok lagi untuk dibudidayakan di tempat tersebut

    (Agrios, 2005).

    Plasmodiophora brassicae yang menyerang kubisini termasuk dalam kelas

    asmodiophoromycetes. Fase somatiknya berupa plasmodium. Plasmodium tumbuh menjadi

    zoosporangium atau spora rehat. Pada saat perkecambahan, patogen ini membentuk

    zoozpora yang dapat berasal dari spora rehat. Zoospora tunggal dari spora rehat kemudian

    memenetrasi akar inang dan tumbuh menjadi plasmodium. Setelah beberapa hari, plasmodium

    membelah menjadi beberapa multinukleat yang dibungkus oleh membran sehingga sel-sel akar

    akan bertambah besar. Masing-masing bagian tumbuh menjadi zoosporangium. Setiap

    zoosporangium terdiri dari empat hingga delapan zoospora yang segera dilepaskan melalui pori-

    pori pada dinding sel tanaman inang. Beberapa dari zoospora kemudian bersatu untuk

    memproduksi zigot diploid yang dapat menyebabkan infeksi baru dan plasmodium baru.

    Zigot ini terdiri dari nucleus yang dikaryotik. Selanjutnya nukleus ini mangalami fusi

    (karyogami) yang diikuti meiosis. Akhirnya plasmodium menjadi spora rehat yang akan

    disebarkan ke tanah dan dapat menginfeksi tanaman selanjutnya. Siklus dari patogen ini dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 1. Siklus hidup Plasmodiophora brassicae

    (Sumber: Campbell, 2000)

    b. Gejala Penyakit

    Gejala yang khas pada tanaman yang terifeksi Plasmodiophora brassicae adalah pembesaran akar

    halus dan akar sekunder yang membentuk seperti gada. Bentuk gadanya melebar di tengah dan

    menyempit di ujung. Akar yang telah terserang tidak dapat menyerap nutrisi dan air dari tanah

    sehingga tanaman menjadi kerdil dan layu jika air yang diberikan untuk tanaman agak sedikit.

    Bagian bawah tanaman menjadi kekuningan pada tingkat lanjut serangan penyakit. Spora dapat

    bertahan di tanah selama 10 tahun, dan bisa juga terdapat pada rumput-rumputan.

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    4/32

    Gambar 2a . Gejala pada akar Gambar 2b. Gejala di permukaan tanah

    (Sumber: Arismansyah, 2010).

    Penyakit ini bisa menyebar melalui tanah, dalam air tanah, ataupun dari tanaman yang sudah

    terkena. Gejala pada permukaan atas tanah dapat dilihat dengan menguningnya daun. Layu

    pada siang hari dan akan segar kembali pada malam hari (gambar 2b). Tanaman akan kelihatan

    kerdil, tanaman muda yang terserang akan dengan cepat mati sedangkan tanaman tua dapat

    bertahan hidup namun tidak dapat menghasilkan krop yang dapat dipasarkan.

    c. Kondisi yang Mendukung Perkembangan

    Penyakit

    Penyakit akar gada berkembang dengan baik pada pH tanah 5,7. Menurun dengan drastis pada

    pH tanah 5,8-6,2 dan gagal berkembang pada pH 7,8. Perkecambahan spora terjadi pada pH

    5,7-7,5 dan tidak akan berkecambah pada pH 8. Tetapi pH tanah yang rendah tidak menjamin

    terjadinya infeksi untuk semua kejadian. Kisaran temperatur yang optimum untuk bagi

    perkembangan P. brassicae adalah 17,8-25 oC dengan temperature minium 12,2-27,2 oC.

    Kelembaban optimum selama 18-24 jam mengakibatkan perkecambahan dan penetrasi

    pathogen ke dalam inang kubis kemudian infeksi hanya terjadi jika kelembaban tanah di atas 45%

    dan kelembaban di atas 50 % akan menyebabkan penyakit bertambah cepat. Kelembaban tanah

    di bawah 4 % dapat menyebabkan terhambatnya infeksi. Kelembaban yang tinggi dapat

    disebakan dengan meningkatnya curah hujan. Intensitas cahaya sangat berpengaruh pula

    terhadap perkembangan penyakit. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan serangan pathogen

    akan menurun, sebaliknya intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan berkembangnya

    patogen dengan cepat sehingga penyakit akibat serangan patogen juga semakin besar.

    Jumlah spora rehat akan menentukan tingkat infeksi pada inang. Susensi yang mengandung

    paling sedikit 106-108 sel spora setiap ml sangat efektif untuk mengadakan infeksi. Disamping

    itu, kondisi inang turut mempengaruhi perkembangan P.brassicae, seperti kisaran inang,inang

    yang rentan, dan morfologi dari sistem perakaran serta peran mikroba yang lain. d. Siklus

    Penyakit

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    5/32

    Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut. Plasmodium

    yang berkembang dari zoospora sekunder memenetrasi jaringan akar muda secara langsung. Hal

    ini dapat mempertebal akar dan batang luka yang terletak di bawah tanah. Setelah itu,

    plasmodium menyebar ke sel kotikal hingga ke kambium. Setelah seluruh cambium terserang,

    plasmodium kemudian menyebar ke korteks kemudian ke xilem. Patogen ini kemudianberkelompok membentuk gelendong yang meluas dan berangsur-angsur menyebar. Jumlah sel

    kemudian bertambah banyak dan membesar. Infeksi ini dapat menyebabkan sel 5-12 kali lebih

    besar dari sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berkembang abnormal ini dapat menjadi stimulus

    bagi patogen untuk menyebar lebih cepat dan bahkan dapat menyebabkan sel yang awalnya

    tidak terifeksi menjadi terifeksi. Sel yang tumbuh abnormal ini dapat digunakan oleh

    plasmodium sebagai sumber makanannya. Skema perkembangan penyakit akar gada dapat

    dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 3. Siklus penyakit akar gada (Agrios, 2005)

    Infeksi oleh plasmodium tidak hanya menyebabkan terjadinya pertumbuhan abnormal pada

    tanaman tetapi juga dapat menyebabkan terhambatnya absorbsi dan translokasi air dan nutrisi

    dari dan menuju akar. Hal ini menyebabkan tanaman kerdil san layu secara perlahan-lahan.

    Lebih lanjut lagi, pertumbuhan yang cepat dan sel yag membesar dapat menyebabkan tidak

    terbentuknya jaringan gabus dan dapat menyebabkan kemudahan bagi mikroorganisme lain

    untuk menginfeksi tanaman.

    e. Strategi Pengendalian

    Penyakit ini memiliki berbagai bentuk gejala serangan sehingga mendorong untuk memuliakan

    tanaman yang tahan terhadap penyakit ini. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan

    bibit yang bebas hama dan penyakit. Pergiliran tanaman kurang sesuai diterapkan untuk kasus

    ini karena sporanya dapat bertahan lama serta gulma yang dapat menyebabkan penyakit ini.

    Pengapuran tanah untuk meningkatkan pH menjadi 7.2 sangat efektif untuk mengurangi

    perkembangan penyakit. Penyiraman fungisida Promefon 250EC pada lubang tanam yang

    dicampur dengan air saat tanam juga dapat mengurangi perkembangan penyakit. Tanaman

    yang tahan haruslah diuji di beberapa lokasi karena jenis serangannya yang berbeda-beda di

    setiap lokasi (Arismansyah, 2010). Selain itu, penggunaan tanaman perangkap dan perlakuan

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    6/32

    tanah pembibitan dengan teknik solarisasi juga teruji mengurangi penyakit dan meningkatkan

    hasil panen (Cicu, 2002).

    2.2. Bercak Daun Alternaria

    Bercak daun alternaria merupakan penyakit yang sering ditemukan pada berbagai jenis tanaman

    di seluruh dunia diantaranya kubis, tomat, kentang, kacang tanah, tembakau, geranium, apel,

    bawang, jeruk lemon, dll. Khusus untuk Alternaria pada kubis yang disebabkan oleh A.

    brassicae, pathogen ini sangat banyak tersebar di belahan bumi utara. Patogen ini sangat

    dipengaruhi oleh cuaca dengan penyakit tertinggi yang dilaporkan dalam kondisi musim hujan

    dan di daerah dengan curah hujan relatif tinggi (Agrios,2005).

    a. Penyebab Penyakit

    Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua memproduksi

    konidiofor pendek, sederhana, dan tegak yang dapat menopang konidia. Konidia dari dari

    Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang, multiselular, dan mempunyai sekat melintang dan

    membujur. Konidifor dari Alternaria. Brassicae menghasilkan spora aseksual (konidia) dengan

    panjang rata-rata antara 160-200 m. Sporulasiterjadi (in vitro) antara suhu 8 sampai 24 oC

    dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah 14 sampai 24 jam.

    b. Gejala Penyakit

    Alternaria brassicae dapat mempengaruhi spesies inang pada semua tahap pertumbuhan,

    termasuk biji. Gejala yang ditimbulkan sering terjadi pada daun yang lebih tua, karena mereka

    lebih dekat dengan tanah dan lebih mudah terinfeksi sebagai akibat dari percikan hujan atau

    hujan ditiup angin. Akhir infeksi, atau infeksi daun yang lebih tua, tidak mengurangi

    karakteristik krop, dan dapat dikontrol melalui penghapusan intensif daun terinfeksi. Serangan

    pada tanaman di persemaian dapat mengakibatkan damping off atau tanaman kerdil. Bentuk

    bercak daun sangat beragam ukurannya dari sebesar lubang jarum hingga yang berdiameter 5

    cm. Umumnya serangan dimulai dengan adanya bercak kecil pada daun yang membesar hingga

    kurang lebih berdiamter 1,5 cm dan berwarna gelap dengan lingkaran konsentris. Gejala ini

    sering disebut dengan browning. Pada kondisi cuaca yang lembab tampak bulu-bulu halus

    kebiruan di pusat bercak yang bercak tersebut sering terdapat cincin-cincin sepusat.

    Gambar 4a. Gejala pada daun. Gambar 4b.

    Mikroskopis A. brassicae (Sumber: Anonim, 2008)

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    7/32

    c. Kondisi yang Mendukung Perkembangan

    Penyakit

    Angin yang sering timbul saat hujan dapat memperparah serangan penyakit. Alternaria brassicae

    penyebab bercak daun pada kubis- kubisan ini dapat menyebar cepat dengan

    bantuan angin. Serangan semakin parah bila cuaca lembap dan suhu antara 2530oC.

    Temperatur optimum adalah antara 16 dan 24 oC dimana waktu sporulasi hanya berkisar antara

    12 sampai 14 jam. Kelembaban pada kondisi hujan, embun, atau kelembaban yang tinggi sangat

    penting untuk infeksi. Hanya dengan waktu minimum 9-18 jam infeksi pada tanaman oleh A.

    brassicae dapat terjadi. Ketika terjadi penurunan suhu, jumlah waktu yang dibutuhkan

    untuk 98% dari spora untuk tumbuh meningkat (Stephen, 2000).

    Alternaria brassicae tetap hidup untuk jangka waktu yang panjang sebagai spora pada kulit biji

    atau sebagai miselium dalam benih maupun di bagian atas tanaman terinfeksi. Sampel benih

    terinfeksi dengan Alternaria brassicae yang disimpan pada 0 oC selama empat belas bulan

    menunjukkan ketahanan pada benih. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa walaupun spora

    Alternaria brassicae terkena cuaca di luar ruangan untuk periode enam bulan di mana suhu

    berkisar antara 23 sampai 30 oC menunjukkanbahwa spora masih dapat tumbuh.

    Alternaria brassicae juga dapat hidup dalam bentuk mikrosklerotia dan klamidospora yang

    muncul setelah terinfeksi daun yang sebagian membusuk. Mikrosklerotia dan khlamidospora

    dapat dibentuk dalam sel konidia. Mikrosklerotia dan khlamidospora berkembang dengan baik

    pada temperatur rendah (3 oC) dan tahan terhadap pembekuan dan desikasi (dalam studi in

    vitro). Klamidospora juga bisa berkembang dalam sel konidia di tanah alami pada suhu kamar.

    Biji yang terinfeksi, dengan spora dikulit biji atau miselium bawah kulit biji, mungkin sumber

    utama transportasi untuk patogen tersebut. Spora dapat disebarkan oleh angin, air, peralatan dan

    hewan. Cendawan dapat bertahan dalam gulma rentan atau tanaman tahunan.

    d. Siklus Penyakit

    Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dimulai ketika konidia dari A. brassicae menempel

    pada permukaan inang. Konidia tersebut kemudian membentuk kecambah. Dalam satu konidia,

    kecambah yang terbentuk bisa lebih dari satu. Alternaria sp. dapat memarasit tanaman

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    8/32

    dengan dua cara yaitu dengan membuat penetrasi langsung pada inang yang berasal dari tabung

    kecambah atau masuk ke tubuh inang melalui luka. Penetrasi yang dilakukan sebagian besar

    dimulai pada daun. Miselium kemudian menyebarm (invasi) ke sel daun secara interselular yaitu

    melalui ruang antar sel. Konidia baru kemudian banyak terbentuk di jaringan yang terinfeksi

    tersebut. Gejala kemudian menyebar ke batang sehingga menyebabkan batang damping off.

    Setelah ke batang, gejala kemudian menyebar ke seluruh bagian tumbuhan. Skema dari

    perkembangan penyakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 5. Perkembangan penyakit oleh Alternaria sp. (Sumber: Agrios, 2005)

    e. Pengendalian Penyakit

    Menurut Rebecca (2001), pengendalian terhadappenyakit ini dapat dilakukan dengan perlakuan

    kultur teknis dan kimia. Pengendalian dengankultur teknis diantaranya:

    Pengobatan dengan air panas: Perawatan benihdengan air panas adalah salah satu cara

    mengendalikan spora pada kulit biji. Namun,pengobatan ini kadang-kadang menekan

    perkecambahan.

    Tanaman rotasi: Rotasi dengan tanaman bukankubis dan pemberantasan gulma silangan dapat

    membantu mengendalikan patogen. Spora dapatbertahan pada jaringan daun selama 8 sampai 12

    minggu dan batang jaringan sampai 23 minggu,pada bidang yang ditanam segera setelah panen

    sering bertepatan dengan jumlah besar inokulumyang kemungkinan yang berefek pada

    munculnyatanaman dan tahap pertumbuhan awal.

    Biologi kontrol: Studi awal dengan jamuractinomycetes, Streptomyces arabicus,

    menunjukkan efek antijamur pada Alternaria brassicae pada laboratorium dan studi lapangan

    sehingga dapat menekan pertumbuhan spesies cendawan tersebut.

    Pengendalian dengan cara kimiawi dapat dilakukan engan menggunakan fungisida. Tujuh

    fungisida sepenuhnya menghambat pertumbuhan patogen dalam budidaya adalah Benlate di 0,1

    ai/100 gadis, Dithane-M 45, Dithane-Z 78,Ziram, Difolatan-80 dan Thiram (semua pada 0,2

    ai/100 gal), dan Blitox-50 di ai/100 0,3 gal.

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    9/32

    Sebagai fungisida benih, Benlate di 0,1 ai/100benih lb memberikan kontrol yang terbaik

    dengan kerugian rata-rata sebelum munculnya bibit 4,5 dan 6,5 pasca-munculnya bibit per pot

    (25 biji ditanam dalam pot masing-masing, 8 pot).

    Dithane M-45 dan Dithane Z-78, baik diterapkan pada 0,2 lbs ai/100 benih, mengalami

    kerugian sebelum munculnya bibit rata-rata 10,5 dan 11,25, masing-masing dan pasca-munculnya bibit rugi sebesar 11,5 dan 13,75, masing-masing.

    Sebagai semprot daun, Dithane M-45 (0,2 ai/100 gal) memberikan kontrol yang lebih baik

    secara signifikan atas fungisida lainnya, termasuk Benlate. Dithane M-45 memberikan hasil

    yang lebih baik dari Dithane Z-78 (0,2 ai/100 gal), meskipun perbedaan itu tidak signifikan.

    Tanaman diperlakukan dengan fungisida kedua juga memberikan hasil biji tertinggi.

    Iprodione dan fenpropimorph memiliki keduanya menunjukkan sifat hambat tinggi untuk

    pertumbuhan Alternaria sp. Dalam budaya dan sebagai perlakuan benih pada benih ai/100 0,25

    lb. Dalam sampel benih sampai dengan infeksi 61,5% (35,5% internal yang sakit), iprodione

    biasanya menghilangkan jamur dari sampel, tetapi tingkat yang lebih tinggi infeksi

    memerlukan dosis yang lebih besar iprodione. Perkecambahan biji yang sehat tidak terpengaruh

    oleh pengobatan, dan perkecambahan biji sakit ditingkatkan.

    2.3. Busuk Hitam

    Penyakit busuk hitam adalah salah satu penyakit yang paling merusak kubis dan silangan lain.

    Kembang kol, kubis, dan kale adalah salah satu silangan paling rentan terhadap busuk hitam.

    Brokoli, kecambah brussels, kubis cina, collard, kohlrabi, mustard, rutabaga, dan lobak juga

    rentan. Beberapa gulma silangan juga dapat menjadi inang patogen. Penyakit ini biasanya

    paling lazim di daerah yang rendah dan dimana tanaman tetap basah untuk waktu yang lama.

    Kondisi yang menguntungkan untuk tersebarnya bakteri menyebabkan kerugian total tanaman

    crucifer (Pracaya, 2001). Bakteri banyak terdapat pada serasah dari tanaman yang terinfeksi,

    tetapi akan mati jika serasah tadi melapuk. Bakteri ini juga terdapat pada tanaman kubis-kubisan

    yang lain dan tanaman rumput-rumputan serta dapat pula terbawa benih. Bakteri ini berada pada

    tetesan butir air dari tanaman yang terluka serta dapat menyebar ke seluruh tanaman melalui

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    10/32

    manusia ataupun peralatan yang sering bergerak melintasi lahan saat kondisi tanaman sedang

    basah.

    a. Penyebab Penyakit

    Penyebab penyakit busuk hitam adalah Xanthomonas campestris pv. Campestris. Bakteri

    ini bersel tunggal, berbentuk batang, 0,7-3,0 x 0,4-0,5 m, membentuk rantai, berkapsula, tidak

    berspora, bersifat gram negatif, bergerak dengan satu flagel polar.

    Gambar 6. Mikroskopis X. campestris

    (Sumber: Mangun, 2009)

    b. Gejala Penyakit

    Tanaman dapat terserang busuk hitam pada setiap tahap pertumbuhan. Pada pembibitan, infeksiyang pertama kali muncul dengan menghitamkan sepanjang kotiledon. Bibit terserang patogen

    akan berwarna kuning sampai coklat, layu, dan runtuh. Pada tanaman yang memasuki

    pertumbuhan vegetatif lanjut akan menunjukkan gejala kerdil, layu, daun yang terinfeksi

    berbentuk wilayah-V. Wilayah V ini kemudian membesar dan menuju dasar daun,

    berwarna kuning sampai coklat, dan kering. Gejala ini dapat muncul pada daun, batang, akar,

    dan berubah menjadi hitam akibat patogen yang berkembang biak. Daun muda yang terinfeksi

    mengalami pertumbuhan yang terhambat, warna kuning sampai coklat, layu, dan mati sebelum

    waktunya. Kadang-kadang, tanaman berpenyakit gundul memiliki panjang tangkai atasnya

    dengan seberkas kecil daun.

    Gambar 7a . Wilayah V pada daun Gambar 7b.

    Busuk hitam pada krop (Sumber: Rumahlewang, 2008)

    Bakteri ini dapat menyebar ke jaringan pengangkutan tanaman dan dapat berpindah

    secara sistematis dalam jaringan pengangkutan tanaman tersebut. Jaringan angkut yang

    terserang warnanya menjadi kehitaman yang dapat dilihat sebagai garis hitam pada luka atau

    bisa juga diamati dengan memotong secara melintang pada batang daun atau pada batang

    yang terkena infeksi. Busuk hitam juga dapat menyebabkan terjadinya busuk lunak.

    c. Siklus Penyakit

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    11/32

    Sumber utama bakteri untuk pengembangan busuk hitam di bidang produksi benih penuh,

    transplantasi terinfeksi, dan gulma silangan terinfeksi. Bakteri ini disebarkan dalam panen

    terutama oleh angin-angin dan percikan air dan oleh para pekerja, mesin, dan kadang-kadang

    serangga. X. campestris dapat bertahan hidup pada permukaan daun selama beberapa hari

    sampai tersebar ke hidatoda atau luka di mana infeksi dapat terjadi. Bakteri masuk ke daun

    melalui hidatoda saat memancarkan air melalui pori-pori di tepi daun pada malam hari, ditarik

    kembali ke dalam jaringan daun pada pagi hari (Soeroto, 1994).

    Bakteri dapat masuk ke daun dalam 8 sampai 10 jam, dan gejala yang terlihat layu secepat 5-15

    jam kemudian. Luka, termasuk yang dibuat oleh serangga makan pada daun dan cedera mekanik

    ke akar selama tanam, juga menyediakan situs masuk. Gerakan bakteri ke tanaman melalui

    hidatoda dibatasi dalam varietas tahan; akibatnya, ada situs infeksi yang lebih sedikit

    dan / atau bagian yang terkena jauh lebih kecil dalam varietas tahan daripada varietas rentan.

    d. Kondisi yang Mendukung Perkembangan

    Penyakit

    Pada kondisi yang hangat dan basah kerugian

    busuk hitam dapat melampaui 50% karena

    penyebaran penyakit ini. Hujan dan kabut tebal

    atau embun dan suhu hari 75 sampai 95 F yang

    paling menguntungkan bagi patogen. Di bawah

    dingin, kondisi basah infeksi dapat terjadi tanpa

    gejala perkembangan. Akibatnya, transplantasi

    tumbuh pada temperature rendah mungkin

    terinfeksi tetapi tanpa gejala. Bakteri tidak

    menyebar di bawah 50 F atau selama cuaca

    kering (Permadi,1993).

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    12/32

    e. Strategi Pengendalian Penyakit

    Menurut Rukmana (1994), pengendalian dapat

    dilakukan dengan pergiliran tanaman yang bukan

    jenis kubis-kubisan, sehingga akan memberikan

    waktu yang cukup bagi serasah dari tanaman

    kubis-kubisan untuk melapuk. Lalu menggunakan

    benih bebas hama dan penyakit yang dihasilkan di

    iklim yang kering. Hindari untuk bekerja di lahan

    saat daun tanaman basah. Tanamlah varietas

    kubis yang tahan terhadap busuk hitam.

    Penyemprotan bakterisida Kocide 77 WP sangat

    dianjurkan, terutama untuk budidaya di musim

    penghujan. Tanaman dan daun sakit dipendam

    dalam tanah. Menutup tanah dengan jerami untuk

    mengurangi penyakit.

    Perlakuan benih dengan cara merendam benih

    dalam air hangat bersuhu 52C selama 30 menit.

    Tanaman yang terserang bakteri busuk hitam

    dicabut dan dimusnahkan. Dalam pemanenan kubis

    diikutsertakan dua helai daun hijau untuk

    melindungi krop. Pemanenan harus dilakukan

    dengan hati-hati, agar tidak terjadi luka. Daun-

    daun yang terinfeksi dikumpulkan untuk

    dimusnahkan (Soeroto,1994).

    2.4. Busuk Basah

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    13/32

    Bakteri penyebab busuk basah mempunyai kisaran

    inang yang luas di antaranya kubis, kentang,

    wortel, turnip, seledri, tomat, dan lain-lain.

    Panyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia dan

    dapat menyebabkan gejala serius pada krop di

    lapangan, di pengangkutan dan di penyimpanan.

    Perkembangan serangannya lebih banyak terjadi

    pada tempat penyimpanan atau pascapanen dari

    pada di lapangan. Pada penyimpangan, tanaman

    krop sehat yang mangalami kontak langsung

    dengan tanaman yang sakit dapat dalam beberapa

    jam saja dapat tertular penyakit busuk basah ini.

    Penyakit busuk lunak ini telah menyebkan

    kerugian ekonomi yang besar akibat

    berkurangnya jumlah produksi yang dapat

    terjual: rendahnya kualitas; dan besarnya biaya

    pengendalian. Bakteri ini dapat mempertahankan

    diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman di

    lapangan.

    a. Penyebab Penyakit

    Erwinia carotovora merupakan bakteri berbentuk

    batang, bersifat gram negatif, umumnya

    berbentuk rantai, tidak berkapsul dan tidak

    berspora, dapat bergerak aktif dengan 2-5

    flagella. Ukuran selnya 1,5-2,0 x 0,6-0,9 mikron

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    14/32

    (Permadi dan Sastroosiswojo, 1993). Suhu

    minimum untuk bakteri ini adalah 5oC, optimum

    22oC, maksimum 37oC dan akan mati pada suhu

    50oC (Agrios, 2005).

    Gambar 8. Mikroskopis E. carotovora

    (Sumber: Anonim, 2008)

    b. Gejala Penyakit

    Gejala awal yang mucul pada tanaman berupa

    lesio gejala basah yang kecil dan diameter serta

    kedalamannya melebar secara cepat. Bagian

    tanaman yang terkena menjadi lunak dan berubah

    warna menjadi gelap apabila serangan terus

    berlanjut. Warna pada permukaannya menjadi

    hijau pucat dan mengkerut. Pada jaringan yang

    terinfeksi akan berwarna buram dan kemudian

    akan berubah menjadi krem dan berlendir. Jika

    hal ini terjadi, maka pada permukaan akan

    tampak cairan berwarna keruh. Perkembangan

    penyakit hingga tanaman membusuk hanya butuh

    waktu 3-5 hari. Tanaman yang terkena busuk

    lunak kemudian menimbulkan bau yang khas yang

    dimungkinkan oleh adanya perkembangan

    organisme lain setelah pembusukan terjadi.

    Jika akar krop telah terserang, gejala kemudian

    dapat muncul pada batang berupa batang yang

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    15/32

    berair, hitam, dan berkerut. Hal ini juga

    menyebabkan tanaman kerdil, layu dan mati.

    Bakteri busuk lunak dapat timbul dari seresah

    tanaman yang telah terinfeksi, melalui akar

    tanaman, dari tanah, dan beberapa serangga.

    Luka pada tanaman seperti stomata pada daun,

    serangan serangga, kerusakan mekanis, ataupun

    bekas serangan dari patogen lain merupakan

    sasaran yang empuk untuk serangan bakteri

    (Agrios,2005).

    Gambar 9a. Busuk basah pada permukaan Gambar

    9b. Busuk basah bagian dalam

    (Sumber: Rumahlewang, 2008)

    c. Siklus Penyakit

    Siklus penyakit atau perkembangan penyakit

    dapat dijelaskan sebagai berikut. Bakteri pada

    awalnya masuk ke luka pada tanaman. Luka ini

    dapat disebabkan oleh serangga tersebut

    mengimpan telurnya pada tanaman kubis sehingga

    menyebabkan luka. Bakteri setelah masuk akan

    makan dan membelah diri dengan cepat serta

    merusak sel di sekitarnya. Hal ini menyebabkan

    terbentuknya cairan. Selain tiu, bakteri ini

    menghasilkan enzim pektinase dan selulase. Enzim

    peptinase dapat menguraikan peptin yang

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    16/32

    berfungsi untuk merekatkan dinding sel yang

    berdampingan. Dengan terurainya peptin, sel-sel

    akan terdesintegrasi. Enzim selulase

    menyebabkan merusak selulosa dan melunakkan

    dinding sel. Akibatnya air dari protoplasma

    berdifusi ke ruang antar sel. Sel kemudian

    mengalami plasmolisis, kolaps, dan mati. Bakteri

    selanjutnya bergerak menuju ruang antarsel dan

    membelah diri sambil mengeluarkan enzimnya

    sehingga infeksi semakin besar.

    Akibat dari hal tersebut di atas, jaringan yang

    terserang kemudian melunak, berubah bentuk,

    dan berlendir. Massa dari bakteri yang terdapat

    pada cairan dalam sel sangat banyak. Akibatnya

    jaringan gabus yang banyak terserag penyakit

    ini pun rusak sehingga lendir yang mengandung

    banyak bakteri tersebar ke dalam tanah atau

    dalam penyimpanan pasca panen. Hal ini

    memungkinkan bakteri mengadakan kontak

    dengan tanaman yang sehat sehingga tanaman

    sehat pun akan mengalami sakit. Skema yang

    menunjukkan perkembangan penyakit tersebut

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini

    Gambar 10. Siklus penyakit busuk lunak oleh E.

    carotovora

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    17/32

    (Sumber: Agrios, 2005).

    d. Kondisi yang Mendukung Perkembangan

    Penyakit

    Terdapat beberapa hal yang dapat mendukung

    perkembangan penyakit diantaranya drainasi

    yang buruk pada pertanaman, kelembaban yang

    tinggi, curah hujan tinggi yang dapat

    menyebabkan bakteri tersebar dengan cepat,

    adanya sisa-sisa tanaman terinfeksi di sekitar

    daerah penanaman dan suhu yang rendah.

    Kondisi yang menyebabkan perkembangan

    penyakit pada pasca panen adalah luka pada

    kubis. Jika luka ini mengadakan kontak dengan

    tanaman yang terserang, maka dengan mudah

    kubis yang luka ini akan terinfeksi E. carotovora.

    e. Strategi Pengendalian

    Pengendalian secara preventif bisa ditempuh

    melalui kebersihan lingkungan dan sistem

    budidaya. Menunggu tanah melapukkan sisa-sisa

    tanaman lama di lahan sebelum menanam tanaman

    selanjutnya sangat dianjurkan untuk mengatasi

    hal ini. Lahan harus memiliki drainase yang baik

    untuk mengurangi kelembaban tanah serta jarak

    tanamnya harus cukup memberikan pertukaran

    udara untuk mempercepat proses pengeringan

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    18/32

    daun saat basah. Pembuatan pelindung hujan

    dapat pula menghindari percikan tanah dan

    pembasahan daun yang akan mengurangi gejala

    busuk lunak. Penyemprotan bacterisida seperti

    Kocide 77WP dengan interval 10 hari sangat

    dianjurkan terutama saat penanaman musim

    hujan. Sanitasi, jarak tanam tidak terlalu rapat.

    Menghindari terjadinya luka yang tidak perlu dan

    pengendalian pasca panen

    2.5. Kaki Hitam

    a. Penyebab Penyakit

    Penyakit kaki hitam disebabkan oleh pathogen

    Phoma Lingam yang merupakan patogen serius

    yang dapat menyebabkan penyakit kaki hitam,

    kanker , dan busuk kering brassicae dan silangan

    lain. Batang dibusukkan / penyakit penipu

    disebabkan oleh jamur Phoma lingam ascomycetes.

    Teleomorf dari penyebab penyakit Phoma lingam

    adalah Leptosphaeria maculans. Miselium bersekat

    bercabang-cabang, pada waktu muda hialin,

    kelak mempunyai dinding yang gelap Piknidia

    bundar untuk subglobose, kuning coklat sampai

    coklat hitam, subepidermal, terpisah, unilokular,

    130-600 m.. Bentuk dan ukuran piknidium

    sangat bervariasi. Biasanya berbentuk botol,

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    19/32

    berwarna gelap, kadang-kadang dengan paruh

    atau ostiola yang menonjol. Konidium

    (piknidiospora) hialin, tak bersekat, 1-2,5 x 3-6

    m. Konidium terkumpul di dalam piknidium,

    mongering dalam matriks yang seperti agar-

    agar. Jika terdapat air hujan atau embun,

    matriks meghisap air dengan cepatdan konidium

    mengembang dalam bentuk bulu atau benang

    panjang yang mengandung konidium dan matriks.

    Matriks akan larut dalam air sehingga konidium

    menjadi bebas (Tindall, 1987).

    Gambar 11a. Piknidium Phoma lingam Gambar 11b.

    Miselium Phoma lingam

    (Sumber: Anonim, 2007)

    b. Gejala Penyakit

    Gejala yang ditimbulkan penyakit kaki hitam oleh

    pathogen phoma lingam yaitu Noda pada batang

    dan daun, bulat telur sampai yg tersebar luas,

    pada awalnya kuning kehijauan, kemudian kelabu

    kuning, akhirnya abu-abu, depresi, dengan ungu

    ke perbatasan hitam. Kanker memanjang pada

    pangkal batang, mula-mula berwarna coklat

    muda, kemudian mejadi kehitaman, yang sering

    dikelilingi oleh batas berwarna ungu. Di bagian

    tengah luka terdapat titik-titik hitam yang

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    20/32

    terdiri dari piknidium jamur penyebab penyakit.

    Kanker dapat meluas sehingga batang bergelang,

    bagian dalam batang busuk kering berwarna

    coklat, mula-mula terdapat becak warna pucat

    dengan batas kurang jelas yang menjadi becak

    bulat dengan warna kelabu ditengah. Daun-daun

    yang layu biasanya tetap bergantung pada

    tanaman, sedangkan daun-daun yang masih segar

    sering mempunyai tepi berwarna kemerahan. Pada

    tanaman penghasil benih, penyakit dapat timbul

    pada polongan (buah), dan biji yang terinfeksi

    menjadi keriput. Perakaran yang sakit akan

    rusak sedikit demi sedikit sehingga tanaman

    menjadi layu dan kemudian mati (Anonim, 2008).

    Gambar 12a. Gejala pada daun Gambar 12b.

    Gejala pada batang

    Gambar 12. Gejala kaki kitam penyakit oleh

    Phoma lingam

    (Sumber: Anonim, 2008)

    c. Siklus Penyakit

    Penyebab penyakit ini mempertahankan diri dari

    musim ke musim dalam kulit biji dan dalam sisa-

    sisa tanaman sakit. Pada biji yang terinfeksi,

    tetapi masih dapat berkecambah, kulit biji akan

    terangkat ke atas tanah dan melekat pada salah

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    21/32

    satu keeping biji (kotiledon). Keping biji akan

    akan terinfeksi, jamur berkembang ke batang

    semai (hipokotil) sehingga semai mati. Semai

    seperti ini biasanya mati di persemaian tanpa

    diketahui, namun di sini jamur sempat membentuk

    tubuh buah (piknidium) yang menghasilkan

    konidium. Konidium hanya akan terbebas bila ada

    air, dan pemencarannya tergantung dari air

    hujan yang memercik. Air yang mengalir di

    permukaan tanah pun dapat mengangkut konidium

    dari sisa-sisa tanaman sakit ke persemaian.

    Siklus penyakit dapat dilihat pada skema di bawah

    ini.

    Gambar 13. Siklus penyakir kaki hitam

    (Sumber: Anonim, 2009)

    d. Kondisi yang Mendukung Perkembangan

    Penyakit

    Penyakit ini menyerang tanaman kubis pada

    kondisi tanah-tanah yang basa atau alkalis (pH

    lebih besar dari 6,5). Hujan dan basah cuaca,

    yang telah terjadi dalam beberapa hari sangat

    ideal untuk penyebaran jamur ini. Penyakit ini

    dapat bertahan hidup dalam residu tanaman

    setidaknya selama tiga tahun, sehingga rotasi

    selalu disarankan (menghindari silangan dalam

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    22/32

    rotasi sangat penting). Kondisi lain yang

    mendukung perkembangan penyakit yaitu

    tergantung dari curah hujan. Patogen juga

    seedborne dan dapat disebarkan oleh angin dalam

    jarak jauh.

    f. Strategi Pengendalian

    Teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk

    mengendalikan penyakit kaki hitam yaitu

    pemencaran penyakit ke daerah yang belum

    terjangkit harus dicegah, menanam benih yang

    sehat yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang

    kering, khususnya yang mempunyai cuaca kering

    pada waktu tanaman membentuk buah. Sanitasi

    pertanaman, sisa-sisa tanaman, khususnya

    tanaman sakit, dipendam dalam tanah cukup

    dalam, agar tidak menjadi sumber infeksi bagi

    pertanaman yang akan datang atau pertanaman

    sekitarnya. Tidak membuat persemaian di tanah

    yang mungkin mengandung penyebab penyakit, di

    daerah yang sudah terjangkit dan penggunaan

    fungisida secara efisien (Anonim,2009).

    Tanah yang memiliki pH di ata 6,5 perlu

    penanganan dengan pengapuran pada tanah asam

    atau pemberian pupuk belerang (S) untuk tanah

    basa. Kebutuhan kapur pertanian untuk

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    23/32

    menaikkan tanah tergantung dari jenis tanah dan

    derajat keasaman tanah. Untuk lahan kering

    sekitar 4 ton/hektar, sedangkan pada tanah

    gambut mencapai 19 ton/hektar. Pada tanah-

    tanah basa, misalnya pH 8,5-9,0 dapat diberikan

    tepung belerang atau gipsum sekitar 6 ton/

    hektar untuk menurunkan pH mendekati netral.

    2.6. Pembahasan Umum

    Penyakit-penyakit pada kubis yang telah

    disebutkan diatas, secara garis besar disebabkan

    oleh dua patogen yaitu cendawan dan bakteri.

    Untuk dapat membedakan secara langsung dari

    seluruh gejala, pengendalian teknis yang tepat,

    dan bakterisida yang dapat digunakan maka pada

    sub bab ini akan dijelaskan perbedaan dari

    keseluruhan penyakit untuk masing-masing

    patogen.

    Penyakit yang disebabkan oleh cendawan ada tiga

    yaitu akar gada, bercak daun, dan kaki hitam.

    Dari tiga penyakit ini, penyakit terbesar

    disebabkan akar gada. Hal ini disebabkan karena

    penyakit ini berkembang dengan sangat cepat di

    area pertanaman kubis dan dapat bertahan

    selama 10 tahun di dalam tanah. Akar yang

    membengkak menyebabkan pengangkutan nutrisi

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    24/32

    terhambat. Gejala ini sangat berbeda dengan dua

    penyakit lainnya oleh cendawan. Contohnya

    penyakit bercak daun yang gejalanya berawal

    dari daun bukan dari akar. Gejalanya pun sangat

    khas yaitu berupa bercak konsentris kecil

    berwarna gelap kemudian membesar pada daun.

    Bercak yang terjadi di daun pada penyakit kaki

    hitam pun berbeda. Bercak yang ditimbulkan

    berwarna kuning, berkembang menjadi abu-abu

    kemudian ungu kehitam-hitaman. Bercak oleh

    penyakit kaki hitam ini dapat meluas ke batang

    berupa kanker memanjang berwarna hitam.

    Pengendalian secara kultur teknis untuk ketiga

    penyakit oleh cendawan ini un meiliki perbedaan.

    Pengendalian untuk mengatasi penyakit akar

    gada salah satunya dengan pemberian kapur atau

    pupuk pada area pertanaman sehingga pH

    meningkat hingga 7,2. Pada pH ini,

    perkecambahan cendawan akan terhambat

    sehingga serangan peyakit dapat berkurang. Hal

    ini sangat berbeda dengan penyakit kanker

    batang yang disebabkan oleh Phoma lingam.

    Cendawan penyakit ini akan menyerang tanaman

    dan berkembang baik pada tanah-tanah yang

    basah dengan pH di atas 6,5. Sehingga

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    25/32

    pengendalian kultur teknis yang di lakukan

    kebalikan dari pengandalian pada penyakit akar

    gada. Pengendalian dilakukan dengan pemberian

    pupuk belerang pada tanah basa sehingga pH

    turun. Namun pemupukan belerang juga jangan

    berlebihan. Jika ini terjadi maka pH tanah akan

    rendah sehingga tanah masam yang menyebabkan

    pertumbuhan kubis terhambat.

    Pengendalian yang tepat untuk penyakit bercak

    daun alternaria adalah dengan melakukan rotasi

    tanaman. Hal ini cukup efektif jika dilakukan

    karena patogennya hanya dapat bertahan paling

    lama 23 minggu. Rotasi tanaman ini cukup tepat

    pula untuk pengendalian kaki hitam. Namun

    untuk penyakit akar gada kurang tepat karena P.

    brassicae dapat bertahan selama paling lama 10

    tahun dalam tanah. Sanitasi area penanaman dan

    irigasi yang baik sangat penting untuk

    pengendalian tiga penyakit oleh cendawan di

    atas. Hal ini disebabkan karena patogen dapat

    bertahan pada sisa-sisa tanaman dan dapat

    berkembang dengan cepat pada daerah air yang

    tergenang. Pengendalian dengan bahan kimia

    untuk setiap penyakit dapat menggunakan

    fungisida promefon 250 EC.

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    26/32

    Secara umum, perbedaan antara ketiga penyakit

    pada kubis di atas dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini.

    Tabel 1. Perbedaan penyakit yang disebabkan oleh

    cendawan pada tanaman kubis

    Pembeda Akar gada Bercak daun Kaki hitam

    Gejala Akar membengkak, daun layu pada siang

    hari dan segar kembali malam hari. Diawali

    dengan bercak kecil pada daun, membesar d=1,5

    cm dan berwarna gelap dengan lingkaran

    konsentris. Kanker batang yang meluas berwarna

    coklat tua. Daun berbercak kuning keabu-abuan.

    Kultur teknis yang tepat Pengapuran hingga pH

    7,2. Benih direndam pada air panas, rotasi

    tanaman Sanitasi sisa ta-naman sakit, rotasi,

    pengapuran S.

    Bahan kimia sintetik Fungisida Promefon 250EC

    Fungisida Promefon 250EC, Iprodione dan

    fenpropimorph Fungisida promefon 250 EC

    Penyakit pada kubis oleh patogen bakteri yang

    dibahas ada dua yaitu busuk hitam dan busuk

    basak. Kerugian terbesar antara kedua penyakit

    ini adalah penyakit busuk basah oleh E.

    carotovora. Kerugian yang besar ini terjadi pada

    pengangkutan pascapanen. Bakteri ini akan

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    27/32

    dengan cepat menyebar melalui luka dari krop

    kubis yang sakit ke krop kubis yang sehat. Gejala

    khas yang membedakan antara busuk hitam

    dengan busuk basah adalah pada busuk basah

    terjadi pelunakan hingga berledir kemudian

    berbau akibat asosiasi dengan mikroorganisme

    lain. Gejala ini tidak ditemukan pada busuk

    hitam. Gejala khas di daun pada penyakit busuk

    hitam yang dapat membedakannya dengan

    penyakit lain adalah bercak kuning berbentuk V.

    Bercak ini kemudian dapat menyebar ke seluruh

    daun dan tanaman. Bakteri dapat pula

    menyebabkan pembuluh menghitam, pengangkutan

    nutrisi terhambat, dan krop hitam.

    Pengendalian yang cocok untuk mencegah

    terjadinya busuk hitam adalah dengan rotasi

    tanaman. Hal ini disebabkan bakteri dapat

    bertahan selama 3 tahun di area infeksi.

    Sedangkan untuk busuk basah lebih pada sanitasi

    sisa-sisa tanaman di sekitar daerah penanaman,

    menjaga kelembaban dengan mengatur jarak

    tanam, dan yang terpenting mengindari luka pada

    pascapanen. Sanitasi dan penggunaan benih yang

    sehat juga efektif untuk pengendalian penyakit

    busuk hitam dan busuk basah. Pengendalian

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    28/32

    dengan kimia untuk kedua penyakit dapat

    menggunakan bakterisida Kocide 77WP. Namun

    pengendalian dengan bakterisida sebisa mungkin

    dihindari dan lebih mengutamakan pengendalian

    kultur teknis (Agrios, 2005).

    Secara umum, perbedaan antara kedua penyakit

    pada kubis di atas dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini.

    Tabel 2. Perbedaan penyakit yang disebabkan oleh

    bakteri.

    Pembeda Busuk hitam Busuk basah

    Gejala Wilayah kuning berbentuk V pada daun,

    pembuluh menghitam,krop menghitam Lesion kecil

    kemudian tanaman khusunya krop menjadi lunak

    dan basah

    Kultur teknis yang tepat Rotasi tanam,

    penggunaan benih yang di hasilkan di iklim kering

    Sanitasi, drainasi yang bagus, hindari luka pasca

    panen

    Bahan kimia sintetik Bakterisida Kocide 77WP

    Bakterisida koccide 77WP

    BAB 3. KESIMPULAN

    Patogen utama penyebab penyakit pada tanaman

    kubis berasal dari cendawan setelah itu bakteri.

    Penyakit ini akan menyebar dan berkembang

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    29/32

    dengan baik pada saat musim hujan dimana

    kelembaban cukup tinggi dan pada saat suhu

    rendah. Sanitasi dan rotasi tanaman sangat

    penting sebagai pengendalian secara kultur

    teknis untuk menghindari tersebarnya penyakit

    ini kecuali pada penyakit akar gada. Hal ini

    disebabkan karena spora pada akar gada dapat

    bertahan lama pada tanah.

    Secara umum, patogen dapat menyerang dapat

    menyerang pada berbagai tingkat tanaman.

    Penyakit yang menyebabkan kerugian terbesar

    pada saat pascapanen adalah busuk lunak oleh

    bakteri Erwinia carotovora. Untuk mencegah

    tersebarnya penyakit ini perlu dilakukan

    pencegahan agar tidak terjadi luka pada krop

    kubis. Penyakit yang menyebabkan kerugian yang

    tidak terlalu besar di Indonesia adalah penyakit

    kanker batang. Hal ini disebabkan karena

    patogen penyebab penyakit ini akan berkembang

    baik pada tanah basa sedangkan tanah di

    Indonesia sebagian besar tanah asam.

    Daftar Pustaka

    Agrios, George W. 1997. Plant Pathology Fourth

    Edition.New York: Academic Press.

    Anonim, 2007. Kaki Hitam Phoma lingam.

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    30/32

    [terhubung berkala]. http://gwdu05. gwdg.de/

    ~instphyt/app/research/images/phoma/

    ascosporen.jpg. [17 Mei 2010]

    Anonim. 2008. Bercak Daun Alternaria.

    [terhubung berkala]. http://translate.

    google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|

    id&u=http://nhb.gov.in/bulletin_files/vegetable/

    cabbage/cab002.pdf. [16 Mei 2010].

    Anonim. 2008. Busuk Basah Erwinia carotovora.

    [terhubung berkala]. http://www. google.co.id/

    imglanding?q=erwinia%20carotovora&imgurl.com.

    [17 Mei 2010].

    Anonim, 2008. Penyakit-Penyakit Penting

    Tanaman Kubis. [terhubung berkala]. http://

    kliniktanaman.blogspot.com/2008/12/penyakit-

    penyakit-penting-tanaman kubis.html.[2 April

    2010].

    Anonim. 2009. Siklus Penyakit Phoma Lingam.

    [terhubung berkala]. www.apsnet. org/

    education/Lessonsycle.html. [5 April 2010].

    Arismansyah, Erlan Ardian. 2010. Penyakit akar

    gada (Plasmodiophora brassicae Wor) pada kubis-

    kubisan dan upaya pengendaliannya. [terhubung

    berkala]. http://

    erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/07/

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    31/32

    penyakit-akar-gada plasmodiophora-brassicae-

    wor-pada-kubis-kubisan-dan-upaya

    pengendalian-nya. [5 April 2010].

    Campbell, NA, dkk. 2000. Biologi Edisi Lima.

    Rahayu Lestari, dkk, penerjemah; Amalia Safitri,

    editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:

    Biology 5th Edition.

    Cicu, 2002. Pengelolaan Penyakit Akar Gada

    (Plasmodiophora brassicae) pada Tanaman Kubis

    dengan Tanaman Perangkap dan Perlakuan Tanah

    Pembibitan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,

    Institut Pertanian Bogor.

    Mangun, Wardoyo. 2009. Busuk Hitam Kubis.

    [terhubung berkala]. http://journal.ui.ac.id //

    Transformasi%20fragmen_Mangunwardoyo.pdf.

    [17 Mei 2010].

    Permadi, A. H. dan S. sastrosiswojo.1993. Kubis.

    Kejasama antara Badan Penellitian dan

    Perkembangan Pertanian. Lembang: Balai

    Penelitian Holtikultura.

    Pracaya, Ir. 2001. Kol alias Kubis Edisi Revisi.

    Jakarta: Penebar Swadaya.

    Rebecca A. Boley. 2003. Educational Specialist

    Plant Pathology. Manoa: University of Hawaii.

    Rumahlewang, Wilhemnia. 2008. Penyakit-

  • 5/24/2018 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMA1

    32/32

    Penyakit Penting Tanaman Kubis. [terhubung

    berkala]. http://kliniktanaman.blogspot.

    com/2008/12/penyakit-penyakit-penting-

    tanaman kubis.html.[2 April 2010]

    Rukmana, R. 1994. Bertanam Kubis. Yogyakarta:

    Kanisius.

    Soeroto, dkk. 1994. Pengelolaan Organisme

    Pengganggu Tumbuhan Secara Terpadu pada

    Tanaman Kubis. Jakarta: Direktorat Jenderal

    Pertanian Tanaman Pangan Direktorat Bina

    Perlindungan Tanaman.

    Stephen, A Ferreira. 2006. Extension Plant

    Pathologist.

    Tindal, H.D. (1987). Zwartrot van kool. Landblouw

    21:259.