dental radiologi

26
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................ .....................................i BAB I (PENDAHULUAN) I.1 SEJARAH SINAR X........................................................ .............2 I.2 SIFAT- SIFAT SINAR X........................................................ ......3 I.3 PROSES TERBERNTUKNYA SINAR X..................................5 BAB II ALAT DAN BAHAN.................................................... .....................8 BAB III (CARA KERJA)

Upload: muftihat-israr

Post on 28-Oct-2015

146 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

radiologi dental, teknik,

TRANSCRIPT

Page 1: Dental Radiologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

BAB I (PENDAHULUAN)

I.1 SEJARAH SINAR X.....................................................................2

I.2 SIFAT- SIFAT SINAR X..............................................................3

I.3 PROSES TERBERNTUKNYA SINAR X..................................5

BAB II

ALAT DAN BAHAN.........................................................................8

BAB III (CARA KERJA)

III.1 PERSIAPAN ALAT...................................................................9

III.2 PERSIAPAN PASIEN...............................................................9

III.3 PERSIAPAN OPERATOR.......................................................11

III.4 PERSIAPAN RONGTEN.........................................................11

III.5 PENCUCIAN FILM ................................................................11

BAB IV (HASIL)

IV.1 GAMBARAN HASIL SECARA UMUM..............................13

IV.II GAMBARAN HASIL SECARA RADIOLOGIS...................14

BAB V (PENUTUP)

V.1 KESIMPULAN.........................................................................15

V.2 SARAN.....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16

LAMPIRAN.................................................................................................17

Page 2: Dental Radiologi

BAB I

PENDAHULUAN

I1. SEJARAH SINAR X

Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-

1923), seorang  profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan

sungguh-sungguh  melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung

dengan suatu kertas  hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam

tabung ke luar.

Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan

sinar katoda,  ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang

ada di atas meja  mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari

tabung, pelat tersebut tetap  berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat

masih tetap berpendar. Roentgen  berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum

diketahui terjadi di dalam tabung sinar  katoda dan membuat pelat fotoluminesensi

berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang  maksudnya adalah radiasi yang belum

diketahui.Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar-X dan

meneliti sifat-sifatnya.  Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan

penelitiannya.

Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada halaman 132-141

laporan  Asosiasi Fisika Medik Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun 1896 reprint

laporan Roentgen  dikirimkan kepada ilmuwan-ilmuwan terkenal. Karena tidak

dibelokkan oleh medan magnet,  maka orang tahu bahwa sinar-X berbeda dengan

sinar katoda. Pada saat itu belum  ditemukan fenomena interferensi dan difraksi.

Karena itu muncullah persaingan antara teori  partikel dengan teori gelombang untuk

menjelaskan esensi/substansi sinar-X. Teori partikel  dikemukakan antara lain oleh

W.H. Bragg, teori gelombang dikemukakan antara lain oleh  Stokes dan C.G. Barkla.

Sejak saat itu teori gelombang didukung oleh lebih banyak orang.  Pada tahun 1912,

2

Page 3: Dental Radiologi

fenomena difraksi sinar-X oleh kristal ditemukan oleh Max von Laue dan  kemudian

dapat dipastikan bahwa sinar-X adalah gelombang elektromagnetik.

Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam

bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam

menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan.

Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang

pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya

kelainan-kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan

sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana

perawatan.

Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu

teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral , film Rontgen diletakkan

didalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bitewing serta oklusal,

sedangkan pada teknik foto Rontgen ekstraoral, film Rontgen diletakkan diluar mulut

pasien , salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto,

cephalometri dan lain-lain.

I.2 SIFAT-SIFAT SINAR X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya

tembus,pertebaran,penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek

biologik, selain itu,sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang

mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan

lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap oleh

timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat,

mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus

Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus

yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung

3

Page 4: Dental Radiologi

(besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin

rendahberat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.

b. Pertebaran

Apabila berkas Sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas Sinar

tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder

(radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu

secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka

diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan

Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom

atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat

atomnya makin besar penyerapannya.

d. Fluoresensi

Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink

sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi Sinar x

saja.

2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat

walaupun radiasi Sinar x sudah dimatikan (after – glow).

e. Ionisasi

Efek primer dari Sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat

menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi

Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek

biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

4

Page 5: Dental Radiologi

I.3 PROSES TERJADINYA SINAR X

1. Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament)

dipanaskan lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan

listrik dari transformator,

2. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,

3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat

gerakannya menuju anoda (target),

4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga

terbentuk panas (99%) dan sinar X (1%),

5. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut

diafragma,

6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.

TABUNG ROENTGEN

5

Page 6: Dental Radiologi

Sinar-X dari proces kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1. Sinar-X Brehmsstrahlung

Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt)

yang mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat

darastis oleh target sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan

“sinar-x brehmsstrahlung” or “braking radiation”. Pada waktu muatan (electron)

yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami percepatan), karena adanya beda

potensial, muatan (electron) akan memancarkan radiasi elektromagnetik dan ketika

energy electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik tersebut dalam range

sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan untuk XRD (X-Ray Difraction)

6

Page 7: Dental Radiologi

2. Sinar-x karakteristik

Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat

mengenai electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron

tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang lebih

tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi, dengan

memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding dengan level energy electron.

Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang tertentu yang dapat

difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam

menentukan struktur material

7

Page 8: Dental Radiologi

BAB II

ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Pesawat Roentgen dengan merk RUNYES

2. Spet untuk menyuntikkan cairan developer

3. pinset untuk memegang film

BAHAN :

1. Film (merk ming shi chong xi biao zhun ya pian)

2. Cairan developer (merk ming shi chong xi biao zhun ya pian)

3. Kapas atau tisu basah

4. Air

8

Page 9: Dental Radiologi

BAB III

CARA KERJA

III.1 PERSIAPAN ALAT

1. Pesawat roentgen kita atur sesuai posisi pasien

2. Atur sinar dengan remote, kita pilih gigi apa yang akan di roentgen, lalu atur

pilihan sinar apakah FL0,FL1 atau FL2. Dalam praktikum ini kita

menggunakan tipe FL0.

3. Atur intensitas sinar. Dalam praktikum ini yang kita gunakan adalah 0,18

4. Cone diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat

III.2 PERSIAPAN PASIEN

1. Instruksikan pasien untuk duduk di kursi, dengan kepala bersender ke tiang

alat radiograf.

2. Usahakan agar pasien tidak bergerak dan dalam keadaan tenang

3. film kita letakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di

pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.

4. posisi kepala pasien :

Standar prosedur radiografi memasukkan pemposisian kepala pasien sebagai

salah satu tahap dalam penempatan film. Dalam teknik biseksi penting sekali

untuk menempatkan jaringan yang akan diradiografi dan sinar x-ray dalam

hubungan yang tepat agar menghasilkan gambar radiografi yang akurat.

Ketika menyesuaikan sandaran punggung dan sandaran kepala, penting untuk

membuat pasien senyaman mungkin untuk mengurangi gerakan selama

penyinaran. Dimana di fotografi, gerakan selama penyinaran dapat

9

Page 10: Dental Radiologi

menghasilkan gambar yang kabur. Gambar yang kabur dapat dikurangi

dengan penggunaan ultra speed film.

a. Memposisikan Kepala pada Radiografi Maksilai.

– Pada radiografi maksila, kepala harus diposisikan agar permukaan

oklusal gigi-gigi maksila berada di bidang horizontal. Posisi ini

dapat diperoleh dengan menyesuaikan sandaran kepala agar bidang

median (bidang sagital) →vertikal dan garis dari ala nasal ke

tragus →horizontal.

b. Memposisikan Kepala pada radiografi Mandibula

– Pada radiografi periapikal mandibula, kepala harus diposisikan

agar permukaan oklusal dari gigi-gigi mandibula akan berada pada

posisi horizontal ketika mulut terbuka pada saat penyinaran. Posisi

ini dapat diperoleh dengan menyesuaikan sandaran kepala agar

bidang median →vertikal dan garis dari sudut mulut ke tragus

→horizontal.

10

Page 11: Dental Radiologi

5. Kurang lebih 2mm dari film harus dilebihkan diatas permukaan oklusal/incisal

untuk memastikan seluruh gigi tercakup di dalam film.

6. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan

ibu jari atau telunjuk (yang paling nyaman untuk pasien)

III.3 PERSIAPAN OPERATOR

Perlu ditekankan bahwa selama melakukan pemotretan radiografis

operator juga mendapat radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan

berdiri didaerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi dosis radiasi yang

diterimanya, sebaiknya operator juga berdiri pada tempat yang aman yaitu

dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber

sinar-X selama melakukan pemotretan radiografis.

Umumnya operator berdiri pada posisi yang membentuk sudut antara

90 dan 135 terhadap sinar-X pusat. Akan tetapi yang terbaik adalah jauh di

belakang sumber sinar-X atau berlawanan arah dengan sinar-X pusat. Untuk

pemotretan radiografis dental region :

1. Gigi anterior, operator berdiri pada sebelah depan kanan atau sebelah

depan kiri pasien.

2. Gigi posterior, operator lebih baik berdiri di sebelah belakang pasien

daripada sebelah depan pasien.

III.4 PERSIAPAN ROENTGEN

1. Setelah pasien dan alat siap, kita tekan tombol roentgen

2. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan.

11

Page 12: Dental Radiologi

III.5 PENCUCIAN FILM

1. Suntikkan cairan develiper sebanyak 2ml ke dalam film setelah

dikeluarkan dari dalam mulut pasien.

2. Hati-hati saat menyuntikkan cairan. Jangan sampai mencederai

film atau menembus pembungkus film.

3. Tunggu sampai 45 dettik sambil melakukan penekanan pada film

agar cairan tersebar merata.

4. Setelah itu,keluarkan film dan bilas dengan air bersih.

5. Keringkan film dengan diangin-anginkan

12

Page 13: Dental Radiologi

BAB IV

HASIL

b. film 2(gigi molar 1 kiri bawah)

a.film 1 (gigi insisivus sentral kanan dan kiri)

IV.1 GAMBARAN HASIL SECARA UMUM

Gambar terbentuk, namun ada beberapa kegagalan yang terjadi yang disebabkan

operator maupun pasien.

- Film 1 : yang diperiksa gigi insisivus sentral kanan kiri

Kegagalan :

1. Terbentuknya cone cutting:

13

Page 14: Dental Radiologi

Hal ini dikarenakan kesalahan operator dalam menentukan sudut pemotretan

sehingga sinar X tidak berada tepat dipertengahan film, Juga ditambah

bentuk lengkung rahang pasien yang sempit menyulitkan peletakan film.

2. Warna pada hasil radiograf tidak merata, ada gambar yang terlalu gelap dan

terlalu terang.

Hal ini dikarenakan pencucian film yang tidak merata, cairan developer

tidak mengenai seluruh permukaan film. Selain itu terdapat noda kuning

pada film, hal ini disebabkan karena cairan developer yang dipergunakan

merupakan cairan siap pakai yang seringkali merusak gambar pada film.

- Film 2 : gigi yang diperiksa adalah Molar 1 kiri bawah

Kegagalan :

1. Cone cutting

Bagian apex gigi M1 tidak terfoto, hal ini dikarenakan kesalahan dalam

menentukan sudut vertikal pemotretan

2. Superimposed

Disebabkan kelalaian operator mempersiapkan pasien sebelum

pemotretan.

VI.2 GAMBARAN HASIL SECARA RADIOGRAFIS

- Film 1 : Gigi insisivus sentral kanan dan kiri

gigi dan jaringan periodontal yang mengelilinginya dalam keadaan baik, tidak

ditemukan karies maupun kelainan lainnya.

- Film 2 : gigi Molar 1 kiri bawah

Ditemukan adanya tumpatan komposit di resio M 1 kiri bawah yang

tampak radiopak,bentuk tumpatan baik, tidak ditemukan karies sekunder

14

Page 15: Dental Radiologi

Puncak linggir alveolar pada gigi P1,P2, M1 mengalami horizontal bone

resorbtion

BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Hasil yang tidak akurat dari gambaran radiografi yang didapat adalah karena :

- Faktor pasien yang bergerak karena harus memegang film sendiri

- Faktor operator yang salah dalam menentukan sudut vertikal dan

horizontal dari cone

- Cairan developer siap pakai yang menyebabkan noda kuning pada film

yang sudah dicuci.

V.2 SARAN

- Diperlukan kesiapan dari operator, pasien dan alat radiografi untuk bisa

mendapatkan hasil yang baik.

- Dianjurkan kepada dokter gigi untuk sedapat mungkin menghindari

pemeriksaan dengan menggunakan sinar X

- Keselamatan pasien, operator dan masyarakat sekitar lokasi mengambilan

gambar sinar X harus mendapat proteksi setinggi-tingginya agar terhindar

dari bahaya sinar X

15

Page 16: Dental Radiologi

DAFTAR PUSTAKA

Arthur H.Wuermann; 1973. Dental Radiologi The CV Mosby Company.

http://usupress.usu.ac.id/files/Dental%20Radiologi%20Prinsip%20dan

%20Teknik_Final_Normal_bab%201.pdf

Boel,Trelia.2000.Dental Radiologi;prinsip dan teknik.Medan

Langland., O.E. and R. P. Langlais., 2002. Principles of Dental Imaging.,Philadelphia., Williams & Willins

Diktat Dental Radiologi drg Erwan

16

Page 17: Dental Radiologi

LAMPIRAN

Rated voltage:70KV

Current of tube-head:7mA

Tube-head:From abroad

Focus:0.7mm

Support:220VAC

Radiation Leakage:<0.007mGy/h

Round Output Section: Focus Skin Distance-20cm

Tanda FL0, FL1, dan FL2 menunjukkan tingkat floresensi dari sinar x dari

alat ini. FL0 menunjukkan tingkatan floresensi yang paling rendah,sedangkan FL2

tingkat floresensinya yang paling tinggi. Yang paling sering digunakan adalah FL0

17

Page 18: Dental Radiologi

karena gambaran yang dihasilkan lebih jelas dan fokus dibandingkan dengan FL1 dan

FL2.

18