demam tifoid pediatri
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
1/13
IDAI (HAL 338-346)
a) Pendahuluan
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang berkembang terutama di daerah tropis dan subtropis.Penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air
dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih
rendah (Simanjuntak, C. H, 200!
"adan #esehatan Dunia ($H%! memperkirakan jumlah kasus demam tifoid,
Diseluruh dunia men&apai ')** juta dengan +00)00 ribu kematian setiap tahunnya.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun
deasa.-nak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, alaupun gejala yang
dialami anak lebih ringan dari pada deasa. Hampir disemua daerah endemik, insiden
demam tifoid banyak terjadi pada anak usia +)' tahun (ugroho, Susilo, 20''!
"erdasarkan laporan Ditjen Pelayanan /edis Depkes 1, pada tahun 200, demam
tifoid menempati urutan kedua dari '0 penyakit terbanyak pasien raat inap di rumah sakit
di 1ndonesia dengan jumlah kasus '.'' dengan proporsi *,'+3, urutan pertama ditempati
oleh diare dengan jumlah kasus '*.+ dengan proporsi 4,+23, urutan ketiga ditempati
oleh D"D dengan jumlah kasus 44.+* dengan proporsi *,0'3 (Departemen #esehatan 1.
200!
1
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
2/13
b) Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sitemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditpang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial dan in5asi bakteri
sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit multinu&lear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus
dan payer6s pat&h
"eberapa etiologi yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan demam enteri&.
Demam paratifoid se&ara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid namun
biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh spesies salmonella enteriditis terdapat *
bioserotipe salmonella enteriditis yaitu bioserotipe paratyphi -, paratyphi " (S.
Schotsmuellen! dan paratyphi C (S. Hirschfeldii!
c) Epidemiologi
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai egara
sedang berkembang. "esarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar
ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spe&trum klinisnya sangat
luas. Diperkirakan angka kejadian dari '+07'00.0007 tahun di amerika selatan dan
007'00.0007 tahun di -sia. 8mur penderita yang terkena di 1ndonesia (daerah endemis!
dilaporkan dari -merika Selatan.
Salmonella 9yphi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural
reservoir!. /anusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mensekresikannya melalui
sekret saluram nafas, urin dan tinja dalam jangka aktu yang sangat ber5ariasi. Salmonella
typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada
di dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. -kan tetapu s. Typhi
dapat hidup kurang dari ' minggu pada raw sewagedan mudah dimatikan dengan klorinasi
dan pasteurisasi (temp *C!.
2
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
3/13
9erjadinya penularansalmonella typhi sebagian besar melalui minuman7makanan yang
ter&emar oleh kuman yang berasal dari penderita atau kuman, biasanya keluar bersama)sama
dengan tinja (melalu tute oro)fekal!.
Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorangibu hamil hamil yang berada dalam
bakteremia kapada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro)fekal dari seorang ibu
pembaa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal
dari laboratorium penelitian.
d) E!iologi
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri :ram)negatif,
mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. /empunyai
antigen somatik (%! yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H! yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (#! yang terdiri dari polisakarida. /empunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan
dinamakan endotoksin. Salmonella typi juga dapat memproleh plasmid faktor) yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.
e) Pa!ogenesis
Patogenesis demam tifoid melibatkan ; proses kompleks mengikuti ingesti organisme,
yaitu < ('! penempelan dan in5asi sel)sel / Payers patch, (2! bakteri bertahan hidup dan
bermultiplikasi di makrofag payers patch, nodus limfatikus mesentrikus, dan organ)organ
ekstra intestinal sistem retikuloendotelial (*!bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
dan (;! produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar &-/P di dalam kripta usus dan
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.
3
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
4/13
"alu# masu$n%a ba$!e#i $e dalam !ubuh
"akterisalmonella typhi bersama makanan 7minuman masuk ke dalam tubub melalui
mulut pada saat meleati lambung dengan suasana asam (pH = 2! banyak bakteri yang mati.
#eadaan)keadaan seperti aklorhidiria, gasterktomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi
dosis infeksi. "kateri yang masih hidup akan men&apai usus halus. Di usus halus bakteri
melekat pada sel)sel mukosa dan kemudian mengin5asi mukosa dan menembus dinding
usus, tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel)sel /, sel epitel khusus yang melapisi Payers
patch, merupakan tempat internalisasi salmonella typhi. "akteri men&apai folikel limfe usus
halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang meleati siekulasi
sistemik sampai ke jaringa >S di organ hati dan limpa. Salmonella Typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjear limfe
mesenterika, hati dan limfe.
Setelah meleati periode aktu tertentu (periode inkubasi!, yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan 5irulensi kuman serta respons imun pejamu maka salmonella typhi akan
keluar dari habitatnya dan dari duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan
&ara ini organisme dapat men&apai organ maupun, akan tetapi tempay yang disukai oleh
salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu danpayers patch dari
ileum terminal. 1n5asi kandung empedu dapat terjadi baik se&ara langsung dari darah atau
penyebaran retrograd dari empedu. >ksresi organisme di empedu dapat mengin5asi ulang
dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Pe#an Endo!o$sin
Peran endotoksis dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati,
limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesentrika untuk memproduksi sitokin
dan ?at)?at lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem
5askular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologik.
4
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
5/13
&espons Imunologi$
Pada demam tifoid terjadi respons imun humoral maupun selular baik di tingkat lokal
(gostrointestinal! maupun sistemik. -kan tetapi bagaimana mekanisme imunologik ini dalam
menimbulkan kekebalan maupun eliminasi terhadapsalmonellatyphi tidak diketahui dengan
pasti. Diperkirakan baha imunitas seluler lebih berperan. Penurunan jumlah limfosit 9
ditemukan pada pasien skait berat dengan demam tifoid. #arier memperlihatkan gangguan
reakti5itas selular terhadap antigen salmonella 9yphi pada uji hambatan migrasi lekosit.
Pada karier, sejumlah besar basil 5irulen meleati usus tiap harinya dan dikeluarkan dalam
tinja, tanpa memasuki epitel pejamu.
f) 'anifes!asi linis
Pada anak peridode inkubasi demam tifoid antara +);0 haridegan rata)rata antara '0)';
hari. :ejala klinis demam tifoid sangat ber5ariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak
memerlukan peraatan khusus sampai dengan berat sehingga harus di raat, 5arisasi gejala
ini disebabkan faktor galur salmonella, status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit
di rumahnya.
Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada aal penyakit. Pada era
pemakaian antibiotik belum sperti pada saat ini, penampilan demam pada kasus demam
tifoid mempunyai istilah khusus yaitustep-ladder temperature chart yang ditandai dengan
demam tifoid insidius, kemudian naik bertahap tiap harinya dan men&apai titik tertinggi
pada akhir minggu pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke);
demam turun perlahan se&ara lisis, ke&uali apabila terjadi fokus infeksi seperti kolesistitis,
abses jaringan lunak, maka demam akan menetap. "anyak orang tua pasien demam tifoid
melaporkan baha demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagiharinya. Pada saat demam sudah tinggi, pada kasus dema tifoid dapat disertai gejala sistem
saraf pusat, seperti kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau penurunan
kesadaran mulai apatis sampai koma.
5
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
6/13
:ejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise,
anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Pada kasus yang
berpenampilan klinis berat, pada saat demam tinggi akan tampak toksik 7 sakit berat. "ahkan
dapat dijumpai juga penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipo5olemik sebagai
akibat kurang masukan &airan dan makanan. :ejala gostrointestinal pada kasus demam
tifoid sangat ber5ariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian
disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih di tengah
sedang tepi an ujungnya kemerahan. "anyak diumpai gejala meteorismus, berbeda dengan
buku ba&aan berat pada anak indonesia lebih banyak dijumpai hepatomegali dibandingkan
dengan splenomegali.
Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berarna merah dengan ukuran ')+mm,
sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang
kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak indonesia. uam ini mun&ul pada
hari ke 4)'0 dan bertahan 2)* hari. "ronkitis banyak dijumpai pada demam tifoid sehingga
buku ajar lama bahkan menganggap sebagai bagian dari penyakit demam tifoid. "radikardi
relatif jarang ditemui pada anak.
g) Pen%uli! (ompli$asi)
Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,+)*3, seangkan perdarahan pada
usus pada ')'03 kasus demam tifoid anak. Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke)*
sakit, alau pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama. #omplikasi didahului dengan
penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus
ditandai oleh nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan baah akan tetapi dilaporkan juga
nyeri yang menyelubung. #emudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen,
defan&e muskulare, hilang keredupan hepar dan tanda)tanda peritonitis yang lain. "eberapa
kasus perforasi usus halus mempunyai manifestasi klinis yang tidak jelas. Dilaporkan pula
kasus dengan komplikasi neuropsikiatri sebagian besar bermanifestasi gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma. "eberapa penulis mengaitkan
manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk. Penyakit neurologi lain adalah
6
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
7/13
trombosis serebral, afasia, ataksia serebral akut, tuli, mielitis trans5ersal, neuritis perifer
maupun kranial, meningitis, ensefalomielitis, sindrom :uillain)"arre. Dari berbagai penyulit
neurologik yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele!.
/iokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan S9)9
pada >#:, syok kardiogenik, infiltrasi lemam maupun nekrosis pada jantung. Hapatis tifosa
asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid dengan ditandai peningkatan kadar
transminase, maupun kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang
terjadi pada penderita setelah mengalami demam tifoid dapat dikaitka dengan adanya batu
empedu dan fenomena pembaa kuma (karier!.
Sebagaian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri salmonella typhi melalui urin pada
saat sakit maupun setelah sembuh. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan
penyulit demam tifoid. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefriti
yang dapat bermanifestasi klinis sebagai gagal ginjalmaupun sindrom nefrotik mempunyai
mempunyai prognosis yang buruk. Pneumonia sebagai penyulit sering dijumpai pad adema
tifoid keadaan ini ditimbulkan oleh kuman salmonella typhi, namun seringkali sebagai
akibat infeksi sekunder oleh kuman lain. Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah
trombositopenia, koagulasi intr5askular diseminata, hemolyti& uremi& syndrome (H8S!,
fokal infeksi di beberapa lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,
otak, hati, limpa, otot, kelenjar ludah dan persendian.
elaps yang didapat pada +)'03 kasus demam tifoid saat era pre antibiotik, sekarang
lebih jarang ditemukan. -pabila terjadi relaps, demam timbul kembali 2 minggu setelah
penghentian antibiotik. amun pernah juga dilaporkan relaps timbul saat stadium
kon5alesens, saat pasien tidak demam akan tetapi gejala lain masih jelas dan masih dalam
pengobatan antibiotik. Pada umumnya relaps lebih ringan dibandingkan gejala demam tifoid
sebelunya dan lebih singkat.
amba#an Da#ah *epi
-nemia normokromi normositik terjadi sebagai akibat perdarahn usus atau supresi
sumsum tulang. @umlah leukosit rendah, namun jarang dibaah *000 7 l *. -pabila terjadi
7
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
8/13
abses piogenik maka jumlah leukosit dapat meningkat men&apai 20.000 A 2+.0007 l *.
9rombositopenia sering dijumpai, kadang)kadang berlangsung beberapa minggu.
h) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan
gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan kriteria
ini maka seseorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis pasti
ditegakkan melalui isolasi S.typi dari darah. Pada dua minggu pertama sakit, kemungkinan
mengisolasi S.Typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya.
"iakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih ke&il. "iakan
spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensiti5itas tertinggi, hasil
positif didapat pada 03 kasus. -kan tetapi prosedur ini sangat in5asif, sehingga tidak
dipakai dalam praktek sehari)hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan spesimen
empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang &ukup baik.
8ji serologi $idal suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi terhadap
antigen somatik (%!, flagela (H! banyak diapakai untuk membuat diagnosis demam tifoid.
Di 1ndonesia angka pengambilan titer % aglutinin B'7;0 dengan memakai uji $idal slide
aglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan aktu ;+ menit! menunjukkan nilai
ramal positif 3. -rtinya apabila hasil tes positif, 3 kasus benar sakit demam tifoi,
tetapi apabila negatif tidak menyingkirkan. "anyak senter mengatur pendapat apabila titer %
aglutinin sekali periksa B'7200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan ; kali maka
diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. -glutinin H banyak dikaitkam dengan pas&a
imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang i aglutinin diapakai pada deteksi pembaa
kuman. S.typhi(karier!. "anyak peneliti mengemukakan baha uji serolgik $idal kurang
dapat diper&aya sebab dapat timbul positif palsu pada daerah endemis, dan sebaliknya dapat
timbul negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.
-khir)akhir ini banyak dimun&ulkan beberapa jenis pemeriksaan untuk mendeteksi
antibodi S.typhi dalam serum, antigen terhadap S.typhidalam darah, serum dan urine bahkan
D- S.typhi dalam darah dan fae&es. Polymerase chain reaction telah digunakan untuk
8
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
9/13
memperbanyak gen salmonella ser. Typhi se&ara spesifik pada darah pasien dan hasil dapat
diproleh hanya dalam beberapa jam. /etode ini lebih spesifik dan lebih sensitif dibandinkan
dengan biakan darah. $alaupun laporan)laporan pendahuluan menujukkan hasil yang baik
namun sampai sekarang tidak salah satupun dipakai se&ara luas. Sampai skearang belum
disepakati adanya pemeriksaan yang dapat menggantikan uji serologi $idal.
i) Diagnosis +anding
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang)kadang se&ara klinis dapat
menjadi diagnosis bandingnya yaitu influens?a, gastroentritis, bronkitis dan
bronkopneumonia. "eberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler
seperti tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, bruselosis, tularemia, shigelosis dan malaria
juga perlu dipikirkan. Pada demam tifoid yang berat, sepsis leukemia, limfoma dan penyakit
hodkin dapat sebagai diagnosis banding.
,) *a!ala$sana
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi
yang memadai, pemenuhan kebutuhan &airan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan
untuk kasus berat harus diraat di rumah sakit agar pemenuhan &airan, elektrolit serta nutrisi
disamping obser5asi kemnugkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama.
Pengobatan antibiotik merupaka pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis
infeksisalmonella typhiberhubungan dengan bakteremia.
#loramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan pnderita demam
tifoid. Dosis yang diberikan adalah '00 mg7kg""7hari dibagi dalam ; kali pemberian selama
'0)'; hari atau sampai +)4 hari setelah demam turun, sedang pada kasus malnutrisi atau
penyakit, pengobatan ddapat diperpanjang sampai 2' hari. ;) /inggu untuk osteomielitis
akut, dan ; minggu untuk meningitis. Salah satu kelemahan dari kloramfenikol adalah
tingginya angka relaps dan karier. amun pada anak hal tersebut jarang dilaporkan
9
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
10/13
-mpisilin memberikan respon perbaikan yang kurang apabila dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg7kg""7hari dibagi dalam ; kali
pemberian se&ara intra5ena. -moksilin dengan dosis '00 mg7kg""7hari dibagi dalam ; kali
pemberian peroral memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol alaupun penurunan
demam lebih lama. #ombinasi trimethoprim sulfametoksa?ol (9/P)S/! memberikan
hasil yang kurang baik dibanding kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 9/P '0
mg7kg7hari atau S/ +0 mg7kg""7hari dibagi dalam 2 dosis. Di beberapa egara sudah
dilaporkan kasus demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol. Di 1ndia resistensi
ganda terhadap kloramfenikol, ampisilin, dan 9/P)S/ terjadi sebanyak ;)*3. Strain
yang resisten umumnya rentan terhadap sefalosporin generasi ketiga pemberian sefalosporin
generasi ketiga seperti seftriakson '00 mg7kg""7hari dibagi dalam ' atau 2 dosis (maksimal
; gram7hari! selama +)4 hari atau sefotaksim '+0)200 mg7kg""7hari selama '0 hari dapat
diberikan sebagai alternatif, terutama apabila jumlah leukosit =20007 l * atau dijumpai
resistensi terhadap S.typhi.
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium, obtundasi, stupor, koma dan shock,
pemberian deksametason intra5ena (* mg7kg diberikan dalam *0 menit untuk dosis aal,
dilanjutkan dengan ' mg7kg tiap jam sampai ; jam! disamping antibiotik yang memadai,
dapat menurunkan angka mortalitas *+)++3 menjadi '03. Demam tifoid dengan penyulit
perdarahan usus kadang)kadang memerlukan transfusi darah. Sedangkan apabila diduga
terjadi perforasi, adanya &airan pada peritoneum dan udara bebas pada foto abdomen dapat
membantu menegakkan diagnosis. Eaparatomi harus segera dilakukan pada perforasi usus
disertai penambahan antibiotik metronida?ol dapat memperbaki prognosis. eseksi '0 &m di
setiap sisi perforasi dilaporkan dapat meningkatkan angka harapan hidup transfusi trombosit
dianjurkan untuk pengobatan trombositopenia yang dianggap &ukup berat sehingga
menyebabkan perdaran saluran &erna pada pasien)pasien yang masuk dalam pertimbangan
untuk dilakukan inter5ensi bedah.
-mpisilin (atau amoksisilin! dosis ;0 mg.kg""7hari dalam * dosis peroral ditambah
dengan probene&id *0 mg7kg""7hari dalam * dosis peroral atau 9/P)S/ selama ;)
minggu memberikan angka kesembuhan 03 pada karier tanpa penyakit saluran empedu.
"ila terdapat kolelitiasis atau kolesistitis, peberian antibiotik saja jarang berhasil,
10
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
11/13
kolesistektomi dianjurkan setelah pemberian antibiotik (ampisilin 200 mg7kg""7hari dalam
;) dosis 1! selama 4)'0 hari, setelah kolesistektomi dilanjutkan dengan amoksisilin *0
mg7kg""7hari dalam * dosis peroral sealam *0 hari.
#asus demam tifoid yang mengalami relaps diberi pengobatan sebagai kasus demam
tifoid serangan pertama.
$) P#ognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usisa, keadaan, kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di egara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas ='3. Di egara berkembang, angka mortalitasnya F'03,
biasanya karena keterlambatan diagnosis, peraatan dan pengobatan. /un&ulnya
komplikasi sperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis,
dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
elaps dapat timbul beberapa kali. 1ndi5idu yang mengeluarkan S.ser. typhi B* badan
setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. esiko menjadi karien pada anak)anak
rendah dan meningkat sesuai usia. #arier kronik terjadi pada ')+3 dari seluruh pasien
demam tifoid. 1nsidens penyakit traktus billiars lebih tinggi pada karier kronis dibandingkan
dengan populasi umum. $alaupun karier urin juga dapat terjadi, hal ini jarang dan dijumpai
terutama pada indi5idu dengan skistosomiasis.
l) Pencegahan
Se&ara umum, untuk memperke&il kemungkinan ter&emars.typhi, maka setiap indi5idu
harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Salmonella
typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi +4oC untuk beberapa menit atau
dengan proses iodinasi 7 klorinasi.
8ntuk makanan, pemanasan sampai suhu +4oC beberapa menit dan se&ara merata juga
dapat mematikan kuman salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu egara 7 daerah
11
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
12/13
tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah
serta tingkat kesadaran indi5idu terhadap hygiene pribadi. 1munisasi aktif dapat membantu
menekan angka kejadian demam tifoid.
a$sin Demam *ifoid
Saat sekarang dikenal tiga ma&am 5aksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu yang
berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen i dari Salmonella Typhi.
aksin yang berisi kuman salmonella typhi, S. paratyphi . S. paratyphi ! yang
dimatikan (T! vaccine! telah puluhan tahun digunakan dengan &ara pemberian suntikan
subkutanG namun 5aksin ini hanya memberikan daya kekebalan yang terbatas, disamping
efek samping lo&al pada tempat suntikan yang &ukup sering. aksin yang berisi kuman
salmonella typhi hidup yang dilemahkan (9y)2'a! diberikan per oral tiga kali dengan
inter5al pemberian selang sehari, memberi daya perlindungan tahun. aksin 9y)2'a
diberikan pada anak berumur di atas 2 tahun. Pada penelitian di lapanagan didapat hasil
efikasi proteksi yang berbanding terbalik dengan derajat transmisi penyakit. aksin yang
berisi komponen i dari salmonella typhi diberikan se&ara suntikan intramus&ular
memberikan perlindungan 0)403 selama * tahun
12
-
7/25/2019 demam tifoid pediatri
13/13
DA.*A& P/0*AA
'. "ehrman >, #liegman /, elson $>, aughan 111 C. 9yphoid fe5er. elson
tetbook of pediatri&s, edisi ke)'; Philadelphia < $" Saunders Co, '2.h.4*')*;
2. "utler 9.9yphoid fe5er. Dalam< $arren #S, /ahmoud -I (penyunting!. 9ropi&al and
geographi&al medi&ine, edisi ke)2. e Jork< /& :ra)Hill 1nformation Ser5i&es Co.
'0. h. 4+*)4.
*. Cleary 9:, Salmonella spe&ies. Dalam< Eong (Penyunting!. Prin&iples and pra&ti&e of
pediatri& infe&tious disease, edisi ke)2. e Jork< Chur&hill Ei5ingstone, 200*.h.*0)+
;. Hayani CH, Pi&kering E#. Salmonella infe&tions. Dalam < Ieign D, Chery @D
(Penyunting! 9etbook od pediatri& infe&tious disease, edisi ke)*, 9okyo< $" Saunders
Co, '2.h.20)**.5. Hoffman SE. 9yphoid fe5er. Dalam< Stri&kland :9 Penyunting. Hunter6s tropi&al
medi&ine, edisi ke)4. Philadelphia< $" Saunders Co, ''. H.*;;)+
13