demam tifoid

14
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran PKMRS Universitas Muslim Indonesia April 2008 Demam Tifoid Oleh : TIRTA SWARGA 110.203.097

Upload: fathulrachman

Post on 22-Jul-2016

74 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

demam tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: DEMAM TIFOID

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran PKMRS

Universitas Muslim Indonesia April 2008

Demam Tifoid

Oleh :TIRTA SWARGA

110.203.097

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar

Page 2: DEMAM TIFOID

2008

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Tirta Swarga

Stb : 110.203.097

Universitas : Universitas Muslim Indonesia

Benar telah menyelesaikan tugas PKMRS sebagai persyaratan untuk ujian kepaniteraan klinik

pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Gowa, 14 April 2008

Mengetahui,

(Dr. Nuraeni A. Siradjudin, Sp.A)

1

Page 3: DEMAM TIFOID

DEMAM TIFOID

Definisi

Demam tifoid ialah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella

typhi, ditandai dengan demam yang berkepanjangan (lebih dari satu minggu), gangguan saluran

cerna dan gangguan kesadaran.

Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi A,

dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh

s. Typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain.

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk

spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk

menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella

tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent

terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1

jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan

suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu

dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an bahan tinja.

Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adlah

komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah

protein labil panas.

2

Page 4: DEMAM TIFOID

Patogenesis

S. typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian

kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. (mansjoer,

2000) Setelah mencapai usus, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel

mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi II .

Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch of

payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler,

inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll

Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah

melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk

memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh

Salmonalla intraseluler

Gejala Klinis

Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan

sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis

gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan

keluhan susunan saraf pusat.

1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi,

sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.

2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,

hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.

3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.

3

Page 5: DEMAM TIFOID

Diagnosa

1. Amanesis

2. Tanda klinik

3. Laboratorium

1. Leukopenia, anesonofilia

2. Kultur empedu (+) : darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah

negatif); tinja minggu II, air kemih minggu III

3. Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru positif pada minggu II, pada

stadium rekonvalescen titer makin meninggi

4. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex TF cukup akurat

dengan

5. Identifikasi antibodi : Elisa, typhi dot dan typhi dot M

Diagnosa Banding

1. Influenza 6. Malaria

2. Bronchitis 7. Sepsis

3. Broncho Pneumonia 8. I.S.K

4. Gastroenteritis 9. Keganasan : - Leukemia

5. Tuberculosa - Lymphoma

(Darmowandowo, 2006)

Penatalaksanaan

4

Page 6: DEMAM TIFOID

Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan suportif

meliputi istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi).

Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus

tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari.

Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan bubur saring,

kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun

beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk

pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga

perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan

nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi beberapa obat yang bekerja secara

sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid perlu diberikan pada renjatan septik.

 

Pengobatan Medakamentosa

Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol.

Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,

azithromisin dan fluorokuinolon.

Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali

pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra

pemberian kloramfenikol , diberi

ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena

saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau

amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,

oral/intravena selama 21 hari

kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian,

oral, selama 14 hari.

5

Page 7: DEMAM TIFOID

Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2

kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang

diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan

fluoroquinolon.

6

Page 8: DEMAM TIFOID

Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :

1. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

2. Perforasi usus

3. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstraintetstinal

1. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis),

miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi

intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.

3. Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.

4. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

5. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.

6. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis

perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

Pada anak-anaka dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi

lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien

kurang sempurna.

Penatalaksanaan Penyulit

7

Page 9: DEMAM TIFOID

Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi

nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB, intravena

perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan

tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus

dengan penyulit perforasi usus.

8

Page 10: DEMAM TIFOID

Pencegahan

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan

khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi

karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid.

(Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan

menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.

Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling)

minuman/makanan.

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang

diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang

dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak

direkomendasikan, vaksin tifoid hanta direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke

tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid

dan pekerja laboratorium.

Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan kepada anak-anak

kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan

sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin

untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap dua tahun untuk orang-orang yang memiliki

resiko terjangkit.

Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang

dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara terpisah diperlukan untuk proteksi.

Dosis terakhir harus diberikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya

memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk

orang-orang yang masih memiliki resiko terjangkit.

Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau harus menunggu.

Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi (per injeksi) adalah orang yang memiliki

reaksi yang berbahaya saat diberi dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan

vaksin dengan dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan

(per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka

tidak boleh mendapatkan dosis lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka

9

Page 11: DEMAM TIFOID

tidak boleh mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid yang

diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit lain yang menyerang

sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan dengan obat-obatan yang

mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid selama 2 minggu atau lebih, penderita

kanker dan orang yang mendapatkan perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin

tifoid oral tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.

Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan problem serius seperti

reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang menyebabkan bahaya serius atau kematian

sangatlah jarang terjadi. Problem serius dari kedua jenis vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada

vaksin tifoid yang diinaktivasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang

per 100), sakit kepada (sekitar 3 orang per 100) kemerahan atau pembengkakan pada lokasi

injeksi (sekitar 7 orang per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat

terjadi adalah demam atau sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah

atau ruam-ruam (jarang terjadi).

10