demam tifoid

29
A. Latar Belakang Dinas Kebersihan sebagai sebuah unit organisasi yang memiliki fungsi melaksanakan kegiatan pelayanan kebersihan kepada masyarakat. Dalam Peraturan Walikota Mataram Nomor : 19/PERT/2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Mataram, dinyatakan bahwa Dinas Kebersihan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kebersihan Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan Dengan bentuk-bentuk kegiatan berupa: Penyusunan program kerja di bidang kebersihan. Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di bidang kebersihan. Bimbingan penyuluhan kepada masyarakat untuk peran serta dalam memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan. Pelayanan kebersihan dan jasa penyedotan air limbah kepada masyarakat, instansi pemerintah dan swasta.

Upload: lie-lhianna

Post on 24-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengaruh Tingkat Kebersihan Terhadap Penyakit Demam Tifoid

TRANSCRIPT

Page 1: Demam Tifoid

A. Latar Belakang

Dinas Kebersihan sebagai sebuah unit organisasi yang memiliki fungsi

melaksanakan kegiatan pelayanan kebersihan kepada masyarakat. Dalam

Peraturan Walikota Mataram Nomor : 19/PERT/2008 tentang Rincian Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Mataram, dinyatakan bahwa Dinas

Kebersihan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

kebersihan

Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan

Dengan bentuk-bentuk kegiatan berupa:

Penyusunan program kerja di bidang kebersihan.

Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di bidang

kebersihan.

Bimbingan penyuluhan kepada masyarakat untuk peran serta dalam

memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan.

Pelayanan kebersihan dan jasa penyedotan air limbah kepada

masyarakat, instansi pemerintah dan swasta.

Pemungutan Retribusi terhadap jasa pelayanan kebersihan baik

langsung maupun tidak langsung dan penyedotan kakus.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kebersihan.

Pengelolaan dukungan teknis dan administrasi.

Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan dinas.

Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa tugas pokok dan fungsi Dinas

Kebersihan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kebersihan

yaitu : “Pelayanan terhadap pengelolaan sampah dan pelayanan terhadap

pengelolaan air limbah/tinja”.

Sarana dan prasarana:

Page 2: Demam Tifoid

Pick Up Kijang :      1 Buah

Dump Truck :    27 Buah

Pick Up Panther :      7 Buah

Arm Roll :    17 Buah

Whell Loader :      1 Buah

Bull Dozzer :     2 Buah

Truck Tinja :     4 Buah

Kontainer :    70 Buah

Kereta Dorong :    69 Unit

Transfer Depo :      9 Buah

TPS : 104 Buah

TPA (Dengan luas 8,6 Hektar) :      1 Buah

Untuk kondisi kebersihan lingkungan di kota mataram, berbicara

mengenai lingkungan, pastinya tidak luput dari masalah persampahan. Mengkaji

dan mengelola masalah persampahan merupakan suatu keharusan diberbagai

negara baik negara maju maupun negara berkembang. Demikian halnya di Kota

Mataram, masalah sampah menjadi salah satu prioritas pembangunan Kota

Mataram, dengan masuknya program pembangunan sarana perkotaan, dimana

salah satu masalahnya adalah penanganan masalah persampahan. Pengelolaan

sampah di Kota Mataram ditangani oleh Dinas Kebersihan Kota Mataram. (1)

Menurut data Dinas Kebersihan, pelayanan kebersihan kepada masyarakat

telah menjangkau 82,6% wilayah Kota Mataram atau telah menjangkau 19

kelurahan dari 23 kelurahan yang ada sebelum pemekaran wilayah menjadi 50

kelurhanan saat ini. Sedangkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah ke TPA

sudah mencapai 60% dari jumlah timbulan sampah yang ada di Kota Mataram.

Namun hingga saat ini peranserta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan

masih belum optimal, ini dibuktikan dengan masih rendahnya kesadaran dan

kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya, misalnya :

membuang sampah tidak pada tempatnya, tetapi membuang sampah justru di

Page 3: Demam Tifoid

sungai atau di jalan raya, sampah yang dibuang tidak menggunakan kantong

bahkan tidak dipisahkan.

Berdasarkan data yang ada dinyatakan bahwa timbulan sampah di Kota

Mataram pada tahun 2009 setiap harinya mencapai 1.080 m3/hari yang berasal

dari permukiman, pasar komersil, perkantoran, fasilitas umum, sampah jalan,

kawasan industri, saluran drainase dan lain-lain. Dengan volume tersebut yang

dan prasarana yang ada sekitar 75,98%. Sedangkan sisanya ditanggulangi dengan

kebijakan kerja tambahan dan pemusnahan yang dilakukan secara langsung oleh

masyarakat.

Luas daerah pelayanan dalam tiga tahun terakhir tidak ada perubahan

yakni luas jangkauan pelayanan sampah di Kota Mataram berkisar 82,70% atau

dengan luas ± 5.070 Ha dari luas Kota Mataram yang 6.130 Ha. Sedangkan

jumlah penduduk yang terlayani sekitar 276.645 jiwa atau sekitar ± 76,30% dari

total jumlah penduduk Kota Mataram pada Tahun 2009, meningkat dibandingkan

dengan tahun 2008, jumlah penduduk yang terlayanai sebesar 264.888 jiwa atau

74.90%.Volume timbulan sampah harian berdasarkan petikan data tahun 2010

adalah sebesar 1087 m3, dengan perkiraan sumber sampah dari rumah tangga

sebesar 550m3, sampah sejenis sampah rumah tangga 530 m3, sampah spesifik

sebesar 3m3 serta sampah dari sumber lainnya sebesar 4 m3. Sedangkan proporsi

komposisi sampah berdasarkan jenis sampah, yakni sampah organik hanya

31.30% dan sampah non-organik sebesar 68.70%, proporsi tersebut tergambar

dalam diagram dibawah ini. (1)

Page 4: Demam Tifoid

Diagram. Proporsi komposisi Timbulan sampah

Dengan begitu menumpuknya timbulan sampah di kota mataram,

pemerintah melalui dinas kenersihan kota mataram menerapkan pola pengelolaan

sampah yang berkembang saat ini di Kota Mataram adalah sebagai berikut: (1)

Sistem individual langsung yaitu pengumpulan sampah yang

dilakukan secara door to door dengan mendatangi sumber sampah,

dimana sampah tersebut akan diangkut dengan menggunakan truk

biasa atau dump truk.

Sistem individual tak langsung yaitu pengumpulan sampah yang

dilakukan secara door to door yang dilakukan oleh petugas

kebersihan dengan menggunakan gerobak serta truk kecil dan

sampah yang ada ditampung di tempat penyimpanan sementara

yang berupa container kapasitas 6 - 8 m3, dan kemudian sampah

yang terkumpul tersebut dipindahkan ke tempat penampungan

sementara .

Sistem Komunal yaitu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh

masing-masing penghasil sampah dan dibuang ke tempat-tempat

yang telah disediakan oleh dinas kebersihan. Sebagai tempat

penampungannya berupa kontainer, kemudian di buang ke TPA.

Selain itu dilakukan penanganan secara langsung oleh para

penghasil sampah, yaitu dengan dibakar atau ditimbun pada lahan–

lahan kosong.

Gambaran produksi sampah, Permasalahan lingkungan yang umum terjadi

di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan yang kurang baik. Sampah

yang merupakan bagian sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik agar

tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun

gangguan pada lingkungan seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit,

menurunnya estetika dan sebagai pembawa penyakit. Pengelolaan sampah di

kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang optimal.

Page 5: Demam Tifoid

Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah

tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi.

Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain

perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan

laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan

sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum

mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan

Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan

sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat

pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu:

Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya

tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya

Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk

mengangkut sampah kurang efektif.

Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu

mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi

menjadi tumpukan sampah.

Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.

Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat

sebagai jalan pintas.

Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai

pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.

Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai

pengolahan sampah secara tepat.

Lingkungan yang sehat sudah barang tentu menjadi sebuah lingkungan

idaman dimana setiap orang ingin hidup di dalamnya. Namun begitu, sampah bisa

merusak lingkungan idaman tersebut dan menjadikannya sebuah lingkungan yang

bukan hanya tidak sehat namun juga tidak nyaman untuk ditinggali.

Sebagai contoh, sampah yang dibuang sembarangan ke sungai seperti

bungkus makanan, bungkus deterjen, dan berbagai jenis sampah lain, bisa

mengotori sungai tersebut serta menjadikan air di sungai tersebut tidak sehat.

Page 6: Demam Tifoid

Tidak sehatnya air sungai tentu bukanlah berita yang bagus mengingat banyak

masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk mencuci, mandi, dan bahkan

tidak jarang ada sebagian dari masyarakat kita yang merebus air dan memasak

menggunakan air yang diambil dari sungai.

Selain mencemari sungai, sampah juga bisa mencemari tanah dan tentu

saja, tercemarnya tanah juga merupakan suatu kabar buruk bagi masyarakat. Jika

tanah sudah tercemar, maka tanah tersebut akan menjadi tidak sehat dan tentu

saja, tidak sehatnya tanah bisa berakibat pada banyak hal. Sebagai contoh, jika

tanah tercemar, maka air tanah pun akan turut tercemar dan menjadi tidak sehat.

Tak hanya menjadikan air tanah tidak sehat, tanah yang tercemar juga bisa

menjadikan tanaman yang tumbuh diatasnya menjadi tidak sehat pula. Hal

tersebut tentu merupakan kabar buruk mengingat air tanah dan tanaman seperti

buah dan sayuran merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap anggota

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan

sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa

organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat

menimbulkan penyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan sampah adalah sebagai

berikut:

Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus

yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat

bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic

fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang

pengelolaan sampahnya kurang memadai.

Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu

contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing

pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan

binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa

makanan/sampah.

Page 7: Demam Tifoid

Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira

40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah

terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah

yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan

akumulator.

B. Epidemiologi dan Patogenesis Demam Tifoid

Penyakit demam tifoid termasuk penyakit menular. Kelompok penyakit

menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Paling banyak

ditemukan di negara Chile, Peru, India, Pakistan, Indonesia, Nigeria, dan Afrika

Utara dan negara-negara lain yang memiliki sanitasi yang buruk dan persediaan

air minum yang tidak terlindungi.

Stastistik yang terbaru mengemukakan bahwa terjadi setidaknya 16 juta

kasus baru demam tifoid setiap tahunnya di seluruh dunia dengan 600.000

kematian. Angka kejadian, penyebaran dan penderita demam typhoid berbeda

pada negara berkembang dengan negara maju. Pada negara maju angka kejadian

jauh lebih sedikit, di Amerika Serikat dilaporkan 400 kasus/tahun dalam

perbandingan 0.2 / 100.000 populasi. Di daerah selatan Eropa antara 4.3–

14.5/100.000 populasi. Sedangkan pada Negara berkembang dapat mencapai 500

kasus dalam 100.000 populasi dan angka kematian yang tinggi.

Demam tifoid dan paratifoid jarang ditemukan secara epidemik, lebih

bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari 1

kasus pada orang-orang serumah. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air

yang tercemar Salmonella typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier

merupakan sumber penularan tersering di daerah non-endemik.

Page 8: Demam Tifoid

Gambar Distribusi menurut Umur dari Tifoid dan Paratifoid

Penyebab demam tifoid

Bakteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella enterica serotipe typhi

yangmerupakan basil gram negatif. Penularan bakteri ini terjadi secara fecal oral

melalui makananyang terkontaminasi dan mengalami masa inkubasi dalam tubuh

penderita selama 7-14 hari. Selama masa inkubasi tersebutmungkin akan

ditemukan gejala prodormal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyerikepala,

pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis seperti

demam,gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran. (2,3)

Salmonella typhi (S. typhi) mempunyai beberapa macam antigen yaitu

antigen O(somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida yang biasa disebut

endotoksin yang terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini

mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut  juga endotoksin. Antigen

ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid),

antigen H (yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini

mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi

tidak tahan terhadap panas dan alkohol), antigen Vi (yang terletak pada kapsul

(envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis).

Endotoksin yang berasal dari antigen O yang berada dalam sirkulasi diduga

menyebabkan demam dan gejala toksik pada demam tifoid yang lama. Kehadiran

endotoksin dapat merangsang produksi sitokin. Produksi sitokin inilah yang dapat

Page 9: Demam Tifoid

menyebabkan gejala-gejala sistemik. Gejala tersebut antara lain demam,

muntah,sakit kepala, anoreksia, diare, konstipasi. (2,3)

Demam merupakan gejala sistemik yang palingsering muncul pada kasus

demam tifoid. Endotoksin menginduksi perubahan dalamsel sumsum tulang.

Lipopolisakarida juga menyebabkan penurunan yang cukup signifikan pada

eritrosit, leukosit, trombosit, hemoglobin dan persen hematokrit. Dengan

kondisitersebut maka layanan rawat inap di rumah sakit sangat dianjurkan pada

penyakit demam tifoid.

Cara Penularan

Ada dua sumber penularan Salmonella typhi: pasien dengan demam tifoid

dan yang lebih sering karier. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011

kuman per gram tinja. Carier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan

masih terus mengekskresikan S. typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari

satu tahun. Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi terjadinya karier.

Manusia merupakan reservoir alami dari Salmonella typhi. Penularan dapat

langsung atau tidak langsung . Penularan paling sering melalui makan dan air

yang terkontaminasi kuman Salmonella. Higienis dan sanitasi yang buruk

meningkatkan penyebaran kuman Salmonella dan ini banyak terjadi di negara

berkembang. Banyak kontaminasi makanan dan minuman didapat dari lalat yang

hinggap dan membawa kuman tifoid. Transmisi kongenital dari demam tifoid

dapat terjadi melalui infeksi transplasenta oleh ibu yang bakteremia kepada janin.

Masuknya Bakteri ke dalam Tubuh

Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh lewat mulut melalui

makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dibutuhkan jumlah bakteri 105-109

untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagian bakteri akan mati oleh asam

lambung. Bakteri yang tetap hidup akan melewati lambung melewati usus halus

(ileum dan jejunum), bila respons imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang

baik maka kuman akan menembus dinding usus dan selanjutnya ke lamina propia.

Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit terutama oleh makrofag.

Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

selanjutnya dibawah ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar

Page 10: Demam Tifoid

getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang

terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan

bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ

retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau

ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi

mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan

gejala penyakit infeksi sistemik.

Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembang biak,

dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus.

Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam

sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung

makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella

terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan

menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, myalgia,

sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi.

Di dalam plaque Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi

hiperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas

tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna

dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plaque Peyeri yang sedang

mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di

dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke

lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.

C. Analisa pengaruh lingkungan terhadap jenis penyakit

Vektor pembawa bibit penyakit (Vektor demam tifoid)

Prinsip penularan penyakit ini adalah melalui fekal-oral. Kuman dapat

berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carrier yang bias masuk ke

dalam tubuh manusia melalui air dan makanan.Kontaminasi dapat terjadi pada

sayuran mentah dan buah-buahan yang pohonnya dipupuk dengan kotoran

manusia.(2,3)

Page 11: Demam Tifoid

Vektor mekanis dari demam tifoid ialah Lalat yang merupakan perantara

penularan yang dapa tmemindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di

dalam makanan, mikroorganisme berkembang biak dan memperbanyak diri.

Bakteri yang masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam

lambung, sebagian lagi akan masuk ke dalam usus, kemudian berkembang biak.

Apabila respon immunitas (Imunoglobulin A) usus kurangbaik maka bakteri akan

menembus sel-sel epitel (terutama sel M), selanjutnya ke lamina propria. Di

lamina propria bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel fagosit terutama

makrofag.

Bakteri dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag, kemudian

dibawa ke Plaques peyeri di illeum distal. Selanjutnya ke kelenjar getah bening

mesenterika. Melalui duktus torasikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag

masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama yang tidak

menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar ke organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit

danberkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian masuk lagi

kedalam sirkulasi darah dan menyebabkan bakteremia yang kedua

yangmenimbulkan gejala dan tanda penyakit infeksi. Di dalam hati bakteri masuk

ke dalam kandung empedu, berkembangbiak dan diekskresikan ke dalam lumen

usus melalui cairan empedu, sebagian bakteri ini dikeluarkan melalui feses dan

sebagian lagi menembus usus. (2,3)

Keadaan lingkungan, Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan

pada penularan demam tifoid adalah: (5)

o Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak

terbiasa. Hal ini jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta pengasuh

anak.

o Higiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini paling berperan

pada penularan tifoid. Banyak sekali contoh untuk ini diantaranya:

makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-

sayuran dan buahbuahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia,

Page 12: Demam Tifoid

makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum

yang tidak masak, dan sebagainya.

o Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran,

dan sampah, yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

o Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai.

o Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

o Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna.

o Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid

Dari sisi lingkungan hidup :

o Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan

o Pembuangan kotoran manusia yang higienis

o Pemberantasan lalat

o Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual

makanan

Faktor Sanitasi Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid

o Sarana Air Bersih

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh

manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-

60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk

bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara

lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negara-

negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara

30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat

penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan

minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air

tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia

Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian

air dikaitkan sebagai faktor perpindahan atau penularan penyebab

penyakit. Air membawa penyebab penyakit dari kotoran (feces) penderita,

kemudian sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, susu dan

Page 13: Demam Tifoid

minuman. Air juga berperan untuk membawa penyebab penyakit infeksi

yang biasanya ditularkan melalui air yaitu typus abdominalis. Manusia

menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus,

produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa berbagai

penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia

memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih bagi

masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air

Setiap rumah tangga harus memiliki persediaan air bersih dalam

jumlah cukup, meskipun kebutuhan air bersih setiap rumah tangga

berbeda-beda. Di daerah yang padat penduduknya, kebutuhan sumber air

bersih tentu saja semakin banyak. Kebutuhan air bersih yang berasal dari

jenis sarana yang dianggap memenuhi persyaratan antara lain melalui

sistem perpipaan, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan

terlindung. Namun demikian untuk menjamin tersedianya air bersih yang

berkualitas secara berkala Departemen Kesehatan melakukan pemantauan

terhadap kualitas sampel air minum dari PDAM maupun air bersih dari

jenis sarana lainnya yang dilaksanakan secara berkala

o Sarana Pembuangan Tinja

Sarana pembuangan tinja yaitu tempat yang biasa digunakan untuk

buang air besar, berupa jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang

mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan

unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

Jamban sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

Tidak mencemari sumber air bersih (jarak antara sumber air

bersih dengan lubang penampungan minimal 10 meter).

Tidak berbau.

Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

Tidak mencemari tanah disekitarnya.

Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

Page 14: Demam Tifoid

Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Penerangan dan ventilasi yang cukup.

Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

Dalam perencanaan pembuatan jamban, perhatian harus diberikan

pada upaya pencegahan keberadaan vektor perantara penyakit demam

tifoid yaitu pencegahan perkembangbiakan lalat. Peranan lalat dalam

penularan penyakit melalui tinja (fekal-borne diseases) sangat besar. Lalat

rumah selain senang menempatkan telurnya pada kotoran kuda atau

kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran manusia

yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami penguraian.

Jamban yang paling baik adalah jamban yang tinjanya segera

digelontorkan ke dalam lubang atau tangki dibawah tanah. Disamping itu,

semua bagian yang terbuka ke arah tinja, termasuk tempat duduk atau

tempat jongkok, harus dijaga selalu bersih dan tertutup bila tidak

digunakan.

Pengelolaan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat dapat

menjadi sumber penularan penyakit yang mengancam kesehatan

masyarakat banyak. Oleh karena itu kotoran manusia perlu ditangani

dengan seksama.(5)

Page 15: Demam Tifoid

Intervensi terhadap lingkungan untuk menurunkan insidensi beberapa jenis

penyakit(4)

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella Thypi.Kuman Salmonella Typi  masuk tubuh manusia melalui

mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Penularan salmonella thypi dapat

ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F

yaitu food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan

Page 16: Demam Tifoid

melalui  feses. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya

seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk

kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan

sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.

Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran

darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.

o PENCEGAHAN

Dilihat dari aspek kilinik pengobatan terhadap penyakit salmonellosis

mungkin dapat disembuhkan, tetapi apabila dilihat dariaspek bakteriologik,

menghilangkan bakteriyang ada dalam alat pencernaan merupakan sesuatu

yang sulit, karena bakteri sudah berada dalam sirkulasi sistem empedu dan

secara intermiten bakteri dapat berpindah kedalam lumen alat pencernaan

bersama empedu tersebut.

Kondisi inilah yang menyebabkan bekas penderita salmonellosis masih

berbahaya,karena dalam fecesnya masih terdapat bakteri yang mungkin sekali

mencemari lingkungandan dapat menginfeksi hewan dan manusia,oleh karena

itu masih harus tetap diwaspadai bekas penderita salmonellosis sebagai

sumber penularan.

Tindakan sanitasi dan higienik merupakan tindakan yang tepat untuk

dilakukan dan tindakan ini adalah tindakan yang paling murah untuk

dilakukan. Pencegahan lain yang bisa dilakukan yaitu dengan

mengidentifikasi dengan benar, bahwahewan yang baru masuk dari

peternakan lainbebas salmonellosis. Vaksin salmonellosistelah dibuat dan

dipasarkan baik yang aktif (dibuat dari salmonella avirulen) maupun yang

pasif.

Tanggung jawab dalam mengimplementasikan ukuran jaminan keamanan

dalam rantai produksi makanan harus menjadi tanggung jawab industri,

organisasi dan pemerintah. Pada industri pakan ternak selain bertanggung

jawab terhadap kualitas pakan yang dihasilkan jugaharus mampu menjamin

bahwa pakan yang dihasilkannya bebas dari salmonella. Pada kegiatan

Page 17: Demam Tifoid

budidaya, program monitoring yang intensif perlu diterapkan baik untuk

rumah ternak maupun peternak. Di rumah potong, pemeriksaan kesehatan

secara visual dilakukan oleh petugas kesehatan hewan, dan contoh dagingnya

harus diuji jika dicurigai terkena salmonellosis.

o PENGOBATAN

Tindakan yang cepat diperlukan pada salmonellosis dalam stadium

septikemia. Septikemia sebaiknya adiatasi dengan antibiotik spektrum

luas. Chloramphenicol adalah antibiotik pilihan yang tepat untuk

mengobati septicemia, tetapi telah menghasilkan strain-strain yang

resisten. Oleh karena itu uji kepekaan antibiotik perlu dilakukan.

Ampicillin dan trimethoprimsulfamethoxazole kini digunakan. Untuk

gastroenteritis, yang paling penting dilakukan ialah penggantian cairan

dan elektrolit yang hilang.

o ASPEK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Bakteri salmonella ada di dalam alat pencernaan penderita dan

dapat dikeluarkan ketika penderita menderita diare. Karena itu hewan

penderita harus diisolasi, tidak boleh digembalakan, karena akan

berarti membiarkan bakteri salmonella tersebar di padang

penggembalaan umum dan menulari hewan lainnya.

Pemerintah seharusnya selalu memberikan sertifikat bebas

salmonellosis kepada perusahaan-perusahaan penghasil bibit ternak

manapun, terutama ternak unggas. Pemerintah juga berwenang

memeriksa pabrik-pabrik makanan ternak, yang juga harus bebas dari

salmonella.

Pedoman berikut perlu diperhatikan dalam rangka pencegahan salmonellosis:

Hewan yang dicurigai sebagai pembawa(carrier) perlu segera didiagnosis

secarapasti (definitif). Kalau positif perlu diksingkirkan, diasingkan (diisolasi)

atau segera diobati sampai tuntas. Untuk memeriksakan kesembuhan dengan

benar, hewan harus diperiksa ulang beberapa kali sebelum benar-benardapat

dibebaskan.

Page 18: Demam Tifoid

Pemberian antibiotik dalam makanan dan atau minuman dapat dipertimbangkan

dengan mengingat akan efek buruknya salmonella.

Lalu lintas hewan di daerah terjangkit salmonellosis harus diawasi dengan ketat.

Sumber makan dan minum harus benar-benar bebas dari kontaminasi

keluaran(ekskresi) hewan tersangka.

Kandang dan peralatan harus dicuci bersih dan didientifikasi.

Barang dan peralatan yang tercemar oleh keluaran penderita jangan dipakai.

Karyawan yang langsung memelihara ternak harus diberi informasi dengan baik

agar melakukan tindakan kebersihan diri dan melindungi diri dengan pakaian

(sarung tangan, sepatu boot, masker dan lain-lain) ketika didalam kandang atau

merawat penderita.

Apabila ada vaksin dapat dipertimbangkan.

D. Referensi

1. Kelompok kerja AMPL Kota Mataram. BUKU PUTIH SANITASI :Profil Sanitasi

Kota Mataram. 2010 Available at:

http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencaaan/sanitasi/pokja/bp/kota.mataram/BAB

%203%20Profil%20Sanitasi%20Kota%20Mataram.pdf

2. Syamsul Arifin Edi Hartoyo & Dwi Srihandayani. Hubungan Tingkat Demam

Dengan Hasil Pemeriksaan Hematologi Pada Penderita Demam Tifoid. Universitas

Lambung Mangkurat. 2010

3. Suprapto, S. Faktor Risiko Pejamu Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid

(Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang). Diss. Program Pasca sarjana Undip,

2012.

4. Masniari P, Iyep Komala, dan Susan M.N. Bahaya Salmonella Terhadap Kesehatan.

2014. available at: http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/eng/pdf/all-pdf/peternakan/

fullteks/lokakarya/lkzo05-34.pdf pada 21 Juni 2015.

Page 19: Demam Tifoid

5. Rakhman, Arief, Rizka Humardewayanti, Dibyo Pramono. Faktor – Faktor Risiko

yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Tifoid pada Orang Dewasa.

Berita Kedokteran Masyarakat. 25 : 4. 2009.