demam paratifoid

49
DEMAM PARATIFOID Disusun oleh : Neneng Sutinah 20050310151

Upload: neneng-sutinah

Post on 04-Jul-2015

538 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEMAM PARATIFOID

DEMAM PARATIFOID

Disusun oleh :Neneng Sutinah20050310151

Page 2: DEMAM PARATIFOID

BAB IPENDAHULUAN

• Latar Belakang• Demam typhoid pada masyarakat dengan

standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.

Page 3: DEMAM PARATIFOID

• Tujuan Penulisan• Untuk lebih memehami tentang demam tifoid,

dari etiologi, diagnosis dan penatalaksanaan, serta aplikasinya dalam kasus.

Page 4: DEMAM PARATIFOID

BAB IIPRESENTASI KASUS

IDENTITAS PASIEN• Nama : An. A• Umur : 4 tahun• Jenis kelamin : Laki-laki• Alamat : Blotongan 4/1, Blotongan

Sidorejo, Salatiga

• No.RM : 174916• Tgl Masuk RS : 20-1-2011 jam 18.29

Page 5: DEMAM PARATIFOID

ANAMNESIS• Keluhan utama: • Demam tinggi

Page 6: DEMAM PARATIFOID

Riwayat penyakit sekarang: Tanggal anamnesis 20/1/2011• Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan demam

tinggi selama 4 hari, mendadak. Demam terjadi terus menerus dan meningkat pada malam hari. OS mengeluh pusing (+), nyeri kepala (-), menggigil (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-), ruam di ekstrimitas dan badan (-), telinga merah (-), nyeri telinga (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri epigastrik (+), mual (-), muntah (+) satu kali, sedikit,perut kembung (+), nafsu makan turun (+), Batuk (+), pilek (+) sudah 2 hari, nyeri tenggorokan (-), seseg (-). BAK dbn, frekuensi 3-4 kali sehari, warna kuning, tidak nyeri. BAB terakhir 1 hari SMRS konsistensi padat. diare (-). Dua hari sebelum masuk RS sudah berobat dokter diberi sanmol dan antasid

Page 7: DEMAM PARATIFOID

Riwayat penyakit dahulu:• Pasien pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat kejang (-). Riwayat opname pada bulan puasa(+) karena demam thyfoid selama 1 minggu.

• Riwayat penyakit keluarga:• Dalam keluarga pasien tidak pernah sakit

seperti ini. Demam (-).

Page 8: DEMAM PARATIFOID

• Riwayat kehamilan ibu:• ANC dilakukan > 4 kali di bidan, keluhan

selama kehamilan (-), kelainan (-).

• Riwayat Persalinan ibu:• Lahir spontan di bidan, presentasi kepala,

aterm, BBLC (BBL 3250gr), langsung menangis (+).

Page 9: DEMAM PARATIFOID

• Riwayat pertumbuhan dan perkembangan• Pertumbuhan dan perkembangan baik dan

sesuai umur. • Riwayat Gizi• Asi sampai 18 bulan, dilanjutkan dengan PASI.• Riwayat imunisasi• Lengkap, dilakukan di puskesmas, ibu pasien

menyatakan lupa tanggal dilakukan imunisasi.

Page 10: DEMAM PARATIFOID

• Riwayat keluarga• Susunan keluarga: pasien adalah anak

pertama dan belum mempunyai saudara kandung.

• Tabel.1 Data orangtua pasien

Keterangan Ayah Ibu

Nama Tn. P Ny. F

Umur 38 tahun 31 tahun

Pendidikan terakhir SMA SMA

Agama Islam Islam

Pekerjaan Swasta Swasta

Alamat Blotongan, Sidorejo ,

Salatiga

Blotongan, Sidorejo, Salatiga

Page 11: DEMAM PARATIFOID

Riwayat perumahan dan sanitasi• Pasien tinggal bersama kedua orang tua di

Blotongan, Sidorejo, Salatiga. Terdapat penerangan listrik dan sumber air berasal dari sumur. Tempat tinggal pasien jauh dari tempat pembuangan sampah dan jalan raya. Lingkungan rumah cukup bersih.

• Kesan: keadaan lingkungan tempat tinggal pasien baik.

Page 12: DEMAM PARATIFOID

• PEMERIKSAAN FISIK• Keadaan Umum : Sedang• Kesadaran : Compos mentis• Vital Sign : • TD : 127/77 x/menit (kuat, regular)• Nadi : 101 x/menit,isi dan tegangan kuat• Suhu: 37,8 ºC• RR:26 x/menit (regular)

Page 13: DEMAM PARATIFOID

• Data antropometri• Berat badan : 18 kg• Tinggi badan : 104 cm• Status gizi : antara -2SD dan -1SD (gizi

sedang)

Page 14: DEMAM PARATIFOID

Status Generalis Pemeriksaan Kepala :

Normosefali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, edem pada muka (-/-).

Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)

Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung -/-, sekret -/-, konka hiperemis (-)

Telinga : Bentuk telinga normal, sekret -/-, nanah (-), nyeri (-).Mulut : Mukosa mulut basah (+), hiperemis (-), sianosis (-) lidah

kotor (+), tremor (-), stomatitis (-)Gigi geligi : Karies (+), tidak nyeri, perdarahan gusi (-)Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)

membesar (-), uvula simetris ditengah

Page 15: DEMAM PARATIFOID

• Pemeriksaan Leher :Pembesaran kelenjar limfonodi (-), sikatrik (-)

• Pemeriksaan Thorak :Inspeksi : dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi dada(-), Iktus

kordis tidak tampak.Palpasi : Ketinggalan gerak (-), fokal fremitus kanan=kiri. Nyeri (-)Perkusi : seluruh lapangan paru sonor dx=snAuskultasi : paru: SD: Vesikuler normal, ST: ronkhi (-), wheezing (-)

Cor: S1S2 murni, regular. • Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Simetris, Tidak tampak ada massa, sikatrik(-), distensi (-)Auskultasi : Bising Usus meningkat

• Palpasi : Supel, nyeri epigastrik(+), massa (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)

• Perkusi :hipertimpani (+), distensi (-)• Pemeriksaan Ekstrimitas : • Akral hangat (+), oedema (-), CRT < 2”, petechie spontan (-), RL tes (-)

Page 16: DEMAM PARATIFOID

• PEMERIKSAAN PENUNJANG• PEMERIKSAAN LABORATORIUM• Tanggal 21 Januari 2010• Darah Rutin• Leukosit : 10,0 x 103 /uL (4,5-10)• Eritrosit : 4,75 x 106/uL (L=4,5-5,5 ; P=4-5)• Hemoglobin : 11,2 g/dL (L=14-18 ; P=12-16)• Hematokrit : 34,4 (40-54)• MCV : 72,4 fl (85-106)• MCH : 23,6 pg (28-31)• MCHC : 32,6 g/dl (30-35)• Trombosit : 290 (150-450)• LED I : 53 mm (L: 3-8 ; P: 6-11)

II : 93 mm (L: 5-18 ; P: 6-20)

Page 17: DEMAM PARATIFOID

Hitung jenis leukosit• Basofil : 2 % (1-4)• Eosinofil : 0 % (0-1)• Batang : 0 % (2-5)• Segmen : 72 % (36-66)• Limfosit : 17 % (22-40)• Monosit : 9 % (4-8)

• Uji widal• S. typhi O : (-)• S. paratyphi A-O : (-)• S. paratyphi B-O : (-)• S. paratyphi C-O : 1/320 • S. typhi H : (-)• S. paratyphi A-H : (-)• S. paratyphi B-H : (-)• S. paratyphi C-H : (-)

Page 18: DEMAM PARATIFOID

RESUME

AnamnesaPasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan demam tinggi

selama 4 hari, mendadak. Demam terjadi terus menerus dan meningkat pada malam hari. OS mengeluh pusing (+), nyeri kepala (-), menggigil (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-), ruam di ekstrimitas dan badan (-), telinga merah (-), nyeri telinga (-), tidak ada cairan yang keluar dari telinga, mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri epigastrik (+), mual (-), muntah (+) satu kali, sedikit,perut kembung (+), nafsu makan turun (+), Batuk (+), pilek (+) sudah 2 hari, nyeri tenggorokan (-), seseg (-). BAK dbn, frekuensi 3-4 kali sehari, warna kuning, tidak nyeri. BAB terakhir 1 hari SMRS konsistensi padat. diare (-). Dua hari sebelum masuk RS sudah berobat dokter diberi sanmol dan antasid

Page 19: DEMAM PARATIFOID

pemeriksaan fisik:Pasien tampak sakit sedang. Dari tanda vital, suhu

meningkat, pernafasan meningkat, nadi normal isi dan tegangan kuat. Pemeriksaan thorax jantung dan paru dalam batas norml. Pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan epigastrik. Pada ekstrimitas tidak ditemukan petechiae dan CRT< 2”

Pada pemeriksaan lab:Pada pemeriksaan hematologi: AL, AT dalam batas

normal. Pasien anemia ringan (Hb 11,2 gr/dl). Pada pemeriksaan widal titer Salmonella paratyphi CO:1/

Page 20: DEMAM PARATIFOID

• DIAGNOSIS BANDING• Thypoid Fever• Infeksi Saluran Kemih • DF• DHF• Malaria• Campak• OMA

• DIAGNOSIS KERJA • Parathypoid Fever

Page 21: DEMAM PARATIFOID

PENATALAKSANAAN • Rawat inap dan tirah baring • Diit lunak• Infus Kaen 3B 20 tts/menit• Injeksi antibiotik : cefotaxime 2x400 mg• Per oral: contusi syr • Sanmol syr• Antasid syr

Page 22: DEMAM PARATIFOID

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

• DEFINISI• Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut

yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi). Sementara Demam Paratifoid, penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari Demam Tifoid disebabkan oleh S paratyphi A,B atau C.

Page 23: DEMAM PARATIFOID

• ETIOLOGI• Sembilan puluh enam persen demam tifoid

disebabkan oleh Salmonella typhi dan sisanya adalah Salmonella paratyphi. Salmonella typhi termasuk dalam genus Salmonella (termasuk dalam genus ke IV). Termasuk keluarga Enterobactericeae.

Page 26: DEMAM PARATIFOID

• MANIFESTASI KLINIS• Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-

14 hari. • Pada minggu pertama gejala klinis , gejala serupa

dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.

• Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Page 27: DEMAM PARATIFOID

Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu IoC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.

Page 28: DEMAM PARATIFOID

MANIFESTASI KLINISGejala khas demam tifoid adalah:•Demam

Demam terus menerus, bertahap meningkat, terutama pada malam hari

•Gangguan gastrointestinalNyeri perut, kembung, mual muntah, diare, konstipasi

•Gangguan SSPGangguan kesadaran dari delirium, apati, sampai koma

PEMERIKSAAN FISIKLidah kotor dan tremorRose spotHepatosplenomegaliBradikardi relatif

Page 29: DEMAM PARATIFOID

PEMERIKSAAN PENUNJANG• Uji Widal• Tes TUBEX®

• Enzyme immunoassay (EIA)• Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) • Pemeriksaan dipstik.

Page 30: DEMAM PARATIFOID

DIAGNOSIS• Anamnesa

Demam, gangguan GIT, gangguan SSP• Pemeriksaan fisik

Lidah kotor+tremor, kembung, kesadaran, hepatomegali > splenomegali (di indonesia)

• Pemeriksaan penunjang– Darah tepi : anemia, leukopenia, trombositopenia– Serologi : widal– Biakan Salmonella : biakan darah

Page 31: DEMAM PARATIFOID

PENATALAKSANAAN

• Tujuan Tx:– meniadakan invasi kuman dan mempercepat

pembasmian kuman – memperpendek perjalanan penyakit– mencegah terjadinya komplikasi– mencegah relaps dan mempercepat

penyembuhan.

Pengobatan antibiotik pengobatan utama

Page 32: DEMAM PARATIFOID

Antibiotik : • Kloramfenikol (drugs of choice) 50-100 mg/kg

bb/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.

• Amoksisilin, 100 mg/kgbb/hari, oral atau intravena, selama 10 hari.

• Kotrimoksasol 6mg/kgbb/hari, oral, selama 10 hari.

• Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, IM atau IV, 1 kali sehari selama 5 hari.

• Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari.

Page 33: DEMAM PARATIFOID

Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

Perawatan pada kasus demam tifoid biasanya bersifat simptomatis istirahat dan dietetik. Tirah baring sempurna terutama pada fase akut.

Masukan cairan dan kalori perlu diperhatikan.

Page 34: DEMAM PARATIFOID

Dahulu dianjurkan semua makanan saring, sekarang semua jenis makanan pada prinsipnya lunak, mudah dicerna, mengandung cukup cairan , kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

Page 35: DEMAM PARATIFOID

PENCEGAHAN

• Kualitas makanan + minuman• Higienitas diri.• Imunisasi aktifAda 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang

diberikan secara oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular/disuntikkan ke dalam otot.

Page 36: DEMAM PARATIFOID

BAB IVPEMBAHASAN

Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi). Sementara Demam Paratifoid, penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari Demam Tifoid disebabkan oleh S paratyphi A,B atau C.

Page 37: DEMAM PARATIFOID

Pada kasus ini ditemukan demam terus-menerus, meningkat pada malam hari, gangguan traktus gastrointestinal berupa muntah dan nyeri perut regio epigastrik, konstipasi, tetapi pada pasien ini tidak ditemukan gangguan susunan saraf pusat.

Page 38: DEMAM PARATIFOID

Pada kasus kali ini diagnosis banding DHF dapat disingkirkan karena pada uji bendung negatif, tidak ditemukan asites, pasien tidak mimisan, tidak ada perdarahan gusi, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan hepatomegali, dan pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan trombositopenia.

Page 39: DEMAM PARATIFOID

• Diagnosis banding ISK dapat disingkirkan karena BAK pasien normal, frekuensi berkemih (3-4 kali sehari), berwarna kuning, tidak nyeri, dan tidak ditemukan nyeri pinggang.

Page 40: DEMAM PARATIFOID

Otitis Media Akut dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak ada nyeri telinga maupun sekret atau nanah yang keluar lewat lubang telinga.

Page 41: DEMAM PARATIFOID

Malaria dapat disingkirkan karena pada fase demam pasien tidak menggigil kemudian berkeringat, pasien juga tidak mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri otot, riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 1 bulan terakhir disangkal.

Page 42: DEMAM PARATIFOID

• Dalam mendiagnosis demam paratifoid pada anak ini masih digunakan uji widal. Uji widal mempunyai kelemahan

Page 43: DEMAM PARATIFOID

Penatalaksanaan di Rumah Sakit• Rawat inap dan tirah baring • Diit lunak• Infus Kaen 3B 20 tts/menit• Injeksi antibiotik : cefotaxime 2x400 mg• Per oral: contusi syr • Sanmol syr • Antasid syr

Page 44: DEMAM PARATIFOID

Hal ini sesuai WHO dan Bhutta, BMJ, 2006 yang menerangkan tatalaksana demam tifoid:

Tatalaksana medikamentosa (obat-obatan) untuk demam tifoid:1. Antibiotik2. Antipiretik3. Steroid

Page 45: DEMAM PARATIFOID

Tatalaksana Non-medikamentosa untuk demam tifoid:1. Tirah baring (bed rest)2. Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi karena demam3. Makan makanan yang bergizi, rendah lemak dan lunak agar tidak memberatkan kerja usus4. Jaga higiene dan kebersihan diri maupun orang yang merawat untuk menghindari penularan5. Monitoring keadaan klinis dan waspadai tanda-tanda perburukan atau komplikasi

Page 46: DEMAM PARATIFOID

BAB VKESIMPULAN

• Demam Tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi).

• Sementara Demam Paratifoid, penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari Demam Tifoid disebabkan oleh S paratyphi A,B atau C.

Page 47: DEMAM PARATIFOID

Gejala klinis Demam Tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama: Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan saluran pencernaan, dan Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran.

Pada kasus ini ditemukan demam terus-menerus, meningkat pada malam hari, gangguan traktus gastrointestinal berupa muntah dan nyeri perut regio epigastrik, konstipasi, tetapi pada pasien ini tidak ditemukan gangguan susunan saraf pusat.

Page 48: DEMAM PARATIFOID

• Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi S.typhi berhubungan dengan keadaan bakteremia.

Page 49: DEMAM PARATIFOID

DAFTAR PUSTAKA• Bhutta ZA. Clinical review: Current concepts in the diagnosis and treatment of typhoid fever.

BMJ.2006;333:78-82.• Soedarmo, Poorwo, S, dkk,. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan

Anak FKUI. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.• Departemen Kesehatan,. (2008). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO.

Jakarta.• Rafli A, Hidayati AD, Abdaly MS, Ekaputri K, Widiyanti R, Satrio S, et al. Aspek Molekular demam

tifoid. Modul Biologi Molekular. FKUI: 2006.• Lesser CF & Miller SI. Salmonellosis. Harrison’s Principle of Internal Medicine, 16th ed. USA: McGraw

Hill Inc. 2005. p926-929.• Pusponegoro, Hardiono D,. (2002). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Jakarta.• Sukmagara, Jefri, dr, dkk,. (2008) Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press Yogyakarta. • Soetjiningsih, dr, SpAk,. (2005) Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. • Prasetyo, R.V. & Ismoedijanto. (2006). Metode diagnosis demam tifoid pada Anak. Divisi Tropik dan

Penyakit Infeksi Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak. FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo. Surabaya. • Myron, M., Levine., Grados, O., Robert, H., William, E., Rene, S. & Waldman, W. (2001). Diagnostic

Value of the Widal Test in Areas Endemic for Typhoid Fever. Semarang.