definisi dan tipe gunung api
DESCRIPTION
Rangkuman dari beberapa sumber mengenai definisi dan tipe gunung apiTRANSCRIPT
Makalah Vulkanologi
Program Sarjana Prodi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Geologi
2014
TUGAS KE-1
Bab I. Studi Literatur
Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah
menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah
Campania, Italia. Pompeii terletak pada koordinat 40°45′0″LU
14°29′10″BT, sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern
Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava
ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama "Sarnus"). Saat
ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan
daerah yang dekat dengan pantai.
Pompeii
hancur oleh
letusan gunung
Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota
Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota
ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak
sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan
pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di
puncak kejayaan Kekaisaran Romawi.
Gunung Vesuvius (bahasa Italia: Monte Vesuvio) adalah satu-
satunya gunung berapi aktif di Eropa Daratan yang terletak di sebelah
timur Napoli, Italia. Pada tahun 79, letusan gunung ini menghancurkan
kota Pompeii.
Pompeii
hancur oleh letusan
gunung Vesuvius
pada 79 M. Debu
letusan gunung
Vesuvius
menimbun kota
Pompeii dengan
segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama
1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak
itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa
terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran
Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan
Dunia UNESCO.
Gunung Vesuvius terkenal karena letusan dalam AD 79 yang
menyebabkan kehancuran Roma kota Pompeii dan Herculaneum dan
kematian 10.000 hingga 25.000 orang. Ini telah meletus beberapa kali
sejak dan saat ini dianggap sebagai salah satu gunung berapi yang paling
berbahaya di dunia karena terdapat penduduk sebesar 3.000.000 orang
yang tinggal di dekatnya dan kecenderungan mereka tinggal ke arah
ledakan (Plinian) letusan.
Gunung Vesuvius
Kota Pompeii
Peristiwa Pompeii merupakan sejarah lama yang legendaris.
Julukan sebagai gunung paling berbahaya tersebut terasa sangat sesuai
dengan kemampuan gunung Vesuvius yang sanggup menelan jutaan jiwa
hanya dalam sekali ledakan. Dari sejarah inilah muncul latar belakang
mengapa pengetahuan mengenai gunung api sangatlah penting.
Diharapkan dengan mempelajari bidang ini, kebencanaan serupa dapat
dihindarkan. Tak hanya itu, dibalik bahaya yang ditimbulkannya gunung
api juga membawa banyak sekali informasi bagi geologist, terutama
mengenai keterbentukan batuan dan umur lingkungan pengendapan.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10
km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung
berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di
sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin
Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Indonesia sendiri berada pada tiga lempeng tektonik yaitu yaitu lempeng
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Ketiganya Terus mengalami
tumbukan. Sehingga Indonesia masuk dalm jalur cincin api pasifik paling
berbahaya di asia, dikarenakan kepemilikan gunung api terbanya yaitu
sekitar 120 gunung. Hal ini juga menjadikan Indonesia rawan bencana
gempa dan letusan gunung berapi.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa
hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh
aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.
Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun
sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan
keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi
itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung api sendiri memiliki berbagai macam jenis dan dapat
dikelompokan dari berbagai macam aspek. Misalnya saja berdasarkan
bentuknya gunung api dapat dibagi menjadi
Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah
sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa
jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-
kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa
ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair,
sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam),
bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang
bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan
Hawai.
Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik
menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini
membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500
meter dari tanah di sekitarnya.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung
Bromo merupakan jenis ini.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi )
Adapun sumber lain menyatakan bahwa bentuk bentuk gunung api adalah
seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut
(gwrosescience.pbworks.com)
Fissure terbentuk ketika lempeng tektonik bergerak dan lava naik
untuk mengisi ruang kosong yang ada, contoh yang sering muncul adalah
MOR (Mid Oceanic Ridge). Tipe shield atau perisai merupakan kerucut
volcanik dangkal yang terbentuk ketika lava hendak mangalir dan
mendingin perlahan. Contoh dari Shield ini salah satunya adalah
pegunungan Hawaian. Dome merupakan tipe gunung api yang memiliki
kemiringan cembung dan curam yang terbentuk dari aliran lava tebal yang
mengalir dengan cepat. Contoh gunung ini adalah gunung Lassen, Sastina.
Ash-Cinder merupakan gunung api yang terbentuk dari lapisan abu
vulkanik, sisa bara, dan lava, contohnya adalah gunung Zion. Composite
pun merupakan jenis gunung api yang terbentuk dari tumpukan abu
vulkanik, sisa bara dan lava seperti halnya Ash-Cinder, akan tetapi cone
gunung berapi ini memiliki percabangan sehingga membentuk kewah-
kawah kecil disekitar kawah pusat. Sementara Caldera merupakan gunung
api yang sangat tua dan memiliki kawah yang sangat besar (hingga luas
100km) yang memungkinkan adanya kawah kawah kecil disekitarnya.
Contoh paling dekat adalah gunung Sunda yang menjadi cikal bakal
gunning Tangkuban Parahu yang sering kita kenal.
Selain itu Gunung api juga dapat dikelompokan berdasarkan
keterbentukannya. Gunung api terbentuk dalam berbagai cara antara lain:
Stratovolcano
Stratovolcano, juga dikenal sebagai gunung berapi komposit, ialah
pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas
lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung berapi itu secara
khas curam di puncak dan landai di kaki karena aliran lava yang
membentuk gunung berapi itu amat kental karena banyak mengandung
silika, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh. Lava
seperti itu dikelompokkan asam karena tingginya konsentrasi silikat,
sehingga batuan yang dihasilkan pun rata rata berasal dari kelompok
andesitic dan riolitik. Di ujung lain spektrum itu ialah gunung berapi
pelindung (seperti Mauna Loa di Hawaii), yang terbentuk dari lava yang
kurang kental, memberinya dasar kuat, stratovolcano juga memiliki
kemiringan yang curam pada bagian puncak dan kemiringan yang lebih
landai pada bagian kaki, sehingga sisi-sisinya seperti dua bidang konkaf
(cekung) yang menghadap ke atas. Banyak stratovolcano yang melampaui
ketinggian 2500 m. Sering tercipta oleh subduksi lempeng tektonik.
Stratovolcanoes adalah umum di zona subduksi, membentuk rantai
sepanjang batas lempeng tektonik di mana kerak samudera yang diambil di
bawah kerak benua (Continental Arc Vulkanisme, misalnya Cascade
Range, Andes pusat) atau lain lempeng samudera (Pulau Vulkanisme
busur, misalnya Jepang, Pulau Aleutian). Magma yang terbentuk oleh
stratovolcanoes naik ketika air terperangkap baik dalam mineral terhidrasi
dan di batuan basalt berpori dari kerak samudera atas, dilepaskan ke
batuan mantel dari astenosfer di atas lempengan laut yang tenggelam.
Pelepasan air dari mineral terhidrasi disebut "pengeringan," dan terjadi
pada tekanan tertentu dan suhu untuk setiap mineral, seperti piring turun
ke kedalaman yang lebih besar. Air dibebaskan dari batuan menurunkan
titik leleh batuan mantel atasnya, yang kemudian mengalami pelelehan
parsial dan naik karena densitasnya lebih ringan dibandingkan dengan
batuan mantel sekitarnya, dan kolam sementara di dasar lithosfer. Magma
kemudian naik melalui kerak, menggabungkan batuan kerak yang kaya
akan silika, yang mengarah ke komposisi akhir. Saat magma mendekati
permukaan atas, kolam dalam kamar magma itu ada di bawah atau dalam
gunung berapi. Di sana, tekanan relatif rendah memungkinkan air dan
volatil lainnya (terutama CO2, SO2, Cl2, dan H2O) yang dilarutkan dalam
magma untuk melarikan diri dari larutan, seperti yang terjadi ketika
sebotol air berkarbonasi dibuka, melepaskan CO2. Setelah volume kritis
dari magma dan gas terakumulasi, hambatan (massa penyumbatan) dari
kerucut vulkanik diatasi, mengarah ke letusan ledakan mendadak. Zona
subduksi-stratovolcanoes, seperti Gunung St Helens dan [[Gunung
Pinatubo], biasanya meledak dengan kekuatan ledakan: magma terlalu
kaku untuk memungkinkan melepaskan gas vulkanik. Sebagai akibatnya
tekanan internal yang luar biasa dari gas-gas vulkanik tetap terperangkap
dalam magma seperti bubur. Setelah menerobos dari ruang magma,
magma mengeluarkan gas secara eksplosif. Seperti proses ledakan dapat
disamakan dengan gemetar sebotol air berkarbonasi keras, dan kemudian
dengan cepat melepas tutup. Tindakan gemetar nukleasi pembubaran CO2
dari cairan sebagai gelembung, meningkatkan volume internal. Gas dan air
menyembur keluar dengan cepat dan kuat.
Contoh stratovulcano di Indonesia adalah Gunung tangkuban
parahu dan gunung merapi. Baik Gunung merapi maupun Gunung
Tangkuban Parahu terbentuk akibat zona subduksi lempeng Australia dan
Eurasia yang menyebabkan aktivitas vulkanik di bagian tengah pulau
Jawa.
Mid Oceanic Ridge (MOR)
Mid Ocenic Ridge (MOR) atau kadang kala disebut juga sebagai
Spreading Center Basaltic Volcanism merupakan rantai gugusan
gunungapi di bawah laut dimana kerak bumi baru terbentuk dari leleran
magma dan aktivitas gunung berapi. MOR juga berasosiasi dengan daerah
divergensi lempeng tektonik yang membentuk celah di dasar laut (rift).
MOR (Mid-Ocean Ridge) adalah rantai gugusan gunungapi di bawah laut
yang mengelilingi bumi dimana kerak bumi baru terbentuk dari leleran
magma dan aktifitas gunung berapi, panjangnya lebih dari 40.000 mil
(60.000 km). MOR terbentuk oleh aktivitas tektonik lempeng yang
bergerak secara divergen, sehingga kekosongan pada batas dua lempeng
samudera yang terpisah terisi oleh lava/magma yang menghasilkan sebuah
kerak baru.
Struktur yang paling menonjol di dasar samudera adalah
punggungan tengah samudera (Mid-Ocean Ridge). Punggungan ini berupa
tinggian yang memanjang di dasar samudera dengan puncak hingga ada
yang mencapai 3.000 m di atas lantai samudera. Di bagian tengah
punggungan biasanya terdapat lembah yang aktif diisi oleh lelehan magma
secara terus-menerus. Di beberapa tempat atau segmen, punggungan
tengah samudera terlihat mengalami pergeseran (offset), disebabkan
terpotong oleh pensesaran yang terjadi kemudian, yang disebut sebagai
sesar alih/transform (transform faults). Benua – benua yang ada sekarang
pernah bersatu dalam super continental Pangea.
Dengan demikian dasar samudra Atlantik terbentuk sejak benua –
benua tersebut memberai, pecah dan terpisah. Salah satu bukti yang
menunjukkan bahwa dasar samudera dibentuk oleh kerak samudra yang
relatif muda diperlihatkan oleh batuan sedimen yang tidak lebih tua dari
200 juta tahun. Punggungan tengah samudra merupakan satu kawasan
yang dibentuk oleh kerak bumi yang baru. Dengan demikian dasar
samudra secara menerus berkembang dengan punggungan tengah
samudera sebagai tempat dan pusat naiknya magma baru, yang kemudian
mendingin dan membeku membentuk kerak benua yang baru.
Pegunungan tengah lautan dunia yang terhubung dan membentuk
punggung sistem global tunggal pertengahan laut yang merupakan bagian
dari setiap laut, membuat sistem bubungan samudra pertengahan
pegunungan terpanjang di dunia. Pegunungan kontinu adalah 65.000 km
(40.400 mi) panjang (beberapa kali lebih lama dari Andes, pegunungan
terpanjang benua), dan panjang total sistem pemekaran samudera adalah
80.000 km (49.700 mi) panjang.
Mid-laut pegunungan secara geologis aktif, dengan magma baru
terus-menerus muncul ke dasar laut dan ke dalam kerak dan perpecahan di
dekat sepanjang sumbu punggungan. Magma mengkristal bentuk kerak
baru basalt (dikenal sebagai MORB untuk Mid-Ocean Ridge Basalt) dan
gabro.
Batuan yang membentuk kerak di bawah dasar laut yang termuda
di sumbu punggung bukit dan umur dengan peningkatan jarak dari sumbu.
magma Baru komposisi basal muncul di dan dekat sumbu karena
pencairan dekompresi di Bumi mendasari mantel.
Kerak samudera terdiri dari batuan jauh lebih muda daripada bumi
itu sendiri: paling kerak samudera di cekungan laut kurang dari 200 juta
tahun. Kerak bumi berada dalam keadaan konstan dari "pembaharuan" di
punggung laut. Bergerak menjauh dari mid-ocean ridge, kedalaman laut
semakin meningkat; kedalaman terbesar dalam parit laut. Sebagai kerak
samudera bergerak menjauh dari sumbu punggungan, yang Peridotit di
dalam mantel yang mendasari mendingin dan menjadi lebih kaku. Kerak
dan Peridotit relatif kaku di bawah ini membentuk litosfer samudra.
Lambat pegunungan menyebar seperti Mid-Atlantic Ridge
umumnya memiliki besar, lembah keretakan lebar, kadang-kadang sebesar
10-20 km medan lebar dan sangat kasar pada puncak punggungan yang
dapat memiliki relief hingga seribu meter (3.128 kaki). Sebaliknya, cepat
menyebar pegunungan seperti Rise Pasifik Timur sempit, sayatan tajam
dikelilingi oleh umumnya topografi datar yang jauh dari lereng
punggungan selama ratusan mil.
Ada dua proses, ridge-push dan slab-tarik, dianggap bertanggung
jawab atas penyebaran dilihat di pegunungan tengah laut, dan ada
beberapa ketidakpastian yang dominan. Ridge-mendorong terjadi ketika
sebagian besar tumbuh dari punggung bukit mendorong sisa lempeng
tektonik jauh dari punggungan, sering menuju zona subduksi. Pada zona
subduksi, "lempeng-tarik" datang berlaku. Ini hanyalah berat dari subduksi
lempeng tektonik yang (ditarik) di bawah plat atasnya menyeret sisa piring
di belakang itu.
Proses lainnya yang diusulkan untuk berkontribusi pada
pembentukan kerak samudera baru di pegunungan tengah laut adalah
"conveyor mantel" (lihat gambar). Namun, ada beberapa studi yang
menunjukkan bahwa bagian atas mantel (astenosfer) terlalu plastik
(fleksibel) untuk menghasilkan gesekan cukup untuk menarik lempeng
tektonik di sepanjang. Selain itu, tidak seperti pada gambar di atas, mantel
upwelling yang menyebabkan magma untuk membentuk tonjolan di
bawah laut tampaknya hanya melibatkan atasnya 400 km (250 mi),
sebagai dideduksi dari tomografi seismik dan dari studi tentang
diskontinuitas seismik di sekitar 400 kilometer. Kedalaman yang relatif
dangkal dari yang naik mantel upwelling di bawah pegunungan yang lebih
konsisten dengan "slab-tarik" proses. Di sisi lain, beberapa tektonik
terbesar di dunia piring seperti Lempeng Amerika Utara yang bergerak,
namun adalah tempat yang subduksi.
Tingkat di mana mid-ocean ridge menciptakan materi baru dikenal
sebagai tingkat penyebaran, dan umumnya diukur dalam mm / tahun. The
subdivisi umum tingkat penyebaran cepat, sedang dan lambat, yang
nilainya umumnya> 100 mm / tahun, antara 100 dan 55 mm / tahun dan 55
sampai 20 mm / th, masing-masing untuk tingkat penuh. Tingkat
penyebaran utara Samudra Atlantik adalah ~ 25 mm / tahun, sementara di
wilayah Pasifik, itu 80-120 mm / tahun. Ridges yang tersebar pada tingkat
<20 mm / tahun yang disebut sebagai pegunungan ultraslow menyebar
(misalnya, bubungan Gakkel di Samudra Arktik dan Southwest Ridge
India) dan mereka memberikan perspektif yang berbeda banyak pada
pembentukan kerak dari saudara-saudara mereka lebih cepat menyebar.
Sistem pertengahan punggungan laut membentuk kerak samudera
baru. Sebagai basalt mengkristal diekstrusi pada sumbu punggungan
mendingin di bawah titik Curie oksida besi-titanium yang tepat, arah
Global Mid Ocean Ridge
medan magnet sejajar dengan medan magnet bumi dicatat dalam oksida
tersebut. Orientasi lapangan dalam rekaman kerak samudera
mempertahankan rekor arah medan magnet bumi dengan waktu. Karena
lapangan telah berbalik arah pada interval yang tidak teratur sepanjang
sejarahnya, pola pembalikan di kerak laut dapat digunakan sebagai
indikator usia. Demikian juga, pola pembalikan bersama-sama dengan
pengukuran umur kerak digunakan untuk membantu menentukan sejarah
medan magnet bumi.
Mid-laut pegunungan umumnya tenggelam jauh di dalam laut.
Tidak sampai tahun 1950-an, ketika dasar laut yang disurvei secara rinci,
yang sepenuhnya mereka menjadi dikenal.
The Vema, sebuah kapal dari Lamont-Doherty Earth Observatory
of Columbia University, melintasi Samudra Atlantik, merekam data
tentang dasar laut dari permukaan laut. Sebuah tim yang dipimpin oleh
Marie Tharp dan Bruce
Heezen menganalisis
data dan
menyimpulkan bahwa
ada rantai pegunungan
yang sangat besar di
sepanjang tengah lantai
Atlantik. Para ilmuwan
memberi nama "Mid-
Atlantic Ridge" ke
pegunungan kapal
selam.
Pada awalnya,
punggungan itu
dianggap sebagai fenomena spesifik ke Samudera Atlantik. Namun, karena
survei dasar laut lanjutan di seluruh dunia, ditemukan bahwa setiap laut
berisi bagian dari sistem mid-ocean ridge. Meskipun sistem punggungan
berjalan di tengah Samudra Atlantik, punggungan terletak jauh dari pusat
lautan lainnya.
Contoh MOR yang dapat dijumpai antara lain Oceanic Pacific
Ridge.
Kaldera
Kaldera adalah fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah
setelah letusan vulkanik. Contoh di Indonesia adalah danau Toba yang
berawal dari letusan gunung purba. Kaldera sering tertukar dengan kawah
vulkanik. Kata "kaldera" berasal dari bahasa Spanyol, yang artinya wajan.
Kaldera, merupakan depresi topografi yang besar, berbentuk
bundar atau oval. Ukuran kaldera memang lebih besar dari kawah,
meskipun tidak ada batasan ukuran yang membedakannya hingga
mempunyai ukuran berupa kawah dapat disebut kaldera. H. William
(1974), mengklasifikasikan kaldera menjadi beberapa jenis berdasarkan
proses yang membentuknya, yaitu :
a. Kaldera letusan, yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang
sangat kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan
menyemburkan massa batuan dalam jumlah besar. Contoh yang
baik antara lain Kaldera Bandaisan di Jepang, Kaldera
Tarawera di New Zealand.
b. Kaldera runtuhan, yang terbentuk karena adanya letusan yang
berjalan cepat yang memuntahkan batuapung dalam jumlah
banyak, sehingga menyebabkan kekosongan pada dapur
magma. Penurunan permukaan magma didalam waduk pun
akan menyebabkan akan terjadinya runtuhan pada bagian
puncak gunungapi. Contoh yang baik antara lain Kaldera Toba
(Tapanuli – Sumatra Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo –
Jawa Timur).
c. Kaldera erosi, disebabkan oleh erosi pada bagian puncak
kerucut, dimana erosi akan memperluas daerah lekukan
sehingga kaldera tersebut akan semakin luas.
d. Kaldera resurgent, yang terbentuk karena adanya bongkah
lekukan di bagian tengah kaldera yang terangkat oleh magma
yang bergerak naik ke atas, dan kemudian membentuk suatu
kubah
Pembentukan kaldera merupakan satu topik tersendiri dalam kajian
ilmu gunungapi, vulkanologi.Kaldera merupakan sebuah fenomena unik
yang menghasilkan morfologi dan topografi yang akhirnya menghasilkan
pemandangan yang jauh lebih unik dan menarik ketimbang kerucut
gunungapi yang ada.
Secara sederhana kaldera terbentuk akibat habisnya magma
didapur magma (magma chamber) akibat dikeluarkan sewaktu erupsi.
Ketika erupsi gas-gas yang ada didalam magma cair ini menyebabkan
timbulnya tekanan yang dapat menjadi sumber energi keluarnya magma.
Ketika magma beserta material lain dan juga gas ini keluar akhirnya
ruangan dapur menjadi kosong. Ruang kosong ini akhirnya diisi oleh
material diatasnya dengan cara ambles kebawah.
Namun tanpa erupsi besarpun sebenarnya juga memungkinkan
terbentuknya kaldera. Ketika terjadi lelehan lava pijar akibat menerobos
melalui celah kesamping, maka lelehan ini menjaid jalan keluarnya
magma yang ada di dapur magma.
Mekanismenyapun sama. Yaitu ambles mengisi rongga kosong
yang ada dibawahnya. Alam memiliki caranya sendiri untuk menjaga
kesetimbangan. Ketika ada ruang kosong dibawah maka dinding atap
sangat tidak stabil karena harus menjaga elevasinya. Gaya gravitasi akan
menarik dinding atas ini turun kebawah, terjadilah amblesan membentuk
kaldera.
Ahli vulkanologi tentusaja tidak sederhana seperti diatas ketika
melihat gejala kaldera gunungapi ini. Ada banyak teori serta model-model
yang dibuat oleh para ahli vulkanologi untuk menjelaskan bentuk
geometri, macam serta mekanisme terbentuknya.
Disebelah kanan ini merupakan model-model amblesan pembentuk
kaldera yang menjadi dasar pembuatan model-model matematis, hingga
model-model miniatur pembentukan kaldera di laboratorium.
Setiap gejala volkanik selalu saja unik. Para ahli volkanologi
bahkan memberikan kriteria serta karakteristik gunungapi ini seperti
layaknya mahkluk berkarakter. Setiap gunungapi memiliki karakternya
sendiri-sendiri. Namun tentusaja ahli-ahli ini akan mencoba mencari
kesamaan atau kemiripan antara satu dengan yang lain.
Inilah intinya sains kebumian. Membuat pengamatan dilapangan,
mecatat setiap gejala dilapangan. Kemudian mencoba menjelaskan gejala-
gejala itu sbeagai sebuah model matematis bahkan membuat model
miniaturnya.
Dibawah ini contoh-conto beberapa kaldera dengan keunikannya
masing-masing. Ukurannya berbeda-beda. Geometrinya tidaksama.
Mekanisme pembentukannyapun tidak selalu sama.
Bab II. Rangkuman
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10
km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung api memiliki bermacam macam jenis namun yang paling
umum antara lain:
Stratovulcano: Stratovolcano, juga dikenal sebagai gunung berapi
komposit, ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut
yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung
berapi itu secara khas curam di puncak dan landai di kaki karena aliran
lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental karena banyak
mengandung silika, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar
jauh. Lava seperti itu dikelompokkan asam karena tingginya konsentrasi
silikat, sehingga batuan yang dihasilkan pun rata rata berasal dari
kelompok andesitic dan riolitik.
MOR: Punggung tengah samudra adalah rantai gugusan
gunungapi di bawah laut yang mengelilingi bumi dimana kerak bumi baru
terbentuk dari leleran magma dan aktifitas gunung berapi, panjangnya
lebih dari 40.000 mil (60.000 km). Punggung tengah samudra terbentuk
oleh aktivitas tektonik lempeng yang bergerak secara divergen.sehingga
terpisah dan terisi oleh lava/magma yang menghasilkan sebuah kerak baru
yang lebih muda dibandingkan dengan kerak yang menjauh dari pusat
sumbu punggungan. Bentuk lahan ini dicirikan oleh adanya kompleks
transform fault.
Kaldera memiliki bentuk morfologinya seperti kawah, tetapi garis
tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri dari kaldera letusan (terjadi
akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya), kaldera
runtuhan (terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat
pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma), kaldera
resurgent (terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi, diikuti
dengan runtuhnya blok bagian tengah), dan kaldera erosi (terjadi akibat
erosi terus-menerus pada dinding kawah, hingga melebar menjadi
kaldera).
Daftar Pustaka
Marti, Joan. 2005. Volcanoes & The Environment. New York: Cambridge
University Press
Rooney, Anne. 2001. Volcano. New York: DK Experience Press
http://www.eoearth.org/view/article/164696/ diakses Rabu 19/02/14 pukul
18.22 WIB
http://udhnr.blogspot.com/2009/02/lempeng-indonesia.html diakses Rabu
19/02/14 pukul 18.24 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi diakses Rabu 19/02/14 pukul
18.30 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Pompeii diakses Rabu 19/02/14 pukul 18.31
WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Vesuvius diakses Rabu 19/02/14
pukul 18.32 WIB
http://gwrosescience.pbworks.com/w/page/40438841/Grade
%207%20Projects%3A%20May%202011 diakses Rabu 19/02/14
pukul 18.41 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi diakses Rabu 19/02/14 pukul
18.45 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Tangkuban_Parahu diakses Rabu 19/02/14
pukul 18.48 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratovolcano diakses Rabu 19/02/14 pukul
18.59 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Punggung_tengah_samudra diakses Rabu
19/02/14 pukul 19.21 WIB
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/geo-mor-mid-ocean-ridge.html
diakses Rabu 19/02/14 pukul 19.33 WIB
http://ahmadlatiksevenklass.blogspot.com/2011/01/mengenal-lebih-dekat-
dengan-mid-ocean.html diakses Rabu 19/02/14 pukul 19.47 WIB
http://chakilgembel.blogspot.com/2011/10/morfologi-dan-struktur-
gunungapi.html diakses Rabu 19/02/14 pukul 19.54 WIB