deassy - ss-subjektif objektif

5
Bab I ANALISIS KASUS Skenario “Seorang pasien 21 tahun datang ke klinik RSGM mengeluhkan tidak nyaman daerah sendi apabila membuka mulut dan kadang- kadang terasa nyeri bagian rahang atas posterior dan tidak bisa mengunyah dengan baik, serta merasa tidak percaya diri. Kelainan dirasakan mulai sejak SD kelas I”. A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) Chief Complaint : Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada daerah sendi apabila membuka mulut dan kadang-kadang terasa nyeri pada bagian rahang atas posterior dan tidak dapat mengunyah dengan baik Present Illness : Saat ini terasa sakit Past dental History : Pasien belum pernah melakukan perawatan gigi. Keluhan yang di rasakan mulai sejak SD kelas I. Past medical History : Pasien diasumsikan dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit sistemik Family History : Orang tua dan keluarga pasien sehat, tidak mengalami kondisi seperti yang dikeluhkan pasien Sosial History : Pasien adalah seorang mahasiswa dan merasa tidak percaya diri (Put, kalo engga pede itu masuk social atau personal history ya?) B. Pemeriksaan Objektif Vital Sign :

Upload: rizky-ananda-putri

Post on 08-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

Bab IANALISIS KASUS

Skenario

Seorang pasien 21 tahun datang ke klinik RSGM mengeluhkan tidak nyaman daerah sendi apabila membuka mulut dan kadang-kadang terasa nyeri bagian rahang atas posterior dan tidak bisa mengunyah dengan baik, serta merasa tidak percaya diri. Kelainan dirasakan mulai sejak SD kelas I.

A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)

Chief Complaint: Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada daerah sendi apabila membuka mulut dan kadang-kadang terasa nyeri pada bagian rahang atas posterior dan tidak dapat mengunyah dengan baik Present Illness

: Saat ini terasa sakit Past dental History: Pasien belum pernah melakukan perawatan gigi. Keluhan yang di rasakan mulai sejak SD kelas I.

Past medical History: Pasien diasumsikan dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit sistemik Family History: Orang tua dan keluarga pasien sehat, tidak mengalami kondisi seperti yang dikeluhkan pasien Sosial History

: Pasien adalah seorang mahasiswa dan merasa tidak percaya diri (Put, kalo engga pede itu masuk social atau personal history ya?) B. Pemeriksaan Objektif

Vital Sign : Suhu tubuh: 37oC Denyut nadi: 70 kali/menit Tekanan darah: 110/80 mmHg Respirasi

: 20 kali/menit Kondisi umum: baik Pemeriksaan ekstraoral

Rahang dapat terbuka lebar saat membuka mulut

Palpasi pada daerah kondilus terdapat pergerakan tidak normal dan terdengar bunyi

Pemeriksaan intraoral Lidah menjulur ke depan bawah saat menelan ludah

Oklusi sentrik pasien : tonjol mesiobukal molar satu permanen terletak diantara tonjol mesiobukal molar satu permanen satu bawah dan tonjol bukal premolar dua bawah Croosbite posterior lingual kiri

Crowding ringan gigi anterior rahang bawah

Overjet 8 mm, over bite 6 mm

Mandibula retrusif, maksila protrusif

C. Pemeriksaan Radiografi

TMJ : tidak ada inflamasi dan ankilosisMaloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima (Rahardjo,2009). Maloklusi dapat terjadi jika posisi gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak rongga mulut, terdapat gigi berjejal yang me- micu terjadinya penyakit periodontal, estetik kurang baik akibat posisi gigi, atau jika terdapat gigi yang menghalangi proses bicara normal (Ramfjord dan Ash, 1977 . Maloklusi perlu diklasifikasikan berdasarkan gejala klinis dan gejala fisik yang serupa, untuk memudahkan penentuan etiologi, cara perawatan, serta menentukan prognosis (Moyers, 1969).Klasifikasi maloklusi yang sering digunakan hingga saat ini adalah sistem Angle. Klasifikasi Angle didasarkan pada hubungan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah, dengan gigi molar permanen pertama sebagai kunci oklusi nya (Moyers, 1969). Pembagian maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle yaitu:

a. Maloklusi Angle Kelas I Maloklusi Angle Kelas I disebut juga Neutroklusi dan ditandai dengan hubung- an anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah. Tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas terletak pada celah bukal gigi molar permanen pertama bawah, sedangkan gigi kaninus atas terletak pada ru- ang antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial gigi premolar pertama bawah (Moyers, 1969).

b. Maloklusi Angle Kelas II Maloklusi Angle Kelas II disebut juga Distoklusi. Ditandai dengan celah bukal gigi molar permanen pertama bawah yang terletak lebih posterior dari tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas. Kelas II Angle dikelompokkan lagi dalam 3 golongan, yaitu :

(i) Divisi 1

: hubungan molar distoklusi dan inklinasi gigi-gigi insisivus rahang atas ke labial (extreme labioversion).

(ii) Divisi 2

: hubungan molar distoklusi dan gigi insisivus sentral rahang atas dalam hubungan anteroposterior yang mendekati normal atau sedikit linguoversi, sementara gigi insisivus lateral bergeser ke labial dan mesial.

(iii) Subdivisi

: hubungan molar distoklusi hanya terjadi pada salah satu sisi lengkung gigi (Moyers, 1969). c. Maloklusi Angle Kelas III Maloklusi Angle Kelas III ditandai dengan hubungan mesial antara rahang atas dan rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah terletak dalam hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi rahang atas. Celah bukal gigi molar per- manen pertama bawah terletak lebih anterior dari tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas (Moyers, 1969).

Kelainan maloklusi dapat menyebabkan terjadinya masalah untuk pasien yaitu, diskriminasi sosial karena masalah penampilan dan estetik wajah atau dentofasial; masalah dengan fungsi oral, termasuk adanya masalah dalam pergerakan rahang (inkoordinasi otot atau rasa nyeri), Temporomandibular Joint Dysfunction (TMD), masalah mastikasi, penelanan, dan berbicara; serta terjadi resiko lebih tinggi terhadap trauma, penyakit periodontal, dan karies (Proffit dkk, 2007).Rahardjo P . 2009. Ortodonti dasar . Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP) . hal . 46 , 52-54 , 201-204 .Ramfjord and Ash, 1971, Occlusion, 2nd ed., W. B. Saunders Co., Philadelphia, pp.67-8

Proffit WR, Henry W. Fields, David M. Sarver. 2007. Contemporary Orthodontics, 4th ed, Canada, Elsevier Moyers, R. E., 1969, Hand Book of Orthodontics, 2nd ed., Year Book Medical Publishers Inc., Chicago, pp.127-59