daya tarik fitur blackberry dalam membentuk paradigma makhluk anti sosial konsumen
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang
lain disekitarnya. Ini semua telah diakui oleh semua manusia di dunia karena
manusia pastinya akan melengkapi seluruh kebutuhan manusia lainnya. Untuk
saling melengkapi kebutuhannya manusia membutuhkan salah satu cara agar
tujuan yang mereka targetkan dapat tercapai, dan kebutuhan itu adalah
komunikasi.
Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan akal dan kemampuan
untuk berbahasa, itu semua telah dianugerahkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa
kepada kita sebagai umatnya. Seiring dengan berkembangnya jaman, manusia
pun mulai pandai menemukan cara yang lebih mudah untuk berkomunikasi.
Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan melalui medium tertentu dengan
feedback tertentu, dengan tujuan persamaan makna. “Komunikasi adalah suatu
topik yang amat sering diperbincangkan, bukan hanya di kalangan ilmuwan,
melainkan juga di kalangan awam, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki
terlalu banyak arti yang berlainan”. (Deddy Mulyana, 2005:41)
Mobilitas yang tinggi membuat manusia dituntut untuk memudahkan
setiap langkah komunikasi yang dijalaninya. Kesibukan yang terjadi setiap
harinya membuat banyak orang kurang memiliki banyak waktu untuk
bersenda gurau, bertukar pikiran, menjalin hubungan, membangun relasi
dengan keluarga, rekan bisnis, maupun kerabat lainnya. Tetapi kesulitan itu
dapat ditangani dengan mudah oleh teknologi yang makin modern. Dan
medium dalam alur komunikasi pun dapat berperan dengan baik pada
permasalahan ini.
2
Ratusan hingga ribuan produk teknologi yang menyajikan kemudahan
dalam berkomunikasipun mulai bermunculan di pasaran seperti telepon seluler
atau yang sering disebut handphone. Satu demi satu produk tersebut
menawarkan fasilitas serta fitur-fitur yang berbeda pula.
Terdapat banyak sekali produsen handphone di seluruh dunia yang
masuk ke pasaran Indonesia. Beberapa diantaranya dapat bertahan di pasaran
seperti Nokia, Sonny Ericsson, dan Samsung. Produk-produk ini dapat
bertahan di pasaran Indonesia selama bertahun-tahun lamanya. Yang menarik
adalah munculnya satu produk Kanada dengan berbagai macam fitur lengkap
yaitu Blackberry. Blackberry mulai merambah di Indonesia sekitar tahun
2009, dan namanya kian menanjak memasuki era 2010. Dengan fasilitas
koneksi yang ditawarkan produk ini membuat para konsumen tertarik untuk
memilikinya. Hanya saja harga yang ditawarkan pun diatas rata-rata produk
saingannya. Tetapi itu bukan menjadi halangan bagi produk ini untuk menjadi
primadona dan memasuki pasar dunia telepon seluler di Indonesia.
Slogannya dengan sebutan “smartphone”, Blackberry benar-benar
menciptakan handphone yang sangat pintar seperti layaknya komputer. Produk
ini memberikan kemudahan semua konsumen untuk berkomunikasi, karena
kelebihan handphone ini bukan hanya sekedar digunakan untuk menelpon atau
sekedar mengirim pesan pendek (SMS) saja. Semua koneksi internet yang
berhubungan dengan situs jaringan sosial seperti Facebook, Yahoo Messanger,
Twitter, dan lainnya tersedia lengkap pada produk ini bahkan produk ini
menyediakan fitur khusus yang hanya dapat digunakan oleh sesama pengguna
Blackberry yang dinamakan Blackberry Messanger atau yang lebih sering
dikenal dengan sebutan BBM. Dan keunggulan produk ini pun membuat
semua Provider di Indonesia bersaing menyediakan fasilitas khusus untuk
jaringan koneksi internet pada produk ini.
Sekarang Blackberry telah dikenal sebagai handphone yang serba bisa.
Permasalahan yang terjadi adalah dimana Blackberry sudah mengubah
paradigma konsumennya sebagai makhluk antisosial. Fenomena ini dapat kita
3
lihat pada kebanyakan pengguna Blackberry. Tanpa disadari mereka sangat
mempermudah alur komunikasi yang mereka lakukan tetapi mengabaikan
keadaan di sekitarnya. Ketika sekumpulan orang sedang berkumpul dengan
kerabat dan ada salah satu kerabat yang menggunakan produk ini, maka
seringkali dapat dilihat orang tersebut terlalu sibuk di dunianya sendiri dengan
handphone ini. Atau seringkali ketika seseorang sedang berbicara dengan
kerabat yang menggunakan Blackberry, walaupun tetap dalam keadaan
berbicara satu sama lain tetapi pandangan mata orang tersebut tetap terpaku
pada layar handphonenya, bahkan seringkali lawan bicaranya merasa
ditiadakan. Dan ini merupakan salah satu fenomena sosial yang dapat kita lihat
di kehidupan kita sehari-hari. Karena fenomena yang bermunculan inilah
banyak orang yang berpikiran bahwa semua pengguna Blackberry telah masuk
dan sibuk di dunianya masing-masing dan menjadi “autis” karena mereka
seakan-akan “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”. Pada
kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. (Ekowarni, 1993). Dan timbul opini-opini yang membentuk
paradigma bahwa pengguna Blackberry telah dianggap sebagai makhluk
antisosial.
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, penelitian ini dilakukan
karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas
dari manusia lainnya, dan mereka butuh berkomunikasi atau kontak sosial
secara langsung. Blackberry, semua orang memudahkan segalanya dan terlalu
masuk pada dunia yang dikenal dengan dunia maya dibandingkan dengan
dunia nyatanya masing-masing. Selain itu, penelitian ini menjadi penting
untuk mengetahui bagaimana daya tarik Blackberry dapat mempengaruhi
konsumennya dan membentuk paradigma makhluk antisosial terhadap
penggunanya.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka
perumusan masalahnya adalah ”Bagaimana Daya Tarik Fitur Blackberry
Dapat Membentuk Paradigma Makhluk Antisosial Konsumennya?”.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah bagaimana daya tarik fitur
Blackberry dapat membentuk paradigma makhluk antisosial konsumennya?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi di atas, maka diketahuilah tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui apa daya tarik fitur
Blackberry sehingga membentuk paradigma makhluk antisosial konsumennya.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu
komunikasi di Indonesia khususnya dalam penelitian cultural studies.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi salah satu acuan
bahwa pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
tanpa orang lain. Komunikasi secara tatap muka langsung sangat
dibutuhkan dalam menjalin tali silaturahmi. Teknologi yang berkembang
5
bukanlah suatu alasan dimana seseorang dapat dengan mudah
berkomunikasi karena secara psikologis manusia butuh sentuhan langsung
dalm berkomunikasi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Dari data yang didapati penulis penelitian ini merupakan bentuk lain
dari penelitian-penelitian terdahulu yang pernah diteliti oleh saudari Anik
Hermawati dengan judul penelitian “Perilaku Antisosial Pada Remaja Yang
Ditolak Teman Sebaya”. Dari penelitian tersebut, maka peneliti mengambil
penelitian tersebut sebagai referensi penelitian ini dikarenakan penelitian ini
memiliki hubungan yang erat dengan penelitian terdahulu yang disebutkan di
atas. Karena inti dari penelitian tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama
meneliti perilaku antisosial.
2.2 Tinjauan Teoritis
2.2.1 Definisi Komunikasi
Secara umum, komunikasi dapat diatikan sebagai penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan sehingga terjadi persamaan makna. Jika
persamaan makna tersebut telah sesuai dengan apa yang dipikirkan sang
komunikan dan komunikatornya maka akan timbul respon.
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap berbentuk
komunikasi, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak
langsung melalui media.1
Dari pernyataan Effendy di atas, jelas bahwa komunikasi merupakan
sebuah proses untuk menyampaikan apa yang dipikirkan seseorang kepada
1 Effendy, 1984:13
7
orang lain. Dimana pesan tersebut dapat dirangsang oleh otak manusia
sehingga menimbulkan respon. Menurut Effendy, komunikasi juga tidak
hanya dapat disampaikan secara lisan, tetapi komunikasi juga dapat
disampaikan dengan carra tidak secara langsung melainkan melalui media
komunikasi.
Harold D. Lasswell mengatakan dalam bukunya yang berjudul The
structure and function of communication in society, bahwa cara yang baik
untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab semua pertanyaan
“Who says what in which channel, to whom whith effect”.2 “Who?”, yaitu
siapa yang menyampaikan pesan (komunikator). “Say what?”, yaitu apa isi
pesan tersebut. “In which channel?”, dengan cara apa atau dengan media apa
yang mendukung pesan ini untuk tersampaikan. “To whom?”, yaitu siapa
yang menerima pesan tersebut (komunikan). “With what effect?”, apa efek
dari pesan tersebut. Dari apa yang dikatakan oleh Laswell diatas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi diliputi oleh lima unsur yaitu:
1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel)
4. Komunikan (Communicant, Communicate)
5. Efek (Effect, Impact influence)
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan juga bahwa
komunikasi mempunyai beberapa tujuan yakni mengubah sikap (to change
the attitude), mengubah opini (to change the opinion), mengubah perilaku (to
change behavior), mengubah masyarakat (to change the society). 3
2 Effendy, 2003:253
3 Effendy, 2003:55
8
Menurut model yang dipaparkan Shannon dan Weaver (1949)4
komunikasi mempunyai tiga tujuan yaitu:
1 Kognitif : hanya sekedar tahu.
2 Afektif : sudah paham dan memberi reaksi (simpati).
3 Konatif : reaksi pergerakan (behavoiral).
Secara fungsi, komunikasi dibagi menjadi empat. Fungsi pertama,
komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang
lain.
Fungsi kedua, komunikasi ekspresif. Erat kaitannya dengan
komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik
sendirian maupun dalam kelompok. Fungsi ketiga, komunikasi ritual. Erat
kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang
biasanya dilakukan secara kolektif.
Fungsi keempat, komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental
mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah prilaku atau
menggerakkann tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas maka
kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif).
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform)
mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. Ketika seorang dosen
menyatakan bahwa ruangan kelasnya kotor, pernyataannya dapat membujuk
mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi
4 Shannon dan Weaver (1949)
9
yang menghibur (to entertaint) pun secara tidak langsung membujuk
khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan
hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai
strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih
baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik,
memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan poiltik,
yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan (impression
management), yakni taktik-taktik verbal dan non-verbal, seperti berbicara
sopan, mengobral janji, mengenakan pakaian necis, dan sebagainya yang
pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti
yang kita inginkan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa inggris
lebih dikenal dengan Information and Communication Technologies (ICT),
adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis
untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu
untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke
perangkat lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi
komunikasi adalah dua buah konsep yang tak terpisahkan. Jadi pengertian
teknologi informasi dan komunikasi mengandung pengertian luas yaitu
10
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
dan pemindahan informasi antar media. Perpaduan kedua teknologi tersebut
berkembang pesat melampaui perkembangan teknologi lainnya. Hingga awal
abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum
bertemu titik jenuhnya.
Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata
memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga pada saat ini.
Pertama yaitu penemua telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun
1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan
komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan
kemudia diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan
telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia
untuk komunikasi global.
2.2.2 Definisi Daya Tarik
Secara umum, daya tarik adalah menarik objek satu sama lain. Artinya
ada ketertarikan antara kedua objek tersebut. Hal ini seperti layaknya gaya
elektormagnetik dalam fisika. Dimana dua kutubnya saling tarik-menarik.
Dalam psikologi terdapat daya tarik interpersonal, yang artinya daya
tarik antara orang-orang yang mengarah ke persahabatan dan romantis
hubungan. Studi tentang atraksi interpersonal merupakan area utama
penelitian dalam psikologi sosial. Atraksi interpersonal ini terkait dengan
berapa banyak kita suka , cinta , benci, atau membenci seseorang. Hal ini
dapat dilihat sebagai gaya bertindak antara dua orang yang cenderung menarik
mereka bersama-sama dan menolak perpisahan mereka. Ketika mengukur
daya tarik interpersonal, kita harus mengacu pada kualitas dari menarik serta
kualitas dari attractor untuk mencapai akurasi prediktif. Disarankan bahwa
untuk menentukan daya tarik, kepribadian dan situasi harus diperhitungkan.
Tolakan juga merupakan faktor dalam proses tarik interpersonal konsepsi
11
salah satu "daya tarik" lain dapat bervariasi dari atraksi ekstrem tolakan
ekstrim.
Pada intinya Daya tarik atau daya tarik mengacu pada kualitas yang
menyebabkan minat atau keinginan pada sesuatu atau seseorang.
2.2.3 Definisi Blackberry
Blackberry adalah adalah garis dari mobile e-mail dan smartphone
perangkat dikembangkan dan dirancang oleh Kanada perusahaan Research In
Motion (RIM) sejak 1996.
Beberapa tahun belakangan ini, terutama dalam setahun terakhir, nama
Blackberry tiba-tiba saja meroket, ditandai dengan meningkatnya penjualan di
seluruh dunia yang dalam 2 kuartal awal tahun 2010 menempatkannya
menjadi vendor ponsel nomor 4 di dunia, menggusur Sony Ericsson ke
peringkat 5 dan melemparkan Motorola ke peringkat 7.
Daya tarik Blackberry yang paling utama adalah layanannya yang
ekslusif, karena menggunakan server milik sendiri sehingga kecepatan
aksesnya sangat dapat diandalkan. Seluruh aktivitas dalam layanan Blackberry
di seluruh dunia langsung berpusat pada server milik RIM yang berlokasi di
Kanada. Hal ini berbeda dengan layanan sejenis dari perangkat dan penyedia
layanan lain yang masing-masing memiliki server di negara tempat layanan
tersebut dioperasikan.
Dilengkapi dengan banyak fitur-fitur canggih yang memudahkan
dalam berkomunikasi, Blackberry pun dengan cepat naik daun menjadi
primadona masyarakat Indonesia yang notabene bersifat konsumtif.
Kemudahan yang ditawarkan dalam berkomunikasi ala Blackberry
sangatlah menggoda. Dengan bekerja sama dengan lebih dari 500 provider di
12
seluruh dunia, Blackberry pun menarik semua provider di Indonesia untuk
menambah jaringannya. Dengan memakai Blackberry, konsumen dengan
mudahnya berkomunikasi. Tidak hanya sekedar menelpon atau mengirim
pesan pendek, tetapi handphone ini menyajikan layanan internet yang hampir
tidak ada bedanya dengan komputer atau PC.
Situs jaringan sosial yang sedang trend di Indonesia membuat
Blackberry juga menjadi trend yang merambah. Momen ini seolah-lah tidak
disia-sia kan, pengguna Blackberry jelas tampak lebih percaya diri dan banyak
yang beranggapan bahwa handphone ini dapat mengubah status sosial
seseorang.
2.2.4 Definisi Paradigma
Pengertian dan bentuk dari opini publik telah berkembang sejak abad
18 dari istilah opini umum. Pada tahun 1781 istilah opini publik muncul dalam
Oxford Dictionary (Noelle Neumann, 1980, 84).5 Dalam pengertian bebas
pada abad 18 dan 19, opini publik itu masih berhubungan dengan perbedaan
publik umum dan yang bersifat pribadi. Artinya, opini publik membatasi diri
terhadap sesuatu yang bersifat umum.
Opini yang terbentuk tentunya akan menghasilkan paradigma.
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap
diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir
(kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga
dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktek yang di terapkan
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya,
dalam disiplin intelektual.
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang
merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang
5 Oxford Dictionary (Noelle Neumann, 1980, 84)
13
berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai)
yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan
memperlihatkan (deik).
2.2.5 Definisi Antisosial
Umumnya orang-orang yang sering berada di depan komputer
dipandang oleh masyarakat yang tinggal disekitarnya sebagai pribadi yang
antisosial. Pada era pra-internet, hal ini (sering berada di depan komputer)
masih dianggap wajar oleh mereka yang melakukannya dengan alasan
“belajar”. Mempelajari suatu bidang dengan tekun tentunya memakan banyak
waktu, dan sedikit banyaknya akan membuat kita agak sulit bergaul, karena
waktu yang digunakan untuk hang out ataupun berpesta akan berkurang.
Tetapi pada masa internet seperti sekarang, prilaku anti sosial para penggila
komputer yang juga dikenal sebagai “geek” ini konon dikarenakan oleh
internet. Internet dapat menjadi media bersosialisasi melalui situs-situs social
networking ataupun forum komunitas dan diskusi online. Karena selalu berada
di depan komputer dan dapat bersosialisasi dalam dunia maya, para geek
dianggap kurang tanggap dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Mentalhealth prilaku anti sosial (dikenal sebagai anti-social
personality disorder atau APD dalam dunia psikologi) merupakan “perbedaan
mendasar antara prilaku seseorang dengan tuntutan sosialnya sebagai
manusia.6 Gejala-gejala yang terlihat dari perilaku ini yakni kurangnya rasa
aman atau nyaman pada diri sendiri, ketidakmampuan merasakan perasaan
bersalah atau rasa malu, rasa tidak bertanggung jawab pada norma sosial, sifat
pemberontak (mengabaikan peraturan), serta kurangnya perhatian akan
perasaan orang lain.”
6 http://www.mentalhealth.com
14
Penyebab dari prilaku anti sosial sendiri belum diketahui secara pasti.
Walaupun sumber dari prilaku ini masih belum jelas, banyak studi
menyimpulkan bahwa prilaku anti sosial dipengaruhi juga oleh lingkungan
dan faktor genetik.7 Penyebab perilaku anti sosial orang-orang yang kerap
berada di depan komputer seringkali dihubungkan dengan kecanduan internet.
Kelainan psikologis yang pertama kali disinggung oleh Ivan Goldberg pada
tahun 1995 "Internet Addiction?". Anne Federwisch. Agustus 1997. ini
dikenal juga sebagai “Internet Addiction Disorder” oleh para ahli. Walaupun
masih dalam perdebatan, kecanduan internet diterima secara luas sebagai
penyakit kejiwaan oleh cukup banyak kalangan.
Kecanduan internet dipandang sebagai salah satu prilaku anti sosial
yang sangat dipengaruhi oleh web. Teknologi internet memungkinkan kita
untuk melakukan banyak hal, dari saling kontak sampai bekerja tanpa perlu
meninggalkan rumah. Kita dapat berbelanja apa saja melalui internet, dan
bahkan hubungan antar manusia dapat berkembang dalam dunia maya ini
sehingga menyebabkan banyak orang yang menemukan pasangan hidupnya
melalui internet. Layanan yang disediakan di internet seperti instant
messanging telah menyebabkan telepon (yang masih membutuhkan
komunikasi verbal) tidak lagi populer. Karena semua hal di atas yang
memungkinkan seseorang untuk tetap berada di rumah sambil melakukan
hampir semua kegiatan yang biasa mereka lakukan telah menyebabkan
manusia melahirkan sebuah penyakit baru seperti kecanduan internet yang
pada akhirnya akan melahirkan kecanduan internet.
Penggunaan internet secara berlebihan telah dilaporkan beberapa pihak
dari dahulu. Beberapa kalangan juga telah melakukan studi berkaitan dengan
7"Antisocial Personality Disorder (APD)". Armenian Medical Network. 2006.
15
hal ini. Untungnya, studi tersebut menyimpulkan bahwa para pecandu internet
biasanya dapat keluar dari kecanduan mereka dengan sendirinya.8
Internet sebagai sebuah teknologi jaringan masal memungkinkan kita
untuk berkomunikasi dan melakukan banyak hal di dalamnya. Meskipun
banyak membawa keuntungan bagi penggunanya, sebagai sebuah teknologi
internet juga banyak membawa dampak negatif. Prilaku anti sosial dan
kecanduan internet merupakan beberapa hal negatif yang disebabkan oleh
internet. Kecanduan internet sedikit lebih “aman” bagi mereka yang terkena
penyakit ini karena pada umumnya para pecandu dapat berhenti dari kebiasaan
ini secara sendirinya, sedangkan prilaku anti sosial membutuhkan bantuan
ahli. Tentunya para pengidap prilaku anti sosial masih memiliki harapan dan
metode-metode baru untuk menyembuhkan kelainan ini terus dikembangkan
hingga sekarang. Diharapkan dengan terus dikembangkannya metode
penyembuhan ini kita dapat lebih mendekat dan saling merangkul orang di
sekitar kita, terutama mereka yang telah menderita prilaku anti sosial agar kita
sendiri dapat terhindar dari prilaku ini dan dapat membangun dunia yang lebih
baik.
Antisosial dapat diartikan sebagai keperibadian seseorang yang
menunjukkan ketidak-acuhan, ketidak-pedulian, dan/atau permusuhan yang
seronok kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma sosial dan
budaya. Orang yang antisosial biasanya blak-blakan dan tidak memedulikan
hak dan perasaan orang lain. Namun, terkait dengan dunia maya, istilah anti
sosial, atau kemudian terkenal dengan sebutan Ansos, lebih diartikan sebagai
sebuah kepribadian yang cenderung tertutup di dunia nyata dan lebih terbuka
di dunia maya. Atau dalam bahasa mudahnya: Hidup di dunia maya, mati di
dunia nyata. Jelas bukan sebuah contoh kepribadian yang baik. Walaupun
demikian, nyatanya jumlah anti sosialis bukan main banyaknya.
8 "Hooked on the Web: Help Is on the Way". Sarah Kershaw. Desember 2005
16
Tengoklah media semacam layanan Chat, Twitter, maupun sosial
media lainnya. Di sana kita dapat menjumpai berjuta-juta orang dengan gaya
'bicara' yang bermacam-macam. Namun dalam kenyataannya, mereka yang
'hidup' dalam dunia ini, belum tentu memiliki karakteristik berbicara yang
sama kuatnya saat berhadapan dalam dunia nyata. Anti sosialis cenderung
lebih senang berdiam diri, menikmati kesendiriannya dengan berselancar di
alam bawah sadarnya, imajinasinya luar biasa, dan sebagian dari mereka tidak
mudah diterima dalam pergaulan.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya perilaku antisosial bisa terjadi
karena beberapa hal, yaitu:
1. Kurang pergaulan
2. Egois, karena tidak mau berbaur dengan orang lain
3. Tidak percaya diri
4. Apatis
Penderita Gangguan Kepribadian Anti sosial ditandai oleh adanya
riwayat tidak mau mematuhi norma norma sosial. Mereka melakukan tindakan
tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak dapat diterima seperti mencuri dari
teman dan keluarga sendiri.
Mereka juga cenderung tidak bertanggung jawab, impulsif ( melakukan
sesuatu secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu baik buruknya) dan
pembohong.9
Sama sekali tidak memiliki hati nurani dan empati, mereka dengan
semena mena mengambil apa saja yang mereka inginkan dan melakukan apa
9 Widiger dan Corbitt, 1995
17
saja yang mereka senangi, melanggar norma norma dan ekspektansi sosial
tanpa secuilpun rasa bersalah atau penyesalan.10
Ciri ciri gangguan kepribadian Anti Sosial sangat mirip dengan
kepribadian psikopatik. Berbeda dengan psikopat, gangguan kepribadian
antisosial diperkirakan masih memiliki kemampuan untuk merasa bersalah dan
kesetiaan.
Perilaku menyimpang secara sosiologis dan umum dapat diartikan
sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu
maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Perilaku
menyimpang juga dapat diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang mengacu pada norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti itu –penyimpangan
perilaku atau perilaku menyimpang– terjadi karena seseorang telah
mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi patokan baku, berupa
produk hukum baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku di tengah
masyarakat. Sehingga perilaku pelakunya sering disematkan dengan istilah-
istilah negatif, yang notabene dianggap kontraproduktif dengan aturan yang
sudah ditetapkan atau terdapat di dalam norma-norma maupun hukum Agama
dan negara.
2.3 Kerangka Pemikiran
Blackberry Fitur
Daya Tarik
10 Hare, 1993
18
Paradigma
2.3.1 Teori Uses and Gratification
Dari kerangka pemikiran yang digambarkan diatas, dapat dijelaskan
bahwa dalam membentuk paradigma tentunya memiliki sebuah proses. Elihu
Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti
asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan
tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain yang membawa pada pola
terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan
menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.11
Dari teori uses and gratification mempertimbangkan apa yang
dilakukan orang kepada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas
kebutuhannya. Artinya, media akan menimbulkan rasa ketertarikan atau daya
tarik tersendiri kepada penggunanya. Blackberry yang merupakan primadona
dalam berkomunikasi memikat perhatian konsumennya dalam melakukan
kegiatan komunikasi sehari-harinya. Karena kemudahannya, jelas Blackberry
dapat bersaing dan menjadi pujaan dalam berkomunikasi terutama di dunia
maya. Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch menguraikan lima
elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai
berikut:
1. Audiens adalah aktif, dan pengguna media berorientasi pada tujuan
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan
media spesifik terletak ditangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens
11 Jalaluddin Rakhmat, 1984
19
4. Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan dengan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi
peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang spesifik atau isi
harus dibentuk12
Rasa daya tarik yang timbul akan adanya kebutuhan pun semakin lama
menjadi trend yang timbul pada saat ini. Facebook, Twitter, Yahoo Messanger
yang lebih dahulu menjadi trend dikemas di satu media yang bernama
Blackberry. Ditambah lagi dengan jaringan khusus Blackberry yang
disediakan oleh hampir seluruh provider di Indonesia membuat handphone ini
semakin sempurna dengan koneksi internet dan Blackberry Messanger.
Semua yang dikemas oleh Blackberry seolah menjadi satu kebutuhan
dimana hampir setiap menit pengguna Blackberry selalu memandang layar
handphonenya masing-masing. Dimanapun, kapanpun, dan walau dengan
siapapun. Ini berarti terjadi perubahan perilaku yang menyampingkan kontak
sosial dengan sesama manusia di sekitar. Penggagas model uses and effects,
gratifikasi dan efek yang diperoleh menunjukkan bahwa bermacam-macam
gratifikasi audiens berhubungan spectrum luas efek media yang meliputi
pengetahuan dipendensi, sikap, persepsi mengenai realitas sosial, agenda
setting, diskusi, dan berbagai efek politik.13
2.3.2 Teori Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik
orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak.14 Atribusi boleh juga
ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya
12 Baran dan Davis, 2000
13 Windahl, 1981
14 Baron dan Byrne, 1979:56
20
membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang
cukup populer pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak
menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secara garis besar ada
dua macam atribusi, yakni :
Pertama, atribusi kausalitas. Heider memperkenalkan konsep "causal
attribution" - proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. Mengapa
Tono pindah ke kota lain ?, Mengapa Ari keluar dari sekolah ?. Kita bisa
menjelaskan perilaku sosial dari Tono dan Ari jika kita mengetahui
penyebabnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bedakan dua jenis penyebab,
yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal (internal causality) merupakan
atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal, dan
penyebab eksternal (external causality) terdapat dalam lingkungan atau
situasi.
Dan kedua, atribusi kejujuran. Atribusi ini merupakan proses untuk
menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik. Menurut Baron dan
Byrne, kita akan memperhatikan dua hal untuk dapat menyimpulkan, yakni
sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang populer
dan diterima orang dan sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari
kita dengan pernyataan itu.
Terlalu banyaknya daya tarik yang diberikan oleh Blackberry membuat
pembentukan paradigma makhluk anti sosial terhadap penggunanya. Pada saat
makan, berkumpul, bekerja, atau hal apapun itu, hampir semua pengguna
Blackberry sibuk akan handphone yang dimilikinya. Pernyataan “autis”
karena Blackberry pun sering terlontar dari mulut masyarakat.
Dan ini merupakan atribusi kausalitas. Penyebab internal yang terjadi
dikarenakan Blackberry memiliki banyak fitur sehingga dengan mudahnya
seseorang untuk menjalin komunikasi lewat media ini. Penyebab eksternal
yang terjadi dikarenakan lingkungan yang mempunyai paradigma bahwa
21
dengan mennggunakan Blackberry seseorang dapat menaikkan status
sosialnya dan Blackberrypun sekarang telah menjadi lifestyle di masyarakat
luas.
2.3.3 Hubungan Antar Teori
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua teori yang berbeda, ini
dimaksudkan untuk menjadikan kedua teori tersebut sebagai landasan
penelitian yang saling relevan. Dengan demikian dapat digunakan sebagai
acuan penelitian dalam suatu proses daya tarik yang menimbulkan pergeseran
perilaku dan menghasilkan paradigma tersendiri.
Dimulai dari daya tarik yang didasari oleh teori uses and gratification
yang mengarah kepada teori atribusi sebagai landasan teori dalam memberi
jawaban masalah yang cukup populer pada dasawarsa terakhir di kalangan
psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan
sikap.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Dan menggunakan metodelogi deskriptif
anilitis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak
22
dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah
kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang
beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata
cara suatu budaya, model fisik atau artifak dan lain sebagainya. “Qualitative
Research (QR) thus refers to the meaning, concepts, definitions,
characteristics, methapors, simbols, and descriptions of things”.15 Pendekatan
kualitatif cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik
fenomenologis dan penelitian etnografi. Karenanya, seringkali penelitian
kualitatif dipertukarkan dengan penelitian naturalistik atau naturalistic inquiry
dan etnografi dalam antropologi kognitif.16 Metode deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan dan proses yang berlangsung
serta pengaruh dari fenomena.17
3.2 Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengguna
Blackberry di kalangan mahasiswa Untirta.
Adapun sampel yang digunakan adalah sampel purposif (pengambilan
sampel bertujuan) yang sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive sampling
termasuk satu dari beberapa jenis pengambilan non probability sampling,
yakni pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
15 Berg, 2007:3
16 Mulyana, 2003
17 Nazir, Moh. 1998
23
3.3 Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penilitian
adalah sebagai berikut :
3.3.1 Wawancara Mendalam
Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui
tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau
penjawab (interviewee).18
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (in-
depth interview) atau wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk
mengetahui pandangan personal subjek penelitian. Dimana responden dapat
memberikan jawaban-jawaban secara menyeluruh dan mendalam tentang
objek penelitian. Wawancara mendalam adalah tanya jawab yang terbuka
untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan, bagaimana
menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau
menyatakan perasaannya tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya.19
Dengan demikian wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan
cara dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan informan atau yang
memberi informasi dalam konteks observasi partisipasi.
3.3.2 Obesrevasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.20
18 Sudjana, 2000:234
19 Mc Millan dan Schumacher, 2001: 443
20 Bungin, 2007:115
24
Peneliti melakukan pengamatan dan turut serta atau berpartisipasi
(participant observation), yakni observasi pengumpulan data dan informasi
dengan menjadi bagian dari lingkungan obyek penelitian. Di sini peneliti tidak
hanya memperhatikan gejala-gejala atau fenomena kemudian mencatatnya
dalam buku observasi. Observasi diperoleh selain bergabung dengan
mahasiswa pengguna Blackberry, peneliti juga meneliti paradigma yang
terbentuk dikalangan mahasiswa yang tidak menggunakan Blackberry.
3.3.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya”.21
Dari pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan
dokumentasi adalah teknik terakhir yang digunakan dalam pengumpulan data
sekunder yang bersifat tercetak (printed) yang bertujuan untuk melengkapi
data-data tambahan penelitian, seperti buku-buku, tulisan-tulisan, dan
informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten.
21 Arikunto, 2006: 132
25
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy M.A, Ph.D. 2005. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar.
Bandung. Remaja Rosdakarya.
Haryadi, Rohmat. 2009. Demam Blackberry. Bandung. Mizan Media Utama.
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung. Citra Aditya Bakti.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
26
Koentjoroningrat. 1994. Metode-metode Penelitian Masyarakat, edisi ke-3.
Jakarta. Gramedia.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian komunikasi 3. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Veeger, Karel J. MSC, MA. 1993. Pengantar Sosiologi, Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sumber Lain:
Kershaw, Sarah. 2005. Hooked on the Web: Help Is on The Way.
Network, Armenian Medical. 2006. Antisocial Personality Disorder (APD).
Goldberg, Ivan. 1995. Internet Addiction.
http://www.mentalhealth.com