data strategis daerah istimewa yogyakarta 2015

Upload: ilkom12

Post on 27-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    1/205

    Katalog BPS: 1103003.34

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    2/205

    DATA STRATEGIS

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    2015

    BADAN PUSAT STATISTIK

    PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    3/205

    DATA STRATEGIS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    2015

    No. Katalog : 1103003.34

    No. ISSN : -

    No. Publikasi : 34523.15.42Ukuran Buku : 14,8 cm x 21,5 cm

    Jumlah Halaman : xii + 189 halaman

    Penyiapan tabel oleh:Istanti

    Naskah:

    Istanti

    Penyunting oleh:Tutty Amalia

    Alwan Fauzani

    Gambar Kulit:

    Istanti

    Diterbitkan oleh:Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    4/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    i

    KATA PENGANTAR

    Booklet yang berjudul DATA STRATEGIS DAERAH ISTIMEWA

    YOGYAKARTA 2015 disusun dalam rangka menyediakan data terkait

    indikator sosial ekonomi. BookletBPS ini dirancang secara khusus bagi para

    pelajar, mahasiswa, akademisi, pelaku bisnis, birokrat, dan masyarakat luas

    yang memerlukan data dan informasi statistik yang bersifat umum, ringkas,

    strategis, namun mencakup berbagai bidang yang cukup luas.

    Beragam data dan indikator sosial-ekonomi yang dicakup dalam

    booklet ini meliputi Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto, Nilai Tukar

    Petani, Pertanian, Ketenagakerjaan, Kemiskinan, Kependudukan, dan

    indikator penting lainnya. Untuk memudahkan pemahaman dan

    pemanfaatan data, disertakan penjelasan teknis beserta analisisnya.

    Semoga booklet ini bisa memberikan informasi berharga bagi

    pengguna data BPS, baik untuk aparat pemerintahan maupun publik. Booklet

    ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang berguna untuk berbagai

    tujuan.

    Data yang tersaji dalam booklet ini mungkin belum mampu

    memenuhi semua keinginan para pengguna data dan mereka yang peduli

    terhadap data dan informasi. Oleh karena itu, saran dan masukan yang

    membangun sangat kami butuhkan demi penyempurnaan penerbitan booklet

    pada tahun berikutnya.

    Yogyakarta, Desember 2015Badan Pusat Statistik

    Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    Kepala,

    Y. Bambang Kristianto, MA

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    5/205

    iiData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    6/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    iii

    RINGKASAN DATA STRATEGIS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Indikator

    Tahun

    2013 2014 2015

    1 2 3 4

    1. Inflasi Kalender (%) 7,32 6,59 NA

    2. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,49 5,18 NA

    3. PDRB Perkapita ADHB (Rp) 23 624,0 25 693,4 NA

    4. Rata-rata NTP 116,89 102,26 NA

    5. Tingkat Pengangguran Terbuka(TPT,%), bulan Agustus 3,24 3,33 4,07

    6. TPAK (%), bulan Agustus 69,29 71,05 68,38

    7. Persentase Pekerja Sektor Formal (%) 44,03 47,12 24,39

    8. Persentase Pekerja Sektor Informal 55,97 52,88 75,61

    9. Persentase Luas Lahan Pertanian (%) 75,07 76,26 NA

    10. Luas Panen Tanaman Padi (ha) 159 266 158 903 NA

    11. Produktivitas Tanaman Padi (ku/ha) 57,88 57,87 NA

    12. Produksi Padi (ton) 921 824 919 573 NA

    7. Persentase Penduduk Miskin, Mar (%) 15,43 15,00 14,91

    8. Jumlah Penduduk Miskin, Mar (000) 553,07 544,87 550,23

    9. Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 308 826 318 514 342 541

    10. Jumlah Ruta Penerima Raskin

    10. Jumlah Penduduk bulan Juni 1 818 982 1 839 727 1 860 441

    11. Angka Buta Huruf (%) 7,18 6,33 NA

    12. Angka Harapan Hidup (tahun) 74,45 74,50 NA

    13. IPM 76,44 76,81 NA

    14. IDI 72,36 82,71 NA

    Catatan: NA : Data belum tersedia

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    7/205

    ivData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar........................ i

    Ringkasan Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta.......... iii

    Daftar Isi iv

    Daftar Tabel.... v

    Pendahuluan.... 1

    Angka Inflasi..... 5

    Produk Domestik Regional Bruto. 17

    Nilai Tukar Petani.. 36

    Pertanian.... 43

    Ketenagakerjaan..52

    Kemiskinan.. 72

    Kependudukan........ 93

    Indeks Pembangunan Manusia... 117

    Pendidikan 127

    Kesehatan.. 143

    Indeks Demokrasi Indonesia. 150

    Indikator Penting lainnya. 157

    Singkatan dan Akronim. 184

    Daftar Pustaka............. 187

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    8/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    v

    DAFTAR TABEL

    ANGKA INFLASI

    Tabel 2.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Yogyakarta danNasional, 20122014 (2012=100)

    10

    Tabel 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional, 2014.2015 (2012=100) 11

    Tabel 2.3 Inflasi Kota Yogyakarta Bulan Desember 2014, menurutpengeluaran (2012=100). 12

    Tabel 2.4 Inflasi Bulan Desember 2014 dan Year on Year KotaYogyakarta dan Nasional menurut Kelompok Pengeluaran(2012=100)..................................................................... 13

    Tabel 2.5 Andil Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional Bulan Desember2014 (2012=100) .......................................................... 14

    Tabel 2.6 Perbandingan Inflasi Tahun ke Tahun Kota Yogyakarta dan

    Nasional, 2005-2014.............................................................. 14

    Tabel 2.7 Perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi BulanDesember 2014 untuk 23 Kota-kota Besar di PulauJawa.......................................................................... 15

    Tabel 2.8 Laju Iflasi Tahun Kalender untuk 23 Kota-kota Besar di Pulau

    Jawa, 2010-2014................................................................. 16

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

    Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga

    Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha Daerah IstimewaYogyakarta, 2013-2014 (juta Rp).. .

    26

    Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga

    Konstan 2010 menurut Kabupaten/kota di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013-2014 (juta rupiah).. 27

    Tabel 3.3 Kontribusi terhadap Jumlah PDRB Daerah IstimewaYogyakarta menurut Lapangan Usaha, 20102014(persen). 27

    Tabel 3.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan

    Usaha Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nasional, 20132014(persen) ............................................................................. 28

    Tabel 3.5 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Daerah IstimewaYogyakarta menurut Lapangan Usaha, 20132014 (persen) 29

    Tabel 3.6 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010menurut Lapangan Usaha Daerah Istimewa Yogyakarta dan

    Nasional, 2013-2014 (persen) ........................................... 30

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    9/205

    viData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    Tabel 3.7 Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita menurut

    Lapangan Usaha Kabupaten/kota, 2013-2014........................... 31

    Tabel 3.8 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut PDRB Atas DasarHarga Konstan 2010 menurut Pengeluaran Daerah Istimewa

    Yogyakarta, 20132014 (juta Rp). 32

    Tabel 3.9 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

    menurut Pengeluaran Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013- 2014(persen)................................................................................. 33

    Tabel 3.10 Indikator Penting PDRB menurut Provinsi di Pulau Jawa, 2012-2014..................................................................................... 34

    Tabel 3.11 Produk Domestik Regional Bruto, Pertumbuhan Ekonomi, danProduk Domestik Bruto per Kapita, 1990-2014 35

    NILAI TUKAR PETANI

    Tabel 4.1 Perkembangan Nilai Tukar Petani Daerah IstimewaYogyakarta, Januari 2014-Desember 2014 (2012=100) 39

    Tabel 4.2 Rata-rata Nilai Tukar Petani Daerah Istimewa Yogyakarta 2005-2014 ......... 40

    Tabel 4.3 Nilai Tukar Petani Subsektor Daerah Istimewa Yogyakarta,Oktober 2015-November 2015 (2012=100).... 41

    Tabel 4.4 Nilai Tukar Petani menurut Provinsi di Pulau Jawa, Januari2015-Desember 2015 ... 42

    PERTANIAN

    Tabel 5.1 Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian menurut

    Kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 (ha) 46

    Tabel 5.2 Persentase Penggunaan Lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta,2010-2014....................................................... ....... .......... 47

    Tabel 5.3 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Daerah

    Istimewa Yogyakarta, 2010-2014............................................. 48

    Tabel 5.4 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2014.. 48

    Tabel 5.5 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2014 49

    Tabel 5.6 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Tanah diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2014............................. 49

    Tabel 5.7 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2014 50

    Tabel 5.8 Produksi Tanaman Pangan menurut Provinsi di Pulau Jawa ,2013-2014 50

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    10/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    vii

    Tabel 5.9 Produktifitas Tanaman Pangan menurut Provinsi di Pulau Jawa ,

    2013-2014 51

    KETENAGAKERJAAN

    Tabel 6.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatandi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2015 60

    Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja SelamaSeminggu yang lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2015 61

    Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja SelamaSeminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan Utama di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2013-2015 62

    Tabel 6.4 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Propinsi DI Yogyakarta,2013-2015 63

    Tabel 6.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan TingkatPengangguran Terbuka (TPT) di Daerah Istimewa Yogyakartadan Nasional, 2011-2015 (persen) 65

    Tabel 6.6 Penduduk menurut Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu danKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2014-

    Agustus 2015 66

    Tabel 6.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan TingkatPengangguran Terbuka (TPT) menurut Kabupaten/kota di

    Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2011-Agustus 2015(peren) 67

    Tabel 6.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat

    Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi di Pulau Jawa,2013-2015 (persen).. . 69

    Tabel 6.9 Penduduk yang termasuk Angkatan Kerja, Bekerja dan

    Pengangguran menurut Provinsi di Pulau Jawa, Agustus 2014-Agustus 2015 (ribuan) 71

    KEMISKINAN

    Tabel 7.1 Jumlah Penduduk Miskin menurut Tipe Daerah di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2011-2015 (persen) 79

    Tabel 7.2 Persentase Penduduk Miskin menurut Tipe Daerah di Daerah

    Istimewa Yogyakarta, 2011-2015 ..... 80

    Tabel 7.3 Garis Kemiskinan Penduduk Miskin menurut Tipe Daerah diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2015 (rupiah/kapita/bulan) 81

    Tabel 7.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurut Tipe Daerah diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2015................................ 82

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    11/205

    viiiData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    Tabel 7.5 Indeks Keparahan (P2) menurut Tipe Daerah di Daerah

    Istimewa Yogyakarta, 2011-2015 83

    Tabel 7.6 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2014 (persen). 84

    Tabel 7.7 Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2014 (ribuan jiwa) 85

    Tabel 7.8 Garis Kemiskinan Penduduk Miskin menurut Kabupaten/kota diDaerah istimewa Yogyakarta, 2010-2014 (rupiah/kapita/bulan) 86

    Tabel 7.9 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2014 (persen). 87

    Tabel 7.10 Indeks Keparahan (P2) menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2014 (persen) 88

    Tabel 7.11 Indikator Kemiskinan menurut Provinsi di Pulau Jawa, 2013 -

    2015. 89Tabel 7.12 Distribusi Pendapatan Penduduk Darah Istimewa Yogyakarta

    menurut Golongan Pendapatan, 2010-2014. 90

    Tabel 7.13 Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program PerlindunganSosial 2008 (PPLS08) menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta.. 91

    Tabel 7.14 Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 2011 (PPLS11)menurut Kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.. 91

    Tabel 7.15 Jumlah Rumah Tangga Penerima Raskin menurutKabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2008-2013 92

    PENDUDUK

    Tabel 8.1 Parameter Demografi Kabupaten/kota di Daerah Istimewa

    Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk 2010(Angka Sementara) 103

    Tabel 8.2 Penduduk menurut Kabupaten/kota di Daerah Istimewa 1971,1980, 1990, 2000 dan 2010 (ribu) . 105

    Tabel 8.3 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan

    Kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010. 105

    Tabel 8.4 Rasio Ketergantungan menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta 1971-2010.. 106

    Tabel 8.5 Rasio Jenis Kelamin menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 1971-2010 107

    Tabel 8.6 Rasio Jenis Kelamin, Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010,

    Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurutKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta 108

    Tabel 8.7 Penduduk menurut Kabupaten/kota Daerah IstimewaYogyakarta, 2011-2015 109

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    12/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    ix

    Tabel 8.8 Rasio Jenis Kelamin menurut Kabupaten/kota di Daerah

    Istimewa Yogyakarta 2011-2015 110

    Tabel 8.9 Rasio Ketergantungan menurut Kabupaten/kota di Daerah

    Istimewa Yogyakarta 2011-2015 111

    Tabel 8.10 Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta 2011-2015 112

    Tabel 8.11 Persentase dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi,2010,2014, dan 2015 112

    Tabel 8.12 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Banyaknya Anggota

    Rumah Tangga Menurut Kabupaten/kota, 2012, 2013 dan2014 113

    Tabel 8.13 Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin DaerahIstimewa Yogyakarta, 2014-2015 114

    Tabel 8.14 Paramater Fertilitas Hasil Proyeksi Penduduk 2000-2025.. 115

    Tabel 8.15 Paramater Mortalitas Hasil Proyeksi Penduduk 2000-2025.. 116

    Tabel 8.16 Angka Kelahiran Total di Daerah Istimewa Yogyakarta, SP1971-SP2010 116

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

    Tabel 9.1 Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2015 124

    Tabel 9.2 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2015 (tahun) 124

    Tabel 9.3 Angka Harapan Sekolah menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2015 (tahun). 125

    Tabel 9.4 Rata-rata Lama Sekolah menurut Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2010-2015 (tahun). 125

    Tabel 9.5 Pengeluaran Riil Per Kapita menurut Kabupaten/kota di Daerah

    Istimewa Yogyakarta, 2010-2015(Rp/tahun).... 126

    Tabel 9.6 Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi di Pulau Jawa,2010-2015. 126

    PENDIDIKAN

    Tabel 10.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Daerah Istimewa Yogyakarta,2010-2014 132

    Tabel 10.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2014 132

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    13/205

    xData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    Tabel 10.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Provinsi di Pulau

    Jawa, 2012-2013.. 133

    Tabel 10.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Daerah Istimewa Yogyakarta,

    2010-2014.. 134

    Tabel 10.5 Angka Partisipasi Kasar (APS) menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2012.. 134

    Tabel 10.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Provinsi di Pulau Jawa,2013-2012... 135

    Tabel 10.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Daerah Istimewa Yogyakarta,2010-2014.. 136

    Tabel 10.8 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013.. 136

    Tabel 10.9 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinsi di Pulau Jawa,

    2012-2013.... 138Tabel 10.10 Persentase Penduduk yang Buta Huruf Daerah Istimewa

    Yogyakarta, 2010-2014. 138

    Tabel 10.11 Persentase Penduduk yang Buta Huruf menurut Kabupaten/kotadi D.I. Yogyakarta, 2013-2014 139

    Tabel 10.12 Persentase Penduduk yang Buta Huruf menurut Provinsi diPulau Jawa, 2012-2013. 139

    Tabel 10.13 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut PendidikanTertinggi yang Ditamatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta,

    2012 dan 2013. . 140

    Tabel 10.14 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut PendidikanTertinggi yang Ditamatkan dan Kabupaten/kota di DaerahIstimewa Yogyakarta, 2014 140

    Tabel 10.15 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun ke Atas menurutKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010-

    2014 142

    Tabel 10.16 Banyaknya Sarana Pendidikan menurut Kabupaten/kota diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2014.................................... 142

    KESEHATAN

    Tabel 11.1 Perkembangan Angka Kematian Bayi di Daerah Istimewa

    Yogyakarta........................................ 147

    Tabel 11.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama diDaerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2014.. 147

    Tabel 11.3 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama danKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 148

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    14/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    xi

    Tabel 11.4 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan

    menurut Kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2014... 148

    Tabel 11.5 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan

    menurut Provinsi di Pulau Jawa, 2010-2014. 149

    Tabel 11.6 Banyaknya Sarana Kesehatan menurut Kabupaten/kota di

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011.... 149

    INDEKS DEMOKRASI INDONESIA

    Tabel 12.1 Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI), 2010-2014 154

    Tabel 12.2 Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2013-2014.. 155

    Tabel 12.3 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) menurut Provinsi di Pulau

    Jawa, 2013-2014.156

    INDIKATOR-INDIKATOR LAINNYA

    Tabel 13.1 Nilai IPAK Tahun 2012-2014 160

    Tabel 13.2 Indeks menurut Sumber Keterangan, Tahun 2013-2014.. 160

    Tabel 13.3 Perbandingan IPAK 2012-2014 Berdasarkan Karakteristik

    Tertentu. 161

    Tabel 13.4 Indeks Kebahagiaan menurut Karakteristik Demografi Darah

    istimewa Yogyakarta, 2014 163Tabel 13.5 Indeks Kebahagiaan menurut Pendidikan Tertinggi yang

    Ditamatkan D.I. Yogyakarta, 2014. 164

    Tabel 13.6 Indeks Kebahagiaan menurut Pendapatan Rumah Tangga D.I.

    Yogyakarta, 2014.. 164

    Tabel 13.7 Tingkat Kepuasan Sepuluh Aspek Kehidupan dan Provinsi di

    Pulau Jawa, 2014. .. 165

    Tabel 13.8 Indeks Kabahagiaan menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi di

    Pulau Jawa, 2014..167

    Tabel 13.9 Indeks Kesulitan Geografi (IKG) Desa menurut Provinsi Pulau

    jawa, 2014. 170

    Tabel 13.10 Nama-nama Desa dengan 10 IKG Tertinggi, 2014 171

    Tabel 13.11 Nama-nama Kelurahan dengan 10 IKG Tertinggi, 2014 171

    Tabel 13.12 Nama-nama Desa dengan 10 IKG Terendah, 2014 172

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    15/205

    xiiData Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2 15

    Tabel 13.13 Nama-nama Kelurahan dengan 10 IKG Terendah, 2014 172

    Tabel 13.14 Indeks Pembangunan Desa Daerah istimewa Yogyakarta, 2014 177

    Tabel 13.15 Presentase Desa menurut Kabupaten/kota Daerah istimewa

    Yogyakarta, 2014 177

    Tabel 13.16 Indeks Pembangunan Desa Provinsi-provinsi di Pulau Jawa,

    2014 178

    Tabel 13.17 Presentase Desa menurut Kabupaten/kota Daerah Istimewa

    Yogyakarta, 2014. 178

    Tabel 13.18 Indeks Pembangunan Gender (IPG) menurut Kabupaten/kotadi D.I. Yogyakarta, 2010-2014 181

    Tabel 13.19 Indeks Pembangunan Gender (IPG) menurut Provinsi di Pulau

    Jawa, 2010-2014 181

    Tabel 13.20 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menurut Kabupaten/kotadi D.I. Yogyakarta, 2009-2013 183

    Tabel 13.21 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) menurut Provinsi di Pulau

    Jawa, 2009-2013 183

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    16/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    1

    PENDAHULUAN

    Booklet ini berisi tentang indikator sosial ekonomi yang dihasilkan

    Badan Pusat Statisik (BPS), disertai penjelasan praktis dan ulasan singkat.

    Indikator sosial ekonomi yang termuat adalah data yang memiliki kriteria

    bahwa: (1) data dimaksud selalu di-update dan terjamin kekiniannya; (2)

    banyak digunakan untuk berbagai kajian; (3) dapat menggambarkan

    fenomena dan bahkan mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi wilayah.

    Pengguna data strategis terus meningkat hingga saat ini, mulai

    dari pemerintah, akademisi, pebisnis, kalangan internasional, hingga

    masyarakat umum. Peningkatan pengguna data tersebut sejalan dengan

    sifat alamiah data yang memiliki dimensi yang sangat luas. Data dasar

    mulai dari jumlah penduduk, konsumsi per kapita, nilai tambah sektoral,

    dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data harga dan perubahannya

    berujung pada angka inflasi. Data produksi tanaman pangan di antaranya

    padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu. Kondisi ketenagakerjaan

    yang mencerminkan kemampuan daerah dalam meningkatkan

    kesejahteraan penduduk seperti angkatan kerja, pengangguran, status

    berusaha, dan lapangan usaha utama. Data strategis inilah yang akan

    disajikan dalam booklet ini. Edisi kali ini juga akan diperkenalkan indikator

    indikator baru seperti Indeks Kesulitan Geografi(IKG), Gini Rasio, Indeks

    Pembangunan Gender (IPG) dan lain-lain.

    Di setiap data yang disajikan diberi penjelasan praktis, sehingga

    pengguna data akan mendapatkan penjelasan lebih rinci terkait penjelasan

    teknis masing-masing indikator. Bagian ini memberikan informasi yang

    lengkap tetapi ringkas kepada pembaca tentang konsep, definisi,

    metodologi, pengumpulan data, referensi, dan diseminasi data. Setiap bab

    juga akan disajikan ulasan singkat tentang indikator sosial ekonomi yang

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    17/205

    2Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    termuat dari level kabupaten/kota, provinsi, dan perbandingan angka

    provinsi di Pulau Jawa. Secara umum penjelasan dalam booklet ini bersifat

    praktis. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana media sosialisasi produk statistik

    BPS bagi para pengambil kebijakan di kalangan pemerintah, legislator,

    akademisi, peneliti, dan mahasiswa sebagai wujud untuk menjamin hak

    masyarakat memperoleh informasi publik. Dengan semakin terpenuhinya

    kebutuhan masyarakat pengguna data, mereka selanjutnya diharapkan

    dengan penuh kesadaran, memberikan dukungan terhadap kegiatan-

    kegiatan perstatistikan BPS.

    Bookleet akan disajikan dalam 13 bab. Dimulai dengan bagian

    pendahuluan, dilanjutkan dengan indikator ekonomi dan indikator sosial.

    Bagian pertama dijelaskan tentang angka inflasi. Beberapa indikator penting

    terkait dengan angka inflasi adalah penyajian data tentang Indeks Harga

    Konsumen (IHK), perkembangan angka inflasi secara umum, dan angka

    inflasi menurut pengeluaran rumah tangga. Data ini dapat memberikan

    informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang

    dikonsumsi pemerintah pada level provinsi hingga perbandingan dengan

    provinsi di Pulau Jawa.

    Pada Bab III pembaca dapat memanfaatkan data PDRB yang

    menggambarkan kinerja ekonomi dari sisi besarannya. Data ini dapat

    digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi sektoral,

    dan masih ada kemungkinan lain tentang kegunaannya.

    Selanjutnya dalam Bab IV disajikan data nilai tukar petani untuk

    memberikan informasi mengenai tingkat kemampuan tukar atas barang-

    barang (produk) yang dihasilkan petani di perdesaan terhadap barang/jasa

    yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses

    produksi pertanian. Pada bab ini juga disajikan nilai tukar petani, indeks

    harga yang diterima petani, dan indeks harga yang dibayar petani.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    18/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    3

    Dalam Bab V, pembaca dapat mencermati penyajian angka ramalan

    produksi tanaman pangan. Data yang disajikan juga mencakup luasan

    panen, produksi, dan produktivitas tanaman pangan mulai dari tahun 2010

    hingga tahun 2014. Data ini dapat digunakan untuk bahan perencanaan

    dan kebijakan yang terkait dengan ketahanan pangan nasional.

    Bab VI menyediakan data ketenagakerjaan yang mencakup

    angkatan kerja, penganggur, lapangan usaha, dan distribusi per

    kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa indikator juga

    disajikan, seperti Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat

    Pengangguran Terbuka (TPT). Dengan memperhatikan jadwal survei tenaga

    kerja di Indonesia, maka data yang disajikan mencakup kondisi terakhir

    hingga Agustus 2015.

    Bab VII mengantarkan pembaca untuk dapat mencermati data

    strategis tentang angka kemiskinan. Ketersediaan data kemiskinan yang

    akurat merupakan aspek penting untuk mendukung strategi

    penanggulangannya. Data kemiskinan yang disajikan mulai tahun 2009

    hingga tahun 2015 yang dibedakan menurut kota dan desa pada level

    kabupaten/kota dan provinsi. Pada bagian terakhir, dilengkapi dengan

    perbandingan angka kemiskinan tingkat provinsi di Pulau jawa.

    Bab VIII berisi tentang data kependudukan. Peningkatan kualitas

    sumber daya manusia merupakan aspek penting untuk mewujudkan

    penduduk sebagai modal manusia (human capital) dalam pembangunan. Di

    sisi lain, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pertumbuhan

    penduduk juga perlu dikendalikan. Karena peningkatan jumlah penduduk

    yang tidak diimbangi dengan penyediaan lapanga kerja akan berakibat pada

    peningkatan pengangguran. Data kependudukan yang disajikan meliputi

    data dari Sensus Penduduk 2010 dan Proyeksi Penduduk 2011 hingga 2015.

    Bab IX akan menyajikan data tentang Indeks Pembangunan

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    19/205

    4Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Manusia (IPM). IPM merupakan gambaran pencapaian pembangunan

    manusia di suatu wilayah ditinjau dari aspek pembangunan kesehatan,

    pendidikan dan ekonomi dalam ukuran indeks. Data terdiri dari

    perkembangan masing-masing indeks dari tahun 2010 sampai 2014.

    Pada Bab X, pengguna data dapat mencermati data tentang

    indikator pendidikan. Data pendidikan yang termuat dalam bab ini antara

    lain data tentang Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni

    (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), angka buta huruf, persentase

    penduduk berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan

    sarana pendidikan yang tersedia.

    Bab XI akan menggambarkan pencapaian pembangunan sektor

    kesehatan melalui penyajian data tentang indikator kesehatan. Beberapa

    indikator yang akan disajikan antara lain: angka kematian bayi, angka

    keluhan kesehatan, penolong kelahiran pertama, serta sarana kesehatan

    yang tersedia di setiap kabupaten/kota.

    Bab XII, akan disajikan data tentang Indeks Demokrasi Indonesia

    (IDI). IDI merupakan refleksi pencapaian pembangunan demokrasi dilihat

    dari aspek kebebasan sipil, hak-hak politik, dan lembaga-lembaga

    demokrasi. Pembaca dapat melihat perbandingan pembangunan

    demokrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan secara nasional

    dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Data yang tersaji adalah angka IDI pada

    tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

    Pada bab terakhir, akan dikenalkan dengan beberapa indikator-

    indikator baru seperti indeks kebahagiaan, indeks anti korupsi, indeks

    kesulitan geografi, indeks pembangunan desa. Pembaca akan diperkenalkan

    konsep, definisi serta dilengkapi analisis idikator-indikator baru tersebut.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    20/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    5

    2ANGKA INFLASI

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    21/205

    6Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Konsep dan Definisi

    Inflasi merupakan persentase tingkat kenaikan harga sejumlah

    barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang

    yang harganya naik, turun, dan ada yang tetap. Resultante (rata-rata

    terimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada

    suatu selang waktu (bulanan) disebut inflasi (apabila naik) dan deflasi

    (apabila turun).

    Hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu

    indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau

    Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan

    inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/deflasi tersebut

    dapat dihitung menggunakan suatu rumus Laspeyres yang dimodifkasi

    (Modified Laspeyres). Rumus tersebut mengacu pada manual OrganisasiBuruh Dunia (Internaional Labor Organisaion/ILO). Secara umum rumus

    inflasi adalah:

    INFt : Inflasi/defasi pada waktu(bulan atau tahun) (t)

    IHKt : Indeks Harga Konsumen pada waktu (bulan atau tahun) (t)

    IHKt-1: Indeks Harga Konsumen pada waktu (bulan atau tahun) (t-1)

    Interpretasi:

    INFt < 0 : tingkat harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum

    dikonsumsi rumah tangga pada waktu (bulan atau tahun) (n)

    mengalami penurunan dibandingkan (bulan atau tahun) (n-1).

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    22/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    7

    Keadaan ini disebut juga deflasi.

    INFt = 0 : tingkat harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum

    dikonsumsi rumah tangga pada waktu (bulan atau tahun) (n)

    sama dengan (bulan atau tahun) (n-1).

    INFt > 0 : tingkat harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum

    dikonsumsi rumah tangga pada waktu (bulan atau tahun) (n)

    mengalami peningkatan dibandingkan (bulan atau tahun) (n-

    1). Keadaan ini disebut juga inflasi.

    Penghitungan Inflasi

    Mulai bulan Januari 2014, penghitungan IHK didasarkan atas pola

    konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2012. Survei tersebut

    dilakukan di 82 kota di Indonesia dan mencakup sebanyak 225 462 jenis

    komoditi. Inflasi yang dihitung meliputi:

    1. Inflasi bulanan yaitu inflasi yang terjadi selama 1 bulan tertentu.

    Dengan kata lain inflasi bulanan merupakan persentase perubahan IHKbulan tertentu terhadap IHK bulan sebelumnya.

    2. Inflasi tahun kalender/kumulatif yaitu inflasi yang terjadi selama

    bulan Januari sampai dengan bulan tertentu. Dengan kata lain inflasi

    tahun kalender merupakan persentase perubahan IHK bulan tertentu

    terhadap IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Misalkan inflasi

    kumulatif bulan Juli 2011 berarti inflasi Januari 2011Juli 2011.

    3. Year on Year(YoY) yakni inflasi yang terjadi selama setahun terakhir

    dari bulan tertentu tahun sebelumnya sampai dengan bulan yang sama

    tahun sekarang. Misalkan inflasi year on year bulan Juli berarti inflasi

    bulan Juli 2011 terhadap Juli 2010. Dengan kata lain inflasi YoY

    merupakan persentase perubahan IHK bulan tertentu tahun sekarang

    terhadap IHK bulan yang sama tahun sebelumnya.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    23/205

    8Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Angka inflasi disajikan dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu:

    1. Kelompok Bahan Makanan;

    2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau;

    3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar;

    4. Kelompok Sandang;

    5. Kelompok Kesehatan;

    6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga;

    7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.

    Kategori inflasi:

    1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

    2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%/ tahun)

    3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

    4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

    TujuanTujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang

    menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga.

    Indikator tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan

    keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun

    moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, dapat

    memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran

    kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Dalam

    tingkat makro, angka inflasi dapat mengambarkan stabilitas perekonomian

    dan moneter. Angka inflasi sering dikaitkan dengan nilai investasi,

    pertumbuhan ekonomi bahkan tingkat pengangguran.

    Beberapa alasan penyebab inflasi:

    1. Demand-Pull Inflation, artinya terjadinya kenaikan aggregate

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    24/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    9

    demand terhadap resources baik yang datang dari pemerintah

    maupun dari masyarakat dan dunia usaha.

    2. Cost-Push Inflation yaitu suatu keadaan dimana walaupn tidak

    terjadi kenaikan aggregate demand, harga-harga masih tetap

    mengalami kenaikan. Mungkin terjadi jika biaya upah-gaji karyawan

    perusahaan meningkat.

    3. Structural inflation: terjadi karena terjadinya perubahan struktur

    ekonomi seperti dari pertanian ke non pertanian. Ini membawa

    perubahan pola permintaan yang akan menyebabkan terjadinya

    kenaikan harga

    Manfaat Angka Inflasi antara lain:

    Indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).

    Penyesuaian Nilai Kontrak (contractual payment).

    Eskalasi Nilai Proyek (project escalation).

    Penentuan Target Inflasi (inflation targeting). Indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (budget indexation).

    Sebagai pembagi PDB, PDRB (GDP Deflator).

    Sebagai proksi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).

    Indikator dini tingkat bunga, valas dan indeks harga saham.

    Sumber Data

    Bahan dasar penyusunan inflasi adalah hasil Survei Biaya Hidup (SBH)

    (Cost of Living Survey). SBH diadakan antara 5-10 tahun sekali, dan kini

    SBH 2007 menjadi dasar penyusunan IHK sebagai nilai konsumsi tahun

    dasar. Hasil SBH lainnya yang digunakan untuk menghitung inflasi adalah

    Diagram Timbang (Weighing Diagram). Data perubahan harga secara

    periodik dikumpulkan dari survei harga konsumen. Survei harga konsumen

    dilakukan secara berkala, yaitu harian, mingguan, dan bulanan.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    25/205

    10Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 2.1

    Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Yogyakarta dan Nasional,2014 2015 (2012=100)

    Bulan

    Yogyakarta Nasional

    2014 2015 2014 2015

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Januari 110,77 116,99 110,99 118,71

    Februari 110,85 116,52 111,28 118,28

    Maret 111,00 116,69 111,37 118,48

    April 111,80 117,13 111,35 118,91

    Mei 111,14 117,55 111,53 119,50

    Juni 111,62 117,96 112,01 120,14

    Juli 112,57 118,70 113,05 121,26

    Agustus 112,67 119,09 113,58 121,73

    September113,22 119,14 113,89 121,67

    Oktober 113,54 119,15 114,42 121,57

    November 114,82 119,31 116,14 121,82

    Desember 116,84 .... 119,00 ....

    Sumber: Berita Resmi Statistik BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

    Kota Yogyakarta, pada bulan November 2015 terjadi kenaikan Indeks Harga

    Konsumen dari 119,15 pada bulan Oktober menjadi 119,31, sehingga inflasi

    bulan Desember tercatat sebesar 0,13 persen. Sementara Indeks Harga

    Konsumen Nasional pada periode yang sama juga mengalami kenaikan dari

    121,57 pada bulan oktober menjadi 121,82 atau mengalami inflasi 0,21 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    26/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    11

    Tabel 2.2

    Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional,20142015 (2012=100)

    Bulan

    Yogyakarta Nasional

    2014 2015 2014 2015

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Januari 1,05 0,13 1,07 -0,24

    Februari 0,07 -0,40 0,26 -0,36

    Maret 0,14 0,15 0,08 0,17

    April 0,07 0,38 -0,02 0,36

    Mei 0,05 0,36 0,16 0,50

    Juni 0,43 0,35 0,43 0,54

    Juli 0,85 0,63 0,93 0,93

    Agustus 0,09 0,33 0,47 0,39

    September 0,49 0,04 0,27 0,05

    Oktober 0,28 0,01 0,47 -0,08

    November 1,13 0,13 1,50 0,21

    Desember 1,76 .... 2,46 ....

    Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

    Perkembangan angka inflasi sepanjang tahun 2014, tampak bahwa inflasi

    Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2014 mencapai 1,76 persen,merupakan angka inflasi tertinggi selama periode tahun 2014 sehingga

    tingkat inflasi year on year menjadi sebesar 6,59 persen.

    Apabila dibandingkan dengan Nasional, angka inflasi Kota Yogyakarta pada

    bulan Desember 2014, 0,70 poin lebih rendah daripada angka Nasional yang

    tercatat sebesar 2,46 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    27/205

    12Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 2.3

    Inflasi Kota Yogyakarta Bulan Desember 2014

    menurut Pengeluaran (2012=100)

    Kelompok

    Pengeluaran

    IHK InflasiBulan

    Des2014

    LajuInflasi

    Tahun2014

    Des2013

    Nov2014

    Des2014

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Umum 109,62 114,82 116,84 1,76 6,59

    1. Bahan Makanan 117,86 122,88 126,93 3,30 7,70

    2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

    dan Tembakau

    111,53 114,39 114,82 0,38 2,95

    3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan

    Bahan Bakar

    106,94 115,44 116,48 0,90 8,92

    4. Sandang 103,12 106,29 106,84 0,52 3,61

    5. Kesehatan 104,39 109,54 110,12 0,53 5,49

    6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olah

    Raga

    103,19 105,65 105,64 -0,01 2,37

    7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa

    Keuangan

    111,09 116,28 121,49 4,48 9,36

    Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

    Inflasi menurut kelompok pengeluaran pada bulan Desember 2014

    tertinggi terjadi pada pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa

    keuangan(4,48%) diikuti oleh kelompok bahan makanan (3,30%).

    Kelompok pengeluaran yang berkontribusi (andil) relatif besar terhadap

    inflasi di bulan Desember 2014 di Kota Yogyakarta maupun Nasional

    adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok

    bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

    bakar.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    28/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    13

    Tabel 2.4

    Inflasi Bulan Desember 2014 dan Year on YearKota Yogyakarta dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran

    Kelompok Pengeluaran

    Inflasi Bulan Desember

    (%)

    Inflasi Year on Year

    (%)

    Yogyakarta Nasional Yogyakarta Nasional

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Umum 1,76 2,46 6,59 8,36

    1. Bahan Makanan 3,30 3,22 7,70 10,57

    2. Makanan Jadi, Minuman,

    Rokok, dan Tembakau 0,38 1,96 2,95 8,11

    3. Perumahan, Air, Listrik,

    Gas, dan Bahan Bakar 0,90 1,45 8,92 7,36

    4. Sandang 0,52 0,64 3,61 3,08

    5. Kesehatan 0,53 0,74 5,49 5,71

    6. Pendidikan, Rekreasi, danOlah Raga -0,01 0,36 2,37 4,44

    7. Transpor, Komunikasi,dan Jasa Keuangan 4,48 5,55 9,36 12,14

    Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

    Perkembangan angka inflasi sepanjang tahun 2014, tampak bahwa

    inflasi Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2014 mencapai 1,76

    persen, merupakan angka inflasi tertinggi sejak 2014 sehingga

    tingkat inflasi year on year menjadi sebesar 6,59 persen. Kenaikan

    kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

    dan kenaikan harga bahan makanan adalah dua faktor penyebab

    melambungnya inflasi pada bulan Desember.

    Pada periode yang sama, angka inflasi ini lebih rendah dari angkainflasi tingkat Nasional yang mencapai 8,36 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    29/205

    14Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 2.5

    Andil Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional Bulan Desember 2014

    (2012=100)

    Kelompok Pengeluaran Andil Inflasi (%)Yogyakarta Nasional

    (1) (2) (3)

    UMUM 1.76 2.46

    1. Bahan Makanan 0.60 0.64

    2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

    Tembakau0.07 0.31

    3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan BahanBakar

    0.23 0.35

    4. Sandang 0.03 0.04

    5. Kesehatan 0.03 0.036. Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 0.00 0.03

    7. Transpor, Komunikasi, dan JasaKeuangan

    0.79 1.06

    Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi D.I. Yogyakarta

    Tabel 2.6

    Perbandingan Inflasi Tahun ke Tahun Kota Yogyakarta danNasional, 2005-2014

    Tahun Yogyakarta Nasional

    (1) (2) (3)

    2014 6.59 8.36

    2013 7.32 8.38

    2012 4.31 4.30

    2011 3.88 3.79

    2010 7.38 6.96

    2009 2.93 2.78

    2008 9.88 11.06

    2007 7.99 6.59

    2006 10.4 6.60

    2005 14.98 17.11

    Sumber : Berita Resmi Statistik BPS RI

    Ket./Note : Tahun dasar 19982003 (1996=100)Tahun dasar 20042007 (2002=100)Tahun dasar 2008-2013 (2007=100)Tahun dasar 2014 (2012=100)

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    30/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    15

    Tabel 2.7

    Perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan InflasiBulan Desember 2014 untuk 23 Kota-kota Besar di Pulau Jawa

    No. Kota 2013 2014IHK Inflasi IHK Inflasi

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Jakarta 144,27 8,00 119,41 8,95

    2 Bogor 146,71 8,55 118,49 6,83

    3 Sukabumi 146,07 8,03 119,34 8,38

    4 Bandung 138,82 7,97 117,11 7,76

    5 Cirebon 149,78 7,86 117,11 7,08

    6 Bekasi 145,20 9,46 117,49 7,687 Depok 148,18 10,97 118,97 7,49

    8 Tasikmalaya 146,33 6,89 116,97 8,09

    9 Purwokerto 145,46 8,50 117,36 7,09

    10 Surakarta 134,81 8,32 116,84 8,01

    11 Semarang 145,29 8,19 118,73 8,53

    12 Tegal 142,05 5,80 114,73 7,40

    13 Yogyakarta 145,65 7,32 116,84 6,59

    14 Jember 145,66 7,21 117,52 7,52

    15 Sumenep 142,26 6,62 117,30 8,04

    16 Kediri 145,44 8,05 118,96 7,49

    17 Malang 146,64 7,92 119,16 8,14

    18 Probolinggo 151,77 7,98 118,72 6,79

    19 Madiun 148,57 7,52 116,83 7,40

    20 Surabaya 145,19 7,52 117,81 7,90

    21 Tangerang 152,11 9,16 123,07 11,27

    22 Cilegon 149,92 10,02 124,82 10,03

    23 Serang 144,59 7,98 120,92 9,93

    Nasional 146,84 8,38 119,00 8,36

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam Angka 2015Ket : IHK Bulan Desember dan perubahan tahun kalender

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    31/205

    16Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 2.8

    Laju Inflasi Tahun Kalender untuk Kota-kota Besar di Pulau Jawa,2010-2014

    No. Kota 2010 2011 2012 2013 2014(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    1 Jakarta 6,34 3,97 4,52 8,00 8,95

    2 Bogor 6,57 2,85 4,06 8,55 6,83

    3 Sukabumi 5,43 4,26 3,98 8,03 8,38

    4 Bandung 4,53 2,75 4,02 7,97 7,76

    5 Cirebon 6,70 3,20 3,36 7,86 7,08

    6 Bekasi 7,88 3,45 3,46 9,46 7,68

    7 Depok 7,97 2,95 4,11 10,97 7,49

    8 Tasikmalaya 5,56 4,17 3,87 6,89 8,099 Cilacap NA NA NA NA 8,19

    10 Purwokerto 6,04 3,40 4,73 8,50 7,09

    11 Kudus NA NA NA NA 8,59

    12 Surakarta 6,65 1,93 2,87 8,32 8,01

    13 Semarang 7,11 2,87 4,85 8,19 8,53

    14 Tegal 6,73 2,58 3,09 5,80 7,40

    15 Yogyakarta 7,38 3,88 4,31 7,32 6,59

    16 Jember 7,09 2,43 4,49 7,21 7,52

    17 Banyuwangi NA NA NA NA 6,59

    18 Sumenep 6,75 4,18 5,05 6,62 8,04

    19 Kediri 6,80 3,62 4,63 8,05 7,49

    20 Malang 6,70 4,05 4,60 7,92 8,14

    21 Probolinggo 6,68 3,78 5,88 7,98 6,79

    22 Madiun 6,54 3,49 3,51 7,52 7,40

    23 Surabaya 7,33 4,72 4,39 7,52 7,90

    24 Tangerang 6,08 3,78 4,44 10,02 10,03

    25 Cilegon 6,12 2,35 3,91 7,98 9,93

    26 Serang 2,35 2,78 4,41 9,16 11,27

    Nasional 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36Sumber : Berita Resmi Statistik , BPS-RIKet :Data berdasarkan perubahan IHK Desember terhadap Desember tahun

    sebelumnyaNA : Not Available, Tidak tersedia karena penghitungan IHK untuk kota-kota

    tersebut Baru dilaksanakan mulai Tahun 2014.

    Inflasi Kota Serang tahun 2014 tercatat sebesar 11,27 persen, tertinggidibandingkan lima ibukota provinsi lainnya di Pulau Jawa. Sementara padatahun 2013 yang tertinggi adalah Kota Tangerang yaitu 10,02 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    32/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    17

    3PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    33/205

    18Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Konsep dan Definisi

    Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan nilai tambah dalam satu periode

    tertentu di suatu wilayah tertentu. Dalam terminologi ekonomi, peningkatan

    nilai dari inputmenjadi output disebut sebagai nilai tambah (value added).

    PDB terbagi menjadi dua jenis yaitu PDB atas dasar harga berlaku dan PDB

    atas dasar harga konstan. PDB ditambah dengan pendapatan dari faktor

    produksi neto dari luar negeri (net factor income from abroad)

    (pendapatan faktor produksi dari luar dikurangi dengan pendapatan

    faktor produksi yang ke luar negeri), akan menghasilkan

    Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross Nasional Product (GNP). PNB

    dikurangi dengan pajak tak langsung neto dan penyusutan akanmenghasilkan pendapatan nasional (National Income).

    Penyusunan PDB menggunakan referensi baku yang disusun oleh United

    Nations dengan judul A System of National Accounts (SNA). Acuan ini,

    secara terus-menerus diremajakan sesuai dengan perkembangan ekonomi

    dunia yang terjadi. Indonesia sedang menuju acuan SNA 2008, walaupun

    belum secara keseluruhan.

    Output perusahaan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam

    suatu periode tertentu meliputi produksi utama, produksi ikutan maupun

    produksi sampingan. Output tersebut merupakan hasil perkalian antara

    kuantitas produksi dengan unit harganya.

    Biaya antara terdiri dari barang dan jasa yang digunakan di dalam proses

    produksi. Pengeluaran untuk barang dan jasa sebagai suatu kewajiban

    untuk penyelesaian pekerjaan, diperlakukan sebagai biaya antara.

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO(PDRB)

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    34/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    19

    Termasuk juga sebagai biaya antara adalah pembelian peralatan kerja buruh

    tambang seperti lampu dan bahan peledak atau peralatan kerja buruh tani

    atas dasar suatu kontrak.Pengeluaran untuk transport pegawai ke dan dari

    tempat bekerja dimasukkan sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.

    Nilai tambahmerupakan nilai yang ditambahkan atas nilai barang dan jasa

    sebagai biaya antara agar menjadi output. Oleh karenanya secara

    matematis nilai tersebut dapat dihitung menggunakan formula sederhana

    berikut ini; NTB = OutputInput antara

    NTB = nilai tambah bruto

    Nilai tambah bruto merupakan balas jasa faktor produksi, yang terdiri dari

    komponen (a) pendapatan faktor, (b) penyusutan barang modal tetap, (c)

    pajak tak langsung neto, sedangkan penyusutan dikeluarkan dari nilai

    tambah bruto maka akan diperoleh nilai tambah neto.

    Pendekatan Penyusunan PDB/PDRB

    1. Pendekatan Produksi (Production Approach)Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

    mengurangkan biaya antara dari masing-masing total nilai produksi (output)

    tiap-tiap sektor atau subsector. Terjadi perubahan tahun dasar dari tahun

    2000 menjadi tahun 2010. PDB pendekatan produksi menghasilkan PDB

    sektoral karena di dalamnya

    dirinci PDB yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, dari setiap sektor

    tersebut.

    2. Pendekatan Penggunaan (Pengeluaran/Expenditure Approach)

    PDB diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh

    faktor-faktor produksi. Penghitungan dengan pendekatan ini menggunakan

    rumus: PDB = C + I + G + (E-Im) ;

    C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    35/205

    20Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    I : Investasi yaitu pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok

    G : Pengeluaran konsumsi pemerintah

    E-Im : Ekspor neto (ekspor dikurangi impor)

    Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun

    Dasar 2000 dan 2010

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    36/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    21

    Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun

    Dasar 2000 dan 2010

    3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

    PDB diperoleh dari hasil penjumlahan semua komponen permintaan akhir.

    PDB dihitung sebagai jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi.

    Balas jasa tersebut terdiri dari: upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja),

    sewa tanah (balas jasa tanah), bunga modal (interests) sebagai balas jasa

    modal, dan keuntungan (balas jasa ketrampilan). Dalam penghitungan,

    semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan (income tax) dan pajak

    langsung lainnya (other direct taxes). Dengan pendekatan ini PDB dihitung

    menggunakan rumus:

    PDB = Sewa + upah + bunga + laba

    Dalam definisi ini, PDB masih mencakup penyusutan (depreciation) dan

    pajak tidak langsung netopajak tak langsung dikurangi subsidi (net

    indirect taxes).

    Penilaian Harga Konstan PDB/PDRB

    Terdapat tiga metode yang digunakan untuk memperoleh penilaian harga

    atas dasar harga konstan, yaitu:

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    37/205

    22Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    a. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi tahun yang berjalan dengan

    harga tahun dasar tertentu (tahun 2010).

    b. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar tertentu

    dengan suatu indeks kuantum tahun-tahun setelahnya dibagi 100.

    c. Delasi yaitu dengan cara membagi nilai atas dasar harga berlaku pada

    tahun berjalan.

    Indikator Penting Turunan dari Data PDRB

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

    adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari

    seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai

    yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam

    proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output)

    dikurangi biaya antara.

    Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

    adalah Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangipenyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini ialah nilai susutnya (ausnya)

    barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut

    ikut serta dalam proses produksi.

    Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

    adalah Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar dikurangi

    dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto adalah pajak

    tidak langsung di-kurangi subsidi. Pajak tidak langsung dipungut oleh

    pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit

    produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan

    impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak

    perseorangan. Pajak tidak langsung berakibat menaikkan harga barang,

    sedangkan subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi

    mengakibatkan penurunan harga. Jadi Produk Domestik Regional Neto

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    38/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    23

    atas dasar biaya faktor merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor

    produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah atau

    pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan

    yang timbul atau merupakan pendapatan yang berasal dari daerah tersebut.

    Pendapatan Regional adalah Produk Domestik Regional Neto atas dasar

    biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar dan

    ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke dalam.

    Pendapatan Regional Perkapita adalah pendapatan regional dibagi

    dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu.

    Laju pertumbuhan PDRB atau pertumbuhan ekonomi (Economy

    growth) dihitung menggunakan PDRB atas dasar harga konstan dengan

    tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Indikator

    ini dihitung dengan menggunakan rumus:

    Laju pertumbuhan PDRB :PDRBt : PDRB tahun tertentu

    PDRBt-I : PDRB tahun sebelumnya

    Distribusi persentase PDRB (Distribution of GRDP) merupakan

    sumbangan dari setiap lapangan usaha atau penggunaan terhadap total

    agregat PDRB yang dinyatakan dalam persentase. Indikator ini dihitung

    menggunakan rumus:

    Distribusi PDRB :

    PDRBi: Nominal PDRB atas dasar harga berlaku sektor ke-i

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    39/205

    24Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Kegunaan PDB/PDRB

    PDB atas dasar harga berlaku (at current market prices) atau nominal,

    PDB yang dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun-tahun bersangkutan.

    PNB atas dasar harga berlaku menunjukkan pendapatan yang

    memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.

    PDB harga konstan (riil) merupakan PDB atas dasar harga berlaku,

    namun tingkat perubahan harganya telah dikeluarkan. Peningkatan

    besarnya nilai PDB ini dapat digunakan untuk menunjukkan laju

    pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor.

    Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur

    perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.

    Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan

    dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor

    ekonomi.

    PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk

    mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luarnegeri.

    PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai

    rata-rata PDB dan PNB per kepala atau per satu orang penduduk. Nilai ini

    belum memperhatikan kesenjangan antar satu/kelompok orang dengan

    kelompok lainnya.

    PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk

    mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu

    negara.

    Pertumbuhan ekonomi triwulan ke triwulan (q to q) adalah PDB atas

    dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan

    sebelumnya.

    Pertumbuhan ekonomi tahun ke tahun (y on y) adalah PDB atas

    dasar harga konstan pada suatu triwulan dalam tahun tertentu

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    40/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    25

    dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

    Pertumbuhan ekonomi c to c adalah PDB atas dasar harga konstan

    kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan periode kumulatif

    yang sama pada tahun sebelumnya.

    Pertumbuhan ekonomi atau Laju pertumbuhan PDB/PDRB

    (Economic growth) menunjukkan pertumbuhan barang dan jasa di suatu

    wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Indikator ini

    bermanfaat sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan

    negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral atau

    regional. Pertumbuhan ekonomi dikatakan berkualitas jika pertumbuhan itu

    diperoleh dari tumbuhnya semua kegiatan ekonomi dan terutama yang

    banyak digeluti oleh masyarakat secara luas. Bukan dari penjualan produk

    usaha yang padat modal atau barang-barang mentak ke luar negeri.

    Sumber Pertumbuhan (source of growth) menunjukkan sektor

    atau komponen pengeluaran dalam PDB yang menjadi penggerak

    pertumbuhan. Untuk memperoleh sumber-sumber pertumbuhan, laju

    pertumbuhan ekonomi ditimbang dengan masing-masing sharesektor atau

    komponen pengeluaran terhadap PDB.

    Sumber Data

    Susenas, data dari Dinas Pertanian, Survei Tahunan Industri Besar dan

    Sedang, PDAM, Dinas Kesehatan, dan dinas/instansi terkait lainnya.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    41/205

    26Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 3.1

    PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRBAtas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2014 (juta Rp)

    Lapangan UsahaADHB ADHK

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    A. Pertanian 9 449 019,7 10 292 620,9 7 670 026,2 7 506 534,3

    B. Penggalian 495 039,5 603 343,4 461 013,8 470 734,6

    C. Industri Pengolahan 11 563 733,8 12 614 921,0 10 084 213,3 10 469 636,9

    D, E. Pengadaan Listrik,Gas dan Air 176 160,4 191 640,8 196 873,1 203 064,7

    F. Konstruksi 8 060 750,5 8 722 682,2 7 106 854,7 7 508 543,3

    G. Perdagangan Besardan Eceran

    6 938 421,0 7 681 034,9 6 187 855,1 6 540 107,5

    H. Tranportasi danPergudangan

    4 783 126,5 5 313 232,9 4 217 506,9 4 377 849,8

    I. Akomodasi dan MakanMinum

    8 284 060,7 9 323 241,9 6 942 541,1 7 414 021,0

    J. Informasi danKomunikasi

    7 572 218,9 7 897 507,2 7 969 970,4 8 458 713,2

    K. Jasa Keuangan dan

    Asuransi 3 170 932,7 3 634 533,5 2 620 313,0 2 855 408,4

    L. Real Estate 5 815 245,1 6 497 271,5 5 322 003,8 5 735 457,1

    M, N. Jasa Perusahaan 855 439,4 956 390,6 858 734,2 924 041,7

    O. AdministrasiPemerintahan

    6 702 818,7 7 492 245,8 5 639 411,8 5 971 985,6

    P. Jasa Pendidikan 6 718 002,1 7 600 854,9 6 430 385,5 6 938 845,3

    Q. Jasa Kesehatan 2 094 674,4 2 276 361,0 1 916 373,7 2 062 978,6

    R,S,T,U. Jasa Lainnya 2 147 020,2 2 351 975,0 2 012 930,9 2 119 325,9

    PDRB 84 924 663,6 93 449 857,5 75 637 007,5 79 557 248,0

    PDB (Milyar Rupiah) 9 524 736,50 10 542 693,50 8 158 193,70 8 568 115,60

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto D.I. Yogyakarta menurut Lapangan Usaha, 2010-2014Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    42/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    27

    Tabel 3.2

    PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar HargaKonstan 2010 menurut Kabupaten/kota di

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2014 (juta Rp)

    Kabupaten/kotaADHB ADHK

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Kulonprogo 6 489 593,7 7 101 073,2 5 741 660,3 5 992 787,2

    Bantul 16 138 755,1 17 977 499,1 14 138 719,3 14 867 408,8

    Gunungkidul 11 530 340,8 12 715 578,4 10 177 432,5 10 639 465,7

    Sleman 28 295 362,8 31 013 893,6 25 367 414,2 26 740 537,1

    Kota Yogyakarta 22 537 791,9 24 691 267,4 20 239 557,7 21 312 143,8

    DIY 84 924.663,6 93 449 857,5 75 637 007,5 79 557 248,0

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam Angka, 2015

    Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Tabel 3.3Kontribusi Terhadap Jumlah PDRB Seluruh Kabupaten/kota di

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 20102014 (persen)

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/kota di Indonesia, 2010-2014Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Kabupaten/kota 2010 2011 2012 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Kulonprogo 7,78 7,72 7,66 7,64 7,59

    Bantul 18,73 18,64 18,79 18,99 19,23

    Gunungkidul 13,68 13,66 13,65 13,57 13,60

    Sleman 33,21 33,33 33,31 33,29 33,17

    Yogyakarta 26,60 26,65 26,59 26,52 26,41

    DIY 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Bila dilihat menurut kabupaten/kota, perekonomian Kabupaten Sleman tahun 2014

    memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah PDRB DIY yaitu 33,17 persen,

    sedangkan kontribusi terendah adalah Kabupaten Kulonprogo yakni sebesar 7,59

    persen. Posisi ini tidak berubah sejak tahun 2010.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    43/205

    28Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 3.4

    Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Daerah IstimewaYogyakarta dan Nasional menurut Lapangan Usaha,

    20132014 (persen)

    Lapangan UsahaD.I. Yogyakarta Nasional

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    A. Pertanian 11,13 11,01 13,39 13,38

    B. Penggalian 0,58 0,65 10,95 9,82

    C. Industri Pengolahan 13,62 13,50 20,98 21,02

    D. Pengadaan Listrik danGas 0,10 0,10 1,04 1,08

    E. Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,

    0,11 0,11 0,08 0,07

    F. Konstruksi 9,49 9,339,51

    9,88

    G. Perdagangan Besar danEceran

    8,17 8,22 13,27 13,38

    H. Tranportasi danPergudangan

    5,63 5,69 3,87 4,27

    I. Akomodasi dan MakanMinum

    9,75 9,98 3,04 3,14

    J. Informasi dan

    Komunikasi 8,92 8,45 3,58 3,50K. Jasa Keuangan dan

    Asuransi3,73 3,89 3,87 3,88

    L. Real Estate 6,85 6,952,77

    2,79

    M, N. Jasa Perusahaan 1,01 1,02 1,52 1,57

    O. AdministrasiPemerintahan

    7,89 8,02 3,90 3,84

    P. Jasa Pendidikan 8,03 8,13 3,25 3,29

    Q. Jasa Kesehatan 2,47 2,44 1,01 1,03

    R,S,T,U. Jasa Lainnya 2,53 2,52 1,47 1,55

    PDRB/PDB 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber:BPS-RI

    Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Pada tahun 2013 sampai tahun 2014, sektor industri pengolahan

    memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian di Daerah Istimewa

    Yogyakarta, maupun di tingkat nasional pada periode yang sama.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    44/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    29

    Tabel 3.5

    PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku menurutLapangan Usaha Daerah Istimewa Yogyakarta,

    2013-2014 (ribu Rp)

    Lapangan UsahaD.I. Yogyakarta

    2013* 2014**

    (1) (2) (3)

    A. Pertanian 2 628,5 2 829,9

    B. Penggalian 137,7 165,9

    C. Industri Pengolahan 3 216,7 3 468,4

    D. Pengadaan Listrik dan

    Gas24,1 24,5

    E. Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,

    24,9 28,2

    F. Konstruksi 2 242,3 2 398,2

    G. Perdagangan Besardan Eceran

    1 930,1 2 111,8

    H. Tranportasi danPergudangan

    1 330,5 1 460,8

    I. Akomodasi dan MakanMinum

    2 304,4 2 563,4

    J. Informasi danKomunikasi 2 106,4 2 171,4

    K. Jasa Keuangan danAsuransi

    882,1 999,3

    L. Real Estate 1 617,7 1 786,4

    M, N. Jasa Perusahaan 238,0 263,0

    O. AdministrasiPemerintahan

    1 864,6 2 059,9

    P. Jasa Pendidikan 1 896,0 2 089,8

    Q. Jasa Kesehatan 582,7 625,9

    R,S,T,U. Jasa Lainnya 597,2 646,7

    PDRB 23 624,0 25 693,4

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto D.I. Yogyakarta Menurut LapanganUsaha, 2010-2014

    Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    45/205

    30Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 3.6

    Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurutLapangan Usaha Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nasional,

    2013-2014 (persen)

    Lapangan UsahaD.I. Yogyakarta Nasional

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    A. Pertanian 2,26 2,13 4,20 4,18

    B. Penggalian 3,92 2,11 1,74 0,55

    C. Industri Pengolahan 6,87 3,82 4,49 4,63

    D. Pengadaan Listrik dan Gas 6,22 2,63 5,23 5,57

    E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang

    0,95 3,91 4,06 3,05

    F. Konstruksi 4,94 5,65 6,11 6,97

    G. Perdagangan Besar dan Eceran 5,26 5,69 4,71 4,84

    H. Tranportasi dan Pergudangan 6,10 3,80 8,38 8,00

    I. Akomodasi dan Makan Minum 7,13 6,79 6,80 5,91

    J. Informasi dan Komunikasi 6,22 6,13 10,39 10,02

    K. Jasa Keuangan dan Asuransi 11,90 8,97 9,09 4,93

    L. Real Estate 4,01 7,77 6,54 5,00

    M, N. Jasa Perusahaan 3,27 7,61 7,91 9,81

    O. Administrasi Pemerintahan 4,94 5,90 2,38 2,49

    P. Jasa Pendidikan 4,58 7,91 8,20 6,29

    Q. Jasa Kesehatan 7,00 7,65 7,83 8,01

    R,S,T,U. Jasa Lainnya 4,86 5.29 6,41 8,92

    PDRB 5.49 5,18 5,58 5,02

    Sumber : BPS-RIKet : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Kinerja perekonomian Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun

    demikian, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,18 persen sedikit melambat

    dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 5,49 persen.

    Bila dibandingkan dengan Indonesia (nasional), perkembangan laju pertumbuhan ekonomi

    tahun 2014 menunjukkan bahwa ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami

    pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ekonomi Indonesia (nasional).

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    46/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    31

    Tabel 3.7

    Laju Pertumbuhan PDRB dan PDRB Perkapita menurutKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta,

    2013-2014 (persen)

    Kabupaten/kota

    Laju Pertumbuhan(%)

    PDRB Per Kapita(ribu Rp)

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Kulonprogo 4.87 4.37 16 096 17 417

    Bantul 5.46 5.15 17 041 18 737

    Gunungkidul 4.97 4.54 16 467 17 965

    Sleman 5.89 5.41 24 783 26 863Yogyakarta 5.47 5.30 55 970 60 567

    DIY 5.49 5.18 23 624 25 693

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/kota di Indonesia, 2010-2014Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Bila dilihat menurut kabupaten/kota, perekonomian Kabupaten

    Sleman tahun 2014 mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 5,41

    persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah adalah

    Kabupaten Kulonprogo yakni sebesar 4,37 persen. Posisi ini sama

    seperti pada tahun 2013.

    Nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami

    peningkatan setiap tahun di D.I. Yogyakarta. Pengaruh inflasi,

    sangat dominan terhadap pembentukan besaran PDRB. Menurut

    Kabupaten/kota, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku KotaYogyakarta tahun 2014 sebesar 60.567 ribu rupiah tercatat sebegai

    PDRB perkapita tertinggi di D.I. Yogyakarta, sedangkan posisi

    terendah adalah Kabupaten Kulonprogo dengan nilai PDRB per kapita

    sebesar 17.417 ribu rupiah.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    47/205

    32Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 3.8

    PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan2010 menurut Pengeluaran Daerah Istimewa Yogyakarta,

    20132014 (juta Rp)

    Komponen PengeluaranADHB ADHK

    2013* 2014** 2013* 2014**

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. Pengeluaran KonsumsiRumah Tangga

    57 100 887 62 805 013 45 670 009 47 993 511

    2. Pengeluaran KonsumsiLNPRT

    2 457 182 2 948 427 2 095 397 2 317 123

    3. Pengeluaran KonsumsiPemerintah

    13 629 834 15 347 428 11 553 432 12 056 063

    4. Pembentukan Modal Tetap

    Bruto

    24 250 704 27 744 794 20 190 810 21 358 622

    5. Perubahan Inventori 967 150 980 197 832 540 930 599

    6. Ekspor Luar Negeri 4 224 512 5 465 423 3 541 640 4 278 248

    7. Impor Luar Negeri 2 514 540 4 085 245 2 241 626 3 228 540

    8. Net Ekspor Antar Daerah (15 191 066) (17 756 180) (6 005 195) (6 148 378)

    PDRB 84 924 664 93 449 858 75 637 007 79 557 248

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto D.I. Yogyakarta menurut Pengeluaran, 2010-2014Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    PDRB dilihat dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan

    penyumbang terbesar dalam penggunaan PDRB atas dasar harga berlaku

    Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode tahun 2013-2014. Komponen

    lainnya yang cukup berperan yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto

    (PMTB).

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    48/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    33

    Tabel 3.9

    Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010menurut Pengeluaran, 2013 - 2014 (persen)

    Komponen PengeluaranD.I. Yogyakarta

    2013* 2014**

    (1) (2) (3)

    1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,85 5,09

    2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 10,42 10,58

    3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,90 4,35

    4. Pembentukan Modal Tetap Bruto(PMTB) 5,12 5,78

    5. Perubahan Inventori 3,44 11,78

    6. Ekspor Luar Negeri 20,71 20,80

    7. Impor Luar Negeri 17,87 44,03

    8. Net Ekspor Antar Daerah 5,19 2,38

    PDRB 5,49 5,18

    Sumber : Produk Domestik Regional Bruto D.I. Yogyakarta menurut Pengeluaran, 2010-2014

    Ket : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sisi

    pengeluaran ditopang oleh pengeluaran impor luar negeri yang yang

    tumbuh sebesar 44,03 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi D.I.

    Yogyakarta dari pertumbuhan tahun lalu lebih disebabkan oleh

    pengeluaran konsumsi pemerintah yang hanya tumbuh sebesar 4,35

    persen.

    Komposisi ini sedikit berbeda untuk periode tahun sebelumnya. Lajupertumbuhan ekspor luar negeri mengalami pertumbuhan tertinggi

    yaitu sebesar 20,71 persen dan pertumbuhan terendah adalah

    pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,85 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    49/205

    34Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 3.10

    Indikator Penting PDRB menurut Provinsi di Pulau Jawa,2012-2014

    ProvinsiKontribusi PDRB

    Terhdp PDB(Persen)

    PertumbuhanEkonomi(Persen)

    PDRBPer kapita(ribu Rp)

    (1) (2) (3) (4)

    DKI 2012 15,79 6,53 138 858,29

    Jakarta 2013* 16,09 6,11 155 170,09

    2014** 16,46 5,95 174 824,11

    Jawa Barat 2012 13,01 6,50 25 272,29

    2013* 13,10 6,34 27 765,602014** 12,95 5,06 30 110,13

    Jawa 2012 8,70 5,34 22 865,43

    Tengah 2013* 8,67 5,14 25 040,44

    2014** 8,65 5,42 27 613,04

    DIY 2012 0,89 5,37 21 744,88

    2013* 0,88 5,49 23 623,95

    2014** 0,87 5,18 25 693,39

    Jawa

    Timur2012 14,40 6,64 32 770,38

    2013* 14,38 6,08 36 035,45

    2014** 14,40 5,86 39 903,87

    Banten 2012 3,90 6,83 30 202,44

    2013* 3,95 7,13 33 195,64

    2014** 4,04 5,47 36 972,96

    Indonesia2012 100,00 6,03 31 484,472013* 100,00 5,58 32 787,78

    2014** 100,00 5,02 33 978,21

    Sumber : BPS-RIKet : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara

    Sejak tahun 2012-2014, kontribusi PDRB terhadap PDB dan PDRB perkapitaatas dasar harga berlaku Daerah Istimewa Yogyakarta berada di posisi

    terbawah jika dibandingkan dengan lima provinsi lainnya di Pulau Jawa.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    50/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    35

    Tabel 3.14

    Produk Domestik Regional Bruto, Pertumbuhan Ekonomi, danProduk Domestik Bruto per Kapita, 1990-2014

    Tahun PDRB (Milyar Rp) PertumbuhanEkonomi (%)

    PDB

    Perkapita(ribu Rp)Berlaku Konstan

    (1) (2) (3) (4) (5)

    2000 13 480,60 13 480,60 - 4 318,4

    2001 15 228,67 14 055,07 4,26 4 811,8

    2002 17 521,78 14 687,28 4,50 5 460,8

    2003 19 613,42 15 360,41 4,58 6 005,7

    2004 22 023,88 16 146,42 5,12 6 643,2

    2005 25 337,60 16 910,88 4,73 7 528,6

    2006 29 417,35 17 535,75 3,70 8 845,1

    2007 32 916,74 18 291,51 4,31 9 798,4

    2008 38 101,68 19 212,48 5,03 11 229,5

    2009 41 407,05 20 064,26 4,43 12 064,4

    2010 64 678,97 64 678,97 4,64 18 653,0

    2011 71 369,96 68 049,87 5,21 20 333,3

    2012 77 247,86 71 702,45 5,37 21 744,9

    2013 84 924,66 75 637,01 5,49 23 624,0

    2014 93 449,86 79 557,25 5,18 25 693,4

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam AngkaKet : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat SementaraTahun 2000 sd 2009 memakai Tahun Dasar 2000 (2000=100)

    Tahun 2010 sd 2014 memakai Tahun Dasar 2010 (2010=100)

    Perkembangan perekonomian D.I Yogyakarta selama periode 2000-2014

    memperlihatkan perbaikan setiap tahun. Perekonomian tumbuh positif meskipunangka pertumbuhannya berfluktuatif setiap tahun. Di sisi lain, PDRB perkapitajuga terus meningkat setiap tahun.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    51/205

    36Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    4.

    NILAI TUKAR PETANI

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    52/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    37

    Konsep dan Definisi

    Nilai tukar petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang

    dite- rima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb) yang

    dinyatakan dalam persentase. NTP menunjukkan daya tukar (term of trade)

    atas barang-barang (produk) yang dihasilkan petani di perdesaan terhadap

    barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan

    dalam proses produksi pertanian. NTP juga merupakan salah satu indikator

    untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.

    PenghitunganRumus :

    NTP = lt/ lb x 100 ;

    lt : Indeks harga yang diterima petani

    lb : Indeks harga yang dibayar petani

    NTP : Nilai Tukar Petani

    Interpretasi

    NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih

    besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih

    besar dari pengeluarannya.

    NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga

    produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga

    barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.

    NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi

    relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang

    konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    53/205

    38Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Manfaat

    Dari Indeks Harga yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga

    barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai

    data penunjang dalam penghitungan pendapatan sector pertanian.

    Dari Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga

    barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian

    terbesar dari masyarakat di perdesaan, serta fluktuasi harga barang

    yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib

    juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di perdesaan.

    NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk

    yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam

    produksi dan konsumsi rumah tangga.

    Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian

    dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk

    spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.

    Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula daya beli petani.

    Sumber Data

    Survei Harga Produsen

    Kelemahan

    NTP hanya bisa merujuk rumah tangga petani tanaman bahan makanan

    dan perkebunan rakyat saja sehingga tidak bisa dijadikan indikator

    kondisi rumah tangga tani secara umum.

    NPT hanya mengakomodir pendapatan rumah tangga tani dari usaha

    bahan makanan dan perkebunan, tidak mengakomodir dari usaha non

    pertanian.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    54/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    39

    Tabel 4.1

    Perkembangan Nilai Tukar Petani Daerah Istimewa Yogyakarta,Januari 2014-Desember 2014 (2012=100)

    Bulan lt lb NTP(1) (2) (3) (4)

    Januari 113,42 109,65 103,44

    Februari 113,06 110,17 102,63

    Maret 112,69 110,43 102,05

    April 112,56 110,31 102,04

    Mei 112,44 110,64 101,63

    Juni 113,53 111,19 102,1

    Juli 114,62 111,77 102,54

    Agustus 114,7 112,25 102,18

    September 115,56 112,28 102,92

    Oktober 116,57 112,73 103,4

    November 116,61 113,74 102,52

    Desember 116,96 117,38 99,65

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam Angka 2005

    Nilai Tukar Petani (NTP) Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan

    Desember 2014 mengalami penurunan indeks sebesar 2,87 poin

    dibanding NTP pada bulan November 2014 yaitu dari 102,52 persen

    menjadi 99,65 persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    55/205

    40Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 4.2

    Rata-rata Nilai Tukar PetaniDaerah Istimewa Yogyakarta,

    20052014

    Tahun NTP

    (1) (2)

    2014 102,26

    2013 116,89

    2012 116,45

    2011 115,11

    2010 107,84

    2009 107,84

    2008 105,28

    2007 127,67

    2006 126,10

    2005 122,10

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam Angka 2015Ket : Tahun dasar 2000-2007 (1993=100)

    Tahun dasar 2008-2013 (2007=100)Tahun dasar 2014 (2012=100)

    Pada Bulan November 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta

    mengalami kenaikan indeks sebesar 0,19 persen dibanding NTP Oktober

    2015, yaitu dari 102,82 menjadi 103,01. Kenaikan NTP bulan November

    2015 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang

    diterima petani lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan

    jasa yang dibayar petani.

    Bila dilihat menurut subsektor, kenaikan indeks NTP pada bulan November

    2015 terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,69

    persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,62 persen, dan subsektor

    tanaman pangan naik sebesar 0,24 persen. Sebaliknya subsektor

    peternakan mengalami penurunan indeks NTP sebesar 0,53 persen dan

    subsektor erikanan turun sebesar 0 26 ersen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    56/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    41

    Tabel 4.3

    Nilai Tukar Petani Subsektor Daerah Istimewa Yogyakarta,

    Oktober 2015-November 2015

    Subsektor 2013 2014

    1 2 3

    1. Tanaman Pangan

    - Indeks Diterima Petani (lt) 122,87 124,01

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 122,31 123,15

    - Nilai Tukar Petani (NTPP) 100,46 100,70

    2. Hortikultura

    - Indeks Diterima Petani (lt) 120,03 121,44

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 121,01 121,68

    - Nilai Tukar Petani (NTPH) 99,19 99,81

    3. Perkebunan Rakyat

    - Indeks Diterima Petani (lt) 138,20 139,85

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 117,82 118,41

    - Nilai Tukar Petani (NTPR) 117,30 118,11

    4. Peternakan

    - Indeks Diterima Petani (lt) 115,55 115,53

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 116,40 116,99

    - Nilai Tukar Petani (NTPT) 99,28 98,75

    5. Perikanan

    - Indeks Diterima Petani (lt) 122,81 122,91

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 115,86 116,25

    - Nilai Tukar Petani (NTN) 106,00 105,72

    Gabungan

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 122,71 123,64

    - Indeks Dibayar Petani (lb) 119,35 120,02

    - Nilai Tukar Petani (NTP) 102,82 103,01

    Sumber : Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    57/205

    42Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 4.4

    Nilai Tukar Petani menurut Provinsi di Pulau Jawa,Bulan Januari 2015Desember 2015

    Bulan DKIJakarta JawaBarat Banten JawaTengah DIY JawaTimur Nasional

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    Januari 97,99 105,95 105,42 101,18 100,4 105,23 101,86

    Februari 99,12 105,69 105,19 101,48 100,79 106,18 102,19

    Maret 99,42 105,45 105,09 99,92 99,48 104,32 101,53

    April 98,89 102,78 102,79 97,84 98,71 102,82 100,14

    Mei 98,76 102,48 102,3 97,93 99,24 102,5 100,02

    Juni 97,37 103,08 103,22 98,49 100,36 103,05 100,52

    Juli 96,98 104,17 103,28 98,99 100,96 103,87 100,97

    Agustus 97,56 104,11 103,95 99,83 101,53 105,14 101,28

    September 97,49 105,95 104,84 101,50 102,92 106,42 102,23

    Oktober 97,84 106,80 106,07 101,50 102,82 105,76 102,46

    November 97,97 107,20 107,53 102,07 103,01 106,56 102,95

    Desember*)

    Sumber : D.I. Yogyakarta Dalam Angka 2005Catatan : *) Data beum tersedia

    Bila dilihat perkembangan nilai NTP selama periode Januari sampai

    dengan November 2015 berfluktuatif di setiap Provinsi se-Pulau Jawa.

    Nilai Tukar Petani Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan April, Juni,

    dan Oktober tahun 2015 menduduki posisi tertinggi sedangkan pada

    periode 7 bulan lainnya posisi tertinggi adalah Provinsi jawa Tengah.

    Sementara semua NTP Provinsi bulan mengalami peningkatan di

    bandingkan dengan Oktober 2015. Kenaikan tertinggi terjadi di Banten

    yaitu sebesar 1,46 poin persen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    58/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    43

    5.

    PERTANIAN

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    59/205

    44Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Sektor pertanian, masih menjadi tumpuan perekonomian sebagian

    besar penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, jika dilihat dari

    perkembangan luas lahan pertanian yang semakin berkurang dari tahun ke

    tahun, pesatnya pertumbuhan sektor industri dan makin meningkatnya

    permintaan perumahan, menyebabkan alih fungsi lahan pertanian semakin

    meningkat.

    Persoalan ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah

    hingga pusat untuk mencapai kedaulatan pangan yang ditetapkan sebagai

    salah satu dari prioritas unggulan strategi pembangunan dalam RPJMN

    2015-2019. Pencapaian kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat sehingga

    tidak boleh bergantung berlebihan dengan negara lain.

    Sasaran kedaulatan pangan antar lain terpenuhinya target produksi

    beberapa komoditas pertanian dalam negeri seperti padi, jagung kedelai,

    gula, daging sapi dan produksi ikan pada tahun 2019. Evaluasi keberhasilan

    pembangunan sektor pertanian, tersebut memerlukan indikatorindikatorpertanian seperti luas penggunaan lahan pertanian, luas panen,

    produktivitas, dan produksi. Indikator tersebut dapat digunakan untuk

    bahan perencanaan/perumusan kebijakan berkaitan dengan kedaulatan

    pangan nasional, sekaligus sebagai bahan untuk melakukan evaluasi

    terhadap hasil-hasil pembangunan sektor pertanian, khususnya subsektor

    tanaman pangan.

    Konsep dan Definisi

    Lahan Sawah mencakup sawah pengairan, sawah tadah hujan, sawah

    pasang surut, sawah rembesan, lebak dan sebagainya yang utamanya

    digunakan menanam padi.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    60/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    45

    Lahan Bukan Sawah adalah semua lahan pertanian selain lahan sawah

    seperti, lahan pekarangan, ladang/huma, tegal/kebun, lahan perkebunan,

    kolam, tambakdanau, rawa, dan lainnya. Lahan sawah yang sudah tidak

    berfungsi sebagai lahan sawah, dan masih digunakan untuk usaha pertanian

    dimasukkan dalam lahan bukan sawah.

    Produksi tanaman pangan merupakan hasil perkalian antara luas panen

    dengan produktivitas. Penyajian data produksi tanaman pangan tahun

    tertentu dilakukan sebanyak lima kali dengan status angka yang berbeda,

    yaitu Angka Ramalan I (ARAM I), Angka Ramalan II (ARAM II), Angka

    Ramalan III (ARAM III), Angka Sementara (ASEM), dan Angka Tetap

    (ATAP).

    Luas panen berhasil (Luas panen) adalah tanaman yang dipungut

    hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Dalam panen berhasil ini

    termasuk juga tanaman yang hasilnya sebagian saja dapat dipungut (paling

    sedikit sampai dengan 11 persen) yang mungkin disebabkan karena

    mendapat serangan organisme pengganggu tumbuhan atau bencana alam.

    Produktivitasadalah penghitungan rata-rata hasil produksi per satuan luas

    per komoditi pada periode satu tahun laporan.

    Sumber Data

    Data yang digunakan antara lain :

    1. Pengumpulan data statistik pertanian (Survei Pertanian: SP) tanaman

    pangan yang dilakukan setiap bulan. Tujuan survei ini adalah

    pengumpulan data luas tanaman padi dan luas tanaman palawija.

    2. Pengumpulan data produktivitas (Survei Ubinan) yang dilakukan sesuai

    dengan waktu petani melakukan panen.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    61/205

    46Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Tabel 5.1

    Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian menurutKabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 (ha)

    Kabupaten/kotaLahan Pertanian

    Lahan Bukan

    Pertanian

    JumlahSawah Bukan Sawah

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Kulonprogo 10 296(17,56) 35 027 (59,75) 13 304 (22,69) 58 627

    Bantul 15 191 (29,97) 13 639 (26,91) 21 855 (43,12) 50 685

    Gunungkidul 7 866 (5,30) 117 701 (79,24) 22 970 (15,46) 148 536

    Sleman 22 233 (38,68) 20 905 (36,37) 14 344 (24,95) 57 482

    Yogyakarta 65 (2,00) 17 (0,52) 3 168(97,48) 3 250

    DIY 55 650 (17,47) 187 289 (58,79) 75 641 (23,74) 518 580

    Sumber: Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    Luas penggunaan lahan untuk pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta

    pada tahun 2014, terluas terdapat di Kabupaten Gunungkidul dan

    Kabupaten Kulonprogo, masing-masing mencapai 125.567 hektar dan

    45.323 hektar. Namun demikian, 79,24 persen lahan di Kabupaten

    Gunungkidul dan 59,75 persen lahan di Kabupaten Kulonprogo

    merupakan lahan bukan sawah yang digunakan untuk pertanian.

    Sebaliknya, sebanyak 97,48 persen atau 3.168 hektar lahan di Kota

    Yogyakarta digunakan sebagai lahan bukan pertanian. Hanya 2,52

    persen (82 hektar) lahan di Kota Yogyakarta yang digunakan sebagai

    lahan pertanian.

  • 7/25/2019 Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    62/205

    Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta 2015

    47

    Tabel 5.2

    Persentase Penggunaan Lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta,2010-2014

    Penggunaan Lahan 2010 2011 2012 2013 2014

    (1) (3) (4) (5) (6)

    Lahan Pertanian 76,54 76,46 75,41 75,07 76,26

    Lahan Sawah 17,75 17,73 17,69 17,74 17,47

    Berpengairan 14,89 14,85 14,76 14,79 14,53

    Tadah Hujan 2,86 2,88 2,93 2,95 2,93

    Bukan lahan Sawah 58,79 58,73 57,72 57,32 58,79

    T