data spasial lahan kritis manado

17
III-1 BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis Kota Manado BAB. III METODOLOGI Metode kerja yang dilakukan untuk analisa lahan kritis adalah berdasarkan atas Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis tahun 2004 oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jenderal RLPS No. S.296/V-SET/2004 tanggal 5 Oktober 2004. Pada dasarnya teknik yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan metoda overlay/tumpang susun dan pengecekan/survey langsung di lapangan. Guna memungkinkan analisa yang lebih luas untuk kepentingan rehabilitasi hutan dan lahan, maka skoring kekritisan lahan dalam SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 perlu diperluas mencakup seluruh fungsi hutan dan di luar kawasan hutan sebagai berikut; o Total skor untuk kawasan hutan lindung dapat disetarakan untuk Kawasan Hutan Lindung dan kawasan hutan konservasi o Total skor untuk kawasan budidaya pertanian dapat disetarakan untuk areal penggunaan lain (di luar kawasan hutan) o Total skor untuk kawasan lindung di luar kawasan hutan dapat disetarakan untuk kawasan hutan produksi (hutan produksi tetap/produksi yang dapat dikonversi dan hutan produksi terbatas). Memperhatikan efektifitas penerapan kriteria inventarisasi lahan kritis berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998 terutama untuk sub kriteria erosi dan singkapan batuan, maka telah dilakukan kajian terhadap metoda pendukung identifikasi sub kriteria tersebut berdasarkan data-data yang mudah diakses dan tersedia di seluruh Indonesia. Metoda pendukung tersebut diharapkan dapat dijadikan sumber

Upload: abhy-taridala

Post on 29-Jul-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Data spasial lahan kritis manado

III-1

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

BAB. III

METODOLOGI

Metode kerja yang dilakukan untuk analisa lahan kritis adalah

berdasarkan atas Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis

tahun 2004 oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

Sosial (RLPS) dan Surat Direktur Jenderal RLPS No. S.296/V-SET/2004

tanggal 5 Oktober 2004. Pada dasarnya teknik yang digunakan dalam analisa

ini adalah dengan metoda overlay/tumpang susun dan pengecekan/survey

langsung di lapangan.

Guna memungkinkan analisa yang lebih luas untuk kepentingan

rehabilitasi hutan dan lahan, maka skoring kekritisan lahan dalam SK Dirjen

RRL No. 041/Kpts/V/1998 perlu diperluas mencakup seluruh fungsi hutan

dan di luar kawasan hutan sebagai berikut;

o Total skor untuk kawasan hutan lindung dapat disetarakan untuk

Kawasan Hutan Lindung dan kawasan hutan konservasi

o Total skor untuk kawasan budidaya pertanian dapat disetarakan

untuk areal penggunaan lain (di luar kawasan hutan)

o Total skor untuk kawasan lindung di luar kawasan hutan dapat

disetarakan untuk kawasan hutan produksi (hutan produksi

tetap/produksi yang dapat dikonversi dan hutan produksi

terbatas).

Memperhatikan efektifitas penerapan kriteria inventarisasi lahan kritis

berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998

terutama untuk sub kriteria erosi dan singkapan batuan, maka telah

dilakukan kajian terhadap metoda pendukung identifikasi sub kriteria

tersebut berdasarkan data-data yang mudah diakses dan tersedia di seluruh

Indonesia. Metoda pendukung tersebut diharapkan dapat dijadikan sumber

Page 2: Data spasial lahan kritis manado

III-2

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

informasi utama untuk memfokuskan survei lapangan untuk identifikasi erosi

aktual dan outcrop. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan

adalah tingkat erosi berdasarkan land system dari proyek Regional Physical

Planning Program for Transmigration yang petanya dalam skala 1:250.000

telah meliputi seluruh (100%) wilayah Indonesia. Kajian komprehensif

mengenai pemanfaatan data dari RePPProT telah dilakukan oleh pakar

Geomorfologi dengan hasil, bahwa database landsystem yang ada pada

peta-peta lampiran di RePPProT dapat dimanfaatkan untuk penentuan

kekritisan lahan, terutama yang terkait dengan item lithology, soil association

dan climate range (Junun, 1998).

Tahapan dalam metode analisa lahan kritis meliputi, tahapan

persiapan, pengumpulan data di lapangan, pengolahan dan analisa data,

input data spasial, analisa spasial, dan penyajian data spasial.

3.1. Persiapan.

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan penyusunan data

spasial lahan kritis tersebut mencakup hardware, software dan bahan-bahan.

Hardware dan software yang perlu disiapkan untuk penyusunan data spasial

lahan kritis tersebut adalah:

1. Software ArcView versi 3.2.

2. Personal Computer

3. Hardware Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan diantaranya adalah:

1. Hasil Interpretasi Citra satelit (landsat ETM 7+) tahun 2000 dan

tahun 2002

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000

3. Peta land system dari RePPProT SKALA 1 : 250.000

Page 3: Data spasial lahan kritis manado

III-3

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

4. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Utara Skala

1:250.000 (Lampiran SK. Menteri Kehutanan dan Perekebunan No.

452/Kpts-II/1999, tanggal 17 Juni 1999.)

3.2. Pengumpulan Data di Lapangan.

Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Survey yang beranggotakan

Staf Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano dan Staf Teknis dari

Dinas Agribisnis Kota Manado. Dengan melibatkan instansi terkait daerah

diharapkan data dan informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dalam

Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis Kota Manado. Kegiatan survey di

lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mencatat keadaan fisik di lapangan

serta untuk mengetahui keadaan sosial, ekonomi dan budaya wilayah

sasaran dan untuk mengoreksi data sekunder dan identifikasi potret udara,

dan peta-peta lain dengan keadaan wilayah sasaran.

3.2.1. Pengumpulan Data Bio-fisik.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi:

• Tutupan lahan pada masing-masing fungsi hutan (Jenis,

Kerapatan tajuk)

• Singkapan batuan (outcrop)

• Erosi (tempat, kwantinta terjadinya erosi)

• Tanah

• Iklim

3.2.2. Pengumpulan Data Sosial, Ekonomi dan Budaya.

Data sosial, ekonomi dan budaya meliputi:

• Penduduk (jumlah, kepadatan, jenis kelamin, kelompok umur,

tingkat pendidikan, mata pencaharian)

• Prasarana ekonomi

Page 4: Data spasial lahan kritis manado

III-4

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

• Prasarana kesehatan

• Prasarana pendidikan

• Prasarana peribadatan

• Produktivitas pertanian.

• Manajemen pengelolaan lahan di dalam kawasan hutan dan di

areal budidaya pertanian

3.3. Pengolahan dan Analisa Data.

3.3.1. Pengolahan Data.

Pengolahan data adalah merupakan tahapan pekerjaan menyusun

dan merangkaikan berbagai jenis data menjadi satu susunan data yang

sistematik dan terinci menurut fungsi, klasifikasi maupun peruntukan

penggunaannya.

Jenis pekerjaan yang termasuk dalam tahap pengolahan data antara

lain:

a. Pengelompokan data menurut jenisnya yaitu:

• Data bio-fisik

• Data Sosial, ekonomi dan budaya

b. Pengikhtisaran data menurut jenis yaitu:

(1). Bio-fisik.

- Tanah, Singkapan batuan (outcrop), Erosi, Tutupan, iklim

(2). Data sosial, ekonomi dan budaya.

- Jumlah penduduk, Produktivitas pertanian, Manajemen

pengelolaan, sarana-prasarana, dll.

Page 5: Data spasial lahan kritis manado

III-5

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

3.3.1. Analisa Data.

Analisa data adalah suatu proses saling menghadapkan dua jenis data

atau lebih untuk mendapatkan hubungan informasi antara data yang satu

dengan lainnya. Hubungan informasi tersebut diperlukan untuk

mengidentifikasikan permasalahan dan alternatif pemecahannya. Hasil

analisa yang diharapkan dapat teridentifikasinya data lahan kritis Kota

Manado. Proses analisa data Spasial Lahan Kritis Kota Manado sebagian

besar dilakukan dengan menggunakan alat (instrumen) perangkat lunak

(software) Sintem Informasi Geografis (SIG) yaitu ArcView 3.2. Proses

analisa dengan menggunakan software SIG ini dapat dilaksanakan dengan

terlebih dahulu melakukan input data spasial beberapa tema yang telah

dilakukan koreksi data dari data survey lapangan.

3.4. Input Data Spasial (Parameter Lahan Kritis).

Data spasial lahan kritis diperoleh dari hasil analisis terhadap

beberapa data spasial yang merupakan parameter penentu kekritisan lahan.

Parameter penentu kekritisan lahan berdasarkan SK Dirjen RRL No.

041/Kpts/V/1998 meliputi:

• kondisi tutupan vegetasi

• kemiringan lereng

• tingkat bahaya erosi dan singkapan batuan (outcrop), dan

• kondisi pengelolaan (manajemen)

• Tingkat Produktivitas lahan

Data spasial lahan kritis dapat disusun apabila data spasial ke 5

(empat) parameter tersebut di atas sudah disusun terlebih dahulu. Data

spasial untuk masing-masing parameter harus dibuat dengan standar

tertentu guna mempermudah proses analisis spasial untuk menentukan

lahan kritis. Standar data spasial untuk masing-masing parameter meliputi

Page 6: Data spasial lahan kritis manado

III-6

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

kesamaan dalam sistem proyeksi dan sistem koordinat yang digunakan serta

kesamaan data atributnya.

3.4.1. Data Spasial Liputan Lahan.

Informasi tentang liputan lahan diperoleh dari hasil interpretasi citra

penginderaan jauh Citra satelit Landsat 7 ETM+ oleh Badan Planologi Dep.

Kehutanan tahun 2000 dan Citra satelit tahun 2002 yang dimiliki BPDAS

Tondano.

Dalam penentuan kekritisan lahan, parameter liputan lahan

mempunyai bobot 50%, sehingga nilai skor untuk parameter ini merupakan

perkalian antara skor dengan bobotnya (skor x 50). Klasifikasi tutupan lahan

dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan pada Tabel III.1.;

Tabel III.1. Klasifikasi Liputan Lahan dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis.

Kelas Prosentase

Tutupan Tajuk(%)

Skor Skor x Bobot

(50)

Sangat Baik > 80 5 250

Baik 61 – 80 4 200

Sedang 41 – 60 3 150

Buruk 21 – 40 2 100

Sangat Buruk < 20 1 50

3.4.2. Data Spasial Kemiringan Lereng.

Data spasial kemiringan lereng disusun dari hasil pengolahan data

kontur dalam format digital. Data kontur terlebih dahulu diolah untuk

menghasilkan model elevasi digital (Digital Elevation Model/DEM) untuk

kemudian diperoses guna menghasilkan data kemiringan lereng, namun

demikian data kontur digital tidak tersedia secara keseluruhan wilayah

Page 7: Data spasial lahan kritis manado

III-7

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

Provinsi Sulawesi Utara. Terdapat 6 sheet peta RBI tidak ada data digital

kontur yaitu sheet peta RBI nomor 2316-54, 2316-52, 2316-61, 2316-61,

2316-33,2316-24, sehingga untuk memperoleh data kemiringan lereng

dilakukan diliniasi kontur pada peta RBI secara manual, selain itu data

kemiringan lereng juga diperoleh dari data RTL-RLKT yang ada digital kelas

kemiringan lerengnya hal ini untuk menghindari terjadinya perbedaan data

kelas kemiringan lereng.

Klasifikasi kemiringan lereng dan skor untuk masing-masing kelas

ditunjukkan pada tabel III.2.;

Tabel III.2. Klasifikasi Lereng dan Skoringnya untuk Penentuan Lahan Kritis.

Kelas Kemiringan Lereng

(%) Skor

Datar < 8 5

Landai 8 - 15 4

Agak Curam 16 - 25 3

Curam 26 - 40 2

Sangat Curam > 40 1

3.4.3. Data Spasial Tingkat Erosi.

Data spasial tingkat erosi diperoleh dari pengolahan data spasial

sistem lahan (land system). Namun karena tidak didapati informasi tentang

bahaya erosi pada data spasial sistem lahan (land system) Provinsi Sulawesi

Utara maka dilakukan overlay data spasial kelas lereng, curah hujan (pada

peta land system), jenis tanah, dan tutupan lahan.

Klasifikasi Tingkat Erosi dan skor untuk masing-masing kelas tingkat

erosi ditunjukkan pada tabel III.3.;

Page 8: Data spasial lahan kritis manado

III-8

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

Tabel III.3. Klasifikasi Tingkat Erosi dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis.

Kelas Besaran / Deskripsi Skor

Ringan

Tanah dalam (>60 cm): <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak 20 – 50 m

Tanah dangkal (<60 cm): <25% lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak >50 m

5

Sedang

Tanah dalam 25 – 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur pada jarak kurang dari 20 m

Tanah dangkal 25 – 50 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi alur dengan jarak 20 - 50 m

4

Berat

Tanah dalam Lebih dari 75 % lapisan tanah atas hilang dan/atau erosi parit dengan jarak 20-50 m

Tanah dangkal 50 – 75 % lapisan tanah atas hilang

3

Sangat Berat

Tanah dalam Semua lapisan tanah atas hilang >25 % lapisan tanah bawah dan/atau erosi parit dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m

Tanah dangkal >75 % lapisan tanah atas telah hilang, sebagian lapisan tanah bawah telah tererosi

2

Untuk menyesuaikan data pengkelasan tingkat erosi dengan yang

sebelumnya maka kelas tingkat erosi dibagi menjadi 5 (lima) kelas yaitu

Page 9: Data spasial lahan kritis manado

III-9

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

mulai dari kelas Sangat Ringan (SR), Ringan (R), Sedang (S), Berat (B) dan

Sangat Berat (SB).

3.4.4. Data Spasial Produktivitas.

Berdasarkan SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998, data produktivitas

merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan

lahan di kawasan budidaya pertanian.

Data produktivitas diperoleh dari hasil survei sosial ekonomi, data dari

Instansi Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan dan instansi

terkait lainnya. Data produktivitas dinilai berdasarkan ratio terhadap produksi

komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional. Sesuai dengan

karakternya, data tersebut merupakan data atribut. Didalam analisa spasial,

data atribut tersebut dispasialkan dengan satuan pemetaan batas

kecamatan.

Tabel III.4. Klasifikasi Produktivitas dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis

Kelas Besaran / Deskripsi Skor Skor x Bobot (30)

Sangat Tinggi

ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : > 80%

5 150

Tinggi ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 61 – 80*

4 120

Sedang ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 41 – 60%

3 90

Rendah ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : 21 – 40%

2 60

Sangat

Rendah

ratio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional : < 20%

1 30

Page 10: Data spasial lahan kritis manado

III-10

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

3.4.5. Data Spasial Kriteria Manajemen.

Manajemen merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk

menilai kekritisan lahan di kawasan hutan lindung, yang dinilai berdasarkan

kelengkapan aspek pengelolaan yang meliputi keberadaan tata batas

kawasan, pengamanan dan pengawasan serta dilaksanakan atau tidaknya

penyuluhan. Data tersebut diperoleh melalui checking lapangan dengan

sistem sampling. Data hasil survei tersebut diolah untuk dijadikan sebagai

updating data yang sudah ada. Sesuai dengan karakternya, data tersebut

juga merupakan data atribut. Seperti halnya dengan kriteria produktivitas,

manajemen pada prinsipnya merupakan data atribut yang berisi informasi

mengenai aspek manajemen.

Klasifikasi manajemen dan skor untuk masing-masing kelas

ditunjukkan pada tabel III.5.;

Tabel III.5. Klasifikasi Manajemen dan Skoringnya Untuk Penentuan Lahan Kritis

Kelas Besaran / Deskripsi Skor Skor x Bobot (10)

Baik Lengkap *) 5 50

Sedang Tidak Lengkap 3 30

Buruk Tidak Ada 1 10

*) : - Tata batas kawasan ada

- Pengamanan pengawasan ada

- Penyuluhan dilaksanakan

3.5. Analisis Spasial.

Setelah data spasial parameter penentu lahan kritis disusun dengan

cara ataupun prosedur seperti telah dijelaskan dalam sub judul 3.2 diatas,

data tersebut selanjutnya dianalisis untuk memperoleh informasi mengenai

lahan kritis. Analisis spasial dilakukan dengan menumpangsusunkan (overlay)

Page 11: Data spasial lahan kritis manado

III-11

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

beberapa data spasial (parameter penentu lahan kritis) untuk menghasilkan

unit pemetaan baru yang akan digunakan sebagai unit analisis. Pada setiap

unit analisis tersebut dilakukan analisis terhadap data atributnya yang tak

lain adalah data tabular, sehingga analisisnya disebut juga analisis tabular.

Hasil analisis tabular selanjutnya dikaitkan dengan data spasialnya untuk

menghasilkan data spasial lahan kritis.

Untuk analisa spasial, sistem proyeksi dan koordinat yang digunakan

adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Sistem koordinat dari UTM

adalah meter sehingga memungkinkan analisa yang membutuhkan informasi

dimensi-dimensi linier seperti jarak dan luas. Sistem proyeksi tersebut lazim

digunakan dalam pemetaan Topografi sehingga sesuai juga digunakan dalam

pemetaan tematik seperti halnya pemetaan Lahan Kritis.

Metode yang digunakan dalam analisis tabular adalah metode skoring.

Setiap parameter penentu kekritisan lahan diberi skor tertentu seperti telah

dijelaskan pada bagian sub judul 3.2. diatas. Pada unit analisis hasil

tumpangsusun (overlay) data spasial, skor tersebut kemudian dijumlahkan.

Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan

tingkat kekritisan lahan. Klasifikasi tingkat kekritisan lahan berdasarkan

jumlah skor parameter kekritisan lahan seperti ditunjukkan pada Tabel III.6.

Tabel III.6. Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan Berdasarkan Total Skor

Total Skor Pada:

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Budidaya Pertanian

Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan

Tingkat Kekritisan Lahan

120 - 180 115 - 200 110 - 200 Sangat Kritis

181 - 270 201 - 275 201 - 275 Kritis

271 - 360 276 - 350 276 - 350 Agak Kritis

361 - 450 351 - 425 351 - 425 Potensial Kritis

451 - 500 426 - 500 426 - 500 Tidak Kritis

Page 12: Data spasial lahan kritis manado

III-12

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

Secara teknis, proses analisis spasial untuk penentuan lahan kritis

dengan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) ArcView

dapat dilakukan dengan bantuan ekstensi Geoprocessing.

Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial untuk penyusunan

data spasial lahan kritis terdiri dari 4 tahap yaitu :

(A). Tumpangsusun data spasial

(B). Editing data atribut

(C). Analisis tabular, dan

(D). Presentasi grafis (spasial) hasil analisis.

Uraian secara rinci keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.1. Tumpangsusun (Overlay) Data Spasial.

Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi

Geografis (SIG) ArcView dapat dilakukan overlay dengan mudah. Software

tambahan (extension) Geoprocessing yang terintegrasi dalam Software

ArcView sangat berperan dalam proses ini. Didalam extension ini terdapat

beberapa fasilitas overlay dan fasilitas lainnya seperti; union, dissolve,

merge, clip, intersect, asign data.

Gambar. III.1. Kotak Dialog untuk Memilih Teknik Overlay Proses overlay ini dilakukan secara bertahap dengan urutan mulai

overlay theme Vegetasi dengan kelas kemiringan lereng kemudian hasil

Page 13: Data spasial lahan kritis manado

III-13

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

overlay tersebut dioverlaykan kembali dengan theme erosi. Proses ini

dilakukan untuk theme-theme berikutnya dengan cara yang sama

sebagaimana terlihat pada diagram dibawah ini.

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Hutan Lindung

1 Sangat

2 Curam

3 Agak Curam

4 Landai

5 Datar

SKORKELAS

PETA KELAS LERENG Bobot 20

2 Sangat

3 Berat

4 Sedang

5 Ringan

SKORKELAS

PETA KELAS EROSI Bobot 20

1 Sangat

2 Buruk

3 Sedang

4 Baik 5 Sangat Baik

SKOR KELAS

PETA TUTUPAN TAJUK Bobot 50

3 Buruk

4 Sedang

5 Baik

SKOR KELAS

PETA MANAJEMEN Bobot 10

Gambar III.2. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Hutan Lindung

Page 14: Data spasial lahan kritis manado

III-14

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan

1 Sangat

2 Curam

3 Agak Curam

4 Landai

5 Datar

SKORKELAS

PETA KELAS LERENG Bobot 10

2 Sangat

3 Berat

4 Sedang

5 Ringan

SKORKELAS

PETA KELAS EROSI Bobot 10

1 Sangat

2 Buruk

3 Sedang

4 Baik 5 Sangat Baik

SKOR KELAS

PETA TUTUPAN TAJUK Bobot 50

3 Buruk

4 Sedang

5 Baik

SKOR KELAS

PETA MANAJEMEN Bobot 30

Gambar III.3. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Lindung di luar kawasan

Page 15: Data spasial lahan kritis manado

III-15

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

1Sangat

2Rendah

3Sedang

4Tinggi

5Sangat

SKORKELAS

PETA PRODUKTIVITAS Bobot 30

PETA TINGKAT KEKRITISAN LAHAN Pada Kawasan Budidaya

1Sangat

2Curam

3Agak Curam4Landai

5Datar

SKORKELAS

PETA KELAS LERENG Bobot 20

2Sangat

3Berat

4Sedang

5Ringan

SKORKELAS

PETA KELAS EROSI Bobot 15

3Buruk

4Sedang

5Baik

SKORKELAS

PETA MANAJEMEN Bobot 30

1 Banya

3 Sedan

5 Sedikit

SKOR KELAS

PETA BATUAN Bobot 5

Gambar III.4. Kriteria & Prosedur Penetapan Lahan Kritis Kawasan Budidaya Pertanian

Page 16: Data spasial lahan kritis manado

III-16

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

3.5.2. Editing Data Atribut.

Editing data atribut pada intinya adalah menambah kolom (field) baru

pada atribut theme hasil overlay, menjumlahkan seluruh skor kriteria lahan

kritis dan mengisikannya pada kolom baru yang telah dibuat.

Field baru yang akan dibuat diberi nama Skor_Tot dan Klas_Kritis. Field

Skor_Tot adalah field yang akan diisi dengan jumlah seluruh skor kriteria

lahan kritis pada suatu unit analisis (poligon hasil overlay), sedangkan

Klas_Kritis adalah field yang akan diisi dengan klasifikasi lahan kritis hasil

analisis tabular.

3.5.3. Analisis Tabular.

Hasil editing data atribut khususnya hasil penjumlahan skor parameter

kekritisan lahan, selanjutnya dianalisis untuk mengklasifikasikan tingkat

kekritisan lahan pada setiap unit analisis (poligon hasil overlay beberapa

parameter kekritisan lahan). Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan total

skor dilakukan mengacu pada Tabel 1.1. Analisis tabular ini pada prinsipnya

adalah analisis terhadap atribut dari theme hasil overlay tahap akhir (atribut

dari theme Veg_Ler_Ers_Mnj.shp).

Langkah yang dilakukan untuk menentukan lahan yang yang termasuk kategori Sangat Kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis dan tidak kritis adalah dengan melakukan query (menggunakan query buiderl) dengan formula query ([Skor_Tot] <=180) untuk kelas kekritisan sangat kritis dan formula query ([Skor_Tot] <=270) and ([Skor_Tot] >=181 untuk kelas kekritisan kritis, dan seterus untuk kelas-kelas kekritisan yang dengan memperhatikan tabel Tingkat Kekritisan Lahan serta Total Skornya.

3.6. Penyajian Data Spasial.

Data secara umum adalah representasi fakta dari dunia nyata (real

world). Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

Page 17: Data spasial lahan kritis manado

III-17

BALAI PENGELOLAAN DAS TONDANO Data Spasial Lahan Kritis

Kota Manado

a. Bentuk Uraian (Deskriptif)

b. Bentuk Tabular

c. Bentuk Grafik dan Diagram

d. Bentuk Peta

Penyajian data dalam bentuk uraian (deskriptif), bentuk tabular,

bentuk grafik dan diagram dapat dilihat dalam buku utama pada bab

berikutnya sedangkan penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya

dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografis yang pada intinya

menekankan pada kejelasan informasi tanpa mengabaikan unsur estetika

dari peta sebagai sebuah karya seni. Kaidah-kaidah kartografis yang

diperlukan dalam pembuatan suatu peta diaplikasikan dalam proses

visualisasi data spasial dan penyusunan tata letak (layout) suatu peta.

Visualisasi data spasial pada prinsipnya adalah bagaimana

menampilkan data spasial tersebut. Konsep dasar yang digunakan dalam

visualisasi adalah dimensi dari data yang dapat dikelompokkan menjadi tiga

yaitu; titik, garis dan area. Data spasial selanjutnya divisualisasikan dalam

bentuk simbol dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu:

a. Sifat dan Ukuran Data

b. Bentuk, Sifat dan Cara Penggambaran Simbol

c. Variabel Visual Yang Dapat Digunakan, yang berkait erat dengan

Persepsi