data hlin9desu
DESCRIPTION
nicepupuxTRANSCRIPT
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR DI TRIAS FARM
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SKRIPSI
LINAWATI H34076090
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ii
RINGKASAN
LINAWATI. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).
Salah satu jenis telur ayam buras yang memiliki prospek pasar yang cukup menjanjikan adalah telur ayam arab. Hal ini disebabkan karena produktivitas ayam arab petelur cukup tinggi dibandingkan dengan ayam buras petelur lainnya. Ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Telur ayam arab memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar keamisannya lebih rendah. Selain itu, telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan yang menyuplai telur ayam arab untuk wilayah Bogor dan sekitarnya.
Peternakan Trias Farm terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini berdampak terhadap semua sektor pembangunan di Indonesia, tidak terkecuali sektor peternakan saat ini. Kenaikan harga bahan baku pakan dan obat-obatan menyebabkan biaya produksi usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan yang tidak seiring dengan peningkatan harga telur ayam arab. Permasalahan yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah belum mampu memenuhi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah persaingan dengan perusahaan sejenis (pesaing industri).
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengindentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm, 2) Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan. 3) Menentukan prioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya.
Pengumpulan data dimulai pada bulan Mei hingga Agustus 2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal peternakan Trias Farm, matriks IFE untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal peternakan Trias Fam, matriks IE untuk mendapatkan strategi-strategi dari hasil matriks IFE dan matriks EFE, matriks SWOT untuk menentukan strategi-strategi yang didapatkan dari identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, dan QSPM untuk memprioritaskan strategi-strategi yang didapat dari analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan matriks IFE menunjukkan bahwa kemampuan internal perusahaan Trias Farm adalah berada diatas rata-rata (3,0636), yang mengindikasikan perusahaan memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini dikarenakan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. Kekuatan utama yang dimiliki oleh peternakan Trias Farm adalah menghasilkan produk yang berkualitas. Kelemahan utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen.
iii
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal serta matriks EFE menunjukkan bahwa kemampuan dari peternakan Trias Farm berada di atas rata-rata (2,5860) yang mengindikasikan bahwa perusahaan dalam merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada. Dimana peluang terbesar berasal dari pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Ancaman utama yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah kenaikan tingkat inflasi. Analisis matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran IV, Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi tumbuh dan bina. Salah satu strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah integrasi ke depan (mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku) dan integrasi ke belakang (mempererat kerjasama dengan distributor/pelanggan), selain itu strategi pengembangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah: 1) mempertahankan kualitas produk, 2) mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, 4) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas produksi, 6) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, dan 8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Hasil dari pengolahan QSPM, strategi yang menjadi prioritas untuk dapat diterapkan oleh Trias Farm adalah 1) mempertahankan kualitas produk (STAS = 5,777), 2) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (STAS = 5,723), 3) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652), 4) mempertahankan loyalitas pelanggan (STAS = 5,580), 5) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (STAS = 5,570), 6) meningkatkan kapasitas produksi (STAS = 5,491), 7) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada STAS = 5,273), dan 8) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (STAS = 4,397).
iv
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR DI TRIAS FARM
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
LINAWATI H34076090
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
v
Judul : Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur
di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama : Linawati
NIM : H34076090
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP 19670211 1992 03 2002
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Kelulusan:
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Formulasi
Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten
Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2009
Linawati
H34076090
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 18 April 1986
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Satimin dan Ibu
Misri. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 46 Mahakarya,
Pasaman Barat dan lulus tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat
diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMP Negeri 2 Pasaman, Pendidikan
menengah atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMU Negeri 1
Pasaman, Sumatra Barat. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor, pada Program Diploma Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Penulis
juga sering mengikuti seminar dan pelatihan yang berhubungan dengan program
studi penulis. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan kembali studinya pada
Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan
berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa adanya halangan yang berarti, skripsi dengan judul Formulasi Strategi
Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa
Barat ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari
sini penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran, sangat penulis harapkan demi
keberhasilan bersama.
Bogor, Oktober 2009
Linawati H34076090
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan
petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat
luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua, Kakak dan Adik tercinta yang senantiasa memberikan doa dan
menjadi motivator serta pendukung secara moril dan materil, dan selalu sabar
menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah penulis.
2. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing, atas segala
masukan dan bimbingan yang telah ibu berikan. Ditengah kesibukan yang luar
biasa, ibu selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada
penulis.
3. Bapak Rahmat Januar Sp, Msi selaku dosen evaluator, yang telah memberikan
kritik dan saran pada saat penulis kolokium.
4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu
Febriantina Dewi. SE, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas
masukan dan sarannya.
5. Bapak Budi dan Bapak Agus dan seluruh karyawan peternakan Trias Farm,
yang telah memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta
bantuan selama penulis melakukan penelitian.
6. Bapak Bambang krista sebagai pemilik peternakan Citra Lestari Farm, yang
telah memberikan informasi serta bantuan selama penulis melakukan
penelitian.
7. Bapak Ade M. Zulkarnaen sebagai ketua Himpuli dan Kepraks, yang telah
memberikan informasi serta bantuan selama penulis melakukan penelitian.
8. Bapak Sofyan selaku ketua Balai Penelitian Ternak (Balitnak), atas segala
bantuan dan informasinya.
9. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas
pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba
x
Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila
ada kata dan perilaku penulis yang kurang berkenan.
10. Kepada Da is dan Pakde yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam
mengerjakan skripsi ini.
11. Teman-teman: Ibeth, Fitri, Wati, Laras, Rahma, Ana, Rissa, Yati, Hilda, dedi,
Mila, Sekar, Devi atas motovasi, kritik, bantuan, dan saran selama ini yang
telah diberikan kepada penulis.
12. Teman-teman AGB dan MAB dan semua teman-teman, terima kasih banyak
atas bantuan, motivasi dan dukungannya.
13. Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis
ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.
Bogor, Oktober 2009
Linawati
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 4 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 6 1.4 Kegunaan .................................................................................................. 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ayam Arab Petelur .............................................................. 8 2.2 Penelitian Terdahalu .............................................................................. 10
III KARANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 13
3.1.1 Konsep Pengembangan ..................................................................... 13 3.1.2 Konsep Strategi ................................................................................. 13 3.1.3 Konsep Manajemen Strategis ............................................................ 14 3.1.4 Proses Manajemen Strategis ............................................................. 16 3.1.5 Formulasi Strategi ............................................................................. 17 3.1.6 Aspek Lingkungan Bisnis ................................................................. 18
3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal .................................................... 18 3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................................................. 20
3.1.7 Matriks IFE dan Matriks EFE ......................................................... 26 3.1.8 Matriks IE ....................................................................................... 27 3.1.9 Analisis SWOT ............................................................................... 31 3.1.10 Analisis QSPM ................................................................................ 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 32
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian ................................................................ 34 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 34 4.3 Metode Pengumpulan data ...................................................................... 34 4.4 Meode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................ 35
4.4.1 Analisis Deskriptif ........................................................................... 36 4.4.2 Analisis Tiga tahap Formulasi Strategi ............................................. 36
4.4.2.1 Analisis IFE dan EFE .................................................................. 36 4.4.2.2 Analisis Matriks SWOT .............................................................. 41 4.4.2.3 Analisis QSPM ............................................................................ 44
xii
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Trias Farm ................................ 47 5.2 Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm ........................................ 47 5.3 Keadaaan umum Perusahaan................................................................... 49 5.4 Visi, Misi, dan tujuan Perusahaan ........................................................... 50
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6.1 Analisis Lingkungan Internal .................................................................. 51 6.1.1 Manajemen ..................................................................................... 51 6.1.2 Keuangan ....................................................................................... 53 6.1.3 Pemasaran ...................................................................................... 53 6.1.4 Produksi dan Operasi ..................................................................... 58
6.1.4.1 Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm ............... 59 6.1.4.2 Proses Produksi Telur di Peternakan Trias Farm ............... 63 6.1.5 Sumberdaya Manusia ..................................................................... 66
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................... 67 6.2.1 Faktor Ekonomi .............................................................................. 68 6.2.2 Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan ..................... 72 6.2.3 Lingkungan Politik, Hukum, dan Pemerintahan ............................ 75 6.2.4 Lingkungan Teknologi ................................................................... 76 6.2.5 Analisis Lingkungan Industri ......................................................... 78
6.2.5.1 Persaingan dengan Perusahaan Sejenis .............................. 79 6.2.5.2 Masuknya Pendatang baru ................................................. 80 6.2.5.3 Persaingan dengan Produk Subsitusi ................................. 82 6.2.5.4 Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok ................................. 83 6.2.5.5 Kekuatan tawar-Menawar Pembeli .................................... 84
VII FORMULASI STRATEGI 7.1 Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan .... 86 7.2 Identifikasi Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ......... 91 7.3 Analisis Matriks IFE ......................................................................... 95 7.4 Analisis Matriks EFE ........................................................................ 97 7.5 Analisis Matriks IE ........................................................................... 99 7.6 Analisis SWOT ............................................................................... 100 7.7 Analisis QSPM ................................................................................ 104 7.8 Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan
dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Trias Farm ............... 105
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111
LAMPIRAN ........................................................................................................ 113
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas Nasional (Ayam Buras, Ayam Ras, dan itik) Tahun 2004-2008 .............................................. 1
2. Tingkat Produktivitas Telur Ayam Buras ....................................... 2
3. Kandungan Zat Telur Ayam Arab dan Telur Ayam Ras Dalam Setiap 100 Gram Bahan yang Dapat Dimakan .............................................. 3
4. Rasio Perbandingan Kenaikan Harga Pakan dan Harga Telur
di Peternakan Trias Farm .................................................................. 4
5. Perusahaan Pesaing dari Peternakan Trias Farm di Jawa Barat pada Tahun 2009 .................................................................................. 5
6. Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 12
7. Matriks EFE ......................................................................................... 37
8. Matriks IFE .......................................................................................... 38
9. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan ...................................... 38
10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan ......................................... 39
11. QSPM .................................................................................................... 44
12. Pendistribusian Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm ......... 55
13. Tahap Perlakuan pada Penetasan Telur dengan Alat Tetas ............. 62
14. Acuan Pemberian Pakan di Peternakan Trias Farm .......................... 63
15. Program Vaksinasi yang Digunakan Peternakan Trias Farm ............. 64
16. Proses Kegiatan Kandang Layer di Peternakan Trias Farm ................ 65
17. Besarnya Gaji bagi Karyawan setiap Bulan di Trias Farm ................. 67
18. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2005- 2008 ................................................................................ 68
19. Tingkat Konsumsi Telur di Jawa Barat pada
Tahun 2003-2007 ................................................................................. 69
20. Produksi Telur Ayam Buras di Jawa Barat Tahun 2004-2008 ............ 70
21. Inflasi di Indonesia pada Tahun 2005-2008 ......................................... 70
22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 ................ 72
23. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2005-200 ....................... 73
xiv
24. Harga Rata-Rata Telur Ayam Buras dan Ayam Ras di Tingkat
Pedagang Pengecer di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008 .................. 82
25. Jenis Bahan Baku dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku di Peternakan Trias Farm ........................................................................ 83
26. Analisis Matriks IFE pada Peternakan Trias Farm ............................... 96
27. Analisis Matriks EFE pada Usaha Peternakan Trias Farm .................. 98
28. Prioritas Alternatif Strategi pada Usaha Peternakan Trias Farm ......... 105
29. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Dapat Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan
oleh PeternakanTrias Farm ................................................................. 107
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman
1. Model Komprenhensif Proses Manajemen Strategis .................... 15
2. Model Lima Kekuatan Porter ........................................................ 26
3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 33
4. Matriks IE ..................................................................................... 40
5. Matriks SWOT .............................................................................. 43
6. Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm .............................. 49
7. Saluran Distribusi Produk di Peternakan Trias Farm .................... 56
8. Proses Pemeliharaan Ayam Arab Petelur di Trias Farm .............. 63
9. Perkembangan Harga Rata-Rata Pakan Konsentrat ...................... 71
10. Analisis Matriks IE pada Peternakan Trias Farm ......................... 99
11. Analisis Matriks SWOT ............................................................... 103
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman
1. Lampiran Kuesioner Penelitian .................................................... 113
2. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Internal ........................... 128
3. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Eksternal ................ 131
4. Matriks IFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Internal) ........... 134
5. Matriks EFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Eksternal) ....... 135
6. Matriks QSP ................................................................................... 136
7. Contoh produk yang di hasilkan oleh Peternakan Trias Farm ..... 139
8. Tahapan dalam Produksi DOC di Peternakan Trias Farm ........... 140
9. Tahapan dalam Proses Produksi Telur di Peternakan Trias Farm.141
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telur ayam mempunyai prospek pasar yang sangat baik untuk
dikembangkan. Hal ini karena didukung oleh harga telur yang murah
dibandingkan dengan produk peternakan lainnya serta akses yang mudah
diperoleh. Produk telur juga merupakan pendorong utama penyediaan protein
hewani nasional.
Salah satu produk telur ayam yang memiliki prospek pasar yang cerah
adalah telur ayam buras. Produksi telur ayam buras secara umum mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat diartikan sebagai gejala
peningkatan produksi sekaligus peningkatan permintaan. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas Nasional (Ayam Buras, Ayam Ras, dan Itik) Tahun 2004-2008
Tahun Produksi Telur (000) Konsumsi Telur Unggas (Ayam Buras, Ayam Ras,
dan Itik) dalam (000) Ayam Buras Ayam Ras Itik
2004 172.147 762.04 173.22 1107.407 2005 175.428 681.10 195.00 1051.528 2006 193.953 816.83 193.63 1204.413 2007 230.472 944.13 207.53 1382.132
2008*) 239.314 1,027.51 38.90 1305.724 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Keterangan : *) Angka sementara
Dari Tabel 1 terlihat bahwa telah terjadi peningkatan produksi telur ayam
buras setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan konsumsi telur unggas
nasional yang terus meningkat. Peningkatan konsumsi sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya peningkatan kesadaran akan pentingnya protein
hewani, peningkatan pendapatan, peningkatan tingkat pendidikan, peningkatan
jumlah penduduk Indonesia, dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia
yang lebih menyukai mengkonsumsi makanan alami.
Salah satu jenis telur ayam buras yang memiliki prospek pasar adalah
ayam arab petelur. Hal ini disebabkan karena produktivitas ayam arab petelur
2
cukup tinggi dibandingkan dengan ayam buras petelur lainnya. Untuk
mengetahui mengenai produktivitas telur ayam buras dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Produktivitas Telur Ayam Buras
Jenis Ayam Produksi Telur / Tahun Ayam Arab 230-250 butir Ayam Kampung 140-150 butir Ayam Kedu Hitam 215 butir Ayam Merawang 164 butir Ayam Wareng 150 butir Ayam Nunukan 140 butir
Sumber : Sartika. 2008
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa ayam arab petelur memiliki
produktivitas telur paling tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras yang
lainnya yaitu sekitar 230-250 butir /tahun. Ayam kampung memiliki produktivitas
telur sebesar 140-150 butir/tahun, ayam kedu hitam 215 butir/tahun, ayam
merawang 164 butir/tahun, ayam wareng 150 butir/tahun, dan ayam nunukan 140
butir/tahun. Oleh karena itu, ayam arab memiliki produksi telur yang paling
tinggi sedangkan ayam buras lainnya umumnya memiliki produksi telur yang
lebih rendah.
Ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang kuat terhadap
penyakit. Penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih
sedikit. Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang mengkonsumsi telur ayam
arab karena lebih alami. Telur ayam arab memiliki rasa yang lebih gurih dan
kadar keamisannya lebih rendah. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya
dikonsumsi matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran
madu, susu, atau jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran
tubuh. Telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Untuk
mengetahui mengenai kandungan gizi telur ayam arab dan telur ayam ras dalam
setiap 100 gram bahan yang bisa dimakan dapat dilihat pada Tabel 3.
3
Tabel 3. Kandungan Gizi Telur Ayam Arab dan Telur Ayam Ras Dalam Setiap 100 Gram Bahan yang dapat Dimakan.
Jenis Zat Telur Ayam Arab (%) Telur Ayam Ras (%) Bahan yang dapat dimakan (%) 90.0 90,0Energi (Kal) 15.08 15,08Energi (KJ) 667.0 667,0Air (gram) 70,72 74,0Protein (g) 20,05 12,8Lemak (g) 7,81 11,5Karbohidrat (g) 2,33 0,7Mineral (g) 1.0 1,0Kalsium (mg) 54.0 54.0Fosfor (mg) 180.0 180,0Vitamin A (retinol) (mcg) 270.00 270.00Vitamin B1 (tiamin) (mg) 0.10 1,10Vitamin C (asam askobat) (mg) 0.00 2,7Besi (mg) 2.7 2,7
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa telur ayam arab lebih baik
dibandingkan telur ayam ras karena mengandung asam amino yang lebih tinggi.
Hal ini yang menyebabkan semua kandungan gizi pada telur ayam arab bisa
diserap tubuh dengan lebih baik. Telur ayam arab juga memiliki kandungan
kolesterol lebih rendah dibandingkan dengan telur ayam ras. Telur ayam arab
memiliki kandungan kolesterol sebesar 100-120 miligram, sementara telur ayam
ras memiliki kandungan kolesterol sebesar 200 miligram.
Peranan ayam arab juga dapat dimanfaatkan sebagai perbaikan bibit ayam
buras. Sifat genetisnya sebagai petelur unggul diharapkan dapat memperbaiki
mutu genetis ayam buras yang rata-rata belum seragam, lambat tumbuh, dan
rendah produksi telurnya. Salah satu perusahaan ayam arab petelur yang sedang
berkembang adalah peternakan Trias Farm. Peternakan Trias Farm merupakan
perusahaan peternakan yang menyuplai telur ayam arab untuk wilayah Bogor dan
sekitarnya.
4
1.2 Perumusan Masalah
Peternakan Trias Farm terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Pemilik
peternakan Trias Farm berharap pasar memberikan keuntungan dalam
menjalankan usahanya. Keuntungan merupakan kekuatan yang mendorong
peternak untuk berproduksi. Peternakan Trias Farm dapat digolongkan sebagai
peternak mandiri karena modal dan kepemilikan peternak dikelola sendiri.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini berdampak terhadap semua
sektor pembangunan di Indonesia, tidak terkecuali sektor peternakan saat ini.
Kenaikan harga bahan baku pakan dan obat-obatan menyebabkan biaya produksi
usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan
yang tidak seiring dengan peningkatan harga telur ayam arab. Mengingat pakan
dan obat-obatan tidak diproduksi sendiri tetapi diperoleh dari pemasok
(perusahaan pakan dari PT Global). Hal ini berdampak langsung terhadap usaha
yang dijalankan oleh peternakan Trias Farm, dimana keuntungan perusahaan
mengalami penurunan. Untuk mengetahui peningkatan harga pakan yang tidak
seiring dengan peningkatan harga telur di peternakan Trias Farm dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rasio Perbandingan kenaikan Harga Pakan dan Harga Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm.
No Tahun Harga Pakan/Kg Harga Telur/Butir
1 2007 2.300 700 2 2008 3.600 1.150
Rasio kenaikan 56,52 39,13
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa rasio kenaikan harga pakan pada
tahun 2007-2008 sebesar 56,52 persen, sementara kenaikan harga telur pada tahun
2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 39,13 persen. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa peningkatan harga pakan tidak sebanding dengan peningkatan
harga telur ayam arab. Sehingga menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh
peternakan Trias Farm mengalami penurunan dan membuat peternakan Trias
Farm harus memiliki strategi bisnis yang tepat untuk menjalankan usahanya.
5
Permasalahan yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah belum mampu
memenuhi permintaan konsumen sebanyak 12.000 butir/minggu atau sekitar
1.700 butir/hari. Skala usaha peternakan Trias Farm adalah memiliki ayam arab
sebanyak 30.000 ekor, dimana 25.000 ekor untuk ayam arab budidaya dan 5.000
ekor untuk ayam arab pembibitan. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi
telur rata-rata 8.500 butir setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan
(pedagang pengumpul). Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi
permintaan pembeli telur yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Pembeli telur
yang berasal dari Bandung tersebut menginginkan telur sebanyak 12.000 butir
setiap minggu, tetapi perusahaan hanya dapat memenuhi 10.000 butir setiap
minggu. Pembeli telur dari Jakarta menginginkan telur sebanyak 20.000 butir
setiap minggu, tetapi peternakan Trias Farm hanya dapat memenuhi permintaah
telur sebanyak 10.000 butir.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah
persaingan dengan perusahaan sejenis (pesaing industri). Pesaing dari peternakan
Trias Farm adalah sesama perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab
petelur. Untuk mengetahui pesaing-pesaing dari peternakan Trias Farm pada
tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Skala Usaha Beberapa Perusahaan Peternakan Ayam Arab Petelur di Jawa Barat Pada Tahun 2009
No Nama Pesaing Skala Usaha (Ekor) 1 Adika Agro Farm 35.000 2 Alam Lestari Farm 50.000 3 Sayap Klurik 60.000 4 Budis Farm 30.000 5 Trias Farm 25.000
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa persaingan dengan perusahaan sejenis
tersebut terjadi karena adanya persaingan usaha dari perusahaan-perusahaan
swasta lainnya yang memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan
modal. Adanya modal, perusahaan sejenis tersebut mampu meningkatkan
produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi per unit.
Produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya per unit, sehingga
6
pesaing sejenis tersebut dapat menyuplai permintaan pasar dengan menjual telur
ayam arab yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Oleh
karena itu, peternakan Trias Farm harus memiliki keunggulan strategi usaha yang
tepat sehingga mampu mengatasi persaingan yang sedang dihadapi.
Strategi itu sendiri merupakan suatu perencanaan strategi yang berguna
untuk mengatasi berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh suatu
perusahaan. Dalam menentukan dan menerapkan suatu strategi tertentu,
peternakan Trias Farm perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak tersebut, baik faktor internal
maupun faktor eksternal perusahaan. Oleh karena itu, proses formulasi strategi
sangat diperlukan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh peternakan
Trias Farm, maka menarik untuk di kaji, adalah:
1. Apa saja faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(kekuatan dan ancaman) yang mempengaruhi peternakan Trias Farm dalam
mengembangkan usahanya?
2. Bagaimana alternatif strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm?
3. Apa strategi yang diprioritaskan untuk diimplementasikan oleh peternakan
Trias Farm?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk :
1. Mengindentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm.
2. Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor
eksternal dan internal perusahaan.
3. Menentukan prioritas strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi ;
1. Peternakan Trias Farm sebagai informasi dan bahan pertimbangan manfaat
untuk menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat sehingga dapat
bertahan dan berkembang.
2. Pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan
pengembangan agribisnis ayam buras petelur.
3. Kepentingan umum terutama kalangan akademis yang dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai
hal yang sama.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari pengkajian kondisi internal dan
eksternal di peternakan Trias Farm, identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang dihadapi perusahaan, serta formulasi alternatif strategi dalam
pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm. Hasil
penelitian merupakan suatu evaluasi, sedangkan penerapannya diserahkan
sepenuhnya kepada pihak perusahaan yang bersangkutan.
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Ayam Arab Petelur Menurut Setiawan dan Sujionohadi (2009), Ayam buras merupakan
seluruh ayam bukan ras atau selain ayam negeri pedaging dan petelur. Jenis ayam
buras petelur adalah ayam arab, ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, dan
ayam wereng.
Iskandar dan Sartika (2008), Ada dua jenis ayam arab, silver (braekel kriel
silver) dan golden (braekel kriel gold). Dalam perkembangannya di masyarakat,
ayam arab silver lebih banyak dikenal dan dibudidayakan dibandingkan ayam
arab golden. Kedua jenis ayam ini dibedakan pada warna bulunya.
Ayam arab silver termasuk ayam lokal petelur. Ayam ini awalnya
dikembangkan oleh seorang peternak di Batu, Malang, Jawa Timur. Bentuk
badannya segi empat mirip kotak, jenggernya berbentuk wilah (tunggal), dan
berwarna merah. Bulu badannya tebal dengan variasi warna bulu dari leher
sampai kepala putih sedikit bertotol-totol hitam. Badan sampai ekor bertotol-totol
hitam dengan garis-garis agak hitam. Warna lingkar mata hitam, warna kulit, kaki
dan paruh kehitaman.
Ayam arab silver memiliki sifat lincah dan riang, berkokok nyaring,
mudah ribut, dan lari beterbangan jika ketenangan terganggu. Ayam arab silver
mulai bertelur umur 18 minggu. Ayam arab silver mempunyai kelebihan sebagai
penghasil telur. Bobot betina dewasa mencapai 1.4 kg, sedangkan bobot jantan
dewasa mencapai 1,7 kg. Ayam arab silver dapat memproduksi telur cukup tinggi
yaitu sebesar 230-250 butir/ekor/tahun. Bobot telurnya yaitu sebesar 35 gram.
Ayam arab golden mempunyai ciri spesifik warna bulu merah lurik
kehitaman dan keemasan, bulu leher kuning kemerahan, warna lingkar mata
hitam, warna kulit, kaki paruh hitam, Ayam arab golden tidak mempunyai sifat
mengeram. Bobot ayam jantan dapat mencapai 1,8 kg dan betina dewasanya
sebesar 1,3 kg. Ayam arab golden juga merupakan penghasil telur yang dapat
mencapai 187 butir/ekor/tahun, dengan bobot telur yang dihasilkan yaitu sebesar
35 kg/butir. Ayam arab golden mulai bertelur yaitu umur 18 bulan.
Ayam arab merupakan ayam lokal pendatang, kurang lebih baru12 tahun
masuk ke Indonesia yang asalnya adalah ayam lokal Eropa. Konon, ayam arab
9
pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Suwarno yang pulang beribadah haji
di Arab Saudi, membawa delapan butir telur tetas yang kemudian ditetaskan dan
dikembangkan di Batu, Malang, Jawa timur.
Ayam arab ini kemudian berkembang cepat di Surabaya dan terakhir di
Jakarta, tetapi strain aslinya (parent stock) sudah tidak ada. Ayam arab yang ada
sekarang adalah hasil kawin silang dengan ayam lokal. Menurut beberapa sumber,
nama ayam arab muncul karena ayam ini tampak seperti sedang memakai jilbab.
Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa ayam ini berasal dari Arab Saudi.
Menurut Pambudhi (2003), pemilihan atau seleksi telur dilakukan sebagai
upaya untuk mendapatkan telur yang berkualitas. Telur berdasarkan kegunaannya
terbagi dua yaitu telur konsumsi dan telur tetas. Pemilihan telur konsumsi
berkualitas dilakukan agar telur yang dipasarkan hanya telur-telur yang baik.
Pemilihan telur tetas berkualitas dilakukan agar telur-telur yang akan ditetaskan
memiliki daya tetas tinggi dan DOC yang dihasilkan berkualitas.
Karakteristik telur konsumsi yang baik adalah tidak berbau busuk dan telur
yang disimpan tidak lebih dari 14 hari, karena telur yang disimpan lebih dari 14
hari maka kualitasnya akan menurun. Penyimpanan telur konsumsi bertujuan
untuk mempertahankan kualitas telur. Suhu ideal untuk menyimpan telur berkisar
10-15 derajat celcius. Cara meletakkan telur di tempat penyimpanan adalah bagian
ujung telur yang tumpul berada diatas, hal ini bertujuan agar ruang udara akan
lebih terjaga sehingga kuning telur menjadi tidak mudah rusak.
Kandungan gizi yang terdapat dalam kuning telur adalah: energi/kalori
berguna untuk membuat tubuh bertenaga dan kuat. Folat menjaga fungsi otak,
membentuk sel darah merah, dan DNA. Kolin memperkuat memori otak dan
menghambat penyakit pikun. Lechitin berfungsi untuk mempercepat produksi sel
otak. Zat besi membentuk hemoglobin darah dan mencegah anemia. Lipid
sebagian besar merupakan lemak tidak jenuh yang mudah dicerna tubuh yang
sangat penting untuk kesehatan dan keseburan. Vitamin A berguna untuk
melindungi mata. Antioksidan untuk mencegah kanker.
Kandungan gizi yang terdapat dalam putih telur adalah mengandung
protein dengan kandungan asam amino esensial yang sangat penting untuk
pertumbuhan tubuh dan membentuk kecerdasan. Riboflavin mambentuk antibodi
10
dan mencegah katarak. Niacin mencegah penyakit palagra. Magnesium penting
bagi jantung, saraf, ginjal, otot, tulang dan gigi. Kalium mencegah pengeroposan
tulang dan batu ginjal. Natrium penting untuk transportasi darah, transmisi saraf,
aktifitas jantung dan metabolisme tubuh.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah yang
dilakukan oleh Lazuardi (2008) dengan judul “Formulasi Strategi Pengembangan
Usaha Restoran Macaroni Panggang (MP) Bogor” Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasikan faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh restoran
Macaroni Panggang (MP), menganalisis alternatif strategi dan menentukan
prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat serta dapat diterapkan bagi MP
dalam mengembangkan usaha restoran berbasis modern. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE,
matriks SWOT dan QSPM.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dalam matriks EFE sejauh ini
restoran MP memiliki kemampuan yang cukup baik. Hasil analisis matriks IFE
menunjukkan bahwa kemampuan internal perusahaan berada dalam kondisi
menengah yang mengindikasikan posisi internal perusahaan yang kuat. Analisis
matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran V, kondisi ini
menunjukan bahwa perusahaan ini berada dalam posisi pertahankan dan pelihara
dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar.
Simamora (2008) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Ayam
Broiler Purnama Farm Depok, Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan (1)
menganalisis struktur biaya dan pendapatan usaha ayam broiler di Purnama Farm,
(2) menganalisis saluran pemasaran ayam broiler di Purnama Farm, (3)
menganalisis faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan, (4)
menganalisis strategi yang tepat bagi usaha peternakan Purnama Farm untuk
meningkatkan usahanya. Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah
analisis pendapatan usahatani, analisis saluran pemasaran, analisis matriks EFE,
analisis matriks IFE, analisis matriks IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.
11
Hasil matriks IE menunjukkan Purnama Farm berada pada kondisi internal
lemah. Strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah: mempertahankan
tingkat produksi yang ada, mempertahankan hubungan yang baik dengan pemasok
dan masyarakat, peningkatan kualitas dan peningkatan kapasitas dan sumberdaya
manusia, serta meningkatkan pangsa pasar untuk produk daging ayam broiler.
Ramdhiani (2008) dengan judul “Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan
Telur Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal
Demand System dengan Data Susenas 2005” tujuan penelitian ini adalah 1)
menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan ayam buras, 2) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras dan telur
ayam buras, 3) menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras dan telur ayam
buras pada tahun 2005-2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa
pengeluaran untuk konsumsi telur tertinggi oleh kelas pendapatan rendah, diikuti
pendapatan sedang, dan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
telur ayam ras dan telur ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras,
telur ayam buras, dan jumlah anggota rumah tangga.
Hasil perhitungan proyeksi permintaan telur ayam ras dan telur ayam
buras dengan menggunakan rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) DKI
Jakarta dari tahun 2002-2005 sebesar 4,9 persen dan rata-rata laju pertumbuhan
penduduk DKI Jakarta tahun 2002-2005 sebesar 0,54 persen. Hal ini
diproyeksikan semakin meningkat setiap tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan
konsumsi per tahun untuk telur ayam ras sebesar 11,36 persen dan telur ayam
buras sebesar 11,76 persen.
Penelitian ini menggunakan konsep penelitian dan alat analisis yang sama
dengan penelitian terdahulu. Penelitian mengenai strategi pengembangan bisnis
belum pernah dilakukan di peternakan Trias Farm. Oleh karena itu, dengan
adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di
peternakan Trias Farm diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
perusahaan dalam membuat perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait
dengan pengembangan usaha di masa-masa yang akan datang sehingga
perusahaan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan.
12
Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Alat Analisis
Alam Lazuardi
2008 Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Restoran Macaroni panggang (MP) Bogor
Perkembangan restoran di kota Bogor yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan persaingan semakin ketat dalam hal mendapatkan bahan baku, persaingan teknologi, dan dalam mendapatkan konsumen.
1) Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang dihadapi MP.
2) Menganalisis alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha bagi MP.
1. Matriks IFE 2. Matriks EFE 3. Matriks IE 4. Matriks SWOT 5. QSPM
Oktaviera I. Simamora
2008 Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler Pernama Farm, Depok, Jawa Barat
Dengan banyaknya produsen yang bergerak di bidang peternakan ayam broiler menyebabkan persaingan semakin ketat diantara produsen. Sehingga perusahaan harus menetapkan strategi yang tepat.
1. Menganalisis struktur biaya dan pendapatan usaha ayam broiler.
2. Menganalisis saluran pemasaran.
3. Menanalisis faktor internal dan eksternal perusahaan.
4. Menganalisis strategi yang tepat bagi perusahaan.
1. Analisis pendapatan usahatani
2. Analisis saluran pemasaran
3. Matriks EFE dan IFE
4. Matriks IE dan SWOT
5. QSPM Hilma Ramdhiani
2008 Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Telur Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005
Terjadinya penurunan konsumsi telur ayam ras dan ayam buras di wilayah DKI Jakarta.
1) Menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan ayam buras.
2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras.
3) Menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras pada tahun 2005-2010.
Analisis Almost Ideal Demand system (AIDS) dan analisis penduga/proyeksi.
III KERANGKA PEMIKIRAN
1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
1.1.1 Konsep Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha bagi wirausahawan merupakan bukan hanya sebagai
tujuan, tetapi lebih merupakan strategi dalam rangka melaksanakan fungsi dan
perannya dalam mengembangkan peradapan manusia yang berakhlak luhur dan
manusiawi, sejahtera dalam suasana damai penuh cinta kasih. Bagi wirausahawan
sejati, pengembangan usaha mempunyai makna yang luhur dan tidak hanya
sekedar mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya (motif ekonomi), tetapi juga
dilakukan untuk keuntungan sosial (motif sosial). Pengembangan usaha
merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan usaha yang dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan kapasitas produksi, pendirian pabrik baru (investasi
baru), ekspansi horizontal, ekspansi vertikal dan ekspansi pada sektor usaha baru1.
3.1.2 Konsep Strategi
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi tidak
hanya berfungsi sebagai suatu rencana. Strategi juga merupakan rencana yang
menyatukan, luas, dan terpadu. Rencana yang menyatukan artinya strategi
menjadi alat yang menyatukan dan mengikat keseluruhan organisasi menjadi satu.
Strategi bersifat luas artinya strategi meliputi seluruh aspek penting dalam
organisasi. Strategi merupakan rencana yang saling berkaitan satu dengan yang
lain berarti strategi memiliki sifat terpadu (Jauch dan Glueck,1991).
Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar
(David, 2006). Strategi juga merupakan suatu alat untuk mencapai
sasaran atau tujuan yang bersifat jangka panjang. Sasaran merupakan hal yang
ingin dicapai oleh organisasi dan strategi merupakan rencana organisasi dalam
http://www.google.co.id/pengertian pengembangan usaha. diakes:15 Agustus 2009.20:30
14
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Strategi yang dilakukan dalam
organisasi dapat berupa ekspansi geografis, diversifikasi, pengembangan produk,
divestasi, likuidasi, akuisisi, dan joint venture.
Strategi sangat menentukan bagaimana perkembangan dan kemajuan
sebuah perusahaan dalam jangka panjang. Karena itu, para penyusun strategi
merupakan individu yang paling menentukan kemajuan sebuah organisasi.
3.1.3 Konsep Manajemen Strategis
Manajemen strategis penting dalam kemajuan suatu perusahaan baik besar
maupun kecil, karena proses manajemen strategis secara signifikan dapat
memperkuat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Menurut David (2006),
manajemen strategis merupakan seni dan pengetahuan untuk menformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
membuat organisasi mampu mencapai tujuannya.
Proses manajemen strategis merupakan jalan yang dilalui oleh para
pengambil keputusan strategi untuk menentukan sasaran organisasi dan membuat
kesimpulan strategi yang berkesinambungan. Manajemen strategis merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003).
Menurut Jauch dan Glueck (1991), manajemen strategis merupakan
sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi
atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan
peluang di masa yang akan datang, sehingga memungkinkan organisasi untuk
dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah. Manajemen strategis juga
menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan perusahaan, sehingga
perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai
kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan
sistem ini.
Fokus dalam manajemen strategis adalah mengintegrasikan manajemen
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan, dan
sistem informasi untuk mencapai keberhasilan dalam organisasi. Manajemen
15
strategis dibutuhkan oleh organisasi agar dapat menang dalam persaingan yang
semakin ketat. Manajemen strategis menghasilkan rencana dari pilihan berbagai
alternatif yang baik. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk
mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk di masa yang
datang (David, 2006).
Menurut David (2006), manajemen strategis merupakan hal yang dinamis
dan berkelanjutan. Perubahan komponen utama dalam model manajemen strategis
dapat mengakibatkan perubahan dalam semua komponen lain dalam model
manajemen strategis. Aplikasi manajemen strategis berbeda untuk setiap
organisasi. Langkah formal dalam manajemen strategis biasanya diterapkan
dalam organisasi yang besar, memiliki banyak divisi, pasar, maupun produk.
Berikut model komprehensif manajemen strategis menurut David (2006).
Formulasi Implementasi Evaluasi
Gambar 1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis Sumber : David (2006)
Menetapkan tujuan jangka panjang
Menjalankan audit eksternal
Mengembangkan pertanyataan visi dan misi
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Menjalankan audit internal
Merumuskan, evaluasi, dan memilih strategi
Implementasi strategi- isu manajemen
Implementasi strategi-isu-isu pemasaran keuangan, akuntasi, RAD, Sistem informasi
16
3.1.4 Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis merupakan alur dimana penyusun strategis
menentukan sasaran dan menyusun strategi. Proses manajemen strategis menurut
David (2006), terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Formulasi strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,
mengindentifikasikan peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan. Setiap organisasi memiliki sumberdaya yang terbatas, oleh karena
itu penyusunan strategi harus memilih strategi yang dapat memberikan
keuntungan terbanyak. Keputusan formulasi strategi mengikat organisasi terhadap
produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang
panjang. Strategi menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Manajer
tingkat atas memiliki sudut pandang terbaik dalam mengerti secara penuh
pengaruh keputusan formulasi strategi. Manajer memiliki wewenang untuk
menempatkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk implementasi.
2. Implementasi strategi (Strategy implementation)
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi strategi sering kali disebut dengan tahap pelaksanaan dalam
manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan
manajer untuk menetapkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan.
Tahapan implementasi strategis merupakan tahap yang relatif paling rumit
karena dalam implementasi strategi melibatkan seluruh individu dalam organisasi.
Tahapan ini membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan setiap
individu yang terlibat. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan
manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah diformulasikan tetapi
tidak diimplementasikan dengan baik tidak memiliki arti apa pun. kemampuan
interpersonal sangat dibutuhkan dalam tahap implementasi strategi ini. Aktivitas
17
implementasi strategi mempengaruhi semua karyawan dan manajer dalam
organisasi.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
aktivitas dasar dalam evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja atau prestasi, dan
mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi dibutuhkan karena kesuksesan
hari ini tidak menjamin kesuksesan di masa yang akan datang.
3.1.5 Formulasi Strategi
David (2006), pernyataan visi dan misi memegang peranan yang penting
dalam memformulasikan, implementasi, dan evaluasi strategi. Pernyataan visi
dan misi yang jelas akan menghindarkan perusahaan dari tindakan jangka pendek
yang dapat membahayakan kepentingan jangka panjang. Organisasi biasanya
mengevaluasi pernyataan visi dan misi setiap tahun.
Pernyataan visi menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi. Pernyataan visi sebaiknya dibuat terlebih dahulu karena pernyataan
visi yang jelas berdampak dalam perumusan visi yang komperhensif. Pernyataan
visi seharusnya dibuat dalam kalimat yang singkat. Masukan dari semua manajer
sangat diperlukan dalam mengembangkan pernyataan visi.
Pernyataan misi menggambarkan pernyataan tujuan jangka panjang yang
membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan
misi yang jelas menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu organisasi.
Pernyataan misi secara kasar menggambarkan arah masa depan suatu organisasi.
Pernyataan misi yang baik harus menjelaskan tujuan dasar dari organisasi,
pelanggan, produk atau jasa, pasar, filosofi, dan dasar teknologi.
Pernyataan visi dan misi memberikan dampak yang positif bagi kinerja
dalam organisasi. Pernyataan visi dan misi secara tidak langsung berdampak
positif pada kinerja keuangan organisasi. Tingkat keterlibatan manajer dan
karyawan dalam mengembangkan pernyataan visi dan misi sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan organisasi.
18
Tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat
dipakai menjadi alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan juga
untuk keputusaan strategi. Tujuan perusahaan atau suatu organisasi akan
mempunyai banyak manfaat pada proses perumusan dan implementasi strategi
jika manajemen puncak dapat dengan baik merumuskan, melembagakan,
mengkomunikasikan, dan menguatkan tujuan tersebut melalui perusahaan.
Tujuan harus menantang, terukur, konsisten, masuk akal, dan jelas.
3.1.6 Aspek Lingkungan Bisnis
Menurut Umar (2008), lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua
lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu: lingkungan jauh dan lingkungan
industri. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di perusahaan.
3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal
Menurut Jauch dan Glueck (1991), analisis lingkungan internal adalah
proses dimana perencanaan strategi mengkaji pemasaran dan distribusi
perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumberdaya dan
karyawan perusahaan-perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk
menentukan dimana kekuatan dan kelemahan perusahaan. Menurut Hunger dan
Wheelen (2003), lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan
kelemahan) yang ada dalam organisasi tetapi tidak dalam pengendalian jangka
pendek dari manajemen puncak. Kekuatan merupakan faktor-faktor yang
merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh organisasi di pasar sasaran.
Kelemahan merupakan faktor-faktor yang menjadi kelemahan organisasi
dibandingkan dengan pesaingnya dalam pasar.
Menurut Kotler (2005), setiap organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan yang berbeda-beda, karena itu penting bagi sebuah organisasi untuk
mengetahui dengan jelas apa kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi
agar dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada di luar
organisasi. Selain itu juga, mengetahui peluang yang menarik dilingkungannya,
organisasi perlu juga memiliki keahlian tertentu supaya berhasil memanfaatkan
19
peluang tersebut. Menurut David (2006), adapun lingkungan-lingkungan
internal perusahaan, adalah:
1. Faktor Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut David (2006) terdapat lima fungsi manajemen yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
2. Faktor Keuangan dan Akuntansi
Keuangan dan akuntansi merupakan dana yang dibutuhkan dalam
operasional perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan
baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelola keuangan, struktur
modal kerja, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal.
3. Faktor Produksi dan Operasi
David (2006), fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri dari semua
aktifitas yang mengubah bahan baku menjadi barang/jasa. Manajemen
produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang
bervariasi antar industri dan pasar. Manajemen produksi/operasi terdiri atas lima
area keputusan atau fungsi yaitu : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan
kualitas. Fungsi dasar dari manajemen produksi/operasi, adalah:
a) Proses
Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.
Keputusan spesifik mencakup pilihan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi, pendayagunaan sumberdaya manusia dan peralatan, dan layout fasilitas.
b) Kapasitas
Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang
optimal untuk organisasi. Tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal. Keputusan
spesifik mencakup peramalan, perencanaan fasilitas, perencanaan agregat,
pedjadwalan, dan perencanaan kapasitas.
20
c) Persediaan
Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah,
barang dalam proses, dan barang jadi. Keputusan spesifik mencakup apa yang
harus dipesan, kapan harus memesan, berapa banyak yang harus dipesan, dan
penanganan bahan baku.
d) Tenaga Kerja
Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang
terampil dan tidak terampil. Keputusan spesifik berhubungan dengan desain
pekerjaan, standar kerja, dan teknik motivasi.
e) Kualitas
Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa
yang diproduksi berkualitas tinggi. Keputusan spesifik berhubungan dengan
pengendalian kualitas dan pengendalian biaya.
4. Faktor Pemasaran
David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses
mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat
macam bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
5. Faktor Sumberdaya Manusia
Manusia merupakan sumberdaya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan
perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam aspek sumberdaya
manusia adalah langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen sumberdaya
manusia, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan
(Umar, 2008).
3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal merupakan suatu proses yang dilakukan
oleh perencanaan strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan
peluang dan ancaman bagi perusahaan. Menurut David (2006), kekuatan eksternal
dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: kekuatan ekonomi, kekuatan sosial,
21
budaya, dan demografi, kekuatan politik, hukum, dan pemerintahan, kekuatan
teknologi, dan kekuatan kompetitif.
1. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga
iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
hendaknya bersama-sama mempertahankan dan meningkatkan kondisi ekonomi
daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu
daerah atau negara adalah: ketersediaan kredit, inflasi, suku bunga, tingkat
produktivitas tenaga kerja, dan fruktuasi harga.
Jauch dan Glueck (1991), mengatakan bahwa perekonomian pada waktu
sekarang dan dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan
strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis dan
diagnostik kebanyakan perusahaan termasuk : (1) tahapan siklus bisnis yang
terjadi, (2) gejala inflasi dan deflasi yang terjadi, (3) kebijakan keuangan, suku
bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing,
(4) kebijakan fiskal, dan (5) neraca perdagangan, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
David (2006), perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan
memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan
pelanggan. Variabel utama dalam sosial, budaya, demografi, dan lingkungan,
adalah: perilaku konsumsi, pertumbuhan penduduk, kepedulian terhadap etika,
dan rata-rata tingkat pendidikan.
3. Faktor Teknologi
Umar (2008), organisasi harus terus mengikuti perubahan teknologi yang
mempengaruhi industrinya agar dapat terus mendorong inovasi dalam organisasi.
Teknologi dapat menciptakan peluang bagi organisasi agar dapat berproduksi
dengan lebih efisien dan efektif. Kemajuan dalam teknologi berdampak pada
produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi,
praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan. Kemajuan teknologi
22
mampu menciptakan pasar baru dengan penciptakan produk baru dan produk yang
disempurnakan serta merubah posisi biaya kompetitif dalam suatu industri.
Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih baik
bagi perusahaan.
4. Faktor Politik, Hukum dan Pemerintah
Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang dan hambatan terhadap
usaha yang dijalankan, maupun memperkecil keduanya. Tindakan pemerintah
tersebut meliputi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan umumnya
berhubungan dengan faktor ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, perusahaan
harus meneliti lingkungan, mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah, dan
mencoba memanfaatkan peluang serta meredakan ancaman yang ditimbulkan
kebijakan pemerintah.
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting
bagi para pengusaha dalam berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatif bagi dunia usaha, demikian juga sebaliknya. Beberapa hal
utama yang perlu diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang
dengan baik, adalah: undang-undang tentang perburuhan dan lingkungan,
peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintah, peraturan
tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
5. Faktor Kompetitif
Bagian yang penting dalam audit eksternal adalah mengidentifikasikan
perubahan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman,
tujuan, dan strategi. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing
merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi. Identifikasi
pesaing utama tidak selalu mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi yang
berkompetitif dalam industri yang berbeda (David, 2006).
(Limbong, 2008) menyatakan bahwa persaingan mencakup semua
tawaran dari pesaing serta barang pengganti yang aktual dan potensial yang
mungkin dipertimbangkan oleh seseorang pembeli. Berdasarkan tingkat
kemampuan produk untuk menggantikan, ada empat tingkat persaingan, adalah:
23
1. Persaingan merek dimana sebuah perusahaan memandang perusahaan lain
yang menawarkan produk atau jasa serupa, dengan melayani pelanggan yang
sama dan harga yang sama dengan pesaing.
2. Pesaing industri dimana perusahaan memandang sebuah perusahaan yang
menghasilkan jenis produk yang sama dengan pesaing.
3. Pesaing bentuk dimana sebuah perusahaan memandang semua perusahaan
penghasil produk yang memasok jasa yang sama sebagai pesaing.
4. Pesaing generik dimana perusahaan melihat semua perusahaan yang bersaing
untuk mendapatkan konsumen yang sama.
Umar (2008), menyatakan bahwa aspek lingkungan industri akan lebih
mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti peluang-ancaman
dan kekuatan-kelemahan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan
itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Analisis ini dapat menentukan seberapa
menarik suatu industri untuk dimasuki dan untuk melihat faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan perusahaan pada industri tersebut. Analisis ini juga
untuk mencari gambaran tentang peluang dan ancaman bisnis yang diakibatkan
oleh strategi dan perilaku bisnis sekelompok perusahaan yang saling bersaing.
Model lima kekuatan Porter mengenai analisis persaingan merupakan
pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri.
Intensitas persaingan diantara perusahaan yang sama bervariasi tergantung pada
industri. Menurut Porter (2007), sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat
sebagai gabungan dari lima kekuatan :
1) Persaingan diantara pesaing yang ada
Persaingan diantara pesaing yang ada biasanya yang paling berpengaruh
diantara lima kekuatan. Persaingan diantara pesaing akan mempengaruhi
kebijakan dan kinerja yang dijalankan perusahaan. Strategi ini dapat berhasil
hanya jika strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang
dijalankan oleh perusahaan pesaing. Menurut Porter (2007), tingkat
persaingan itu dipengaruhi beberapa faktor, adalah:
24
a. Jumlah kompetitor atau pesaing mempengaruhi tingkat persaingan.
Kompetitor harus dilihat dari beberapa sisi seperti jumlah, ukuran, dan
kekuatannya.
b. Tingkat pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan sejumlah
peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya.
Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspon dengan
ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar
pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan tren penurunan harga atau
terjadinya perang harga.
c. Karakteristik produk. Produk hendaknya tidak sekedar menyediakan
kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki suatu perbedaan (diferensiasi) atau
nilai tambah.
d. Biaya tetap yang besar. pada jenis industri yang mempunyai total biaya
tetap yang besar, perusahaan yang beroperasi pada skala ekonomi yang
tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan menjual produk di bawah biaya
produksi.
e. Kapasitas selalu berkorelasi dengan biaya produksi per unit. Produksi
pada kapasitas tinggi diperlukan untuk menjaga efisiensi biaya per unit.
Penambahan fasilitas produksi dapat dilakukan apabila perusahaan mampu
berproduksi pada tingkat yang maksimal.
f. Hambatan keluar menyebabkan perusahaan untuk tidak keluar dari industri
2) Masuknya pendatang baru
David (2006), ketika perusahaan baru masuk dengan mudah ke dalam industri
tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan
untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi
dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan
khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetian pelanggan, besarnya
kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan
pemerintah, tarif/pajak, kurangnya akses terhadap bahan baku, lokasi yang
kurang menguntungkan, dan serangan balasan dari perusahaan yang sudah
mapan.
25
Perusahaan baru kadang-kadang memasuki bisnis dengan produk berkualitas
lebih tinggi, harga lebih murah, dan sumberdaya pemasaran yang besar.
Dengan demikian, tugas penyusun strategi adalah untuk mengidentifikasikan
perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, untuk memonitor strategi pesaing
baru, untuk menyiapkan serangan balasan apabila dibutuhkan, serta untuk
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini.
3) Ancaman produk pengganti (subsitusi)
Adanya produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat
ditetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti. Tekanan
persaingan dari produk meningkat jika harga relatif dari produk pengganti
turun dan jika biaya konsumen untuk pindah menurun. Kekuatan persaingan
dari produk pengganti paling baik jika diukur dengan pangsa pasar yang
didapat oleh produk tersebut, disamping memantau rencana perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
4) Kekuatan tawar-menawar pembeli
Jika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam
jumlah yang banyak, kekuatan tawar-menawar pembeli merupakan kekuatan
utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri.
Kekuatan tawar-menawar konsumen akan lebih besar jika produk yang dibeli
standar atau tidak berbeda, sehingga konsumen sering dapat melakukan
negosiasi harga, jaminan, dan kemasan sampai tingkat tertentu.
5) Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka
menaikan harga atau pengurangan kualitas produk. Pemasok menjadi kuat
apabila beberapa kondisi terpenuhi, yaitu: jumlah pemasok sedikit, produk
yang dihasilkan unik, tidak tersedia produk subsitusi dan pemasok mampu
melakukan integrasi ke depan dan mampu mengolah produk menjadi produk
yang sama dengan yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan mungkin
menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk memperoleh kendali atau
kepemilikan pemasok. Strategi ini efektif terutama jika pemasok tidak dapat
diandalkan, biaya terlalu tinggi, atau ketidakmampuan memenuhi keperluan
perusahaan secara konsisten.
26
Keberhasilan dalam formulasi strategi dipengaruhi oleh keberhasilan
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing. Porter
(2007), menyatakan bahwa hakikat persaingan dalam industri dapat dilihat
sebagai kombinasi atas lima kekuatan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Model lima Kekuatan Porter Sumber : Porter (2007)
3.1.7 Matriks IFE dan Matriks EFE
Menurut David (2006), menyatakan bahwa matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) meliputi faktor-faktor internal organisasi sehingga dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan organisasi yang merupakan petunjuk dasar dalam
menentukan posisi perusahaan. Hal yang sama juga berlaku pada matriks EFE
(Eksternal Factor Evaluation) yang merupakan ringkasan dari ancaman dan
peluang yang dihadapi organisasi. Matriks IFE dan EFE terdiri dari kolom bobot,
rating, dan total nilai yang merupakan hasil kali dari bobot dan rating. Untuk
kolom bobot dan rating diisi sesuai dengan nilainya yang merupakan hasil dari
pengelompokan faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan tingkat
kepentingannya.
Matriks IFE merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan
Persaingan Antar Perusahaan Sejenis
Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kemungkinan Masuk Pesaing Baru
Potensi Pengembangan Produk Subsitusi
Kekuatan Tawar-Menawar Konsumen
27
juga memberikan dasar untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi hubungan
antara area-area tersebut (David, 2006). Matriks IFE dapat diketahui kemampuan
organisasi dalam menghadapi lingkungan internalnya dan mengetahui faktor-
faktor internal yang penting. Menurut Umar (2008), menyatakan bahwa matriks
IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Data dan informasi
aspek internal perusahaan terdiri dari aspek sumberdaya manusia, pemasaran,
produksi dan operasi, keuangan dan akuntasi dan sistem informasi.
Menurut Umar (2008), matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi
faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk
menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, politik dan pemerintahan,
sosial budaya, teknologi, lingkungan, demografi, persaingan di pasar industri
dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting
karena faktor eksternal perusahaan berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap perusahaan.
3.1.8 Matriks IE
Matriks internal-eksternal merupakan matriks yang meringkas hasil
evaluasi faktor eksternal dan internal yang menempatkan perusahaan pada salah
satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana setiap sel merupakan kondisi langkah
yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci:
total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE
pada sumbu Y (David, 2006).
Menurut David (2006), menyatakan bahwa strategi alternatif yang dapat
diambil oleh perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian dan 14 tindakan
yaitu :
1. Strategi Integrasi (Integration Strategy)
Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang
lebih terhadap distributor, pemasok, dan para pesaing baik melalui merger,
akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. Tipe strategi integrasi terdiri dari,
yaitu :
28
a. Strategi integrasi ke depan (forward integration strategy) merupakan strategi
yang menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar
terhadap pengendalian para distributor atau para pengecer, dan bila perlu
memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak
masalah dengan pendistribusian barang/jasa, sehingga mengganggu stabilitas
produksi, padahal, perusahaan mampu untuk mengelola pendistribusian
dengan sumberdaya yang dimiliki. Selain itu, bisnis di sektor pendistribusian
memiliki prospek yang baik untuk dimasuki.
b. Strategi integrasi ke belakang (backward integration strategy) merupakan
strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih
ditingkatkan, apalagi para pemasok sudah dinilai tidak lagi menguntungkan
perusahaan, seperti keterlambatan dalam pengadaaan bahan baku, kualitas
bahan menurun, biaya yang meningkat sehingga tidak dapat lagi diandalkan
oleh perusahaan. Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan
atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok. Hal ini dilakukan jika
pemasok sedikit padahal pesaingnya banyak, pasokan selama ini berjalan
lancar, harga produk stabil, dan pemasok memiliki marjin keuntungan yang
tinggi serta perusahaan memiliki modal dan sumberdaya yang berkualitas.
c. Strategi integrasi horizontal (horizontal integration strategy) merupakan
strategi perusahaan untuk meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing
perusahaan walaupun dengan harus memilikinya. Tujuan strategi ini adalah
untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian para
pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi monopoli
dengan seizin pemerintah, bersaing di industri yang berkembang, skala
ekonomi meningkat, serta modal dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan
mampu meningkatkan ekspansi.
2. Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Strategi intensif membutuhkan usaha yang intensif agar posisi kompetitif
perusahaan dengan produk yang ada saat ini membaik. Tipe strategi intensif
terdiri dari :
a. Strategi penetrasi pasar (market penetration strategy) yaitu strategi perusahaan
yang berusaha untuk meningkatkan penjualan suatu produk/jasa melalui
29
usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Tujuan strategi ini adalah untuk
meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini
dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun,
korelasi yang positif antara biaya 4P (produck, price, place, and promotion)
pemasaran dan kemampuan untuk bersaing yang meningkat.
b. Strategi pengembangan pasar (market development strategy) yaitu strategi
perusahaan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk/jasa yang ada
sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru.
Selain itu, stategi ini bertujuan untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat
dilakukan jika memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas
produksi, pendapatan laba sesuai dengan harapan, serta adanya pasar baru atau
pasar yang belum jenuh.
c. Strategi pengembangan produk (product development strategy) merupakan
strategi perusahaan yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan
penjualan dengan cara memodifikasikan produk/jasa yang ada sekarang.
Strategi ini biasanya memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta
membutuhkan biaya yang besar. Hal ini dapat dilakukan, jika produk sudah
berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih
baik dengan harga yang lebih murah, memiliki kemampuan untuk
mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.
3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)
Strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasikan aktivitas bisnis.
Tipe strategi diversifikasi terdiri dari :
a. Strategi diversifikasi konsentrik (concentric diversification strategy) dapat
dilaksanakan dengan menambah produk atau jasa baru, namun masih
berkaitan. Tujuan strategi ini adalah membuat produk baru yang berhubungan
untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri
yang pertumbuhannya lambat.
b. Strategi diversifikasi horizontal (horizontal diversification strategy) dapat
dilakukan dengan menambah produk atau jasa pelayanan yang baru, tetapi
tidak saling berkaitan untuk ditawarkan pada para pelanggan yang sudah ada.
Hal ini dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk lama,
30
persaingan pada produk lama berjalan ketat, distribusi produk baru ke
pelanggan lancar dan pada tingkat yang lebih dalam bahwa musim penjualan
dari kedua produk relatif berbeda.
c. Strategi diversifikasi konglomerat (conglomerate diversification strategy)
merupakan strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru
yang tidak berkaitan. Hal ini dilakukan, jika industri di sektor ini telah
mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan
dan masih berkembang baik, serta memiliki sumberdaya untuk memasuki
industri baru tersebut.
4. Strategi Defensif (Devensive Strategy)
a. Strategi joint venture merupakan strategi perusahaan dimana terjadi saat dua
atau lebih perusahaan membentuk suatu perusahaan temporer untuk tujuan
kapitalisme modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam hal perusahaan
bertahan untuk tidak mau memikul beban usahanya sendirian. Tujuan dari
strategi ini adalah untuk menggabungkan beberapa perusahaan dalam bentuk
perusahaan baru yang terpisah dari induk-induknya. Hal ini dapat dilakukan,
jika perusahaan merasa tidak mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain.
b. Retrenchment Strategy merupakan strategi perusahaan yang dilaksanakan
melalui reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini dilakukan karena terjadi
penurunan penjualan dan laba perusahaan, dirancang agar perusahaan mampu
bertahan pada pasar pesaingnya, perusahaan bekerja dengan sumberdaya
yang terbatas dan biasanya menghadapi tekanan-tekanan dari para pemegang
saham, pekerja, dan media massa. Strategi ini juga dilakukan dengan cara
menjual aktiva seperti tanah dan bangunan dalam rangka mendapatkan uang
tunai yang diperlukan, penutupan pabrik yang produknya dianggap kuno,
pengurangan jumlah karyawan, dan pembuatan sistem pengendalian biaya
yang ketat. Tujuan strategi ini adalah untuk menghemat biaya agar
keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian asset
perusahaan.
c. Strategi divestasi (divestiture strategy) dilaksanakan dengan menjual suatu
divisi atau bagian dari perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk
meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau
31
investasi strategi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan jika suatu unit bisnis
sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya, misalnya terus merugi dan
berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
d. Strategi likuidasi (liquidation strategy) merupakan strategi yang menjual
asset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai dengan nilai nyata asset
tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa
merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Hal ini dilakukan
apabila perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan lagi keberadaaannya.
3.1.9 Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam
lingkungan suatu organisasi. Analisis SWOT adalah alat untuk mencocokkan
yang penting untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe
strategi yaitu: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-
ancaman), dan WT (kelemahan-ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga
meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi perusahaan (David, 2006).
David (2006), analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada :
1. Fokus mendasar pertama adalah peluang yaitu situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan serta ancaman yaitu situasi
penting yang tidak menguntungkan perusahaan.
2. Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap kekuatan internal
perusahaan yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan
relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani
perusahaan, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
3.1.10 Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM)
QSPM merupakan teknik yang dipakai pada tahap pengambilan keputusan
(decision stage) dari kerangka kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini
menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM
32
menggunakan input dari analisis pada tahap input (input stage) dan pada tahap
pencocokan yang memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui
QSPM di tahap pengambilan keputusan.
QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk
melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key
success factors internal dan eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.
Tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi
yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap
paling baik untuk diimplementasikan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Tahapan kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini diawali
dengan melakukan identifikasi mengenai kondisi keseluruhan perusahaan, sejarah,
perkembangan dan keadaaan peternakan Trias Farm. Identifikasi ini dimulai
dengan mempelajari visi dan misi perusahaan. Identifikasi visi dilakukan untuk
memprediksi kondisi perusahaan yang diharapkan di masa depan, mengetahui
kesenjangan kondisi sekarang dengan kondisi yang diharapkan di masa depan.
Setelah itu, dilakukan identifikasi masalah yang terjadi dalam perusahaan.
Peternakan Trias Farm memiliki masalah mengenai tingginya tingkat persaingan
diantara perusahaan sejenis, tingginya biaya produksi, dan belum mampu
memenuhi permintaan konsumen.
Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara dengan pihak internal
dan eksternal perusahaan untuk mengidentifikasikan lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, kemudian melakukan
wawancara kembali kepada pihak internal dan eksternal perusahaan untuk
penentuan pembobotan dan peringkat.
Langkah selanjutnya, yang dilakukan adalah wawancara dengan pihak
internal perusahaan untuk menentukan alternatif strategi yang tepat untuk
ditetapkan oleh perusahaan. Kemudian setelah mendapatkan alternatif beberapa
startegi melakukan wawancara kembali dengan pihak internal perusahaan dalam
33
hal ini dengan menajer dan bagian produksi untuk menetukan alternatif prioritas
strategi yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka alur pemikiran
operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Peternakan Trias Farm, Bogor, Jawa Barat
Trias Farm
Permasalahan yang dihadapi :
1. Persaingan antar perusahaan sejenis 2. Peningkatan biaya produksi 3. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
Analisis lingkungan perusahaan
Analisis Faktor Internal : 1. Sumberdaya manusia 2. Produksi dan operasi 3. Keuangan 4. Pemasaran 5. Manajemen
Analisis Faktor Eksternal : Politik, Hukum, dan Pemerintahan, Ekonomi, Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan, dan Teknologi Analisis Lingkungan Industri : masuknya pendatang baru, persaingan dalam industri, ancaman produk subsitusi, kekuatan tawar- menawar pemasok, dan kekuatan tawar -menawar pelanggan
Matriks IFE Matriks EFE
Alternatif Strategi yang Tepat (Matriks IE dan SWOT)
Alternatif Strategi
Alternatif dan Prioritas Strategi (Matriks QSP)
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan Trias Farm yang berada di
Kampung Kandang Sapi Desa Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan ayam
arab petelur, Selain itu kesediaan manajemen perusahaan dan ketersediaan data
dari perusahaan untuk dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data dimulai pada
bulan Mei hingga Agustus 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder
yang didapatkan dari dalam maupun luar perusahaan. Data primer diperoleh dari
hasil pengamatan langsung (observasi) dan melalui wawancara. Penarikan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden dalam
penelitian ini terdiri dari pihak internal dan eksternal perusahaan.
Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui studi literatur maupun
studi pustaka. Data sekunder bersumber dari perusahaan; surat kabar; situs
internet; jurnal yang terkait; buku teks manajemen strategis, Balai Penelitian
Ternak (BALITNAK), Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Stratistik, dan
penelitian sebelumnya.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengamatan
langsung, wawancara, kuisioner, maupun browsing internet. Wawancara
dilakukan secara tidak terstruktur. Wawancara ini dimaksudkan untuk
memperoleh jawaban secara spontan, jujur, serta merepresentasikan keadaaan
yang sebenarnya. Wawancara dengan pihak internal perusahaan adalah dengan
manajer perusahaan, bagian produksi dan bagian pemasaran. Hal ini dilakukakan
karena pihak internal tersebut paling mengetahui kondisi riil yang terjadi di
perusahaan.
35
Wawancara dengan pihak eksternal perusahaan dilakukan dengan ketua
KEPRAKS (Kelompok Tani Ayam Kampung Sukabumi) dan ketua Himpuli
(Himpunan Ayam Lokal Indonesia) dan pesaing perusahaan sejenis yaitu
peternakan Citra Lestari Farm. Untuk pemilihan responden kepada ketua
KEPRAKS didasarkan karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik
dalam usaha ayam arab petelur. Responden dari peternakan Citra Lestari Farm
dijadikan sebagai responden yang mewakili pesaing bagi peternakan Trias Farm.
Hal ini karena pesaing ini juga melakukan usaha yang sama yaitu usaha ayam arab
petelur, selain itu pesaing ini juga memiliki pengalaman dan pendidikan yang baik
dalam bidang peternakan.
4.4 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan
analisis tiga tahap formulas strategi. Alat bantu analisis yang digunakan dalam
merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor internal (matriks IFE) dan
matriks faktor eksternal (matriks EFE), matriks IE, matriks SWOT dan QSPM.
Adapun tahapan dalam pengolahan data ini adalah:
1. Melakukan wawancara dengan pihak eksternal perusahaan.
2. Melakukan wawancara dengan pihak internal perusahaan.
3. Melakukan Cross check faktor-faktor internal dan eksternal kepada pihak
perusahaan.
4. Pemberian kuisioner kepada pihak internal dan eksternal perusahaan
untuk mengetahui faktor internal dan eksternal di peternakan Trias Farm.
5. Pemberian kuisioner kepadapihak internal untuk pemberian bobot dan
peringkat dalam analisis IFE.
6. Pemberian kuisioner kepada pihal eksternal perusahaan untuk pemberian
bobot dan peringkat dalam analisis EFE.
7. Pemberian kuisioner kepada kedua pakar yang mengetahui tentang seluk
beluk perusahaan (manajer perusahaan dan bagian produksi) untuk
pemberian bobot dalam analisis QSPM. Pemilihan responden ini
didasarkan karena responden ini memiliki kapasitas untuk mengambil
keputusan mengenai strategi yang akan dilakukan peternakan Trias Farm.
36
8. Melakukan analisis data dan pengolahan data untuk mendapatkan
alternatif strategi dan prioritas alternatif strategi.
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui lingkungan internal dan
eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan diantaranya
mendefinisikan visi, misi dan tujuan perusahaan, sejarah dan perkembangan
perusahaan, kegiatan pemasaran, manajemen, sumberdaya manusia,
produksi/operasi, keuangan dan akuntansi, serta teknologi yang digunakan
perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk
menggambarkan kondisi riil perusahaan.
4.4.2 Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi
Proses perumusan strategi pada kerangka tiga tahap formulasi strategi
yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan, dan tahap keputusan.
Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis lingkungan eksternal dan internal (EFE dan IFE), analisis IE, analisis
SWOT dan analisis QSPM.
4.4.2.1 Analisis EFE dan IFE
Data yang diperoleh dari setiap tahap input dianalisis secara deskriptif
untuk mendefinisikan visi, misi dan tujuan perusahaan, data lingkungan eksternal
dan internal perusahaan, serta kondisi umum perusahaan untuk mempresentasikan
kedudukan perusahaan dalam industri. Data yang ada kemudian diklasifikasikan
secara kuantitatif menurut analisis lingkungan eksternal untuk mengetahui
peluang dan ancaman yang datang dari kekuatan dan kelemahan yang ada pada
perusahaan. Daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang ada
dievaluasi dan dibuat dalam bentuk matriks EFE dan IFE. Untuk mengetahui
mengenai daftar matriks eksternal dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Matrik EFE
Faktor Eksternal Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Peluang - - - Ancaman - - -
Total Sumber : David (2006)
Matriks EFE merupakan sebuah daftar yang membuat serangkaian faktor
strategis eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman. Kelebihan dari alat
analisis matriks EFE adalah agar para penyusun strategi dapat merangkum dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, demografi, lingkungan dan budaya,
politik, hukum dan pemerintahan, serta teknologi dan lingkungan industri (David,
2006).
Matriks EFE menerapkan nilai bobot dan peringkat (rating) dari masing-
masing faktor eksternal perusahaan yang ada didalamnya. Rating
mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang dan ancaman
yang ada. Penilaian rating untuk peluang tersebut adalah : rating 4 = respon sangat
superior, rating 3 = respon diatas rata-rata, rating 2 = respon rata-rata dan rating 1
= respon dibawah rata-rata. Untuk ancamannya adalah rating 4 = respon dibawah
rata-rata, rating 3 = respon rata-rata, rating 2 = respon diatas rata-rata dan rating 1
= respon sangat superior.
Matriks IFE (Tabel 8) memuat serangkaian faktor strategis internal
perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan. Matriks IFE menempatkan nilai bobot dan peringkat dari masing-
masing faktor strategis internal didalamnya. Matriks faktor internal yang
dimaksudkan untuk mengukur seberapa idealnya kinerja yang telah dilakukan.
Rating untuk kekuatan adalah rating 1 = sangat lemah, rating 2 = lemah, rating 3 =
kuat dan rating 4 = sangat kuat. Kelemahan adalah 1 = sangat kuat, rating 2 =
kuat, rating 3 = lemah dan rating 4 = sangat lemah.
38
Tabel 8. Matrik IFE
Faktor Internal Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Peluang - - - Ancaman - - -
Total Sumber : David (2006)
Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor
strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen dengan
menggunakan metode “ paired comparison” (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode
paired comparison tersebut digunakan untuk membandingkan setiap variabel pada
baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal). Penentuan bobot pada
setiap variabel digunakan skala 1,2,3. Penilaian untuk setiap skala dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 9 dan 10 berikut ini.
Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan
Faktor Eksternal A B C … Total A B C …
Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
Matriks perbandingan berganda memuat serangkaian faktor strategis
eksternal dan internal perusahaan. Tiap-tiap faktor dibandingkan satu sama lain
39
untuk mengetahui bobot suatu faktor relatif terhadap faktor yang lain, dimana
nilai bobot total dari faktor keseluruhan adalah 1.
Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan
Faktor Internal A B C … Total A B C …
Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991).
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
ai = Xi
∑ xi
Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3,…
n = Jumlah variabel
Tahap selanjutnya adalah memberikan rating/peringkat satu sampai empat
pada kolom ketiga, kedalam matriks EFE dan IFE. Kemudian mengalikan bobot
dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot. Selanjutnya skor yang
diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot.
Total skor terbobot berada antara satu sampai empat. Nilai satu sampai
dua pada matriks EFE berarti perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang
untuk menghindari ancaman, sedangkan nilai dua sampai tiga berarti perusahaan
mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata, nilai tiga sampai empat berarti
perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan
baik. Untuk matriks faktor internal perusahaan yang bernilai satu sampai dua
menggambarkan kondisi internal perusahaan yang sangat buruk. Nilai dua sampai
tiga menggambarkan situasi internal perusahaan yang berada di rata-rata. Nilai
tiga sampai empat menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada
tingkat diatas rata-rata atau kondisi internal perusahaan yang baik.
40
Tahap kedua adalah tahap pencocokan dengan memasukkan hasil
pembobotan matriks EFE dan IFE kedalam matriks IE. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Matriks IE
mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga sel
strategi utama (David, 2006), yaitu:
1. Growth and Build (tumbuh dan bina) berada dalam sel I, II, dan IV. Strategi
yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke
depan dan integrasi horizontal).
2. Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dilakukan untuk sel III, V, dan
VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan
pasar.
3. Harvest or Divest ( panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI, VIII, dan IX.
Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi
konglomerat, dan strategi likuidasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Skor IFE Kuat Rata-rata Lemah 4.0 3.0 2.0 1.0
Tinggi
Total 3.0
Skor Menengah
EFE
2.0
Rendah
1.0
Gambar 4. Matriks IE Sumber : David, 2006
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
41
4.4.2.2 Analisis Matriks SWOT
Menurut David (2006), Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(SWOT Matrix) adalah alat untuk mencocokan yang penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-
peluang/ strength-opportunities), strategi WO (kelemahan-peluang/weaknesses-
opportunities), strategi ST (kekuatan-ancaman/strength-threats), dan strategi WT
(kelemahan-ancaman/weaknesses-threats). Mencocokan faktor eksternal dan
internal kunci adalah bagian yang sulit dalam mengembangkan matriks SWOT
dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada pencocokan yang terbaik.
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal, dimana kekuatan internal dapat memanfaatkan
tren dan kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi
WO, ST, atau WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan
strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha
mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi
ancaman utama, akan berusaha menghindari untuk berkonsentrasi pada peluang.
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang eksternal
kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk
mengeksploitasi peluang tersebut. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan
untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak
berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman
dilingkungan eksternalnya secara langsung. Strategi WT adalah taktik defensif
yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan
kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya,
perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung,
mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.
42
Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel yaitu empat sel faktor kunci,
empat sel strategi, dan satu sel yang selalu dikosongkan (sel di kiri atas). Empat
sel strategi diberi nama SO, WO, ST, dan WT dikembangkan setelah
menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S, W, O, dan T. Ada
delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT, adalah:
1. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil
strategi SO dalam sel yang ditentukan.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil
strategi ST dalam sel yang ditentukan.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
Tujuan dari masing-masing alat pencocokan di Tahap 2 adalah untuk
menghasilkan alternatif strategi yang tepat, bukan untuk memilih strategi mana
yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT
akan dipilih untuk implementasi. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT
terdapat pada Gambar 5.
43
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (Strengths-S) 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan kekuatan 6. 7. 8. 9. 10.
Kelemahan (Weakness-W) 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan kelemahan 6. 7. 8. 9. 10.
Peluang (Opportunities-O)
1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan peluang 6. 7. 8. 9. 10.
Strategi SO
1. 2. 3. Gunakan kekuatan 4. dengan 5. memanfaatkan 6. peluang 7. 8. 9. 10.
Strategi WO 1. 2. 3. Atasi kelemahan 4. dengan 5. memanfaatkan 6. peluang 7. 8. 9. 10.
Ancaman (Threats-T)
1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan ancaman 6. 7. 8. 9. 10.
Strategi ST
1. 2. 3. Gunakan 4. kekuatan untuk 5. menghindari 6. ancaman 7. 8. 9. 10.
Strategi WT
1. 2. 3. Minimalkan 4. kelemahan dan 5. hindari ancaman 6. 7. 8. 9. 10.
Gambar 5. Matriks SWOT Sumber: David, 2006.
44
4.4.2.3 Analisis QSPM
Menurut David (2006), Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) adalah teknik analisis yang
didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang tepat.
Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik,
dengan menggunakan input dari analisis Tahap 1 dan hasil pencocokan dari
analisis Tahap 2 untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi.
Format dasar dari QSPM diilustrasikan dalam Tabel 11. Alat pencocokan ini bisa
menghasilkan alternatif yang mirip, tetapi tidak semua strategi yang disarankan
oleh teknik pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM.
Tabel 11. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)
Faktor Kunci
Alternatif Strategi
Bobot Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS
Faktor eksternal ..........................
Faktor internal ........................
Total Nilai Daya Tarik 1.0 Sumber: David, 2006.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-
masing faktor keberhasilan eksternal dan internal. Terdapat enam langkah yang
dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM:
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus
diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum 10 faktor
keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM.
2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE. Bobot
45
disajikan dalam kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci
eksternal dan internal.
3. Mengevaluasi matriks Tahap 2 (pencocokan) dan identifikasi alternatif
strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.
Mencatat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan
strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan.
4. Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) dengan
mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Nilai
Daya Tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk
mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya
dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya
Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4
= sangat menarik.
5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Score-TAS)
didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot (langkah 2) dengan Nilai
Daya Tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Semakin tinggi Total
Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya
mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci terdekat).
6. Menghitung penjumlahan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing
kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS)
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif.
Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,
mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang
dapat mempengaruhi keputusan strategis.
Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara
bertahap atau bersama-sama, tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat
dievaluasi. Misalnya strategi tingkat korporasi dapat dievaluasi terlebih dahulu,
diikuti dengan strategi tingkat divisi, dan kemudian strategi tingkat fungsional.
Mengembangkan QSPM, kecil kemungkinan suatu faktor kunci akan terabaikan
atau diberi bobot yang tidak sesuai. Akan tetapi membutuhkan sejumlah
keputusan subjektif dalam membuat keputusan kecil disepanjang proses
memperbesar kemungkinan bahwa keputusan strategis yang final adalah yang
46
terbaik bagi organisasi. QSPM dapat diadaptasikan untuk organisasi kecil, besar,
berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe
organisasi.
Keterbatasan QSPM, yaitu selalu membutuhkan penilaian intuitif dan
asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik membutuhkan keputusan
yang penuh pertimbangan, walaupun selalu didasarkan pada informasi yang
objektif. Keterbatasan lain dari QSPM adalah hanya sebagai informasi
pendahuluan dan analisi pencocokan yang mendasari penyusunannya.
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Trias Farm
Peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan dan pembibitan
ayam arab petelur. Perusahaan Trias Farm didirikan oleh Bapak Letnan Jenderal
Purwadi pada tahun 2001. Peternakan Trias Farm pada awal usaha adalah
membudidayakan ayam arab sejumlah 4000 ekor di daerah Leuwiliang untuk
menghasilkan telur, Kabupaten Bogor. Pada tahun 2006, usaha mulai berkembang
dengan melakukan diversifikasi produk yaitu melakukan pembibitan ayam arab.
Saat ini, kapasitas produksi ayam arab di perusahaan sebanyak 30.000ekor,
dimana untuk telur ayam arab budidaya adalah sebanyak 25.000 ribu ekor, dan
kapasitas produksi untuk pembibitan sebanyak 5.000 ekor.
5.2 Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm
Organisasi memiliki struktur yang menetapkan pihak yang bertanggung
jawab, pihak yang menjadi pusat pertanggungjawaban dan cara pembagian tugas.
Struktur organisasi di peternakan Trias Farm menganut sistem sentralisasi yaitu
dalam pengambilan keputusan melalui manajer. Manajer membawahi tiga bagian
yaitu bagian produksi, bagian pemasaran, dan administrasi. Trias Farm terdiri dari
satu orang manajer, satu orang bagian produksi, tiga orang bagian pemasaran, 11
anak kandang (karyawan A), dua orang driver (karyawan B), dan dua orang yang
bertugas mengambil telur (karyawan C). Pembagian tugas dan tanggungjawab
karyawan di peternakan Trias Farm, adalah:
1. Manajer Perusahaan
Manajer bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kegiatan yang ada di
peternakan Trias Farm yaitu menentukan besarnya gaji yang dibayarkan kepada
karyawan, penetapan harga jual produk, menentukan jumlah kapasitas produksi
telur dan pembibitan DOC, dan lain-lain.
2. Bagian Produksi
Tugas bagian produksi adalah bertanggungjawab secara keseluruhan
terhadap kegiatan proses produksi di peternakan Trias Farm. Tugas dari bagian
produksi, diantaranya melakukan mengawasan terhadap aktivitas anak kandang,
48
berkoordinasi kepada manajer dalam penetapan harga jual produk, memelihara
ayam arab petelur, membuat perencanaan dan menentukan siklus produksi.
3. Bagian Pemasaran
Bagian Pemasaran bertanggungjawab terhadap kegiatan pemasaran
produk. Tugasnya adalah melakukan pencatatan transaksi penjualan dan
pembelian produk kepada konsumen, melakukan sortasi dan pengemasan produk
dan mengirim produk kepada konsumen serta menagih uang langsung kepada
konsumen.
4. Bagian Administrasi
Bagian administrasi bertanggungjawab dalam melakukan pencacatan
transaksi keuangan. Tugasnya adalah melakukan pencatatan transaksi penjualan
dan pembelian, serta membuat pembukuan keuangan bulanan dan tahunan.
5. Karyawan A
Karyawan A merupakan anak kandang. Tugas anak kandang yaitu
melakukan kegiatan proses produksi secara keseluruhan mulai dari persiapan
kandang sampai pascapanen.
6. Karyawan B
Karyawan B adalah karyawan yang bertugas dan bertanggungjawab
mengambil telur. Tugas rutin dari karyawan B adalah mengambil telur dari
kandang menuju gudang, serta melakukan sortasi dan pengemasan telur dan DOC.
7. Karyawan C
Karyawan C merupakan driver. Tugas dari Driver adalah melakukan
pengiriman produk diantara mengirim telur kepada pelanggan dan mengirim DOC
kepada peternak ayam arab. Untuk mengetahui mengenai struktur organisasi di
peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Gambar 6.
49
Gambar 6. Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm
5.3 Keadaan Umum Wilayah Perusahaan
Peternakan Trias Farm terletak di Kampung Kandang Sapi Desa
Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan
Trias Farm memiliki lokasi usaha yang strategis. Hal ini dikarenakan secara
geografis kota Bogor terletak dekat ibukota negara yang merupakan potensi yang
strategis untuk memasarkan produknya, akses yang mudah dalam mendapatkan
bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dan lokasi usaha yang tenang dan
sejuk cocok untuk budidaya ayam arab petelur. Lokasi usaha juga jauh dari
pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar
kandang.
Kabupaten Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan
maksimum 330 m dari permukaan laut dan dengan keadaan cuaca dan udara yang
sejuk. Suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 derajat celcius dan
kelembapan udara kurang lebih 70 persen. Iklim kandang yang cocok untuk
usaha beternak ayam petelur adalah persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-
35 derajat celcius, kelembapan berkisar antara 60-70 persen, tata letak kandang
mendapatkan sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang
serta sirkulasi udara yang baik. Sehingga lokasi kandang di peternakan Trias
Farm sudah tepat untuk budidaya ayam petelur.
Pemilik Trias Farm
Manajer
Bagian ProduksiAdministrasi Bagian Pemasaran
Karyawan C Karyawan BKaryawan A
50
5.4 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Pada dasarnya, peternakan Trias Farm belum memiliki pernyataan secara
tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi, secara umum
ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pihak peternakan Trias
Farm. Visi merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan
ingin menjadi apa di masa yang akan datang. Misi menyatakan langkah apa yang
harus dilakukan atau dikerjakan. Visi yang dilengkapi dengan misi perusahaan
yang menyatakan tujuan perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan maka pernyataan
visi dari peternakan Trias Farm adalah mempertahankan keanekaragaman dan
kelangsungan ayam arab sebagai ayam lokal (buras). Misi dari peternakan Trias
Farm adalah menghasilkan telur yang bekualitas, 2) menghasilkan DOC yang
berkualitas. Tujuan peternakan Trias Farm adalah meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi dan melakukan
diversifikasi produk telur ayam arab.
51
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan
dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan
perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan
jauh dan lingkungan industri.
6.I Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan memiliki kemampuan untuk merubah
suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen. Lingkungan
internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor yang menjadi
kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Proses internal perusahaan tersebut
dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsional yaitu analisis yang
dilakukan oleh masing-masing fungsi dalam perusahaan dengan mengkaji
manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, dan sumberdaya manusia.
6.1.1 Manajemen
Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha di peternakan Trias Farm,
terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, yaitu aspek perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian.
1. Perencanaan
Usaha di peternakan Trias Farm belum memiliki perencanaan tertulis baik
untuk jangka pendek, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya
peryataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan secara tertulis, jelas,
dan spesifik. Kondisi ini tidak mempengaruhi usahanya. Hal ini terlihat dari
produksi telur maupun DOC yang habis terjual setiap hari, bahkan belum mampu
memenuhi permintaan pembeli telur dari daerah Bandung dan Jakarta.
2. Pengorganisasian
Struktur organisasi peternakan Trias Farm adalah sentralisasi. Hal ini
terlihat dalam menjalankan operasional perusahaan. Manajer perusahaan
menerapkan pendekatan Top Down, dimana seluruh komando dilakukan langsung
52
oleh manajer, kemudian unit-unit di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang
telah direncanakan oleh manajer.
3. Pemberian Motivasi
Pendekatan yang dilakukan oleh manajer perusahaan lebih bersifat top
down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pihak manajer tidak
menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan rekan kerja. Hal ini karena
peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satu
tindakan yang dilakukan manajer untuk meningkatkan motivasi karyawan adalah
dengan cara melibatkan diri manajer perusahaan dalam proses produksi untuk
memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang usaha ayam arab petelur.
Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan
loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut
tetap merasa nyaman selama bekerja.
4. Pengelolaan Staf
Pengelolaan staf dalam suatu sebuah perusahaan terkait dengan budaya
atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim
kerja dalam kumpulan nilai, harapan, serta kebiasaaan masing-masing orang yang
ada di perusahaan tersebut pada umumnya tetap dipertahankan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Budaya kerja yang terjadi di peternakan Trias Farm
bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin baik antara
pemilik dan manajer perusahaan kepada karyawan tidak bersifat kaku sehingga
kondisi seperti ini memudahkan manajer perusahaan dalam memberikan tugas
kepada karyawan dan sebaliknya, jika karyawan ingin menyampaikan sesuatu
kepada manajer perusahaan yang terkait dengan masalah kerja.
5. Pengendalian
Peternakan Trias Farm melakukan pengendalian dalam proses prosuksi
ayam arab. Khususnya dalam pengadaaan bahan baku pakan dan obat-obatan serta
budidaya ayam arab petelur. Pengendalian bahan baku pakan dan obat-obatan
yang dilakukan perusahaan adalah di dalam gudang harus selalu tersedia pasokan
bahan baku pakan dan obat-obatan. Pengendalian budidaya ayam arab, hal yang
dilakukan perusahaan adalah selalu mengutamakan kualitas pakan konsentrat,
53
sanitasi dan kebersihan kandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko
kegagalan yang lebih besar dalam usaha ayam arab.
6.1.2 Keuangan
Pendirian sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal tidak
hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat yang
digunakan dalam proses produksi. Peternakan Trias Farm dalam mengusahakan
ayam arab petelur menggunakan modal sendiri. Saat ini, perusahaan dalam
menggunakan modal kerja untuk biaya operasional perusahaan sedikit
menghadapi kendala. Kendala yang terjadi adalah masih memiliki tanggungan
terhadap perusahaan pemasok pakan yaitu PT Global.
Aset tetap yang digunakan dalam usaha ayam arab di peternakan Trias
Farm adalah milik sendiri. Aset tetap yang dimiliki tersebut diantaranya lokasi
usaha, bangunan kandang, kantor, mesin tetas, dan lain-lain. Peternakan Trias
Farm sudah menerapkan sistem pencatatan data keuangan dengan baik, misalnya
pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan komputerisasi. Sistem pencatatan
keuangan ini dilakukan oleh bagian Administrasi. Penggunaan sistem pencatatan
keuangan tersebut dapat menghemat waktu dan risiko kesalahan dalam proses
pencatatan.
6.1.3 Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang
dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga,
distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
masing-masing bauran pemasaran di peternakan Trias Farm, adalah:
1. Produk
Produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm adalah telur ayam arab
dan DOC ayam arab. Karakteristik telur yang dihasilkan perusahaan yaitu
memiliki ukuran telur yang ideal (rata-rata 35 gram), memiliki kerabang telur
berwarna putih, bersih, mengkilap, dan warna kuning telur orange cerah.
Karakteristik telur seperti itu yang banyak diminati oleh konsumen. Produk telur
54
yang dihasilkan perusahaan memiliki kualitas yang sangat baik dalam hal
kandungan gizi. Dimana kandungan gizi telur yang dihasilkan peternakan Trias
Farm rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Telur yang
rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi tersebut sudah teruji,
dimana perusahaan sudah melakukan uji kandungan gizi di laboratorium
kesehatan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Dinas Kesehatan, di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
Peternakan Trias Farm juga menghasilkan DOC yang berkualitas. Hal ini
dikarenakan DOC yang dihasilkan perusahaan sudah menerapkan sistem proses
produksi secara modern seperti memenuhi DOC yang unggul dan sistem sanitasi
yang baik. Karakteristik DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm adalah
memiliki bentuk yang seragam, lincah, kaki tidak kering, bulu tidak rontok, rata-
rata bobot badan 50 gram, pantat tidak basah, dan perut tidak kembung. Produk
DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dibedakan antara jantan dan
betina. Hal inilah yang membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya yang
belum mampu membedakan antara DOC jantan dan betina. Salah satu hal
terpenting yang dilakukan oleh peternakan Trias Farm untuk membangun loyalitas
pelanggan adalah dengan membangun citra/image baik perusahaan melalui
mengutamakan kualitas telur maupun DOC.
DOC yang dikirim di luar pulau Jawa Barat, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, adalah:
a. Surat keterangan bebas flu burung dari Dinas Kesehatan Hewan.
b. DOC sudah divaksin mareks dan dikemas dalam box yang telah diberi
label nama perusahaan.
Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik. Dalam
kemasan tersebut perusahaan mencantumkan label yang berisi kandungan gizi
yang terkandung dalam telur ayam arab yang dihasilkan perusahaan dan
mencantumkan tanggal kadaluarsa produk. Pelabelan kandungan gizi tersebut
yang membedakan telur yang dijual peternakan Trias Farm dengan telur-telur
yang dijual dipasaran. Pencantuman tanggal kadaluarsa produk dalam kemasan
bertujuan untuk melindungi konsumen dan memberikan informasi tentang jangka
55
waktu telur aman dikonsumsi. Untuk mengetahui mengenai produk telur yang
dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 7.
2. Harga
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer peternakan Trias Farm,
maka penetapan harga pada produk perusahaan didasarkan atas pendekatan
persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk telur
maupun DOC yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan
oleh pihak perusahaan dengan mengikuti harga produk telur dan DOC yang ada di
pasaran.
Saat ini, penetapan harga telur di peternakan Trias Farm berkisar antara Rp
1050-1150 per butir. Penetapan harga yang diberikan kepada pelanggan
(pedagang pengumpul) adalah sama, dan yang membedakan adalah biaya ongkos
kirim. Besarnya biaya ongkos kirim yang ditetapkan perusahaan tergantung dekat
atau jauhnya perusahaan mengirim produk tersebut.
Saat ini, penetapan harga DOC di peternakan Trias Farm adalah berkisar
antara Rp 5000/ekor. Biasanya harga yang diterima pembeli yang berasal dari luar
Jawa Barat, lebih mahal dari pembeli dari Jawa Barat. Misalnya untuk harga yang
diterima pembeli yang berasal dari Sumatera Barat adalah Rp 7000/ ekor. Hal ini
dikarenakan adanya biaya tambahan untuk biaya pengiriman dan biaya
administrasi lainnya.
3. Distribusi
Pendistribusian telur ayam arab di peternakan Trias Farm adalah langsung
kepada pedagang pengumpul. Untuk mengetahui pendistribusian telur ayam arab
di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pendistribusian Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm
No Daerah Penjualan Telur Hari Jumlah (Butir) 1 Bogor Senin 5.000-6.000 2 Jakarta dan Cibubur Selasa 10.000-12.000 3 Cibinong Rabu 4.000-5.000 4 Bogor Kamis 4.000-5.000 5 Jakarta Jumat 10.000-12.000 6 Cilidong dan Depok Sabtu 3.000-4.000 7 Bandung Minggu 10.000-13.000
56
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa pendistribusian telur ayam arab di
peternakan Trias Farm dipasarkan di daerah Bogor, Parung, Cibinong, Depok,
Bandung dan Jakarta. Pemasaran DOCnya adalah kepada peternak ayam arab di
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Pekan Baru, Sumatera Barat dan
Kalimantan. Untuk wilayah Kalimantan dan Sumatera Barat. pengiriman DOC
dengan menggunakan pesawat terbang. Untuk mengetahui mengenai saluran
distribusi di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Saluran Distribusi Produk di Peternakan Trias Farm
Dari Gambar 7 dapat diketahui bahwa saluran distribusi produk di
peternakan Trias Farm terdiri dari dua pola saluran. Pola saluran pertama adalah
peternakan Trias Farm menyalurkan telur ayam arab kepada pedagang
pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menyalurkan kepada konsumen.
Selain itu juga, peternakan Trias Farm menyalurkan langsung kepada konsumen.
Pola saluran kedua adalah peternakan Trias Farm menyalurkan DOC langsung
kepada peternak/konsumen.
4. Promosi
Dalam memasarkan produknya perusahaan melakukan promosi. Untuk
memasarkan telur ayam arab perusahaan melakukan promosi, dengan cara melalui
brosur-brosur, pameran, stiker, dan dari mulut ke mulut. Untuk memasarkan DOC
Trias Farm
Telur Ayam DOC
Pedagang Pengumpul
Peternak/konsumen
Konsumen
Konsumen
57
perusahaan melakukan promosi dengan cara melalui internet, brosur-brosur,
pameran, dan dari mulut ke mulut. Penyebaran brosur-brosur bertujuan untuk
memperkenalkan nama perusahaan kepada masyarakat. Promosi melalui pameran
bertujuan agar terinformasikannya produk yang dijual oleh perusahaan.
Salah satu maanfaat yang diperoleh dari perkembangan teknologi
informasi adalah adanya internet. Internet bagi perusahaan dapat mempromosikan
produknya, sehingga produknya tidak hanya dikenal sekitar Jawa Barat, tetapi
juga di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan. Peternakan Trias
Farm memiliki web sendiri dengan nama www.trias-farm.webs.com dan memiliki
email:[email protected]. Tujuan perusahaan melakukan promosi melalui
internet adalah untuk memperluas pasar produknya khususnya DOC. Sehingga
dengan adanya perkembangan informasi dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
Peternakan Trias Farm mendapat bantuan promosi secara tidak langsung
melalui media elektonik maupun media cetak. Dimana ada beberapa wartawan
yang datang ke peternakan Trias Farm untuk meliput dan mewawancari manajer
perusahaan tentang usaha ayam arab yang kemudian dimuat dalam majalah dan di
salah satu media elektronik yaitu dalam stasiun Trans 7 program laptop si Unyil.
Peternakan Trias Farm dianggap mempunyai pengalaman dan reputasi yang cukup
baik dalam bidang usaha ayam arab sehingga apa yang disampaikan perusahaan
menjadi perhatian masyarakat luas.
Peternakan Trias Farm bergabung dalam himpunan peternak unggas lokal
Indonesia (HIMPULI). Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan
wadah untuk menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh
peternak unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga
pemerintah, organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki
anggota sekitar 180 peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia.
Program kerja dari Himpuli, salah satunya dalah melakukan pameran-
pameran unggas dan melakukan pertemuan-pertemuan dengan peternak unggas
seluruh Indonesia untuk membahas permasalah-permasalahan dalam dunia
perunggasan lokal. Himpuli juga sering mengadakan pameran tetang ayam lokal.
Program kerja Himpuli tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm
untuk memperkenalkan produknya ke peternak-peternak unggas lokal tersebut.
58
Manfaat langsung yang diperoleh peternakan Trias Farm setelah
bergabung dengan Himpuli adalah karena Himpuli sering mengadakan pertemuan
dengan peternak-peternak unggas lokal seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat
dijadikan media bagi peternak-peternak untuk mempromosikan produknya
masing-masing. Keuntungan yang diperoleh peternakan Trias Farm dengan
adanya pertemuan tersebut adalah pembeli produk (DOC) di peternakan Trias
Farm tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga pembeli yang berasal dari luar pulau
Jawa, diantaranya Sumatera Barat, Riau, Kalimantan, dan Pelembang.
6.1.4 Produksi dan Operasi di Peternakan Trias Farm
Peternakan Trias Farm mempunyai dua unit bisnis yaitu produksi telur
ayam arab dan pembibitan ayam arab. Kegiatan produksi pada ayam arab petelur
dilakukan oleh bagian produksi dan karyawan perusahaan pada bagian kandang
atau anak kandang. Proses kegiatan produksi di peternakan Trias Farm ada dua
yaitu kegiatan produksi DOC dan kegiatan produksi telur. Tahapan dalam proses
produksi ayam arab di peternakan Trias Farm, adalah :
1. Pembersihan kandang
Pembersihan kandang dimulai dari pembersihan kotoran ayam yang
dilakukan oleh karyawan. Selain itu, dilakukan juga pembersihan peralatan
kandang yang telah dipakai hingga bersih, kemudian dilakukan penyikatan
kandang. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran dan pakan
yang menempel pada bagian-bagian kandang tertentu di kandang yang apabila
tidak dibersihkan akan menjadi media berkembangnya bakteri. Setelah kandang
disikat, maka selanjutnya dilakukan pengapuran dan penyemprotan dengan larutan
kapur dicampur dengan formalin. Hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri-
bakteri yang masih hidup. Kandang yang sudah disucihamakan dikosongkan
selama dua minggu.
Setelah dua minggu kandang mulai dipersiapkan untuk menerima DOC
baru, pada saat itu, semua peralatan kandang berupa tempat pakan, tempat minum,
layar, dan sekat harus sudah dibersihkan dan dipersiapkan. Sebelum DOC
dimasukkan kedalam kandang, alas kandang ditutup dengan karung bekas dan
ditaburi sekam hingga mencapai ketebalan 2-3 cm. Pemberian sekam ini tidak
59
dilakukan secara langsung menutupi semua alas kandang, tetapi dilakukan secara
bertahap, sekam yang sudah ditaburkan kemudian disucihamakan dengan
penyemprotan larutan disenfektan dan formalin. Dua jam sebelum DOC
dimasukkan kedalam kandang, pemanas sudah mulai dinyalakan, tujuan supaya
kondisi udara di dalam kandang menjadi hangat dan sesuai dengan suhu udara
DOC.
2. Pemanasan
Kegiatan dalam proses pemanasan dilakukan pada saat umur DOC sampai
berumur tiga bulan. Pemanasan dilakukan di kandang Brooding hause. Setelah
berumur tiga bulan tidak dilakukan pemanasan, kemudian dilakukan pemisahan
antara layer dan breeder.
3. Pemisahan antara ayam arab petelur (layer) dan ayam pembibitan (breeder)
Ayam arab petelur (layer) dimasukkan kedalam kandang baterai.
Penggunakan kandang baterai adalah agar ayam tidak terlalu banyak
mengeluarkan tenaga karena terlalu banyak bergerak. Dengan demikian,
energinya dimanfaatkan untuk memproduksi telur. Selain itu, sistem kandang
juga dapat memudahkan dalam pemeliharaan, seperti pemberian pakan,
pemberian minum, pembersihan kandang dan pengambilan telur.
Ayam arab yang digunakan untuk pembibitan dimasukkan kedalam
kandang sangkar. Kandang sangkar digunakan untuk induk penghasil telur tetas.
Kandang sangkar tersebut terdiri dari bilik-bilik, dimana setiap bilik tersebut
berisi satu ayam jantan dan enam sampai sepuluh ayam betina.
6.1.4.1 Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm
Tahapan proses penetasan telur ayam arab untuk menghasilkan DOC yang
berkualitas di peternakan Trias Farm adalah:
1. Memilih telur tetas
Karekteristik telur tetas yang baik untuk bisa dijadikan bibit, adalah:
a. Kulit telur tampak bersih dan tidak cacat.
b. Kulit telur tidak tampak terlalu tipis.
c. Bentuk oval (bulat lonjong) dengan perbandingan lebar dan panjang sekitar
3:4. Telur yang terlalu lonjong atau bulat memiliki daya tetas yang rendah.
60
d. Ukuran seragam ( normal, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil). Bobot
normalnya antara 35-40 gram. Jika bobotnya kurang dari 35 gram, bibit yang
dihasilkan terlalu kecil dan lambat pertumbuhannya. Telur yang bobotnya
lebih dari 40 gram, daya tetasnya rendah karena bibit sering mati sebelum
keluar dari cangkang.
e. Pada bagian dalam bulatan telur yang tumpul terdapat ruang udara yang masih
utuh seperti awal dikeluarkan dari induknya. Ruang udara itu dapat dilihat
dengan menyorotkan lampu senter.
f. Telur berasal dari induk betina yang dikawinkan oleh pejantan yang sehat.
g. Telur tidak disimpan lebih dari 6 hari. Penyimpanan sebaiknya dilakukan
pada tempat yang bersuhu sedang dan tidak terlalu lembab.
2. Menetaskan telur
Peternakan Trias Farm menggunakan mesin tetas yang berkapasitas 6500
butir telur. Prinsip kerja alat tetas adalah mengganti panas yang ditimbulkan oleh
eraman badan induk ayam dengan alat pemanas buatan. Sumber panasnya
menggunakan listrik. Untuk mengetahui tahapan proses produksi DOC dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Hal yang harus diperhatikan dalam penetasan telur, adalah:
a. Air dan kelembapan
Air dibutuhkan dalam proses penetasan untuk mengatur kelembapan.
Kelembapan yang ideal adalah 60-70 persen. Jika kelembapannya terlalu tinggi
atau terlalu rendah, akan mematikan embrio. Untuk mempertahankan embrio
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Mempertahankan temperatur dalam alat tetas.
• Mengatur ventilasi tempat tetas.
• Menambah air dalam nampan jika volume menyusut.
• Memberi sehelai kain atau kapas yang ditata merata pada dasar nampan air
agar kelembapan merata.
• Untuk mengetahui persentase kelembapan, digunakan hidrometer untuk
diletakkan dalam alat tetas.
61
b. Temperatur
Temperatur dalam alat tetas diusahakan berkisar 38,3-40,6 derajat celcius.
Oleh karena itu, alat tetas perlu dilengkapi dengan termometer untuk mengetahui
temperatur dalam ruangan alat tetas. Alat tetas harus dalam keadaan tertutup
untuk menjaga pengaruh temperatur luar. Upayakan yang terbuka hanya ventilasi
agar pergantian udara segar tetap terjaga. Jika ventilasi tidak ada, gas
karbondioksida akan tertumpuk dan bisa membahayakan penetasan.
c. Pemutar telur
Peletakan telur dalam rak alat tetas dibuat miring (sudut kemiringan 40
derajat) dengan posisi ujung tumpul (bagian yang lebih besar) berada di sebelah
atas. Untuk memudahkan pemutaran, kedua bidang putar sebaiknya diberi tanda
misalnya A dan B. Pemutaran telur dilakukan secara rutin, minimal tiga kali
sehari. Mulai diputar pada hari keempat dan diberhentikan pada hari kesembilan
belas. Arah putaran telur adalah horizontal dengan ujung tumpul telur tetap
berada di sebelah atasnya. Setelah pemutaran, bagian A yang semula berada di
sebelah bawah pindah menjadi sebelah atas dan bagian B di sebelah bawahnya,
atau sebaliknya.
d. Pendinginan telur
Pendinginan telur dimulai pada hari keempat dilakukan pada siang hari,
dan dihentikan pada hari kesembilan belas. Pendinginan telur membutuhkan
waktu sekitar 15 menit dan dilakukan bersamaan dengan pemutaran telur pada
pagi hari.
e. Peneropongan telur
Peneropongan telur dilakukan dua kali selama penetasan yaitu pada hari
keempat belas dan kedelapan belas. Bila terdapat telur yang mati (embrio mati)
sebaiknya dikeluarkan, sebab telur yang embrionya mati akan banyak
mengeluarkan gas karbondioksida dan amoniak yang menggangu perkembangan
embrio hidup di sekitarnya. Pada saat diteropong, telur yang embrionya hidup
akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Titik di tengah kuning telur berwarna merah dan dikelilingi gambaran rambut-
rambut berwarna merah.
• Tampak denyutan jantung dari luar.
62
Sebaliknya, telur yang embrionya mati. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Titik di tengah kuning telur berwarna hitam dan dalam telur tampak bening.
• Titik di tengah kuning telur dikelilingi warna hitam.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tahapan perlakuan pada penetasan
telur dengan menggunakan alat tetas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Tahap-Tahap Perlakuan pada Penetasan Telur dengan Alat Tetas. Hari Ke
Suhu Ventilasi Pemutaran Telur (WIB)
Pendinginan Telur (WIB)
Peneropongan Telur Celsius
1 38,3 Tertutup Belum Belum Belum
2 38,3 Tertutup Belum Belum Belum
3 38,3 Tertutup Belum Belum Belum
4 38,3 Buka ¼ 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
5 38,3 Buka 1/3 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
6 38,3 Buka ½ 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
7 38,3 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
8 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
9 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
10 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
11 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
12 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
13 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
14 38,9 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Sudah
15 39,5 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
16 39,5 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
17 39,5 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 07.00 Belum
18 40 Buka penuh 07.00, 12.00, 17.00 Tidak Sudah
19 40 Tertutup Tidak Tidak Tidak
20 40,6 Tertutup Tidak Tidak
21 40,6 Telur telah menetas
Jika bulu DOC telah kering, DOC dimasukkan kedalam kandang
khusus DOC
22 40,6
63
6.1.4.2 Proses Produksi Telur Ayam Arab Petelur (Layer)
Proses produksi telur ayam arab di peternakan Trias Farm yaitu
pemeliharaan DOC hingga pullet atau peremajaan dan pemeliharaan layer atau
ayam produktif. Pemeliharaan ayam arab petelur dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Pemeliharaan Ayam Arab Petelur di Peternakan Trias Farm
Pemeliharaan DOC hingga pullet dilakukan di kandang sangkar,
sedangkan pemeliharaan layer dilakukan di kandang baterai. Pemeliharaan ayam
pada masa peremajaan dilakukan saat DOC berumur satu hari hingga umur 120-
133 hari. Kegiatan kandang di masa peremajaan ini dilakukan sepenuhnya oleh
anak kandang dengan arahan bagian produksi. Kegiatan rutin sehari-hari pada
pemeliharaan peremajaan diantaranya adalah pemberian pakan, minum, pencucian
gallon minum, dan pengawasan pada kondisi ayam. Untuk mengetahui mengenai
acuan pemberian pakan di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Acuan Pemberian Pakan di Peternakan Trias Farm
Umur/Minggu Rata-Rata/(gram/ekor) Kumulatif (gram/ekor) 1 6 42 2 9 105 3 13 196 4 20 336 5 25 511 6 29 714 7 34 952 8 40 1232
dst.
Pemeliharaan
Pemeliharaan DOC-Pullet Pemeliharaan Layer
‐Pemberian pakan dan minum -Program pengobatan dan vaksinasi -Pembersihan tempat pakan dan minum
‐Pemberian pakan dan minum -Pemberian vitamin pada minuman -Pembersihan tempat pakan dan
minum - Pengambilan telur
64
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa dalam pemberian jumlah pakan ayam
arab di peternakan Trias Farm berdasarkan umur ayam arab. Anak kandang juga
melakukan program pengobatan dan vaksin. Program vaksinasi yang digunakan
peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Program Vaksinasi yang Digunakan Peternakan Trias Farm
No Umur Jenis Vaksin Cara 1 4 Hari ND-IB Tetes Mata 2 8 Hari GUMBORO Tetes Mulut 3 10 Hari AI Injeksi S.C 4 22 Hari ND-IB Air Minum 5 28 Hari GUMBORO Air Minum 6 42 Hari CORYZA Injeksi I.M 7 56 Hari ND-IB Air Minum 8 63 Hari AI Injeksi I.M 9 105 Hari ND-IB dan ND-EDS Air Minum dan Injeksi I.M 10 112 Hari CORYZA Injeksi I.M 11 119 Hari AI Injeksi I.M
Catatan: a. Sebelum dan sesudah vaksinasi dilaksanakan diberi obat anti stress b. Program pemberian obat cacing dilakukan dengan interval 35-40
hari. Pemberian pertama pada umur 35 hari. Kegiatan kandang ayam produktif atau layer dilakukan setelah ayam pullet
siap produktif yaitu mulai berumur sekitar empat bulan yang dipindah
kandangkan dari kandang sangkar ke kandang baterai hingga ayam berumur 18-20
bulan atau afkir. Aktivitas kegiatan kandang dimulai sejak pukul 08.00 sampai
pukul 16.30 WIB setiap harinya. Pemberian pakan dilakukan dua kali setiap
harinya yaitu pukul 08.00 dan pukul 13.00, dan pengambilan telur dilakukan dua
kali yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 14.00. Pakan yang digunakan untuk ayam
layer adalah pakan jadi. Proses kegiatan kandang layer setiap harinya dapat dilihat
pada Tabel 16.
65
Tabel 16. Proses Kegiatan Kandang Layer di Peternakan Trias Farm
Waktu ( Pukul) Kegiatan 08.00 a. Pembersihan kandang b. Pemberian pakan dan minum I 09.00 a. Pengambilan telur I b. Seleksi telur c. Pencatatan hasil, penimbangan d. Sortasi dan pengemasan 12.00 Istirahat 13.00 a. Pembersihan kandang b. Pemberian pakan dan minum II 14.00 a. Pengambilan telur II b. Seleksi telur c. Pencatatan hasil, penimbangan d. Sortasi dan pengemasan 16.00 Pembersihan kandang 16.30 Pulang
Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan
konsumen. Skala usaha peternakan Trias Farm adalah memiliki ayam arab petelur
sebanyak 30.000 ekor. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi telur rata-rata
8.500 butir setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan (pedagang
pengumpul). Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan
pembeli telur yang berasal dari daerah Jakarta dan Bandung. Pembeli telur yang
berasal dari daerah Bandung tersebut menginginkan telur sebanyak 12.000 butir
setiap minggu, tetapi perusahaan hanya dapat memenuhi 10.000 butir setiap
minggu. Pembeli telur dari Jakarta menginginkan telur sebanyak 20.000 butir
setiap minggu, tetapi peternakan Trias Farm hanya dapat memenuhi permintaan
telur sebanyak 10.000 butir. Selain itu, ada Supermarket dari Jakarta yang
menginginkan telur ayam arab dari peternakan Trias Farm yang harus dikirim
setiap hari secara kontiniu dengan jumlah telur sebanyak 500 butir, tetapi
perusahaan belum mampu memenuhi permintaan Supermarket tersebut.
Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi semua permintaan konsumen
menjadi kelemahan bagi perusahaan. Untuk mengetahui proses produksi telur di
peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 9.
66
6.1.5 Sumberdaya Manusia
Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.
Karena itu, penting bagi perusahaan untuk menjaga loyalitas karyawan sebab
secara tidak langsung berperan dalam menentukan pertumbuhan perusahaan.
Latar belakang karyawan yang ada di peternakan Trias Farm berbeda-
beda. Bagian manajer pendidikan terakhir adalah sarjana peternakan Universitas
Brawijaya dan sudah memiliki pengalaman dalam dunia peternakan diantaranya:
1) pada tahun 1986-1997 bekerja di pembibitan ayam ras pada PT Amro Agro, 2)
pada tahun 1998-2002 berwiraswasta di bidang budidaya sapi pedaging dan
kambing. 3) pada tahun 2002 hingga sekarang sebagai manajer di peternakan
Trias Farm. Bagian Produksi pendidikan terakhir adalah sarjana peternakan
Universitas Jenderal Sudirman dan sudah memiliki pengalaman dalam dunia
peternakan diantaranya : 1) pada tahun 1985-1999 bekerja di pembibitan ayam
ras di Jawa Timur, 2) pada tahun 2000-2002 bekerja di budidaya telur ayam ras di
Purwokerto, 3) pada tahun 2002-2004 bekerja di budidaya dan trading di Jawa
Timur, 4) pada tahun 2004-sekarang bekerja di peternakan Trias Farm. Bagian
pemasaran lulusan SMA. Bagian administrasi adalah lulusan SMK Komputer.
Bagian anak kandang, bagian pengangkutan, bagian pemasaran, bagian pengambil
telur, umumnya mereka lulusan SMA dan SLTP.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang lama dari manajer
perusahaan dan bagian produksi tersebut mampu mengasah keterampilan dalam
usaha peternakan ayam arab, sehingga hal ini dapat mengetahui lebih jauh
mengenai seluk-beluk dalam peternakan ayam arab. Selain itu, manajer
perusahaan dan bagian produksi memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
karyawan, sehingga karyawan menjadi terampil dan berpengalaman dalam
peternakan ayam arab. Dengan memiliki karyawan yang terampil dan
berpengalaman menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk kemajuan perusahaan.
Untuk mengatahui besarnya gaji yang diterima karyawan di peternakan Trias
Farm dapat dilihat pada Tabel 17.
67
Tabel 17. Besarnya Gaji bagi Karyawan setiap Bulan di Peternakan Trias Farm
No Jabatan Gaji/Bulan (Rp) 1 Bagian Produksi 3.000.000 2 Bagian Pemasaran 2.000.000 3 Anak Kandang 900.000 4 Bagian Pengiriman dan Pengangkutan Barang 900.000 5 Bagian Pengambil Telur 900.000 6 Bagian Administrasi 1.000.000
Loyalitas karyawan di peternakan Trias Farm sangat tinggi. Hal ini
terlihat dari masa kerja para karyawan yang rata-rata dari awal perusahaan berdiri
hingga saat ini masih bekerja di peternakan Trias Farm. Loyalitas karyawan
terbangun karena para karyawan merasakan nyaman bekerja di peternakan Trias
Farm. Salah satu faktor utama adalah suasana dan semangat kekeluargaan yang
tercipta dalam perusahaan. Tidak ada batas pemisah antara pemilik perusahaan,
manajer, maupun karyawan. Hal ini menjadi modal penting bagi perusahaan untuk
tetap berkembang.
Perusahaan juga memiliki loyalitas yang tinggi terhadap karyawan. Hal
ini dapat dilihat dimana perusahaan memberikan kompensasi bagi karyawan.
Peternakan Trias Farm memberikan bonus gaji bagi karyawan yang dapat
melaksanakan tugas dengan lebih baik dan memberikan kompensasi dalam
kesehatan bagi karyawanya, berupa biaya pengobatan bagi karyawan yang
mengalami sakit. Peternakan Trias Farm memberikan fasilitas-fasilitas bagi
karyawannya diantaranya menyedikan fasilitas tempat tinggal yang nyaman,
indah, dan bersih di sekitar lokasi kandang. Bagi karyawan yang rumahnya tidak
jauh dari kandang disedikan kendaraan bermotor untuk mobilitas karyawan.
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Dalam analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi
peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan dalam
menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat
memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan
pengaruh terhadap kondisi di peternakan Trias Farm, serta mengetahui seberapa
besar pengaruh dari variabel-variabel kunci tersebut berpengaruh dalam
68
menunjang keberhasilan perusahaan. Dengan demikian peternakan Trias Farm
diharapkan mampu mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi
penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Faktor-faktor eksternal yang
akan dianalisis meliputi faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan
lingkungan, politik, hukum, dan pemerintahan, teknologi, dan lingkungan industri.
6.2.1 Faktor Ekonomi
Umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung
terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah
tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan
pertumbuhan kearah yang positif maka kondisi tersebut mendukung kelancaran
usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong
tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Jika perekonomian cenderung
menunjukkan kearah yang negatif maka akan terjadi sebaliknya, dimana kondisi
ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan
kelompok usaha tertentu. Beberapa kekuatan ekonomi yang mempengaruhi suatu
bangsa adalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi.
1) Daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras
di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan.
Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya
pada perekonomian domestik selama triwulan pertama tahun 2009. Hal tersebut
mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lambat dari
perkiraan. Perlambatan tersebut disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun, juga
dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Untuk mengetahui lebih
jelas mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat di lihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2005- 2008
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) 2005 5,68 2006 5,51 2007 6,32 2008 6.10
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
69
Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama tahun 2008 melambat yaitu hanya sebesar 6,1 persen dan konsumsi
masyarakat hanya tumbuh sebesar 5,3 persen. Hal ini dikarenakan para pelaku
usaha terpuruk akibat barang dan jasa tidak terserap oleh konsumen karena daya
beli yang rendah.
Daya beli masyarakat yang rendah berdampak juga terhadap sektor
perunggasan. Dimana daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur unggas
di Jawa Barat pada tahun 2007 tidak mengalami pertumbuhan . Untuk mengetahui
lebih jelas mengenai konsumsi telur dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Tingkat Konsumsi Telur di Jawa Barat pada Tahun 2003-2007 Tahun Tingkat Konsumsi (Ton) 2003 107.734 2004 114.937 2005 118.373 2006 134.583 2007 134.583
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2008)
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi telur unggas di
Jawa Barat dari tahun 2006 ke tahun 2007 tidak mengalami pertumbuhan.
Melemahnya daya beli menyebabkan konsumsi telur di Jawa Barat pada tahun
2006-2007 tidak mengalami pertumbuhan.
Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usaha
yang terkena dampak yang dialami oleh rendahnya daya beli masyarakat. Posisi
pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) akan semakin terpuruk karena mereka
membutuhkan perputaran modal yang cepat dalam kegiatan operasionalnya. Hal
ini juga dialami oleh usaha ayam lokal/buras di Jawa Barat, dimana produksi telur
ayam buras mengalami perkembangan yang fruktuatif. Untuk mengetahui
produksi telur ayam buras di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 20.
70
Tabel 20. Produksi Telur Ayam Buras di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008
Tahun Produksi (Ton) 2004 18.876,00 2005 19.005,56 2006 17.980,97 2007 17.042,72 2008 17.042,72
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2008)
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa produksi telur ayam buras di daerah
Jawa Barat mengalami fruktuasi bahkan mengalami penurunan. Dari tahun 2004
hingga tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 19.005,56 ton, tetapi produksi
telur ayam buras pada tahun 2005 hingga tahun 2007 selalu mengalami
penurunan. Pada tahun 2007 ke tahun 2008, produksi telur ayam buras di Jawa
Barat tidak mengalami pertumbuhan. Keadaaan ekonomi yang mengalami
pertumbuhan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh melemahnya daya beli.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan produksi telur ayam buras yang berfruktuasi
bahkan mengalami penurunan.
2) Tingkat Inflasi
Melemahnya nilai rupiah menyebabkan harga barang-barang impor
menjadi naik. Kenaikan harga barang-barang impor tersebut salah satunya
disebabkan oleh inflasi yang berfruktuasi setiap tahun. Peningkatan inflasi yang
sampai 68,44 persen pada tahun 2008 masih terasa dampaknya sampai sekarang.
Peningkatan inflasi ini merupakan ancaman bagi perusahaan. Untuk mengetahui
mengenai perkembangan inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Inflasi di Indonesia pada Tahun 2005-2008
Tahun Inflasi (%) Laju Pertumbuhan (%) 2005 17,11 - 2006 6,60 -61,43 2007 6,59 -0,15 2008 11,10 68,44
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
h
m
u
p
Dari
peningkatan
hanya meng
pada tahun
sektor pete
Dampak ya
bahan baku
besar baha
kenaikan i
peternakan
pakan kons
Gam
Dari
harga pakan
mengurangi
unggas. Ha
peternakan p
Tabel 21 da
n sebesar 11
galami infla
2008 tidak
ernakan un
ang dirasaka
u pakan men
an baku pak
nflasi menj
perunggasa
sentrat di Jaw
mbar 9. Per Sum
Gambar 9
n konsentra
keuntungan
al ini disebab
perunggasan
apat diketah
1,10 persen d
asi sebesar 6
sebesar pada
nggas terken
an dengan a
ngalami peni
kan tersebut
adi ancama
an. Untuk
wa Barat dap
rkembangan mber : Dinas
dapat diket
at di daerah
n bagi pelaku
bkan kerana
n yaitu sekita
hui bahwa pa
dibandingka
,60 persen d
a tahun 2005
na dampak
adanya kena
ingkatan. H
t masih im
an bagi pel
mengetahui
pat dilihat pa
Harga Rata-s Perindustri
tahui bahwa
h Jawa Bar
u usaha yang
pakan meru
ar 60-70 pers
ada tahun 20
an pada tahu
dan 6,59 per
5 yaitu sebes
langsung
aikan inflasi
Hal ini diseb
mpor. Sehing
aku usaha
mengenai
ada Gambar
-Rata Pakanan dan Perda
a terjadi ke
rat. Kondi
g bergerak d
upakan biaya
sen biaya pro
008, inflasi m
un 2006 dan
rsen. Walau
sar 17,11 pe
dari situas
tersebut ad
abkan karen
gga dengan
yang berge
perkemban
9.
n Konsentrat agangan, 20
cenderungan
isi ini tentu
dalam usaha
a terbesar da
oduksi.
71
mengalami
2007 yang
upun inflasi
rsen, tetapi
i tersebut.
dalah harga
na sebagian
terjadinya
erak dalam
ngan harga
08
n kenaikan
unya dapat
peternakan
alam usaha
72
6.2.2 Faktor Lingkungan Sosial, Budaya, demografi dan Lingkungan
Lingkungan sosial, budaya, dan demografi merupakan kekuatan luar yang
mempengaruhi suatu perusahaan. Perilaku sekelompok masyarakat dalam suatu
komunitas dapat merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan,
tetapi di sisi lain dapat berupa ancaman yang harus dihindari. Keadaan sosial,
budaya, demografi, dan lingkungan suatu daerah, diantaranya pertumbuhan
penduduk, perilaku konsumsi, merebaknya penyakit flu burung di beberapa
daerah di Indonesia, serta pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras
oleh Himpuli dapat menjadi variabel yang mempengaruhi usaha di peternakan
unggas.
1) Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Salah satu faktor yang berpotensi untuk meningkatkan pangsa pasar bagi
setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di dunia. Untuk mengetahui mengenai laju pertumbuhan jumlah
penduduk di Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahun dapat dilihat
pada Tabel 22.
Tabel 22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008
Tahun Penduduk (000 jiwa) Laju Pertumbuhan (%) 2005 218.868 - 2006 222.747 1,77 2007 225.642 1,30 2008 228.523 1,28
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2008)
Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan laju
pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 hingga tahun 2008
adalah sebesar 1,28 persen. Peningkatan jumlah penduduk tersebut menyebabkan
peningkatan konsumsi khususnya konsumsi pangan. Salah satu wilayah di
Indonesia yang terjadi peningkatan jumlah penduduk adalah Kabupaten Bogor.
Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor periode 2005-2008 dapat
dilihat pada Tabel 23.
73
Tabel 23. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2005-2008
No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 2005 3.700.207 2 2006 4.215.436 3 2007 4.251.838 4 2008* 4.301.202
Sumber : Dinas Kependudukan, Cacatan Sipil dan Keluarga Berencana, 2008
Dari Tabel 23 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Bogor setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Jumlah
penduduk Kabupaten Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar
yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha peternakan perunggasan untuk
memasarkan produknya. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Telur ayam arab
merupakan salah satu produk makanan yang bergizi dan diminati. Hal ini terlihat
dari permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh peternakan Trias Farm.
2) Perilaku Konsumsi
Gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini cenderung mengarah ke sifat
alamiah (back to nature). Hal ini dikarenakan ayam arab umumnya memiliki
ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Dengan demikian,
penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih sedikit.
Hal ini yang menyebabkan konsumen yang mengkonsumsi telur ayam arab
karena lebih alami. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya dikonsumsi
matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran madu, susu, atau
jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran tubuh. Selain itu,
telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Sehingga
dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang mengarah ke
sifat alamiah (back to nature) menjadi peluang bagi pelaku usaha ayam arab
petelur untuk mengembangkan usahanya.
3) Merebaknya Penyakit Flu Burung di Beberapa Daerah di Indonesia
Sejak tahun 2003 usaha peternakan unggas terkendala dengan masalah
yang sangat serius yaitu merebaknya penyakit Avian Influenza (flu burung) di
beberapa daerah di Indonesia. Merebaknya penyakit flu burung telah
menimbulkan banyak kerugian baik materil maupun non materil.
74
Dampak flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) sub-
tipe H5N1 adalah munculnya penyakit flu burung bagi manusia yang dapat
menimbulkan kematian. Selain itu, penyakit flu burung juga dapat menimbulkan
kerugian bagi industri peternakan unggas yang menyebabkan hilangnya
keuntungan milyaran rupiah yang dialami peternak maupun bagi pemerintah. Bagi
pemerintah adalah telah menghabiskan milyaran rupiah untuk penelitian dan
persiapan untuk penanganan penyakit flu burung ini. Sehingga dengan adanya
penyakit flu burung menjadi ancaman bagi pelaku usaha peternakan unggas.
4) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli
Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan wadah untuk
menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak
unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga pemerintah,
organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki anggota sekitar 180
peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia. Tujuan dari Himpuli, adalah:
1. Menghimpun dan menggalang kesatuan peternak unggas lokal dalam rangka
mensejahterakan secara seimbang dan serasi tujuan umum pembangunan.
2. Mengembangkan potensi peternakan unggas lokal; ayam dan itik Indonesia.
3. Menjaga kelestarian plasma nutfah unggas lokal sebagai bagian kekayaan
keanekaragaman hayati Indonesia.
4. Meningkatkan kualitas genetik sumberdaya plasma nutfah unggas lokal serta
mendorong penerapan teknologi budidaya ternak unggas lokal guna
memperbaiki kapasitas produksi, produktivitas, dan kualitas produk ternak
secara bertahap dan berkesinambungan.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, kemampuan manajerial,
mengembangankan akses peternak terhadap informasi guna memperbaiki
kesejahteraan sosial ekonomi peternak unggas lokal.
Peternakan Trias Farm termasuk salah satu anggota dari Himpuli.
Sehingga dengan adanya pendidikan dan pelatihan tentang ayam buras/lokal yang
diselenggarakan Himpuli menjadi keuntungan bagi peternak yang menjadi
anggota dari Himpuli.
75
6.2.3 Lingkungan Politik, Hukum, dan Pemerintahan
Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah,
lembaga pemerintah dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusun strategi
perusahaan. Di negara berkembang seperti Indonesia, lingkungan politik memiliki
pengaruh riil terhadap keberhasilan dan kegagalan melalui peluang dan ancaman
bisnis yang ditimbulkan. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah
yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha peternakan unggas di
Indonesia, adalah:
1) Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Usaha Ayam Buras/Lokal yaitu
Adanya Pemberian Kredit dan Hibah
Kebijakan pemerintah tentang Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil, dan menengah (UKMK). Dimana dengan diberlakukannya
otonomi daerah maka setiap daerah diberi kewenangan untuk ikut serta dalam
mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk pengembangan usaha.
Dengan adanya otonomi daerah, maka peluang untuk mengembangkan usaha bagi
setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh karena itu, pemerintah melalui
pemerintah daerah berupaya untuk menumbuhkan iklim usaha yang baik bagi
pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Sesuai dengan Undang-Undang No.
20 tahun 2008 yang didalamnya memuat pasal-pasal tentang usaha mikro, kecil,
dan menengah, maka Dinas KUKM memiliki tanggungjawab terhadap
penumbuhan iklim usaha yang kondusif.
Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKMK)
terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 maka pemerintah daerah bersama Dinas KUKM
akan memberikan kemudahan dan memfasilitasi dalam memenuhi persyaratan
untuk memperoleh pembiayaan, menumbuhkan, mengembangkan, dan
memperluas jangkauan pinjaman kredit dan hibah.
Kebijakan pemerintah melalui pemerintah daerah saat ini menggalakan
usaha berbasis agribisnis sebagai peluang. Salah satunya adalah kebijakan
pemerintah memberikan bantuan kepada sektor peternakan berupa hibah dan
kredit. Bentuk bantuannya adalah memberikan hibah kepada setiap kelompok tani
sebesar Rp 100-250 juta. Bantuan hibah tersebut diberikan kepada setiap peternak
76
yang sudah membudidayakan ayam buras termasuk ayam arab petelur. Pihak
yang mendapatkan bantuan hibah adalah peternak yang mengalami kendala
keterbatasan modal untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah menetapkan
program ini yang intinya pengembangan usaha budidaya unggas di pemukiman
(Village Poultry Farming).
Bantuan hibah yang diberikan kepada peternak melalui kelompok tani juga
dilaksanakan oleh Himpuli. Dimana Himpuli difasilitasi oleh pemerintah daerah
untuk mewadahi atau menjebatani pemberian hibah dan kredit kepada peternak.
Saat ini, peternakan Trias Farm bergabung dalam himpunan peternak unggas
lokal Indonesia (Himpuli). Sehingga dengan bergabung dengan Himpuli
memudahkan peternakan Trias Farm dalam memperoleh bantuan hibah maupun
kredit untuk mengembangkan usahanya.
2) Kebijakan Pemerintah Untuk Mencegah Penyakit Flu Burung
Sejak tahun 2003 dukungan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya
usaha budidaya ayam buras/ lokal terkendala dengan masalah yang sangat serius
yaitu merebaknya penyakit Avian Influenza (flu burung) di beberapa daerah di
Indonesia. Merebaknya penyakit flu burung tersebut sebagai ancaman bagi
peternakan unggas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyakit flu burung
telah menimbulkan banyak kerugian baik materil maupun non materil bagi
pengusaha peternakan unggas.
Untuk mencegah menyakit flu burung tersebut maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor
50/Permetan/OT.140/10/2006 pada tanggal 17 Oktober 2006, tentang pedoman
pemeliharaan unggas di pemukiman. Tujuan ditetapkan pedoman ini adalah agar
dapat dihindari kemungkinan terjadinya penyakit Avian Influenza (flu burung)
pada unggas yang dipelihara di pemukiman. Sehingga dengan adanya pedoman
dalam menghindari adanya penyakit flu burung dapat menjadi peluang bagi
pelaku usaha yang bergerak dalam peternakan unggas.
6.2.4 Lingkungan Teknologi
Peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap bidang usaha cukup
penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tuntutan dari
77
setiap manusia untuk mengefisienkan setiap pekerjaan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan
besar yang telah menggunakan teknologi modern. Namun, di lain pihak setiap
bidang usaha telah turut merasakan dampak perkembangan teknologi tersebut.
Peranan perkembangan IPTEK hanya dapat dirasakan jika bidang usaha tersebut
dapat mengadopsinya. Adopsi yang tinggi terhadap perubahan teknologi akan
membantu perkembangan suatu usaha.
Salah satu peran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
adalah dalam bidang peternakan. Penelitian-penelitian di bidang peternakan telah
banyak membantu pelaku usaha ternak di Indonesia. Penelitian bidang peternakan
ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja sektor peternakan melalui
peningkatan posisi tawar-menawar produk peternakan. Adapun perkembangan
teknologi yang menunjang dalam pengambangan usaha peternakan unggas, yaitu:
1) Perkembangan Teknologi Dalam Proses Produksi
Perkembangan teknologi yang dapat diterapkan dalam bidang peternakan
unggas adalah teknik budidaya ayam buras petelur secara intensif baik untuk
menghasilkan telur maupun DOC, dengan beternak secara intensif produktivitas
telur yang dihasilkan tinggi yaitu antara 70-80 persen, sedangkan menurut pihak
perusahaan apabila dalam teknik budidaya ayam buras secara ekstensif telur yang
dihasilkan hanya 50-60 persen. Adanya perkembangan teknologi dalam proses
produksi adalah adanya vaksin pencegah penyakit, dengan pemberian vaksin
pencegahan penyakit tersebut dapat mencegah ayam sakit dan mati. Sehingga hal
ini bagi pelaku usaha peternakan unggas dapat mencegah kerugian yang lebih
besar akibat ayam sakit atau mati.
Pemanfaatan perkembangan teknologi dalam proses produksi adalah
adanya alat-alat yang dapat mendukung usaha ayam buras/lokal, misalnya mesin
tetas. Mesin tetas merupakan alat yang digunakan untuk menetaskan telur untuk
tujuan menghasilkan DOC. Adanya mesin tetas dapat menghasilkan DOC dengan
daya tetas antara 80-90 persen, sementara menurut pihak peternakan Trias Farm,
apabila tidak menggunakan mesin tetas dapat menghasilkan telur dengan daya
tetas 60-75 persen. Saat ini, banyak jenis-jenis mesin tetas dengan berbagai
macam kapasitas telur, diantaranya ada mesin tetas dengan kapasitas telur 1.000
78
butir, 3.000 butir. 5.000 butir, 6.500 butir, 10.000 butir dan 12.000 butir. Harga
dari mesin tetas tersebut berbeda-beda tergantung dari besarnya kapasitas.
Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka dalam proses produksi akan
mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak. Untuk
mendukung proses produksi dalam usaha budidaya ayam arab petelur, saat ini
peternakan Trias Farm telah melaksanakan teknik budidaya secara intensif dan
telah menggunakan mesin tetas dengan kapasitas 6.500 butir.
2) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran
Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja
melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena perkembangan teknologi di
bidang telekomunikasi, informasi, dan transportasi. Adanya perkembangan
teknologi dalam bidang komunikasi, seperti adanya telepon dan hand phone maka
mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau
antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk.
Perkembangan teknologi dalam bidang informasi seperti adanya internet. Adanya
internet dapat memudahkan pelaku usaha untuk memperkenalkan dan
mempromosikan produknya secara lebih luas. Perkembangan teknologi dalam
bidang transportasi seperti adanya pesawat terbang dapat mempercepat
pendistribusian produk dari produsen hingga konsumen. Untuk mendukung
pemasaran produknya, peternakan Trias Farm telah memanfaatkan perkembangan
teknologi dalam bidang telekomunikasi, informasi, dan transportasi.
6.2.5 Analisis Lingkungan Industri
Definisi dari lingkungan industri adalah sebagai kumpulan atau kelompok
perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat saling menggantikan.
Ada lima kekuatan yang berasal dari lingkungan industri menurut Porter yaitu
ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk subsitusi, kekuatan
tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, dan intensitas
anggota industri.
79
1. Persaingan dengan Perusahaan Sejenis
Pesaing dapat diartikan sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang
yang sama dan memiliki hasil produksi yang sama, sehingga membuat suatu
perusahaan merasa tersaingi dengan adanya perusahaan baru tersebut. Pesaing
utama dari peternakan Trias Farm adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha
ayam arab petelur.
Persaingan dengan perusahaan sejenis terjadi karena perusahaan pesaing
memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan modal. Adanya
modal tersebut, perusahaan pesaing tersebut dapat meningkatkan kapasitas
produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi setiap unit.
Sehingga produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya per unit.
Sehingga perusahaan pesaing tersebut dapat menyuplai permintaan pasar dengan
menjual telur ayam arab yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan Trias
Farm.
Pesaing dari peternakan Trias Farm tidak hanya dari wilayah Jawa Barat,
tetapi juga dari daerah Blitar. Menurut pihak perusahaan, pemerintah dalam
menetapkan harga telur ayam arab secara nasional mengacu pada harga telur ayam
arab yang ada di daerah Blitar. Hal ini disebabkan karena Blitar merupakan pusat
produksi telur ayam arab. Pesaing dari Blitar tersebut umumnya menyuplai
telurnya ke wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Pesaing tersebut menjual telurnya lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan. Hal ini dikarenakan karena pesaing dari Blitar tersebut memiliki
usaha yang lebih besar dan terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir. Permasalahan
dalam dunia peternakan ayam arab petelur adalah keterbatasan DOC, tetapi
pesaing yang ada di Blitar tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan DOC
karena pesaing tersebut juga mengusahakan pembibitan ayam arab petelur.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam dunia peternakan ayam arab
petelur adalah mahalnya harga pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar
dalam budidaya ayam arab petelur yaitu sebesar 60-70 persen. Pesaing di Blitar
tersebut dapat meminimalkan biaya pakan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan menanam jagung sendiri. Jagung merupakan salah pakan ayam yang
komposisinya untuk pakan ayam arab sekitar 40-50 persen. Dengan demikian,
80
pesaing dari Blitar tersebut dapat meminimalkan biaya pakan sedangkan pihak
peternakan Trias Farm belum dapat meminimalkan biaya pakan. Pihak
peternakan Trias Farm belum dapat meminimalkan biaya pakan, hal ini
dikarenakan karena perusahaan memiliki keterbatan sumberdaya. Oleh karena itu,
pesaing di Blitar tersebut dapat menjual telur lebih murah dibandingkan dengan
peternakan Trias Farm.
Besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab petelur. Hal ini
disebabkan karena pada awal usaha membutuhkan investasi yang besar,
diantaranya adalah lahan, bangunan, kandang, biaya pembelian DOC, dan biaya
operasional selama 18 minggu. Selama 18 minggu perusahaan tidak memperoleh
penerimaan tetapi selalu mengeluarkan biaya operasional. Hal ini yang
menyebabkan besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab.
2. Masuknya Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang ada, yaitu perebutan pasar, perebutan sumberdaya
produksi dan peningkatan kapasitas. Ancaman pendatang baru sangat tergantung
pada hambatan dalam memasuki status industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi
produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi, dan
peraturan pemerintah.
1) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Peternakan Ayam Arab
Menurut pihak perusahaan dalam memasuki usaha ayam arab masalah
yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan DOC ayam arab. Menurut manajer
perusahaan sulitnya mendapatkan DOC ayam arab disebabkan karena perusahaan
pembibitan masih sedikit yang mengusahakan pembibitan DOC ayam arab.
Umumnya perusahaan pembibitan ayam lebih banyak mengusahakan DOC ayam
ras. Hal ini disebabkan karena DOC ayam ras lebih mudah dipasarkan
dibandingkan dengan pemasaran DOC ayam arab, sementara peternakan Trias
Farm dapat memproduksi DOC sendiri. Sehingga tidak menjadi hambatan bagi
perusahaan dalam mendapatkan DOC yang berkualitas.
81
2) Kebutuhan Modal
Pendirian usaha peternakan ayam arab tidak harus beroperasi pada skala
usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan untuk
membuka usaha peternakan ayam arab cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari
biaya investasi yang besar untuk kandang dan lahan, harga DOC yang mahal yaitu
Rp 5000/ekor dan biaya untuk pembelian pakan dan obat-obatan, sementara
penerimaan baru diperoleh selama kurang lebih lima bulan. Menurut peternakan
Trias Farm modal awal yang dibutuhkan untuk usaha ayam arab sebanyak 1.000
ekor adalah sekitar 100 juta, dimana modal tersebut digunakan untuk membeli
DOC sebesar Rp 5.000.000, pembuatan kandang sekitar Rp.45.000.000. sewa
lahan sekitar Rp 5.000.000, dan pembelian pakan sekitar Rp 45.000.000.
3) Akses dalam Saluran Distribusi
Usaha peternakan ayam arab petelur, umumnya perusahaan-perusahaan
yang telah mapan dan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri dalam
memasarkan produknya. Pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang
ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri.
Hal ini disebabkan karena peternak yang mengusahakan ayam arab telah terlebih
dahulu memiliki jaringan saluran distribusi dan bersifat langganan permanen.
Sehingga dengan kesulitan dalam akses terhadap saluran pendistribusian membuat
pendatang baru sulit untuk memasuki usaha peternakan ayam arab.
4) Skala Ekonomis
Pendirian usaha ayam arab harus beroperasi pada skala usaha yang besar.
Hal ini disebabkan karena dalam usaha ayam arab dengan skala usaha yang besar
berkorelasi dengan biaya per unit yang lebih rendah, sehingga perusahaan dapat
menjual harga telur yang lebih rendah. Misalnya untuk peternakan Trias Farm
memiliki kapasitas ayam arab sebanyak 30.000 ekor dapat menetapkan batas
bawah harga telur (break event point) Rp 900/butir. Peternakan Citra Lestari
Farm yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab petelur
memiliki skala usaha sebanyak 18.000 ekor ayam arab, dapat menetapkan batas
bawah harga telur (break event point) sebesar Rp 1.000/butir.
82
5) Persaingan dengan Produk Subsitusi
Produk subsitusi merupakan produk pengganti atau dapat dikatakan
produk yang berbeda, tetapi sifatnya menggantikan dengan apa yang dibuat dan
dipasarkan oleh anggota industri serta dapat memenuhi kebutuhan. Keberadaan
produk subsitusi ini akan membatasi potensi suatu perusahaan. Jika perusahaan
tidak mampu meningkatkan daya saing, maka laba dan pertumbuhan perusahaan
dapat terancam. Produk subsitusi ini juga menjadi pilihan bagi konsumen.
Produk subsitusi dari telur ayam arab adalah telur ayam ras. Telur ayam
ras tidak menjadi pesaing bagi telur ayam arab, walaupun harga telur ayam arab
lebih mahal dibandingkan telur ayam ras. Untuk mengetahui perkembangan harga
telur ayam buras dan telur ayam ras dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Harga Rata-Rata Telur Ayam Buras dan Ayam Ras di Tingkat Pedagang Pengecer di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008
Tahun Harga Telur Ayam Buras (Rp/Kg) Harga Telur Ayam Ras (Rp/Kg)
2004 7.850 5.502
2005 7.920 8.134
2006 8.820 8.239
2007 11.200 9.550
2008* 16.800 12.519
Sumber : Departemen Perdagangan diolah Pusat Data dan Informasi Pertanian Katerangan : Data hingga bulan Agustus 2009.
Dari Tabel 24 menunjukkan bahwa perkembangan harga telur ayam buras
dari tahun ke tahun selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga telur ayam ras.
Hal ini disebabkan karena antara telur ayam buras (telur ayam arab) dengan telur
ayam ras memiliki segmentasi pasar yang berbeda. Segmentasi pasar untuk telur
ayam buras khususnya telur ayam arab adalah kalangan menengah keatas, dimana
umumnya mereka tidak mempermasalahkan harga tetapi lebih memperhatikan
kualitas. Segmentasi pasar untuk telur ayam ras adalah semua kalangan
masyarakat. Sehingga dengan adanya produk subsitusi tidak menjadi ancaman
bagi peternakan Trias Farm.
83
6) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Pemasok memegang peranan penting dalam suatu kegiatan produksi, maka
kehadiran pemasok sangat diperlukan dalam kegiatan proses produksi. Pemasok
merupakan pihak yang menyediakan segala kebutuhan bahan baku dalam kegiatan
proses produksi ayam arab.
Para pemasok bahan baku yang dibutuhkan dalam usaha ayam arab dapat
berada pada posisi tawar-menawar yang kuat. Dalam arti mereka dapat menaikan
harga bahan baku yang dipasoknya atau menurunkan kualitas bahan yang
diperlukan oleh para pelanggan. Para pemasok bahan baku tersebut dapat
dikatakan kuat jika pemasok mengusai bahan baku tertentu dan pembeli bukan
merupakan pelanggan penting bagi pemasok. Para pemasok yang kuat akan sangat
merugikan pelaku usaha ayam arab.
Bagi peternakan Trias Farm, keberadaan pemasok bahan baku seperti
pakan, obat-obatan, vitamin dan disenfektan memiliki peranan yang sangat
penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, peternakan
Trias Farm menjalin kerjasama dalam bentuk kontrak dengan perusahaan
pemasok bahan baku tersebut. Menurut manajer perusahaan, harga yang diberikan
pemasok sebanding dengan kualitas produk dan pelayanan yang diberikan.
Penyerahan produk yang dipesan umumnya diantar tepat waktu oleh para
pemasok bahan baku tersebut. Selain itu, kemudahan hubungan dengan para
pemasok bahan baku tersebut yang dirasakan perusahaan selama ini menjadikan
perusahaan tidak mencari alternatif pemasok pihak lain. Untuk mengetahui
mengenai beberapa pemasok bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi
di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Jenis Bahan Baku dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku di Peternakan
Trias Farm No Jenis Bahan Baku Perusahaan Pemasok 1 Pakan Konsentrat PT Global 2 Obat-obatan Medion, Swadesi, dan Romindo 3 Vitamin Medion dan Romindo 4 Disenfektan Swadesi, Medion, dan Romindo
Dari Tabel 25 menunjukkan bahwa PT Global merupakan perusahaan
pemasok pakan konsentrat untuk peternakan Trias Fam. Perusahaan pemasok
84
pakan kosentrat tersebut yang mengendalikan harga pakan dan peternakan Trias
Farm belum mampu untuk mengendalikan harga pakan tersebut. Selain itu, posisi
tawar-menawar peternakan Trias Farm terhadap PT Global dikatakan rendah
karena peternakan Trias Farm memiliki tanggungan atau hutang terhadap PT
Global dan peternakan Trias Farm belum mampu untuk memproduksi pakan
konsentrat sendiri.
Menurut pihak perusahaan ada beberapa pemasok pakan konsentrat di
Jawa Barat diantara Charon Pophan, tetapi umumnya perusahaan pemasok pakan
konsentrat tersebut merupakan perusahaan besar dan umumnya dalam
menetapkan harga adalah pihak perusahaan pemasok pakan tersebut, dan pihak
perusahaan Trias Farm tidak dapat menetapkan harga yang ditetapkan oleh semua
perusahaan pakan. Hal ini menyebabkan walaupun peternakan Trias Farm beralih
untuk membeli pakan dari perusahaan pemasok pakan yang lain harga yang
ditetapkan relatif sama. Berdasarkan penjelasan diatas, kekuatan-tawar menawar
pemasok terhadap peternakan Trias Farm dapat dikatakan kuat.
7) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Pelanggan dapat diartikan sebagai pembeli yang potensial yang dapat
memberikan satu keuntungan bagi perusahaan. pelayanan yang diberikan harus
lebih baik agar pelanggan menjadi nyaman dan loyal terhadap perusahaan.
Hubungan perusahaan dengan kedua belah pihak harus selalu terjaga agar
komunikasi yang telah dibangun tidak terputus.
Pelanggan-pelanggan yang membeli telur di peternakan Trias Farm adalah
pedagang pengumpul telur ayam arab yang ada di daerah Bogor,Cibinong, Depok,
Jakarta, dan Bandung. Umumnya hubungan yang terjalin antara peternakan Trias
Farm dengan pelanggan tersebut sangat baik. Selain itu, perusahaan memiliki
kepercayaan kepada pelanggan tersebut. Hal ini terlihat dimana pelanggan
tersebut umumnya membeli telur dengan cara pembayaran dilakukan setelah
pemesanan produk selanjutnya. Menurut manajer perusahaan, walaupun ada
pembeli baru yang membeli telur lebih mahal dibandingkan dengan pelanggan,
perusahaan tidak beralih untuk menjual telurnya ke pembeli baru. Demikian juga
dengan pihak pelanggan, walaupun ada produsen telur yang menawarkan harga
85
telur lebih murah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm, pelanggan tersebut
tidak beralih untuk membeli telur dari produsen baru tersebut. Selain itu, apabila
menjual produk ke pembeli baru, belum tentu pembeli baru tersebut akan membeli
secara kontiniu. Demikian juga dengan pihak pelanggan, apabila membeli telur
dari produsen baru belum tentu mampu memasok telur dengan kualitas dan
kontinuitas yang dinginkan. Menurut pihak perusahaan, hal ini dilakukan karena
adanya sistem kepercayaan antara pihak perusahaan dengan pelanggan akan
kualitas dan kontinuitas produk. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan
bahwa pelanggan memiliki loyalitas terhadap peternakan Trias Farm.
VII FORMULASI STRATEGI
7.1 Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh
beberapa faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha di
peternakan Trias Farm. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi
kekuatan bagi peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut:
1) Lokasi perusahaan yang strategis
Peternakan Trias Farm terletak di Kampung Kandang Sapi Desa
Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan
Trias Farm memiliki lokasi usaha yang strategis. Hal ini disebabkan karena
secara geografis kota Bogor terletak dekat ibukota negara yang merupakan potensi
yang strategis untuk memasarkan produknya, akses yang mudah dalam
mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dan lokasi usaha yang
tenang dan sejuk cocok untuk budidaya ayam arab petelur. Selain itu, lokasi
usaha jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas
masyarakat sekitar kandang.
2) Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan
Suasana kerja di peternakan Trias Farm lebih bersifat kekeluargaan,
sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik, manajer, dan karyawan tidak
bersifat kaku. Tidak ada batas pemisah antara pemilik, manajer, maupun
karyawan. Kondisi ini dapat membuat karyawan merasa nyaman dan senang
bekerja di perusahaan, sehingga hal ini dapat menciptakan loyalitas karyawan
terhadap peternakan Trias Farm. Karyawan memiliki loyalitas terhadap
peternakan Trias Farm, hal ini terlihat dari masa kerja para karyawan yang rata-
rata dari awal perusahaan berdiri hingga saat ini masih bekerja di Trias Farm.
3) Menghasilkan produk yang berkualitas baik
Produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm adalah telur ayam arab
dan DOC ayam arab. Karakteristik telur yang dihasilkan perusahaan yaitu
memiliki ukuran telur yang ideal (rata-rata 35 gram), memiliki kerabang telur
berwarna putih, bersih, dan mengkilap, dan warna kuning telur orange cerah.
Karekteristik telur seperti itu yang banyak diminati oleh konsumen. Selain itu,
87
Produk telur yang dihasilkan perusahaan memiliki kualitas yang sangat baik
dalam hal kandungan gizi. Dimana kandungan gizi telur yang dihasilkan
peternakan Trias Farm rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi.
Telur yang rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi tersebut
sudah teruji sebab perusahaan sudah melakukan uji kandungan gizi di
laboratorium kesehatan Institut pertanian Bogor (IPB) dan Dinas Kesehatan, di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan perusahaan melakukan uji kesehatan telur
adalah bentuk perlindungan konsumen. Hal inilah yang membedakan telur yang
diproduksi perusahaan dengan telur yang dihasilkan oleh peternak yang lain.
Pesaing utama dari peternakan Trias Farm umumnya adalah produsen telur
yang berasal dari Blitar. Menurut manajer perusahaan, umumnya telur dari daerah
Blitar dikirim ke Jakarta kurang berkualitas sebab telurnya sudah lama yaitu lebih
dari satu minggu. Hal ini menyebabkan kualitas telur mengalami penurunan,
sementara telur yang berasal dari peternakan Trias Farm masih segar, sehat, dan
higeinis dalam arti telur yang diproduksi pagi hari dan sore hari sudah berada di
pedagang pengumpul. Selain itu, telur yang dihasilkan perusahaan Trias Farm
memiliki bentuk dan ukuran yang seragam sebab perusahaan sudah melakukan
sortasi, sementara telur yang berasal dari Blitar umumnya memiliki bentuk dan
ukuran yang tidak seragam sebab mengirim dalam jumlah yang banyak. Hal ini
menyebabkan telur yang dihasilkan peternakan Trias Farm memiliki kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan telur yang berasal dari Blitar.
Peternakan Trias Farm juga menghasilkan DOC yang berkualitas. Hal ini
dikarenakan sudah menerapkan proses produksi secara modern atau prosedur
penetasan mengikuti standar penetasan ayam ras seperti menggunakan DOC yang
unggul dan menerapkan sistem sanitasi dengan baik. Perusahaan mengikuti
prosedur penetasan ayam ras sehingga DOC yang dihasilkan perusahaan sudah
dapat dibedakan antara jantan dan betina. Karakteristik DOC yang dihasilkan
peternakan Trias Farm adalah memiliki ketahanan tubuh yang baik, bentuk yang
seragam, lincah, kaki tidak kering, bulu tidak rontok, rata-rata bobot badan 50
gram, pantat tidak basah, dan perut tidak kembung. Dan yang paling penting
DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dibedakan antara jantan dan
betina. Hal inilah yang membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya yang
88
belum mampu membedakan dengan DOC jantan dan betina. Sehingga dengan
produk yang berkualitas menjadi kekuatan bagi perusahaan.
Pesaing dari peternakan Trias Farm dalam pembibitan adalah peternak dari
Blitar. Menurut pihak perusahaan, umumnya perusahaan pembibitan dari Blitar
belum melakukan sistem proses produksi secara modern tetapi masih bersifat
tradisional dan semi modern dalam arti peternak tersebut kurang memperhatikan
sistem sanitasi yang baik. Seperti dalam penggunaan kemasan DOC. Peternakan
Trias Farm menggunakan box yang baru, dimana sanitasi masih bagus sehingga
daya tahan tubuh DOC baik dan sehat (bebas dari penyakit), sementara pesaing
umumnya menggunakan box bekas, dimana sanitasi kurang bagus sehingga daya
tahan tubuh DOC kurang baik dan kemungkinan bisa terserang penyakit. Hal
itulah yang menyebabkan pesaing tidak mencantumkan label nama perusahaan,
sementara peternakan Trias Farm mencantumkan label nama perusahaan.
Sehingga DOC yang dihasilkan perusahaan lebih berkualitas.
4) Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya.
Peternakan Trias Farm dalam mendistribusikan telur langsung ke
pedagang pengumpul (pelanggan) dan untuk mendistribusikan DOC langsung
kepada peternak. Menurut pihak perusahaan, dalam mendistribusikan telur
kepada pedagang pengumpul itu lebih efisien dibandingkan apabila perusahaan
memasarkan telurnya langsung kepada konsumen akhir. Hal ini karena
perusahaan dalam mendistribusikan telur ke pedagang pengumpul (pelanggan)
dilakukan secara rutin (kontinuitas) dan sudah jelas tempat pengiriman. Menurut
manajer perusahaan dalam pendistribusian DOC langsung kepada peternak itu
bersifat efisien, hal ini dikarenakan yang menanggung biaya pengiriman adalah
pihak peternak. Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa perusahaan
memiliki saluran distribusi yang efisien karena dapat menghemat biaya dan waktu
pengiriman dan tidak perlu susah payah dalam memasarkan produknya.
5) Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang
sudah baik.
Peternakan Trias Farm sudah menerapkan sistem pencatatan keuangan
dengan baik, misalnya dengan pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan
89
komputerisasi. Sistem pencatatan keuangan ini semua dilakukan oleh bagian
administrasi. Penggunaan sistem pencatatan keuangan tersebut dapat menghemat
waktu dan risiko kesalahan dalam proses pencatatan.
6) Peternakan Trias Farm memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang lama dari manajer
perusahaan dan bagian produksi tersebut mampu mengasah keterampilan dalam
usaha peternakan ayam arab, sehingga hal ini dapat mengetahui lebih jauh
mengenai seluk-beluk dalam peternakan ayam arab. Selain itu, manajer
perusahaan dan bagian produksi memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
karyawan, sehingga karyawan menjadi terampil dan berpengalaman dalam
peternakan ayam arab. Adanya karyawan yang terampil dan berpengalaman
menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk kemajuan perusahaan.
7) Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik.
Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik. Dalam
kemasan telur tersebut, perusahaan menggunakan label, dimana label tersebut
mencantumkan kandungan gizi dan mencantumkan tanggal kadaluarsa produk.
Pelabelan tersebut yang membedakan telur yang dijual peternakan Trias Farm
dengan telur-telur yang dijual dipasaran. Produk DOCnya, perusahaan
menggunakan box yang baru dan juga mencantumkan label nama perusahaan di
boxnya, sementara perusahaan pembibitan menggunakan box bekas tidak
mencantumkan label nama perusahaan di kemasannya. Hal inilah yang
membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya. Tujuan perusahaan
mencantumkan label di boxnya adalah mempromosikan produknya dan menjamin
bahwa produknya berkualitas. Sehingga dengan mencantumkan label pada
kemasan menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk menarik konsumen untuk
membeli produknya.
8) Produk yang telah mendapat izin dari dinas kesehatan hewan dan telah di uji
di Laboratorium IPB.
Produk DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm sudah mendapatkan
izin dari Dinas Kesehatan Hewan. DOC yang dihasilkan perusahaan bebas dari
penyakit flu burung. Selain itu, produk telur yang dihasilkan perusahaan telah
dilakukan pengujian secara periodik di laboratorium IPB, dimana dilakukan
90
pengujian mengenai kandungan gizi telur. Tujuan perusahaan melakukan
pengujian produknya adalah untuk menilai bahwa produk yang dihasilkannya
berkualitas.
Sedangkan faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan bagi
peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan modal sendiri.
Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh
suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga terjadi
pada peternakan Trias Farm, dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak
perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan
konsumen yang belum dapat dipenuhi. Selain itu, dengan modal terbatas tersebut
membuat peternakan Trias Farm memiliki tanggunan/kewajiban hutang kepada
perusahaan pakan (PT Global).
2. Perusahaan belum mampu memenuhi semua kebutuhan konsumen.
Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan
konsumen. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi telur rata-rata 8.500 butir
setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan (pedagang pengumpul).
Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi permintaan pembeli telur yang
berasal dari Jakarta dan Bandung. Selain itu, ada Supermarket dari Jakarta yang
menginginkan telur ayam arab dari peternakan Trias Farm yang harus dikirim
setiap hari secara kontiniu dengan jumlah telur sebanyak 500 butir, tetapi
perusahaan belum mampu memenuhi permintaan Supermarket tersebut.
Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi semua permintaan konsumen
menjadi kelemahan bagi perusahaan.
3. Pelaksaaan tugas karyawan di perusahaaan belum terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan tugas di perusahaan belum terlaksana dengan baik. Hal ini
dapat dilihat, dimana bagian produksi selain melakukan tugas sebagai bagian
teknik dalam hal proses produksi ayam arab juga merangkap bagian pemasaran
diantaranya dalam sortasi dan pengemasan DOC, dan memberikan pelayanan
kepada peternak yang membeli DOC dari perusahaan. Selain itu, anak kandang
selain bertugas dalam proses produksi di dalam kandang juga bertugas dalam
sortasi dan pengemasan.
91
7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka
diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman
bagi peternakan Trias Farm. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi
peluang bagi peternakan Trias Farm, adalah:
1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat.
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan konsumsi
khususnya konsumsi pangan. Salah satu wilayah di Indonesia yang terjadi
peningkatan jumlah penduduk adalah Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk
Kabupaten Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang
potensial dan peluang bagi para pelaku usaha peternakan perunggasan untuk
memasarkan produknya. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan termasuk telur.
Telur ayam arab merupakan salah satu produk makanan yang bergizi dan diminati
oleh konsumen, dimana telur ayam arab ini tidak hanya digunakan untuk
campuran jamu atau madu, tetapi juga digunakan untuk dikonsumsi matang. Hal
ini terlihat dari permintaan telur yang belum dapat dipenuhi oleh peternakan Trias
Farm.
2. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat
alamiah (Back to Nature).
Gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini cenderung mengarah ke sifat
alamiah (back to nature). Hal ini dikarenakan ayam arab umumnya memiliki
ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Dengan demikian,
penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih sedikit.
Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang mengkonsumsi telur ayam arab
karena lebih alami. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya dikonsumsi
matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran madu, susu, atau
jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran tubuh. Selain itu,
telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Sehingga
dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang mengarah ke
sifat alamiah (back to nature) menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm untuk
mengembangkan usahanya
92
3. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli.
Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan wadah untuk
menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak
unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga pemerintah,
organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki anggota sekitar
180 peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia. Peternakan Trias Farm
termasuk salah satu anggota dari Himpuli. Adanya pendidikan dan pelatihan
tentang ayam buras/lokal yang diselenggarakan Himpuli menjadi peluang bagi
peternakan Trias Farm.
4. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan
hibah, serta adanya kebijakan untuk mencegah flu burung.
Untuk mencegah flu burung, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan
yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permetan/OT.140/10/2006 pada
tanggal 17 Oktober 2006, tentang pedoman pemeliharaan unggas di pemukiman.
Dengan adanya kebijakan tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm
karena dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencegah penyakit flu burung.
Kebijakan pemerintah saat ini menggalakan usaha berbasis agribisnis
sebagai peluang. Kebijakan pemerintah memberikan bantuan kepada sektor
peternakan berupa hibah dan kredit kepada setiap kelompok tani, dengan
bergabung dengan Himpuli memudahkan peternakan Trias Farm dalam
memperoleh bantuan hibah dan kredit. Sehingga dengan adanya kebijakan
pemerintah tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm.
5. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran.
Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar
bagi peternakan Trias Farm. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini
dapat mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran.
6. Memasuki usaha peternakan ayam arab membutuhkan modal awal yang besar
Memasuki industri peternakan ayam arab membutuhkan modal awal yang
cukup besar dan kesulitan dalam mencari akses terhadap saluran distribusi.
Sehingga menyebabkan hambatan masuk yang besar dalam usaha peternakan
ayam arab. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk memperluas pangsa
pasar.
93
7. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan.
Hubungan yang terjalin antara peternakan Trias Farm dengan pelanggan
terjalin baik. Selain itu, perusahaan memiliki kepercayaan terhadap pelanggan
akan hutang yang ditanggung pelanggan dan pelanggan memiliki kepercayaan
terhadap perusahaan akan kualitas dan kontinuitas produk. Hal ini menciptakan
loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Loyalitas pelanggan merupakan peluang
bagi perternakan Trias Farm.
Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi
peternakan Trias Farm, adalah:
1. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa
Barat tidak mengalami perkembangan.
Keadaaan ekonomi Indonesia selama tahun 2008 melambat yaitu hanya
sebesar 6,1 persen dan konsumsi masyarakat hanya tumbuh sebesar 5,3 persen.
Hal ini dikarenakan para pelaku usaha terpuruk akibat barang dan jasa tidak
terserap oleh konsumen karena daya beli yang rendah. Pertumbuhan ekonomi
yang rendah yang disebabkan oleh daya beli yang mengalami penurunan juga
terjadi dalam sektor perunggasan. Dimana daya beli yang rendah menyebabkan
penurunan konsumsi beberapa komoditas telur unggas. Telur ayam arab termasuk
kedalam golongan telur ayam lokal/buras sehingga penurunan konsumsi telur
ayam arab juga terkena dampak dari penurunan daya beli. Sehingga dengan
pertumbuhan ekonomi yang rendah menyebabkan ancaman bagi pelaku usaha
ayam arab petelur termasuk bagi peternakan Trias Farm.
2. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi.
Pada tahun 2008, inflasi mengalami peningkatan sebesar 11,10 persen
dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mengalami inflasi sebesar 6,59 persen.
Dampak yang dirasakan dengan terjadinya kenaikan inflasi adalah harga bahan
baku pakan konsentrat mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena bahan
baku pakan konsentrat tersebut sebagian besar tersebut masih impor. Naiknya
harga bahan baku pakan tersebut menyebabkan harga pakan konsentrat yang di
beli peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan. Sehingga dengan
terjadinya kenaikan inflasi menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm.
94
3. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia.
Dampak flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) sub-
tipe H5N1 adalah munculnya penyakit flu burung bagi manusia yang dapat
menimbulkan kematian. Selain itu, penyakit flu burung juga dapat menimbulkan
kerugian bagi industri peternakan yang menyebabkan hilangnya keuntungan
milyaran rupiah yang dialami peternak maupun bagi pemerintah. Bagi pemerintah
adalah telah menghabiskan milyaran rupiah untuk penelitian dan persiapan untuk
penangan penyakit flu burung ini. Sehingga dengan adanya penyakit flu burung
menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm.
4. Persaingan dengan perusahaan sejenis.
Pesaing utama dari peternakan Trias Farm adalah perusahaan yang
bergerak dalam usaha ayam arab petelur dan yang umumnya memiliki skala usaha
yang lebih besar. Persaingan dengan perusahaan sejenis terjadi karena perusahaan
pesaing memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan modal.
Adanya modal tersebut, perusahaan pesaing tersebut dapat meningkatkan
kapasitas produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi
setiap unit. Sehingga produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya
per unit. Sehingga perusahaan pesaing tersebut dapat menyuplai permintaan
pasar dengan menjual telur ayam arab dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Sehingga dengan adanya perusahaan
sejenis dapat menjadi ancaman bagi perusahaan.
5. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan kuat.
Kekuatan tawar-menawar pemasok pakan konsentrat terhadap peternakan
Trias Farm kuat. Hal ini disebabkan karena yang mengendalikan harga produk
adalah pemasok pakan konsentrat. Selain itu, untuk saat ini perusahaan belum
mampu untuk memproduksi pakan sendiri. Hal ini disebabkan karena perusahaan
memiliki keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Sehingga dengan adanya posisi
tawar-menawar pemasok pakan kuat menjadi ancaman bagi perusahaan.
95
7.3 Analisis Matriks IFE
Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha peternakan Trias
Farm yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner
kepada lima responden, yaitu manajer perusahaan, bagian produksi, bagian
pemasaran, kepada pemilik peternakan Citra Lestari Farm yang merupakan salah
satu pesaing dari peternakan Trias Farm, dan ketua Himpuli (Himpunan Unggas
Lokal Indonesia). Pengisian kuesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal
perusahaan, tetapi juga melibatkan pihak eksternal perusahaan. Hal ini dilakukan
agar hasil pengisian kuesioner ini lebih bersifat objektif.
Kuesiner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan
paired comparison matrix, Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-
masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan
pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-
masing responden, dilanjutkan pencarian rata-rata hasil pembobotan dan peringkat
dari seluruh responden. Dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai
pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing
variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-
rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan
pada peternakan Trias Farm dapat dapat dilahat pada Lampiran 4.
Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari setiap variabel,
dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan
perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan
hasil analisis matriks pada peternakan Trias Farm (Tabel 26).
96
Tabel 26. Analisis Matriks IFE pada Peternakan Trias Farm
Faktor Stategi Internal Bobot Rata-Rata
Rating Rata-Rata
Nilai Tertimbang
KEKUATAN Lokasi perusahaan yang strategis 0,1105 4 0,4422 Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya 0,1045 3,66 0,3834 Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan 0,0955 3 0,2865 Menghasilkan produk yang berkualitas baik 0,1197 4 0,4789 Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang sudah baik 0,1015 3 0,3045 Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman 0,1075 3,33 0,3584 Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik 0,0575 3 0,1727 Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan hewan dan telah di uji di laboratorium IPB 0,0772 3 0,2318KELEMAHAN Keterbatasan modal 0,0909 2 0,1818 Belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen 0,0696 1,33 0,0928 Pelaksanaan tugas karyawan belum terlaksana dengan baik 0,0651 2 0,1303 Total 3,0636
Dari Tabel 26 dapat diketahui faktor strategis yang menjadi kekuatan bagi
peternakan Trias Farm adalah menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan
nilai tertimbang 0,4789. Kelemahan utama yang dihadapi oleh Peternakan Trias
Farm adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen dengan nilai
tertimbang 0,0928.
Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total
nilai tertimbang berada pada rata-rata sebesar 3,0636 yang mengindikasikan posisi
internal peternakan Trias Farm berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan
kekuatan internalnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa peternakan Trias Farm
memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu menggunakan kekuatan yang
ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.
97
7.4 Analisis Matriks EFE
Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha peternakan
Trias Farm yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner
kepada ketiga responden yaitu manajer perusahaan, pemilik peternakan Citra
Lestari Farm, dan ketua himpuli. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang
dan ancaman juga menggunakan paired comparison matrixs. Selanjutnya
dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman.
Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk
masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 3.
Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan masing-masing
responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil penbobotan dan
peringkat dari seluruh hasil responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan
seluruh nilai pembobotan atau peringkat seluruh responden untuk masing-masing
variabel peluang dan ancaman dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata
hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman pada
peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 5.
Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata pada setiap variabel,
dapat diketahui skor rata-rata dari setiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian
antara bobor rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil
analisis matriks EFE pada usaha peternakan Trias Farm (Tabel 27).
98
Tabel 27. Analisis Matriks Usaha Peternakan Trias Farm
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rata-Rata
Rating Rata-Rata
Nilai Tertimbang
PELUANG Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat
0,0645 2 0,1290
Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature)
0,0859 3 0,2577
Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli
0,0631 1,67 0,1054
Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah flu burung
0,0695 2 0,1390
Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran
0,0923 3 0,2769
Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar
0,0645 2 0,1290
Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
0,1150 3 0,3450
ANCAMAN Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
0,0620 4 0,2480
Terjadinya kenaikan tingkat inflasi 0,1075 2 0,2150 Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia
0,0948 2,67 0,2531
Persaingan dengan perusahaan sejenis 0,1075 2,67 0,2870 Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi
0,0733 3 0,2199
1,000 2,5860
Tabel 27 menunjukkan faktor strategis eksternal yang menjadi peluang
dan ancaman bagi peternakan Trias Farm. Peluang utama bagi peternakan Trias
Farm adalah pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan dengan nilai
tertimbang 0,3450. Ancaman utama yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah
terjadinya kenaikan tingkat inflasi dengan nilai tertimbang 2,150.
Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total
nilai tertimbang sebesar 2,5860. Hal ini menunjukkan peternakan Trias Farm
berada di atas rata-rata (2,50). Total nilai tertimbang 2,5860 mengindikasikan
bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada
dalam industrinya. Dengan kata lain, perusahaan mampu mengatasi ancaman
dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki perusahaan.
99
7.5 Analisis Matriks IE
Setelah diperoleh total nilai tertimbang dari matriks IFE (3,0751) dan
matriks EFE (2,5860), kemudian hasil tersebut digunakan untuk mengetahui
posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut merupakan hasil matriks IE pada
usaha peternakan Trias Farm (Gambar 10).
Total Skor IFE Kuat Rata-rata Lemah 4.0 3.0 2.0 1.0
Tinggi
Total 3.0
Skor Menengah
EFE
2.0
Rendah
1.0
Gambar 10. Analisis Matriks IE pada Peternakan Trias Farm Sumber : Data Primer
Gambar 10 menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kuadran IV.
Strategi yang dapat dilakukan oleh peternakan Trias Farm adalah strategi tumbuh
dan bina. Staregi yang bisa dikembangkan oleh perusahaan adalah integrasi baik
integrasi ke depan maupun integrasi ke belakang. Salah satu strategi integrasi ke
depan adalah mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku, dan strategi
integrasi ke belakang adalah mempererat kerjasama dengan subsistem hilir yaitu
distributor atau pelanggan.
Strategi lain yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah pengembangan
produk. Strategi pengembangan produk merupakan strategi perusahaan yang
bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara
memodifikasikan produk/jasa yang ada sekarang. Hal yang bisa dilakukan untuk
pengembangan produk adalah untuk produk telur perusahaan dapat menggunakan
I
II
III
IV 3.0636 2.5860
V
VI
VII
VIII
IX
100
kemasan yang lebih menarik untuk meningkatkan nilai jual, seperti saat ini
perusahaan menggunkan kemasan bika/plastik untuk produk telur, perusahaan
dapat mengembangkan produk dengan menggunakan kemasan keranjang agar
lebih menarik.
7.6 Analisis Matriks SWOT
Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi yang
dapat diberikan untuk mengembangkan peternakan Trias Farm adalah sebagai
berikut:
1) Strategi S-O
Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk
memanfaatkan peluang. Berikut alternatif strategi yang dapat ditawarkan
untuk mengembangkan usaha di peternakan Trias Farm :
a) Mempertahankan kualitas produk
Adanya peluang yang terbuka lebar untuk usaha ayam arab, diantaranya
pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature),
peternakan Trias Farm dapat menetapkan strategi yang tepat dengan
mempertahankan kualitas produk. Hal ini dapat dilakukan oleh
perusahaan, sebab perusahaan memiliki karyawan yang terampil dan
berpengalaman serta memiliki lokasi usaha yang strategis.
b) Mempertahankan loyalitas pelanggan
Menghadapi persaingan usaha dalam usaha ayam arab, peternakan Trias
Farm harus mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal ini sangat penting
karena dengan memiliki pelanggan yang loyal, perusahaan dapat
menjamin produk yang dihasilkan dapat terjual. dengan adanya persaingan
yang semakin ketat, perusahaan tidak perlu khawatir akan produknya tidak
terjual. Saat ini, perusahaan memiliki pelanggan yang loyal. Hal ini dapat
diketahui dari hubungan yang terjalin baik antara perusahaan dengan
pelanggan, dimana pelanggan tidak beralih untuk membeli produk yang
lebih murah dari perusahaan, demikian juga perusahaan tidak menjual
telur ke konsumen lain dengan harga yang lebih mahal. Hal yang bisa
101
dilakukan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan adalah memberikan
pelayanan yang lebih baik dalam hal pengiriman barang yang tepat waktu,
tidak mengengecewakan pelanggan dengan menjaga kualitas produk, dan
memberikan potongan harga yang membeli dalam jumlah banyak,
sehingga hal ini dapat mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap
perusahaan.
2) Strategi W-O
a) Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah
maupun swasta
Saat ini perusahaan menghadapi masalah keterbatasan modal, sementara
perusahaan belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Hal
yang bisa dilakakukan perusahaan untuk dapat memenuhi semua
permintaan konsumen adalah meningkatkan kapasitas produksi. Dalam
meningkatkan kapasitas produksi membutuhkan modal. Oleh karena itu,
perusahaan dapat meningkatkan modal yaitu bekerjasama dengan pihak
pemerintah ataupun dengan pihak swasta (Bank).
b) Meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) melalui pendidikan dan
pelatihan
Perusahaaan saat ini menghadapi masalah dalam pelaksanaan tugas
karyawan di perusahaan belum terlaksana dengan baik. Hal yang bisa
dilakukan oleh manajer perusahaan adalah meningkatkan SDM melalui
pendidikan dan pelatihan mengenai budidaya ayam arab petelur sehingga
tidak terjadi lagi adanya pelaksanaan tugas di perusahaan belum terlaksana
dengan baik.
c) Meningkatkan kapasitas produksi
Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan
konsumen untuk produk telurnya. Oleh karena itu, peternakan Trias Farm
harus meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen
yang belum terpenuhi. Perusahaan belum mampu memenuhi permintaan
konsumen untuk wilayah Jakarta dan Bandung. Oleh karena itu, dalam
meningkatkan kapasitas produksi, hal yang bisa dilakukan adalah
meminjam kredit ataupun dengan cara mencari bantuan hibah dari
102
Himpuli atau meminjam kredit dari Bank. Perusahaan dalam meminjam
kredit dari Bank relatif mudah, hal ini dikarenakan karena perusahaan
memiliki jaminan yang besar untuk syarat meminjam kredit dari Bank,
diantaranya, lahan seluas 10 Ha, bangunan kantor, dan kandang dengan
skala ayam arab sebanyak 30.000 ekor.
3) Strategi S-T
a) Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang ada.
Ancaman yang dihadapai peternakan Trias Farm, salah satunya adalah
adanya persaingan dengan perusahaan sejenis yang memiliki skala usaha
yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan
pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk. Hal yang
harus dilakukan dalam melakukan modifikasi produk, diantaranya adalah
sebelumnya perusahaan menggunakan kemasan telur dengan
menggunakan bika/plastik. Perusahaan dapat melakukan kemasan telur
yang menarik dengan menggunakan keranjang bambu untuk menarik
konsumen dan meningkatkan harga jual produk.
4) Strategi W-T
a) Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik
Dalam usaha ayam arab petelur ini ada masa produktif dan ada masa
kurang produktif. Pada saat masa produktif, telur yang dihasilkan relatif
banyak dibandingkan dengan masa kurang produktif. Oleh karena itu,
untuk mempertahankan dan menjaga kontinuitas produk, perusahaan
melakukan perencanaan untuk mengatur manajemen produksi dengan cara
mengatur siklus produksi.
b) Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan adanya
kekuatan tawar-menawar perusahaan terhadap pemasok bahan baku
rendah. Hal yang bisa dilakukan perusahaan adalah mempertahankan
bahkan meningkatkan kerjasama dengan lebih baik pada subsistem hulu
(pemasok bahan baku) maupun dengan subsistem hilir ( konsumen).
Adapun hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 11.
103
I nternal
Eksternal
Kekuatan (Strenghts)
1. Lokasi perusahaan yang strategis 2. Perusahaan memiliki saluran
distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
3. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan
4. Menghasilkan produk yang berkualitas baik
5. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik
6. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman
7. Menggunakan kemasan yang menarik
8. Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan hewan dan diuji di Laboratorium IPB
Kelemahan (Weakness)
1. Keterbatasan modal 2. Belum mampu
memenuhi semua permintaan konsumen
3. Pelaksanaan tugas karyawan di perusahaan belum terlaksana dengan baik
Peluang (Opportunity)
1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat
2. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature)
3. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli
4. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah flu burung
5. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran
6. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar
7. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
Strategi S – O
Mempertahankan kualitas produk (S1,S2, S3,S4,S5,S6,S7 S8, O1,O2,O3,O4,O5,O6,O7)
Mempertahankan loyalitas pelanggan (S1,S2, S4, S6, S7, S8 dan O4,O6,O7, O8)
Strategi W – O
Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (W1, W2, dan O1,O2,O3,O4,O5,O6,O7)
Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (W1, W3 dan O7)
Meningkatkan kapasitas produksi (W2 dan O1,O2,O3, O4, O5, O6, O7)
Ancaman (Threats)
1. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
2. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi 3. Merebaknya penyakit flu burung di
beberapa daerah di Indonesia 4. Persaingan dengan perusahaan sejenis 5. Kekuatan tawar-menawar pemasok
terhadap perusahaan tinggi
Strategi S – T
pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada (S1,S4, S6, dan T1,T2,T4,T5)
Strategi W – T
Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (W1,W2, dan T1,T2,T4,T5)
Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir ( W1, W2, dan T1,T2, T3, T4, T5)
Gambar 11. Analisis Matriks SWOT
7.7 Analisis QSPM
Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan
pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka
tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik.
Adapun alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan adalah
104
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Teknik ini menggunakan
input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan dari analisis tahap
pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan
atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-
masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS
diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kedua responden yaitu
manajer perusahaan dan bagian produksi. Nilai TAS ( Total Attractiveness Score)
dari masing-masing responden diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan
nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan
nilai STAS (Sum total Attractiveness Scores) dari masing-masing responden
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal
dan eksternal perusahaan. Adapun perhitungan QSPM dari masing-masing
responden dapat dilihat pada Lampiran 6.
Selanjutnya, setelah diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden
kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden
dengan cara membagi hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan
junlah responden. Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat
prioritas startegi pada usaha peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Prioritas Alternatif Strategi pada Usaha Peternakan Trias Farm
Keterangan Responden 1 Responden II STAS Rata-Rata Peringkat STAS 1 5,614 5,940 5,777 1 STAS 2 5,224 5,936 5,580 4 STAS 3 5,266 6,180 5,723 2 STAS 4 4,015 4,779 4,397 8 STAS 5 5,564 5,418 5,491 6 STAS 6 5,328 5,219 5,273 7 STAS 7 5,465 5,676 5,570 5 STAS 8 5,825 5,480 5,652 3
Keterangan : Responden 1 : Ir. Budi Santoso Responden 2 : Ir. Agustinus Subianto
105
Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 28, maka
prioritas strategi terbaik yang dapat dilakukan saat ini adalah mempertahankan
kualitas produk dengan STAS rata-rata tertinggi sebesar 5,777.
Adapun prioritas strategi untuk pengembangan usaha peternakan Trias
Farm adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan kualitas produk (STAS = 5,777).
2. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun
swasta (STAS = 5,723).
3. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652).
4. Mempertahankan loyalitas pelanggan (STAS = 5,580).
5. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (STAS = 5,570).
6. Meningkatkan kapasitas produksi (STAS = 5,491).
7. pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada
STAS = 5,273).
8. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan usaha (STAS = 4,397).
7.8 Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan
dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Peternakan Trias Farm
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak peternakan Trias Farm, maka
dapat diidentifikasikan beberapa strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan,
yaitu:
1) Mempertahankan kualitas produk
Adanya peluang yang terbuka lebar untuk usaha ayam arab, diantaranya
pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature) dan adanya pelanggan
yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan, peternakan Trias Farm dapat
menetapkan strategi yang tepat dengan mempertahankan kualitas produk. Hal ini
dapat dilakukan oleh perusahaan, agar pelanggan tidak beralih untuk membeli
produk dari produsen yang lain atau untuk mempertahankan pelanggan yang ada,
serta untuk meningkatkan pangsa pasar yang baru.
106
2) Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir
Dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan adanya
kekuatan tawar-menawar perusahaan terhadap pemasok bahan baku rendah. Hal
yang bisa dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah mempererat kerjasama
dengan subsistem hulu dan hilir. Hal ini penting dilakukan oleh perusahaan karena
kelancaran kegiatan usaha ayam arab di perusahaan baik dalam proses produksi
maupun pemasaran ditentukan oleh pemasok bahan baku maupun konsumen
(pedangan pengumpul).
3) Mempertahankan loyalitas pelanggan
Untuk menghadapi persaingan usaha dalam usaha ayam arab, peternakan
Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mempertahankan loyalitas
pelanggan. Hal ini penting dijalankan karena dengan memiliki pelanggan yang
loyal, perusahaan dapat menjamin produk yang dihasilkan dapat terjual. Sehingga
dengan adanya persaingan yang semakin ketat, perusahaan tidak perlu khawatir
akan produknya tidak terjual.
4) Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik
Untuk mempertahankan kontinuitas produk yang dihasilkan, peternakan
Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mengatur sistem manajemen
produksi dengan cara mengatur siklus produksi. Hal ini penting dilakukan karena
umumnya konsumen menginginkan produk dapat dikirim secara rutin baik jumlah
maupun waktu pengiriman. Sehingga dengan perusahaan telah memenuhi
keinginan konsumen tersebut dapat menimbulkan kepercayan konsumen terhadap
produk dari perusahaan.
5) Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang ada
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam usaha ayam arab
petelur, perusahaan telah melakukan pengembangan produk dengan melakukan
modifikasi produk yang telah ada. Modifikasi produk yang telah dijalankan oleh
perusahaan adalah: untuk pembibitan, perusahaan telah dapat membedakan antara
DOC jantan dan betina. Hal itulah yang membedakan perusahaan dengan
perusahaan pembibitan lainnya. Untuk produk telurnya, perusahaan dapat
menggunakan kemasan yang menarik, dimana dalam kemasan tersebut telah
mencantumkan label yang berisi kandungan gizi dan kadaluarsa telur untuk
107
dikonsumsi. Hal inilah yang membedakan telur yang dijual perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai alternatif strategi yang
dapat diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm
(Tabel 29).
Tabel 29. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Dapat Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Peternakan Trias Farm
Strategi yang Telah Dijalankan
Peternakan Trias Farm Alternatif Strategi yang Diberikan
kepada Peternakan Trias Farm 1. Mempertahankan kualitas produk 2. Mempererat kerjasama dengan
subsistem hulu dan hilir. 3. Mempertahankan loyalitas
pelanggan. 4. Mengatur sistem manajemen
produksi dengan baik. 5. Melakukan pengembangan produk
dengan memodifikasi produk yang telah ada.
1. Mempertahankan kualitas produk. 2. Mempertahankan loyalitas
pelanggan. 3. Memperkuat modal dengan
bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta.
4. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
5. Meningkatkan kapasitas produksi. 6. Pengembangan produk dengan
melakukan modifikasi produk yang telah ada.
7. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik.
8. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.
Tabel 29 menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara strategi yang telah
dijalankan oleh peternakan Trias Farm dengan alternatif strategi yang dapat
diberikan kepada perusahaan peternakan Trias Farm. Diantaranya adalah
mempertahankan kualitas produk, mempererat kerjasama dengan subsistem hulu
dan hilir, melakukan pengembangan produk dengan melakukan modifikasi
produk yang telah ada, mempertahankan loyalitas pelanggan, dan mengatur
sistem manajemen produksi dengan baik. Strategi-strategi tersebut masih
dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh peternakan Trias Farm karena alternatif
strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan perusahaan saat ini
yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang sudah ada.
108
Selain kelima alternatif strategi yang telah dijalankan oleh peternakan
Trias Farm, masih ada tiga alternatif strategi lain yang belum dilaksanakan oleh
peternakan Trias Farm, yaitu meningkatkan kapasitas produksi, memperkuat
modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, dan
meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. Meskipun ketiga alternatif
strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh perusahaan, secara umum dapat
dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan mampu mengatasi
permasalahan yang ada saat ini. Hal ini pada dasarnya alternatif-alternatif strategi
tersebut dibuat dengan melihat kondisi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan
peluang yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm. Jadi dapat disimpulkan
bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi
yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm. Formulasi strategi yang telah
diberikan kepada peternakan Trias Farm diharapkan dapat menjadi pelengkap
strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk mengatasi permasalahan
internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan,
yang menjadi kekuatan bagi perusahaan adalah menghasilkan produk yang
berkualitas. Kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah belum mampu
memenuhi semua keinginan konsumen. Peluang bagi perusahaan adalah
memiliki pelanggan yang loyal. Ancaman bagi perusahaan adalah
terjadinya tingkat inflasi.
2) Berdasarkan analisis matriks IE, perusahaan pada kuadran IV, strategi yang
bisa diterapkan perusahaan adalah tumbuh dan bina. Startegi yang bisa
dikembangkan adalah intergasi ke depan dan ke belakang, selain itu strategi
pengembangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang bisa diterapkan
oleh perusahaan adalah: 1) mempertahankan kualitas produk, 2)
mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan
bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, 4) meningkatkan
SDM melalui pendidikan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas
produksi, 6) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk
yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, dan
8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.
3) Hasil dari pengolahan QSPM, strategi yang menjadi prioritas untuk dapat
diterapkan oleh Trias Farm adalah 1) mempertahankan kualitas produk
(STAS = 5,777), 2) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak
pemerintah maupun swasta (STAS = 5,723), 3) mempererat kerjasama
dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652), 4) mempertahankan
loyalitas pelanggan (STAS = 5,580), 5) mengatur sistem manajemen
produksi dengan baik (STAS = 5,570), 6) meningkatkan kapasitas produksi
(STAS = 5,491), 7) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi
produk yang telah ada STAS = 5,273), dan 8) meningkatkan SDM melalui
pendidikan dan pelatihan (STAS = 4,397).
110
8.2 Saran
Persaingan dalam usaha peternakan ayam arab yang semakin ketat,
sehingga para perusahaan peternakan harus dapat menerapkan strategi–strategi
untuk dapat menghadapi pesaingnya. Peternakan Trias Farm harus dapat
membaca ke mana arah para pesaingnya, agar dapat mengantisipasi strategi yang
dilakukan oleh para pesaingnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini, penulis menyarankan:
1. Peternakan Trias Farm sebaiknya mempertahankan kualitas produk yang
telah dihasilkan. Hal ini penting untuk dilakukan untuk menjaga agar
loyalitas pelanggan menjadi lebih baik terhadap perusahaan.
2. Peternakan Trias Farm sebaiknya melaksanakan strategi meningkatkan
kapasitas produksi . Hal ini penting dilakukan karena peternakan Trias Farm
belum mampu memenuhi semua keinginan konsumen khususnya yang
berasal dari Jakarta dan Bandung.
111
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Reni Dewi. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pada Ciapus Nurseri, Desa Taman Sari Bogor, Jawa Barat. Skripsi : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia 2008. Jakarta : CV
Rioma. David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Ed ke-10. Budi, Ichsan Setiyo,
Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2008. Laporan Tahunan
2008. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Jawa Barat. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Pedoman Umum Restrukturisasi
Perunggasan Melalui Penataan Pemeliharaan Unggas di Pemukiman. Jakarta : CV Prajuri Jaya.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Edisi 2008.
Jakarta : CV Prajuri Jaya. Hunger, J. D. dan T. L. Wheleen. 2003. Manajemen Strategis. Edisi kedua.
Terjemahan. Andi. Yogyakarta. Jauch, L. C. dan I. R. dan Glueck, W. F. 1991. Manajemen Strategis dan
Kebijakan Perusahaan. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga. Kinnear, T. C. dan I. R. Taylor. 1991. Marketing Research and Applied Aproach.
Mc Graw Hill International Edition. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, dan
Pengendalian. Terjemahan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Lazuardi, Alam. 2008. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Restoran
Macaroni Panggang (MP) Bogor. Skripsi : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pambudhi, Widharto. 2003. Beternak Ayam Arab Merah. Jakarta : Agromedia
Pustaka. Porter, M. 2007. Strategi Bersaing (Competitive Strategy). Terjemahan. Jakarta :
Karisma Publishing Group.
112
Ramdhiani, Hilma. 2008. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005. Skripsi : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rasyaf, Muhammad. 2002. Enam Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung.
Jakarta : Penebar Swadaya. Sartika, Tike dan Iskandar, Sofjan. 2008. Mengenal Plasma Nutfah Ayam
Indonesia dan Pemanfaatannya. Sukabumi : KEPRAKS. Sarwono. 2002. Ayam Arab Petelur Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya. Simamora, 1. Oktavera. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler
Purnama Farm Depok, Jawa Barat. Skripsi : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sujionohadi, Kliwon dan Setiawan, Ade Iwan. 2009. Ayam Kampung Petelur.
Jakarta : Penebar swadaya. Susenas Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Pertanian 2008. Edisi 2008.
Jakarta : CV Prajuri Jaya. Umar, Husain. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
LAMPIRAN
114
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner
Strategi Formulasi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur, di Peternakan Trias Farm
Bogor, Jawa Barat
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada program sarjana Manajemen
Agribisnis (S1) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian yang saya lakukan di
peternakan Trias Farm, yang berhubungan dengan analisis strategi pengembangan
usaha ayam arab petelur. Bapak dapat melakukan pengisian kuisioner dengan
petunjuk pengisian yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia.
Saya berharap melalui kuisioner ini dapat memperoleh masukan yang
berarti untuk penulisan tugas akhir (Skripsi) dari penelitian yang saya akan
lakukan.
Atas segala bantuan, masukan, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Linawati
H34076090
115
Gambaran Umum Peternakan Trias Farm
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan dari Peternakan Trias Farm? 2. Bagaimana keadaan umum wilayah perusahaan? 3. Bagaimana struktur organisasi perusahaan? 4. Bagaimana proses produksi telur ayam arab di peternakan Trias Farm? 5. Bagaimana proses produksi DOC di peternakan Trias Farm? 6. Apakah visi, misi, dan tujuan perusahaan? Analisis Lingkungan Internal Perusahaan a. Faktor Sumberdaya Manusia
1. Berapa banyak jumlah karyawan yang ada di peternakan Trias Farm? 2. Berapa upah/gaji yang dibayarkan oleh perusahaan? 3. Bagaimana wewenang dan kewajiban dari karyawan di peternakan Trias
Farm? 4. Apakah pemilik perusahaan dapat mendelegasikan wewenang dan kewajiban
karyawan dengan baik? 5. Apakah struktur organisasi yang ada saat ini telah sesuai dengan kebutuhan
perusahaan? 6. Apakah karyawan memiliki moral yang baik untuk bekerja? 7. Kualifikasi karyawan seperti apa yang dibutuhkan oleh perusahaan? 8. Bagaimana latar belakang pendidikan karyawan di perusahaan? 9. Bagaimana kinerja karyawan yang di peternakan Trias Farm? 10. Apakah ada kompensasi bagi karyawan? 11. Kompensasi seperti apa yang diberikan perusahaan? 12. Apakah perusahaan menerapkan penilaian prestasi kerja kepada karyawan 13. Apakah ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian dan
pengalaman karyawan? 14. Seberapa besar intensitas karyawan yang keluar dan masuk perusahaan.
b. Faktor Keuangan dan Akuntansi
1. Bagaimana perusahaan mendapatkan modal untuk budidaya ayam arab petelur?
2. Apakah perusahaan memiliki modal kerja yang mencukupi? 3. Apakah perusahaan memiliki hubungan baik dengan pihak pemberi pinjaman? 4. Apakah pemilik perusahaan berpengalaman dan mendapatkan pelatihan yang
baik dalam bidang keuangan? 5. Apakah perusahaan membeli atau menyewa asset tetap yang digunakan dalam
usaha ayam arab petelur? 6. Bagaimana keadaan keuangan perusahaan saat ini?
116
7. Apakah perusahaan sudah menerapkan sistem pencatatan keuangan dengan baik, misalnya dengan pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan komputerisasi?
c. Faktor Produksi dan Operasi
1. Apa saja yang menjadi produk dari peternakan Trias Farm? 2. Bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli? 3. Bagaimana layout proses produksi dalam budidaya ayam arab petelur yang
dijalankan perusahaan? 4. Apakah fasilitas, peralatan, mesin, dan kantor dalam kondisi yang baik? 5. Kendala-kendala apa yang dihadapi perusahaan dalam proses produksi? 6. Bagaimana perusahaan mengatasi kendala-kendala tersebut? 7. Bagaimana keadaan lokasi yang digunakan dalam usaha ayam arab petelur? 8. Berapa banyak rata-rata produksi telur yang dihasilkan dalam sehari? 9. Apa saja bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi ayam arab
petelur? 10. Apakah pasokan bahan baku yang diperlukan tersebut dapat diandalkan oleh
perusahaan? 11. Teknologi apa saja yang diterapkan oleh perusahaan dalam proses produksi
dan operasi? 12. Apa keuntungan dan kerugian menggunakan teknologi tersebut? 13. Apakah setiap hari perusahaan menerapkan sistem pencatatan, diantaranya
catatan tugas rutin, catatan penggunaan makanan, catatan penggunaan obat-obatan, catatan penjualan telur, dan lain-lain?
14. Berapa banyak tenaga kerja yang bekerja di bagian proses produksi ayam arab petelur?
15. Keterampilan apa saja yang dibutuhkan perusahaan dalam proses produksi? 16. Bagaimana kualitas bibit yang digunakan di Trias Farm? 17. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm?
d. Faktor Pemasaran
1. Apa saja yang menjadi produk dari peternakan Trias Farm? 2. Citra produk yang bagaimana yang hendak dipertahankan oleh perusahaan? 3. Apa saja keinginan konsumen yang perlu dipenuhi pada produk yang
diproduksi perusahaan? 4. Perubahan-perubahan apa yang diperkirakan terjadi terhadap selera
konsumen? 5. Apakah perusahaan mampu bersaing dari sisi harga? 6. Apakah perusahaan bersedia memberikan potongan harga kepada pembeli? 7. Apakah perusahaan menghadapi hambatan dalam penentuan harga pokok
produk?
117
8. Apakah ada konsekuensi yang harus dihadapi apabila harga jual ditetapkan tinggi, sedang, dan rendah?
9. Cakupan pasar bagaimana yang harus dijangkau? 10. Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis tertentu? 11. Bagaimana saluran distribusi yang dijalankan perusahaan? 12. Saluran distribusi apa yang perlu digarap dan dimanfatkan oleh perusahaan? 13. Apakah bagian pemasaran perlu mengkaji ulang jalur pemasaran yang selama
ini dijalankan oleh perusahaan? 14. Promosi seperti apa yang dijalankan perusahaan? 15. Apakah bagian pemasaran memiliki pengalaman dan pelatihan yang baik?
118
Nama Responden : Pendidikan : Pengalaman :
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam
kelompok peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan usaha ayam arab
petelur di peternakan Trias Farm Bogor, Jawa Barat yang dilakukan oleh para
responden.
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (V) pada kolom peluang, apabila faktor-faktor tersebut menjadi
peluang dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan
Trias Farm.
2. Berikan (V) pada kolom ancaman, apabila faktor-faktor tersebut menjadi
ancaman dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan
Trias Farm.
1. Aspek Ekonomi
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi
telur di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
2 Terjadinya kenaikan tingkat inflasi 3 Harga BBM yang saat ini mengalami penurunan
2. Aspek Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya
Jawa Barat
2 Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature)
3 Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia
4 Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli
119
3. Aspek Politik, Hukum, dan Pemerintahan
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu
adanya pemberian kredit dan hibah.
2 Kebijakan pemerintah untuk mencegah penyakit flu burung
4. Aspek Teknologi
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Adanya perkembangan teknologi dalam proses
produksi
2 Adanya kemajuan teknologi dalam bidang pemasaran
5. Aspek Lingkungan Industri
5.1 Persaingan dengan Perusahaan Sejenis
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Persaingan dengan perusahaan sejenis 2 Kualitas produk yang dihasilkan pesaing lebih
baik dibandingkan yang dihasilkan perusahaan
3 Tingkat pertumbuhan industri usaha ayam arab yang relatif lambat.
4 Besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab petelur
5.2 Ancaman Pendatang Baru
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Hambatan masuk ke dalam usaha peternakan
ayam arab
2 Akses dalam saluran distribusi 3 Kebutuhan modal awal yang cukup besar 4 Skala ekonomis
5.3 Ancaman Produk Subsitusi
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Persaingan dengan produk subsitusi ayam arab
petelur
2 Harga produk pengganti lebih murah dari harga telur ayam arab
120
5.4 Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap
perusahaan
2 Hubungan yang baik dengan pelanggan 3 Pembeli memiliki banyak pilihan untuk membeli
jenis produk yang sama
4 Perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas
5.5 Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
No Deskriptor Peluang Ancaman 1 Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi 2 Hubungan baik dengan pemasok 3 Jumlah pemasok bahan baku relatif sedikit 4 Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku
yang dibutuhkan perusahaan
Nama Responden : Pendidikan : Pengalaman :
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategi yang akan dimasukkan kedalam
kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan usaha ayam
arab petelur di Trias Farm yang berada di Bogor, Jawa Barat yang dilakukan oleh
responden.
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (V) pada kolom kekuatan, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm.
2. Berikan tanda (V) pada kolom kelemahan, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm.
121
No Faktor-Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan 1 Lokasi perusahaan yang strategis 2 Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
sehingga menghemat waktu dan biaya
3 Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan
4 Menghasilkan produk yang berkualitas baik 5 Peternakan Trias Farm menerapkan sistem
pencatatan data dan keuangan yang sudah baik
6 Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman
7 Peternakan Trias Farm menggunakan labelisasi yang menarik
8 Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan 9 Keterbatasan modal 10 Belum mampu memenuhi semua permintaan
konsumen
11 Pelaksanaan tugas karyawan belum terlaksana dengan baik
Nama : Pendidikan : Pengalaman :
1. Penilaian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Petunjuk Pengisian
Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1,2,3
Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal
Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total A B C D E F G H I J K L Total
Keterangan:
122
Peluang :
A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat
alamiah (Back to Nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan
hibah, serta adanya kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
Ancaman :
H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di jawa Barat tidak mengalami perkembangan
I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia K. Persaingan dengan perusahaan sejenis L. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi
1. Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang
dan Ancaman) 2.1 Pemberian Peringkat terhadap Peluang Perusahaan
Petunjuk Pengisian
a. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan usaha dalam
meraih peluang yang ada berikut ini dengan memberikan tanda (V) pada
pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini:
Skala 1 : sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut kurang
Skala 2 : rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut rata-rata
Skala 3 : tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut diatas rata-rata
Skala4 : sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut superior.
123
Menurut Bapak, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang tersebut : No Peluang 1 2 3 4 1 Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa
Barat
2 Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature)
3 Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli
4 Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta adanya kebijakan mencegah menyakit flu burung
5 Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran
6 Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar
7 Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
2.2 Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Perusahaan
Petunjuk pengisian:
a. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada besarnya ancaman usaha
dalam mempengaruhi usaha dimasa yang datang dengan cara memberikan
tanda (V) pada pilihan Bapak.
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini:
Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut diatas rata-rata Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang
Menurut Bapak, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi ancaman
tersebut:
No Ancaman 1 2 3 4 1 Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur
di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
2 Terjadinya kenaikan tingkat inflasi 3 Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di
Indonesia
4 Persaingan dengan perusahaan sejenis 5 Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap
perusahaan tinggi
124
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
1. Penilaian Bobot terhadap Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1,2,3
Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Catatan : cara membaca perbandingan dimulai pada variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten.
Faktor Internal
A B C D E F G H I J K Total
A B C D E F G H I J K Total
Keterangan:
Kekuatan :
A. Lokasi perusahaan yang strategis B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga menghemat
waktu dan biaya C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman G. Menggunakan kemasan yang menarik H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji
di Laboratorium IPB
125
Kelemahan:
I. Keterbatasan modal J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaa tugas karyawan belum terlaksana dengan baik
2. Pemberian Peringkat terhadap Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan)
2.1 Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Perusahaan
Petunjuk Pengisian
a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara
memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan dibawah ini:
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing Menurut Bapak, bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau industri yang memproduksi produk sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut : No Kekuatan 1 2 3 4 1 Lokasi perusahaan yang strategis 2 Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien
sehingga menghemat waktu dan biaya
3 Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan
4 Menghasilkan produk yang berkualitas baik 5 Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan
data dan keuangan yang sudah baik
6 Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman
7 Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik
8 Produk telah memiliki izin kesehatan dari Dinas kesehatan hewan dan telah di uji dalam laboratorium IPB
126
2.2 Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Perusahaan
Petunjuk Pengisian:
a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha
dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara
memberikan kelemahan tanda (V) pada pilihan Bapak.
b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini:
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing Menurut Bapak, bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing yang memproduksi produk sejenis dalam hal ini faktor-faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut:
No Kelemahan 1 2 3 4 1 Keterbatasan modal 2 Belum mampu memenuhi semua permintaan
konsumen
3 Pelaksanaa tugas karyawan belum terlaksana dengan baik
Nama Responden : Pendidikan : Pengalaman :
Penentuan Alternatif Strategi dengan QSPM
Tujuan:
Untuk menunjukan kemenarikan relatif dan alternatif-alternatif yang dihasilkan
dari matriks SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tepat untuk
dihasilkan terlebih dahulu oleh peternakan Trias Farm di Bogor, Jawa Barat.
Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT
1. Mempertahankan kualitas produk. 2. Mempertahankan loyalitas pelanggan. 3. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun
swasta. 4. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. 5. Meningkatkan kapasitas produksi. 6. Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada.
127
7. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. 8. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.
Petunjuk Pengisian:
Mengajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh pada alternatif strategi yang ada. Jika jawabannya “tidak” maka kolom AS tidak perlu diisi, jika jawabannya “ya” maka kolom AS diisi dengan: 4 = jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 3 = jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 2 = jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan dengan relatif terhadap alternatif lain. 1 = jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan dengan relatif terhadap alternatif lain.
128
Lampiran 2. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Internal Responden 1 : Manajer Perusahaan
Keterangan Kekuatan : Kelemahan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. I. Keterbatasan modal. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan
dan telah di uji di Laboratorium IPB.
Faktor Internal
A B C D E F G H I J K Total Bobot Rating Nilai Tertimbang
A 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 23 0,1045 4 0,418 B 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21 0,0955 4 0,286 C 1 2 1 2 1 3 2 3 3 3 21 0,0955 3 0,287 D 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 27 0,1228 4 0,491 E 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 0,0863 3 0,258 F 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 25 0,1136 4 0,454 G 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 16 0,0727 3 0,218 H 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 19 0,0864 3 0,259 I 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 18 0,0818 2 0,164 J 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 14 0,0636 1 0,064 K 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 17 0,0773 2 0,155
Total 220 1 3,054
129
Responden 2 : Bagian Produksi
Keterangan
Kekuatan : Kelemahan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. I. Keterbatasan modal. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan
dan telah di uji di Laboratorium IPB.
Faktor Internal
A B C D E F G H I J K Total Bobot Rating Nilai Tertimbang
A 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 25 0,1136 4 0,4544 B 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 24 0,1091 4 0,4364 C 1 1 1 2 2 3 3 2 3 3 21 0,0955 3 0,2865 D 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 26 0,1182 4 0,4728 E 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 24 0,1091 3 0,3273 F 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 23 0,1045 3 0,3135 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 0,0500 3 0,1500 H 2 2 1 1 1 1 3 1 2 2 16 0,0727 3 0,2181 I 1 2 2 1 2 2 3 3 2 3 21 0,0955 2 0,1910 J 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 16 0,0727 2 0,0727 K 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 13 0,0591 2 0,1182
Total 220 1 3,0409
130
Responden 3 : Bagian Pemasaran
Keterangan
Kekuatan : Kelemahan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. I. Keterbatasan modal. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan
dan telah di uji di Laboratorium IPB.
Faktor Internal
A B C D E F G H I J K Total Bobot Rating Nilai Tertimbang
A 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 26 0,1182 4 0,4728 B 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 21 0,0954 4 0,3816 C 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 16 0,0727 3 0,2181 D 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 26 0,1182 3 0,3546 E 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 19 0,0864 3 0,2592 F 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 24 0,1091 3 0,3273 G 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 15 0,0682 3 0,2046 H 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 15 0,0682 3 0,2046 I 2 1 2 1 2 2 3 3 3 3 22 0,1000 3 0,3000 J 2 2 2 1 1 1 3 3 1 2 18 0,0819 2 0,1638 K 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 18 0,0819 2 0,1638
Total 220 1 3.1136
131
Lampiran 3. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Eksternal Responden 1 : Manajer Perusahaan
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Bobot Peringkat Nilai Tertimbang A 1 3 2 1 2 1 3 1 1 1 2 18 0,0687 2 0,1374 B 3 3 3 2 2 1 3 1 2 1 3 23 0,0878 3 0,2634 C 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 13 0,0496 1 0,0496 D 2 1 3 1 2 1 2 1 1 1 1 16 0,0611 2 0,1222 E 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 28 0,1068 3 0,3204 F 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 17 0,0649 2 0,1298 G 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 30 0,1145 3 0,3435 H 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 16 0,0611 4 0,2444 I 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 30 0,1145 2 0,1222 J 3 2 3 3 2 3 2 3 1 1 2 25 0,0954 3 0,2862 K 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 29 0,1107 3 0,3321 L 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 17 0,0649 3 0,1947
Total 262 1,000 2,5459 Keterangan :
Peluang : Ancaman :
A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
Ke sifat alamiah (Back to nature) I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan K. Persaingan dengan perusahaan sejenis
hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal
yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
132
Responden 2 : Pesaing Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Bobot Peringkat Nilai Tertimbang
A 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 15 0,0568 2 0,1136 B 3 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 17 0,0644 3 0,1932 C 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 14 0,0530 1 0,0530 D 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 19 0,0720 2 0,1440 E 3 2 3 3 3 1 3 1 1 1 3 24 0,0909 3 0,2727 F 2 3 3 2 1 1 2 1 1 1 2 19 0,0720 2 0,1440 G 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 31 0,1174 3 0,3522 H 3 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 20 0,0758 4 0,3032 I 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 29 0,1098 2 0,2196 J 3 3 3 2 3 3 1 2 1 1 1 23 0,0871 3 0,2613 K 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 31 0,1174 3 0,3522 L 3 2 3 2 1 2 1 2 2 3 1 22 0,0833 3 0,2499
Total 264 1,000 2,6580 Keterangan :
Peluang : Ancaman :
A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
Ke sifat alamiah (Back to nature) I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan K. Persaingan dengan perusahaan sejenis
hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal
yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
133
Responden 3 : Ketua Himpuli dan Kepraks Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Bobot Peringkat Nilai Tertimbang
A 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 1 18 0,0679 2 0,1358 B 3 2 2 3 3 1 3 2 3 3 3 28 0,1057 3 0,3171 C 3 2 2 3 2 1 3 2 1 2 2 23 0,0868 3 0,2604 D 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 20 0,0754 2 0,1508 E 2 1 1 2 3 1 3 2 2 2 2 21 0,0792 3 0,2376 F 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 15 0,0566 2 0,1132 G 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 30 0,1132 3 0,3396 H 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 13 0,0490 4 0,1960 I 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 26 0,0981 2 0,1962 J 3 1 3 3 2 3 2 3 2 2 3 27 0,1019 2 0,2038 K 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 3 25 0,0943 2 0,1886 L 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 19 0,0717 3 0,2151
Total 265 1 2,5554 Keterangan :
Peluang : Ancaman :
A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
Ke sifat alamiah (Back to nature) I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan K. Persaingan dengan perusahaan sejenis
hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal
yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
134
Lampiran 4. Matriks IFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Internal)
Ket Bobot Rataan Rating Rataan Skor (Bobot xRating) Responden
1 Responden
2 Responden
3 Responden
1 Responden
2 Responden
3 A 0,1045 0,1136 0,1136 0,1105 4 4 4 4 0,4422 B 0,0955 0,1091 0,1091 0,1045 3 4 4 3,66 0,3834 C 0,0955 0,0955 0,0955 0,0955 3 3 3 3 0,2865 D 0,1228 0,1182 0,1182 0,1197 4 4 4 4 0,4789 E 0,0863 0,1091 0,1091 0,1015 3 3 3 3 0,3045 F 0,1136 0,1045 0.1045 0,1075 4 3 3 3,33 0,3584 G 0,0727 0,0500 0,0500 0,0575 3 3 3 3 0,1727 H 0,0864 0,0727 0,0727 0,0772 3 3 3 3 0,2318 I 0,0818 0,0955 0,0955 0,0909 2 2 2 2 0,1818 J 0,0636 0,0727 0,0727 0,0696 1 1 2 1,33 0,0928 K 0,0773 0,0591 0,0591 0,0651 2 2 2 2 0,1303
Total 3,0636 Kekuatan : Kelemahan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. I. Keterbatasan modal. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan
dan telah di uji di Laboratorium IPB.
135
Lampiran 5. Matriks EFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Eksternal) Ket Bobot Rataan Rating Rataan Skor
(Bobot xRating) Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 1
Responden 2
Responden 3
A 0,0687 0,0568 0,0679 0,0645 2 2 2 2 0,1290 B 0,0878 0,0644 0,1057 0,0859 3 3 3 3 0,2577 C 0,0496 0,0530 0,0868 0,0631 1 1 3 1,67 0,1054 D 0,0611 0,0720 0,0754 0,0695 2 2 2 2 0,1390 E 0,1068 0,0909 0,0792 0,0923 3 3 3 3 0,2769 F 0,0649 0,0720 0,0566 0,0645 2 2 2 2 0,1290 G 0,1145 0,1174 0,1132 0,1150 3 3 3 3 0,3450 H 0,0611 0,0758 0,0490 0,0620 4 4 4 4 0,2480 I 0,1145 0,1098 0,0981 0,1075 2 2 2 2 0,2150 J 0,0954 0,0871 0,1019 0,0948 3 3 2 2,67 0,2531 K 0,1107 0,1174 0,0943 0,1075 3 3 2 2,67 0,2870 L 0,0649 0,0833 0,0717 0,0733 3 3 3 3 0,2199
Total 2,5860 Keterangan : Peluang : Ancaman: A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Jawa Barat tidak mengalami perkembangan
Ke sifat alamiah (Back to nature) I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan K. Persaingan dengan perusahaan sejenis
hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal
yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan
136
Lampiran 6. Matriks QSP Responden 1
Keterangan Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan A 0.112 3 0.336 2 0.224 3 0.336 3 0.336 3 0.336 2 0.224 4 0.448 3 0.336 Kekuatan B 0.100 3 0.300 3 0.300 2 0.200 3 0.300 3 0.300 3 0.300 2 0.200 4 0.400 Kekuatan C 0.087 2 0.176 1 0.087 2 0.175 2 0.175 2 0.175 3 0.263 3 0.263 2 0.175 Kekuatan D 0.119 4 0.479 3 0.359 4 0.478 2 0.239 4 0.478 3 0.359 4 0.478 3 0.359 Kekuatan E 0.093 1 0.094 1 0.093 3 0.281 2 0.187 2 0.187 1 0.090 2 0.187 2 0.187 Kekuatan F 0.109 4 0.436 3 0.320 2 0.218 1 0.109 4 0.436 4 0.430 4 0.436 2 0.218 Kekuatan G 0.063 3 0.191 3 0.190 2 0.127 1 0.063 3 0.190 3 0.190 2 0.127 3 0.190 Kekuatan H 0.075 3 0.227 3 0.227 2 0.151 1 0.075 2 0.151 3 0.227 2 0.151 3 0.227 Kelemahan I 0.092 2 0.185 3 0.277 4 0.369 1 0.092 2 0.184 2 0.184 3 0.277 4 0.369Kelemahan J 0.072 3 0.218 3 0.218 4 0.290 2 0.145 3 0.218 3 0.218 4 0.290 4 0.290 Kelemahan K 0.072 2 0.146 1 0.072 1 0.072 4 0.291 1 0.072 3 0.218 1 0.072 2 0.145 Peluang A 0.064 3 0.194 3 0.193 3 0.193 2 0.129 3 0.193 3 0.193 2 0.129 2 0.129 Peluang B 0.085 3 0.258 2 0.171 2 0.171 2 0.171 3 0.257 3 0.257 2 0.171 2 0.171 Peluang C 0.063 2 0.126 1 0.063 1 0.063 1 0.063 1 0.063 2 0.126 1 0.063 1 0.063 Peluang D 0.069 3 0.209 2 0.139 4 0.278 2 0.139 3 0.208 3 0.208 2 0.139 4 0.278 Peluang E 0.092 2 0.185 3 0.276 3 0.276 2 0.184 3 0.276 3 0.270 3 0.276 3 0.276 Peluang F 0.064 4 0.258 3 0.193 3 0.193 2 0.129 3 0.193 3 0.193 3 0.193 3 0.193 Peluang G 0.115 3 0.345 4 0.460 2 0.230 2 0.230 4 0.460 3 0.345 3 0.345 3 0.345 Ancaman H 0.062 3 0.186 3 0.186 2 0.124 3 0.186 2 0.124 2 0.124 2 0.124 2 0.124 Ancaman I 0.107 3 0.323 3 0.322 3 0.322 2 0.215 3 0.322 2 0.215 3 0.322 4 0.430 Ancaman J 0.094 1 0.095 2 0.189 1 0.094 2 0.189 2 0.189 1 0.094 2 0.189 2 0.189 Ancaman K 0.107 4 0.430 4 0.430 3 0.322 2 0.215 3 0.322 4 0.430 4 0.430 4 0.430 Ancaman L 0.073 3 0.220 3 0.219 4 0.293 2 0.146 3 0.219 2 0.146 2 0.146 4 0.293 Total 1.999 5.614 5.224 5.266 4.015 5.564 5.328 5.465 5.825
137
Responden 2
Keterangan Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan A 0.112 4 0.448 3 0.336 4 0.448 2 0.224 4 0.448 2 0.224 3 0.336 3 0.336 Kekuatan B 0.100 3 0.300 3 0.300 3 0.300 2 0.200 3 0.300 3 0.300 2 0.200 3 0.300 Kekuatan C 0.087 2 0.176 2 0.175 2 0.175 3 0.263 3 0.263 3 0.263 2 0.175 2 0.175 Kekuatan D 0.119 4 0.479 4 0.478 3 0.359 3 0.359 4 0.478 3 0.359 4 0.478 3 0.359 Kekuatan E 0.093 2 0.188 2 0.187 3 0.281 2 0.187 2 0.187 1 0.093 2 0.187 2 0.187Kekuatan F 0.109 4 0.436 4 0.43 3 0.327 3 0.327 4 0.436 3 0.327 3 0.327 2 0.218 Kekuatan G 0.063 3 0.191 3 0.190 3 0.190 2 0.127 3 0.190 3 0.190 2 0.127 3 0.190 Kekuatan H 0.075 3 0.227 3 0.227 3 0.227 2 0.151 3 0.227 3 0.227 2 0.151 3 0.227 Kelemahan I 0.092 2 0.185 4 0.369 4 0.369 2 0.184 2 0.184 2 0.184 3 0.277 4 0.369 Kelemahan J 0.072 3 0.218 3 0.218 4 0.290 3 0.218 4 0.290 3 0.218 4 0.290 4 0.290 Kelemahan K 0.072 2 0.146 2 0.145 2 0.145 4 0.291 2 0.145 3 0.218 2 0.145 1 0.072 Peluang A 0.064 3 0.194 3 0.193 3 0.193 2 0.129 3 0.193 3 0.193 3 0.193 2 0.129 Peluang B 0.0859 3 0.258 2 0.171 3 0.257 2 0.171 3 0.257 3 0.257 3 0.257 2 0.171 Peluang C 0.063 2 0.126 1 0.063 2 0.126 1 0.063 2 0.126 2 0.126 1 0.063 1 0.063 Peluang D 0.069 3 0.209 3 0.200 4 0.278 2 0.139 3 0.208 3 0.208 2 0.139 4 0.278 Peluang E 0.092 3 0.277 3 0.276 3 0.276 2 0.184 3 0.276 3 0.276 4 0.369 3 0.276 Peluang F 0.064 2 0.129 3 0.193 3 0.193 2 0.129 2 0.129 3 0.193 3 0.193 2 0.129 Peluang G 0.115 3 0.345 4 0.460 3 0.345 3 0.345 2 0.230 3 0.345 4 0.460 3 0.345 Ancaman H 0.062 4 0.248 4 0.248 2 0.124 2 0.124 1 0.062 2 0.124 4 0.248 2 0.124 Ancaman I 0.107 3 0.323 3 0.322 4 0.430 3 0.322 3 0.322 2 0.215 3 0.322 3 0.322 Ancaman J 0.094 2 0.190 2 0.189 2 0.189 1 0.094 1 0.094 1 0.094 2 0.189 2 0.189 Ancaman K 0.107 4 0.430 3 0.322 4 0.430 3 0.322 2 0.215 4 0.430 3 0.322 4 0.430 Ancaman L 0.073 3 0.220 3 0.219 3 0.219 3 0.219 2 0.146 2 0.146 3 0.219 4 0.293Total 1.999 5.940 5.936 6.180 4.779 5.416 5.219 5.676 5.480
138
Alternatif strategi :
1. Meningkatkan kualitas produk.
2. Mempertahankan loyalitas pelanggan.
3. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta.
4. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
5. Meningkatkan kapasitas produksi.
6. Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada.
7. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik.
8. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.
139
Lampiran 7. Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm
Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm
Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm
Telur Ayam Kampung
140
Lampiran 8. Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm
Tahap Bumigasi Telur Timbangan Telur
Mesin Tetas Telur yang disortasi
Mesin Tetas Telur Tetas
141
Lampiran 9. Proses Produksi Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm
Ayam berumur 1-21hari
Ayam berumur 21- 120 hari
Ayam berumur 4-20 bulan