data darah

Click here to load reader

Upload: irma-nurtiana-syafitri

Post on 11-Jul-2016

324 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

FARKIN

TRANSCRIPT

Slide 1

1. TUJUAN UMUMMembandingkan bioavaibilitas suatu obat dan rute pemakaian yang berbeda.2. TUJUAN KHUSUSMelakukan uji bioavaibilitas suatu obat dari sediaan suspense (peroral) dan larutan injeksi (intramuscular dan intravena) dengan menggunakan data darah .Menghitung dan mengintepretasikan bioavaibilitas suatu obatDasar Teori Rute pemberian obat (routes of administration) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah: enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat dilingkungan tersebut berbeda. Hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mmencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang mencapai lokasi kerjanya dak=lam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat. (Katzung, B.G, 1989)Rute pemakaian oral merupakan rute yang paling lazim dan popular dari pendosisan obat. Bentuk sediaan oral harus dirancang untuk memperhitungkan rentang pH yang ekstri. Ada atau tidak adanya makanan, degradasi enzim, perbedaan permeabilitas obat dalam daerah yang berbeda dalam usus, dan motilitas saluran cerna. (Biofarmasetika dan Farmakokinetik Ed V, hal 382-383)Beberapa obat tidak diberikan secara oral karena ketidak stabilanobat dalam saluran cerna atau peruraian obat oleh enzim pencernaan dalam usus: sebagai contoh, eritroportin dan hormone pertumbuhan (somatropin) diberikan secara intramuscular dan insulindiberikan secara subcutan atau intramuscular karena potensial untuk terjadi peruraian obat-obat tersebut dalam lambung dan usus.

Rute parenteral

1. Intravena bolus (IV)bioavaibilitas: absorbs sistemik lengkap (100%). Laju bioavaibilitas dianggap seketika.Keuntungan: obat diberikan untuk efek segeraKerugian: peluang reaksi merugikan meningkat, kemungkinan anafilaksis.2. Infuse intravena (inf-IV)Bioavaibilitas: absorbs sistemik lengkap (100%) laju absorbs obat dikendalikan oleh laju infusi.Keuntungan: kadar obat plasma dikendalikan lebh tepat. Dapat diinjeksi volume cairan dalam jumlah besar, dapat menggunakan obat dengan kelarutan lipid rendah dan / atau obat mengiritasi.Kerugian: perlu pemakaian alat infuse. Kerusakan jaringan site injeksi (infiltrasi rekrosis atau abses stent)

3. Intramuscular (IM)Bioavaibilitas: cepat dari larutan aqueous, absorbsi lambat dari larutan non-aqueousKeuntungan: lebih mudah diinjeksi dari injeksi IV. Dapat digunakan volume lebih besar disbanding larutan subkutan.Kerugian: pbat pengiritasi dapat sangat sakit, laju absorbs berbeda bergantung pada kelompok obat yang diinjeksi dan aliran darah.

Rute interal

1. Oral (PO)Bioavaibilitas: absorbs dapat beda, umum, absorbs lebih lambat dibandingkan injeksi IV bolus atau IMKeuntungan: rute pemberian paling aman dan mudah. Dapat menggunakan produk obat lepas segera atau lepas modifikasi.Kerugian: beberapa obat mempunyai absorbs errartik, tak stabil dalam saluran.(Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Ed V, hal 371-372)

Bahan dan pereaksiSulfametoksazolAsam trikhloro asetat 15%Natrium nitrit 0,1%Ammonium sulfamat 0,5%N(naftil) Etilen diamina dihidrokhlorida 0,1%

AlatSpektrofotometerAlat pemusingDisposable syringe 1ccTimbangan untuk binatang percobaanCageVortex mixtureAlat pencukurAlat gelasMouth blockFeeding tubeSubjek cobaHewan coba kelinci.

Pemakaian produk obat

1. Pemakaian peroralTimbang berat kelinciHitung dosis dan volume suspense yang akan diberikan peroral. Dosis 50mg/kgbb (1ml suspense = 40mg sulfametoksazol)Berikan obat secara peroral.

2. Pemakaian intramuscularTimbang berat kelinciHitung dosis dan volume larutan yang akan diberikan intramuscular. Dosis 50mg/kgbb (1ml larutan = 250mg sulfametoksazol)Berikan ke dalam paha atas dari kaki, gunakan tempat injeksi yang berbeda.

3. Pemakaian intravenaTimbang berat kelinciHitung dosis dan volume larutan yang akan diberikan intravena. Dosis 20mg/kgbb (1ml larutan = 80mg sulfametoksazol)Berikan obat ke dalam vena telinga marginal kelinciPengambilan sampel darah dengan disposable syringe

Ambil satu sampel darah sebelum pemberian obat sebagai blanko Ambil disposable syringe steril dan bilas dengan larutan heparinBersihkan bulu-bulu pada daerah telinga sekitar vena marginalOlesi xylol pada daerah sekitar vena maginalAmbil darah dengan disposable syringe kurang lebih 1ml darah. Kocok syringe untuk mencegah koagulasiLakukan pengambilan sampel darah pada waktu berikut :i.v : 0, 5, 10, 15, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah pemberian obati.m: 0, 10, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah pemberian obatp.o: 0, 10, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah pemberian obat

Perlakuan hewan coba Puasakan kelinci malam hari sebelum percobaanTimbang berat kelinci dan hitung dosis secara tepatBerikan obat sulfametoksazol sesuai rute pemberian yang telah ditetapkanAmbil sampel darah sesuai dengan waktu yang ditentukan

Metode penetapan kadar sulfametoksazol dalam darah dengan metode azotasi dari bratton marshal

Cuplikan darah 0,5ml ditambah 7,5ml air suling, dicampur homogen dan didiamkan selama 15menit, tambahkan kedalamnya 2ml TCA 15% kocok dan pusingkan. Ambil supernatant 5ml kemudian tambahkan 0,5ml NaNO2 0,1% diamkan selama 3menit. Tambahkan kedalamnya 0,5ml ammonium sulfamat 0,5%, reaksikan selama 2menit. 2,5ml N(naftil) etilen diamina dihidroklorida 0,1%, diamkan selama 10menit. Amati serapannya pada makksimum!

Tahap Percobaan 1. Pembuatan larutan baku kerja sulfametoksazolBuatlah larutan baku induk 1000 mcg/ml dari 100 mg sulfametoksazol dilarutkan dalam NaOH 0,1 N dan H2SO4 4 N (1:5), kemudian tambahkan air suling sampai 100 ml.Buatlah larutan baku kerja sulfametoksaol dengan cara mengencerkan larutan baku induk dengan air suling sampai didapat larutan dengan kadar 10,20,30,50, dan 100 mcg/ml.

2. Penentuan panjang gelombang maksimumPanjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja 10 dan 100 mcg/ml. Reaksikan larutan baku kerja 10 dan 100 mcg/ml sesuai prosedur penetapan kadar sulfametoksazol dan amati nilai serapan pada panjang gelombang antara 520-560 nm. Buatlah kurva serapan terhadap panjang gelombang dan larutan baku kerja 10 dan 100 mcg/ml pada kertas grafik berskala sama! Tentukan maksimum!

3. Pembuatan Kurva BakuLakukan pengamatan serapan dari larutan baku kerja pada 1 yang telah direaksikan seperti pada metode penetapan kadar sulfametoksazol dalam darah dengan metode Azotasi di Bratton Marshal, pada panjang gelombang maksimum yang telah didapat dari 2.Buatlah tabel hasil pengamatan dan buat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan pada kertas grafik berskala sama! Hitung koefisien korelasinya, dan buat persamaan garisnya!

4. Penetapan kembali kadar sulfametoksazol yang ditambahkan dalam darah (recovery)Digunakan larutan baku kerja dengan kadar 10,20,30,50, dan 100 mcg/mlCara:0,5 ml larutan baku kerja dengan kadar 0,5 ml darah ditambah 7,0 ml air suling, campur homogen dan didiamkan 15 menit. Tambahkan ke dalamnya 2 ml TCA 15%, kocok dan pusingkan. Ambil supernatan 5 ml, kemudian tambahkan 0,5 ml NaNO2 0,1%, diamkan selama 3 menit. Tambahkan ke dalamnya 0,5 ml ammonium sulfamat 0,5% reaksikan selama 2 menit. Tambahkan 2,5 ml N (naftil) etilen diamina dihidroklorida 0,1%, diamkan selama 10 menit. Amati serapannya pada maksimum!Tabelkan hasil pengamatan dan buat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan pada kertas grafik berskala sama! Hitung persen recovery dengan cara sebagai berikut:Memasukkan nilai serapan larutan baku recovery pada persamaan kurva baku sehingga diperoleh harga kadar sulfametoksazol yang diperoleh kembali.Hitung persen recovery dengan membagi perolehan kembali sulfametoksazol dalam darah dengan kadar sebenarnya, kemudian dikalikan 100%5. Pengumpulan sampel darahLakukan pengambilan sampel darah pada waktu berikut:i.v: 0, 5, 10, 15, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit setelah pemberian obat.i.m; 0, 10, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit setelah pemberian obat.p.o; 0, 10, 20, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit setelah pemberian obat.

6. Penetapan kadar sulfametoksazol dalam darahTetapkan kadar sulfametoksazol dalam cuplikan darah dengan reaksi Azotasi dari Bratton Marshal dan amati serapannya pada panjang gelombang maksimum. Masukkan data serapan ke persamaan garis recovery untuk mendapatkan data kadar sulfametoksazol dalam darah dari setiap waktu pengambilan.

DATA DAN ANALISISTabel penimbangan baku kerja Sulfametoksazol 100 g (Rentang 90 mg 110 mg)

Tabel penimbangan baku recovery Sulfametoksazol 100 g (Rentang 90 mg 110 mg)

Berat wadah timbangan + Sulfametoksazole13.8938 gBerat wadah yang ditimbang3.7872 gBerat Sulfametoksazol0.1066 gBerat wadah timbangan + Sulfametoksazol12.3636 gBerat wadah yang ditimbang12.2593 gBerat Sulfametoksazol0.1043 gTabel nilai serapan Sulfametoksazol pada berbagai panjang gemombang untuk penentuan maks

Panjang Gelombang (nm)SerapanC1(......g/ml)C1(......g/ml)545 nm0.528maks= 533,0 nm

Tabel nilai serapan Sulfametoksazol pada brbagai kadar untuk pembuatan kurva baku

Persamaan Kurva Baku:Y = (4.84 x 10-3)x + (8.03 x 10-3)r = 0.9974

Kadar BakuAbsorbansi10.660.07521.320.09331.980.17053.300.257106.60.528Kadar BakuAbsorbansi21.320.09353.300.257106.60.528Tabel Nilai serapan Sulfametoksazol pada berbagai kadar untuk pembuatan kurva recovery

Kadar (mcg/ml)SrapanKadar yang didapat kembali (mcg/ml)Persen Recovery (%)BlankoSampelSampel - Blanko10.4320.8631.2952.15104.30.0380.1120.0690.2160.5306.7021.9313.0843.34107.9664.24105.1341.8083.11103.51Berat wadah + Kelinci3 kgBerat wadah1.5 kgBerat kelinci1.5 kg