dasar kelistrikan
DESCRIPTION
dasar kelistrikanTRANSCRIPT
UNIVERSITAS JEMBERFAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : YEREMIA ANDIKA PUTRA
NIM : 111510501064
GOL/KEL : B/6
ANGGOTA : 1. ANDRI GUTOMO (111510501056)
2. AYU VITRIAN K (111510501057)
3. DAWUD L. W (111510501165)
JUDUL ACARA : PEMINDAHAN KECAMBAH KOPI KE
POLIBAG DAN PENANAMAN BIBIT
KOPI KE LAPANG
TANGGAL PRAKTIKUM : 21 NOVEMBER 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 4 DESEMBER 2013
ASISTEN : 1. DODIK SURYA PRATAMA
2. MAMIK REZQIANA
3. YOKI PRASETYO
4. FADIL ROHMAN
5. RIZKA PUSPA
6. DITA ARISTYANA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan komoditi penting sejak tempo dulu, kini juga masa yang
akan datang. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komoditi ekspor yang
mempunyai arti yang cukup penting. Selain sebagai komoditi ekspor, kopi juga
merupakan komoditi yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survei yang
pernah dilakukan Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia
mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun. Dengan demikian dengan
jumlah penduduk Indonesia ± 170 juta, maka diperkirakan setiap tahun diperlukan
stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam negeri.
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1)
teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik
penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem
pemasarannya. Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan
yang harus diterapkan dengan baik dan benar. Dalam era perdagangan bebas,
komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi
penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik
budidaya yang baik dan sesuai maka bias dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang
baik dan sesuai dengan kehendak konsumen.
Budidaya yang tepat dan benar dalam kopi akan meningkatkan
produktivitas kopi dan kualitas yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh sistem
pengelolaan kebun yang tidak efisien karena jumlah tenaga kerja yang diguanakan
untuk penyiangan dibawah pohon kopi terlalu banyak. Agar budidaya kopi
produktivitas dan kualitasnya tinggi diperlukan keefisienan dalam melakukan
budidaya. Salah satu yang mempengaruhi kualitas dan produktivitas tanaman kopi
dalam budidaya kopi adalah pembibitan dan penanaman kopi dilapang.
Pembibitan dalam bercocok tanaman kopi merupakan langkah yang sangat
penting. Pengadaan bahan tanam tanaman kopi dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif menggunakan
sambungan (grafting/entring) atau stek (cutting). Kedua cara pengadaan bahan
tanam tersebut pada dasarnya sama, yaitu harus melalui dua tahap pembibitan.
Pertama melalui persemaian (pre nursery), kedua melalui pembibitan (main
nursery). Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah dibanding
perbanyakan secara vegetatif. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif
menghasilkan bahan tanaman yang secara genetis sama dengan tanaman
induknya. Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan
pengelolaan yang berbeda. Rencana penanaman kopi dengan menggunakan bahan
tanam yang berbeda akan memerlukan bahan tanaman, bahan pembantu, dan
jumlah serta kualifikasi tenaga kerja yang berbeda. Karena merupakan teknik
modifikasi dari perbanyakan secara generatif, maka pengelolaannyapun
sebenarnya mengacu pada pengelolaan perbanyakan tanaman kopi secara
generatif, dan hanya pada tindakan yang berbeda itu sajalah harus dilakukan
penyesuaian pengelolaan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pemindahan bibit kopi dari
bak pengecambah ke polibag.
2. Mahasiswa mengetahui tentang penanaman bibit kopi ke lapang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu komoditas pertanian utama di Indonesia adalah kopi yang telah
memberikan kontribusi pendapatan ekspor kepada negara. Nilai ekspor kopi biji
berfluktuasi pada periode 1990 – 2003. Tetapi pada 13 tahun terakhir, nilai ekspor
cenderung menurun dari USS 697 juta pada 1994, US$ 369 juta pada 1999, US$ 319
juta pada 2000, dan menjadi US$ 251 juta pada 2003 (ADB, 2005). Penurunan
pendapatan ekspor ini salah satunya disebabkan oleh relatif rendahnya tingkat
produksi (Fathorrozi, 2011).
Di Indonesia kopi merupakan salah satu komoditi ekspor yang mempunyai
arti yang cukup penting. Selain sebagai komoditi ekspor, kopi juga merupakan
komoditi yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survei yang pernah dilakukan
Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak
0,5 kg/orang/tahun. Dengan demikian dengan jumlah penduduk Indonesia ± 170 juta,
maka diperkirakan setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk
keperluan konsumsi dalam negeri (Maharani, 2013).
Kopi termasuk komoditas andalan perkebunan yang mempunyai
kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil
devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, sumber
lapangan kerja, dan pengembangan wilayah. Rendahnya produktivitas kopi antara
lain disebabkan oleh gangguan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang
merupakan penyakit paling merugikan usaha tani kopi di Indonesia. Oleh karena
itu, perlu dikenalkan cara pengendalian yang efektif dan berpeluang
dikembangkan dalam upaya mengurangi gangguan penyakit karat daun dan
meningkatkan produktivitas kopi Indonesia. Jenis kopi, umur tanaman, dan
kerapatan daun memengaruhi perkembangan penyakit karat daun (Mahfud, 2012).
Kopi merupakan bahan perdagangan karena kopi dapat diolah menjadi
minuman yang lezat rasanya artinya sebagai penyegar badan dan pikiran. Badan yang
lemah dan rasa kantuk dapat hilang bila minum kopi. Kopi merupakan komoditi
penting sejak tempo dulu, kini juga masa yang akan datang. Kopi telah menjadi salah
satu komoditi ekspor penting sebagai sumber penghidupan petani, pengusaha, yang
berhubungan dengan tata niaga kopi. Investasi yang dipertaruhkan dalam usaha
perkopian Indonesia tidaklah kecil, termasuk dana bank untuk kredit kopi guna
peremajaan dan perluasan tanaman pada tahun terakhir ini. Kopi juga merupakan
salah satu dari industri pertanian Indonesia yang terpenting, produksi dan pemrosesan
serta pemasarannya memperkerjakan banyak orang (Sirait dan Charloq, 2005).
Sampai sekarang kita ketahui bahwa kopi dan teh merupakan minuman
yang sangat penting di dunia Barat. Walaupun asal kopi itu dari Negara Afrika,
tetapi sedikit sekali penduduk asli yang minum kopi, sekalipun konsumen kopi itu
terus meningkat. Di Ethiopia, kopi itu diminum dengan makanan lemak. Selain
biji kopi itu dapat dipergunakan sebagai minuman, daunnya pun dapat diseduh
dengan air panas. Kulit kopi dapat dipergunakan sebagai pupuk organik/mulch. Di
India, kulit biji kopi dipakai sebagai makanan ternak dan Coffelite, semacam
plastik (Aak, 2008).
Untuk kopi robusta yang baik, sebagian orang sering menyebutnya kopi
EK (Eerst Kwaliteit), artinya kualitas nomor satu. Berdasarkan ukurannya, kopi
robusta dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut : 1. Biji ukuran besar, tidak
lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm dengan maksimum lolos 2,5%.
2. Biji ukuran sedang, lolos ayakan bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak
lolos ayakan 6,5 mm, dengan maksimum lolos 2,5%. 3. Biji ukuran kecil, lolos
ayakan bulat ukuran 6,5 mm, tetapi tidak lolos ayakan 5,5 mm, dengan maksimum
lolos 2,5% (Panggabean, 2007).
Kopi Arabika Gayo (Arabica Gayo Coffee) adalah satu diantara komoditi
ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional.
Kopi Arabika Gayo di Dataran Tinggi Gayo pada umumnya adalah kopi Arabika.
Kopi Arabika sangat cocok untuk tumbuh di Dataran Tinggi Gayo yang memiliki
letak geografis antara 3º45’0”–4º59’0”LU dan 96º16’10”–97º55’10”BT. Wilayah
didominasi ketinggian tempat diantara 900 – 1700 m dpl merupakan habitat yang
ideal untuk budidaya kopi Arabika (Ellyanti, 2012).
Kofein adalah alkaloid yang terdapat dalam biji kopi (Coffea
arabica/robusta) yang berasal dari Arab dan Etiopia. Sekitar tahun 1.000, orang-
orang Arab menemukan rahasia cara mengolah biji kopi dan menggunakannya
sebagai minuman yang menyegarkan. Di Eropa, kebiasaan minum kopi
diintroduksi pada tahun 1615, ketika muatan kopi pertama dari Turki tiba di
pelabuhan Venezia. Kemudian tumbuhan kopi diselundupkan ke Brasilia yang
kini menjadi produsen kopi terbesar di dunia (Tjay dan Rahardja, 2012).
Pembibitan dalam bercocok tanaman kopi merupakan langkah yang sangat
penting. Pengadaan bahan tanam tanaman kopi dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif menggunakan
sambungan (grafting/entring) atau stek (cutting). Kedua cara pengadaan bahan
tanam tersebut pada dasarnya sama, yaitu harus melalui dua tahap pembibitan.
Pertama melalui persemaian (pre nursery), kedua melalui pembibitan (main
nursery). Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah dibanding
perbanyakan secara vegetatif. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif
menghasilkan bahan tanaman yang secara genetis sama dengan tanaman
induknya. Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan
pengelolaan yang berbeda (Wolke, 2009).
Teknik pemindahan tanaman yaitu, dengan cara cabutan, dimana bibit
yang sudah tumbuh dipindahkan kedalam polybag yang telah disediakan
kemudian diukur tinggi tiap tanaman setelah satu minggu pengamanan dan
menghitung jumlah tanaman yang mati. Stump merupakan proses pemindahan
tanaman yang dilakukan dengan mengambil dari batang tunas vertical (orthoptop)
dibawah daun dengan menggunakan gunting stek yang tajam. Bahan hams
mengandung daun 2-3 helai. Bagian bawah stek dipotong sedikit di bawah dan
daun dipotong setengahnya (Anwar dan Khomsan, 2011).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Usaha Budidaya Komoditas Perkebunan Unggulan dengan
acara ”Pemindahan Kecambah Kopi ke Polibag dan Penanaman Bibit Kopi ke
Lapang” dilaksanakan pada hari Kamis, 21 November pukul 15.00 – selesai
bertempatan di Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Sabit
3. Timba
4. Kamera
5. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Kecambah kopi
2. Polibag
3. Tanah
4. Pasir
5. Kompos
6. Bibit kopi
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Pemindahan Kecambah Kopi ke Polibag
1. Menyiapkan polibag berwarna hitam berukuran 30 cm x 20 cm dengan
ketebalan 0,1 mm.
2. Memberi lubang penutasan air pada polibag dengan diameter 7 mm sebanyak
30 buah merata pada dua per tiga bagian bawah, kedua ujung sisi bawah
dilipat ke arah dalam.
3. Mengisi penuh polibag dengan campuran tanah lapisan atas (top soil), pupuk
kandang atau kompos dan pasir halus dengan perbandingan 2:1:1.
4. Mengatur polibag di tempat pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm.
5. Membuat lubang tanam dengan bambu atau tugal sedalam 5-8 cm.
6. Menanam kecambah atau kepelan yang telah diseleksi ke dalam polibag.
Melakukan penanaman dengan hati- hati, dengan maksud supaya akar dan
batang kepelan tidak rusak.
7. Menempelkan bagian akar dan batang pada salah satu sisi lubang dengan
tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati- hati
sekali. Jarak antara daun kepelan dengan tanah lebih kurang 3 cm.
8. Menyiram kecambah atau kepelan yang telah ditanam air secukupnya.
3.3.2. Penanaman Bibit Kopi Ke Lapang
1. Menyiapkan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm.
2. Menyiapkan bibit kopi yang tumbuh dengan baik dan memenuhi kriteria
penanaman.
3. Memasukkan tanah bagian top soil ke dalam lubang tanam yang telah dibuat.
4. Mengaduk kompos dengan tanah top soil hingga rata.
5. Memasukkan sebagian tanah bagian sub soil ke dalam lubang.
6. Membuka polibag bibit kopi secara perlahan agar tidak melukai bibit kopi.
7. Membuka polibag bibit secara hati- hati ke dalam lubang, mempertahankan
agar tanah dari polibag tidak pecah atau hancur, serta memastikan leher akar
tidak tertanam karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman kopi.
Melakukan penanaman di awal musim hujan agar pertumbuhan optmal.
8. Menyiram bibit kopi yang telah ditanam dengan air secukupnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Gambar Keterangan
1 Membuat lubang tanamn dengan ukuran
60 x 60 x 60 cm
2. Memasukkan tanah top soil terlebih
dahulu yang telah dicampur dengan
kompos, kemudian di sub soil.
3. Memindahkan bibit kopi dari polybag ke
lubang tanam.
4. Memastikan leher akar tidak tertanam
karena dapat menghambat pertumbuhan
tanaman kopi. Kemudian, menyiram bibit
kopi yang telah di tanaman dengan air
secukupnya.
4.2 Pembahasan
Proses pembibitan sebaiknya dilakukan secara skematis dengan
persyaratan mutu yang telah diketahui dapat memberikan pengaruh pertumbuhan
kopi hingga nantinya diharapkan mampu mempercepat fase reproduksi
(generatif). Ada beberapa langkah yang diperhatikan guna menunjang
keberhasilan pembibitan kopi, sehingga bibit tanaman kopi bisa tumbuh dengan
optimal dan memiliki vigor baik. Hal tersebut dapat dimulai dari pemilihan bahan
tanam, membuat komposisi media tanam, dan cara pengendalian OPT. Tahapan
tersebut dapat dijabarkan seperti di bawah ini, antara lain:
a) Memilih bahan bibit
- Memilih biji kopi yang telah masak, seleksi benih kopi dengan ditandai kulit
berwarna merah.
- Mengambil biji yang sehat dan menghindari biji kopi yang rusak akibat
serangan hama ataupun penyakit.
- Membersihkan kulit biji dengan hati-hati agar tidak merusak permukaan
dalam biji (endosperma).
- Kalau bisa memperoleh benih yang diperoleh dari sumber benih bersertifikat
untuk memperoleh jaminan mutu bibit kopi.
b) Mengolah media tanam
- Membuat campuran media tanam yang bertekstur gembur, misalkan
komposisi tanah : pasir : bahan organik yaitu 1:1:2.
- Menggunakan bahan organik yang telah benar-benar masak, untuk mencegah
adanya kontaminasi patogen penyebab penyakit
- Menambahkan jamur berguna seperti rhizobium dan lainnya, yang dapat
meningkatkan pertumbuhan perakaran kopi lebih baik.
- Membersihkan dari gulma yang berada di permukaan yang dapat
menyebabakan persaingan dalam hal penyerapan nutrisi unsur hara.
- Melakukan penyiraman seperlunya saja hingga kapasitas lapang dan jangan
sampai terlalu lembab.
c) Pengendalian OPT
- Menyemprot dengan larutan fungisida guna mencegah adanya jamur yang
berperan sebagai patogen pada akar maupun tanaman kopi.
- Melakukan pengendalian secara mekanik pada pengendalian awal yang masih
terdapat populasi hama dalam jumlah sedikit.
- Mengatur jarak tanam dengan menjaga kelembaban sekitar pembibitan.
Cara pemindahan bibit kopi ke pembibitan dapat dilakukan setelah benih
kopi semai berusia 9 – 12 minggu sejak tanam. Pembibitan butuh tahapan
persiapan tempat pembibitan, sebelum memindah dan menanam bbit kopi,
kemudian dilakukan pemeliharaan bibit. Sebaiknya tempat pembibitan berdekatan
dengan lokasi penanaman, dekat sumber air, mudah dalam pengawasan, dan
mudah dalam pengangkutan. Pembibitan perlu untuk diberi naungan alami seperti
tanaman Leucena glauuca ataupun naungan dari alang-alang, anyaman bambu,
ataupun anyaman daun kelapa.
Pada sistem pembibitan yang terutama dihasilkan dari perkecambahan biji
kopi, maka perlu untuk melakukan seleksi awal terhadap kualitas benih kopi.
Karena benih kopi yang akan dijadikan bahan tanam harus memiliki kualitas yang
handal sebagai tegakan. Menurut Syarifuddin (2010), Misalkan saja ketika
tanaman berakar yang diperoleh dari biji maka sebaiknya ditanam jenis kopi dari
indukan yang memang memiliki sistem perakaran yang cukup kuat. Hal ini akan
berguna untuk melakukan penyambungan batang nantinya dari dengan bibit koip
yang berasal dari bibit sambungan ataupun setek. Jadi batang bawah yang
diperoleh dari benih kopi diharap memiliki sistem perakaran yang kuat meskipun
tudak memiliki produktivitas yang tinggi, tidak begitu dipermasalahkan. Beberapa
jenis tanaman kopi diperlakukan berbeda yang disesuaikan dengan
kepentingannya sebagai bahn tanam di lapang.
Perbanyakan tanaman kopi dilakukan melalui dua cara, yaitu secara
generatif dan vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah
dibanding perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara generative lebih
umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk
menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara
vegetative. Sedangkan kekurangan dari perbanyakan secara generative adalah
adanya kemungkinan memiliki sifat yang lebih jelek dari induknya dan terjadi
ketidak seragaman dalam pertumbuhannya. Perbanyakan kopi secara generatif
dilakukan dengan sistem tanam biji. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif
menghasilkan bahan tanaman yang secara genetis sama dengan tanaman
induknya. Namun, perbanyakan secara vegetative memerlukan waktu yang lebih
lama untuk pertumbuhannya, dan membutuhkan keahlian khusus dalam
melakukan perbanyakan ini. Sedangkan kelebihan yang dimiliki perbanyakan
kopi secara vegetatif adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya.
2. Mutu hasil seragam
3. Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah
4. Memiliki umur mulai berbuah lebih awal
Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan pengelolaan
yang berbeda. Rencana penanaman kopi dengan menggunakan bahan tanam yang
berbeda akan memerlukan bahan tanaman, bahan pembantu, dan jumlah serta
kualifikasi tenaga kerja yang berbeda.
Untuk mendapatkan benih yang baik, maka kita harus mencari biji kopi
dari pohon yang baik dan dipilih yang telah kering serta masak dan sudah tentu
dari klon-klon tertentu yang dikehendaki. Kita juga harus menghindarkan biji-biji
yang berlubang atau terserang bubuk, juga biji yang tidak normal, baik itu terlalu
kecil maupun terlalu besar. Lalu biji-biji tersebut dikupas, baik menggunakan
tangan maupun kaki, boleh juga memakai handpulper, asal kan dapat menjaga
kulit tanduk tidak rusak. Kulit tanduk ini merupakan endocarp yang melindungi
bakal biji yang akan berkecambah, selain itu biji yang ada tanduknya ini
merupakan asal mula tumbuhnya biji hingga akhirnya menjadi tanaman. Jadi yang
dibuang hanya kulit dan daging buah. Setelah kita mendapat biji yang ada
tanduknya, maka biji tersebut di hilangkan lendirnya hingga bersih. Cara
menghilangkan lendir itu dengan jalan digosok oleh abu dapur lalu dicuci dengan
air. Tujuan dari menghilangkan lender ini adalah untuk mempercepat
perkecambahan biji kopi yang pulp atau lendirnya ini dapat menyebabkan
dormansi pada biji, jadi penghilangan lender adalah untuk mematahkan dormansi
dan mempercepat perkecambahan biji. Selain itu, pembersihan lender ini
dilakukan untuk membebaskan biji dari penyakit seperti bakteri dan jamur.
Setelah itu biji tersebut diangin-anginkan, tapi jangan dijemur dibawah sinar
matahari. Lamanya mengangin-anginkan biji tersebut kurang lebih tiga hari.
Setelah itu diadakan penyortiran lagi. Biji yang pecah ataupun masih ada yang
kurang baik entah itu berbubuk ataupun tidak normal, harus dibuang. Begitu
benar-benar mendapatkan bibit yang baik, barulah biji-biji itu boleh disemaikan di
persemaian. Akan tetapi kalau waktu persemaian belum tiba, biji-biji tersebut
dapat disimpan.
Untuk syarat-syarat persyaratan tempat persemaian biji kopi, adalah sebagai
berikut:
1. Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak
mengandung bunga tanah.
2. Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan
pemeliharaan pada musim kemarau, terutama dalam melakukan penyiraman.
3. Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air
hujan yang lebat, sehingga tidak merusakkan bibit.
4. Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat‐tempat yang akan
dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya diselidiki terlebih dahulu
terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga apabila
ada bibit penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan pemberantasan.
5. Semprotkan larutan MiG‐6PLUS ( 10ml MiG‐6PLUS : 1 liter air) tipis pada
permukaan lahan persemaian. Untuk lahan persemaian dengan luas 10m2.
Pemilihan tempat persemaian dipilih pada keadaan tanah yang datar
dengan tujuan mempermudah pekerjaan dan jika musim hujan tanah tidak mudah
terkikis, dekat sumber air. Sebelum penanaman tanah diolah sedalam lebih kurang
30 cm, digemburkan dan dicampur dengan pupuk kandang sebanyak satu
keranjang lebih kurang 15 kg per meter persegi. Bedengan dibuat menghadap ke
arah timur dengan ukuran 120 cm, panjang menurut kebutuhan, tinggi 20 cm dan
jarak antara bedengan 30 cm. Pada sisi luar bedengan diberi bilah bambu. Setelah
tanah diolah kemudian dilengkapi dengan naungan yang dibuat dari tahun kelapa
yang disirip, dimana tinggi bagian depan (timur) 2,0 meter dan bagian belakang
1,50 meter.
Bibit kopi yang telah tumbuh perlu dilakukan perawatan atau
pemeliharaan agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan bahan tanam
yang mampu menghasilkan biji kopi yang maksimal. Perawatan dapat dilakukan
seperti berikut :
1. Penyiraman
Penyiraman dijadwalkan untuk dilakukan setiap hari. Akan tetapi
pelaksanaannya memperhatikan keadaan cuaca pada saat kegiatan sedang
berjalan. Intensitas cahaya yang masuk ke bawah atap pembibitan, pada saat awal
pembibitan adalah 25%. Setiap bulan secara bertahap intensitas cahaya yang
masuk dinaikkan, dengan cara membuka atap atau naungan sedikit demi sedikit.
Hal ini dilakukan, hingga seminggu sebelum pemindahan bibit ke lapangan atap
pembibitan telah terbuka semua.
Penyiraman dilakukan dengan volume air sampai kapasitas lapang (media
tumbuh tetap lembab). Apabila ketika saat waktu penyiraman tanah masih dalam
keadaan basah maka tidak dianjurkan untuk di siram terlebih dahulu, karena
apabila tetap disiram akan mempengarui pertumbuhan bibit kopi itu sendiri,
dimana pori pori pada tanah tersebut masih terisi air sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan bibit kopi.
2. Pemupukan Bibit
Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Pupuk yang digunakan
pada umur 1 – 3 bulan adalah 1 gram Urea, 2 gram KCI, dan 2 gram TSP setiap
bibit. Setelah berumur tiga bulan pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis
2 gram/bibit. Pupuk ditebarkan pada alur di sekeliling bibit. Setelah ditebar,
ditutup dengan tanah dan disiram. Pemberian pupuk juga dapat berupa larutan.
Jika menggunakan larutan, pupuk yang diberikan dengan konsentrasi 0,2%. Dosis
pemberian setiap bibit adalah 50 – 100 ml per bibit per dua minggu.
3. Penyulaman atau Seleksi bibit mati
Fase bibit merupakan periode waktu pertumbuhan yang rentan (mudah
terserang hama atau terinfeksi penyebab penyakit. Pengendalian jasad
pengganggu dilakukan secara manual atau kimiawi. Hama yang sering menyerang
bibit adalah ulat kilan (Hyposidra talaca), belalang, dan bekicot. Sedangkan
penyakit yang sering menyerang adalah penyakit rebah batang Rhizoctonia solani.
Dapat juga terjadi stres karena kekurangan air pada musim kemarau atau cuaca
panas. Akibatnya bibit menjadi layu dan mati. Penyulaman dilakukan pada bulan
bulan pertama untuk mengganti bibit bibit yang mati atau pertumbuhannya jelek.
Sebagai bahan sulaman digunakan bahan tanam yang baik.
Seleksi bibit dapat diartikan sebagai proses memilih dan membandingkan
bibit yang ada dengan kriteria bibit standar yang telah ditetapkan, sehingga
diperoleh bibit berkualitas tinggi. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah
pertumbuhan dan penyerapan unsur hara oleh bibit tanaman, memenuhi
kebutuhan untuk menghasilkan bibit yang sehat dan siap untuk di tanam.
Seleksi bibit pertama kali dilakukan setiap dua bulan sekali. Bibit yang
terlihat kerdil, atau tidak dapat terselamatkan karena terserang hama atau penyakit
segera dipindahkan dari lokasi pembibitan. Media pembibitan harus digemburkan
setiap dua bulan sekali. Bibit yang dibibitkan di dataran rendah telah siap
dipindahkan ke lapangan setelah berumur 6 – 7 bulan, dengan tinggi 40 - 60 cm,
jumlah ruas batang ± 12 ruas dan jumlah cabang primer ± 14 cabang. Pada salah
satu ujung bedengan pembibitan diberi papan informasi tentang jenis bibit,
tanggal dimulainya pembibitan, dan jumlah awal bibit. Dalam waktu berjalan,
informasi ditambah dengan jumlah bibit yang dikerluarkan dari bedengan karena
terseleksi.
4. Penambahan Bahan Organik
Penambahan bahan organic ini dilakukan akibat dari berkurangnya volume
tanah yang ada pada media pada polybag pembibitan, perbandingan pencampuran
bahan organic dengan media tanah yang diberikan adalah 2:1. Hal ini juga
bertujuan untuk melengkapi unsure hara yang dibutuhkan tanaman hasil sambung,
menambah volume tanah yang berkurang. Selain itu juga terdapat penambahan
serbuk kayu pada pemcampuran bahan organic.
Umumnya media pembibitan tanaman dilakukan penambahan bahan
organik pada media tanahnya. Salah satu tujuan pemberian pupuk adalah untuk
merangsang pertumbuhan awal dan perkembangan akar tanaman. Pemberian
bahan organik (misalnya pupuk kandang) merupakan salah satu cara dalam upaya
meningkatkan kualitas tanah tersebut. Beberapa manfaat pemberian bahan organik
adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran
lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan
dan erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah, dan memperbaiki kesehatan tanah. Salah
satu bentuk bahan organik adalah kompos yang dapat dimanfaatkan juga sebagai
suplemen ataupun pengganti pupuk kimia (anorganik).
5. Pemberian mulsa untuk menjaga kelembaban dan pemberian pohon naungan
yang sesuai sehingga sinar matahari tidak menyinari secara langsung pada
perkebunan kopi
6. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bilamana terdapat gejala serangan
atau tanda-tanda serangan. Yang dikendalikan secara kultur teknis maupun
secara kimiawi.
Dalam tahap pemindahan bibit kopi dari polybag ke lahan, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain,
a) Penanaman kopi seharusnya menggunakan bahan tanam yang memiliki
potensi mutu baik, daya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit utama.
b) Bahan tanam yang digunakan sebaiknya dari sumber benih yang resmi agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
c) Bibit kopi dipersiapkan dengan baik dan hanya bibit kopi yang baik saja
untuk ditanam di lahan perkebunan.
d) Penanaman bibit kopi hendaknya pada saat awal musim hujan, agar bibit kopi
yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan tidak mengalami cekaman
kekeringan setelah ditanam.
e) Bibit kopi yang siap ditanam di lahan berumur antara 8-12 bulan, tinggi
tanaman 20-40 cm, jumlah minimal daun tua 5-7 helai, jumlah cabang primer
1, dengan diameter batang 5-6 cm.
f) Lebih berhati-hati dalam membuka polybag bagian bawah agar jangan sampai
merusak akr bibit kopi yang dapat mengakibatkan tanaman kopi menjadi
stress.
Sebenarnya sistem pembibitan tanaman kopi yang dilakukan umumya
memiliki cara yang hampir sama. Namun pada tanaman kopi jenis arabika dan
robusta memiliki perbedaan dalam mendapatkan bibit kopi. Kopi jenis robusta
kebanyakan sistem pembibitannya dilakukan dengan cara vegetatif, sedangkan
kopi jenis arabika dilakukan sistem pembibitan dengan cara generatif. Pembibitan
tanaman kopi jenis arabika dilakukan dengan cara generatif, hal ini lebih
memudahkan dari pada menggunakan cara vegetatif, faktor lain yang mendorong
adalah karena jenis kopi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan
sendiri, jadi anakan dari arabika atau bijinya memiliki sifat yang sama dengan
induknya, jenis kopi liberika juga melakukan penyerbukan sendiri, jadi sistem
pembibitan yang dilakukan juga pembibitan generatif, namun jenis kopi ini tidak
banyak dikembangkan atau bahkan tidak ada yang membudidayakan jarang
dilakuan pembibitan untuk jenis kopi ini. Lain dengan jenis robusta, tanaman jenis
robusta melakukan penyerbukan silang, jadi dilakukan pembibitan dengan cara
vegetatif, karena apabila dilakukan pembibitan dengan menggunakan biji, hasil
bibit akan beragam tidak sama dengan induknya, karena sudah terjadi segregasi
bada benih jenis kopi robusta, sehingga dilakukan sistem pembibitan dengan cara
vegetatif menggunakan klon. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan cara
penyambungan batang atas dengan entres (Muljana, 1986).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penjabaran yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Proses pembibitan kopi sebaiknya dilakukan secara skematis dengan
persyaratan mutu yang telah diketahui kemudian akan memberikan pengaruh
positif pertumbuhan kopi hingga nantinya diharapkan mampu mempercepat
fase reproduksi (generatif) dengan produktivitas yang unggul.
2. Terdapat beberapa langkah yang diperhatikan guna menunjang keberhasilan
pembibitan kopi, sehingga bibit tanaman kopi bisa tumbuh dengan optimal
dan memiliki vigor baik. Hal tersebut dapat dimulai dari pemilihan bahan
tanam, membuat komposisi media tanam, dan cara pengendalian OPT.
3. Dalam tahap pemindahan bibit kopi dari polybag ke lahan, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar pemindahan bibit dapat dilakukan dengan baik
sehingga pertumbuhan tanaman kopi dapat maksimal.
4. Bibit kopi yang telah tumbuh perlu dilakukan perawatan atau pemeliharaan
agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan bahan tanam yang mampu
menghasilkan biji kopi yang maksimal
5. Sebenarnya sistem pembibitan tanaman kopi yang dilakukan umumya
memiliki cara yang hampir sama. Namun pada tanaman kopi jenis arabika dan
robusta memiliki perbedaan dalam mendapatkan bibit kopi.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam menanam bibit kopi menggunakan bibit yang terpercaya
dari sumber benih bersertifikat, agar pertumbuhan bibt kopi dapat berlangsung
dengan baik dan produktivitasnya dapat optimal. Perawatan pasca penanaman
kopi juga diperlukan dengan pemupukan yang tepat untuk mendukung
pertumbuhan vegetatif dan generatif yang seimbang bagi kopi di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2008. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta
Anwar, F. dan Khomsan, A. 2011. Makan Tepat Badan Sehat. Hikmah. Malang.
Ellyanti, et. al. 2012. Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo Ditinjau Dari Rencana Tata Ruang Wilyaha Kabupaten. Agrista, 16(2): 46-61.
Fathorrozi, M. 2011. Penentuan Setting Prioritas Pengembangan Industri Kopi Biji Di Indonesia Aplikasi Model Goal Programming. Manajemen Teori dan Terapan, 4(1): 13-27.
Maharani, et. al. 2013. Keterjadian Penyakit Tersebab Jamur Pada Hama Penggerek Buah Kopi (Pbko) Di Pertanaman Kopi Agroforestri. Argotek, 1(1): 86-91.
Mahfud, C. 2012. Teknologi Dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian, 5(1): 44-57.
Panggabean, E. 2007. Buku Pintar Kopi. Agromedia. Jakarta.
Sirait, B. dan Charloq. 2005. Ekosistem Dan Pelestarian Kawasana Danau Toba Dengan Budidaya Kopi. Bidang Ilmu Pertanian, 3(3): 1-7.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2012. Obat-Obat Penting, Penggunaan Dan Efek-Efek Sampingnya. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Wolke, R. L. 2009. Kalo Einstein Jadi koki : Sains Di Balik Urusan Dapur. Gramedia. Surabaya.