dasar-dasar pemeriksaan forensik fiks
DESCRIPTION
xxTRANSCRIPT
RAISA CESARDA 12100114077RANDIKA RACHMAN 12100114015
RUKOYATUR ROCHMAH 12100114103
SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BED SIDE DEATH
Dasar-dasar Pemeriksaan Kedokteran Forensik
UPAYA YANG DILAKUKAN DENGAN TUJUAN MEMBANTU PENYIDIK UNTUK MENENTUKAN IDENTITAS SESEORANG. IDENTITAS PERSONAL MERUPAKAN MASALAH DALAM KASUS PIDANA MAUPUN PERDATA
IDENTIFIKASI FORENSIK
Metode Identifikasi
Metode Identifikasi terdiri dari Primer : DNA, Sidik Jari, Gigi Sekunder : Pakaian,perhiasan, bekas luka, tanda lahir
dan tattoIdentifikasi
Pemeriksaan Luar : pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis, perlukaan
Pemeriksaan dalam dilakukan dengan membuka rongga kepala, leher, dada dan panggul
Pemeriksaan tambahan : pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi dll
Metode Visual
Dengan ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.
Pemeriksaan Dokumen
Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP,SIM, Paspor dsb) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.
Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, dan cacat/kelainan khusus.
Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara / modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi.
Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi serta ahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.
Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem.
Pemeriksaan Sidik Jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantung pelastik.
Pemeriksaan Serologik2
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
Metode Ekslusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.
Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang.
Penentuan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta scapula dan metacarpal. Pada panggul, indeksi isio-pubis (panjang pubis dikali 100 dibagi isium) merupakan ukuran yang paling digunakan yaitu nilai laki-laki sekitar 83,6 sedangkan wanita 99,5.
Perbedaan pada tulang tengkorakTulang panjang laki-laki lebih panjang
dibandingkan tulang wanita dengan perbandingan 100:90. Pada sudut antara kaput femoris terhadap batangnya lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki.
Penentuan umur
BAYI : Tinggi badan diukur dari puncak kepala ke tumit (crown-heel), dapat digunakan untuk perkiraan umur menurut HAASE. Cara pengukuran lain yaitu dari puncak kepala ke tulang ekor (Crown-rup) dipergunakan oleh STREETER.
Perkiraan umur pada anak-anak dan dewasa di bawah 30 tahun dengan cara menilai unifikasi diaphysis. Persambungan speno-occipital terjadi pada usia 17-25 tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang yang terakhir mengalami unifikasi. Unifikasi dimulai pada umur 18-25 tahun dan mungkin lengkap pada umur 25-30 tahun. Dalam usia 31 tahun ke atas, unifikasi telah lengkap. Os vertebrae pada usia sebelum 30 tahun menununjukkan alur-alur dalam yang berjalan radier pada permukaan atas dan bawah corpus vertebrae.
Perkiraan umur 30 tahun ke atas dilakukan dengan penilaian penutupan sutura tengkorak. Sutura sagitallis, coronaries, dan sutura lambdoides mulai menutup pada usia 20-30 tahun. Lima tahun berikutnya terjadi penutupan sutura parieto-mastoid dan sutura squameus. Sutura sphenoparietal umumnya tidak akan menutup pada usia 70 tahun.
Penentuan Tinggi Badan
Perkiraan tinggi badan badan dapat diketahui dari panjang bagian tubuh tertentu yaitu dengan cara sebagai berikut: 3
Dua kali panjang vertex hingga symphisis pubic sama dengan tinggi badan seseorang
Dua kali panjang symphisis pubic hingga heel sama dengan tinggi badan seseorang
Tinggi badan : panjang dari sterna notch hingga symphisis pubic x 3.3
Tinggi badan : Panjang forearm (Panjang dari ujung jari hingga olecranon) x 3,7
Tinggi badan : panjang vertebral column x 35/100 Tinggi badan : 127.97 +2,06 x panjang tangan Tinggi badan : panjang dari ujung kepala hingga ujung dagu x
7
rumus antropologi ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa) dalam satuan milimeter :2
Tinggi badan : 897 +1,74 y (Femur kanan) Tinggi badan : 822 +1,90y (Femur kiri) Tinggi badan : 879 + 2,12 (tibia kanan) Tinggi badan : 847 + 2,22 y (tibia kiri) Tinggi badan : 867 +2,19 y (fibula kanan) Tinggi badan : 863 + 2,14 y (fibula kiri) Tinggi badan : 847 + 2,60 y (humerus kanan) Tinggi badan : 805 + 2,74 y (humerus kiri) Tinggi badan : 842 + 3,45 y (radius kanan) Tinggi badan : 862 + 3,40 y (radius kiri) Tinggi badan : 819 + 3,15 y (ulna kanan) Tinggi badan : 847 +3,06 y (ulna kiri)
Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dalam kasus criminal dapat membantu dalam pengungkapan kasus, yaitu dalam hal Identifikasi senjata yang di pakai jika senjata tersebut
melekat pada rambut korban Identifikasi rambut pelaku pemerkosaan yang
ditemukan pada tubuh korban Identifikasi rambut pelaku tabrak lari
Kelemahan pada pemeriksaan rambut adalah ketidakunikan rambut dibandingkan sidik jari seseorang dan ras yang berbeda akan membedakan warna, tekstur, ukuran, diameter, ketebalan korteks pada rambut2
Perkiraan Umur Tulang
Untuk kepentingan arkeologisMetode yang dipakai :Penentuan kandungan Nitrogen 2,5 gram
persentimeter umur tulang 350 tahunPenentuan kandungan Asam Amino, terdapat
7 jenis asam amino atau lebih umur tulang 70-100 tahun
Reaksi Benzidine-Peroxide, jika reaksi + menandakan tulang masih baru. Jika reaksi – menandakan umur tulang 150 tahun
Fluoresensi dengan sinar ultra-violet, jika fluoresensi + umur tulang bisa mencapai 100 tahun, jika fluoresensi – umur tulang 500-800 tahun
immunologi, bila ada aktivitas imunologik maka umur tulang kurang dari 20 tahun, mungkin 5 tahun atau kurang dari 5 tahun.
Visum et repertum
DEFINISI
suatu surat keterangan seorang dokter yang memuat kesimpulan suatu pemeriksaan yang telah dilakukannya, misalnya atas mayat seseorang untuk menentukan sebab kematian dan lain sebagainya, keterangan mana diperlukan oleh Hakim dalam suatu perkara (Prof. Subekti, S.H.; Tjitrosudibio, dalam kamus hukum tahun 1972).
DEFINISI
Laporan dari ahli untuk pengadilan, khususnya dari pemeriksaan oleh dokter, dan di dalam perkara pidana (Fockeman-Andrea dalam Rechtsgeleerd Handwoordenboek, tahun 1977)
FUNGSI
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. VeR turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. VeR dapat dinggap sebagai pengganti barang bukti yang berisi keterangan atau pendapat dokter mengenaihasil pemeriksaan medic yang tertuang dalam kesimpulan.
DASAR HUKUM
Lembaran Negara tahun 1973 No. 350 pasal 1 dan pasal 2
KUHAP: pasal 187 butir c
Bentuk VeR
Pro Justisia, pada bagian atas untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti materai.
Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang bukti
Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat VR, identitas peminta VR, saat dan tempat dilakukannya pemeriksaan, serta identitas barang bukti (manusia). Hal ini harus sesuai dengan identitas yang tertera di dalam surat permintaan VR dari pihak penyidik dan label atau segel.
Pemberitaan atau Hasil Pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksa dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan laboratorium). Pemeriksaan lanjutan dilakukan bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus da nada tidaknya indikasi untuk itu.
Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan, yang disertai dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Penutup, yang memuat pernyataan bahwa VR tersebut dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.
Orientasi Konsumen Dalam Pembuatan Visum et Repertum
keterangan atau kejadian yang harus diberikan oleh dokter kepada pihak penyelidik adalah: Menentukan identitas Memperikirakan saat kematian; Menentukan sebab kematian; Menentukan/memperkirakan cara kematian
kasus khusus diperlukan kejelasan lain, yaitu: Pada kasus penembakan Pada kasus penusukan Pada kasus pembunuhan anak Pada kasus pengeroyokan Pada kasus kecelakaan lalu lintas
Yang diperiksa adalah korban hidup pada kasus perlukaan (penganiayaan)
Di dalam kasus kejahatan seks, kejelasan lain yang diperlukan adalah: Ada tidaknya tanda persetubuhan Ada tidaknya tanda kekerasan Perkiraan usia Menentukan pantas atau tidaknya korban untuk
dikawin
Di dalam kasus psikiatrik, VR yang dibuat haruslah dapat memberikan kejelasan dalam hal: Apakah pelaku kejahatan atau pelanggaran
memiliki gangguan jiwa? Apakah kejahatan atau pelanggaran tersebut
merupakan produk dari penyakit jiwa tersebut? Penjelasan psikodinamik bagaimana kejahatan
atau pelanggaran itu dapat terjadi.
TERIMA KASIH