dasar biologi sel 2
DESCRIPTION
makalah problem based learning mengenai dasar biologi sel 2TRANSCRIPT
Dasar Biologi Sel 2 – Pewarisan Sifat
Stella Nathania
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, 2012
102011206, A4
Pendahuluan
Latar belakang
Pernahkah terbayang di benak kita, jika semua orang satu sama lainnya
memiliki ciri-ciri yang serupa, atau kesamaan dalam segala hal dalam diri individu-
individu sehingga tidak ada yang bisa dibedakan. Tentunya hal tersebut akan membuat
segalanya menjadi monoton, tidak bervariasi, dan menimbulkan problematika yang
baru di masyarakat juga aspek-aspek kehidupan lainnya, termasuk dunia kesehatan
yang terus berkembang hingga saat ini. Pada kenyataannya, tidak ada dua orang yang
persis sama. Bahkan kembar identik, yang memiliki komposisi genetik yang sama,
tidak persis sama. Keunikan tersebut sebagian disebabkan oleh gen, yaitu suatu set
instruksi yang tersandi di dalam tubuh kita. Gen seperti sebuah resep, suatu petunjuk
yang menentukan bagaimana tubuh kita bekerja dan bagaimana tampilan fisik kita.
Hal inilah yang mempengaruhi pewarisan sifat tersebut.1 Kesamaan ciri maupun
perbedaan yang didapat di dalam keluarga semuanya dapat disebabkan secara genetik.
Dengan kemajuan pengetahuan di zaman sekarang ini, sudah dapat diketahui
cara-cara untuk dapat menelusuri darimana suatu sifat yang terdapat dalam individu
berasal. Hal ini juga erat kaitannya dengan hukum Mendel sebagai dasar dari genetika.
Pewarisan sifat juga berpengaruh pada kromosom-kromosom yang terbagi menjadi
dua jenis yaitu, kromosom autosom dan kromosom kelamin. Untuk mengetahui
bagaimana kesamaan ciri-ciri bisa didapat pada suatu individu, selanjutnya akan
dibahas pada bagian isi dalam makalah ini.
Tujuan
Memahami pengaruh genetika dalam kesamaan sifat pada suatu individu serta
mengetahui cara-cara pewarisan sifat yang menyebabkan terjadinya persamaan sifat
dan ciri-ciri tersebut.
Tinjauan Pustaka
Isi dan pembahasan
Skenario A
Suatu hari Adi, Irma, dan Dewo mendapat tugas dari gurunya untuk mencatat ciri-ciri yang
dimiliki oleh orang tua, kakek neneknya, kakak adiknya dan diri sendiri. Ternyata mereka
mendapatkan banyak kesamaan yang dapat dilihat, seperti: warna rambut, cara berjalan,
warna kulit, dan masih banyak lagi.
Pengertian genetika
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan (penurunan
karakteristik dari orang tua atau induk kepada keturunannya) dan variasi (berbagai perbedaan
yang tampak di antara semua makhluk hidup).1 Genetika mempelajari berbagai problematika
manusia seperti kesehatannya, cacat lahirnya jasmani maupun mental, pewarisan ciri-ciri dan
kelainan bawaan, bahkan sampai merekayasanya.2 Genetika juga berurusan dengan hereditas
dan variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya
(dengan kata lain, diwariskan) disebut gen.3,4 Pada dasarnya genetika mempelajari dua aspek
yang saling kontradiksi, yaitu kemiripan anak dengan tetuanya dan perbedaan antara anak
dengan tetuanya serta perbedaan sesama anak. Jadi, genetika mempelajari tentang pewarisan
dari kesamaan dan variasi sifat antar individu.
Genetika merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam biologi. Ilmu ini
mempelajari pewarisan sifat yang dimiliki suatu individu ke individu lainnya. 4 Istilah lain
untuk ilmu ini adalah hereditas atau ilmu pewarisan. Secara umum genetika berusaha
menjelaskan material apa saja yang membawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan bagaimana informasi
ditransmisikan dari suatu individu ke individu lainnya (pewarisan genetik). Dasar fisik dari
hereditas itu sendiri, terdiri dari, sel, kromosom (terdiri dari kromosom autosom dan
kromosom seks), hukum pewarisan – sifat Mendel, dan gametogenesis.
Genetika akan menunjukkan jawaban mengapa mata Anda cokelat sedangkan mata ibu
Anda hitam, dan mengapa hanya ada satu anak di kelas Anda yang dapat melipat ujung
lidahnya. (Bengkel Ilmu, 2005).
Hukum Mendel
Mendel, seorang biarawan dari Brno, Austria, merupakan orang yang pertama kali dapat
menerangkan bahwa persamaan dan perbedaan antara anak dengan tetuanya dapat
2
diterangkan dengan teori pewarisan gen.4 Mendel mengamati pewarisan sifat pada tanaman
(ia menggunakan tujuh sifat pada tanaman kapri) mengikuti sejumlah nisbah matematika
sederhana. Dari percobaan tersebut, ia berhasil menjelaskan bagaimana nisbah-nisbah itu
terjadi. Hal itu kemudian dikenal dengan “Hukum Pewarisan Mendel”.
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I juga dikenal sebagai hukum segregasi. Pada waktu berlangsung
pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang
terbentuk. Atau dengan kata lain, hukum segregasi adalah dimana masing-masing induk
mengandung dua salinan unit pewarisan (yang sekarang disebut gen) bagi masing-masing
sifat; akan tetapi, hanya satu dari kedua gen (sebuah alel) yang ditransmisikan melalui gamet
pada keturunannya. Sebagai contoh, tumbuhan yang memiliki dua bentuk alelik gen bagi
bentuk polong, yangsatu bulat dan yang satu lagi keriput, akan mentransmisikan hanya satu
dari kedua alel tersebut melalui gamet ke keturunannya.
Dasar fisik bagi hukum tersebut sebenarnya adalah anafase I, saat kromosom-
kromosom homolog (yang masing-masing mengandung alel yang berbeda dari gen bagi
bentuk polong, dalam contoh ini) bersegregasi atau berpisah satu sama lain. Jika gen bagi
polong bulat terletak di salah satu kromosom dan bentuk aleliknya bagi polong keriput di
kromosom homolognya, maka jelaslah kalau kedua alel itu secara normal takkan ditemukan
pada gamet yang sama. 3
Hukum Mendel II
Hukum pemilihan bebas atau hukum berpasangan bebas (the law of independent assortment).
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen
secara bebas. Atau dengan kata lain, Menyatakan bahwa segregasi (atau pemisahan) suatu
pasangan gen terjadi secara independen atau lepas dari pasangan gen lainnya. Hal tersebut
hanya benar bagi gen-gen yang tidak tertaut atau bagi lokus-lokus pada kromosom-kromosom
yang nonhomolog. 3 Disini dibicarakan adanya 2 sifat atau lebih pada subyek yang diteliti.
Misalnya pada contoh kacang polong, sebelumnya terdapat alel-alel bagi bentuk polong (bulat
– keriput) dan juga terdapat pada pasangan kromosom lainnya alel-alel bagi warna polong
(misalnya hijau dan kuning).
3
Penyimpangan Hukum Mendel
Penyimpangan hukum Mendel terjadi karena peristiwa:
1. Interaksi antar alel dan genetik
2. Adanya linkage (tautan)
Disebabkan karena organisme mempunyai jumlah gen lebih banyak daripada jumlah
kromosom
3. Pindah silang (crossing over)
Tautan
Tautan adalah peristiwa terdapatnya dua atau lebih banyak gen pada sebuah
kromosom yang sama. Tautan di antara gen-gen tidak berlangsung terus menerus akibatnya
adanya pindah silang di antara kromosom homolog. Pindah silang tersebut menyebabkan
terjadinya rekombinasi di antara gen-gen pada sepasang kromosom. Tautan (Linkage) terdiri
dari tautan autosomal dan tautan kelamin. Tautan autosomal adalah tautan yang terjadi pada
kromosom tubuh (tautan non kelamin). Tautan ini tidak dapat bersegregasi secara bebas.
Fenotip yang muncul adalah dengan tipe yang tidak normal untuk suatu karakter seperti mata
putih pada lalat buah yang seharusnya berwarna merah. Hal ini juga disebut sebagai fenotip
mutan. Karakter tersebut sebenarnya berasal dari alel tipe normal yang mengalami perubahan
atau mutasi.
Tautan kelamin disebut juga tautan seks. Gen yang terletak pada kromosom kelamin
dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama dengan jenis kelamin.
Antara kromosom X dan Y terdapat bagian yang homolog dan bagian yang tidak homolog.
Bagian homolog adalah bagian dimana kromosom X dan Y mempunyai susunan dan bentuk
yang sama. Sedangkan, bagian yang tidak homolog adalah bagian dimana kromosom X dan Y
tidak memiliki persamaan bentuk kromosom maupun susunan gen.
Ada 2 jenis gen tertaut kelamin:
a. Gen tertaut kelamin tidak sempurna
yaitu gen yang terletak pada bagian yang homolog
b. Gen tertaut kelamin sempurna
adalah gen-gen yang terletak pada bagian yang tidak homolog
Gen-gen ada yang terangkai pada kromosom X ataupun kromosom Y. Gen yang
terangkai kromosom Y disebut gen Holandrik. Hal ini menyebabkan suatu sifat akan
diturunkan langsung dari ayah ke anak laki-laki dan tidak diwariskan ke anak perempuannya.
4
Merupakan gen tertaut kelamin sempurna. Contoh kelainan-kelainan gen holandrik adalah
Hairy Pinnae, Ichthyosis, Webbed Toes, dan Antigen HY (Histokompabilitas).
Gen yang tertaut kromosom X
Merupakan gen tertaut kelamin tidak sempurna. Lebih banyak diturunkan ke anak laki-laki,
sedangkan kepada anak perempuan akan membawa (carrier). Contohnya adalah Buta warna
dan hemofilia.
Alel Ganda
Apabila sebuah lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa atau suatu seri alel
maka disebut alel ganda. 3 Atau dengan kata lain, setiap kali ada lebih dari dua alel yang
diidentifikasi pada sebuah lokus dan dalam sebuah populasi, kita memiliki satu seri alel
ganda. Contoh alel ganda pada manusia adalah pada golongan darah.
Golongan Darah Sistem ABO
Setiap individu dapat mempunyai golongan darah A atau B, AB ataupun O. Individu
bergolongan A memiliki antigen A pada permukaan eritrositnya. Individu golongan B
memiliki antigen B, individu golongan AB memiliki kedua antigen A dan B, sedang individu
O tidak memiliki antigen A atau B pada ppermukaan eritrositnya.
Golongan darah O disebut sebagai donor universal untuk transfusi darah yang tidak memiliki
antigen pada permukaan sel darah merah.
Golongan darah AB disebut sebagai reseipien universal yang tidak memiliki antibodi di
dalam serum darah
Golongan Darah Sistem Rhesus
Zat anti rhesus akan memberikan reaksi aglutinasi (penggumpalan) baik dengan
eritrosit Macacus rhesus maupun dengan eritrosit manusia. Hal ini berarti bahwa pada
eritrosit manusia ditemukan antigen yang memiliki struktur mirip atau sama dengan antigen
rhesus.
Misalnya seorang wanita rhesus negatif mengandung fetus yang rhesus positif, atau seorang
yang memiliki rhesus negatif ditransfusi dengan darah (eritrosit) yang rhesus positif. Dengan
adanya zat anti rhesus di dalam plasma ada kemungkinan timbul suatu penyakit hemolitik,
misalnya eritroblastosis fetalis.
5
Hubungan alelik lainnya
1. Alel kodominan
Alel-alel yang tidak memil.iki hubungan dominan dan resesif serta dapat teramati
sekaligus secara fenotipik disebut kodominan. Hal itu berarti efek fenotipik masing-masing
alel teramati pada kondisi heterozigot. Karenanya, genotipe heterozigot menyebabkann
munculnya fenotipe yang jelas berbeda dari kedua genotipe homozigot, tapi memilki sifat dari
masing-masing genotipe homozigot.3 Kodominan dua alel suatu gen yang menghasilkan
produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contoh alel
kodominan adalah kulit sapi warna merah (RR) yang kodominan terhadap putih (rr)
menghasilkan anak sapi roan (Rr). Roan: warna kulit coklat kemerahan, kekuningan dan
sedikit warna putih.
2. Dominansi tak sempurna
Alel-alel yang dominan tak sempurna adalah alel-alel yang tidak memiliki hubungan
dominansi dan menghasilkan hheterozigot dengan fenotipe intermediet yang berbeda dari
kedua induknya yang homozigot. Fenotipe heterozigot mungkin tampak seperti “campuran”,
tapi masing-masing alel terjaga identitas individualnya dan alel-alel akan bersegregasi dari
satu sama lain saat pembentukan gamet.3
3. Alel letal
Perwujudan fenotipik sebagian gen adalah berupa kematian organisme individual sebelum
kematangan seksual. Faktor-faktor yang menyebabkan perwujudan semacam itu disebut alel
letal. Sebuah alel letal yang dominan (membunuh organisme baik dalam keadaan homozigot
maupun heterozigot) terkadang muncul akibat mutasi alel wild type. Individu dengan alel letal
dominan mati sebelum bisa bereproduksi.
4. Penetransi dan ekspresivitas
Perbedaan-perbedaan pada kondisi lingkungan atau latar belakang genetik dapat
menyebabkann individu-individu yang identik secara genetis pada lokus tertentu
menunjukkan fenotipe yang berbeda-beda. Persentasi individu dengan kombinasi gen tertentu
yang menunjukkan karakter yang bersesuaian sampai derajat berapa pun mempresentasikan
penetransi sifat tersebut. Gen letal dianggap sebagai penetran sempurna. 3
Alel dominan dan alel resesif
Bentuk-bentuk alelik sebuah gen nyaris selalu “diekspresikan” dengan mengkodekan
sintesis suatu protein. Protein itu sendiri mempengaruhi fenotipe organismenya.3 Jika sebuah
6
fenotipe tertentu berasosiasi dengan sebuah alel (a) hanya jika alel alternatifnya (A) tidak ada
dalam genotipe, alel a disebut resesif. Fenotipe yang diberikan oleh alel dominan (A) dapat
teramati pada heterozigot maupun homozigot. Pada beberapa kasus, dominansi dan sifat
resesif dapat dianggap sebagai keberadaan atau ketiadaan sebuah sifat, protein ataupun
produk gen; akan tetapi, tak ada mekanisme umum yang berlaku bagi semua kasus dominansi
baik dari segi molekular maupun selular. Dominansi bukanlah suatu ciri kausal bawaan yang
dimiliki oleh sifat alel itu sendiri, tapi lebih merupakan hubungan antara pasangan-pasangan
alel.
1. Carrier (pembawa)
Suatu individu heterozigot yang memiliki alel resesif berbahaya yang tidak muncul secara
fenotipik karena tertutupi oleh alel dominan normal disebut pembawa (carrier).
2. Alel wild type dan alel mutan
Suatu alel yang sangat umum terdapat dalam sebuah populasi disebut sebagai tipe liar (wild
type). Alel-alel yang tidak seumum alel wild type disebut alel-alel mutan. Seringkali, alel-alel
wild type bersifat dominan, sedangkan alel-alel mutan bersifat resesif. Uji genetik selalu
diperlukan untuk menentukan hubungan-hubungan antaralel.
3. Simbol genetik
Sistem-sistem berbeda untuk menyimbolkan genotipe (alel-alel dominan dan resesif) dan
fenotipe (wild type dan mutan) digunakan oleh para ahli gentika bagi beragam organisme.
Huruf dasar suatu gen biasanya diambil dari nama sifat mutan atau abnormalnya dan bisa
merupakan sebuah huruf tunggal (misalnya a), sebuah singkatan, atau beberapa huruf pertama
nama gennya.3
Persilangan monofaktorial (gen tunggal)
Persilangan monofaktorial adalah perkawinan di mana hanya satu gen tunggal yang
dianalisis atau diawasi dalam persilangan tersebut. Persilangan itu sesuai dengan hukum
segregasi Mendel. Ada beberapa tipe persilangan monofaktorial yang dapat dilakukan untuk
mengetahui berbagai hubungan genetik, yaitu 2,3
Enam persilangan monofaktorial
Diawali dengan persilangan antara sepasang induk galur murni yang homozigot, sehingga
menghasilkan generasi filial pertama (F1). Keturunan yang dihasilkan adalah monohibrid
(heterozigot bagi sepasang alel). Kemudian dilakukan persilangan antara individu-individu F1
7
tersebut untuk menghasilkan generasi filial kedua. Maka alel-alel tersebut akan bersegregasi
satu sama lain yang menghasilkan 3 kelas genotipe
Uji silang (testcross)
Digunakan untuik menentukan genotipe suatu individu yang menunjukkan fenotipe
dominan, sebab individu tersebut bisa merupakan homozigot maupun heterozigot. Induk yang
digunakan selalu resesif homozigoot bagi semua gen yang dipertimbangkan. Tujuan uji silang
adalah untuk mengetahui berapa banyak macam gamet yang dihasilkan oleh individu yang
genotipenya dipertanyakan.
Gambar 1. Testcross 3
Persilangan balik (backcross)
Progeni F1 dikawinkan balik dengan salah satu induknya (atau dengan individu-individu
yang identik genotipenya dengan genotipe induknya). Pada persilangan balik, induk yang
digunakan tidak harus homozigot resesif seperti pada testcross.
Gambar 2. Backcross 3
Pewarisan sifat Autosomal pada manusia 2
Sifat autosom adalah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Sifat autosomal
terdiri dari dominan dan resesif.
Penurunan autosom dominan
Adanya sebuah gen dominan di dalam genotip seseorang. Kelainan yang terikat pada
penurunan autosom dominan adalah PTC pada manusia, Dentinogenesis imperfecta,
Achondroplasia, Polidaktili, warna rambut.
Kriteria penurunan autosom dominan adalah,
a. Sifat/trait heterozigot muncul pada setiap generasi tanpa selang8
b. Sifat/trait diwariskan oleh penderita ke setengah jumlah anak
c. Bukan penderita (normal) tidak mewariskan sifat/trait kepada anaknya
d. Pewarisan sifat/trait tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin (penderita laki-laki dan
perempuan sama banyaknya).
Warna rambut disebabkan oleh adanya pigmen melanin. BB atau Bb memiliki warna rambut
normal yaitu hitam atau kecoklatan. Bb berwarna rambut putih (albino).
Penurunan autosom resesif
Suatu sifat yang diwariskan sebagai autosom resesif hanya berekspresi dalam genotipe
homozigot resesif. Kelainan dalam penurunan autosom resesif sebagai berikut,
1. Albinisme
2. Phenylketonuria
3. Bisu tuli
4. Alkaptonuria
Kriteria penurunan autosom resesif
a. Kedua orangtuanya normal (genotip heterozigot)
b. Rata-rata seperempat dari keturunan sebagai penderita
c. Kedua orangtua mungkin mempunyai hubungan darah (saudara sepupu)
d. Penderita pada laki-laki dan perempuan sama banyak
Pola Pewarisan
Peristilahan dalam pewarisan sifat dan persilangan
Kromosom adalah struktur benang yang ada di dalam inti sel yang tugasnya
bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas). Atau dengan kata lain adalah
struktur mirip benang yang mengandung gen di dalam inti sel, sedangkan kromosom homolog
adalah kromosom yang ukuran dan susunan gennya serupa; salah satu dari tiap pasang
kromosom homolog sedangkan satunya lagi berasal dari ayah.1,5 Gen atau disebut dengan
istilah “substansi hereditas” yang terletak berada di dalam kromosom. Genotipe adalah suatu
sifat dasar yang tidak tampak serta bersifat tetap pada individu. Genotipe itu berkodekan
dengan simbol huruf yang diambil dari huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh
individu yang dipersilangkan. Alel adalah anggota dan suatu gen yang punya suatu pengaruh
berlawanan. Semua alel yang dimiliki oleh suatu individu menyusun genotipe-nya
9
a. Homozigot. Persatuan gamet-gamet yang membawa alel-alel identik menghasilkan
sebuah genotipe homozigot. Suatu homozigot mengandung alel-alel yang sama pada
suatu lokus tunggal yang menghasilkan hanya satu jenis gamet saja.
b. Galur murni. Sekelompok individu dengan latar belakang genetik yang sama seringkali
diacu sebagai sebuah garis, galur, varietas, atau breed. Perkawinan antara individu-
individu homozigot sebuah galur murni “breed true” atau dengan kata lain sama persis
dengan induknya.
c. Heterozigot. Suatu heterozigot mengandung dua alel yang berbeda pada satu lokus
tunggal dan menghasilkan jenis gamet yang berbeda.
d. Hibrid. Sinonim dengan heterozigot. Monohibrid melibatkan hibrida satu faktor
tunggal atau juga bisa mengacu pada progeni hasil persilangan antarspesies.3
Misalnya, T menentukan sifat tinggi pada suatu tanaman, sedangkan t menentukan batang
pendek. Dengan demikian, T dan t merupakan alel satu terhadap yang lain. Fenotipe
merupakan sifat-sifat yang tampak pada suatu individu serta dapat diamati dengan panca
indra. 5 Fenotipe juga berarti karakteristik terukur atau sifat berbeda apapun yang dimiliki
oleh suatu organisme. Sifat itu mungkin bisa dilihat oleh mata, misalnya warna bunga atau
terkstur rambut, atau mungkin memerlukan uji-uji khusus agar bisa diidentifikasi, misalnya
uji serologis untuk mengetahui golongan darah. Fenotipe adalah hasil produk-produk gen
yang diekspresikan dalam lingkungan tertentu. Misalnya seperti warna bunga merah, rambut
keriting, rambut lurus, tubuh besar, badan tinggi, hidung mancung, kulit kuning, dan buah
besar.
Dominan merupakan salah satu sifat suatu individu yang dalam proses persilangannya
mengalahkan atau menutupi pemunculan sifat individu lain dalam persilangan. Sifat resesif
merupakan suatu sifat kebalikan dari sifat dominan, yaitu sifat suatu individu yang tidak
muncul dalam keturunannya karena terkalahkan atau tertutupi oleh pemunculan sifat sejenis
dari individu lain dalam persilangan. Intermediet adalah sifat suatu individu yang
pemunculannya merupakan gabungan antara sifat kedua induk yang dipersilangkan 5. Hibrida
punya arti sebagai hasil perkawinan antara dua individu yang punya sifat berbeda. Berikut ini
istilah yang sering digunakan.
a. Persilangan monohibrida, merupakan persilangan antara dua individu dengan satu sifat
beda.
b. Persilangan dihibrida, yaitu persilangan antara dua individu dengan dua
sifat beda.
10
c. Fl : Hasil persilangan pertama (keturunan pertama)
d. F2 : Hasil persilangan kedua (keturunan kedua)
e. P : Parental/induk/orang tua
Menentukan Gamet dari Genotipe Tetua
Dalam suatu Proses pembentukan garnet berlangsungnya itu melalui proses
pembelahan sel secara meiosis, dengan terjadi pengurangan jumlah kromosom sebanyak
setengah jumlah kromosom sel induknya. Oleh sebab itu, gen yang terdapat di dalam
kromosom sel anak juga menjadi setengah jumlah gen sel induknya. Rumus umum yang
dipakai untuk mencari jumlah macam gamet ialah 2n. Tanda n merupakan jumlah alel
heterozigot, yaitu genotipe yang mempunyai pasangan alel berbeda. Contoh: TT, jumlah alel
yang heterozigot adalah 0 sehingga jumlah gametnya adalah 2° = 1 macam, yaitu T saja. 2,5
Modifikasi Nisbah Mendel
Modifikasi nisbah 3:1
a. Semi dominansi
terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi pengaruh alel resesifnya dengan
sempurna sehingga pada individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermediet).
b. Kodominansi
Tidak memunculkan sifat antara pada individu heterozigot, tetapi menghasilkan sifat yang
merupakan hasil ekspresi masing-masing alel. Persilangan ini terjadi antara dua individu
dengan sifat yang tidak dominan tetapi juga tidak resesif terhadap sesamanya. Individu Fl
merupakan perpaduan sifat kedua induknya, sadangkan pada F2 dihasilkan keturunan
perbandingan genotipe dan fenotipe 1: 2:1. 5
c. Gen letal
Gen yang dapat menyebabkan kematian pada individu homozigot (embrio).
Macam-macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan resesif.
Modifikasi nisbah 9:3:3:1
Disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan epistasis, yaitu penutupan ekspresi suatu gen
non-alelik. Hal ini juga dapat terjadi pada persilangan dihibrida, yaitu persilangan
antara dua individu dengan memerhatikan dua sifat yang berbeda. Perbandingan
fenotipe F2 adalah 9: 3: 3: 1. Berikut beberapa contoh epistasis, 5
a. Epistasis Resesif
11
Suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya
Contohnya: pewarisan warna pada bulu mencit
b. Epistasis Dominan
Penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. Nisbah fenotip
pada generasi F2 adalah 12:3:1. Contohnya adalah pewarisan warna buah waluh besar.
Hasil Fl seragam, dengan genotipe dan fenotipe semua keturunan Fl
sama.5
c. Epistasis Resesif ganda
Terjadi bila gen resesif dari suatu pasangan gen pertama, epistasis terhadap pasangan
gen ke 2, sementara gen resesif dari pasangan gen ke2 ini juga epistasis terhadap
pasangan gen 1.
d. Epistasis Dominan ganda
Gen dominan dari pasangan gen 1 epistasis terhadap pasangan gen 2 yang bukan
alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen ini juga epistasis terhadap
pasangan gen 1, maka epistasis ini terjadi.
e. Epistasis dominan-resesif
Terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen 1 epistasis terhadap pasangan gen 2
yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen 2 ini juga epistasis
terhadap pasangan gen 1.
f. Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif
Epistasis yang muncul akibat adanya duplikat dari gen sebelumnya dengan adanya
efek kumulatif
g. Interaksi gen
Penyimpangan semu terhadap hukum mendel tetapi tidak melibatkan modifikasi
nisbah fenotip, tetapi menimbulkan fenotip-fenotip yang merupakan hasill kerjassama
atau interaksi dua pasang gen non-alelik. Contohnya adalah pewarisan pada bentuk
jengger ayam.
Pembahasan
Gen dalam tubuh diwariskan dari kedua orang tua, separuh dari ibu dan separuh dari
ayah. Itulah mengapa seringkali kita tampak mirip dengan orang tua dan saudara laki-laki
atau perempuan kita dibandingkan dengan orang lain, karena kita dan keluarga memiliki
resep genetik yang mirip. Gen tidak hanya menghubungkan kita dengan kerabat terdekat
12
(orang tua, kakek-nenek, dan seterusnya), tetapi juga dengan kerabat dalam garis evolusi
yang sama. Manusia, simpanse, aardvark, pohon ek, bakteri, dan jutaan spesies lain di planet
ini memiliki warisan genetik yang sama. Setiap orang adalah unik. 1 Keunikan kita tidak
hanya disebabkan oleh gen-gen. Lingkungan (termasuk pola makan, pendidikan, dan
serangkaian pengalaman dalam keluarga dan masyarakat) juga merupakan faktor penting
dalam pembentukan diri kita.
Hal ini dimulai dari hal yang paling mendasar dalam rancangan kehidupan. Semua
makhluk hidup tersusun atas banyak kompartemen mikroskopis yang dinamakan sel.
Kemudian kelompok sel membentuk berbagai jaringan yang mempunyai fungsi-fungsi
tersendiri. Saat ini, kita tahu bahwa pewarisan memiliki dasar materi. Mitos dan dongeng
zaman dahulu telah digantikan oleh berbagai penjelasan ilmiah yang modern mengenai
perbedaan dan kesamaan di antara makhluk hidup. Gen merupakan zat fisik nyata yang ada
di dalam semua sel tubuh kita.1 Tiap spesies hewan dan tumbuhan memiliki jumlah
kromosom yang berbeda tetapi jumlahnya selalu genap, karena kromosom selalu
berpasangan. Akan tetapi, yang membuat suatu spesies unik bukanlah jumlah
kromosomnya, melainkan gen spesifik yang terdapat dalam kromosom itu sendiri.
Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (DNA) yang ada
dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nukleoprotein (A,
G, C, T) dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan dalam
nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein.1,3
Apabila seorang manusia diumpamakan sebagai sebuah rumah, maka batu bata dan semen
adalah protein. Tubuh manusia menghasilkan ribuan jenis protein yang berbeda, semuanya
‘disandikan’ oleh bahasa DNA yang terdiri dari empat huruf.
Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas untuk bereplikasi sendiri.
Terkadang, bisa terjadi perubahan spontan pada suatu bagian DNA. Perubahan itu, disebut
mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang
salah atau tidak lengkap. Hasil netto sebuah mutasi seringkali terlihat sebagai perubahan pada
tampilan fisik (fenotipe) suatu individu ataupun perubahan pada hal-hal lain yang dapat
terukur pada organisme itu, disebut karakter atau sifat.
Melalui proses mutasi, sebuah gen dapat berubah menjadi dua atau lebih bentuk alternatif
yang disebut alel. Contohnya, pada orang yang sehat, memiliki sebuah gen yang
13
menspesifikasi struktur protein normal pigmen sel darah merah yang disebut hemoglobin.
Sejumlah penyandang anemia memiliki gen tersebut yang bentuknya sudah mengalami
perubahan, dengan kata lain alel, yang membuat protein hemoglobin yang salah. Protein itu
tak mampu mengangkut oksigen dalam jumlah normal ke sel-sel tubuh ketika kadar oksigen
rendah. Gen-gen yang bertautan tidaklah ditransmisikan secara bebas satu sama lain, namun
gen-gen dalam kelompok-kelompok pertautan yang berbeda (pada kromosom-kromosom
yang berbeda) ditransmisikan secara bebas satu sama lain. 3
Mekanisme Transmisi Faktor keturunan
Organisme orang dewasa mempunyai dua macam sel, yaitu sel tubuh dan sel kelamin.
Setiap sel akan mengalami pembelahan. Pembelahan sel pada tubuh dan sel kelamin berbeda.
Sel kelamin membelah dengan pembelahan meiosis sehingga hasil dari proses ini akan
diperoleh sel yang intinya hanya mengandung 23 kromosom (pada manusia). Sehingga setiap
sel telur hanya berisi separuh jumlah orang tua, dapat kita lihat mengapa anak-anak dari orang
tua yang sama tidak selalu memiliki sifat-sifat yang sama. 2 Akan tetapi, banyak ditemukan
anak-anak yang memiliki kesamaan ciri dan sifat, baik dari keluarganya maupun kerabatnya.
Hal tersebut juga dapat ditelusuri melalui dasar hukum mendel maupun dengan melihat
diagram pedigree atau silsilah keluarga.
Gambar 4. Contoh pedigree 1
Penutup
Berdasarkan Studi literatur dan dari analisa skenario A yang berkaitan dengan
pewarisan sifat, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut, skenario A adalah
tentang pemahaman suatu sifat yang dapat diturunkan (secara genetis) kepada generasi
berikutnya.
14
Gambar 3. Kromosom autosom dan kelamin pada lalat buah 3
Kesamaan ciri-ciri yang didapat oleh seseorang atau individu, khususnya yang
kelihatan, dapat diperoleh dari pewarisan sifat berdasarkan silsilah keluarga (pedigree
individu tersebut)
Daftar pustaka
1. Brookes M. Get a Grip on Genetics. Dalam: Raharjo B, penyunting. Bengkel Ilmu
Genetika. Jakarta: Erlangga; 2005.
2. Nugraha ZS. Genetika dasar, Bahan ajar blok biomedis kedokteran UII. Jakarta: UII; 2008-
9. Diunduh dari: medicine.uii.ac.id/index.php/Download.../1-Blok-Biomedis.html; 21
Januari 2012.
3. Elrod SL, Stansfield WD. Schaum’s outline of theory and problems of genetics. 4th ed.
Dalam: Safitri A, penyunting. Genetika. Jakarta: Erlangga; 2006.
4. Rusfidra A. Dasar fisiologis pewarisan sifat. 2006. Diunduh dari:
http://www.bunghatta.ac.id/artikel-137-dasar-fisologis-pewarisan-sifat.html; 21 Januari
2012.
5. Dwi. Pewarisan sifat dalam makhluk hidup. 2008. Diunduh dari:
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/ilmu-pengetahuan-alam/pewarisan-sifat-dalam-
makhluk-hidup/; 21 Januari 2012.
15