dari pengembala bebek hingga manager

24

Upload: dewi-bahagia

Post on 07-Aug-2015

311 views

Category:

Entertainment & Humor


1 download

TRANSCRIPT

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya “Kismis” cetakan

pertama ini dapat penulis selesaikan, walaupun

sebelumnya kisah ini sudah pernah di terbitkan

dalam buku UNLIMITED, namun pada kisah dalam

buku ini ada sedikit perubahan dan penambahan

yang insyallah dapat diambil hikmahnya oleh para

pembaca budiman sekalian.

Hidup adalah sebuah pilihan, dimana ketika

kita memilih suatu keputusan, maka kita juga harus

siap untuk menghadapi setiap cobaan dan akibat

dari pilihan yang kita tentukan itu.

Hidup hanyalah sebuah panggung sandiwara

yang pemerannya adalah manusia-manusia dengan

beribu macam karakter. Siap ataupun tidak, kita

sudah bergabung dalam panggung sandiwara saat

ini.

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

3

Anda yang sedang menatap tulisan ini juga

sedang berada dalam bagian panggung sandiwara

kehidupan. Apakah anda merupakan tokoh yang

penting dalah panggung ini?? Hanya anda dan Allah

lah yang tau.

Semoga “Kismis” kali ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca sekalian. So, selamat membaca

dan salam ukhuwah islamiyah.

Penulis,

Farah As-saghirah

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

4

Ini adalah kisahku…..

MASA PENGEMBALA

Masih ingat di masa aku kecil duduk di kelas 3

SD N Mandisari yang terletak disebuah pinggiran

desa di daerah Temanggung Jawa Tengah.

“Teeng….. teeng…..” Bell sekolah berbunyi tanda

saatnya masuk kelas tepat pukul 07.00, aku duduk di

kursi paling depan barisan tengah.

Walaupun aku duduk dikursi paling depan,

namun aku bukanlah anak yang pandai, aku

termasuk golongan anak yang pas-pasan otaknya,

namun lumayan licik dibandingkan teman-teman

yang lain. Karena kelicikannya itulah mungkin

mengapa Allah sedikit menutup pemahamanku

dalam pelajaran. Walaupun ibuku selalu rajin

menyeretku ke masjid setiap solat 5 waktu dan

mengguyur air ke mukaku di setiap 1/3 malam.

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

5

Namun tetap saja aku termasuk anak yang pendiam,

misterius dan bandel.

Aku bangun jam 3 pagi, ketika binatang-

binatang ternak yang tidur di kandang samping

tempat tidurku masih terlelap. “Wikk Dewi!,

bangun… cepetan, keburu kamar mandi masjid penuh

antrian!” itulah kata-kata ibuku setiap hari, jika aku

malas beranjak dari kasur kapas kuno yang sudah

koyak dan bau di atas ranjangku, maka siap-siap saja

tangan ibu melayang di telingaku dan air wudhu ibu

diusapkan ke wajahku.

Aku biasanya langsung beranjak kabur keluar

sambil bermalas-malasan berjalan gontai menuju ke

tempat pemandian umum di samping surau desa,

sekitar 50 meter dari rumahku, biasanya saat aku

sampai disana aku langsung mandi dan berebut

tempat pancuran air dengan ibu-ibu atau bahkan

nenek-nenek yang sedang sibuk mencuci, mandi,

atau hanya sekadar mengambil air wudhu. Setelah

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

6

selesai mandi, aku langsung pulang ke rumah

dengan membawa air seember kecil dalam keadaan

menggigil kedinginan seperti anak ayam habis

kecebur kolam.

Sesampainya dirumah, sudah ramai terdengar

bunyi minyak goreng yang mendidih menggoreng

kripik singkong untuk dijual ke teman-teman nanti

siang oleh aku dan ke-dua kakakku di sekolah, akan

tetapi aku disuruh ibuku langsung ke kamar untuk

solat tahajud dan belajar, tapi biasanya aku hanya

solat 2 rakaat kemudian membaca al-Qur’an dan

langsung ke dapur membantu ayah menghidupkan

api dengan kayu bakar.

Dan sebenarnya niatku tidak untuk membantu

ayah, tapi hanya untuk makan jagung bakar dan

menghangatkan badan yang kedinginan karena

musim di daerahku memang selalu musim dingin.

Jam 4.30 azan subuh berkumandang, aku bersiap-

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

7

siap untuk pergi ke surau untuk menunaikan sholat

jamaah.

Setelah itu biasanya aku langsung keluar dan

menuju ke kandang ternak yang terletak disamping

kamarku, 1,2,3 dan seterusnya menghitung jumlah

telur bebek yang ada di setiap ujung semak-semak

jerami kandang, ternyata tak hanya telur bebek yang

ku temukan disini, tapi ada juga telur ayam

kampung, ayam kalkun dan telur angsa.

Karena ayahku pecinta binatang ternak, maka

jangan heran kalau dalam satu kandang ukuran 2x3

meter itu berisi berbagai hewan ternak seperti

mentok, angsa, bebek, ayam kampung, ayam

mutiara, ayam kalkun, ayam cemani, ayam kate,

ayam hutan, burung merpati dll. Semuanya gabung

menjadi satu, serasa kebun binatang jika masuk

kedalam kandang yang hanya disekat pagar dari

anyaman bambu itu.

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

8

Yang paling aku benci diantara hewan ternak

ayahku adalah ayam kalkun, karena setiap hari ketika

aku akan berangkat sekolah, binatang itu selalu

mengejarku sampai ujung halaman rumahku yang

lebarnya hampir setengah dari lapangan sepak bola.

Huh, merupakan olahragaku setiap hari lari-lari

dikejar ayam kalkun. Biasanya ayah dan ibu hanya

tersenyum melihat ulah segerombolan kalkun jantan

mengejarku. Bahkan kejadian ini berlanjut sampai

aku lulus SMA. Dan setelah itu tidak karena aku

harus pergi ke Jakarta untuk kuliah dan mengadu

nasib disana tentunya.

Tahun 2000 aku masih duduk di kelas 4 SD,

aku tidak naik kelas 5, sungguh suatu peristiwa yang

menegur hati pikiranku dan membuka lebar ke dua

mataku. Mungkin ini adalah teguran dari Allah,

karena aku sering berbohong kepada ke dua orang

tuaku, ya… aku sering menjual beras hasil panen

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

9

dan telur bebek ke warung tanpa izin dari ayah

ataupun ibu.

Uang itu biasanya untuk jajan dan untuk

mentraktir teman-teman sebayaku, uang jajan yang

aku dapat tidaklah cukup memuaskanku, sehinga

aku nekat seperti itu. Pernah aku kepergok ibu saat

aku menjual beras, ibu langsung mengomeliku dan

menghukumku. Masih untung beliau belum

mengutukku. Sejak Saat itulah aku tobat dan tidak

akan mengulangi lagi perbuatanku yang sangat hina

dan memalukan itu. Astaghfirullah…

Alhamdulillah, kejadian itu membuatku jera

dan sepertinya Allah menunjukakkan kasih sayang-

Nya kepadaku, setelah aku tidak naik kelas 4, aku

selalu belajar sungguh-sungguh dan selalu rajin

beribadah walaupun tidak diperintahkan oleh ibu.

Th 2001 aku naik kelas 5 dengan rangking 2 di

kelas.,. Subhanallah.,. aku sangat puas saat itu,.,

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

10

ibuku juga sangat senang dan akhirnya beliau

membelikan sepeda ontel kepadaku sebagai

hadiahnya. Betapa girangnya hatiku saat itu karena

di kampungku masih jarang ada anak seumuranku

yang mempunyai sepeda ontel. Aku semakin rajin

membantu ke dua orang tuaku. Jadwal sehari-hari

pun aku catat dan aku temple di tembok anyaman

bambu kamarku. Ya., rumahku masih seperti gubuk

disawah, lantainya dari tanah dan temboknya dari

anyaman bambu tua. Tapi kondisi seperti itu tidak

membuat ketiga kakakku dan aku down., justru itu

semua selalu memotivasi belajar dan semangat

berusaha dan beribadah.

Jadwal harianku setelah sekolah adalah ngaji

di surau desa yang jaraknya sekitar 2km dari rumah.

Setelah itu biasanya aku langsung pulang dan

menuju ke kandang belakang rumah. Di kandang itu

sudah terdengar suara bebek mengewek ribut

karena lapar. Aku buka pintu kandang dan keluarlah

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

11

10 ekor bebek coklat betina dan 1 ekor bebek hitam

jantan. Mereka sudah tau kemana mau di

gembalakan.

Aku hanya mengikutinya dari belakang dengan

membawa sebuah tongkat dari bambu sepanjang

satu meter, setinggi pundakku yang kerdil waktu itu.

Setelah berjalan 2 km menelusuri jalan setapak

desa dan melewati sawah-sawah hijau nan sejuk,

sampailah aku dan bebek-bebek gembalaanku di

sungai. Aku langsung duduk mengecek dan

menghitung jumlah bebek. Takutnya ada yang

nyasar atau hilang dimakan “grangangan”.

Setelah itu aku duduk dan sibuk membaca

buku, jika sudah jenuh biasanya aku pergi mencari

buah-buahan yang dapat dimakan disekitar sungai.

Tentunya aku harus hati-hati melihat tempat-tempat

yang rawan dengan hewan pacet dan lintah, pernah

suatu ketika aku mengembala bebek di musim hujan,

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

12

dan tak jarang aku mendapat 1-3 ekor pacet atau

lintah nempel di tangan dan kakiku. Huh.,. suatu hal

yang sangat aku benci sampai sekarang.

Setelah para bebek sudah puas mencari

makan, mereka naik ke pinggir sungai dan

membersihkan bulu-bulunya yang basah sambil

berjemur dibawah terik matahari yang sudah di ufuk

barat. Nah, kemudian aku langsung menggiring

mereka untuk pulang.

Di setiap perjalanan pulang biasanya banyak

orang kampung yang menyapa atau hanya senyum.

Tapi tak jarang juga aku berpapasan dengan teman-

teman sekelasku yang hanya tersenyum sinis

mengejekku dengan kata-kata yang tak asing lagi di

telingaku. “Si Tomboy lah, Si Pendek lah, Si Kerdil

lah, atau Si Cengeng…” ya, julukan itu aku dapat

karena aku memang tomboy, pendek dan cengeng,

tapi aku tak peduli dengan olokan mereka, toh itu

juga tak berpengaruh pada nilai pahala dan

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

13

kedudukanku disisi Allah, karena Allah hanya

menghisab setiap perbuatan manusia, bukan fisiknya

yang di mintai pertanggung jawaban.

Nah, setelah sampai dirumah aku selalu

disambut oleh ibuku dengan senyuman dan

makanan yang lezat, nasi liwet dan tahu tempe

bacem, itulah kesukaanku di sore hari.

Subhanallah… sungguh nikmat rasanya, bismillah,

nyam.. nyammm…

Tahun 2002 aku lulus SD kemudian aku

melanjutkan ke MTsN Model Parakan, sebuah

sekolah setingkat SMP yang merupakan sekolah

unggulan di kotaku, di sana aku mempunyai banyak

teman dan pengalaman baru, aku lebih aktif

berorganisasi dan membaca buku di perpustakaan

sekolah, bahkan hampir disetiap istirahat pertama

aku selalu berada di perpustakaan. Itulah yang

membuatku menjadi cukup dikenal sebagai anak

yang aktif dan lumayan berprestasi.

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

14

Para guru sering membandingkan aku dengan

ke tiga kakakku yang dulu juga pernah sekolah disini.

Mereka sering bilang “ Kakakmu Nur hamid itu

anaknya aktif, sopan tapi pas-pasan, sedangkan kamu

wik, lumayan aktif, dan pinter tapi kalian sama dalam

hal berjualan kripik singkong disekolah” begitulah

para guru sering bercanda dan berkomentar. Yang

jelas aku harus berbeda dan lebih baik dari ke tiga

kakakku suatu hari nanti.

Tahun 2005 aku lulus dari MTsN Model

Parakan dengan nilai yang lumayan membuat aku

dan keluargaku senang. Aku melanjutkan ke SMA N 1

Parakan, sebuah sekolah yang tak jauh dari

rumahku, sekolah ini dulu pernah menjadi impian

kakakku Nur Hamid, tapi karena nilai ujian kakakku

pas-pasan, jadi tidak bisa masuk ke sekolah ini. Di

sekolah ini aku tidak mempunyai prestasi kecuali

hanya juara ke-2 karate tingkat kabupaten, hmm..

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

15

walaupun tubuhku kecil seperti ini, namun aku bisa

mengalahkan lawan dengan baik. Ciaaaaattt…..

MENJADI PETANI

Di saat duduk di SMA inilah aku belajar

mengenal pekerjaan untuk mencari uang sendiri, aku

mulai di percaya oleh ayahku untuk mengelola

sepetak sawah warisan dari kakek, sawah berukuran

10x30 meter itu adalah sawah satu-satunya harta

milik kami, biasanya ayah mencari tambahan untuk

kehidupan sehari-hari dengan buruh (kerja) ke

sawah orang lain. Sedangkan ibuku sering membuat

keripik singkong untuk dijual kami di sekolah.

Aku mengelola sawah tersebut dengan

menanaminya dengan tanaman sayuran seperti

cabe, tomat, kol, jagung, dan ketimun. Biasanya aku

mengolah sawah tersebut pada hari libur dan

setelah pulang sekolah, dan setiap kali panen, aku

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

16

selalu menjualnya ke tengkulak yang berada di ujung

desa. Terkadang tengkulak membeli hasil sawah

kami dengan harga sangat murah, aku masih ingat

ketika menjual sekarung cabe rawit dan dua karung

ketimun hanya di hargai 25ribu rupiah, hmm hanya

cukup untuk membayar SPP bulananku di SMA.

Tahun 2008 aku lulus SMA, dengan nilai pas-

pasan. Aku bingung hendak melanjutkan kemana,

pertama yang aku pikirkan adalah mendaftar ke

STAN Jakarta, dengan modal nilai rata-rata 7,5

(ngepas banget dech) aku mendaftarkan diri ke STAN

yang membuka cabang pendaftaran di Jogjakarta,

bersama ayah dan kak Nur Hamid aku mendaftar

dan ujian di Jogjakarta, dari puluhan ribu yang

mendaftar akan diambil hanya beberapa ratus saja,

sungguh sebuah pertandingan yang menguras otak,

saat pengumuman tiba aku sudah tinggal di Jakarta

dan sedang kuliah di sebuah universitas swasta, aku

kuliah di sana hanya untuk jaga-jaga jika tidak masuk

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

17

STAN, dan ternyata memang benar, aku tidak

diterima di STAN, sungguh membuat hatiku dan

kedua orang tuaku sedih. Walaupun begitu aku

tetap semangat kuliah di Jakarta, karena inilah satu-

satunya jalanku menuju sukses. Yaitu tetap optimis

dan semangat dimanapun dan apapun keadaanya.

DROP OUT

Selama dua tahun aku kuliah mengambil

diploma di universitas swasta ini, banyak sekali

cobaan dan ujian aku lewati. Di kampus aku

termasuk anak yang paling aktif berorganisasi,

terutama BEM dan LDK. Namun demikian prestasi

belajarku menurun drastis, mungkin karena aku

terlalu aktif berorganisasi dan fokus mencari biaya

tambahan untuk kuliah dan kehidupan sehari-hari.

Saat itu aku hanya mendapat kiriman dari kakakku

250ribu/bulan. Jadi aku harus mencari tambahan

kesana kemari dengan cara berjualan donat keliling

asrama mahasiswa dan berjualan pulsa. Tak jarang

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

18

banyak teman yang menghutang dan kabur tidak

membayar. Huft…itu hanyalah bagian dari secuil

cobaan yang aku hadapi.

Namun demikian untuk menutupi usaha

kecilku yang pontang-panting ini, aku juga menjadi

sales alat-alat rumah tangga, karena hutangku makin

banyak waktu itu sampai mencapai lima juta, aku

pun nekat menjadi surveyor di JICA, saat itulah aku

sering bolos kuliah dan gagal dalam ujian.

Dan yang paling pahit aku alami adalah di

keluarkan dari kampus karena jumlah absen melebihi

batas, sungguh ironis dan pahit aku rasakan,

walaupun demikian aku tidak pantang mundur dan

putus asa, karena setelah itu aku melanjutkan kuliah

S1 di universitas lain, untungnya dekan universitas itu

teman baikku, jadi beliau bisa membantuku di

kampus yang baru. Wahh…ada nepotisme nya nih..

astaghfirullah…

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

19

Setelah aku menjadi surveyor, kemudian aku

menjadi supervisor, disinilah aku bisa melunasi

hutang-hutangku yang menumpuk. Alhamdulillah…

TERSENYUMLAH

Setelah itu aku banting setir menjadi guru TPA

di Depok agar lebih ringan, jadi aktifitasku saat itu

adalah kuliah, dakwah, dan bekerja di depok. Selesai

S1 aku bekerja di sebuah yayasan yang cukup

berkembang, aku menjadi kepala bagian student

center, namun aku hanya bertahan 3 bulan, dan

pindah ke sebuah perusahaan yang berkecimpung

dalam produksi barang edukasi, jabatanku adalah

manager public relation, selama lima bulan aku

bekerja di perusahaan ini, karena tidak ada

kebebasan dalam berdakwah dan ibadah,

membuatku mengundurkan diri.

Dan pada akhirnya aku bekerja di sebuah

sekolah menengah atas (SMA) swasta di Jakarta

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

20

selatan sampai tahun 2012, dan posisiku saat itu

adalah asisten eksekutif direktur. Selain itu

aktifitasku saat itu sambil mengambil kuliah S2 di

sebuah universitas swasta di Jakarta.

Setelah selesai menyelesaikan S2, aku

langsung pulang ke kampung halaman, dan aku

tidak lupa untuk terus meneruskan perjuanganku

menjadi seorang pendakwah sekaligus seorang

dosen di universitas di daerahku.

Begitulah cerita hidupku dan keluargaku.

Namun demikian aku belumlah sesukses kakakku

sekarang yang sudah menjadi seorang polisi lalu

lintas di Semarang, dan kakakku yang perempuan

telah menjadi guru PNS di MTs tempat dulu dia

sekolah waktu remaja.

Mereka berdua telah berhasil membuat

bahagia ayah dan ibu dengan mengantarkannya

pergi haji ke baitullah, memperbaiki rumah yang

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

21

tadinya dari anyaman bambu menjadi tembok beton

tingkat dua, memperluas tanah yang tadinya 10x20

meter menjadi satu hektar, mengganti kendaraan

kami yang tadinya hanya sebuah gerobak kayu dan

sepeda ontel, dengan mobil dan sepeda motor.

Ya, semua ini tidak akan bisa terjadi tanpa

Rahmat dan Hidayah dari Allah swt. Dan tentunya

doa, ridho dan bimbingan dari seorang ibu yang

sangat menyayangi kami semua. Begitu pula kami

sangat menyayangi ibu. Karena beliaulah yang

mendidik kami mulai dari menjadi seorang

pengembala bebek sampai menjadi manager, polisi

dan guru. Terimakasih Allah, Engkau telah

memberiku banyak kenikmatan yang tiada tara.

Hingga kami sekeluarga dapat tersenyum merasakan

indahnya kehidupan dengan karunia-Mu.

Dan memanglah benar jika Allah SWT tidak

akan menguji seseorang dengan suatu ujian

melainkan ujian itu beratnya sesuai dengan

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

22

kemampuan yang dia miliki, dan jika sudah lulus dari

ujian tersebut, maka meningkatlah derajat manusia

itu di sisi Allah. Dengan meningkatnya keimanan dan

derajat itu pula maka ujian yang harus dia hadapi

akan semakin meningkat pula tingkat kesulitannya.

Jadi, sudah kah ujian yang kita dapatkan dan

kita hadapi selama ini lulus dengan baik??

Wallahu a’lam bissowab…

-------ii-------

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

23

“CATATANKU”

Hari/Tgl : __________

_________________

Dari PENGGEMBALA BEBEK hingga MANAGER

24