dan time domain elektromagnetik

9
SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI WAESANO, KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Muhammad Kholid, Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Metode Magnetotelurik (MT) dan β€œTime Domain Elektromagnetic” (TDEM) merupakan metode yang banyak digunakan untuk eksplorasi panas bumi, karena kemampuannya memetakan lapisan bawah permukaan hingga puluhan kilometer. Survei MT dan TDEM yang telah dilakukan di daerah panas bumi Waesano, Kabupaten Manggarai Barat bertujuan untuk mendeliniasi daerah prospek panas bumi di daerah ini. Pengukuran MT dan TDEM dilakukan sepanjang lintasan yang berarah baratdaya-timurlaut disekitar struktur depresi Mbeliling hingga Danau Sano Nggoang. Hasil MT menunjukkan sebaran tahanan jenis rendah (< 20 Ohm-m) terdapat mulai kedalaman 500 meter, lapisan tahanan jenis rendah ini diperkirakan sebagai lapisan yang berfungsi sebagai batuan penudung dan di bawah lapisan ini terdapat lapisan tahanan jenis sedang (20-200 Ohm-m) yang diperkirakan merupakan lapisan yang berfungsi sebagai reservoir panas bumi. Puncak reservoir diperkirakan berada pada kedalaman sekitar 1500 meter. Hasil kompilasi geosain terpadu (geologi, geokimia dan geofisika) menunjukkan daerah prospek panas bumi terdapat di sekitar Danau Sano Nggoang dan meluas ke arah tenggara. Daerah prospek ini dibagi menjadi dua yaitu luas daerah terduga dengan luas sekitar 6 km 2 dan luas hipotesis dengan luas sekitar 20 km 2 . PENDAHULUAN Metode geofisika memainkan peran yang penting dalam memetakan lapisan bawah permukaan terutama dalam eksplorasi panas bumi. Salah satu metode geofisika tersebut adalah metode Magnetotelurik. Metode Magnetotelurik (MT) adalah metode elektromagnetik pasif yang melibatkan pengukuran fluktuasi medan listrik dan medan magnet alami yang saling tegak lurus di permukaan bumi yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai konduktivitas batuan di bawah permukaan bumi dari kedalaman beberapa meter hingga puluhan kilometer (Tikhonov, 1950). Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam eksplorasi panas bumi karena kemampuannya untuk mendeteksi kondisi bawah permukaan yang dalam. Kedalaman penetrasi metode ini dikarenakan metode ini mengukur gelombang elektromagnet dengan frekuensi yang rendah, yaitu sekitar 300- 0.001 Hz. Heterogenitas lokal dekat permukaan dan faktor topografi dapat menyebabkan data MT terdistorsi yang menyebabkan kurva sounding MT (kurva tahanan jenis terhadap frekuensi) mengalami pergeseran ke atas atau ke bawah sehingga paralel terhadap kurva sounding yang seharusnya (efek statik). Untuk mengkoreksi data MT yang terdistorsi tersebut diperlukan data geofisika lain yang tidak dipengaruhi oleh penyebab efek statik. Untuk mengkoreksi efek statik ini maka diaplikasikan metode β€œTime Domain Elektromagnetik” (TDEM). Metode TDEM merupakan metode yang hanya melibatkan pengukuran medan magnet sekunder, akibat adanya induksi medan magnet primer. Oleh karena itu data TDEM relatif tidak terpengaruh oleh anomali konduktivitas lokal dekat permukaan. Daerah panas bumi Waesano berada di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Gambar 1). Sejarah pembentukan daerah Waesano

Upload: truongkiet

Post on 15-Jan-2017

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIC (TDEM)

DAERAH PANAS BUMI WAESANO, KABUPATEN MANGGARAI BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Muhammad Kholid, Sri Widodo

Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Metode Magnetotelurik (MT) dan β€œTime Domain Elektromagnetic” (TDEM) merupakan

metode yang banyak digunakan untuk eksplorasi panas bumi, karena kemampuannya

memetakan lapisan bawah permukaan hingga puluhan kilometer. Survei MT dan TDEM yang

telah dilakukan di daerah panas bumi Waesano, Kabupaten Manggarai Barat bertujuan untuk

mendeliniasi daerah prospek panas bumi di daerah ini. Pengukuran MT dan TDEM dilakukan

sepanjang lintasan yang berarah baratdaya-timurlaut disekitar struktur depresi Mbeliling

hingga Danau Sano Nggoang. Hasil MT menunjukkan sebaran tahanan jenis rendah (< 20

Ohm-m) terdapat mulai kedalaman 500 meter, lapisan tahanan jenis rendah ini diperkirakan

sebagai lapisan yang berfungsi sebagai batuan penudung dan di bawah lapisan ini terdapat

lapisan tahanan jenis sedang (20-200 Ohm-m) yang diperkirakan merupakan lapisan yang

berfungsi sebagai reservoir panas bumi. Puncak reservoir diperkirakan berada pada

kedalaman sekitar 1500 meter. Hasil kompilasi geosain terpadu (geologi, geokimia dan

geofisika) menunjukkan daerah prospek panas bumi terdapat di sekitar Danau Sano Nggoang

dan meluas ke arah tenggara. Daerah prospek ini dibagi menjadi dua yaitu luas daerah terduga

dengan luas sekitar 6 km2 dan luas hipotesis dengan luas sekitar 20 km2 .

PENDAHULUAN

Metode geofisika memainkan peran

yang penting dalam memetakan lapisan

bawah permukaan terutama dalam

eksplorasi panas bumi. Salah satu metode

geofisika tersebut adalah metode

Magnetotelurik. Metode Magnetotelurik

(MT) adalah metode elektromagnetik pasif

yang melibatkan pengukuran fluktuasi

medan listrik dan medan magnet alami

yang saling tegak lurus di permukaan bumi

yang dapat digunakan untuk mengetahui

nilai konduktivitas batuan di bawah

permukaan bumi dari kedalaman beberapa

meter hingga puluhan kilometer (Tikhonov,

1950). Metode ini merupakan metode yang

paling sering digunakan dalam eksplorasi

panas bumi karena kemampuannya untuk

mendeteksi kondisi bawah permukaan

yang dalam. Kedalaman penetrasi metode

ini dikarenakan metode ini mengukur

gelombang elektromagnet dengan

frekuensi yang rendah, yaitu sekitar 300-

0.001 Hz. Heterogenitas lokal dekat

permukaan dan faktor topografi dapat

menyebabkan data MT terdistorsi yang

menyebabkan kurva sounding MT (kurva

tahanan jenis terhadap frekuensi)

mengalami pergeseran ke atas atau ke

bawah sehingga paralel terhadap kurva

sounding yang seharusnya (efek statik).

Untuk mengkoreksi data MT yang

terdistorsi tersebut diperlukan data

geofisika lain yang tidak dipengaruhi oleh

penyebab efek statik. Untuk mengkoreksi

efek statik ini maka diaplikasikan metode

β€œTime Domain Elektromagnetik” (TDEM).

Metode TDEM merupakan metode yang

hanya melibatkan pengukuran medan

magnet sekunder, akibat adanya induksi

medan magnet primer. Oleh karena itu data

TDEM relatif tidak terpengaruh oleh

anomali konduktivitas lokal dekat

permukaan.

Daerah panas bumi Waesano

berada di Kabupaten Manggarai Barat,

Provinsi Nusa Tenggara Timur (Gambar 1).

Sejarah pembentukan daerah Waesano

berawal pada zaman Tersier pada kala

Miosen-Pliosen, dimana secara geologi

terbentuk cekungan yang menghasilkan

deposit sedimen dengan jenis batu pasir.

Erupsi besar diduga terbentuk pada kala

Pliosen sehingga menghasilkan Kaldera

Mbeliling yang membuka ke arah selatan.

Pembentukan vulkanisme berlanjut di

bagian barat sekitar Kempo, Golo Tantong,

Golo Leleng dan Golo Tanadereng yang

berkomposisi basal serta sebagian telah

tersilisifikasi. Proses Vulkanisme masih

terus berlangsung hingga saat ini. Sejak

Pliosen terbentuk vulkanisme Poco

Dedeng di bagian selatan yang

menghasilkan lava dengan komposisi dasit

dengan aliran piroklastik tersebar di bagian

tubuhnya ke arah Lembor. Tubuh poco

dedeng kemudian tertutup bagian utaranya

akibat pembentukan vulkanisme Sano

Nggoang yang hingga saat ini berbentuk

danau kawah dengan pH airnya yang

asam. Produk Sano Nggoang

berkomposisi yang sama dengan Poco

dedeng dan hasil erupsi eksplosifnya

menghasilkan endapan piroklastik bersifat

asam dengan dijumpai pumice yang

terdapat di daerah Taal. Umumnya

terendapkan ke lereng bagian utara ke

sekitar Werang dan terhenti pada tinggian

kaldera Mbeliling

Struktur geologi utama merupakan

struktur yang terbentuk akibat proses

vulkanisme seperti kaldera Mbeliling,

kawah Sano Nggoang dan depresi Golo

Leleng, namun struktur basemen

umumnya berarah baratdaya-tenggara dan

baratdaya – timurlaut. Kontrol utama

pebentukan sistem panas bumi akibat

pembentukan kawah Sano Nggoang dan

juga sesar Nampar Macing yang

memfasilitasi munculnya air panas Nampar

Macing.

TEORI DASAR MT DAN TDEM

Metode MT adalah salah satu

metode geofisika yang memanfaatkan

gelombang elektromagnetik.

Metode ini mengukur respon bumi dalam

besaran medan listrik (E) dan medan

magnet (H) terhadap medan

elektromagnetik (EM) alam. Respon

tersebut berupa komponen horizontal

medan magnet dan listrik bumi yang

diukur pada permukaan bumi pada posisi

tertentu.

Tahanan jenis dari metode ini

dihitung berdasarkan perbandingan

besarnya medan listrik dan medan

magnet yang dikenal dengan persamaan

Cagniard. Persamaan ini dihasilkan dari

persamaan Maxwell dengan asumsi

gelombang bidang. 2

5

1

H

Exfa .............................. (1)

Dimana,

a : tahanan jenis semu (Ohm-m)

f : frekuensi (Hz)

E : Besarnya medan listrik (mV/km)

H : Besarnya medan magnet (nT)

Tahanan jenis semu terdiri dari

dua kurva seperti Rhoxy dan Rhoyx,

kemudian dirotasi terhadap sumbu

utama, bisa kedalam TE mode (medan

listrik sejajar dengan strike) atau TM

Mode (medan listrik tegak lurus strike).

Penetrasi kedalaman efektif dapat

ditentukan dengan menggunakan

persamaan di bawah ini :

= 503 x ( / f)1/2 ....................... (2)

Dimana,

: penetrasi kedalaman efektif (m)

: tahanan jenis semu (Ohm-m)

f : frekuensi (Hz)

Ketika tahanan jenis berubah

terhadap kedalaman, maka tahanan jenis

semu akan berubah terhadap frekuensi,

karena frekuensi tinggi tidak memiliki

penetrasi yang cukup dalam, sedangkan

frekuensi rendah memiliki penetrasi lebih

dalam. Hal ini menunjukkan bahwa struktur

tahanan jenis dari zona dangkal dampai ke

zona dalam dapat dianalisis berdasarkan

tinggi atau rendahnya frekuensi.

Skin depth sebagai fungsi dari

frekuensi dan tahanan jenis dapat

ditentukan dari persamaan berikut.

f

503

2 2

1

.....................(3)

Dimana,

: skin depth (m)

: (= 2 f) frekuensi sudut

: konduktivitas (S/m)

: permeabilitas magnet (H/m)

: tahanan jenis semu (Ohm-m)

f : frekuensi (Hz)

Metode TDEM (Time Domain

Electro Magnetic) atau kadang disebut juga

TEM (Transient Electro Magnetic) adalah

salah satu metode geofisika yang

memanfaatkan medan elektromagnetik

untuk mengetahui struktur tahanan jenis

bawah permukaan. Metode ini

menggunakan sumber buatan dengan

mengukur peluruhan tegangan transient

sebagai fungsi waktu

Tegangan induksi didefinisikan

sebagai:

𝑉(𝑑, π‘Ÿ) = 𝐼0 𝐢 (πœ‡0 𝜎 π‘Ÿ2)

32⁄

10 πœ‹1

2⁄ 𝑑5

2⁄ ....................(4)

dimana, 𝐢 = π΄π‘Ÿ π‘π‘Ÿ 𝐴𝑠 𝑁𝑠 πœ‡0

2πœ‹ π‘Ÿ3, dan

π΄π‘Ÿ = Luas area receiver coil (π‘š2)

π‘π‘Ÿ = Jumlah perputaran didalam

receiver coil

𝐴𝑠 = Luas area dari transmitting loop

(π‘š2)

𝑁𝑠 = Jumlah perputaran didalam

transmitter loop

π‘‘π‘Ÿ = Waktu yang berjalan setelah arus

pada transmitter dimatikan

Β΅0 = Permeabilitas magnetik (β„Žπ‘’π‘›π‘Ÿπ‘¦

π‘š)

𝑉(𝑑, π‘Ÿ) = Tegangan transien

π‘Ÿ = Jari-jari dari transmitter loop (π‘š)

𝐼0 = Arus pada transmitting loop (𝐴).

Dengan mensubtitusi 𝜎 = 1

𝜌 pada

persamaan di atas, dihasilkan nilai tahanan

jenis sebagai berikut:

πœŒπ‘Ž = πœ‡0

4πœ‹ [

2 𝐼0 π΄π‘Ÿ π‘π‘Ÿ 𝐴𝑠 𝑁𝑠

5 𝑑5

2⁄ 𝑉(𝑑,π‘Ÿ)]

32⁄

...................(5)

Hubungan ini mendefinisikan

bahwa nilai tahanan jenis semu terhadap

lamanya waktu yang berjalan setelah arus

dimatikan.

HASIL MT DAN TDEM

Pengukuran MT dan TDEM di

daerah Waesano telah dilakukan dengan

jumlah titik ukur MT sebanyak 43 titik dan

jumlah titik ukur TDEM sebanyak 31 titik

ukur. Sebaran titik ukur meliputi zona

depresi Mbeliling, Danau Sano Nggoang

dan daerah manifestasi mata air panas

Waesano dengan jarak antar titik ukur

sekitar 1000-1500 m. (Gambar 3).

Pengukuran dilakukan selama lebih dari 12

jam, agar memperoleh data hingga

frekuensi 0.001 Hz. Data hasil pengukuran

di lapangan diolah dengan menggunakan

algoritma robust. Data TDEM dimodelkan

melalui pemodelan 1-D sehingga diperoleh

data TDEM (tahanan jenis semu terhadap

waktu transien ) menjadi kurva sounding

tahanan jenis semu sebagai fungsi periode

sebagaimana data MT. Data TDEM hasil

pemodelan ini digunakan untuk

mengoreksi data MT yang mengandung

efek statik yaitu dengan menggeser kurva

sounding MT secara vertikal hingga sesuai

denga kurva sounding TDEM.

Pemodelan tahanan jenis MT 2D

dilakukan dengan menggunakan algoritma

Non Linear Conjugate Gradient (Rodi dan

Mackie, 2001). Pemodelan ini merupakan

pemodelan kebelakang yang dilakukan

sampai dengan iterasi 100, dengan

mengunakan parameter tau 3, data errors

dan error floor untuk rho 5 dan untuk phase

50. Parameter-parameter ini dianggap

sebagai parameter yang terbaik untuk

melakukan pemodelan kebelakang di

daerah ini, setelah dilakukan percobaan

dengan mengubah beberapa parameter.

Pada makalah ini akan disajikan hasil

pemodelan yaitu sebaran tahanan jenis

secara lateral yang merupakan hasil

pemodelan tahanan jenis 2D yang disayat

pada kedalaman tertentu yaitu sebaran

tahanan jenis pada kedalaman 500 m,

1000 m, 1500 m, 2000 m, dan 2500 m.

Kelima kedalaman tersebut dapat

memberikan gambaran mengenai struktur

tahanan jenis bawah permukaan (Gambar

4).

Peta tahanan jenis pada kedalaman

500 meter hampir didominasi oleh nilai

tahanan jenis rendah < 20 Ohm-m, Zona

tahanan jenis rendah di bagian timur

membentuk pola memanjang dengan pola

kelurusan hampir berarah baratlaut-

tenggara. zona tahanan jenis rendah

diperkirakan merupakan respon dari

batuan piroklastik produk vulkanik Sano

Nggoang. Zona tahanan jenis rendah yang

terdapat di bagian tenggara di sekitar

Danau Sano Nggoang penyebarannya

masih membuka ke arah tenggara, zona

rendah ini diinterpretasikan sebagi batuan

produk Vulkanik Sano Nggoang berupa

lava dan/atau batuan ubahan yang telah

mengalami proses hidrotermal, hal ini

diindikasikan dengan keberadaan batuan

alterasi dipermukaan dan munculnya mata

air panas Waesano. Tahanan jenis sedang

mengisi bagian tengah dan selatan,

kemungkinan masih merupakan respon

produk vulkanik Sano Nggoang berupa

lava dan aliran piroklastik yang lebih

kompak dibandingkan batuan disekitarnya.

Pada peta tahanan jenis

kedalaman 1000 m dan 1500 m, pola

sebaran tahanan jenis rendah yang

terdapat di bagian timurlaut nilainya

semakin tinggi. Penyebarannya meluas ke

arah tengah hingga selatan, diskontinuitas

tahanan jenis sedang dan rendah

membentuk pola liniasi yang berarah

baratlaut-tenggara, hal ini berkorelasi

dengan struktur geologi di permukaan

dimana terdapat sesar Werang dan sesar

Ndaring yang berarah baratlaut-tenggara.

Tahanan jenis rendah ini di bagian tengah

kemungkinan masih berkorelasi dengan

produk vulkanik Sano Nggoang,

sedangkan tahanan jenis rendah di bagian

tenggara kemungkinan merupakan respon

batuan yang telah mengalami proses

hidrotermal. Diskontinuitas tahanan jenis

sedang dan tinggi yang terdapat di bagian

utara merepresentasikan batas litologi

antara batuan produk vulkanik Mbeliling

dengan batuan produk vulkanik Sano

Nggoang. Nilai tahanan jenis sedang di

bagian utara kemungkinan sebagai respon

batuan produk vulkanik produk Mbeliling

yang lebih kompak.

Pola sebaran tahanan jenis

kedalaman 2000 m dan 2500 m

memperlihatkan pola sebaran tahanan

jenis yang menarik, dimana zona tahanan

jenis sedang yang diperkirakan sebagai

zona reservoir dikelilingi oleh zona tahanan

jenis rendah. Tahanan jenis rendah yang

masih terlihat pada kedalaman ini

kemungkinan mengindikasikan bahwa

batuan penudung yang berada di bagian

timur dan selatan Danau Sano Nggoang

lebih tebal dibandingkan dengan di bagian

tenggara. Zona tahanan jenis rendah

dibagian barat dibatasi Sebaran tahanan

jenis sedang yang terdapat di bagian

tenggara semakin jelas terlihat. Zona

reservoir di bagian baratdaya dan timurlaut

dibatasi oleh diskontinuitas dengan

tahanan jenis rendah sedangkan di bagian

baratlaut terlihat masih membuka. Sebaran

tahanan jenis tinggi pada kedalaman 2500

meter diinterpretasikan sudah merupakan

batuan batuan basemen yang terdiri dari

batuan pasir.

Penampang hasil pemodelan pada

makalah ini akan dijelaskan pada lintasan 4

dan lintasan 5. Kedua lintasan memotong

Danau Sano Nggoang dan dianggap dapat

memberikan gambaran mengenai sistem

panas bumi di daerah ini. Penampang hasil

pemodelan tahanan jenis 2D dari data MT

pada lintasan 4 dan 5 menggambarkan

susunan lapisan batuan model sistem

panas bumi digambarkan dengan lapisan

konduktif terdapat pada lapisan permukaan

yang diikuti oleh lapisan produk vulkanik

yang lebih kompak dengan respon tahanan

jenis sedang dan kemudian diikuti oleh

lapisan batu pasir. Batu pasir ini

merupakan batuan dasar dalam sistem

panas bumi didaerah ini. Lapisan tahanan

jenis rendah (<20 Ohm-m) diperkirakan

merupakan batuan yang telah mengalami

proses hidrotermal yaitu berupa batuan

alterasi, lapisan ini yang diperkirakan

merupakan lapisan yang berfungsi sebagai

lapisan penudung (caprock), sedangkan di

bawah lapisan tahanan jenis rendah

terdapat tahanan jenis sedang (20-200

Ohm-m) yang diperkirakan sebagai

reservoir, karena nilai tahanan jenis batuan

reservoir umumnya lebih tinggi daripada

nilai tahanan jenis batuan penudung. Mata

air panas Waesano muncul melalui celah-

celah dari struktur yang ada di daerah ini

yang berasal dari reservoir yang memiliki

kedalaman sekitar 1500 meter.

PEMBAHASAN

Sistem panas bumi Waesano

berhubungan dengan sistem vulkanik

kuarter yang diduga masih memiliki potensi

dari aktivitas gunungapi yang terpendam di

dalam kawah Sano Nggoang. Hasil survei

MT dan TDEM memperlihatkan pola liniasi

tahanan jenis yang berarah baratlaut-

tenggara, liniasi ini merepresentasikan

struktur geologi dan juga batas litologi dari

batuan yang ada di daerah ini. Sebaran

tahanan jenis pada kedalaman 1000 meter

yang terdapat dibagian tengah hingga

selatan merupakan adanya perbedaan

litologi batuan yaitu produk Vulkanik

Mbeliling di sebelah utara dengan produk

vulkanik Sano Nggoang

Sebaran tahanan jenis rendah

dibagian tengah kearah selatan

dipermukaan karena respon dari batuan

vulkanik produk Sano Nggoang,

sedangkan di bagian tenggara zona

tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan

sebagai batuan yang berfungsi sebagai

batuan penudung pada sistem panas bumi

Waesano. Pada kedalaman 1500 meter di

bagian tenggara Danau Sanonggonag

terlihat perubahan tahanan jenis rendah ke

tahanan jenis sedang dan diperkirakan

sebagai zona reservoir. Deliniasi daerah

prospek ditentukan dengan kompilasi data

geosain meliputi data geologi dan geokimia

serta geofisika yang pernah dilakukan.

Berdasarkan peta kompilasi tersebut

daerah panas bumi diperkirakan berada

pada bagian tenggara Danau Sano

Nggoang. Luas daerah prospek panas

bumi dibagi menjadi dua yaitu luas terduga

sekitar 6 km2 dan luas hipotesis sekitar 20

km2 .

KESIMPULAN

Hasil survei MT dan TDEM

memperlihatkan adanya zona tahanan

jenis rendah (<20 Ohm-m) yang

diinterpretrasikan sebagai lapisan batuan

penudung, zona tahanan jenis rendah ini

diperkirakan tersusun dari batuan vulkanik

yang telah mengalami proses hidrotermal

atau merupakan batuan alterasi. Lapisan

penudung mulai terdeteksi pada

kedalaman sekitar 500 meter sampai

dengan 2500 meter. Lapisan reservoir

diduga tersusun dari batuan dengan

tahanan jenis berkisar 20-200 ohm-m yang

terdapat di bagian tenggara dengan

puncak reservoir berada pada kedalaman

sekitar 1500 meter.

Daerah prospek panas bumi

Waesano berada di bagian tenggara

Danau Sano Nggoang, penyebaran daerah

prospek masih membuka. Luas daerah

prospek panas bumi dibagi menjadi dua

yaitu luas terduga sekitar 6 km2 dan luas

hipotesis sekitar 20 km2 .

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Kelompok Penyelidikan Panas

Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi yang

telah memberikan ijin untuk menggunakan

data hasil survei MT dan TDEM dalam

penulisan makalah ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada seluruh

anggota tim survei MT dan TDEM daerah

panas bumi Waesano dan anggota tim

survei terpadu tahun 2015 yang telah

bersedia untuk banyak berdiskusi dengan

penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Abadrudin dkk., 1994, Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Werang, Manggarai, Flores NTT,

VSI Unpubl.

Acmad Andan., 1996, Penyelidikan Geolistrik Daerah Panas Bumi Waisano, Manggarai, NTT,

VSI, Unpubl.

Bakrun, 1996, Penyelidikan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Waisano, Manggarai, NTT, VSI,

Unpubl.

Fredy Nanlohi dkk, 2003 : Laporan Survey Landaian Suhu Sumur WW-1 dan WW-2, Lapangan

Panas Bumi Waisano Werang, Manggarai Barat , VSI, Unpubl

Geothermal Departement, Basic Concept of Magnetotellurik Survey in Geothermal Fields.,

West Japan Engineerring Consultants, Inc.

Kastiman S dkk., 1996, Geologi Panas Bumi Daerah Werang, Manggarai, Flores, NTT, VSI,

Unpubl.

Koesomadinata,dkk., 1994, Peta geologi regional skala 1 : 250.000 lembar Ruteng, Nusa

Tenggara Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

M.Chazin M dkk., 1996, Struktur Geologi dan Penyelidikan Banyak Kehilangan Panas (Heat

Loss) Daerah Kenampakanan Panas Bumi Werang, Flores NTT, VSI, Unpubl.

Phoenix Geophysics, 2009: Data processing. User’s guide. Phoenix Geophysics, Ltd., Toronto

Ranganayaki, R.P., 1984, An Interpretive Analysis of Magnetotelluric Data, Geophysics, Vol.

49, pp. 1730-1748

Rodi, W. & Mackie, R.L., 2001, Nonlinear conjugate gradients algorithm for 2-D magnetotelluric

inversions, Geophysics, 66, 174–187

Simpson, F., dan Bahr, K., 2005, Practical Magnetotellurics, Cambrigde University Press.

Suparman, 1990, Geologi Panas Bumi Daerah Werang, NTT , VSI Unpubl..

Telford, W.M. et al, 1982, Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge.

Tikhonov A.N., 1950, The determination of the Electrical properties of deep layers of the earth’s

crust, 73: 295-297.

Zhdanov, M.S., 2009, Geophysical Electromagnetic Theory and Methods. Elsevier

Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Survei

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Waesano

Gambar 3. Peta Sebaran Titik Ukur MT dan TDEM

Gambar 4. Peta Tahanan Jenis per Kedalaman

Gambar 5. Model Tahanan Jenis 2D Lintasan 4 dan 5

Gambar 6. Peta zona keprospekan daerah panas bumi Waesano

Baratd Timurl

Lapisan

Reservoir??

Reservoir??

Lapisan