dampak perkembangan toko modern terhadap … · dampak perkembangan toko modern terhadap ... baik...
TRANSCRIPT
DAMPAK PERKEMBANGAN TOKO MODERN TERHADAP
KINERJA PEDAGANG PRODUK PERTANIAN PADA PASAR
TRADISIONAL DI KOTA BEKASI
IIN ZAHRATAIN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak
Perkembangan Toko Modern Terhadap Kinerja Pedagang Produk Pertanian Pada
Pasar Tradisional di Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Iin Zahratain
NIM H14100140
ABSTRAK
IIN ZAHRATAIN. Dampak Perkembangan Toko Modern Terhadap Kinerja
Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi. Dibimbing
oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI.
Toko modern telah hadir di kota-kota besar di Indonesia sejak tiga dekade
terakhir. Seiring maraknya pertumbuhan sektor ritel, pada tahun 1998, Indonesia
membuat kesepakatan dengan IMF sehingga peritel asing dapat dengan bebas
menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini menimbulkan presepsi bahwa pasar
tradisional merupakan korban nyata dari persaingan sektor ritel yang
menyebabkan berkurangnya konsumen akibat toko modern dapat menyediakan
kelebihan yang tidak dapat diberikan oleh pasar tradisional seperti kenyamanan,
kualitas produk serta keamanan. Pedagang pasar tradisional yang mayoritas
menjual produk distribusi pertanian mulai terancam karena komoditas tersebut
juga merupakan sebagian besar dari lini produk supermarket dan hipermarket.
Studi ini bertujuan menganalisis perubahan kinerja pedagang produk pertanian
pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah toko modern di Kota Bekasi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan pedagang
produk pertanian. Hasil uji-t berpasangan menunjukkan bahwa variabel omset,
keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang, jumlah pembeli, jumlah pelanggan
serta jumlah pegawai mengalami perubahan pada masing-masing pasar. Pada
variabel omset, faktor yang berpengaruh nyata adalah dummy jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jumlah kios, luas kios, dummy komoditas utama beras serta
dummy komoditas utama buah dan sayur. Pada variabel keuntungan, faktor yang
berpengaruh nyata adalah dummy jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
berdagang, jumlah kios, luas kios dan dummy lokasi.
Kata kunci: Pedagang, Pasar Tradisional, Toko Modern, Uji-t Berpasangan,
Regresi Berganda
ABSTRACT
IIN ZAHRATAIN. The Development Impact of Modern Stores on The
Performance of Trader of Agricultural Products on Traditional Markets in Bekasi.
Supervised by LUKYTAWATI ANGGRAENI.
Modern stores have been present in major cities in Indonesia since last three
decades. With the rapid growth of the ritail sector, in 1998, Indonesia made a deal
with the IMF that foreign ritelers can freely invest in Indonesia. This has led to the
perception that traditional markets are the real victims of the ritail sector
competition which leads to reduced consumer due to modern shops can provide
advantages that can not be provided by traditional markets such as convenience,
product quality and safety. Traditional market traders who sell the majority of
agricultural products are in danger because these commodities are also a large part
of product line supermarkets and hipermarkets. This study aimed to analyze
changes of agricultural products trader performance in traditional markets as the
growing number of modern stores in Bekasi and the factors that influence changes
of revenue and profits traders of agricultural products. Results of paired t-test
showed that there are a change in their respective markets of the variables revenue,
profit, operating hours, circulation of goods, number of buyers, the number of
customers and the number of employees experiencing. At the revenue variable,
real influential factors are a gender dummy, education level, number of kiosk,
spacious kiosk, main commodity is rice dummy and main commodity is fresh
fruits and vegetables dummy. At the profit variable, real influential factors are a
gender dummy, level of education, trading experience, number of kiosk, spacious
kiosk and location dummy.
Keywords: Traders, Traditional Market, Modern Stores, paired t-test, Multiple
Regression
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DAMPAK PERKEMBANGAN TOKO MODERN TERHADAP
KINERJA PEDAGANG PRODUK PERTANIAN PADA PASAR
TRADISIONAL DI KOTA BEKASI
IIN ZAHRATAIN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Dampak Perkembangan Toko Modern Terhadap Kinerja Pedagang
Produk Pertanian Pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi
Nama : Iin Zahratain
NIM : H14100140
Disetujui oleh
Lukytawati Anggraeni, Ph.D
Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Dampak Perkembangan Toko Modern Terhadap Kinerja Pedagang Produk
Pertanian Pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perubahan kinerja pedagang produk pertanian pada pasar tradisional setelah
meningkatnya jumlah toko modern di Kota Bekasi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan pedagang produk pertanian.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Abdul Salam dan Ibu Rahmah Ramadlanah
Fak-Faky, kakak Muhammad Lukman Nur Hakim serta adik dari penulis, Ayu
Salsabila atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Lukytawati Anggraeni, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan
sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Deni Lubis,
S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan
saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Seluruh pedagang pasar, baik Pasar Kranji Baru dan pedagang Pasar Baru
Bantar Gebang serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.
5. Saudara satu bimbingan, Aldesta Nurika, Muhammad Haris, Nadilla
Ambarfauziah R., Dara Ayu Lestari, Angga Febriawan, Astika, dan Ayu
yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Para sahabat penulis Luthfi Hibatur Rachman, Wijdanul Latifah, Emma
Ulfatul H., Addin Rayinda, Bella Ananda, Ilza Putra T, Candri Yuniar R.,
Reksa Hartoyo serta segenap sahabat yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
7. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan 47 terimakasih atas doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Iin Zahratain
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Bisnis Ritel 8
Pasar 10
Penelitian Terdahulu 12
Kerangka Pikir 14
METODE 15
Jenis dan Sumber Data 15
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Metode Pengumpulan Data 16
Metode Pengolahan dan Analisis Data 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Gambaran Umum 18
Hasil Estimasi 28
SIMPULAN DAN SARAN 35
Simpulan 35
Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 39
RIWAYAT HIDUP 54
DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha 2 2 Jumlah Ritel di Indonesia 3 3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga
Konstan 2000 4 4 Jumlah Ritel di Kota Bekasi 5 5 Pembagian Ritel Modern dan Tradisional 8 6 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dan Pasar Modern 11 7 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden 19 8 Karakteristik Luas dan Jumlah Kios Responden 22
9 Modal Usaha Dagang Responden 23 10 Omset Dagang Pertahun Responden 24 11 Keuntungan Dagang Responden Pertahun 24 12 Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Tradisional 26 13 Strategi Responden dalam Menarik Pembeli 27 14 Perubahan Kinerja Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional
setelah Meningkatnya Jumlah Toko Modern 28 15 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omset dan Keuntungan
Pedagang Produk Pertanian 32
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Penelitian 15
2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 19 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Komoditas yang Dijual 21 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Komoditas 21
5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Kios Dagang 22 6 Sumber Modal Usaha Dagang Responden 23 7 Inovasi Dagang Responden 25 8 Pesaing Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional 26 9 Persentase Penurunan Omset dan Keuntungan Masing-masing Kategori
Pedagang Pasar Perlakuan 31 10 Persentase Penurunan Omset dan Keuntungan Masing-masing Kategori
Pedagang Pasar Kontrol 31
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner Penelitian Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar Perlakuan 39 2 Kuisioner Penelitian Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar Kontrol 43
3 Hasil Olahan Uji-t Berpasangan 47 4 Hasil Olahan Regresi Berganda 51 5 Denah Lokasi Pasar 53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 dunia, Indonesia telah menjadi
pasar yang sangat menarik serta menjanjikan bagi bisnis sektor ritel baik dari pihak
tenaga kerjanya maupun sebagai konsumen sektor ritel. Oleh karena itu, peluang ini
dimanfaatkan oleh peritel besar baik lokal maupun asing untuk memperoleh
keuntungan yang besar sehingga menyebabkan semakin ketatnya persaingan sektor
bisnis ritel di Indonesia. Pada awalnya sektor ritel lebih didominasi oleh pasar
tradisional yang terdiri atas pedagang bermodal kecil yang melakukan usaha dengan
skala kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar dengan
fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa,
kecamatan, dan lainnya (Sinaga 2008). Hingga saat ini, meskipun pasar tradisional
menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat dengan harga yang murah, namun pasar
tradisional masih identik dengan lingkungan yang tidak memadai serta sistem
pengelolaan yang buruk (Malano 2011).
Selama beberapa dekade terakhir, toko modern mulai hadir dengan
memanfaatkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional seperti kebersihan,
kenyaman, keamanan, kualitas produk serta sarana dan prasarana yang memadai.
Hingga awal tahun 1990, pasar modern di Indonesia masih didominasi oleh peritel
dalam negeri. Namun, pada tahun 1998, Indonesia membuat kesepakatan dengan IMF
mengenai liberalisasi sektor ritel yang dituangkan dalam PERPRES RI Nomor 99
Tahun 1998. Tujuan dari adanya peraturan tersebut adalah untuk meningkatkan
investasi asing sehingga peritel asing dapat dengan bebas menanamkan modalnya di
Indonesia. Pada saat itu, toko modern hanya melayani masyarakat kelas menengah
atas (CPIS 1994). Namun, seiring berkembangnya zaman, toko modern mulai
menjamur ke kota-kota kecil di Indonesia dengan menawarkan kenyamanan dalam
memenuhi berbagai macam kebutuhan konsumen dengan produk-produk bermutu
serta harga yang terjangkau (SMERU 2007). Hal ini memungkinkan konsumen kelas
menengah-bawah dapat mengakses toko modern.
Sektor bisnis ritel baik pasar tradisional maupun toko modern terbukti memiliki
peran penting dalam peningkatan PDB dan kesempatan kerja di Indonesia. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor terbesar ke-2 setelah sektor
industri pengolahan. Perkembangan sektor ini juga merupakan terbesar ke-2 setelah
sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 25.96 persen (Tabel 1). Sektor
perdagangan, hotel dan restoran sendiri didominasi oleh sektor perdagangan besar
dan kecil dengan perkembangan sebesar 28.32 persen. Hal ini menyebabkan
persoalan ritel menjadi persoalan yang sangat pelik bagi Negara Indonesia.
2
Tabel 1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun Perkembangan
2009 2010 2011a
2012b
(%)
Pertanian 295,883.8 304,777.1 315,036.8 327,549.7 10.34
Pertambangan dan
Penggalian 180,200.5 187,152.5 189,761.4 192,585.4 6.74
Industri Pengolahan 570,102.5 597,134.9 633,781.9 670,109.0 16.61
Listrik, Gas dan Air
Bersih 17,136.8 18,050.2 18,921.0 20,131.4 16.55
Konstruksi 140,267.8 150,022.4 159,993.4 171,996.6 21.10
Perdagangan, Hotel
dan Restoran 368,463.0 400,474.9 437,199.7 472,646.2 25.96
Perdagangan
Besar dan Eceran 302,028.4 331,312.9 364,321.8 395,890.0 28.32
Hotel 15,200.8 16,230.9 17,745.7 19,297.1 24.85
Restoran 51,233.8 52,931.1 55,132.2 57,459.1 11.69
Pengangkutan dan
Komunikasi 192,198.8 217,980.4 241,298.0 265,378.4 34.09
Keuangan, Real
Estat dan Jasa
Bersih
209,163.0 221,024.2 236,146.6 253,022.7 19.66
Jasa-Jasa 205,434.2 217,842.2 232,537.7 244,719.8 18.02
PDB 2,178,850.4 2,314,458.8 2,464,676.5 2,618,139.2 18.94
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014 (diolah)
Keterangan: aAngka sementara; bAngka sangat sementara
Reardon dan Hopkins (2006) menjelaskan bahwa permasalahan mengenai
persaingan dalam bisnis ritel antara pasar tradisional dan toko modern telah terjadi
hampir di semua negara selama bertahun-tahun dalam beberapa hal seperti harga,
kenyamanan, kualitas produk dan keamanan. Hal ini juga terjadi di negara
berkembang, salah satunya Negara Indonesia serta merupakan fenomena umum era
globalisasi. Pesatnya pertumbuhan toko modern seperti supermarket, hipermarket
maupun minimarket bertolak belakang dengan pertumbuhan pasar tradisional yang
tiap tahunnya mengalami penurunan. Perkembangan toko modern selama tahun 2005
hingga 2011 di Indonesia sebesar 21 persen untuk supermarket, 36 persen untuk
hipermarket dan 74 persen untuk minimarket. Perkembangan toko modern ini tidak
3
seimbang dengan perkembangan pasar tradisional yang hanya sebesar 15 persen dan
8.5 persen (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah Ritel di Indonesia
Deskripsi Tahun Perkembangan
2005 2008 2011 (%)
Supermarket 1140 1571 1414
21
Hipermarket 83 127 36
Minimarket 6465 10289 19460 74
Pasar Dengan Bangunan Permanen 10615 12849 13960 15
Pasar Tanpa Bangunan Permanen 7157 9056 8188 8.5
Sumber : Nielsen 2013 dan Statistik Potensi Desa Indonesia (BPS) (diolah)
Seiring meningkatnya pengetahuan, taraf hidup serta kepedulian akan kesehatan
telah mengubah preferensi masyarakat dalam memenuhi gizinya. Masyarakat
menuntut produk makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta lebih
hygienis. Produk makanan dengan kandungan gizi yang seimbang hingga saat ini
masih didominasi oleh produk pertanian seperti beras, daging, ikan, sayur dan buah.
Penyediaan kelima produk pertanian tersebut masih diungguli oleh pasar tradisional
karena pasar tradisional mampu menyediakan produk yang berkualitas namun dengan
harga yang murah sehingga dapat terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Selain itu, mayoritas pedagang yang berada di pasar tradisional menjual kelima
produk tersebut.
Namun, saat ini penyediaan produk pertanian tidak hanya disediakan oleh
pedagang pasar tradisional. Krisnamurti dan Fauzia (2004) menjelaskan bahwa
produk pertanian seperti beras, daging, ikan, sayur dan buah juga merupakan
sebagian besar dari lini produk supermarket dan hipermarket. Selain itu, supermarket
dan hipermarket mampu menyediakan produk dengan tampilan kemasan yang lebih
menarik serta lebih hygienis sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal ini menjadikan
supermarket dan hipermarket sebagai saingan utama pedagang produk pertanian pada
pasar tradisional. Berbagai penelitian mengenai dampak pasar modern terhadap pasar
tradisional telah dilakukan di berbagai kota di Indonesia, namun belum terdapat
penelitian mendalam mengenai dampak toko modern terhadap pasar tradisional di
Kota Bekasi khususnya terhadap pedagang produk pertanian.
Kota Bekasi sebagai salah satu kota penyangga Jakarta telah tumbuh menjadi
salah satu kota yang berkembang di daerah Jawa Barat. Kota Bekasi berada dalam
lingkungan megapolitan Jabodetabek sehingga Kota Bekasi menjadi salah satu kota
tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Bekasi, sebagai salah satu indikator perekonomian daerah juga terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kota Bekasi turut meningkat. Kontribusi
terhadap pembentukan PDRB kota Bekasi didominasi oleh sektor industri pengolahan
4
dan perdagangan sehingga kedua sektor inilah yang akan menjadi tiang penyangga
perekonomian Kota Bekasi dalam beberapa tahun kedepan (BPS 2013) (Tabel 3).
Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Atas Dasar Harga Konstan
2000 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun
Persentase Distribusi
PDRB
2009 2010 2011
2012a
(%)
Pertanian 130,853 132,841 135,205 135,523 0.77
Pertambangan dan
Penggalian - - - - -
Industri Pengolahan 6,344,557 6,539,236 6,868,060 7,297,552 41.21
Listrik, Gas dan Air
Bersih 562,665 627,785 696,315 755,785 4.27
Bangunan 542,549 564,793 620,425 695,464 3.93
Perdagangan, Hotel
dan Restoran 4,148,716 4,424,414 4,782,975 5,170,903 29.20
Pengangkutan dan
Komunikasi 1,366,630 1,550,993 1,707,287 1,763,144 9.96
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
596,093 646,581 704,352 765,229 4.32
Jasa-Jasa 930,532 989,466 1,056,921 1,122,802 6.34
PDRB 14,622,594 15,476,108 16,571,540 17,706,402 100
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 (diolah)
Keterangan: aAngka sementara
Kenaikan tingkat pendidikan, ekonomi serta taraf hidup yang diiringi oleh
perubahan gaya hidup masyarakat telah menjadi salah satu bahan pertimbangan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama makanan (Tambunan et al. 2004).
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa berbagai perubahan dalam kelompok
masyarakat telah menuntut peritel untuk memberikan kelebihan dalam produk yang
ditawarkan. Melihat potensi tersebut, ritel modern mulai berkembang pesat mengikuti
kebutuhan masyarakat sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa di Kota Bekasi,
keberadaan toko modern telah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup
modern yang berkembang dimasyarakat.
5
Tabel 4 Jumlah Ritel di Kota Bekasi
Deskripsi
Tahun Perkembangan
2009 2010 2011 2012 2013 (%)
Supermarket 10 15 18 20 27 28.75
Hipermarket 1 1 2 3 3 37.50
Minimarket 329 365 405 476 595 16.25
Pasar Tradisional 11 12 12 12 12 2.25
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi dan Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi 2014
(diolah)
Pertumbuhan toko modern di Kota Bekasi selama 5 tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Supermarket, hipermarket dan minimarket di Kota
Bekasi mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 28.75 persen, 37.50 persen
dan 16.25 persen, sedangkan pasar tradisionalnya hanya mengalami pertumbuhan
sebesar 2.25 persen (Tabel 4). Hal ini menunjukkan terjadinya ketimpangan
pertumbuhan yang terjadi antara pasar tradisional dengan toko modern yang ada di
Kota Bekasi.
Perumusan Masalah
Beberapa argumen menyatakan bahwa pasar tradisional merupakan korban
nyata dari persaingan yang intensif dengan toko modern karena berkurangnya
konsumen pasar tradisional. Aryani (2011) menyatakan bahwa keberadaan toko
modern memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah pendapatan
yang diperoleh oleh pedagang pasar tradisional. Namun, pernyataan bahwa toko
modern merupakan penyebab penurunan yang terjadi pada pasar tradisional tidak
seluruhnya benar. Permasalahan yang dihadapi oleh pasar tradisional tidak hanya
mengenai persaingan dengan toko modern, namun juga mengenai permasalahan
internal seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai, manajemen pasar yang
masih buruk, serta permasalahan pedagang kaki lima (PKL) sehingga
menguntungkan posisi toko modern (SMERU 2007). Minimnya daya dukung
karakteristik pedagang tradisional seperti strategi perencanaan yang kurang baik,
terbatasnya akses permodalan serta tidak adanya jalinan kerja sama dengan pemasok
besar juga merupakan penyebab dari kurang berkembangnya pasar tradisional
(Malano 2011).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh SMERU (2007) menyimpulkan
bahwa penelitian secara statistik tidak menemukan dampak signifikan pada
pendapatan dan keuntungan pedagang pasar tradisional akibat perkembangan
supermarket. Namun, terdapat perubahan signifikan terhadap jumlah pegawai pasar
tradisional akibat perkembangan supermarket. Temuan kualitatif menunjukan bahwa
kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber dari masalah
internal pasar tradisional yang membuat supermarket semakin diuntungkan, sehingga
6
perbaikan sistem pengelolaan pasar diperlukan untuk meningkatkan daya saing pasar
tradisional agar dapat bertahan ditengah keberadaan supermarket yang terus
menjamur. Hutabarat (2009) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara jumlah jam buka, rata-rata sirkulasi barang serta rata-rata margin laba
pedagang buah-buahan dan pedagang sayur-sayuranan. Namun, terdapat perbedaan
yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buah-buahan dan pedagang sayur-
sayuranan di Pasar Tradisional Sei Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya
Pasar Modern Brastagi Supermarket.
Meskipun penelitian yang dilakukan oleh SMERU (2007) dan Hutabarat (2009)
tidak menunjukkan adanya dampak signifikan pada pasar tradisional akibat
pertumbuhan toko modern, namun pertumbuhan antara pasar tradisional dan toko
modern di Kota Bekasi menunjukkan ketimpangan yang cukup signifikan.
Pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bekasi sendiri berbanding terbalik dengan
pertumbuhan toko modern (Tabel 4). Kota Bekasi sebagai salah satu kota penyangga
Jakarta telah tumbuh menjadi salah satu kota yang berkembang di daerah Jawa Barat.
Berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek menyebabkan Kota Bekasi
menjadi salah satu kota tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Hal ini
menyebabkan jumlah penduduk yang tinggi serta perubahan preferensi masyarakat
dalam berbelanja akibat tuntutan serta konsekuensi dari gaya hidup modern yang
berkembang di masyarakat (Esther dan Didik 2003). Perubahan preferensi berbelanja
masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan pokoknya semakin
berkembang akibat meningkatnya taraf hidup, pengetahuan serta kepedulian akan
gizinya. Kebutuhan produk makanan dalam rangka memenuhi gizi masyarakat hingga
saat ini masih didominasi oleh produk pertanian seperti beras, daging, ikan, sayur-
sayuran serta buah-buahan.
Penyediaan kelima produk pertanian tersebut masih diungguli oleh pasar
tradisional karena kualitas serta harga yang lebih murah sehingga dapat terjangkau
oleh berbagai kalangan masyarakat. Selain itu, mayoritas pedagang yang berada di
pasar tradisional menjual kelima produk tersebut. Namun, masih ada kekhawatiran
yang dirasakan oleh pedagang pasar tradisional terkait permasalahan toko modern.
Krisnamurti dan Fauzia (2004) menjelaskan bahwa saat ini produk pertanian seperti
beras, daging, ikan, sayur dan buah juga merupakan sebagian besar dari lini produk
supermarket dan hipermarket. Hal ini menjadikan supermarket dan hipermarket
sebagai saingan utama pedagang produk pertanian pada pasar tradisional.
Menurut Reardon et al. (2003) dan Shepherd (2005), di berbagai negara,
supermarket dan sejenisnya dipercaya telah mendominasi 50 persen lebih produk
makanan. Traill (2006), menggunakan berbagai asumsi dan memprediksi bahwa
menjelang tahun 2015, pangsa pasar supermarket akan meningkat pesat. Hal tersebut
dikhawatirkan akan menurunkan kinerja para pedagang produk pertanian pada pasar
tradisional seperti omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang dan jumlah
pegawai akibat penurunan jumlah pembeli dan jumlah pelanggan di pasar tradisional.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perubahan omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang,
jumlah pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang produk
7
pertanian pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah toko modern di Kota
Bekasi?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan
pedagang produk pertanian pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah
toko modern di Kota Bekasi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis perubahan omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang,
jumlah pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang produk
pertanian pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah toko modern di Kota
Bekasi
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan
pedagang produk pertanian pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah
toko modern di Kota Bekasi
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah :
1. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan oleh peningkatan
jumlah toko modern terhadap omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi
barang, jumlah pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang produk
pertanian pada pasar tradisional di Kota Bekasi
2. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi omset dan
keuntungan pedagang produk pertanian pada pasar tradisional setelah
meningkatnya toko modern di Kota Bekasi
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta acuan dalam pengambilan
kebijakan untuk meningkatkan pasar tradisional
4. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk
bahan penelitian lanjutan
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil studi kasus di pasar tradisional yang berada di Kota
Bekasi yaitu Pasar Kranji Baru sebagai pasar perlakuan dan Pasar Baru Bantar
Gebang sebagai pasar kontrol. Pasar tradisional yang diamati adalah pasar yang
dikelola oleh Pemerintah ataupun Swasta (selama pola dan tata kelolanya masih
relatif sama dengan pasar tradisional Pemerintah). Sampel yang dianalisis adalah
pedagang produk pertanian pada pasar tradisional di Kota Bekasi secara individu.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Bisnis Ritel
Pengertian Bisnis Ritel
Bisnis ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang menyangkut penjualan
barang atau jasa, atau barang dan jasa, yang dilakukan oleh perusahaan atau institusi
bisnis secara langsung kepada konsumen akhir yang digunakan untuk keperluan
pribadi, keluarga atau rumah tangganya, dengan volume penjualan terutama atau
lebih dari 50 persen dari konsumen akhir ini dan sebagian kecil dari pasar bisnis
(Utomo 2009). Bisnis ritel terbagi dalam berbagai jenis yang sangat beragam
berdasarkan klasifikasi menurut bentuk, ukuran dan tingkat modernitasnya.
Berdasarkan tingkat modernitas, bisnis ritel dapat diklasifikasikan dalam ritel
tradisional dan ritel modern. Pembagian kategori ritel modern dan tradisional dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 5 Pembagian Ritel Modern dan Tradisional Klasifikasi Ritel Modern Ritel Tradisional
Lini Produk - Toko Khusus
- Toko Serba Ada
- Toko Swalayan
- Toko Convenience
- Toko Super, Kombinasi dan Pasar
Hiper
- Toko Diskon
- Pengecer Potongan Harga
- Ruang Penjual Katalog
- Mom & Pop Store (toko
berukuran relatif kecil yang
dikelola secara tradisional)
- Mini market
Kepemilikan Corporate Chain Store (beberapa toko
yang berada di bawah satu organisasi dan
dimiliki oleh sekelompok orang)
Independent Store (toko milik
pribadi)
Penggunaan Fasilitas
- Alat-alat pembayaran modern
(komputer, credit card, autodebet)
- AC, eskalator/lift
- Alat pembayaran tradisional
(cash, manual/ kalkulator)
- Tangga, tanpa AC
Promosi Ada Tidak ada
Keuangan Tercatat dan dapat dipublikasikan Belum tentu tercatat dan tidak
dipublikasikan
Tenaga Kerja Banyak Sedikit, biasanya keluarga
Fleksibilitas Operasi Tidak fleksibel Fleksibel Sumber: Tambunan 2004
Persaingan Bisnis Ritel Para ekonom melihat proses bekerjanya sistem persaingan dengan indikator
yang dikenal dengan Structure – Conduct – Performance (SCP). Dari sisi structure,
indikator sistem persaingan adalah sebagai berikut Martin dalam Tambunan et al.
(2004):
9
1. Number and Size Distribution of Sellers and Buyers
Dalam pasar persaingan, terdapat banyak penjual dan pembeli yang masing-
masing tidak dapat mempengaruhi harga.
2. Product Differentiation
Produk yang standar tidak pernah ada di dunia nyata. Semakin berbeda barang
tersebut, semakin kecil kemungkinan substitusi dengan barang lain.
3. Entry Conditions
Entry Conditions menentukan potensi persaingan antara perusahaan yang telah ada
dan perusahaan yang akan masuk ke dalam industri.
Pada sisi Conduct, indikator yang digunakan adalah ada tidaknya kerja sama
(collusion) dan strategi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi, serta adanya advertising
atau Research and Development (R&D). Pada sisi Performance, ekonom melihat
berjalannya sistem persaingan dari profitabilitasnya, dan efisiensinya.
Ancaman dalam Bisnis Ritel
Porter dalam Jatmiko (2004) menjelaskan lima kekuatan yang membentuk sifat
dan derajat persaingan dalam suatu industri, yaitu: ancaman pendatang baru, kekuatan
tawar pelanggan, kekuatan tawar pemasok, ancaman produk pengganti dan ancaman
dari pesaing sejenis atau rivalry .
1. Ancaman Pendatang Baru. Pendatang baru dalam suatu industri biasanya
membawa dan menambah kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar
(market share) dan juga sumberdaya baru. Berat ringannya ancaman pendatang
baru tergantung pada hambatan masuk dan reaksi dari para pesaing yang telah ada
dimana pendatang baru akan memasuki industri atau pasar tersebut.
2. Kekuatan Pemasok. Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang
diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau
perusahaan. Organisasi didalam suatu industri bersaing antara satu dengan lainnya
untuk mendapatkan input seperti tenaga kerja, bahan baku dan modal. Apabila
pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input,
sedangkan industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok
maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi tawar pemasok
menjadi kuat.
3. Kekuatan Pembeli/Pelanggan. Pembeli atau pelanggan terdiri dari pelanggan
organisasi. Dalam industri tertentu memungkinkan terdapat beberapa perantara
pelanggan antara industri dengan pemakai atau konsumen akhir, namun juga
terdapat industri atau perusahaan yang menjual secara langsung kepada konsumen
akhir.
4. Ancaman Produk Pengganti. Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi
pelanggan/pembeli dan akan mengurangi keuntungan perusahaan.
5. Analisis Pesaing. Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai
apakah organisasi tersebut dapat bersaing dengan sukses dalam suatu pasar yang
memberikan peluang-peluang keuntungan.
10
Pasar
Pengertian Pasar
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-
DAG/PER/12/2013, pasar merupakan area tempat jual beli barang dengan jumlah
penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.
Jenis dan Ketentuan Pasar Jenis pasar dibedakan sebagai berikut :
1. Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-
DAG/PER/12/2013, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa
toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar tradisonal juga
merupakan pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang
menerapkan sistem transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi
utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan
lainnya (Sinaga 2008).
Dalam pengelolaanya, pasar tradisional sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012, Ketentuan
fasilitas bangunan dan tata letak pasar yaitu:
a. Bangunan toko/kios/los dibuat dengan ukuran standar ruang tertentu;
b. Petak atau blok dengan akses jalan pengunjung ke segala arah;
c. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup;
d. Penataan toko/kios/los berdasarkan jenis barang dagangan; dan
e. Bentuk bangunan pasar tradisional selaras dengan karakteristik budaya daerah.
Kriteria pasar tradisional yaitu:
a. Dimiliki, dibangun dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah;
b. Transaksi dilakukan secara tawar menawar;
c. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama; dan
d. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan baku lokal.
2. Toko Modern
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-
DAG/PER/12/2013, toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hipermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Pasar
modern juga merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas
menengah ke atas) (Sinaga 2008).
11
Dalam pendiriannya, menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor: 70/M-DAG/PER/12/2013, ketentuan luas lantai penjualan Toko
Modern meliputi:
a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket, lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
c. Department Store, lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
d. Hipermarket, lebih dari 5000 m2 (lima ribu meter persegi); dan
e. Perkulakan, lebih dari 5000 m2 (lima ribu meter persegi).
Kriteria sistem penjualan dan jenis barang dagangan yang harus diterapkan
dalam toko modern meliputi:
a. Minimarket, supermarket dan hipermarket menjual secara eceran berbagai jenis
barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga
lainnya yang dapat berupa bahan bangunan, furniture, dan elektronik;
b. Department Store menjual eceran berbagai jenis barang konsumsi terutama
produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan berdasarkan jenis
kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir berbagai jenis barang konsumsi.
Perbedaan Pasar Tradisional dan Toko Modern
Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan toko modern dapat
dibedakan dalam beberapa aspek (CESS 1998), yaitu:
Tabel 6 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dan Toko Modern Aspek Pasar Tradisional Toko Modern
Sejarah Evolusi panjang Fenomena baru
Fisik Kurang baik dan sebagian sudah baik Baik dan mewah
Kepemilikan atau
kelembagaan
Milik masyarakat/desa, Pemerintah
Daerah, sedikit swasta
Umumnya perorangan atau swasta
Modal Modal lemah, subsidi, swadaya
masyarakat, Inpres
Modal kuat dan digerakkan oleh
swasta
Konsumen Golongan menengah ke bawah Umumnya golongan menengah ke
atas
Metode
pembayaran
Ciri dilayani dan tawar menawar Ada ciri swalayan dan pasti/tanpa
tawar menawar
Status tanah Tanah negara, sedikit sekali swasta Tanah swasta/perorangan
Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi
Pembangunan Umumnya pembangunan dilakukan oleh
Pemerintah Daerah/desa/masyrakat
Pembangunan fisik umumnya oleh
swasta
Pedagang yang
masuk
Beragam, massal, dari sektor informal
sampai pedagang menengah dan besar
Pemilik modal juga pedagangnya
(tunggal) atau beberapa pedagang
formal skala menengah dan besar
Peluang
masuk/partisipasi
Bersifat massal (pedagang kecil,
menengah dan besar)
Terbatas, umumnya pedagang
tunggal dan menengah ke atas
Jaringan Pasar regional, pasar kota dan pasar
kawasan
Sistem rantai korporasi nasional atau
bahkan terkait dengan modal luar
negeri (manajemen tersentralisasi)
12
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Lembaga Penelitian SMERU (2007) mengenai
dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang ritel tradisional di daerah
perkotaan di Indonesia. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan
kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode Difference in Difference
(DiD) dan metode ekonometrik, sedangkan metode kualitatif melalui wawancara
mendalam. Penelusuran melalui metode kuantitatif secara statistik tidak menemukan
dampak signifikan pada pendapatan dan keuntungan pedagang pasar tradisional
akibat dampak dari supermarket, namun terdapat dampak signifikan terhadap jumlah
pegawai yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional. Temuan kualitatif
menunjukan bahwa kelesuan yang terjadi di pasar tradisional kebanyakan bersumber
dari masalah internal pasar tradisional yang menyebabkan posisi supermarket
semakin menguntungkan. Oleh karena itu, SMERU (2007) menyimpulkan bahwa
perbaikan sistem pengelolaan pasar tradisional diperlukan untuk meningkatkan daya
saing pasar tradisional sehingga pasar tradisional dapat tetap bertahan ditengah
keberadaan supermarket yang terus menjamur.
Amin (2011) menjelaskan dampak pasar modern terhadap pedagang pasar
tradisional di Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan
adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dalam bentuk
wawancara mendalam sedangkan metode kuantitatif menggunakan metode Difference
in Difference (DiD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jarak dan jenis
komoditas antara pasar tradisional dan supermarket sangat menentukan, dimana pasar
tradisional yang berada dekat dengan supermarket dan pedagang dengan komoditas
yang sama dengan supermarket paling banyak terkena dampak.
Penelitian yang dilakukan Hutabarat (2009) membahas tentang dampak
kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei
Sikambing di Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan
metode kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan metode analisis uji-t
berpasangan (paired t-test), sedangkan metode kualitatif melalui wawancara
mendalam kepada responden. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan
yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata sirkulasi barang serta rata-rata margin
laba pedagang buah dan pedagang sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing antara
sebelum dan sesudah berdirinya Pasar Modern Brastagi Supermarket. Namun,
terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buah dan pedagang
sayur di Pasar Tradisional Sei Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya
Pasar Modern Brastagi Supermarket.
Penelitian Susilo (2011) yang menganalisis dampak operasi pasar modern
terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan. Metode yang
digunakan adalah melalui analisis deskriptif, uji normalitas data menggunakan uji
kolmogorov-smirnov, serta uji komparasi dua sample berpasangan menggunakan
Wilcoxon Sign Test karena data tidak berdistribusi normal. Hasil kesimpulannya
adalah kehadiran pasar modern tidak begitu kuat berpengaruh terhadap pendapatan
para pedagang pasar tradisional di kota Pekalongan karena hanya mempengaruhi 39
13
pedagang dari 150 pedagang pasar tradisional sebagai sampel atau sekitar 26 persen
saja.
Aryani (2011) mengenai efek pendapatan pedagang tradisional dari ramainya
kemunculan minimarket di Kota Malang. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan uji beda
(uji t) dengan α=0.05. Hasil kesimpulannya adalah sebanyak 66 persen responden
pedagang menyatakan keberadaan minimarket berpengaruh terhadap penurunan
pendapatannya, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan atas adanya minimarket
terhadap jumlah pendapatan pedagang di pasar tradisional di Kota Malang. Selain itu,
ditinjau dari Peraturan Presiden RI No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko modern dirasakan kurang
berpihak pada pedagang di pasar tradisonal sehingga akan merugikan pedagang kecil
di pasar tradisional dan menyebabkan tersingkirnya pasar tradisional.
Wijayanti (2011) menganalisis tentang pengaruh perubahan keuntungan usaha
warung tradisional dengan munculnya minimarket di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan
pendekatan OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil. Hasil
kesimpulannya adalah perubahan omset penjualan dan jarak berpengaruh signifikan
terhadap perubahan keuntungaan usaha, sedangkan diversifikasi produk tidak
berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional.
Penelitian Widiandra dan Sasana (2013) mengenai dampak keberadaan pasar
modern terhadap keuntungan usaha pedagang di pasar tradisional Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah metode regresi linier
berganda. Hasil kesimpulannya adalah faktor kenyamanan tidak berpengaruh
signifikan terhadap keuntungan usaha, sedangkan faktor jarak dan diversifikasi
produk berpengaruh signifikan positif terhadap keuntungan usaha. Faktor harga tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap keuntungan usaha yang mana apabila harga
pasar relatif lebih terjangkau maka tidak mempengaruhi keuntungan usaha.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi
penelitian berlokasi di Kota Bekasi, yang memiliki pertumbuhan toko modern dan
pasar tradisional yang tidak seimbang (Tabel 4). Fokus penelitian adalah pedagang
yang menjual produk pertanian pada pasar tradisional, seperti beras, daging, ikan,
sayur dan buah, yang merupakan sebagian besar produk yang juga dijual oleh toko
modern seperti supermarket dan hipermarket. Tujuan dari penelitian adalah
menganalisis perubahan kinerja pedagang produk pertanian pada pasar tradisional
seperti omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang dan jumlah pegawai
karena penurunan jumlah pembeli dan jumlah pelanggan akibat dampak dari
berkembangnya toko modern dan pasar tradisional. Tujuan kedua dari penelitian
adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan
keuntungan pedagang setelah berkembangnya toko modern.
Dari penelitian didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada
omset dan keuntungan pada kedua pasar yang dijadikan sebagai penelitian. Hal ini
berbeda dengan temuan SMERU (2007) dan Susilo (2011), yang menunjukkan
bahwa tidak ada perubahan pada variabel omset dan keuntungan, namun sejalan
dengan penelitian Hutabarat (2009) dan Aryani (2011). Pada variabel jam operasional
14
dan sirkulasi barang juga terjadi perubahan yang signifikan akibat dampak dari
berkembangnya toko modern. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hutabarat
(2009) bahwa tidak ada perubahan pada jam operasional dan sirkulasi barang oleh
pedagang pasar tradisional karena pengaruh supermarket. Pada variabel jumlah
pegawai, terjadi penurunan yang signifikan namun hanya pada pasar yang jauh dari
toko modern. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian SMERU (2007) bahwa
penurunan jumlah pegawai signifikan pada pasar yang dekat dengan supermarket.
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pedagang yang berada di pasar
tradisional yang dekat dengan toko modern akan memperoleh perolehan omset dan
keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasar yang jauh dari toko
modern. Hal ini sejalan dengan penelitian Amin (2011) dan Wijayanti (2011) bahwa
faktor jarak toko modern dengan pasar tradisional berpengaruh pada omset dan
keuntungan pedagang pasar tradisional yang menjual komoditas yang sama dengan
toko modern.
Kerangka Pikir
Pengelolaan serta penataan pasar tradisional dan toko modern seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-
DAG/PER/12/2013 bertujuan agar terjadi keseimbangan diantara keduanya. Namun,
selama bertahun-tahun permasalah yang dihadapi oleh pedagang pasar tradisional
selalu berkaitan dengan perubahan kinerja para pedagang sesudah berkembang
pesatnya pertumbuhan toko modern. Seiring berkembangnya zaman, semakin
tingginya tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan kesehatan
menyebabkan perubahan preferensi serta kesadaran akan pemenuhan gizinya.
Pemenuhan gizi masyarakat saat ini didominasi oleh produk distribusi pertanian
sebagai bahan pokok makanan seperti beras, daging, ikan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
Penyediaan produk pertanian sebagai bahan pokok makanan di Indonesia masih
diungguli oleh pasar tradisional karena kualitas serta harga yang lebih murah. Namun,
kemungkinan bahwa pangsa pasar pedagang produk pertanian pada pasar tradisional
akan semakin hilang masih tetap ada. Saat ini pemenuhan kelima produk pertanian
tersebut tidak hanya disediakan oleh pasar tradisional, namun juga disediakan oleh
toko modern dengan kualitas produk yang lebih hygienis serta penampilan kemasan
produk yang lebih menarik. Menurut Reardon et al. (2003) dan Shepherd (2005), di
berbagai negara, supermarket dan sejenisnya dipercaya telah mendominasi 50 persen
lebih produk makanan. Traill (2006), menggunakan berbagai asumsi dan
memprediksi bahwa menjelang tahun 2015, pangsa pasar supermarket di berbagai
negara akan mengalami peningkatan pesat. Hal ini menjadikan toko modern seperti
hipermarket dan supermarket sebagai saingan utama dari pedagang produk pertanian
pada pasar tradisional (Suryadarma 2011).
Meskipun permasalan utama yang menyebabkan berkurangnya jumlah pasar
tradisional bukanlah toko modern, namun pertumbuhan toko modern yang kian pesat
dapat berakibat pada perkembangan pasar tradisional. Oleh karena itu, diperlukan
solusi yang tepat agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh
15
pedagang produk pertanian pada pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan
menganalisis perubahan omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang, jumlah
pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang produk pertanian pada
pasar tradisional akibat pesatnya pertumbuhan toko modern serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan. Adapun kerangka pemikiran
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Penelitian
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dengan para
pedagang produk pertanian pada pasar tradisional di Kota Bekasi. Data tersebut
digunakan untuk mengetahui perubahan omset, keuntungan, jam operasional,
sirkulasi barang, jumlah pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang
produk pertanian pada pasar tradisional serta faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan Toko
Modern
Perkembangan Pasar
Tradisional
Dampak Pertumbuhan Toko
Modern Terhadap Pedagang
Produk Pertanian pada Pasar
Tradisional Kota Bekasi
Omset Keuntungan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Omset dan Keuntungan Pedagang
Sirkulasi Barang Jam Operasional
Era Globalisasi
Jumlah Pembeli Jumlah Pelanggan Jumlah Pegawai
16
perubahan omset dan keuntungan pedagang produk pertanian pada pasar tradisional
setelah meningkat pesatnya pertumbuhan toko modern. Sedangkan data sekunder
digunakan untuk melengkapi data primer dalam penelitian. Sumber data lain yang
digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui Badan Pusat Statistik (BPS), BPS
Kota Bekasi, Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Koperasi Kota Bekasi, buku, jurnal, skripsi, tesis dan internet.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional yang ada di Kota Bekasi yaitu
Pasar Kranji Baru sebagai pasar perlakuan dan Pasar Baru Bantar Gebang sebagai
pasar kontrol. Kota Bekasi dipilih karena pertumbuhan toko modern di Kota Bekasi
yang sangat pesat sedangkan pertumbuhan pasar tradisionalnya tidak mengalami
peningkatan yang signifikan. Pemilihan Pasar Tradisional Kranji Baru dan Bantar
Gebang tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan beberapa pertimbangan,
yaitu Pasar Tradisional Kranji Baru dan Pasar Baru Bantar Gebang mencakup
pedagang yang menjual produk pertanian seperti beras, daging, ikan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. Selain itu, terdapat toko modern dalam radius 5 KM dari Pasar
Kranji Baru sebagai pasar perlakuan. Pada Pasar Baru Bantar Gebang sebagai pasar
kontrol, tidak terdapat toko modern dalam radius 5 KM dan terdapat toko modern
yang akan dibangun disekitarnya. Pasar perlakuan dan kontrol berada dalam kota
yang sama serta belum mengalami revitalisasi yang signifikan sejak pertama kali
dibangun. Dasar pemilihan Pasar Kranji Baru sebagai pasar perlakuan karena berada
dekat dengan toko modern, sehingga Pasar Kranji Baru mengalami dampak yang
akan dijadikan penelitian. Sedangkan Pasar Baru Bantar Gebang sebagai pasar
kontrol karena berada jauh dari toko modern sehingga dijadikan sebagai kontrol
penelitian terhadap pasar yang jauh dengan toko modern. Penelitian ini dilakukan
selama bulan Maret 2014.
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diambil dengan metode studi kasus (case study)
melalui wawancara kepada pedagang produk pertanian yang menjadi responden
dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
pengambilan sampel non acak, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan
pertimbangan karakteristik tertentu yang cocok dan diperlukan untuk menjawab
penelitian (Juanda 2009). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 62
responden yang terdiri dari 30 pedagang produk pertanian di Pasar Kranji Baru
sebagai pasar perlakuan dan 32 pedagang produk pertanian di Pasar Baru Bantar
Gebang sebagai pasar kontrol.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan pendekatan analisis kualitatif.
17
Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk
tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-
data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat dari pedagang produk
pertanian pada pasar tradisional.
Analisis Perubahan Omset, Keuntungan, Jam Operasional, Sirkulasi Barang,
Jumlah Pembeli, Jumlah Pelanggan serta Jumlah Pegawai Pedagang Produk
Pertanian Setelah Meningkatnya Jumlah Toko Modern
Metode analisis data yang digunakan adalah uji-t berpasangan (paired t-test).
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dengan
menggunakan data tidak bebas (berpasangan). Pada uji-t berpasangan, objek
penelitian dikenakan 2 perlakuan yang berbeda sehingga menghasilkan 2 macam data
sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Uji-t
berpasangan dirumuskan sebagai berikut:
√
…………….........……… …………………………………………(1)
Keterangan:
t = t statistik
D = Perbedaan sebelum dan sesudah berkembangnya toko modern
n = Banyaknya sampel penelitian
Hipotesis H0 : µsebelum = µsesudah
H1 : µsebelum > µsesudah
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variable dependent, yaitu
perubahan omset, keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang, jam operasional,
jumlah pembeli, jumlah pelanggan serta jumlah pegawai pedagang setelah
meningkatnya jumlah toko modern. D menunjukkan perbedaan kinerja pedagang
produk pertanian masing-masing pasar sebelum dan sesudah meningkatnya jumlah
toko modern. Batasan atau frame work pemilihan sebelum dan sesudah
berkembangnya toko modern dihitung dari waktu pendirian toko modern
(supermarket atau hipermarket) terdekat. Pada kedua pasar ditentukan batasan 5 tahun,
sehingga pedagang pasar harus memiliki minimal pengalaman berdagang selama 5
tahun. N menunjukkan jumlah sampel yang akan diteliti yaitu berjumlah 30
responden pada Pasar Kranji Baru (pasar perlakuan) dan 32 responden Pasar Baru
Bantar Gebang (pasar kontrol). Uji-t berpasangan digunakan pada masing-masing
pasar untuk melihat perubahan dari pasar yang dekat dengan toko modern (pasar
perlakuan) dan pasar yang jauh dari toko modern (pasar kontrol).
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omset dan Keuntungan
Pedagang Produk Pertanian Setelah Meningkatnya Jumlah Toko Modern
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda adalah suatu alat analisis untuk mengukur hubungan lebih dari 2
18
peubah bebas (independent variable) dengan peubah tak bebas (dependent variable)
(Walpole 1995). Regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
.........................(2)
Keterangan:
= Variabel dependent
βi = Parameter penduga
= Dummy Jenis kelamin
= Tingkat pendidikan
= Pengalaman berdagang
= Jumlas kios terpakai
= Luas kios
= Dummy beras
= Dummy sayur buah
= Dummy lokasi
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variable dependent
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan pedagang
pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah toko modern di Kota Bekasi. DX1
menunjukkan dummy jenis kelamin dengan laki-laki=1 dan perempuan=0, X2
menunjukkan tingkat pendidikan responden yang memiliki rentan tidak bersekolah
(0), SD (6), SMP (9), SMA/STM/SMK (12), Diploma (Diploma) (15) dan S1
(Sarjana) (16). X3 menunjukkan pengalaman responden dalam berdagang dengan
waktu minimal 5 tahun pengalaman. X4 adalah jumlah kios yang terpakai oleh
pedagang dalam berdagang, sedangkan X5 adalah luas keseluruhan kios yang
terpakai. Db adalah dummy beras dengan pedagang yang menjual komoditas beras=1
sedangkan pedagang yang menjual komoditas selain beras=0. Dsb adalah dummy
sayur dan buah dengan pedagang yang menjual komoditas sayur dan buah=1
sedangkan pedagang yang menjual komoditas selain sayur dan buah=0. Ddi adalah
dummy daging ikan sebagai dummy pembanding, dengan pedagang yang menjual
komoditas daging dan ikan=1 sedangkan pedagang yang menjual komoditas selain
daging ikan=0. Dummy lokasi (Dl) menunjukkan lokasi responden dalam berdagang,
1 menunjukkan responden pasar perlakuan sedangkan 0 adalah responden pasar
kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 responden
yang terdiri dari 30 pedagang yang menjual beras, daging, ikan, sayur dan buah pada
Pasar Kranji Baru yang merupakan pasar perlakuan dan 32 pedagang yang menjual
beras, daging, ikan, sayur dan buah pada Pasar Baru Bantar Gebang yang merupakan
pasar kontrol. Pedagang sebagai responden dipilih dengan karakteristik memiliki
pengalaman lebih dari 5 tahun dan menjual produk distribusi pertanian seperti beras,
19
daging, ikan, sayur dan buah-buahan serta tidak memiliki pengetahuan sebelumnya
mengenai tujuan penelitian. Dari sampel tersebut didapatkan cukup banyak data yang
beragam mengenai keadaan sosial ekonomi dari pedagang yang dijadikan sebagai
responden. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil survey lapang menunjukkan bahwa pedagang yang dijadikan responden
lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Pedagang yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 17 orang atau sebesar 56.67 persen dan 13 orang berjenis kelamin
perempuan atau sebesar 43.33 persen untuk pasar perlakuan, sedangkan pedagang
laki-laki berjumlah 19 orang atau 59.38 persen dan pedagang perempuan berjumlah
13 orang atau 40.63 persen untuk pasar kontol. Karakteristik responden berdasarkan
tingkat usia, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang dan jumlah pekerja
ditampilkan dalam bentuk statistik deskriptif pada Tabel 7. Statistik deskriptif
ditampilkan untuk mengetahui karakteristik data berdasarkan pada ukuran pemusatan
dan penyebaran data. Ukuran standar deviasi digunakan untuk menggambarkan
variasi data.
Tabel 7 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden Variabel Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum Standar Deviasi
Responden Pasar Perlakuan
Usia 38.6 56 24 8.53
Tingkat Pendidikan 9.63 16 0 3.94
Pengalaman Berdagang 14.1 32 5 5.54
Jumlah Pekerja 2.17 6 1 1.23
Responden Pasar Kontrol
Usia 38.5 58 24 7.47
Tingkat Pendidikan 9.19 15 0 3.40
Pengalaman Berdagang 16.09 31 6 6.48
Jumlah Pekerja 2.09 4 1 0.59
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia responden pasar perlakuan
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan responden pasar kontrol, serta menghasilkan
56.67% 59.38%
43.33% 40.63%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pasar Kranji Baru (Perlakuan) Pasar Baru Bantar Gebang (Kontrol)
Perempuan
Laki-Laki
20
nilai standar deviasi yang berbeda pula. Rata-rata usia responden pasar perlakuan
adalah 38.6 tahun dengan nilai standar deviasi sebesar 8.53 tahun. Nilai standar
deviasi tersebut menunjukkan bahwa usia responden beragam dan tersebar dari rata-
rata responden pasar perlakuan. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan usia
responden dari yang tertinggi 56 tahun dan terendah 24 tahun. Tingkat usia responden
pasar perlakuan paling banyak berada pada interval 35-39 tahun yaitu sebanyak 8
orang atau sebesar 26.67 persen.
Rata-rata usia responden pasar kontrol adalah 38.5 tahun dengan nilai standar
deviasi sebesar 7.47 tahun. Nilai standar deviasi tersebut menunjukkan bahwa usia
responden beragam dan tersebar dari rata-rata responden pasar kontrol. Tingkat usia
tertinggi pada responden pasar kontrol adalah 58 tahun dan terendah 24 tahun.
Tingkat usia responden pasar kontrol paling banyak berada pada interval 35-39 tahun
yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 31.25 persen.
Tingkat pendidikan responden pedagang pasar perlakuan dan kontrol tidak
terlalu berbeda jauh. Nilai rata-rata tingkat pendidikan responden pasar perlakuan
adalah 10 tahun dengan tingkat pendidikan tertinggi yaitu 16 tahun atau setara dengan
lulusan S1 sedangkan tingkat pendidikan terendah yaitu 0 tahun atau tidak bersekolah.
Pada pasar kontrol, rata-rata tingkat pendidikan responden pedagang adalah 9 tahun,
dengan pendidikan tertinggi adalah 15 tahun atau setara dengan D3 sedangkan tingkat
pendidikan terendah yaitu tidak bersekolah.
Pengalaman berdagang responden pada kedua pasar sangat tinggi, rata-rata
pengalaman pada responden pasar perlakuan adalah 14 tahun, dengan pengalaman
paling banyak adalah 32 tahun dan paling sedikit adalah 5 tahun. Pada pasar kontrol,
rata-rata pengalaman lebih tinggi dibandingkan dengan responden pasar perlakuan
yaitu sebesar 16 tahun, dengan pengalaman paling lama 31 tahun dan paling sedikit
adalah 6 tahun.
Jumlah rata-rata pekerja masing-masing pasar menunjukkan angka yang sama
yaitu 2 orang. Pada pasar perlakuan, jumlah pegawai paling banyak adalah 6 orang
dan paling sedikit adalah 1 orang. Pada pasar kontrol, jumlah pegawai paling banyak
adalah 4 orang dan paling sedikit adalah 1 orang.
Jenis Komoditas Responden
Jenis komoditas pedagang yang merupakan responden dari penelitian ini adalah
komoditas beras, daging, ikan, sayur dan buah-buahan. Hal ini dilakukan terkait
dengan kebutuhan dasar manusia akan pemenuhan gizinya. Selain itu, kelima
komoditas tersebut adalah mayoritas produk dagang yang dijual oleh pedagang baik
di pasar tradisional maupun toko modern seperti supermarket dan hipermarket. Rata-
rata komoditas yang dijual oleh pedagang adalah komoditas tunggal. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3, dari 30 responden pasar perlakuan, 27 orang merupakan
pedagang yang menjual komoditas tunggal, sedangkan 3 orang merupakan pedagang
yang menjual beberapa komoditas lain. Sedangkan pada pasar kontrol, dari 32
reponden terdapat 29 pedagang komoditas tunggal dan 3 pedagang beberapa
komoditas.
21
Gambar 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Komoditas yang Dijual
Persentase masing-masing jenis komoditas pada responden pedagang Pasar
Kranji Baru (perlakuan) dan Pasar Baru Bantar Gebang (kontrol) dapat dilihat pada
Gambar 4. Pada responden pasar perlakuan, komoditas yang paling banyak diteliti
adalah daging dan ikan yaitu sebesar 23.33 persen, sedangkan komoditas yang paling
sedikit adalah buah dan beras sebesar 16.67 persen. Jenis komoditas yang paling
banyak diteliti di pasar kontrol adalah sayur-sayuran dengan persentase sebesar 28.13
persen, sedangkan komoditas yang paling sedikit adalah beras, yaitu sebesar 12.5
persen.
Gambar 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Komoditas
Luas dan Jumlah Kios Dagang Responden
Hasil penelitian mengenai luas kios dagang dapat dilihat pada Tabel 8. Pada
pasar perlakuan, jumlah kios yang paling banyak digunakan oleh pedagang adalah 2
kios, hal ini disebabkan oleh pasar perlakuan yang terletak di lokasi strategis sehingga
harga beli atau sewa kios yang harus dibayarkan oleh responden pedagang lebih
90% 90.60%
10% 9.40%
84%
86%
88%
90%
92%
94%
96%
98%
100%
Pasar Kranji Baru (perlakuan) Pasar Baru Bantar Gebang(kontrol)
Beberapa Komoditas
Komoditas Tunggal
16.67%
23.33%
23.33%
20%
16.67%
Jenis Komoditas Pasar Perlakuan
Beras
Daging
Ikan
Sayur
Buah
12.50%
18.75%
18.75% 28%
21.88%
Jenis Komoditas Pasar Kontrol
Beras
Daging
Ikan
Sayur
Buah
22
mahal. Luas kios pasar perlakuan yang paling luas yaitu 20 m2
dan paling kecil
sebesar 2 m2. Pada pasar kontrol, jumlah kios paling banyak berjumlah 4 kios, hal ini
disebabkan oleh harga beli atau sewa pada pasar kontrol tidak semahal harga kios
yang ditawarkan oleh pasar perlakuan. Pada luas kios, luas kios paling luas yang
dimiliki oleh pedagang yaitu 24 m2
dan paling kecil 1.2 m2.
Tabel 8 Karakteristik Luas dan Jumlah Kios Responden Variabel Nilai Maksimum Nilai Minimum Standar Deviasi
Pasar Perlakuan
Jumlah Kios 2 1 0.38
Luas Kios 20 2 3.85
Pasar Kontrol
Jumlah Kios 4 1 0.89
Luas Kios 24 1,2 5.04
Kepemilikan Kios Dagang Responden
Hasil survey menunjukkan bahwa kepemilikan kios dagang para pedagang
produk pertanian pada kedua pasar mayoritas merupakan milik pribadi (Gambar 5).
Pada pasar perlakuan, 18 pedagang merupakan pemilik dari kios dagangnya dengan
persentase sebesar 60 persen, sedangkan 12 orang menyewa kios tempat dagang yang
merek gunakan dengan persentase sebesar 40 persen. Pada pasar kontrol, sebesar
81.25 persen atau 26 pedagang merupakan pemilik dari kios tempat mereka berjualan,
sedangkan 4 orang atau sebesar 12.5 persen pedagang menyewa kios dagangnya, 2
orang atau sebesar 6.25 persen menggunakan kios dengan izin hak guna bangunan
(HGB).
Gambar 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Kios Dagang
Modal Usaha Dagang Responden
Berdasarkan survey terhadap responden yang merupakan pedagang produk
pertanian pada Pasar Kranji Baru sebagai pasar perlakuan dan Pasar Baru Bantar
Gebang sebagai pasar kontrol, pedagang memiliki beragam modal dagang (Tabel 9).
Jumlah modal dagang pedagang pada pasar perlakuan memiliki rata-rata modal
sebesar Rp 15,975,000, dengan modal paling tinggi Rp 100,000,000 dan paling
60%
81.25%
40%
12.50%
0 6.25%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Milik Pribadi
Sewa
HGB
23
rendah Rp 1,500,000. Modal paling tinggi dimiliki oleh pedagang beras dan modal
paling rendah dimiliki oleh pedagang ikan dan sayur-sayuran. Pada pasar kontrol,
rata-rata modal sebesar Rp 10,950,000 dengan modal paling tinggi oleh pedagang
beras sebesar Rp 150,000,000 dan modal paling rendah dimiliki oleh pedagang sayur-
sayuran sebesar Rp 950,000.
Tabel 9 Modal Usaha Dagang Responden
Variabel Rata-rata Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum Standar Deviasi
Modal Pasar Perlakuan 15,975,000 100,000,000 1,500,000 25,263,640
Modal Pasar Kontrol 10,950,000 150,000,000 950,000 25,863,148
Sumber Modal Usaha Dagang Responden
Pada hasil penelitian ini, modal yang diperoleh para responden pedagang
mayoritas berasal dari modal sendiri. Sumber modal pedagang pada pasar perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 6. Jumlah pedagang yang menggunakan modal sendiri
berjumlah 28 orang atau sebesar 93.33 persen sedangkan 1 orang memperoleh modal
dagangnya dari sistem konsinyasi pada pedagang besar lainnya dan 1 pedagang
lainnya melalui pinjaman koperasi. Pada pasar kontrol, semua pedagang
menggunakan modal milik pribadinya, namun terdapat 2 orang yang juga meminjam
dari orang lain dan 1 orang lainnya juga menggunakan sistem konsinyasi pada
pedagang besar lainnya. Responden pedagang pada kedua pasar mayoritas
menggunakan modal pribadi karena mereka menilai bahwa meminjam dari Bank
maupun lembaga lainnya tidak efisien dan menimbulkan hutang yang berkepanjangan.
Selain itu, belum banyaknya pedagang yang mengerti sistem pinjaman dari bank dan
lembaga lainnya sehingga lebih memilih meminjam pada orang lain atau
menggunakan sistem konsinyasi pada pedagang besar lain.
Gambar 6 Sumber Modal Usaha Dagang Responden
Omset Dagang Responden
Omset dagang pertahun responden pada pasar perlakuan dan pasar kontrol
antara sebelum dan sesudah berkembangnya toko modern mengalami penurunan yang
drastis (Tabel 10). Pada pasar perlakuan, rata-rata omset pertahun pedagang pasar
93.33% 100%
3.33% 6.25% 3.33% 3%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Pasar Kranji Baru (Perlakuan) Pasar Baru Bantar Gebang(Kontrol)
Modal Pribadi
Pinjaman
Konsinyasi
24
tradisional sebelum berkembangnya toko modern sebesar Rp 2,331,133,333
sedangkan sesudah berkembangnya toko modern sebesar Rp 1,639,458,333. Hal ini
juga terjadi pasar kontrol, dimana rata-rata omset pertahun pedagang pasar tradisional
sebelum berkembangnya toko modern sebesar Rp 1,903,492,188 sedangkan sesudah
berkembangnya toko modern sebesar Rp 1,280,335,938.
Tabel 10 Omset Dagang Pertahun Responden
Variabel Rata-rata Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum
Standar
Deviasi
Omset Pasar Perlakuan
Sebelum Berkembangnya
Toko Modern 2,331,133,333 10,950,000,000 127,750,000 2,381,438,410
Sesudah Berkembangnya
Toko Modern 1,639,458,333 8,760,000,000 91,250,000 1,728,100,740
Omset Pasar Kontrol
Sebelum Berkembangnya
Toko Modern
1,903,492,188 5,475,000,000 48,000,000 1,592,226,514
Sesudah Berkembangnya
Toko Modern
1,280,335,938 5,475,000,000 36,000,000 1,027,525,003
Keuntungan Dagang Responden
Keuntungan dagang pertahun responden pada pasar perlakuan dan pasar
kontrol antara sebelum dan sesudah berkembangnya toko modern mengalami
penurunan yang drastis (Tabel 11). Pada pasar perlakuan, rata-rata keuntungan
pertahun pedagang pasar tradisional sebelum berkembangnya toko modern sebesar
Rp 162,120,833 sedangkan sesudah berkembangnya toko modern sebesar Rp
87,235,000. Hal ini juga terjadi pasar kontrol, dimana rata-rata keuntungan pertahun
pedagang pasar tradisional sebelum berkembangnya toko modern sebesar Rp
153,062,500 sedangkan sesudah berkembangnya toko modern sebesar Rp
102,835,938.
Tabel 11 Keuntungan Dagang Pertahun Responden
Variabel Rata-rata Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum
Standar
Deviasi
Keuntungan Pasar Perlakuan
Sebelum Berkembangnya
Toko Modern 162,120,833 547,500,000 36,500,000 119,160,721
Sesudah Berkembangnya
Toko Modern 87,235,000 237,250,000 18,250,000 60,841,430
Keuntungan Pasar Kontrol
Sebelum Berkembangnya
Toko Modern
153,062,500 365,000,000 36,500,000 77,379,902
Sesudah Berkembangnya
Toko Modern
102,835,938 273,750,000 9,125,000 55,401,726
Inovasi Dagang Responden
Inovasi responden dalam berdagang baik pada pasar perlakuan maupun pasar
kontrol tidak beragam. Mayoritas responden hanya mengandalkan berjualan secara
25
langsung. Tidak ada inovasi maupun perencanaan inovasi untuk jangka waktu
mendatang dalam kegiatan berdagang. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk inovasi baru yang lebih menguntungkan. Gambar 7, menunjukkan,
pada pasar perlakuan dari 30 responden terdapat 22 responden yang hanya
mengandalkan berjualan secara langsung sedangkan 8 responden yang menggunakan
inovasi lain dalam meningkatkan kinerja dagang mereka. Pada pasar kontrol, dari 32
responden terdapat 25 responden yang hanya mengandalkan berjualan secara
langsung, sedangkan sisanya sebanyak 7 responden menggunakan inovasi lain dalam
berdagang.
Gambar 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Inovasi Dagang
Pesaing Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional
Pedagang pasar perlakuan dan pasar kontrol yang merupakan responden
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat beberapa pesaing dalam berdagang produk
distribusi pertanian (Gambar 8). Pada pasar perlakuan, pesaing terberat responden
pedagang adalah toko modern, yaitu sebesar 40.82 persen. Hal ini disebabkan oleh
jarak supermarket dan hipermarket yang berada kurang dari radius 5 KM sehingga
menjadikan supermarket dan hipermarket sebagai saingan terberat dari responden.
Supermarket dan hipermarket juga menjual jenis komoditas yang mayoritas juga
merupakan komoditas yang dijual oleh pedagang produk pertanian pada pasar
perlakuan. Selain itu, pedagang kaki lima (PKL) juga merupakan saingan terberat
kedua diikuti oleh pedagang lain dalam pasar yang merupakan saingan internal pasar.
Sisanya sebesar 10.20 persen responden mengatakan bahwa pedagang keliling juga
merupakan saingan, sebesar 14.28 persen responden menganggap bahwa mereka
tidak memiliki saingan dalam berdagang.
73.33%
23.33%
6.67% 3%
Inovasi Dagang Pasar Perlakuan
Langsung
Viasms/Telepon
Membukatempatdagang lainKonsinyasi
78.13%
15.63%
3.13% 13%
Inovasi Dagang Pasar Kontrol
Langsung
Viasms/Telepon
Membukatempatdagang lainKonsinyasi
26
Gambar 8 Pesaing Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional
Pada pasar kontrol, meskipun jarak dengan toko modern (supermarket dan
hipermarket) lebih dari 5 KM, namun toko modern tetap menjadi saingan terberat
bagi responden meskipun hanya sebesar 27.27 persen. Hal ini membuktikan bahwa
meskipun pasar tradisional berada jauh dari toko modern, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa pedagang pasar tetap terkena dampak dari perkembangan toko
modern. Pedagang lain dan PKL yang merupakan saingan internal responden
memiliki persentase sebesar 22.73 persen, yang artinya juga terdapat persaingan yang
ketat dalam internal pasar. Sebanyak 15.91 persen responden menganggap bahwa
mereka tidak memiliki saingan dalam berdagang, sedangkan terdapat 6.82 persen
responden mengatakan bahwa pasar yang berada dalam perumahan merupakan
saingan responden karena pasar segar yang berada dalam masing-masing perumahan
menjadi alternatif yang lebih efisien bagi masyarakat dalam berbelanja dibandingkan
dengan pasar tradisional.
Kekurangan Pasar Tradisional
Hingga saat ini, pasar tradisional masih identik dengan lingkungan yang tidak
memadai serta sistem pengelolaan yang buruk (Malano 2011). Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden pedagang pada masing-masing pasar didapatkan
beberapa hasil mengenai kekurangan yang dimiliki oleh pasar tradisional (Tabel 12).
Tabel 12 Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Tradisional
Keterangan
Variabel
Toilet Tempat
Parkir Mushola Kenyamanan Keamanan
Kualitas
Produk Harga
Pasar Perlakuan
Kurang Baik 6.67% 40% 0 6.67% 6.67% 0 0
Baik 93.33% 60% 100% 93.33% 93.33% 100% 100%
Pasar Kontrol
Kurang Baik 3.13% 34.37% 0 12.50% 15.63% 0 0
Baik 96.87% 65.63% 100% 87.50% 84.37% 100% 100%
40.82%
16.33%
18.37%
10.20%
14.28%
0
Pasar Perlakuan
Toko Modern
(40.82%)
Pedagang Lain
(16.33%)
PKL (18.37%)
Pedagang
Keliling (10.20%)
Tidak Ada
(14,28%)
Lainnya
27.27%
22.73% 22.73%
4.54%
15.91%
6.82%
Pasar Kontrol
Toko Modern
(27.27%)
Pedagang Lain
(22.73%)
PKL (22.73%)
Pedagang Keliling
(4.54%)
Tidak Ada
(15.91%)
Lainnya (6.82%)
27
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pasar tradisional
semakin baik. Hal ini terbukti dari sarana prasarana masing-masing pasar perlakuan
dan pasar kontrol yang telah mengalami peningkatan cukup baik. Keamanan dan
kenyaman pada pasar perlakuan sudah cukup baik, namun masih perlu peningkatan
pada pasar kontrol. Selain itu, pajak retribusi pasar terorganisir dengan baik sehingga
tidak lagi terdapat pungutan liar. Permasalahan yang masih dialami oleh masing-
masing pasar yaitu masih kurang tertatanya lahan parkir. Pada pasar perlakuan,
sebanyak 40 persen pedagang menyatakan bahwa tempat parkir pasar kurang baik,
dan pada pasar kontrol, sebesar 34.37 persen pedagang menyatakan bahwa tempat
parkir pasar masih kurang baik. Pada kedua pasar, lahan parkir yang ditujukan
sebagai tempat kendaraan konsumen disalahgunakan sebagai lahan berjualan oleh
pedagang kaki lima (PKL). Selain itu, kondisi diluar bangunan pasar masih kurang
tertata dengan baik.
Strategi Responden dalam Menarik Pembeli
Dalam berdagang, responden yang merupakan pedagang produk pertanian
melakukan beberapa strateginya dalam menarik minat pembeli untuk berbelanja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasar perlakuan dan pasar kontrol,
terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh pedagang (Tabel 13). Pada pasar
perlakuan, strategi yang paling banyak digunakan oleh pedagang adalah menjaga
kualitas produk dan meningkatkan pelayanan dengan persentase masing-masing
46.15 persen dan 36.54 persen. Strategi selanjutnya adalah strategi potongan harga
pada konsumen sebesar 11.54 persen. Strategi lain yang dilakukan pedagang pada
pasar perlakuan adalah memperbanyak varietas produk, menjual komoditas yang
lengkap dan memiliki produk andalan dibandingkan dengan pedagang lain dengan
persentase masing-masing sebesar 1.9 persen.
Tabel 13 Strategi Responden dalam Menarik Pembeli Strategi Persentase (%)
Pasar Perlakuan
Menjaga kualitas produk 46.15
Meningkatkan pelayanan 36.54
Potongan harga 11.54
Memperbanyak varietas produk 1.9
Komoditas lengkap 1.9
Memiliki produk andalan 1.9
Pasar Kontrol
Meningkatkan pelayanan 44.78
Menjaga kualitas produk 38.80
Potongan harga 10.44
Memperbanyak varietas produk 1.49
Menjaga kebersihan 1.49
Penataan produk 1.49
Harga bersaing 1.49
Pada pasar kontrol, strategi yang paling banyak digunakan oleh pedagang
dalam berdagang adalah meningkatkan pelayanan dan menjaga kualitas produk
28
dengan persentase masing-masing 44.78 persen dan 38.80 persen. Strategi
selanjutnya adalah potongan harga pada konsumen dengan persentase sebesar 10.44
persen, selain itu terdapat strategi memperbanyak varietas produk, menjaga
kebersihan tempat dagang, penataan produk serta harga yang bersaing dengan
persentase masing-masing 1.49 persen.
Hasil Estimasi
Analisis Perubahan Kinerja Responden
Analisis perubahan kinerja responden yang merupakan pedagang poduk
pertanian pada masing-masing pasar perlakuan dan pasar kontrol dengan
menggunakan uji-t berpasangan. Hipotesis untuk uji-t berpasangan, yaitu H0 : µsebelum
= µsesudah dan H1 : µsebelum > µsesudah. Hasil uji-t berpasangan terhadap perubahan omset,
keuntungan, jam operasional, sirkulasi barang, jumlah pembeli, jumlah pelanggan
serta jumlah pegawai pedagang produk pertanian pada pasar perlakuan setelah
meningkatnya jumlah toko modern menunjukkan beberapa perubahan (Tabel 14).
Tabel 14 Perubahan Kinerja Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional
setelah Meningkatnya Jumlah Toko Modern
Indikator
Kinerja
Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
N Mean P-Value N Mean P-Value
Omset 30 691,670,000 0.019** 32 634,187,500 0.004***
Keuntungan 30 74,885,833 0.000*** 32 49,226,600 0.000***
Sirkulasi Barang 30 -0.266667 0.074* 32 -0.187500 0.163
Jam Operasional 30 -0.866667 0.006*** 32 -0.59375 0.003***
Jumlah Pembeli 30 21.6000 0.000*** 32 27.4063 0.000***
Jumlah Pelanggan 30 6.60000 0.008*** 32 10.0313 0.000***
Jumlah pegawai 30 0.233333 0.182 32 0.250000 0.036**
Keterangan : *) significant alpha 10%
**) significant alpha 5%
***) significant alpha 1% Mean = Perbedaan rata-rata sebelum - sesudah berkembangya supermarket dan hipermarket
Hasil uji-t berpasangan menunjukkan bahwa pada pasar perlakuan dan pasar
kontrol, rata-rata omset dan keuntungan mengalami perbedaan yang signifikan. Pada
pasar perlakuan, variabel omset menunjukkan mean yang postif, artinya omset
pedagang pasar perlakuan sebelum berkembangnya toko modern lebih besar
dibandingkan dengan omset pedagang sesudah berkembangnya toko modern dengan
selisih omset sebesar Rp 691,670,000. Sedangkan variabel keuntungan juga
menunjukkan mean positif yang artinya keuntungan pedagang pasar perlakuan
sebelum berkembangnya toko modern lebih besar dibandingkan dengan keuntungan
yang diperoleh pedagang sesudah berkembangnya toko modern dengan selisih Rp
74,885,833. Pada pasar kontrol, variabel omset dan keuntungan juga menunjukkan
29
mean yang positif yang artinya pendapatan omset dan keuntungan pedagang pada
pasar kontrol sebelum berkembangnya toko modern lebih besar dibandingkan dengan
omset dan keuntungan pedagang sesudah berkembangnya toko modern dengan selisih
untuk omset sebesar Rp 634,187,500 dan Rp 49,226,600 untuk keuntungan.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat dampak signifikan yang ditimbulkan oleh
pesatnya pertumbuhan toko modern terhadap omset dan keuntungan yang didapatkan
oleh pedagang pasar tradisional di Kota Bekasi. Penelitian ini memperkuat hasil
temuan Hutabarat (2009) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata
antara pendapatan bersih pedagang buah dan sayur di pasar tradisional setelah
berdirinya pasar modern. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh SMERU (2007) mengenai dampak supermarket terhadap pasar
dan pedagang ritel tradisional di daerah perkotaan Indonesia pada perubahan omset
dan keuntungan. Pada penelitiannya membuktikan bahwa secara statistik tidak
menemukan dampak signifikan pada pendapatan dan keuntungan pedagang pasar
tradisional. Ini juga berlawanan dengan penelitian yang diteliti oleh Susilo (2011)
bahwa kehadiran pasar modern tidak begitu kuat berpengaruh terhadap pendapatan
para pedagang pasar tradisional.
Akibat penurunan omset dan keuntungannya, pedagang pada pasar perlakuan
dan pasar kontrol meningkatkan jam operasional dan mengurangi jarak sirkulasi
barang untuk menutupi penurunan omset dan keuntungannya. Hal ini terlihat dari
mean variabel sirkulasi barang pada pasar perlakuan dan pasar kontrol yang
menunjukkan angka negatif. Artinya jarak sirkulasi barang sebelum berkembangnya
toko modern lebih sedikit dibandingkan dengan sesudah berkembangnya toko
modern. Pada mean variabel jam operasional juga menunjukkan angka negatif yang
artinya jam operasional pasar sebelum berkembangnya toko modern lebih sedikit
dibandingkan dengan sesudah berkembangnya toko modern. Hasil ini berbeda dengan
temuan Hutabarat (2009), pada hasil penelitiannya, variabel jumlah jam operasional
dan jumlah sirkulasi barang tidak mengalami perubahan. Namun, terdapat perbedaan
pada jumlah barang yang dipasok pedagang pasar tradisional setiap bulannya yang
mana jumlah barang yang dipasok sesudah berdirinya Pasar Modern Brastagi
Supermarket mengalami penurunan. Berbeda dengan penelitian ini yang
menunjukkan terdapat perbedaan pada jumlah jam operasional, jarak sirkulasi barang
maupun jumlah barang yang dipasok. Setelah berkembangnya toko modern, jumlah
jam operasional pada pasar perlakuan dan pasar kontrol mengalami peningkatan,
jarak sirkulasi pemasokan barang yang semakin lama serta penurunan jumlah volume
barang yang dipasok pedagang pada kedua pasar.
Perubahan pada variabel omset, keuntungan, jam operasional dan sirkulasi
barang disebabkan oleh penurunan jumlah pembeli dan jumlah pelanggan yang
signifikan pada kedua pasar. Jumlah pembeli dan pelanggan pada pasar perlakuan
sebelum berkembangnya toko modern lebih banyak dibandingkan dengan setelah
berkembangnya toko modern. Hal ini terlihat dari mean keduanya yang menunjukkan
angka positif. Pelanggan dan pembeli pada pasar perlakuan berkurang akibat
banyaknya alternatif tempat berbelanja lain selain pasar tradisional. Selain itu, Pasar
Kranji Baru yang merupakan pasar perlakuan berada di kawasan yang dikelilingi oleh
30
berbagai macam toko modern, hal ini merupakan salah satu penyebab berkurangnya
jumlah pembeli dan pelanggan pada pasar perlakuan.
Pada pasar kontrol, jumlah pembeli dan jumlah pelanggan juga mengalami
penurunan. Jumlah pembeli dan jumlah pelanggan pada pasar kontrol memiliki mean
positif yang artinya jumlah pembeli dan jumlah pelanggan sebelum berkembangnya
toko modern lebih banyak dibandingkan dengan sesudah berkembangnya toko
modern. Pada pasar kontrol tetap terjadi pengurangan jumlah pelanggan dan pembeli
karena meskipun pasar kontrol jauh dari toko modern terdekat namun toko modern
tetap menjadi alternatif pilihan dalam berbelanja oleh masyarakat Kota Bekasi yang
mayoritas merupakan pekerja sehingga memiliki waktu yang terbatas. Hal ini
disebabkan karena jam operasional toko modern yang lebih lama dibandingkan
dengan pasar tradisional sehingga toko modern dapat menjadi alternatif lain dalam
berbelanja oleh masyarakat. Selain itu, terdapat banyak perumahan disekitar pasar
kontrol yang juga menyediakan pasar segar sehingga hal ini dapat mempermudah
masyarakat yang hendak berbelanja dibandingkan dengan harus berbelanja di pasar
kontrol.
Jumlah pegawai pada pasar perlakuan dan pasar kontrol juga mengalami
perbedaan antara sebelum dan sesudah berkembangnya toko modern yang mana
terjadi pengurangan pegawai pada pasar perlakuan dan pasar kontrol, namun hanya
signifikan pada pasar kontrol. Hal ini terlihat pada mean variabel jumlah pegawai
pada kedua pasar yang menunjukkan angka positif yang artinya jumlah pegawai
sebelum berkembangnya toko modern lebih banyak dibandingkan dengan sesudah
berkembangnya toko modern. Pada pasar perlakuan, terjadi pengurangan pegawai
namun tidak signifikan karena mayoritas pedagang mengandalkan sanak saudaranya
sendiri untuk membantu mereka dalam berdagang. Oleh karena itu, meskipun
terdapat pengurangan pada omset dan keuntungan pedagang, tidak berpengaruh
terhadap pengurangan jumlah pegawai. Pada pasar kontrol, terjadi pengurangan
pegawai yang signifikan karena berkurangnya omset dan keuntungan yang didapat
oleh pedagang sehingga menyebabkan pedagang mengurangi jumlah pegawai yang
dimilikinya.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
SMERU (2007) bahwa jumlah pegawai mengalami penurunan yang signifikan akibat
dampak dari supermarket. Namun, penelitian SMERU (2007) membuktikan bahwa
pedagang yang berada pada lokasi yang dekat dari toko modern akan
memperkerjakan pegawai lebih sedikit untuk mempertahankan labanya dengan
mengurangi biaya rutin termasuk biaya pekerja. Pada penelitian ini, juga terjadi
pengurangan pegawai pada pasar perlakuan dan pasar kontrol untuk mempertahankan
keuntungan. Namun, pengurangan lebih banyak terjadi pada pasar kontrol yang jauh
dari toko modern, karena pada pasar perlakuan, pedagang cenderung mengandalkan
sanak saudaranya sebagai pegawai sehingga pengurangan pegawai pada pasar
perlakuan tidak terlalu signifikan.
31
Persentase Penurunan Omset dan Keuntungan Masing-Masing Kategori
Responden
Persentase penurunan omset dan keuntungan masing-masing kategori
pedagang pasar perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9. Pedagang yang paling banyak
mengalami penurunan omset dan keuntungan adalah pedagang sayur dan buah.
Pedagang sayur dan buah mengalami penurunan omset sebesar 59.79 persen dan
keuntungan sebesar 102.53 persen. Hal ini disebabkan karena komoditas sayur dan
buah juga dijual oleh toko modern. Toko modern juga memiliki tampilan sayur dan
buah yang lebih menarik dan segar dibandingkan dengan pasar tradisional. Selain itu,
pasar pelakuan juga dikelilingi oleh berbagai macam toko modern, sehingga pembeli
memiliki lebih banyak alternatif pilihan dalam berbelanja. Hal ini menyebabkan
pedagang buah dan sayuran pada pasar perlakuan mengalami penurunan omset dan
keuntungan yang paling signifikan dibandingkan dengan pedagang komoditas lain.
Gambar 9 Persentase Penurunan Omset dan Keuntungan Masing-masing Kategori
Pedagang Pasar Perlakuan
Gambar 10 Persentase Penurunan Omset dan Keuntungan Masing-masing Kategori
Pedagang Pasar Kontrol
0
1000
2000
3000
4000
Daging Ikan Beras Sayur Buah
Omset Sebelum Omset Sesudah
Jt/Rp Omset Pasar Perlakuan
36.48%
42.65%
59.79%
0
50
100
150
200
250
Daging Ikan Beras Sayur Buah
Keuntungan sebelum Keuntungan sesudah
Keuntungan Pasar Perlakuan
Jt/Rp
79.53%
73.85%
102.53%
0
1000
2000
3000
4000
5000
Daging Ikan Beras Sayur Buah
Omset Sebelum Omset Sesudah
Omset Pasar Kontrol
Jt/Rp
23.34%
120.69%
46.05%
0
50
100
150
200
Daging Ikan Beras Sayur Buah
Keuntungan Sebelum Keuntungan Sesudah
Keuntungan Pasar Kontrol
Jt/Rp 56.29%
36%
63.64%
32
Pada pasar kontrol (Gambar 10), pedagang yang mengalami penurunan omset
dan keuntungan paling banyak adalah pedagang beras. Omset pedagang beras
menurun hingga 120.69 persen sedangkan keuntungan menurun sebesar 63.64 persen.
Penurunan omset dan keuntungan pedagang beras disebabkan oleh bertambahnya
pedagang yang menjual beras di dalam pasar itu sendiri. Sehingga semakin ketatnya
persaingan antar pedagang beras. Selain itu, saat ini sudah banyak tersedia toko yang
khusus menjual beras sehingga lebih memudahkan pembeli dibandingkan dengan
membeli beras di pasar tradisional.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Omset dan Keuntungan Responden Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan
responden yang merupakan pedagang produk pertanian terdiri atas variabel dummy
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang, jumlah kios terpakai, luas
kios serta dummy lokasi dan komoditas dari pedagang produk pertanian pada pasar
tradisional menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis regresi berganda
terhadap perubahan omset dan keuntungan pedagang produk pertanian (Tabel 15)
setelah meningkatnya jumlah toko modern menunjukkan beberapa faktor yang
berpengaruh.
Tabel 15 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omset dan Keuntungan
Pedagang Produk Pertanian Karakteristik Pedagang Omset Keuntungan
Dummy Jenis kelamin (Laki-laki=1, Perempuan=0) 0.09355**
(0.02351)
0.04194**
(0.01447)
Tingkat Pendidikan 0.014015*
(0.007167)
0.009884**
(0.003655)
Pengalaman 0.001177
(0.001651)
0.010488**
(0.001654)
Jumlah kios 0.05029**
(0.01778)
0.047728**
(0.007957)
Luas kios 0.027702**
(0.002596)
-0.004947**
(0.001326)
Dummy Komoditas utama adalah beras (Beras=1; selain
beras=0)
-0.06302*
(0.03137)
0.05206
0.04855
Dummy Komoditas utama adalah sayur dan buah (Sayur
buah=1; selain sayur buah=0)
-0.35668**
(0.02971)
-0.00672
(0.03031)
Dummy Lokasi (Perlakuan=1, Kontrol=0) -0.01444
(0.02775)
-0.07189**
(0.02472)
R-Sq 92.7persen 98.3persen
F Statistic 84.02** 390.98**
Jumlah Penelitian 62 62
Keterangan : *) significant alpha 5%
**) significant alpha 1%
Komoditas utama daging dan ikan adalah sebagai pembanding
Pada bidang informal, lebih banyak didominasi oleh pekerja perempuan karena
kurang tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan serta
kemampuan yang dimiliki oleh perempuan sehingga perempuan lebih cenderung
33
memilih bidang informal karena tidak memerlukan tingkat pendidikan ataupun modal
yang tinggi. Namun pada penelitian ini, pedagang laki-laki mampu memiliki
perolehan omset yang lebih tinggi dibandingkan dengan omset yang diperoleh oleh
pedagang perempuan dengan selisih sebesar 0.09 persen. Pada variabel keuntungan
juga menunjukkan bahwa pedagang laki-laki mampu memiliki perolehan keuntungan
lebih besar 0.04 persen dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan oleh
pedagang perempuan. Ini disebabkan karena pedagang laki-laki cenderung lebih
banyak menjual komoditas dengan omset dan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan komoditas yang dijual oleh pedagang perempuan, seperti beras,
daging dan ikan. Sedangkan pedagang perempuan, cenderung lebih banyak berjualan
sayur dan buah yang omset dan keuntungannya lebih kecil.
Pada faktor tingkat pendidikan, setiap peningkatan 1 persen tingkat pendidikan
mampu meningkatkan 0.01 persen omset dan 0.01 persen keuntungan yang
didapatkan oleh pedagang. Hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya tingkat
pendidikan pedagang akan dapat meningkatkan perolehan omset dan keuntungannya.
Pedagang akan memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga akan mempengaruhi
perilaku pedagang dalam pengambilan keputusannya. Selain itu, pedagang akan
cenderung lebih rasional dan berhati-hati dalam mencermati permasalahan yang
dihadapi. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan pedagang lebih tinggi pada pasar
perlakuan, yang mana tidak sejalan dengan penelitian SMERU (2007) yang
menunjukkan bahwa pedagang pasar kontrol memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan pedagang pasar perlakuan.
Seiring dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pedagang, diperlukan
juga pengalaman berdagang yang cukup karena semakin lama seseorang menekuni
pekerjaannya, maka semakin banyak pengalaman yang ia miliki. Hal ini dapat
meningkatkan keberhasilan dalam usahanya, karena selain memiliki pengalaman
dalam pengelolaan usahanya, mereka juga mengetahui celah-celah untuk dapat
meningkatkan penjualan sehingga dapat meningkatkan keuntungannya. Pada
penelitian ini, setiap peningkatan 1 persen pengalaman berdagang mampu
meningkatkan 0.01 persen keuntungan dan 0.001 persen omset yang didapat oleh
pedagang pasar sehingga diperlukan tingkat pengalaman yang cukup tinggi agar
pedagang pasar dapat terus meningkatkan omset dan keuntungannya. Pada penelitian
ini, rata-rata pengalaman yang lebih besar terdapat pada pasar kontrol, hal ini sejalan
dengan penelitian SMERU (2007) yang menunjukkan bahwa pengalaman pedagang
yang lebih besar terdapat pada pasar kontrol.
Pada faktor jumlah kios, setiap penambahan 1 persen kios mampu
meningkatkan 0.05 persen omset dan 0.05 persen keuntungan yang diperoleh oleh
pedagang pasar, sehingga dengan pedagang menambah jumlah kios, maka semakin
luas tempat yang dimiliki oleh pedagang untuk menambahkan jumlah produk yang
akan dijual. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya omset dan keuntungan yang
dapat diperoleh pedagang. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian SMERU
(2007) yang menyatakan bahwa setiap peningkatan jumlah kios pedagang akan
menurunkan perolehan omset dan keuntungan pedagang pasar tradisional.
Pada faktor luas kios, setiap peningkatan 1 persen luas kios yang dimiliki
pedagang, mampu meningkatkan omset sebesar 0.03 persen namun mampu
34
menurunkan keuntungan pedagang sebesar 0.005 persen. Pedagang yang memiliki
luas kios yang semakin luas, akan mendapatkan omset lebih tinggi karena pedagang
dapat menjual lebih banyak produk yang dimilikinya, namun dengan meningkatnya
luas kios, mampu menurunkan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang. Hal ini
disebabkan karena pada kedua pasar, jumlah retribusi harian yang harus dibayarkan
oleh pedagang berbeda sesuai dengan luas atau besaran kios yang dimiliki pedagang
sehingga semakin luas kios yang dimiliki maka semakin mahal biaya retribusi harian
yang harus dibayarkan. Hal ini dapat mengurangi besaran keuntungan yang
didapatkan oleh pedagang. Penemuan ini berbeda dengan SMERU (2007) yang
menyimpulkan bahwa setiap peningkatan luas kios mampu meningkatkan perolehan
omset dan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang pasar tradisional.
Pada dummy beras, perolehan omset yang diperoleh oleh pedagang yang
menjual beras lebih kecil dibandingkan dengan pedagang yang menjual produk
lainnya dengan selisih omset sebesar 0.06 persen. Hal ini disebabkan karena saat ini
penjualan beras mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan omset dan
keuntungan pedagang beras disebabkan oleh bertambahnya pedagang yang menjual
beras di dalam pasar itu sendiri. Sehingga semakin ketatnya persaingan antar
pedagang beras. Selain itu, saat ini sudah banyak tersedia toko yang khusus menjual
beras sehingga lebih memudahkan pembeli dibandingkan dengan membeli beras di
pasar tradisional.
Sama halnya dengan faktor dummy sayur dan buah, pedagang yang menjual
sayur dan buah juga memiliki perolehan omset yang lebih kecil dibandingkan dengan
perolehan omset yang diterima oleh pedagang lainnya dengan selisih perolehan omset
sebesar 0.36 persen. Hal ini disebabkan karena toko modern juga menjual komoditas
sayur dan buah. Selain itu, toko modern mampu memberikan tampilan sayur dan
buah yang lebih segar dan lebih menarik dibandingkan dengan pasar tradisional
sehingga dapat lebih menarik minat pembeli untuk berbelanja di toko modern
dibandingkan dengan berbelanja di pasar tradisional. Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Al Amin (2011) yang menyatakan bahwa pedagang yang menjual jenis
komoditas yang sama dengan jenis komoditas yang dijual oleh toko modern akan
paling banyak terkena dampak. Hal ini juga berlaku pada pedagang beras, daging dan
ikan karena toko modern mampu memberikan kelebihan yang tidak dapat disediakan
oleh pedagang pasar tradisional kepada konsumen seperti kebersihan serta sarana dan
prasarana yang memadai.
Pada dummy lokasi, perolehan omset pedagang pada pasar kontrol 0.01 persen
lebih besar dibandingkan dengan perolehan omset pedagang pasar perlakuan.
Keuntungan pedagang pasar kontrol juga lebih besar dibandingkan dengan perolehan
keuntungan yang didapatkan oleh pedagang pasar perlakuan dengan selisih sebesar
0.07 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh jarak lokasi dengan toko modern
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap omset dan keuntungan yang diperoleh
oleh pedagang. Sehingga, semakin dekatnya lokasi pasar tradisional dengan toko
modern, maka semakin rendah omset dan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang
pasar tradisional karena dampak ketatnya persaingan yang dihadapi oleh pasar
tradisional dan toko modern. Ini disebabkan karena toko modern memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional yang dapat memudahkan konsumen seperti
35
jam operasionalnya yang lebih lama, kemudahan dalam membayar, lingkungan
berbelanja yang bersih dan nyaman serta sarana dan prasarana mendukung lainnya.
Penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Amin (2011),
Wijayanti (2011), Widiandra dan Sasana (2013) yang menyatakan bahwa faktor jarak
berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional,
namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang diteliti oleh SMERU (2007). Pada
temuannya, pedagang pada pasar yang dekat dengan supermarket memiliki omset dan
keuntungan yang lebih besar daripada pedagang pada pasar yang terletak jauh dari
supermarket. Penelitian SMERU (2007) sejalan dengan penelitian yang ditemukan di
Brazil bahwa masyarakat percaya produk yang dijual di pasar tradisional lebih segar
dan masyarakat lebih menikmati pengalaman berbelanja pribadi di pasar tradisional
dibandingkan dengan supermarket. Selain itu, toko-toko kecil juga merupakan
sebagian besar dari pelanggan di pasar tradisional di Indonesia, tidak menutup
kemungkinan bahwa toko-toko kecil lebih memilih untuk melanjutkan hubungan
bisnis lama dengan pedagang tradisional dibandingkan dengan membuat hubungan
baru dengan supermarket
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perkembangan toko modern di Kota Bekasi berdampak pada perubahan seluruh
kinerja pedagang pasar tradisional baik pada pasar perlakuan maupun pasar
kontrol. Perubahan kinerja pedagang pasar tradisional secara signifikan meliputi
perubahan omset, keuntungan, jam operasional, jumlah pembeli dan jumlah
pelanggan pada pasar perlakuan dan pasar kontrol. Perubahan sirkulasi barang
hanya signifikan pada pasar perlakuan sedangkan perubahan jumlah pegawai
hanya signifikan pada pasar kontrol.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omset setelah meningkatnya
jumlah toko modern adalah dummy jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah
kios, luas kios, dummy komoditas utama beras dan dummy komoditas utama
sayur dan buah. Pada variabel keuntungan, faktor-faktor yang berpengaruh
adalah dummy jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang, jumlah
kios, luas kios, dan dummy lokasi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan pada beberapa variabel kinerja pedagang setelah berkembangnya toko
modern, oleh karena itu:
1. Pemerintah Kota Bekasi harus meningkatkan kualitas kebersihan pasar
tradisional, sarana dan prasarana penunjang seperti lahan parkir yang
36
memadai serta lingkungan yang nyaman secara keseluruhan sehingga dapat
menarik minat pembeli untuk tetap berbelanja di pasar tradisional.
2. Pemerintah Kota Bekasi harus lebih konsisten mengenai jarak penempatan
toko modern dari pasar tradisional, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Bekasi Nomor 7 Tahun 2012 terkait lokasi dan jarak pendirian pusat
perbelanjaan dan toko modern. Hal ini disebabkan karena pedagang pasar
tradisional yang dekat dengan toko modern memiliki perolehan omset dan
keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan pedagang pasar
tradisional yang jauh dari toko modern.
3. Pedagang pasar tradisional dengan komoditas yang bersaing dengan toko
modern seperti sayur dan buah sebaiknya meningkatkan kualitas serta
packaging/kemasan produknya sehingga lebih menarik minat konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Amin DE. 2011. Dampak Pasar Modern Terhadap Pedagang Di Pasar Tradisional Di
Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon [skripsi]. Jakarta (ID): Universits
Indonesia.
Aryani D. 2011. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional Dari Ramainya Kemunculan
Minimarket Di Kota Malang. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 2 (2): 169-
180.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. PDB Indonesia Triwulan 2009-2013. Jakarta
(ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. PDRB Bekasi dalam Angka 2012. Bekasi (ID):
BPS. CESS. 1998. Dampak Krisis Ekonomi dan Liberalisasi Perdagangan terhadap Strategi
dan Arah Pengembangan Pedagang Eceran Kecil-Menengah di Indonesia. Jakarta
(ID) : November, TAF dan USAID.
CPIS. 1994. Perdagangan Eceran di Indonesia: Skala Kecil vs Skala Besar. Jakarta
(ID) : Center for Policy and Implementation Studies.
[Dispera] Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi. 2014. Laporan Jumlah Pasar
Tradisional Kota Bekasi. Bekasi (ID): Dispera.
[Disperindakop] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi Kota Bekasi. 2014.
Laporan Jumlah Toko Modern Kota Bekasi. Bekasi (ID) : Disperindakop.
Esther , Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Terus Tetap Eksis. Jakarta (ID) :
Sinar Harapan.
Hutabarat MR. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermarket
Terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing Di Kota Medan [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Jatmiko RD. 2004. Manajemen Stratejik. Edisi ke-1. Malang (ID): UMM Press.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID) : IPB Press.
Krishnamurti B, Fauzia L. 2004. Research on Supermarket Supply Chains in
Indonesia [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
37
Malano H. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka
Utama.
[Kemendagri] Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan
Pasar Tradisional. Jakarta (ID): Menteri Hukum dan HAM.
[Kemendag] Menteri Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang
Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. Jakarta (ID) : Sekretariat Jenderal Kementrian Perdagangan RI.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 1998. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
99 Tahun 1998 tentang Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau
Usaha Besar dengan Syarat Kemitraan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Kota Bekasi. 2012. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Bekasi (ID):
Sekretariat Daerah Kota Bekasi.
Reardon TC, Timmer P, Barret CB, Berdegue J. 2003. The Rise of Supermarket in
Africa, Asia and Latin America. American Journal of Agricultural Economics.
Vol. 85(5): 1140-1146.
Reardon T, Hopkins R. 2006. The supermarket revolution in developing countries:
policies to address emerging tensions among supermarkets, suppliers, and
traditional retailers. European Journal of Development Research. Vol. 18(4):
522–545.
Shepherd AW. 2005. The Implications of Supermarket Development for Horticultural
Farmers and Traditional Marketing Systems in Asia. FAO. hlm 1-16.
Sinaga P. 2008. Menuju Pasar Yang Berorientasi Perilaku Konsumen. Jakarta (ID):
Kementerian Koperasi dan UKM.
Suryadarma D. 2011. Competition between traditional food traders and supermarkets
in Indonesia. Australian National University. hlm 49-57.
Suryadarma D, Poesoro A, Budiyati AS, Rosfadhila M, Suryahadi A. 2010.
Traditional food traders in developing countries and competition from
supermarkets: evidence from Indonesia. Food Policy. Vol. 35 (1): 79-86.
[SMERU] Lembaga Penelitian SMERU. 2007. Dampak Supermarket Terhadap Pasar
dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga
Penelitian SMERU. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].
Jakarta (ID): Lembaga Penelitian SMERU. hlm 1-53; [diunduh 2014 Jan 25].
Tersedia pada:
http://smeru.or.id.report/research/Supermarket/Supermarket_ind.pdf
Susilo D. 2011. Dampak Operasi Pasar Modern Terhadap Pendapatan Pedagang
Pasar Tradisional Di kota Pekalongan. Universitas Pekalongan. hlm 29-37.
Tambunan TTH et al. 2004. Kajian Persaingan dalam Industri Ritel. Jakarta (ID):
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
38
Traill WB. 2006. The Rapid Rise of Supermarkets. Development Policy Review. Vol.
24 (2): 163-174.
Utomo TJ. 2009. Fungsi dan Peran Bisnis Ritel dalam Saluran Pemasaran. Fokus
Ekomomi. Vol. 4 (1): 44-55.
Utomo TJ. 2010. Lingkungan Bisnis Dan Persaingan Bisnis Ritel. Fokus Ekonomi.
Vol. 5 (1): 70-80.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama. Ed ke-6.
Widiandra DO, Sasana H. 2013. Analis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap
Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional Di Pasar Tradisional (Studi
Kasus Di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
Diponegoro Journal of Economics. Vol. 2 (1): 1-6.
Wijayanti P. 2011. Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung
Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus Di Kecamatan
Pedurungan kota Semarang) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
39
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar
Perlakuan
KUESIONER PENELITIAN
DAMPAK PERKEMBANGAN TOKO MODERN TERHADAP KINERJA
PEDAGANG PRODUK PERTANIAN PADA PASAR TRADISIONAL DI
KOTA BEKASI
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner
penelitian Saya Iin Zahratain (H14100140), mahasiswa S1 Departemen Ilmu
Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakutas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat dampak perkembangan toko modern terhadap kinerja pedagang produk
pertanian pada pasar tradisional di Kota Bekasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan para pedagang. Kuesioner ini
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban yang Bapak/Ibu
sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama Bapak/Ibu,
saya ucapkan terima kasih.
No :
Pewawancara :
Hari/Tanggal wawancara :
Jam :
Lokasi :
IDENTITAS RESONDEN
Nama Responden :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
No Uraian
1 Umur : ................... tahun
2 Pendidikan* : ................... tahun
3 Pengalaman (Lama Berdagang) : ................... tahun
4 Jumlah Pekerja : ................... orang
40
Keterangan :
*Isikan untuk kolom pendidikan
0 = Tidak Bersekolah
1 = SD (6 Tahun)
2 = SMP (9 Tahun)
3 = SMA/SMK/STM (12 Tahun)
4 = D3/Diploma (15 Tahun)
5 = S1/Sarjana (16 Tahun)
5. Apakah jenis komoditas yang Anda jual?
( ) Komoditas tunggal, yaitu ...
( ) Beberapa komoditas, yaitu ...
6. Berapa lama Anda berdagang komoditas tersebut?
............................................... tahun
7. Berapa jumlah kios serta luas kios yang Anda gunakan untuk berdagang?
Jumlah kios ..........................................
Luas kios ............................................... m2
8. Bagaimana kepemilikan kios/tempat yang Anda gunakan untuk berdagang?
( ) Milik Pribadi
Dengan harga beli ............................................... Tahun .....
( ) Sewa
Dengan harga sewa ...............................................
( ) Hak Guna Bangunan (HGB)
Dengan harga ...............................................
9. Berapa modal yang Anda gunakan dalam berdagang?
...............................................
10. Bagaimana perolehan modal yang Anda dapatkan?
...............................................
11. Berapa biaya operasional yang Anda keluarkan setiap bulan?
...............................................
12. Apakah inovasi yang Anda lakukan dalam pemasaran/penjualan produk?
( ) Pemesanan via sms
( ) Konsinyasi
( ) Membuka tempat dagang lain
( ) Lainnya, yaitu ....
13. Berapa besar pajak yang Anda bayarkan per hari?
( ) Pajak wajib, sebesar ....
( ) Pajak tidak wajib, sebesar ....
41
- Sebutkan perubahan variabel yang terjadi sebelum dan sesudah
berkembangnya toko modern di Kota Bekasi
No. Variabel Sebelum Sesudah Satuan
14. Omset
15. Keuntungan
16. Sirkulasi/Perputaran
Barang
17. Jam Operasional
Jam buka – tutup
18. Jumlah Pembeli
19. Jumlah Pelanggan
20. Jumlah Pegawai
- Petunjuk pengisian Kuesioner:
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberi tanda (√) pada pernyataan
yang Anda pilih.
Fasilitas yang dimiliki oleh pasar tradisional
No. Fasilitas Baik Kurang Baik
21. Toilet
22. Tempat Parkir
23. Mushola
24. Kenyamanan
25. Keamanan
26. Kualitas Produk
27. Harga yang ditawarkan
28. Siapakah pesaing terberat Anda dalam berdagang?
( ) Toko modern (supermarket dan hipermarket)
( ) Pedagang lain
( ) Pedagang kaki lima (PKL)
( ) Pedagang keliling
( ) Tidak ada
( ) Lainnya, yaitu ....
Apakah strategi yang Anda lakukan untuk meningkatkan kinerja dalam berdagang?
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
...............................................................
42
Apakah pesan dan sarang Anda kepada Pemerintah Daerah maupun Pengelola pasar
untuk perbaikan serta pengelolaan pasar tradisional agar mampu bersaing dengan
toko modern?
Pesan dan Saran
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
.....................................................
43
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar Kontrol
KUESIONER PENELITIAN
DAMPAK PERKEMBANGAN TOKO MODERN TERHADAP KINERJA
PEDAGANG PRODUK PERTANIAN PADA PASAR TRADISIONAL DI
KOTA BEKASI
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner
penelitian Saya Iin Zahratain (H14100140), mahasiswa S1 Departemen Ilmu
Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakutas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat dampak perkembangan toko modern terhadap kinerja pedagang produk
pertanian pada pasar tradisional di Kota Bekasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan omset dan keuntungan para pedagang. Kuesioner ini
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban yang Bapak/Ibu
sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerjasama Bapak/Ibu,
saya ucapkan terima kasih.
No :
Pewawancara :
Hari/Tanggal wawancara :
Jam :
Lokasi :
IDENTITAS RESONDEN
Nama Responden :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
No Uraian
1 Umur : ................... tahun
2 Pendidikan* : ................... tahun
3 Pengalaman (Lama Berdagang) : ................... tahun
4 Jumlah Pekerja : ................... orang
Keterangan :
44
*Isikan untuk kolom pendidikan
0 = Tidak Bersekolah
1 = SD (6 Tahun)
2 = SMP (9 Tahun)
3 = SMA/SMK/STM (12 Tahun)
4 = D3/Diploma (15 Tahun)
5 = S1/Sarjana (16 Tahun)
5. Apakah jenis komoditas yang Anda jual?
( ) Komoditas tunggal, yaitu ...
( ) Beberapa komoditas, yaitu ...
6. Berapa lama Anda berdagang komoditas tersebut?
............................................... tahun
7. Berapa jumlah kios serta luas kios yang Anda gunakan untuk berdagang?
Jumlah kios ..........................................
Luas kios ............................................... m2
8. Bagaimana kepemilikan kios/tempat yang Anda gunakan untuk
berdagang?
( ) Milik Pribadi
Dengan harga beli ............................................... Tahun .....
( ) Sewa
Dengan harga sewa ...............................................
( ) Hak Guna Bangunan (HGB)
Dengan harga ...............................................
9. Berapa modal yang Anda gunakan dalam berdagang?
...............................................
10. Bagaimana perolehan modal yang Anda dapatkan?
...............................................
11. Berapa biaya operasional yang Anda keluarkan setiap bulan?
...............................................
12. Apakah inovasi yang Anda lakukan dalam pemasaran/penjualan
produk?
( ) Pemesanan via sms
( ) Konsinyasi
( ) Membuka tempat dagang lain
( ) Lainnya, yaitu ....
13. Berapa besar pajak yang Anda bayarkan per hari?
( ) Pajak wajib, sebesar ....
( ) Pajak tidak wajib, sebesar ....
45
- Sebutkan perubahan variabel yang terjadi sebelum dan sesudah
berkembangnya toko modern di Kota Bekasi
No. Variabel Sebelum Sesudah Satuan
14. Omset
15. Keuntungan
16. Sirkulasi/Perputaran
Barang
17. Jam Operasional
Jam buka – tutup
18. Jumlah Pembeli
19. Jumlah Pelanggan
20. Jumlah Pegawai
- Petunjuk pengisian Kuesioner:
Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara memberi tanda (√) pada pernyataan
yang Anda pilih.
Fasilitas yang dimiliki oleh pasar tradisional
No. Fasilitas Baik Kurang Baik
21. Toilet
22. Tempat Parkir
23. Mushola
24. Kenyamanan
25. Keamanan
26. Kualitas Produk
27. Harga yang ditawarkan
28. Siapakah pesaing terberat Anda dalam berdagang?
( ) Toko modern (supermarket dan hipermarket)
( ) Pedagang lain
( ) Pedagang kaki lima (PKL)
( ) Pedagang keliling
( ) Tidak ada
( ) Lainnya, yaitu ....
Apakah strategi yang Anda lakukan untuk meningkatkan kinerja dalam berdagang?
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
...............................................................
46
Apakah pesan dan sarang Anda kepada Pemerintah Daerah maupun Pengelola pasar
untuk perbaikan serta pengelolaan pasar tradisional agar mampu bersaing dengan
toko modern?
Pesan dan Saran
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
.....................................................
47
Lampiran 3 Hasil Olahan Uji-t Berpasangan
Pasar Perlakuan
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95persen Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Omsetsebelum – omsetsesudah 6.91675E8 1.75089E9 3.19668E8 3.78804E7 1.34547E9 2.164 29 0.039
Pair 2 keuntungansebelum – keuntungansesudah 7.48858E7 1.05651E8 1.92891E7 3.54352E7 1.14336E8 3.882 29 0.001
Pair 3 sirkulasibarangsebelum – sirkulasibarangsesudah -0.26667 0.98027 0.17897 -0.63270 0.09937 -1.490 29 0.147
Pair 4 jamoperasionalsebelum – jamoperasionalsesudah -0.86667 1.79046 0.32689 -1.53524 -0.19810 -2.651 29 0.013
Pair 5 jumlahpembelisebelum – jumlahpembelisesudah 2.16000E1 29.70731 5.42379 10.50711 32.69289 3.982 29 0.000
Pair 6 jumlahpelanggansebelum – jumlahpelanggansesudah 6.60000 14.32047 2.61455 1.25265 11.94735 2.524 29 0.017
Pair 7 jumlahpegawaisebelum – jumlahpegawaisesudah 0.23333 1.38174 0.25227 -0.28262 0.74928 0.925 29 0.363
47
48
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 omsetsebelum & omsetsesudah 30 0.679 0.000
Pair 2 keuntungansebelum &
keuntungansesudah 30 0.465 0.010
Pair 3 sirkulasibarangsebelum &
sirkulasibarangsesudah 30 0.789 0.000
Pair 4 jamoperasionalsebelum &
jamoperasionalsesudah 30 0.869 0.000
Pair 5 jumlahpembelisebelum &
jumlahpembelisesudah 30 0.441 0.015
Pair 6 jumlahpelanggansebelum &
jumlahpelanggansesudah 30 0.650 0.000
Pair 7 jumlahpegawaisebelum &
jumlahpegawaisesudah 30 0.503 0.005
49
Pasar Kontrol
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95persen Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 omsetsebelum – omsetsesudah 6.23156E8 1.26999E9 2.24504E8 1.65276E8 1.08104E9 2.776 31 0.009
Pair 2 keuntungansebelum – keuntungansesudah 4.92266E7 6.13139E7 1.08389E7 2.71205E7 7.13326E7 4.542 31 0.000
Pair 3 sirkulasibarangsebelum – sirkulasibarangsesudah -0.18750 1.06066 0.18750 -0.56991 0.19491 -1.000 31 0.325
Pair 4 jamoperasionalsebelum – jamoperasionalsesudah -0.59375 1.13903 0.20135 -1.00441 -0.18309 -2.949 31 0.006
Pair 5 jumlahpembelisebelum – jumlahpembelisesudah 2.74062E1 23.28208 4.11573 19.01216 35.80034 6.659 31 0.000
Pair 6 jumlahpelanggansebelum – jumlahpelanggansesudah 1.00312E1 15.25373 2.69650 4.53169 15.53081 3.720 31 0.001
Pair 7 jumlahpegawaisebelum – jumlahpegawaisesudah 0.25000 0.76200 0.13470 -0.02473 0.52473 1.856 31 0.073
49
50
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 omsetsebelum & omsetsesudah 32 0.605 0.000
Pair 2 keuntungansebelum &
keuntungansesudah 32 0.618 0.000
Pair 3 sirkulasibarangsebelum &
sirkulasibarangsesudah 32 0.709 0.000
Pair 4 jamoperasionalsebelum &
jamoperasionalsesudah 32 0.973 0.000
Pair 5 jumlahpembelisebelum &
jumlahpembelisesudah 32 0.770 0.000
Pair 6 jumlahpelanggansebelum &
jumlahpelanggansesudah 32 0.368 0.038
Pair 7 jumlahpegawaisebelum &
jumlahpegawaisesudah 32 0.658 0.000
51
Lampiran 4 Hasil Olahan Regresi Berganda
MODEL OMSET
The regression equation is:
Log Y1 = 8.76 + 0.0936 dummy JK + 0.0140 tk pend + 0.00118 pengalaman +
0.0503 Jumlah kios + 0.0277 Luas kios – 0.0630 dummy beras – 0.357
dummy sayur buah – 0.0144 dummy lokasi
Log Y1 Daging dan Ikan = 8.76022
Log Y1 Beras = 8.76022 – 0.06302 + 0.0936 dummy JK + 0.0140 tk pend +
0.00118 pengalaman + 0.0503 Jumlah kios + 0.0277 Luas kios –
0.0144 dummy lokasi
Log Y1 Sayur dan Buah = 8.76022 – 0.35668 + 0.0936 dummy JK + 0.0140 tk pend
+ 0.00118 pengalaman + 0.0503 Jumlah kios + 0.0277
Luas kios – 0.0144 dummy lokasi
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 8.76022 0.07096 123.46 0.000
Dummy Jenis
Kelamin 0.09355 0.02351 3.98 0.000 2.165
Tk. Pendidikan 0.014015 0.007167 1.96 0.056 4.652
Pengalaman 0.001177 0.001651 0.71 0.479 1.323
Jumlah Kios 0.05029 0.01778 2.83 0.007 4.340
Luas Kios 0.027702 0.002596 10.67 0.000 2.729
Dummy Beras -0.06302 0.03137 -2.01 0.050 9.645
Dummy Sayur Buah -0.35668 0.02971 -12.00 0.000 3.568
Dummy Lokasi -0.01444 0.02775 -0.52 0.605 4.779
S = 1.02803 R-Sq = 92.7% R-Sq(adj) = 91.6%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 8 710.412 88.802 84.02 0.000
Residual Error 53 56.013 1.057
Total 61 766.426
Durbin-Watson statistic = 1.91544
52
MODEL KEUNTUNGAN
The regression equation is
Log Y2 = 7.62 + 0.0419 dummy JK + 0.00988 tk pend + 0.0105 pengalaman + 0.0477
Jumlah kios – 0.00495 Luas kios + 0.0521 dummy beras – 0.0067 dummy
sayur buah – 0.0719 dummy lokasi
Log Y2 Beras = 7.62211 + 0.05206 + 0.0419 dummy JK + + 0.00988 tk pend +
0.0105 pengalaman + 0.0477 Jumlah kios – 0.00495 Luas kios –
0.0719 dummy lokasi
Log Y2 Daging dan Ikan = 7.62211
Log Y2 Sayur dan Buah = 7.62211 – 0.00672 + 0.0419 dummy JK + 0.00988 tk pend
+ 0.0105 pengalaman + 0.0477 Jumlah kios – 0.00495
Luas kios – 0.0719 dummy lokasi
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 7.62211 0.04883 156.11 0.000
Dummy Jenis Kelamin 0.04194 0.01447 2.90 0.005 1.049
Tk. Pendidikan 0.009884 0.003655 2.70 0.009 1.142
Pengalaman 0.010488 0.001654 6.34 0.000 1.170
Jumlah Kios 0.047728 0.007957 6.00 0.000 1.636
Luas Kios -0.004947 0.001326 -3.73 0.000 1.850
Dummy Beras 0.05206 0.04855 1.07 0.288 1.759
Dummy Sayur Buah -0.00672 0.03031 -0.22 0.826 1.575
Dummy Lokasi -0.07189 0.02472 -2.91 0.005 1.361
S = 1.03076 R-Sq = 98.3% R-Sq(adj) = 98.1%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 8 3323.21 415.40 390.98 0.000
Residual Error 53 56.31 1.06
Total 61 3379.52
Durbin-Watson statistic = 1.52698
53
Lampiran 5 Denah Lokasi Pasar
Mall Metropolitan
1&2
Home Solution
BCP
Grand Metropolitan
Bekasi Square
Grandmall
Pasar Kranji Baru
P. B
anta
r G
eban
g
Pertoko
an
Kranji B
aru
6,3
KM
1,1
KM
500 m 1,2 KM
Jalan Kalimalang
Tol Bekasi Barat
Jl. Jendral Sudirman
GIA
NT
HIP
ERM
AR
T
Pertokoan Kranji Baru
2 K
M
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, 27 Oktober 1992 dari ayah Abdul Salam dan Ibu
Rahmah Ramadlanah Fak-Faky. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di TK dan melanjutkan pendidikan di SDN Margahayu 2
Bekasi. Pada tahun 2005 penulis duduk di bangku SMP yaitu di SMP Negeri 2
Semarang. Kemudian pada tahun 2010 penulis lulus dari SMAT Krida Nusantara di
Bandung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama berkuliah di IPB, penulis beberapa kali
mengikuti kegiatan kepanitiaan diantaranya panitia FEM Ambassador, IAC (IPB Art
Contest), panitia MPF MPD dan beberapa kegiatan Ilmu Ekonomi.