dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
DESCRIPTION
Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan yang Tidak Transparan. By Chandra Setiawan. Standar Kompetensi. 3. Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kompetensi Dasar. 3.2 Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
Standar Kompetensi
3. Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Indikator
• Memberikan contoh penyelenggaraan pemerintahan yang transparan
• Mendeskripsikan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
• Mengidentifikasikan faktor penyebab terjadinya penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Definisi Pemerintah
• Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu
• Dalam arti organ merupakan alat kelengkapan pemerintahan yang melaksanakan fungsi negara
Dalam arti organ, pemerintah dapat dibedakan baik dalam arti luas maupun
dalam arti sempit
Adalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai badan atau lembaga yang mempunyai wewenang melaksanakan kebijakan negara (eksekutif) yang terdiri dari presiden, wakil presiden, dan para menteri (kabinet).
• Dalam Arti LuasAdalah suatu pemerintah yang berdaulat sebagai gabungan semua badan atau lembaga kenegaraan yang berkuasa dan memerintah di wilayah suatu negara, meliputi badan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
• Dalam Arti Sempit
Definisi Pemerintahan yang Transparan
• Suatu pemerintahan atau kepemerintahan yang transparan (terbuka),yaitu suatu system pemerintahan yang di dalam penyelenggaraan kepemerintahannya terdapat kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan.
Asas Etis Administrasi Pemerintahan:
Pertanggungjawaban (resposibility)
Pengabdian (dedication)
Kesetiaan (loyalty)
Kepekaan (sensitivity)
Persamaan (equility)
Kepantasan (equity)
• Pertanggungjawabanasas etis ini menyangkut hasrat seorang aparat birokrasi untuk merasa ikut memikul kewajiban penuh dan ikatan kuat dalam pelaksanaan semua tugas pekerjaan secara memuaskan
• Pengabdianadalah hasrat keras menjalankan tugas – tugas pekerjaan dengan semua tenaga (pikiran dan otot / mental dan fisik), seluruh semangat,kegairahan dan separuh perhatian tanpa pamrih apa – apa yang bersifat pribadi.
• Kesetiaan adalah kesadaran seseorang petugas untuk setulusnya patuh kepada tujuan bangsa, konstitusi negara, peraturan perundangan, badan instansi, tugas jabatan maupun atasan demi tercapainya cita – cita bersama yang ditetapkan
• Kepekaanmencerminkan kemauan dan kemampuan seorang aparat birokrasi untuk memperhatikan serta siaga terhadap berbagai perkembangan yang baru, situasi yang berubah, dan kebutuhan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dengan disertai usaha – usaha untuk menanggapi sebaik – baiknya.
• Persamaan persamaan dalam perlakuan, pelayanan dan pengabdian harus diberikan oleh setiap aparat birokrasi kepada publik tanpa memandang hubungan kerabat, ikatan politik, asal – usul keturunan atau kedudukan sosial
• Kepantasan mengacu pada suatu hal yang sepatutnya menurut pertimbangan moral atau nilai etnis yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik sesuai UU Nomor 28
Tahun 1999
1.Asas Kepastian Hukum,2.Asas Tertib Penyelenggaraan
Negara,3.Asas Kepentingan Umum,4.Asas Proporsionalitas,5.Asas Profesionalitas, 6.Asas Akuntabillitas.
• 1. Asas kepastian hukum : adalah asas dalam Negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang –
undangan , kepatutan, dan keadilan didalam setiap kebijkan
penyelenggaraan Negara.
• 2. Asas tertib penyelenggaraan : adalah asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara.
• 3. Asas kepentingan hukum : adalah asas yang
mendahulukan kesejahteraan rakyat dan kewajiban
penyelenggaraan Negara.
• 4. Asas Proporsionalitas : adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.
• 5. Asas perofesionalitas : adalah asas yang mengutamakan keahlian
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
• 6. Asas akuntansibilitas :adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Beberapa indikator tentang penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan beserta
akibat-akibatnya. No Karakteristik Indikator Penyelenggaraan Keterangan / Akibat1. Partisipasi o Warga masyarakat dibatasi/ tidak
memiliki hak suara.o Informasi sefihak (top down) dan
lebih bersifat instruktif.o Lembaga perwakilan tidak bebas
berpolitik.o Kebebasan berpendapat dan pers
sangat dibatasi.
Warga masyarakat dan pers cenderung pasif, tidak ada kritik (unjuk rasa), tidak berdaya dan terkekang dengan berbagai aturan dan doktrin.
2. Aturan Hukum o Hukum lebih berpihak kepada penguasa.
o Penegakkan hukum tidak adil.o Hak-hak Asasi Manusia terabaikan.
Penguasa menjadi otoriter, posisi tawar masyarakat lemah, masyarakat banyak ketakutan
3. Transparan Informasi yang diperoleh satu arah, yaitu hanya dari pemerintah.
Masyarakat sangat dibatasi dalam memperoleh informasi.
Sulit bagi masyarakat untuk mengevaluasi pemerintahan.
Pemerintah sangat tertutup dan masyarakat tidak banyak tahu apa yang terjadi pada negaranya.
4. Daya Tanggap
Proses pelayanan sentralistik. Banyak pejabat memposisikan diri
sebagai penguasa. Layanan kepada masyarakat
diskriminatif dan konvensional
Layanan kepada masyarakat sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. Berorientasi Konsensus
Pemerintah banyak bertindak sebagai alat kekuasaan negara.
Lebih banyak bersifat komando dan instruksi dan segala bentuk prosedur lebih bersifat formalitas.
Tidak ada peluang untuk mengadakan musyawarah.
Pemerintah cenderung otoriter karena menu-tup jalan bagi dilaksa-nakannya konsensus dan musyawarah.
6. Berkeadilan Adanya diskriminasi gender, Menutup peluang bagi dibentuknya
LSM Banyak peraturan yang masih
berpihak pada gender tertentu.
Arogansi kekuasaan sangat dominan dalam menentukan penye-lenggaraan pem.
7. Efektivitas dan Efisiensi
Manajemen penyelenggaraan negara terpusat (top down).
Banyak acara-acara seremonial. Pemanfaatan SDA dan SDM tidak
berdasarkan kebutuhan.
Negara cenderung salah urus dalam mengelola SDA dan sumber daya manusianya
8. Akuntabi-litas
Pengambil keputusan didominasi oleh pemerintah.
Swasta dan masyarakat memiliki peran yang sangat kecil.
Pemerintah memonopoli berbagai alat produksi strategis.
Masyarakat dan pers tidak diberi ruang menilai pemerintahan.
Dominannya pemerintah dalam semua lini kehidupan.
9. Bervisi Strategis
Pemerintah lebih puas dengan kemapanan yang telah dicapai.
Sulit menerima perubahan masalah politik, hukum dan ekonomi.
Kurang mau memahami aspek-aspek kultural, historis dan kompleksitas masyarakatnya.
Penyelenggaraan pemerintahan statis dan tidak memiliki jangkauan jangka panjang.
Banyaknya penguasa yang pro status quo dan kemapanan sehingga tidak memperdulikan terjadinya perubahan.
10. Saling Keterkaitan
Penguasa mengabaikan peran swasta atau masyarakat.
Pemerintah merasa yang paling benar dan paling pintar.
Masukan atau kritik dianggap provokator anti stabilitas.
Swasta dan masyarakat tidak diberi kesempatan bersinergi.
Para pejabat peme-rintah sering dianggap lebih tahu dalam segala hal, sehingga masyara-kat tidak tidak punya keinginan untuk bersinergi.
Faktor Penyebab Terjadinya Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Transparan
Pengaruh Kekuasaan• Ingin mempertahankan kekuasaanya.• Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, • Mengabaikan proses demokratisasi, • Bersifat sentralistis,• Penyelahgunaan kekuasaan.Moralitas• Terabaikannya nilai-niai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa sebagai sumber etika.• Melakukan perbuatan tercela : berupa ketidakadilan,
pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Sosial-Ekonomi• Sering terjadinya konflik sosial sebagai konsekuensi
keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan yang tidak dikelola dengan baik dan adil.
• Perilaku ekonomi yang sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar.
Politik dan Hukum• Sistem politik yang otoriter sehingga para pemimpinya tidak
mampu lagi menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
• Hukum telah menjadi alat kekuasaan sehingga pelaksanaannya banyak bertentangan dengan prinsip keadilan, termasuk masalah hak warga negara dihadapan hukum.
Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan yang Tidak Transparan
1.Rendahnya atau bahkan tidak adanya kepercayaan warga negara terhadap pemerintah.
2.Rendahnya partisipasi warga negara terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah.
3.Sikap Apatis warga negara dalam mengambil inisiatif dan peran yang berkaitan dengan kebijakan publik.
4. Jika rejim yang berkuasa sangat kuat dan lemahnya fungsi legislatif, maka KKN merajalela dan menjadi budaya yang mendarah daging (nilai dominan).
5.Krisis moral dan akhlak yang berdampak pada ketidakadilan, pelanggaran hukum dan hak asasi manusia.
Contoh Penyelenggaraan Pemerintahan yang Transparan
• Polisi yang melakukan penilangan terhadap pengguna kendaraan bermotor sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terutama yang melanggar peraturan. Di saat seperti ini, polisi tidak menggunakan kesempatan untuk menambah penghasilan.
• Pemerintah memperhatikan daerah yang terpencil/ tertinggal sehingga tercapainya kesejahteraan rakyat dan pemertaan pembangunan nasional
Warga Negara berkewajiban untuk membayar pajak. Namun pada
realisasinya pajak telah disalah gunakan oleh pemerintah untuk
kepentingan pribadi. (Tindakan korupsi = sesuatu yang tidak
transparan yang menyengsarakan rakyat kecil.)
Book Reference
• Aim Abdulkarim, Advance Learning Civic Education .page
• Budiyanto. Pendidikan kewarganegaraan kelas XI SMA. Jakarta.Erlangga ;2007. page 75 – 77
• Gie, 1988, page 7.1 – 7.4