dampak penambang emas tanpa izin terhadap ...repository.uinjambi.ac.id/594/1/ses141298_eva...
TRANSCRIPT
i
DAMPAK PENAMBANG EMAS TANPA IZIN TERHADAP
PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KECAMATAN MANDIANGIN
SKRIPSI
Diajukanuntukmelengkapisyarat-syaratguna
memperolehgelarSarjana Strata Satu (S.1)
dalamJurusanEkonomi Islam/ ManajemenPerbankan
Oleh :
EVA LESTARI
NIM: SES. 141298
JURUSAN EKONOMI ISLAM/MANAJEMEN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI
TAHUN2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “ Maka disebabkanrahmatdari Allah-
Lahkamuberlakulemahlembutterhadapmereka.Sekiranyakamubersikapkeraslagibe
rhatikasar,
tentulahmerekamenjauhkandiridarisekelilingmu.Karenaitumaafkanlahmereka,
mohonkanlahampunbagimereka,
danbermusyawaratlahdenganmerekadalamurusanitu.Kemudianapabilakamutelahm
embulatkantekad, makabertawakkallahkepada Allah.Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.” (QS. Al-Imran:159).
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayah danIbu
Yulisan Amri Dan Almaidah
Yang slalu menjadi penyemangat hidupku
Semoganketulusan Ayah dan Ibu
Diridhoi oleh Allah SWT
Dengan balasan Surga-Nya
Bapak dan Ibu Guru
Yang selalu menjadi inspirasiku
Semoga jasa-jasa Bapak dan Ibu Guru
Dibalasoleh Allah SWT
Dengan keadaan husnulkhatimah
Abang kakak dan Adik-Adik
Abang Bike Juansyah, Kakak Yepi Sasta Adik Astori Rahman dan Imelda Merita
Semoga kalian diberikan kebahagian
Dunia dan Akhirat
Amin YaRabbal ‘Alamin
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Dampak Penambang Emas
Tanpa Izin Terhadap Perekonomian Masyarakat Di
Kecamatan Mandiangin.Skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriftif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dandokumentasi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan
kesimpulan sebagai berikut.Pertama,Dampak yang menjadi penyebab warga desa
kertopati kecamatan mandiangin menambang emas illegal ini adalah dikarnakan
factor ekonomi. Keterbatasan pendapatan membuat warga beramai-ramai
mendulang emas untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.Kedua, Faktor penyebab terjadi konflik
sumber mata pencarian warga mandiangin diganggu oleh warga dari luar.Dan
warga setempat berusaha mengusir dan berujung pembakaran tambang milik
warga yang berasal dari luar.Saran yang harus dilakukan dalam penelitian ini
yaitu Pertama, Seharusnya pemerintah daerah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat bahayanya atau akibat menambang emas ilegal yang bias
membahayakan dan merusak lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian
terhadap orang banyak.Kedua, Sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan
masyarakatnya dan menyediakan lapangan kerja, agar masyarakat tidak
menjadikan tambang emas illegal sebagai mata pencarian mereka.
Kata Kunci: PenambangEmasIlegal, PerekonomianMasyarakat
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang telah mengajarkan kepada hambanya ilmu dan
menjadikannya berakal agar menjadi khalifah dibuminya ini. Sholawat serta salam
tak lupa pula di haturkan kepada pembimbing umat kejalan allah nabi Muhammad
SAW yang mana telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
islamiyah yang penuh dengan ilmu dan peradaban.
Dalam penulisan skripsi ini yang berjudul: ”Dampak Penambang Emas
Tanpa Izin Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan
Mandiangin” Disini penulis ingin menyampaikan serta mencari tentang apa
Dampak Penambang Emas Tanpa Izin Terhadap Perekonomian Masyarakat Di
Kecamatan Mandiangin Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui,
tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam penyusunanya. Dan berkata dan bantuan dari
berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.oleh karena itu, hal
yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasih kepa dasen maupun pihak
yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang
Terhormat:
1. Bapak Dr. H. HadriHasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
ix
2. Bapak Dr. Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
3. Ibu Dr. Rafidah, SE., M.EI, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME, selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
5. Ibu Dr. Halimah Djafar, M.Fil.I selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Luar.
6. Bapak Dr. Sucipto,S.Ag.,MA dan ibu G.W.I Awal Habibah, SE.,M.E.Sy,
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
7. Bapak dan ibu dosen, asisten, dan seluruh Civitas Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
8. Kedua orang tua kutercinta, Ayah Yulisan Amri Ibu Almaidah. Terimakasih
untuk setiap doa restu, kasih sayang, kesabaran, dan dukungan moral serta
finansial yang tiada henti selama proses penyusunan skripsi ini.
9. Kakaku Yepi Sasta Abang Bike Juansyah Adik Astori Rahman Dan Imelda
Merita Untuk setiap doa, semangat dan dukungannya dalam penyelesaian
skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu membuatku merasa “I never walk
alone”atas kerjasama, keluh kesah, kekecewaan, keceriaan, keberhasilan,
kebanggan, kerjasama, keharuan : Diba, ,Lita, , Yuga, Iyus, Vani beauty,
x
Mbakayu, Ulyah, Yuli, Kakmimi, Mida, Rudi, Doni, Syawal, hendrik.Semoga
kita semuajadi orang yang sukses dimasa depan.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon
kemaafannya.Semoga amal kebaikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 23Oktober2018
Penulis,
EVA LESTARI
NIM: SES. 141298
xi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Batasan Masalah...................................................................................... 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 9
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
F. KerangkaTeori......................................................................................... 10
G. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 19
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu .................................................................................. 22
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 22
C. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 24
D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 24
E. Kerangka Konseptual .............................................................................. 26
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 26
G. Jadwal Penelitan ...................................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis ................................................................................... 29
B. Visi, Misi Dan Tujuan ............................................................................. 33
C. Struktur Organisasi ................................................................................. 37
D. Sarana Dan Prasarana .............................................................................. 37
E. Keadaan Ekonomi ................................................................................... 39
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitia Deskripsi Dampak Penambang Emas Tanpa Izin
Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Mandiangin ......... 40
1. Faktor Ekonomi........................................................................... 45
2. Faktor Sosial ............................................................................... 51
3. Faktor Lingkungan ...................................................................... 53
B. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Penambang Emas Tanpa Izin
Di Desa Kertopati Kecamatan Mandiangin ............................................ 55
1. Fase Awal Terjadinya Konflik .................................................... 55
2. Fase Konflik Menjadi Kekerasan ................................................ 56
3. Faktor Penyebab Konflik ............................................................ 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 61
B. Saran .......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan yang tidak terkendali dari
pertambangan tanpa izin (PETI), pemerintah membuat Undang-Undang Nomor
11/tahun 1967 yang berkaitan dengan upaya penghentian semua usaha
pertambangan tersebut, dengan pengecualian dapat melanjutkan usahanya apabila
berstatus Pertambangan Rakyat untuk bahan galian intan dan Tambang
Tradisional untuk bahan galian emas. Perkembangan PETI mencapai tingkat yang
menghawatirkan ketika terjadi krisis ekonomi global pada tahun 1997,
ditunjukkan oleh beragamnya bahan galian yang diusahakan terutama dari jenis-
jenis yang relatif mudah dipasarkan dan karena alasan utama untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Pada tahun 1998 terjadi pergantian pemerintahan yang membawa
Indonesia ke nuansa demokratisasi. Hal ini berpengaruh kepada upaya
penanggulangan PETI melalui penentuan kebijakan yang berkaitan dengan
pertambangan skala kecil yang berorientasi kepada ekonomi kerakyatan.
Kemudian Pemerintah berupaya untuk merealisasikannya dengan membuat
peraturan tentang pertambangan resmi berskala kecil melalui penetapan
Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi, Menteri Dalam Negeri
2
dan Menteri Pengusaha Kecil dan Menengah; Nomor 2002.K/20/MPE/1998 –
Nomor 151A Tahun 1998 – Nomor 23/SKB/M/XII/1998. 1
Sejak tahun 1999 hingga saat ini Negara Republik Indonesia sedang
menjalankan sistem desentralisasi melalui pembagian pemerintahan yang terdiri
atas pemerintah pusat dan daerah/otonom. Upaya untuk mendapatkan solusi yang
tepat dalam penanggulangan masalah PETI terus dilanjutkan melalui studi segala
hal yang berkaitan dengan pertambangan skala kecil, bekerjasama dengan
pemerintahan otonom dari tingkat provinsi dan kabupaten di seluruh wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pada tahun 2000 Pemerintah Pusat melalui Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1091K/70/MPE/2000 membentuk Koordinasi Penanggulangan Masalah
Pertambangan Tanpa Izin. Pelaksanaan kegiatan ditekankan kepada
penanggulangan secara fungsional oleh seluruh instansi yang ditentukan dalam
Inpres diatas, dengan Tim Terpadu berfungsi sebagai forum koordinasi dalam
upaya penyelesaian terhadap permasalahan yang bersifat lintas sektoral; dimana
tindak lanjutnya tetap dilakukan secara fungsional dan sesuai kewenangannya
oleh institusi-institusi terkait sesuai kewenangannya. Informasi diatas
menunjukkan sejauh mana Pemerintah Pusat telah berupaya menetapkan aturan-
aturan hukum tentang usaha pertambangan untuk menanggulangi PETI, namun
kegiatan tersebut masih berlangsung hingga saat ini
1 Denny, Penyelidik Bumi Madya Pertambangan Tampa Izin. Dalam jurnal tahun 2017.
hal. 4.
3
Sejak tahun 2000 penambangan emas di Provinsi Jambi marak dilakukan
oleh masyarakat. Data Kepolisian Daerah Provinsi Jambi mencatat bahwa pada
tahun 2017 jumlah mesin tambang emas yang terdeteksi beroperasi di wilayah itu
sebanyak 760 unit, kemudian tahun 2018 meningkat menjadi 1250 unit dan
sampai tahun sekarang orang sudah pakai alat berat.2 Akibat penambangan ini, 1,1
juta hektar dari 5,2 juta hektar luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari,
mengalami situasi yang sangat mengkhawatirkan, atau bisa dimasukkan dalam
kategori fase kritis. Kritis di sini maksudnya adalah banyak wilayah DAS tersebut
yang mengalami pencemaran, abrasi pada dinding sungai, dan rusaknya ekosistem
biota sungai. Sedangkan areal pertanian yang telah di rambah untuk dijadikan
lahan aktivitas penambangan emas seluas 2.071,5 hektar.3
Melihat aktivitas penambangan emas semakin marak, dan menimbulkan
dampak yang merugikan ekosistem, maka pemerintah mulai melakukan
penertiban, dan menindak pelaku penambangan. Salah satu wilayah yang sering
menjadi sasaran razia adalah kawasan penambangan emas di Kecamatan
Mandiangin, karena intensitas aktivitas penambangan di wilayah tersebut sangat
tinggi denganjumlah penambang mencapai 3000 orang termasuk penambang emas
lepas atau tidak tetap.
Razia penertiban yang dilakukan aparat ke wilayah Kecamatan
Mandiangin rutin dilakukan, setidaknya sekali dalam sebulan. Hal ini
menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat penambang, sehingga pada tanggal 1
Oktober 2017, saat melakukan razia di KecamatanMandiangin terjadi bentrok
22
Irman Tambunan. Penertiban Penambang Emas Ilegal Terkendala Dana,dalamKompas.
Edisi 3 November 2012. 3Ibid, hal. 12.
4
antara penambang dan pihak kepolisian .4Penambangan emas yang dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Mandiangin sebenarnya sudah lama terjadi, mulai dari
awal mula terbukanya wilayah penambangan, dan terus berlanjut hingga hari ini.
Bahkan keberadaan tambang emas di KecamatanMandiangin sangat erat
kaitannya dengan sejarah asal usul nenek moyang masyarakat di daerah tersebut,
khususnya Orang trangkiling dan Orang Penghulu, yang datang dari
Minangkabau. Awal mula kedatangan orang Minangkabau ke wilayah
Mandiangin adalah karena daya tarik emas yang ada di daerah sekitar aliran
sungai Batang Mandiangin, sehingga mendorong orang-orang Minangkabau untuk
datang dan bermigrasi ke daerah ini, kemudian menetap danPenambang emas
yang tidak terikat dengan toke penambangan emas tempat ia bekerja,
pekerjaannya hanya menumpang atau mengambil sisa-sisa pasir dan material
tanah bercampur pasir di tempat penambangan yang tersisa oleh pekerja
penambangan emas, pekerjaan mereka biasa dikenal oleh masyarakat dengan
istilah nebeng.5
Masyarakat Trangkiling merupakan kaum pendatang dari Minangkabau
yang menetap di sepanjang Batang Tembesi dan Batang Asai dan kemudian
berbaur dengan penduduk asli Jambi. Orang Penghulu juga berasal dari
Minangkabau, oleh karena itu masih mempunyai hubungan dengan orang
Trangkiling. Mereka beremigrasi ke Jambi untuk mencari emas dan pada waktu
mereka datang untuk mendapat tempat menetap mereka menggabungkan diri dan
tunduk kepada orang Trangkilig.
4Udi. Razia Penambang Emas Bentrok, Dua Warga dan Satu Anggota Brimob Tewas,
dalam Tribun Jambi. Edisi 2 Oktober 2013. 5 Ibid, hal 9.
5
Trangkiling menjadi bagian dari penduduk Jambi.6 Penyebaran orang-
orang dari daerah luhak Minangkabau dilakukan dengan cara berkelompok, tidak
hanya membawa orang-orangnya saja, tetapi sekaligus memboyong adat
kebiasaan, hukum, norma-norma, nilai-nilai dan berbagai bentuk organisasi sosial
mereka, termasuk teknologi mata pencarian baru yaitu menambang emas.7
Lapisan Permukaan tanah bercampur pasir yang berbentuk endapan akibat
dari proses pengikisan tanah dan batua-batuan kemudian terbawa oleh air dan
mengendap disuatu dataran atau cekungan. Emas yang berbentuk butiran-butiran
kecil yang awalnya berbentuk batuan yang berada di daerah dataran tinggi
(pegunungan), karena proses pelapukan dan pengikisan akhirnya terbawa oleh air
ke tempat lebih rendah dan mengendap dipermukaan Alluvial. Pada tahun 1728
jumlah orang yang datang dari Minangkabau ke kawasan hulu Jambi, dengan
tujuan menambang emas lebih dari 1000 orang. Mereka tersebar 15 sampai 20
orang disetiap kampung.8Mereka melakukan penambangan dengan teknologi yang
sederhana, baik dengan cara membuat parit atau dengan cara menggunakan kincir.
Pekerjaan menambang emas menjadi pekerjaan utama saat musim kemarau,
sedangkan pada saat musim hujan mereka melakukan pekerjaan sampingan yaitu
mencari rempah-rempah.9
6Elsbeth Locher Scholten. Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-
Batavia 1830-1907 dan Bangkitnya Negara Kolonialisme Belanda. Jakarta: Bana KITLV,2008,
hlm. 39-73. 7Muchtar Naim. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1982, hlm. 73. 8Barbara Watson Andaya. To Live As Brothers Southeast Sumatra in the Seventeenth and
Eighteenth Centuries.Honolulu: University Of Hawaii Press, 1993, hlm. 162 9Uli Kozok, dkk. A, 14h Century Malay Code Of Laws : The Natisarasamuccaya.
Singapore: Institute Of Southeas Asian Studies, 2015, hlm.159.
6
Pada umumnya, kegiatan penambangan emas pada masa lampau dilakukan
di daerah endapan alluvial dan endapan sungai yang mengandung biji emas. Emas
demikian bersifat sekunder yang disebut dengan istilah plaser. Emas sekunder
berasal dari batuan yang ditemukan di daerah dataran tinggi(pegunungan), yang
sudah dipengarui oleh proses pelapukan dan pengikisan. Hasil kedua proses itu
kemudian dihanyutkan air ke tempat yang lebih rendah, kemudian terkumpul di
suatu dataran, atau mengendap di dasar sungai. Emas paling umum ditemukan
dalam bentuk kerikil, di sungai kecil yang hanyut dan mengendap di dalam tanah,
sehingga tanah mengandung emas dan dapat ditambang dengan teknologi yang
sederhana.10
Alat tradisional terbuat dari sejenis kayu, berbentuk bulat dengan bagian
tengah cekung yang digunakan oleh penambang emas tradisional sebagai
pengayak pasir untuk memisahkan pasir .Daerah tepian sungai Batanghari,
Penduduk mencari emas sekunder dengan cara menyiram tepian sungai dengan
air. Siraman air berfungsi untuk menyingkirkan tanah atau pasir yang ada di
permukaan. Apabila tanah di tepi sungai mengandung emas, setelah
permukaannya tersingkap akan tampak butiran-butiran emas sebesar kacang hijau.
Kadang-kadang pasir atau tanah yang mengandung emas ini didulang dengan
menggunakan wadah bundar yang bagian bawahnya berbentuk kerucut, seperti
caping (topi yang yang digunakan petani di sawah).11
10
Bambang Budi Utomo, Membangun Tradisi Maritim: Kedatuan Sriwijaya, dalam
Taufik Abdullah, dkk. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012, hlm.
70. 11
Ibid hlm 86.
7
Daerah Mandiangin sebagian besar merupakan dataran tinggi. Daerah ini
dialiri oleh sungai tembesi. Kondisi alam yang seperti ini, mendukung daerah ini
kaya akan kandungan emas. Penambangan awalnya dilakukan secara tradisional
dengan menggunakan alat berupa dulang untukmemisahkan biji emas dari tanah
dan bebatuan sungai. Kegiatan ini dikenal masyarakat dengan istilah mendulang
atau ngerai. Penambangan emas dengan cara tadisional, dengan menggunakan
alat-alat manual. Penambangan model ini biasa dilakukan di sungai atau badan-
badan sungai, namun ada juga yang dilakukan di darat.
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan Sungai
tembesi bersifat fluktuatif, ada kala intensitasnya meningkat dan adakalanya
menurun. Penambangan emas yang bersifat fluktuatif tersebut dipengaruhi oleh
perubahan kondisi sosial, politik dan ekonomi. Berbeda dengan beberapa abad
sebelumnya, di mana kawasan desa kertopati termasuk salah satu tempat
penambangan emas yang cukup ramai. Akan tetapi pada periode 1970-1999,
msyarakat kebanyakan bekerja sebagai penyadap karet, mencari hasil hutan dan
petani. Walaupun demikian, pekerjaan sebagai penambang emas masih tetap
berjalan dengan intensitas dan skala yang kecil.12
Pada tahun 2000 aktivitas
penambangan emas kembali marak. Pola dan teknik penambangan mengalami
perubahan dari masa sebelumnya. Perubahan tersebut didorong oleh kemajuan
12
Mimin Arifin, dkk. Sistem Ekonomi Tradisional Daerah Jambi. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1986,
hlm.34.
8
teknologi penambangan. Penambangan dilakukan menggunakan mesin
penyemprot dan mesin penghisap atau lazim disebut dengan dompeng13
Penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat desa kertopati sudah
berjalan cukup lama bahkan menjadi pencarian utama secara temurun akan tetapi,
penambangan tersebut menyebabkan konflik antara masyarakat setempat yang
berpengaruh terhadap lingkungan salah satunya sungai yang digunakan
keseharianya untuk mandi oleh masyarakat . Penambangan emas tersebut bersifat
Ilegal yang pada dasarnya dilarang oleh pemerintah sesuai dengan undang-
undangnya. Melihat dari peran pemerintah yang melarang aktivitas tersebut ,
pelaku penambang emas secara ilegaldi desa kertopati masih saja melakukan
penambangan dengan alasan bahwa penambangan emas itu adalah hasil
pencarian keseharian mareka.
Melihat fenomena tersebut hal inilah yang mengakibatkan terjadinya
dampak terhadap penambangan emas di Kecamatan Mandiangin. Berdasarkan
latar belakang diatas Penulis merasa tertarik untuk mengangkat
judul:“DAMPAKPENAMBANG EMAS TAMPA IZIN TERHADAP
PEREKONOMIAN DI KECAMATAN MANDIANGIN”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
rumusanmasalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar dampak penambang emas tampa izin terhadap perekonomian
masyarakat di kecamatan mandiangin?
13
Irman Tambunan.Kerusakan Lingkungan: merkuri cemari sungai Batanghari, dalam
Kompas. Edisi 20 Juni 2014.
9
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya konflik penambang emas tampa izin di
Kecamatan Mandiagin?
C. Batasan Masalah
Supaya penelitian lebih fokus kepada permasalahan yang di bahas dan
mencegah terjadinya kesimpang siuran penyelesaian masalah, serta keterbatasan
waktu kemampuan dampak penulis membatasi masalahnya pada pengaruh
penambang emans tampa izin terhadap perekonomian di desa kertopati kecamatan
mandiangin.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak
dicaapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan itu sendiri merupakan sejumlah keadaan
yang ingin dicapai.14
1. Untuk mengetahui seberapa besar dampak penambang emas tampa izin
terhadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Mandiagin.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya konflik penambang emas
tampa izin (PETI) Kecamatan Mandiagin.
E. Manfaat Penelitian
Adapun mamfaat dari penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui apa seberapa besar pengaruh penambang emas tampa izin
terhadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Mandiagin.
2. Dapat mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya konflik penambang
emas tampa izin (PETI) Kecamatan Mandiagin.
14
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah, ( Jambi : Syari’ah Press,
2014), hal. 22.
10
F. Kerangka Tiori
1. Pertambangan Emas Ilegal
Pertambangan emas ilegal atau pertambangan emas tanpa izin adalah
usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau
perusahaan yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin
dan instansi pemerintah sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku. Dengan
demikian, izin, rekomendasi, atau bentuk apapun yang diberikan kepada
perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan/yayasan oleh instansi
pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat
dikategorikan sebagai pertambangan tanpa izin atau pertambangan ilegal.15
Pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengolahan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.16
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
menambang adalah menggali (mengambil) barang tambang dari dalam
tanah.17
Kemudian, Abrar Saleng menyatakan bahwa usaha pertambangan pada
hakikatnya ialah usaha pengambilan bahan galian dari dalam bumi.18
15
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004, Hal:86. 16
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 (UUPMB), pasal 1 angka (1) 26. 17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, 1990, Hal:890 27. 18
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004, Hal:90.
11
Indonesia kaya akan sumber daya alam terutama dari hasil
pertambangannya. salah satunya jenis barang tambang utama adalah emas.
Bahkan bisa dibilang sebagai cadangan kekayaan suatu negara. Emas dibuat
menjadi perhiasan dengan nilai jual yang sangat tinggi. Bahkan harganya tidak
pernah mengalami penurunan dan cenderung terus menanjak. Tidak jarang emas
digunakan sebagai investasi jangka panjang karena memiliki peluang yang cukup
tinggi.
2. Keberadaan suatu pertambangan bisa berdampak negatif dan positif, yaitu;
a. Segi Negatif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas
Dengan adanya tambang khususnya tambang emas dapat menimbulkan
sering menimbulkan beberapa masalah. Salah satu dampak yang sangat serius
yakni terkait masalah lingkungan. Tambang emas baik yang dikelola oleh
pemerintah dan perusahaan asing mapun yang yang ditambang secara liar oleh
masyarakat selalu menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Bahan yang
digunakan selain menggangu dan merusak ekosistem dapat pula menggangu
kesehatan manusia sendiri.
Salah satu bahan yang digunakan adalah raksa. Raksa yang digunakan
pada saat pengolan bijih emas dapat terlepas ke lingkungan sekitar. Untuk
perusahaan pengolahan bijih emas hal ini tidak begitu dikawatirkan jika ada
pengawasan dari pihak Pemerintah, yang perlu dikawatirkan tambang-tambang
emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat.
Tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat menggunakan
raksa untuk mengendapkan emas yang terkandung dalam air atau lumpur. Raksa
12
yang digunakan dapat langsung masuk ke dalam air sehingga ikut terbawa arus.
Raksa yang terbawa arus sukar terurai sehingga dapat membentuk senyawaan
baru. Senyawa yang terbentuk dari raksa baik berupa senyawa organik maupun
anorganik yang dapat diserap oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang ada di
dalam air. Senyawaan raksa yang diserap oleh mikroorganisme ini tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dalam tubuhnya tetap sebagai
senyawaan raksa. Akibatnya senyawaan ini dapat masuk ke dalam rantai
makanan, jika mikroorganisme ini dimakan oleh ikan maka senyawaan ini akan
masuk pula ke dalam tubuhnya. Masuknya senyawaan ini akhirnya akan masuk
kemudian mengendap di dalam tubuh, jika manusia mengkonsumsi ikan yang
telah dikontaminasi oleh senyawaan raksa ini.
Untuk perusahaan-perusahaan bijih emas baik yang dikelola oleh
perusahaan dalam negeri maupun luar negeri limbah yang dihasilkan terkadang
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan, limbah yang
hasilkan baik dari pengolahan bijih maupun dari pemurnian bijih emas langsung
dibuang ke saluran pembuangan tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah ini sangat
berbahaya, karena selain raksa masih mengandung logam-logam lain yang
bersifat toksit. Misalnya tembaga, arsen dan kobalt dan limbah-limbah ini
memiliki pH yang sangat asam sehingga dapat pula mengganggu kehidupan biota
air. Selain adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan keberadaan
13
tambang emas dapat pula mengganggu kegiatan anak-anak jika tidak dikontrol
dengan cermat. 19
b. Segi Positif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas
Selain segi negatif keberadaan tambang terdapat pula sisi positifnya yakni
dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat menambah devisa Negara. Dengan
adanya tambang emas maka dipelukan pekerja dalam jumlah banyak, hal ini tentu
sangat membantu masyarakat sekitar untuk menambah penghasilan. Hal ini tentu
berlaku juga untuk penambangan emas yang dilakukan secara liar. Selain dapat
memberikan lapangan keja dapat pula menambah devisa negara. Karena dengan
adanya tambang maka pajak yang diberikanpun makin besar.20
3. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas
dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu
hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula dari
kata sejahtera, berawalan kata -ke dan berakhiran kata -an. Sejahtera berarti aman
sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan
kesukaran. Pengertian kata ‘sosial’ mungkin dilandasi oleh kenyataan bahwa
kesemuanya bersangkutan dengan orang dalam masyarakat yang menekankan
bahwa orang adalah makhluk sosial dan ekonomi atau lainnya.
19
Wira Fuji Astuti, Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tampa Izin Terhadap
Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil. Dalam jurnal volume 13 tahun 2016. diakses pada
tanggal 19-Oktober 2017 20
Ibid,,.hlm 13.
14
Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi semua
bentuk intervasi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan dan
kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat sebagai keseluruhan.
Dapat juga mencakup upaya dan kegiatan kegiatan secara langsungditujukan
untuk pencegahan masalah-masalah sosial, misalnya: masalah kemiskinan dan
pengembangan sumber-sumber manusia.
Sekarang ini kesejahteraan sosial lebih ditujukan guna mencapai
produktivitas yang maksimum, setiap masyarakat perlu pengembangan cara-cara
meningkatkan kemampuan, melindungi masyarakat dari gangguan dan masalah
yang dapat mengurangi kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsepsi
kesejahteraan sosial, ternyata masalah-masalah sosial mengganggu perkembangan
masyarakat, sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur.
Dalam hal ini berarti bahwa tanggung jawab pemerintah semakin perlu
ditingkatkan bagi kesejahteraan warga masyarakatnya.Sudah sejak semula cita-
cita Bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur, baik
materil maupun spiritual, dengan menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Pusat segala kegiatan
pembangunan adalah manusia dan segala segi kehidupan manusia sebagai
perorangan maupun manusia sebagai insane sosial, perlu dikembangkankan
seluas-luasnya. Masalah kini adalah bahwa dalam masyarakat tidak semua
manusia memiliki kemampuan yang sama untuk berkembang. Ada manusia yang
karena musibah ekstrem jadi terganggu kemampuannya untuk aktif serta dalam
15
penghidupan bersama. Ada pula karena faktor internal dalam diri pribadi manusia
kehilangan kemampuan untuk berperan dalam masyarakat.
Apabila ingin dibina masyarakat atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945, maka jelaslah bahwa perlu dibangun
suatu strategi pembangunan dengan pengembangan kesejahteraan sosial.
4. Masyarakat Sekitar Pengelolaan SumberDaya Alam
Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dan
bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Masyarakat desa menurut Soedjatmoko
sebagaimana dikutip dalam Sulto, yang dicirikan sebagai masyarakat yang
memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain.
Pada umumnya masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai masyarakat yang
homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin
menganut sistem kekeluargaan sehingga cenderung tanpa pamrih. Didalam suatu
kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek yang dapat
mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi social yang berbeda
dari desa satu dan desa yang lainnya. Untuk memahami memahamimengenai
kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu sendiri,
dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat.Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang
ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Selain itu untuk dapat mengetahui atau memahami tentang kondisi social yang
16
tidak dapat dipisahkan dengan masalah- masalah social, pertama kita harus
mengetahui keadaan dari msalah social dalam berinteraksi.21
Berdasarkan pendapat menurut soekanto, interaksi sosial dikategorikan ke
dalam dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif dimana Interaksi asosiatif, akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi social
yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang
mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara
pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli
mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru
sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok
masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat
laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
21
Ibid,,.hlm 15.
17
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.22
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang
merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah
kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok social tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak
lawannya.
b. Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang,
baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan
terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan
golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan
tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.23
22
Erwin Wahyudi, Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Terhadap
Keberlanjutan Usahatani Padi Di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, Dalam Jurnal. volume 22.
2016. Dikases pada tanggal 20, Oktober 2017. Jam 04:58. 23
Ibid,.hlm 23.
18
Tiga faktor utama munculnya penambangan liar yaitu :
Pertama, faktor ekonomi. Masalah kemiskinan dan tidak ada alternatif
sumber pendapatan lain mendorong masyarakat mengambil jalan pintas untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menggali bahan tambang secara liar. Hal
ini diperparah dengan adanya pelaku ekonomi bermodal yang tergiur untuk
mendapat rente ekonomi secara jangka pendek dengan membiayai kegiatan
penambangan liar.
Kedua, faktor peraturan dan kapasitas aparatur. Tidak ada perangkat
aturan dan kebijakan yang tegas, konsisten, dan transparan yang mengatur
usahapertambangan termasuk di antaranya dalam perizinan, pembinaan,
kewajiban, dan sanksi. Lemahnya pemahaman aparat pemerintah lokal dalam
pemahaman tata laksana penambangan yang benar (good mining practices) dan
perilaku aparat yang berusaha mengambil manfaat pribadi atas kegiatan
penambangan liar, menjadi faktor penting tumbuhnya penambangan liar.
Ketiga, faktor pola hubungan dan kebijakan perusahaan berizin.
Hubungan antara penambangan liar dan perusahaan berizin yang dijarah dilandasi
oleh rasa curiga dan konflik. Dengan pola hubungan seperti ini dan penerapan
kebijakan yang represif untuk mengusir penambangan liar sesegera mungkin,
mungkin akan menjadikan penambangan liar sulit diberantas.24
24
Erwan Wahyudi, Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Terhadap
Keberlanjutan Usahatani Padi Di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Dalam jurnal 2016.
19
G. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, Penelitian yang saya bahas ini belum ada
yang melakukanya, namun ada yang hampir sama dengan penelitianyang
dilakukan oleh Clara Elys Yunia dengan judul :Konflik Tambang Emas Tumpang
Pitu, Desa Sumber Agung. Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.25
Penelitian
ini membahas tentang apa yang melatar belakangi konflik tambang emas
Tumpang Pintu di Kecamatan Pasanggaran, Banyuwangi. Adapun perbedaan
dengan penelitian yang saya bahas yaitu judul dan tempat penelitanya. Karna
dalam penelitian yang saya bahas yaitu tentang Pengaruh Taraf Perekonomian
Terhadap Penambang Emas Tampa Izin Di Kecamatan Mandiangin.
Selanjutnya penelitan oleh Alzuhri yang membahas tentang : Konflik
Pertambbangan Emas Tampa Izin (PETI) Di Desa Petapahan Kecamatan
Gunung Toor Kabupaten Kuantan Singingi.26
penelitian tersebut lebih
memfokuskan tentang bentuk konflik pertambangan emas tampa izi (PETI) dan
faktor yang memnyebabkan terjadinya konflik pertambangan emas tampa izin.
Penelitan tersebut memiliki kesamaan akan tetapi yang membedakanya
adalah tempat penelitan. Penelitian yang saya lakukan lebih memfokuskan tentang
Pengaruh Taraf Perekonomian Terhadap Penambang Emas Tampa Izin Di
Kecamatan Mandiangin.
Selanjutnya penelitian oleh Dona Fauziah yang membahas tentang
Ekonomi Politik : Relasi Pemerintah Daerah Dan Masyarakat Dalam Kasus
25
Skripsi Clara Elys Yunita, Konflik Tambang Emas Tumpang Pitu, Desa Sumber Agung.
Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur 2017. 26
Penelitan oleh Alzuhri Konflik Pertambbangan Emas Tampa Izin (PETI) Di Desa
Petapahan Kecamatan Gunung Toor Kabupaten Kuantan Singingi, 20015.
20
Pertambangan Emas Tampa Izin Di Desa Petapahan Kecamatan Gunung
ToorKabupaten Kuantan Singingi.27
Penelitan ini membahas tentang bagaimana
relasi Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam kegiatan pertambangan emas
tampa izin di Desa Petapahan Kecamatan Gunung Toor Kabupaten Kuantan
Singingi.
Perbedaanya dengan apa yang saya teliti adalah penelitian saya lebih
memfokuskan tentang Pengaruh Taraf Perekonomian Terhadap PenambangEmas
Tampa Izin Di Kecamatan Mandiangin.
Selanjutnya penelitan yang dilakukan oleh Teguh Marhendi, Ruzirwan
Rasyid, Nindyo Cahyo Kresnanto yang membahas tentang : Pemanfaatan Citra
Satelit Landsat-7 ETM untuk Prediksi Kerusakan Morfologi Sungai Batang Hari
Akibat Penambangan Emas Ilegal.28
Penelitian ini lebih memfokuskan dengan
kondisi sungai batang hari terhadap pertambangan emas ilegal di sepanjang tubuh
sungai Batang Hari yang menyebabkan kerusakan pada tubuh sungai Batang Hari
dan mengakibatkan penurunan potensi sungai Batang Hari akibat pertambangan
emas ilegal di sepanjang sungai dan anak-anak sungai.
Perbedaanya dengan apa yang saya teliti adalah saya lebih memfokuskan
tentang Pengaruh Taraf Perekonomian Terhadap Penambang Emas Tampa Izin
Di Kecamatan Mandiangin.
27
Penelitan oleh Dona Fauziyah, Ekonomi Politik : Relasi Pemerintah Daerah Dan
Masyarakat Dalam Kasus Pertambangan Emas Tampa Izin Di Desa Petapahan Kecamatan
Gunung Toor Kabupaten Kuantan Singingi. 2013-20015. 28
Penelitian oleh Teguh Marhendi, Ruzirwan Rasyid, Nindyo Cahyo Kresnanto
Pemanfaatan Citra Satelit Landsat-7 ETM untuk Prediksi Kerusakan Morfologi Sungai Batang
Hari Akibat Penambangan Emas Ilegal, 2015,
21
Selanjutnya penelitan yang dilakukan oleh Trismia Anjami yang membahas
tentang : Dampak Sosial Penambangan Emas Tampa Izin DI desa Sungai Sorik
Kecamatan Kuantan Hilir Sebrang Kabupaten Kuantan.29
penelitan yang
dilakukan oleh Trisma Anjami lebih memfokuskan tentang siapa saja pelaku
penambangan emas tampa izin di Desa Sungai Sorik serta dampak sosial akibat
penambangan emas tampa izin terhadap Masyarakat.
Perbedaanya dengan apa yang saya teliti adalah saya lebih memfokuskan
tentang Pengaruh Taraf Perekonomian Terhadap Penambang Emas Tampa Izin
Di desa kertopati Kecamatan Mandiangin.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Trisma Anjami, Dampak Sosial Penambangan Emas
Tampa Izin DI desa Sungai Sorik Kecamatan Kuantan Hilir Sebrang Kabupaten Kuantan, 2017.
22
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan mengenai
kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada instrumen pengumpulan data.
Penelitian ini bersifat deskriptif, metode ini adalah penelitian yang
bermaksut memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau
gejala-gejala lainya.30
Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada
masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang
dikumpulkan disusun, dijelaskan dan dianalisis.
B. Jenis dan sumber data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian Kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.31
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli, atau
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.32
Adapun
yang dijadikan data primer adalah data yang sifatnya berkaitan dengan obyek
30
Sayuti Una (Ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), hlm. 32. 31
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya 2017),
hlm. 157. 32
Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D , (Bandung : Alfabeta CV ,
2015) , hal. 62.
23
penelitian. Sumber data Kepala Desa, Sumber data Tokoh Masyarakat, sumber
data masyarakat, sumber data penambang emas.
2. Data skunder
Data skunder adalah data pelengkap yang telah tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen. Sumber data yang didapat dari referensi-referensi buku,
internet, dan hasil penelitian yang telah disusun menjadi dokumen. data skuder
juga merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain ataupun lewat dokumen 33
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data
dapat diperoleh. Sumber data dalam kualitatif ini adalah orang atau narasumber.
Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar memberi respon
melainkan juga sebagai pemilik informasi.34
Tabel 1.1
Daftar Informan
No Informan Jumlah
1 Kepala Desa 1 Orang
2 Tokoh Masyarakat 5 Orang
3 Penambang Emas 6 Orang
4 Masyarakat 20 rang
33
Sugiyono, Ibit., hlm. 63 34
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm.
86.
24
C. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah sebuah pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun
nonpartisipatif. Maksudtnya, pengamatan terlibat menrupakan jenis pengamatan
yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian,
tampa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkuutan
dan tentu saja dalam hal ini tidak menutupi dirinya selaku peneliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah adalah percakapan dengan makssud tertentu. 35
sebuah
proses tanya jawab dalam sebuah penelitian yang berlangsung secara lisan kepada
pihak yang terlibat dalam penelitian. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data untuk mengetahui bagaimana dampakpertambangan emas
tampa izin terhadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Mandiangin.
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data yang telah tersedia dalam
bentuk dokumne tertulis yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan seperti
naskah, catatan dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.
D. Teknik Analisis Data
pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data komponensial
yaitu dengan menggunakan pendekatan kontras antar eleman. Pertama,
mengenal gejala sosial dengan unsur-unsur yang sama maka dengan ini akan
35
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya 2017),
hlm. 186.
25
memudahkan untuk mengenali gejala tersebut. Kedua, setiap gejala sosial yang
tidak memiliki kesamaan unsur, dipisahkan atau tidak, tetapi akan
menampakkan gejala untuk memisahkan diri.
Teknik analisis kompensial baru layak dilakukan kalau seluruh kegiatan
observasi dan wawancara yang berulang-ulang telah memperoleh hasil yang
maksimal sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian. Kegiatan analisis
dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu36
1. Pengelaran hasil observasi dan wawancara
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan berkali-kali, digelarkan
dalam lembaran-lembaran yang mudah dibaca. Data-data tersebut pada tahap ini
tidak perlu dikelompokkan sesuai dengan domain yang telah dipilih, yang
terpenting bahwa hasil-hasil observasi dan wawancara dapat dibaca dengan
mudah
2 Pemilahan hasil observasi dan wawancara
Peneliti selanjutnya melakukan pemilahan terhadap hasil wawancara.
Artinya hasil wawancara tersebut dipilih menurut domain tampa harus
mempersoalkan dari elemen mana itu berasal.
3 Menemukan elemen-elemen kontras
Pada tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan meletakkan sesuai subjek yang diteliti.
36
Burhan bungin, Metodologo Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta, Kencana 2013) hal.
292.
26
E. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang
lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara berurutan, pembahasan dalam
penulisan skripsi mempunyai sistematika sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya
menjadi pijakan bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori dan tinjauan pustaka. Kemudian pada Bab II, membahas tentang
Pejabat
desa
Masyarakat
setempat
Penambang
emas
setempat
Penambang
emas Luar
Perekonomian
masyarakat
27
metode penelitian dalam pembutan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu
penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan
data, analisis data sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Untuk
mempermudah penulis dalam menggunakan waktu dengan tepat maka dibuat
jadwal penelitian dalam sub-sub ini agar penelitian dalam penlisan ini selesai
teepat pada waktunya.Dalam Bab III berisi tentang gambaran umum yang terkait
dengan judul yang akan di bahas.Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan
curriculum vitae. Kesimpulan ditarik dari pembuktian dan dari uraian yang telah
ditulis terdahulu dan berkaitan erat dengan pokok masalah. Kesimpulan bukan
resume dari apa yang ditulis dahulu kesimpulan adalah jawaban masalah dari data
yang telah diperoleh.
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1.2
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Tahun
April Juni Juli Agustus Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
X
2 Pembuatan
Proposal
X
28
3 Perbaikan
Proposal
dan
Seminar
X
X
X
4 Surat Izin
Riset
X
5 Pengumpul
an Data
X
6 Pengolahan
dan
Analisis
Data
X
7 Pembuatan
Laporan
X
8 Bimbingan
dan
Perbaikan
X
X
X
X
X
9 Agenda
dan Ujian
Skripsi
X
10 Perbaikan
dan
Penjilidan
X
29
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN KECAMATAN
MANDIANGIN
A. Kondisi Geografis
Kecamatan Mandiangin merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Sarolangun yang diresmikan menjadi Kecamatan Definitif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 1996 yang mana peresmiannya langsung oleh
Bapak Gubernur Jambi bersamaan dengan acara pelantikan 6 (enam) orang Camat
dalam Propinsi Jambi pada tanggal 26 Nopember 1996.
Dasar hukum penyelenggaraan pemeriintah daerah kecamatan mandiangin.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
2. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 05 Tahun 2008 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam
Kabupaten Sarolangun
3. Peraturan Bupati Sarolangun Nomor : 41 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas
Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan dalam Kabupaten Sarolangun.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 01 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sarolangun
Tahun Anggaran 2011.
30
Kecamatan Mandiangin memiliki luas ± 636 Km2 atau 636.000 Ha dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Batang Hari, Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari, Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Pauh, Secara administrasi Pemerintahan
Kecamatan Mandiangin terdiri dari 20 Desa depinitif dengan luas dan jarak ke
Ibukota Kecamatan Yaitu:
Tabel 1.3
Luas Desa dan jarak ke Ibukota Kecamatan37
37
Buku Arsip Kecamatan Mandiangin.
NO DESA
LUAS JARAK KE
IBUKOTA
(KM2) KECAMATAN
(KM)
1 2 3 5
1. Gurun Mudo 35 14
2. Gurun Tuo Simpang 36 10
3. Gurun Tuo 32 11
4. Pemusiran 56 9
5. Rangkiling Simpang 33 3
6. Rangkiling Bakti 28 4
7. Mandiangin 64 0
8. Mandiangin Tuo 58 1
9. Taman Dewa 42 2
10. Kertopati Simpang 30 5
11. Kertopati 34 7
12. Bukit Peranginan 69 9
13. Muaro Ketalo 39 10
14. Petiduran Baru 15 23
15. Guruh Baru 15 16
16. Butang Baru 15 23
31
Sumber : Kantor Camat Mandiangi.
Sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Mandiangin pada akhir tahun
2012berjumlah : 36,360 Jiwa yang tersebar di 20 Desa. Dengan rincian pada
Tabel 2.
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk dalam Kecamatan Mandiangin ( Tahun 2012)
NO DESA LAKI-LAKI PEREMPU
AN JUMLAH
1 2 3 5 5
1. Gurun Mudo 1.178 1.108 2.286
2. Gurun Tuo Simpang 767 578 1.345
3. Gurun Tuo 424 443 867
4. Pemusiran 1.150 1.187 2.337
5. Rangkiling Simpang 1.039 957 1.996
6. Rangkiling Bakti 357 331 688
7. Mandiangin 2.279 2.311 4.590
8. Mandiangin Tuo 766 733 1.499
9. Taman Dewa 740 672 1.412
10. Kertopati Simpang 351 265 616
11. Kertopati 829 928 1.757
12. Bukit Peranginan 864 738 1.602
13. Muaro Ketalo 741 761 1.502
14. Petiduran Baru 1.056 1.051 2.107
15. Guruh Baru 1.302 1.470 2.772
16. Butang Baru 1.008 1.013 2.021
17. Meranti Baru 1.467 1.389 2.856
18. Jati Baru 911 897 1.816
19. Sungai Butang 1.160 915 2.075
20. Talang Serdang 538 526 1.064
JUMLAH 18.927 18.273 37.200
17. Meranti Baru 15 37
18. Jati Baru 15 30
19. Sungai Butang 5 21
20. Talang Serdang 40 4
32
B. Visi, Misi, Kecamatan Mandiangin
Visi :
Terciptanya Pelayanan Publik yang PRIMA (Peduli, Ramah, Informatif,
Mendampingi, dan Akuntabel)
Misi :
1. Mewujudkan Pelayanan Publik dengan Kepedulian yang Tinggi dan Ramah
pada Masyarakat
2. Mewujudkan Pelayanan yang Informatif, Akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan
3. Mendampingi dan Mengawal Teknologi yang Adaptif dan Aplikatif
1. Program Dan Kegiatan
a. Pelayanan Administrasi Perkantoran. b). Peningkatan Sarana dan Prasaran
Aparatur.c). Peningkatan Disiplin Aparatur. d). Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur e). Peningkatan dan Pengembangan Nilai Keagamaan f).
Pengembangan Nilai Budaya. g). Pemeliharaan Kantramtibmas dan
Pencegahan Tindak Kriminal. h). Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintahan Desa. i). Peningkatan Peran serta dan Kesetaraan Jender dalam
Pembangunan. j). Peningkatan Pembinaan Pemuda, Olah Raga dan Seni dan
Budaya. k). Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan. L). Program
Samisake.
33
2. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Standar
Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan Urusan Wajib Daerah yang berhak diperoleh minimal.
Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun tidak memiliki Standar Pelayanan
Minimal yang Baku karena Proses Pembuatan KTP dan KK telah dialihkan ke
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sarolangun terhitung bulan
September 2008. sedangkan untuk Pengurusan IMB, Situ, SIUP, ADD dan
Perizinan lainnya Kecamatan Mandiangin hanya merekomendasikannya.
3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat Dan Golongan ,
Jumlah Pejabat Struktural Dan Fungsional
1. Jumlah Pegawai Kantor Camat Mandiangin per 31 Desember 2012 sebanyak
26 Orang termasuk Pegawai Honorer.
2. Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan
Kondisi Sumber Daya Manusia Kantor Camat Mandiangin menurut
pendidikan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 1.5
Sumber Daya Manusia Menurut Pendidikan
Pegawai
Pendidikan
S2 S1 D3 SLTA SLTP SD Jumlah
PNS
1. Struktural 1 6 - 8 1 - 16
34
2. Non Struktural - - - - - - -
Jumlah 1 6 - 8 1 - 16
Non PNS
1. Tenaga Administrasi
2. Operator Komputer
3. Pelayan Kantor
4. Tenaga Kebersihan
5. Penjaga Malam
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
3
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
4
3
1
1
1
Jumlah - - - 9 - 1 10
Total 1 6 - 17 1 1 26
3. Jumlah Pegawai Menurut Golongan
Sumber Daya Manusia Kantor Camat Mandiangin menurut Golongan
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 2.1
Sumber Daya Manusia Menurut Golongan
4. Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan Penjenjangan
No Pegawai
Golongan
Jumlah
I II III IV
1.
2.
Struktural
Non Struktural
1
-
7
-
8
-
-
-
16
-
Total 1 7 8 - 16
35
Sumber Daya Manusia Kantor Camat Mandiangin menurut Pendidikan
Penjenjangan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 2.2
Sumber Daya Manusia Menurut Pendidikan Penjenjangan
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
Diklatpim IV
Diklatpim III
Diklatpim II
1
1
-
JUMLAH 2
C. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Mandiangin
Camat
Seksi
Pem
ntahan
Seksi
Trantib
Seksi
P M D
Seksi
Kessos
Seksi
Pelum
Jabatan Funsional Sekretariat Kecamatan
Kasubbag Umum & Pegawaian
Kasubbag Keuangan Kasubbag Perencanaan
36
D. Sarana Dan Prasarana berguna untuk memperlancar kegiatan
tersebutsebagai berikut:
Tabel 2.3
Jenis Prasarana Volume Kondisi
Jalan Kabupaten 4000 M Rusak
Jalan Desa 3000 Meter Sedang
Jalan Lingkungan 6000 Meter Baik
Jalan Produksi/ Jalan
Perkebunan
30.000 Meter Rusak Parah
Gedung SD 2 Unit Baik
Gedung Mts 1 Unit Sedang
Gedung SMP 1.Unit Baik
Gedung Ponpes 1 Unit Sedang
Gedung MA 1 Unit Sedang
Balai Desa 1 Unit Rusak
Posyandu 2 Unit Sedang
Pustu 1 Unit Sedang
Poskesdes 1 Unit Baik
Masjid 3 Unit Baik
Gedung TK 1 Unit Baik
Jembatan Desa 5 Unit 4 Rusak 1 Baik
Musholla/Surau 4 Unit Sedang
Lapangan 1 Unit Sedang
37
E. Keadaan ekomomi
a. Pertumbuhan Ekonomi
Tabel 2.4
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase dari
Jumlah Penduduk
1 Petani Sawit 31 3 %
2 Petani Karet 354 33,14 %
2 Pedagang 28 2,62 %
3 Peternak 1 0,09 %
4 Serabutan 25 2,34 %
5 Industri 6 0,56 %
6 PNS/TNI/POLRI 13 1,21 %
7 Ibu Rumah Tangga 105 9,83 %
8 Sopir 4 0,37 %
9 Bengkel 3 0,28 %
10 Karyawan BUMN 48 4,49 %
11 Pelajar 272 25,46 %
12 Tidak Bekerja 178 16,66 %
Jumlah 1.068 100 %
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Dampak Penambang Emas Tampa Izin Terhadap
Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Mandiangin
Kristanto, menjelaskan dampak adalah setiap perubahan yang terjadi
dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Disini tidak disebutkan karena
adanya proyek, karena proyek sering diartikan sebagai bangunan fisik saja,
sedangkan banyak proyek yang bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada,
tetapi pengaruhnya besar. Jadi yang menjadi objek pembahasan adalah dampak
penambangan emas terhadap perekonomian.38
Dampak penambangan emas
merupakan perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan
emas baik perubahan perekonomian dan sosial. Kegiatan penambang emas tampa
izin memberikandampakbaik itu dampak positif maupun dampak negatif terhadap
aspek ekologi dan ekonomi dan sosial kepada masyarakat desa kertopati
kecamatan mandiangin.
Kegiatan pertambangan emas tampa izin ini pada umumnya tidak ramah
lingkungan, karena hanya mengejar kepentingan dalam waktu singkat seperti
halnya bagaimana untuk mendapatkan uang. Hal ini disebabkan oleh minimnya
kesadaran untuk tetap melestarikan lingkungan. Tidak hanya kerusakan
lingkungan yang ditimbukan oleh kegiatan pertambangan emas ini tetapi juga
38
Wira dalam jurnal Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin Terhadap
Kesejahteraan Rumah Tangga Tahun 2016volume 4I. hlm, 10.
39
menelan korban jiwa yang jumlahnya lebih besar dibandingkan perusahaan
pertambangan.
Berdasarkan aspek ekonomi sosial, kegiatan pertambangan emas ini
diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya terhadap pembangunan tetapi
juga terhadap masyarakat mandiangin yang berada di sekitar lokasi penambangan.
Dalam skala makro, pertambangan emas ini dilihat sebagai bahaya dan ancaman
bagi investasi pertambangan di desa kertopati kecamatan mandiangin. Namun,
dalam skala mikro penambangan emas dapat digolongkan sebagai salah satu
gerakan “ekonomi kreatif” yang memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa
kertopati. Mereka berusaha menggali dan menemukan butiran emas demi
perbaikan hidup ekonomi para penambang. Setiap hari mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidup seperti berbelanja, membayar uang sekolah anak, berobat,
membeli kendaraan bermotor dan meniti masa depan yang lebih baik.
Dampak aspek ekonomi dan sosial merupakan dampak aktivitas
pertambangan pada aspek ekonomi sosial yang dapat bersifat positif dan negatif.
Aktivitas penambangan di daerah desa kertopati kecamatan mandiangin
memberikan berbagai dampak positif dan negatif pada kehidupan warga. Dampak
positif diantaranya adalah meningkatnya penghasilan warga, terciptanya lapangan
pekerjaan. Selain itu, adanya perbaikan rumah Hal ini terlihat dari adanya
kemampuan warga untuk mendirikan rumah permanen yang terbuat dari bahan
bata dan semen, dibandingkan kondisi sebelumnya yang hanya terbuat dari kayu
penyangga.
40
Pada mulanya pertambangan tanpa izin (PETI) di hampir sebagian besar
wilayah Negara Indonesia khususnya kecamatan mandiangin dilakukan oleh
perorangan atau kelompok orang, sebagai usaha tambahan/sampingan di daerah-
daerah yang diyakini berpotensi mengandung bahan galian emas. Kebutuhan
ekonomi yang makin meningkat dan hasil usaha tambang yang diperkirakan dapat
memberikan harapan kehidupan lebih baik, membuat pelaku-pelaku penambangan
mengalihkan usaha sekunder ini menjadi usaha utama.
pertambangan emas tampa izin di desa kertopati kecamatan mandiangin
memiliki pengaruh yang besar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan PETI, diantaranya :
1. Usaha tersebut telah berjalan cukup lama secara turun temurun, sehingga
menimbulkan anggapan bahwa lahan pertambangan merupakan warisan
yang tidak memerlukan izin usaha.
2. Modal usaha relatif kecil dan pelaksanaan penambangan dilakukan secara
sederhana/tradisional tanpa menggunakan peralatan berteknologi tinggi.
3. Keterbatasan keahlian pelaku usaha dan sempitnya lapangan kerja,
menyebabkan usaha pertambangan ini menjadi pilihan utama.
4. Kemudahan pemasaran produk bahan galian.
5. Lemahnya pemahaman pelaku usaha PETI terhadap hukum/peraturan
pertambangan.
6. Pelaku usaha beranggapan bahwa prosedur pengurusan izin usaha
pertambangan melalui jalur birokrasi yang rumit dan memerlukan waktu
panjang, sehingga cenderung menimbulkan biaya tinggi.
41
Penambangan emas merupakan suatu proses penggalian atau penyedotan
tanah/pasir dengan menggunakan pipa panjang dengan memakai mesin dompeng.
Penambangan emas ini dilakupan dipinggiran sungai yang berada di mandiangin.
Dari hasil wawancaradengan bapak Abu Hanifah selaku kepala desa
beliau mengatakan :
“dompeng tersebut telah berjalan cukup lama ditempat kami secara turun
temurun, sehingga menimbulkan anggapan masyarakat bahwa lahan
pertambangan merupakan warisan yang tidak memerlukan izin usaha.
Selain itu mengingat turunya harga getah karet masyarakat setempat
mengharuskan untuk melakukan penambangan emas untuk memenuhi
kebutuhanya.”39
Salah Satu tokoh masyarakat menyatakan :
“dengan menambang emas betul-betul dirasakan adanya dampak yang
bersar terhadap perekonomian masyarakat kami. selain itu wujud
nyatanya tiap-tiap warga mampu memenuhi kebutuhanya hidupnya. bisa
dilihat tiap-tiap rumah kini sudah banyak yang direnovasi, memiliki
kendaraan baru yang bias memperlancarkan aktivitas mareka dalam
keseharian.”40
Salah satu warga yang bekerja sebagai penambang emas Bapak Tito
mengatakan :
“dengan menambang emas kami merasakan berkecukupan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. semenjak harga getah turun kami
39
Wawancara dengan Bapa Abu Hanifah selaku kepala desa. Tanggal 01, Oktober 2018. 40
Wawancara dengan Bapak Sulaiman Efendi Selaku tokoh masyrakat Tangga 03,
Oktober 2018.
42
merasakan kekurangan Cuma cukup-cukup untuk makan. satu-satunya
jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk biaya rumah biaya
pendidikan anak kami, kami diharuskan untuk mendompeng emas.”41
Bapak Randi juga menyatakan :
” penghasilan kami 500-700 ribu perbulan dengan jual karet itu saja
kurang, semenjak kami melakukan aktivitas nambang emas Alhamdulillah
dalam waktu sebulan kami bisa menghasilkan 1juta- 2juta perbulan.”42
Tambang emas yang berada di desa kertopati kecamatan mandiangin
tepatnya di sungai limun ini merupakan daerah pinggiran dari kota sarolangun
yang letaknya jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Aktifitas masyarakat
mulanya adalah petani, baik petani karet maupun sawit dan tanaman hortikultural.
Minimnya pendapatan membuat masyarakat ingin mendapatkan hasil yang lebih
cepat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi sejak dimulainya beberapa
masyarakat mencoba mendompeng emas dan menghasilkan. Secara teknis
penambangan emas ilegal ini dilakukan secara berkelompok, adapula yang
dimodalkan dengan pembagian upah setiap emas yang didapatkan. Mengingat
dompeng tersebut telah berjalan cukup lama ditempat kami secara turun temurun,
sehingga menimbulkan anggapan masyarakat bahwa lahan pertambangan
merupakan warisan yang tidak memerlukan izin usaha.
Selain itu mengingat turunya harga getah karet masyarakat setempat
mengharuskan untuk melakukan penambangan emas untuk memenuhi kebutuhan
41
Wawancara dengan Bapak Titio selaku warga yang melakukan aktivitas mendompeng.
Tanggal, 03, Oktober -2018. 42
Wawancara dengan Bapak Randi selaku warga yang melakukan aktivitas mendompeng.
Tanggal 03, Oktober 2018.
43
hidupnya. pengaruh yang paling utama terhadap pertambangan emas terhadap
perekonomian masyarakat dapat dirasakan adanya pendapatan perekonomian
menigkat, kebutuhan rumah tangga mencukupi, biaya pendidikan dan kesehatan
anak memadai sehingga membuat masyarakat menjadikan dompeng sebagai salah
satu aktivitas mata pencarian hidupnya.
1. Faktor ekonomi
Dalam kegiatan pertambagan emas tentu saja terdapat pihak-pihak di
rugikan dan pihak yang diuntugkan. Pihak yang diuntungkan adalah pihak yang
menambang emas dan pihak yang dirugikan adalah masyarakat yang ada disekitar
tambang dan bahkan masyarakat luas yang berada di pinggiran sungai.
Kondisi ekonomi masyarakat yang sangat terbatas dan tidak merata
menjadi faktor penyebab maraknya penambangan emas ini. Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa keadaan ekonomi akan membuat orang bertindak sesuka hati
apabila kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi.
Maraknya aktifitas PETI ini semenjak anjloknya harga karet yang menjadi
andalan masyarakat, sehingga membuat masyarakat lebih memilih mencari
sumber pendapatan baru yang lebih menghasilkan yaitu PETI. Tidak cukupnya
pendapatan yang diperoleh masyarakat membuat masyarakat desa mengalami
kendala memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pekerjaan dan pendapatan yang
diusahakan oleh petani karet pada umumnya bersifat pluktuatif tergantung kondisi
cuaca, jika musim hujan petani karet tidak bisa menyadap karet, dan jika musim
kemarau berkepanjangan, masyarakat juga tidak bisa menyadap karen karena
tidak ada getah yang dihasilkan.
44
Kerena adanya permsalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang
mayoritas pertani karet tersebut perlu adanya mata pencarian lain untuk
menambah pendapatan mereka yang selama ini hanya mengandalkan sektor
petanian. Salah satu bidang usaha yang potensial untuk menambah pendapatan
petani yaitu sektor pertambangan.
Jumlah penduduk desa kertopati
NO DESA LAKI-LAKI PEREMPU
AN JUMLAH
1. Kertopati 829 928 1.757
Dari jumlah penduduk desa kertopati jumlah laki-laki sebanyak 829
sedangkan jumlah perempuan sebanyak 928. Jika digabungkan jmlah keseluruhan
sebanyak 1.757 Jumlah KK didesa kertopati sebanyak 328. Dari jumlah tersebut
yang bekerja sebagai penambang emas sebanyak 100 orang.
Pertambangan emas ini sangat cepat membuahkan hasil dibandingkan
dengan pekerjaan lainnya dan hasilnya yang didapatkan sangat menjanjikan dan
mampu memenuhi ekonomi keluarga. Jumlah dompek yang beradai di diesa
kertopati sebanyak 21, dengan tiap satu unit mesin dompeng pekerja berkisar
sebanyak 5 orang dari tiap tiap dompeng berpenghasilan sebesar 15.000.000.-
20.000.000 perbulan dari hasil tersebut dibagikan sebasar 2.000.000 per orang.
dan sisanya diberikan kepada yang memiliki dompeng.43
Walaupun dilarang oleh
pemerintah daerah tetapi aktifitas tersebut sulit untuk ditinggalkan dikarenakan
kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Dari Penghasilan yang didapatkan dari
aktivitas tersebut penghasilannya akan dibagikan sesuai pendapatan yang
43
Wawancara dengan masyarakat pemilik dompeng. tanggal 10- Oktober 2018.
45
dihasilkan dari tiap-tiap pekerja dompeng. sesuai denggan tingkat pendapatan
penambang emas di desa kertopati.
Tingkat Pendapatan penambang emas di desa kertopati
Pendapatan Setiap Bulan Jumlah Responden Persentase
< Rp. 1.500.000
Rp 1.500.000- Rp2.500.000
Rp 2.500.000- Rp3.500.000
Rp 3.500.000- Rp4.500.000
Rp 4.500.000> Rp 5.000.000
42
48
3
1
6
42
48
3
1
6
Jumlah 100 100
Dari tabel diatas jumlah pendapatan responden yang dibawah 1.500.000/
bulan terdapat 48 orang, sedangkan pendapatan 1.500.000- 2.500.000 48 orang.
Sedangkan diatas 2.500.000-3.500.000 sebanyak 3 orang. dan 3.500.000-
4.500.000 sebanyak 1 orang dan 4.500.000>5.000.000 sebanyak 6 orang.
menyatakan bahwa semenjak masyarakat beralih menjadi penambang emas
tingkat perekonomianya semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di desa kertopati kecamatan mandiangin.
Sebagian besar responden telah menikmati perbaikan ekonomi dan
bahwa masyarakat yang menambang 28% mengalami peningkatan penerimaan
pendapatan lebih tinggi. Meskipun telah terjadi peningkatan pendapatan namun
masih banyak masyarakat yang belum mengelola keuangan untuk kebutuhan
jangka panjang seperti menabung atau investasi. Masyarakat penambang, sesuai
dengan kebiasaan di kawasan yang baru berkembang maka tambahan
46
pendapatan pada awalnya lebih cenderung digunakan untuk kegiatan yang
sifatnya konsumtif seperti membangun rumah yang baru atau merenovasinya,
membeli kenderaan bermotor baru, menambah konsumsi alat-alat elektronik
dan komunikasi yang lebih mahal dan lainnya. Maka tidak mengherankan
rumah-rumah di desa kertopati kecamatan mandiangin dan sekitarnya terlihat
sebagian besar permanen, lebih besar dengan peralatan yang lengkap. Di
kawasan Desa kertopati jarang ditemukan kondisi rumah dengan kategori rumah
prasejahtera.
Masyarakat petambang khususnya sangat sensitif bila mendengar
adanya rencana penutupan areal penambangan, agaknya mereka telah terbiasa
dan lebih menyukai bekerja di tambang dengan pendapatan dan kemungkinan
pendapatan saat ini, oleh karena itu ketika dikonfirmasi tentang alternatif
pekerjaan bila tambang ditutup atau tidak menghasilkan emas lagi, 30,6%
menjawab “tidak jelas” jenis pekerjaan yang akan dilakukan, berikutnya
27,8% tidak menjawab yang berarti juga tidak mempunyai gambaran
terhadap masa depan kesejahteraan yang sangat mencolok dibanding
sebelumnya. Temuan di lapangan menunjukkan pekerjaannya, sedangkan 22,2%
responden akan mencoba peruntungannya pada usaha dagang/ wiraswasta,
16,7% akan kembali ke pekerjaan asalnya yaitu pada sektor
pertanian,kehutanan,dan perikanan serta 2,8% responden memilih jenis usaha
lain.
Jika dilihat dari tanggapan responden terhadap ketersediaan bahan
baku produksi, 41,75% responden mengatakan lancar dan tidak ada masalah
47
dengan hal itu, 44,4% mengatakan tersedia meskipun tidak begitu lancar,
sedangkan 5% mengatakan tidak lancar. Responden yang menjawab tidak
lancar ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa lobang yang digali atau
dikelola saat ini belum menghasilkan material tambang yang mengandung
emas.
Terakhir, jika ditinjau dari aspek pemasaran maka mayoritas
responden (58,3%) menjawab lancar dan cepat terutama bagi masyarakat
kertopati yang tambangnya sedang menghasilkan kandungan emas.
Pertambangan emas ini sangat cepat membuahkan hasil dibandingkan
dengan pekerjaan lainnya dan hasilnya yang didapatkan sangat menjanjikan dan
mampu memenuhi ekonomi keluarga. walaupun dilarang oleh pemerintah daerah
tetapi aktifitas tersebut sulit untuk ditinggalkan dikarenakan kebutuhan hidup
yang semakin meningkat.
Kegiatan pertambangan ini juga membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar, meningkatnya pendapatan masyarakat, tumbuhnya usaha
penunjang kegiatan tambang, seperti warung, dan meningkatnya daya konsumsi
masyarakat tersebut.
Hasil wawancara dengan Nawawi salah satu penambang emas tampa izin
diketahui bahwa:
“kedaan sumber pendapatan yang tidak menentu menjadi penyebab beralih
ke PETI. Dimana kebutuhan ekonom keluarga yang wajib terpenuhi satiap
harinya sementara kami mayoritas kami masyarakat yang kalangan bawah
yang mengandalkan karet, dengan jatuhnya harga karet membuat kami
48
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebenarnya dalam hati kami
tidak ingin mencari nafkah dengan cara yang melanggar hukum dan aturan
pemerintah, jikalau peerintah mampu menstabilkan harga karet atau
menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat kalangan bawah.44
Begitu juga tanggapan dari Bapak Sakur salah satu penambang emas
tampa izin:
“kebutuhan rumah tangga kami, biaya sekolah anak yang tidak sedikit,
semua harga barang naik, penghasilan minim, salah satunya cara hanya
menambang.”45
Hal yang sama disampaikan oleh bapak Ridwan beliau mengatakan :
“dengan mendompeng mencari emas kami merasakan hidup kami
berkecukupan, kami mampu membiayai kehidupan sekeluarga, pendidikan
anak-anak kami dan sekaligus merenovasi rumah dengan hasil yang
didapatkan dari mendompeng.46
Hasil wawancara denga bapak Habu Hanifah selaku kepala desa
mengatakan:
“permasalahan PETI ini kan udah ada dimana-mana, di sepanjang aliran
sungai limun masih banyak. Upaya pemerintah dalam pemberatasan PETI
ini belum begitu efektif. Satu sisi pemerintah melarang PETI karna
dampak yang di timbulkan cukup besar, satu sisi masyarakat nemuntut
44wawancara dengan Nawawi salah satu penambang emas tampa izin di
kecamatan mandiangin.Tanggal 03, Oktober 2018. 45wawancara dengan Bapak Sakur salah satu penambang emas tampa izin
di kecamatan mandiangin. Tanggal 03, Oktober 2018. 46wawancara dengan Bapak Ridwan salah satu penambang emas tampa
izin di kecamatan mandiangin. Tanggal 03, Oktober 2018.
49
pemerintah menstabilkan harga Karet dan membuka lapangan pekerjaan.
Itulah yang menyebabkan masyarakat banyak yang beralih dari petani
karet menjadi penambang emas.”47
Setiap kegiatan tambang hampir dipastikan akan menimbulkan dampak
terhadap masyarakat, ekonomi, pendidikan dan lingkungan, baik bersifat positif
maupun negatif. Ketergantungan masyarakat penambang emas tampa izin dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi alasan tetap melakukan pekerjaan
penambangan dan selain itu penghasilan yang diperoleh cukup besar, sehingga
untuk dihentikan dari aktivitas tersebut cukup sulit bagi para penambang. Padahal
dampak lingkungan yang ditimbulkan cukup besar bagi kelangsungan hidup
warga di desa kertopati.
2. Faktor sosial
Praktik penambangan ternyata mempengaruhi dinamika dan aspek
kehidupan masyarakat desa kertopati kecamatan mandiangin. Masyarakat yang
dulunya mayarotas petani saat ini beralih sebagai penambang, kondisi ini
menyebabkan terjadinya peningkatan perekonomian masyarakat yang berdampak
pada perubahan gaya hidupyang dulu relatif miskin dan menjadi kaya sehingga
menimbulkan pola hidup konsumtif. Namun peningkatan ekonomi masyarakat
dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam membeli motor, mobil, perabotan
rumah tangga, renovasi rumah, serta memili kemampuan melanjutkan pendidikan
anak-anak mereka keperguruan tinggi.
47
Wawancara dengan Bapak Abu Hanifah selaku kepaladesa di kecamatan mandiangin.
Tanggal, 01 Oktober 2018
50
Realitras ini mempengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Dahulunya stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan luarnya lahan, namun mulai
berubah, kehadiran tambang emas menjadikan orang yang menempati strata atas
adalah yang memiliki penghasilan besar dari hasil emas.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Yudianto, salah seorang
masyarakat yang berada sekitaran lokasi tambang mengatakan:
“sama saja, paling terasa ada penambang emas yang setelah memperoleh
hasil tambang dalam jumlah besar hasil tersebut tidak tau diarahkanya
kemana kalau tidak dihabiskan dengan foya-foya seperti berjudi, minum-
minuman keras.”48
Wawancara dengan bapak Bendi, masyarakat sekitar lokasi penambangan
emas tampa izin:
“perubahan sosial budaya tidak terlalu terasa, karena masyarakat tetap
menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Yang membedakan hal yang lebih
praktis dalam mencari pencarian dan bahkan dengan cara merusak
lingkungan, yang dahulunya alam sangat dijaga dengan baik.”49
Hasil wawancara dengan Bapak Sayuti selakuTokoh Masyarakat mareka
mengatakan :
“ dari segi factor sosial sama sekali tidak ada yang berubah, dikarenakan
hampir mayoritas warga dikampung kami khususnya desa kertopati
48
Wawancara dengan Bapak Yudianto selaku masyarakat di kecamatan mandiangin.
Tangga 03, Oktober 2018 49
Wawancara dengan Bapak Bendi selaku masyarakat di kecamatan mandiangin.
Tanggal 03, Oktober 2018
51
kecamatan mandianginpencarianya yaitu dengan cara mendompeng atau
nambang emas di pinggiran sungai.50
Keberadaan penambangan emas ilegal dalam konflik sosial sangat
merugikan. Mulai munculnya perebutan hak tanah ulayat ditengah masyarakat.
Tanah ulayat yang berada di desa kertopati kecamatan mandiangin seharusnya
menjadi milik bersama dan dijaga, menjadi perebutan antar masyarakat. Dampak
yang ditimbulkan adalah terjadinya erosi dipinggiran sungai yang mengancam
masyarakat pinggiran, air sungai menjadi keruh, susahnya perkembang biakan
ikan sungai. Masyarakat sudah terlalu bergantung pada pertambangan emas ilegal,
tidak mudah dihentikan. Meskipun mengetahui keberadaan tambang emas
merusak lingkungan, masyarakat sudah terlalu bergantung dengan hasil yang
menggiurkan dari pertambangan emas.
3. Faktor lingkugan
Kerusakan lingkungan terjadi pada kawasan penambangan emas di desa
kertopati kecamatan mandiangin meningkat seiring dengan semakin intensifnya
penambangan emas dengan penggunaan alat-alat berat.Wawancara dengan Bapak
Bendi, masyarakat sekotar tambang mengatakan:
“sebenarnya ketergantungan terhadap tambang hanya masyarakat tertentu
saja tidak semua masyarakat, para penambang tentunya merasa sangat
tergantung dengan tambang sedangkan masyarakat sekitar tambang ada
yang diuntungkan bila ikut kerjasama seperti menyediakan minyak solar
50
Wawancara Bapak Sayuti selaku tookoh masyarakat di kecamatan mandiangin.
Tanggal 04, Oktober 2018
52
dan berjualan, sedangkan masyarakat lainnya tidak bersangkutan dengan
aktivitas tambang merasa dirugikan akibat dari percemaran lingkungan
sungai, tanah dan suara bising yang dikeluarkan dari dompeng tersebut.”51
Hasil wawancara dengan Babak Suprianto masyarakat sekitar lokasi
tambang:
“banyak dampaknya, air keruh mengakibatkan masyarakat yang tinggal
dipinggiran sungai merasa resah karena sungai yang digunakan untuk
mandi dan mencuci airnya sudah kotor dan airnya berwarna coklat, bukan
hanya itu saja tanah longsor akibat dompeng ataupun penembang emas,
kalau udah musim hujan banjir.”52
Keberadaan pertambangan emas di desa kertopati kecamatan mandiangin
sangat tidak sustainable mengingat alat yang dugunakan mengandung merkuri
yang mampu merusak lahan dan sungai. Saat ini kondisi sungai jauh dari kata
layak, air yang kecoklatan dengan tingkat membahayakan kesehatan manusia,
tidak adalagi terlihat bentuk-bentuk kehidupan di dalam sungai, ikan-ikanpun
sudah sangat sulit ditemukan, ekosistem bawah sungai satu persatu punah.
Berdasarkan dampak kegiatan penambangan yang dilakukan maka untuk
mengubah sifat kegiatan masyarakat tersebut dari yang merugikan menuju ke arah
sesuatu kegiatan yang bermanfaat ekonomi dan bewawasan lingkungan, maka
pemerintah terkait perlu mengaturnya secara sistematis, efektif dan efisien dalam
sebuah konsep yang komprehensif, yakni pencarian jalan keluar agar kegiatan
51
Wawancara dengan Bapak Bendi selaku masyarakat di kecamatan mandiangin.
Tanggal 03, Oktober 2018 52
Wawancara dengan Bapak Yudianto selaku masyarakat di kecamatan mandiangin.
Tanggal 04, Oktober 2018
53
penambangan tidak memberikan efek negatif bagi lingkurangan sekitar. Konsep
komprehensif yang disusun dan dilaksanakan dilapangan ini haruslah melibatkan
semua pemangku kepentingan yang terkait dalam kegiatan masyarakat yang
menambang tersebut, yakni pemerintah daerah, masyarakat penambang, dan
masyarakat lokal.
Pemerintah sebagai pengelola sumber daya alam di Indonesia sekaligus
sebagai pengatur dan pengaman, belum berperan sebagaimana mestinya. Hal ini
dikarenakan pemerintah lamban dalam mengatasi munculnya petambangan liar di
desa kertopati kecamatan mandiangin.
Dampak lingkungan sungai yang saat ini terjadi, sulitnya mesyarakat
memperoleh ikan ataupun hasil sungai lainnya. Dikarenakan sungai-sungai yang
ada sudah tercemar oleh zat kinia dan terjadinya pendangkalan sungai yang
mengakibatkan airnya keruh, berbau.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Penambang Emas Tanpa Izin Di
Desa Kertopati Kecamatan Mandiagin
1. Fase awal terjadi konflik
Penambangan emas ilegal ini dimulai pada tahun 2015, yang dilaksanakan
oleh masyarakat sekitar tepatnya di desa kertopati kecamatan Mandiangin.
Mulanya beberapa warga mencoba mendulang emas dan ternya menghasilkan,
setelah diketahui warga desa sekitar, mereka beramai-ramai ingin mendulang
emas agar mendapat penghasilan lebih, mulainya konflik terjadi sejak beberapa
warga dari luar desa ikut serta dalam mendulang emas di desa kertopati
kecamatan mandiangin. Masyarakat desa kertopati kecamatan mandiangin merasa
dirugikan adanya penambang dari luar yang mengakibatkan penghasilan mereka
54
menjadi berkurang. Salah satu wawancara dengan Bapak Edi Nurmanto selaku
penambang emas menyatakan :
“ inikan tempat kami, sudah sewajarnya kami yang mencari nafkah disini.
Kalau mereka ingin mendompeng emas buat ditempat mereka jangan
mengganggu tempat orang”.53
Wawancara dengan Pak Wawan beliau mengatakan hal yang sama:
“kami mendompeng disini karna kami punya hak untuk itu, tindakan kami
tidak salah jika kami melarang mareka untuk mendompeng disini karna
disini wilayah kami tempat kami mencari nafkah. jika mareka ingin
mendompeng ditempat mareka saja jangan mengambil dilahan kami”.54
menyimak dari penyampaian diatas terdapatnya ketidak terimaan
masyarakat desa kertopati terhadap keberadaan warga luar yang berperan
melakukan pertambangan emas didaerahnya. Masyarakat kertopati menolak
keberadaan mareka karena merasa resah karena lahan yang seharusnya tempat
untuk masyarakat mencari nafkah digunakan juga oleh warga luar yang sama
sekali bukan tempat atau lahanya. Tindakan masyarakat tidak salah jika mareka
melarangwarga dari luar untuk mendompeng dikawasanya.
2. Fase konflik menjadi kekerasan
Penertiban tambang emas yang dilakukan oleh warga luar mulanya
dilakukan segelintir orang, dengan tujuan agar mereka mengerti dan tidak
menambang dibantaran sungai limunyang akan mengakibatkan merugikan para
53
Wawancara dengan Bapak Yudianto selaku penambang emas di kecamatan
mandiangin. Tanggal 04, Oktober 2018. 54
Wawancara dengan Bapak Wawan selaku penambang emas di kecamatan mandiangin.
Tanggal 04, Oktober 2018.
55
menambang yang ada didesa. Menurut penuturan salah satu ketua RT Bapak di
desa kertopati kecamatan mandiangin bapak Ramidi mengatakan:
“jika dilihat hubungan antar warga asli dengan pendatang tidak begitu baik
karena adanya perbedaan seperti prinsip, kesempatan dalam mengakses layanan
atau fasilitas publik, bersaing dalam mendapatkan pekerjaan. Masyarakat asli
sangat sulit untuk mendapakan pekerjaan yang memadai dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan masuknya masyarakat luar menyebabkan
adanya suatu kompetisi dalam hal mendapatkan pekerjaan atau bekerja salah
satunya adalah bekerja sebagai penambang emas tanpa ijin yang berlokasi di desa
kertopati. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya jumlah gurandil yang beroperasi di desa kertopati kecamatan
mandiangin.”55
Namun beberapa hari setelah itu warga dari luar tetap melakukan
penambangan emas. sulaiman mengatakan:
“setelah kami beritahu agar menghentikan penambangan didesa kertopati.
Namun mereka tidak mengindahkan teguran kami, makanya warga disini
marah dan membakar tambang mereka yang dari luar desa”56
Ditambahkan lagi oleh Pak Hartono, beliau mengatakan:
“kami risih dengan keberadaan warga dari luar ikut melakukan
penambangan didesa kami, kami sudah berbicara dengan baik-baik untuk
berhenti beroprasi di desa kami, awalnya mareka menurut Cuman
beberapa hari kemudian mareka masih beroprasi sehingga membuat kami
55
Wawancara dengan Bapak Ramidi Selaku RT. Tanggal 04, Oktober 2018. 56
Wawancara dengan Bapak Sulaiman. Tanggal 04, Oktober 2018.
56
marah dan melakukan tindakan membakar mesin dompeng mareka yang
dari luar desa kertopati”57
Setelah mendengar kabar adanya warga lain yang menambang di desa
kertopati, warga desa yang merupakan penambang emas beramai-ramai
mendatangi tambang emas yang dilakukan oleh warga luar. Setibanya disana
warga dari luar telah tidak ada dipertambangan, sontak masyarakat yang telah
tersulut api amarah membakar dompeng milik warga dari desa luar.
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan pada hukum yang berlaku
di setiap sektor. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang memiliki
peraturan yang diatur dalam undang-undang pertambangan dan memiliki landasan
hukum dalam pengoperasiannya. Hukum merupakan suatu faktor yang dapat
mendorong munculnya pertambangan tanpa izin atau penambang gurandil/tikus
dilihat dari tingkat kelemahan dalam penegakan atau penerapan undang-undang
atau hukum itu sendiri. Hukum yang berlaku di Indonesia khususnya di sektor
pertambangan telah banyak tertulis dalam undang- undang salah satunya adalah
Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 pasal 33 ayat 3, “bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Dari pernyataan
tersebut dapat dilihat bahwa hasil pertambangan merupakan suatu kekayaan alam
yang diambil atau digali dalam perut bumi, yang dipergunakan untuk
mensejahteraan rakyatnya. Akan tetapi tidak terjadi pada masyarakat kecil yang
tinggal di sekitar pertambangan.
57
Wawancara dengan Bapak Hartono penambang emas di desa kertopati. Tanggal 04,
Oktober 2018.
57
3. Faktor penyebab konflik
Dari penjelasan tentang proses konflik, sesungguhnya disebabkan oleh
beberapa hal, yang mana faktor penyebab konflik tersebut berakar dari sumber
pencarian yang dilakukan oleh warga dari luar. Sesuai yang dikatakan oleh Bapak
Abu Hanifah selaku Kepala Desa beliau menyatakan :
“penyebab terjadinya konflik ini karena masyarakat merasa resah dengan
adanya warga luar yang ikut mencari emas disinidi desa kertopati.hampir
dari masyarakat bekerja sebagai penambang emas menjadikan dompeng
ini sebagai mata pencarian masyarakat dan menolak warga luar beroprasi
di daerah kertopati kecamatan mandiangin.”58
Sesuai dengan pernyataan Bapak Darminto selaku tokoh masyarakat
mengatakan :
“faktor penyebab terjadinya konflik dikarenakan masyarakat kertopati
kecamatan mandiangin merasa iri karena pendapatan dari lahan mareka
diambil oleh orang luar bukan hanya itu saja para penambang dari luar
juga bertindak sewenag-wenangnya saja tampa adanya konfirmasi kepada
masyarakat setempat”59
Didesa kertopati, masyarakat banyak yang bekerja sebagai penambang
emas, mereka yang sudah bergantung lama dengan mata pencarian tersebut dari
situlah mereka hidup. Akan tetapi sumber matapencarian mereka sebagai
58
Wawancara dengan Bapak Habu Hanifah selaku kepala desa. Tanggal 01, Oktober
2018. 59
Wawancara dengan Bapak Darminto selaku tokoh masyarakat. Tanggal 04, Oktober
2018.
58
penambang emas ilegal diganggu oleh warga lain walaupun mereka merupakan
penambang emas ilegal yang melawan aturan dan juga merusak lingkungan.
Warga merasa tidak senang adanya orang luar yang ikut menambang emas
didaerah mereka, dan warga setempat datang untuk mengusir pendatang yang
menambang emas di tempat meraka yang berujung pembakaran tambang milik
warga laur.
Sudah seharusnya aparat kepolisian dan pemerintah daerah menjalankan
tugasnya dan menertibkan aktifitas penambangan emas ilegal ini, agar tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkepanjagan olehkarekan itu aparat
kepolisian harus menertibkan tambang emas ilegal tersebut.
59
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Dampak yang menjadi penyebab warga desa kertopati lecamatan mandiangin
menambang emas ilegal ini adalah dikarnakan faktor ekonomi. Keterbatasan
pendapatan membuat warga beramai-ramai mendulang emas untuk
mendapatan pendapatan yang libih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Jumlah pendapatan masyarakat yang dibawah 1.000.000/ bulan
terdapat 27 orang, sedangkan pendapatan 1.000.000- 2.500.000 8 orang.
Sedangkan diatas 3.500.000 sebanyak 5 orang.
2. Faktor penyebab terjadi konflik sumber mata pencarian warga mandiangin
diganggu oleh warga dari luar. Dan warga setempat berusaha mengusir dan
berujung pembakaran tambang milik warga yang berasal dari luar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas
maka peneliti memberikan saran berikut:
1. Seharusnya tambang emas yang dilakukan di desa kertopati dilakukan
secara legal dan mendapatkan izin dari dinas pertambangan agar tidak
terjadinya konflik lagi.
2. Seharusnya pemerintah daerah melakukan sosialisasi kepada masyarakat
bahayanya atau akibat menambang emas ilegal yang bisa membahayakan
60
dan merusak lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian terhadap
orang banyak.
3. Sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakatnya dan
menyediakan lapangan kerja, agar masyarakat tidak menjadikan tambang
emas ilegal sebagai mata pencarian mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-karim
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, 2004.
Al-Qur’an Al-karim
Anthony Reid. Sumatera Tempo Doeloe : Dari Marco Polo sampai Tan Malaka.
Jakarta: Komuinitas Bambu,2010.
Bambang Budi Utomo. “ Membangun Tradisi Maritim: Kedatuan Sriwijaya”,
dalamTaufik Abdullah, dkk. Indonesia dalamArusSejarah.Jakarta: IchtiarBaru
Van Hoeve, 2012.
Bambang Suwondo, dkk. Geografi Budaya Dalam Wilayah Pembangunan
Daerah Jambi. Jambi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jambi, 1983.
Barbara Watson Andaya. To Live As Brothers Southeast Sumatra in the
Seventeenth and Eighteenth Centuries. Honolulu: University Of Hawaii Press,
1993.
Barbara Watson Andaya. To Live As Brothers Southeast Sumatra in the
Seventeenth and Eighteenth Centuries. Honolulu: University Of Hawaii Press,
1993
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
Elsbeth Locher Scholten. Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial: Hubungan
Jambi-Batavia 1830-1907 dan Bangkitnya Negara Kolonialisme Belanda.
Jakarta: Bana KITLV,2008.
Irman Tambunan. “Penertiban Penambang Emas Ilegal Terkendala Dana”,dalam
Kompas. Edisi 3 November 2012.
IrmanTambunan.“Kerusakan Lingkungan: merkuri cemari sungai Batanghari”,
dalam Kompas.Edisi 20 Juni 2014.
Jurnal Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Terhadap
Keberlanjutan Usahatani Padi Di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi 2016.
Koentjoroningrtat, metode-metode penelitian masyarakat, Jakarta: Gramedia,
1985.
Lindayanti, dkk. Jambi Dalam Sejarah 1500-1942. Jambi: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jambi Bekerjasama Dengan Minangkabau Press, 2013.
Lindayanti, Zayyar dan zubir.Menuju Integrasi Nasional: Pergolakan Masyarakat
Plural dalam membentuk Indonesianisasi. Yokyakarta: CV. Andi Offset, 2013.
Muchtar Naim. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabu. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1982.
Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Baandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2011.
Sutrisno Hadi. Metodologi research 2, (yogyakarta: yayasan penerbit fakultas
psikologi UGM, 1981.
Udi. “Razia Penambang Emas Bentrok, Dua Warga dan Satu Anggota Brimob
Tewas”, dalam Tribun Jambi. Edisi 2 Oktober 2013.
UliKozok, dkk. A, 14h Century Malay Code Of Laws : The Natisarasamuccaya.
Singapore: Institute Of Southeas Asian Studies.2013.
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 (UUPMB), pasal 1 angka (1).