dampak krisis ekonomi terhadap pertanian di...

23
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 2007–2008 di Amerika Serikat, telah melanda seluruh dunia dan mengambil korban negara-negara di Eropa dan beberapa negara eksportir Asia. Krisis ini dimulai dari peritiwa kebangkrutan Bank Lehman Brothers di Amerika Serikat pada tahun 2007. Bank Lehman Brothers mempunyai kegiatan di pasar uang dengan rantai pasar menjangkau seluruh negara maju yang mengalami kegagalan pembayaran kredit perumahan. Bank tersebut mengalami krisis finansial yang luar biasa. Pada saat kebangkrutannya, 15 September 2007, Lehman Brothers mengumumkan kerugian yang hampir mencapai 7 miliar dolar AS. Banyak bank besar di USA terbawa hanyut dalam krisis. Pada tahun 2008, krisis meluas ke negara-negara Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Krisis finansial telah membawa kehancuran sistem keuangan dunia, yang berakibat pada terjadinya krisis ekonomi, terutama diawali oleh kegagalan investasi berbagai usaha, dan meningkatnya harga-harga input industri. Krisis Ekonomi Global merupakan akibat lanjut dari krisis finansial. Perembesan dampak krisis ekonomi terjadi dengan cepat secara vertikal dan horizontal serta menjangkau banyak sektor, termasuk sektor pertanian. Dampak krisis ini luar biasa, apalagi pada saat bersamaan terjadi kelangkaan pangan di pasar dunia yang menyebabkan harga-harga pangan domestik mengalami kenaikan antara 200% sampai 300%. Dewasa ini, krisis ekonomi masih tetap berlangsung, walau di beberapa negara telah terjadi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat, ditandai dengan tingkat pertumbuhan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat pada tingkat yang relatif rendah, malahan ada yang mengalami kontraksi dibandingkan masa sebelum krisis finansial global terjadi. Pada bulan Agustus 2010, Indonesia diancam oleh kenaikan harga-harga pangan yang melambung tinggi. Tetapi belum jelas penyebabnya mengapa kenaikan harga-harga pangan seperti tidak tertahan. Banyak dugaan bahwa kenaikan harga-harga tersebut disebabkan peningkatan permintaan karena puasa dan lebaran. Tetapi diduga kenaikan permintaan hanya berpengaruh kecil, sementara kenaikan harga relatif tinggi. Penyebab lain akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. Kelangkaan pangan merupakan ancaman besar dari krisis ekonomi, yang memicu kekuatiran banyak negara yang tergantung pada impor pangan, akan ancaman kelaparan dalam negeri karena kesulitan menyediakan pangan bagi rakyatnya. Krisis ekonomi DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA Yusmichad Yusdja dan Haryono Soeparno

Upload: haxuyen

Post on 15-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

Krisis ekonomi yang terjadi tahun 2007–2008 di Amerika Serikat, telah melanda seluruh dunia dan mengambil korban negara-negara di Eropa dan beberapa negara eksportir Asia. Krisis ini dimulai dari peritiwa kebangkrutan Bank Lehman Brothers di Amerika Serikat pada tahun 2007. Bank Lehman Brothers mempunyai kegiatan di pasar uang dengan rantai pasar menjangkau seluruh negara maju yang mengalami kegagalan pembayaran kredit perumahan. Bank tersebut mengalami krisis finansial yang luar biasa. Pada saat kebangkrutannya, 15 September 2007, Lehman Brothers mengumumkan kerugian yang hampir mencapai 7 miliar dolar AS. Banyak bank besar di USA terbawa hanyut dalam krisis. Pada tahun 2008, krisis meluas ke negara-negara Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Krisis finansial telah membawa kehancuran sistem keuangan dunia, yang berakibat pada terjadinya krisis ekonomi, terutama diawali oleh kegagalan investasi berbagai usaha, dan meningkatnya harga-harga input industri.

Krisis Ekonomi Global merupakan akibat lanjut dari krisis finansial. Perembesan dampak krisis ekonomi terjadi dengan cepat secara vertikal dan horizontal serta menjangkau banyak sektor, termasuk sektor pertanian. Dampak krisis ini luar biasa, apalagi pada saat bersamaan terjadi kelangkaan pangan di pasar dunia yang menyebabkan harga-harga pangan domestik mengalami kenaikan antara 200% sampai 300%. Dewasa ini, krisis ekonomi masih tetap berlangsung, walau di beberapa negara telah terjadi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat, ditandai dengan tingkat pertumbuhan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat pada tingkat yang relatif rendah, malahan ada yang mengalami kontraksi dibandingkan masa sebelum krisis finansial global terjadi.

Pada bulan Agustus 2010, Indonesia diancam oleh kenaikan harga-harga pangan yang melambung tinggi. Tetapi belum jelas penyebabnya mengapa kenaikan harga-harga pangan seperti tidak tertahan. Banyak dugaan bahwa kenaikan harga-harga tersebut disebabkan peningkatan permintaan karena puasa dan lebaran. Tetapi diduga kenaikan permintaan hanya berpengaruh kecil, sementara kenaikan harga relatif tinggi. Penyebab lain akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini.

Kelangkaan pangan merupakan ancaman besar dari krisis ekonomi, yang memicu kekuatiran banyak negara yang tergantung pada impor pangan, akan ancaman kelaparan dalam negeri karena kesulitan menyediakan pangan bagi rakyatnya. Krisis ekonomi

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

Yusmichad Yusdja dan Haryono Soeparno

Page 2: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

12

membangkitkan kesadaran banyak negara pengimpor pangan tentang krisis pangan di dalam negerinya apabila pasar dunia mengalami kelangkaan pangan. Negara-negara ini akan mencari usaha lain bagaimana menutupi kebutuhan pangan bagi penduduknya dengan menghindarkan ketergantungan pangan pada pasar dunia. Sebaliknya, negara-negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu oleh kebijakan penataan lahan pangan yang masih belum mendukung. Pada kenyataannya, walaupun terkenal sebagai negara pertanian, Indonesia masih harus mengimpor pangan. Pertanyaan yang timbul adalah sampai seberapa jauh dampak krisis ekonomi terhadap produksi, harga-harga pangan, dan perubahan kebijakan dalam rangka antisipasi terhadap kebutuhan pangan global?

Analisis dampak krisis ekonomi 2007–2010 terhadap pertanian mencakup dampak kelangkaan pangan, kenaikan harga-harga komoditas pertanian, masalah perubahan strukur dalam kaitannya dengan kebijakan penggunaan lahan pangan di Indonesia. Hasil kajian akan sangat bermanfaat dalam pengarahan penyusunan blue print upaya penataan lahan untuk kemandirian dan kedaulatan pangan.

Kerangka Pikir AnalisisApa yang dimaksud dengan krisis ekonomi global dan bagaimana dampaknya terhadap

produksi pertanian dan harga-harga pangan? Tanpa melihat bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi global, dapat dinyatakan bahwa krisis ekonomi global disebabkan oleh ambruknya sektor finansial global. Krisis finansial ini sangat berpengaruh pada ambruknya perekonomian banyak negara, termasuk negara-negara maju.

Berikut ini adalah konsepsi tentang dampak krisis ekonomi yang disarikan dari naskah buku Land Grabbing: Ancaman Bagi Kedaulatan Pangan di Indonesia (Kasryno et al. 2010). Salah satu dampak krisis ekonomi global adalah terjadinya kelangkaan pangan di pasar dunia. Kelangkaan pangan adalah situasi yang disebabkan oleh penurunan ekspor pangan ke pasar dunia. Negara-negara pengekspor menurunkan produksi pangan karena krisis finansial dalam negeri, naiknya harga input pertanian terutama pupuk, dan karena efek psikologis ancaman kekurangan pangan dalam negeri.

Kelangkaan pangan di pasar global merembes pada kelangkaan pangan dalam pasar domestik negara-negara pengimpor dan pengeskpor pangan. Sebagai akibatnya, harga-harga pangan di pasar global dan pasar domestik mengalami lonjakan kenaikan yang luar biasa. Kenaikan harga pangan yang luar biasa menimbulkan dampak pada kenaikan angka kemiskinan khususnya untuk Indonesia. Kenaikan harga pangan, jika tidak diatasi, akan dapat menimbulkan krisis sosial, yang dapat membawa dampak luas pada ekonomi politik dan pemerintahan.

Page 3: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

13

Pada sisi lain, kelangkaan pangan di pasar global telah menimbulkan kekhawatiran yang besar bagi negara-negara pengimpor pangan karena ancaman kekurangan pangan. Negara-negara pengimpor, lambat atau cepat akan mengambil suatu tindakan pengamanan pangan dalam negeri. Salah satu tindakan tersebut adalah menguasai secara ekonomi lahan-lahan pertanian negara-negara pertanian seperti Indonesia. Penguasaan lahan-lahan pertanian oleh negara lain yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan semakin menurunnya penguasaan lahan pangan oleh bangsa sendiri. Pada akhirnya, menurunkan potensi produksi pangan dalam negeri. Lihat alur pikir kerangka analisis berikut ini.

Biofuel

STOP

Kelangkaan pangan di pasar global mendatangkan ancaman kelaparan masyarakat dunia. Ancaman itu mendorong beberapa negara pengekspor pangan menghentikan atau mengurangi ekspor pangan untuk menjaga keamanan pangan dalam negeri. Tetapi tindakan tersebut harus disertai dengan kebijakan penataan lahan pangan. Hal ini berlaku bagi Indonesia yang masih perlu membangun kebijakan lahan pangan yang instrumental dan efektif berorientasi pada kedaulatan produksi pangan. Hal lain yang menyebabkan krisis pangan sebagai bagian dari krisis ekonomi global adalah perubahan iklim global. Perubahan iklim dalam negeri seperti di Indonesia diperkirakan akan memengaruhi budi daya yang sudah berjalan selama ini. Banjir terjadi di mana-mana, merusak sawah dan ladang. Hal ini mengakibatkan produksi pangan menurun, dan mendorong kenaikan harga.

Page 4: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

14

Sejak satu dasawarsa terakhir telah berkembang pula penggunaan biofuel terutama berasal dari komoditas jagung. Produksi jagung untuk kebutuhan manusia dan ternak menurun, sekalipun produksi total naik karena digunakan sebagai sumber energi. Hal ini menyebabkan harga jagung untuk kebutuhan ternak mengalami kenaikan yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga susu, daging, dan telur.

Untuk menghindari terjadinya krisis sosial, perlu upaya penataan lahan pertanian untuk mewujudkan kedaulatan dalam produksi pangan. Artinya, pemerintah harus menata lahan pertanian di Indonesia sehingga dapat menghasilkan kebutuhan pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan menegakkan kedaulatan pangan, diharapkan Indonesia tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global. Sebaliknya, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan cadangan pangan di pasar global. Untuk menegakkan kedaulatan pangan yang mandiri, dibutuhkan manajemen dan teknologi pertanian yang andal disertai dengan usaha-usaha memberdayakan petani dan kelembagaan petani.

Dampak terhadap Ekonomi MakroPertumbuhan PDB dan Sektor Pertanian

Pada tahun 2007, yakni awal krisis finansial di USA, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka yang relatif baik yakni 6,3% (Laporan Tahunan BI 2007). Pada saat krisis menjalar ke seluruh dunia, Indonesia sebagai negara terbuka tidak dapat menghindari dampak krisis ekonomi global, walaupun dari sisi pertumbuhan masih dapat meraih angka 6,1%, lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Hal ini memang memperlihatkan bahwa pada tahap awal, dampak ekonomi global tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, pengaruh dampak ekonomi global lebih besar pada tahun 2008 yakni 4,5% dan pada tahun 2009 pertumbuhan masih 5,5%. Pada tahun selanjutnya (2011–2014), diprediksi pertumbuhan akan tercapai antara 6,5% sampai 7,5% per tahun. Prediksi BI memperlihatkan secara tidak langsung bahwa dampak krisis ekonomi akan terus menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan Sektor Pertanian Gambar 1 memperlihatkan pertumbuhan pertanian tinggi sekitar 6,5% pada

kuartal 1 tahun 2008, hal inilah yang menunjang PDB tidak terlalu turun pada kuartal 1. Pertumbuhan pertanian turun pada kuartal 3 menyebabkan PDB ikut turun. Pada kuartal 2 dan 3, pertumbuhan pertanian terjun bebas mendekati 3%, pada saat itu PDB masih mengalami pertumbuhan. Mulai kuartal 3 tahun 2008 sampai kuartal 1 tahun 2009, pertumbuhan pertanian meningkat mendekati 6%, tetapi pertumbuhan PDB turun mendekati 4%.

Page 5: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

15

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

2006 2007 2008 2009 2010 2014

Gambar 1. Angka pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2006–2014Sumber: Data Bank Indonesia

Pada kuartal 2 dan seterusnya sampai akhir Desember 2009, pertumbuhan PDB dan pertanian sama-sama meningkat. Pertumbuhan pertanian mengalami penurunan pada kuartal 2 dan 3 tahun 2008. Gambaran ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan pertanian memengaruhi fluktuasi pertumbuhan PDB atau sebaliknya.

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

2005 2006 2007 2008�1 2008�2 2008�3 2008�4 2009�1 2009�2 2009�3 2009�4

PDB Pertanian

Gambar 2. Pertumbuhan PDB dan sektor pertanian tahun 2005–2009Sumber: Data Bank Indonesia

Page 6: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

16

Pertumbuhan Impor dan EksporKontribusi sektor pertanian untuk ekspor adalah 4,5% pada tahun 2004 dan tahun

selanjutnya konsisten bertahan pada angka tersebut. Pada tahun 2009, kontribusi ekspor pertanian meningkat dua kali tetapi kontribusi pertanian turun menjadi 4,3%. Ekspor utama hasil pertanian terutama hasil perkebunan yakni kopi, teh, rempah, tembakau, dan coklat, dengan catatan bahwa hasil olahan kelapa sawit dan karet tidak termasuk sektor pertanian tetapi masuk sektor industri. Kontribusi ekspor sawit dan karet adalah 6,2% dan 5,3% pada tahun 2004, menjadi 11,0% dan 1,4% tahun 2008. Secara absolut, nilai ekpsor sawit meningkat 3 sampai 4 kali, sedangkan karet turun setengahnya. Sawit termasuk komoditas penting dalam meningkatkan nilai ekspor Indonesia karena memberi sumbangan terbesar mengalahkan tekstil dan produksi tekstil sebesar 23,4% pada tahun 2004 menjadi 9,5% pada tahun 2009. Keunggulan kelapa sawit terjadi sejak tahun 2008, pada saat krisis ekonomi berada pada puncaknya. Tujuan ekspor Indonesia terbesar adalah Asia dengan kontribusi 61,9% tahun 2004, baik nilainya maupun kontribusinya terus meningkat secara konsisten sampai tahun 2009, menjadi 67,1%. Jadi, krisis ekonomi tidak berpengaruh. Namun demikian, ada penurunan impor oleh negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Pert

umbu

han

%

Impor Ekspor

Gambar 3. Pertumbuhan impor dan ekspor Indonesia tahun 2005–2009Sumber: Data Bank Indonesia

Gambar 3 memperlihatkan pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia tahun 2005 sampai 2009. Mulai kuartal 2 tahun 2008, total impor dan ekspor terus turun secara tajam sampai pertumbuhan negatif. Pertumbuhan mulai membaik walau masih negatif sampai

Page 7: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

17

akhir 2004. Pola pertumbuhan impor dan ekspor sama bentuknya, yang memperlihatkan impor dan ekspor menghadapi pukulan yang sama, yaitu krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh dunia.

Pertumbuhan Tenaga KerjaKrisis pasar tenaga kerja di Indonesia terjadi setelah satu tahun krisis ekonomi global.

Beberapa perusahaan dalam negeri yang terkena dampak, melakukan PHK. Pasar tenaga kerja mulai terkena dampak pada semester IV-2008 di mana tingkat pengangguran meningkat, sebagai akibat PHK. Sebagaimana krisis ekonomi tahun 1998, sektor pertanian kembali menjadi bumper penyerapan tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lain. Dengan kata lain, dalam krisis ekonomi global sekali lagi terbukti bahwa sektor pertanian yang berpijak pada input domestik tidak terkena dampak serius tetapi malah sebaliknya menjadi salah satu sektor dominan penanggulangan dampak krisis. Namun demikian, sektor pertanian Indonesia masih jauh dari mandiri, karena sebagai sektor penyelamat, hanya mampu berperan rendah.

Dampak Krisis Ekonomi terhadap Produksi dan Perdagangan Pangan

Padi: Ancaman Kelangkaan BerasGambar 4 memperlihatkan perkembangan indeks produksi padi dan jagung tahun

2000–2009 di Indonesia. Beberapa hal dapat dilihat dari Gambar 4 tersebut adalah sebagai berikut:

Produksi padi sebelum krisis ekonomi yakni pada priode 2000–2006 meningkat kurang 1. dari 2% per tahun dari tahun 2000. Dalam masa krisis 2007–2009, produksi padi justru meningkat dari 5 sampai 20 persen dibandingkan tahun 2000. Dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi tidak memberikan pengaruh negatif terhadap produksi padi. Sebaliknya, pertumbuhan produksi mengalami percepatan dibandingkan sebelum krisis.Produksi jagung sejak tahun 2002 terus meningkat, bahkan pada masa krisis ekonomi 2. peningkatan produksi relatif tajam dibandingkan sebelum krisis. Dapat pula dikatakan bahwa sekalipun produksi jagung meningkat, namun disertai peningkatan harga yang relatif tajam. Dari kedua butir di atas, jelas terlihat bahwa krisis ekonomi tidak memberikan dampak 3. negatif terhadap produksi padi dan jagung, karena produksi kedua komoditi tersebut meningkat. Namun demikian, harga-harga komoditi tersebut melonjak tinggi (USDA 2009).

Page 8: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

18

Negara-negara produsen padi khususnya di Asia telah mengalami perlambatan pertumbuhan produksi padi. IRRI (2008) melaporkan bahwa telah terjadi penurunan pertumbuhan produksi padi secara substansial selama 10–15 tahun berlalu. Sementara pertumbuhan produksi pada tingkat global kurang dari 1 persen. Pertumbuhan produksi padi jelas sangat lambat. Menurut laporan World Bank (WB) dan (IRRI 2010), harga beras di dunia setelah tahun 2000 melonjak sangat tajam sebagai akibat kelangkaan beras dan krisis ekonomi. Kelangkaan beras pada tahun 2008 terutama disebabkan oleh negara-negara eksportir beras utama seperti Vietnam dan India telah melakukan pembatasan ekspor untuk melindungi konsumen domestik mereka, yang menyebabkan harga beras terdorong melambung tinggi. Demikian pula harga beras domestik Indonesia juga melambung karena pengaruh pasar internasional dan kemungkinan spekulasi.

80

100

120

140

160

180

200

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Padi� Jagung

Gambar 4. Perkembangan indeks produksi padi dan jagung tahun 2000–2009Sumber: Laporan World Bank 2008

Banyak faktor, baik jangka panjang maupun jangka pendek yang mempunyai kontribusi terhadap krisis beras (IRRI 2010), antara lain adalah:

Konsumsi tumbuh lebih besar dari apa yang dihasilkana. Pertumbuhan produksi tahunan melambatb. Ruang ekspansi areal produksi sedikitc. Investasi publik dalam bidang penelitian dan pengembangan berkurangd. Peningkatan jumlah penduduke.

Page 9: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

19

Pertumbuhan ekonomi yang cepat di berbagai negara seperti Cina, India meningkatkan f. permintaan serealInvestasi irigasi yang mengalami puncak sepanjang revolusi hijau telah menurun g. cepat Harga minyak yang meningkat telah meningkatkan harga-harga khususnya sarana h. pertanianIklim yang ekstremi.

100

120

140

160

180

200

220

240

260

2005 2006 2007 2008 2009

Thai�1 Thai�2 USA

Gambar 5. Indeks harga ekspor beras dunia tahun 2005–2009Sumber: Setneg 2010

Pangan utama negara-negara Asia termasuk Indonesia adalah beras. Namun demikian, tidak semua negara Asia penghasil beras, walaupun beberapa negara Asia seperti Thailand dan Vietnam mampu mengekspor beras. Negara pengekspor beras adalah USA, Thailand, dan Vietnam. Sementara Rusia menghentikan ekspor Gandum, karena produksi gandum terancam karena perubahan musim. Larangan ekspor gandum dan beras ke pasar dunia telah menyebabkan harga beras dan gandum melonjak tinggi. Demikian pula Cina, tidak lagi mengekspor beras, jagung, dan pangan lain untuk menjaga stok pangan dalam negeri. Situasi ini telah memperparah kelangkaan pangan di pasar dunia, dan karena itu harga akan tetap tinggi dalam beberapa tahun mendatang.

Page 10: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

20

Gambar 5 memperlihatkan indeks harga ekspor beras Thailand dan USA ke pasar dunia sejak tahun 2005 sampai 2009. Gejolak indeks harga ketiga jenis beras tersebut mempunyai ritme yang sama, yang memperlihatkan pengaruh krisis ekonomi. Namun demikian, krisis ekonomi sebenarnya mulai terjadi tahun 2007, tetapi harga beras di pasar dunia pada tahun tersebut langsung memberi respons dengan kenaikan harga sampai 250%. Hal ini juga diikuti oleh kenaikan harga jagung dan gandum. Setelah tahun 2008, harga secara serentak mengalami penurunan sebesar 20%–30%. Harga beras sangat sulit kembali pada harga sebelum krisis ekonomi. Ramalan FAO (2009) dan WB (2009) memperlihatkan bahwa harga pangan akan terus melonjak, karena kelangkaan pangan dunia. Harga dunia yang tinggi akan berimbas ke dalam negeri dan penyelundupan beras ke luar negeri akan semakin tinggi.

Semua fenomena di atas sebenarnya memperlihatkan bahwa banyak negara akan mengalami kesulitan di masa datang dan melakukan tindakan-tindakan seperti land grabbing dalam usaha mendapatkan tanah untuk pertanian. Indonesia sebagai negara pertanian haruslah bisa melakukan antisipasi dan mengatur sikap dari sekarang terutama dalam hal penataan lahan.

JagungJagung selain merupakan bahan makanan penting untuk manusia, tetapi juga

digunakan untuk produksi biofuel dan makanan unggas. Jagung dalam ransum pakan unggas, relatif tinggi yakni 5%–69%. Jagung sangat menentukan kualitas pakan dan sulit digantikan dengan bahan makanan yang lain. Pada saat harga jagung melambung tinggi seperti sekarang, harga pakan dengan sendirinya turut meningkat. Kenaikan harga pakan memengaruhi kenaikan harga daging broiler. Sebagaimana diketahui untuk menghasilkan 1 kg broiler—untuk menghasilkan berat karkas 800–1.000 gram yang umum dipasarkan di supermarket—dibutuhkan 2 kg pakan. Setiap kilogram karkas dibutuhkan 1,2 kg jagung. Kebutuhan jagung untuk pakan unggas diperkirakan sebesar 5–6 juta ton per tahun.

Pada saat krisis ekonomi tahun 2008, produksi jagung berdasarkan data Kementerian Pertanian, tetap meningkat, namun harga broiler melonjak. Gambar 6 memperlihatkan perkembangan indeks produksi jagung dan indeks harga broiler di Indonesia dari tahun 2010 serta proyeksi tahun 2012 dan 2014. Indeks produksi jagung dalam negeri terus meningkat melintasi tahun krisis ekonomi terberat tetapi indeks harga broiler juga terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh kehadiran ayam broiler sebagai bahan makanan utama bagi masyarakat. Harga broiler lebih ditentukan oleh permintaan masyarakat, sehingga kebutuhan jagung juga meningkat walaupun harganya meningkat.

Apa yang diperlihatkan oleh Gambar 6 tersebut memberi petunjuk bagi pemerintah bahwa memicu produksi jagung tidak serta merta harga jagung akan turun. Arah peningkatan produksi jagung adalah pemenuhan kebutuhan jagung untuk menghindarkan kelangkaan

Page 11: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

21

daging broiler. Dapat dikatakan produksi jagung setinggi apapun dalam negeri tidak akan menyebabkan harga broiler turun, sampai suatu batas produksi jagung mencapai tingkat tertentu. Bank Dunia (2010) meramalkan bahwa setelah tahun 2010, harga pangan akan tetap tinggi. Hal yang sebaiknya dilakukan pemerintah adalah memicu laju produksi jagung lebih cepat, sehingga sampai pada tingkat tertentu dapat memengaruhi harga broiler.

Sampai saat ini, jagung tetap merupakan bahan baku utama pakan broiler. Selain itu terlihat bahwa peningkatan produksi jagung tidak menyebabkan impor jagung untuk ternak menurun. Kebutuhan jagung ternak tidak dipenuhi dari dalam negeri, padahal hanya sekitar 30% dari produksi jagung. Lalu, ke mana sisa jagung yang dihasilkan? Mungkin sudah waktunya membenahi data produksi pertanian.

Gambar 6. Hubungan indeks harga broiler dan indeks produksi jagungSumber: Diolah dari Data Statistik BPS

Page 12: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

22

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Inde

ks

Impor Prod Luas Impor Prod Luas

Gambar 7. Perkembangan indeks produksi dan impor jagung tahun 2000–2009Sumber: Statistik Pertanian 2010. Kementerian Pertanian dan FAO (FAOSTAT 2010). Tahun 2009: Perkiraan

Gambar 7 memperlihatkan perkembangan indeks luas panen dan produksi jagung. Sangat menarik bahwa perkembangan produksi jagung sejalan dengan perkembangan luas panen, dengan kecenderungan yang persis sama. Pada sisi lain, impor jagung tetap tinggi. Kemudian muncullah keraguan, apakah hal tersebut benarlah demikian? Dalam keadaan kelangkaan pangan seperti sekarang, kita sangat membutuhkan data yang akurat.

Daging SapiIndonesia membutuhkan sekitar 2 juta ekor sapi potong. Indonesia baru mampu

menyediakan sekitar 14 juta ekor. Maka sisanya diimpor dalam bentuk sapi potong bakalan dan daging. Impor sapi potong yang dilakukan pada tahun 1990, sebenarnya memiliki pertimbangan lain, yakni mencegah pengurasan ternak sapi lokal akibat perkembangan konsumsi daging yang sangat cepat. Namun demikian, setelah 20 tahun tergantung pada impor, Indonesia tidak mampu mengurangi ketergantungan tersebut, malah terus meningkat. Hal ini diperlihatkan oleh kegagalan swasembada daging sapi tahun 2005 dan tahun 2010. Namun demikian, pemerintah tetap bersemangat, kembali menetapkan swasembada tahun 2014.

Page 13: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

23

100,000�

200,000�

300,000�

400,000�

500,000�

600,000�

700,000�

800,000�

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

ekor�

Tahun

Gambar 8. Impor sapi potong dari Australia tahun 1990–2010 (ekor)Sumber: Diolah dari Data Statistik BPS

5,000�

10,000�

15,000�

20,000�

25,000�

30,000�

35,000�

40,000�

45,000�

50,000�

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Gambar 9. Impor daging dari Australia tahun (1990–2010) (Ton)Sumber: Diolah dari Data Statistik BPS

Pada saat krisis ekonomi 2007–2008, Indonesia malah meningkatkan impor sapi hidup dan daging sapi, sebagai bukti ketergantungan yang tinggi pada sapi impor (Gambar 8 dan 9). Dalam situasi seperti ini, mungkinkah swasembada daging sapi tahun 2014 dapat tercapai? Pertanyaan ini sulit dijawab karena belum diketahui bagaimana struktur produksi sapi potong kita, apakah mampu menghasilkan 2 juta ekor sapi potong per tahun?

Page 14: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

24

Indeks Harga Beras dan Harga Daging Sapi

100.0�

120.0�

140.0�

160.0�

180.0�

200.0�

220.0�

240.0�

260.0�

280.0�

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sapi Beras

Gambar 10. Perkembangan indeks harga beras dan daging sapi tahun 2001–2010Sumber: Diolah dari Data Statistik BPS

Dua komoditas ini merupakan bahan pangan utama yang mempunyai perbedaan karateristik. Beras sebagai sumber energi dan daging sapi sebagai sumber protein. Perbedaan ini telah menyebabkan permintaan beras bersifat inelastis sedangkan permintaan daging sapi bersifat elastis. Harga beras relatif rendah sedangkan harga daging sapi relatif mahal. Harga beras Rp6500,- per kg sedangkan harga daging sapi Rp70.000,- per kg. Beras dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat, sedangkan daging sapi hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas. Harga daging sapi yang tinggi mendorong orang mengonsumsi hasil ternak yang lebih murah yakni jeroan, sedangkan harga beras yang tinggi mendorong konsumen mengonsumsi pangan yang lebih murah seperti singkong. Gambar 10 memperlihatkan pertumbuhan indeks harga beras dan daging sapi. Beberapa hal yang dapat dilihat adalah:

Harga beras dan daging sapi mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke a. tahun.Perubahan indeks harga antara tahun 2002–2005 tidak begitu tajam, tetapi mulai b. tahun 2005 harga daging sapi dan beras melonjak tajam.Ada kemungkinan kenaikan harga dua komoditas tersebut disebabkan oleh krisis c. ekonomi. Perubahan harga yang mulai terjadi tahun 2005 memperlihatkan kemungkinan sebelum krisis telah terjadi gejolak ekonomi yang lain. Menurut catatan IRRI (2010), produksi beras dunia turun semenjak 2001, di mana dampak revolusi hijau telah berakhir, dan setelah itu harga beras terus melonjak. Pada sisi lain, tahun 2007 negara-negara eksportir beras seperti Vietnam dan India, menyatakan pembatasan

Page 15: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

25

ekspor untuk melindungi konsumen domestik. Pembatasan ini mendorong peningkatan kelangkaan beras di pasar dunia dan mendorong harga-harga melonjak tajam. Setelah tahun 2008, dampak krisis ekonomi global mulai menurun, namun harga-d. harga beras dan daging sapi terus meningkat. Patut diduga bahwa kelangkaan beras dan daging sapi akan terus terjadi di masa mendatang.

Dampak terhadap Struktur Produksi PertanianTabel 1 menunjukkan perkembangan areal panen dan intensitas panen di provinsi

sentra produksi kelapa sawit tahun 1995 dan 2007. Kedua tabel tersebut dengan jelas memperlihatkan terjadinya pengalihan lahan pangan ke perkebunan kelapa sawit. Di samping itu, terjadi pula penguasaan tanah ulayat/adat oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Rendahnya intensitas tanam/panen di daerah ini disebabkan sebagian besar lahan adalah sawah pasang surut, rawa, dan lahan tadah hujan yang kemudian dikonversi menjadi lahan kelapa sawit. Perubahan ini mengakibatkan turunnya produksi padi sawah yang berpotensi memperlemah ketahanan pangan masyarakat tani lokal dan bahkan nasional disertai oleh kemiskinan perdesaan.

Tabel 1. Perkembangan lahan sawah, areal panen, dan intensitas panen di provinsi sentra produksi kelapa sawit, 1995–2007

Provinsi Areal panen (ha) Areal sawah (ha) Intensitas panen (%)

1995 2007 1995 2007 1995 2007Riau 115.707 122.951 219.233 119.555 52,8 102,8Jambi 145.019 122.559 222.992 161.213 65,0 76,0Sumatera Selatan 357.179 643.640 516.482 484.207 69,2 132,9Kalimantan Barat 226.090 319.001 476.656 274.662 47,4 116,1Kalimantan Tengah 102.749 127.179 279.815 163.501 36,7 77,8Kalimantan Selatan 355.045 453.036 487.148 433.864 72,9 104,4Kalimantan Timur 72.880 93.337 128.668 123.892 56,6 75,3

Sumber: Data Statistik BPS

Krisis global seharusnya memengaruhi struktur produksi, terutama kemandirian dan sasaran ekspor. Ternyata krisis ekonomi tidak menunjukkan sinyal ke arah tersebut.

Ketiadaan lahan lambat laun mengubah struktur pengelolaan. Sekarang, indeks tanam melebihi 200% bahkan mencapai 300%. Perubahan ini bukan karena krisis ekonomi, tetapi lebih disebabkan semakin terbatasnya lahan sehingga para petani mencoba meningkatkan produktivitas dan intensitas tanam sebagai jalan yang masih mungkin dilakukan.

Page 16: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

26

90

100

110

120

130

140

150

160

170

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 11. Indeks luas lahan kelapa sawit tahun 2000–2008Sumber: Diolah dari data Statistik BPS

Dampak Sosial Krisis Ekonomi Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar kelima di dunia. Indonesia beruntung

mempunyai lahan pertanian yang cukup untuk menyediakan beras yang cukup kepada rakyatnya. Namun demikian, di Indonesia sering ditemukan sekelompok penduduk yang kekurangan pangan, dan sebagian penduduk selalu diancam kelaparan. Sebagian besar masyarakat mengonsumsi beras sebagai makanan utama, menyebabkan harga beras cenderung meningkat setiap tahun. Setiap tahun, penduduk yang kekurangan beras juga meningkat. Hal ini dapat menimbulkan gejolak sosial yang besar bagi Indonesia dan kekalutan dalam pengelolaan pemerintahan.

Apakah saat ini gejala sosial itu sudah ada? Hal ini agak sulit dikatakan atau dibuktikan, akan tetapi gejala itu ada. Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 2007, telah memberikan dampak pada kenaikan harga BBM pada bulan Mei tahun 2008. Menurut survei Danareksa Research Institute (DRI), secara konsisten setiap bulan dari tahun 2008 sampai 2009, sebagian besar responden (60%–80%) mengkhawatirkan kenaikan harga pangan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat kurang yakin akan usaha-usaha pemerintah untuk meredam harga. Ini juga pertanda mulai terjadinya krisis sosial. Pada kenyataannya, sampai Agustus 2010, harga pangan masih mengalami kenaikan. Hasil survei juga memperlihatkan bahwa masyarakat lebih mengkhawatirkan kenaikan harga pangan dibandingkan harga BBM. Pada saat harga BBM mulai turun, kekhawatiran masyarakat tetap tinggi.

Page 17: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

27

Pada bulan April 2009, kelompok makanan mengalami deflasi sebesar 0,56%. Jika diperhatikan lebih lanjut, deflasi pada kelompok makanan disebabkan oleh turunnya harga bahan pangan (foodstuff) sebesar 1,33%, sedangkan kelompok makanan jadi (prepared food) masih mengalami inflasi sebesar 0,4%. Perlu diketahui bahwa pada bulan Maret, biasanya tekanan inflasi mulai menurun dengan dimulainya masa panen beras. Bahkan pada bulan April biasanya terjadi deflasi (penurunan tingkat harga) karena panen raya. Jadi, penurunan inflasi ataupun deflasi yang terjadi pada bulan April biasanya lebih banyak disebabkan oleh faktor musiman. Walaupun demikian, harga pangan dalam jangka panjang masih mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dibandingkan dengan tingkat harga pada bulan Januari 2005, misalnya, harga pangan pada bulan April 2009 masih mengalami kenaikan sebesar 54,2%. Angka ini masih lebih tinggi dari harga umum yang mengalami kenaikan sebesar 44,7% dalam periode yang sama.

Gambar 12. Harga pangan secara kumulatif masih relatif tinggiSumber: Danareksa Research Institute (DRI)

Pada akhir tahun 2006 terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa bahan makanan pokok terutama beras dikarenakan musim paceklik dan kenaikan harga minyak dunia, hal tersebut menyebabkan harga pangan secara kumulatif naik lebih tinggi. Efek kenaikan harga bahan makanan pokok ini juga tercermin dari turunnya indeks kepercayaan konsumen (IKK) secara signifikan sebesar 8,3% dari 91,62 pada bulan November 2006 menjadi 84,05 pada bulan Desember 2006. Pada tahun 2006 terjadi musim kemarau panjang dan disertai dengan kenaikan harga minyak, telah mendorong kenaikan yang signifikan terhadap bahan-bahan makanan terutama beras. Kenaikan harga pangan juga dipicu oleh kenaikan beberapa komoditas dunia seperti harga minyak goreng karena kenaikan CPO di pasar internasional.

Page 18: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

28

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa masyarakat masih khawatir akan tekanan harga pangan. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi naiknya harga pangan, termasuk di antaranya kenaikan harga beberapa komoditas dunia. Kenaikan harga komoditas dunia beberapa bulan terakhir ini juga turut andil dalam meningkatnya harga beberapa bahan makanan pokok. Misalnya, naiknya harga minyak goreng akhir-akhir ini sebagian besar disebabkan karena naiknya harga CPO di pasar internasional. Naiknya harga komoditas pangan tersebut masih membebani masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan usahanya untuk menjaga stabilitas harga, khususnya harga bahan makanan pokok. Dengan demikian, kepercayaan konsumen diharapkan terus meningkat dan dapat membantu meningkatkan aktivitas perekonomian kita mengingat belanja konsumen memberi kontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dampak Krisis Ekonomi terhadap Pertanian di IndonesiaKenaikan harga-harga komoditas pertanian di dalam negeri diduga karena kelangkaan

komoditas itu di pasar dunia dan kondisi di dalam negeri. Sementara itu, komoditas pangan impor seperti gandum, yang terus langka lebih disebabkan oleh perubahan iklim. Seperti dilaporkan Kompas (2010), produksi gandum menurun antara tahun 2009 dan 2010 sebagai akibat perubahan iklim di beberapa negara produsen gandum dunia. Pada semester I, tahun 2010 terjadi kegagalan panen di bagian utara khatulistiwa, sementara di selatan masih cukup baik. Pada tahun 2007/2008, kegagalan panen karena perubahan musim terjadi pada kedua kawasan tersebut. Kenaikan harga gandum dapat juga memicu kenaikan harga-harga pangan seperti padi.

Hal-hal di atas memperlihatkan bahwa khusus Indonesia, dampak krisis ekonomi bukanlah hal yang utama. Kelangkaan dapat disebabkan oleh iklim dan tidak terselenggaranya penataan lahan untuk menopang produksi pangan. Saatnya pemerintah mulai membenahi lahan untuk merencanakan produksi yang baik pada jangka pendek dan jangka panjang. Dengan catatan bahwa program jangka pendek harus mendukung program jangka panjang, dan bukan sebaliknya.

Setneg (2009) melaporkan bahwa kenaikan harga beras domestik akan terus berlanjut. Di samping itu, Kementerian Perdagangan telah menyampaikan tujuh faktor yang dianggap sebagai penyebab tingginya harga beras domestik belakangan ini, yaitu: pertama, atas dasar pengaruh psikologis kenaikan HPP tahun 2010 sebesar 10%. Kedua, mundurnya masa tanam yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa paceklik menjadi lebih panjang. Ketiga, beras bersubsidi (rasdi) yang belum berjalan penuh atau optimal. Keempat, ekspektasi pedagang dengan gencarnya berita tentang kenaikan harga beras dunia. Kelima, spekulasi kenaikan harga pupuk yang diperkirakan akan diberlakukan mulai April 2010. Keenam, hambatan transportasi akibat gangguan cuaca. Ketujuh, stok padi/beras petani, pada penggilingan dan pedagang relatif menipis. Krisis ekonomi tidak termasuk faktor penting dalam menentukan kenaikan harga beras.

Page 19: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

29

Cepat atau lambat masalah kelangkaan pangan dapat mengancam Indonesia jika keadaan ini tidak diperbaiki. Masalah kelangkaan pangan ini akan berdampak besar terhadap politik di Indonesia, terutama ancaman krisis sosial yang sangat berbahaya. Untuk melakukan perbaikan baik jangka pendek maupun jangka panjang, ada tiga aspek yang perlu mendapat pertimbangan yakni penataan lahan, manajemen usaha tani dan teknologi, dan pemberdayaan petani.

Penataan LahanSudah banyak dikeluhkan oleh masyarakat tentang lahan-lahan pertanian kita yang

umumnya salah urus. Kelangkaan pangan di pasar dunia menimbulkan kekhawatiran banyak negara-negara yang pengadaan pangannya tergantung dari pasar dunia. Sebagai akibatnya, negara-negara tersebut melakukan penguasaan lahan-lahan pertanian negara lain dalam bentuk penyewaan, hak pakai dan sebagainya, sedangkan produksi beras yang dihasilkan dikirim ke negaranya. Pada sisi lain, hubungan penyewaan dan hak pakai telah berubah bentuk menjadi land grabbing. Land grabbing dituduh sebagai usaha merampas hak rakyat dan bertentangan dengan UUD pasal 33.

Pada sisi lain, penggunaan lahan pertanian khususnya lahan pangan dalam negeri tidak jelas pengaturannya, misalnya bentuk perlindungan yang dilakukan pemerintah terhadap lahan pangan. Diduga jumlah luas pertanian terus menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan industri, jalan raya, jalan tol, pabrik, perumahan dan sebagainya. Hal ini tidak dapat dipertahankan lebih lama jika kita ingin mencapai tingkat produksi yang tinggi. Selain itu, pembukaan lahan-lahan untuk perkebunan telah menutup tempat petani mencari kehidupan. Tanah yang tadi bebas dan merupakan tempat mendapatkan sesuatu untuk kehidupan seperti berburu, mencari hasil hutan, buah-buahan dan sebagainya, sekarang telah menjadi perkebunan sawit. Pembukaan lahan perkebunan yang luas di Sumatera dapat menimbulkan krisis sosial dan meningkatkan angka kemiskinan.

Manajemen Usaha Tani dan TeknologiPerbaikan manajemen usaha tani sangat diperlukan, karena dapat meningkatkan

produksi dan penghematan biaya produksi. Manajemen usaha tani terutama di lahan sawah dalam satu hamparan perlu mempertimbangkan pengelolaan bersama tetapi tetap mengakui hak-hak individu seperti biasanya. Manajemen bersama ini dapat menghemat biaya produksi, tenaga kerja, mencegah serangan hama, dan meningkatkan pendapatan petani lebih dari 30%. Pada sisi lain, manajemen individu perlu pembenahan, mengingat kemampuan finansial petani yang rendah.

Teknologi adalah hal berikutnya yang seharusnya mendapat perhatian sehubungan dengan citra petani, efisiensi, dan peningkatan produksi. Manajemen teknologi diharapkan dapat memicu kreativitas dan daya adaptasi petani.

Page 20: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

30

Pemberdayaan PetaniIndonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang menggantungkan produksi padi pada

petani berlahan sempit. Dalam perkembangannya selama kemerdekaan, lahan petani itu semakin sempit karena dibagi pada anggota keluarga, sebagian telah dijual, dan petani menjadi buruh, sebagian lagi petani tidak menjadi tuan di tanahnya sendiri. Petani-petani kita, yang selalu kita anggap sangat berjasa, tetapi masih kurang mendapat perhatian semestinya. Sebagai contoh, sementara petani harus menghadapi kekuatan pasar yang terlalu besar untuk dilawan sendirian, petani harus membeli pupuk dengan harga yang mahal, tidak memiliki dana yang cukup untuk mengatasi risiko produksi dan sebagainya. Insentif yang tepat sangat diperlukan untuk membangun sistem kelembagaan petani yang berakar pada kearifan lokal, dan kebijakan yang mampu membangun kreativitas serta kemampuan adaptif di masa yang akan datang.

PenutupPada dasarnya krisis ekonomi global merupakan krisis finansial berbagai bank

Internasional di berbagai negara maju. Krisis finansial telah menyebabkan kekacauan perekonomian global sebagai akibat adanya pasar bebas finansial yang sangat luas. Dampak krisis ini terutama adalah naiknya harga-harga input industri sehingga mendorong kenaikan harga barang konsumsi terutama bahan pangan.

Untuk Indonesia, dampak krisis finansial tidak terlalu menekan produksi dan ekonomi pertanian. Namun demikian, sangat menarik, bahwa Indonesia sekalipun sebagai negara pertanian, tidak mampu melakukan respons positif terhadap kelangkaan pangan di pasar dunia, bahkan yang terjadi sebaliknya Indonesia justru meningkatkan impor pangan. Krisis ekonomi lebih banyak menimbulkan kekhawatiran tidak saja pada negara-negara pengimpor tetapi juga pada negara pengekspor seperti Thailand, Vietnam, hal ini terlihat dari usaha mereka menghentikan ekspor beras.

Selain krisis ekonomi, dampak keragaman anomali iklim juga cukup mengancam Indonesia. Harga pangan diramalkan akan terus melonjak pada tahun-tahun mendatang. Hal tersebut merupakan ancaman bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Indonesia harus berhati-hati terhadap kelangkaan pangan dunia, banyak negara kaya dan kuat serta cerdas akan berusaha menguasai lahan-lahan negara lain untuk memproduksi pangan bagi kebutuhan domestiknya sendiri.

Indonesia sebaiknya mengubah citra dari negara pengimpor beras menjadi negara eksportir beras dan dapat menjamin kebutuhan beras dalam negeri. Dengan kata lain, Indonesia menjadi salah satu gudang beras dunia. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia perlu membangun kemampuan dalam perluasan areal pertanaman pangan di samping upaya perbaikan teknologi dan kelembagaan.

Page 21: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

31

Naiknya harga komoditas pangan masih membebani masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan usahanya untuk menjaga stabilitas harga, khususnya harga bahan makanan pokok. Dengan demikian, kepercayaan konsumen diharapkan terus meningkat dan dapat membantu meningkatkan aktivitas perekonomian kita mengingat belanja konsumen memberi kontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kita.

Perlu segera dirumuskan kembali pelaksanaan UU PA 1960 disertai perencanaan tata guna lahan pertanian yang komprehensif untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan berkeadilan masyarakat perdesaan. Kebijakan pembangunan pertanian harus dirumuskan sesuai dengan amanat UUD 1945.

Daftar PustakaBank Indonesia (2008–2009). Laporan Tahunan BI. Jakarta: Bank Indonesia

Dana Reksa. 2009. Hasil Survei Danareksa Research Institute (DRI). Jakarta

Departemen Perdagangan (2009). Laporan Kementerian Perdagangan. Jakarta.

FAO. 2010. Food Outlook. December 2009. Rome.

IMF. International financial statistics, February 1994, Washington, D.C. 1995-2009: Compiled Data from Development Policy Group (PinkSheet)

IRRI. 2010. IRRI Annual Report 2010. Los Baños, Philippines

Joachim von Braum and Ruth Meinzen-Dick (2009). “Land Grabbing” by Foreign Investors in Developing Countries: Risks and Oppurtuniities. IFPRI 2009.

Kasryno F, M. Badrun dan E. Pasandaran. 2010. Land Grabbing. Jakarta: Penerbit Yayasan Pertanian Mandiri.

Kasryno F. 2010. Krisis Pangan Global dan Tantangan Kedaulatan Pangan Indonesia. Makalah disampaikan dalam Diskusi Kelompok Kebijakan Pertanian Badan Litbang. Jakarta.

Kompas 2010. Krisis Gandum: Harga Terigu Dijamin Tidak Naik. Kompas Sabtu 14 Agustus 2010. Jakarta.

Setneg. 2010. Prediksi Kenaikan Harga Beras. www.Setneg.co.id.

World Bank. 1984: Commodity trade and price trends, 1983-84. The Johns Hopkins UniversityPress, Baltimore & London.

World Bank. 1992: Revision of commodity price forecasts and quarterly review of commodity markets. Washington.

Page 22: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

ANCAMAN TERHADAP KEMANDIRIAN PANGAN NASIONAL

32

Lampiran 1. Indeks perubahan nilai ekspor 2005–2010

50�

100�

150�

200�

250�

Jan�05 Apl Jul

Okt

Jan�06 Apl Jul

Okt

Jan�07 Apl Jul

Okt

Jan�08 Apl Jul

Okt

Jan�09 Apl Jul

Okt

Jan�10 Apl

Sumber: Statistik BPS 2010

Lampiran 2. Perkembangan harga ekspor beras, jagung dan gandum Amerika Serikat, 1960–2009

100�

200�

300�

400�

500�

600�

700�

800�

1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010

Axis�Title

Rice Wheat Maize

Sumber: World Bank 1984, World Bank 1992, dan IMF 1994

Page 23: DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI …new.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-II-1.pdf · negara produsen pangan, seperti Indonesia, masih terbelenggu

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

33

Lampiran 3. Perkembangan indeks harga beras ekspor di Thailand 2000–2009

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Axis�Title

Indeks�Total Kualitas�Tinggi Kualitas�Rendah

Japonica Aromatic

Sumber: World Bank 1984, World Bank 1992, dan IMF 1994