dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap …
TRANSCRIPT
i
DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP
PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
DI DESA SIRU KECAMATAN LEMBOR
KABUPATEN MANGGARAI BARAT
PUTRA KAHIR
105961105416
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
DAMPAK KELANGKAAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP
PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
DI DESA SIRU KECAMATAN LEMBOR
KABUPATEN MANGGARAI BARAT.
PUTRA KAHIR
105961105416
SKRIPSI
Sebagai salah Satu Syarat untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pertanian
Strata satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
v
MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dampak Kelangkaan
Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di
Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat” adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi apapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2021
Putra Kahir
105961105416
vi
ABSTRAK
Putra Kahir. 105961105416. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap
Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat. Dibimbing Oleh RATNAWATI TAHIR dan
KHAERIYAH DARWIS
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab kelangkaan pupuk
bersubsidi dan dampaknya terhadap produksi dan pendapatan petani padi sawah.
Populasi dalam penelitian keseluruahan subjek atau objek yang menjadi
sasaran dalam penelitian ini sebanyak 340 orang petani. Penentuan sampel
dilakukan secara simple random sampling dengan menggunakan rumus slovin
sehingga sampel yang yang diambil sebesar 39 orang petani padi sawah Analisis
data yang digunakan analisis data deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kelangkaan pupuk
bersubsidi terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara tiga kelompok
petani responden. Produksi padi sawah tertinggi adalah petani pengguna pupuk
bersubsidi yakni sebesar 43.152 ton/ha dengan rata-rata 2.271 ton/ha (GKP)
28.833 ton/ha dengan rata-rata 1.518 (Beras), dan yang paling terendah adalah
petani padi sawah pengguna dua jenis pupuk yaitu bersubsidi dengan nonsubsidi
yakni 18.769 ton/ha dengan rata-rata 2.346 (GKP) 12.188 ton/ha dengan rata-rata
1.524 (Beras). Sedangkan rata-rata pendapatan tertinggi di proleh petani yang
hanya menggunakan jenis pupuk bersubsidi yakni sebesar Rp 3.692.806/ha (GKP)
sebesar Rp 6.110.491/ha (Beras), dan rata-rata pendapatan terendah diperoleh
petani pengguna dua jenis pupuk yaitu pupuk bersubsidi dengan nonsubsidi yakni
sebesar Rp 1.964.071/ha (GKP) sebesar Rp 3.853.446/ha (Beras).
Solusi yang diperoleh petani mengantisipasi terjadinya kelangkaan pupuk
bersubsidi belum teratasi. Sehingga sampai pada tahun 2020 pemerintah Desa
Siru Manggarai Barat melakukan terobosan untuk bekerjasama dengan pihak yang
mampu memberikan pinjaman modal bagi petani. Hal itu dilakukan karena ketika
terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, masyarakat dapat beralih ke penggunaan
pupuk non subsidi.
Kata Kunci: Kelangkaan Pupuk Bersubsidi, Produksi, Pendapatan, Padi.
vii
ABSTRACT
Son of Kahir. 105961105416. The Impact of Scarcity of Subsidized Fertilizer on
Production and Income of Rice Farmers in Siru Village, Lembor District, West
Manggarai Regency. Supervised by RATNAWATI TAHIR and KHAERIYAH
DARWIS.
This study aims to determine the factors causing the scarcity of subsidized
fertilizers and their impact on the production and income of lowland rice farmers.
The population in the study of all subjects or objects that were targeted in
this study were 340 farmers. Determination of the sample was done by simple
random sampling using the slovin formula so that the sample taken was 39 rice
farmers. The data analysis used was descriptive data analysis.
The results show that the impact of the scarcity of subsidized fertilizers is
that there are differences in production and income between the three groups of
respondent farmers. The highest lowland rice production is farmers using
subsidized fertilizers, which is 43,152 tons/ha with an average of 2,271 tons/ha
(GKP) 28,833 tons/ha with an average of 1,518 (Rice), and the lowest is lowland
rice farmers using two types of rice. fertilizer, namely subsidized and non-
subsidized, namely 18,769 tons/ha with an average of 2,346 (GKP) 12,188 tons/ha
with an average of 1,524 (Rice). Meanwhile, the highest average income is
obtained by farmers who only use subsidized fertilizers, which is Rp.
3,692,806/ha (GKP) of Rp. 6,110,491/ha (Rice), and the lowest average income is
obtained by farmers who use two types of fertilizers, namely subsidized and non-
subsidized fertilizer, which is Rp. 1,964,071/ha (GKP) of Rp. 3,853,446/ha
(Rice).
The solution obtained by farmers to anticipate the scarcity of subsidized
fertilizer has not been resolved. So that until 2020 the West Manggarai Siru
Village government made a breakthrough to cooperate with parties who were
able to provide capital loans for farmers. This is done because when there is a
shortage of subsidized fertilizers, people can switch to using non-subsidized
fertilizers.
Keywords: Scarcity of Subsidized Fertilizer, Production, Income, Rice.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis.
begitupula shalawat dan salam kepada Nabiullah Muhammad saw serta kepada
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi
dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten
Manggarai Barat”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dan melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si., selaku pembimbing utama, dan Ibu
Khaeryah Darwis, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak, Dr. Ir. Muh. Arifin Fatatah, M.Si selaku penguji 1 dan Ibu, Asriyanti
Syarif, S.P., M.Si selaku pembimbing 2, yang senantiasa memberikan waktu
dan kesempatan dalam menguji penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
5. Kedua orang tua ayahanda Rahman dan Ibunda Siti Fatima serta keluarga
tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Dosen Prgram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama proses perkuliahan.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian
proposal penelitian.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
serta sumbangsi kepada semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah swt
senantiasa meridhoinya. Aamiin.
Makassar, Agustus 2021
Putra Kahir
105961105416
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 27
2. Alur pendistribusian Puouk Bersubsidi .......................................................... 48
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Luas Panen dan Produksi Padi sawah di Kabupaten Manggarai Barat 2014–
2018 ............................................................................................................ 2
2. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi ..................................... 8
3. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu .......................... 22
4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 38
5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Siru Kecematan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 39
6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 40
7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 41
8. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Siru
Kecamatan Lembor Manggarai Barat ........................................................ 43
9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................... 44
10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................... 45
11. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ......................................................... 46
12. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha tani di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. ..................................... 47
13. Rata-Rata Produksi Usaha tani Padi Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi
dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. ..................................... 58
xii
14. Perbandingan Rata-Rata Harga Beli Pupuk Bersubsidi Dengan Pupuk
Nonsubsidi Petani di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai
Barat. ......................................................................................................... 60
15. Rata-Rata penerimaan, Biaya Produksi, dan pendapatan Usaha tani Padi
Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi,
dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai
Barat ........................................................................................................... 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian Petani Responden di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 75
2. Identitas Petani Responden di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai
Barat ....................................................................................................................... 81
3. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 82
4. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa
Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 82
5. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 83
6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 84
7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 86
8. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 87
9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa
Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 88
10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa
Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 88
11. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 89
12. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ...................................................................... 90
13. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 92
xiv
14. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 92
15. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat ................................................................................... 92
16. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ................................................... 93
17. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 93
18. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 94
19. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa
Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ........................................... 94
20. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 95
21. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat ..................................................................... 95
22. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk
Bersubsidi dan Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai
Barat ....................................................................................................................... 96
23. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk
Nonsubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ............ 96
24. Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk
Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat ............. 97
25. Dokumentasi Penelitian ......................................................................................... 98
26. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 103
27. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ............................................... 106
28. Turnitin .......................................................................................................... 107
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KOMISI PENGUJI .......................................................................................... iv
HALAM PERNYATAAN ............................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 Pupuk Bersubsidi dan Nonsusbsidi ....................................................... . 6
2.2. Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ............................................................. 13
2.3Produksi ………………………………………………………………. 14
2.4Faktor Produksi ...................................................................................... 15
2.5 Biaya Produksi ..................................................................................... 18
2.6 Pendapatan............................................................................................. 19
2.7 Usaha tani Padi Sawah ......................................................................... 21
2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 22
2.9 Kerangka Pikir ....................................................................................... 25
xvi
III.METODE PENELITIAN ............................................................................ 31
3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................................ 31
3.2 Teknik Penentuan Sampel ................................................................... 31
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
3.6 Defenisi Operasional ............................................................................ 35
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................... 37
4.1. Letak Geografis .................................................................................... 37
4.2. Kindisi Demografis .............................................................................. 38
4.3. Kondisi Pertanian ................................................................................. 41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43
5.1. Hasil Penelitian..................................................................................... 43
5.2. Penyebab Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ............................................. 50
5.4. Dampak kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi .................. 54
5.5. Dampak kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap pendapatan ............. 59
VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 65
6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 65
6.2. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 105
1
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan penyediaan pangan
dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di
Indonesia. Pertanian berperan penting dalam mendukung keberlangsungan
hidup suatu negara. Selain itu, pertanian sebagai aspek penting dalam
mendukung ketersediaan pangan di suatu negara (Muchlisin, 2016).
Saat ini sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan pemenuhan
kebutuhan pangan dan kesejahteraan petani. masalah pemenuhan kebutuhan
pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran
utama kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara. Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang
sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, sehingga
masalah ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan dan
menjadi fokus dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat menuntut petani untuk
selalu berproduksi.
Salah satu komuditi tanaman pangan yang memiliki peran dalam
meningkatkan ketahanan pangan adalah tanaman padi sawah. Padi di
Indonesia selain menjadi salah satu makanan pokok, padi juga sebagai
sumber pendapatan masyarakat karena sebagian besar penduduk di Indonesia
bekerja sebagai petani, namun masih banyak permasalahan yang terdapat di
dalamnya (Purnamaningsih, 2006).
2
Dalam melakukan kegiatan usaha tani tentunya di perlukan pemberian
pupuk. Pupuk bersubsidi merupakan salah satu input penting dalam
meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi sawah, sehingga
keberadaan dan pemanfaatannya memiliki posisi yang strategis.Program
pemberian pupuk bersubsidi menjadi program prioritas pemerintah yang
bertujuan untuk meringankan beban petani agar ketika mereka memerlukan
pupuk untuk tanaman pangannya, tersedia dengan harga yang terjangkau
(Sularno. Dkk. 2016).
Di Kabupaten Manggarai Barat, sektor pertanian merupakan sektor
yang utama dimana tanaman pangan masih banyak ditanami oleh masyarakat.
Salah satu tanaman pangan yang diproduksi di Manggarai Barat adalah padi
sawah.
Perkembangan luas panen dan produksi padi sawah sejak tahun 2015 -
2019 di Kabupaten Manggarai Barat dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 1. Luas Panen dan Produksi Padi sawah di Kabupaten Manggarai
Barat 2015–2019
Tahun Luas Panen (Hektar) Produksi (Ton)
1 2 3
2015 32 564,00 176 194,00
2016 33 797,00 195 533,00
2017 36 477,70 216 945,56
2018 48 038,90 280 083,40
2019 43 937,10 260 793,50 Sumber : Statistik Pertania Kabupaten Manggarai Barat 2020.
Selama kurun waktu 2015-2018 luas panen padi sawah cenderung
mengalami peningkatan dan terjadi penurunan pada tahun 2019 yang disertai
naik turunnya produksi.
3
Produksi padi sawah di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2018
sebesar 260 793,50 ton.Terjadi penurunan sebesar 19 289,90 ton (6,89
persen) jika dibandingkan dengan tahun 2019.Kecamatan Lembor memiliki
kontribusi sekitar (72 097,82 ton) 25,28 persen. (Statistik Pertanian
Kabupaten Manggarai Barat, 2020).
Desa Siru merupakan salah Desa penghasilan padi sawah di
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat dan sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai petani. Akan tetapi hasil produksi padi sawah
dari 2015 ke tahun-tahun berikutnya justru mengalami penurunan Produksi.
Penurunan pruduksi padi sawah yang dihasilkan tentunya disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti kelangkaan pupuk bersubsidi sehingga petani tidak
dapat memaksimalkan pemupukan pada tanaman padi.
Konsistenya hasil produksi padi yang dicapai bukan hal mudah akan
tetapi, dibutuhkan berbagai faktor pendukung agar dapat berhasil. Salah satu
peran pemerintah adalah memberikan subsidi pada sektor pertanian guna
untuk mengurangi beban masyarakat dengan membayar sebagian harga yang
seharusnya dibayar oleh masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu agar
ketika mereka memerlukan pupuk untuk tanaman padinya, tersedia dengan
harga yang terjangkau.
Pemerintah terus mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui
berbagai kebijakan. Namun demikian, berbagai kebijakan tersebut belum
mampu menjamin ketersediaan pupuk yang memadai dengan Harga Eceran
Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan. Secara realitas masih sering terjadi
4
berbagai masalah diantaranya kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi di
lapangan.
Kondisi petani selama adanya kelangkaan pupuk bersubsidi sangat
berbeda dengan sebelumnya. Saat ini petani sangat sulit untuk mendapatkan
pupuk bersubsidi, ketika petani membutuhkan pupuk harus membeli pupuk
nonsubsidi yang dijual di toko dengan harga mahal, sehingga biaya yang di
keluarkan petani bertambah dan berdampak terhadap kurangnya pendapatan
petani.Oleh karena itu, penulis tetarik untuk melakukan penelitian tentang
“Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan
Pendapatan Padi sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten
Manggarai Barat”.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Apa yang menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi pada
petani padi sawah?.
2. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi
usaha tani padi sawah?.
3. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan
usaha tani padi sawah?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Untuk mengkaji penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi pada petani
padi sawah.
2. Mengkaji dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi
usaha tani padi sawah.
3. Mengkaji dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan
usaha tani padi sawah.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang pertanian
khususnya kelangkaan pupuk bersubsidi dan dampaknya bagi petani
padi, serta sebagai bahan referensi, untuk melengkapi penelitian lebih
lanjut yang masih ingin mencari permasalahan yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan agar Pemerintah dapat meningkatkan
pembinaan dan sosialisasi intensif kepada petani terkait kelangkaan
pupuk bersubsidi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
Peraturan presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi
Sebgai Barang dalam Pengawasan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Untuk Sektor Pertanian. Pupuk bersubsidi merupakan barang dalam
pengawasan yang diprogramkan oleh pemerintah yang dalam pengadaan dan
penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani di
sektor pertanian.Sedangkan Pupuk non subsidi adalah dalam pengadaan dan
penyalurannya tidak mendapat subsidi dari pemerintah atau di luar program
pemerintah (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor: 70/MPP/Kep/2/2003).
2.1.1 Penyaluran Pupuk Bersubsidi
Sudjono (2011) mengartikan sistem distribusi sebagai rangkaian mata
rantai yang menjembatani antara produsen dengan konsumen dalam rangka
pelaksanaan menyalurkan produk atau jasa agar sampai ke tangan konsumen
secara efisien dan mudah dijangkau. Pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-
DAG/Per/2015 tentang Pengadaan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian. Pelaksana Subsidi Pupuk ditugaskan pada PT Pupuk
Indonesia (Persero) yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan dan
7
penyaluran pupuk bersubsidi di wilayah kerja tanggung jawab masing-
masing.
Pengaturan pembagian wilayah pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi antar produsen dilakukan oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero)
sesuai dengan kemampuan produksi, dengan tujuan agar dapat lebih efisien,
efektif dan fleksibel. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada lini III
dilakukan melalui produsen kepada distributor resmi yang telah ditunjuk di
wilayah kerjanya. Selanjutnya pada penyalur lini IV dilakukan oleh
distributor kemudian menyalurkan kepada Pengecer resmi yang ditunjuk di
wilayah kerjanya. Untuk petani/kelompok tani, penyaluran pupuk bersubsidi
dilakukan oleh pengecer resmi yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya.
Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Alokasi
dan HET Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, penyaluran pupuk
bersubsidi dilakukan dengan sistem tertutup melalui Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
2.2.3 Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
Efektivitas penggunaan pupuk bersubsidi diarahkan pada penerapan
pemupukan berimbang sesuai rekomendasi spesifik lokasi atau standar teknis
penggunaan pupuk bersubsidi yang dianjurkan. Dalam penerapan pemupukan
berimbang, perlu didukung dengan aksesibilitas dalam memperoleh pupuk
dengan harga yang terjangkau. Guna menjamin ketersediaan pupuk dengan
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2018
melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan
8
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018 yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Presiden Nomor 107 tahun 2017 tentang Rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018, telah diamanatkan
Program Pengelolaan Subsidi Pupuk. Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan
tersebut, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
47/Permentan/SR.310/12/2017tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi
Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2018. Penyalur di
Lini IV (pengecer resmi) yang ditunjuk wajib menjual pupuk bersubsidi
kepada petani/kelompok tani berdasarkan RDKK sesuai Peraturan Menteri
Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk
Sektor Pertanian, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Kebutuhan dan Harga Eceran
Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang
berlaku.Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/SR.310/12/2017,
sebagai berikut:
Tabel 2. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
No JENIS PUPUK HARGA
Rp/Kg Rp/ZAK
1. UREA 1.800 @ 90.000 (50) Kg
2. SP 36 2.000 @ 100.000(50) Kg
3. ZA 1.400 @ 70.000 (50) Kg
4. NPK 2.300 @ 115.000 (50) Kg
5. ORGANIK 500 @ 20.000 (40) Kg
Sumber. Kementrian Pertanian 2020
9
Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi tersebut berlaku
untuk pembelian oleh petani, petambak dan/atau kelompoktani di Lini IV
(pengecer resmi) secara tunai dalam kemasan 50 Kg untuk pupuk Urea, SP36,
ZA dan NPK serta dalam kemasan 40 Kg untuk pupukorganik.
2.2.4 Pola Disrtibusi Pupuk Bersubsidi
Pola disrtibusi pupuk bersubsidi merupakan suatu kegiatan
penyaluran pupuk oleh perusahaan kepada petani sebagai konsumen
(pemakai pupuk) yang telah disubsidikan pemerintah. Sampai saat ini PT.
Pupuk Sriwijaya yang bertanggungjawab sebagai suatu perusahan utama
dari seluh perusahan BMUN pupuk di Indonesia dalam melakukan
pendistribusian dan penjualan pupuk. Pola distribusi pupuk yang diawali
dari lini I (Pabrik-Pelabuhan) ke lini II (Pelabuhan-Penyimpan Provensi),
danke lini III ke lini IV (Kecamatan) dilakukan oleh para penyalur, dan
penjualan kepada petani di lakukan oleh para pengecer resmi atau yang
bertanggungjawab pada suatu wilaya di lini IV (Santosa, 2008). Kurangnya
pengawasan pemerintah proses pendistribusian pupuk membuka
kemungkinan adanya penimbunan pupuk oleh para pengecer yang akan
menyebabkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.
2.2.5 Pengunaan Pupuk Dalam Produksi Padi
Pupuk bersubsidi merupakan salah satu sarana input atau sarana
produksi yang diberikan ke dalam tanah sebagai salah satu penentu dalam
peningkatan produksi guna untuk menggantikan unsur hara dari dalam tanah,
baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan
10
jenis pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk Organik Cair (POC),
kompos dan sebagainya. Adapun fungsinya adalah untuk menggemburkan
lapisan tanah, meningkatkan populasi makhluk yang teramat kecil dalam
tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, dan meningkatkan
kesuburan tanah.
Pupuk anorganik merupakan jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan proses fisik, kimia, dan biologis. Jenis pupuk anorganik ini diantarnya
pupuk Urea, ZA SP-36, dan NPK (Rohmayani N, 2016). Sesuai dengan
peraturan Menteri Perdagangan RI Tahun 2009 mengenai pengadaan dan
penyalurannya pupuk bersubsidi bahwa jenis pupuk yang disubsidikan oleh
pemerintah adalah pupuk anorganik yang di produksikan lansung oleh
produsen tanah air, yaitu pupuk Urea, SP-36, NPK, ZA dan dan pupuk
organik. Ririn (2017) menjelaskan terdapat beberapa manfaat penggunaan
pupuk berdasarkan jenisnya, yaitu :
1. Pupuk Urea mengandung kadar nitrogen yang tinggi yang bermanfaat
dalam proses fotosintesis tanaman, mempercepat pertumbuhan anakan,
dan cabang tanaman.
2. Pupuk SP-36 mengandung Pohosfat yang bermanfaat dalam memacu
pertumbuhan perakaran dan pembungaan pada tanaman, selain itu
memperkuat batang tanaman.
3. Pupuk ZA di dalamnya mengandung Nitrogen (N) dan sulfur (S) yang
bekerja dalam meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi, dan
menjadikan tanaman lebih sehat.
11
4. Pupuk NPK dilamnya mengandung unsur Nitrogen (N) Phospat (P) dan
Kalium (K) yang dapat membantu proses fotosintesis pada tanaman,
mencegah kerdil.
5. Pupuk Organik terdiri dari beberapa jenis kandungan didalamnya yaitu
sisa-sisa dedaunan tanaman, sisa kotoran pada hewan, yang masing-
masingnya dapat membantu tanaman dalam proses pembusukan dalam
proses pembusukan oleh mikroorganisme yang terdapat didalamnya.
Dalam membantu meningkatkan produksi padi salah satunya adalah
dengan cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang efektif dan efesien
haruslah didasarkan pada konsep 5 tepat pemupukan yaitu, tepat dosis, tepat
jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat bentuk (Agus et al, 2018). Adapun
anjuran pemakaian pupuk bersubsidi pada tanaman berdasarkan 5 tepat
yaitu:
1. Tepat Dosis
Ketepatan dosis merupakan pemakaian pupuk pada tingkat petani
yang disesusuaikan dan dibandingkan dengan rekomendasi pupuk.
Ketepatan penentuan dosis anjuran pemakaian atau rekomendasi pupuk
yang dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan cara
analisis daun dan tanah. Analisis daun dan tanah ini diukur untuk
mengetahui produktivitas dan kandungan unsur hara yang tersedia pada
lahan sehingga penggunaan pupuknya dapat disesuaikan dengan lahan serta
dapat mencapai produksi yang maksimal dengan sejumlah pupuk yang
tepat.
12
2. Tepat Jenis
Tepat jenis ini merupakan jenis pupuk yang diaplikasikan oleh
petani harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Untuk menentukan
penetapan dalam jenis pupuk biasanya harus mempertimbangkan
keseimbangan hara yang terkandung dimana biasanya setiap jenis pupuk
memiliki kandungan unsur hara utama yang berbeda-beda dan tingkat
responsif yang berbeda pula. Adapun jenis pupuk yang
direkomendasikan merupakan jenis pupuk bersubsidi yang sudah terdapat
label pengawasan dan terdiri dari pupuk anorganik dan organik.
3. Tepat Waktu
Penentuan waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik,
tanah yang membutukan pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis
antar unsur hara yang dimaksud dengan ketepatan waktu dalam
pemupukan yaitu, pengaplikasian pupuk harus sesuai dengan jadwal
tanam dan pemupukan yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk dapat
memaksimalkan fungsi dari masing-masing pupuk terhadap lahan.
Sejatinya pengaplikasian pupuk yang optimal berada pada fase 7-10
HST, 21 HST, dan 42 HST. Tidak efektifnya pemupukan apabila
pengaplikasianya dilakukan pada saat fase generatif, karena pada fase
tersebut tanaman tidak akan mampu lagi untuk menyerap pupuk dengan
maksimal. Sehingga ketepatan waktu dalam pemupukan menjadi hal
yang sangat penting untuk mencapai keefektifan dalam pemupukan.
13
4. Tepat Cara
Salah satu cara pengaplikasian pupuk yang tepat adalah harus
sesuai dengan yang direkomendasikan. Pengaplikasian yang umum
dilakukan dalam tanaman padi saat ini masih dilakukan dengan
pengaplikasian secara manual. Berdasarkan rekomendasi pemupukan
yang tepat yaitu dengan cara dengan ditebar ataupun ditugal. Selain itu
pemupukan yang baik harus diaplikasikan di sekitar tajuk tanaman,
karena dengan ditebar pada bagian tajuk tanman maka penyerapan pupuk
oleh perakaran tanaman bisa terserap dengan maksimal.
5. Tepat Bentuk
Tepat bentuk merupakan pupuk yang digunakan sesuai dengan
bentuknya dimana terdapat 2 bentuk fisik dari pupuk, yaitu pupuk
berbentuk cair dan pupuk berbentuk padat atau butiran. Spesifikasi lahan
menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan bentuk fisik pupuk yang
digunakan, dimana untuk lahan padi pada dataran tinggi sebaiknya
menggunakan pupuk cair, dan untuk dataran rendah sebaiknya
menggunakan pupuk berbentuk padat seperti butiran.
2.2 Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah sebuah kondisi dimana para
petani sebagai pemanfaat pupuk bersubsidi sulit dalam mendapatkan pupuk
bersubsidi baik dari segi jumlah maupun waktunya. Pupuk bersubsidi ini
merupakan barang yang selalu dalam pengawasan dan biasanya disalurkan ke
kios resmi pupuk atau melalui kelompok tani yang terdapat pada setiap
14
wilayah atau desa. Meskipun demikian pupuk bersubsidi harganya lebih
terjangkau sehingga dengan adanya pupuk bersubsidi ini petani lebih
terbantu dari aspek pembiayaan, dan jika ketersediaan pupuk bersubsidi ini
terbatas maka akan menjadi masalah bagi petani (Rohmayani, 2016).
Ketersediaan pupuk di sektor pertanian sudah dianggarkan oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan petani, namun yang terjadi kebutuhan pupuk setiap
tahunnya terus mengalami peningkatan, sementara produksinya terbatas
sehingga hal ini menyebabkan kelangkaan pupuk. kelangkaan sebenarnya
tidak terjadi di kalangan petani, namun adanya keterlambatan pendistribusian
pupuk ke petani. Keterlambatan yang terjadi karena pasokan pupuk subsidi
dari pemerintah tidak tepat waktu dalam pengiriman. Dengan demikian
Keterlambatan pupuk bersubsidi secara tidak langsung akan berpengaruh
pada pola tanam, karena keterlambatan pupuk akan menunda penanaman
padi yang seharusnya di tanam pada saat musim tanam menundanya
penanaman padi akan berpengaruh pada musim yang seharusnya menanam
tapi tidak menanam dan akan berdampak pada hasil produksi dan pendapatan
petani (Muchlisin, 2016).
2.3 Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor
Produksi) menjadi output. Produksi dalam arti lain sebagai hasil dari suatu
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan
(Input). Dengan demikian, kegiatan produksi adalah menggabungkan
berbagai input untuk menghasilkan output (Agung, 2008).
15
Pujianti (2019) mengartikan Produksi sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi
lainnya yang sama sekali berbeda. Dalam ekonomi kegiatan tersebut disebut
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output
yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang dipakai dengan menggunakan
teknologi tertentu.
2.4 Faktor Produksi
Faktor produksi merupakan semua jenis input produksi yang
digunakan untuk menghasilkan output. Faktor-faktor prodoksi dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu lahan, modal, tenaga kerja, dan
keahlian yang dimiliki manusia. Dalam berusaha tani khususnya padi sawah
faktor-faktor produksinya meliputi luas lahan, pupuk, pestisida, dan tenaga
kerja serta faktor-faktor lainya.
Menurut Sukirno dalam Muin, (2017) secara umum faktor produksi
dapat di jelaskan sebagai berikut: faktor produksi adalah benda-benda yang
disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa. Pada umumnya, keberlangsungan
proses produksi karena adanya Faktor-faktor produksi yang tersedia, yaitu
tanah (lahan), modal, dan tenaga kerja. Faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian adalah sebagai berikut :
1. Pupuk
Pupuk merupakan bahan atau zat makanan yang diberikan atau
ditambahkan pada tanaman untuk menggantikan unsur yang habis terisap
16
tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut dapat bertumbuh dengan
baik. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam
tanah ada beberapa macam. Pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu
pupuk alam dan pupuk buatan (Muin,2017).
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup.
Seperti pemberian pupuk untuk dapat meningkatkan produksi karena
pupuk merupakan sarana produksi yang sangat penting. Pupuk dapat
berupa bahan organik dan maupun bahan anorganik. Selain untuk
ketahanan tanaman pupuk juga sangat berpengaruh terhadap
meningkatnya jumlah produksi panen padi.
3 Lahan
Faktor prodoksi seperti tanah (lahan) kedudukan begitu penting
dalam pertanian di Indonesia. Tanah sebagai salah satu faktor produksi
yang merupakan pabrik dari hasil-hasil pertanian yaitu, tempat dimana
produksi terjadi dan darimana hasil produksi dihasilkan. Maka dapat
dikatakan luas lahan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
pertanian. Luas lahan dengan produksi padi memiliki hubungan yang
positif karena semakin luas lahan maka akan menyebabkan produksi padi
semakin meningkat dan semakin sempit luas lahan maka produksi padi
akan mengalami penurunan (Satriagasa, 2019).
Afandi, (2011) menerangkan perubahan lahan sawah dapat
mempengaruhi terhadap produksi padi dan produksi beras, selain
17
dipengaruhi oleh produktivitas pertanian. Pengaruh ini terlihat apabila
lahan sawah mengalami perubahan maka akan terjadi perubahan pada
produksi padi, namun ada pula luas lahan sawah berkurang justru
produksi padi meningkat dan luas lahan bertambah untuk produksi padi
justru menurun ini terjadi karena adanya pengaruh dari produktivitas
pertanian seperti intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
Berkurangnya tanah atau lahan pertanian di Indonesia di pengaruhi
oleh keputusan petani dalam alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman. Yang jadi permasalahannya saat ini dalam proses alih
lahan tersebut, harga yang diterima petani belum sepenuhnya
mencerminkan nilai sebenarnya dari lahan, sehingga kalau terus
dibiarkan dikhwatirkan kedepannya tetap seperti itu, dikarenakan lahan
sawah merupakan lahan paling sesuai sebagai media tanam guna menjaga
kestabilan pangan sehingga perlu dipertahankan agar tidak terjadi
perubahan fungsi lahan sawah ke fungsi lahan lainnya. Berkaitan
dengan kecendrungan alih fungsi lahan tersebut, diharapkan kepada
pemerintah agar perketat dalam berbagai peraturan untuk mencegahnya
alih fungsi lahan dan mampu melindungi lahan sawah (Subagiyo dkk,
(2020).
4 Pestisida
Pestisida dibidang pertanian merupakan teknologi modern yang
yang digunakan untuk membasmi hama-hama tanaman. Sasarannya
bermacam-macam, seperti serangga, walangsangit, gulma, tikus,
18
mamalia, atau mikroba yang dianggap mengganggu. Penggunaan
pestisida memungkinkan petani untuk meningkatkan produksi tanaman
pertaniannya dan bahkan mampu melindungi petani dari kerugian paska
panen (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2014).
Haryono dalam Ahusilawane (2020) menerangkan bahwa dalam
pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan sering kali petani harus
memakai bahan-bahan kimia (pestisida kimia). Pestisida yang
disemprotkan dapat juga bereaksi dengan senyawa lain menjadi senyawa
yang lebih kompleks dan tidak mudah terdeteksi. Jika senyawa baru
tersebut menjadi senyawa yang lebih racun, maka akan menjadi potensi
bahaya bagi lingkungan termasuk bagi manusia.
5 Tenaga Kerja
Selain tanah, pupuk, dan pestisida tenaga kerja juga merupakan
faktor produksi yang mempunyai peranan dalam melakukan proses
produksi. Dalam suatu kegiatan usaha tani tenaga kerja yang bekerja
berasal dari keluarga petani itu sendiri seperti ayah sebagai kepala
keluarga, istri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari
keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi
pertanian secara keseluruhan yang tidak perlu lagi di
upah(Roswati,2016).
2.5 Biaya Prodoksi
Sukirno, (2006) menjelaskan Biaya produksi merupakan semua
dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas produksi
19
dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk diproses dan menjadikannya
barang yang bermanfaat oleh perusahan tersebut.
1. Total Cost (TC)
Semua biaya produksi yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi
dinamakan biaya total. Biaya produksi total atau total biaya didapat dari
menjumlahkan biaya tetap total (total fixed cost) dan biaya variable total
(total Variabel Cost). Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = biaya produksi
TFC = biaya tetap
TVC = biaya variable
2.6 Pendapatan Usahatani
Pendapatan usaha tani merupakan suatu indikator untuk mengukur
keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat dari berbagai kombinasi faktor
produksi yang digunakan dalam satu priode kegiatan berusa taninya,
sehingga dapat mencerminkan kemajuan ekonomi masyarakat. Pendapatan
tersebut akan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya (Tito dalam Afika, 2019). Dengan kata lain pendapatan
usaha tani secara lebih fokus merupakan selisih antara penerimaan dengan
biaya total yang dikeluarkan melalui pengurangan antara jumlah penerimaan
20
dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan total merupakan penjumlahan
dari seluruh pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani yang dilakukan.
Penerimaan dalam usaha tani merupakan total pemasukkan yang
diterima oleh masyarakat atau petani dari kegiatan produksi yang telah
dilakukan dan sudah menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-
biaya yang dikeluarkan selama melakukan proses produksi (Husni et al,
2014). Menurut Rahim dalam, Mira, (2019) menjelaskan bahwa penerimaan
usaha tani adalah hasil perkalian antara produksi yang di proleh dengan
harga jual produksi dan dinilai dengan uang untuk mengetahui berapa hasil
yang diperoleh. Dan hasil tersebut belum bisa dikatakan hasil bersih (Netto)
dan hasil akhir dari kegiatan usaha tani, karena hasil tersebut harus di
kurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usaha tani seperti
bibi, pupuk, pestisida, biaya pengolahan lahan, upah menanam, upah
membersihkan rumput, dan biaya panen. Setelah semua biaya tersebut
dikurangi barulah para petani memperoleh yang disebut dengan pendapatan
usaha tani. Pernyataan ini secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Y.Py
Dimana :
TR = total revenue
Y = total ouput
Py = harga output
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total
yang dikeluarkan. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangkan
21
penerimaan dengan biaya usaha tani (soekartawi dalam Barokah dkk, 2014).
Hubungan antara pendapatan, penerimaan dan biaya dapat dihitung dengan
rumus:
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan
TC = total biaya.
2. Total Fixet Cost (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh (input)
faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya
tetap total. Biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output
berubah seperti penyusutan peralatan usaha tani.
3. Total Variabel Cost (TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi yang dapat diubah jumlahnya. Biaya yang jumlahnya berubah
ketika kuantitas output yang diproduksi berubah yang dinamakan biaya
variabel.
2.7 Usahatani Padi Sawah
Usaha tani padi sawah merupakan kegiatan mengelolah faktor-faktor
produksi seperti tanah (lahan), teknologi, pupuk, bibit, pestisida, dan tenaga
kerja dengan efektif dan efesien untuk menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga pendapatan usaha taninya meningkat, karena padi yang dihasilkan
22
menjadi kebutuhan pokok bagi petani dan keluarganya setelah melalui
proses penggilingan yaitu beras (Jamil, 2020).
Menurut Kariyasa dalam Handayani dkk., (2018) usaha tani padi
sawah merupakan salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi
masyarakat pedesaan. oleh karena itu, kegiatan usaha tani yang dilakukan
oleh para petani tidak hanya meningkatkan produksi tetapi bagaimana
menaikkan pendapatan melalui pemanfaatan penggunaan faktor produksi,
karena sering terjadi penambahan faktor produksi tidak memberikan
pendapatan yang diharapkan oleh petani. Berdasarkan syarat tumbuh
tanaman padi sawah maka walaupun sarana produksi dapat dipenuhi tanpa
adanya ketersediaan air maka tanaman padi sawah tidak dapat tumbuh dan
berproduksi dengan optimal. Budidaya padi sawah sangat membutuhkan
ketersediaan air yang berasal dari jaringan irigasi teknis maupun tadah
hujan.
2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu ini merupakan acuan sebagai bahan perbandingan.
Selain itu, untuk menjauhi dugaan adanya kesamaan dengan penelitian ini.
Maka dalam tinjauan pustaka ini perlu mencantumkan penelitian terdahulu
dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 3. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu No Nama, Tahun,
dan Judul
Metode
Penelitian
Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
1. Nugrohodkk,
(2018).
Distribusi
Pupuk
Bersubsidi Di
Analisis tren
digunakan untuk
menentukan
ketersediaan dan
kebutuhan
TujuanPenelitian
ini untuk
mengetahui
ketersediaan dan
kebutuhan,
Hasil penelitian
menunjukkan ketersediaan
dan kebutuhan pupuk di
Kabupaten Bantul bersifat
fluktuatif dengan
23
Kabupaten
Bantul Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
pupuk.
Efektivitas
distribusi pupuk
ditentukan
dengan analisis
enam tepat
distribusi pupuk
sedangkan
efisiensi diukur
dengan
menggunakan
marjin
pemasaran.
mengevaluasi
pelaksanaan dan
merumuskan
saran dalam
pengembangan
distribusi pupuk
di Kabupaten
Bantul Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
kecenderungan beberapa
bulan terjadi kelangkaan
stok pupuk. Distribusi pupuk
secara keseluruhan cukup
efektif dan efisien namun
terkadang masih belum tepat
jumlah dan tepat harga serta
alurnya tidak sesuai
ketentuan resmi yang
ditetapkan pemerintah
2. Tanjung,
(2018).“Kajian
Ketersediaan
Pupuk
Bersubsidi dan
Harga Pupuk
Terhadap
Produksi Padi
Sawah di
Kabupaten
Batubara”
Analisis regresi
linier berganda
adalah
hubungan secara
linear antara dua
variabel
independen
yaitu
ketersediaan
pupuk
bersubsidi (X1),
dan harga pupuk
murah (X2)
dengan variabel
dependen yaitu
produksi padi
(Y).
Tujuan utama
penelitian ini
adalah untuk
mengetahui
pengaruh
ketersediaan
pupuk bersubsidi
dan harga pupuk
bersubsidi sesuai
Harga Eceran
Tertinggi (HET)
terhadap produksi
padi sawah di
Kabupaten Batu
Bara.
hasil penelitian diketahui
bahwa ketersediaan dan
harga pupuk bersubsidi
secara simultan dan parsial
berpengaruh signifikan
terhadap produksi padi
sawah di Kabupaten
Batubara.
3. Kaustar,
(2020). Analisis
Kelangkaan
Pupuk
Bersubsidi dan
Pengaruhnya
Terhadap
Produktivitas
Padi (Oryza
Sativa) di
Kecamatan
Montasik
Kabupaten
Aceh Besar
Metode yang
digunakan pada
penelitian ini
adalah jenis
metode
kualitatif dan
metode
kuantitatif yaitu
metode analisis
deskriptif dan
metode analisis
fungsi produksi
cobbdouglass.
tujuan penelitian
ini adalah untuk
mengetahui
dampak
kelangkaan pupuk
subsidi yang
terjadi di
Kecamatan
Montasik,
mengidentifikasi
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kelangkaan pupuk
bersubsidi
diKecamatan
Montasik, dan
menganalisis
tingkat pengaruh
penggunaan
pupuk subsidi
yang mengalami
kelangkaan
terhadap
produktivitas padi
petani di
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan dampak
kelangkaan pupuk subsidi
yang terjadi di Kecamatan
Montasik menyebabkan
tidak tepatnya jumlah pupuk
subsidi yang tersedia, tidak
tepatnya penggunaan jenis
pupuk subsidi SP-36 dan ZA
yang digunakan oleh petani,
dan tidak tepatnya waktu
dalam pendisitribusian
pupuk subsidi. Selain itu
faktor-faktor yang
mempengaruhi kelangkaan
pupuk subsidi di Kecamatan
Montasik adalah realisasi
pupuk lebih rendah dari
usulan RDKK oleh petani,
dosis pemakaian pupuk yang
tidak sesuai anjura oleh
petani, pola distribusi tidak
berjalan sesuai dengan
ketetapan yang ditetapkan,
kemampuan pengelolaan
24
Kecamatan
Montasik
Kabupaten Aceh
Besar.
perencanaan kebutuhan
pupuk yang masih rendah
oleh kelompok tani, dan
tidak tepatnya harga
pembelian pupuk yang dibeli
petani sesuai HET yang
berlaku
4. Rizal Zulmi
(2011).
Pengaruh Luas
Lahan, Tenaga
Kerja,
Penggunaan
Benih Dan
Pupuk
Terhadap
Produksi Padi
Di Jawa
Tengah Tahun
1994-2008
Alat analisis
yang digunakan
adalah regresi
berganda
dengan metode
OLS (Ordinary
Least Square).
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh luas
lahan, tenaga
kerja, benih, serta
pupuk terhadap
produksi padi di
Jawa Tengah.
Hasil analisis menunjukkan
bahwa variable luas lahan,
tenaga kerja dan pupuk
memberikan pengaruh
positif dan signifikan pada
taraf kepercayaan 5%
terhadap produksi padi.
5. Motik Indrasari
(2008).
Dampak
Kelangkaan
Pupuk Urea
Bersubsidi
Terhadap Sikap
Petani dan
Produktivitas
Usahatani,
Alat analisis
yang Analisis
Rangk spearman
dan analisis
wilkcoxon
Penelitian ini
bertujuan yaitu
1. untuk
mengetahui
dampak
kelangkaan
pupuk
terhadap sikap
petani dalam
penggunaan
pupuk urea.
2. faktor yang
berkorelasi
dengan sikap
perbedaan
produktivitas
sebelum dan
sesudah
kelangkaan
pupuk
bersubsidi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sikap
petani pada usahatani padi
tidak mengurangi
penggunaan pupuk urea
walaupun adanya
kelangkaan pupuk.
Penelitian terdahulu merupakan suatu refrensi dasar dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan kemudian dibandingkan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan.
Dari kelima Penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa,
distribusi pupuk bersubsidi secara keseluruhan cukup efektif namun
25
terkadang pupuk bersubsidi masih belum tepat jumlah dan tepat harga, dan
juga pola pendistribusian pupuk bersubsidi tidak berjalan sesuai dengan
ketetapan yang ditetapkan. Ketersediaan dan harga pupuk bersubsidi
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah. Selain itu pupuk
bersubsidi juga memberikan pengaruh positif terhadap produksi padi. Dengan
adanya kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi menyebabkan tidak
tepatnya penggunaan jenis pupuk SP-36 dan ZA oleh petani. Hasil lain
menunjukan bahwa dengan adanya kelangkaan pupuk bersubsidi petani tidak
mengurangi penggunaan pupuk Urea pada usaha tani padi.
2.9 Kerangka Pikir
Atas dasar program pemerintah melalui surat Keputusan Menperidag
No. 70/MPP/Kep/2/2003 tanggal 11 Ferbruari 2003, tentang pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Dalam program
tersebut pupuk bersubsidi hanya diperuntukkan bagi usaha pertanian yang
meliputi petani tanaman pangan, peternakan dan perkebunan rakyat.
Setiap program pemerintah tidak terlepas dari kendala dan masalah,
terutama penyimpangan-penyimpangan dalam proses pencapaiannya,
termasuk pupuk bersubsidi. Sehingga perlu dilakukannya kordinasi dengan
berbagai pihak terkait seperti, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai
kordinator yang bertanggungjawab dalam pengusulan pupuk bersubsidi dan
mengatur alokasi pupuk bersubsidi pada masing-masing kecamatan untuk
semua subsektor. Selanjutnya distributor menyalurkan kepada pengecer dan
kelompok tani yang telah ditunjuk wilayah kerjanya. Penyaluran pupuk
26
bersubsidi kepada petani akan dilakukan oleh pengecer resmi di masing-
masing kecamatan yang menjadi tanggungjawabnya.
Salah satu masalah yang terdapat dalam pupuk bersubsidi adalah
kelangkaan. Hal-hal yang terdapat dalam kelangkaan pupuk bersubsidi adalah
ketersediaannya terbatas dan harga tinggi. Walaupun pada kenyataanya tidak
terjadi, namun perlu untuk diantisipasi agar penyaluran pupuk besubsidi di
lapangan dapat berjalan lancar dan efektif.
Kegiatan usaha tani padi sawah petani seringkali diperhadapkan
dengan masalah kelangkaan pupuk bersubsidi. Hal tersebut disebabkan oleh
terbatasanya sarana produksi seperti pupuk bersubsidi dan harga
tinggi.Kelangkaan pupuk bersubsidi ini akan berdampak terhadap penurunan
produksi dan rendahnya pendapatan petani padi sawah, sehingga
mengakibatkan kerugian.
27
Gambae 1. Kerangka Pemikiran
Program Pupuk Bersubsidi
Pemerintah
Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi
Ketersedian
Terbatas
Dinas Pertanian
Distributor Pupuk Bersubsidi
Penerimaan dan
Pendapatan
Harga
Tinggi
Usaha tani
Padi Sawah
28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan
Januari 2021. Lokasi penelitian yaitu di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Siru merupakan Sentra produksi
Padi yang mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penetuaan sampel dalam penelitian ini adalah dilakukan
secra acak (simple random sampling) tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.
Populasi adalah keseluruahan subjek atau objek yang menjadi
sasaran dalam penelitian ini. Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah
petani padi sawah di Desa Siru sebanyak 340 orang petani. Sedangkan
sampel adalah perwakilan dari populasi yang akan diteliti.
Untuk menetukan banyaknya sampel yang akan diteliti
menggunakan rumus slovin seperti berikut:
n
Keterangan :
N = jumlah anggota dalam populasi
n = jumlah sampel
e = nilai kritis (batas ketelitian)
29
n
n = 39 orang
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus slovin diatas maka,
yang menjadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 39 orang petani padi
sawah di Desa siru Kecematan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian untuk mendeskripsikan permasalahan yang terdapat
pada objek penelitian yang berkaitan dengan kelangkaan pupuk bersubsidi.
Sedangkan sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data
sekundar dan primer:
1. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang telah dikumpul oleh
lembaga pengumpul data. Data tersebut biasanya diperoleh dari
perpustakaan, laporan penelitian terdahulu, kantor desa, literatur-
literatur yang berkaitan, dan data dipublikasi oleh instansi-instansi
yang terkait dengan penelitian ini seperti, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Holtikultura Kabupaten Manggarai Barat, dan Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lembor, Badan Pusat Statistik (BPS),
dan instansi lainnya dan data ini dapat berupa data keadaan geografis,
Luas Lahan, produksi padi, dan lainnya.
30
2. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh
peneliti di lapangan dengan cara observasi langsung terhadap objek
yang diteliti dan melakukan wawancara kepada petani atau
responden penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti di Desa Siru kecamatan Lembor kabupaten Manggarai
Barat.
2. Wawancara
Wawancara merupakan rangkaian proses pengumpulan yang
dilakukan secara lisan antara pewawancara dengan respondenya
menggunakan pedoman kuesioner untuk mendapatkan informasi yang
lebih luas terkait objek yang diteliti.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat atau instrument yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data yang berisi catatan dalam bentuk
pertanyaan untuk ditanyakan kepada responden.
4. Dokumentasi
31
Dokumentasi yaitu pengambilan data dengan menggunakan
dokumen berbentuk gambar atau dokumentasi sebagai bukti bahwa telah
dilaksanakan penelitian dan apa yang ditulis sesuai dengan kejadian di
lokasi penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Berdasarkan Rumusan masalah yang ada, teknik analisis data yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan alat analisis antara lain sebagai
berikut:
1. Analisis penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi
Untuk menjawab penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi
digunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid
PSP Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat.
2. Analisis dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi
Untuk menjawab dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap
produksi menggunakan analisis deskripitif untuk menjelaskan
damapaknya terhadap produksi petani padi sawah.
3. Analisi dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan
Untuk menganalisis dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap
pendapatan usaha tani padi maka, dilakukan analisis kuantitatif dengan
perhitungan sebagai berikut:
a. Total Biaya (TC) diperoleh dengan menggunakan rumus
TC = TFC + TVC
32
Keterangan :
TC = biaya produksi
TFC = biaya tetap
TVC = biaya variabel
b. Penerimaan usaha tani padi diperoleh dengan menggunakan rumus
TR = Y.Py
Dimana :
TR = total revenue
Y = total output
Py = harga output
C. Pendapatan usaha tani padi diperoleh dengan menggunakan rumus
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = pendapatan usaha tani
TR = total penerimaan
TC = total biaya.
3.5 Definisi Operasional
Untuk memperjelas maksud dan tujuan dari penelitian ini agar
lebih terfokus maka peneliti memberikan definisi operasional terhadap
judul penelitian yang akan di laksanakan oleh peneliti. Adapun definisi
operasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pupuk Bersubsidi adalah jenis pupuk diperoleh dari pengecer resmi dan
kelompok tani dengan harga terjangkau atas dasar program pemerintah.
33
2. Dinas Pertanian yang dimaksud adalah yang menyelenggarakan urusan
prasarana dan sarana pertanian tanaman pangan kabupaten/kota.
3. Distributor pupuk bersubsidi adalah yang bertanggungjawab dalam
menyalurkan pupuk bersubsidi kepada pengecer (penyalur di Lini IV)
yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya.
4. Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah tidak tersedianya pupuk bersubsidi
ketika dibutuhkan (tidak mampu memenuhi kebutuhan petani).
5. Penggunaan pupuk bersubsidi dalam produksi padi adalah tingkat
terhadap penggunaan pupuk bersubsidi sesuai dosis anjuran pemupukan
pada usaha tani padi yaitu, Urea, SP-36, ZA, NPK, Organik.
6. Harga tinggi yang dimaksud adalah melebihi harga yang telah ditetapkan
sesuai Harga Enceran Tertinggi (HET).
7. Sedangkan harga merupakan harga beli Pupuk bersubsidi pada tingkat
petani.
8. Usaha tani padi sawah merupakan kegiatan petani dalam mengelola
lahanya menjadi lahan produktif.
9. Produksi merupakan kegiatan memanfaatkan lahan pertanian dengan
mengkombinasi semua input untuk mendapatkan output seperti padi dan
beras.
10. Pendapatan usaha tani padi sawah merupakan penerimaan yang di
terima oleh setiap petani dalam satu kali berusaha tani dikurangi dengan
total biaya produksi yang dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp)
34
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Desa Siru merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Secara geografis Desa Siru memiliki luas
wilayah sebesar 25,49 km2
dengan jumlah jiwa sebanyak 2.073 jiwa terdiri 1.040
jiwa laki - laki 1.033 jiwa perempuan. Desa Siru memiliki 6 Dusun, terletak
disebelah utara kota Kecamatan, jarak tempuh Desa Siru dari pusat pemerintah
Desa yaitu, jarak ke ibu kota kecamatan 4,8 km dan lama jarak tempuh ¼ jam.
Sedangkan dari ibu kota Kabupaten + 58 km, dan jarak tempuh 2/5 jam. Dengan
batas administrasi adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Golo Ronggot Kecamatan Welak
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Poco Rutang Kecamatan Lembor
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Lurah Tangge Kecamatan Lembor
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Wae wako Kecamatan Lembor.
Kondisi umum iklim yang ada di Desa Siru yaitu dengan curah hujannya
pertahun 280 0C. Sedangkan ketinggiannya + 3000 meter dari permukaan laut
(dpl) dengan suhu udara 20-40 0C. Adapun jumlah curah hujan 3-4 bulan.
Sedangkan jenis warna tanah yang ada di Desa Siru adalah
merah/kuning/hitam/abu-abu dan tekstur tanahnya adalah Lampungan/ Pasir/
Debuan.
35
4.2. Kondisi Demografis
Kondisi demografis di Desa Siru berdasarkan keadaan penduduk di bagi
berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berdasarkan usia, jumlah penduduk
berdasarkan pendidikan, jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, jumlah
penduduk berdasarkan agama sebagai berikut:
4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di lokasi penelitian adalah 2.230 jiwa berasal dari
494 KK. Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari
1.040 jiwa laki-laki dan 1.033 jiwa perempuan. Untuk lebih jelasnya
gambaran tentang penduduk di Desa Siru menurut jenis kelaminnya maka
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki – Laki 1040 50,16
2. Perempuan 1033 49,83
Total 2.073 99,99
Sumber: Data Skunder 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari total penduduk Desa Siru
lebih didominasi oleh penduduk jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 1.040
jiwa dengan persentasi 50,16 % sedangkan yang jenis kelamin perempan
adalah 1.033 jiwa dengan persentasi 49,83 %.
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia.
Gambaran umum tentang keadaan penduduk berdasarkan usia di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut:
36
Tabel 5.Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Siru Kecamatan
Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0 – 4 138 6,65
2. 5 – 9 208 10,03
3. 10 – 14 206 9,93
4. 15 – 19 288 13,89
5. 20 – 24 275 12,26
6. 25 – 29 186 8,97
7. 30 – 34 129 6,22
8. 35 – 39 144 6,94
9. 40 – 44 117 5,64
10. 45 – 49 103 4,96
11. 50 – 54 87 4,19
12. 55 – 59 83 4,00
13. 60 + 109 5,25
Total 2.073 98,93
Sumber: Data Skunder 2020
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak
adalah berada pada kelompok umur 15-19 tahun adalah sebanyak 288 orang
dengan persentasi 13,89%. Pada interval ini memiliki kelompok umur yang
produktif yaitu dimana seorang memiliki fisik yang lebih kuat sehingga dapat
menghasilkan barang dan jasa yang lebih efektif jika dibandingkan dengan
orang yang sudah produktif. Sedangkan jumlah penduduk yang umurnya
sudah tidak produktif berada pada umur 60+ tahun sebanyak 109 orang
dengan persentasi 98,93%.
4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Penduduk Desa Siru memiliki tingkat pendidikan yang serasi yakni
mulai dari SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
37
Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Belum Tamat SD 461 22,23
2. SD 718 34,63
3. SMP 301 14,52
4. SMA 391 18,86
5. ≥ D1 202 9,74
Total 2.073 99,98
Sumber: Data Skunder 2020
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa
Siru paling besar berada tingkat pendidikan SD sebesar 718 orang dengan
persentasi 34,63 %. Belum tamat SD sebanyak 461 dengan persentase 22,23
%, Sekolah Menegah Atas (SMP) yaiyu 301 orang dengan persentasi 14,52
%, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMA) sebanyak 391 orang dengan
persentasi 18,86 %. Sedangkan kecil adalah Sarjana ( ≥D1 ) sebanyak 202
dengan persentase 9,98 %.
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah penduduk Desa Siru berdasarkan pekerjaan dapat
dikelompokkan berdasarkan pekerjaannya masing-masing. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
38
Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Siru
Kecematan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Belum Kerja 215 10,37
2. IRT 178 8,58
3. Pelajar 782 37,72
4. Pensiunan 1 0,04
5. PNS 30 1,44
6. Buru 5 0,24
7. Petani 697 33,62
8. Sewasta 84 4,05
9. Kariawan Honorer 22 1,06
10. Guru 56 1,25
11. Pengusaha 1 0,04
12. Sopir 2 0,09
13. TNI/POLRI - -
Total 2.073 98,5
Sumber: Data Skunder 2020
Tabel diatas Menunjukkan bahwa penduduk Desa Siru sebagian besar
pekerjaannya sebagai petani yaitu sebesar 697 orang dengan persentasi 33,62
% dan paling sedikit adalah pekerjaannya sebagai pengusaha yaitu 1 orang
dengan persentasi 0,09 %.
3.3. Kondisi Pertanian
Kondisi pertanian di Desa Siru dapat menjadi indikator bahwa, Desa Siru
mampu mencukupi kebutuhan pangan pokok penduduk. Lahan sawah fungsional
yang ada di Desa Siru seluas 1388, 78 (Ha) yang terdiri dari Sawah irigasi seluas
13,78,78 (Ha) yang di tanami komuditas padi saja 3 kali panen dalam setahun.
Sedangakan sawah tada hujan seluas 10 (Ha) hanya ditanami komuditas padi satu
kali dalam setahun. Luas areal panen tanaman pangan tersebut menggambarkan
potensi yang dimilikinya, serta kemampuan untuk menghasilkan makanan pokok
penduduk yang ada didalamnya.
39
Komuditas padi merupakan prioritas utama dibudidayakan oleh penduduk
di Desa Siru, karena komuditas ini merupakan komuditas tanaman yang paling
cocok untuk ditanam sesuai dengan kondisi lahan yang ada di Desa Siru dan
kebiasaan penduduk, serta kebutuhan penduduk terhadap komuditas padi sebagai
kebutuhan ekonomi.
Kemampuan tersebut tentunya didukung tersedianya lahan usaha tani yang
potensial, sumber daya manusia yang memadai, serta dukungan teknologi
sehingga dapat mengelolah lahan usaha tani secara optimal.
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Identitas Responden
Identitas responden yang dimaksud disini adalah profil objek yang
memberikan keterangan dan data yang akurat terkait permasalahan yang akan
diteliti. Adapun identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan,
tanggungan keluarga, pengalaman berusaha tani, dan luas lahan.
1. Umur Petani Reponden
Keaktifan dan kemampuan berfikir kreatif dalam bekerja merupakan
faktor yang dipengaruhi oleh umur. Petani yang masih termasuk dalam
kategori umur produktif secara fisik masih mampu bekerja jika dibandingkan
dengan yang sudah tidak produktif. Oleh sebab itu, indikator untuk menilai
tingkat produktivitas petani dalam mengelolah usaha taninya adalah umur.
Adapun tabel distribusi berdasarkan kelompok umur petani responden
sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa
Siru Kecamatan Lembor Manggarai Barat.
No Umur Petani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 25 – 32 4 10
2 33 - 40 12 31
3 41 – 48 13 33
4 49 – 56 4 10
5 57 – 64 4 10
6 65 – 73 2 5
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021
41
Berdasarkan tabel di atas dapat kita dapat ketahui, responden
terbanyak berada pada golongan umur produktif yang berada pada kisaran
kelompok umur 41-48 tahun dengan jumlah 13 orang atau 33 %. Hal ini
menunjukan bahwa pengalaman yang dimilikinya dalam berusahatani padi
sawah sudah cukup lama sehingga dapat memperkirakan jumlah dosis pupuk
yang akan digunakan sesui dengan rekomendasi.
2. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan dapat menghantarkan kepada sesuatu hal yang ingin
dicapai oleh setiap orang, begitu pula dalam kegiatan berusaha tani. Petani
dalam mengelolah usaha taninya pendidikan turut mempengaruhi
didalamnya, misalnya dalam hal kreatif berusaha tani dan mengadopsi
teknologi baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah dalam
merespon sesuatu hal yang baru begitupun sebaliknya.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak Tamat SD 8 21
2 SD 7 18
3 SMP 9 23
4 SMA 11 28
5 SARJANA 4 10
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021
Tabel di atas menunjukan bahwa, responden yang mendominasi
adalah tingkat pendidikanya SMA yakni 11 orang dengan persentase 28%.
Dengan demikian, responden tersebut akan lebih kreatif dalam berpikir
terkait cara untuk mendapatkan pupuk bersubsidi juga dalam mengelolah
42
usahata usahataniya sehingga dapat memproleh hasil produksi padi sawah
lebih dari yang tingkat pendidkanya terbilang rendah.
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah anggota dalam keluarga berpengaruh terhadap produksi
usaha tani padi jika dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
Banyaknya anggota dalam keluarga dapat memperkecil penggunaan tenaga
kerja luar yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha tani padi sehingga dapat
mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk mengetahui lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di
Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1 2 5
2 2 1 3
3 3 3 8
4 4 3 8
5 5 23 59
6 6 7 18
Jumlah 39 100
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2021
Hasil olahan data primer pada tabel 11 diatas menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga tertinggi yaitu 5 orang sebanyak 23 responden
dengan persentase 59%. Dengan demikian, banyaknya jumlah tanggungan
keluarga dapat meminimalisir penggunaan waktu kerja yang terpakai dalam
kegiatan usaha taninya.
4. Luas Lahan Responden
Lahan merupakan areal untuk dilakukanya kegiatan usaha tani petani
padi dalam hal ini adalah sawah. Luas lahan dapat dihitung menurut satuan
43
hectare (ha). Adapun luas lahan petani padi sawah di Desa Siru berstatus
lahan milik sendiri yang turun temurun di kelolah sebagai sumber mata
pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup petani. Untuk mengetahui
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0,25 - 0,35 17 44
2 0,36 - 0,46 0 0
3 0,47 - 0,57 11 28
4 0,58 - 0,68 0 0
5 0,69 - 0,79 4 10
6 0,80 - 1 7 18
Jumlah 39 100
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2021
Tabel luas lahan diatas didominasi oleh responden yang memiliki
lahan garap kurang dari satu hektare sehingga tidak membutuhkan pupuk
bersubsidi dengan jumlah yang banyak namun, ketersediaan pupuk bersubsidi
terbatas maka petani merasakan kelangkaan pupuk bersubsidi karna tidak
mampu memenuhi kebutuhan pupuk untuk kegiatan usahatani padi sawah.
5. Pengalaman Berusaha tani Responden
Selain beberapa karakteristik responden yang sudah disajikan
sebelumnya, karakteristik yang satu ini juga merupakan faktor yang berperan
penting terhadap pengelolaan usaha tani, yakni pengalaman berusaha tani.
Petani yang cukup lama berprofesi sebagai petani padi tentunya memiliki
banyak pengalaman yang diperoleh, baik itu yang berkaitan dengan
pengelolaan usaha taninya maupun dalam penerapan teknologi baru.
44
Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha tani di
Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
No Pengalaman Berusaha tani Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 5 – 12 8 21
2 13 – 20 19 49
3 21 – 28 3 8
4 29 – 36 8 21
5 37 – 44 0 0
6 45 – 52 1 3
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer setelah Diolah, 2021
Tabel 8 menunjukkan hubungan anatara pengalaman berusahatani
responden yang diukur berdasar lama tidakyan pengalaman dalam
mengelolah usahatani padi sawah. Responden yang mendominasi memiliki
pengalaman berusahatani lebih darai 10 tahun. Responden tersebut sudah
memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelolah usahatani padi
sawahnya dan sudah cukup aktif dalam organisasi kelompoktani sehingga
cepat dalam memproleh informasi terkait pengunaan pupuk sesuai
rekomendasi.
4.2. Syarat Untuk Mendapatkan Pupuk Bersubsidi
Salah satu tujuan kebijakan pemberian pupuk bersubsidi adalah untuk
meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk
bersubsidi untuk usaha taniya sehingga dapat meningkatkan produksi
komuditas tanaman pangan guna mendukung ketahanan pangan.
Alur distribusi pupuk bersubsidi telah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Perdagangan Repoblik Indonesia No.15/M-DAG/PER/4/2013 tentang
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Dimana
agar pupuk bersubsidi yang diperoleh petani dapat memenuhi prinsip enam
45
tepat (tepat tempat, tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat
harga) serta efektifitasnya dalam sistem pendistribusian pupuk bersubsidi
sebagai berikut:
Gambar 2. Alur pendistribusian Puouk Bersubsidi.
Adapun mekanisme penebusan pupuk bersubsidi di Desa Siru
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, dimulai dari musyawarah
antara ketua kelompok dengan anggota kelompok tani untuk disusunnya
RDKK dua bulan sebelum musim tanam tiba. Rencana Devinitif Kebutuhan
Kelompok (RDKK) merupakan kebutuhan riil pupuk bersubsidi yang akan
diusul dan digunakan dari masing-masing anggota kelompok tani dengan
menetapkan jumlah pupuk, jenis pupuk, jenis komuditas yang akan ditanami,
dan waktu pupuk bersubsidi tersebut akan dibutuhkan.
Lini II/Gudang Kabupaten
Distributor
Penecer/Lini IV
PT. Petrokimia Gresik Gresik-
Indonesia
Lini II/Gudang Produsen
Petani/Kelompok Tani
46
Rencana Devinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berfungsi sebagai
pesanan pupuk bersubsidi petani/kelompok tani yang disetujui oleh kepala
desa, PPL, serta ketua kelompok tani kepada pengecer resmi yang
bertanggungjawab disuatu wilayah atau lini IV. Pengecer resmi akan merekap
RDKK dari petani/kelompok tani, kemudian di serahkan ke distributor.
Selanjutnya distributor menyerahkan RDKK ke PT. Petrokimia Gresik
Gresik-Indonesia utuk di proses. Dibagian penjualan, RDKK ini dikoreksi
mengenai jumlah pupuk, jenis pupuk, jenis komuditas yang akan ditanami,
dan waktu pupuk bersubsidi tersebut akan dibutuhkan. Dalam mengorksi
perusahan berlandaskan data yang di proleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Manggarai barat.
Sedangkan untuk memproleh pupuk bersubsidi yang di perlukan,
maka distributor mengirimkan surat permintaan pupuk bersubsidi yan berisi
jumlah pupuk yang diminta dari masing-masing pengecer. Kemudian pupuk
diangkut ke kois-kios pengecer yeng memerlukan dan ketua kelompok tani
mengambil pupuk di kios pengecr berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
petani.
mengecek kelengkapan Rencana Devinitif Kebutuhan Kelompok
(RDKK) dan dilakukan penandatanganan oleh ketua kelompok tani yang
diketahui oleh kepala Desa setempat disetujui oleh Kepala cabang (KCD) atau
Pertanian Penyuluh Lapangan (PPL) dan ketika semuanya sudah
ditandatanagani maka, segera dikirimkan ke pengecer resmi sebagai pesanan
pupuk bersubsidi.
47
4.3. Penyebab Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Pada peraturan pemerintah pupuk bersubsidi dan padi dalam berusaha
tani terdapat hubungan yang sangat erat, hubungan tersebut merupakan
hubungan fungsional antara input dan output. Meskipun dalan hubungan
tersebut masih terdapat berbagai faktor input (faktor produksi) lainya seperti
tenaga kerja, pestisida, lahan, dan berbagai faktor produksi lainya.
Hampir di setiap daerah di Indonesia masih banyak petani dijumpai
dengan permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi. Kelangkaan pupuk
bersubsidi sudah menjadi permasalahan yang sangat serius, yang banyak
dikeluhkan oleh masyarakat dalam kegiatan usaha taninya seperti yang
terjadi di lokasi penelitian pada bulan januari bertepatan musim tanam satu
(MT 1), petani mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi. Bukan tidak
mungkin, dari permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut ada
berbagai faktor penyebab yang terdapat didalamnya yaitu:
1. Usulan Pupuk Bersubsidi Sesuai e-RDKK Lebih Tinggi dari Realisasi
Pupuk bersubsidi yang diusulkan tidak sebanding dengan alokasi
atau realisasi pupuk yang ditetapkan pemerintah sehingga tidak dapat
mencukupi kebutuhan pupuk petani.
Berikut keterangan hasil wawancara dengan salah satu petani padi
sawah bapak (Y H) di Desa Siru Kabupaten Manggarai Barat:
“Saya dan beberapa teman petani disini selalu tidak mendapatkan
pupuk yang cukup untuk setiap musim tanam masalah serupa juga
dialami oleh petani desa seberang kami hanya dengar informasi yang
beredar bahwa faktornya karena kekurangan alokasi pupuk dari pusat
sementara itu kami merasa terancam akan akibat dari kelangkaan
pupuk ini seperti gagal panen untuk itu kami berharap sekali agar
48
pemerintah memperhatikan dan mencari solusi dari permasalahan ini” (hasil wawancara dengan bapak YH pada tanggal 18 Januari
2021)
Berdasarkan keterangan salah satu petani tersebut menunjukkan
bahwa terdapat persoalan serius yang mereka hadapi yaitu kelangkaan pupuk
bersubsidi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pupuk merupakan
kebutuhan yang sangat vital (kemanfaatan) bagi pertanian, sehingga
kelangkaan pupuk dapat berdampak buruk bagi pertanian masyarakat. Untuk
mengetahui lebih lanjut terkait respon pemerintah daerah, penulis
melakukanan wawancara dengan bapak (A R) yang merupakan Kabid PSP
Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Manggarai Barat beliau
menuturkan hal berikut.
“kan begini ini barang, pemerintah menetapkan secara nasional
disesuikan dengan APBN disiapkan oleh pemerintah pusat untuk
subsidi pupuk, tahun 2020 manggarai Barat jatah pupuknya hanya
7.813 ton. Semantara kebutuhan pupuk Manggarai barat berdasarkan
luas lahan yang diinput oleh Dinas Pertanian melalui aplikasi e-RDKK
dia harus mendapatkan kalau dikonversikan seharusnya mendapat 20.666 ton untuk tahun 2020”. (Wawancara Bapak AR pada tanggal 20
Januari 2021).
Berdasrkan penuturan Kabid PSP tersebut dapat di simpulan bahwa,
upaya pemerintah dalam memajukan pertanian daerah dimana salah satu
fokusnya adalah memastikan akan kebutuhan faktor produksi seperti
kebutuhan pupuk bersubsidi petani tetap terjaga. Akan tetapi, APBN yang
siapkan oleh pemerintah pusat hanya dapat menyalurkan 7.813 ton sementara
usulan kebutuhan pupuk bersubsidi seharusnya 20.666 tonuntuk Manggarai
49
Barat, sehingga antar usulan dengan relisasinya selisihnya sangat jauh yaitu
mencapai 12.853 ton.
Jadi, salah satu yang menyebabkan tingkat realisasi pupuk subsidi
rendah adalah karena adanya pengurangan jatah pupuk subsidi. Pengurangan
jatah pupuk subsidi oleh pemerintah itu disebabkan oleh berkurangnya
anggaran untuk pupuk bersubsidi pada tahun 2020. Permasalahan selanjutnya
yang menyebabkan usulan pupuk subsidi jauh lebih tinggi dari realisasi
pupuk bersubsidi di lapangan.
2. Pola Distribusi Pupuk
Pendistribusian pupuk bersubsidi menjadi salah satu penyebab
kelangkaan pupuk bersubsidi dikarenakan keefektifannya sangat diperhatikan.
Dalam pelaksanaan di lapangan kelompok tani maupun kios pengecer belum
melaksanakan pendistrbusian pupuk dengan efektif dikarenakan pembelian
pupuk subsidi yang dilakukan petani tidak pada kios resmi yang sudah
ditetapkan wilayah kerjanya. Berdasarkan ketentuan alur penyaluran pupuk
subsidi seharusnya para petani membeli pupuk subsidi pada masing-masing
kelompok taninya atau pada kios resmi (Lini IV) sesuai wilayah kerjanya.
Dilanjutkan wawancara dengan ibu Tika bagian Admin Distributor
Pupuk Manggarai Barat:
“Kami sebagai dristributor pupuk hanya bisa menyalurkan pupuk
sampai ke pengecer yang sudah ditunjuk wilayah kerjanya sesuai
dengan SK Dinas Pertanian bila ada kebutuhan dari petani. Untuk
selanjutya merupakan tanggungjawab penngecer hingga sampai ke petani.” (Hasil Wawancara ibu T pada tanggal 20 Januari 2021).
50
Dari keterangan distributor tersebut bahwa penyebab kelangkaan
pupuk juga bersumber dari ketidakefektifan dilapangan, banyak kios pengecer
belum melaksanakan pendistribusian pupuk dengan efektif dikarenakan
banyak masyarakat atau petani membeli pupuk tidak pada kios resmi yang
sudah ditetapkan.
Kemudian hasil wawancara dengan bapak (Y S) selaku petani padi di
Desa Siru Kabupaten Manggarai Barat yang menyatakan bahwa:
“Kami berharap besar agar kebutuhan pupuk petani ditangani oleh
kelompok tani akan tetapi kebutuhan pupuk petani tidak ditangani
oleh kelompok tani karena pengurus kelompok tani tidak bekerja
secara optimal yang membuat petani sulit mendapatkan pupuk
bersubsidi begitupun juga kios pengecer resmi kemudian jangkaun
juga menjadi alasan petani mengapa harus membeli di pengecer lainnya” (wawancara bapak YS pada tanggal 22 Januari 2021).
Keterangan petani diatas dapat menggambarkan bahwa banyaknya
petani yang masih membeli pupuk pada kios pengecer lainnya dikarenakan
jarak antara tempat tinggal petani dengan kios resmi yang tergolong jauh
sehingga membutuhkan biaya dan tenaga yang lebih jika membeli di kios
resmi, selain itu terlambatnya ketersediaan pupuk subsidi di kios resmi
menyebabkan petani lebih memilih membeli pada kios pengecer lainnya
untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada tanaman padinya. Tentunya jika para
petani membeli pupuk subsidi tidak pada kelompok taninya masing-masing
atau tidak pada kios resmi sesuai wilayah kerjanya hal ini akan berdampak
pada berkurangnya ketersediaan pupuk pada masing-masing kios pengecer
lainnya.
51
Penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi dapat disimpulkan bahwa,
kebijakan pupuk bersubsidi di Kabupaten Manggarai Barat belum efektif
karena, masih banyak ditemukan petani membeli pupuk bersubsidi tidak
pada pengecer resmi. Selain itu petugas kelompok tani tidak menjalankan
tugasnya dengan baik sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pupuk
bersubsidi petani.
5.4. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Produksi
Pupuk bersubsidi merupakan sarana produksi yang mempunyai
peranan sangat penting dalam meningkatkan hasil dan kualiatas produksi padi
sawah. Keberadaan pupuk bersubsidi sangat membantu petani dalam kegiatan
usaha tani padi sawah karena, selain harganya terjangkau barangnya mudah
didapat.
Kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi kepada petani padi sawah
bukan merupakan masalah yang hanya sekali terjadi di Desa Siru tetapi sudah
sering terjadi bahkan di daerah lain . Kondisi ini yang pada akhirnya tentu
akan berdampak terhadap produksi padi sawah petani karena dalam
melakukan pemupukan harus selalu memperhatikan 5 tepat yaitu,tepat dosis,
tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat bentuk, dimana dalam
penggunaan pupuk bersubsidi hal tersebut yang harus memperhatikan untuk
mencapai keefektifan dalam distribusi pupuk bersubsidi. Adapun ketepatan
dalam pemupukan adalah sebagai berikut:
52
1. Tepat Dosis
Ketepatan dosis penggunaan pupuk merupakan hal yang diperhatikan
petani dalam melakukan pada tanaman padi sawah. Ketepatan dosis tersebut
dapat dilakukan oleh petani jika pupuknya tersedia, begitupun sebaliknya.
Seperti ungkapan yang dituturkan oleh informan berikut.
“Tepatnya dosis penggunaan pupuk bersubsidi sebenarnya
tergantung ketersediaanya, sebab semua para petani disini selalunya
mengandalkan pupuk bersubsidi jika pupuknya tersedia di pengecer
juga kelompok tani. Akan tetapi, dengan adanya kelangkaan pupuk
bersubsidi ini kualitas dan kauntitas padi yang kami hasilkan menurun karna tidak mendapatkan pemupukan yang berimbang”. (
wawancara Bapak AJ pada tanggal 23 januari 2021).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, selain kualitas dan kuantitas padi
yang hasilkan oleh petani. Faktor yang dapat menentukan terjadi peningkatan
produksi yang dihasilkan oleh para petani adalah ketersediaan pupuk
bersubsidi ditingkat pengecer dan kelompok tani, atau sesuai dengan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama bapak AJ mengatakan
bahwa, adanya penurunan produksi padi yang dihasilkan karena tidak
mendapatkan pemupukan yang berimbang disebabkan oleh terbatasnya
ketersediaan pupuk bersubsidi. Oleh karena itu dari penggunaan dosis pupuk
yang mengalami tidak adanya ketepatan, maka akan berdampak terhadap
penurunan produksi. Hal itu menjadi kendala bagi petani padi sawah dalam
meraih keuntungan yang banyak.
2. Tepat jenis Pupuk
Kesesuaian penggunaan jenis pupuk tertentu terhadap lahan
merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam pemupukan. Kebiasaan
53
penggunaan jenis pupuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan lahan. Seperti
halnya yang terjadi Desa Siru, dari lima jenis pupuk bersubsidi, mayoritas
petaninya masih terdapat ketidaktepatan penggunaan jenis pupuk bersubsidi
dari pemerintah. Seperti ungkapan yang diberikan petani informan berikut.
“Kalau berbicara jenis pupuk yang kami gunakan, sebenarnya kami
tidak menggunakan semua lima jenis pupuk bersubsidi dari
pemerintah. Akan tetapi, jika pupuk bersubsidi tersedia pada tingkat
pengecer dan kelompok tani maka petani mengandalkan seluruhnya
menggunakan pupuk bersubsidi, khusus pupuk SP-36, ZA, dan
Organik jarang sekali kami gunakan. Karena kami sudah terbiasa
menggunakan dua jenis pupuk saja yaitu, pupuk Urea dan pupuk NPK
Ponska dan jika kedua jenis pupuk bersubsidi tidak tersedia maka
kami memebeli jenis pupuk nonsubsidi yang di jual di toko”. (wawancara dengan Bapak R pada tanggal 23 Januari 2021).
Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak R peneliti
menyimpulkan bahwa, dari kelima jenis pupuk bersubsidi untuk jenis pupuk
SP-36, pupuk ZA, dan Pupuk Organik dari pemerintah. Hampir semua petani
tidak menggunakannya dan untuk pupuk Urea dan NPK Ponska hampir
semua petani menggunakannya. Akan tetapi mengalami ketidaktepatan dalam
penggunaannya, Hal ini dikarenakan ketersediaannya terbatas pada tingkat
petani sehingga para petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi yang tersedia
di toko dengan harga yang mahal sehingga tidak sesusi dengan rekomendasi
ketetapan penggunaan jenis pupuk.
3. Tepat Waktu Pemberian Pupuk
Ketepatan waktu pemupukan dalam budidaya tanaman padi
merupakan hal yang dapat membantu percepatan dalam pertumbuhan
tanaman padi. Ketidaktepatan penyaluran pupuk pada tingkat petani
54
menyebabkan terlambatnya pemupukan padi oleh petani. Seperti jawaban
yang diberikan oleh informan berikut.
“Penebusan pupuk yang kami lakukan selama ini baik pada pengecer
maupun pada kelompok tani adalah dengan cara membayar duluan
(DO) sehingga kami mengalami keterlambatan pemupukan samapai
lebih dari dua minggu, dikarenakan lambatnya pendistribusian pupuk sampai ketingkat petani” (Wawancara dengan bapak S pada tanggal
25 januari 2020).
Pernyataan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
Bapak S menunjukkan bahwa, hampir semua petani di Desa Siru mengalami
keterlambatan dalam pemupukan atau dalam kategori masih tidak tepatnya
pemakaian pupuk oleh petani, hal ini dikarenakan keterlambatan proses
penyaluran pupuk sampai ke tangan petani. Selain itu penyaluran pupuk
bersubsidi ke petani harus menunggu karena mekanisme penebusannya yang
belum efektif.
4. Tepat Cara Pemberian Pupuk pada Tanam Padi
Cara pemupukan yang baik dan benar adalah dengan cara memberikan
sejumlah pupuk sesuai kebutuhan unsur hara pada tanah dengan menaburnya
kedalam tanah. Seperti ungkapan yang disampaikan informan berikut.
“Kalau masalah cara pemupukan, kami masih menggunakan
kebiasaan kami dalam melakukan pemupukan atau dengan cara
penebaran lansung, yang umumnya dilakukan oleh para petani disini”. (Wawancara dengan bapak A pada Tanggal 26 Januari 2021)
Berdasarkan penyampaian di atas peneliti menyimpulkan bahwa,
semua petani melakukan pengaplikasian pemupukan yang dilakukan sudah
sangat tepat dan sesuai dengan ajuran pemakaian. Meskipun adanya
55
kelangkaan pupuk yang terjadi tidak merubah tata cara pengaplikasian pupuk
yang dilakukan petani.
5. Tepat bentuk
Dari keseluruhan pupuk yang digunakan oleh petani semuanya sudah
sesuai dengan rekomendasi berdasarkan bentuknya. Maka, kelangkaan pupuk
bersubsidi yang terjadi tidak merubah pemakaian pupuk oleh petani.
Sehingga secara keseluruhan semuanya sudah sesuai dengan yang ditetapkan.
Tanam padi sawah dapat berproduksi dengan baik jika input (faktor
Produksi) memenuhi syarat begitupun sebaliknya. Adapun dampak
kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi kepada petani padi sawah di Desa
Siru terhadap produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Rata-Rata Produksi Usaha tani Padi Sawah Petani Pengguna Pupuk
Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di
Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.
Uraian
Petani Pengguna Pupuk
Bersubsidi dan
Nonsubsidi
Petani Pengguna
Pupuk Nonsubsidi
Petani Pengguna
Pupuk Bersubsidi
Produksi
Rata-Rata
GKP
(Kg/Ha)
Beras
(Kg/Ha)
GKP
(Kg/Ha)
Beras
(Kg/Ha)
GKP
(Kg/Ha)
Beras
(Kg/Ha)
18.769 12.188 23.236 14.962 43.152 28.833
N N N N N N
2.346 1.524 1.939 1.247 2.271 1.518
Sumber: Data Primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel di atas diketahui perbandingan analisis produksi
usahatani padi sawah antara petani pengguna pupuk (bersubsidi dan
nonsubsidi), pengguna pupuk (nonsubsidi), dengan pengguna pupuk
(bersubsidi) di Desa Siru. Dapat dilihat bahwa rata-rata produksi padi sawah
petani dalam satu kali musim tanam produksi yang lebih besar diperoleh oleh
56
petani yang menggunakan dua jenis pupuk(bersubsidi dan nonsubsidi)
dibandingkan dengan petani pengguna pupuk nonsubsidi dan bersubsidi.
Dengan demikian kelangkaan pupuk bersubsidi di Desa Siru berdampak
pada terjadinya perbedaan produksi antara tiga kelompok petani responden.
Dimana jumlah produksi usaha tani padi sawah petani pengguna dua jenis
pupuk (pupuk bersubsidi dan nonsubsidi)18.769 ton/ha dengan rata-rata 2.346
ton/ha (GKP)12.188 ton/ha dengan rata-rata 1.524 (Beras), produksi petani
padi sawah pengguna pupuk (nonsubsidi) 23.236 ton/ha dengan rata-rata 1.939
(GKP) 14.962 ton/ha dengan rata-rata 1.247 (Beras), sedangkan produksi
petani pengguna pupuk (bersubsidi) 43.152 ton/ha dengan rata-rata 2.271
ton/ha (GKP) 28.833 ton/ha dengan rata-rata 1.518 ton/ha (beras).Kenyataan di
lapangan petani cenderung menggunakan dua jenis pupuk dalam pemupukan
padi (nonsubsidi dan bersubsidi) mengingat pupuk bersubsidi ketersediaannya
terbatas. Sehingga pertumbuhan padi petani kurang maksimal. Akibatnya
produksi padi petani pengguna dua jenis pupuk tersebut juga dibawah petani
pengguna pupuk bersubsidi.
5.5. Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi terhadap Pendapatan
Pupuk bersubsidi dikenal dengan salah satu input (Faktor Produksi)
yang memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi khususnya
padi sawah.
Salah satu tujuan program pupuk bersubsidi dari pemerintah adalah
utuk membayar sebagain harga beli pupuk petani, sehingga dapat dijangkau
oleh petani.Namun pada kenyataanya keberadaan pupuk bersubsidi tidak
57
dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani. Akibatnya petani membeli pupuk
yang bukan berasal dari program pemerintah atau pupuk nonsubsidi dengan
harga yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 15. Perbandingan Rata-Rata Harga Beli Pupuk Bersubsidi Dengan Pupuk
Nonsubsidi Petanidi Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten
Manggarai Barat.
Jenis Pupuk
Harga Beli Pupuk
Bersubsidi petani (Rp/Kg)
Harga Beli Pupuk
Nonsubsidii petani
(Rp/Kg)
NPK 2.500 3.000
Urea 1.900 -
Sumber : data Primer Diolah 2021
Tabel diatas menunjukkan bahwa harga beli pupuk NPK petani
sebesar 2.500 per kilogram (kg) sedangkan pupuk nonsubsidi sebesar Rp
3.000 per kilogram (kg), adapun harga pupuk urea bersubsidi 1.900 per
kilogram (kg). Sehingga selisihnya samapai 500-1000 per kilogram (kg).
Selanjutnya peneliti melakukan analisis perbandingan biaya,
penerimaan dan pendapatan usahaha tani padi sawah petani yang
menggunakan pupuk bersubsidi dan nonsubsidi, penggunaan pupuk
nonsubsidi, dengan penggunaan pupuk bersubsidi. Hasil Rata-Rata biaya,
penerimaan, dan pendapatan usaha tani padi sawah yang menggunakan pupuk
bersubsidi dan nonsubsidi, penggunaan pupuk nonsubsidi, dengan
penggunaan pupuk bersubsidi di lokasi penelitian disajikan pada tabel
dibawah ini.
58
Tabel 16. Rata-Rata penerimaan, Biaya Produksi, dan pendapatan Usaha tani Padi
Sawah Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi, Pupuk
nonsubsidi, dan Pupuk Bersubsidi di Desa Siru Kecamatan Lembor
Kabupaten Manggarai Barat.
Uraian
Petani Pengguna
Pupuk Bersubsidi
dan Nonsubsidi
Petani Pupuk
Non subsidi
Petani Pengguna
Pupuk Subsidi
1.Luas lahan 1 1 1
2.Penerima Rata-Rata
(Rp)
a .GKP (Rp/Kg)
b. Beras (Rp/Kg)
- Produksi Rata-Rata
a .GKP (Kg/Ha)
b. Beras (Kg/ha)
- Harga
a .GKP (Kh/Ha)
b. Beras (Kg/ha)
11.730.625
13.711.500
2.346
1.524
5.000
9.000
9.690.000
11.221.500
1.939
1.247
5.000
9.000
11.355.810
13.657.737
2.271
1.518
5.000
9.000
3. Total Biaya Produksi
- Biaya variabel
a.Biaya Pupuk
b.Biaya Pestisida
c.Biaya Tenaga kerja
d.Biaya Benih
- Biaya Tetap
a. Biaya penyusutan
b. Sewa Lahan
9.766.554
.164756
591.250
821.291
5.467.840
284.375
2.601.798
1.701.798
300.000
7.465.125
5.697.094
175.000
664.594
8.561.538
220.000
1.466.364
1.466.364
0
7.925.878
6.234.235
475.000
726.334
4.775.269
257.368
1.691.643.
1.691.643
0
4. Pendapatan Rata-Rata
a. GKP (Rp)
b. Beras (Rp)
1.964.071
3.853.446
3.756.375
2.323.375
3.692.806
6.110.491
Sumber : data Primer Diolah 2021
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perbandingan analisis usaha
tani padi sawah antara petani pengguna pupuk bersubsidi dan nonsubsidi di
desa Siru. Dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan dalam satu kali musim
tanam petani diperoleh dengan luas lahan rata-rata 1 hektare (ha), bahwa
pendapatan petani pengguna pupuk bersubsidi lebih besar dibanding dengan
59
petani pengguna pupuk nonsubsidi. Dimana pendapatan yang di peroleh petani
yang menggunakan pupuk bersubsidi adalah sebesar Rp 3.692.806 (GKP)
sebesar Rp 6.110.491 (Beras), petani pengguna pupuk nonsubsidi sebesar Rp
3.756. 375 (GKP) sebesar Rp 2.323.375 (Beras), sedangkan petani pengguna
pupuk bersubsidi dan nonsubsidi sebesar Rp 1.964.071 (GKP) sebesar Rp
3.853.446 (Beras). Terjadi perbedaan pendapatan antara 3 kelompok petani di
Desa Siru.
Hal ini disebabkan keberadaan pupuk bersubsdi dapat membantu petani
dalam meningkatakan pendapatan usaha taninya. Karena petani desa Siru
dengan keterbatasan modal lebih cenderung memilih menggunakan pupuk
bersubsidi dengan harga yang masih bisa dijangkau meskipun pupuk bersubsidi
dalam pendistribusian mengalami keterlambatan. Selain itu perbandingan biaya
yang dikeluarkan petani pengguna pupuk bersubsidi dan nonsubsidi, pupuk
nonsubsidi, dengan pupuk bersubsidi lebih kecil dibanding pengguna pupuk
nonsubsidi yaitu Rp 9.766.554, 7.465.125, dan 7,925.878 terjadi selisih biaya
pupuk sebesar RP 1.840.676.
Seperti diketahui harga beli pupuk nonsubsidi lebih mahal dibandingkan
pupuk bersubsidi.. Kenyataan di lapangan petani pengguna pupuk nonsubsidi
dalam pemberiannya pada tanaman dengan dosis rendah mengingat harganya
mahal. Seperti yang disampaikan oleh bapak M bawasanya.
“Wajar saja kalau pendapatan yang kami dapatkan berkurang jika
dibandingkan dengan biaya yang kami keluarkan karena, dalam
pemupukan kami juga berkurang. Kami hanya melakukan pemupukan
dua kali selama satu kali musim panen itupun untuk mencukupinya
kami membeli pupuk nonsubsidi yang harga Rp.150.00/karung,
padahal dulu waktuntunya tidak ada kelangkaan pupuk kami
60
melakukan pemupukan tiga kali dalam satukali musim tanam dan hasilnyapun memuaskan” (wawancara dengan bapak M pada Tanggal
5 februari 20221).
Dapat dari hasil wawancara dengan bapak M mendapatkan
kesimpulan bahwa, faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pendapatan
adalah kelangkaan pupuk bersubsidi dan biaya pupuk nonsubsidi yang sangat
mahal. Sehingga pada saat memulai usaha tani padi, para petani harus
mempersiapkan modal yang banyak untuk memenuhi kebutuhan pupuk.
Berdasarkan pernyataan tersebut, kelangkaan pupuk bersubsidi di
lokasi penelitian merupakan ancaman bagi petani. Hal itu karena berdampak
pada turunnya keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh petani.
Ketika terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, maka para petani akan beralih
pada pupuk non subsidi yang sangat mahal, sehingga para petani akan
memperoleh modal yang cukup banyak untuk biaya pupuk. Adapun jumlah
produksi penggunaan pupuk bersubsidi di lokasi penelitian yaitu sebesar
4.000 kg/satu kali musim tanam dengan rata-rata 211 kg/petani dalam satu
kali musim tanam. Sedangkan jumlah produksi penggunaan pupuk non
subsidi sebesar 1.250 kg dalam satu kali musim tanam dengan rata-rata 62,5
kg/satu kali tanam per tahun.
Sejauh ini solusi yang diperoleh petani untuk mengantisipasi
terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi belum teratasi. Selain itu, pemerintah
masih terus melakukan terobosan untuk menanggulangi permasalahan
tersebut. Sehingga sampai pada tahun 2020 pemerintah desa Siru Manggarai
Barat melakukan kerjasama dengan pihak Bank Nasional Indonesai (BNI),
61
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan dan Kamar Dagang
Industri (KADIN) untuk bersama-sama membangun lembaga Kredit Usaha
Rakyat (KUR) sebagai lembaga yang memberikan pinjaman modal bagi
petani. Usaha tersebut merupakan solusi alternatif yang dianggap mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani. Solusi tersebut memang
tidak langsung mengatasi terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi. Namun
secara tidak langsung dapat memberikan bantuan modal berupa pinjaman
bagi petani agar memiliki modal yang cukup. Hal itu dilakukan karena ketika
terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi, masyarakat dapat beralih ke penggunaan
pupuk nonsubsidi. Disamping itu, pemerintah juga selalu berusaha untuk
melakukan kordinasi dengan petugas yang berwenang seperti penyuluh
pertanian agar melukakan pengalokasian kembali sejumlah pupuk bersubsidi
(Relokasi) untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada tingkat petani .
62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hail penelitian dan hasil olahan data, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi disebabkan karena
terjadinya ketidaksesuaian antara permintaan/usulan terhadap pupuk
bersubsidi dengan realisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
Dimana usulan tersebut lebih besar yaitu 20.666 ton sedangkan realisasi
hanya sebesar 7.813 ton dan selisihnya mecapai 12.853 ton. Penyebab lain
adalah keterlambatan pendistribusian pupuk bersubsidi hingga ke tangan
petani.
2. Terjadi perbedaan produksi antara tiga kelompok petani. Dimana produksi
usaha tani padi sawah petani pengguna pupuk (bersubsidi) lebih tinggi
dibandingkan pentani pengguna pupuk (bersubsidid dengan nonsubsidi),
dan pupuk (bersubsidi). Hal itu menunjukkan bahwa jumlah produksi
usaha tani padi sawah yang diperoleh petani pengguna pupuk (bersubsidi)
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk (bersubsidi dengan
nonsubsidi), dan nonsubsidi.
3. Kelangkaan pupuk bersubsidi menyebabkan terjadinya perbedaan
pendapatan antara petani pengguna pupuk (bersubsidi dan nonsubsidi),
pengguna pupuk (nonsubsidi), dan pengguna pupuk (bersubsidi). Petani
63
pengguna pupuk bersubsidi pendapatanya lebih besar jika dilihat dari
pendapatan rata-rata petani padi sawah.
6.1. Saran.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti sarankan.
1. Bagi Petani
a. Kepada kelompok tani jangan berhenti melakukan sosialisasi kepada
anggotanya dan mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi agar
anggotanya lebih sejahatra.
b. Bagi petani agar meningkatkan ketrampilan dalam memproleh
informasi yang diberikan oleh pengurus guna meningkatkan produksi
yang akan berimplikasi pada pendapatan.
2. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah tetap menjaga sistem pengawasan yang sudah diterapkan
demi keamanan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi.
b. Pemerintah disarankan agar terus berusaha memperhatikan dan
mendukung petani padi sawah dalam hal kebijakan pupuk bersubsidi.
melalui penyaluran pupuk bersubsidi tepat pada sasaranya yaitu
petani.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mempersiapkan diri dalam
melakukan penelitian sehingga karya yang dikerjakan menarik untuk
dibaca.
64
DAFTAR PUSTAKA
Agus, D. N., Abi. P. S., Erlinda. A., Yahya. S., dan Julia. I. K. 2018. Distribusi
Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa
Yogkayakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 2(1) : 70 – 82.
Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Aryanto., & Nizar, R., 2013. Dampak Subsidi Pupuk Terhadap Efisiensi
Usahatani padi di Provinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional “Peranan
Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Mewujudkan Pembangunan
Pertanian yang Tangguh dan Berkelanjutan”, November 2013. Pekanbaru.
Ardiyanto, W., & Santosa, P. B. (2013). Kajian Pupuk Bersubsidi di Pekalongan
(Studi Kasus di Kecamatan Kesesi) (Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis).
Afandi. N. M. 2011. Analisis Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan Di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Administrasi + Volume
VIII + No. 2 + Agustus 2011.
Agung, I Gusti Ngurah, N. Haidy A. Pasay, Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi
Mikro (Suatu Analisis Produksi dan Terapan). Jakarta: Rajawali Pers.
Barokah, U., W. Rahayu dan M.T. Sundari. 2014. Analisis Biaya dan Pendapatan
Usahatani Padi di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Agric Volume 26, No. 1
dan No. 2, Juli-Desember 2014. Halaman 12-19.
Darwis, V dan Supriyati. 2014. Subsidi Pupuk : Kebijakan, Pelaksanaan dan
Optimalisasi Pemanfaatannya. Analisis Kebijakan Pertanian. 11(1): 45-60.
Evitaria. Eka, 2019. Studi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK Pupuk
Bersubsidi di Desa Ganesha Mukti (Studi Kasus Desa Ganesha Mukti
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin). Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang Palembang.
Husni, Abdul Kholik Hidayah, dan Maskan AF, 2014. Analisis Finasial Usahtani
Cabai Rawit (Capsium Frutetescens L) Desa Puwajaya Kecamatan Loa
Jana. Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014.
Jamil, M. dan Bustami. 2020. Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah
(Oryza sativa, L) Sistem Pengairan Mesin Pompanisasi Diesel Dengan
Listrik: Jurnal Penelitian Agrisamudra Vol. 7 No 1, Juni 2020.
Kautsar, M. R., Sofyan, S., & Makmur, T. (2020). Analisis Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Padi (Oryza sativa) di
65
Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian, 5(1), 97-107.
Mira. 2019. Efesiensi Produksi dan Pendapatan Usaha tani Kakao Teknik
Sambung Samping. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiya Makassar.
Muin, Muhyina. 2017. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Merica
di Desa Era Baru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Jurnal
Economix.Volume 5 Nomor 1 Juni 2017.
Muhlisin. 2016. Pengaruh Kelangkaan Pupuk Subsidi Terhadap Produktivitas dan
Pendapatan Usaha tani Padi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo
Jawa Timur. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
Marisa, Suhaila. (2011). Analisis Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan
Pengaruhnya Terhadap Produksi Padi: (Studi Kasus Kabupaten Bogor).
Pujian. E. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Dalam Perspektif
Ekonomi Islam (Studi pada Usaha Tani Kopi di Muara Jaya II, Kecamatan
Kebun Tebu, Lampung Barat). Skrips. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Pemuncak. R. 2017. Peran Penggunaan Pupuk Pada Kinerja Produksi Tanaman
Pangan Indonesia.
Purnamaningsih, R. 2016. Induksi kalus dan optimasi regenerasi empat varietas
padi melalui kultur in vitro. Jurnal AgroBiogen, 2(2), 74-80.
Rahmy R. Tatuhey. R. R., Pattiselanno. E. A., dan Sahusilawane. M. A. 2020.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Terhadap Penggunaan Pestisida
Kimia di Kota Ambon. Jurnal Agribisnis Kepulauan. Volume 8 No. 1
Februari 2020.
Roswati Abas, 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha tani
Padi Sawah Di Kelurahan Mekar Sari Di Kecamatan Tongauna
Kabupaten Konawe. Skripsi. Universitas Haluuoleo Kendari. Kendari.
Rohmayani, N. 2016. Perilaku Petani Dalam Menghadapi Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa
Timur. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Subagiyo. A., Prayitno. G., dan , Kusriyanto. L. R. 2020. Alih Fungsi Lahan
Pertanian ke Non Pertanian di Kota Batu Indonesia. Jurnal Kajian,
66
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 8, No. 2, September
2020, hal. 135-150.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : 15-35.
Sandi. O. P,2018. Peran Kilang Padi Bangun Jaya Dalam Usahatani Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) (Studi Kasus: Petani Padi Sawah Di Desa Sei Beras
Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang).Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta..
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, P. B. 2008. Artikel : Kelangkaan Pupuk dan Alternatif Pemecahannya.
http://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/view/268.Diakses
tanggal: 17 November 2018.
Sukirno Sadono, Teori Pegantar Mikro Ekonomi, Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2006.
Sularno, B. Irwan dan N.Handayani. Analisis Pelaksanaan Kebijakan Dan
Distribusi Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Karawang Jawa Barat.Jurnal
Agrosains dan Teknologi, Vol. 1 No. 2 Desember 2016.
Tanjung. A. N. Y., Lubis. Y., dan Lubis. S. 2020. Kajian Ketersediaan Pupuk
Bersubsidi dan Harga Pupuk Terhadap Produksi Padi Sawah di
Kabupaten Batubara.Jurnal Ilmiah Magister Agribisnis, 2(2) 2020: 208-
216.
Wayan. W.,& Made. A. D. S. 2019. Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha tani
Cabai Merah Di Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol. 8.
No.
Wula, M. W., Pratidina. D., & Susanto.E. W. 2016. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Peternakan Sapi Perah (Studi
Kasus Pada KUD Karangpolo Desa Bocek Kabupaten Malang). Jurnal.
Universitas Kanjuruhan Malang.
68
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
Hari/Tanggal :
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Dengan Hormat. Saya selaku peneliti memohon dengan hormat kesediaan
bapak/ibu untuk menjadi responden pada penelitian yang berjudul “Dampak
Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha
tani Padi di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat "
untuk melengkapi data yang saya butuhkan dalam menyusun tugas akhir. Akhir
kata, atas kesediaan bapak/ibu saya ucapkan banyak terima kasih.
Nama : Putra Kahir
Nim : 105961105416
Program Studi : AGRIBISNIS
Judul Penelitian : Damapak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap
Produksi dan Pendapatan Usaha tani Padi di Desa
Siru.
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Pengalaman Berusahatani
3. Alamat :
4. Status : Kawin.Belum Kawin
5. Umur :
6. Jenis Kelamin : Laki-laki. Perempuan
7. Pendidikan : Tidak Tamat SD.SD
SMP. SMA Sarjana
8. Jumlah Anggota Keluarga :
9. Pengalaman Berusaha tani :
69
B. Data Penelitian
1. Biaya Produksi
a) Status Kepemilikan Lahan (Panen Pertama)
No Bentuk
Lahan
Luas lahan Luas (Ha) Harga (Rp)
Milik Sewa Garap
Sawah
Jumlah
b) Biaya Tetap - Penyusutan Alat
No Jenis
Alat Jumlah Unit
Nilai Lama
(Rp)
Nilai
Sekarang
(Rp)
Lama
Pemakaian
(Tahun)
1.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah
c) Biaya Variabel
Penggunaan Pupuk Bersubsidi
Jenis Pupuk Volume Harga Satun Total (Rp)
Penggunaan Pupuk Non Subsidi
Jenis Pupuk Volume Harga Satun Total (Rp)
70
Penggunaan Pestisida
Jenis Pestisida Volume/Botol/bungkus Harga satuan Total
Jumlah
Penggunaan Benih
No Varietas Volume (Kg) Harga/Kg Total Harga (Rp)
1.
Jumlah
Sewa Alat
Jenis alat Luas lahan Sewa/ha Total/ha
Tenaga Kerja yang Digunakan
Jenis
Kegiatan
Dalam
Keluarga
(HOK)
Luar
Keluarga
(HOK)
Hari
kerja
Upah
(Rp)/orang Total
P W A P W A L W A
HOK = Hari Kerja X Jumlah Tenaga Kerja X Upah/Hari
71
2. Biaya Penerimaan
Usaha Petani Padi
No Musim
Tanam
Jumlah Hasil
Produksi
(Kg/ton)
Jumlah yang
Jual (Rp/Kg)
Harga Jual
(Rp/Kg)
Total
GKP GKP GKG GKP GKG GKP GKG
1.
C. Pertanyaan kepada petani di Desa Siru untuk mengetahui dampak
kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha
tani Padi.
1) Apakah bapak/ibu mengetahui penyebab terjadinya kelangkaan pupuk
bersubsidi?
Jawaban :
_________________________________________________________
2) Keterlambatan penyaluran pupuk bersubsidi oleh pemerintah hingga
sampai kepada Bapak/ibu samapai berapa lamanya?
Jawaban :
3) Bagaimana ketersedian pupuk non-subsidi saat bapak/ibu membelinya?
Jawaban :
a. Tersedia
b. Tidak selaluh tersedia
c. Tidak tersedia
Jawaban :
______________________________________________________
4) Kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi yang bapak/ibu alami
terjadi pada Musim Tanam (MT) berapa?
a) Musim Tanam (MT. I)
b) Musim Tanam (MT. II)
Jawaban :
72
5) Bagaimana cara bapak/ibu dalam menenuhi ketersedian pupuk bersubsidi?
a. Menebus setiap bulan
b. Menebus ketika diperlukan
Jawaban :
______________________________________________________
6) Apakah Bapak/Ibu bergabung dalam kelompok tani. Jika bergabung apa
alasanya Bapak/Ibu bergabung dalam kelompok tani tersebut ?
Jawaban :
____________________________________________________________
7) Apakah bapak/ibu ada melaksanakan perencanaan penanaman khususnya
perencanaaan kebutuhan pupuk bersubsidi bersama bersama kelompok tani?,
jika ada bagaimana bentuk perencanaanya?
Jawaban :
____________________________________________________
8) Apakah pengurus kelompok tani dalam mereka rencana usulan kebutuhan
pupuk bersubsidi sering melibatkan Bapak/Ibu selaku anggota kelompok tani?
Jawaban :
____________________________________________________________
1) Ketika alokasi pupuk bersubsidi tidak seimbang. Bagaimana cara
bapak/ibu untuk memenuhi kekurangan tersebut?
a) Membeli Pupuk non-subsidi
b) Menunggu pupuk subsidi tersedia kembali
Jawaban :
_________________________________________________________
9) Berapa kali melakukan pemupukan pupuk bersubsidi dalam satu kali
musim tanam?
Jawaban : ______ hari
73
10) Apakah bapak/ibu mengandalkan pemupukan seluruhnya menggunakan
pupuk bersubsidi?
Jawaban :
____________________________________________________________
11) Bagaimana cara bapak/ibu mendapatkan pupuk bersubsidi?
a) Melalui kelompok tani.
b) Melalui kios pengecer
Jawaban :
________________________________________________________
12) Bagaimana mekanisme penebusan pupuk bersubsidi yang bapak ibu
lakukan?
Jawaban :
13) Menurut bapak/ibu pihak mana yang mampu menyalahgunakan pupuk
bersubsidi?
a) Petani
b) Kios Pengecer
c) Distributor Pupuk
Jawaban :
______________________________________________________
14) Bagaimana cara bapak/ibu mendapatkan pupuk -pupuk bersubsidi?
c) Melalui kelompoktani.
d) Melalui kios pengecer
Jawaban :
________________________________________________________
15) Bagaimana kondisi produksi dan pendapatan yang bapak/ibu terima
selama adanya kelangkaan pupuk bersubsidi?
Jawaban :
_________________________________________________________
74
D. Pertanyaan dengan pihak Dinas Tanaman Pangan dan Holtikutura
Kabupaten Manggarai Barat untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.
1) Apa yang menjadi faktor penyebab hingga terjadinya kelangkaan
pupuk bersubsidi di Manggarai Barat?Bapak/ibu terima selama adanya
kelangkaan pupuk bersubsidi?
Jawaban :
2) Bagaimana mekanisme usulan pupuk bersubsidi yang Bapak/ibu
lakukan?
Jawaban :
_________________________________________________________
3) Bagaimana konsep Bapak/ibu untuk mengatasi kelangkaan pupuk
bersubsidi?
Jawaban :
_________________________________________________________
4) Bagaimana sistem pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh
bapak/ibu agar pupuk bersubsidi sampai ke tingkat petani?
Jawaban :
_________________________________________________________
E. Pertanyaan dengan pihak Distributor Pupuk bersubsidi Kabupaten
Manggarai Barat untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya
kelangkaan pupuk bersubsidi.
1) Bagaimana pola pendistribusian pupuk bersubsidi yang bapak/ibu
terapkan hingga pupuk bersubsidi ini tepat sasarannya?
Jawaban :
_________________________________________________________
2) Apa yang menyebabkan terlambat penyaluran pupuk bersubsidi hingga
sampai ke tingkat petani?
Jawaban :
_________________________________________________________
75
3) Bagaimana sistem pengawasan yang Bapak/ibu lakukan agar
penyaluran pupuk bersubsidi berjalan dengan baik hingga sampai ke
tingkat petani? Jawaban :
_________________________________________________________
4) Bagaimana sistem pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh
bapak/ibu agar pupuk bersubsidi sampai ke tingkat petani?
76
Lampiran 1.Identitas Responden (Nama Responden, Umur Responden, Pendidikan
responden, Tanggungan Keluarga, Pengalaman berusaha tani, Luas Lahan,
dan Sumber Pupuk).
Nama
Responden
Umur
Resp[onden
Pendidikan
Rsponden
Tanggungan
Keluarga
(Orang)
Pengalaman
Berusahatani
Luas
lahan
(Ha)
Sumber Pupuk
Musdi 38 Tahun SD 5 Orang 18 Tahun 0.5 Bersubsidi + Nonsubsidi
Kamarudin Tato 57 Tahun SMA 4 Orang 30 Tahun 0.5 Nonsubsidi
Burhanudin 46 tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi
Ahmad serimin 38 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 15 Tahun 0.75 Bersubsidi + Nonsubsidi
Rusmin 34 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 15 Tahun 0.25 Bersubsidi
Mansur 31 Tahun SD 1 Orang 5 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi
Rahman 45 Tahun SMP 6 Orang 20 Tahun 0.5 Nonsubsidi
Ibrahim 41 Tahun SD 5 Orang 20 Tahun 1 Bersubsidi
Yusuf Hamju 44 Tahun SMA 5 Orang 20 Tahun 0.5 Bersubsidi
Dodi 25 Tahun SMA 1 Orang 8 Tahun 0.25 Bersubsidi
Rudi Hartono 37 Tahun SMA 5 Orang 10 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi
Sehaba 54 Tahun Tidak Tamat SD 6 Orang 32 Tahun 0.5 Bersubsidi
Haja 56 Tahun Tidak Tamat SD 2 orang 35 Tahun 0.5 Bersubsidi
Tahir 48 Tahun Tidak Tamat SD 5 0rang 20 Tahun 1 Bersubsidi + Nonsubsidi
Ahmad Ambe 73 Tahun Tidak Tamat SD 7 Orang 50 Tahun 1 Bersubsidi + Nonsubsidi
Armudin 44 Tahun SMA 4 Orang 20 Tahun 1 Bersubsidi
Milu 53 Tahun SMA 5 Orang 25 Tahun 1 Nonsubsidi
Jumaidin 42 Tahun SMA 5 Orang 18 Tahun 1 Bersubsidi
H.Min Sehari 68 Tahun SMP 3 Orang 30 Tahun 0.5 Nonsubsidi
Suhardi 37 Tahun SMA 5 Orang 17 Tahun 0.5 Bersubsidi
Senudi 42 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 21 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi
Abir Aswara 43 Tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi + Nonsubsidi
Rasid 31 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 10 Tahun 0.25 Nonsubsidi
Ujianto 64 Tahun SD 6 Orang 30 Tahun 0.75 Nonsubsidi
Ahmad Neho 60 Tahun SD 5 Orang 32 Tahun 0.5 Bersubsidi
Ruslan Arsad 39 Tahun SMP 5 Orang 18 Tahun 0.5 Bersubsidi
Ahmad Surdi 37 Tahun Sarjanah 5 Orang 15 Tahun 1 Bersubsidi
Abdullah 35 Tahun Sarjanah 4 orang 10 Tahun 0.25 Nonsubsidi
Harmin Nadun 35 Tahun Sarjanah 3 Orang 10 Tahun 0.25 Bersubsidi
Muslim 46 Tahun SMA 5 Orang 20 Tahun 0.5 Bersubsidi
Amiludin 41 Tahun Tidak Tamat SD 5 Orang 23 Tahun 0.25 Nonsubsidi
Sehidun 45 Tahun SD 6 Orang 20 Tahun 0.25 Bersubsidi
Serudin 48 Tahun SMP 5 Orang 23 Tahun 0.25 Nonsubsidi
Usman 28 Tahun Sarjanah 3 Oatrang 5 Tahun 0.25 Bersubsidi
Yusuf Sanusi 47 Tahun SMP 5 Orang 20 Tahun 0.5 Nonsubsidi
Ahmad Juri 39 Tahun SMA 5 Orang 15 Tahun 0.5 Nonsubsidi
Sidin Ahmad 51 Tahun SMA 7 Orang 32 Tahun 0.25 Nonsubsidi
Umar jabi 59 Tahun SMP 6 Orang 35 Tahun 0.75 Nonsubsidi
Sidin 35 Tahun SD 5 Orang 12 Tahun 0.25 Bersubsidi
77
Lampiran 2. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pupuk Pengguna Nonsubsidi
No Luas Lahan (Ha) PUPUK NONSUBSIDI Total
NPK (KG) RP 3.000
9. 0.25 50 150.000 150.000
10. 0.75 50 150.000 150.000
11. 0.25 50 150.000 150.000
12. 0.25 50 150.000 150.000
13. 0.25 50 150.000 150.000
14. 0.5 50 150.000 150.000
15. 0.5 50 150.000 150.000
16. 0.5 50 150.000 150.000
17. 0.5 50 150.000 150.000
18. 0.25 50 150.000 150.000
19. 0.75 100 300.000 300.000
20. 1 100 300.000 300.000
Jumlah 2.100.000
Rata-rata 175.000
Lampiran 3. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No
Luas
Lahan
(Ha)
PUPUK BERSUBSIDI PUPUK
NONSUBSIDI TOTAL
NPK
(KG) RP 2.500 UREA(KG)
NPK
(KG) RP 3.000
1. 0.5 100 125.000 100 100 300.000 520.000
2. 0.75 150 250.000 100 100 300.000 740.000
3. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000
4. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000
5. 1 250 625.000 150 50 150.000 1.060.000
6. 1 100 250.000 200 100 300.000 930.000
7. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000
8. 0.25 50 125.000 50 50 150.000 370.000
Jumlah 4.730.000
Rata-Rata 591.250
78
Lampiran 4. Biaya Pembelian Pupuk Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi
No Luas Lahan
(Ha)
PUPUK BERSUBSIDI
TOTAL NPK
(KG)
RP
250.00 UREA (KG)
21. 0.25 50 125.000 50 220.000
22. 0.5 100 250.000 100 440.000
23. 1 200 500.000 200 880.000
24. 1 200 500.000 200 880.000
25. 0.25 50 125.000 50 220.000
26. 1 250 625.000 150 910.000
27. 0.5 100 250.000 100 440.000
28. 0.5 100 250.000 100 440.000
29. 0.25 50 125.000 50 220.000
30. 0.25 50 125.000 50 220.000
31. 0.25 50 125.000 50 220.000
32. 0.5 150 375.000 50 470.000
33. 0.25 50 125.000 50 220.000
34. 1 250 675.000 150 960.000
35. 0.5 150 375.000 50 470.000
36. 0.5 150 375.000 150 660.000
37. 0.5 150 375.000 50 470.000
38. 0.5 150 375.000 50 470.000
39. 0.25 50 125.000 50 220.000
Jumlah 9.030.000
Rata-Rata 475.263
79
Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No Benih (Kg) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)
1. 20 100.000 0 60.000 90.000
2. 15 0 240 0 0
3. 5 0 0 0 40.000
4. 5 50.000 80.000 0 40.000
5. 25 0 240.000 0 120.000
6. 0 240.000 0 120.000 0
7. 15 0 240.000 0 0
8. 5 0 0 0 40.000
Jumlah
Rata-Rata
Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
Filia
(Rp)
Sidamitrin
(Rp)
Stonis
(Rp)
Supremo
(Rp)
Nomino
(Rp)
Nugras
(Rp)
Serindi
(Rp)
Karina
(180)
Dangke
(Rp)
Score
(Rp)
120.000 0 0 0 0 90.000 60.000 0 0 0
0 80.000 0 130.000 0 135.000 90.000 150.000 270.000 0
80.000 0 0 65.000 0 45.000 30.000 0 90.000 0
0 80.000 0 0 0 45.000 30.000 0 90.000 0
0 160.000 0 100.000 0 135.000 90.000 0 270.000 165.000
80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 0 270.000 165.000 0
0 80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 150.000 270.000 0
0 0 0 65.000 0 45.000 30.000 150.000 90.000 85.000
Lampiran 5. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
Sidabas
(Rp) Sidatan (0) Amistartop (Rp) Topsin (Rp) Pinalti (Rp) Total (Rp)
0 0 0 0 0 520.020
0 0 0 0 0 855.255
0 0 0 0 0 350.005
0 25.000 0 0 0 440.005
0 100.000 0 0 0 1.380.025
100.000 0 0 0 0 1.300.000
0 0 0 0 0 1.065.015
0 0 85.000 30.000 40.000 660.005
6.570.330
821.291
80
Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
No Benih
(Kg) Plenum ( Rp) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)
9. 5 0 50.000 0 0 40.000
10. 20 0 0 0 0 100.000
11. 5 0 100.000 0 0 120.000
12. 5 0 0 0 20.000 40.000
13. 5 0 0 0 20.00 40.000
14. 10 0 50.000 60.000 0 230.000
15. 10 0 50.000 0 0 80.000
16. 10 110.00 50.000 0 40.000 60.000
17. 15 10.000 100.000 0 0 230.000
18. 5 0 0 0 20.000 40.000
19. 20 0 0 0 0 120.000
20. 20 0 100.000 0 0 230.000
Jumlah
Rata-Rata
Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
Filia (Rp) Stonis (Rp) Supremo
(Rp)
Nomino
(Rp)
Nugras
(Rp) Serindi (Rp)
Dangke
(Rp) Score (Rp)
0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000
0 0 110.000 0 45.000 60.000 270.000 85.000
80.000 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0
0 0 65.000 90.000 0 0 90.000 0
65.000 0 50.000 0 45.000 30.000 90.000 0
30.000 60.000 0 0 45.000 30.000 120.000 0
80.000 0 0 0 45.000 30.000 90.000 55.000
80.000 0 0 0 90.000 90.000 0 0
60.000 0 0 0 90.000 60.000 90.000 0
50.000 60.000 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0
130.000 0 110.000 0 135.000 90.000 135.000 110.000
120.000 0 0 0 60.000 90.000 160.000 165.000
81
Lampiran 6. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
Sidabas
(Rp)
Sidatan
(0)
Amistartop
(Rp) Topsin (Rp)
Pinalti
(Rp)
Crolit
(Rp)
Darmabas
(Rp) Total (Rp)
0 0 0 30.000 0 45.000 0 415.005
0 0 85.000 60.000 0 0 0 815.020
0 0 85.000 0 40.000 0 50.000 705.005
0 0 85.000 0 40.000 0 50.000 480.005
0 0 85.000 30.000 0 0 50.000 485.005
0 0 0 30.000 80.000 90.000 0 825.010
45.000 0 0 0 0 0 0 475.010
0 0 0 0 0 0 0 410.010
0 0 85.000 0 0 0 0 725.015
0 0 85.000 30.000 0 0 0 515.005
0 0 170.000 100.000 0 0 0 1.100.020
0 100.000 0 0 0 0 0 1.025.020
7.975.130
664.594
Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi
No Benih (Kg) Sidolaris (Rp) Lili (Rp) Tigol (Rp) Virtako (Rp)
21. 5 0 0 0 40.000
22. 10 0 80.000 0 80.000
23. 25 100.000 0 0 120.000
24. 25 100.000 0 0 120.000
25. 5 0 0 0 60.000
26. 20 100.000 0 80.000
27. 10 50.000 0 0 80.000
28. 10 50.000 0 0 80.000
29. 5 0 0 20.000 115.000
30. 10 50.000 0 0 100.000
31. 5 0 0 20.000 40.000
32. 10 50.000 0 0 100.000
33. 5 0 40.000 0 115.000
34. 25 100.000 0 0 120.000
35 10 0 120.000 0 80.000
36. 15 0 0 0 160.000
37. 10 50.000 80.000 0 40.000
38. 10 0 80.000 0 60.000
39. 10 0 80.000 0 40.000
Jumlah
Rata-Rata
82
Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi Filia (Rp) Sidamitrin
(Rp)
Stonis
(Rp)
Supremo
(Rp)
Nomino
(Rp)
Nugras (Rp) Serindi (Rp) Dangke
(Rp)
Score
(Rp)
0 0 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0
80.000 0 0 65.000 0 30.000 45.000 90.000 55.000
80.000 0 0 0 0 60.000 90.000 135.000 440.000
80.000 0 0 0 0 90.000 60.000 135.000 440.000
120.000 35.000 60.000 65.000 0 45.000 30.000 0 0
120.000 0 0 0 0 120.000 180.000 135.000 165.000
80.000 0 0 0 0 45.000 60.000 90.000 110.000
80.000 0 0 0 0 30.000 45.000 90.000 55.000
0 0 0 65.000 90.000 0 30.000 90.000 0
80.000 0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000
0 0 0 50.000 0 45.000 30.000 90.000 0
80.000 0 0 0 0 45.000 30.000 90.000 85.000
40.000 0 0 100.000 0 155.000 90.000 90.000 0
80.000 0 0 0 0 60.000 90.000 135.000 220.000
80.000 80.000 0 100.000 0 135.000 90.000 135.000 0
120.000 0 0 110 0 60.000 90.000 135.000 440.000
0 80.000 0 0 0 90.000 60.000 90.000 0
0 80.000 0 65.000 0 45.000 30.000 135.000 0
80.000 0 0 65.000 0 45.000 30.000 90.000 0
Lampiran 7. Biaya Pestisida Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi Sidabas
(Rp)
Sidatan
(0)
Amistartop
(Rp)
Topsin
(Rp)
Pinalti
(Rp)
Crolit
(Rp)
Darmabas
(Rp)
Total (Rp)
0 0 0 0 0 0 0 270.005
90.000 0 85.000 100.000 0 90.000 0 270.005
90.000 0 0 0 0 0 0 270.005
0 100.000 0 0 0 0 0 270.005
0 0 0 0 0 0 0 270.005
135.000 0 0 0 0 0 0 270.005
90.000 0 0 0 0 0 0 270.005
90.000 0 0 100.000 0 90.000 0 270.005
0 0 85.000 60.000 0 0 50.000 270.005
0 0 0 0 80.000 0 50.000 270.005
0 0 85.000 30.000 0 0 50.000 270.005
0 0 0 0 80.000 0 50.000 270.005
50.000 0 85.000 0 0 0 0 270.005
90.000 100.000 170.000 0 0 0 0 270.005
0 0 0 0 0 0 0 270.005
0 100.000 0 0 0 0 0 270.005
0 50.000 0 0 0 0 0 270.005
0 50.000 0 0 0 0 0 270.005
0 0 0 0 0 0 0 270.005
5.130.095
270.005
83
Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No.
Penyemprotan
Pematang (Rp)
Perbaikan Pematang
(Rp)
Penyemprotan hama
(Rp)
Membuat Persemaian
(Rp)
L L L L
1. 160.000 800.000 160.000 160.000
2. 160.000 400.000 160.000 320.000
3. 80.000 240.000 240.000 80.000
4. 80.000 320.000 160.000 80.000
5. 160.000 960.000 320.000 320.000
6. 160.000 960.000 640.000 240.000
7. 80.000 680.000 160.000 320.000
8. 80.000 240.000 160.000 80.000
Jumlah
Rata-Rata
Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan
(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)
L P A L L P A P A
160.000 480.000 100.000 640.000 0 120.000 100.000 420.000 50.000
160.000 480.000 0 640.000 0 240.000 0 600.000 0
0 180.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0
80.000 180.000 0 320.000 80.00 60.000 0 240.000 0
0 1.120.000 0 640.000 160.000 360.000 100.000 960.000 0
0 840.000 0 640.000 0 360.000 0 720.000 0
160.000 120.000 100.000 6.400.000 160.000 120.000 0 300.000 0
240.000 120.000 0 32.000 80.000 60.000 0 240.000 0
Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
Mengatur Pengairan (Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp) Jumlah Biaya
Tenaga Kerja (Rp) L P A L P A L P
240.000 180.000 150000 640.000 600.000 50.000 320000 0 5.530.000
320.000 180.000 0 960.000 720.000 0 160000 120.000 5.620.000
240.000 0 0 320 400 0 240000 0 1.980.720
240.000 180.000 0 320.000 300.000 0 160000 0 2.720.000
480.000 240.000 0 1. 120,000 960.000 1.000.000 350000 0 8.130.000
320.000 240.000 0 960.000 840.000 0 350000 0 7.270.000
240.000 180.000 0 480.000 360.000 0 160.000 0 9.860.000
240.000 160.000 0 320.000 420.000 0 160000 0 2.632.000
43.742.720
5.467.840
84
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
No.
Penyemprotan
Pematang (Rp) Perbaikan Pematang (Rp)
Penyemprotan hama
(Rp)
Membuat
Persemaian (Rp)
L L A L L
1. 80.000 240.000 0 160.000 80.000
2. 160.000 800.000 0 480.000 160.000
3. 80.000 320.000 0 80.000 80.000
4. 80.000 240.000 0 160.000 80.000
5. 80.000 320.00 0 320.000 160.000
6. 80.000 480.000 0 240.000 80.000
7. 80.000 480.000 0 160.000 160.000
8. 80.000 480.000 150.000 80.000 80.000
9. 80.000 480.000 0 240.000 80.000
10. 800.000 320.000 100.000 320.000 160.000
11. 160.000 800.000 0 480.000 160.000
12. 160.000 1.120.000 0 480.000 160.000
Jumlah
Rata-Rata
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan
(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)
L P A L L P A P A
0 320.000 0 160.000 0 120.000 0 240.000 0
80.000 480.000 50.000 480.000 160.000 120.000 100.000 720.000 50.000
0 240.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0
240.000 180.000 0 160.000 80.000 60.000 0 240.000 0
160.000 120.000 0 320.000 0 120.000 0 240.000 0
0 240.000 0 320.000 80.000 60.000 0 300.000 0
160.000 300.000 50.000 480.000 160.000 120.000 100.000 360.000 0
80.000 180.000 50.000 320.000 0 120.000 100.000 420.000 50.000
0 360.000 0 320.000 0 180.000 0 420.000 0
160.000 120.000 0 480.000 0 120.00 0 240.000 0
600.000 0 0 640.000 0 360.000 0 720.000 0
0 720.000 0 640.000 0 360.000 0 960.000 0
85
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi Mengatur Pengairan
(Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp)
Jumlah Biaya
Tenaga Kerja
(Rp) L P L P A L P
240.000 160.000 480.000 360.000 0 160000 0 2.800.000
3.200.000 0 420.000 800.000 50.000 160000 120.000 8.590.000
160.000 0 400.000 300.000 0 180000 0 2.520.000
240.000 0 400.000 300.000 0 160000 0 2.620.000
320.000 0 480.000 360.000 0 160000 0 2.840.000
680.000 0 480.000 360.000 0 160000 0 3.560.000
240.000 180.000 960.000 720.000 0 160000 120.000 4.990.000
160.000 0 640.000 600.000 1.000.000 160000 0 4.750.000
480.000 0 640.000 360.000 0 160000 0 3.800.000
480.000 0 640.000 360.000 0 160000 0 4.340.000
320.000 0 1.120.000 960.000 0 640000 0 6.960.000
400.000 0 2.880.000 0 0 320.000 0 7.880.000
55.650.000
4.637.500
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi
No.
Penyemprotan
Pematang (Rp) Perbaikan Pematang (Rp)
Penyemprotan hama
(Rp)
Membuat
Persemaian (Rp)
L L A L L A
21. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0
22. 80.000 800.000 0 320.000 160.000 0
23. 160.000 800.000 100.000 160.000 160.000 100.000
24. 160.000 800.000 0 640.000 240.000 0
25. 80.000 240.000 0 240.000 80.000 0
26. 160.000 960.000 1.500.000 640.000 160.000 0
27. 180.000 480.000 0 240.000 80.000 0
28. 80.000 800.000 0 320.000 160.000 0
29. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0
30. 800.000 320.000 0 160.000 80.000 0
31. 80.000 240.000 0 160.000 80.000 0
32. 80.000 640.000 200.000 320.000 160.000 0
33. 80.000 320.000 0 160.000 80.000 0
34. 160.000 800.000 0 640.000 160.000 0
35 80.000 640.000 0 160.000 160.000 0
36. 80.000 640.000 0 480.000 160.000 0
37. 80.000 640.000 0 120.000 160.000 0
38. 80.000 640.000 0 480.000 160.000 0
39. 80.000 240.000 0 240.000 80.000 0
Jumlah
Rata-Rata
86
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi
Penyiangan (Rp) Pengolahan/Pembajakan
(Rp) Mencabut Bibit (Rp) Penanman (Rp)
L P A L A L P A P A
80.000 160.000 0 320.000 0 0 120.000 0 240.000 0
160.000 480.000 100.000 320.000 0 0 120.000 100.000 240.000 50.000
0 660.000 0 160.000 100.000 0 180.000 0 660.000 0
0 720.000 0 640.000 0 80.000 360.000 0 720.000 0
160.000 120.000 0 320.000 0 0 60.000 50.000 180.000 0
480.000 360.000 1.500.000 640.000 0 160.000 120.000 100.000 720.000 0
240.000 180.000 0 320.000 0 0 120.000 0 360.000 0
160.000 120.000 100.000 320.000 0 0 120.000 100.000 240.000 100.000
0 180.000 0 320.000 0 80.000 60.000 0 240.000 0
240.000 180.000 0 480.000 0 0 120 0 320.000 0
0 240.000 0 320.000 0 0 120.000 0 240.000 0
240.000 180.000 150.000 480.000 0 160.000 120.000 0 420.000 0
0 240.000 0 320.000 0 0 60.000 0 240.000 0
0 960.000 0 480.000 0 0 360.000 0 900.000 0
0 360.000 0 160.000 0 0 240.000 0 660.000 0
0 600.000 0 640.000 0 0 240.000 0 660.000 0
0 640.000 0 480.000 0 80.000 120.000 0 360.000 0
320.000 120.000 200.000 480.000 0 0 120.000 200.000 240.000 100.000
0 240.000 0 160.000 0 80.000 60.000 0 240.000 0
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Petani Pengguna Pupuk bersubsidi
Mengatur Pengairan (Rp) Panen (Rp) Pemupukan (Rp) Jumlah Biaya Tenaga Kerja (Rp) L P A L P A L P
240.000 0 0 240.000 400.000 0 160000 0 2.520.000
320.000 240.000 0 640.000 960.000 0 320000 0 5.410.000
240.000 0 150000 1.760.000 0 0 320000 0 5.710.000
400.000 0 0 960.000 720.00 0 320.000 0 5.720.000
240.000 180.000 0 320.000 300.000 50.000 80000 0 2.700.000
320.000 240.000 0 1.440.000 1.080.000 150.000 240000 180.000 11.150.000
240.000 0 0 640.000 600.000 0 160000 120.000 3.960.000
320.000 240.000 0 640.000 960.000 100.000 160000 120.000 5.160.000
240.000 0 0 480.000 360.000 0 160000 0 2.680.000
240.000 0 0 400.000 360.000 0 240000 0 3.820.120
240.000 0 0 400.000 360.000 0 160000 0 2.640.000
480.000 0 150000 960.000 720.000 0 320000 0 5.780.000
240.000 0 0 400.000 300.000 0 160000 0 2.600.000
400.000 0 0 1.280.000 1. 600.000 0 480000 0 6.620.000
240.000 180.000 0 640.000 720.000 0 160000 120.000 4.520.000
320.000 0 0 1.120.000 1.280.000 0 80000 160.00 6.300.000
400.000 0 0 960.000 480.000 0 320000 0 4.840.000
480.000 180.000 0 960.000 360.000 0 320000 240.000 5.680.000
240.000 180.000 0 480.000 360.000 0 240000 0 2.920.000
90.730.120
4.775.269
87
Lampiran 11. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk bersubsidi dan Nonsubsidi
NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)
1. 20 500.000
2. 15 330.000
3. 5 110.000
4. 5 110.000
5. 25 550.000
6. 0 440.000
7. 15 110.000
8. 5 125.000
Jumlah 2.275.000
Rata-Rata 284.375
Lampiran 12. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Nonsubsidi
NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)
9. 5 110.000
10. 20 440.000
11. 5 110.000
12. 5 125.000
13. 5 110.000
14. 10 110.000
15. 10 220.000
16. 10 200.000
17. 15 225.000
18. 5 110.000
19. 20 440.000
20. 20 440.000
Jumlah 2.640.000
Rata-Rata 220.000
Lampiran 13. Biaya Benih Petani Pengguna Pupuk Bersubsidi
NO Penggunaan Benih (Kg) Biaya Benih (Rp)
21. 5 110.000
22. 10 220.000
23. 25 625.000
24. 25 550.000
25. 5 100.000
26. 20 320.000
27. 10 250.000
28. 10 220.000
29. 5 110.000
30. 10 110.000
31. 5 110.000
32. 10 220.000
33. 5 110.000
34. 25 625.000
35 10 220.000
36. 15 330.000
37. 10 220.000
38. 10 220.000
39. 10 220.000
Jumlah 4.890.000
Rata-Rata 257.368
88
Lampiran 14. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No. Luas
lahan (Ha)
Pengguna Pupuk Bersubsidi dan
Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)
Produksi (Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)
GKP Beras GKP Beras GKP Beras
1. 0.5 2.960 1.925 5.000 9.000 14.800.000 17.325.000
2. 0.75 3.280 2.273 5.000 9.000 16.400.000 20.457.000
3. 0.25 1.040 663 5.000 9.000 5.200.000 5.967.000
4. 0.25 810 530 5.000 9.000 4.050.000 4.770.000
5. 1 4.374 2.754 5.000 9.000 21.870.000 24.786.000
6. 1 4.455 2.860 5.000 9.000 22.275.000 25.740.000
7. 0.25 1.040 663 5.000 9.000 5.200.000 5.967.000
8. 0.25 810 520 5.000 9.000 4.050.000 4.680.000
Jumlah 18.769 12.188 93.845.000 109.692.000
Rata-rata 2.346 1.524 11.730.625 13.711.500
Lampiran 15. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Nonsubsidi
No. Luas lahan
(Ha)
Pengguna Pupuk Bersubsidi dan
Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)
Produksi
(Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)
GKP Beras GKP Beras GKP Beras
9 0.25 880 583 5.000 9.000 4.400.000 5.247.000
10. 0.75 3.402 2.100 5.000 9.000 17.010.000 18.900.000
11. 0.25 984 624 5.000 9.000 4.920.000 5.616.000
12. 0.25 984 624 5.000 9.000 4.920.000 5.616.000
13. 0.25 738 459 5.000 9.000 3.690.000 4.131.000
14. 0.5 1.700 1.100 5.000 9.000 8.500.000 9.900.000
15. 0.5 1.920 1.273 5.000 9.000 9.600.000 11.457.000
16. 0.5 1.920 1.222 5.000 9.000 9.600.000 10.998.000
17. 0.5 1.680 1.050 5.000 9.000 8.400.000 9.450.000
18. 0.25 820 520 5.000 9.000 4.100.000 4.680.000
19. 0.75 3.854 2.491 5.000 9.000 19.270.000 22.419.000
20. 1 4.374 2.916 5.000 9.000 21.870.000 26.244.000
Jumlah 23.256 14.962 116.280.000 134.658.000
Rata-Rata 1.938 1.247 9.690.000 11.221.500
89
Lampiran 16. Total Produksi dan harga Pengguna Pupuk Bersubsidi
No. Luas lahan
(Ha)
Pengguna Pupuk Bersubsidi dan
Nonsubsidi Total Penerimaan (Rp)
Produksi (Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)
GKP Beras GKP Beras GKP Beras
21. 0.25 810 520 5.000 9.000 4.050.000 4.680.000
22. 0.5 2.460 1.050 5.000 9.000 12.300.000 9.450.000
23. 1 4.756 3.074 5.000 9.000 23.780.000 27.666.000
24. 1 5.412 3.498 5.000 9.000 27.060.000 31.482.000
25. 0.25 1.040 676 5.000 9.000 5.200.000 6.084.000
26. 1 3.840 2.496 5.000 9.000 19.200.000 22.464.000
27. 0.5 2.080 1.352 5.000 9.000 10.400.000 12.168.000
28. 0.5 2.000 1.924 5.000 9.000 10.000.000 17.316.000
29. 0.25 1 702 5.000 9.000 5.395 6.318.000
30. 0.25 984 612 5.000 9.000 4.920.000 5.508.000
31. 0.25 984 633 5.000 9.000 4.920.000 5.697.000
32. 0.5 2.460 1.620 5.000 9.000 12.300.000 14.580.000
33. 0.25 902 572 5.000 9.000 4.510.000 5.148.000
34. 1 4.920 3.120 5.000 9.000 24.600.000 28.080.000
35. 0.5 2.296 1.768 5.000 9.000 11.480.000 15.912.000
36. 0.5 3.520 2.200 5.000 9.000 17.600.000 19.800.000
37. 0.5 1.944 1.248 5.000 9.000 9.720.000 11.232.000
38. 0.5 1.863 1.196 5.000 9.000 9.315.000 10.764.000
39. 0.25 880 572 5.000 9.000 4.400.000 5.148.000
Jumlah 43.152 28.833 215.760.395 259.497.000
Rata-rata 2.271 1.518 11.355.810 13.657.737
Lampiran 17. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi
1. 5.724.000 7.070.020 12.794.020
2. 5.705.841 7.545.255 13.251.096
3. 1.417.190 2.810.725 4.227.915
4. 826.333 3.640.005 4.466.338
5. 2.749.571 11.120.025 13.869.596
6. 2.755.841 9.940.000 12.695.841
7. 805.841 11.405.015 12.210.856
8. 829.762 3.787.005 4.616.767
Jumlah 20.814.381 57.318.050 78.132.431
Rata-Rata 2.601.798 7.164.756 9.766.554
90
Lampiran 18. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Nonsubsidi No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi
9. 721.000 3.695.005 4.416.005
10. 2.699.583 10.655.020 13.354.603
11. 823.714 3.705.005 4.528.719
12. 837.857 3.470.005 4.307.862
13. 834.286 3.680.005 4.514.291
14. 2.480.000 4.740.010 7.220.010
15. 1.474.000 6.150.010 7.624.010
16. 1.169.984 5.825.010 6.994.994
17. 826.857 5.215.015 6.041.872
18. 839.714 5.210.005 6.049.719
19. 2.123.286 9.335.020 11.458.306
20. 2.766.083 10.305.020 13.071.103
Jumlah 17.596.365 71.985.130 89.581.495
Rata-Rata 1.466.364 5.998.761 7.465.125
Lampiran 15. Total Biaya Produksi Petani pengguna Pupuk Bersubsidi No. Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi
21. 809.000 3.120.005 3.929.005
22. 1.476.417 6.960.010 8.436.427
23. 2.774.583 8.330.025 11.104.608
24. 2.475.000 8.275.025 10.750.025
25. 826.000 3.435.005 4.261.005
26. 2.762.000 13.415.020 16.177.020
27. 2.179.000 5.255.010 7.434.010
28. 1.478.571 6.530.010 8.008.581
29. 829.429 3.615.010 4.444.439
30. 830.500 4.760.130 5.590.630
31. 834.286 3.410.005 4.244.291
32. 1.469.000 7.080.010 8.549.010
33. 839.952 3.695.005 4.534.957
34. 2.770.595 9.370.025 12.140.620
35. 1.474.226 6.030.010 7.504.236
36. 1.475.500 8.395.125 9.870.625
37. 1.478.095 6.070.010 7.548.105
38. 4.534.375 6.915.010 11.449.385
39. 824.690 3.790.010 4.614.700
Jumlah 32.141.220 118.450.460 150.591.680
Rata-Rata 1.691.643 6.234.235 7.925.878
91
Lampiran 16.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna
Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi
No Penerimaan (TR) Total Biaya
Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)
GKP Beras GKP Beras
1. 14.800.000 17.325.000 12.794.020 2.005.980 4.530.980
2. 16.400.000 20.457.000 13.251.096 3.148.904 7.205.904
3. 5.200.000 5.967.000 4.227.915 972.085 1.739.085
4. 4.050.000 4.770.000 4.466.338 - 416.338 303.662
5. 21.870.000 24.786.000 13.869.596 8.000.404 10.916.404
6. 22.275.000 25.075.000 12.695.841 9.579.159 12.379.159
7. 5.200.000 5.900.000 12.210.856 - 7.010.856 - 6.310.856
8. 4.050.000 4.680.000 4.616.767 - 566.767 63.233
Jumlah 93.845.000 108.960.000 78.132.431 15.712.569 30.827.569
Rata- rata 11.730.625 13.620.000 9.766.554 1.964.071 3.853.446
Lampiran 17.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna
Pupuk Nonsubsidi
No Penerimaan (TR) Total Biaya
Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)
GKP Beras GKP Beras
9. 4.400.000 5.247.000 4.416.005 - 16.005 830.995
10. 17.100.000 18.900.000 13.354.603 3.745.397 5.545.397
11. 4.920.000 5.616.000 4.528.719 391.281 1.087.281
12. 4.920.000 5.616.000 4.307.862 612.138 1.308.138
13. 3.690.000 4.131.000 4.514.291 - 824.291 - 383.291
14. 8.500.000 9.900.000 7.220.010 1.279.990 2.679.990
15. 9.600.000 11.457.000 7.624.010 1.975.990 3.832.990
16. 9.600.000 10.998.000 6.994.994 2.605.006 4.003.006
17. 8.400.000 9.450.000 6.041.872 2.358.128 3.408.128
18. 4.100.000 4.680.000 6.049.719 - 1.949.719 - 1.369.719
19. 19.270.000 22.419.000 11.458.306 7.811.694 10.960.694
20. 21.870.000 26.244.000 13.071.103 8.798.897 13.172.897
Jumlah 116.370.000 134.658.000 89.581.495 26.788.505 45.076.505
Rata-Rata 9.697.500 11.221.500 7.465.125 2.232.375 3.756.375
92
Lampiran 18.Total Peneriman, Total Biaya Produksi, dan Pendapatan Petani Pengguna
Pupuk Bersubsidi
No Penerimaan (TR) Total Biaya
Produksi (TC) Pendapatan (Pd= TR-TC)
GKP Beras GKP Beras
21. 4.050.000 4.680.000 3.929.005 120.995 750.995
22. 12.300.000 9.450.000 8.436.427 3.863.573 1.013.573
23. 23.780.000 27.660.000 11.104.608 12.675.392 16.555.392
24. 27.060.000 31.482.000 10.750.025 16.309.975 20.731.975
25. 5.200.000 6.084.000 4.261.005 938.995 1.822.995
26. 19.200.000 22.464.000 16.177.020 3.022.980 6.286.980
27. 10.400.000 12.168.000 7.434.010 2.965.990 4.733.990
28. 10.000.000 17.316.000 8.008.581 1.991.419 9.307.419
29. 5.000.000 6.318.000 4.444.439 555.561 1.873.561
30. 4.920.000 5.508.000 5.590.630 - 70.630 - 82.630
31. 4.920.000 5.697.000 4.244.291 675.709 1.452.709
32. 12.300.000 14.580.000 8.549.010 3.750.990 6.030.990
33. 4.510.000 5.148.000 4.534.957 - 24.957 613.043
34. 24.600.000 28.080.000 12.140.620 12.459.380 15.939.380
35. 11.480.000 15.912.000 7.504.236 3.975.764 8.407.764
36. 17.600.000 19.800.000 9.870.625 7.729.375 9.929.375
37. 9.720.000 11.232.000 7.548.105 2.171.895 3.683.895
38. 9.315.000 17.964.000 11.449.385 - 2.134.385 6.514.615
39. 4.400.000 5.148.000 4.614.700 - 214.700 533.300
Jumlah 220.755.000 266.691.000 150.591.680 70.163.320 116.099.320
Rata-Rata 11.618.684 14.036.368 7.925.878 3.692.806 6.110.491
95
Gambar 5. Wawancara dengan Bapak Rusmin
Gambar 6. Wawancara dengan Bapak Kabid PSP Dinas Pertanian Manggarai
Barat.
96
Gambar 7. Kios Pengecer Pupuk Bersubsidi
Gambar 7. Ibu Tika Admin Disributor Pupuk Bersubsidi Manggarai Barat.
104
RIWAYAT HIDUP
Putra Kahir, dilahirkan di Tere Desa Siru, Kec. Lembor,
Kab. Manggarai Barat, Provinsi NTT pada tanggal 05 April
1998 yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
buah hati dari pasangan yang berbahagia Bapak Rahman dan
Ibu Siti Fatima. Pendidikan formal dimulai dari MI Nurul Huda Siru tahun 2004
lulus tahun 2010. Melanjutkan pendidikan di MTs Jabal-Nur Watu Lendo dan
lulus tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan selanujtnya di Madrasah Aliyah
Sewasta Jabal-Nur Watu Lendo lulus pada tahun 2016.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Pabrik Kelapa
Sawit PT. Surya Raya Lestari 2 yang berlokasi di Kabupaten Mamuju Tengeh
Provinai Sulawesi Barat. Selain itu penulis juga pernah melaksanakan Kuliah
Kerja Provisi (KKP) di Desa Cakura Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan tahun
2019.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Dampak Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Terhadap Produksi dan
Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Siru Kecamatan Lembor Kabupaten
Manggarai Barat’.