dampak kehadiran pasar ritel modern terhadap … · meningkatnya jumlah pasar modern di kota bandar...
TRANSCRIPT
DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP
OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL
KOTA BANDAR LAMPUNG
RATNA MELYASARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran
Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar
Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ratna Melyasari
NIM H14100071
ABSTRAK
RATNA MELYASARI. Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet
Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Dibimbing oleh SAHARA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja
pedagang di pasar tradisional, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
omzet, serta menganalisis pengaruh jarak antara pasar ritel modern dan pasar
tradisional terhadap omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah independent sample t test, chi
square test, paired t test, dan ordinal logistic regression. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kinerja pedagang di pasar tradisional
Kota Bandar Lampung dari tahun 2008 sampai 2013. Menurut responden pesaing
terberat mereka bukan pasar modern melainkan pedagang lain didalam pasar.
Faktor-faktor yang memengaruhi omzet secara signifikan adalah jumlah pembeli,
pendidikan, jarak pasar tradisional dan modern, serta produk segar. Kedekatan
jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah mengurangi peluang
pedagang di pasar tradisional untuk mendapatkan omzet yang lebih tinggi.
Kata kunci: chi square test, independent sample t test, omzet, ordinal logistic
regression, paired t test
ABSTRACT
RATNA MELYASARI. The impact of modern retail market to turnover
merchants in traditional markets (case studies of Bandar Lampung city).
Supervised by SAHARA.
The aims of this study are to analyze competition and performance of the
merchants in traditional market, factors affecting the turnover, and distance
between modern retail market and traditional market to the turnover of traders in
traditional markets in Bandar Lampung. This research used independent sample t
test, chi square test, paired t test, and ordinal logistic regression method. Both of
merchant performance have decreased from 2008 until 2013. Most of respondent
stated that their competitors are not the existence of modern market but the other
merchants in their group markets. Some factors including number of buyer,
education, distance between traditional and modern market, and also fresh product
significantly influence the turnover. Distance between modern market and
traditional markethas reduced oppurtunties market treaders in traditional market to
get higher turnover.
Keyword: chi square test, independent sample t test, ordinal logistic regression,
paired t test, turnover
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP
OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL
KOTA BANDAR LAMPUNG
RATNA MELYASARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang
di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
Nama : Ratna Melyasari
NIM : H14100071
Disetujui oleh
Sahara, Ph.D
Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar
Tradisional Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Anhar Syafe‟i dan Ibu Pertiwiati,
kedua adik tersayang Rinaldi Pernanda dan Rahmat Nopandra, serta kedua
among dan ajong tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan
dukungan kepada penulis.
2. Sahara, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu,
arahan, bimbingan dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Dominicus Savio Priyarsono dan Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku
dosen penguji atas saran dan masukannya dalam skripsi ini.
4. Kantor Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, APINDO, BPS Kota Bandar Lampung,
para pedagang yang menjadi responden dalam penelitian, pengelola Pasar
Koga, dan pengelola Pasar Tempel Rajabasa yang telah membantu selama
pengumpulan data.
5. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
6. Sahabat terdekat penulis (Syari, Chadefi, Egi, Siska, Devi, Ardian, Rizki,
Armedi, Ricko, Citra, Melia, Devi, Intan, Ruri, Gina, Nia, dan Mona) dan
Keluarga Mahasiswa Lampung khususnya KEMALA 47 yang telah
memberikan banyak bantuan, kritik, saran, motivasi, dan do‟a kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman sebimbingan (Fitria, Elis, Selly, Sasha, Triana, Ezik, dan Fira),
teman-teman ESP 47, sahabat Kost Putri Chika, dan Dewan Resiprokal
terima kasih atas doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Harapannya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam membuat regulasi
mengenai ritel tradisional dan modern.
Bogor, Juli 2014
Ratna Melyasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
Hipotesis Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Definisi Pasar 5
Pasar Tradisional 5
Pasar Modern 5
Teori Lokasi 6
Teori Aglomerasi 8
Omzet 8
Penelitian Terdahulu 8
Kerangka Pemikiran Konseptual 10
METODE 11
Tempat dan Waktu Penelitian 11
Jenis dan Sumber Data 11
Metode Pengambilan Contoh 12
Metode Analisis Data 12
Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test) 13
Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test) 13
Metode Uji Chi Square 14
Korelasi Rank Spearman 14
Metode Logit 15
Uji Kebaiksuaian Model 15
Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu 16
Rasio Odd 16
GAMBARAN UMUM 17
Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung 17
Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung 17
Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung 18
Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa 20
Deskripsi Pasar Koga 21
Pasar Panjang 22
Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung 22
Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota
Bandar Lampung 23
HASIL DAN PEMBAHASAN 25
Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di
Kota Bandar Lampung 25
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di
Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung 30
Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar
Lampung terhadap Omzet 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 67
DAFTAR TABEL
1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah) 1 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit) 2 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 (unit) 2 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern 6 5 Matriks metode analisis data 13 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun 18 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota 19 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung 19 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung 20 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar 23 11 Karakteristik responden dengan uji t test 24 12 Karakteristik responden dengan uji chi square 24
13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional 25 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional perlakuan 25 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional 26 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional 27 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional 27 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional 28 19 Strategi pedagang di pasar tradisional 29 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional 29 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar 30 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar 31
DAFTAR GAMBAR
1 Isodapan dan lokasi aglomerasi 7 2 Kerangka pemikiran konseptual 11 3 Peta lokasi penelitian 17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997-2003 38
2 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 2004-2008 38 3 Jarak pasar modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung 39 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah 40
5 Daftar nama dan lokasi pasar modern di Kota Bandar Lampung tahun 41 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampun 42 7 Output uji t untuk karakteristik responden 43 8 Output uji chi square untuk karakteristik responden 43
9 Output uji chi square untuk persaingan dan kinerja pedagang 45 10 Paired t test pasar perlakuan 48 11 Paired t test pasar kontrol 49
12 Korelasi antar variabel 53 13 Output ordinal logistic regression 49 14 Kuisioner Penelitian 50 15 Dokumentasi 63
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel tahun 1998
mendorong masuknya ritel asing ke Indonesia di akhir 1990-an (Suryadarma et al
2007). Penelitian (Natawidjaja 2005) menyatakan jumlah unit hypermarket,
supermarket, dan minimarket di Indonesia dari tahun 1998 sampai tahun 2003
terus mengalami peningkatan (Lampiran 1). Hal yang sama terus terjadi dari tahun
2004 sampai tahun 2008. Akhir tahun 2008 jumlah hypermarket di Indonesia
mencapai 130 unit, supermarket 1 447 unit, dan minimarket 10 289 unit (Pandin
M 2009). Data terbaru menunjukkan pertumbuhan rata-rata ritel modern di
Indonesia mencapai 17 persen per tahun. Sementara ritel tradisional hanya
mencapai 10 persen per tahun (Republika 2013). Salah satu penyebab
meningkatnya jumlah dan penjualan pasar modern adalah urbanisasi yang
mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta meningkatnya
pendapatan per kapita (Poesoro 2007).
Pesatnya pembangunan pasar modern tidak hanya terjadi di kota-kota besar,
tetapi hampir diseluruh kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Bandar Lampung.
Secara geografis Kota Bandar Lampung berada di Provinsi Lampung yang
merupakan pintu gerbang utama jalur darat antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa
sehingga arus migrasi di kota ini cukup tinggi. Selain itu, sentral perekonomian
dan pusat pemerintahan Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung
sehingga aktivitas ekonomi di kota ini lebih besar jika dibandingkan kota dan
kabupaten lainnya. Aktivitas perekonomian yang tinggi di Kota Bandar Lampung
menyebabkan tingkat pendapatan per kapita meningkat (Tabel 1).
Tabel 1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah)
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung
Perubahan tingkat pendapatan akan menyebabkan perubahan pada daya beli.
Apabila daya beli seorang individu meningkat, secara alami dapat diperkirakan
bahwa jumlah masing-masing barang yang dibeli akan meningkat (Nicholson
1995). Selain itu peningkatan daya beli akan memengaruhi perubahan gaya hidup
dan pola berbelanja ke arah yang lebih modern. Hal ini dibuktikan dengan terus
meningkatnya jumlah pasar modern baik di perkotaan maupun pedesaan, tidak
terkecuali di Kota Bandar Lampung (Tabel 2). Terlihat bahwa jumlah pasar
modern di Kota Bandar Lampung cenderung meningkat sejak tahun 2012. Data
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bisnis ritel modern semakin populer lima tahun
terakhir di Kota Bandar Lampung. Namun, keberadaan pasar tradisional di Kota
Bandar Lampung cenderung stagnan.
Tahun Pendapatan per kapita
2008 7,05
2009 7,38
2010 7,42
2011 7,82
2012 8,22
2
Tabel 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit)
Pasar modern 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Minimarket
(indomaret, alfamart, chandramart)
113 149 148 150 159
Supermarket, departement store,
hypermarket
9 9 9 9 11 18
Jumlah 122 158 157 159 170
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
Meningkatnya jumlah pasar modern di Kota Bandar Lampung dirasa telah
menggeser peran pasar tradisional dalam industri ritel. Oleh karena itu, judul
Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar
Tradisional Kota Bandar Lampung dipilih untuk mengkaji lebih lanjut mengenai
dampak yang dirasakan pedagang di pasar tradisional terutama setelah semakin
bertambahnya pasar modern di Kota Bandar Lampung dan menganalisa
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh pedagang di pasar tradisional.
Pada akhirnya ditelaah juga solusi dari permasalahan yang dihadapi pedagang di
pasar tradisional.
Perumusan Masalah
Keberadaan pasar modern yang terus meningkat sejak tahun 2012 baik
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung. Diperkirakan jumlah konsumen yang
berbelanja di pasar modern terus meningkat karena pasar modern mampu
menawarkan harga yang sama bahkan lebih murah dari pasar tradisional. Selain
itu, secara fisik pasar modern juga memberikan fasilitas dan keunggulan tersendiri
dalam berbelanja seperti tempat yang lebih nyaman, tidak bau, ber-AC, dan bersih.
Bahkan dalam perkembangannya, pasar modern juga menyediakan tempat hiburan,
arena bermain untuk anak-anak, dan restoran. Sementara kondisi pasar tradisional
masih identik dengan kumuh, becek, semrawut, dan bau (Nurmalasari 2007).
Pasar tradisional selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat berbelanja maupun
untuk berusaha. Jumlah pasar tradisional yang cenderung stagnan sangat
menghawatirkan keberadaan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung (Tabel 3).
Pemberian izin usaha terhadap ritel modern untuk terus tumbuh tanpa adanya
batasan dan sedikit sekali melakukan revitalisasi pada pasar tradisional
dikhawatirkan akan menggeser keberadaan pasar tradisional yang sudah lebih
dulu ada.
Tabel 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013
(unit)
Tahun Jumlah Pasar Tradisional
2009 13
2010 28
2011 28
2012 28
2013 28
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
3
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan kondisi usaha dan kinerja
pedagang pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya
hypermarket. Adapun kinerja pedagang dilihat melalui: aset, omzet, perputaran
barang dagangan, dan marjin harga (Indef dalam Utomo 2007). Penelitian yang
dilakukan oleh Saddewisasi, Ariefiantoro, dan Susanto (2011) menunjukkan
bahwa dampak ritel modern terhadap ritel tradisional menyebabkan penurunan
omzet penjualan. Namun penelitian Suryadharma et al (2007) menyimpulkan
bahwa supermarket bukan saingan dan penyebab utama kelesuan usaha yang
dialami pedagang di pasar tradisional. Penelitian ini mencoba melengkapi
penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal diatas, maka permasalahan yang menjadi
perhatian dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Bandar Lampung?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung?
3. Bagaimana pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota
Bandar Lampung terhadap omzet?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, secara spesifik tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Bandar Lampung
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung
3. Menganalisis pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di
Kota Bandar Lampung terhadap omzet
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung.
2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi proses pembelajaran dan
pengkajian dengan menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta
sebagai rujukan bagi penelitian terkait selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah
Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar Lampung untuk mengatasi
pertumbuhan pusat perbelanjaan modern dan pembenahan pasar
tradisional yang lebih baik.
4. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu
pengetahuan umum yang menarik, dan dapat dipetik manfaatnya terutama
pengetahuan mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di
pasar tradisional Kota Bandar Lampung
4
Ruang Lingkup Penelitian
Pasar yang dibahas dalam penelitian adalah pasar tradisional yang berada di
Kota Bandar Lampung. Pasar tradisional yang menjadi sampel harus menjual
produk segar, produk olahan, dan produk sandang. Responden pada penelitian ini
adalah para pedagang yang sudah berjualan minimal tiga tahun di pasar sampel,
dari masing-masing pasar diambil 30 responden sehingga total keseluruhan
sebanyak 90 responden.
Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis tidak langsung, yaitu dampak dari
pertumbuhan pasar tradisional terhadap omzet para pedagang yang menjual
produk segar, produk olahan, dan produk sandang di pasar tradisional.
Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan
beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah
adanya pasar ritel modern.
2. Ukuran kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya semakin besar
ukuran kios pedagang, maka akan terjadi peningkatan omzet.
3. Lama berdagang berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar
tradisional. Semakin lama pedagang di pasar tradisional berdagang maka
akan terjadi peningkatan omzet.
4. Jumlah pembeli berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar
tradisional. Semakin banyak jumlah pembeli di pasar tradisional maka akan
terjadi peningkatan omzet.
5. Pendidikan berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar
tradisional. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang di pasar tradisional
maka akan terjadi peningkatan omzet.
6. Diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin
bertambah jenis produk yang dijual, maka omzet akan semakin berambah.
7. Penjualan produk segar berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya
samakin bertambah jenis produk segar yang dijual, maka omzet pedagang
akan semakin berambah.
8. Penjualan produk olahan berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya
samakin bertambah jenis produk olahan yang dijual, maka omzet akan
semakin berambah.
9. Letak kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin kios berada
di depan pasar, maka omzet akan semakin bertambah.
10. Jarak berpengaruh negatif terhadap omzet pedagang di pasar tradisional.
Semakin dekat jarak antara pasar tradisional dan pasar modern maka akan
terjadi penurunan omzet.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pasar
Menurut Kementrian Perdagangan (2013) pasar adalah area tempat jual beli
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun
lainnya. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli
untuk malakukan transaksi jual beli barang dan jasa.
Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat
tradisional dimana pembeli dan penjual yang bertemu secara langsung. Harga
yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, sehingga dalam
transaksi jual beli dapat berlangsung tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Umumnya, pasar tradisional menyediakan kebutuhan pokok serta keperluan
rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada di tempat terbuka atau
bahkan dipinggir jalan. Biasanya para penjual menjajakan barang atau jasa
dagangannya ditenda-tenda pasar tradisional (Dede 2012). Menurut Kementrian
Perdagangan (2013) pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan
dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara,
dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta. Tempat usaha
berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat dan dengan proses jual beli barang dagangan
melalui tawar menawar.
Menurut Luci (2013), bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los.
Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah
belah. Adapun los digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan
daging. Nama yang diberikan untuk pasar tradisional cukup unik, ada yang
menurut wilayah pasar tersebut, menurut nama hari, dan ada juga yang diberi
nama menurut barang yang diperdagangkan. Namun ruangan untuk berjualan di
pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin ruangan.
Kebersihan sering kurang terjaga, sampah banyak berserakan sehingga
menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor.
Pasar Modern
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
departemen store, hypermarket, dan grosir yang berbentuk perkulakan
(Kementrian Perdagangan 2013). Pasar modern hampir sama seperti pasar
tradisional yakni tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli, namun
di pasar modern pembeli dapat mengambil sendiri barang yang ia inginkan tanpa
harus menunggu diambilkan oleh penjual. Akan tetapi, ada juga yang
menyediakan layanan pramuniaga dari pasar modern itu sendiri. Keuggulan yang
dimiliki oleh pasar modern diantaranya: tempat yang bersih, barang lengkap dan
terbaru, pelayanan ramah, kebebasan pembeli untuk memilih sendiri produk yang
6
diinginkan. Adapun contoh dari pasar modern adalah hypermarket, supermarket,
convenience store, dan minimarket. Tabel 4 berikut menjelaskan perbedaan
karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern.
Tabel 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern
No Aspek Pasar tradisional Pasar modern
1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru
2 Fisik Kurang baik, sebagian
baik
Baik dan mewah
3 Kepemilikan atau
kelembagaan
Milik masyarakat/desa,
Pemda, sedikit swasta
Umumnya
perorangan/swasta
4 Modal Modal
lemah/subsidi/swadaya
masyarakat/Inpres
Modal kuat/digerakkan
oleh swasta
5 Konsumen Golongan menengah ke
bawah
Umumnya golongan
menengah ke atas
6 Metode
pembayaran
Ciri dilayani, tawar
menawar
Ada ciri swalayan, pasti
7 Status tanah Tanah negara,sedikit
sekali swasta
Tanah swasta/perorangan
8 Pembiayaan Kadang-kadang ada
subsidi
Tidak ada subsidi
9 Pembanguanan Umumnya pembangunan
dilakukan oleh
Pemda/desa/masyarakat
Pembangunan fisik
umumnya oleh swasta
10 Pedagang yang
masuk
Beragam, masal, dari
sektor informal, pedagang
menengah, dan besar
Pemilik modal juga
pedagangnya (tunggal)
atau beberapa pedagang
formal skala menengah
dan besar
11 Peluang masuk
atau partisipasi
Bersifat masal (pedagang
kecil dan menengah
bahkan besar)
Terbatas, umumnya
pedagang tunggal, dan
menengah ke atas
12 Jaringan Pasar regional, pasar kota,
pasar kawasan
Sistem rantai korporasi
nasional atau bahkan
terkait dengan modal luar
negeri (manajemen
tersentralisasi)
Sumber : CESS (1998) dalam Tambunan et al
Teori Lokasi
Alfred Weber menyatakan bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas
prinsip minimisasi biaya, setiap industri tergantung pada total biaya transportasi
dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Priyarsono,
Sahara, dan Firdaus 2007). Total biaya transportasi dan tenaga kerja identik
dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Weber memiliki tiga asumsi:
7
1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim homogen,
konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah
persaingan sempurna.
2. Beberapa sumberdaya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di
mana-mana dalam jumlah yang memadai.
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada
beberapa lokasi dengan mobilitas yang terbatas.
Berdasarkan asumsi tersebut, ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi
industri yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor umum
yang secara fundamental menentukan pola lokasi. Kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan
konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang (Priyarsono, Sahara,
dan Firdaus 2007).
Sumber: (Priyarsono, Sahara, Firdaus 2007)
Gambar 1 menjelaskan terdapat tiga industri yang masing-masing memiliki
lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing
industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan pada lokasi A. Dengan
demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien
dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isopadan kritis
dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi.
Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri baru
cenderung tidak mau bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi
mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi yang dekat
dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T (Priyarsono,
Sahara, dan Firdaus 2007).
Apabila Weber melihat persoalan lokasi dari sisi produksi, August Losch
melihat persoalan lokasi dari sisi permintaan (pasar). Losch menyatakan bahwa
lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Semakin jauh dari
tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang
menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan besar
(Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007).
T1 T2
T3
A
Gambar 1 Isodapan dan lokasi aglomerasi
8
Berdasarkan teori lokasi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan
teori pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar
modern. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern cenderung beraglomerasi
dan mendekati pusat keramaian. Pasar modern umumnya memilih lokasi yang
dekat dengan pasar modern lain dan pasar tradisional. Lokasi yang berdekatan
akan menimbulkan persaingan yang ketat serta mengurangi peluang untuk
mendapatkan omzet yang lebih besar.
Teori Aglomerasi
Aglomerasi ekonomi adalah berkumpulnya aktivitas-aktivitas kegiatan
ekonomi pada satu lokasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan
produksi yang menghasilkan barang atau kegiatan penjualan barang yang berada
pada satu lokasi. Terdapat beberapa keuntungan jika aktivitas mengelompok,
yakni sebagai berikut (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007):
1. Bagi aktivitas produksi, dapat menghemat biaya transportasi dalam membeli
input. Hal ini disebabkan karena prusahaan-prusahaan yang menjual input
antara berlokasi di wilayah yang sama dan relatif berdekatan sehingga
waktu dan jarak tempuh juga relatif singkat.
2. Bagi aktivitas penjualan, menghemat biaya iklan. Toko-toko tidak perlu
melakukan promosi produk yang dijual karena masyarakat sudah
mengetahui lokasi penjualan.
Disamping memiliki keuntungan, aglomerasi ekonomi memiliki kerugian
yaitu:
1. Timbul kemacetan disebabkan oleh banyaknya arus kendaraan yang keluar
masuk di wilayah tersebut.
2. Timbul polusi di sekitar aktivitas tersebut. Misalnya polusi udara yang
timbul dari bahan bakar kendaraan yang keluar masuk wilayah tersebut.
3. Angka kriminalitas meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah tersebut sehingga
menimbulkan berbagai macam persoalan kriminalitas seperti: pencurian.
Omzet
Omzet ialah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil menjual barang
(dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omzet yang diperoleh pedagang baik
di pasar modern maupun pasar tradisional terkadang tidak sama. Oleh karena itu,
pada penelitian ini omzet yang dimaksud adalah rata-rata omzet harian yang
diperoleh dari pedagang di sektor produk segar, produk olahan, dan produk
sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung.
Penelitian Terdahulu
Utomo (2011) dalam jurnalnya menggunakan analisis deskriptif. Hasil
penelitian Utomo (2011) menemukan bahwa ritel tradisional berada di posisi yang
lemah dibandingkan dengan ritel modern. Persaingan kedua ritel tersebut
mencakup omzet, perputaran barang dagangan, margin harga, harga, keramahan
9
pelayanan, ukuran yang akurat, lokasi dan suasana outlet (keamanan, kenyamanan,
dan kebersihan). Perbedaan karakteristik yang berbanding terbalik tersebut
semakin memperlemah posisi ritel tradisional. Sehingga menurut Utomo perlu
adanya penguatan kemampuan bersaing ritel tradisional dan perlu banyak peran
serta pemerintah sebagai pemilik kekuasaan regulasi. Strategi yang paling
mungkin dilakukan oleh ritel tradisional ialah bagaimana menjalin sinergi dengan
ritel modern, bukan dengan saling berhadapan untuk menyerang.
Penelitian Agustina (2009) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
peningkatan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor dengan
menggunakan analisis panel data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor tahun 1998 sampai 2003 lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Tahun
2003 sampai 2008 yakni ketika era booming pasar modern mulai berlangsung,
pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan di
Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini faktor yang berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pasar modern di Kota dan Kabupaten
Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga, dan tingkat pendapatan
per kapita. Apabila terjadi kenaikan pada populasi penduduk, jumlah rumah
tangga, dan pendapatan per kapita di Kota dan Kabupaten Bogor akan
menyebabkan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten semakin meningkat.
Hasil penelitian Hartati (2006) menunjukkan bahwa pergeseran dengan
indikator jumlah pasar diketahui dari jumlah pasar tradisional yang cenderung
mengalami penurunan sedangkan jumlah pasar modern cenderung meningkat.
Selain itu laju pertumbuhan jumlah pasar tradisional juga cenderung bernilai
negatif sedangkan pasar modern cenderung positif. Pergeseran dengan indikator
omzet dilihat dari omzet penjualan kedua pasar yang terus mengalami
peningkatan, namun peningkatan omzet pasar tradisional lebih lambat dan lebih
rendah dibandingkan dengan pasar modern dalam periode 1999-2003. Laju
pertumbuhan omzet juga mencerminkan pergeseran yang dilihat dari pertumbuhan
omzet pasar tradisional pada periode 2001-2002 menurun sementara di pasar
modern seperti hypermarket mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan
bahwa konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di pasar modern daripada di pasar
tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian, peraturan seperti Keputusan Bersama Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No.145/MPP/Kep/5/97 dan Menteri Dalam Negeri
No. 57 tahun 1997 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, Surat
Keputusan (SK) Menperindag No.420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan serta SK Menperindag No.
261/MPP/Kep/7/1997 tentang Pembentukan Tim Penataan dan Pembinaan Pasar
dan Pertokoan cukup efektif dalam mengurangi pertumbuhan jumlah pasar
modern pada kurun waktu 2000 dan 2005, tetapi kurang efektif dalam
meningkatkan pertumbuhan jumlah pasar tradisional karena masih terdapat
beberapa kendala seperti batasan mengenai perdagangan eceran dan grosir belum
jelas serta kendala dari pemerintah daerah.
Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) menyatakan bahwa para pedagang
di pasar perlakuan maupun pasar kontrol mengalami kelesuan usaha selama tiga
tahun antara 2003 dan 2006. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para
responden mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan adalah lemahnya
10
daya beli pelanggan sebagai akibat lonjakan harga BBM pada 2005 dan
peningkatan persaingan dengan PKL yang berjualan di lahan parkir dan area lain
di sekitar pasar, dan bahkan menutup pintu masuk pasar. Penyebab ketiga yang
terkait kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional adalah supermarket. Analisis
dampak kuantitatif mengungkapkan hasil analisis stasitistik untuk berbagai
indikator kinerja pasar tradisional, seperti keuntungan, omzet, dan jumlah pegawai.
Diantara ketiga indikator kinerja tersebut, supermarket secara statistik hanya
berdampak pada jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar
tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh
pedagang di pasar tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat
dengan supermarket, dan demikian sebaliknya.
Sadewisasi (2011) pada penelitiannya menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik,
posisi, dan potensi usaha ritel tradisional. Selain itu digunakan uji t berpasangan
(paired t test) untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan setelah adanya usaha
ritel modern. Hasil penelitian Sadewisasi (2011) mengidentifikasi adanya
penurunan omzet penjualan karena kehadiran ritel modern. Nilai signifikansi
jumlah omzet penjualan usaha ritel tradisional sebelum terdapat usaha ritel
modern dan setelah terdapat ritel modern sebesar 0.000 maka tolak H0 artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah omzet penjualan usaha ritel
tradisional dan setelah adanya ritel modern.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Kebijakan pemerintah mengenai investasi asing langsung dalam sektor
usaha ritel tahun 1998 telah mendorong ritel asing masuk ke Indonesia. Kehadiran
ritel modern telah memperkaya industri ritel di Indonesia. Industri ritel yang
dikenal di Indonesia ada dua yakni ritel modern dan pasar tradisional. Sejak tahun
1998 sampai akhir 2013 terus terjadi peningkatan jumlah ritel modern di hampir
seluruh kota di Indonesia. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang
memiliki pertumbuhan ritel modern yang tinggi dalam lima tahun terakhir.
Peningkatan jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tidak diiringi dengan
pertumbuhan jumlah pasar tradisional.
Pertumbuhan pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung diduga memiliki
dampak negatif terhadap para pedagang karena berpengaruh pada persaingan,
kinerja, dan omzet pedagang di pasar tradisional. Sehingga penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja pedagang, menganalisis
faktor yang memengaruhi omzet, dan menganalisis pengaruh jarak antara pasar
ritel modern dan pasar tradisional terhadap omzet pedagang. Output dari analisis
diharapkan dapat menjadi solusi yang berupa implikasi kebijakan bagi
kesejahteraan pedagang di pasar tradisional. Gambar 1 menunjukkan kerangka
pemikiran konseptual dari penelitian ini.
11
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung, Provinsi
Lampung pada bulan februari hingga maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan di
Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang Kota Bandar Lampung.
Pemilihan lokasi dilakukan melalui tahapan pengambilan sampel.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) pusat, Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bandar Lampung, APINDO (Asosiasi Pedagang Indonesia) Lampung,
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandar Lampung, serta beberapa artikel
dan literatur yang terkait dengan penelitian. Data primer didapatkan melalui
Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual
Kebijakan pemerintah
Perkembangan ritel di Indonesia
Pasar tradisional Ritel modern
Jumlah ritel modern terus
bertambah
Menurunnya jumlah pasar
tradisional
Persaingan dan
kinerja pedagang di
pasar tradisional
Kota Bandar
Lampung
Faktor yang
memengaruhi omzet
pedagang di pasar
tradisional Kota
Bandar Lampung
Pengaruh jarak pasar
ritel modern dan pasar
tradisional terhadap
omzet pedagang di
pasar tradisional
Rekomendasi kebijakan
12
kuisioner yang diberikan kepada para pedagang di sektor produk olahan, produk
segar, dan produk sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Total
responden dalam penelitian ini berjumlah 90 pedagang yang terbagi ke dalam tiga
pasar.
Metode Pengambilan Contoh
Data primer dikumpulkan dari 90 pedagang di pasar tradisional yang
mewakili seluruh pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Adapun
tahapan dalam menentukan sampel pedagang di pasar tradisional sebagai berikut:
1. Menentukan pasar modern (supermarket, hypermarket, dan departement
store) yang beroperasi minimal tahun 2008. Terdapat 18 pasar modern
yang sudah ada sejak tahun 1998 sampai 2013 (Lampiran 5).
2. Melakukan pengukuran jarak antara pasar modern dan pasar tradisional,
pasar yang berjarak kurang dari lima kilometer dijadikan pasar perlakuan
dan yang berjarak paling jauh dijadikan pasar kontrol. Terdapat enam
pasar tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dari pasar
modern dan terdapat dua pasar tradisional yang berjarak paling jauh dari
pasar modern yakni 10 kilometer dan 12 kilometer (Lampiran 3).
3. Pasar perlakuan dan pasar kontrol harus memenuhi syarat berikut: pasar
tradisional harus menjual produk yang sama dengan pasar modern (produk
segar, produk olahan, dan produk sandang), pasar tradisional beroperasi
setiap hari, dan pedagang yang boleh diwawancarai minimal sudah tiga
tahun berdagang di pasar tersebut.
4. Berdasarkan tahapan yang telah dilakukan diperoleh tiga pasar tradisional
sampel yakni: Pasar Tempel Rajabasa dan Pasar Koga sebagai pasar
perlakuan, sedangkan Pasar Panjang sebagai pasar kontrol. Masing-masing
pasar sampel berada pada kecamatan yang berbeda. Dilakukan wawancara
kepada 30 pedagang di masing-masing pasar sampel. Setiap pasar
mewakili ketiga kategori produk sehingga satu pasar terdiri dari 10
pedagang produk segar, 10 pedagang produk olahan, dan 10 pedagang
produk sandang.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan independent t test,
chi square, dan paired t test untuk melihat persaingan dan kinerja pedagang, dan
ordinal logistic regression untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi omzet ,
sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif untuk melihat
karakteristik responden. Kedua analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan
program MS Excel 2007 dan SPSS 20. Tabel 6 menggambarkan keterkaitan antara
sumber data, metode analisis data, dan tujuan dalam penelitian ini.
13
Tabel 5 Matriks metode analisis data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode AnalisisData
1
2
3
Menganalisis karakteristik
pedagang
Menganalisis persaingan
dan kinerja pedagang
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi omzet
pedagang
Data primer
Data primer
Data primer
Independent t test, chi
square test, dan metode
deskriptif
Independent t test, chi
square test, dan paired t test
Ordinal logistic regression
Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test)
Menurut Santoso (2012), independent sample t test adalah salah satu metode
pengujian hipotesis dengan tujuan membandingkan rata-rata dari dua grup yang
tidak berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga dapat diketahui apakah kedua
grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau jelas berbeda. Uji independent
sample t test pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik
responden dengan melihat adanya perbedaan rata-rata umur, lama berdagang,
ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli antara pedagang di pasar perlakuan
dengan pedagang di pasar kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios,
jumlah kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan
dengan pedagang di pasar kontrol.
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah
kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan dengan
pedagang di pasar kontrol.
Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara
membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan
hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel
t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka
terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika
probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0.
Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test)
Santoso (2012) mengatakan, uji t dua sampel berpasangan (paired t test)
adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan
atau pengukuran yang berbeda. Tujuan metode ini adalah untuk menguji dua
sampel yang berpasangan, apakah keduanya mempunyai rata-rata yang secara
nyata berbeda ataukah tidak. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan
setelah adanya pasar modern
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah
adanya pasar modern
14
Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara
membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan
hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel
t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka
terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika
probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0.
Metode Uji Chi Square
Analisis chi square termasuk kedalam statistik non parametrik, karena data
untuk analisis chi square berupa data nominal (kategorikal). Berbeda dengan
analisis regresi, analisis chi square hanya membahas apakah ada hubungan di
antara variabel tertentu ataukah tidak ada hubungan (untuk uji independensi) dan
tidak membahas seberapa jauh hubungan tersebut (Santoso 2012).
2 = [(𝑂𝑖𝑗 −𝐸𝑖𝑗 )2𝐸𝑖𝑗] Keterangan:
𝑂𝑖𝑗 : frekuensi pengamatan baris ke-i, kolom ke-j
𝐸𝑖𝑗 : frekuensi harapan baris ke-i, kolom ke-j
H0 : Tidak terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan,
status tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode
pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan
pedagang di pasar kontrol.
H1 : Terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, status
tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode
pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan
pedagang di pasar kontrol.
Berdasarkan perbandingan chi square hitung dan chi square tabel apabila
chi square hitung > chi square tabel maka tolak H0, dan jika chi square hitung <
chi square tabel maka terima H0. Namun berdasarkan probabilitas, jika nilai
probabilitas > α maka terima H0 dan jika nilai probabilitas < α maka tolak H0.
Korelasi Rank Spearman
Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) merupakan salah satu ukuran
deskriptif untuk mengukur tingkat korelasi dua variabel, dengan syarat kedua
variabel minimal mencapai pengukuran ordinal Firdaus, Harmini, dan Afendi
(2011).
− ∑
√( )( )
Keterangan:
tx : Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu
ty : Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu
di : Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i
i : Observasi ke-i, untuk i = 1,2, . . ., n
ε : Jumlah untuk seluruh kasus angka sama
15
Nilai rs bisa bertanda positif dan bisa bertanda negatif, nilai mutlaknya
maksimal 1 dan minimal 0. Bila nilai rs= 0 berarti kedua variabel tidak berkorelasi
dan bila nilai rs= 1 berarti kedua variabel berkorelasi sempurna. Tanda positif
pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah.
Metode Logit
Menurut Firdaus, Harmini, dan Afendi (2011) peubah respon dalam analisis
regresi yang berupa peubah kategorik maka analisis regresi yang dapat digunakan
adalah analisis logistik. Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya,
analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga diantara lain:
1. Biner : regresi logistik biner
2. Nominal : regresi logistik nomial
3. Ordinal : regresi logistik ordinal
Dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet penulis
menggunakan metode ordinal logit. Model persamaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
( )
Dimana:
Logit (𝑂 ) = Peluang tingkat omzet pedagang di pasar tradisional
akibat pendirian pasar ritel modern (nilai “1” jika omzet
kurang dari Rp 1 juta, nilai “2” jika omzet Rp 1 juta
sampai Rp 5 juta, dan nilai “3 jika omzet lebih dari Rp 5
juta)
= Intersep
= Koefisien regresi
Ukuran_Kios = Ukuran kios (m2)
Lama_Berdagang = Lama berdagang (tahun)
Jumlah_Pembeli = Jumlah pembeli (orang)
Pendidikan = Pendidikan (tahun)
Jarak = Jarak (nilai “0” jika jauh dari pasar ritel modern dan nilai
“1” jika dekat dari pasar ritel modern)
Diversifikasi_Produk = Diversifikasi produk (nilai “0” jika menjual satu jenis
dan nilai “1” jika menjual lebih dari satu jenis)
Produk_Segar = Menjual produk segar (nilai “0” jika menjual lainnya dan
nilai “1” jika menjual produk segar)
Produk_Olahan = Menjual produk olahan (nilai “0” jika menjual lainnya
dan nilai “1” jika menjual produk olahan)
Letak_Kios = Letak kios (nilai “0” jika letak kios di belakang dan nilai
“1” jika letak kios di belakang)
Uji Kebaiksuaian Model
Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) menunjukkan uji kesesuaian model
dengan data dengan memperhatikan nilai pearson dan deviance diperoleh nilai
signifikansi chi square (Yamin dan Kurniawan 2009).
16
Hipotesis:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai
prediksi oleh model
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai
prediksi oleh model
Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α= 0.1)
maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak
untuk digunakan dalam prediksi.
Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu
Juanda (2009) mengatakan pengujian yang dilakukan untuk menguji faktor
mana yang berpengaruh nyata terhadap pilihan. Dalam hal ini dapat menguji
signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan uji Wald (Wj).
��( )
Keterangan:
= Penduga β
�� = Penduga standard error dari β
βk = Koefisien variabel prediktor ke-k
Hipotesis:
H0 = βk = 0 (peubah Xk tidak berpengaruh nyata)
H1 = βk ≠0, k=1,2,...,k (peubah Xk berpengaruh nyata)
Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 two-tailed
p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α= 0.1) maka keputusannya
adalah menolak H0 artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara
nyata atau signifikan terhadap variabel respon.
Rasio Odd
Odd diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak
sukses dari peubah respon. Sehingga rasio odd mengindikasikan seberapa lebih
mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada
suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya (Firdaus, Harmini, dan
Afendi 2011). Rasio Odd merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap
peluang terjadi pilihan-0 Juanda (2009). Koefisien bertanda positif menunjukkan
nilai rasio odd yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa
peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Koefisien
yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih
besar dari peluang kejadian sukses.
17
GAMBARAN UMUM
Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung
Lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung rata-rata berada pada
pusat keramaian. Pertumbuhan pasar ritel modern relatif pesat dan lokasinya satu
sama lain berdekatan. Kecamatan Tanjung Karang Pusat dan Kecamatan Rajabasa
memiliki pasar ritel modern (supermarket, departement store, dan hypermarket)
yang lebih banyak dari kecamatan lainnya di Kota Bandar Lampung (Gambar 3).
Gambar 3 Peta lokasi penelitian
Sumber: Bandar Lampung dalam angka 2013
Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis yakni sebagai
penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang menjadikan kota ini
memiliki daya tarik bagi para investor asing maupun domestik. Selain itu, jumlah
penduduk yang terus bertambah dan pertumbuhan ekonomi daerah yang
18
mendekati pertumbuhan ekonomi nasional memiliki nilai tambah untuk
menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai kota metropolitan di Provinsi
Lampung. Peningkatan daya beli masyarakat telah mendorong meningkatnya
tingkat konsumsi dan perubahan gaya hidup yang lebih modern. Terbukti dari
meningkatnya jumlah pasar modern secara keseluruhan di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sejak tahun 1998 sudah terdapat empat
supermarket di Kota Bandar Lampung. Menginjak tahun 2000 pertumbuhan
supermarket, hypermarket, dan departement store terus meningkat. Peningkatan
jumlah pasar modern menjadikan persaingan yang ketat antar pasar modern lokal
maupun pasar modern asing di Kota Bandar Lampung. Sebagai akibatnya,
terdapat dua supermarket yang telah lebih dulu ada tersingkir karena kalah
bersaing dengan supermarket yang baru. Pada tahun 2008 Alfa supermarket
digantikan oleh Plaza Lotus, kemudian pada tahun 2009 Artomoro supermarket
digantikan oleh Central Plaza.
Tabel 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun
beroperasi
No Nama pasar modern Tahun beroperasi
1 Chandra Supermarket 1998
2 Ramayana Supermarket 1998
3 Alfa/Plaza Lotus 1998
4 Glael Supermarket 2001
5 Chandra Supermarket 2002
6 Simpur Center Mall 2003
7 Mall Kartini 2003
8 Chandra Supermarket 2007
9 Artomoro/Central Plaza 1998
10 Robinson 2012
11 Bambu Kuning Square 2012
12 Giant Pagar Alam 2013
13 Giant Kemiling 2013
14 Giant Antasari 2013
15 COSMO 2013
16 COSMO 2013
17 FITRINOF 2013
18 FITRINOF 2013
Sumber: Apindo Lampung
Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung
Pasar tradisional merupakan perwujudan dari eksistensi aktivitas ekonomi
yang sudah ada sejak lama. Pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk yang
tinggi menjadikan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih banyak
diminati konsumen. Pasar tradisional terdiri dari dua jenis yakni pasar tradisional
yang sudah direvitalisasi (diperbaharui) dan pasar tradisional yang belum
direvitalisasi. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kota Bandar
Lampung memiliki 28 pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dikelola
oleh pihak swasta, sedangkan 17 pasar tradisional dikelola oleh dinas pengelolaan
19
pasar. Adapun penjelasan mengenai nama dan tahun berdiri pasar milik
pemerintah dapat dilihat melalui Tabel 7.
Tabel 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota
Bandar Lampung
No Unit pasar Tahun
berdiri
No Unit pasar Tahun
berdiri
1 Way Halim 1983 10 Way Kandis 1999
2 Smep/Baru 1985 11 Kangkung/Kliwon 2003
3 Panjang 1990 12 Gudang Lelang 2007
4 Cimeng 1990 13 Pasar Gintung 2010
5 Tamin 1990 14 Permata Biru NA
6 Tugu 1990 15 Tengah Teluk Betung NA
7 Bambu Kuning 1990 16 Tengah Tanjung Karang NA
8 Bawah 1998 17 Pasar Terminal Kemiling NA
9 Beringin Raya 1998
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 17 pasar tradisional yang
dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung sampai tahun 2013.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan dengan Dinas
Pengelola Pasar, dari 17 pasar tradisional yang ada diketahui terdapat dua pasar
yang sedang dikembangkan untuk menjadi pasar tradisional semi modern yakni
Pasar Terminal Kemiling dan Pasar Bambu Kuning. Sisanya sebanyak 11 pasar
tradisional dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta.
Pasar tradisional milik pemerintah dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar
Lampung. Adapun tugas Dinas Pasar Kota Bandar Lampung adalah mengelola
pasar milik pemerintah, menyediakan sarana prasarana untuk pedagang dan pasar,
serta menarik retribusi pengelolaan pasar yang sebagian digunakan untuk
pemasukan PAD Kota Bandar Lampung. Terdapat dua retribusi yang ditarik dari
pedagang di pasar tradisional milik pemerintah, diantaranya tarif kebersihan di
lingkungan pasar dan retribusi pelayanan pasar. Berdasarkan peraturan walikota
Bandar Lampung Nomor. 99 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan pemungutan
atau kebersihan di lingkungan pasar, ditetapkan tarif retribusi kebersihan pasar
milik pemerintah seperti yang tertera pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung
No Jenis tempat Tarif (Rp) Frekuensi
1 Toko/Kios 2.000 Per hari
2 Los Amparan 1.500 Per hari
3 Pelataran amparan/ Bakulan 1.000 Per hari
4 Gerobak dorong, kendaraan insidentil/Promosi 1.000 Per hari
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
Tarif kebersihan yang dipungut oleh Dinas Pengelolaan Pasar dan pihak
swasta digunakan untuk menjaga kebersihan pasar dan lingkungan pasar sehingga
pedagang dan pembeli merasa nyaman dengan kondisi pasar. Menurut data pada
Tabel 8 terlihat bahwa tarif kebersihan pasar tradisional milik pemerintah Kota
Bandar Lampung untuk toko atau kios sebesar Rp 2 ribu per hari. Tarif kebersihan
untuk los amparan sebesar Rp 1.5 ribu per hari, amparan sebesar Rp 1 ribu per
20
hari, gerobak dorong dan kendaraan sebesar Rp 1 ribu per hari, serta untuk
kegiatan promosi atau insidentil di pasar tradisional milik pemerintah sebesar Rp
1 ribu per hari. Pasar swasta menerapkan tarif kebersihan disesuaikan dengan
besarnya tempat berdagang dan lokasi strategis tempat berdagang. Umumnya tarif
kebersihan yang dibayarkan pedagang di pasar swasta dua kali lipat diatas tarif
yang dibayarkan oleh pedagang di pasar pemerintah, karena besarnya tarif
kebersihan ditentukan oleh pemilik pasar.
Selain tarif retribusi kebersihan terdapat retribusi pelayanan pasar, baik
pasar tradisional milik pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan peraturan
walikota Bandar Lampung Nomor. 101 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan
pemungutan retribusi pelayanan pasar dapat dilihat melalui Tabel 9 berikut.
Pemungutan tarif retribusi pelayanan pasar milik pemerintah ditentukan
berdasarkan ukuran tempat berdagang. Ukuran tempat berdagang sebesar 16 m2
atau lebih dikenakan tarif sebesar Rp 4 ribu per hari, ukuran tempat berdagang
sebesar 12 m2
sampai 15m2 dikenakan tarif sebesar Rp 3 ribu per hari, ukuran
tempat berdagang sebesar kurang dari 9 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 2 ribu per
hari, dan ukuran tempat berdagang sebesar 1 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 1 ribu
per hari. Sama seperti tarif retribusi kebersihan, pasar milik swasta menerapkan
tarif retribusi pelayanan pasar yang lebih besar dibandingkan pasar milik
pemerintah yakni sebesar Rp 4 ribu sampai Rp 8 ribu.
Tabel 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung
No Ukuran tempat berdagang Tarif (Rp/m2) Frekuensi waktu
1 4m x 4m (16 m2
atau lebih) 4.000 Per hari
2 3m x 4m (12 m2
sampai 15 m2) 3.000 Per hari
3 3m x 3m (kurang dari 9 m2) 2.000 Per hari
4 1m x 1m (insidentil) 1.000 Per hari
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
Terdapat perbedaan diantara pasar tradisional milik pemerintah dan pasar
tradisional milik swasta. Pasar tradisional milik pemerintah pada umumnya
mengutamakan kesejahteraan para pedagang sedangkan pasar milik swasta fokus
pada pencarian profit. Terbukti dari penerapan tarif retribusi yang diterapkan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pedagang di pasar milik swasta
mengaku tarif retribusi per hari dirasa terlalu berat namun mereka tidak memiliki
pilihan lain sebab jika tidak membayar retribusi maka mereka tidak diperbolehkan
berdagang di pasar.
Berdasarkan tahap pengambilan sampel pasar diperoleh tiga pasar
tradisional di Kota Bandar Lampung. Masing-masing pasar tradisional berada
pada kecamatan yang berbeda. Pemilihan ketiga pasar tradisional disesuaikan
dengan syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Ketiga pasar tradisional tersebut
adalah Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang. Berikut
merupakan penjelasan mengenai ketiga pasar tradisional yang menjadi objek
dalam penelitian ini.
Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa
Pasar Tempel Rajabasa terletak di Jalan Kapten Abdul Haq Kecamatan
Rajabasa. Pasar ini didirikan pada tahun 1993 oleh pemiliknya Hi. M. Alias diatas
21
lahan berukuran 2 000 m2. Bangunan pasar berbentuk memanjang dipinggir jalan,
terdapat tiga bangunan pasar yang di sekat berdasarkan jenis dagangan. Adapun
jenis dagangan yang dijual di pasar ini mulai dari produk olahan, kue, aneka
minuman, ikan, daging, kebutuhan dapur, dan kebutuhan sandang. Sampai saat ini
jumlah kios yang ada di pasar tempel rajabasa berjumlah 100 unit. Umumnya
pelanggan pasar ini adalah masyarakat yang memiliki rumah didekat pasar. Pasar
Tempel Rajabasa beroperasi setiap hari dengan jam operasi mulai dari jam 06.00
sampai 11.00 WIB terkecuali hari sabtu dan minggu yakni tutup pukul 15.00
WIB.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pedagang, rata-rata mereka
mengeluhkan uang sewa dan tarif retribusi yang terus meningkat sementara
jumlah pembeli menurun. Fasilitas dirasa masih kurang, sebab tempat berdagang
mereka sudah tidak nyaman dan harus segera diperbaiki, suasana pasar yang
panas, dan terlihat kotor membuat pengunjung dan pedagang tidak nyaman. Selain
itu Pasar Tempel Rajabasa tidak memiliki area parkir dan keamanan yang jelas
sehingga sebagian pembeli enggan masuk ke pasar ini. Hasil wawancara yang
dilakukan dengan pemilik pasar diperoleh informasi bahwa perbaikan tempat
berdagang di Pasar Tempel Rajabasa akan diperbaiki awal bulan april 2014
mengingat pedagang yang sudah tidak nyaman lagi dengan tempat berdagangnya.
Namun revitalisasi dilakukan secara bertahap agar tidak terlalu banyak tempat
berdagang yang kosong.
Deskripsi Pasar Koga
Pasar Koga terletak di Jalan Teuku Umar Kecamatan Kedaton. Pasar ini
didirikan pada 1970 oleh KOREM (Komandan Resort Militer) dengan luas tanah
sebesar 3 857m2. Pengelola Pasar Koga adalah anggota KOREM, termasuk kepala
pasar dan penarik retribusi dari pedagang. Selain uang sewa kios terdapat retribusi
yang dibayar oleh para pedagang diantaranya retribusi kebersihan dan keamanan
pasar. Tahun 1993 terjadi kebakaran di Pasar Koga sehingga banyak pedagang
yang memutuskan untuk tidak berjualan lagi karena bangkrut. Tahun 1995 Pasar
Koga direvitalisasi, kemudian direvitalisasi kembali pada tahun 2009. Sampai saat
ini jumlah pedagang di pasar ini sekitar 250 orang baik yang menyewa kios
maupun los amparan.
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dengan pedagang,
masalah yang dihadapi oleh para pedagang di pasar ini adalah menurunnya jumlah
pembeli dan uang sewa yang terus naik. Secara keseluruhan Pasar Koga terlihat
lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tempel tradisional lain. Di pasar ini
pembeli merasa nyaman dalam berbelanja karena pasar ini tidak panas, tidak
terlalu becek, memiliki area parkir yang cukup luas dan aman. Selain itu di pasar
ini pembeli dapat menjumpai produk olahan (kue, makanan olahan, minuman,
dan, snack), produk segar (ikan, daging dan ayam), produk sandang (pakaian,
sepatu, tas, dan sandal), kebutuhan dapur, dan alat elektronik. Jika dibandingkan
dengan pasar tradisional lain, pasar ini memiliki pelanggan yang lebih banyak.
Jam beroperasi Pasar Koga dimulai dari pukul 05.00 sampai 18.00 WIB.
22
Pasar Panjang
Pasar Panjang merupakan salah satu pasar milik pemerintah daerah yang
dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Pasar ini berdiri pada tahun
1990 dan terletak di Kecamatan Panjang dengan luas tanah 33 700 m2
dan luas
bangunan sebesar 20 250 m2. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas pasar
terdapat 7 ruko, 50 kios, dan 136 los amparan di Pasar Panjang.
Pengelolaan Pasar Panjang dilakukan oleh Dinas Pasar Kota Bandar
Lampung. Adapun jenis retribusi yang ditagihkan kepada pedagang mencakup
tarif kebersihan dan pelayanan pasar. Berdasarkan PERDA yang dikeluarkan,
pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar retribusi kebersihan
sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 2 ribu per hari disesuaikan dengan tempat
berdagang. Selain itu pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar
retribusi pelayanan pasar sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 4 ribu per hari sesuai
dengan PERDA yang dikeluarkan oleh walikota. Namun untuk tarif retribusi
pelayanan pasar, dinas pasar memberikan keringanan untuk para pedagang yakni
menyamaratakan tarif pelayanan pasar sebesar Rp 2 ribu per hari karena
disesuaikan kemampuan membayar pedagang.
Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
Rata-rata pasar tradisional di Kota Bandar Lampung menyediakan
kebutuhan harian masyarakat seperti: produk segar, produk olahan, dan produk
sandang. Pasar yang menjadi objek penelitian adalah pasar yang menjual produk
segar, produk olahan, dan produk sandang. Tidak semua pasar tradisional di Kota
Bandar Lampung menjual ketiga produk tersebut seperti Pasar Gudang Lelang
yang hanya menjual ikan segar saja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
diperoleh komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar
tersebut (Tabel 10). Hasil yang didapatkan pada penelitian penulis. Pasar
tradisional perlakuan memiliki proporsi terbesar menjual pakaian dengan
persentase sebesar 26.70%. Diurutan selanjutnya terdapat sayur-sayuran, beras,
dan bumbu-bumbuan. Terdapat responden yang menjawab menjual komoditi
lainnya dalam bentuk produk olahan yakni snack, bakso, nasi sayur, pempek dan
es. Pasar tradisional kontrol memiliki proporsi pedagang terbesar menjual pakaian
dan beras dengan masing-masing proporsi sebesar 16.70%. Diurutan selanjutnya
terdapat komoditi ikan dan sepatu. Adapun responden yang menjawab komoditi
lainnya sebesar 6.70% dari total keseluruhan. Komoditi lainnya yang dijual di
pasar kontrol berbentuk produk olahan snack.
Data pada Tabel 10 menunjukkan jenis komoditi yang dijual oleh pedagang
di kedua kelompok pasar tradisional. Mayoritas pedagang di pasar perlakuan
menjual pakaian, sedangkan mayoritas pedagang di pasar kontrol menjual pakaian
dan beras. Artinya terdapat persaingan antara pedagang pakaian yang cukup ketat
sehingga harga pakaian di pasar perlakuan lebih kompetitif daripada komoditi
lain, hal yang sama terjadi pada pedagang di pasar kontrol yang menjual pakaian
dan beras. Para pedagang menjual barang dagangan sesuai dengan banyaknya
permintaan konsumen dan pedagang di kedua pasar rata-rata menjual dua sampai
tiga jenis komoditi. Hal ini berbeda dengan penelitian penelitian Suryadarma et al
(2007) yang mendapatkan proporsi pedagang terbesar dari keseluruhan pasar
23
tradisional adalah penjualan sayur-sayuran diikuti oleh bahan makanan dan
minuman. Harga beras dan daging cenderung berubah-ubah dan lebih sering
meningkat sehingga memiliki proporsi pedagang yang lebih sedikit.
Tabel 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar
tradisional
No Komoditi Jenis pasar (%) Significance
Pasar
perlakuan
(n=104)
Pasar
kontrol
(n=54)
1 Pakaian 26,70 16,70
2 Sayur-sayuran 15,00 6,70
3 Beras 13,30 16,70
4 Bumbu-bumbuan 8,30 3,30
5 Buah-buahan 6,70 3,30
6 Ayam 6,70 6,70
7 Sepatu 5,00 10,00
8 Ikan 3,30 13,30
9 Kue 3,30 6,70
10 Bahan minuman 1,70 0,00
11 Daging (sapi, kambing) 1,70 0,00
12 Tas 1,70 6,70
13 Minyak 0,00 0,00
14 Umbi-umbian 0,00 0,00
15 Kacang-kacangan 0,00 0,00
16 Telur dan susu 0,00 3,30
17 Lainnya 6,70 6,70
Total 100,00 100,00 12,05
Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar
Lampung
Sub bab ini menjelaskan perbedaan dan persamaan dua kelompok pasar
tradisional yakni pasar perlakuan dan pasar kontrol. Dimulai dari karakteristik
responden, jumlah pelanggan di pasar tradisional dan nilai pembelian pelanggan
di pasar tradisional. Pengujian persamaan dan perbedaan di kedua kelompok pasar
tradisional menggunakan metode analisis uji beda t dan chi square test.
Karakteristik responden berdasarkan variabel usia, pendidikan, lama
berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli dijelaskan pada Tabel
11. Berdasarkan uji beda t pada penelitian hanya jumlah kios yang signifikan pada
taraf nyata 5%. Pedagang di pasar perlakuan umumnya memiliki lebih dari satu
kios untuk mendapatkan omzet yang lebih besar, sedangkan pedagang di pasar
kontrol moyoritas memiliki satu kios. Adapun variabel lain seperti usia,
pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, dan jumlah pembeli relatif sama.
24
Tabel 11 Karakteristik responden dengan uji t test
No Variabel Pasar perlakuan
(n=60)
Pasar kontrol
(n=30)
Significance
Mean Std. Dev Mean Std. Dev
1 Usia (tahun) 41,30 10,41 44,67 10,30 -1,451
2 Pendidikan (tahun) 10,33 3,22 10,13 2,43 0,300
3 Lama berdagang
(tahun)
10,50 7,33 12,53 7,72 -1,219
4 Ukuran kios (m2) 44,62 116,45 20,43 17,93 1,128
5 Jumlah kios (unit) 1,17 0,38 1,00 0,00 2,422**
6 Jumlah pembeli
(orang per hari)
22,58 15,53 21,60 7,83 0,326
Keterangan: Berdasarkan t test: **signifikan pada taraf nyata 5%. Std.Dev:
standard deviation.
Data pada Tabel 12 merupakan hasil dari uji chi square karakteristik
responden pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol. Adapun karakteristik
yang diuji dalam uji chi square meliputi: jenis kelamin, letak kios, dan status
kepemilikan tempat usaha. Karakteristik responden yang signifikan pada
penelitian ini adalah status tempat usaha. Status kepemilikan tempat usaha di
pasar perlakuan dan pasar kontrol didominasi oleh status kepemilikan sewa kios
daripada milik sendiri ataupun tidak keduanya. Namun untuk variabel jenis
kelamin dan letak kios tidak signifikan berdasarkan uji chi square yang dilakukan.
Tabel 12 Karakteristik responden dengan uji chi square
Karakteristik responden Jenispasar
Significance Pasar perlakuan
(n=60)
Pasar kontrol
(n=30)
Jenis kelamin Perempuan 66,70 60,00
Laki-laki 33,30 40,00
Total 100,00 100,00 0,388
Letak kios Di dalam 55,00 70,00
Di depan 45,00 30,00
Total 100,00 100,00 1,875
Status tempat
usaha
Sewa 76,70 70,00
Lainnya 21,70 10,00
Milik
sendiri
1,70 20,00
Total 100,00 100,00 10,29***
Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%.
Karakteristik pedagang berdasarkan segmentasi pembeli pada penelitian ini
dilihat dari persentase jumlah pembeli (Tabel 13). Berdasarkan Uji t yang
dilakukan diperoleh variabel yang signifikan adalah rumah tangga, restoran atau
catering, dan warung. Tabel 13 menunjukkan rata-rata jumlah pembeli rumah
tangga di pasar perlakuan lebih besar jika dibandingkan rata-rata pembeli rumah
tangga pada pasar kontrol. Berbeda dengan jumlah pelanggan restoran atau
catering dan jumlah pelanggan warung di pasar kontrol lebih besar daripada di
pasar perlakuan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh
penelitian terdahulu Suryadarma et al (2007) yang menemukan bahwa warung
25
merupakan pangsa pembeli terbesar dalam jumlah konsumen dan nilai pembelian.
Sebesar 41.5% responden mengakui bahwa pelanggan utama mereka adalah
warung. Diurutan selanjutnya terdapat rumah tangga, restoran, dan pedagang
keliling.
Tabel 13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional
No Variabel Pasar perlakuan
(n=60)
Pasar kontrol
(n=30)
Significance
Mean Std, Dev Mean Std, Dev
1 Rumah tangga 78,61 27,83 57,24 33,37 3,18***
2 Restoran/catering 7,65 18,28 21,33 27,00 -2,84***
3 Pedagang
keliling
0,92 4,99 0,00 0,00 1,00
4 Warung 12,82 24,29 23,33 32,84 -1,72*
Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan
pada taraf nyata 5%; *signifikan pada taraf nyata 10%.
Selain proporsi jumlah pelanggan di pasar tradisional terdapat proporsi nilai
pembelian pelanggan. Besarnya jumlah konsumen yang membeli barang
dagangan belum tentu menggambarkan besar nilai pembelian yang dilakukan.
Tabel 14 menggambarkan nilai pembelian pelanggan pada pasar perlakuan dan
pasar kontrol. Berdasarkan uji t yang dilakukan diperoleh dua variabel yang
signifikan pada nilai pembelian yakni variabel rumah tangga dan variabel restoran
atau catering. Rata-rata nilai pembelian rumah tangga pada pasar perlakuan lebih
besar daripada pasar kontrol (Tabel 14). Berbeda pada tabel nilai pembelian
pelanggan restoran atau catering di pasar kontrol lebih besar dibandingkan rata-
rata pelanggan restoran atau catering di pasar perlakuan.
Tabel 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional
No Variabel Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30)
Significance
Mean Std.Dev Mean Std.Dev
1 Rumah tangga 73,83 32,60 53,79 34,99 2,65***
2 Warung 14,83 27,07 24,67 34,01 -1,49
3 Restoran/catering 10,17 23,81 23,33 29,98 -2,26**
4 Pedagang keliling 1,17 6,91 0,00 0,00 0,922
Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan
pada taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di Kota
Bandar Lampung
Pemasok berperan penting dalam kegiatan usaha baik skala kecil,
menengah, sampai besar. Pedagang tanpa keberadaan pemasok akan lebih sulit
untuk mendapatkan barang yang akan dijual ke pembeli. Penelitian ini membagi
pemasok untuk pedagang di pasar tradisional menjadi enam kategori, diantaranya:
26
produksi sendiri, produksi orang lain, penyalur, tengkulak atau pedagang
pengumpul, pasar induk, dan grosir. Berdasarkan uji chi square pada Tabel 15
pemasok utama yang dipilih pedagang baik di pasar perlakuan maupun pasar
kontrol adalah pemasok grosir sesuai dengan hasil penelitian Saddewisasi et al
(2011) namun berbeda dengan penelitian Suryadarma et al (2007).
Saddewisasi et al( 2011) pada penelitiannya mengatakan, responden
membeli langsung barang dagangan ke pasar atau tempat grosir karena barang
yang dibeli biasanya tidak banyak dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan
konsumen sehari-hari dalam partai kecil, selain itu juga dipengaruhi modal usaha
yang terbatas. Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) diperoleh lebih dari 40%
pedagang menggunakan pemasok profesional, akan tetapi sebagian besar dari
pedagang tidak hanya menggunakan satu pemasok saja melainkan lebih dari satu.
Tabel 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional
No
Pemasok
Jenis pasar (%) Significance
Pasar
perlakuan
(n=60)
Pasar
kontrol
(n=30)
1 Grosir 31,70 33,30
2 Pasar induk 23,30 3,30
3 Penyalur 20,00 30,00
4 Produksi sendiri 18,30 10,00
5 Produksi orang/rumah tangga lain 5,00 23,30
6 Tengkulak (pedagang pengumpul) 1,70 0,00
7 Lainnya sebutkan 0,00 0,00
Total 100,00 100,00 13,117**
Keterangan: Berdasarkan chi square test: **signifikan pada taraf nyata 5%.
Barang dagangan yang diperoleh dari pemasok dibayar dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dengan kesepakatan antara pemasok dan pedagang.
Berdasarkan hasil uji chi square, pedagang di kedua kelompok pasar tradisional
mengakui metode pembayaran yang paling banyak dilakukan adalah pembayaran
kontan atau tunai (Tabel 16). Hasil penelitian penulis sesuai dengan penelitian
Suryadarma et al (2007) yang mengatakan bahwa lebih dari 80% pedagang
menggunakan metode pembayaran tunai. Metode pembayaran kontan memiliki
resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode pembayaran lainnya.
Para pedagang di pasar tradisional umumnya memiliki usaha skala kecil sehingga
sangat sulit untuk meyakinkan para pemasok dalam menyediakan metode
pembayaran kredit, sehingga kerugian dari resiko ditanggung oleh para pedagang
jika terdapat barang yang rusak dan kadaluarsa.
27
Tabel 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional
No Metode
pembayaran
Jenis pasar (%) Significance
Pasar perlakuan
(n=60)
Pasar kontrol
(n=30)
1 Kontan 85,00 100,00
2 Konsinyasi 13,30 0,00
3 Kredit 1,70 0,00
Total 100,00 100,00 5,000*
Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.
Para pelaku usaha membutuhkan modal guna memulai dan mengembangkan
kegiatan usaha. Biasanya modal didapatkan dengan cara meminjam. Pinjaman ada
yang menetapkan bunga dan tidak dengan bunga. Penelitian ini membatasi sumber
modal dalam delapan kriteria diantaranya: modal sendiri, meminjam dari saudara,
meminjam dari teman atau tetangga, bank swasta, bank pemerintah, rentenir atau
pelepas uang, BPR atau bank pasar, dan koperasi. Terlihat bahwa pada pasar
tradisional perlakuan sebesar 80% pedagang mengaku mendapatkan sumber
modal dari modal sendiri, sedangkan pada pasar kontrol sebesar 90% (Tabel 17).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryadarma et al (2007) yang
menemukan 86.8% pedagang menggunakan sumber modal sendiri. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang di pasar tradisional Kota
Bandar Lampung mendapatkan sumber modal dari milik pribadi akibatnya resiko
yang ditanggung dalam usaha sangat besar daripada meminjam modal usaha dari
bank ataupun bekerja sama dengan pihak lain.
Tabel 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional
No
Sumber modal
Jenis pasar (%) Significance
Pasar perlakuan
(n=60)
Pasar kontrol
(n=30)
1 Modal sendiri 80,00 90,00
2 Meminjam dari saudara 8,30 0,00
3 Meminjam dari
teman/tetangga
5,00 0,00
4 Bank swasta 5,00 10,00
5 Bank pemerintah 1,70 0,00
6 Rentenir/pelepas uang 0,00 0,00
7 BPR/bank pasar 0,00 0,00
8 Koperasi 0,00 0,00
Total 100,00 100,00 5,490
Tabel 18 menunjukkan para pesaing terberat di pasar perlakuan dan pasar
kontrol. Jawaban yang diambil hanya pedagang yang mengklaim memiliki
pesaing terberat. Hasil uji chi square pada pesaing terberat signifikan, pesaing
terberat pedagang di kedua pasar didominasi oleh pedagang lain dalam pasar.
Pasar kontrol memiliki persentase sebesar 70% sedangkan pasar perlakuan sebesar
61%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma et al
(2007) yang menyatakan bahwa kebanyakan pedagang merasa pesaing terberat
mereka adalah sesama pedagang, diurutan selanjutnya terdapat supermarket, dan
PKL.
28
Tabel 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional
No
Pesaing terberat
Jenis pasar (%) Significance
Pasar perlakuan
(n=23)
Pasar kontrol
(n=10)
1 Pedagang lain di dalam
pasar
61,00 70,00
2 Pasar tradisional lain 26,00 10,00
3 Pasar modern 13,00 0,00
4 Minimarket 0,00 20,00
Total 100,00 100,00 6,846*
Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.
Memiliki strategi merupakan salah satu faktor untuk menjaga kelangsungan
usaha yang dijalankan. Umumnya pelaku usaha menerapkan strategi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pelanggan. Tabel 19 menunjukkan strategi
pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan uji chi square, strategi utama yang dilakukan pada kelompok pasar
perlakuan adalah memberikan diskon harga pada pembeli yang membeli barang
dalam jumlah yang banyak. Menjaga kebersihan kios merupakan strategi yang
mendominasi pedagang di pasar kontrol. Terdapat beberapa responden yang
menjawab memiliki strategi lainnya dalam menghadapi pesaing. Adapun strategi
lainnya di pasar tradisional perlakuan meliputi: kualitas barang, produk yang terus
diperbaharui, keramahan, kelengkapan barang, produk segar, jujur dengan
timbangan, dan mengambil keuntungan sedikit. Strategi lainnya pada pasar
tradisional kontrol meliputi: produk yang terus diperbaharui, kualitas produk, dan
kejujuran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung memiliki strategi khusus untuk menghadapi
pesaingnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu Suryadarma
(2007) dan Sutami (2005).
Hasil penelitian Suryadarma (2007) menemukan bahwa strategi yang
digunakan pedagang untuk menarik pembeli adalah sopan santun. Sebesar 37.6%
responden mengatakan bahwa sikap sopan santun sebagai kunci sukses bisnis
mereka. Sutami (2005) dalam penelitiannya menemukan strategi yang diterapkan
oleh pedagang diantaranya menjalin jaringan sosial antara tengkulak dengan
pedagang, pedagang dengan konsumen, antar sesama pedagang, dan pedagang
dengan petugas pasar.
29
Tabel 19 Strategi pedagang di pasar tradisional
No
Strategi
Jenis pasar (%) Significance
Pasar
perlakuan
(n=60)
Pasar
kontrol
(n=30)
1 Memberikan diskon harga 13,30 6,70
2 Kios selalu dijaga kebersihannya 11,70 30,00
3 Prioritas bagi pelanggan
(barang dapat dipesan)
10,00 3,30
4 Barang diantar ke rumah 5,00 13,30
5 Jenis dagangan diperbanyak 3,30 26,70
6 Pembayaran bisa dicicil 0,00 0,00
7 Lainnya 56,70 20,00
Total 100,00 100,00 23,360***
Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%.
Tabel 20 menunjukkan penyebab kelesuan usaha pedagang dari tahun 2008
hingga 2013. Jawaban ini hanya diambil dari pedagang yang mengkalim
mengalami penurunan omzet maupun keuntungan selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan uji chi square, penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar perlakuan
di dominasi oleh meningkatnya persaingan dengan pedagang lain, sedangkan pada
pasar kontrol penyebab kelesuan usaha pedagang didominasi oleh daya beli
masyarakat yang menurun. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suryadarma et al (2007) yang mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan
usaha mereka adalah lemahnya daya beli pelanggan karena adanya lonjakan harga
BBM pada tahun 2005 dan adanya persaingan dengan PKL.
Tabel 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional
No
Penyebab kelesuan usaha
Jenis pasar (%) Significance
Pasar
perlakuan
(n=50)
Pasar
kontrol
(n=25)
1 Daya beli masyarakat menurun 38,00 24,00
2 Persaingan dengan pedagang lain
dalam pasar tradisional
30,00 28,00
3 Pasar tradisional semakin banyak 12,00 4,00
4 Persaingan dengan pasar modern 6,00 0,00
5 Kondisi pasar yang buruk 4,00 0,00
6 Faktor iklim 2,00 12,00
7 Letak kios yang tidak strategis 2,00 4,00
8 Meningkatnya harga sewa kios 2,00 0,00
9 Usia penjual 2,00 4,00
10 Harga dari pemasok lebih tinggi 2,00 4,00
11 Akses kredit yang bertambah sulit 0,00 8,00
12 Persediaan barang yang sulit 0,00 4,00
13 Persaingan dengan minimarket 0,00 8,00
14 Kualitas yang menurun 0,00 0,00
Total 100,00 100,00 19,021*
Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.
30
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pedagang di pasar tradisional
mengakui bahwa telah terjadi penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Penelitian ini mengukur kinerja usaha pedagang melalui omzet dan
keuntungan pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung selama lima
tahun terakhir yakni tahun 2008 dan tahun 2013 dengan menggunakan paired
sample t test. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di kedua pasar
tradisional sampel, diperoleh output pada Tabel 21 berikut. Hasil paired t test
menunjukkan bahwa pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol rata-rata omzet
dan keuntungan sebelum keberadaan pasar modern lebih tinggi jika dibandingkan
dengan sesudah adanya pasar modern. Sebelum adanya pasar ritel modern
pembeli cenderung berbelanja ke pasar tradisional, namun setelah adanya pasar
ritel modern pembeli memiliki dua pilihan tempat berbelanja. Menurut para
pedagang, pembeli memilih berbelanja di pasar ritel modern karena kenyamanan,
kebersihan, fasilitas, dan keamanan yang dimiliki oleh pasar ritel modern. Hampir
semua pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih belum mengarah ke pasar
semi modern sehingga untuk komoditi tertentu seperti sembako dan pakaian
pembeli lebih memilih berbelanja di pasar ritel modern.
Tabel 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar
ritel modern dengan paired t test
Variabel Pasar perlakuan
(N=60)
Pasar kontrol
(N=30)
Mean Std.
Dev
Significance Mean Std.
Dev
Significance
Omzet
Sesudah 1,20 0,443 1,40 0,621
Sebelum 1,43 0,563 -3,394*** 1,83 0,648 -3,496***
Keuntungan
Sesudah 1,07 0,252 1,30 0,535
Sebelum 1,38 0,524 -4,324*** 1,63 0,556 -2,763**
Keterangan: Berdasarkan paired t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%;
**signifikan pada taraf nyata 5%.
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di
Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi omzet pedagang di pasar
tradisional Kota Bandar Lampung adalah ukuran kios, lama berdagang, jumlah
pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, diversifikasi produk,
penjualan produk segar, penjualan produk olahan, dan letak kios. Variabel respon
dalam penelitian ini terdiri dari tiga opsi omzet pedagang pada rentang kurang
dari Rp 1 juta untuk nilai “1”, omzet sebesar Rp 1 juta seribu sampai Rp 5 juta
untuk nilai “2”, dan omzet lebih dari Rp 5 juta untuk “nilai 3”. Berdasarkan output
hasil olahan pada Tabel 22 menunjukan bahwa variabel jumlah pembeli,
pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan produk segar signifikan
berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar
Lampung.
31
Tabel 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar
tradisional
No Variabel Koefisien Rasio Odd Signifikansi
1 Ukuran kios (m2) -0,004 0,996 0,419
2 Lama berdagang (tahun) -0,020 0,981 0,609
3 Jumlah pembeli (orang) 0,052 1,054 0,027**
4 Pendidikan (tahun) 0,197 1,218 0,069*
5 Dummy jarak
(dekat = 1, jauh =0)
-1,094 0,335 0,064*
6 Dummy diversifikasi produk
(satu jenis = 1, lebih dari satu
jenis =0)
0,721 2,056 0,265
7 Dummy produk segar
(produk segar =1, lainnya =0)
2,521 12,436 0,008***
8 Dummy produk olahan
(produk olahan =1, lainnya =0)
1,325 3,762 0,149
9 Dummy letak kios
(depan = 1, belakang = 0)
0,303 1,354 0,647
Pearson 0,669
Nagelkerke 0,301
Keterangan: Berdasarkan Ordinal logistic regression *** signifikan pada taraf
nyata 1%; ** signifikan pada taraf nyata 5%; * signifikan pada taraf nyata 10%.
Berdasarkan output hasil olahan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa
variabel jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan
produk segar signifikan berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar
tradisional. Hasil model logit ordinal untuk variabel jumlah pembeli diperoleh
koefisien bertanda positif, artinya semakin jumlah pembeli bertambah peluang
untuk mendapatkan omzet semakin bertambah. Variabel jumlah pembeli memiliki
nilai rasio odd 1.054 artinya jika terjadi peningkatan satu orang jumlah pembeli
maka peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 5.4%. Sehingga dapat
disimpulkan apabila terjadi peningkatan jumlah pembeli maka akan meningkatkan
omzet pedagang.
Pendidikan memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar
Lampung secara signifikan dengan koefisien positif. Artinya setiap peningkatan
tingkat pendidikan sebanyak satu tahun maka akan meningkatkan omzet pedagang.
Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai rasio odd 1.218 artinya jika terjadi
peningkatan satu tahun tingkat pendidikan maka akan menyebabkan peningkatan
omzet sebesar 21.8%. Sehingga dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan
tingkat pendidikan pedagang maka akan meningkatkan omzet pedagang.
Dummy jarak pasar tradisional ke pasar modern memengaruhi omzet
pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung secara signifikan dengan
koefisien negatif. Semakin dekat jarak pasar modern dan pasar tradisional,
peluang untuk meningkatkan omzet semakin berkurang. Nilai rasio odd dummy
jarak pasar tradisional ke pasar modern sebesar 0.335 artinya semakin dekat jarak
pasar tradisional ke pasar modern memiliki peluang untuk menurunkan omzet
pedagang sebesar 66.5% dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh
dengan pasar modern.
32
Dummy produk segar memengaruhi omzet secara signifikan dengan
koefisien pada variabel positif. Semakin pedagang menjual produk segar, peluang
untuk mendapatkan omzet semakin besar. Nilai rasio odd variabel dummy produk
segar sebesar 12.436 artinya pedagang yang menjual produk segar memiliki
peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 1 143% dibandingkan pedagang yang
menjual produk sandang. Semakin pedagang menjual produk segar maka peluang
untuk meningkatkan omzet semakin besar.
Uji goodness of fit menunjukkan uji kesesuaian model dengan data. Hasil
dari output SPSS 20 didapatkan p-value uji pearson dari model yang telah
diperoleh bernilai lebih besar daripada alpha 10% maka terima H0. Artinya model
yang telah dihasilkan sesuai, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara
hasil observasi dengan hasil prediksi model. Output dalam penelitian ini
didapatkan nilai Negelkerke sebesar 0.301 atau 30.1%. Artinya variabel dependen
mampu diterangkan oleh variabel independen sebesar 30.1% sedangkan sisanya
60,9% diterangkan oleh variabel independen lain di luar model.
Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar
Lampung terhadap Omzet
Hasil penelitian penulis menunjukkan persamaan antara pasar tradisional
perlakuan dan pasar tradisional kontrol. Kedua pasar tradisional di Kota Bandar
Lampung tersebut beroperasi setiap hari dengan barang dagangan yang sama
(produk segar, produk olahan, dan produk sandang), jumlah dan nilai pembelian
yang mendominasi kedua pasar adalah pembelian dari pelanggan rumah tangga.
Pedagang di kedua pasar tradisional pada umumnya menggunakan pemasok grosir
dengan metode pembayaran tunai, selain itu sebagian besar pedagang di kedua
pasar menggunakan sumber modal milik pribadi. Pasar tradisional perlakuan
memiliki jarak yang dekat dengan pasar ritel modern, sedangkan pasar tradisional
kontrol memiliki jarak yang jauh dari pasar ritel modern.
Pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung
mengklaim mengalami penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima tahun
terakhir. Salah satu penyebab penurunan kinerja usaha pedagang adalah
keberadaan pasar modern yang terus bertambah. Hasil wawancara dengan
pedagang di pasar tradisional menunjukkan keberadaan pasar modern secara tidak
langsung telah mengurangi peluang pedagang untuk mendapatkan omzet yang
lebih tinggi. Kesamaan barang dagangan, harga yang tidak berbeda jauh, diskon
yang diberikan, serta jarak yang tidak terlalu berjauhan dengan pasar tradisional
membuat masyarakat memiliki alternatif lain dalam berbelanja. Umumnya pasar
modern memilih lokasi yang berdekatan dengan pasar modern lain dan pasar
tradisional yang telah lebih dulu ada.
Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah
menyebabkan persaingan dikedua pasar terutama dalam perebutan pangsa pasar.
Lokasi pasar ritel modern dan pasar tradisional cenderung beraglomerasi dan
mendekati pusat keramaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar
tradisional yang berjarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki omzet yang
lebih rendah dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh dengan
pasar ritel modern. Tabel 21 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan omzet
pedagang di pasar perlakuan dan kontrol setelah keberadaan pasar ritel modern.
33
Hal ini terjadi karena pasar tradisional kontrol tidak secara langsung berhadapan
dengan pasar ritel modern, sedangkan pada pasar tradisional perlakuan langsung
bersaing dengan pasar ritel modern karena jarak yang berdekatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis melalui wawancara dan perhitungan uji chi square menunjukkan
telah terjadi penurunan omzet dan keuntungan pedagang selama lima tahun
terakhir. Hal ini terjadi karena terdapat persaingan dengan pedagang lain di
dalam pasar, pasar tradisional lain, pasar modern, dan minimarket. Namun,
dikedua kelompok pasar tradisional mengakui bahwa persaingan didominasi
oleh pedagang lain di dalam pasar bukan oleh pasar modern.
2. Melalui penelitian ini diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi perubahan
omzet pedagang di pasar tradisional secara signifikan adalah jumlah pembeli,
pendidikan, jarak antara pasar tradisional ke pasar ritel modern, dan produk
segar. Variabel jumlah pembeli, pendidikan, dan produk segar memiliki
hubungan positif dan variabel jarak memiliki hubungan negatif dengan omzet.
3. Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah
memengaruhi omzet pedagang di kedua pasar tradisional. Namun pasar
tradisional yang memiliki jarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki
penurunan omzet yang lebih besar daripada pasar tradisional yang berjarak
jauh dari pasar ritel modern.
Saran
1. Perlu adanya peningkatan strategi di kedua pasar agar dapat meningkatkan
omzet. Jika dilihat dari strategi pedagang di pasar perlakuan yang terbesar
adalah memberikan diskon harga jika pembeli membeli barang dalam jumlah
yang banyak, sehingga strategi tersebut perlu dipertahankan atau ditingkatkan
agar pelanggan terus bertambah. Berbeda dengan pasar perlakuan, pada pasar
kontrol strategi terbesar ada pada menjaga kebersihan kios dan menambah
jumlah barang dagangan, strategi ini perlu ditingkatkan oleh pedagang agar
pelanggan di pasar kontrol bertambah.
2. Kesulitan dalam mengakses dan memenuhi persyaratan pinjaman modal
membuat para pedagang menggunakan dana pribadi untuk berdagang.
Sebaiknya pemerintah dan instansi terkait mempermudah akses dan
persyaratan pinjaman modal pedagang khususnya pedagang di pasar tradisional
agar dapat mengembangkan usahanya.
3. Pendidikan pedagang secara tidak langsung akan meningkatkan omzet, oleh
karena itu sebaiknya perlu diterapkan pendidikan informal seperti sosialisasi
dan pelatihan manajemen berdagang yang diberikan oleh pengelola pasar
ataupun pemerintah Kota Bandar Lampung kepada pedagang.
4. Jarak antara pasar tradisional dan pasar ritel modern sebaiknya lebih
diperhatikan agar tidak mengganggu keberadaan pasar tradisional khususnya
34
dalam hal izin pendirian dan zonasi pasar ritel modern. Pemerintah juga
sebaiknya turut berperan dalam memperbaiki sarana prasarana pasar tradisional
agar dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional seperti melakukan
revitalisasi pasar.
5. Pasar tradisional sebaiknya fokus pada penjualan produk segar mengingat
alasan pembeli mengunjungi pasar tradisional karena pasar memiliki produk
segar yang lebih baik dari segi harga dan kesegaran produk daripada pasar ritel
modern.
6. Penelitian ini memiliki keterbatasan informasi mengenai data omzet yang
diperoleh dari para pedagang di pasar tradisional. Data omzet pedagang yang
digunakan dalam uji regresi ordinal berbentuk data ordinal, karena pada
umumnya para pedagang cenderung tidak bersedia memberikan informasi yang
lebih akurat mengenai omzet yang diperoleh tiap harinya. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas hasil regresi pada penelitian selanjutnya
disarankan menggunakan omzet berupa data rasio yang merupakan data angka
omzet pedagang sesungguhnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
[BPMP] Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Lampung. 2014. Nilai
Investasi Asing dan Domestik di Provinsi Lampung Tahun 2010-2012.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2012. Bandar Lampung
Dalam Angka 2013. Bandar Lampung (ID): BPS Kota Bandar Lampung.
[KPPU] Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. 2004. Tambunan T et al. Kajian
persaingan dalam industri retail. Jakarta(ID): KPPU.
Agustina D. 2009. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan jumlah
pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Dede. 2012. Ciri-ciri dan Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013
Des 22].Tersedia pada: http://ddsulai.blogspot.com.
Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press
Hartati W. 2006. Pergeseran subsektor perdagangan eceran dari tradisional ke
modern di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press
Kementrian Keuangan RI. 2012. Laporan Tim Kajian Profil Sektor Riil: Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Luci H. 2013. Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013 Des
22].Tersedia pada: http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com
Manggala Y. 2013 Jul 19. Pasar Tradisional Bakal „Tergilas‟ Pasar Modern.
Republika[internet]. [diunduh 2013 Des 14]. Tersedia pada:
http://www.republika.co.id
Natawidjaja R. 2005. Modern Market Growth and Changing Map of Retail Food
Sector in Indonesia. The Pacific Food System Outlook
Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta (ID):
Binarupa Aksara
Nurmalasari D. 2007. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing dan
preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pandin M. 2009. Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern. Economic
Review No 215
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-
DAG/PER/12/2013
Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 101 tahun 2011
Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 99 tahun 2011
Poesoro A. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. Jakarta (ID):
Lembaga Penelitian SMERU
Priyarsono, Sahara, dan Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Bogor (ID):
Universitas Terbuka
Saddewisasi W, Ariefiantoro T, dan Santoso A. 2011. Analisis dampak usaha ritel
modern terhadap usaha ritel tradisional (Studi kasus di wilayah kecamatan
Gunungpati, Meijen, Tembalang, dan Banyumanik). Jurnal Riptek Vol.5 No I
Santoso S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex
Media Komputindo
36
Suryadarma D et al. 2007. Dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang
ritel tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga
Penelitian SMERU
Sutami WD.2005. Strategi Rasional Pedagang Tradisional. Jurnal BioKultur Vol
I/No 2
Utomo T.J. 2011. Persaingan bisnis ritel: tradisional vs modern.Jurnal Focus
Ekonomi. Vol.6 No.1 juni 2012:122-133
Yamin S dan Kurniawan H. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik
Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta (ID): Salemba Infotek
38
Lampiran 1 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 1997-2003
Sumber: DRI, 2004; Visidata Riset Indonesia, 2003 dalam Natawidjaja R
Lampiran 2 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 2004-2008
Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data (diolah) dalam Pandin M
39
Lampiran 3 Jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota Bandar
Lampung
No Nama pasar ritel
modern
Nama pasar tradisional Jarak Tahun
beroperasi pasar
ritel modern
1 Chandra Teluk
Betung
Pasar panjang 10 Km 1998
Pasar gudang lelang 300 m
Pasar cimeng 1 Km
Pasar kangkung 400 m
Pasar ambon 2 Km
2
Ramayana
Pasar bawah
0 Km
1998
3
Chandra tanjung
karang
Pasar tugu
900 m
2002
4
Simpur Center
Pasar bambu kuning
600 m
2003
Pasar tamin 1,4 Km
Pasar smep 500 m
Pasar gintung 500 m
5
Chandra way
halim
Pasar way kandis
4 Km
2007
Pasar Tempel Way Kandis 5 Km
Pasar tempel sukarame II 4,8 Km
Pasar korpri 5,6 Km
Pasar tempel wayhalim 800 m
Pasar tempel cahaya 1,8 Km
Pasar way halim 500 m
6
Matahari/Central
Plaza
Pasar langkapura
12 Km
2007
Pasar tempel gotong
royong
1,5 Km
7
Robinson
Pasar rajabasa
600 m
2012
Pasar perum batara nila 2,2 Km
Pasar tempel stasiun 1,9 Km
8
Giant Antasari
Pasar permata biru
7 Km
2013
Pasar way dadi 6,2 Km
9
Giant Kemiling
Pasar terminal kemiling
900 m
2013
10
Giant Pagar alam
Pasar untung
2,8 Km
2013
Pasar koga 1,9 Km
Sumber: Observasi penulis
40
Lampiran 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah
Kota Bandar Lampung
No Unit pasar Tanah
(m2)
Bangunan
(m2)
Tahun
berdiri
Ruko
(unit)
Toko
(unit)
Kios
(unit)
Los
amparan
(unit)
1 Way halim 10.000 6.000 1983 NA NA NA 32
2
Smep/Baru
6.765
4.059
1985
NA
NA
15
153
3
Panjang
33.700
20.250
1990
7
NA
50
136
4
Cimeng
4.465
2.679
1990
NA
NA
8
352
5
Tamin
12.000
72.000
1990
NA
NA
76
99
6
Tugu
7.059
4.235
1990
NA
NA
4
200
7
Bambu kuning
8.840
14.250
1990
NA
NA
47
NA
8
Bawah
11.000
NA
1998
NA
NA
NA
NA
9
Beringin raya
3.000
910
1998
NA
NA
NA
NA
10
Way kandis
5.000
2.000
1999
NA
NA
30
NA
11
Kangkung/Kliwon
15.622
9.373
2003
6
NA
12
569
12
Gudang lelang
1.500
900
2007
NA
NA
NA
109
13
Pasar Gintung
2.222
1.412
2010
NA
NA
NA
313
14
Permata Biru
38.655
NA
NA
NA
NA
NA
NA
15
Tengah Teluk
Betung
NA
NA
NA
44
NA
NA
NA
16
Tengah Tanjung
Karang
NA
NA
NA
39
NA
NA
NA
17
Pasar terminal
kemiling
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
41
Lampiran 5 Daftar nama dan lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung
tahun 2009-2013
No 2009 2010 2011 2012 2013 Alamat
1 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl. Pemuda
Tanjungkarang
Timur
2 Ramayana Ramayana Ramayana Ramayana Ramayana Jl. Raden Intan
Tanjungkarang
Pusat
3 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl. Kimaja
Wayhalim
4 Plaza
Lotus
Plaza Lotus Plaza Lotus Plaza
Lotus
Plaza
Lotus
Jl. RadenIntan
5 Central
Plaza
Central
Plaza
Central
Plaza
Central
Plaza
Central
Plaza
Jl. Kartini
6 Mall
Kartini
Mall
Kartini
Mall
Kartini
Mall
Kartini
Mall
Kartini
Jl. Kartini
7 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl.Ikan Bawal
Tanjung Karang
Selatan
8 Simpur
Center
Mall
Simpur
Center Mall
Simpur
Center Mall
Simpur
Center
Mall
Simpur
Center
Mall
Jl. Jend
Suprapto
Tanjungarang
Pusat
9 Glael Glael Glael Glael Glael Jl. Jend
Sudirman
Tanjungkarang
Pusat
10 Mall
Lampung
Mall
Lampung
Jl. Z.A Pagar
Alam
11 Bambu
Kuning
Square
Bambu
Kuning
Square
Jl. Raden Intan
12 COSMO Jl.M. Noor
Tanjung karang
pusat
13 COSMO Jl.Teuku Umar
14 FITRINOF Jl. Teuku Umar
15 FITRINOF Bundaran
Rajabasa
16 Giant Jl. Pagar Alam
17 Giant Kec Kemiling
18 Giant Jl. Antasari
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
42
Lampiran 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampung
tahun 2009-2013
No 2009 2010 2011 2012 2013 Alamat
1 Kangkung Kangkung Kangkung Kangkung Kangkung Kel Kangkung
2
Gudang
lelang
Gudang
lelang
Gudang
lelang
Gudang
lelang
Gudang
lelang
Kel Kangkung
3 Tugu Tugu Tugu Tugu Tugu Kec Kampung sawah
4 Bawah Bawah Bawah Bawah Bawah Kel Gunung sari
5 Smep Smep Smep Smep Smep Kel Pasar Gintung
6 Gintung Gintung Gintung Gintung Gintung Kel Pasar Gintung
7 Tamin Tamin Tamin Tamin Tamin Kel Suka sawa
8 Cimeng Cimeng Cimeng Cimeng Cimeng Kel Cimeng
9 Wayhalim Wayhalim Wayhalim Wayhalim Wayhalim Kel Prum wayhalim
10 Panjang Panjang Panjang Panjang Panjang Kel Panjang
11 Waykandis Waykandis Waykandis Waykandis Waykandis Kel Prum waykandis
12 Langkapura Langkapura Langkapura Langkapura Langkapura Kel Langkapura
13 Terminal
kemiling
Terminal
kemiling
Terminal
kemiling
Terminal
kemiling
Terminal
kemiling
Kel Gunung Terang
14 Ambon Ambon Ambon Ambon Kec Teluk betung selatan
15 Bambu
kuning
Bambu
kuning
Bambu
kuning
Bambu
kuning
Kec Tanjung karang pusat
16 Korpri Korpri Korpri Korpri Prum Korpri
17 Permata
biru
Permata
biru
Permata
biru
Permata
biru
Jl Pulau Sebesi
18 Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Jl Kapten Abdul Haq
19 Untung Untung Untung Untung Labuhan Ratu
20 Koga Koga Koga Koga Jl Teuku Umar
21 Prum
Batara nila
Prum
Batara nila
Prum
Batara nila
Prum
Batara nila
Jl Kapten Abdul Haq
22 Waydadi Waydadi Waydadi Waydadi Jl Pembangunan Waydadi
23 Tempel
gotong
royong
Tempel
gotong
royong
Tempel
gotong
royong
Tempel
gotong
royong
Kec Tanjung Karang
Pusat
24 Tempel
stasiun
Tempel
stasiun
Tempel
stasiun
Tempel
stasiun
Jl Untung Suropati
25 Tempel
Wayhalim
Tempel
Wayhalim
Tempel
Wayhalim
Tempel
Wayhalim
Jl Al-Ikhlas
26 Tempel
Cahaya
Tempel
Cahaya
Tempel
Cahaya
Tempel
Cahaya
Jl Urip Sumoharjo
27 Tempel
Sukarame
II
Tempel
Sukarame
II
Tempel
Sukarame
II
Tempel
Sukarame
II
Kel Sukarame
28 Tempel
Waykandis
Tempel
Waykandis
Tempel
Waykandis
Tempel
Waykandis
Jl Ratu Dibalau
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung
43
Lampiran 7 Output uji t untuk karakteristik responden
Lampiran 8 Output uji chi-square untuk karakteristik responden
Komoditi * Jenispasar Crosstabulation
Count
Jenispasar
Total Pasar perlakuan Pasar kontrol
Komoditi Beras 9 7 16
Minyak 11 6 17
Bahan 3 2 5
Bumbu-bumbuan 14 3 17
Sayur-sayuran 10 4 14
Umbi-umbian 3 1 4
Buah-buahan 6 1 7
Daging (sapi,kambing) 1 0 1
Ayam 4 2 6
Ikan 2 4 6
Telur dan susu 9 1 10
Pakaian 16 5 21
Tas 3 7 10
Sepatu 5 7 12
Kue 2 2 4
Lainnya 6 2 8
Total 104 54 158
Group Statistics
Jenispasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Umur pasar perlakuan 60 41,3000 10,41397 1,34444
pasar kontrol 30 44,6667 10,30344 1,88114
Pendidikan pasar perlakuan 60 10,3333 3,21894 ,41556
pasar kontrol 30 10,1333 2,43159 ,44395
Lamaberdagang pasar perlakuan 60 10,5000 7,32652 ,94585
pasar kontrol 30 12,5333 7,71802 1,40911
Ukurankios pasar perlakuan 60 44,6167 116,45165 15,03384
pasar kontrol 30 20,4333 17,93029 3,27361
Jumlahkios pasar perlakuan 60 1,1667 ,37582 ,04852
pasar kontrol 30 1,0000 ,00000 ,00000
Jumlahpembeli pasar perlakuan 60 22,5833 15,52722 2,00456
pasar kontrol 30 21,6000 7,82833 1,42925
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
90% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Umur Equal variances assumed ,120 ,730 -1,451 88 ,150 -3,36667 2,32052 -7,22419 ,49086
Equal variances not assumed -1,456 58,668 ,151 -3,36667 2,31219 -7,23090 ,49756
Pendidikan Equal variances assumed 3,386 ,069 ,300 88 ,765 ,20000 ,66691 -,90865 1,30865
Equal variances not assumed ,329 74,116 ,743 ,20000 ,60810 -,81289 1,21289
Lama
berdagang
Equal variances assumed ,030 ,864 -1,219 88 ,226 -2,03333 1,66762 -4,80550 ,73884
Equal variances not assumed -1,198 55,483 ,236 -2,03333 1,69712 -4,87225 ,80559
Ukuran kios Equal variances assumed 4,353 ,040 1,128 88 ,263 24,18333 21,44525 -11,46626 59,83293
Equal variances not assumed 1,572 64,433 ,121 24,18333 15,38613 -1,49378 49,86045
Jumlah kios Equal variances assumed 36,667 ,000 2,422 88 ,017 ,16667 ,06881 ,05228 ,28105
Equal variances not assumed 3,435 59,000 ,001 ,16667 ,04852 ,08559 ,24775
Jumlah
pembeli
Equal variances assumed 8,757 ,004 ,326 88 ,745 ,98333 3,01528 -4,02913 5,99580
Equal variances not assumed ,399 87,978 ,691 ,98333 2,46191 -3,10924 5,07591
44
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 12,047a 13 ,524 Likelihood Ratio 12,758 13 ,467
Linear-by-Linear Association ,991 1 ,319
N of Valid Cases 90
a. 24 cells (85,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Crosstab
Count
Jenis pasar
Total pasar perlakuan pasar kontrol
Jenis kelamin laki-laki 20 12 32
perempuan 40 18 58 Total 60 30 90
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,388a 1 ,533 Continuity Correctionb ,152 1 ,697
Likelihood Ratio ,385 1 ,535
Fisher's Exact Test ,641 ,346 Linear-by-Linear
Association ,384 1 ,536
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,67.
Crosstab Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Letak_Kios di depan 27 9 36
Di dalam 33 21 54 Total 60 30 90
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,875a 1 ,171
Continuity Correctionb 1,302 1 ,254
Likelihood Ratio 1,914 1 ,167 Fisher's Exact Test ,254 ,127
Linear-by-Linear Association 1,854 1 ,173
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Count
Jenispasar
Total pasar perlakuan pasar kontrol
Status tempat usaha milik sendiri 1 6 7
sewa 46 21 67
lainnya 13 3 16
Total 60 30 90
45
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10,294a 2 ,006
Likelihood Ratio 10,065 2 ,007
Linear-by-Linear Association 7,249 1 ,007 N of Valid Cases 90
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
Group Statistics
Jenis_Pasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Jumlah_Pembeli_Rumahtangga Pasar Perlakuan 60 78,61 27,834 3,593
Pasar Kontrol 29 57,24 33,370 6,197
Nilai_Pembelian_rumahtangga Pasar Perlakuan 60 73,83 32,604 4,209
Pasar Kontrol 29 53,79 34,991 6,498
Jumlah_Pembelian_restorancatering Pasar Perlakuan 60 7,65 18,279 2,360
Pasar Kontrol 30 21,33 27,004 4,930
Nilai_Pembelianrestoran Pasar Perlakuan 60 10,17 23,810 3,074
Pasar Kontrol 30 23,33 29,981 5,474
Jumlah_Pedagang_Keliling Pasar Perlakuan 60 ,92 4,999 ,645
Pasar Kontrol 30 ,00 ,000 ,000
Nilai_Pembelianpedagangkeliling Pasar Perlakuan 60 1,17 6,911 ,892
Pasar Kontrol 30 ,00 ,000 ,000
Jumlah_Pembelian_warung Pasar Perlakuan 60 12,82 24,285 3,135
Pasar Kontrol 30 23,33 32,835 5,995
Nilai_Pembelianwarung Pasar Perlakuan 60 14,83 27,074 3,495
Pasar Kontrol 30 24,67 34,011 6,210
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error Differ
ence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Jumlah_Pembeli_ Rumahtangga
Equal variances assumed 2,557 ,113 3,179 87 ,002 21,370 6,723 8,007 34,734
Equal variances not assumed 2,983 47,450 ,004 21,370 7,163 6,964 35,777
Nilai_Pembelian_
rumahtangga
Equal variances assumed ,238 ,627 2,654 87 ,009 20,040 7,552 5,030 35,050
Equal variances not assumed 2,589 52,078 ,012 20,040 7,742 4,506 35,575
Jumlah_Pembelian_
restorancatering
Equal variances assumed 12,518 ,001 -2,839 88 ,006 -13,679 4,818 -23,254 -4,103
Equal variances not assumed -2,503 42,708 ,016 -13,679 5,466 -24,704 -2,653
Nilai_Pembelian
restorancatering
Equal variances assumed 6,558 ,012 -2,264 88 ,026 -13,167 5,815 -24,723 -1,610
Equal variances not assumed -2,097 47,837 ,041 -13,167 6,278 -25,790 -,543
Jumlah_Pedagang_
Keliling
Equal variances assumed 4,298 ,041 1,001 88 ,319 ,917 ,915 -,902 2,736
Equal variances not assumed 1,420 59,000 ,161 ,917 ,645 -,375 2,208
Nilai_Pembelian
pedagangkeliling
Equal variances assumed 3,563 ,062 ,922 88 ,359 1,167 1,265 -1,348 3,681
Equal variances not assumed 1,308 59,000 ,196 1,167 ,892 -,619 2,952
Jumlah_Pembelian_
warung
Equal variances assumed 10,787 ,001 -1,717 88 ,090 -10,517 6,127 -22,692 1,659
Equal variances not assumed -1,555 45,364 ,127 -10,517 6,765 -24,139 3,106
Nilai_Pembelianw
arung
Equal variances assumed 8,194 ,005 -1,489 88 ,140 -9,833 6,606 -22,961 3,294
Equal variances not assumed -1,380 47,923 ,174 -9,833 7,126 -24,161 4,495
Lampiran 9 Output uji chi-square untuk persaingan dan kinerja pedagang
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pemasok * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
46
Pemasok * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Pemasok Produksi sendiri 11 3 14
Produksi orang/rumah tangga lain 3 7 10
Penyalur 12 9 21
Tengkulak (pedagang pengumpul) 1 0 1
Pasar induk 14 1 15
Grosir 19 10 29
Total 60 30 90
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13,117a 5 ,022 Likelihood Ratio 14,414 5 ,013
Linear-by-Linear
Association ,825 1 ,364
N of Valid Cases 90
a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 5,000a 2 ,082 Likelihood Ratio 7,790 2 ,020
Linear-by-Linear
Association 4,797 1 ,029
N of Valid Cases 90
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sumber_Modal * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
Sumber_Modal * Jenis_Pasar Crosstabulation
Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Sumber_Modal Modal sendiri 48 27 75
Meminjam dari saudara 5 0 5
Meminjam dari teman/tetangga 3 0 3
Bank swasta 3 3 6
Bank pemerintah 1 0 1
Total 60 30 90
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar Crosstabulation Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Metode_Pembayaran Kontan 51 30 81
Kredit 1 0 1
Konsinyasi 8 0 8
Total 60 30 90
47
Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar Crosstabulation
Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Pesaing_Terberat Pedagang lain di dalam pasar 14 7 21
Minimarket 0 2 2
Pasar modern 3 0 3
Pasar tradisional lain 6 1 7
Total 23 10 33
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,846a 3 ,077
Likelihood Ratio 8,010 3 ,046
Linear-by-Linear Association 1,279 1 ,258 N of Valid Cases 33
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,61.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Strategi * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
Strategi * Jenis_Pasar Crosstabulation
Count
Jenis_Pasar
Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol
Strategi Barang diantar ke rumah 3 4 7
Memberikan diskon harga 8 2 10
Kios selalu dijaga kebersihannya 7 9 16
Jenis dagangan diperbanyak 2 8 10
Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) 6 1 7
Lainnya sebutkan 34 6 40 Total 60 30 90
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 23,360a 5 ,000
Likelihood Ratio 23,507 5 ,000
Linear-by-Linear Association 9,487 1 ,002 N of Valid Cases 90
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 5,490a 4 ,241
Likelihood Ratio 8,242 4 ,083 Linear-by-Linear Association ,238 1 ,626
N of Valid Cases 90
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar 33 36,7% 57 63,3% 90 100,0%
48
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar 75 83,3% 15 16,7% 90 100,0%
Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar Crosstabulation
Count
Jenis_Pasar
Total
Pasar
Perlakuan
Pasar
Kontrol
Penyebab_Kelesuan_
Usaha
Daya beli masyarakat menurun 19 6 25
Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain
dalam pasar tradisional 15 7 22
Kondisi pasar yang buruk 2 0 2
Faktor iklim 1 3 4
Letak kios yang tidak strategis 1 1 2
Pasar tradisional yang semakin banyak 6 1 7
Meningkatnya harga sewa kios 1 0 1
Usia penjual 1 1 2
Meningkatnya persaingan dengan pasar modern 3 0 3
Harga dari pemasok lebih tinggi 1 1 2
Akses kredit yang bertambah sulit 0 2 2
Semakin sulit mendapatkan persediaan barang 0 1 1
Meningkatnya persaingan dengan minimarket 0 2 2 Total 50 25 75
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 19,021a 12 ,088
Likelihood Ratio 21,843 12 ,039
Linear-by-Linear Association 4,716 1 ,030 N of Valid Cases 75
a. 22 cells (84,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Lampiran 10 Paired t test pasar perlakuan Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Omzetsetelah 1,20 60 ,443 ,057
Omzet sebelum 1,43 60 ,563 ,073
Pair 2 Keuntungansetelah 1,07 60 ,252 ,032
Keuntungansebelum 1,38 60 ,524 ,068
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Omzet setelah &Omzetsebelum 60 ,461 ,000
Pair 2 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 60 ,060 ,649
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std.
Error Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Omzet setelah – Omzet sebelum -,233 ,533 ,069 -,371 -,096 -3,394 59 ,001
Pair 2 Keuntungan setelah – Keuntungan sebelum -,317 ,567 ,073 -,463 -,170 -4,324 59 ,000
49
Lampiran 11 Paired t test pasar kontrol Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Omzet setelah 1,40 30 ,621 ,113
Omzet sebelum 1,83 30 ,648 ,118
Pair 2 Keuntungansetelah 1,30 30 ,535 ,098
Keuntungansebelum 1,63 30 ,556 ,102
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Omzet setelah &Omzet sebelum 30 ,428 ,018
Pair 2 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 30 ,267 ,154
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Omzet setelah –Omzet sebelum -,433 ,679 ,124 -,687 -,180 -3,496 29 ,002
Pair 2 Keuntungansetelah – Keuntungansebelum -,333 ,661 ,121 -,580 -,087 -2,763 29 ,010
Lampiran 12 Korelasi antar variabel
Correlations
Ukuran_Kios Umur Lama_Berdagang Jumlah_Pembeli Pendidikan Jarak Diversifikasi_Produk Makanan_Segar Produk_Olahan Letak_Kios
Spearman's
rho
Ukuran_Kios Correlation Coefficient 1,000 ,002 -,012 -,025 ,122 ,005 ,189 -,296** ,180 -,135
Sig. (2-tailed) . ,988 ,909 ,814 ,251 ,963 ,074 ,005 ,089 ,205
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Umur Correlation Coefficient ,002 1,000 ,517** ,064 -,296** -,176 ,164 ,176 ,184 ,055
Sig. (2-tailed) ,988 . ,000 ,551 ,005 ,097 ,122 ,097 ,082 ,606
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Lama_Berdagang Correlation Coefficient -,012 ,517** 1,000 ,206 -,200 -,151 ,029 ,092 ,114 -,089
Sig. (2-tailed) ,909 ,000 . ,051 ,059 ,156 ,784 ,390 ,285 ,402
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Jumlah_Pembeli Correlation Coefficient -,025 ,064 ,206 1,000 -,186 -,089 ,038 ,076 ,289** -,296**
Sig. (2-tailed) ,814 ,551 ,051 . ,079 ,404 ,723 ,477 ,006 ,005
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pendidikan Correlation Coefficient ,122 -,296** -,200 -,186 1,000 ,061 -,064 -,372** ,065 -,078
Sig. (2-tailed) ,251 ,005 ,059 ,079 . ,571 ,547 ,000 ,544 ,467
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Jarak Correlation Coefficient ,005 -,176 -,151 -,089 ,061 1,000 -,142 ,000 ,000 -,144
Sig. (2-tailed) ,963 ,097 ,156 ,404 ,571 . ,183 1,000 1,000 ,175
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Diversifikasi_Produk Correlation Coefficient ,189 ,164 ,029 ,038 -,064 -,142 1,000 -,142 ,331** ,082
Sig. (2-tailed) ,074 ,122 ,784 ,723 ,547 ,183 . ,183 ,001 ,443
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Makanan_Segar Correlation Coefficient -,296** ,176 ,092 ,076 -,372** ,000 -,142 1,000 -,500** ,096
Sig. (2-tailed) ,005 ,097 ,390 ,477 ,000 1,000 ,183 . ,000 ,367
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Produk_Olahan Correlation Coefficient ,180 ,184 ,114 ,289** ,065 ,000 ,331** -,500** 1,000 -,096
Sig. (2-tailed) ,089 ,082 ,285 ,006 ,544 1,000 ,001 ,000 . ,367
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Letak_Kios Correlation Coefficient -,135 ,055 -,089 -,296** -,078 -,144 ,082 ,096 -,096 1,000
Sig. (2-tailed) ,205 ,606 ,402 ,005 ,467 ,175 ,443 ,367 ,367 .
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50
Lampiran 13 Output ordinal logistic regression
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 115,014 Final 92,963 22,051 9 ,009
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 160,435 169 ,669
Deviance 92,963 169 1,000
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,217 Nagelkerke ,301
McFadden ,192
Link function: Logit.
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Threshold [Omzet = 1] 5,572 1,960 8,079 1 ,004 1,730 9,414
[Omzet = 2] 8,104 2,097 14,928 1 ,000 3,993 12,215
Location Ukuran_Kios -,004 ,005 ,654 1 ,419 -,014 ,006
Lama_Berdagang -,020 ,038 ,262 1 ,609 -,095 ,055
Jumlah_Pembeli ,052 ,024 4,915 1 ,027 ,006 ,099
Pendidikan ,197 ,108 3,315 1 ,069 -,015 ,409
Jarak -1,094 ,590 3,436 1 ,064 -2,251 ,063
Diversifikasi_Produk ,721 ,646 1,244 1 ,265 -,546 1,987
Makanan_Segar 2,521 ,945 7,116 1 ,008 ,669 4,373
Produk_Olahan 1,325 ,917 2,085 1 ,149 -,473 3,123
Letak_Kios ,303 ,660 ,210 1 ,647 -,992 1,597
Link function: Logit.
51
DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL
Tanggal wawancara : ___________________ Jam : _________________________________________________________
Pewawancara : __________________________________________________________________________________
Situasi Wawancara : __________________________________________________________________________________
Nama Pasar : ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________
Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu)
Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu)
a. 200 m atau kurang c. 501 m – 1.000 m e. 2.501 m – 5.000 m b. 201 m – 500 m d. 1.001 m – 2.500 m f. 5.001 m – atau lebih, sebutkan: __________ km
Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini, adalah (jenis, nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu)
Catatan :
1 Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 3 tahun
a. Satu buah b. Dua buah c. Tiga buah d. Lebih dari 3 buah, sebutkan: __________________ buah
a. Department store Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ b. Supermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ c. Hypermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________
52
Lampiran 14 Kuisioner Penelitian Lampiran 14 Kuisioner Penelitian
2
Petunjuk umum:
Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden
Beri check mark (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden
Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban
Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka, yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden
I. IDENTIFIKASI RESPONDEN
1. Nama responden:
___________________________
2. Umur responden: a. __________ tahun b. Tidak tahu
3. Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
4. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan: ____________ tahun
5. Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan) a. Utama (langsung ke pertanyaan 6)
b. Kedua, Sebutkan**:
Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha)
**Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.
53
3
6. Jumlah anggota keluarga (termasuk responden):_____ orang
7. Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini:______m (atau isi kotak di bawah ini)
Yang terdiri dari:
Laki Perempuan
Dewasa (>18 tahun) Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn)
Total
Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1.000 m d = 1.001 m – 2.500 m e = 2.501 m – 5.000 m f = > 5.000 m
II. RIWAYAT USAHA
8. Sejak kapan berdagang di pasar
tradisional ini: 9. Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini)
Bulan: ______________ Tahun: ______________
Kode letak Saat ini Saat awal berdagang a = Di depan & lantai
bawah
b = Di dalam & lantai bawah
c = Di depan & lantai atas
d = Di dalam &lantai atas
10. Status tempat usaha (saat awal berdagang): 11. Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri, harga per m2____________ a. Milik sendiri, harga per m2______________
b. Sewa, sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th b. Sewa, sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th
c. Lainnya, sebutkan: ___________________ c. Lainnya, sebutkan: ____________________________
54
4
12. Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi), besar retribusi tersebut, dan pemungutnya?
Jenis retribusi Nilai 1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi Pemungut Kwitansi: 1=ada,
2= tidak ada
Kios Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun*
Kebersihan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Keamanan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
13. Nilai inventarisasi (jumlah kios, harta benda, truk dll) usaha anda:Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini)
Kode nilai a = < Rp. 1.000.000
b = Rp. 1.000.100 – Rp 4.000.000
c = Rp. 4.000.100 – Rp 7.000.000
d = Rp. 7.000.100 – Rp 10.000.000
e = Rp. 10.000.000 ke atas
f = Tidak Tahu
* Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun
55
5
III. KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013
Setelah adanya pasar modern Sebelum adanya pasar modern
14a.
Ukuran tempat berdagang:_______m x ______m = ________ m
2 14b.
Ukuran tempat berdagang:_____m x_____m = _____ m
2
15a.
Jumlah kios yang anda miliki_________________kios
15b.
Jumlah kios yang anda miliki__________________kios
16a Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban
diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan
A = Beras
Urutan 1 2 3 4 5
B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian
N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan
16b. Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban
diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan
A = Beras
Urutan 1 2 3 4 5
B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian
N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan
56
6
17a. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha
bapak/ibu?___________orang
17b. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu ? __________orang
Apakah mereka diupah atau tidak?
Laki Perempuan
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Apakah mereka diupah atau tidak?
Laki Perempuan
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
18a. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:_______orang per hari
18b. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari?
Pembeli:_______orang per hari
19.a Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios
bapak/ibu per hari adalah:
Laki-laki % Perempuan %
100%
19b. Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios
bapak/ibu per hari adalah:
Laki-laki % Perempuan %
100%
20a. Dilihat dari segmen pembeli, pembeli terbanyak menurut persentase
jumlah pembeli dan nilai penjualan?
20b. Dilihat dari segmen pembeli, siapa pembeli paling banyak?
(dibandingkan dengan tahun 2008)
57
7
Jumlah pembeli Nilai penjualan
Rumah Tangga % % Restoran/Catering % % Pedagang keliling % % Warung % % Lainnnya, sebutkan
% %
100% 100%
Jumlah pembeli 1=lebih tinggi
2=sama
3=lebih rendah
Nilai
penjualan 1=lebih tinggi
2=sama
3=lebih rendah Rumah Tangga
Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan
21a.
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan
berdasarkan 3 pilihan utama)
21b.
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan
berdasarkan 3 pilihan utama)
Kode
A = Barang diantar ke rumah
Urutan
1
2
3
B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak
E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
Kode
A = Barang diantar ke rumah
Urutan
1
2
3
B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak
E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan
58
57
58
8
22a.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (Jawaban
diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)
22b.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)
Kode Kode
A Produksi sendiri urutan 1 2 3
A Produksi sendiri urutan 1 2 3
B Produksi orang/rumahtangga lain B Produksi orang/rumahtangga lain
C Penyalur C Penyalur
D Tengkulak (pedagang pengumpul) D Tengkulak
E Pasar induk E Pasar induk
F Grosir (makro/.............................................)* F Grosir (makro/.........................)*
G Lainnya, sebutkan: ___________________ G Lainnya, sebutkan: ___________
23a.
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara
pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
23b.
Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara
pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai
terbesar) Kode Kode
A Kontan Urutan 1 2 3
A Kontan
urutan 1 2 3
B Kredit B Kredit
C Konsinyasi C Konsinyasi
D Lainnya, sebutkan: ______ D Lainnya, sebutkan: _________
59
59
9
24a. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan
3 nilai terbesar)
24b. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan
berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kode Kode
A Modal sendiri urutan 1 2 3
A Modal sendiri
urutan 1 2 3
B Meminjam dari saudara B Meminjam dari saudara
C Meminjam dari teman/tetangga C Meminjam dari teman/tetangga
D Bank swasta (sebutkan ) D Bank swasta ( )
E Bank pemerintah (sebutkan ) E Bank pemerintah ( )
F Rentenir/pelepas uang F Rentenir/pelepas uang
G BPR/bank pasar G BPR/bank pasar
H Koperasi H Koperasi
I Lainnya, sebutkan: ______________ I Lainnya, sebutkan: ______
25a. Berapa rata-rata omzet dagangan per hari?Rp.________________
(atau isi kotak jawaban di bawah ini) 25b. Berapa omzet dagangan per hari?Rp._______________
(atau isi kotak jawaban di bawah ini)
60
10
Kode
a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d = Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f = Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000
g = Rp. 10.001.000 ke atas
Kode
a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d= Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f=Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000
g = Rp. 10.001.000 ke atas
26a. Berapa rata-rata keuntungan bersih per
hari?Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini) 26b. Berapa rata-rata keuntungan bersih per
hari?Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah
ini)
Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f = Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f= Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas
61
IV. PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA SEBELUM TERDAPAT PASAR MODERN
27. Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir
1 = Maju
2 = Mundur
3 = Tetap Tempat usaha
Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan
28. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam lima tahun terakhir
Faktor penyebab 1=Maju; 2=Mundur Alasan
V. PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR MODERN/HYPERMARKET
29. Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan pasar modern/hypermarket di sekitar pasar tradisional ini?
a. Ya
b. Tidak
62
12
30. Dengan adanya pasar modern/hypermarket tersebut, apakah ada perubahan dalam berusaha?
1=Maju; 2=Mundur;3=Tetap
Tempat usaha
Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan
31. Dalam melakukan kegiatan usaha, lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada pasar modern?
Kode A = sebelum ada pasar modern B = sama saja C = setelah ada pasar modern
32. Faktor-faktor apa saja (selain pasar modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:
√
Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan Masalah premanisme
Kondisi pasar tradisional yang kotor, becek, sempit, panas, dan pengap
Lainnya, sebutkan: ____________________________
33. Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?
√ Bisa menawar Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya, sebutkan:______________________________________
63
13
34. Menurut Bapak/Ibu, mengapa orang lebih suka pergi ke pasar modern/hypermarket? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi)
Kode A = Harga lebih murah
urutan 1 2 3
B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai, debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya, sebutkan:______________________________
35. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern/hypermarket terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum?
a. Pasar modern/hypermarket merugikan. Alasannya: __________________
b. Pasar modern/hypermarket membantu/menguntungkan. Alasannya: _____
c. Lainnya. Sebutkan: ____________________________________________
36. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern?
a. Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________
b. Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________
37. Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya pasar ritel modern? Sebutkan secara terinci
dan prioritasnya!
a. __________________________________________________________________________________
b. __________________________________________________________________________________
c. __________________________________________________________________________________
d. __________________________________________________________________________________
e. __________________________________________________________________________________
64
14
VI. HARAPAN
Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha, baik harapan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah,
pengelola pasar, atau instansi lainnya?
Harapan terhadap pemerintah pusat:________________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________________________________
Harapan terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola pasar tradisional : ________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola ritel modern: ___________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________________________________
65
66
Lampiran 15 Dokumentasi
Pasar Tempel Rajabasa Pasar Tempel Rajabasa
Pasar Koga Pasar Koga
Pasar Panjang Pasar Panjang
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ratna Melyasari lahir pada tanggal 17 Juli 1992 di Bandar
Lampung. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan
Anhar dan Pertiwiati. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku
sekolah dasar di SD AL-Azhar 2 Bandar Lampung, selanjutnya meneruskan
pendidikan lanjutan pertama di SMPN 4 Bandar Lampung dan lulus pada 2007.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 10 Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi negeri yaitu Institut
Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) KEMALA
IPB dan DPM FEM IPB. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa
kegiatan kepanitiaan dan pelatihan seperti Hipotex-R, BTV KEMALA IPB,
pelatihan karya tulis ilmiah, pelatihan kepemimpinan, dan pelatihan jurnalistik.