dampak kehadiran pasar ritel modern terhadap … · meningkatnya jumlah pasar modern di kota bandar...

80
DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG RATNA MELYASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: phungbao

Post on 14-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP

OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL

KOTA BANDAR LAMPUNG

RATNA MELYASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran

Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar

Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Ratna Melyasari

NIM H14100071

ABSTRAK

RATNA MELYASARI. Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet

Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung. Dibimbing oleh SAHARA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja

pedagang di pasar tradisional, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

omzet, serta menganalisis pengaruh jarak antara pasar ritel modern dan pasar

tradisional terhadap omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah independent sample t test, chi

square test, paired t test, dan ordinal logistic regression. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kinerja pedagang di pasar tradisional

Kota Bandar Lampung dari tahun 2008 sampai 2013. Menurut responden pesaing

terberat mereka bukan pasar modern melainkan pedagang lain didalam pasar.

Faktor-faktor yang memengaruhi omzet secara signifikan adalah jumlah pembeli,

pendidikan, jarak pasar tradisional dan modern, serta produk segar. Kedekatan

jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah mengurangi peluang

pedagang di pasar tradisional untuk mendapatkan omzet yang lebih tinggi.

Kata kunci: chi square test, independent sample t test, omzet, ordinal logistic

regression, paired t test

ABSTRACT

RATNA MELYASARI. The impact of modern retail market to turnover

merchants in traditional markets (case studies of Bandar Lampung city).

Supervised by SAHARA.

The aims of this study are to analyze competition and performance of the

merchants in traditional market, factors affecting the turnover, and distance

between modern retail market and traditional market to the turnover of traders in

traditional markets in Bandar Lampung. This research used independent sample t

test, chi square test, paired t test, and ordinal logistic regression method. Both of

merchant performance have decreased from 2008 until 2013. Most of respondent

stated that their competitors are not the existence of modern market but the other

merchants in their group markets. Some factors including number of buyer,

education, distance between traditional and modern market, and also fresh product

significantly influence the turnover. Distance between modern market and

traditional markethas reduced oppurtunties market treaders in traditional market to

get higher turnover.

Keyword: chi square test, independent sample t test, ordinal logistic regression,

paired t test, turnover

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DAMPAK KEHADIRAN PASAR RITEL MODERN TERHADAP

OMZET PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL

KOTA BANDAR LAMPUNG

RATNA MELYASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang

di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Nama : Ratna Melyasari

NIM : H14100071

Disetujui oleh

Sahara, Ph.D

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar

Tradisional Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Anhar Syafe‟i dan Ibu Pertiwiati,

kedua adik tersayang Rinaldi Pernanda dan Rahmat Nopandra, serta kedua

among dan ajong tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan

dukungan kepada penulis.

2. Sahara, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu,

arahan, bimbingan dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Dominicus Savio Priyarsono dan Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku

dosen penguji atas saran dan masukannya dalam skripsi ini.

4. Kantor Dinas Pengelolaan Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, APINDO, BPS Kota Bandar Lampung,

para pedagang yang menjadi responden dalam penelitian, pengelola Pasar

Koga, dan pengelola Pasar Tempel Rajabasa yang telah membantu selama

pengumpulan data.

5. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi

FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

6. Sahabat terdekat penulis (Syari, Chadefi, Egi, Siska, Devi, Ardian, Rizki,

Armedi, Ricko, Citra, Melia, Devi, Intan, Ruri, Gina, Nia, dan Mona) dan

Keluarga Mahasiswa Lampung khususnya KEMALA 47 yang telah

memberikan banyak bantuan, kritik, saran, motivasi, dan do‟a kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman sebimbingan (Fitria, Elis, Selly, Sasha, Triana, Ezik, dan Fira),

teman-teman ESP 47, sahabat Kost Putri Chika, dan Dewan Resiprokal

terima kasih atas doa dan dukungannya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Harapannya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam membuat regulasi

mengenai ritel tradisional dan modern.

Bogor, Juli 2014

Ratna Melyasari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

Hipotesis Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Definisi Pasar 5

Pasar Tradisional 5

Pasar Modern 5

Teori Lokasi 6

Teori Aglomerasi 8

Omzet 8

Penelitian Terdahulu 8

Kerangka Pemikiran Konseptual 10

METODE 11

Tempat dan Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 11

Metode Pengambilan Contoh 12

Metode Analisis Data 12

Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test) 13

Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test) 13

Metode Uji Chi Square 14

Korelasi Rank Spearman 14

Metode Logit 15

Uji Kebaiksuaian Model 15

Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu 16

Rasio Odd 16

GAMBARAN UMUM 17

Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung 17

Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung 17

Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung 18

Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa 20

Deskripsi Pasar Koga 21

Pasar Panjang 22

Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung 22

Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota

Bandar Lampung 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di

Kota Bandar Lampung 25

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di

Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung 30

Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar

Lampung terhadap Omzet 32

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 67

DAFTAR TABEL

1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah) 1 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit) 2 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013 (unit) 2 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern 6 5 Matriks metode analisis data 13 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun 18 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota 19 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung 19 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung 20 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar 23 11 Karakteristik responden dengan uji t test 24 12 Karakteristik responden dengan uji chi square 24

13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional 25 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional perlakuan 25 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional 26 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional 27 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional 27 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional 28 19 Strategi pedagang di pasar tradisional 29 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional 29 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar 30 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar 31

DAFTAR GAMBAR

1 Isodapan dan lokasi aglomerasi 7 2 Kerangka pemikiran konseptual 11 3 Peta lokasi penelitian 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 1997-2003 38

2 Perkembangan pasar modern di Indonesia tahun 2004-2008 38 3 Jarak pasar modern dan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung 39 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah 40

5 Daftar nama dan lokasi pasar modern di Kota Bandar Lampung tahun 41 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampun 42 7 Output uji t untuk karakteristik responden 43 8 Output uji chi square untuk karakteristik responden 43

9 Output uji chi square untuk persaingan dan kinerja pedagang 45 10 Paired t test pasar perlakuan 48 11 Paired t test pasar kontrol 49

12 Korelasi antar variabel 53 13 Output ordinal logistic regression 49 14 Kuisioner Penelitian 50 15 Dokumentasi 63

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel tahun 1998

mendorong masuknya ritel asing ke Indonesia di akhir 1990-an (Suryadarma et al

2007). Penelitian (Natawidjaja 2005) menyatakan jumlah unit hypermarket,

supermarket, dan minimarket di Indonesia dari tahun 1998 sampai tahun 2003

terus mengalami peningkatan (Lampiran 1). Hal yang sama terus terjadi dari tahun

2004 sampai tahun 2008. Akhir tahun 2008 jumlah hypermarket di Indonesia

mencapai 130 unit, supermarket 1 447 unit, dan minimarket 10 289 unit (Pandin

M 2009). Data terbaru menunjukkan pertumbuhan rata-rata ritel modern di

Indonesia mencapai 17 persen per tahun. Sementara ritel tradisional hanya

mencapai 10 persen per tahun (Republika 2013). Salah satu penyebab

meningkatnya jumlah dan penjualan pasar modern adalah urbanisasi yang

mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta meningkatnya

pendapatan per kapita (Poesoro 2007).

Pesatnya pembangunan pasar modern tidak hanya terjadi di kota-kota besar,

tetapi hampir diseluruh kota di Indonesia tidak terkecuali Kota Bandar Lampung.

Secara geografis Kota Bandar Lampung berada di Provinsi Lampung yang

merupakan pintu gerbang utama jalur darat antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa

sehingga arus migrasi di kota ini cukup tinggi. Selain itu, sentral perekonomian

dan pusat pemerintahan Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung

sehingga aktivitas ekonomi di kota ini lebih besar jika dibandingkan kota dan

kabupaten lainnya. Aktivitas perekonomian yang tinggi di Kota Bandar Lampung

menyebabkan tingkat pendapatan per kapita meningkat (Tabel 1).

Tabel 1 PDRB per kapita Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (juta rupiah)

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung

Perubahan tingkat pendapatan akan menyebabkan perubahan pada daya beli.

Apabila daya beli seorang individu meningkat, secara alami dapat diperkirakan

bahwa jumlah masing-masing barang yang dibeli akan meningkat (Nicholson

1995). Selain itu peningkatan daya beli akan memengaruhi perubahan gaya hidup

dan pola berbelanja ke arah yang lebih modern. Hal ini dibuktikan dengan terus

meningkatnya jumlah pasar modern baik di perkotaan maupun pedesaan, tidak

terkecuali di Kota Bandar Lampung (Tabel 2). Terlihat bahwa jumlah pasar

modern di Kota Bandar Lampung cenderung meningkat sejak tahun 2012. Data

pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bisnis ritel modern semakin populer lima tahun

terakhir di Kota Bandar Lampung. Namun, keberadaan pasar tradisional di Kota

Bandar Lampung cenderung stagnan.

Tahun Pendapatan per kapita

2008 7,05

2009 7,38

2010 7,42

2011 7,82

2012 8,22

2

Tabel 2 Jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2012 (unit)

Pasar modern 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Minimarket

(indomaret, alfamart, chandramart)

113 149 148 150 159

Supermarket, departement store,

hypermarket

9 9 9 9 11 18

Jumlah 122 158 157 159 170

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung

Meningkatnya jumlah pasar modern di Kota Bandar Lampung dirasa telah

menggeser peran pasar tradisional dalam industri ritel. Oleh karena itu, judul

Dampak Kehadiran Pasar Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang di Pasar

Tradisional Kota Bandar Lampung dipilih untuk mengkaji lebih lanjut mengenai

dampak yang dirasakan pedagang di pasar tradisional terutama setelah semakin

bertambahnya pasar modern di Kota Bandar Lampung dan menganalisa

permasalahan-permasalahan yang dialami oleh pedagang di pasar tradisional.

Pada akhirnya ditelaah juga solusi dari permasalahan yang dihadapi pedagang di

pasar tradisional.

Perumusan Masalah

Keberadaan pasar modern yang terus meningkat sejak tahun 2012 baik

langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung. Diperkirakan jumlah konsumen yang

berbelanja di pasar modern terus meningkat karena pasar modern mampu

menawarkan harga yang sama bahkan lebih murah dari pasar tradisional. Selain

itu, secara fisik pasar modern juga memberikan fasilitas dan keunggulan tersendiri

dalam berbelanja seperti tempat yang lebih nyaman, tidak bau, ber-AC, dan bersih.

Bahkan dalam perkembangannya, pasar modern juga menyediakan tempat hiburan,

arena bermain untuk anak-anak, dan restoran. Sementara kondisi pasar tradisional

masih identik dengan kumuh, becek, semrawut, dan bau (Nurmalasari 2007).

Pasar tradisional selama ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

terutama masyarakat menengah ke bawah baik sebagai tempat berbelanja maupun

untuk berusaha. Jumlah pasar tradisional yang cenderung stagnan sangat

menghawatirkan keberadaan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung (Tabel 3).

Pemberian izin usaha terhadap ritel modern untuk terus tumbuh tanpa adanya

batasan dan sedikit sekali melakukan revitalisasi pada pasar tradisional

dikhawatirkan akan menggeser keberadaan pasar tradisional yang sudah lebih

dulu ada.

Tabel 3 Jumlah pasar tradisional di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2013

(unit)

Tahun Jumlah Pasar Tradisional

2009 13

2010 28

2011 28

2012 28

2013 28

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung

3

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan kondisi usaha dan kinerja

pedagang pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya

hypermarket. Adapun kinerja pedagang dilihat melalui: aset, omzet, perputaran

barang dagangan, dan marjin harga (Indef dalam Utomo 2007). Penelitian yang

dilakukan oleh Saddewisasi, Ariefiantoro, dan Susanto (2011) menunjukkan

bahwa dampak ritel modern terhadap ritel tradisional menyebabkan penurunan

omzet penjualan. Namun penelitian Suryadharma et al (2007) menyimpulkan

bahwa supermarket bukan saingan dan penyebab utama kelesuan usaha yang

dialami pedagang di pasar tradisional. Penelitian ini mencoba melengkapi

penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal diatas, maka permasalahan yang menjadi

perhatian dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota

Bandar Lampung?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi omzet pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung?

3. Bagaimana pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota

Bandar Lampung terhadap omzet?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, secara spesifik tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota

Bandar Lampung

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung

3. Menganalisis pengaruh jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di

Kota Bandar Lampung terhadap omzet

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi proses pembelajaran dan

pengkajian dengan menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajari serta

sebagai rujukan bagi penelitian terkait selanjutnya.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah

Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar Lampung untuk mengatasi

pertumbuhan pusat perbelanjaan modern dan pembenahan pasar

tradisional yang lebih baik.

4. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu

pengetahuan umum yang menarik, dan dapat dipetik manfaatnya terutama

pengetahuan mengenai dampak pasar ritel modern terhadap pedagang di

pasar tradisional Kota Bandar Lampung

4

Ruang Lingkup Penelitian

Pasar yang dibahas dalam penelitian adalah pasar tradisional yang berada di

Kota Bandar Lampung. Pasar tradisional yang menjadi sampel harus menjual

produk segar, produk olahan, dan produk sandang. Responden pada penelitian ini

adalah para pedagang yang sudah berjualan minimal tiga tahun di pasar sampel,

dari masing-masing pasar diambil 30 responden sehingga total keseluruhan

sebanyak 90 responden.

Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis tidak langsung, yaitu dampak dari

pertumbuhan pasar tradisional terhadap omzet para pedagang yang menjual

produk segar, produk olahan, dan produk sandang di pasar tradisional.

Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan

beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah

adanya pasar ritel modern.

2. Ukuran kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya semakin besar

ukuran kios pedagang, maka akan terjadi peningkatan omzet.

3. Lama berdagang berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar

tradisional. Semakin lama pedagang di pasar tradisional berdagang maka

akan terjadi peningkatan omzet.

4. Jumlah pembeli berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar

tradisional. Semakin banyak jumlah pembeli di pasar tradisional maka akan

terjadi peningkatan omzet.

5. Pendidikan berpengaruh positif terhadap omzet pedagang di pasar

tradisional. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang di pasar tradisional

maka akan terjadi peningkatan omzet.

6. Diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin

bertambah jenis produk yang dijual, maka omzet akan semakin berambah.

7. Penjualan produk segar berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya

samakin bertambah jenis produk segar yang dijual, maka omzet pedagang

akan semakin berambah.

8. Penjualan produk olahan berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya

samakin bertambah jenis produk olahan yang dijual, maka omzet akan

semakin berambah.

9. Letak kios berpengaruh positif terhadap omzet. Artinya samakin kios berada

di depan pasar, maka omzet akan semakin bertambah.

10. Jarak berpengaruh negatif terhadap omzet pedagang di pasar tradisional.

Semakin dekat jarak antara pasar tradisional dan pasar modern maka akan

terjadi penurunan omzet.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pasar

Menurut Kementrian Perdagangan (2013) pasar adalah area tempat jual beli

barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun

lainnya. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli

untuk malakukan transaksi jual beli barang dan jasa.

Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat

tradisional dimana pembeli dan penjual yang bertemu secara langsung. Harga

yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, sehingga dalam

transaksi jual beli dapat berlangsung tawar menawar antara penjual dan pembeli.

Umumnya, pasar tradisional menyediakan kebutuhan pokok serta keperluan

rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada di tempat terbuka atau

bahkan dipinggir jalan. Biasanya para penjual menjajakan barang atau jasa

dagangannya ditenda-tenda pasar tradisional (Dede 2012). Menurut Kementrian

Perdagangan (2013) pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan

dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara,

dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta. Tempat usaha

berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil,

menengah, swadaya masyarakat dan dengan proses jual beli barang dagangan

melalui tawar menawar.

Menurut Luci (2013), bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los.

Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah

belah. Adapun los digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan

daging. Nama yang diberikan untuk pasar tradisional cukup unik, ada yang

menurut wilayah pasar tersebut, menurut nama hari, dan ada juga yang diberi

nama menurut barang yang diperdagangkan. Namun ruangan untuk berjualan di

pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin ruangan.

Kebersihan sering kurang terjaga, sampah banyak berserakan sehingga

menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor.

Pasar Modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual

berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

departemen store, hypermarket, dan grosir yang berbentuk perkulakan

(Kementrian Perdagangan 2013). Pasar modern hampir sama seperti pasar

tradisional yakni tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli, namun

di pasar modern pembeli dapat mengambil sendiri barang yang ia inginkan tanpa

harus menunggu diambilkan oleh penjual. Akan tetapi, ada juga yang

menyediakan layanan pramuniaga dari pasar modern itu sendiri. Keuggulan yang

dimiliki oleh pasar modern diantaranya: tempat yang bersih, barang lengkap dan

terbaru, pelayanan ramah, kebebasan pembeli untuk memilih sendiri produk yang

6

diinginkan. Adapun contoh dari pasar modern adalah hypermarket, supermarket,

convenience store, dan minimarket. Tabel 4 berikut menjelaskan perbedaan

karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern.

Tabel 4 Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan pasar modern

No Aspek Pasar tradisional Pasar modern

1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru

2 Fisik Kurang baik, sebagian

baik

Baik dan mewah

3 Kepemilikan atau

kelembagaan

Milik masyarakat/desa,

Pemda, sedikit swasta

Umumnya

perorangan/swasta

4 Modal Modal

lemah/subsidi/swadaya

masyarakat/Inpres

Modal kuat/digerakkan

oleh swasta

5 Konsumen Golongan menengah ke

bawah

Umumnya golongan

menengah ke atas

6 Metode

pembayaran

Ciri dilayani, tawar

menawar

Ada ciri swalayan, pasti

7 Status tanah Tanah negara,sedikit

sekali swasta

Tanah swasta/perorangan

8 Pembiayaan Kadang-kadang ada

subsidi

Tidak ada subsidi

9 Pembanguanan Umumnya pembangunan

dilakukan oleh

Pemda/desa/masyarakat

Pembangunan fisik

umumnya oleh swasta

10 Pedagang yang

masuk

Beragam, masal, dari

sektor informal, pedagang

menengah, dan besar

Pemilik modal juga

pedagangnya (tunggal)

atau beberapa pedagang

formal skala menengah

dan besar

11 Peluang masuk

atau partisipasi

Bersifat masal (pedagang

kecil dan menengah

bahkan besar)

Terbatas, umumnya

pedagang tunggal, dan

menengah ke atas

12 Jaringan Pasar regional, pasar kota,

pasar kawasan

Sistem rantai korporasi

nasional atau bahkan

terkait dengan modal luar

negeri (manajemen

tersentralisasi)

Sumber : CESS (1998) dalam Tambunan et al

Teori Lokasi

Alfred Weber menyatakan bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas

prinsip minimisasi biaya, setiap industri tergantung pada total biaya transportasi

dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Priyarsono,

Sahara, dan Firdaus 2007). Total biaya transportasi dan tenaga kerja identik

dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Weber memiliki tiga asumsi:

7

1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim homogen,

konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah

persaingan sempurna.

2. Beberapa sumberdaya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di

mana-mana dalam jumlah yang memadai.

3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara

sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.

4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada

beberapa lokasi dengan mobilitas yang terbatas.

Berdasarkan asumsi tersebut, ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi

industri yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau

deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor umum

yang secara fundamental menentukan pola lokasi. Kekuatan aglomerasi atau

deaglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan

konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang (Priyarsono, Sahara,

dan Firdaus 2007).

Sumber: (Priyarsono, Sahara, Firdaus 2007)

Gambar 1 menjelaskan terdapat tiga industri yang masing-masing memiliki

lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing

industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan pada lokasi A. Dengan

demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien

dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isopadan kritis

dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi.

Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri baru

cenderung tidak mau bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi

mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi yang dekat

dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T (Priyarsono,

Sahara, dan Firdaus 2007).

Apabila Weber melihat persoalan lokasi dari sisi produksi, August Losch

melihat persoalan lokasi dari sisi permintaan (pasar). Losch menyatakan bahwa

lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Semakin jauh dari

tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk

mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang

menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan besar

(Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007).

T1 T2

T3

A

Gambar 1 Isodapan dan lokasi aglomerasi

8

Berdasarkan teori lokasi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan

teori pemilihan lokasi untuk menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar

modern. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern cenderung beraglomerasi

dan mendekati pusat keramaian. Pasar modern umumnya memilih lokasi yang

dekat dengan pasar modern lain dan pasar tradisional. Lokasi yang berdekatan

akan menimbulkan persaingan yang ketat serta mengurangi peluang untuk

mendapatkan omzet yang lebih besar.

Teori Aglomerasi

Aglomerasi ekonomi adalah berkumpulnya aktivitas-aktivitas kegiatan

ekonomi pada satu lokasi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan

produksi yang menghasilkan barang atau kegiatan penjualan barang yang berada

pada satu lokasi. Terdapat beberapa keuntungan jika aktivitas mengelompok,

yakni sebagai berikut (Priyarsono, Sahara, dan Firdaus 2007):

1. Bagi aktivitas produksi, dapat menghemat biaya transportasi dalam membeli

input. Hal ini disebabkan karena prusahaan-prusahaan yang menjual input

antara berlokasi di wilayah yang sama dan relatif berdekatan sehingga

waktu dan jarak tempuh juga relatif singkat.

2. Bagi aktivitas penjualan, menghemat biaya iklan. Toko-toko tidak perlu

melakukan promosi produk yang dijual karena masyarakat sudah

mengetahui lokasi penjualan.

Disamping memiliki keuntungan, aglomerasi ekonomi memiliki kerugian

yaitu:

1. Timbul kemacetan disebabkan oleh banyaknya arus kendaraan yang keluar

masuk di wilayah tersebut.

2. Timbul polusi di sekitar aktivitas tersebut. Misalnya polusi udara yang

timbul dari bahan bakar kendaraan yang keluar masuk wilayah tersebut.

3. Angka kriminalitas meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya

jumlah penduduk yang bermigrasi ke wilayah tersebut sehingga

menimbulkan berbagai macam persoalan kriminalitas seperti: pencurian.

Omzet

Omzet ialah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil menjual barang

(dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omzet yang diperoleh pedagang baik

di pasar modern maupun pasar tradisional terkadang tidak sama. Oleh karena itu,

pada penelitian ini omzet yang dimaksud adalah rata-rata omzet harian yang

diperoleh dari pedagang di sektor produk segar, produk olahan, dan produk

sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung.

Penelitian Terdahulu

Utomo (2011) dalam jurnalnya menggunakan analisis deskriptif. Hasil

penelitian Utomo (2011) menemukan bahwa ritel tradisional berada di posisi yang

lemah dibandingkan dengan ritel modern. Persaingan kedua ritel tersebut

mencakup omzet, perputaran barang dagangan, margin harga, harga, keramahan

9

pelayanan, ukuran yang akurat, lokasi dan suasana outlet (keamanan, kenyamanan,

dan kebersihan). Perbedaan karakteristik yang berbanding terbalik tersebut

semakin memperlemah posisi ritel tradisional. Sehingga menurut Utomo perlu

adanya penguatan kemampuan bersaing ritel tradisional dan perlu banyak peran

serta pemerintah sebagai pemilik kekuasaan regulasi. Strategi yang paling

mungkin dilakukan oleh ritel tradisional ialah bagaimana menjalin sinergi dengan

ritel modern, bukan dengan saling berhadapan untuk menyerang.

Penelitian Agustina (2009) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

peningkatan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor dengan

menggunakan analisis panel data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor tahun 1998 sampai 2003 lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Tahun

2003 sampai 2008 yakni ketika era booming pasar modern mulai berlangsung,

pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan di

Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian ini faktor yang berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pasar modern di Kota dan Kabupaten

Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga, dan tingkat pendapatan

per kapita. Apabila terjadi kenaikan pada populasi penduduk, jumlah rumah

tangga, dan pendapatan per kapita di Kota dan Kabupaten Bogor akan

menyebabkan jumlah pasar modern di Kota dan Kabupaten semakin meningkat.

Hasil penelitian Hartati (2006) menunjukkan bahwa pergeseran dengan

indikator jumlah pasar diketahui dari jumlah pasar tradisional yang cenderung

mengalami penurunan sedangkan jumlah pasar modern cenderung meningkat.

Selain itu laju pertumbuhan jumlah pasar tradisional juga cenderung bernilai

negatif sedangkan pasar modern cenderung positif. Pergeseran dengan indikator

omzet dilihat dari omzet penjualan kedua pasar yang terus mengalami

peningkatan, namun peningkatan omzet pasar tradisional lebih lambat dan lebih

rendah dibandingkan dengan pasar modern dalam periode 1999-2003. Laju

pertumbuhan omzet juga mencerminkan pergeseran yang dilihat dari pertumbuhan

omzet pasar tradisional pada periode 2001-2002 menurun sementara di pasar

modern seperti hypermarket mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan

bahwa konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di pasar modern daripada di pasar

tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian, peraturan seperti Keputusan Bersama Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No.145/MPP/Kep/5/97 dan Menteri Dalam Negeri

No. 57 tahun 1997 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, Surat

Keputusan (SK) Menperindag No.420/MPP/Kep/10/1997 tentang Pedoman

Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan serta SK Menperindag No.

261/MPP/Kep/7/1997 tentang Pembentukan Tim Penataan dan Pembinaan Pasar

dan Pertokoan cukup efektif dalam mengurangi pertumbuhan jumlah pasar

modern pada kurun waktu 2000 dan 2005, tetapi kurang efektif dalam

meningkatkan pertumbuhan jumlah pasar tradisional karena masih terdapat

beberapa kendala seperti batasan mengenai perdagangan eceran dan grosir belum

jelas serta kendala dari pemerintah daerah.

Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) menyatakan bahwa para pedagang

di pasar perlakuan maupun pasar kontrol mengalami kelesuan usaha selama tiga

tahun antara 2003 dan 2006. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para

responden mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan adalah lemahnya

10

daya beli pelanggan sebagai akibat lonjakan harga BBM pada 2005 dan

peningkatan persaingan dengan PKL yang berjualan di lahan parkir dan area lain

di sekitar pasar, dan bahkan menutup pintu masuk pasar. Penyebab ketiga yang

terkait kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional adalah supermarket. Analisis

dampak kuantitatif mengungkapkan hasil analisis stasitistik untuk berbagai

indikator kinerja pasar tradisional, seperti keuntungan, omzet, dan jumlah pegawai.

Diantara ketiga indikator kinerja tersebut, supermarket secara statistik hanya

berdampak pada jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar

tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh

pedagang di pasar tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat

dengan supermarket, dan demikian sebaliknya.

Sadewisasi (2011) pada penelitiannya menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik,

posisi, dan potensi usaha ritel tradisional. Selain itu digunakan uji t berpasangan

(paired t test) untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan setelah adanya usaha

ritel modern. Hasil penelitian Sadewisasi (2011) mengidentifikasi adanya

penurunan omzet penjualan karena kehadiran ritel modern. Nilai signifikansi

jumlah omzet penjualan usaha ritel tradisional sebelum terdapat usaha ritel

modern dan setelah terdapat ritel modern sebesar 0.000 maka tolak H0 artinya

terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah omzet penjualan usaha ritel

tradisional dan setelah adanya ritel modern.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Kebijakan pemerintah mengenai investasi asing langsung dalam sektor

usaha ritel tahun 1998 telah mendorong ritel asing masuk ke Indonesia. Kehadiran

ritel modern telah memperkaya industri ritel di Indonesia. Industri ritel yang

dikenal di Indonesia ada dua yakni ritel modern dan pasar tradisional. Sejak tahun

1998 sampai akhir 2013 terus terjadi peningkatan jumlah ritel modern di hampir

seluruh kota di Indonesia. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang

memiliki pertumbuhan ritel modern yang tinggi dalam lima tahun terakhir.

Peningkatan jumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tidak diiringi dengan

pertumbuhan jumlah pasar tradisional.

Pertumbuhan pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung diduga memiliki

dampak negatif terhadap para pedagang karena berpengaruh pada persaingan,

kinerja, dan omzet pedagang di pasar tradisional. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis persaingan dan kinerja pedagang, menganalisis

faktor yang memengaruhi omzet, dan menganalisis pengaruh jarak antara pasar

ritel modern dan pasar tradisional terhadap omzet pedagang. Output dari analisis

diharapkan dapat menjadi solusi yang berupa implikasi kebijakan bagi

kesejahteraan pedagang di pasar tradisional. Gambar 1 menunjukkan kerangka

pemikiran konseptual dari penelitian ini.

11

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung, Provinsi

Lampung pada bulan februari hingga maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan di

Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang Kota Bandar Lampung.

Pemilihan lokasi dilakukan melalui tahapan pengambilan sampel.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data sekunder diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) pusat, Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Bandar Lampung, APINDO (Asosiasi Pedagang Indonesia) Lampung,

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bandar Lampung, serta beberapa artikel

dan literatur yang terkait dengan penelitian. Data primer didapatkan melalui

Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual

Kebijakan pemerintah

Perkembangan ritel di Indonesia

Pasar tradisional Ritel modern

Jumlah ritel modern terus

bertambah

Menurunnya jumlah pasar

tradisional

Persaingan dan

kinerja pedagang di

pasar tradisional

Kota Bandar

Lampung

Faktor yang

memengaruhi omzet

pedagang di pasar

tradisional Kota

Bandar Lampung

Pengaruh jarak pasar

ritel modern dan pasar

tradisional terhadap

omzet pedagang di

pasar tradisional

Rekomendasi kebijakan

12

kuisioner yang diberikan kepada para pedagang di sektor produk olahan, produk

segar, dan produk sandang pada pasar tradisional di Kota Bandar Lampung. Total

responden dalam penelitian ini berjumlah 90 pedagang yang terbagi ke dalam tiga

pasar.

Metode Pengambilan Contoh

Data primer dikumpulkan dari 90 pedagang di pasar tradisional yang

mewakili seluruh pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. Adapun

tahapan dalam menentukan sampel pedagang di pasar tradisional sebagai berikut:

1. Menentukan pasar modern (supermarket, hypermarket, dan departement

store) yang beroperasi minimal tahun 2008. Terdapat 18 pasar modern

yang sudah ada sejak tahun 1998 sampai 2013 (Lampiran 5).

2. Melakukan pengukuran jarak antara pasar modern dan pasar tradisional,

pasar yang berjarak kurang dari lima kilometer dijadikan pasar perlakuan

dan yang berjarak paling jauh dijadikan pasar kontrol. Terdapat enam

pasar tradisional yang berjarak kurang dari lima kilometer dari pasar

modern dan terdapat dua pasar tradisional yang berjarak paling jauh dari

pasar modern yakni 10 kilometer dan 12 kilometer (Lampiran 3).

3. Pasar perlakuan dan pasar kontrol harus memenuhi syarat berikut: pasar

tradisional harus menjual produk yang sama dengan pasar modern (produk

segar, produk olahan, dan produk sandang), pasar tradisional beroperasi

setiap hari, dan pedagang yang boleh diwawancarai minimal sudah tiga

tahun berdagang di pasar tersebut.

4. Berdasarkan tahapan yang telah dilakukan diperoleh tiga pasar tradisional

sampel yakni: Pasar Tempel Rajabasa dan Pasar Koga sebagai pasar

perlakuan, sedangkan Pasar Panjang sebagai pasar kontrol. Masing-masing

pasar sampel berada pada kecamatan yang berbeda. Dilakukan wawancara

kepada 30 pedagang di masing-masing pasar sampel. Setiap pasar

mewakili ketiga kategori produk sehingga satu pasar terdiri dari 10

pedagang produk segar, 10 pedagang produk olahan, dan 10 pedagang

produk sandang.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis

kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan independent t test,

chi square, dan paired t test untuk melihat persaingan dan kinerja pedagang, dan

ordinal logistic regression untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi omzet ,

sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif untuk melihat

karakteristik responden. Kedua analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan

program MS Excel 2007 dan SPSS 20. Tabel 6 menggambarkan keterkaitan antara

sumber data, metode analisis data, dan tujuan dalam penelitian ini.

13

Tabel 5 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode AnalisisData

1

2

3

Menganalisis karakteristik

pedagang

Menganalisis persaingan

dan kinerja pedagang

Menganalisis faktor-faktor

yang memengaruhi omzet

pedagang

Data primer

Data primer

Data primer

Independent t test, chi

square test, dan metode

deskriptif

Independent t test, chi

square test, dan paired t test

Ordinal logistic regression

Metode Uji t Dua Sampel Independen (Independent Sample t test)

Menurut Santoso (2012), independent sample t test adalah salah satu metode

pengujian hipotesis dengan tujuan membandingkan rata-rata dari dua grup yang

tidak berhubungan satu dengan yang lain. Sehingga dapat diketahui apakah kedua

grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau jelas berbeda. Uji independent

sample t test pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik

responden dengan melihat adanya perbedaan rata-rata umur, lama berdagang,

ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli antara pedagang di pasar perlakuan

dengan pedagang di pasar kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios,

jumlah kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan

dengan pedagang di pasar kontrol.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (umur, lama berdagang, ukuran kios, jumlah

kios, dan jumlah pembeli) antara pedagang di pasar perlakuan dengan

pedagang di pasar kontrol.

Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara

membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan

hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel

t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka

terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika

probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0.

Uji t Dua Sampel Berpasangan (paired t test)

Santoso (2012) mengatakan, uji t dua sampel berpasangan (paired t test)

adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan

atau pengukuran yang berbeda. Tujuan metode ini adalah untuk menguji dua

sampel yang berpasangan, apakah keduanya mempunyai rata-rata yang secara

nyata berbeda ataukah tidak. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan

setelah adanya pasar modern

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata (keuntungan dan omzet) sebelum dan setelah

adanya pasar modern

14

Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dapat dilakukan dengan cara

membandingkan t hitung dengan t tabel atau melihat nilai probabilitas dengan

hasil kesimpulan yang sama. Jika statistik hitung (output t) > statistik tabel (tabel

t) maka tolak H0 dan jika statistik hitung (output t) < statistik tabel (tabel t) maka

terima H0. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas jika

probabilitas > α maka terima H0 dan jika probabilitas < α maka tolak H0.

Metode Uji Chi Square

Analisis chi square termasuk kedalam statistik non parametrik, karena data

untuk analisis chi square berupa data nominal (kategorikal). Berbeda dengan

analisis regresi, analisis chi square hanya membahas apakah ada hubungan di

antara variabel tertentu ataukah tidak ada hubungan (untuk uji independensi) dan

tidak membahas seberapa jauh hubungan tersebut (Santoso 2012).

2 = [(𝑂𝑖𝑗 −𝐸𝑖𝑗 )2𝐸𝑖𝑗] Keterangan:

𝑂𝑖𝑗 : frekuensi pengamatan baris ke-i, kolom ke-j

𝐸𝑖𝑗 : frekuensi harapan baris ke-i, kolom ke-j

H0 : Tidak terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan,

status tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode

pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan

pedagang di pasar kontrol.

H1 : Terdapat hubungan antara karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, status

tempat usaha, produk, segmen pembeli terbanyak, pemasok, metode

pembayaran, omzet, dan keuntungan) pedagang di pasar perlakuan dengan

pedagang di pasar kontrol.

Berdasarkan perbandingan chi square hitung dan chi square tabel apabila

chi square hitung > chi square tabel maka tolak H0, dan jika chi square hitung <

chi square tabel maka terima H0. Namun berdasarkan probabilitas, jika nilai

probabilitas > α maka terima H0 dan jika nilai probabilitas < α maka tolak H0.

Korelasi Rank Spearman

Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) merupakan salah satu ukuran

deskriptif untuk mengukur tingkat korelasi dua variabel, dengan syarat kedua

variabel minimal mencapai pengukuran ordinal Firdaus, Harmini, dan Afendi

(2011).

− ∑

√( )( )

Keterangan:

tx : Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu

ty : Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu

di : Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i

i : Observasi ke-i, untuk i = 1,2, . . ., n

ε : Jumlah untuk seluruh kasus angka sama

15

Nilai rs bisa bertanda positif dan bisa bertanda negatif, nilai mutlaknya

maksimal 1 dan minimal 0. Bila nilai rs= 0 berarti kedua variabel tidak berkorelasi

dan bila nilai rs= 1 berarti kedua variabel berkorelasi sempurna. Tanda positif

pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah.

Metode Logit

Menurut Firdaus, Harmini, dan Afendi (2011) peubah respon dalam analisis

regresi yang berupa peubah kategorik maka analisis regresi yang dapat digunakan

adalah analisis logistik. Berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya,

analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga diantara lain:

1. Biner : regresi logistik biner

2. Nominal : regresi logistik nomial

3. Ordinal : regresi logistik ordinal

Dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi omzet penulis

menggunakan metode ordinal logit. Model persamaan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

( )

Dimana:

Logit (𝑂 ) = Peluang tingkat omzet pedagang di pasar tradisional

akibat pendirian pasar ritel modern (nilai “1” jika omzet

kurang dari Rp 1 juta, nilai “2” jika omzet Rp 1 juta

sampai Rp 5 juta, dan nilai “3 jika omzet lebih dari Rp 5

juta)

= Intersep

= Koefisien regresi

Ukuran_Kios = Ukuran kios (m2)

Lama_Berdagang = Lama berdagang (tahun)

Jumlah_Pembeli = Jumlah pembeli (orang)

Pendidikan = Pendidikan (tahun)

Jarak = Jarak (nilai “0” jika jauh dari pasar ritel modern dan nilai

“1” jika dekat dari pasar ritel modern)

Diversifikasi_Produk = Diversifikasi produk (nilai “0” jika menjual satu jenis

dan nilai “1” jika menjual lebih dari satu jenis)

Produk_Segar = Menjual produk segar (nilai “0” jika menjual lainnya dan

nilai “1” jika menjual produk segar)

Produk_Olahan = Menjual produk olahan (nilai “0” jika menjual lainnya

dan nilai “1” jika menjual produk olahan)

Letak_Kios = Letak kios (nilai “0” jika letak kios di belakang dan nilai

“1” jika letak kios di belakang)

Uji Kebaiksuaian Model

Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) menunjukkan uji kesesuaian model

dengan data dengan memperhatikan nilai pearson dan deviance diperoleh nilai

signifikansi chi square (Yamin dan Kurniawan 2009).

16

Hipotesis:

H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai

prediksi oleh model

H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai

prediksi oleh model

Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α= 0.1)

maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak

untuk digunakan dalam prediksi.

Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu

Juanda (2009) mengatakan pengujian yang dilakukan untuk menguji faktor

mana yang berpengaruh nyata terhadap pilihan. Dalam hal ini dapat menguji

signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan uji Wald (Wj).

��( )

Keterangan:

= Penduga β

�� = Penduga standard error dari β

βk = Koefisien variabel prediktor ke-k

Hipotesis:

H0 = βk = 0 (peubah Xk tidak berpengaruh nyata)

H1 = βk ≠0, k=1,2,...,k (peubah Xk berpengaruh nyata)

Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 two-tailed

p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α= 0.1) maka keputusannya

adalah menolak H0 artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara

nyata atau signifikan terhadap variabel respon.

Rasio Odd

Odd diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak

sukses dari peubah respon. Sehingga rasio odd mengindikasikan seberapa lebih

mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada

suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya (Firdaus, Harmini, dan

Afendi 2011). Rasio Odd merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap

peluang terjadi pilihan-0 Juanda (2009). Koefisien bertanda positif menunjukkan

nilai rasio odd yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa

peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Koefisien

yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih

besar dari peluang kejadian sukses.

17

GAMBARAN UMUM

Letak Geografis Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung

Lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung rata-rata berada pada

pusat keramaian. Pertumbuhan pasar ritel modern relatif pesat dan lokasinya satu

sama lain berdekatan. Kecamatan Tanjung Karang Pusat dan Kecamatan Rajabasa

memiliki pasar ritel modern (supermarket, departement store, dan hypermarket)

yang lebih banyak dari kecamatan lainnya di Kota Bandar Lampung (Gambar 3).

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

Sumber: Bandar Lampung dalam angka 2013

Pasar Ritel Modern di Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis yakni sebagai

penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang menjadikan kota ini

memiliki daya tarik bagi para investor asing maupun domestik. Selain itu, jumlah

penduduk yang terus bertambah dan pertumbuhan ekonomi daerah yang

18

mendekati pertumbuhan ekonomi nasional memiliki nilai tambah untuk

menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai kota metropolitan di Provinsi

Lampung. Peningkatan daya beli masyarakat telah mendorong meningkatnya

tingkat konsumsi dan perubahan gaya hidup yang lebih modern. Terbukti dari

meningkatnya jumlah pasar modern secara keseluruhan di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sejak tahun 1998 sudah terdapat empat

supermarket di Kota Bandar Lampung. Menginjak tahun 2000 pertumbuhan

supermarket, hypermarket, dan departement store terus meningkat. Peningkatan

jumlah pasar modern menjadikan persaingan yang ketat antar pasar modern lokal

maupun pasar modern asing di Kota Bandar Lampung. Sebagai akibatnya,

terdapat dua supermarket yang telah lebih dulu ada tersingkir karena kalah

bersaing dengan supermarket yang baru. Pada tahun 2008 Alfa supermarket

digantikan oleh Plaza Lotus, kemudian pada tahun 2009 Artomoro supermarket

digantikan oleh Central Plaza.

Tabel 6 Daftar nama pasar modern di Kota Bandar Lampung dan tahun

beroperasi

No Nama pasar modern Tahun beroperasi

1 Chandra Supermarket 1998

2 Ramayana Supermarket 1998

3 Alfa/Plaza Lotus 1998

4 Glael Supermarket 2001

5 Chandra Supermarket 2002

6 Simpur Center Mall 2003

7 Mall Kartini 2003

8 Chandra Supermarket 2007

9 Artomoro/Central Plaza 1998

10 Robinson 2012

11 Bambu Kuning Square 2012

12 Giant Pagar Alam 2013

13 Giant Kemiling 2013

14 Giant Antasari 2013

15 COSMO 2013

16 COSMO 2013

17 FITRINOF 2013

18 FITRINOF 2013

Sumber: Apindo Lampung

Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung

Pasar tradisional merupakan perwujudan dari eksistensi aktivitas ekonomi

yang sudah ada sejak lama. Pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk yang

tinggi menjadikan pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih banyak

diminati konsumen. Pasar tradisional terdiri dari dua jenis yakni pasar tradisional

yang sudah direvitalisasi (diperbaharui) dan pasar tradisional yang belum

direvitalisasi. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kota Bandar

Lampung memiliki 28 pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dikelola

oleh pihak swasta, sedangkan 17 pasar tradisional dikelola oleh dinas pengelolaan

19

pasar. Adapun penjelasan mengenai nama dan tahun berdiri pasar milik

pemerintah dapat dilihat melalui Tabel 7.

Tabel 7 Nama dan tahun berdiri pasar tradisional milik pemerintah Kota

Bandar Lampung

No Unit pasar Tahun

berdiri

No Unit pasar Tahun

berdiri

1 Way Halim 1983 10 Way Kandis 1999

2 Smep/Baru 1985 11 Kangkung/Kliwon 2003

3 Panjang 1990 12 Gudang Lelang 2007

4 Cimeng 1990 13 Pasar Gintung 2010

5 Tamin 1990 14 Permata Biru NA

6 Tugu 1990 15 Tengah Teluk Betung NA

7 Bambu Kuning 1990 16 Tengah Tanjung Karang NA

8 Bawah 1998 17 Pasar Terminal Kemiling NA

9 Beringin Raya 1998

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 17 pasar tradisional yang

dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung sampai tahun 2013.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan dengan Dinas

Pengelola Pasar, dari 17 pasar tradisional yang ada diketahui terdapat dua pasar

yang sedang dikembangkan untuk menjadi pasar tradisional semi modern yakni

Pasar Terminal Kemiling dan Pasar Bambu Kuning. Sisanya sebanyak 11 pasar

tradisional dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta.

Pasar tradisional milik pemerintah dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar

Lampung. Adapun tugas Dinas Pasar Kota Bandar Lampung adalah mengelola

pasar milik pemerintah, menyediakan sarana prasarana untuk pedagang dan pasar,

serta menarik retribusi pengelolaan pasar yang sebagian digunakan untuk

pemasukan PAD Kota Bandar Lampung. Terdapat dua retribusi yang ditarik dari

pedagang di pasar tradisional milik pemerintah, diantaranya tarif kebersihan di

lingkungan pasar dan retribusi pelayanan pasar. Berdasarkan peraturan walikota

Bandar Lampung Nomor. 99 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan pemungutan

atau kebersihan di lingkungan pasar, ditetapkan tarif retribusi kebersihan pasar

milik pemerintah seperti yang tertera pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Tarif kebersihan pasar Kota Bandar Lampung

No Jenis tempat Tarif (Rp) Frekuensi

1 Toko/Kios 2.000 Per hari

2 Los Amparan 1.500 Per hari

3 Pelataran amparan/ Bakulan 1.000 Per hari

4 Gerobak dorong, kendaraan insidentil/Promosi 1.000 Per hari

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung

Tarif kebersihan yang dipungut oleh Dinas Pengelolaan Pasar dan pihak

swasta digunakan untuk menjaga kebersihan pasar dan lingkungan pasar sehingga

pedagang dan pembeli merasa nyaman dengan kondisi pasar. Menurut data pada

Tabel 8 terlihat bahwa tarif kebersihan pasar tradisional milik pemerintah Kota

Bandar Lampung untuk toko atau kios sebesar Rp 2 ribu per hari. Tarif kebersihan

untuk los amparan sebesar Rp 1.5 ribu per hari, amparan sebesar Rp 1 ribu per

20

hari, gerobak dorong dan kendaraan sebesar Rp 1 ribu per hari, serta untuk

kegiatan promosi atau insidentil di pasar tradisional milik pemerintah sebesar Rp

1 ribu per hari. Pasar swasta menerapkan tarif kebersihan disesuaikan dengan

besarnya tempat berdagang dan lokasi strategis tempat berdagang. Umumnya tarif

kebersihan yang dibayarkan pedagang di pasar swasta dua kali lipat diatas tarif

yang dibayarkan oleh pedagang di pasar pemerintah, karena besarnya tarif

kebersihan ditentukan oleh pemilik pasar.

Selain tarif retribusi kebersihan terdapat retribusi pelayanan pasar, baik

pasar tradisional milik pemerintah ataupun swasta. Berdasarkan peraturan

walikota Bandar Lampung Nomor. 101 Tahun 2011 tentang cara pelaksanaan

pemungutan retribusi pelayanan pasar dapat dilihat melalui Tabel 9 berikut.

Pemungutan tarif retribusi pelayanan pasar milik pemerintah ditentukan

berdasarkan ukuran tempat berdagang. Ukuran tempat berdagang sebesar 16 m2

atau lebih dikenakan tarif sebesar Rp 4 ribu per hari, ukuran tempat berdagang

sebesar 12 m2

sampai 15m2 dikenakan tarif sebesar Rp 3 ribu per hari, ukuran

tempat berdagang sebesar kurang dari 9 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 2 ribu per

hari, dan ukuran tempat berdagang sebesar 1 m2 dikenakan tarif sebesar Rp 1 ribu

per hari. Sama seperti tarif retribusi kebersihan, pasar milik swasta menerapkan

tarif retribusi pelayanan pasar yang lebih besar dibandingkan pasar milik

pemerintah yakni sebesar Rp 4 ribu sampai Rp 8 ribu.

Tabel 9 Retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung

No Ukuran tempat berdagang Tarif (Rp/m2) Frekuensi waktu

1 4m x 4m (16 m2

atau lebih) 4.000 Per hari

2 3m x 4m (12 m2

sampai 15 m2) 3.000 Per hari

3 3m x 3m (kurang dari 9 m2) 2.000 Per hari

4 1m x 1m (insidentil) 1.000 Per hari

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung

Terdapat perbedaan diantara pasar tradisional milik pemerintah dan pasar

tradisional milik swasta. Pasar tradisional milik pemerintah pada umumnya

mengutamakan kesejahteraan para pedagang sedangkan pasar milik swasta fokus

pada pencarian profit. Terbukti dari penerapan tarif retribusi yang diterapkan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pedagang di pasar milik swasta

mengaku tarif retribusi per hari dirasa terlalu berat namun mereka tidak memiliki

pilihan lain sebab jika tidak membayar retribusi maka mereka tidak diperbolehkan

berdagang di pasar.

Berdasarkan tahap pengambilan sampel pasar diperoleh tiga pasar

tradisional di Kota Bandar Lampung. Masing-masing pasar tradisional berada

pada kecamatan yang berbeda. Pemilihan ketiga pasar tradisional disesuaikan

dengan syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Ketiga pasar tradisional tersebut

adalah Pasar Tempel Rajabasa, Pasar Koga, dan Pasar Panjang. Berikut

merupakan penjelasan mengenai ketiga pasar tradisional yang menjadi objek

dalam penelitian ini.

Deskripsi Pasar Tempel Rajabasa

Pasar Tempel Rajabasa terletak di Jalan Kapten Abdul Haq Kecamatan

Rajabasa. Pasar ini didirikan pada tahun 1993 oleh pemiliknya Hi. M. Alias diatas

21

lahan berukuran 2 000 m2. Bangunan pasar berbentuk memanjang dipinggir jalan,

terdapat tiga bangunan pasar yang di sekat berdasarkan jenis dagangan. Adapun

jenis dagangan yang dijual di pasar ini mulai dari produk olahan, kue, aneka

minuman, ikan, daging, kebutuhan dapur, dan kebutuhan sandang. Sampai saat ini

jumlah kios yang ada di pasar tempel rajabasa berjumlah 100 unit. Umumnya

pelanggan pasar ini adalah masyarakat yang memiliki rumah didekat pasar. Pasar

Tempel Rajabasa beroperasi setiap hari dengan jam operasi mulai dari jam 06.00

sampai 11.00 WIB terkecuali hari sabtu dan minggu yakni tutup pukul 15.00

WIB.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pedagang, rata-rata mereka

mengeluhkan uang sewa dan tarif retribusi yang terus meningkat sementara

jumlah pembeli menurun. Fasilitas dirasa masih kurang, sebab tempat berdagang

mereka sudah tidak nyaman dan harus segera diperbaiki, suasana pasar yang

panas, dan terlihat kotor membuat pengunjung dan pedagang tidak nyaman. Selain

itu Pasar Tempel Rajabasa tidak memiliki area parkir dan keamanan yang jelas

sehingga sebagian pembeli enggan masuk ke pasar ini. Hasil wawancara yang

dilakukan dengan pemilik pasar diperoleh informasi bahwa perbaikan tempat

berdagang di Pasar Tempel Rajabasa akan diperbaiki awal bulan april 2014

mengingat pedagang yang sudah tidak nyaman lagi dengan tempat berdagangnya.

Namun revitalisasi dilakukan secara bertahap agar tidak terlalu banyak tempat

berdagang yang kosong.

Deskripsi Pasar Koga

Pasar Koga terletak di Jalan Teuku Umar Kecamatan Kedaton. Pasar ini

didirikan pada 1970 oleh KOREM (Komandan Resort Militer) dengan luas tanah

sebesar 3 857m2. Pengelola Pasar Koga adalah anggota KOREM, termasuk kepala

pasar dan penarik retribusi dari pedagang. Selain uang sewa kios terdapat retribusi

yang dibayar oleh para pedagang diantaranya retribusi kebersihan dan keamanan

pasar. Tahun 1993 terjadi kebakaran di Pasar Koga sehingga banyak pedagang

yang memutuskan untuk tidak berjualan lagi karena bangkrut. Tahun 1995 Pasar

Koga direvitalisasi, kemudian direvitalisasi kembali pada tahun 2009. Sampai saat

ini jumlah pedagang di pasar ini sekitar 250 orang baik yang menyewa kios

maupun los amparan.

Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dengan pedagang,

masalah yang dihadapi oleh para pedagang di pasar ini adalah menurunnya jumlah

pembeli dan uang sewa yang terus naik. Secara keseluruhan Pasar Koga terlihat

lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tempel tradisional lain. Di pasar ini

pembeli merasa nyaman dalam berbelanja karena pasar ini tidak panas, tidak

terlalu becek, memiliki area parkir yang cukup luas dan aman. Selain itu di pasar

ini pembeli dapat menjumpai produk olahan (kue, makanan olahan, minuman,

dan, snack), produk segar (ikan, daging dan ayam), produk sandang (pakaian,

sepatu, tas, dan sandal), kebutuhan dapur, dan alat elektronik. Jika dibandingkan

dengan pasar tradisional lain, pasar ini memiliki pelanggan yang lebih banyak.

Jam beroperasi Pasar Koga dimulai dari pukul 05.00 sampai 18.00 WIB.

22

Pasar Panjang

Pasar Panjang merupakan salah satu pasar milik pemerintah daerah yang

dikelola oleh Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Pasar ini berdiri pada tahun

1990 dan terletak di Kecamatan Panjang dengan luas tanah 33 700 m2

dan luas

bangunan sebesar 20 250 m2. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas pasar

terdapat 7 ruko, 50 kios, dan 136 los amparan di Pasar Panjang.

Pengelolaan Pasar Panjang dilakukan oleh Dinas Pasar Kota Bandar

Lampung. Adapun jenis retribusi yang ditagihkan kepada pedagang mencakup

tarif kebersihan dan pelayanan pasar. Berdasarkan PERDA yang dikeluarkan,

pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar retribusi kebersihan

sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 2 ribu per hari disesuaikan dengan tempat

berdagang. Selain itu pedagang yang berjualan di area pasar wajib membayar

retribusi pelayanan pasar sebesar Rp 1 ribu sampai Rp 4 ribu per hari sesuai

dengan PERDA yang dikeluarkan oleh walikota. Namun untuk tarif retribusi

pelayanan pasar, dinas pasar memberikan keringanan untuk para pedagang yakni

menyamaratakan tarif pelayanan pasar sebesar Rp 2 ribu per hari karena

disesuaikan kemampuan membayar pedagang.

Komoditi Utama yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Rata-rata pasar tradisional di Kota Bandar Lampung menyediakan

kebutuhan harian masyarakat seperti: produk segar, produk olahan, dan produk

sandang. Pasar yang menjadi objek penelitian adalah pasar yang menjual produk

segar, produk olahan, dan produk sandang. Tidak semua pasar tradisional di Kota

Bandar Lampung menjual ketiga produk tersebut seperti Pasar Gudang Lelang

yang hanya menjual ikan segar saja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

diperoleh komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar

tersebut (Tabel 10). Hasil yang didapatkan pada penelitian penulis. Pasar

tradisional perlakuan memiliki proporsi terbesar menjual pakaian dengan

persentase sebesar 26.70%. Diurutan selanjutnya terdapat sayur-sayuran, beras,

dan bumbu-bumbuan. Terdapat responden yang menjawab menjual komoditi

lainnya dalam bentuk produk olahan yakni snack, bakso, nasi sayur, pempek dan

es. Pasar tradisional kontrol memiliki proporsi pedagang terbesar menjual pakaian

dan beras dengan masing-masing proporsi sebesar 16.70%. Diurutan selanjutnya

terdapat komoditi ikan dan sepatu. Adapun responden yang menjawab komoditi

lainnya sebesar 6.70% dari total keseluruhan. Komoditi lainnya yang dijual di

pasar kontrol berbentuk produk olahan snack.

Data pada Tabel 10 menunjukkan jenis komoditi yang dijual oleh pedagang

di kedua kelompok pasar tradisional. Mayoritas pedagang di pasar perlakuan

menjual pakaian, sedangkan mayoritas pedagang di pasar kontrol menjual pakaian

dan beras. Artinya terdapat persaingan antara pedagang pakaian yang cukup ketat

sehingga harga pakaian di pasar perlakuan lebih kompetitif daripada komoditi

lain, hal yang sama terjadi pada pedagang di pasar kontrol yang menjual pakaian

dan beras. Para pedagang menjual barang dagangan sesuai dengan banyaknya

permintaan konsumen dan pedagang di kedua pasar rata-rata menjual dua sampai

tiga jenis komoditi. Hal ini berbeda dengan penelitian penelitian Suryadarma et al

(2007) yang mendapatkan proporsi pedagang terbesar dari keseluruhan pasar

23

tradisional adalah penjualan sayur-sayuran diikuti oleh bahan makanan dan

minuman. Harga beras dan daging cenderung berubah-ubah dan lebih sering

meningkat sehingga memiliki proporsi pedagang yang lebih sedikit.

Tabel 10 Komoditi utama yang dijual dan proporsi pedagang di ketiga pasar

tradisional

No Komoditi Jenis pasar (%) Significance

Pasar

perlakuan

(n=104)

Pasar

kontrol

(n=54)

1 Pakaian 26,70 16,70

2 Sayur-sayuran 15,00 6,70

3 Beras 13,30 16,70

4 Bumbu-bumbuan 8,30 3,30

5 Buah-buahan 6,70 3,30

6 Ayam 6,70 6,70

7 Sepatu 5,00 10,00

8 Ikan 3,30 13,30

9 Kue 3,30 6,70

10 Bahan minuman 1,70 0,00

11 Daging (sapi, kambing) 1,70 0,00

12 Tas 1,70 6,70

13 Minyak 0,00 0,00

14 Umbi-umbian 0,00 0,00

15 Kacang-kacangan 0,00 0,00

16 Telur dan susu 0,00 3,30

17 Lainnya 6,70 6,70

Total 100,00 100,00 12,05

Karakteristik Responden Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bandar

Lampung

Sub bab ini menjelaskan perbedaan dan persamaan dua kelompok pasar

tradisional yakni pasar perlakuan dan pasar kontrol. Dimulai dari karakteristik

responden, jumlah pelanggan di pasar tradisional dan nilai pembelian pelanggan

di pasar tradisional. Pengujian persamaan dan perbedaan di kedua kelompok pasar

tradisional menggunakan metode analisis uji beda t dan chi square test.

Karakteristik responden berdasarkan variabel usia, pendidikan, lama

berdagang, ukuran kios, jumlah kios, dan jumlah pembeli dijelaskan pada Tabel

11. Berdasarkan uji beda t pada penelitian hanya jumlah kios yang signifikan pada

taraf nyata 5%. Pedagang di pasar perlakuan umumnya memiliki lebih dari satu

kios untuk mendapatkan omzet yang lebih besar, sedangkan pedagang di pasar

kontrol moyoritas memiliki satu kios. Adapun variabel lain seperti usia,

pendidikan, lama berdagang, ukuran kios, dan jumlah pembeli relatif sama.

24

Tabel 11 Karakteristik responden dengan uji t test

No Variabel Pasar perlakuan

(n=60)

Pasar kontrol

(n=30)

Significance

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

1 Usia (tahun) 41,30 10,41 44,67 10,30 -1,451

2 Pendidikan (tahun) 10,33 3,22 10,13 2,43 0,300

3 Lama berdagang

(tahun)

10,50 7,33 12,53 7,72 -1,219

4 Ukuran kios (m2) 44,62 116,45 20,43 17,93 1,128

5 Jumlah kios (unit) 1,17 0,38 1,00 0,00 2,422**

6 Jumlah pembeli

(orang per hari)

22,58 15,53 21,60 7,83 0,326

Keterangan: Berdasarkan t test: **signifikan pada taraf nyata 5%. Std.Dev:

standard deviation.

Data pada Tabel 12 merupakan hasil dari uji chi square karakteristik

responden pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol. Adapun karakteristik

yang diuji dalam uji chi square meliputi: jenis kelamin, letak kios, dan status

kepemilikan tempat usaha. Karakteristik responden yang signifikan pada

penelitian ini adalah status tempat usaha. Status kepemilikan tempat usaha di

pasar perlakuan dan pasar kontrol didominasi oleh status kepemilikan sewa kios

daripada milik sendiri ataupun tidak keduanya. Namun untuk variabel jenis

kelamin dan letak kios tidak signifikan berdasarkan uji chi square yang dilakukan.

Tabel 12 Karakteristik responden dengan uji chi square

Karakteristik responden Jenispasar

Significance Pasar perlakuan

(n=60)

Pasar kontrol

(n=30)

Jenis kelamin Perempuan 66,70 60,00

Laki-laki 33,30 40,00

Total 100,00 100,00 0,388

Letak kios Di dalam 55,00 70,00

Di depan 45,00 30,00

Total 100,00 100,00 1,875

Status tempat

usaha

Sewa 76,70 70,00

Lainnya 21,70 10,00

Milik

sendiri

1,70 20,00

Total 100,00 100,00 10,29***

Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%.

Karakteristik pedagang berdasarkan segmentasi pembeli pada penelitian ini

dilihat dari persentase jumlah pembeli (Tabel 13). Berdasarkan Uji t yang

dilakukan diperoleh variabel yang signifikan adalah rumah tangga, restoran atau

catering, dan warung. Tabel 13 menunjukkan rata-rata jumlah pembeli rumah

tangga di pasar perlakuan lebih besar jika dibandingkan rata-rata pembeli rumah

tangga pada pasar kontrol. Berbeda dengan jumlah pelanggan restoran atau

catering dan jumlah pelanggan warung di pasar kontrol lebih besar daripada di

pasar perlakuan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh

penelitian terdahulu Suryadarma et al (2007) yang menemukan bahwa warung

25

merupakan pangsa pembeli terbesar dalam jumlah konsumen dan nilai pembelian.

Sebesar 41.5% responden mengakui bahwa pelanggan utama mereka adalah

warung. Diurutan selanjutnya terdapat rumah tangga, restoran, dan pedagang

keliling.

Tabel 13 Jumlah pelanggan di pasar tradisional

No Variabel Pasar perlakuan

(n=60)

Pasar kontrol

(n=30)

Significance

Mean Std, Dev Mean Std, Dev

1 Rumah tangga 78,61 27,83 57,24 33,37 3,18***

2 Restoran/catering 7,65 18,28 21,33 27,00 -2,84***

3 Pedagang

keliling

0,92 4,99 0,00 0,00 1,00

4 Warung 12,82 24,29 23,33 32,84 -1,72*

Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan

pada taraf nyata 5%; *signifikan pada taraf nyata 10%.

Selain proporsi jumlah pelanggan di pasar tradisional terdapat proporsi nilai

pembelian pelanggan. Besarnya jumlah konsumen yang membeli barang

dagangan belum tentu menggambarkan besar nilai pembelian yang dilakukan.

Tabel 14 menggambarkan nilai pembelian pelanggan pada pasar perlakuan dan

pasar kontrol. Berdasarkan uji t yang dilakukan diperoleh dua variabel yang

signifikan pada nilai pembelian yakni variabel rumah tangga dan variabel restoran

atau catering. Rata-rata nilai pembelian rumah tangga pada pasar perlakuan lebih

besar daripada pasar kontrol (Tabel 14). Berbeda pada tabel nilai pembelian

pelanggan restoran atau catering di pasar kontrol lebih besar dibandingkan rata-

rata pelanggan restoran atau catering di pasar perlakuan.

Tabel 14 Nilai pembelian dan pelanggan pasar tradisional

No Variabel Pasar Perlakuan

(n=60)

Pasar Kontrol

(n=30)

Significance

Mean Std.Dev Mean Std.Dev

1 Rumah tangga 73,83 32,60 53,79 34,99 2,65***

2 Warung 14,83 27,07 24,67 34,01 -1,49

3 Restoran/catering 10,17 23,81 23,33 29,98 -2,26**

4 Pedagang keliling 1,17 6,91 0,00 0,00 0,922

Keterangan: Berdasarkan t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%; **signifikan

pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Persaingan dan Kinerja Pedagang dalam Pasar Tradisional di Kota

Bandar Lampung

Pemasok berperan penting dalam kegiatan usaha baik skala kecil,

menengah, sampai besar. Pedagang tanpa keberadaan pemasok akan lebih sulit

untuk mendapatkan barang yang akan dijual ke pembeli. Penelitian ini membagi

pemasok untuk pedagang di pasar tradisional menjadi enam kategori, diantaranya:

26

produksi sendiri, produksi orang lain, penyalur, tengkulak atau pedagang

pengumpul, pasar induk, dan grosir. Berdasarkan uji chi square pada Tabel 15

pemasok utama yang dipilih pedagang baik di pasar perlakuan maupun pasar

kontrol adalah pemasok grosir sesuai dengan hasil penelitian Saddewisasi et al

(2011) namun berbeda dengan penelitian Suryadarma et al (2007).

Saddewisasi et al( 2011) pada penelitiannya mengatakan, responden

membeli langsung barang dagangan ke pasar atau tempat grosir karena barang

yang dibeli biasanya tidak banyak dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan

konsumen sehari-hari dalam partai kecil, selain itu juga dipengaruhi modal usaha

yang terbatas. Hasil penelitian Suryadarma et al (2007) diperoleh lebih dari 40%

pedagang menggunakan pemasok profesional, akan tetapi sebagian besar dari

pedagang tidak hanya menggunakan satu pemasok saja melainkan lebih dari satu.

Tabel 15 Pemasok barang bagi pedagang di pasar tradisional

No

Pemasok

Jenis pasar (%) Significance

Pasar

perlakuan

(n=60)

Pasar

kontrol

(n=30)

1 Grosir 31,70 33,30

2 Pasar induk 23,30 3,30

3 Penyalur 20,00 30,00

4 Produksi sendiri 18,30 10,00

5 Produksi orang/rumah tangga lain 5,00 23,30

6 Tengkulak (pedagang pengumpul) 1,70 0,00

7 Lainnya sebutkan 0,00 0,00

Total 100,00 100,00 13,117**

Keterangan: Berdasarkan chi square test: **signifikan pada taraf nyata 5%.

Barang dagangan yang diperoleh dari pemasok dibayar dengan cara yang

berbeda-beda tergantung dengan kesepakatan antara pemasok dan pedagang.

Berdasarkan hasil uji chi square, pedagang di kedua kelompok pasar tradisional

mengakui metode pembayaran yang paling banyak dilakukan adalah pembayaran

kontan atau tunai (Tabel 16). Hasil penelitian penulis sesuai dengan penelitian

Suryadarma et al (2007) yang mengatakan bahwa lebih dari 80% pedagang

menggunakan metode pembayaran tunai. Metode pembayaran kontan memiliki

resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode pembayaran lainnya.

Para pedagang di pasar tradisional umumnya memiliki usaha skala kecil sehingga

sangat sulit untuk meyakinkan para pemasok dalam menyediakan metode

pembayaran kredit, sehingga kerugian dari resiko ditanggung oleh para pedagang

jika terdapat barang yang rusak dan kadaluarsa.

27

Tabel 16 Metode pembayaran yang dilakukan pedagang di pasar tradisional

No Metode

pembayaran

Jenis pasar (%) Significance

Pasar perlakuan

(n=60)

Pasar kontrol

(n=30)

1 Kontan 85,00 100,00

2 Konsinyasi 13,30 0,00

3 Kredit 1,70 0,00

Total 100,00 100,00 5,000*

Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.

Para pelaku usaha membutuhkan modal guna memulai dan mengembangkan

kegiatan usaha. Biasanya modal didapatkan dengan cara meminjam. Pinjaman ada

yang menetapkan bunga dan tidak dengan bunga. Penelitian ini membatasi sumber

modal dalam delapan kriteria diantaranya: modal sendiri, meminjam dari saudara,

meminjam dari teman atau tetangga, bank swasta, bank pemerintah, rentenir atau

pelepas uang, BPR atau bank pasar, dan koperasi. Terlihat bahwa pada pasar

tradisional perlakuan sebesar 80% pedagang mengaku mendapatkan sumber

modal dari modal sendiri, sedangkan pada pasar kontrol sebesar 90% (Tabel 17).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryadarma et al (2007) yang

menemukan 86.8% pedagang menggunakan sumber modal sendiri. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang di pasar tradisional Kota

Bandar Lampung mendapatkan sumber modal dari milik pribadi akibatnya resiko

yang ditanggung dalam usaha sangat besar daripada meminjam modal usaha dari

bank ataupun bekerja sama dengan pihak lain.

Tabel 17 Sumber modal pedagang di pasar tradisional

No

Sumber modal

Jenis pasar (%) Significance

Pasar perlakuan

(n=60)

Pasar kontrol

(n=30)

1 Modal sendiri 80,00 90,00

2 Meminjam dari saudara 8,30 0,00

3 Meminjam dari

teman/tetangga

5,00 0,00

4 Bank swasta 5,00 10,00

5 Bank pemerintah 1,70 0,00

6 Rentenir/pelepas uang 0,00 0,00

7 BPR/bank pasar 0,00 0,00

8 Koperasi 0,00 0,00

Total 100,00 100,00 5,490

Tabel 18 menunjukkan para pesaing terberat di pasar perlakuan dan pasar

kontrol. Jawaban yang diambil hanya pedagang yang mengklaim memiliki

pesaing terberat. Hasil uji chi square pada pesaing terberat signifikan, pesaing

terberat pedagang di kedua pasar didominasi oleh pedagang lain dalam pasar.

Pasar kontrol memiliki persentase sebesar 70% sedangkan pasar perlakuan sebesar

61%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma et al

(2007) yang menyatakan bahwa kebanyakan pedagang merasa pesaing terberat

mereka adalah sesama pedagang, diurutan selanjutnya terdapat supermarket, dan

PKL.

28

Tabel 18 Pesaing terberat pedagang di pasar tradisional

No

Pesaing terberat

Jenis pasar (%) Significance

Pasar perlakuan

(n=23)

Pasar kontrol

(n=10)

1 Pedagang lain di dalam

pasar

61,00 70,00

2 Pasar tradisional lain 26,00 10,00

3 Pasar modern 13,00 0,00

4 Minimarket 0,00 20,00

Total 100,00 100,00 6,846*

Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.

Memiliki strategi merupakan salah satu faktor untuk menjaga kelangsungan

usaha yang dijalankan. Umumnya pelaku usaha menerapkan strategi untuk

mempertahankan dan meningkatkan pelanggan. Tabel 19 menunjukkan strategi

pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uji chi square, strategi utama yang dilakukan pada kelompok pasar

perlakuan adalah memberikan diskon harga pada pembeli yang membeli barang

dalam jumlah yang banyak. Menjaga kebersihan kios merupakan strategi yang

mendominasi pedagang di pasar kontrol. Terdapat beberapa responden yang

menjawab memiliki strategi lainnya dalam menghadapi pesaing. Adapun strategi

lainnya di pasar tradisional perlakuan meliputi: kualitas barang, produk yang terus

diperbaharui, keramahan, kelengkapan barang, produk segar, jujur dengan

timbangan, dan mengambil keuntungan sedikit. Strategi lainnya pada pasar

tradisional kontrol meliputi: produk yang terus diperbaharui, kualitas produk, dan

kejujuran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung memiliki strategi khusus untuk menghadapi

pesaingnya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu Suryadarma

(2007) dan Sutami (2005).

Hasil penelitian Suryadarma (2007) menemukan bahwa strategi yang

digunakan pedagang untuk menarik pembeli adalah sopan santun. Sebesar 37.6%

responden mengatakan bahwa sikap sopan santun sebagai kunci sukses bisnis

mereka. Sutami (2005) dalam penelitiannya menemukan strategi yang diterapkan

oleh pedagang diantaranya menjalin jaringan sosial antara tengkulak dengan

pedagang, pedagang dengan konsumen, antar sesama pedagang, dan pedagang

dengan petugas pasar.

29

Tabel 19 Strategi pedagang di pasar tradisional

No

Strategi

Jenis pasar (%) Significance

Pasar

perlakuan

(n=60)

Pasar

kontrol

(n=30)

1 Memberikan diskon harga 13,30 6,70

2 Kios selalu dijaga kebersihannya 11,70 30,00

3 Prioritas bagi pelanggan

(barang dapat dipesan)

10,00 3,30

4 Barang diantar ke rumah 5,00 13,30

5 Jenis dagangan diperbanyak 3,30 26,70

6 Pembayaran bisa dicicil 0,00 0,00

7 Lainnya 56,70 20,00

Total 100,00 100,00 23,360***

Keterangan: Berdasarkan chi square test: ***signifikan pada taraf nyata 1%.

Tabel 20 menunjukkan penyebab kelesuan usaha pedagang dari tahun 2008

hingga 2013. Jawaban ini hanya diambil dari pedagang yang mengkalim

mengalami penurunan omzet maupun keuntungan selama lima tahun terakhir.

Berdasarkan uji chi square, penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar perlakuan

di dominasi oleh meningkatnya persaingan dengan pedagang lain, sedangkan pada

pasar kontrol penyebab kelesuan usaha pedagang didominasi oleh daya beli

masyarakat yang menurun. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suryadarma et al (2007) yang mengungkapkan bahwa penyebab utama kelesuan

usaha mereka adalah lemahnya daya beli pelanggan karena adanya lonjakan harga

BBM pada tahun 2005 dan adanya persaingan dengan PKL.

Tabel 20 Penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar tradisional

No

Penyebab kelesuan usaha

Jenis pasar (%) Significance

Pasar

perlakuan

(n=50)

Pasar

kontrol

(n=25)

1 Daya beli masyarakat menurun 38,00 24,00

2 Persaingan dengan pedagang lain

dalam pasar tradisional

30,00 28,00

3 Pasar tradisional semakin banyak 12,00 4,00

4 Persaingan dengan pasar modern 6,00 0,00

5 Kondisi pasar yang buruk 4,00 0,00

6 Faktor iklim 2,00 12,00

7 Letak kios yang tidak strategis 2,00 4,00

8 Meningkatnya harga sewa kios 2,00 0,00

9 Usia penjual 2,00 4,00

10 Harga dari pemasok lebih tinggi 2,00 4,00

11 Akses kredit yang bertambah sulit 0,00 8,00

12 Persediaan barang yang sulit 0,00 4,00

13 Persaingan dengan minimarket 0,00 8,00

14 Kualitas yang menurun 0,00 0,00

Total 100,00 100,00 19,021*

Keterangan: Berdasarkan chi square test: *signifikan pada taraf nyata 10%.

30

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pedagang di pasar tradisional

mengakui bahwa telah terjadi penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima

tahun terakhir. Penelitian ini mengukur kinerja usaha pedagang melalui omzet dan

keuntungan pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung selama lima

tahun terakhir yakni tahun 2008 dan tahun 2013 dengan menggunakan paired

sample t test. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan di kedua pasar

tradisional sampel, diperoleh output pada Tabel 21 berikut. Hasil paired t test

menunjukkan bahwa pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol rata-rata omzet

dan keuntungan sebelum keberadaan pasar modern lebih tinggi jika dibandingkan

dengan sesudah adanya pasar modern. Sebelum adanya pasar ritel modern

pembeli cenderung berbelanja ke pasar tradisional, namun setelah adanya pasar

ritel modern pembeli memiliki dua pilihan tempat berbelanja. Menurut para

pedagang, pembeli memilih berbelanja di pasar ritel modern karena kenyamanan,

kebersihan, fasilitas, dan keamanan yang dimiliki oleh pasar ritel modern. Hampir

semua pasar tradisional di Kota Bandar Lampung masih belum mengarah ke pasar

semi modern sehingga untuk komoditi tertentu seperti sembako dan pakaian

pembeli lebih memilih berbelanja di pasar ritel modern.

Tabel 21 Omzet dan keuntungan pedagang sebelum dan setelah keberadaan pasar

ritel modern dengan paired t test

Variabel Pasar perlakuan

(N=60)

Pasar kontrol

(N=30)

Mean Std.

Dev

Significance Mean Std.

Dev

Significance

Omzet

Sesudah 1,20 0,443 1,40 0,621

Sebelum 1,43 0,563 -3,394*** 1,83 0,648 -3,496***

Keuntungan

Sesudah 1,07 0,252 1,30 0,535

Sebelum 1,38 0,524 -4,324*** 1,63 0,556 -2,763**

Keterangan: Berdasarkan paired t test: ***signifikan pada taraf nyata 1%;

**signifikan pada taraf nyata 5%.

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Pedagang di

Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung

Faktor-faktor yang diduga memengaruhi omzet pedagang di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung adalah ukuran kios, lama berdagang, jumlah

pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, diversifikasi produk,

penjualan produk segar, penjualan produk olahan, dan letak kios. Variabel respon

dalam penelitian ini terdiri dari tiga opsi omzet pedagang pada rentang kurang

dari Rp 1 juta untuk nilai “1”, omzet sebesar Rp 1 juta seribu sampai Rp 5 juta

untuk nilai “2”, dan omzet lebih dari Rp 5 juta untuk “nilai 3”. Berdasarkan output

hasil olahan pada Tabel 22 menunjukan bahwa variabel jumlah pembeli,

pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan produk segar signifikan

berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar

Lampung.

31

Tabel 22 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang di pasar

tradisional

No Variabel Koefisien Rasio Odd Signifikansi

1 Ukuran kios (m2) -0,004 0,996 0,419

2 Lama berdagang (tahun) -0,020 0,981 0,609

3 Jumlah pembeli (orang) 0,052 1,054 0,027**

4 Pendidikan (tahun) 0,197 1,218 0,069*

5 Dummy jarak

(dekat = 1, jauh =0)

-1,094 0,335 0,064*

6 Dummy diversifikasi produk

(satu jenis = 1, lebih dari satu

jenis =0)

0,721 2,056 0,265

7 Dummy produk segar

(produk segar =1, lainnya =0)

2,521 12,436 0,008***

8 Dummy produk olahan

(produk olahan =1, lainnya =0)

1,325 3,762 0,149

9 Dummy letak kios

(depan = 1, belakang = 0)

0,303 1,354 0,647

Pearson 0,669

Nagelkerke 0,301

Keterangan: Berdasarkan Ordinal logistic regression *** signifikan pada taraf

nyata 1%; ** signifikan pada taraf nyata 5%; * signifikan pada taraf nyata 10%.

Berdasarkan output hasil olahan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa

variabel jumlah pembeli, pendidikan, jarak pasar tradisional ke pasar modern, dan

produk segar signifikan berpengaruh terhadap perubahan omzet pedagang di pasar

tradisional. Hasil model logit ordinal untuk variabel jumlah pembeli diperoleh

koefisien bertanda positif, artinya semakin jumlah pembeli bertambah peluang

untuk mendapatkan omzet semakin bertambah. Variabel jumlah pembeli memiliki

nilai rasio odd 1.054 artinya jika terjadi peningkatan satu orang jumlah pembeli

maka peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 5.4%. Sehingga dapat

disimpulkan apabila terjadi peningkatan jumlah pembeli maka akan meningkatkan

omzet pedagang.

Pendidikan memengaruhi omzet pedagang di pasar tradisional Kota Bandar

Lampung secara signifikan dengan koefisien positif. Artinya setiap peningkatan

tingkat pendidikan sebanyak satu tahun maka akan meningkatkan omzet pedagang.

Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai rasio odd 1.218 artinya jika terjadi

peningkatan satu tahun tingkat pendidikan maka akan menyebabkan peningkatan

omzet sebesar 21.8%. Sehingga dapat disimpulkan apabila terjadi peningkatan

tingkat pendidikan pedagang maka akan meningkatkan omzet pedagang.

Dummy jarak pasar tradisional ke pasar modern memengaruhi omzet

pedagang di pasar tradisional Kota Bandar Lampung secara signifikan dengan

koefisien negatif. Semakin dekat jarak pasar modern dan pasar tradisional,

peluang untuk meningkatkan omzet semakin berkurang. Nilai rasio odd dummy

jarak pasar tradisional ke pasar modern sebesar 0.335 artinya semakin dekat jarak

pasar tradisional ke pasar modern memiliki peluang untuk menurunkan omzet

pedagang sebesar 66.5% dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh

dengan pasar modern.

32

Dummy produk segar memengaruhi omzet secara signifikan dengan

koefisien pada variabel positif. Semakin pedagang menjual produk segar, peluang

untuk mendapatkan omzet semakin besar. Nilai rasio odd variabel dummy produk

segar sebesar 12.436 artinya pedagang yang menjual produk segar memiliki

peluang untuk meningkatkan omzet sebesar 1 143% dibandingkan pedagang yang

menjual produk sandang. Semakin pedagang menjual produk segar maka peluang

untuk meningkatkan omzet semakin besar.

Uji goodness of fit menunjukkan uji kesesuaian model dengan data. Hasil

dari output SPSS 20 didapatkan p-value uji pearson dari model yang telah

diperoleh bernilai lebih besar daripada alpha 10% maka terima H0. Artinya model

yang telah dihasilkan sesuai, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara

hasil observasi dengan hasil prediksi model. Output dalam penelitian ini

didapatkan nilai Negelkerke sebesar 0.301 atau 30.1%. Artinya variabel dependen

mampu diterangkan oleh variabel independen sebesar 30.1% sedangkan sisanya

60,9% diterangkan oleh variabel independen lain di luar model.

Pengaruh Jarak Pasar Ritel Modern dan Pasar Tradisional di Kota Bandar

Lampung terhadap Omzet

Hasil penelitian penulis menunjukkan persamaan antara pasar tradisional

perlakuan dan pasar tradisional kontrol. Kedua pasar tradisional di Kota Bandar

Lampung tersebut beroperasi setiap hari dengan barang dagangan yang sama

(produk segar, produk olahan, dan produk sandang), jumlah dan nilai pembelian

yang mendominasi kedua pasar adalah pembelian dari pelanggan rumah tangga.

Pedagang di kedua pasar tradisional pada umumnya menggunakan pemasok grosir

dengan metode pembayaran tunai, selain itu sebagian besar pedagang di kedua

pasar menggunakan sumber modal milik pribadi. Pasar tradisional perlakuan

memiliki jarak yang dekat dengan pasar ritel modern, sedangkan pasar tradisional

kontrol memiliki jarak yang jauh dari pasar ritel modern.

Pedagang di kedua kelompok pasar tradisional Kota Bandar Lampung

mengklaim mengalami penurunan kinerja usaha dalam kurun waktu lima tahun

terakhir. Salah satu penyebab penurunan kinerja usaha pedagang adalah

keberadaan pasar modern yang terus bertambah. Hasil wawancara dengan

pedagang di pasar tradisional menunjukkan keberadaan pasar modern secara tidak

langsung telah mengurangi peluang pedagang untuk mendapatkan omzet yang

lebih tinggi. Kesamaan barang dagangan, harga yang tidak berbeda jauh, diskon

yang diberikan, serta jarak yang tidak terlalu berjauhan dengan pasar tradisional

membuat masyarakat memiliki alternatif lain dalam berbelanja. Umumnya pasar

modern memilih lokasi yang berdekatan dengan pasar modern lain dan pasar

tradisional yang telah lebih dulu ada.

Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah

menyebabkan persaingan dikedua pasar terutama dalam perebutan pangsa pasar.

Lokasi pasar ritel modern dan pasar tradisional cenderung beraglomerasi dan

mendekati pusat keramaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar

tradisional yang berjarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki omzet yang

lebih rendah dibandingkan pasar tradisional yang memiliki jarak jauh dengan

pasar ritel modern. Tabel 21 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan omzet

pedagang di pasar perlakuan dan kontrol setelah keberadaan pasar ritel modern.

33

Hal ini terjadi karena pasar tradisional kontrol tidak secara langsung berhadapan

dengan pasar ritel modern, sedangkan pada pasar tradisional perlakuan langsung

bersaing dengan pasar ritel modern karena jarak yang berdekatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis melalui wawancara dan perhitungan uji chi square menunjukkan

telah terjadi penurunan omzet dan keuntungan pedagang selama lima tahun

terakhir. Hal ini terjadi karena terdapat persaingan dengan pedagang lain di

dalam pasar, pasar tradisional lain, pasar modern, dan minimarket. Namun,

dikedua kelompok pasar tradisional mengakui bahwa persaingan didominasi

oleh pedagang lain di dalam pasar bukan oleh pasar modern.

2. Melalui penelitian ini diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi perubahan

omzet pedagang di pasar tradisional secara signifikan adalah jumlah pembeli,

pendidikan, jarak antara pasar tradisional ke pasar ritel modern, dan produk

segar. Variabel jumlah pembeli, pendidikan, dan produk segar memiliki

hubungan positif dan variabel jarak memiliki hubungan negatif dengan omzet.

3. Kedekatan jarak antara pasar ritel modern dan pasar tradisional telah

memengaruhi omzet pedagang di kedua pasar tradisional. Namun pasar

tradisional yang memiliki jarak dekat dengan pasar ritel modern memiliki

penurunan omzet yang lebih besar daripada pasar tradisional yang berjarak

jauh dari pasar ritel modern.

Saran

1. Perlu adanya peningkatan strategi di kedua pasar agar dapat meningkatkan

omzet. Jika dilihat dari strategi pedagang di pasar perlakuan yang terbesar

adalah memberikan diskon harga jika pembeli membeli barang dalam jumlah

yang banyak, sehingga strategi tersebut perlu dipertahankan atau ditingkatkan

agar pelanggan terus bertambah. Berbeda dengan pasar perlakuan, pada pasar

kontrol strategi terbesar ada pada menjaga kebersihan kios dan menambah

jumlah barang dagangan, strategi ini perlu ditingkatkan oleh pedagang agar

pelanggan di pasar kontrol bertambah.

2. Kesulitan dalam mengakses dan memenuhi persyaratan pinjaman modal

membuat para pedagang menggunakan dana pribadi untuk berdagang.

Sebaiknya pemerintah dan instansi terkait mempermudah akses dan

persyaratan pinjaman modal pedagang khususnya pedagang di pasar tradisional

agar dapat mengembangkan usahanya.

3. Pendidikan pedagang secara tidak langsung akan meningkatkan omzet, oleh

karena itu sebaiknya perlu diterapkan pendidikan informal seperti sosialisasi

dan pelatihan manajemen berdagang yang diberikan oleh pengelola pasar

ataupun pemerintah Kota Bandar Lampung kepada pedagang.

4. Jarak antara pasar tradisional dan pasar ritel modern sebaiknya lebih

diperhatikan agar tidak mengganggu keberadaan pasar tradisional khususnya

34

dalam hal izin pendirian dan zonasi pasar ritel modern. Pemerintah juga

sebaiknya turut berperan dalam memperbaiki sarana prasarana pasar tradisional

agar dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional seperti melakukan

revitalisasi pasar.

5. Pasar tradisional sebaiknya fokus pada penjualan produk segar mengingat

alasan pembeli mengunjungi pasar tradisional karena pasar memiliki produk

segar yang lebih baik dari segi harga dan kesegaran produk daripada pasar ritel

modern.

6. Penelitian ini memiliki keterbatasan informasi mengenai data omzet yang

diperoleh dari para pedagang di pasar tradisional. Data omzet pedagang yang

digunakan dalam uji regresi ordinal berbentuk data ordinal, karena pada

umumnya para pedagang cenderung tidak bersedia memberikan informasi yang

lebih akurat mengenai omzet yang diperoleh tiap harinya. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan kualitas hasil regresi pada penelitian selanjutnya

disarankan menggunakan omzet berupa data rasio yang merupakan data angka

omzet pedagang sesungguhnya.

35

DAFTAR PUSTAKA

[BPMP] Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Lampung. 2014. Nilai

Investasi Asing dan Domestik di Provinsi Lampung Tahun 2010-2012.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2012. Bandar Lampung

Dalam Angka 2013. Bandar Lampung (ID): BPS Kota Bandar Lampung.

[KPPU] Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. 2004. Tambunan T et al. Kajian

persaingan dalam industri retail. Jakarta(ID): KPPU.

Agustina D. 2009. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan jumlah

pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Dede. 2012. Ciri-ciri dan Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013

Des 22].Tersedia pada: http://ddsulai.blogspot.com.

Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk

Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press

Hartati W. 2006. Pergeseran subsektor perdagangan eceran dari tradisional ke

modern di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press

Kementrian Keuangan RI. 2012. Laporan Tim Kajian Profil Sektor Riil: Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Luci H. 2013. Pengertian Pasar Tradisional[internet]. [diunduh 2013 Des

22].Tersedia pada: http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com

Manggala Y. 2013 Jul 19. Pasar Tradisional Bakal „Tergilas‟ Pasar Modern.

Republika[internet]. [diunduh 2013 Des 14]. Tersedia pada:

http://www.republika.co.id

Natawidjaja R. 2005. Modern Market Growth and Changing Map of Retail Food

Sector in Indonesia. The Pacific Food System Outlook

Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta (ID):

Binarupa Aksara

Nurmalasari D. 2007. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing dan

preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Pandin M. 2009. Potret Bisnis Ritel di Indonesia: Pasar Modern. Economic

Review No 215

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-

DAG/PER/12/2013

Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 101 tahun 2011

Peraturan walikota Bandar Lampung Nomor: 99 tahun 2011

Poesoro A. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. Jakarta (ID):

Lembaga Penelitian SMERU

Priyarsono, Sahara, dan Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Bogor (ID):

Universitas Terbuka

Saddewisasi W, Ariefiantoro T, dan Santoso A. 2011. Analisis dampak usaha ritel

modern terhadap usaha ritel tradisional (Studi kasus di wilayah kecamatan

Gunungpati, Meijen, Tembalang, dan Banyumanik). Jurnal Riptek Vol.5 No I

Santoso S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex

Media Komputindo

36

Suryadarma D et al. 2007. Dampak supermarket terhadap pasar dan pedagang

ritel tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Jakarta (ID): Lembaga

Penelitian SMERU

Sutami WD.2005. Strategi Rasional Pedagang Tradisional. Jurnal BioKultur Vol

I/No 2

Utomo T.J. 2011. Persaingan bisnis ritel: tradisional vs modern.Jurnal Focus

Ekonomi. Vol.6 No.1 juni 2012:122-133

Yamin S dan Kurniawan H. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik

Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta (ID): Salemba Infotek

LAMPIRAN

38

Lampiran 1 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 1997-2003

Sumber: DRI, 2004; Visidata Riset Indonesia, 2003 dalam Natawidjaja R

Lampiran 2 Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia tahun 2004-2008

Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data (diolah) dalam Pandin M

39

Lampiran 3 Jarak pasar ritel modern dan pasar tradisional di Kota Bandar

Lampung

No Nama pasar ritel

modern

Nama pasar tradisional Jarak Tahun

beroperasi pasar

ritel modern

1 Chandra Teluk

Betung

Pasar panjang 10 Km 1998

Pasar gudang lelang 300 m

Pasar cimeng 1 Km

Pasar kangkung 400 m

Pasar ambon 2 Km

2

Ramayana

Pasar bawah

0 Km

1998

3

Chandra tanjung

karang

Pasar tugu

900 m

2002

4

Simpur Center

Pasar bambu kuning

600 m

2003

Pasar tamin 1,4 Km

Pasar smep 500 m

Pasar gintung 500 m

5

Chandra way

halim

Pasar way kandis

4 Km

2007

Pasar Tempel Way Kandis 5 Km

Pasar tempel sukarame II 4,8 Km

Pasar korpri 5,6 Km

Pasar tempel wayhalim 800 m

Pasar tempel cahaya 1,8 Km

Pasar way halim 500 m

6

Matahari/Central

Plaza

Pasar langkapura

12 Km

2007

Pasar tempel gotong

royong

1,5 Km

7

Robinson

Pasar rajabasa

600 m

2012

Pasar perum batara nila 2,2 Km

Pasar tempel stasiun 1,9 Km

8

Giant Antasari

Pasar permata biru

7 Km

2013

Pasar way dadi 6,2 Km

9

Giant Kemiling

Pasar terminal kemiling

900 m

2013

10

Giant Pagar alam

Pasar untung

2,8 Km

2013

Pasar koga 1,9 Km

Sumber: Observasi penulis

40

Lampiran 4 Nama, luas tanah, luas bangunan pasar tradisional milik pemerintah

Kota Bandar Lampung

No Unit pasar Tanah

(m2)

Bangunan

(m2)

Tahun

berdiri

Ruko

(unit)

Toko

(unit)

Kios

(unit)

Los

amparan

(unit)

1 Way halim 10.000 6.000 1983 NA NA NA 32

2

Smep/Baru

6.765

4.059

1985

NA

NA

15

153

3

Panjang

33.700

20.250

1990

7

NA

50

136

4

Cimeng

4.465

2.679

1990

NA

NA

8

352

5

Tamin

12.000

72.000

1990

NA

NA

76

99

6

Tugu

7.059

4.235

1990

NA

NA

4

200

7

Bambu kuning

8.840

14.250

1990

NA

NA

47

NA

8

Bawah

11.000

NA

1998

NA

NA

NA

NA

9

Beringin raya

3.000

910

1998

NA

NA

NA

NA

10

Way kandis

5.000

2.000

1999

NA

NA

30

NA

11

Kangkung/Kliwon

15.622

9.373

2003

6

NA

12

569

12

Gudang lelang

1.500

900

2007

NA

NA

NA

109

13

Pasar Gintung

2.222

1.412

2010

NA

NA

NA

313

14

Permata Biru

38.655

NA

NA

NA

NA

NA

NA

15

Tengah Teluk

Betung

NA

NA

NA

44

NA

NA

NA

16

Tengah Tanjung

Karang

NA

NA

NA

39

NA

NA

NA

17

Pasar terminal

kemiling

NA

NA

NA

NA

NA

NA

NA

Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung

41

Lampiran 5 Daftar nama dan lokasi pasar ritel modern di Kota Bandar Lampung

tahun 2009-2013

No 2009 2010 2011 2012 2013 Alamat

1 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl. Pemuda

Tanjungkarang

Timur

2 Ramayana Ramayana Ramayana Ramayana Ramayana Jl. Raden Intan

Tanjungkarang

Pusat

3 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl. Kimaja

Wayhalim

4 Plaza

Lotus

Plaza Lotus Plaza Lotus Plaza

Lotus

Plaza

Lotus

Jl. RadenIntan

5 Central

Plaza

Central

Plaza

Central

Plaza

Central

Plaza

Central

Plaza

Jl. Kartini

6 Mall

Kartini

Mall

Kartini

Mall

Kartini

Mall

Kartini

Mall

Kartini

Jl. Kartini

7 Chandra Chandra Chandra Chandra Chandra Jl.Ikan Bawal

Tanjung Karang

Selatan

8 Simpur

Center

Mall

Simpur

Center Mall

Simpur

Center Mall

Simpur

Center

Mall

Simpur

Center

Mall

Jl. Jend

Suprapto

Tanjungarang

Pusat

9 Glael Glael Glael Glael Glael Jl. Jend

Sudirman

Tanjungkarang

Pusat

10 Mall

Lampung

Mall

Lampung

Jl. Z.A Pagar

Alam

11 Bambu

Kuning

Square

Bambu

Kuning

Square

Jl. Raden Intan

12 COSMO Jl.M. Noor

Tanjung karang

pusat

13 COSMO Jl.Teuku Umar

14 FITRINOF Jl. Teuku Umar

15 FITRINOF Bundaran

Rajabasa

16 Giant Jl. Pagar Alam

17 Giant Kec Kemiling

18 Giant Jl. Antasari

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung

42

Lampiran 6 Daftar nama dan lokasi pasar tradisional di Kota Bandar Lampung

tahun 2009-2013

No 2009 2010 2011 2012 2013 Alamat

1 Kangkung Kangkung Kangkung Kangkung Kangkung Kel Kangkung

2

Gudang

lelang

Gudang

lelang

Gudang

lelang

Gudang

lelang

Gudang

lelang

Kel Kangkung

3 Tugu Tugu Tugu Tugu Tugu Kec Kampung sawah

4 Bawah Bawah Bawah Bawah Bawah Kel Gunung sari

5 Smep Smep Smep Smep Smep Kel Pasar Gintung

6 Gintung Gintung Gintung Gintung Gintung Kel Pasar Gintung

7 Tamin Tamin Tamin Tamin Tamin Kel Suka sawa

8 Cimeng Cimeng Cimeng Cimeng Cimeng Kel Cimeng

9 Wayhalim Wayhalim Wayhalim Wayhalim Wayhalim Kel Prum wayhalim

10 Panjang Panjang Panjang Panjang Panjang Kel Panjang

11 Waykandis Waykandis Waykandis Waykandis Waykandis Kel Prum waykandis

12 Langkapura Langkapura Langkapura Langkapura Langkapura Kel Langkapura

13 Terminal

kemiling

Terminal

kemiling

Terminal

kemiling

Terminal

kemiling

Terminal

kemiling

Kel Gunung Terang

14 Ambon Ambon Ambon Ambon Kec Teluk betung selatan

15 Bambu

kuning

Bambu

kuning

Bambu

kuning

Bambu

kuning

Kec Tanjung karang pusat

16 Korpri Korpri Korpri Korpri Prum Korpri

17 Permata

biru

Permata

biru

Permata

biru

Permata

biru

Jl Pulau Sebesi

18 Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Jl Kapten Abdul Haq

19 Untung Untung Untung Untung Labuhan Ratu

20 Koga Koga Koga Koga Jl Teuku Umar

21 Prum

Batara nila

Prum

Batara nila

Prum

Batara nila

Prum

Batara nila

Jl Kapten Abdul Haq

22 Waydadi Waydadi Waydadi Waydadi Jl Pembangunan Waydadi

23 Tempel

gotong

royong

Tempel

gotong

royong

Tempel

gotong

royong

Tempel

gotong

royong

Kec Tanjung Karang

Pusat

24 Tempel

stasiun

Tempel

stasiun

Tempel

stasiun

Tempel

stasiun

Jl Untung Suropati

25 Tempel

Wayhalim

Tempel

Wayhalim

Tempel

Wayhalim

Tempel

Wayhalim

Jl Al-Ikhlas

26 Tempel

Cahaya

Tempel

Cahaya

Tempel

Cahaya

Tempel

Cahaya

Jl Urip Sumoharjo

27 Tempel

Sukarame

II

Tempel

Sukarame

II

Tempel

Sukarame

II

Tempel

Sukarame

II

Kel Sukarame

28 Tempel

Waykandis

Tempel

Waykandis

Tempel

Waykandis

Tempel

Waykandis

Jl Ratu Dibalau

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung

43

Lampiran 7 Output uji t untuk karakteristik responden

Lampiran 8 Output uji chi-square untuk karakteristik responden

Komoditi * Jenispasar Crosstabulation

Count

Jenispasar

Total Pasar perlakuan Pasar kontrol

Komoditi Beras 9 7 16

Minyak 11 6 17

Bahan 3 2 5

Bumbu-bumbuan 14 3 17

Sayur-sayuran 10 4 14

Umbi-umbian 3 1 4

Buah-buahan 6 1 7

Daging (sapi,kambing) 1 0 1

Ayam 4 2 6

Ikan 2 4 6

Telur dan susu 9 1 10

Pakaian 16 5 21

Tas 3 7 10

Sepatu 5 7 12

Kue 2 2 4

Lainnya 6 2 8

Total 104 54 158

Group Statistics

Jenispasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Umur pasar perlakuan 60 41,3000 10,41397 1,34444

pasar kontrol 30 44,6667 10,30344 1,88114

Pendidikan pasar perlakuan 60 10,3333 3,21894 ,41556

pasar kontrol 30 10,1333 2,43159 ,44395

Lamaberdagang pasar perlakuan 60 10,5000 7,32652 ,94585

pasar kontrol 30 12,5333 7,71802 1,40911

Ukurankios pasar perlakuan 60 44,6167 116,45165 15,03384

pasar kontrol 30 20,4333 17,93029 3,27361

Jumlahkios pasar perlakuan 60 1,1667 ,37582 ,04852

pasar kontrol 30 1,0000 ,00000 ,00000

Jumlahpembeli pasar perlakuan 60 22,5833 15,52722 2,00456

pasar kontrol 30 21,6000 7,82833 1,42925

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

90% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper

Umur Equal variances assumed ,120 ,730 -1,451 88 ,150 -3,36667 2,32052 -7,22419 ,49086

Equal variances not assumed -1,456 58,668 ,151 -3,36667 2,31219 -7,23090 ,49756

Pendidikan Equal variances assumed 3,386 ,069 ,300 88 ,765 ,20000 ,66691 -,90865 1,30865

Equal variances not assumed ,329 74,116 ,743 ,20000 ,60810 -,81289 1,21289

Lama

berdagang

Equal variances assumed ,030 ,864 -1,219 88 ,226 -2,03333 1,66762 -4,80550 ,73884

Equal variances not assumed -1,198 55,483 ,236 -2,03333 1,69712 -4,87225 ,80559

Ukuran kios Equal variances assumed 4,353 ,040 1,128 88 ,263 24,18333 21,44525 -11,46626 59,83293

Equal variances not assumed 1,572 64,433 ,121 24,18333 15,38613 -1,49378 49,86045

Jumlah kios Equal variances assumed 36,667 ,000 2,422 88 ,017 ,16667 ,06881 ,05228 ,28105

Equal variances not assumed 3,435 59,000 ,001 ,16667 ,04852 ,08559 ,24775

Jumlah

pembeli

Equal variances assumed 8,757 ,004 ,326 88 ,745 ,98333 3,01528 -4,02913 5,99580

Equal variances not assumed ,399 87,978 ,691 ,98333 2,46191 -3,10924 5,07591

44

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12,047a 13 ,524 Likelihood Ratio 12,758 13 ,467

Linear-by-Linear Association ,991 1 ,319

N of Valid Cases 90

a. 24 cells (85,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.

Crosstab

Count

Jenis pasar

Total pasar perlakuan pasar kontrol

Jenis kelamin laki-laki 20 12 32

perempuan 40 18 58 Total 60 30 90

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,388a 1 ,533 Continuity Correctionb ,152 1 ,697

Likelihood Ratio ,385 1 ,535

Fisher's Exact Test ,641 ,346 Linear-by-Linear

Association ,384 1 ,536

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,67.

Crosstab Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Letak_Kios di depan 27 9 36

Di dalam 33 21 54 Total 60 30 90

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-

sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1,875a 1 ,171

Continuity Correctionb 1,302 1 ,254

Likelihood Ratio 1,914 1 ,167 Fisher's Exact Test ,254 ,127

Linear-by-Linear Association 1,854 1 ,173

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

Count

Jenispasar

Total pasar perlakuan pasar kontrol

Status tempat usaha milik sendiri 1 6 7

sewa 46 21 67

lainnya 13 3 16

Total 60 30 90

45

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10,294a 2 ,006

Likelihood Ratio 10,065 2 ,007

Linear-by-Linear Association 7,249 1 ,007 N of Valid Cases 90

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.

Group Statistics

Jenis_Pasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Jumlah_Pembeli_Rumahtangga Pasar Perlakuan 60 78,61 27,834 3,593

Pasar Kontrol 29 57,24 33,370 6,197

Nilai_Pembelian_rumahtangga Pasar Perlakuan 60 73,83 32,604 4,209

Pasar Kontrol 29 53,79 34,991 6,498

Jumlah_Pembelian_restorancatering Pasar Perlakuan 60 7,65 18,279 2,360

Pasar Kontrol 30 21,33 27,004 4,930

Nilai_Pembelianrestoran Pasar Perlakuan 60 10,17 23,810 3,074

Pasar Kontrol 30 23,33 29,981 5,474

Jumlah_Pedagang_Keliling Pasar Perlakuan 60 ,92 4,999 ,645

Pasar Kontrol 30 ,00 ,000 ,000

Nilai_Pembelianpedagangkeliling Pasar Perlakuan 60 1,17 6,911 ,892

Pasar Kontrol 30 ,00 ,000 ,000

Jumlah_Pembelian_warung Pasar Perlakuan 60 12,82 24,285 3,135

Pasar Kontrol 30 23,33 32,835 5,995

Nilai_Pembelianwarung Pasar Perlakuan 60 14,83 27,074 3,495

Pasar Kontrol 30 24,67 34,011 6,210

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std.

Error Differ

ence

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Jumlah_Pembeli_ Rumahtangga

Equal variances assumed 2,557 ,113 3,179 87 ,002 21,370 6,723 8,007 34,734

Equal variances not assumed 2,983 47,450 ,004 21,370 7,163 6,964 35,777

Nilai_Pembelian_

rumahtangga

Equal variances assumed ,238 ,627 2,654 87 ,009 20,040 7,552 5,030 35,050

Equal variances not assumed 2,589 52,078 ,012 20,040 7,742 4,506 35,575

Jumlah_Pembelian_

restorancatering

Equal variances assumed 12,518 ,001 -2,839 88 ,006 -13,679 4,818 -23,254 -4,103

Equal variances not assumed -2,503 42,708 ,016 -13,679 5,466 -24,704 -2,653

Nilai_Pembelian

restorancatering

Equal variances assumed 6,558 ,012 -2,264 88 ,026 -13,167 5,815 -24,723 -1,610

Equal variances not assumed -2,097 47,837 ,041 -13,167 6,278 -25,790 -,543

Jumlah_Pedagang_

Keliling

Equal variances assumed 4,298 ,041 1,001 88 ,319 ,917 ,915 -,902 2,736

Equal variances not assumed 1,420 59,000 ,161 ,917 ,645 -,375 2,208

Nilai_Pembelian

pedagangkeliling

Equal variances assumed 3,563 ,062 ,922 88 ,359 1,167 1,265 -1,348 3,681

Equal variances not assumed 1,308 59,000 ,196 1,167 ,892 -,619 2,952

Jumlah_Pembelian_

warung

Equal variances assumed 10,787 ,001 -1,717 88 ,090 -10,517 6,127 -22,692 1,659

Equal variances not assumed -1,555 45,364 ,127 -10,517 6,765 -24,139 3,106

Nilai_Pembelianw

arung

Equal variances assumed 8,194 ,005 -1,489 88 ,140 -9,833 6,606 -22,961 3,294

Equal variances not assumed -1,380 47,923 ,174 -9,833 7,126 -24,161 4,495

Lampiran 9 Output uji chi-square untuk persaingan dan kinerja pedagang

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pemasok * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

46

Pemasok * Jenis_Pasar Crosstabulation Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Pemasok Produksi sendiri 11 3 14

Produksi orang/rumah tangga lain 3 7 10

Penyalur 12 9 21

Tengkulak (pedagang pengumpul) 1 0 1

Pasar induk 14 1 15

Grosir 19 10 29

Total 60 30 90

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13,117a 5 ,022 Likelihood Ratio 14,414 5 ,013

Linear-by-Linear

Association ,825 1 ,364

N of Valid Cases 90

a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5,000a 2 ,082 Likelihood Ratio 7,790 2 ,020

Linear-by-Linear

Association 4,797 1 ,029

N of Valid Cases 90

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sumber_Modal * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

Sumber_Modal * Jenis_Pasar Crosstabulation

Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Sumber_Modal Modal sendiri 48 27 75

Meminjam dari saudara 5 0 5

Meminjam dari teman/tetangga 3 0 3

Bank swasta 3 3 6

Bank pemerintah 1 0 1

Total 60 30 90

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

Metode_Pembayaran * Jenis_Pasar Crosstabulation Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Metode_Pembayaran Kontan 51 30 81

Kredit 1 0 1

Konsinyasi 8 0 8

Total 60 30 90

47

Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar Crosstabulation

Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Pesaing_Terberat Pedagang lain di dalam pasar 14 7 21

Minimarket 0 2 2

Pasar modern 3 0 3

Pasar tradisional lain 6 1 7

Total 23 10 33

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6,846a 3 ,077

Likelihood Ratio 8,010 3 ,046

Linear-by-Linear Association 1,279 1 ,258 N of Valid Cases 33

a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,61.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Strategi * Jenis_Pasar 90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

Strategi * Jenis_Pasar Crosstabulation

Count

Jenis_Pasar

Total Pasar Perlakuan Pasar Kontrol

Strategi Barang diantar ke rumah 3 4 7

Memberikan diskon harga 8 2 10

Kios selalu dijaga kebersihannya 7 9 16

Jenis dagangan diperbanyak 2 8 10

Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) 6 1 7

Lainnya sebutkan 34 6 40 Total 60 30 90

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 23,360a 5 ,000

Likelihood Ratio 23,507 5 ,000

Linear-by-Linear Association 9,487 1 ,002 N of Valid Cases 90

a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5,490a 4 ,241

Likelihood Ratio 8,242 4 ,083 Linear-by-Linear Association ,238 1 ,626

N of Valid Cases 90

a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pesaing_Terberat * Jenis_Pasar 33 36,7% 57 63,3% 90 100,0%

48

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar 75 83,3% 15 16,7% 90 100,0%

Penyebab_Kelesuan_Usaha * Jenis_Pasar Crosstabulation

Count

Jenis_Pasar

Total

Pasar

Perlakuan

Pasar

Kontrol

Penyebab_Kelesuan_

Usaha

Daya beli masyarakat menurun 19 6 25

Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain

dalam pasar tradisional 15 7 22

Kondisi pasar yang buruk 2 0 2

Faktor iklim 1 3 4

Letak kios yang tidak strategis 1 1 2

Pasar tradisional yang semakin banyak 6 1 7

Meningkatnya harga sewa kios 1 0 1

Usia penjual 1 1 2

Meningkatnya persaingan dengan pasar modern 3 0 3

Harga dari pemasok lebih tinggi 1 1 2

Akses kredit yang bertambah sulit 0 2 2

Semakin sulit mendapatkan persediaan barang 0 1 1

Meningkatnya persaingan dengan minimarket 0 2 2 Total 50 25 75

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 19,021a 12 ,088

Likelihood Ratio 21,843 12 ,039

Linear-by-Linear Association 4,716 1 ,030 N of Valid Cases 75

a. 22 cells (84,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.

Lampiran 10 Paired t test pasar perlakuan Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Omzetsetelah 1,20 60 ,443 ,057

Omzet sebelum 1,43 60 ,563 ,073

Pair 2 Keuntungansetelah 1,07 60 ,252 ,032

Keuntungansebelum 1,38 60 ,524 ,068

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Omzet setelah &Omzetsebelum 60 ,461 ,000

Pair 2 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 60 ,060 ,649

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std.

Error Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Omzet setelah – Omzet sebelum -,233 ,533 ,069 -,371 -,096 -3,394 59 ,001

Pair 2 Keuntungan setelah – Keuntungan sebelum -,317 ,567 ,073 -,463 -,170 -4,324 59 ,000

49

Lampiran 11 Paired t test pasar kontrol Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Omzet setelah 1,40 30 ,621 ,113

Omzet sebelum 1,83 30 ,648 ,118

Pair 2 Keuntungansetelah 1,30 30 ,535 ,098

Keuntungansebelum 1,63 30 ,556 ,102

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Omzet setelah &Omzet sebelum 30 ,428 ,018

Pair 2 Keuntungansetelah & Keuntungansebelum 30 ,267 ,154

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Omzet setelah –Omzet sebelum -,433 ,679 ,124 -,687 -,180 -3,496 29 ,002

Pair 2 Keuntungansetelah – Keuntungansebelum -,333 ,661 ,121 -,580 -,087 -2,763 29 ,010

Lampiran 12 Korelasi antar variabel

Correlations

Ukuran_Kios Umur Lama_Berdagang Jumlah_Pembeli Pendidikan Jarak Diversifikasi_Produk Makanan_Segar Produk_Olahan Letak_Kios

Spearman's

rho

Ukuran_Kios Correlation Coefficient 1,000 ,002 -,012 -,025 ,122 ,005 ,189 -,296** ,180 -,135

Sig. (2-tailed) . ,988 ,909 ,814 ,251 ,963 ,074 ,005 ,089 ,205

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Umur Correlation Coefficient ,002 1,000 ,517** ,064 -,296** -,176 ,164 ,176 ,184 ,055

Sig. (2-tailed) ,988 . ,000 ,551 ,005 ,097 ,122 ,097 ,082 ,606

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Lama_Berdagang Correlation Coefficient -,012 ,517** 1,000 ,206 -,200 -,151 ,029 ,092 ,114 -,089

Sig. (2-tailed) ,909 ,000 . ,051 ,059 ,156 ,784 ,390 ,285 ,402

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Jumlah_Pembeli Correlation Coefficient -,025 ,064 ,206 1,000 -,186 -,089 ,038 ,076 ,289** -,296**

Sig. (2-tailed) ,814 ,551 ,051 . ,079 ,404 ,723 ,477 ,006 ,005

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Pendidikan Correlation Coefficient ,122 -,296** -,200 -,186 1,000 ,061 -,064 -,372** ,065 -,078

Sig. (2-tailed) ,251 ,005 ,059 ,079 . ,571 ,547 ,000 ,544 ,467

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Jarak Correlation Coefficient ,005 -,176 -,151 -,089 ,061 1,000 -,142 ,000 ,000 -,144

Sig. (2-tailed) ,963 ,097 ,156 ,404 ,571 . ,183 1,000 1,000 ,175

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Diversifikasi_Produk Correlation Coefficient ,189 ,164 ,029 ,038 -,064 -,142 1,000 -,142 ,331** ,082

Sig. (2-tailed) ,074 ,122 ,784 ,723 ,547 ,183 . ,183 ,001 ,443

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Makanan_Segar Correlation Coefficient -,296** ,176 ,092 ,076 -,372** ,000 -,142 1,000 -,500** ,096

Sig. (2-tailed) ,005 ,097 ,390 ,477 ,000 1,000 ,183 . ,000 ,367

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Produk_Olahan Correlation Coefficient ,180 ,184 ,114 ,289** ,065 ,000 ,331** -,500** 1,000 -,096

Sig. (2-tailed) ,089 ,082 ,285 ,006 ,544 1,000 ,001 ,000 . ,367

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

Letak_Kios Correlation Coefficient -,135 ,055 -,089 -,296** -,078 -,144 ,082 ,096 -,096 1,000

Sig. (2-tailed) ,205 ,606 ,402 ,005 ,467 ,175 ,443 ,367 ,367 .

N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

50

Lampiran 13 Output ordinal logistic regression

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 115,014 Final 92,963 22,051 9 ,009

Link function: Logit.

Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 160,435 169 ,669

Deviance 92,963 169 1,000

Link function: Logit.

Pseudo R-Square

Cox and Snell ,217 Nagelkerke ,301

McFadden ,192

Link function: Logit.

Parameter Estimates

Estimate

Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Threshold [Omzet = 1] 5,572 1,960 8,079 1 ,004 1,730 9,414

[Omzet = 2] 8,104 2,097 14,928 1 ,000 3,993 12,215

Location Ukuran_Kios -,004 ,005 ,654 1 ,419 -,014 ,006

Lama_Berdagang -,020 ,038 ,262 1 ,609 -,095 ,055

Jumlah_Pembeli ,052 ,024 4,915 1 ,027 ,006 ,099

Pendidikan ,197 ,108 3,315 1 ,069 -,015 ,409

Jarak -1,094 ,590 3,436 1 ,064 -2,251 ,063

Diversifikasi_Produk ,721 ,646 1,244 1 ,265 -,546 1,987

Makanan_Segar 2,521 ,945 7,116 1 ,008 ,669 4,373

Produk_Olahan 1,325 ,917 2,085 1 ,149 -,473 3,123

Letak_Kios ,303 ,660 ,210 1 ,647 -,992 1,597

Link function: Logit.

51

DAFTAR PERTANYAAN

UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL

Tanggal wawancara : ___________________ Jam : _________________________________________________________

Pewawancara : __________________________________________________________________________________

Situasi Wawancara : __________________________________________________________________________________

Nama Pasar : ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________

Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu)

Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu)

a. 200 m atau kurang c. 501 m – 1.000 m e. 2.501 m – 5.000 m b. 201 m – 500 m d. 1.001 m – 2.500 m f. 5.001 m – atau lebih, sebutkan: __________ km

Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini, adalah (jenis, nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu)

Catatan :

1 Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 3 tahun

a. Satu buah b. Dua buah c. Tiga buah d. Lebih dari 3 buah, sebutkan: __________________ buah

a. Department store Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ b. Supermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ c. Hypermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________

52

Lampiran 14 Kuisioner Penelitian Lampiran 14 Kuisioner Penelitian

2

Petunjuk umum:

Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden

Beri check mark (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden

Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban

Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka, yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden

I. IDENTIFIKASI RESPONDEN

1. Nama responden:

___________________________

2. Umur responden: a. __________ tahun b. Tidak tahu

3. Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan

4. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan: ____________ tahun

5. Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan) a. Utama (langsung ke pertanyaan 6)

b. Kedua, Sebutkan**:

Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha)

**Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.

53

3

6. Jumlah anggota keluarga (termasuk responden):_____ orang

7. Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini:______m (atau isi kotak di bawah ini)

Yang terdiri dari:

Laki Perempuan

Dewasa (>18 tahun) Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn)

Total

Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1.000 m d = 1.001 m – 2.500 m e = 2.501 m – 5.000 m f = > 5.000 m

II. RIWAYAT USAHA

8. Sejak kapan berdagang di pasar

tradisional ini: 9. Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini)

Bulan: ______________ Tahun: ______________

Kode letak Saat ini Saat awal berdagang a = Di depan & lantai

bawah

b = Di dalam & lantai bawah

c = Di depan & lantai atas

d = Di dalam &lantai atas

10. Status tempat usaha (saat awal berdagang): 11. Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri, harga per m2____________ a. Milik sendiri, harga per m2______________

b. Sewa, sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th b. Sewa, sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th

c. Lainnya, sebutkan: ___________________ c. Lainnya, sebutkan: ____________________________

54

4

12. Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi), besar retribusi tersebut, dan pemungutnya?

Jenis retribusi Nilai 1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi Pemungut Kwitansi: 1=ada,

2= tidak ada

Kios Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun*

Kebersihan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Keamanan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun

13. Nilai inventarisasi (jumlah kios, harta benda, truk dll) usaha anda:Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini)

Kode nilai a = < Rp. 1.000.000

b = Rp. 1.000.100 – Rp 4.000.000

c = Rp. 4.000.100 – Rp 7.000.000

d = Rp. 7.000.100 – Rp 10.000.000

e = Rp. 10.000.000 ke atas

f = Tidak Tahu

* Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun

55

5

III. KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013

Setelah adanya pasar modern Sebelum adanya pasar modern

14a.

Ukuran tempat berdagang:_______m x ______m = ________ m

2 14b.

Ukuran tempat berdagang:_____m x_____m = _____ m

2

15a.

Jumlah kios yang anda miliki_________________kios

15b.

Jumlah kios yang anda miliki__________________kios

16a Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban

diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan

A = Beras

Urutan 1 2 3 4 5

B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian

N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan

16b. Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban

diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar) Kode Jenis dagangan

A = Beras

Urutan 1 2 3 4 5

B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi, kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian

N = Tas O = Sepatu P = Kue Q = lainnya, sebutkan

56

6

17a. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha

bapak/ibu?___________orang

17b. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu ? __________orang

Apakah mereka diupah atau tidak?

Laki Perempuan

Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total

Apakah mereka diupah atau tidak?

Laki Perempuan

Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total

18a. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:_______orang per hari

18b. Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari?

Pembeli:_______orang per hari

19.a Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios

bapak/ibu per hari adalah:

Laki-laki % Perempuan %

100%

19b. Berdasarkan jenis kelamin, pembeli yang berbelanja di kios

bapak/ibu per hari adalah:

Laki-laki % Perempuan %

100%

20a. Dilihat dari segmen pembeli, pembeli terbanyak menurut persentase

jumlah pembeli dan nilai penjualan?

20b. Dilihat dari segmen pembeli, siapa pembeli paling banyak?

(dibandingkan dengan tahun 2008)

57

7

Jumlah pembeli Nilai penjualan

Rumah Tangga % % Restoran/Catering % % Pedagang keliling % % Warung % % Lainnnya, sebutkan

% %

100% 100%

Jumlah pembeli 1=lebih tinggi

2=sama

3=lebih rendah

Nilai

penjualan 1=lebih tinggi

2=sama

3=lebih rendah Rumah Tangga

Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya, sebutkan

21a.

Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan

berdasarkan 3 pilihan utama)

21b.

Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan

berdasarkan 3 pilihan utama)

Kode

A = Barang diantar ke rumah

Urutan

1

2

3

B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak

E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan

Kode

A = Barang diantar ke rumah

Urutan

1

2

3

B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak

E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya, Sebutkan

58

57

58

8

22a.

Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (Jawaban

diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)

22b.

Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)

Kode Kode

A Produksi sendiri urutan 1 2 3

A Produksi sendiri urutan 1 2 3

B Produksi orang/rumahtangga lain B Produksi orang/rumahtangga lain

C Penyalur C Penyalur

D Tengkulak (pedagang pengumpul) D Tengkulak

E Pasar induk E Pasar induk

F Grosir (makro/.............................................)* F Grosir (makro/.........................)*

G Lainnya, sebutkan: ___________________ G Lainnya, sebutkan: ___________

23a.

Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara

pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)

23b.

Untuk pengadaan barang-barang tersebut, bagaimana cara

pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai

terbesar) Kode Kode

A Kontan Urutan 1 2 3

A Kontan

urutan 1 2 3

B Kredit B Kredit

C Konsinyasi C Konsinyasi

D Lainnya, sebutkan: ______ D Lainnya, sebutkan: _________

59

59

9

24a. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan

3 nilai terbesar)

24b. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan

berdasarkan 3 nilai terbesar)

Kode Kode

A Modal sendiri urutan 1 2 3

A Modal sendiri

urutan 1 2 3

B Meminjam dari saudara B Meminjam dari saudara

C Meminjam dari teman/tetangga C Meminjam dari teman/tetangga

D Bank swasta (sebutkan ) D Bank swasta ( )

E Bank pemerintah (sebutkan ) E Bank pemerintah ( )

F Rentenir/pelepas uang F Rentenir/pelepas uang

G BPR/bank pasar G BPR/bank pasar

H Koperasi H Koperasi

I Lainnya, sebutkan: ______________ I Lainnya, sebutkan: ______

25a. Berapa rata-rata omzet dagangan per hari?Rp.________________

(atau isi kotak jawaban di bawah ini) 25b. Berapa omzet dagangan per hari?Rp._______________

(atau isi kotak jawaban di bawah ini)

60

10

Kode

a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d = Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f = Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000

g = Rp. 10.001.000 ke atas

Kode

a = Rp. 100.000 atau kurang b = Rp. 101.000 – Rp. 500.000 c = Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 d= Rp. 1.001.000 – Rp. 3.000.000 e = Rp. 3.001.000 – Rp. 5.000.000 f=Rp. 5.001.000 – Rp. 10.000.000

g = Rp. 10.001.000 ke atas

26a. Berapa rata-rata keuntungan bersih per

hari?Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini) 26b. Berapa rata-rata keuntungan bersih per

hari?Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah

ini)

Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f = Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas

Kode a = Rp. 25.000 atau kurang b = Rp. 25.100 – Rp 100.000 c = Rp. 101.000 – Rp. 300.000 d = Rp. 301.000 – Rp. 500.000 e = Rp. 501.000 – 1.000.000 f= Rp. 1.001.000 – Rp. 2.500.000 g = Rp. 2.501.000 ke atas

61

IV. PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA SEBELUM TERDAPAT PASAR MODERN

27. Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir

1 = Maju

2 = Mundur

3 = Tetap Tempat usaha

Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan

28. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam lima tahun terakhir

Faktor penyebab 1=Maju; 2=Mundur Alasan

V. PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR MODERN/HYPERMARKET

29. Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan pasar modern/hypermarket di sekitar pasar tradisional ini?

a. Ya

b. Tidak

62

12

30. Dengan adanya pasar modern/hypermarket tersebut, apakah ada perubahan dalam berusaha?

1=Maju; 2=Mundur;3=Tetap

Tempat usaha

Omzet Varietas Keuntungan Lainnya, sebutkan

31. Dalam melakukan kegiatan usaha, lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada pasar modern?

Kode A = sebelum ada pasar modern B = sama saja C = setelah ada pasar modern

32. Faktor-faktor apa saja (selain pasar modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:

Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan Masalah premanisme

Kondisi pasar tradisional yang kotor, becek, sempit, panas, dan pengap

Lainnya, sebutkan: ____________________________

33. Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?

√ Bisa menawar Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya, sebutkan:______________________________________

63

13

34. Menurut Bapak/Ibu, mengapa orang lebih suka pergi ke pasar modern/hypermarket? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi)

Kode A = Harga lebih murah

urutan 1 2 3

B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai, debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya, sebutkan:______________________________

35. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern/hypermarket terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum?

a. Pasar modern/hypermarket merugikan. Alasannya: __________________

b. Pasar modern/hypermarket membantu/menguntungkan. Alasannya: _____

c. Lainnya. Sebutkan: ____________________________________________

36. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern?

a. Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________

b. Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________

37. Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya pasar ritel modern? Sebutkan secara terinci

dan prioritasnya!

a. __________________________________________________________________________________

b. __________________________________________________________________________________

c. __________________________________________________________________________________

d. __________________________________________________________________________________

e. __________________________________________________________________________________

64

14

VI. HARAPAN

Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha, baik harapan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah,

pengelola pasar, atau instansi lainnya?

Harapan terhadap pemerintah pusat:________________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________________________________________

Harapan terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________________________________________

Harapan terhadap pengelola pasar tradisional : ________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________________________________________

Harapan terhadap pengelola ritel modern: ___________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________________________________________

65

66

Lampiran 15 Dokumentasi

Pasar Tempel Rajabasa Pasar Tempel Rajabasa

Pasar Koga Pasar Koga

Pasar Panjang Pasar Panjang

67

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ratna Melyasari lahir pada tanggal 17 Juli 1992 di Bandar

Lampung. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan

Anhar dan Pertiwiati. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diawali dari bangku

sekolah dasar di SD AL-Azhar 2 Bandar Lampung, selanjutnya meneruskan

pendidikan lanjutan pertama di SMPN 4 Bandar Lampung dan lulus pada 2007.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 10 Bandar Lampung dan

lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi negeri yaitu Institut

Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) KEMALA

IPB dan DPM FEM IPB. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa

kegiatan kepanitiaan dan pelatihan seperti Hipotex-R, BTV KEMALA IPB,

pelatihan karya tulis ilmiah, pelatihan kepemimpinan, dan pelatihan jurnalistik.