dampak istri yang bekerja terhadap keharmonisan …
TRANSCRIPT
DAMPAK ISTRI YANG BEKERJA TERHADAP
KEHARMONISAN RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS KELURAHAN DURIAN LUNCUK)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh :
ZUHIR AL MUNTASI
NIM : UB 150137
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
i
ii
iii
MOTTO
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”, (QS. AN-Nisa: 32).1
1 Tim Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur‟an, Al-qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2006), 108.
iv
v
ABSTRAK
Penelitaian ini dilatar belakangi oleh aktivitas bekerja, pembagian kerja
terbagi dua yaitu bekerja di ranah domestik dan publik, aktivitas bekerja domestik
adalah aktifitas yang berada didalam rumah seperti memasak, menyiapkan
makanan keluarga, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Pekerjaan yang
dilakukan oleh perempuan di durian luncuk cukup berat dan menyita waktu,
sehingga waktu untuk bersama keluarga berkurang, pekerjaan rumah terkadang
teraabaikan termasuk dalam hal mengurusi keperluan suami dan anak-anak.
Banyak anak-anak yang mayoritas ibunya bekerja kurang terurus secara baik di
karenakan seorang ibu yang sibuk bekerja hingga tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk mengurus dan menjaga anaknya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif, dengan mendeskripsikan dampak isteri yang bekerja terhadap
keharmonisan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan sumber data person,
place, dan paper. Pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi, teknik analisis data yaitu reduksi data, penyortiran data, dan
penyajian data.
Berdasarkan penelitian ini maka penulis menemukan bahwa faktor
pendorong istri bekerja disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebutuhan bekerja
di durian luncuk secara umum ada berbagai faktor yaitu faktor ekonomi, faktor
pendidikan, faktor gaya hidup, kebutuhan aktualisasi, diri serta faktor budaya,
semua itu terjadi pada dasarnya menjadi alasan atau dorongan yang menyebabkan
isteri lebih memilih bekerja. Dampak terhadap kehidupan sosial bermasyarakat
antara lain: kurang aktif dalam mengikuti kegiatan arisan, kurang rutin dalam
mengikuti kegiatan keagamaan, jarang aktif di organisasi, tidak bisa selalu
mengikuti hajatan acara perkawinan, harus izin kerja jika ada kegitan kematian.
Dampak isteri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga itu ada
beberapa macam dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif, dampak
positifnya yaitu menambah penghasilan rumah tangga, terbangun rasa saling
pengertian antar anggota keluarga. Dampak Negatifnya Waktu untuk berkumpul
dengan keluarga menjadi terbatas, adanya beban kerja ganda yang ditanggung
oleh pekerja perempuan, kurangnya waktu komunikasi antar anggota keluarga,
dan terjadinya konflik.. Akhirnya penulis Merekomendasikan kepada masyarakat
kelurahan Durian Luncuk agar selalu menjaga keharmonisan rumah tangga,
keutuhan keluarga, membina kehidupan sosial masyarakat yang baik, memelihara
nilai-nilai dalam berumah tangga.
vi
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan keridhoan Allah Swt dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini
saya persembahkan kepada :
Ayahanda M.Hijazi dan ibunda Suryati, Kakak Saya Irnawati,Sibni,Nuria Lestari,
Serta seluruh keluarga, Terimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tak
terhingga kepada penulis, baik lahir maupun batin.
Semoga kita selalu bahagia dan mendapat ridho dari Allah Ta‟ala dalam setiap
langkah kehidupan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Dampak Isteri Yang Bekerja
Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga(Studi Kasus Kelurahan Durian
Luncuk)”.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Pihak yang selalu memberi arahan yang bermanfaat sehingga selalu
menimbulkan semangat baru.
Serta dorongan dan motivasi dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak M.Junaidi Habe SA.g.MSi, selaku pembimbing I dan Ibu Nurbaiti.SA.g.MFil.I selaku Pembimbing II yang selalu memberi bimbingan dan arahan yang bermanfaat.
2. Bapak Drs. Ibrahim Syukur selaku Pembimbing Akademik (PA)
3. Bapak Sya‟roni,S.Ag.,M.Pd selaku ketua jurusan dan Ibu Neneng Nurhasana
sebagai sekretris Program Studi bimbingan penyuluhan islam (BPI ) Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Samsu, S.Ag.,M.Pd.,P.hd, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum selaku
Dekan, Wakil Dekan I, II, II Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. H. Su‟aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Pengembangan Lembaga, Bapak Dr.H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadhillah, M.Pd
selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang selalu dengan ikhlas memberi ilmu pengetahuan kepada
penulis.
8. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi beserta Staf-stafnya. Teman-teman seperjuangan BPI angkatan 2015,
teman-teman Mahasiswa/I Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam, serta teman-teman KKN posko 30
viii
ix
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut
dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj.2 Perkawinan menurut hukum Islam
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miithaaqan ghaliizan untuk
menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan suatu bentuk ibadah..3
Dalam UU perkawinan di Indonesia, Adapun dalam Undang-Undang
RepublikIndonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan, dan Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam yang
merumuskan demikian: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorangwanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
Definisi ini tampak lebih lebih jelas secara tegas dibanding dengan definisi
perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merumuskannya sebagai
berikut: Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat mitsaqan ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakanya merupakan ibadah. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-
Qur'an yang artinya kawin, Sebagaimana termaktub dalam surah Ar Ruum : 21
“(Dan) di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum: 21).5
2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia. (Jakarta:Kencana, 2007), 35.
3 Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.
(Jakarta:Gema insani press, 1994),78. 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan
Kompilasi Hukum Islam. (Surabaya: sinarsido utama. 2015), 3. 5 Tim Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur‟an, Al-qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2006), 572.
2
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia di ciptakan Allah SWT saling berpasang-
pasangan, dengan tujuan agar satu sama lain saling membantu, tidak terkecuali
dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu menjadi jelas bahwa perbuatan saling
menolong atau sosial kepada sesama manusia di atas bumi ini merupakan
perbuatan yang terpuji dan di anjurkan oleh Islam. Dengan pengertian seperti ini
dapat dipahami bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
hal pekerjaan (nafkah), sebagai mana yang di pahami oleh para mufasir klasik.6
Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini harus melakukan upaya agar
dirinya dapat bertahan hidup agar dapat mengabdi kepada Allah SWT. dengan
tenang dan layak. Karena itu seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan
harus berusaha agar dirinya dapat bertahan hidup dengan mencari nafkah. Karena
sifat sosial yang demikian, manusia sering membagi tugas agar segala kebutuhan,
baik yang primer maupun yang sekunder dapat dicapai secara bersamaan. Dari
situlah adanya pembagian tugas, ada yang mencari nafkah, ada yang mempersiap-
kan makanan, pakaian dan lainnya. Dan hal seperti ini biasanya terjadi apabila
manusia hidup berkumpul, berkeluarga. akan tetapi bila kondisinya lain, seperti
hidup secara mandiri dan belum atau tidak berkeluarga, maka untuk memenuhi
kebutuhan dirinya, manusia harus bekerja sendiri dan mempersiapkan segala
sesuatunya secara sendiri.
Berdasarkan dari gambaran tersebut tentunya mengenai masalah
perempuan bekerja, tidak menjadi masalah, karena perempuan juga manusia yang
harus mempertahankan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah SWT dan
mengharapkan kehidupan yang layak, baik di dunia maupun di akhirat.
Berbagai informasi yang menyebutkan bahwa perempuan pada masa Nabi
Muhammad SAW juga bekerja dalam berbagai profesi dapat dikemukakan di sini
antara lain:
Ummi Salam binti Malhan yang berprofesi sebagai perias pengantin. Dia
pernah merias Shafiah binti Huyayy, istri Nabi Muhammad SAW. Qaylah Ummi
Bani Anmar, sebagai perempuan yang pernah dating kepada Nabi Muhammad
6Muhibbin,. Pandangan Islam Terhadap Perempuan (Semarang, Rasail Media
Group,Tt), 92.
3
SAW. khusus untuk menanyakan tentang hal ihwan jual beli, karena dia ingin
melakukan jual beli yang di benarkan oleh syari'at Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu istri Nabi Muhammad SAW sendiri, Zainab bint Jahsy juga
sebagai perempuan yang aktif bekerja bahkan sampai menyamak kulit dan
kemudian hasilnya banyak disumbangkan kepada kaum duaffa. dan hal tersebut
tidak dilarang oleh suaminya, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Demikian juga Raythah, istri Abdullah bin Mas'ud juga bekerja untuk
membiayai hidupnya dan keluarganya, karena pada saat itu suami dan anaknya
tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan primernya.
Pada zaman kholifah 'Umar bin al-Khathab pernah tercatat seorang
perempuan bekerja sebagai seorang petugas yang mengurusi sebuah pasar, yaitu
Al-Syifa.7 Dunia kapitalisme telah menuntut semua manusia untuk lebih bisa
survive mempertahankna kehidupan, meningkatkan kualitas kehidupan sosial.
Sehingga terhadap ragam yang di pengaruhi oleh kapitalisme ini. Salah
satunya adalah lahirnya Feminimisme yang melahirkan gerakan Kesatuan Gender
di segala bidang. Di Indonesia sendiri Gerakan Nasional ini disebut dengan
Pengarus Utamaan Gender (PUG) dimana kesempatan akses bagi perempuan
telah membuka peluang bagi perempuan untuk bisa bekerja atau beraktifitas
secara produktif., akan tetapi bukan berarti hal ini telah menyelesaikan sebuah
permasalahan sebagai perempuan atas kebutuhan sehari-hari yang dinilai lebih
bersifat konsumtif.
Dengan mayoritas pekerjaan masyarakat kelurahan Durian luncuk sebagai
Petani Karet yang penghasilannya sangat kecil dibandingkan dengan pengeluaran
untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-harinya. Dengan kondisi kehidupan
yang kekurangan, karena alasan ekonomi, bahkan tidak sedikit wanita di
kelurahan durian luncuk yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga seperti
petani Karet , buruh Perusahaan, pembantu rumah tangga, dan asn.
Aktivitas bekerja terbagi dua yaitu bekerja di rana domestik dan publik,
aktivitas bekerja domestik adalah aktifitas yang berada didalam rumah seperti
7Muhibbin, Pandangan Islam Terhadap Perempuan (Semarang, Rasail Media Group,Tt),
96 – 99.
4
memasak, menyiapkan makanan keluarga, mencuci pakaian dan lain sebagainya,
aktivitas bekerja publik adalah aktivitas perempuan yang bekerja bukan saja
sebagai pelaksana terhadap pekerjaan rumah namun juga perempuanyang telah
berperan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan bidang-bidang lain di luar
rumah tangga,8 penelitian ini akan membahas tentang aktivitas bekerja di ranah
publik.
Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menggambarkan bahwa
Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan di durian luncuk cukup berat dan
menyita waktu, sehingga waktu untuk bersama keluarga berkurang, pekerjaan
rumah terkadang terabaikan termasuk dalam hal mengurusi keperluan suami dan
anak-anak . banyak anak-anak yang mayoritas ibunya bekerja kurang terurus
secara baik di karenakan seorang ibu yang sibuk bekerja hingga tidak mempunyai
waktu untuk mengurus dan menjaga anaknya. Berdasarkan latar belakang dan
pokok penelitian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “(Dampak Istri Yang Bekerja Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga
(Studi Kasus Kelurahan Durian Luncuk)”
B. Permasalahan
Pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana
Dampak istri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga? Pokok
masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian,
yaitu:
1. Bagaimana dinamika kehidupan istri bekerja di Kelurahan Durian Luncuk?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan istri bekerja di Kelurahan Durian
Luncuk?
3. Bagaimana dampak istri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga
di Kelurahan Durian Luncuk?
8 Sigit Ruswaningsih, “Aktivitas Domestik dan Publik Perempuan Kerja”,(TT) 91.
5
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya berbicara tentang dampak isteri yang bekerja
terhadap keharmonisan rumah tangga, bukan berarti membahas semua dampak
bekerja terhadap keluarga, melainkan hanya membhas dampak terhadap
keharmonisan. Selain itu penelitian ini juga dibatasi terhadap isteri yang bekerja
saja.
D. Tujun dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dinamika kehidupan istri bekerja di Kelurahan Durian Luncuk?
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan isteri bekerja di Kelurahan
Durian Luncuk?
3. Mengetahui dampak isteri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah
tangga?
Lebih jauh, penelitian ini juga dihaarapkan dapat mencapai kegunaan yang
bersifat teoritis dan juga praktis, yaitu;
1. Memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Fakultas Dakwah,
terutama Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
2. Memberikan informasi bagi peneliti mengenai Dampak Istri Yang Bekerja
Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga di kelurahan Durian Luncuk
Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi.
3. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat dibidang
sosiologi, ilmu sosial, penyuluh yang bekerja di dinas sosial dan panti-panti sosial
maupun pengembangan kemasyrakatan seperti LSM.
E. Kerangka Teori
Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya dampak isteri
yang bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga, metode untuk mengetahui
sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang penulis lakukan perlu disusun
kerangka teoritik. Kerangka teoritik adalah tuntunan untuk menyelesaikan
masalah dan menemukan prinsip-prinsip, hipotesis dan teori.
6
1. Konsep Dasar Wanita Bekerja
Problematika rendahnya kualitas sumber daya manusia secara nasional
yang cukup mendasar adalah sumber daya kaum perempuan,terutama di daerah-
daerah pedesaan dan pedalaman yang sulit tersentuh oleh pembanngunan dan
pembaharuan. Banyak kalangan menduga rendahnya sumber daya kaum
perempuan di Indonesia terjadi akibat ketidak adilan gender, sistem sosial budaya
tradisional yang lebih banyak berpihak pada kaum laki-laki, serta adanya
penafsiran terhadap ajaran agama yang lebih menguntungkan dan menempatkan
kaum laki-laki setingkat lebih tinggi dari kaum perempuan. Hal ini tentu saja
mengakibatkan sebagian kaum perempuan menjadi marginal dan di eksploitasi
oleh kaum laki-laki. Sangat menarik untuk dicermati, meskipun secara normatif
tidak ada diskriminasi terhadap perempuan di dalam proses pembangunan, pada
kenyataannya kelompok masyarakat yang mengisi lebih dari setengah warga
Negara ini telah tertinggal. Pokok persoalannya adalah karena kepentingan
mereka (kaum perempuan) telah terabaikan. Hal ini tercermin secara jelas dari
pengalaman intensifikasi sektor pertanian tahun 70-an yang dilakukan tanpa
memperhitungkan peran kaum perempuan. Intensifikasi yang dikemas dalam
ideologi modernisasi telah menyingkirkan kaum perempuan dari pertanian.
Dominasi perempuan dalam pertanian subsisten telah digeser oleh masuknya
modal. Akibatnya perempuan terlempar ke feri-feri dan sektor non-pertanian. Dan
semakin menjadi masalah, ketika sektor non-pertanian ternyata belum cukup siap
menampung mereka karena berbagai kendala eksternal maupun internal yang
inheren.9
Seperti halnya program pembinaan generasi muda, program peningkatan
peranan wanita inipun merupakan program koordinatif dengan istansi lain di
bawah koordinasi Menteri Negara Peningkatan Peranan Wanita. Dari segi
ketenagakerjaan program ini juga ditujukan untuk meningkatkan peran serta
wanita dalam kegiatan produktif, sehingga dapat membantu meningkatkan
9 Jamaludin Rabain, “Pandangan Islam terhadap wanita bekerja”, Jurnal Perempuan,
Agama dan Gender, 1:2, (Pusat Studi Wanita Islam UIN SUSKA Pekanbaru, Desember 2002),
66.
7
kesejahteraan keluarganya.10
Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 1969
tentang ketentuan ketentuan pokok mengenai ketenagakerjaan disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di luar
maupun di dalam hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penjelasan pasal tersebut menyebutkan pengertian tenaga kerja menurut
undang-undang ini meliputi “Tenaga kerja yang bekerja di luar maupun di dalam
hubungan kerja dengan alat produksi adalah tenaganya sendiri, baik fisik maupun
fikiran. Ciri khas dari hubungan kerja di atas adalah ia bekerja di bawah perintah
orang lain dengan menerima upah.11
Dalam pasal 27 ayat 2 Undang-undang dasar tahun 1945 menjelaskan
“tiap-tiap wargaa Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan” menjadi jelas bahwa tidak ada perbedaan pekerjaan dimata
hukum.12
Tenaga kerja disini bukan sebatas ditujukan kepada laki-laki saja, tetapi
lelaki dan perempuan mempunyai peran yang sama dalam bekerja apabila telah
mencapai uisia kerja. Suatu hal yang lucu di suatu Negara yang sedang
membangun apabila yang dimaksud dengan angkatan kerja itu adalah penduduk
usia kerja yang bekerja dan mencari pekerjaan untuk mendapatkan upah.
Sedangkan penduduk usia kerja yang tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia
menerima pekerjaan yang tersedia dianggap tidak menganggur dan tidak masuk
angkatan kerja. Hal ini berlaku umpamanya untuk ibu rumah tangga yang hanya
mengurus rumah tangga tidak dianggap menganggur dan tidak masuk angkatan
kerja. Konsep tenaga kerja yang demikian itu secara tidak sadar menjadikan
sebagian penduduk usia kerja hanya sebagai konsumen yang tidak produktif, yang
menjadi menjadi beban bagi angkatan kerja yang produktif. Kecilnya jumlah
10
Sendjun H. Manullang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Jakarta,
PT Rineka Cipta, 2001), 30-31. 11
Lalu Husni, pengantar Hukum KetenagaKerjaan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), 9. 12
Binangunnusoantoro, penjelasan pasal 27 ayat 2 tahun 1996, Diakses 19 Maret 2019 pukul
22:37 wib melalui https://binangunnusoantoro.wordpress.com
8
wanita yang masuk angkatan kerja mengakibatkan rendahnya partisipasi angkatan
kerja dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.
Perempuan memilih untuk bekerja karena penghasilan yang diperoleh
suami atau anggota keluarga laki-laki lain dalam rumah tangga tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Bekerja di sekitar rumah juga dilakukan sebagai suatu
strategi kaum perempuan dengan tujuan ganda yakni memperoleh penghasilan
sambil memastikan diri bahwa pekerjaan-pekerjaan domestik tetap terlaksana
sebagaimana diharapkan. Meskipun demikian, pekerjaan yang mereka lakukan
masih sering dipandang sebagai pengisi waktu luang atau pekerjaan sambilan
yang menunjukkan posisi ekonomi yang subordinat.13
2. Keharmonisan keluarga
a. Keluarga
1) Pengertian Keluarga
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga adalah lembaga
sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang.
Dimasyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang
universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunya
ikatan perkawinan dan kekeluargaan yang saling berinteraksi dan mempunyai
tujuan menciptakan dan mempertahanka budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis dan sosial anggota.14
2) Ciri-ciri Keluarga
13
Jamaludin Rabain, “Pandangan Islam terhadap wanita bekerja”, Jurnal
Perempuan,Agama dan Gender, 1:2, (Pusat Studi Wanita Islam UIN SUSKA Pekanbaru,
Desember 2002), 73. 14
Narwoko dan Suyanto, sosiologii teks daan terapan (Jakarta :kencana media grup
,2004), 36.
9
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari
suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Berikut ciri–ciri umum keluarga :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
c. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok
yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang tidak
mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
C. Tipe-Tipe Keluarga
Friedman dalam Khairuddin, menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga
dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar.15
1. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka, baik anak
kandung ataupun anak adopsi.
2. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi. tipe
keluarga ada dua yaitu keluarga utuh dan keluarga tidak utuh. Keluarga utuh yaitu
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal bersama dan saling
menyayangi dan memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan keluarga tidak utuh
yaitu keluarga yang hanya terdiri dari ayah dan anak, atau ibu dan anak karena
terjadinya perceraian.
D. Fungsi Keluarga
Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi
15
Friedman dalam Khairuddin,sosiologi keluarga, (Yogyakarta:liberty, 2002), 25.
10
yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam kehidupan
keluarga sering kita jumpai pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, hal itu
disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas
yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu. Pada umumnya, fungsi
yang dijalankan keluarga seperti melahirkan dan merawat anak, menyelesaikan
masalah dan saling peduli tidak berubah substansinya dari masa ke masa.
Menurut Ahmadi keluarga setidaknya memiliki beberapa fungsi dasar, antara
lain:
1. Fungsi afektif (biologis), yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam
berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
6. Fungsi keagamaan, yaitu keluarga yang berfungsi untuk menjalani dan
mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam pelakunya sebagai manusia
yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.16
Dari semua fungsi-fungsi keluarga tersebut terlihat bahwa keluarga
merupakan lembaga yang sangat vital dalam membangun karakter anak sebagai
buah dari pola yang dianut dalam keluarga tersebut. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan unsur terpenting dalamkehidupan sosial
masyarakat.
16
Ahmadi, psikologi sosial, (Jakarta:rineka cipta, 2009), 47.
11
b. Pengertian keharmonisan keluarga
Gunarsa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keluarga harmonis adalah
bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh
berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan menerima seluruh keadaan dan
keberadaan dirinya (eksistensi, aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental
dan sosial. Keluarga adalah unit kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi
tersendiri dan karena itu perlu ada kepala keluarga sebagai tokoh penting yang
mengemudikan perjalanan hidup keluarga yang diasuh dan dibinanya. Karena
keluarga sendiri terdiri dari beberapa orang, maka terjadi interaksi antar pribadi,
dan itu berpengaruh terhadap keadaan harmonis dan tidak harmonisnya pada salah
seorang anggota keluarga, yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-
pribadi lain dalam keluarga.17
Daradja juga mengemukakan bahwa keharmonisan suatu keluarga
merupakan suatu keadaan dimana anggota keluarga tersebut menjadi satu dan
setiap anggota menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing, terjalin kasih
sayang, saling pengertian, dialog dan kerjasama yang baik antara anggota
keluarga. Dengan demikian keharmonisan keluarga tersebut merasakan
kesejahteraan lahir dan batin.18
Menurut Mahali dalam Inggrid, keluarga yang harmonis adalah keluarga
yang dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan lebih
tentram. Keluarga merupakan tempat para penghuninya beristirahat dari suatu
kepenatan aktivitas, sehingga keluarga haruslah menyenangkan. Menurut Nick
keluarga harmonis merupakan tempat yang menyenangkan dan positif untuk
hidup, karena anggotanya telah belajar beberapa cara untuk saling
memperlakukan dengan baik. Anggota keluarga dapat saling mendapatkan
dukungan, kasih sayang dan loyalitas. Mereka dapat berbicara satu sama lain,
mereka saling menghargai dan menikmati keberadaan bersama.
17 Yulia Singgihgunarsa, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: Pt. Gunung
Mulia2000), 31. 18
Zakiah Daradjat, perawat jiwa anak-anak, (Jakarta: Pt Bulan Bintang 2009), 37.
12
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka keharmonisan keluarga yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu situasi atau kondisi keluarga dimana
terjalinnya kasih sayang, saling pengertian, dukungan, mempunyai waktu
bersama, adanya kerjasama, kualitas komunikasi yang baik dan minim terjadinya
konflik, ketegangan dan kekecewaan dalam rumah tangga.
c. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga
Kartono menjelaskan bahwa aspek-aspek keharmonisan di dalam keluarga
seperti adanya hubungan atau komunikasi yang hangat antar sesama anggota
keluarga, adanya kasih sayang yang tulus dan adanya saling pengertian terhadap
sesama anggota keluarga.19
Sementara Menurut Gunarsa ada banyak aspek dari
keharmonisan keluarga diantaranya adalah:
1) Kasih sayang antara keluarga.
Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena sejak
lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Dalam suatu
keluarga yang memang mempunyai hubungan emosianal antara satu dengan yang
lainnya sudah semestinya kasih sayang yang terjalin diantara mereka mengalir
dengan baik dan harmonis.
2) Saling pengertian sesama anggota keluarga.
Selain kasih sayang, pada umumnya para remaja sangat mengharapkan
pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling pengertian maka tidak akan
terjadi pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota keluarga.
3) Dialog atau komunikasi efektif yang terjalin di dalam keluarga
Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi dan banyak
waktu digunakan untuk itu. Dalam keluarga harmonis ada beberapa kaidah
komunikasi yang baik, antara lain :
a. Menyediakan cukup waktu. Anggota keluarga melakukan komunikasi yang
bersifat spontan maupun tidak spontan (direncanakan). Bersifat spontan, misalnya
berbicara sambil melakukan pekerjaan bersama, biasanya yang dibicarakan hal-
hal sepele. Bersifat tidak spontan, misalnya merencanakan waktu yang tepat untuk
19 Kartono, Sosiologi (Surakarta, pustaka cakra surakarta 2004), 48.
13
berbicara, biasanya yang dibicarakan adalah suatu konflik atau hal penting
lainnya. Mereka menyediakan waktu yang cukup untuk itu.
b. Mendengarkan Anggota keluarga meningkatkan saling pengertian dengan
menjadi pendengar yang baik dan aktif. Mereka tidak menghakimi, menilai,
menyetujui, atau menolak pernyataan atau pendapat pasangannya. Mereka
menggunakan feedback, menyatakan/menegaskan kembali, dan mengulangi per-
nyataan.
c. Pertahankan kejujuran Anggota keluarga mau mengatakan apa yang menjadi
kebutuhan, perasaan serta pikiran mereka, dan mengatakan apa yang diharapkan
dari anggota keluarga.
d. Mempunyai waktu bersama dan kerjasama dalam keluarga Keluarga
menghabiskan waktu (kualitas dan kuantitas waktu yang besar) di antara mereka.
Kebersamaan di antara mereka sangatlah kuat, namun tidak mengekang. Selain
itu, kerjasama yang baik antara sesama anggota keluarga juga sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari.20
4) Kesejahteraan spiritual
Keluarga mempunyai perasaan tentang adanya kekuasaan yang lebih besar
dalam hidup. Kepercayaan itu memberi makna dalam hidup. Anggota keluarga
meyakini Tuhan ada di tengah-tengah mereka dan mengatur segalanya. Mereka
memiliki cinta kasih dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari.
5) Minimalisasi konflik
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan
keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga
sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak
lagi menyenangkan.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga
Keharmonisan dalam suatu keluarga dapat terjadi karena adanya faktor-
faktor yang memberikan pengaruhnya. suasana rumah dapat mempengaruhi
keharmonisan keluarga, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Suasana rumah adalah kesatuan yang serasi antara pribadi-pribadi,
20
Kartono, Sosiologi (Surakarta, pustaka cakra surakarta 2004), 50.
14
kesatuan yang serasi antara orang-tua dan anak. Jadi suasan rumah yang
menyenangkan akan tercipta bagi anak bila terdapat kondisi:
a) Anak dapat merasakan bahwa ayah dan ibunya terdapat saling pengertian dan
kerjasama yang serasi serta saling mengasihi antara satu dengan yang lainnya.
b) Anak dapat merasakan bahwa orangtuanya mau mengerti dan dapat
menghayati pola perilakunya, dapat mengerti apa yang diinginkannya, dan
memberi kasih sayang secara bijaksana.
c) Anak dapat merasakan bahwa saudara-saudaranya mau memahami dan
menghargai dirinya menurut kemauan, kesenganan dan cita-citanya, dan anak
dapat merasakan kasih sayang yang diberikan saudara-saudaranya.
2. Kondisi ekonomi keluarga. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam sebuah
keluarga. Akibat banyaknya masalah yang ditemui karena kondisi keuangan yang
memprihatinkan ini menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak harmonis.
Banyaknya masalah yang dihadapi keluarga ini akan berpengaruh kepada
perkembangan mental anak, sebab pengalaman-pengalaman yang kurang
menyenangkan yang diperoleh anak di rumah, tentu akan terbawa pula ketika
anak bergaul dengan lingkungan sosialnya.21
e. Pengukuran Keharmonisan Keluarga
Memiliki keluarga yang harmonis merupakan impian dari seluruh anggota
keluarga, baik ayah, ibu maupun anak-anak. Namun membangun keluarga yang
harmonis bukanlah suatu perkara yang mudah, banyak rintangan yang
dihadapidalam menjalankan bahtera rumah tangga yang dapat menghambat
terciptanya keharmonisan keluarga. Tidak sedikit keluarga yang tidak mempu atau
gagal dalam usahanya untuk menjaga keutuhan, keharmonisan dan kebahagiaan
dalam keluarga tersebut. adapun hal-hal yang dapat diperhatikan dalam
melakukan pengukuran terhadap keharmonisan keluarga antara lain sebagai
berikut:
1. Fondasi agama Keluarga yang kuat selalu menyadari bahwa agama sebagai
sesuatu yang penting dalam menunjang keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.
21 Gunarsa, Anak remaja dan keluarga, (JakartA:Pt Gunung Mulia, 2000), 57.
15
Kedekatan dengan sang pencipta akan membentuk kepribadian mereka sehingga
akan memperoleh ketenangan jiwa, emosi, cinta dan kasih sayang.
2. Saling mencintai Rasa saling mencintai akan menyempurnakan kebahagiaan
dan membentuk suatu keharmonisan dalam suatu keluarga. Meski bukan satu-
satunya syarat, namun cinta tetap memiliki peran yang sangat penting untuk
membangun pernikahan yang kuat dan langgeng.
3. Memegang komitmen Keluarga yang bahagia dan harmonis dibangun atas
dasar komitmen yang kuat dan teguh. Komitmen yang kuat dan teguh ini akan
menjauhkan campur tangan pihak ketiga dalam otoritas keluarga. Dengan adanya
komitmen ini, maka tujuan utama dari keluarga yang dibangun dapat dicapai
bersama anggota keluarga itu sendiri.
4. Bertindak realistis Aspek ini dimaksudkan pada kenyataan-kenyataan yang
terjadi dalam membina hidup berkeluarga itu jauh dari apa yang dibayangkan
sebelumnya. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang kuat serta mampu
menyesuaikan diri dengan bertindak realistis tanpa kehilangan harapan untuk
mencapai suatu tujuan dimasa depan.
5. Memberi umpan balik (feedback) dan saling menasihati Setiap manusia dapat
berbuat kesalahan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun keluarganya.
Dalam sebuah keluarga, mungkin saja hal itu menjadi pemicu awal keretakan
rumah tangga. Keluarga yang harmonis memiliki kebiasaan untuk saling memberi
umpan balik dan nasihat dengan tujuan menjaga orang-orang yang dikasihinya
dari kemungkinan mengambil keputusan yang merugikan.
6. Kerja sama Keluarga yang harmonis memiliki kerja sama yang kuat dengan
masing-masing anggota keluarga yang lain. Mereka selalu mengupayakan untuk
melakukan berbagai kegiatan bersama-sama. Hal ini akan menciptakan sense of
belonging yang semakin memperkuat ikatan keluarga. 22
7. Komunikasi merupakan pilar utama dalam membina hubungan berkeluarga.
Terciptanya komunikasi efektif dalam keluarga semakin memperkokoh ikatan
batin di antara anggota keluarga tersebut. Keluarga yang bahagia berusaha untuk
22
Iwan, diakses pada 05 2018 pukul 21:00 melalui http://antoniusiwansblog.spot.co.id
16
mengedepankan komunikasi dalam mengatasi permasalahan maupun pengambilan
keputusankeputusan penting.
8. Mengelola ekonomi dengan baik Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga
dewasa ini adalah untuk mencari nafkah. Tidak bisa dipungkiri faktor ekonomi
tidak bisa dipandang remeh. Kemampuan mengatur dan mengelola ekonomi
keluarga secara bijak menjadi suatu keharusan agar bangunan keluarga tetap kuat,
kokoh dan mampu memenuhi kebutuhannya.
Para ahli sosiologi menjelaskan bahwa pengukuran keharmonisan keluarga
(kondisi rumah tangga) tergolong sebagai pengukuran gejala sosial yang
berkaitann dengan aspek budaya dan lingkungan sosial. Berdasarkan penjelasan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keharmonisan dalam suatu keluarga dapat
diukur dan diketahui melalui data yang diperoleh dari anggota keluarga tersebut.
Data yang diperoleh berasal dari instrumen penelitian (angket) yang
pengembangannya disesuaikan dengan aspek-aspek pembentuk dari keharmonisan
keluarga itu sendiri.
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap pasangan suami istri
karena dalam keharmonisanitu terbentuk hubungan yang hangatantaranggota
keluarga dan juga merupakan tempat yang menyenangkan serta positif untuk
hidup. Secara terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berarti
serasi, selaras. Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan selaras atau serasi.
Keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan. Keluarga perlu menjaga kedua hal tersebut untuk mencapai keharmo-
nisan.23
Adapun indikator-indikator keluarga harmonis menurut Islam adalah.24
a. Kehidupan beragama dalam keluarga.Yaitu:
1). Segi keimanan, keislamandan keihsanannya.
2). Dari segi pengetahuan agama mereka memiliki semangat belajar, memahami,
serta memperdalam ajaran agama, dan taat melaksanakan tuntunan akhlak mulia.
23
. Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), 250. 24
Musthofa dan Aziz, Untaian Mutiara buat Keluarga. (Yogyakarta: PustakaPelajar,
2001), 12-14.
17
3). Saling memotivasi dan mendukung agar keluarga dapat berpendidikan.
b. Kesehatan keluarga. Meliputi kesehatan anggota keluarga, lingkungan keluarga
dan sebagainya.
c. Ekonomi keluarga.
Terpenuhinya sandang, pangan, papan yang cukup,dapat mendapatkan dan
mengelola nafkah dengan baik. Hubungan antar anggota keluarga yang harmonis.
Saling mencintai,menyayangi, terbuka, menghormati, adil, saling membantu
saling percaya,saling bermusyawarah, dan saling memaafkan. Hubungan dengan
kerabatdan tetangga harus juga terbentuk.
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji suatu pengalaman, yang dilaksanakan dengan metode-metode ilmiah.25
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kajian terhadap dampak istri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah
tangga (studi kasus kelurahan durian luncuk) menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian Kualitatif adalah metode yang sistematis yang
digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada
manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-
metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah
generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas)
dan fenomena yang diamati.
Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Sumber datanya berasal dari penelitian
lapangan (fieldresearch) dan kepustakaan (liberary research).
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
Deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukandan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tersebut.26
Analisis Deskriptif Kualitatif bertujuan
25
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), 4. 26
Consuelo Sevila, Pengantar Metode Penelitian ( Jakarta :UI Pers, 2000), 7.
18
untu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang
tertentu, secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau struktur
fenomena.27
Kemudian dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara
konseptual atas sesuatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang
terkandung dalam pernyataan tersebut.
2. Setting dan subjek penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dalam hal ini adalah lokasi tempat penelitian lapangan dilakukan.
Pemilihan setting harus disertai pertimbangan tertentu, misalnya pertimbangan
rasional, praktis, ataupun ekonomis.28
Peneliti mengambil lokasi penelitian di
kelurahan Durian Luncuk kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari
Provinsi Jambi . Alasan mengambil kelurahan Durian Luncuk kecamatan Batin
XXIV Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi ini penulis pilih sebagai setting
penelitian, yaitu karena berdasarkan hasil observasi penulis, penulis menemukan
sesuatu yang sangat unik dan menarik. Terlebih lagi tempatnya yang strategis dan
ekonomis membuat penulis bisa mengunjungi setiap waktu, sehingga penulis bisa
mendapatkan data yang lebih akurat.
b. Subjek Penelitian
Subjek adalah responden dan imforman yang akan diminta keterangan.
Pemilihan subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang baik adalah subjek yang
lama terlibat aktif dalam medan dan aktivitas yang diteliti, cukup mengetahui,
memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang akan diteliti,
serta memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi secara benar kepada
peneliti. Dalam menentukan subjek penelitian ini penulis menggunakan Tekhnik
pengambilan sampel, yaitu menggunakan Nonprobabilility Sampling yaitu tekhnik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekhnik sampel ini meliputi,
27
Suharsini dan Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 245. 28
Tim Penyusun. Panduan Penulisan karya ilmiah mahasiswa Fakultas ushulluddin
IAIN STS Jambi. (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 59.
19
Sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.. 29
Dan dalam
penelitian ini menggunakan tekhnik sampling purposive, sampling purposive
adalah teknik penentuan dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan
penelitian tentang kualitas makanan, maka sumber datanya adalah orang ahli
makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel
sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.30
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subjek dimana data itu dapat di peroleh. Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari manusia, situasi/peristiwa dan dokumentasi.
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari subjek sebagaisumber informasi yang
dicari melalui observsi atau wawancara di lapangan. Data sekunder adalah data
yang diperoleh secara tidak langsung dan diperoleh dari objek lain. Seperti
dokumentasi, buku serta peristiwa lainnya yang bersifat lisan maupun tulisan.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang tepat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tiga teknik yang dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan
datanya dapat dipertanggung jawabkan, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja panca indra penglihatan serta dibantu dengan
panca indra lainnya.31
Dalam observasi ini peneliti mengamati dampak istri yang
bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga.
b. Wawancara
29
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2015), 218. 30
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2015), 85. 31
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi Dan
Kebijakan Public, (Jakarta: Kencana, 2005), 133.
20
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan melalui
secara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan informan. Sebelum wawancara
dilakukan pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan data yang
akan di peroleh ataupun data yang dibutuhkan. Wawancara merupakan proses
Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.32
Teknik wawancara mendalam digunakan untuk
mengetahui secara mendalam tentang barbagai informasi yang terkait dengan
persoalan yang sedang di teliti kepadapihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi secara utuh tentang persoalan yang akan diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
documenter, berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda ataupun
jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang akan
diteliti.33
Dokumentasi ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya,
monumental dari seseorang.34
5. Teknik Analisis Data
Tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik analisis data di
lapangan model Miles dan Huberman yaitu analisis dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclution drawing/Verifecation.
32
Cholid Narbuko Dan Chmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 83. 33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2012), 240. 34
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), 82.
21
Langkah analisis ini sebagai berikut:
a). Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan
b). Penyajian data (data display) yaitu penyajian data berupa narasi pengungkapan
secara tertulis agar alur kronologis peristiwa dapat mengungkap apa yang
sebenarnya terjadi dibalik peristiwa tersebut. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antara kategori, flowchart dan sejenisnya.
c) .Penarikan Kesimpulan (Verifikasi-conclusion) yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan. selama penelitian berlangsung. Makna yang muncul harus selalu duji
kebenaran dan kesesuaiannya melalui proses pemeriksaan keabsahan data
sehingga validitasnya terjamin.35
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan kebasahan data yang didasarkan atas
sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data
dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
1). Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak
disengaja Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/
kepercayaan data.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui
35 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2015), 246-249.
22
maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan keikutsertaan berarti
hubungan antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semkin akrab,
semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh
semakin banyak dan lengkap.
Perpanjangan keikutsertaan untuk menguji kredibilitas data penelitian
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah dipeoleh. Data yang telah
diperoleh secara dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau
masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah
dapat dipertanggungjawabkan, maka perpanjangn keikutsertaan perlu diakhiri.
2). Ketekunan pengamatan
Meningkatkan ketekunan atau kecermatan secara berkelanjutan maka
kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan
baik, sistematis. Meningkatkan ketekunan merupaan salah satu cara
mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan
disajikan sudah benar atau belum.
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti, dapat dilakukan dengan cara
membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitin terdahulu, dan dokumen-
dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh.
Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat
laporan yang pada akhirnya laporan dibuat semakin berkualitas.
3) Trianggulasi
Terkait dengan pemeriksaan data, trianggulasi berarti sesuatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal-hal
(data) lain untuk pengecekan atau perbandingan data. Hal-hal yang dipakai untuk
pengecekan dan perbandingan data itu adalah sumber, metode, peneliti dan teori.
Patton dalam Sumasno Hadi menyatakan bahwa Dalam penelitian kualitatif
dikenal empat jenis teknik trianggulasi yaitu trianggulasi sumber (data
triangulation), trianggulasi peneliti (investigator tringulation), trianggulasi
23
metodologis (methodological triangulation), dan trianggulasi teoretis (theoretical
triangulation).36
4). Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-
benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui
cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan
saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
H.Studi Relevan
Berdasarkan judul penelitian yang akan dilakukan, peneliti menyadari
bahwa penelitian tentang Dampak Istri yang Bekerja Terhadap Keharmonisan
Rumah Tangga Bukan hal yang baru, oleh karena itu peneliti akan menyampaikan
beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.
Dalam Skripsi Yeni Indarwati “Hubungan Antara Tingkat Keharmonisan
Keluarga Dan Kematangan Emosi Siswa Kelas XI Sma Negeri 1 Bergas Tahun
Ajaran 2010/ 2011”.37
Dalam karya tersebut dijelaskan tentang anak-anak yang
kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem yang dialami, seperti
kurangnya keharmonisan dalam keluarga akan berpotensi mengalami masalah
emosional di kemudian hari berfokus pada pelajaran pkn. Skripsi Narti Arfianti
dengan judul Strategi Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Jarak Jauh (Studi
Kasus di Desa Ciputih Kecamatan Salem Kabupaten Brebes).38
Skripsi ini
membahas tentang pasangan suami istri yang tinggal jarak jauh dengan keadaan
rumah tangga yang tetap harmonis. Skripsi Eni Sulastri yang berjudul „‟
Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada Siswa
Kelas VII SLTP Negeri 3 Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun ajaran
36
Sumasno Hadi, “Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi”,
Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 No 1 (2016), 75. 37 Yeni Indarwati. Hubungan Antara Tingkat Keharmonisan Keluarga Dan Kematangan
Emosi Siswa Kelas XI Sma Negeri 1 Bergas Tahun Ajaran 2010/ 2011 (Semarang: Skripsi
Universitas Negeri Semarang, 2011). 38
Narti Arfianti. Strategi Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Jarak Jauh (Studi
Kasus Di Desa Ciputih Kecamatan Salem Kabupaten Brebes (Purwokerto: Skripsi Iain
Purwokerto, 2016).
24
2007/2008”.39
Skripsi ini membahas tentang bagaimana keharmonisan keluarga
akan mempengaruhi aspek prestasi belajar anak yang dan bagaimana strateginya
untuk mempertahankan keharmonisannya tersebut.tahun.
Sebagaimana terlihat dari studi relevan ini bahwa sudah ada yang
membahas keharmonisan keluarga, penelitian ini berfokus pada dampak istri yang
bekerja terhdap keharmonisan keluarga di durian luncuk kecamatan batin XXIV
Kabupaten Batang Hari provinsi Jambi. Penelitian ini sama sama membahas
tentang keharmonisan, namun adanya perbedaan setting, latar waktu. tentu saja
hasil penelitian akan berbeda.
39
Eni Sulastri. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada
Siswa Kelas VII SLTP Negeri 3 Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2007/2008
(Surakarta. Universitas Sebelas Maret, 2009)
25
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kelurahan Durian Luncuk
Durian Luncuk berawal dari dusun tuo seberang Durian Luncuk. Dusun
tuo yang dahulu balai puseban malako kecik merupakan tempat pusat
perkumpulan atau pertemuan daerah muara sungai tembesi sesuai dengan batas
wilayah. Dusun tuo tersebut diserang penyakit cacar yang ganas ( penyakit ta‟un).
Penyakit tersebut banyak memakan korban sehingga berkeinginan untuk pindah
ketempat lain. Pencarian tempat pindah ini lah cikal bakal nama Durian Luncuk.
Sebelum mereka pindah dan membuka daerah baru mereka melepaskan
ayam betina kuning, yang mana apabila ayam tersebut tidak kembali maka daerah
tersebut baik untuk dijadikan tempat tinggal. Pelepasan pertama ayam tersebut di
tebing kuning, menjelang magrib ayam kembali, begitu pula selanjutnya.
Pelepasan ketiga ayam tersebut tidak kembali dan bertelur dibawah batang durian.
Batang durian tersebut besar tidak berdahan dan luncuk keatas. Setelah bertelur
maka warga dusun tuo berbahagia dan pindah dan menamakan dusun yang baru
itu yaitu Durian Luncuk. Adapun pemimpin warisan tengganai sampai sekarang
adalah sebagai berikut:
26
Tabel. 2.1
DAFTAR NAMA PEMIMPIN
SEJARAH DUSUN TUO HINGGA DURIAN LUNCUK
NO NAMA
PEMIMPIN
ISTILAH
PIMPINAN
NAMA
DAERAH
DAERAH
KEKUASA
AN
1 Kedmang Penapat Tangganai Balai Puseban
Mulako Kecik
Dusun Tuo
24 Dusun
2 Togod Depati
Bujang (Kramat
Dusun Tuo)
Tangganai Balai Puseban
Mulako Kecik
Dusun Tuo
24 Dusun
3 Alam Semat
Panjang Bejurai
Depati Dusun Durian
Luncuk
5 Dusun
4 Taher Pasirah Batin 4 Likur
(Batin 24)
5 Dusun
5 Husin Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
6 Gebeng ( Syaer
Alam)
Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
7 H. Muhammad
(Burud)
Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
8 H. Kahar Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
9 M. Syarbaini Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
10 Ibnu Hadjar Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
11 M. Syarbaini Pasirah Batin 4 Likur 5 Dusun
12 Abdul Muthalib Kepala Desa Desa Durian
Luncuk
1 Desa
13 Marzuki Kepala Desa Desa Durian
Luncuk
1 Desa
14 Saipul Rahman Kepala Desa Desa Durian 1 Desa
27
Luncuk
15 Mahmud Hijazi Kepala Desa Desa Durian
Luncuk
1 Desa
16 Samsuar Kelurahan Kelurahan
Durian Luncuk
1 Kelurahan
17 Zulkiply, SE Kelurahan Kelurahan
Durian Luncuk
1 Kelurahan
18 Syamsul Bahri Kelurahan Kelurahan
Durian Luncuk
1 Kelurahan
19 H. Ashak, S.Pd Kelurahan Kelurahan
Durian Luncuk
1 Kelurahan
20 M. Elfa Fitra
Taufiq, S.STP
Kelurahan Kelurahan
Durian Luncuk
1 Kelurahan
40
Mala iko gelanggang kecik berdirinyo balai puseban menjadi dusun tuo,
kareno balai itu anak tuo cucung tuo di batang air tembesi. Di namoi lah balai
puseban mulako kecik di dusun tuo. Dusun tuo tinggal kareno penyakit cacar
mengamuk maso itu. Maso agamo islam masuk ka daerah jambi maso itulah di
sebut kerajaan melayu. Oleh kareno itu hukum daerah jambi hukum adat bersandi
syarak, syarak bersandi kitabullah. Keputusan-keputusan adat bersandikan syarak,
dan hukum adat dengan peseko. Yang ternyata melanggar hukum-hukum agama
itu harus di rubah. Arti peseko yaitu:
a. Sambai Reduo.
b. Pencak Silat.
c. Tari Joget.
Hukum adat dapat di lihat di hukum lamo. Adat seko dapat dilihat di teliti
hukum bersamo. Hukum agamo dapat di lihat di dasar qur‟an dan hadist.
Yang di namai adat :
Adat tidak mau menumpangi
40 Data dokumentasi Kantor Kelurahan Durian Luncuk.
28
Adat tidak mau di tumpangi
Lain lubuk lain ikan nyo
Lain padang lain pulak belalangnyo
Di mano temilang bercacak
Di situ tanaman tumbuh
Di mano bumi di pijak
Di situ langit di junjung
Babi mati sekam ado di mulut
Gajah mati meninggal daging
Harimau mati meinggal belang
Buruk li berganti li
Buruk batang jelupung tumbuh
Patah tumbuh hilang berganti.
Sejak tenganai di dusun tuo seberang Durian Luncuk pindah maka
tengganai berganti nama pasirah. Pasirah merupakan warisan dari Belanda yang
awal nya penyerah. Perjuangan rakyat melawan belanda terus di lancarkan sejak
Belanda masuk ke Jambi. Belanda sudah beberapa kali ingin menguasai area
sungai tembesi. Hal ini dapat kita lihat peninggalan benteng Belanda di Muara
Tembesi. Masuknya Belanda dan membuat benteng pertahanan di muara tembesi
membuat pimpinan marga Batin 24 melakukan penyerangan ke Muara Tembesi.
Menurut beberapa sumber dari orang-orang tua dulu pasirah gebeng tersebut
menyerang dengan menggunakan keris yang di ikat ketangan. Penyerangan
tersebut membunuh orang belanda sekapal. Hingga pada akhir perjuangan di
ketahui orang-orang yang ikut perang sebagai berikut :
1. Gebeng ( Syaer Alam ) Pasirah Batin 4 Likur/ Marga Batin 24 Durian Luncuk.
2. Bakar Depati Dusun Durian Luncuk.
3. Nasaruddin Pengawo Dusun Olak Besar
4. Samsudin Pengawo Dusun Durian Luncuk.
5. Alwi Imam Dusun Durian Luncuk
6. Rois Pesuruh Batin 4 Likur Durian Luncuk.
29
Keenam orang ini pergi perang tidak kembali dan tidak ada kuburannya di
Durian Luncuk. Keenam orang ini menyerang Belanda di Muara Tembesi. Tujuan
mereka menahan Belanda agar tidak masuk ke area sungai batang tembesi. “
Diam di tempat berarti kita mati bergerak nyerang belum tentu mati” begitulah
para pejuang rela mati asal jangan di jajah.
Durian Luncuk dapat di duduki Belanda sebelum tahun 1945. Pada tanggal
6 Februari 1949. Comanda dan STD beserta beberapa perwira berangkat dari
sarolangun dengan perahu ke mandiangin untuk menyerang Belanda di Durian
Luncuk. Melalui intel yang menyusup ke Durian Luncuk bahwa jumlah orang
Belanda saat itu adalah 60 orang (2 Pleton).
Untuk membantu TNI yang ada di Mandiangin maka warga dipimpin oleh
pimpinan Batin dan dusun baik itu pasirah, depati pengawo dsb membantu dengan
mengirim bahan makanan. Para kolonian Belanda terus berpatroli ke rumah-
rumah warga memastikan tidak adanya warga membantu TNI. Termasuk rumah
pasirah karmio.
Pada proses pengiriman tersebut Siabu dan Toip ditangkap. Adapun cerita
Siabu sebagai berikut:
Nama : Siabu ( Buta Huruf )
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
Lahir/Tanggal : Di Aurgading Marga Batin XXIV
Kecamatan Muaro Tembesi
Kabupaten Batang Hari
Provinsi Jambi
Zaman merdeka pertama siabu pekerjaanyo berburu ( penembak ) rusa
atau kerbau, memakai senjata api ( kecepek ) bikinan sendiri. Di zaman generasi
keduo 1945 tentara kenil ( serdadu belanda ) yaitu orang-orang ambon dan
manado berperang ( bersetop ) membuat pertahanan di Durian Luncuk Marga
Batin 24 kecamatan Muara Tembesi kabupaten Batang Hari provinsi Jambi.
Tentara Indonesia yang di pimpin ( di komando ) kolonel Abunjani dan selotop
30
orang japan berperon ( bersetop ) membuat pertahanan di dusun Mandiangin
Bermarga Batin VI kecamatan Mandiangin kabupaten Sarolangun provinsi Jambi.
Pos pertahanan tentara Indonesia di dusun Muaro Ketalo Marga Batin VI
Mandiangin. Komandan pos Lubis dan H. Ibrahim Peltu. Zaman itu pedagang (
penampung barang-barang pangan ) dari Jambi sampai Durian Luncuk di tamping
oleh :
1. A. Manaf, Dusun Durian Luncuk
2. Siabu , Dusun Aurgading
Barang-barang pangan itu di bawa berperahu mudik ka dusun Olak Besar
dan Jelute ( Jelutih ) resor warga Batin 24 Durian Luncuk perahu mudik harus
melalui pos penjagaan tentara konil ( belanda ). Setiap orang-orang bawah
berperahu mudik bawak barang-barang harus ado surat keterangan pos jalan dan
dari depati ( kepala desa ) dan di ketahui oleh pasirah ( kepala marga ) Batin 24
Durian Luncuk. Barang-barang pangan ini sampai ke olak besar dan jelute, di situ
di adakan penukaran barang-barang dengan dengan getah mesin ( tipis ) yang
dating dari uluan batang air tembesi daerah tentara Indonesia, di zaman itu pasirah
H. Kahar ( kepala marga ) Batin 24 Durian Luncuk di beri nama gelar kodi dari
kolonel Abunjani ( melati kembang malam ).
Siabu dari dusun/desa Aurgading. Toip dari dusun/desa Durian Luncuk
membawa barang-barang berperahu mau mudik ka olak besar ( Jelutih ). Ada
punya surat keterangan ( pos jalan ) dari depati ( kepala dusun ) di ketahui pasirah
( kepala marga ) batin 24 Durian Luncuk untuk melalui pos tentara kenil (
Belanda ) di bom pasar Durian Luncuk. Siabu dan Toip sampai di bom (
pelabuhan ) pos tentara konil ( belanda ). Tentara konil ( belanda ) menanyakan
surat perjalanan pada siabu, siabu langsung memberikan surat yang berlibat lipat
kepada tentara konil ( belanda ) di pos tanpa menanyakan pada Toip. Rupanya
surat yang berlipat lipat itu bukan keterangan pos jalan. Surat itu surat dari tentara
Indonesia di Mandiangin mintak antar barang pangan untuk di tukar dengan
getah/karet mesin tipis di Mandiangin.
Tentara kenil ( belando ) yang jaga di bom ( pos ) melihat surat itu, Siabu
dan Toip langsung di tangkap dan di serahkan kepado mayor orang belanda di
31
kantor Marga Batin 24 serta surat itu. Siabu dan Toip langsung di periksa oleh
mayor ( orang belando ) pemeriksaan pertamo Siabu tentara apo bukan, Siabu
menjawab saya bukan tentara tuan saya orang dagang. Toip tentara apo bukan,
Toip menjawab saya bukan tentara tuan saya buruh ( upahan ) untuk cari makan (
buruh tani ). Oleh mayor dan serdadunyo langsung mengadakan pengeledahan (
pemeriksaan ) rumah Toip di Durian Luncuk. Di rumah Toip terbukti di rumahnya
betul betul alat buruh tani. Langsung pengeledahan ( pemeriksaan ) ke rumah
Siabu di dusun Aurgading. Di rumah Siabu terdapat :
1. Sepatu Bingkap
Gerondong geranat tiada abad lagi 3 buah tidak ada obat dan pelor dua
ruas bulu satu obang naw. Mayor dan militer belando langsung ke rumah A.
Rachmad depati ( kepala dusun ) Aurgading membawak bukti yang terdapat di
rumah Siabu. Langsung mayor menanyakan kepada A.Rachmad depati ( kepala
dusun ) Aurgading. Depati ( kepala dusun ) Siabu tentara apa bukan tentara.
Jawab A.Rachmad Depati ( kepala dusun ) setau saya Siabu bukan tentara. Mayor
dan militer Belanda kembali ke staf ( dikantor marga batin XXIV di Durian
Luncuk ) langsung memukul Siabu sampai Siabu pingsan tidak sadarkan diri.
Mayor menanyakan lagi kepada Toip Siabu tentara apa bukan tentara. Saya tidak
tahu tuan saya orang buruh tani. Pemeriksaan mayor dan serdadu belando yang
kedua ( yang terakhir ) kepado :
1. A. Rachman Depati ( kepala dusun ) Aurgading
2. Toip
3. Siabu
a) Depati ( kepala dusun ) Siabu tentara apa kepala dusun tidak tahu inilah
buktinya jawab A.Rachman Depati ( kepala dusun ) Aurgading. Setau saya
Siabu bukan tentara. Tentara ini berulang-ulang.
b) Toip tau apo tidak Siabu tentara apo tidak. Toip menjawab saya tidak tahu
tuan. Toip di lepas dari tahanan di kembali seperti biasa.
c) Siabu tentera ya, inilah bukti-buktinya Siabu langsung tangan di ikat ke
belakang di bawakan ke atas mobil di bawak mudik jalan jurusan sarolangun,
sampai di ulu batang sungai ruap ( di pematang ) tanah terkepung. Siabu di
32
turunkan dari mobil langsung di giring ke laut jalan mobil kurang lebih 25
meter dari jalan mobil. Di situlah Siabu di tembak mati dengan 3 letusan.
Mayor dan serdadu belando pulang ke stop ( di kantor marga batin 24 durian
luncuk ). Perihal Siabu tidak ada berita orang tidak ada yang berani bertanya.
Tentera kenil ( serdadu belanda ) pergi ( meninggalkan stafnya kantor marga
batin 24 durian luncuk ). Masa itulah keluarga Siabu dari dusun Aurgading ke
tempat Siabu di tembak mati itu. Di situlah keluarga Siabu hanya dapat
tengkorak kepala serta gigi yang dapat ketemu oleh keluarga Siabu.
Selanjutnya tahun berganti tahun, tepat pada tanggal 18 februari 1949 jam
tiga subuh dengan kode tembakan komandan STD pasukan menyerang dengan
dibagi 3 sayap. Karena kondisi yang ada penyerangan di lakukan jam 1
penyerangan tersebut berlangsung hingga jam 05:00 karena hari mulai siang
penyerangan di hentikan. Penyerangan tersebut memakan korban 20 orang dari
pihak Belanda dan 1 orang dari pihak TNI/ABRI. Adapun orang-orang yang ikut
dalam penyerangan adalah sebagai berikut :
1. Kolonel Abunjani – Komandan STD
2. Mayor Brori Mansyur – Kepala Staf STD
3. Kapten M.Daud
4. Kapten H.Teguh
5. Kapten M.Noor
6. Kapten Sulaiman Efendy
7. Letnan Satu Yoesoep Rusdy
8. Letnan Dua Syamsudin Uban
9. Letnan Dua Tasrif
10. Letnan Dua Marah Nazaruddin
11. Letnan Muda M.Syukur
12. Letnan Muda Syamsudin Lubis
13. Sersan Mayor Kadet. Raden Soehoer
14. Sersan Mayor Kadet. PC. Lubis
15. Suroto ( Mayor Jepang )
16. Panglima Putih ( Paman Kolonel Abunjani )
33
Ketika Raden Soehoer diangkat menjadi Bupati Batang Hari makan beliau
berkeinginan mendirikan monumen Tugu Juang dan pusat pemerintahan di
kelurahan Durian Luncuk. Hal ini berkaitan dengan fakta sejarah yang ada dan
beliau merasakan sendiri perjuangan itu dengan menyerang Belanda di Durian
Luncuk tahun 1949. Namun jabatan berganti, bupati selanjutnya dijabat oleh
Hasip Kalimudin Syam ( asli orang Matogual/Muara Jangga ). Kantor
pemerintahan kecematan pindah ke Muara Jangga namun dengan nama yang tetap
yaitu kecamatan Batin XXIV. Nama Batin 24 ini merupakan nama Marga di
Durian Luncuk yang di kenal dengan Marga Batin 4 Likur/ Marga Batin 24.
Untuk tugu juang dan pusat kesehatan ( puskesmas ) masih berdiri tetap
didirikan di Durian Luncuk, itupun dengan perdebatan dan argumen fakta yang
ada. Raden Soehoer pun angkat bicara dalam hal ini.
B. Demografi Kelurahan Durian Luncuk
Demografi Kelurahan Durian Luncuk Kelurahan Durian Luncuk memiliki
luas wilayah terbesar di Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari, dengan
luas wilayah 132,7 km2 atau 16,56% dari total luas kecamatan Batin XXIV yang
terletak pada lintang 1044′25,9′dan 2000′48,7′LS dan 102047′08,1′ −
103005′50,3′BT, dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut 57 meter di atas
permukaan laut, serta memiliki iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 26 C
sampai 31 C dengan kelembapan udara rata-rata 77 sampai dengan 86%.
Kelurahan Durian Luncuk berbatasan langsung dengan Terentang Baru di sebelah
utara, Simpang Jelutih di daerah timur, disebelah selatan berbatasan langsung
dengan Olak Besar dan Aur Gading, sementara di sebelah barat berbatasan
langsung dengan desa Simpang Aur Gading. Kelurahan Durian Luncuk terdiri
dari 13 RT dan 3 Rw,pusat pemerintahan Kantor kelurahan yang terletak di RT
10, dengan jarak ke Ibukota kabupaten sebesar 52 km dan 112 km ke ibukota
Provinsi Jambi.
C. Visi Misi kelurahan Durian Luncuk
I. Visi
Menjadikan Kota Malang Sebagai Kota Bermartabat
34
II. Misi
1) Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas, transparan
dan akuntabel
2) Terwujud nya masyrakat yang beriman, sejahtera,dan
berpendidikan
3) Men ingkatnya pelayanan publik yang berkualitas, transparan
dan akuntabel
4) Meningkatnya pengelolaan keuangan dan kinerja kelurahan
5) Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah kelurahan
Meningkatnya kualitas perencanaan kelurahan
6) Meningkatnya kesehjateraan masyarakat durian luncuk
D. Sarana Prasarana Kelurahan Durian Luncuk
Durian Luncuk bisa dikatan memiliki sarana prasana yang cukup baik,serta
memadai,dengan berbagai aset yang lengkap hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 2.2
Sarana Prasarana Kelurahan Durian Luncuk
Jenis Sarana Prasarana Jumlah
Kantor Lurah 1
Puskesmas Rawat Inap 1
Pom Bensin 1
Masjid 2
Langgar/Musholla 3
Sekolah Dasar 2
Sekolah Menengah Pertama 2
Sekolah Menengah Atas 1
TK 1
35
Paud 1
Polsek 1
Bank 2
Kendaraan Umum Nozomi 1
41
E. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indicator permasalahan
keharmonisan rumah Rumah tangga . Laju pertumbuhan penduduk yang terus
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tahun 2016 jumlah penduduk
kelurahan durian luncuk sebesar 3.017 jiwa dan mengalami peningkatan di tahun
2017 menjadi 3.050 jiwa dan di tahun 2018 meningkat kembali menjadi
3.063terakhir pada tahun ini 2019 menjadi 3.092.
Berikut Ini Adalah Rincian Jumlah Penduduk Di Lokasi Penelitian
Tabel. 2.3
Data Penduduk Kelurahan Durian Luncuk
Tahun Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
Penduduk
Jumlah
KK
Jumlah
istri
bekeja
2016 1.511 1.506 3.017 846 166
2017 1.524 1.526 3.050 849 178
2018 1.533 1.530 3.063 853 180
2019 1.543 1.549 3.092 856 185
42
Dari tabel diatas dapat banyak nya jumlah penduduk durian luncuk yakni sebesar
3092 pada tahun 2019,dengan jumlah istri yang bekerja tidak sedikit yaitu 185
dari 856 KK.
Tabel 2.4
Data Isteri Yang bekerja di Kelurahan Durian Luncuk Tahun 201943
41 Data dokumentasi kantor Kelurahan Durian Luncuk. 42 Data dokumentasi kantor Kelurahan Durian Luncuk.
36
Jenis Pekerjaan Jumlah
Petani Karet 90
Buruh Perusahaan 50
Pembantu Rumah Tangga 10
ASN 35
Dari tabel diatas diambil lah beberapa Responden yaitu, Ani dan rajmah
bekerja sebagai buruh persahaan, Yurmami, Irna dan Yani bekerja sebagai petani
Karet, Nuria dan zila bekerja sebagai asn, yang Terakhir Minah dan Lasmini
bekerja sebagai pembantu Rumah Tangga.
F. Struktur Organisasi Kantor Lurah Durian Luncuk44
Organisasi yang didirikan pada dasarnya ingin mencapai tujuan dan
sasaran yang disepakati bersama dengan lebih efisien dan efektif dengan tindakan
yang dilakukan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Hal ini dapat
dilakukan semua orang yang terlibat didalamnya mengerti dan memahami dengan
benar tentang organisasi.. Organisasi secara umum dapat diartikan adanya orang-
orang berkerja sama, adanya kerjasama itu sendiri, dan adanya tujuan yang telah
disepakati.
Struktur organisasi Kelurahan Durian Luncuk terdiri dari lurah, sekretaris
lurah, sekretariat, pembantu pencatat inventaris, kasi pemerintahan dan trantib,
kasi pemberdayaan masyarakat, kasi kesehjahteraan masyarakat kasih
kesejahteraan sosial, rukun warga dan rukun tetangga. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada bagan 2.4 dibawah ini
.
43 Data dokumentasi kantor Kelurahan Durian Luncuk.
44 Data dokumentasi kantor Kelurahan Durian Luncuk.
37
Bagan. 2.5
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR LURAH DURIAN LUNCUK
45
45 Data dokumentasi Kantor Kelurahan Durian Luncuk.
RW 02 Saidul Hudri
RT 05 Sargawi
RT 06 Ismail
RT 07 Kodri
RRRW 03 03 Hermansyah,S.Pd.I
RT 08 M.Heru Ikhwan
RT 09 Suwadi
RT 10 Sofia, S.Pd.I
RT 11 Walidi
RW 04 Idrus
RT 12 M.Dong
RT 13 A.Majid
RW 01 Azhari
RT 01 A.Mustafik
RT 02 Al Badri
RT 03 Hafizon
RT 04 Andri
Mulhadini
Lurah Durian Luncuk
M. Elfa Fitra Taufiq, S.STP
Sekretaris Lurah
Zulkifli, SE
Sekretariat
1.Resi Yetni
2.Tawaqqila, A,Md
3.Abi Waqqosh Pembantu Pencatat inventaris
Leni Mudrika
Kasi Pemerintahan dan
trantib
Samani, SE ( Ketua )
1. Rina Rosada
2. Al Muzani
3. Rita Andriani, S.Pd
4. Sofia, S.Pd.I
5. Hendra Yulianto, AW
Kasi Pemberdayaan
Masyarakat
Syaipul, S.IP ( Ketua )
1. Denni Syafrianto
2. Ruslaini
3. M. Al Sodri
4. Rita Elvirah
Kasi-Kasi
Kasi Kesejahteraan
Sosial
Erniwati, SE ( Ketua )
1.Supriady Harahap,SH
2. Samani, SE
3.Remsidawati
4.Eka Apriyani
5. Zila Yuli, SE
6. Eni Lestari, S.Pd
38
BAB III
DINAMIKA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ISTRI
BEKERJA
DI KELURAHAN DURIAN LUNCUK
A. Dinamika Kehidupan Isteri Bekerja Di Kelurahan Durian Luncuk
Dinamika dalam Kehidupan Berumah Tangga, Kehidupan berumah tangga itu sangatlah
dinamis. Bahkan pada bagian tertentu seakan kita melewti Rolles Coaster yang
menegangkan. Ada yang menaik, menurun, menikung. Terasa di beberapa bagian itu
mengerikan. Tapi kehidupan berumah tangga itu memang harus dijalani sabagai pilihan
sadar orang beriman.
Kehidupan berumah tangga ada titik kerawanan/kerentanan. Ada banyak
faktor yang membuat kerentanan hidup berumah tangga. Pertama adanya krisis
perkembangan individu, faktor ekonomi, adanya gangguan pihak ketiga, adanya
tahap kehidupan berumah tangga dan munculnya kehambaran hubungan.
1. Krisis Perkembangan
Suami dan istri keduanya hidup tumbuh berkembang. Manusia itu
melewati beberapa fase kehidupan di mana setiap perubahan fase itu berpeluang
krisis. Anak ke remaja ada krisisnya. Krisis berikutnya pada umur 40 tahun,
memunculkan sebuah evaluasi dan pertanyaan-pertanyaan besar pada diri setiap
orang pada umur itu, apakah mereka telah mencapai kemapanan. Jika tidak
disandarkan pada nilai-nilai kebenaran akan menjerumuskan pada kemaksiatan.
Ketika seseorang telah mencapai usia yang lebih tua lagi dari 40 tahun, akan ada
krisis berikutnya. Ketika anak sudah menikah membentuk keluarga dan
meninggalkan mereka dan kini tinggal berdua lagi. Begitujuga, pasangan yang
ditinggalkan akan mengalami krisis ketika pasangan meninggal.
2. Faktor Ekonomi
faktor ekonomi banyak menimbulkan problem hidup berumah tangga
sampai level perceraian. Ketika ekonomi belum mencukupi dalam masa yang
panjang akan memunculkan kerentanan. Tapi faktor ekonomi bisa muncul dalam
bentuk yang sebaliknya, ketika ekonomi seseorang lebih baik dari orang rata-rata,
kekayaannya malah membuatnya tidak bijak, yang menggunakan sesuatu kepada
39
hal yang negatif seperti mencari kesenanganan di luar yang tidak halal seperti
perselingkuhan dan yang lainnya. Suami dan istri harus berupaya mencukupi
keluarga mereka.
3. Gangguan Pihak Ketiga
Dalam hidup berumah tangga bisa saja ada pihak yang ketiga yang
mengganggu kehidupan berumah tangga. Baik sebagai pria maupun wanita yang
masuk dan menimbulkan percekcokan di rumah tangga sampai level perceraian.
Bisa juga, pihak ketiga dipicu dari keluarga besar, problem interaksi dengan
keluarga besar, mertua misalnya. Tentu harus diwaspadai oleh suami-istri. Harus
dihadapi secara bijak.
4.Tahap Kehidupan Berumah Tangga
Tahap dissappoinment adalah gambran di mana suami istri saling merasa
kecewa dan tidak nyaman, mulai konflik yang menegangkan dan merasa sulit
menyelesaikan konflik ini. Ini bisa dipelajari dan disikapi dengan bijak. Sehingga
sejak awal bisa menyikapinya dengan tidak berlama –lama pada tahapan ini. Jika
tidak disadari maka bisa menimbulkan kerentanan.
5. Kehambaran Hubungan
Hambarnya hubungan dapat terjadi karena tertelan kesibukan sehari-hari.
Suami sibuk, istri sibuk, sibuk bisnis, sibuk pekerjaannya. Suami-istri tertelan
dengan kesibukan dan tidak bisa menyeimbangkan kehidupan organisasi dan karir
dengan kehidupan berkeluarga sehingga jarang bertemu. Jarang bertemu
menyebabkan mereka jarang komunikasi. Jarang komunikasi menyebabkan
mereka terputus dalam interasi kesehariannya. Keteputusan itu dalam waktu yang
lama akan menimbulkan kehambaran hubungan di antara mereka. Itu akan
menimbulkan suasana kerentanan yang besar. Ikatan emosional yang menjadi
lemah, membahayakan kehidupan pernikahan mereka.
Kerentanan itu lazim ditemukan, Faktor yang menyebabkan kerentanan ini
siapapun bisa menjumpainya. Orang biasa, orang religius mengalami krisis
perkembangan, penyikapannyalah yang berbeda beda. Faktor ekonomi juga
demikian, kekayaan itu bisa dialami siapapun, begitu juga kemiskinan. Tidak ada
rumus, orang shalih pasti kaya, orang tidak shalih pasti tidak kaya. Yang
40
membedakannya adalah sikapnya, jika ia kaya dan sholih ia akan mensikapinya
hartanya dengan amal sholih, jika dia dalam kemiskinan ia memahaminya sebagai
ujian dan mensikapinya dengan positif.
Gangguan pihak ketiga juga bisa dialami siapapun. Makanya dengan
mengetahui tentang peluang gangguan itu maka suami-istri harus mengeratkan
hubungan di antara mereka agar bisa menghadapinya bersama-sama. Semua orang
mengalami tahap-tahap kehidupan berumahtangga. Jika tahu tahapan ini maka
akan semakin pandai dalam menyiikapinya. Orang sibuk dalam bisnis, sibuk hobi,
sibuk organisasi, sibuk pekerjaan, sibuk berjuang menjemput rizki, ada juga yang
sibuk berdakwah, semua kesibukan itu bisa membuat hubungan antara suami dan
istri kurang interaksi dan kurang komunikasi dan menjadi keterputusan.
Dampaknya, suasana emosionalnya menjadi kering dan menjadi hambar
kehidupan berumah tangga mereka. Tidak lagi nyaman, tidak ada lagi ikatan yang
kuat, maka akan memacu kerentanann yang lebih banyak.
Dengan mengetahui kelima faktor ini maka kita bisa menyiapkan diri
dalam menghadapinya.jika suasana pernikahan indah, nyaman ini adalah bagian
yang kita syukuri,kemudian ada fase dimana mulai merasakan sulit, mendaki,
tegang seperti di rolles coster, bahkan sampai puncak ketegangannya maka kita
semestinya semaki kuta hubungan antara suami istri sehingga tidak tercerai berai
sehingga bisa disikapi dengan baik, bijak , dewasa, matang. Mereka akan selamat
mengahadapi segala macam dinamika kehidupan berumah tangga. Bagaimana
langkah kita untuk menghadapi suasana roller coaster sedang mencapai puncak-
puncak ketegangann dalam kehidupan berumah tangga, Bagaimana kita tidak
tercerai beraikan.46
Dunia kerja merupakan dunia yang dinamis. Perubahan terus terjadi.
fenomena yang berkembang saat ini adalah peningkatan jumlah pekerja
perempuan. Dahulu tugas wanita hanya mengurus anak, suami dan rumah tangga,
46
Mahendra Ibn Muhammad Adam, Dinamika Kehidupan Berumah Tangga Anda, Diakses
pada tangga 16 februari 2019 pukul 22:00 wib melalui
https://indonesiana.tempo.co/read/120028/2017/12/02/mahenunja/pak-cah-nikmatilah-dinamika-
kehidupan-berumah-tangga.
41
maka saat ini peran tersebut sudah bergeser. Telah banyak wanita yang bekerja di
perusahaan maupun organisasi maupun bekerja mandiri.
Fenoma isteri yang bekerja tak luput dari sekelumit permasalahan.
Fenomena ini memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
fenomenena wanita bekerja adalah wanita yang memprioritaskan bekerja untuk
keluarga akan meningkatkan kepercayaan diri, kompetensi, dan rasa kebanggaan
pada perannya sebagai pekerja. wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang
semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu
berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan
kebutuhan keluarga yang semakin bervariasi.
Konsekuensi negatif yang terjadi akibat dari ibu rumah tangga yang bekerja yaitu:
1) pada anak-anak, yaitu meningkatkan risiko terjerumusnya anak-anak kepada
hal yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari
kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap anak-
anaknya.
2) pada suami, yaitu memiliki perasaan tersaingi dan tidak terpenuhi hak-haknya
sebagai suami.
3) pada rumah tangga, memiliki risiko kegagalan rumah tangga terkait
ketidakmampuan istri mengurus rumah tangga atau sibuk berkarir.
4) pada masyarakat, yaitu bertambahnya pengangguran untuk pria dikarenakan
wanita mengambil alih pekerjaannya. Hal ini juga terkait dengan permintaan
perusahaan dimana lebih memilih wanita ketimbang pria karena upah yang murah
dan anggapan wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah. kecenderungan
untuk bekerja di luar rumah jelas akan membawa konsekuensi sekaligus berbagai
dampak sosial, antara lain meningkatnya kenakalan remaja akibat kurangnya
perhatian orang tua, makin longgarnya nilai-nilai ikatan perkawinan/keluarga dan
lain-lain.
Isteri yang bekerja memiliki masalah masalah yang kompleks didalam
dinamika kehidupan rumah tangga. Dalam wawancara penulis dengan ibu rumaah
tangga yang bekerja bersama ibu Rajmah bahwa:
42
[S]ayo kerjo ko yo kareno kebutuhan jugola lup, wak ko laki motong, motong
parah urang pulak berapo nian la pengasilan e, zaman kiniko kebutuhan
banyak mon ngandal laki bae dak cukup, anak empat tigo ekok masi sekola.
Nak duit jajan e,duit minyak e, baju e la segalo macam la,jadi wak harus
bekerjo jugo biak ado tambahan e. nak la nonngok dirumah bae Cuma dak
sesuai dengen keadaan jadi harus bekerjola.47
konflik peran menjadi ibu rumah tangga dan bekerja untuk pencari nafka
tambahan terjadi karena adanya dua atau lebih tekanan yang membuat pemenuhan
salah satunya dapat menyulitkan pemenuhan pada tekanan lainnya. konflik kerja-
keluarga sebagai sebuah bentuk konflik antar peran dimana tekanan dari peran di
pekerjaan dan peran di keluarga saling menuntut pemenuhan pada saat yang
bersamaan, sehingga berakibat menjalankan peran dalam pekerjaan menjadi lebih
sulit karena keharusan untuk menjalankan peran dalam keluarga juga, dan
sebaliknya menjalankan peran dalam keluarga lebih sulit karena keharusan untuk
menjalankan peran dalan pekerjaan juga. Konsep dari konflik kerja keluarga
pekerjaan dapat mengganggu keluarga dan keluarga dapat mengganggu pekerjaan,
inilah dinamika yang harus dihadapi bagi isteri yang bekerja48
Berdasarkan hasil wawawancara peneliti dengan para tokoh masyarakat
kelurahan durian luncuk yang pertama bersama lurah kelurahan durian luncuk
yaitu bapak Elfa Fitra Taufiq mengatakan bahwa:
[D]inamika kehidupan rumah tangga isteri yang bekerja di kelurahan durian
luncuk bahwa hampir menyeluruh pasangan suami istri untuk isterinya bekerja
ada yang sebagai asn, petani, buruh pabrik, pekerja di perusahan sebagai
tukang bersih lahan kelapa sawit, sebagai pembantu rumah tangga, dan lain-
lain. Dengan kondisi tersebut menurut pandangan saya kelurganya yang
isterinya ikut bekerja ada yang bermasalah ada yang tidak. Seperti adanya
cekcok antara pasangan suami istri da nada sebagian kecil yang menyebabkan
perceraian.49
Selanjutnya lembaga adat kelurahahan durian luncuk mengatakan bahwa:
47
Rajmah, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 03 Januari 2019,
Catatan penulis. 48
Renaldi wicaksono, dinamika kehidupan rumah tangga. Diakses pada tangga 16
februari 2019 pukul 23:31melaluihttps://www.kompasiana.com/renaldi.wicaksono/5500b32f81331
11918fa7c0b/perempuan-bekerja-sebuah-dilema-perubahan-zaman. 49
Elfa Fitra Taufiq, Lurah Durian Luncuk,wawancara dengan penulis tanggal 01-12-
2018. Catatan penulis.
43
[D]ari segi adat kondisi rumah tangga di durian luncuk isteri bekerja suda
menjadi budaya wanita didurian luncuk ini, sejak dulu perempuan di durian
luncuk memang banyak yang bekerja, mungkin mereka ingin menambah
penghasilan untuk rumah tangga mereka, maklum la di durian luncuk ini
sebagian besar masyrakat adalah petani karet, harga karet sekarang murah
lebih murah daripada sekilo beras, oleh karena istri harus membantu suami
untuk mencari penghasilan tambahan,agar keperluan hidup sehari-hari
terpenuhi, jadi menurut saya tidak masalah isteri bekerja asalkan tidak
menimbulkan masalah yang besar dalam keluarga.50
Berdasarkan pemaparan diatas dapat penulis jabarkan bahwa didalam
rumah tangga akan terjadi berbagai macam dinamika kehidupan, dari pasang
surutnya kehidupan, masa sulit, masa bahagia. Hal ini harus dillewati dalam
kehidupan berumah tangga, agar rumah tangga bisa tetap utuh karena semua
masalah itu pasti akan terjadi, seperti tekanan yang ekonomi besar, sehingga istri
mau tidak mau harus ikut bekerja sebagai pencari nafkah tambahan, dikarenakan
jika hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya saja itu tidak cukup untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup di zaman sekarang. Dunia pekerjaan juga
mengalami pergeseran nilai,wanita yang bekera sudah banyak ditemukan di
berbagai tempat walaupun pada hakikatnya dalam rumah tangga istri tidak
diharuskan bekerja. Suamila yang berkewajiban memenuhi segala kebutuhan
hidup dalam rumah tangga.
B. Faktor yang menyebabkan isteri bekerja
1) Faktor Ekonomi
Isteri berusaha memperoleh (bekerja) disebabkan adanya kemauan ibu
untuk mandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan
hidupnya dan bagi kebutuhan orang lain yang menjadi tanggungannya dengan
penghasilan sendiri. Adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan
keluarga,dikarenakan pendapatan suami yang rendah dan tuntutan kebutuhan yang
tinggi, tingkat pendapatan suami.
Tingkat pendapatan suami sangat memegang peranan penting dalam
keputusan perempuan untuk masuk dalam pasar tenaga kerja.banyak perempuan
yang memutuskan untuk tidak bekerja disebabkan oleh pendapatan suami yang
50
M.saidi, pegungurus lembaga adat durian luncuk, wawancara dengan penulis tanggal
12-01-12-2018. Catatan penulis.
44
sudah dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Partisipasi angkatan
kerja perempuan yang telah menikah tergantung pada kemampuan suami untuk
menghasilkan pendapatan, jika pendapatan suami masih belum mampu
mencukupi kebutuhan keluarga, maka istri akan bekerja lebih banyak untuk
membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahwa keluarga berpenghasilan
besar relatif terhadap biaya hidup cenderung memperkecil jumlah anggota
keluarga untuk bekerja. Dan sebaliknya keluarga yang biaya hidupnya sangat
besar relatif kepada penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah
anggota keluarga untuk masuk dalam dunia kerja. Artinya, ketika jumlah
penghasilan keluarga sudah relatif besar, maka keputusan keluarga, dalam hal ini
perempuan berstatus menikah untuk bekerja menjadi relatif kecil kemungkinan
lain makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap tenaga kerja wanita
antara lain tumbuhnya kerajinan tangan dan industri lainya yang dilakukan oleh
kaum wanita.
Seperti keterangan dari ibu Irna menerangkan bahwa
[S]aya bekerja dikarenakan jika saya tidak ikut bekerja penghasilan suami
saya berkisar kurang lebih satu juta sampai satu juta lima ratus mempunyai
anak empat,tiganya sekolah,jadi pengeluaran keluarga kami cukup
besar,dengan jumlah tanggungan keluarga banyak,penghasilan yang renda
saya harus ikut suami saya bekerja untuk supaya penghasilan keluarga
meningkat, kalau saya ikut kerja bisala sampai dua juta lima ratus. Kalau
kondisi ekonomi keluarga baik munkin bisa saja saya tidak bekerja tapi kalau
kondisi ekonomi seperti inila mau tidak mau saya harus kerjala.51
2) Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan yaitu tingkat
pendidikan akan mempengaruhi suatu produktifitas, baik secara langsung,
maupun tidak langsung Sebagai akibat dari perubahan pengetahuan dan
keterampilan, dan dengan tingkat pendidikan yang sudah tinggi akan terbuka
harapan yang luas. Hubungan pendidikan dalam tertentu dapat berfungsi sebagai
51
Irna, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 03 Januari, Catatan
penulis.
45
penyalur tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin
besar perempuan yang bekerja.semakin tinggi pendidikan maka akan menjadikan
waktu yang dimiliki menjadi mahal, dan keinginan untuk bekerja semakin tinggi,
terutama bagi perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, mereka akan memilih
untuk bekerja daripada hanya tinggal dirumah untuk mengurus anak dan rumah
tangga.
Seperti keterangan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
[P]endidikan terakhir saya adalah strata satu jadi dengan ijazah yang saya
miliki saya ingin memnfaatkan ijaza saya tersebut,karena sayang rasanya jika
saya tidak gunakan ijazah saya untuk bekerja,saya tamat strata satu sistem
informasi, jadi saya bekerja sebagai administrasi dikantor. Sayang jika ilmu
yang saya punya tidak saya manfaatkan.52
Peneliti juga mencari informasi tentang jenjang pemdidikan Rata-rata isteri
bekerja di keluraahan Durian Luncuk, melalui sambungan telpon kepada lurah
Durian Luncuk:
[U]ntuk pendidikan ibuk-ibu bekerja itu Rata-rata banyak yang tamatan
Sekolah dasar apalagi yang bekerja di sektor pertanian petani karet dan buruh
pabrik tersebut, palingan Cuma sekali kecil tamatan diatas sekolah dasar,
namun untuk pekerjaan tertentu seperti di ASN Semuanya tamatan Sekolah
Menenga Atas.53
3) Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktivitas minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan
diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. gaya hidup
menunjukkan karakter seseorang yang dibentuk melalui pola interaksi dengan
masyaraka secara umum. Ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain:
a. Gaya Hidup Mandiri
Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada
sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan
dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan
tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.
52
Zila ,Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 12-5-2018. Catatan
penulis. 53
Elfa Fitra Taufiq, Lurah kelurahan Durian Luncuk,sambungan telepon selular pada
tanggal 19 Maret 2018.
46
Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan
memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko
dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri.
Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi
memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan
pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang
kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.
b. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah,
lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang
mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Seperti keterangan yang disampaikan oleh ibu bahwa:
[S]aya ingin meringankan beban rumah tangga, setidak nya saya bisa mandiri,
dengan saya bekerja,saya tidak terlalu merepotkan suami saya dalam urusan
keperluan pribadi saya,dari kecil memang saya sudah biasa hidup mandiri,jadi
terbawak sampai menikah untuk tetap mandiri dengan tetap bekerja. 54
4) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk
mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar bisaa yang sulit dicapai
orang lain. kebutuhan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan
semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Artinya
potensi yang dimiliki akan dikembangan untuk menjadi sekreatif mungkin, agar
mencapai prestasi kerja yang memuaskan.
Wanita yang berambisi tinggi, sesudah menikah dan memiliki keluarga
bisa juga tetap mengejar karir. Dalam kenyataanya ada wanita yang perlu bekerja
didalam ataupun diluar rumah untuk mengembangkan kemampuannya setelah
54
Zila, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 05-12-2018. Catatan
penulis.
47
mempelajari sesuatu yang memberi kepuasan tersendiri bagi dirinya, atas
pencapaian yang telah dia dapat.
Wanita perlu mencari dan membentuk identitasnya sebagai wanita yang
mampu mempersiapkan diri untuk meningkatkan kemampuan, potensi dan
keterampilan yang menetapkan perannya di dalam masyarakat dan keluarga.
Wanita yang mengaktualisasi dirinya bukan hanya wanita yang bekerja dikantor,
atau yang bekerja sebagai pegawai negeri yang disebut dengan wanita karier.
Padahal sebetulnya tidak begitu, bekerja dan melakukan apa saja asalkan
mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya, dan mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya, itulah karier bagi ibu rumah tangga yang bekerja.
Hal ini juga ditemukan dalam wawancara peneliti bersama ibu bahwa:
[S]aya ingin tetap melakukan kemampuan saya sebagai guru, rasanya kalau
saya tidak mengajar saya tidak nyaman, saya masi honor sekarang, tapi
walaupun penghasilan saya masi kecil saya tetap ingin bekerjaa sebagai guru,
karena agak tidak nyaman jika saya tidak mengajar. 55
5) Umur
Umur akan mempengaruhi penyediaan tenaga kerja. Penambahan
penyediaan tenaga kerja akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan
umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi tingkat umur maka akan semakin kecil proporsi
penduduk yang bersekolah, sehingga penyediaan tenaga kerja mengalami
peningkatan. Ketika semakin tua umur seseorang, tanggung jawab pada keluarga
akan semakin besar, terutama pada penduduk usia muda yang sudah menikah.
Bagi seseorang yang telah menikah adanya tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. Selanjutnya,ketika tingkat umur semakin tua maka
akan masuk pada masa pensiun atau yang secara fisik sudah tidak mampu untuk
bekerja.
Sebagaimana wawancara penulis lakukan bersama salah satu ibu rumah
tangga berikut yang bekerja sebagai petani karet
55
Nuria, Istri Yang Bekerja, masyarakat kelurahan Durian Luncuk, wawancara dengan
penulis tanggal 12-5-2018. Catatan penulis.
48
“[D]ulu diawal pernikahan saya tidak bekerja dengan bertambah nya usia saya
rasanya ingin bekerja,selagi masi umur tiga puluhan ini la dek, kalau la terlalu
tua agek munkin bisa jadi tidak sanggup lagi”.56
6) Budaya
Budaya kerja wanita diartikan sebagai keseluruhan pola kerja wanita yang
meliputi pandangan tentang kerja dan tujuan kerja, yang di warnai perilaku kerja
dan sikap terhadap kondisi kerja dan imbalan atau upah, maupun terhadap
perlakuan dan pelayanan sosial yang diterima dalam dunia kerja. Selain daripada
itu juga termasuk dalam budaya kerja adalah pandangan terhadap kesempatan
menambah pengetahuan atau keterampilan untuk meningkatkan produktivitas
kerja.
Pada umumnya banyak yang masih menganggap wanita sebagai pencari
nafkah tambahan bagi keluarga, maka motivasi kerja wanita umumnya juga masih
rendah. Tetapi bagi wanita yang sudah menyadari dan mengetahui akan hak dan
tanggung jawabnya sebagai mitra sejajar pria, terkadang juga mempunyai
motivasi yang terlalu tinggi sehingga fungsi kodrati-nya diabaikan atau
perlindungan pelayanan sosial dituntutnya dari pemberi kerja, yang pada
umumnya masih di anggap oleh pemberi kerja sebagai beban tambahan yang
merugikan.sebagian tempat juga terkadang biasa saja jika wanitya bekerja dan
menjadikannya hal yang lumrah bukan lagi hal yang aneh jika wanita bekerja.
Seperti keterangan ibu berikut bahwa:
[K]alau bekerja itu biasa sajala bagi ibu ibu disini, rata-rata wanita di sini
bekerja, jadi bisa dikatan saya bekerja ini ya dikarenakan ibu saya bekerja
saudara perempuan saya bekerja, ibu-ibu disini memang dari dulu bekerja,
oleh karena itu saya rasa saya bekerja ini bukanla hal yang tidak baik.57
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terdapat berbagai macam
faktor yang menyebabkan isteri bekerja Kebutuhan keluarga yang tidak dapat
56
Irna, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 03Januari, Catatan penulis.
57
Yani, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 03 Januari. Catatan
penulis.
49
dipenuhi oleh suami yang memang pada dasarnya merupkan bertanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga secara tidak langsung mendorong istri unutk
bekerja agar kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi. Peran isteri didalam
keluarga yang memang secara mutlak didapat pada saat ia menikah seperti
mengurus rumah tangga, mendidik anak, dan melayani suami tidak menghalangi
para istri untuk bekerja.
Dorongan istri bekerja disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebutuhan
bekerja di durian luncuk secara umum ada berbagai faktor yaitu faktor
ekonomi,faktor pendidikan,faktor gaya hidup,kebutuhan aktualisasi diri serta
faktor budaya,semua itu terjadi pada dasarnya menjadi alasan atau dorong yang
menyebabkan isteri lebih memilih bekerja.
50
BAB IV
DAMPAK ISTERI YANG BEKERJA TERHADAP KEHARMONISAN
RUMAH TANGGA
A. Aktivitas Istri Yang Bekerja di Kelurahan Durian Luncuk
Aktivitas yang dilakukan oleh isteri yang bekerja itu jelas sangat banyak
dimana isteri merupakan ibu rumah tangga yang harus mengerjakan tugas
rumahnya disisi lain juga isteri harus banyak melakuakan aktivitas di tempat
bekerjanya. Hal yang demikian sudah jelas berpengarus terhadap diri individu itu
sendiri baik dan juga kesehatan. Akan tetapi hal tersebut dilakuakan semata-mata
utnutk mendapatkan tujuan yang ingin dicapainya.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi ibu rumah tangga di sini bekerja
terutama untuk membantu suami mencari nafkah dan menambah penghasilan.
Selain itu mereka bekerja karena untuk mengisi waktu luang daripada di rumah
hanya menganggur dan untuk menambah pengalaman serta pengetahuan dalam
bidang pekerjaan. Setidaknya ada dua aktivitas yang dilakuakan oleh seorang
isteri yang bekerja diantaranya yaitu:
1. Aktivitas isteri yang bekerja di tempat kerja
Hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka bekerja di berbagai tempat
sudah cukup lama. Salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya bekerja para
pekerja perempuan ini adalah suasana kerjanya. Mereka sangat nyaman berada di
tempat kerja karena sistim kerjanya yang fleksibel dan kekeluargaan. Pemilik
kebun, rumah, atau perusahaan, sudah menganggap pekerja seperti keluarganya
sendiri. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu “Lasmini” saat di wawancarai
di rumahnya sebagai berikut:
“Bapak” pahdi bos saya baik mbak, sudah mnganggap saudaranya sendiri,
kerjanya dekat dengan rumah sehingga bisa sambil mengurus anak.58
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Minah” sebagai berikut:
58
Lasmini, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 01 januari 2018.
Catatan Penulis.
51
“[A]lhamdulillah saya betah, Alhamdulillah orangnya enak, disamping itu
pekerjaannya selalu ada”.59
Menjadi pekerja sebagai pembantu rumah tanga sebetulnya tidak terlalu
terikat pada jadwal karena pada hakikatnya menjadi pekerja sebagai pembantu
rumah tangga itu sama halnya dengan kegiatan yang dilakukan dirumah
masing-masing, dan waktunya pun tidak terlalu ditentukan tergantung
kesepakan dengan majikannya. Dan aktivitas yang dilakukan hanyalah
membersihkan rumah serta mengejakan tugas rumah dan merawat anak-anak
majikannya. Hal tersebut sangat berbeda dengan pekerja yang bekerja sebagai
petani dan buruh perusahaan. Kalau istri yang bekerja sebagai petani karet
tersebut itu mulai bekerjanya dari pagi hingga sore hari hari, jika Buruh
perusahaan, dan lain sebagainya itu mengikuti kondisi yang ada. Sedangkan
isteri yang bekerja sebagai buruh perusahaan itu jadwal bekerjanya ditentukan
oleh perusahaan dan memiliki aturan tertentu dan biasanya bekerjanya sampai
satu hari penuh. Hal ini senada dengan yang dikatakan para isteri yang bekerja
yaitu:
[K]alau sayo ko kerjo sebagai petani karet lup, kerjonyo sebagai bantu suami
lah, kadang tu dak nentu baleknyo jam berapo yang jelas kalo sudah motong
tu iyo kami balek lah kerumah. Kalu dikebun tu biaso nyo yo yang jelasnyo
nyadap karet, kadang kalo semak potongan tu yo kami nebas dulu baru balek
ke rumah. Yang jelasnyo tergantung lah kapan sudah yo balek. Biasonyo kalo
lamo balek tu pas mangkit.60
Sedangkan berbeda dengan pekerja buruh perusahaan. Yang mengatakan bahwa:
[K]ami sebagai pekerja buruh perusahaan ni bekerjanyo tu agak terikat dengan
perusahaan maksudyo tu, bekerjonyo seharian penuh, pegi pagi balek sore.
Gawenyo pun sebagai nebas, meroundup, nyiram, mupuk, mutir berondolan
sawit, pokok e tegantung mandor lah apo yang disuruh e.61
59
Mina, Istri Yang Bekerja ,Wawancara Dengan Penulis Tanggal 04 Januari. Catatan
Penulis.
60 Yurmami, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 03 Januari-2019.
Catatan Penulis. 61
Ani, Isteri yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 2-Januari-2019. Catatan
Penulis.
52
Itulah beberapa aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh isteri yang
bekerja di tempat pekerjaanya. Ada diantara mereka yang menikmati
pekerjaannya dengan ikhlas, dan penuh dengan semangat dalam bekerja.
2. Aktivitas Isteri Yang Bekerja Dalam Rumah Tangga.
Pekerjaan rumah tangga adalah aktivitas harian yang harus dilakukan oleh
seorang ibu rumah tangga. Bagi ibu rumah tangga yang bekerja kegiatan tersebut
biasanya dilakukan sebelum mereka berangkat bekerja dan setelah mereka pulang
kerja.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada isteri yang bekerja
dapat diketahui bahwa di rumah ada pekerja perempuan yang melaksanakan
pekerjaan rumah tangga bersama-sama dengan suami dan anaknya, tetapi ada juga
pekerja perempuan yang seluruh pekerjaan rumah di tangani sendiri tanpa ada
bantuan dari suami ataupun anaknya, sehingga mereka mengalami beban kerja,
yaitu bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan juga mengerjakan seluruh
pekerjaan rumah tangga di rumah. Seperti yang disampaikan oleh ibu “lasmini”
saat ditemui di rumahnya, sebagai berikut:
“[S]uami Saya di kebun motong dek, kalau pekerjaan rumah tangga ya saya
sendiri la yang mengerjakan, walaupun saya bekerja juga”.62
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Irna”, sebagai berikut :
[S]uami saya jatahnya ya bekerja, sebelum bekerja saya menyelesaikan
pekerjaan rumah dulu, makan, kemudian berangkat bekerja, nanti capek
pulang masih harus masak, nyuci piring. Yang mengurus rumah ya saya
sendiri.63
Adanya pembagian kerja dalam keluarga dapat mengurangi beban yang
ditanggung isteri yang bekerja. Banyaknya tenaga dan pikiran yang dikeluarkan
oleh perempuan di tempat kerja membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak
untuk pemulihan kondisi fisik dan psikologisnya. Pembagian tugas dalam
keluarga akan mengurangi jam kerja perempuan sehingga perempuan akan lebih
banyak memanfaatkan waktunya di rumah untuk istirahat. Kegiatan yang
62
Lasmini, Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 1-Januari-2019,
Catatan Penulis. 63
Irna, Istri Yang Bekerja , Wawancara Dengan Penulis Tanggal 1 Januari 2019, Catatan
Penulis.
53
dilakukan pekerja perempuan dalam rumah tangga adalah sama. Kegiatan yang
dilakukan antara lain mengurus anak, mengurus suami, memasak, mencuci piring,
mencuci baju, membersihkan rumah dan menyiapkan kebutuhan sekolah.
Kegiatan tersebut mereka lakukan sebelum berangkat bekerja dan setelah mereka
pulang dari tempat kerja.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa isteri yang bekerja memulai
aktivitasnya dalam rumah tangga dari subuh sekitar. Setelah semua pekerjaan
rumah selesai baru mereka berangkat bekerja. Isteri yang bekerja memiliki
aktivitas ganda namun mereka tidak pernah merasa kesulitan dalam mengatur
waktu, ketika mereka harus bekerja dan menjadi seorang ibu rumah tangga,
terkecuali mereka yang masih memiliki anak kecil.
B. Dampak Isteri Yang Bekerja Terhadap Kegiatan Sosial di Masyarakat
Kegiatan sosial adalah yang berhubungan dengan manusia dan
lingkungan. Kegiatan tersebut seperti perkawinan dan kematian. Kegiatan yang
bersifat ritual keagamaan seperti pengajian agama atau yasinan. Dan kegiatan
yang mempunyai unsur ekonomik, seperti kegiatan arisan. Berdasarkan hasil
penelitian pada isteri yang bekerja di buruh perusahaan menyatakan bahwa
ternyata kehidupan pekerja perempuan tidak dapat lepas dari lingkungan sosial
yang ada di dusun mereka. Pekerja perempuan adalah makhluk sosial yang
membutuhkan manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial mereka juga harus
berinteraksi dengan makhluk sosial yang lainnya.
Kegiatan sosial di masyarakat terbentuk dalam kehidupan pekerja
perempuan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan
serta agar silaturahmi tetap terjalin. Kegiatan sosial tersebut terwujud dalam
beberapa kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan Arisan
Kegiatan arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kesepakatan, kemudian dilakukan pengundian. Kegiatan ini
rutin diikuti pekerja perempuan setiap hari Minggu. Biasanya diadakan di rumah
warga. Kegiatannya diadakan sore hari. Dengan bekerja sebagai buruh
perusahaan, dan petani sehingga membuat para isteri yang bekerja jarang bahkan
54
tidak sama sekali ikut dalam kegiatan arisan tersebut karena terikat dengan
pekerjaan.
2. Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan kerohanian juga tidak
terlepas dari kehidupan pekerja perempuan. Kegiatan keagamaan yang mereka
ikuti antara lain pengajian rutin dan yasinan. Pengajian rutin ini dilaksanakan
setiap seminggu sekali yaitu setiap hari jum‟at sore. Kegiatan yasinan
dilaksanakan malam hari dari pukul 20.00-21.30. Hal yang telah dijabarkan di
atas sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh pekerja perempuan dalam
wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut:
[P]engajian dilaksanakan pada sore hari jum‟at dan yasinan pada selasa malam
rabu kegiatannya keliling ke rumah-rumah tergantung siapa yang dapat arisan.
Pengajian di masjid itu setiap hari jumat sore kalau pas sehat saya selalu ikut.
Pengajiannya malam setelah isyak dik.64
Bagi pekerja perempuan yang masih memiliki anak kecil, cenderung sulit
untuk mengikuti kegiatan sosial di malam hari seperti pengajian rutin. karena
anaknya masih kecil dan sering rewel. Terkadang juga ada beberapa hambatan
yang membuat isteri yang bekerja itu sulit untuk hadir di kegiatan keagamaan
seperti yang disebutkan diatas karena lelah dan keadaan tubuh yang kurang sehat.
3. Kegiatan Keorganisasian
Jenis organisasi yang ada diikuti oleh pekerja perempuan antara lain PKK,
Dasawisma, Posyandu. PKK adalah kegiatan yang mengandung unsur ekonomik
dalam rangka untuk mensejahterakan keluarga. Dasawisma adalah perkumpulan
ibu-ibu yang lebih banyak berisi tentang musyawarah serta penyuluhan-
penyuluhan dari pemerintah. Arisan juga terdapat dalam kegiatan PKK dan
Dasawisma tersebut. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang melayani
masalah yang berhubungan dengan balita seperti timbangan bayi, pemberian
imunisasi, penyuluhan ASI, dan sebagainya. Jabatan pekerja perempuan dalam
organisasi kemasyarakatan sebagian besar adalah sebagai anggota saja. Tetapi ada
juga isteri yang bekerja yang menjabat sebagai kader posyandu dalam masyarakat.
64
Ani, isteri yang bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 4-Januari-2019. Catatan
Penulis.
55
4. Kegiatan Perkawinan
Suatu peristiwa yang tidak heran lagi ketika seorang warga masyarakat
mempunyai hajat perkawinan dan dalam pelaksanaannya melibatkan banyak
warga masyarakat, tetangga dan juga sanak saudaranya. Aktivitas tolong
menolong saat peristiwa perkawinan terlihat saat menjelang acara resepsi
perkawinan. Biasanya aktivitas tolong menolong seperti ini disebut warga dengan
istilah rewang. Dalam peristiwa perkawinan memiliki tahap pelaksanaan yang
dianggap penting yaitu saat akad nikah. Menjelang akad nikah berlangsung, jauh-
jauh hari biasanya ibu-ibu mendapatkan undangan. Dari undangan ini membuat
ibu-ibu datang ke acara resepsi untuk menyumbang. Sumbangan ini adalah salah
satu bentuk tolong-menolong yang bertujuan untuk meringankan beban yang
punya hajat.
5. Kegiatan Kematian
Kematian adalah peristiwa yang pasti dialami oleh setiap manusia.
Peristiwa ini juga banyak melibatkan warga masyarakat. Bagi tetangga sekitar dan
saudara tanpa dimintapun pasti datang ke tempat keluarga yang terkena musibah
tersebut untuk memberikan bantuan baik secara materiil atau spiritual. Hadirnya
orang- orang ke tempat keluarga yang terkena musibah kematian biasanya disebut
dengan takziyah. Tolong menolong yang terjadi di sini biasanya bersifat
meringankan beban kesedihan keluarga yang ditinggalkan.
Apabila kegiatan sosial seperti perkawinan ataupun kematian ini
dilaksanakan pas hari-hari dimana mereka bekerja, biasanya pekerja perempuan
meninggalkan pekerjaanya sementara waktu untuk mengikuti kegiatan sosial
tersebut. Mereka berangkat setengah hari lalu meminta ijin untuk pulang, kalau
tidak mereka meminta ijin untuk libur sementara waktu. Hal ini sesuai dengan apa
yang diungkapkan oleh pekerja perempuan, sebagai berikut :
[K]alau ada hajatan, seumpama dekat nanti ijin tidak masuk keerja, kalau jauh
ya jam dua belasan pulang, kalau ada hajatan atau takziah saya berangkat
setengah hari nanti ijin, kalau bantu-bantu di tempat hajatan tergantung, kalau
56
saudara biasanya saya libur sampai satu minggu tetapi kalau cuma
tetangganya ya paling libur dua hari. 65
Hal ini berarti dalam masyarakat dimana pekerja perempuan tinggal masih
sangat kental rasa kerukunan, kekeluargaan dan budaya saling tolong menolong di
antara sesama anggota masyarakat, karena pada dasarnya mereka adalah makhluk
sosial yang hidup bersama dan saling membutuhkan satu sama lain.
C. Dampak Isteri Yang Bekerja Terhadap Keharmonisan Rumah tangga
Beban yang ditanggung oleh isteri yang bekerja yaitu menjadi ibu rumah
tangga dan menjadi pekerja yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
harinya membuat mereka melaksanakan aktivitas ganda. Aktivitas ganda tersebut
memberikan dampak bagi diri mereka dan juga keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada beberapa dampak yang ditimbulkan dari peran ganda
yang ditanggung oleh pekerja perempuan terhadap keluarga, yaitu:
1. Dampak Positif
a) Menambah penghasilan rumah tangga
Tujuan dari isteri yang bekerja adalah untuk memperoleh upah yang dapat
digunakan untuk menambah pendapatan dalam rangka pemenuhian kebutuhan
sehingga meringankan beban suami. Upah yang diterima pekerja bermacam-
macam tergantung dari jenis pekerjaannya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Daw sebagai berikut:
“[N]ambah sedikit-sedikit untuk mencukupi berbagai kebutuhan rumah
tangga, karena rumah tangga juga banyak kebutuhannya”.66
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan juga ikut berperan dalam
tambahan pendapatan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
Walaupun sebenarnya yang berkewajiban penuh untuk memenuhi kebutuhan
keluarga adalah suami mereka. Ini menunjukkan adanya kemitrasejajaran antara
perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Perempuan tidak hanya berperan
dalam urusan rumah tangga saja, tetapi juga dalam urusan mencari nafkah.
b) Terbangun rasa saling pengertian antar anggota keluarga
65
Minah, isteri yang bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 4-Januari-2019.
Catatan Penulis. 66
Yurmami, Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 3-Januari-2019.
Catatan Penulis.
57
Isteri yang bekerja lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja
sehingga waktu untuk bertemu dengan anggota keluarga terbatas, namun
hubungan antar anggota keluarga tetap baik. Hal ini karena dalam keluarga
terbangun rasa saling pengertian, sehingga hubungan mereka tetap harmonis. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh ibu Yani, sebagai berikut :
“[H]ubungan dengan keluarga baik-baik saja, karena sama-sama bekerja, ya
saling pengertian saja”.67
Juga diperkuat oleh apa yang diutarakan pak Rudi, selaku suami pekerja
perempuan, sebagai berikut :
“[B]iasa-biasa saja, baik-baik saja, selama ini tidak ada masalah, semuanya
berjalan baik”.68
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
anggota keluarga tetap harmonis terutama hubungan isteri yang bekerja dengan
suami mereka. Hal ini karena ke dua nya sama-sama bekerja sehingga muncul
rasa saling pengertian. Kesibukan perempuan dalam sektor publik juga tidak
menghalangi perhatian mereka terhadap keluarga terutama anak. Mereka masih
memberikan perhatian penuh seperti menyiapkan kebutuhan sekolah anak,
menyiapkan sarapan dan membantu anak saat belajar.
2. Dampak Negatif
a) Waktu untuk berkumpul dengan keluarga menjadi terbatas
Curahan waktu yang dimiliki oleh isteri yang bekerja banyak dihabiskan
untuk bekerja, sehingga waktu pekerja perempuan untuk berkumpul dengan
anggota keluarganya, terutama dengan suami dan anaknya menjadi terbatas.
Apalagi bagi mereka yang sama-sama sibuk bekerja. Mereka hanya dapat bertemu
di waktu pagi hari sebelum berangkat kerja dan malam hari menjelang tidur
malam. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
pekerja perempuan antara lain sebagai berikut :
67
Yani, Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 3-Januari-2019.
Catatan Penulis. 68
Rudi, Suami Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 04-Januari-
2019. Catatan Penulis.
58
“[B]alik, jam empat itu kalau sudah waktunya pulang bekerja dan malam hari
biasanya baru bisa berkumpul bersama keluarga”.69
b) Adanya beban kerja ganda yang ditanggung oleh pekerja perempuan
Banyaknya tanggung jawab yang harus dijalankan oleh isteri yang bekerja
membuat mereka memiliki beban kerja ganda. Hal ini yang dirasakan oleh isteri
yang bekerja sebagai buruh pemerintah di Kelurahan Durian Luncuk. Seperti apa
yang disampaikan oleh Mina, sebagai berikut:
[J]enuh ya jenuh tetapi bagaimana lagi dik mengingat banyaknya kebutuhan
kalau tidak ikut bekerja takut tidak terpenuhi, terus pegel-pegel, soale saya
kalau bekerja banyak yang dikerjakan jadi cepat capek. Saya juga kadang
sering sakit.70
Tidak adanya pembagian tugas dalam rumah tangga membuat mereka
merasakan adanya beban kerja ganda yang harus ditanggung, yaitu sebagai
pekerja yang harus menjalankan kegiatan dalam lingkungan kerjanya dan setelah
pulang mereka masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Beberapa
keluhan diutarakan oleh pekerja perempuan akibat beban kerja ganda yang
ditanggung oleh isteri yang bekerja antara lain : bahu terasa sakit, ngantuk, capek,
kalau kelamaan bekerja jadi tidak enak badan dan mereka mengalami kejenuhan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diutarakan oleh pekerja perempuan
dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :
“[C]apek dek pulang kerja masih harus mencuci piring, saat kerja melubangi
tanah yang keras itu, bahunya sakit,tangan juga sakit, tidak kuat rasanya”.71
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui banyak keluhan-keluhan
baik fisik maupun psikologis dari pekerja perempuan. Walaupun begitu pekerja
perempuan tetap aktif bekerja di sektor publik, karena mengingat kebutuhan yang
semakin hari semakin banyak dan menuntut untuk segera dipenuhi. Sehingga,
apapun resikonya tidak mematahkan semangat pekerja perempuan untuk
menjalankan aktifitas gandanya.
69
Ani , Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 4-Januari-2019. Catatan
Penulis. 70
Mina, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 4-Januari-2019. Catatan
Penulis. 71
Ani, Istri Yang Bekerja Wawancara Dengan Penulis Tanggal 4-Januari-2019. Catatan
Penulis.
59
C.kurangnya waktu komunikasi antar anggota keluarga
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan
hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan
komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap
anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi
diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
Waktu untuk berkomunikasi adalah unsur yang penting dalam keluaraga
Hal Ini dirasa kurang menurut ibu Ani,
[K]adang waktu untuk membicarakan permasalahan satu sama lain terasa
kurang, pagi sampai sore saya bekerja dan malamnya harus tidur cepat agar
besoknya kuat untuk bekerja, supaya tenaga tetap terjaga harus banyak
istirahat dirumah”.72
Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang
harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling
membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam
masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan
ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan
anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
D.Terjadinya Konflik
Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang mana hubungan
antar anggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena
itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik di dalam
keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidaksetujuan
72 Ani , Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 27-Mei-2019. Catatan
Penulis
60
antara anggota keluarga. Prevalensi konflik dalam keluarga berturut-turut
adalah konflik sibling, konflik orang tua-anak dan konflik pasangan.
Walaupun demikian, jenis konflik yang lainpun juga dapat muncul, misalnya
antara menantu dan mertua, dengan saudara ipar, dengan paman, dengan
bibi atau bahkan dengan sesama ipar menantu. Konflik ini sering terjadi
apabila kurangnya komunikasi antar keluarga, kurangnya waktu bersama sesama
keluarga, anggota keluarga yang kurang pengertian satu sama lain.
Isteri yang bekerja terkadang memicu terjadinya konflik dalam keluarga
seperti keterangan wawancara yang dilakukan penulis dengan ibuk irna
[R]ibut ribut kecil itu seringlah terjadi kadang karena saya tidak sempat
masak, suami jadi kesalkan, namanya saya kerja kadang tidak sempat harus
cepat pergi kerja, kadang juga kecapekan kalau habis pulang kerja. Terjadila
konflik kadang kadang, ya dari konflik kecil maupun konflik besar. 73
Oleh karena konflik merupakan aspek normative dalam suatu
hubungan, maka keberadaan konflik tidak otomatis berdampak negative
terhadap hubungan maupun individu yang terlibat dalam hubungan. Konflik
baru akan berdampak negative bila tidak dikelola dengan efektif dan akan
menjadi gejala atau faktor yang menyumbang akibat negatif pada individu
maupun keluarga secara keseluruhan.
73 Irna, Istri yang bekerja , Wawancara Dengan Penulis Tanggal 27-Mei-2019. Catatan Penulis
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Adanya berbagai macam dinamika kehidupan rumah tangga, dari pasang
surutnya kehidupan, masa sulit, masa bahagia. Hal ini harus dillewati dalam
kehidupan berumah tangga, agar rumah tangga bisa tetap utuh karena semua
masalah itu pasti akan terjadi, seperti tekanan yang ekonomi besar, sehingga
istri mau tidak mau harus ikut bekerja sebagai pencari nafkah tambahan
2. Adapun faktor yang menyebabkan isteri berkeja di kelurahan durian luncuk
adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor gaya hidup, kebutuhan
aktualisasi diri, dan budaya.
3. Dampak isteri yang bekerja terhadap keharmonisan rumah tangga itu ada
beberapa macam dampak yaitu dampak positif dan dampak negative, dampak
positifnya yaitu: menambah penghasilan rumah tangga,terbangun rasa saling
pengertian antar anggota keluarga. dampak Negatif: Waktu untuk berkumpul
dengan keluarga menjadi terbatas, adanya beban kerja ganda yang ditanggung
oleh pekerja perempuan, kurangnya waktu komunikasi antar anggota keluarga,
Dan Terjadinya Konflik. Kemudian ada juga terjadi dampak terhadap
kehidupan sosial bermasyarakat antara lain: kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan arisan, kurang rutin dalam mengikuti kegiatan keagamaan, jarang
aktif di organisasi, tidak bisa selalu mengikuti hajatan acara perkawinan, harus
izin kerja jika ada kegiatan kematian.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan penelitian tersebut maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran-
saran antara lain:
1. Bagi pembaca, agar selalu mempelajari dan banyak membaca literatur yang
berkaitan dengan keharmonisan dalam rumah tangga dan memahami lebih
mendalam makna dari rumah tangga.
62
2. Kepada lurah durian luncuk agar memperhatiakan dan meningkat ekonomi
serta tingkat keharmonisan rumah tangga di durian Luncuk.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan judul yang sama
disarankan untuk mempertimbangkan ketersediaanya referensi, baik dalam
buku, artikel, modul, maupun yang lainnya. Hal ini perlu karena referensi
mengenai keharmonisan rumah tangga dirasa masih kurang sehingga tidak
terkesan penggulangan terhadap peneliti sebelumnya.
4. Bagi anggota rumah tangga di durian luncuk agar selalu menjaga keharmonisan
rumah tangga, keutuhan keluarga, membina kehidupan sosial masyarakat yang
baik, memelihara nilai-nilai dalam berumah tangga.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
taufiq dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunannya sehingga masih belum sempurna. Dengan
menyadari keterbatasan tersebut, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun, guna penulis jadikan bekal untuk perbaikan skripsi dan
peningkatan pada pelaksanaan tugas lainnya.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik
bagi penulis pribadi maupun bagi para pembaca umumnya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Al-qur‟an dan terjemahnya Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
BUKU
Ahmadi, psikologi sosial, Jakarta:rineka cipta, 2009.
Arikunto dan Suharsini, Prosedur Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Aziz dan Musthofa, Untaian Mutiara Buat Keluarga, Yogyakarta: Pustakapelajar,
2001.
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi Dan
Kebijakan Public, Jakarta: Kencana, 2005.
Chmadi dan Cholid Narbuko, Metedologi Penelitian Jakarta: Bumi Aksara,2007.
Daradjat Zakiah, perawat jiwa anak-anak, Jakarta: Pt Bulan Bintang 2009.
Narwoko dan Suyanto, sosiologii teks daan terapan Jakarta :kencana media grup
,2004.
Gunarsa, Anak remaja dan keluarga, JakartA:Pt Gunung Mulia, 2000.
Ghani Abdullah Abdul, pengantar hukum islam dalam tata hukum indonesia.
Jakarta:Gema insani press, 1994
Hadi Sutrisno, Metode Research Jilid 2 Yogyakarta: Andi Offset. 1989.
Husni Lalu, pengantar Hukum KetenagaKerjaan Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001.
Kartono, Sosiologi Surakarta, pustaka cakra surakarta 2004.
Muhibbin, Pandangan Islam Terhadap Perempuan, Semarang,Rasail Media
Group, Tt.
Manullang Sendjun H., Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia,
Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001.
Sevila Consuelo, Pengantar Metode Penelitian Jakarta :UI Pers, 2000.Sumasno
Yulia Singgihgunarsa, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: Pt.
Gunung Mulia2000).
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta, 2007.
………., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2015.
Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2007.
Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Departemenpendidikan Dan Kebudayaan.
Undang-Undang Rebublik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam, Surabaya: sinarsido utama, 2015.
Jurnal
Hadi Sumasno, “Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi”,
Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 No 1 (2016). Ruswaningsih Sigit, “Aktivitas Domestik dan Publik Perempuan Kerja”,(TT).
Rabain Jamaludin, “Pandangan Islam terhadap wanita bekerja”, Jurnal
Perempuan, Agama dan Gender, 1:2, Pusat Studi Wanita Islam UIN
SUSKA Pekanbaru, 2002.
Skripsi
Indarwati Yeni. Hubungan Antara Tingkat Keharmonisan Keluarga Dan
Kematangan Emosi Siswa Kelas XI Sma Negeri 1 Bergas Tahun Ajaran
2010/ 2011 (Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2011).
Sulastri Eni. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar PKN
Pada Siswa Kelas VII SLTP Negeri 3 Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Tahun Ajaran 2007/2008 (Surakarta. Universitas Sebelas Maret, 2009).
Arfianti Narti. Strategi Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga Jarak Jauh (Studi
Kasus Di Desa Ciputih Kecamatan Salem Kabupaten Brebes (Purwokerto:
Skripsi Iain Purwokerto, 2016).
Yuli, “Manajemen Waktu Pekerja Perempuan Dalam Menjalankan Peran
Ganda (Studi Terhadap Pekerja Perempuan Pada Industri Rokok,
Kulonprogo). Skripsi tidak diterbitkan. FISE UNY, (2008).
Website
Adam Mahendra Ibn Muhammad, Dinamika Kehidupan Berumah Tangga Anda,
Diakses pada tangga 16 februari 2019 pukul 22:00 wib melalui
https://indonesiana.tempo.co/read/120028/2017/12/02/mahenunja/pak-cah-
nikmatilah-dinamika-kehidupan-berumah-tangga.
Binangunnusoantoro, penjelasan pasal 27 ayat 2 tahun 1996, Diakses 19 Maret 2019
pukul 22:37 wib melalui https://binangunnusoantoro.wordpress.com
Iwan, diakses pada 05 Desember 2018 pukul 21:00 melalui
hhhttp://antoniusiwansblog.blospot.co.id.
Mahendra Ibn Muhammad Adam, Dinamika Kehidupan Berumah Tangga Anda,
Diakses pada tangga 16 februari 2019 pukul 22:00 wib melalui
https://indonesiana.tempo.co/read/120028/2017/12/02/mahenunja/pak-cah-
nikmatilah-dinamika-kehidupan-berumah-tangga.
Wicaksono Renaldi, dinamika kehidupan rumah tangga. Diakses pada tangga 16
februari 2019 pukul 23:31.
Wawancara
Ani, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 04 Januari-2019.
Catatan Penulis.
Fitra Elfa Taufiq, Lurah Durian Luncuk,Wawancara Dengan Penulis Tanggal 01-
12-2018. Catatan Penulis.
Irna, Istri Yang Bekerja, wawancara dengan penulis tanggal 03 Januari, Catatan
penulis.
Lasmini, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 1 Januari 19.
Catatan Penulis.
Mina, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 2-Januari-2019.
Catatan Penulis.
M.Saidi, Pegungurus Lembaga Adat Durian Luncuk, Wawancara Dengan Penulis
Tanggal 01-12-2018. Catatan Penulis
Nuria, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 12-5-2018.
Catatan Penulis.
Rudi, Suami Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 04 Januari
2019. Catatan Penulis.
Rajmah, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 03 Januari
2019, Catatan Penulis.
Yani, Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 12-5-2018.
Catatan Penulis.
Yurmami, Isteri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 3-Januari-
2019. Catatan Penulis.
Zila , Istri Yang Bekerja, Wawancara Dengan Penulis Tanggal 12-05-2018.
Catatan Penulis.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Bersama Lurah Bapak M.Elfa Fitra Taufiq S.STP Beserta Staf
Wawancara Dengan Ibu Ani Dan Bang Rudi
Wawancara Bersama Ibuk Irna
Wawancara Bersama Ibuk Yurmami
=
Wawancara Bersama Ibuk Yani
Wawancara Bersama Ibuk Nuria
Wawancara Bersama Ibuk Zila