dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · bahan galian non logam sebagai pembina. kegiatan...

10
PMR Project Management Unit (PMU) Menara Ravindo Jl. Kebon Sirih no. 75, lantai 12 Jakarta Pusat P. +62 21 39831804 F. +62 21 3908598 www.pmr-indonesia.org Focus Group Discussion Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar dan Kick-Off Studi Opsi Instrumen Berbasis Pasar Pengembangan Monitoring Reporting and Verification (MRV) Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Review Baselne Site Visit Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Dalam edisi ini :

Upload: trinhdang

Post on 12-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

PMR Project Management Unit (PMU) Menara Ravindo  Jl. Kebon Sirih no. 75, lantai 12  Jakarta Pusat P. +62 21 39831804 F. +62 21 3908598 www.pmr-indonesia.org

Focus Group Discussion Kelompok Kerja

Instrumen Berbasis Pasar dan Kick-Off

Studi Opsi Instrumen Berbasis Pasar

Pengembangan Monitoring Reporting

and Verification (MRV)

Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri

Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor

Pembangkit

Review Baselne

Site Visit

Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca

Dalam edisi ini : 

Page 2: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

1

Pelatihan Perhitungan dan Inventarisasi

Emisi GRK di Sektor Industri

November - Desember 2017 - PMR Indonesia secara paralel telah menyelenggarakan pelatihan dan perhitungan inventarisasi emisi GRK kepada pelaku industri yang berkerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Perindustrian terhitung sejak Oktober hingga Desember 2017. Pelatihan ini merupakan salah satu kegiatan yang terkait dengan penyusunan profil emisi GRK serta bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM di delapan sub sektor industri lahap energi (kimia, tekstil, keramik dan kaca, makanan dan minuman, pupuk, semen, baja, pulp dan kertas). Pelatihan menitikberatkan pada metode penghitungan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sehingga para pelaku di sektor industri terkait memiliki kemampuan dalam menghitung besaran emisi GRK-nya. Dari beberapa paparan, tergambar bahwa sumber emisi GRK yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut diperoleh dari emisi energi dan emisi dari proses produksi dan penggunaan produk (IPPU) serta limbah (waste). Dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi industri dalam mengindentifikasi kebutuhan teknologi dengan biaya rendah, mendekatkan industri dengan program Standar Industri Hijau (SIH) serta PROPER. Selain itu, pelatihan ini ditujukan untuk menerima masukan dari pelaku industri dan asosiasi bagi pengambil kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah.

Beragam hal dipaparkan dalam pelatihan ini, mulai dari metode dan tata acara penghitungan inventarisasi Emisi GRK, aturan hokum yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan inventarisasi GRK, dan penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS). Perhitungan emisi GRK berisikan pengenalan dasar; penentuan kesepakatan penggunaan metode dan tingkatan Tier untuk perhitungan emisi GRK; serta penentuan kategori sumber utama emisi dari kegiatan industri.

Pelaku industri diharapkan berpedoman kepada Perpres. 71 tahun 2011 terkait dengan invetarisasi GRK. Inventarisasi GRK merupakan kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi secara berkala terkait tingkat, status dan kecenderungan emisi dan/atau serapan GRK. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai capaian penurunan emisi GRK dalam rangka mencapai tujuan Nationally Determined Contribution (NDC).

Penyusunan profil emisi GRK menjadi penting untuk mengetahui sumber-sumber utama emisi GRK. Data-data tersebut nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat dalam penyusunan Rencana Aksi Mitigasi Emisi GRK sesuai dengan sumber-sumbernya. Terkait dengan pelaporan inventarisasi GRK secara nasional, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkoordinasi dengan PPIHLH Kementerian Perindustrian untuk menjalankan inventarisasi GRK di sektor industri.

Industri sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam pengendalian emisi GRK (selain melakukan pengurangan emisi GRK) diharapkan tetap dapat berkompetisi dan bersaing di pasar internasional. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah membangun Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) sebagai sarana penghubung antara industri dan pemerintah melalui e-reporting GRK. SIINAS merupakan sebuah platform dari sistem-sistem yang sudah ada sehingga perusahaan hanya akan melaporkan data melalui satu portal/platform saja. Pendaftaran akun SIINAS dapat dilakukan di 26 unit pelayanan publik Kementrian Perindustrian baik di Pusat dan Daerah. Aplikasi ini akan diluncurkan pada tahun 2018, guna menghimpun dan mengintegrasikan data-data industri nasional terutama terkait dengan informasi emisi dari sektor industri.

Kegiatan Pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi

GRK sub sektor tekstil, Direktorat Industri Tekstil sebagai

pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bandung, 6-7

Desember 2017, dengan peserta dari industri tekstil

Kegiatan Pelatihan penghitungan dan inventarisasi emisi

GRK sub sektor keramik dan kaca, Direktorat Industri

Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan

dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40

peserta perwakilan dari industri keramik dan kaca

Kegiatan Pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi

GRK sub sektor makanan dan minuman, Direktorat Industri

Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, serta Direktorat

Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 20-22

November 2017 dengan peserta dari 15 industri minuman

dan tembakau, serta 15 industri dari makanan

Page 3: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

2

Penyusunan profil emisi GRK di sektor industri menjadi penting untuk mendukung perhitungan pencapaian reduksi emisi GRK nasional yang telah disampaikan kepada UNFCCC. Laporan profil emisi GRK yang disusun juga akan mengidentifikasi kurva biaya pengurangan emisi.

Melalui pelatihan ini pula, industri dapat mengevaluasi efisiensi energi dalam proses produksinya. Para peserta diperkenalkan dengan aplikasi sistem penghitungan emisi GRK yang dikeluarkan oleh International Panel of Climate

Change (IPCC) 2006 dengan tingkat ketelitian Tier 1. Data yang digunakan mengacu kepada data produksi dan/atau konsumsi bahan baku di industri dengan faktor emisi standar IPCC. Lebih lanjut, satuan volumetrik bahan bakar seperti liter, kg, atau ton perlu dikonversikan dengan nilai kalor bahan bakarnya (mengacu pada IPCC 2006) sehingga memiliki keseragaman unit satuan TeraJoule (TJ). Namun apabila bahan bakar sudah dalam satuan British

Thermal Unit (BTU) maka tinggal dikalikan dengan faktor konversi. Untuk penggunaan beberapa jenis bahan bakar, dalam menghitung emisi diperlukan faktor emisi per jenis gas (CO2, CH4 dan N2O) berdasarkan bahan bakar yang digunakan.

Pelatihan diselenggarakan dengan menggunakan metode metacard. Pada pertemuan ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dilatih untuk menghitung emisi GRK dengan sampel data nasional yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung emisi dengan menggunakan data masing-masing industri. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan worksheet manual dan dilanjutkan dengan penghitungan dengan menggunakan aplikasi IPCC

Software. Salah satu peserta dari PT. Wilmar, Aris mengemukakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan terkait perhitungan emisi GRK yang dihasilkan dari proses produksi di tempatnya bekerja. Aris juga menyampaikan kesiapan perusahaannya serta menunggu arahan lebih lanjut terkait dengan kewajiban persahaan dalam melakukan inventarisasi dan pelaporan emisi GRK.

Sub sektor makanan dan minuman : Sub sektor tekstil : Sub sektor keramik dan kaca : Sub sektor kimia :

Bogor, 20 – 22 November 2017 Bandung, 6 – 7 Desember 2017 Bogor, 12 – 13 Desember 2017 Bogor, 20 – 21 November 2017 Cilegon, 27 – 28 November 2017 Surabaya, 11 – 12 Desember 2017

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Perhitungan

Emisi GRK di Sektor Industri

Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi

GRK sub sektor kimia, Direktorat Industri Kimia Hulu

sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Surabaya, 11-

12 Desember 2017, dengan peserta dari sub sektor kimia

Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi

GRK sub sektor kimia. : Direktorat Industri Kimia Hulu

sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Cilegon,

27-28 November 2017 dengan peserta dari industri kimia

Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi

emisi GRK sub sektor kimia, Direktorat Industri Kimia

Hulu sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan

di Bogor, 20-21 November 2017 dengan peserta dari

industri kimia

Page 4: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

3

Pengembangan Pedoman MRV Emisi GRK di

Sektor Pembangkit dan Industri

November - Desember 2017, Parnership for Market Readiness (PMR) Indonesia bersama dengan Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian melalui Kelompok Kerja Pembangkit dan Kelompok Kerja Industri, melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) untuk pengembangan pedoman penghitungan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) emisi GRK di sektor pembangkit listrik dan industri, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, 3-4 November 2017, di Bandung.

Dengan melibatkan kementerian terkait, serta stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya yang meliputi perwakilan perusahaan dan asosiasi dari 8 sub-sektor industri dan perwakilan dari sektor pembangkit, pada pertemuan 2 hari tersebut, para peserta membahas, bertukar informasi dan memberikan update terkait dengan kebijakan dan sistem pelaporan emisi GRK di Indonesia. FGD ini juga bertujuan untuk mengidentifikasikan prinsip-prinsip sistem pelaporan emisi GRK dan elemen-elemen utama dalam pedoman umum sistem pelaporan emisi GRK, khususnya di sektor pembangkitan listrik dan industri.

Dalam arahannya, Bapak Dida Gardera, Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan bahwa Sistem Monitoring Reporting Verification (MRV) yang akan dikembangkan bertujuan untuk menghitung, mencatat, melaporkan (yang nantinya untuk dapat diverifikasi) data jumlah GRK yang teremisikan dalam kurun waktu tertentu. Sistem MRV yang dibangun diharapkan dapat diimplmentasikan pada level institusi maupun tingkat fasilitas.

Bapak Lintong Hutahean, Direktur Industri Bahan Galian Non-Logam, Kementerian Perindustrian, menyampaikan juga pada pembukaannya, bahwa pelaporan emisi GRK dibutuhkan untuk mendapatkan data yang valid yang dapat digunakan untuk merancang dan menerapkan kebijakan mitigasi perubahan iklim. Beliau juga menekankan pentingnya integrasi antar sistem yang dapat ditempuh dengan cara mengembangkan platform data yang bersifat umum/kompatibel dan dapat diakses oleh berbagai institusi sesuai dengan kebutuhannya. Beliau menambahkan, bahwa kunci sukses pelaksanaan kegiatan penurunan emisi GRK adalah bagaimana memastikan validitas data yang ada pada sektor-sektor sasaran. Untuk sektor industri, penghitungan baseline masih sangat beragam menjadi tantangan utama, dan untuk itu kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan sangat penting, agar terbangun sistem yang terintegrasi yang handal dan kredibel.

Dalam FGD diidentifikasi bahwa saat ini terdapat beberapa sistem terkait pelaporan emisi GRK, antara lain yang dibangun oleh KLHK (SIGN SMART, SIMPEL, PROPER), oleh Kementerian Perindustrian (SII-Nas) dan oleh Kementerian ESDM (POME dan faktor emisi ketenagalistrikan). Beberapa perusahaan pembangkit dan industri telah melaporkan data terkait dengan emisi GRK ke beberapa sistem MRV yang ada.

Dalam rangka diskusi lebih lanjut, seluruh peserta sepakat agar pemahaman atas operasionalisasi berbagai sistem pelaporan emisi di Indonesia perlu diberikan. Hal ini dianggap penting agar seluruh pihak dapat memberikan masukan terkait sistem MRV yang sedang dibangun maupun diterapkan, sehingga sistem MRV tersebut dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan tujuan. Peserta juga berharap akan ada rencana tindak lanjut untuk merumuskan atau melaksanakan peta jalan pengembangan sistem pelaporan emisi GRK di sektor pembangkitan listik dan industri lahap energi.

Diskusi MRV emisi untuk sub sektor pupuk , Bogor, 29-30

November 2017

Diskusi MRV emisi untuk sektor industri dan pembangkit,

Bandung, 03-04 November 2017

Diskusi MRV emisi untuk sub sektor semen, Bogor, 14-15

Desember 2017

Page 5: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

4

Sektor Industri

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan rencana kerja pengembangan Monitoring, Reporting and Verification (MRV) yang telah didiskusikan pada November - Desember 2017, pertemuan lanjutan untuk mendapatkan kesepakatan final terkait penghitungan baseline emisi GRK, serta pembahasan draft outline untuk penyusunan pedoman MRV juga masih akan dilaksanakan pada tahun 2018.

Kegiatan ujicoba MRV akan fokus dilaksanakan pada tahun 2018 dengan melakukan site visit ke beberapa industri yang telah siap melaksanakan kegiatan MRV. Ujicoba ini direncanakan akan dilaksanakan untuk sub sektor industri yang dirasa telah siap, yaitu sektor industri semen, pupuk dan pulp dan kertas. Mengiringi kegiatan penyusunan pedoman MRV juga akan dilakukan kegiatan pelatihan penghitungan emisi GRK untuk beberapa industri baru di sub sektor industri semen serta industri pulp dan kertas.

Sektor Pembangkit

Kebutuhan untuk mengembangkan pedoman MRV di sektor pembangkitan listrik telah diidentifikasi pada saat rapat kelompok kerja pembangkit yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Pertemuan dihadiri perwakilan dari Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, PT. PLN, Asosiasi Perusahaan Listrik Swasta (APLSI), dan pemangku kepentingan terkait lainnya pada bulan Agustus 2017.

Pada saat itu, Bapak Munir Ahmad (Direktur Teknik Elektro dan Lingkungan Hidup - ESDM) menyampaikan bahwa pertemuan dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan semua anggota kelompok kerja terkait dengan profil sektor emisi GRK di bidang pembangkit tenaga listrik, dan metodologi dalam sistem MRV dan persediaan GRK untuk pembangkit tenaga listrik. Kesimpulan pada rapat tersebut, peserta sepakat untuk disusunnya pedoman MRV, yang nantinya akan menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung dan melaporkan emisi GRK di pembangkit mereka ke Direktorat Jenderal Kelistrikan, Kementerian ESDM.

Pada Focus Group Discussion pengembangan pedoman MRV yang dilaksanakan pada tanggal 3-4 November 2017 di Bandung, Pokja Pembangkit menyetujui agar dibentuk tim kecil untuk penyusunan pedoman MRV di sektor pembangkitan listrik. Hal ini telah ditindak lanjuti dengan rapat tim kecil penyusunan pedoman inventarisasi emisi GRK sektor pembangkit yang dilaksanakan pada tanggal 22 November 2017 di Jakarta dan 21 Desember 2017 di Serpong.

Pedoman yang dikembangkan akan berisi tentang lingkup inventarisasi, metode dan penghitungan emisi GRK, format pelaporan dan pengendalian dan penjaminan kualitas. Pelaporan nantinya akan dilakukan melalui sistem online yang sedang dikembangkan, perusahaan akan menjadi quality control (QC) data dan Ditjen. Ketenagalistrikan-ESDM yang akan memvalidasi data final yang diberikan oleh perusahaan (QA). Selanjutnya data yang sudah divalidasi diteruskan ke Pusdatin, Kementerian ESDM.

Diskusi MRV untuk sektor industri dan pembangkit : Diskusi MRV untuk sub sektor pupuk : Diskusi dan penyusunan draft pedoman MRV untuk sub sektor pupuk : Diskusi MRV untuk sub sektor semen : Pertemuan MRV untuk sektor pembangkit : Penyusunan pedoman MRV untuk sektor pembangkit :

Bandung, 03– 04 November 2017 Bogor, 29-30 November 2017

Palembang, 08-11 Januari 2017 Bogor, 14-15 Desember 2017 Batam, 03 Agustus 2017 Jakarta, 22 November 2017

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Diskusi MRV Sektor Industri dan Pembangkit

Penyusunan pedoman MRV emisi untuk sektor pembangkit,

Jakarta, 22 November 2017

Pertemuan MRV emisi untuk sektor pembangkit,

Batam, 03 Agustus 2017

Page 6: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

5

Pelatihan Perhitungan dan Inventarisasi Emisi

GRK di Sektor Pembangkit

November - Desember 2017, Sejalan dengan kegiatan pelatihan penghitungan dan inventarisasi emisi GRK di sektor industri, Parnership for Market Readiness (PMR) Indonesia juga melakukan kegiatan pelatihan untuk sektor pembangkit bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK)-Kementerian ESDM. Dua sesi pelatihan telah dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2017 di Surabaya dan Bogor.

Pertemuan dibuka oleh Bapak Benhur L. Tobing selaku Kepala Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Ketenagalistrikan-ESDM. Beliau menyampaikan bahwa perhitungan faktor emisi ketenagalistrikan merupakan salah satu kegiatan pendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang telah diatur dalam Prepres 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK. Dalam Persetujuan Paris (Paris Agreement), faktor emisi sistem ketenagalistrikan akan tetap berperan penting untuk mendukung upaya penurunan emisi GRK di Indonesia. Ditjen. Ketenagalistrikan telah mengembangkan faktor emisi GRK sistem ketenagalistrikan di 48 sistem interkoneksi tenaga listrik (on-grid), faktor emisi GRK baseline dari pembangkit listrik tenaga diesel di seluruh wilayah Indonesia, serta faktor emisi GRK setelah susut daya sampai sistem distribusi tenaga listrik (on-grid). Perhitungan dan pemutakhiran nilai faktor emisi tersebut dilakukan oleh Ditjen. Ketenagalistrikan setiap tahunnya. Beliau juga mengharapkan tiap unit pembangkit dapat menghitung emisi GRK dan melaporkannya kepada Ditjen. Ketenagalistrikan.

Kegiatan pelatihan perhitungan emisi GRK mengacu pada IPCC 2006, di mana data yang digunakan untuk perhitungan emisi GRK terbagi dua yaitu data konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh unit pembakaran dan data konsumsi energi yang digunakan untuk penunjang operasional pembangkit (on use kecuali konsumsi BBM untuk armada kapal dan mobil operasional). Data konsumsi oli juga dapat dimasukan sebagai data konsumsi dan dihitung sebagai IPPU dan penggunaan bahan bakar untuk pematik di pembangkit biomassa (yang selama ini dihitung sebagai nol). Dalam melaporkan hasil inventarisasi GRK, ketiga GRK utama (CO2, CH4, dan N2O) diminta untuk dilaporkan lengkap. Unit pembangkit diminta untuk melaporkan data aktivitas yang berpotensi menimbulkan emisi CO2. Satuan volumetrik bahan bakar seperti liter, kg atau ton perlu dikonversikan dengan nilai kalor bahan bakarnya (mengacu pada IPCC 2006) sehingga memiliki keseragaman unit satuan TeraJoule (TJ). Namun apabila bahan bakar sudah dalam satuan British Thermal Unit (BTU) maka tinggal dikalikan dengan faktor konversi. Untuk penggunaan beberapa jenis bahan bakar, maka dalam menghitung emisi diperlukan faktor emisi per jenis gas (CO2, CH4 dan N2O) berdasarkan bahan bakar yang digunakan. Untuk sektor pembangkit, digunakan data emisi Ex-Post, di mana data yang didapatkan adalah data pemantauan tahun sebelumnya.

Di akhir kegiatan ini diharapkan terbentuk kesepakatan tentang metode penghitungan dan hasil inventarisasi emisi GRK sistem interkoneksi tenaga listrik tahun 2016, meningkatnya kapasitas peserta terkait dengan penghitungan inventarisasi emisi GRK serta aksi mitigasi penurunan emisi GRK di sektor pembangkit.

Bogor :Surabaya :

28 – 29 November 2017 05 - 06 Desember 2017

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Perhitungan

Emisi GRK di Sektor Pembangkit

Kegiataan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor

Pembangkit, Bogor, 28-29 November 2017

Kegiataan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor

Pembangkit, Surabaya, 05-06 Desember 2017

Page 7: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

6

November-Desember 2017, Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian didukung oleh Partnership for

Market Readiness (PMR) melaksanakan kajian pengembangan profil dan

baseline emisi GRK untuk 8 sub sektor industri lahap energi (Semen, Pupuk, Pulp dan Kertas, Makanan dan Minuman, Tekstil, Baja, Petrokimia, serta Keramik dan Kaca) yang telah dimulai sejak Oktober 2017 dan akan berjalan hingga juni 2018 mendatang.

Direktur Industri Bahan Galian Non Logam, Kementerian Perindustrian, Bapak Lintong S. Hutahean menyampaikan apresiasi atas kesediaan pihak industri dalam kegiatan kaji ulang inventarisasi emisi GRK di industri semen. Beliau juga menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk memantapkan dan updating data dalam rangka mempersiapkan industri untuk kegiatan MRV. Pertemuan ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang dapat dikembangkan khususnya mengenai pengembangan instrument berbasis pasar (IBP) untuk industri di Indonesia. Hasil kajian ini akan dijadikan dasar dalam penyelenggaraan kegiatan MRV, dimana pilot project MRV akan diujicobakan pada industri yang telah siap yaitu industri, pupuk, semen, pulp and paper, serta mempersiapkan gambaran pasar yang dapat dikembangkan untuk industri di Indonesia.

Bapak Dida Gardera selaku Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, juga menambahkan bahwa beberapa industri telah lebih maju dalam hal penyelenggaraan kegiatan inventarisasi emisi GRK seperti industri Semen, Pupuk, Pulp and Paper, sehingga diharapkan kesiapan tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi industri lainnya.

Di kesempatan berikutnya, Bapak Hermawan, Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN), Kementerian Perindustrian memaparkan mengenai sistem informasi industri nasional (SIINAS) khususnya terkait dengan emisi GRK dimana saat ini pada sistem tersebut telah diintegrasikan dalam Sistem Informasi Monitoring Gas Rumah Kaca (SIM-GRK). SIINAS ini bertujuan dalam rangka penyediaan data dan informasi industri yang akurat lengkap dan termutakhir serta mempermudah pihak industri dalam proses penyampaian data laporan kepada pihak pemerintah berdasarkan Undang-undang No.3/2014 tentang perindustrian dengan turunan PP 2/2017 tentang sarana dan prasarana industri sebagai landasan pembentukan SIINAS (peraturan menteri perindustrian tentang pengelolaan).

Tim Tenaga Ahli-Ibu Lusy Widowati, dalam paparannya menyampaikan tujuan kegiatan review baseline/kaji ulang Tujuan kegiatan ini yaitu ; 1) melakukan kaji ulang penghitungan emisi GRK industri semen (13 industri); 2) review baseline emisi GRK diindustri semen dengan memasukan penghitungan hingga tahun 2016; 4) serta validasi capaian emisi GRK tahun 2016 sebagai dasar persiapan penyusunan profil emisi GRK. Kegiatan MRV ini dalam pengembangannya akan menjadi wajib bagi industri, sehingga diharapkan para industri dapat melakukan pelaporan dari saat ini.

Peserta yang hadir pada kegiatan penghitungan baseline emisi GRK ini adalah asosiasi industri, asosiasi industri terkait pada 8 sub sektor tersebut, direktorat teknis terkait pada Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Tim Tenaga Ahli.

Penyusunan Profil dan Baseline GRK

di Sektor Industri

Kegiatan review baseline dan diskusi MRV emisi sub

sektor semen, Direktorat Industri Bahan Galian Non

Logam. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 14-15 Desember

2017 dengan peserta dari Industri Semen Indonesia

Kegiatan Review Baseline dan Diskusi MRV emisi sub

sektor pupuk, Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai

pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 28-29

November 2017 dengan peserta dari Industri Pupuk

Page 8: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

7

Desember 2017, Tim Partnership for Market Readiness (PMR Indonesia) bersama dengan kelompok kerja pembangkit melakukan serangkaian kunjungan lapangan ke beberapa unit pembangkit. Unit pembangkit yang dikunjungi adalah unit pembangkit Suralaya (Indonesia Power-unit 1-4) dan Paiton (Jawa Power-unit 5,6 dan Paiton Energy-unit 7, 8) pada Desember 2017 lalu.

Kunjungan dilaksanakan dalam rangka kajian penyusunan profil emisi GRK dan identifikasi aksi penurunan emisi GRK untuk sektor pembangkit. Kunjungan lapangan tersebut, telah memberikan gambaran mengenai upaya mitigasi penurunan emisi yang sudah dilakukan, serta potensi aksi mitigasi lainnya yang mungkin dilaksanakan oleh unit pembangkit.

Salah satu unit pembangkit yaitu Jawa Power menyampaikan paparan mengenai pengurangan pencemaran udara, 1) menggunakan Low NOx burner, 2) memasang

electrostatic precipitator (ESP), 3) memasang flue gas desulphurization (FGD), 4) memasang CEMS (continues emission monitoring system), 5) memasang AQMS (air

quality monitoring system). Terkait dengan program konservasi energy, unit Paiton 7 dan 8 telah melaksanakan hal-hal sebagai berikut; 1) Optimalisasi kompresor, 2) optimalisasi FGD aeration blower, 3) mengoptimalkan chlorination

plan, 4) pemeliharaan FGD melalui pembersihan berkala setiap 2 tahun, 5) penggantian FGD absorber.

Sedangkan PT. Paiton Energy, menyampaikan, perusahaannya telah melakukan beberapa upaya untuk melakukan aksi mitigas pengurangan emisi GRK, beberapa kegiatan diantaranya adalah konservasi energi dengan upaya yang dilakukan ; 1) optimalisasi operasional air compressor, 2) optimalisasi operasional FGD Aeration Blower; 3) optimalisasi operasional chlorination Plant; 4) pembersihan Fluid Gas

Desulphurization (FGD) secara online; 5) pemeliharan berkala PLTU setiap 2 tahun; 6) penggantian FGD absorber motor 3A dengan motor yang lebih efisien. Kegiatan efisiensi energi yang telah dilakukan untuk meningkatkan performa dan kapasitas pembangkitan oleh PLTU Suralaya adalah rehabilitasi turbin-generator melalui uprating turbin uap. Kegiatan uprating turbin di PLTU Suralaya dilakukan pada unit 1 dan 2 yang dapat meningkatkan kapasitas produksi di masing-masing unit dari 400 MW menjadi 420 MW. Proses uprating turbin dilakukan dengan memodifikasi turbin dengan cara memperlebar sudut turbin, sehingga putaran turbin oleh debit steam bekerja secara optimal. Kegiatan ini menghasilkan penghematan energi terbesar dari kegiatan konservasi energi lain yang telah dilakukan. Namun, tingginya nilai investasi untuk kegiatan ini menjadi barrier utama dalam pelaksanaan kegiatan.

Dari laporan kegiatan pengurangan pencemaran udara yang ada, kegiatan lain yang memiliki kontribusi penurunan emisi CO2 yang signifikan adalah pemanfaatan gas buang melalui pengembangan mikroalga sebagai bahan bakar alternatif dan penyerap emisi yang dapat menurunkan emisi sebesar 201.864 tCO2/tahun.

PT. Indonesia Power UBP Suralaya dibantu McKinsey telah melakukan upaya peningkatan efiensi unit pembangkitan melalui program 5E (Enhancing and Embedding Energy Efficiency Excellent). Melalui program ini, performa unit pembangkitan dipantau secara berkala dan dievaluasi untuk selanjutnya dilakukan peningkatan kinerja. PT. Indonesia Power UBP Suralaya juga telah melakukan program manajemen energi ISO 50001.

Telah disepakati bersama dari kunjungan-kunjungan tersebut dibutuhkan pertemuan lanjutan untuk identifikasi potensi penurunan emisi GRK yang dapat diadopsi oleh sektor pembangkit.

Kegiatan Kunjungan Lapangan ke PLTU Jawa Power,

PLTU Power Energy dan PLTU Indonesia Power

PLTU Jawa Power

PLTU Paiton Energy

PLTU Indonesia Power

Page 9: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

8

15 Desember 2017, Dengan telah terpilihnya Deloitte Tohmatsu sebagai konsultan pelaksana kajian IBP pada akhir November 2017, serta sebagai upaya sinergi para pihak terkait pelaksanaan kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar, PMR Indonesia bersama dengan Kemenko Perekonomian RI menghelat pertemuan awal yang melibatkan kelompok kerja instrumen berbasis pasar dan konsultan.

“Pertemuan ini diselenggarakan dengan 3 tujuan utama”, seperti yang disampaikan Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas RI, Bapak Medrilzam dalam pembukaannya. Beliau menuturkan bahwa ketiga tujuan tersebut adalah 1) untuk mensosialisasikan dimulainya kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar, yang akan dilaksanakan oleh Deloitte Tohmatsu sebagai pelaksana kajian; 2) untuk membahas rencana kerja pelaksana kajian; dan 3) Melaporkan capaian program Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar. Beliau menambahkan bahwa instrumen berbasis pasar (IBP) sejatinya sudah dibahas dari sejak lama. “Bahkan Indonesia telah mengikuti skema yang dinamakan dengan Clean

Development Mechanism (CDM) di bawah Protokol Kyoto” imbuhnya. Patut diketahui bahwa saat ini, negara-negara lain telah banyak menerapkan IBP dalam skala domestik/nasional dalam berbagai bentuknya seperti perdagangan emisi, offset dan pajak karbon.

Belajar dari negara lain, Indonesia perlu menjajaki instrumen inovatif apa yang dapat dikembangkan untuk mendukung mitigasi perubahan iklim dan sesuai dengan kondisi domestik di Indonesia, baik yang sifatnya intervensi Pemerintah maupun berbasis pasar. “Karena jika melihat target Indonesia dalam pengurangan emisi yaitu 29% dan 41%, tentunya akan membutuhkan inovasi dalam menggalang pendanaan swasta untuk mendukung upaya mitigasi tersebut dan IBP adalah salah satu opsinya”, tegasnya.

Lebih lanjut, muncul pertanyaan mengenai kesiapan Indonesia sendiri dalam menerapkan IBP. Menjawab hal tersebut, sebagai langkah strategis diperlukan kajian untuk mengetahui opsi instrumen yang sesuai untuk kebijakan perubahan iklim di Indonesia. “Saya sendiri berharap bahwa kajian ini nantinya dapat menghasilkan informasi komprehensif tentang opsi-opsi IBP di dunia, opsi-opsi IBP yang mungkin diterapkan Indonesia dan perkiraan dampak sosio-ekonominya, serta peta jalan pengembangan skenario IBP terpilih”, demikian disampaikan Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas, Bapak Medrilzam.

Di kesempatan yang sama, Kasubdit Sumber Daya Pendanaan, Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK, Ibu Endah Tri Kurniawaty, turut menjelaskan terkait Instrumen Pendanaan Perubahan Iklim (Tindak Lanjut PP No. 46 Tahun 2017). Ibu Endah menjelaskan bahwa Indonesia, melalui NDC, telah menetapkan komitmen penurunan emisi sebesar 29% dengan upaya domestik dan 41% dengan dukungan internasional. “Terkait dengan impelementasi NDC, tentunya dibutuhkan dukungan pendanaan yang berasal dari APBN, dukungan internasional atapun non-parties stakeholders”, demikian ia menekankan. Terkait dengan sumber pendanaan, lebih lanjut disampaikan bahwa Pemerintah Indonesia telah merencanakan pengembangan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (IELH) yang diatur dalam PP No. 46 Tahun 2017 dan berisikan mandat untuk pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk dana lingkungan hidup.

Terkait dengan poin pembentukan institusi BLU, dalam hal ini Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), terdapat tiga jendela instrumen ekonomi yang menjadi tugas dan fungsinya, yaitu dana jaminan pemulihan lingkungan hidup, dana penanggulangan kerusakan/pencemaran, dan dana amanah untuk konservasi.

FGD Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar dan

Kick-Off Studi Opsi Instrumen Berbasis Pasar

Page 10: Dalam edisi ini - pmr-indonesia.org · Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, 12-13 Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik

9

Mitra Kerja

“Sebagai contoh, pendanaan untuk proyek REDD+ terdiri dari: rencana investasi REDD+, Penyusunan Permen REDD+, strategi bisnis BPDLH, tata kelola BPDLH, struktur organisasi BPDLH, dan perpres pendanaan lingkungan hidup” lanjut Ibu Endah.

Kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar yang akan dilaksanakan PMR Indonesia akan mendukung perumusan instrumen ekonomi yang inovatif untuk mengendalikan emisi GRK di Indonesia. Kajian ini sendiri direncanakan dilangsungkan selama 9 bulan dengan tujuan menyediakan masukan bagi proses pengambilan keputusan terkait implementasi IBP untuk meningkatkan aksi mitigasi nasional. Deloitte Tohmatsu sebagai konsultan pelaksana kajian ini, menyampaikan mengenai rencana kerja dan strategi dalam pelaksanaan kajian tersebut.

Diakhir acara, Partnership for Market Readiness (PMR) menyatakan dukungannya untuk membangun awareness dan willingness terkait mitigasi perubahan iklim dan penerapan IBP, dan salah satu bentuknya adalah pengkajian opsi IBP untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Berbagai kebijakan untuk mengurangi emisi GRK telah diambil Pemerintah, seperti apa yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melalui Standar Industri Hijau yang pada dasarnya juga merupakan benchmark emisi GRK untuk industri di Indonesia, dan IBP dapat dirancang sedemikian rupa untuk membantu pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.

Pertemuan ini dihadiri oleh kelompok kerja Instrumen Berbasis Pasar (Pokja IBP) yang terdiri dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI-KLHK), Pusat Kebijakan Strategis-KLHK (PUSJAKSTRA-KLHK), Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim-KLHK (P3SEKPI-KLHK), Direktorat Lingkungan Hidup-BAPPENAS, Badan Kebijakan Fiskal (BKF-Kementerian Keuangan), Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi-Kementerian ESDM (Ditjen EBTKE-ESDM), APKI (Asosiasi Pengelola Karbon Indonesia) dengan koordinator Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK.