daftar putaka

30
DAFTAR ISI 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010…................................................ ..................................................... ........ 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010........................... 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2012............................ 4. Undang-Undang No.11 Tahun 1967..................................................... .....................

Upload: sidabutar-prakoso-satrya-hunter

Post on 04-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aaaa

TRANSCRIPT

Page 1: DAftar Putaka

DAFTAR ISI

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010….............................................................................................................

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010...........................

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2012............................

4. Undang-Undang No.11 Tahun 1967..........................................................................

Page 2: DAftar Putaka

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 23 TAHUN 2010

Pasal 1Ayat 2

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

Ayat 3Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk

secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

Ayat 4Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang

berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah.

Ayat 5Pertambangan batubara adalah pertarnbangan endapan karbon yang

terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.Ayat 6

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

Ayat 8Wilayah Pertarnbangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah

yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional.

Page 3: DAftar Putaka

Ayat 16Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pertambangan mineral danbatubara.

Pasal 2 Ayat (1)

WP merupakan kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara, baik di permukaan tanah maupun di bawah tanah, yang berada dalarn wilayah daratan atauwilayah laut untuk kegiatan pertarnbangan.

Ayat (2) Wilayah yang dapat ditetapkan sebagai WP sebagairnana

dimaksud pada ayat (1) memiliki kriteria adanya:a. Indikasi formasi batuan pembawa mineral dan/atau pembawa batubara; dan/ ataub. Potensi sumber daya bahan tarnbang yang berwujud padat dan/atau cair.

Bagian ke satuPasal 4Ayat (2)

Potensi pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan atas :a. Pertambangan mineral dan b.Pertambangan batubara.

Ayat (3)Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:a. Mineral radioaktif.b. Mineral logam.c. Mineral bukan logam.d. Batuan dane. Batubara.

Pasal 5Ayat (3)

Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat :a. Formasi batuan pembawa mineral logarn danjatau batubara.b. Data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertarnbangan yang sedang berlangsung,

Page 4: DAftar Putaka

telah berakhir, dan atau telah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati walikota sesuai dengan kewenangannya.c. Data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, yang sudah berakhir, dan atau yang sudah dikembalikan kepada Menteri, gubernur. Atau bupati walikota sesuai dengan kewenangan nya. Dan atau.d. interpretasi penginderaan jauh baik berupa pola struktur maupun sebaran litolog.

Pasal 12Ayat (1)

Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota wajib diolah menjadi peta potensi mineral dan / atau batubara.

Ayat (2) Data dan inforrnasi hasil penyelidikan dan penelitian pertarnbangan

yang dilakukan oleh lembaga riset berdasarkan penugasan dari Menteri atau gubernur wajibdiolah menjadi peta potensi mineral dan/atau batubara.

Ayat (3) Peta potensi mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) paling sedikit memuat informasi mengenai formasi batuan pembawa mineraldm/ atau pembawa batubara.

Ayat (4) Gubernur dan bupati/aralikota wajib menyarnpaikan peta potensi

mineral dan / atau batubara se bagairnana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Menteri.

Ayat (5) Berdasarkan peta potensi mineral dan/atau batubara sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), Menteri melakukan evaluasi.

Pasal 16Ayat (4)

Menteri dapat melimpahkan kewenangan penetapan WUP untuk pertambangan mineral bukan logam dan . WUP untuk pertambangan batuan yang berada pada lintas kabupaten kota dan dalam 1 (satu) kabupaten kota dalam 1 (satu) provinsi kepada gubernur

Pasal 17Ayat (1)

Page 5: DAftar Putaka

Data dan informasi hasil eksplorasi yang di1akukan oleh gubernur dan bupati/walikota wajib diolah menjadi peta potensi/ cadangan mineral. Dan / atau batubara.

Ayat (2) Peta potensi/ cadangan mineral dan/ atau batubara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat sebaran potensi/ cadangan mineral dan/atau batubara.

Ayat (3) Gubernur dan bupatil walikota wajib menyampaikan potensi/cadangan

mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta laporan hasil eksplorasikepada Menteri.

Ayat (4) Peta potensi/ cadangan mineral dm/atau. Batubara sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dibuat dalarn bentuk lembar peta dan digital.

Bagian Kedua Pasal 18

WUP sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 16 ayat (1) huruf atcrdiri atas:a. WUP mineral radioaktif.b. WUP mineral logam.c. WUP batubara.d. WUP mineral bukan logam dan/ataue. WUP batuan.

Pasal 20Ayat (1)

Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalarn WP menjadi WUP berdasarkan peta potensi rnineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 12 ayat (1)serta pets potensil cadangan mineral dan / atau batubara sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 17 ayat (1)

Ayat (2) WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi criteria :

a. Memiliki formasi batuan pembawa batubara, fonnasi batuan pembawa mineral logam, dan/atau formasi batuan pembawa mineral radioaktif, termasuk wilayah lepas pantai berdasarkan peta geologi.b. Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan/atau batuan.c. merniliki potensi sumber daya mineral atau batubara.d. memiliki 1 (satu) atau lebih jenis .mineral termasuk mineral ikutannya dan/atau

Page 6: DAftar Putaka

batubara.e. tidak tumpang tindih dengan WPR danlatau WPN.f. merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara bekelanjutan dang. merupakan kawasan peruntukan pertarnbangan sesuai dengan rencana tata ruang

Pasal 21Ayat (2)

WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas:a. WIUP radioaktif.b. WIUP mineral logarn.c. WIUP batubara.d. WIUP mineral bukan logam dan/ataue. WIUP batuan.

Pasal 24Dalam hal di WIUP mineral logam danlatau batubara terdapat komoditas

tambang lainnya yang berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya. Wajib ditetapkan WIUP terlebih dahulu.

Pasal 26Ayat (1)

Bupati/walikota menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b berdasarkan peta potensi mineral danlatau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) serta peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara sebagaimana dinlaksud dalam Pasal 17 ayat (1).

Ayat (2) WPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

kriteria:a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau diantara tepi dan tcpi sungai;b. mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kcdalarnan maksimal25 (dua puluh lima) meter.C. Merupakan endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba.d. Luas maksimal WPR scbesar 25 (dua puluh lima) hectare.e. Menyebutkan jenis komoditas yang '&an ditambang dan/ atauf. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tarnbang ralcyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.g. Tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN dan

Page 7: DAftar Putaka

h. Merupakan kawasan peruntukan pertarnbangan sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 29Ayat (1)

Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi WPN berdasarkan peta potensi mineral danlatau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) serta peta potensijcadangan mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 17 ayat (1).

Ayat (2) WPN sebagaimana dimak:sud pada ayat (1) harus memenuhi criteria :

a. Memiliki formasi batuan pembawa mineral radioaktif, mineral logam, dan/atau batubara berdasarkan peta data geologi.b. Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif, logam, dan/atau batubara berdasarkan petaldata geologi.c. Memiliki po tensi/ cadangan mineral dan/ atau batubara dand. Untuk keperluan konservasi komoditas tambang.e. Berada pada wilayah dan/atau pulau yang berbatasan dengan negara lain;f. Merupakan wilayah yang dilindungi dan/ataug. Berada pada pulau kecil dengan luas maksimal2.000 (dua ribu) kilometer persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32Ayat (1)

Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK sebagairnana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) harus memenuhi kriteriaia. Letak geografis.b. Kaidah konservasi. c. Daya dukung lingkungan;d. Optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara dane. Tingkat kepadatan penduduk.

Ayat (2) WUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. WIUPK mineral logam; dan/ataub. WIUPK batubara.

Ayat (3) Menteri dalam menetapkan luas dan batas WIUPK mineral logarn

dan/atau batubara dalam suatu WUPK berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 33

Page 8: DAftar Putaka

Dalam ha1 di WIUPK mineral logam danlatau batubara terdapat komoditas tambang lainnya yang berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya wajib ditetapkan WIUPK terlebih dahulu.

Pasal 36Ayat (5)

Hasil pengelolaan data danlatau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan untuk :a. penetapan Masifikasi potensi dan WP;b. penentuan neraca sumber daya dan cadangan mineral dan batubara nasional atauc. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mineral dan batubara.

2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010

Pasal 1Ayat (1)

Pertambangan, Mineral, Batubara, Pertambangan Mineral,

Page 9: DAftar Putaka

Pertambangan Batubara, Usaha Pertambangan, Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP, Badan Usaha,Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WIUP, Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang selanjutnya disebut IUP Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi, Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut WUPK, Izin Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut IUPK, Izin Usaha Pertambangan Khusus Eksplorasi yang selanjutnya disebut IUPK Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi yang selanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi, Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR, Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut IPR, Eksplorasi, dan Operasi Produksi adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Pasal 2Ayat (2)

Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:a. Mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya.b. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium,neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.

c. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen.

Page 10: DAftar Putaka

d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan ; dan

e. batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

Pasal 8Ayat (1)

Pemberian WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7huruf a terdiri atas:a. WIUP radioaktif;b. WIUP mineral logam;c. WIUP batubara;d. WIUP mineral bukan logam; dan/ataue. WIUP batuan.

Pasal 10Ayat (1)

Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang.

Ayat (2)

Page 11: DAftar Putaka

Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dan bupati/walikota;b. gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.

Pasal 11Ayat (1)

Dalam pelaksanaan pelelangan WIUP mineral logam dan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk panitia lelang oleh:a. Menteri, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;b. Gubernur, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada di lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dari garis pantai; c. Bupati/walikota, untuk panitia pelelangan WIUP yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis pantai.

Pasal 12Ayat (1)

Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan/atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi:a. Menyiapkan lelang WIUP;b. Menyiapkan dokumen lelang WIUP;c. Menyusun jadwal lelang WIUP;d. Mengumumkan waktu pelaksanaan lelang WIUP;e. Melaksanakan pengumuman ulang paling banyak 2 (dua) kali, apabila peserta lelang WIUP hanya 1 (satu);f. Menilai kualifikasi peserta lelang WIUP;g. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;h. Melaksanakan lelang WIUP; dani. Membuat berita acara hasil pelaksanaan lelang dan mengusulkan pemenang lelang WIUP

Page 12: DAftar Putaka

Pasal 20Ayat (1)

Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha, koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) kepada:a. Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil dari garis pantai;b. Gubernur, untuk permohonan WIUP yang berada lintasn wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil; danc. Bupati/walikota, untuk permohonan WIUP yang berada di dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil.

Ayat (2)Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. Menteri harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari gubernur dan bupati/walikota;b. Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari bupati/walikota.

Pasal 21 Permohonan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan yang terlebih

dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta, memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.

Pasal 51Ayat (1)

Pemberian WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a terdiri atas WIUPK mineral logam dan/atau batubara.

Pasal 53Ayat (1)

BUMN dan BUMD yang telah mendapatkan WIUPK wajib mengajukan permohonan IUPK mineral logam atau batubara kepada Menteri.

Ayat (2)Dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak

diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri

Page 13: DAftar Putaka

memberikan IUPK kepada BUMN atau BUMD setelah memenuhi persyaratan.

Pasal 65Ayat (1)

BUMN atau BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara, harus menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUPK.

BAB VIIPENGUTAMAAN KEPENTINGAN DALAM NEGERI,PENGENDALIAN PRODUKSI, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA

Pasal 84Ayat (1)

Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksiharus mengutamakan kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.

Ayat (2)Menteri menetapkan kebutuhan mineral dan batubara di dalam negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebutuhan untuk industri pengolahan dan pemakaian langsung di dalam negeri.

Ayat (3)Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat melakukan ekspor mineral atau batubara yangdiproduksi setelah terpenuhinya kebutuhan mineral danbatubara dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengutamaankebutuhan mineral dan batubara untuk kepentingan dalamnegeri diatur dengan Peraturan Menteri.