daftar cagar budaya tidak bergerak kabupaten … · batu tanpa pengerjaan. bentuk nisannya hampir...
TRANSCRIPT
DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK
BERGERAK
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
PROVINSI RIAU
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
SUMATERA BARAT
WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
1
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Situs Padang Candi Teluk Kuantan
Alamat
Jalan Padang Candi
Dusun/Kampung/Jorong Batuang
Desa/Kelurahan/Nagari Sangau
Kecamatan Kuantan Mudik
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 25 km
Ibukota Prov. ± 136 km
Keletakan Geografis 60 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Situs berada di daerah perkebunan dan agak jauh dari jalan raya. Setelah mengendarai roda empat atau roda dua, untuk sampai ke lokasi harus berjalan kaki sejauh 100 m. Dari jalan raya Sangau, jalan menuju ke lokasi bisa ditempuh dengan dua jalur, pertama melalui jembatan gantung dan kedua melalui hutan karet.
Letak Astronomis 101° 28' 59,002"E 0° 39' 40,100"S (101,483056 ; -0,661139)
Deskripsi Historis Berdasarkan penelusuran literatur, situs ini merupakan sebuah candi pemujaan dari masa Hindu Buddha
Deskripsi Arkeologis Situs Padang Candi ini terletak pada daerah pemukiman penduduk. Pada area situs seluas sekitar 2 ha, banyak ditemukan sebaran bata. Sebaran bata saat ini sudah tidak teratur lagi konteksnya. Oleh penduduk setempat konon bata yang ada dipakai untuk mendirikan rumah. Salah satu struktur bata dapat dilihat pada halaman rumah penduduk, namun belum dapat dipastikan struktur apa, hanya tinggal bata satu lapis saja. Selain tersebar di area pemukiman, sebaran bata juga dapat dilihat di area perkebunan. Di area perkebunan, sebaran bata lebih teracak lagi, diduga karena aktivitas pengolahan lahan oleh petani. Informasi tentang adanya struktur memanjang seperti tembok keliling perlu dibuktikan dengan ekskavasi test pit di area perkebunan yang tidak jauh dari rumah penduduk. Dari aspek geografis, keletakan situs Padang Candi amat strategis yaitu dekat dengan sungai Batang Kuantan, yang merupakan urat nadi lalulintas abad XIV M. Sampai saat ini sungai kecil yang merupakan anak sungai Batang Kuantan masih dapat dilayari dengan sampan. Pada bulan Juli 2010 yang lalu telah dilakukan ekskavasi oleh Puslitarkenas Jakarta di situs ini. Sayangnya, sampai saat ini belum didapatkan laporan hasil ekskavasi tersebut. Menurut informasi masyarakat setempat, sebaran bata yang dulunya banyak terdapat di situs ini banyak digunakan oleh penduduk sekitar untuk membuat rumah.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 2 Ha
Lahan ± 2 Ha
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Kebun
1. Situs Padang Candi Teluk Kuantan
2
Selatan Kebun
Timur kebun
Barat kebun
Fungsi awal dan fungsi sekarang Ada dugaan fungsi awal struktur sebagai candi tempat peribadatan, fungsi kini menjadi dead monument dan objek penelitian
Pemilik Hamidar-Baida
Pengelola Hamidar-Baida
Foto
Foto Bangunan
3
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
4
2. Makam Keramat Ashar KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Makam Keramat Ashar
Alamat
Jalan Jl. Sudirman
Dusun/Kampung/Jorong Keramat
Desa/Kelurahan/Nagari Pasar Taluk
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 122 km
Keletakan Geografis 51 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di dekat jalan raya beraspal sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat.
Letak Astronomis 101°34'21,8"E 0°31'44,3"S (101,68094 ; -0,427056)
Deskripsi Historis Makam ini merupakan makam seorang ulama besar bernama Ashar. Beliau adalah sorang tokoh ulama penyebar Islam abad ke-19 (tahun 1800-an) di Teluk Kuantan. Menurut masyarakat setempat, KH Ashar berasal dari Ulakan Padang Pariaman dan berhubungan erat dengan Syeikh Burhanuddin. Sampai saat ini makam ini sering diziarahi oleh masyarakat dari Ulakan Padang Pariaman.
Deskripsi Arkeologis Makam keramat Ashar berada di tepi jalan raya utama. Makam ini terletak di persimpangan Jalan Sudirman. Makam keramat Ashar merupakan makam tunggal yang telah diberi cungkup. Cungkup makam juga berfungsi sebagai tempat para peziarah. Sekeliling lantai cungkup makam telah diberi keramik. Jirat makam telah diberi keramik dan diberi kelambu berwarna hijau yang menutupi sekeliling jirat makam. Nisan makam terbuat dari batu tanpa pengerjaan. Bentuk nisannya hampir sama dengan nisan-nisan yang ada di kompleks makam Syech Burhanuddin Ulakan Padang Pariaman. Di dalam jirat juga terdapat kemo. Sementara di sekeliling makam telah diberi pagar besi dan dibuat taman. Dari segi arsitektur, makam ini telah mengalami perubahan dan tidak memperlihatkan nilai arkeologisnya lagi.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 6 X 2,8 m
Lahan ± 14,5 X 20 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jl. Sudirman
Selatan Pasar Rakyat
Timur Jl. Dipenogoro
Barat Jl. Sudirman
Fungsi awal dan fungsi sekarang Makam
Pemilik Pemkab Kuantan Singingi
Pengelola Pemkab Kuantan Singingi
Foto
6
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
7
3. Makam Oemar Usman Tengah KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Makam Oemar Usman Tengah
Alamat
Jalan Jl. Datuk Bisai
Dusun/Kampung/Jorong Simpang 3
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Taluk
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 123 km
Keletakan Geografis 56 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di dekat jalan raya beraspal sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat.
Letak Astronomis 101°34'04,0"E 0°32'1,000"S (101,567778 ; -0,533611)
Deskripsi Historis Sejarah mengenai tokoh Umar Usman diperoleh dari prasasti yang terdapat di dalam kompleks makam ini, tepatnya berada di sisi selatan makam Umar Usman. Disebutkan bahwa KH.Umar Usman (1912-1989) adalah seorang perintis kemerdekaan RI yang lahir di Teluk Kuantan 15 Februari 1912. Oleh karena perjuangannya tersebut, beliau telah beberapa kali keluar masuk penjara. Tahun 1931 dipenjarakan oleh Belanda di Yogyakarta selama 2,5 tahun. Tahun 1934 dipenjarakan oleh Belanda di Padang selama 2,5 tahun. Tahun 1937 dipenjarakan oleh Inggris di Singapura dan Kuala Lumpur. Tahun 1942 dikeluarkan Jepang dari penjara Inggris di Singapura. Tahun 1945-1949 membentuk lascar dan badan perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Beliau dipercaya menjadi Komandan Militer Riau Selatan serta menjadi Bupati Militer Indonesia pada Agresi ke-2 tahun 1942 yang saat itu ibukota daruratnya berada di Lubuk Ambacang.
Deskripsi Arkeologis Lokasi makam ini terletak di sisi jalan raya. Secara keseluruhan, makam ini telah mengalami perubahan, yaitu penambahan keramik pada lantai dan jirat makam serta gapura pada pintu masuk. Makam ini merupakan makam tunggal yang sekeliling lantainya telah diberi keramik dan diberi pagar tembok keliling. Jirat makam terbuat dari keramik yang dibentuk berundak. Makam ini memakai nisan yang di bagian kepalanya (sisi utara) terdapat replika bambu runcing dari bahan besi dan diberi warna cat kuning. Di depan jirat, bagian selatan terdapat prasasti terbuat dari beton yang dibentuk seperti pohon besar yang terpotong. Prasasti tersebut berisi uraian tentang perjuangan Usman Umar dan peresmian pemugaran makam.
8
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 3.4 x 2.3 m (7.82 m²)
Lahan ± 15 x 12.8 m (192 m²)
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Mushola Baitul Akbar
Selatan Jl. Koto
Timur Rumah Penduduk
Barat Sungai
Fungsi awal dan fungsi sekarang Makam
Pemilik Pemkab Kuantan Singingi
Pengelola Pemkab Kuantan Singingi
Foto
Foto Bangunan
9
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
10
4. Rumah Gadang Datuk Bisai KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Datuk Bisai
Alamat
Jalan Jl. M. Soham
Dusun/Kampung/Jorong Dua
Desa/Kelurahan/Nagari Pulau Aro
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2 km
Ibukota Prov. ± 125 km
Keletakan Geografis 52 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis 101°33'56,2"E 0°33'04,3"S (101,565389 ; -0,551222)
Deskripsi Historis Rumah ini didirikan pada tahun 1920 oleh Datuk Bisai, salah seorang Urang Godang (Orang Besar) di Rantau Kuantan. Seperti rumah gadang di Minangkabau, rumah gadang ini juga berfungsi sebagai tempat bermusya-warah dan aktifitas adat seperti upacara adat batogak gelar, monti, dubalang serta pemberian gelar datuk bagi pemegang teraju pucuk pimpinan luhak atau kesatuan desa/ kelurahan. Rumah gadang ini juga pernah difungsikan sebagai kantor Muda Bisai sebagai Urang Gadang Limo Koto di Tengah.
Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Datuk Bisai merupakan rumah tradisional daerah rantau Kuantan. Arsitekturnya mempunyai ciri khas rantau yang terlihat dari bentuk atap tidak bagonjong, tetapi berbentuk atap tumpang dua tingkat dengan model kajang padati1 terbuat dari seng. Lantai rumah ini berbentuk panggung dengan tangga di pangkal (di sisi timur laut), sementara pintu masuk berada di sisi timurnya. Rumah Gadang ini terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat bermusya-warah dan acara-acara adat lainnya. Di lantai ini juga terdapat tiga buah kamar, dua buah kamar berada di samping kiri dan kanan, sedangkan sebuah kamar yang ditengah berfungsi sebagai sebagai lemari. Kondisi lantai pertama sebagaian telah hancur. Sementara lantai dua dipergunakan sebagai tempat menyimpan barang/ peralatan perlengkapan adat. Bangunan rumah berdenah persegi panjang berukuran 16,40 m x 6,6 m yang disangga oleh 22 buah tiang kayu. Untuk sirkulasi udara rumah gadang di kedua lantainya dilengkapi oleh jen-dela. Di lantai pertama terdapat 5 jendela, 3 jendela besar berada di sisi depan pintu masuk, tepatnya di sisi timur, 2 jendela kecil berada di sisi barat. Jendela di lantai dua berjumlah 8 buah, masing-masing 4 buah berada di sisi tenggara dan barat laut. Ruangan dapur yang berada di sisi utara,
11
kondisinya sekarang telah hancur, hanya tinggal dinding sisi utara, timur lantainya pun telah hancur. Di sisi barat laut dari rumah gadang ini sekitar 7,8 m terdapat rangkiang (lum-bung padi). Lumbung padi ini ber-ukuran 2,5 m x 4,2 m, dengan tonggak sebanyak 6 buah. Kondisi rangkiang ini sudah rusak berat dan sebagian besar dinding dan lantainya sudah hancur. Sayangnya rumah ini sekarang sudah tidak dihuni lagi, sehingga kondisinya sangat memprihatinkan dan rusak berat.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 16,4 x 6,6 m
Lahan ± 42 x 37,5 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan kampung beraspal
Selatan Kebun
Timur Rumah penduduk
Barat Rumah penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah gadang ini juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dan aktivitas adat
Pemilik Ahli waris/Kaum Datuk Bisai
Pengelola Ahli waris/Kaum Datuk Bisai
Foto
Foto Bangunan
12
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
13
5. Rumah Gadang Datuk Janso
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Datuk Janso
Alamat
Jalan Jl. M.Soham
Dusun/Kampung/Jorong Dua
Desa/Kelurahan/Nagari Toar
Kecamatan Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota 11 km
Ibukota Prov. 136 km
Keletakan Geografis 60 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis 101° 29' 25,501" E 0° 36' 22,399" S (101,490417 ; -0,606222)
Deskripsi Historis Rumah Gadang Datuk Juanso merupakan salah satu dari tujuh buah rumah gadang suku piliang yang ada di jalan H. Soham Dusun Dua Desa Toar. Rumah gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Juanso. Rumah ini dibangun sekitar tahun 1920-an.
Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Datuk Juanso merupa-kan rumah tradisional berarsitektur rumah gadang rantau. Hal ini terlihat dari atap tumpang dua yang berbentuk kajang padati. Sebagai rumah pang-gung, pintu masuk berada di sisi timur dengan tangga berada di pangkal. Denah bangunan utama persegi pan-jang dengan disangga oleh 20 buah tiang kayu. Jumlah tiang ini melam-bangkan 20 buah undang-undang yang ada di daerah Toar yang harus ditaati. Pada ruang utama terdapat pembatas bangunan yang berfungsi sebagai pem-batas antara ruang laki-laki dan perempuan. Sebagai Rumah Gadang Koto Piliang, rumah gadang Datuk Juanso lantainya bertingkat dua seba-gai tempat tempat duduk penghulu dan masyarakat biasa. Salah satu keunikan rumah gadang ini, pada bagian dinding luar kaya akan lukisan ragam hias berbentuk wajik (geo-metris), selain ragam hias lukisan juga terdapat ragam hias yang terbuat dari tempelan cermin-cermin kecil ber-bentuk lingkaran yang bagian dalam-nya dilapisi lempengan putih ber-tuliskan bahasa Belanda dengan gambar mahkota. Rangkiang Rumah Gadang Datuk Juanso telah dirobohkan dan diganti dengan sumur dan tempat penampungan air. Rumah Gadang ini kondisinya masih sangat terawat, karena sampai sekarang masih dihuni oleh keturunan Datuk Juanso.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 13,5 x 6,20 m
Lahan ± 1 ha
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Kebun
Selatan Rumah keluarga
Timur Rumah Gadang Datuk Sanguik
14
Barat Jalan H. Soham
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Juanso
Pemilik Keturunan Datuk Juanso
Pengelola Keluarga Datuk Juanso
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
15
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
16
6. Rumah Gadang Datuk Sunguik
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Datuk Sunguik
Alamat
Jalan Jl. M.Soham
Dusun/Kampung/Jorong Dua
Desa/Kelurahan/Nagari Toar
Kecamatan Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 11 km
Ibukota Prov. ± 136 km
Keletakan Geografis 69 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis 101° 28' 59,002" E 0° 39' 40,100" S (101,483056 ; -0,661139)
Deskripsi Historis Rumah Gadang Datuk Datuk Sanguik merupakan salah satu dari tujuh buah Rumah Gadang Suku Piliang yang ada di jalan H. Soham Dusun Dua Desa Toar. Sama halnya dengan rumah Gadang Datuk Juanso, Rumah Gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Sanguik. Rumah ini dibangun sekitar tahun 1920-an.
Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Datuk Sanguik terletak di sisi timur (di belakang) Rumah Gadang Datuk Juanso. Rumah Gadang Datuk Sanguik menghadap ke arah timur yaitu ke arah sungai Kuantan. Antara Rumah Gadang Datuk juanso dan Rumah Gadang Datuk Sanguik dipisahkan oleh rumah kecil (rumah keluarga) yang berfungsi sebagai rumah singgah sementara (rumah transit) sebelum menempati rumah Gadang. Sebagai rumah tradisional Minangkabau khas rantau Kuantan, arsitektur rumah ini memiliki cirri khas tersendiri. Atap tumpang dua dengan model kajang padati. Sebagai rumah Panggung, pintu masuk rumah berada di sisi timur. Bangunan utama rumah ini mempunyai denah persegi panjang dan disangga oleh 20 buah tiang kayu. Jumlah 20 buah ini melambangkan adanya undang-undang adat yang ada di Kampung Toar sebanyak 20 buah yang harus ditaati. Secara keseluruhan bentuk rumah ini hampir sama dengan rumah Gadang Datuk Juanso. Pada ruang utama terdapat pembatas bangunan yang berfungsi untuk membedakan antara ruang laki-laki dan ruang perempuan. Sementara itu, pada bagian panil bangunan terdapat ragam hias flora dan sulur-suluran berbentuk Aka Cino Tangah Duo Gagang. Kondisi bangunan Rumah Gadang Datuk Sanguik saat ini rusak berat, karena tidak dihuni. Sebagian dindingnya pada bagian dapur dan bagian depan sudah tidak ada. Rangkiang terdapat di sisi selatan yang berjumlah tiga buah. Rangkiang ini juga menjadi pembatas antara Rumah Gadang Datuk Sanguik dengan Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang.
17
Kondisi ketiga rangkiang ini juga sudah rusak berat dan sebagian dindingnya telah hancur.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 14 x 6,2 m (86,8 m²)
Lahan ± 1 ha
Batas-Batas Cagar Budaya Utara kebun
Selatan Rumah Dt. Sinaro Garang
Timur Rumah Dt. Juanso
Barat Sungai Batang Kuantan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah Gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Sanguik.
Pemilik Keturunan Datuk Sanguik
Pengelola Keluarga Datuk Sanguik
Foto
Foto Bangunan
18
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
19
7. Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang
Alamat
Jalan Jl. M. Soham
Dusun/Kampung/Jorong Dua
Desa/Kelurahan/Nagari Toar
Kecamatan Gunung Toar
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 11 km
Ibukota Prov. ± 136 km
Keletakan Geografis 71 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena lokasi situs berada di sisi jalan kampung beraspal, sehingga dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis 101° 29' 25,598" E 0° 36' 22,900" S (101,490444 ; -0,606361)
Deskripsi Historis Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang merupakan salah satu dari tujuh buah rumah gadang suku piliang yang ada di jalan H. Soham Dusun Dua Desa Toar. Rumah gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Sinaro Garang. Rumah ini dibangun sekitar tahun 1920-an.
Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang terletak di sisi selatan (di samping) Rumah Gadang Datuk Juanso dan Rumah Gadang Datuk Sanguik. Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang meng-hadap ke arah utara. Antara Rumah Gadang Datuk Sanguik dan Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang dipisah-kan oleh tiga buah rangkiang. Sebagai rumah tradisional Minangkabau khas Rantau Kuantan, rumah gadang ini mempunyai ciri khas arsitektur dengan atap tumpang dua dan berbentuk kajang padati. Secara keseluruhan bentuk rumah ini hampir sama dengan rumah Gadang Datuk Juanso dan Rumah Gadang Datuk Sanguik. Bang-unan utama rumah ini mempunyai denah persegi panjang dan disangga oleh 20 buah tiang kayu. Jumlah 20 buah ini melambangkan adanya undang-undang adat yang ada di Kampung Toar sebanyak 20 buah yang harus ditaati. Pada ruang utama terdapat pembatas bangunan yang berfungsi untuk membedakan antara ruang laki-laki dan ruang perempuan. Sementara itu, pada bagian panil bangunan terdapat ragam hias flora dan sulur-suluran berbentuk Aka Cino Tangah Duo Gagang. Sebagai rumah panggung, pintu masuk berada di sisi utara dengan tangga di pangkal ruang utama rumah ini. Rumah Gadang Datuk Sinaro Garang kondisinya kurang terawat meskipun sampai saat ini masih dihuni.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 14 x 6,2 m (86,8 m²)
Lahan ± 1 ha
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Gadang Datuk Juanso dan Rumah Gadang Datuk Sanguik
20
Selatan Rumah Penduduk
Timur Rumah keluarga dan Jalan M. Soham
Barat Sungai Batang Kuantan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah gadang ini dipergunakan sebagai tempat berkumpulnya Suku Piliang keturunan Datuk Sinaro Garang
Pemilik Keturunan Datuk Sinaro Garang
Pengelola Keluarga Datuk Sinaro Garang
Foto
Foto Bangunan
21
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
22
8. Masjid Tua Sentajo KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Masjid Tua Sentajo (Raudhatul Jannah)
Alamat
Jalan Balai Potai
Dusun/Kampung/Jorong Gantiang
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Sentajo
Kecamatan Sentajo Raya
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota 6 km
Ibukota Prov. 118 km
Keletakan Geografis 57 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di daerah Kawasan Wisata Sentajo. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 36' 1,873" E 0° 29' 38,807" S (101,60052 ; -0,494113)
Deskripsi Historis Masjid Raudhatul Jannah diperkirakan berdiri sejak tahun 1800-an. Masjid ini dibangun dengan menggunakan 17 tiang kayu sebagai pondasi. Jumlah kayu pondasi melambangkan 16 hulubalang dan 1 ketua sebagai simbol Kenegerian Sentajo zaman dulu.
Deskripsi Arkeologis Masjid Raudhatul Jannah berukuran 14,5 m x 14 m m atau luasnya adalah 203 m². Dari facadenya bangunan ini terlihat telah mengalami pemugaran, terlihat dari pemberian warna cat, penambahan keramik pada dinding dan lantai. Pondasi bangunan masjid tidak diketahui, karena tertutup bangunan dan tidak terlihat. Bangunan masjid ini terdiri dari satu lantai. Lantai juga telah berubah menjadi lantai keramik berwarna putih berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Atap masjid berbentuk atap limas tumpang tiga dengan penutup atap terbuat dari genteng seng berwarna merah. Masjid tidak diberi plafon (langit-langit), rangka atap dibiarkan terlihat. Pagar keliling Masjid Raudhatul Jannah terbuat dari besi. Halaman depan berdenah persegi panjang, halaman di sisi utara terbuat dari coran beton berwarna abu-abu, dan keramik berwarna merah. Halaman di sisi barat dan selatan berupa tanah yang ditutupi rumput. Masjid ini telah mengalami penambahan bangunan, yaitu di bagian sisi timur laut terdapat ruangan tempat berwudhu. Bangunan Masjid Raudhatul Jannah ini bergaya arsitektur perpaduan kolonial dan tradisional. Arsitektur kolonial terlihat dari dinding bangunan yang terbuat dari bata berspesi kapur dengan ketebalan dinding sekitar 31 cm, selain itu arsitektur kolonial terlihat dari bentuk lengkung (arch) pada jendela dan pintu. Arsitektur tradisional terlihat pada atap berbentuk limasan tumpang 3 dan penggunaan tiang-tiang kayu di ruang utama masjid. Untuk penggambaran deskripsi bangunan masjid dibagi dalam empat bagian pendeskripsian, yaitu bagian ruang utama,
23
mihrab, serambi, bangunan pendukung, dan bangunan penyerta. Ruang utama Masjid Raudhatul Jannah berdenah persegi panjang dengan ukuran 13,48 m x 13,40 m. Lantai pada ruangan utama terbuat dari keramik putih berukuran 40 x 40 cm. Dindingnya berupa dinding bata berlepa yang telah dilapisi oleh keramik warna hijau berukuran 20 cm x 25 cm. Ketebalan dinding sekitar 31 cm. Masjid Raudhatul Jannah tidak menggunakan flapon. Ruang utama masjid ini mempergunakan tiang penyangga berjumlah 17 buah, terdiri dari 1 buah tiang utama (tiang macu) berdiameter 46 cm, 4 buah tiang pendamping berdiameter 60 cm yang mengelilingi tiang utama, dan 12 buah tiang pendamping berdiameter 26 cm yang berada di bagian luar 4 buah tiang pendamping. Tiang-tiang penyangga tersebut berbentuk oktagonal (segi delapan). Jumlah jendela sebanyak 9 (sembilan) buah, yang terdapat pada dinding ruangan utama sisi timur 2 buah, sisi barat 2 buah, utara 2 buah, dan selatan 3 buah. Jendela-jendela tersebut berbentuk lengkung tanpa konsen dengan ukuran jendela-jendela tersebut 140 cm x 82 cm. Di setiap masing-masing jendela masih terdapat engsel daun jendela yang masih asli. Sebagian besar jendela sudah tidak memiliki daun jendela, jendela yang masih memiliki daun jendela yang masih asli terdapat di ruangan mihrab. Jendela tersebut memiliki jendela be Pintu masuk ke ruang utama terletak di sisi timur dan utara masing-masing 1 buah. Pintu tersebut berdaun 2 dan tidak berkonsen kayu. Pintu di sisi utara berukuran 80 cm x 210 cm, pintu di timur berukuran 43 cm x 208 cm. Atap bangunan terbuat dari genteng seng berwarna merah, bentuk atap limasan tumpang 3. Ruangan mihrab berbentuk persegi panjang berukuran 338 cm x 443,5 cm, ruangan mihrab ini lebih tinggi dari ruang utama sekitar 4 cm. Lantai mihrab terbuat dari keramik berwarna putih berukuran 40 cm x 40 cm. Atap mihrab terbuat dari genteng seng berwarna merah dan berbentuk limasan. Ruang mihrab ini dilengkapi dengan mimbar yang terbuat dari bata berspesi pasir dan semen dengan ketebalan 20 cm. Mimbar ini berukuran panjang 173 cm, lebar 114 cm, dan tinggi 208 cm. Tangga mimbar berada di belakang, pada awalnya tangga mimbar berada di bagian depan kemudian direhab sehingga bagian depan tertutup dan dipindahkan ke bagian belakang, namun tahun perubahan tidak diketahui. Serambi masjid hanya berada di sisi utara, serambi ini merupakan bangunan baru. Serambi berbentuk ruangan tertutup yang dilengkapi jendela 8 buah, yaitu 2 buah di sisi barat, 4 buah di sisi utara, dan 2 buah di sisi selatan. Dinding terbuat dari bata berspesi semen dengan ketebalan dinding 15 cm dan diberi cat warna kuning muda, sedangkan lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan merah. Pintu masuk utama berada di sisi timur dan sisi utara dengan dengn bentuk pintu lengkung tanpa konsen dan berdaun 2 yanhg terbuat dari kayu. Bangunan pendukung masjid berupa bangunan tempat berwudhu namun tidak dilengkapi kamar mandi. Tempat berwudhu ini berada di sisi timur terdiri dari 2 ruangan, yaitu tempat berwudhu
24
laki-laki dan perempuan. Tempat berwudhu ini merupakan bangunan baru, terbuat dari bata berplester yang berspesi semen dan diberi cat warna merah muda. Struktur kaki dalam bangunan ini adalah pondasi. Pondasi Masjid Raudhatul Jannah tidak diketahui. Untuk mengetahui struktur kaki bangunan Masjid Raudhatul Jannah perlu dilakukan ekskavasi. Bagian struktur dinding terdiri dari dinding dan tiang. Struktur dinding terbuat dari bata berlepa dengan kapur, dinding ini juga diberi lapisan keramik berawrna hijau. Bagian struktur tiang terbuat dari kayu berbentuk oktagonal. Bagian struktur rangka atap terdiri dari rangka atap dan penutup atap. Rangka atap berbentuk gording. Atap masjid berbentuk tumpang 3, sedangkan penutup atap berbentuk seperti genteng namun terbuat dari seng. Pembatas antara tumpang terbuat dari papan kayu dengan pengerjaan di bagian tengahnya diberi lubang. Pembatas ini juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 14,5 m x 14 m
Lahan ± 20 m x 20 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan
Selatan Tebing dan Sungai
Timur Tebing dan Sungai
Barat Jalan dan Rumah Penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Tempat Peribadatan
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto
Foto Bangunan
26
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
27
9. Rumah Adat Penghulu Pucuk Suku Caniago
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 09/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Adat Penghulu Pucuk Suku Caniago
Alamat
Jalan Balai Potai
Dusun/Kampung/Jorong Gantiang
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Sentajo
Kecamatan Sentajo Raya
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 6 km
Ibukota Prov. ± 118 km
Keletakan Geografis 56 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di daerah Kawasan Wisata Sentajo. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 36' 1,463" E 0° 29' 38,364" S (101,600406 ; -0,49399)
Deskripsi Historis Sejarah pendirian bangunan ini belum diketahui secara pasti, namun keberadaan Rumah Gadang ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Koto Sentajo sebagai daerah pemukiman pertama di wilayah Sentajo. Koto Senjato merupakan sebuah kawasan strategis pemukiman dimana dikelilingi sungai. Koto Sentajo merupakan kawasan memiliki kelengkapan komponen sebagai kota, seperti terdiri dari sarana tempat ibadah (Masjid), Rumah hunian ketua/pemimpin dan masyarakat biasa, serta balai adat.
Deskripsi Arkeologis Rumah Chaniago Penghulu Rajo Pucuk Koto Sentajo tepat berada di seberang Masjid Raudathul Jannah. Rumah ini merupakan rumah adat tempat hunian Penghulu Rajo Pucuk, bangunan berarsitektur tradisional Minangkabau daerah Rantau. Rumah ini menghadap ke arah selatan yaitu ke arah sungai Rutopang dengan dominasi warna putih dan kuning. Bangunan berupa rumah panggung besar setinggi 135 cm yang berkonstruksi kayu. Atap rumah berbentuk Kajang Padati tumpang dua terbuat dari seng. Bangunan ini terdiri dari 5 ruangan, yaitu di bagian depan barando (sisi selatan), dibagian dalam terdiri dari ruang tamu dan ruang tengah (sisi barat) yang dipisahkan oleh dinding kayu yang dipasang secara vertikal, sebuah kamar tidur (sisi barat), dan ruang dapur (sisi utara) berada di bagian belakang. Tinggi lantai sebagian ruang berbeda. Lantai ruang dalam lebih tinggi 30 cm dari ruang barando, sementara tinggi lantai ruang tamu dan ruang tengah lebih tinggi 20 cm dari lantai yang berada disis timur yang langsung menuju ruang dapur. Bagian depan Barando diberi dinding setinggi ± 50 cm berupa pagar yang dibuat dari tralis papan, ukuran barando 2 m x 2,55 m. Tangga masuk berada di sisi kanan barando (sisi timur). Pintu masuk berada di sisi selatan berukuran 173 cm x 76 cm. Sementara jendela berjumlah 6 buah yaitu, 3 buah di sisi selatan (bagian depan), 1 buah berada di sisi barat, dan 2 buah berada di bagian belakang, yaitu ruang dapur (sisi utara). Dinding rumah terbuat dari papan yang dipasang
28
vertikal. Jendela di bagian depan ukurannya sampai ke arah lantai yang diberi penutup (pagar) dari papan kayu setinggi 50 cm. Pada dinding sisi selatan (depan) bagian tengah terdapat tedapat hiasan berupa terawangan berbentuk sulur-suluran.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 12,5 m x 5 m
Lahan ± 17,5 m x 11 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk
Selatan Masjid Tua Sentajo (Raudhatul Jannah)
Timur Jalan Kampung
Barat Rumah Penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah Hunian
Pemilik Halimah Keturunan Penghulu Rajo Pucuk
Pengelola Halimah Keturunan Penghulu Rajo Pucuk
Foto
Foto Bangunan
29
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
30
10. Rumah Kayu Olaysyah
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Rumah Kayu Olaysyah
Alamat
Jalan Balai Potai
Dusun/Kampung/Jorong Gantiang
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Sentajo
Kecamatan Sentajo Raya
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 6 km
Ibukota Prov. ± 118 km
Keletakan Geografis 56 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di daerah Kawasan Wisata Sentajo. Untuk menuju bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 35' 1,500" E 0° 29' 34,800" S (101,58375 ; -0,493)
Deskripsi Historis Secara umum rumah ini merupakan rumah hunian yang ditempati oleh keluarga Olaysyah (Malayasni). Rumah ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1930-an.
Deskripsi Arkeologis Rumah Olaysyah Koto Sentajo tepat berada di belakang Rumah Chaniago Panghulu Rajo Pucuk. Rumah Olaysyah merupakan rumah tempat hunian masyarakat biasa yang berarsitektur tradisional Minangkabau daerah Rantau. Rumah ini menghadap ke arah selatan yaitu ke arah sungai Rutopang dan tidak diberi cat jadi masih merupakan warna asli kayu. Bangunan berupa rumah panggung besar setinggi 135 cm yang berkonstruksi kayu. Atap rumah berbentuk Kajang Padati yang terbuat dari seng. Bangunan ini terdiri dari 5 ruangan, yaitu di bagian depan barando (sisi timur) dengan tangga masuk berada di sisi selatan, dibagian dalam terdiri dari ruang tamu dan ruang tengah (sisi barat) yang dipisahkan oleh dinding kayu yang dipasang secara vertikal, sebuah kamar tidur (sisi barat), dan ruang dapur (sisi utara) berada di bagian belakang. Tinggi lantai sebagian ruang berbeda. Lantai ruang dalam lebih tinggi 30 cm dari ruang barando, sementara tinggi lantai ruang tamu dan ruang tengah lebih tinggi 20 cm dari lantai yang berada disis timur yang langsung menuju ruang dapur. Bagian depan Barando diberi dinding setinggi ± 50 cm berupa pagar yang dibuat dari tralis papan, ukuran barando 2 m x 2,55 m. Tangga masuk berada di sisi kanan barando (sisi timur). Pintu masuk berada di sisi selatan berukuran 173 cm x 76 cm. Sementara jendela berjumlah 6 buah yaitu, 3 buah di sisi selatan (bagian depan), 1 buah berada di sisi barat, dan 2 buah berada di bagian belakang, yaitu ruang dapur (sisi utara). Dinding rumah terbuat dari papan yang dipasang vertikal. Jendela di bagian depan ukurannya sampai ke arah lantai yang diberi penutup (pagar) dari papan kayu setinggi 50 cm. Pada dinding sisi selatan (depan) bagian tengah terdapat tedapat hiasan berupa terawangan berbentuk sulur-suluran.
31
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ±6 m x 8 m
Lahan ± 20 m x 25 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk
Selatan Rumah Penduduk dan Jalan
Timur Rumah Adat Caniago
Barat Rumah Penduduk/Kebun
Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah hunian
Pemilik Olaysyah
Pengelola Olaysyah
Foto
Foto Bangunan
32
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
33
11. Masjid Jami Koto Pangean 1931
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 11/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Masjid Jami Koto Pangean 1931
Alamat
Jalan Jl. Ahmad Yani
Dusun/Kampung/Jorong Koto Pangean
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Pangean
Kecamatan Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota 17 km
Ibukota Prov. 113 km
Keletakan Geografis 55 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena objek berada di areal pemukiman penduduk. Bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4.
Letak Astronomis 101° 40' 41,596" E 0° 25' 37,583" S (101,678221 ; -0,427106)
Deskripsi Historis Masjid Jami’ Pangean merupakan salah satu masjid kuna di Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi. Keberadaannya menjadi pertanda sampainya syiar Islam ke daerah ini. Masjid Jami’ Pangean didirikan pada sekitar tahun 1932 berdasarkan pada inskripsi atap masjid. Masjid Jami’ Pangean merupakan masjid Jami’ 4 suku yang ada di daerah Pangean yaitu Suku Melayu, Mandihiliang, Paliang, dan Camin. Masjid ini merupakan masjid ketiga yang dibangun. Masjid pertama dibangun pada abad ke-17 atas prakarsa Datuk Keramat Laik, masjid ini terbuat dari kayu beratap ijuk. Pada tahun 1888 atap masjid ini terbakar kemudian dibangun masjid kedua yang terbuat dari kayu. Masjid yang kedua ini kemudian rusak sehingga dibangun masjid ketiga. Masjid pertama dan kedua didirikan disebelah sisi utara dari masjid yang ketiga sekrang. Masjid ketiga ini terbuat dari kayu yang didirikan pada tahun 1932.2 Sebagaimana masjid-masjid yang lain, Masjid Jami’ Pangean difungsikan sebagai masjid jami’ yang digunakan untuk shalat lima waktu dan shalat jumat, serta shalat hari raya jika diperlukan. Masjid ketiga ini pun telah mengalami kerusakan sehingga pada tahun 1998 Masjid Jami’ Pangean yang terbuat dari kayu direhabilitasi menjadi bangunan bata.
Deskripsi Arkeologis Masjid Jami’ Pangean berukuran 13,5 m x 16 m atau luasnya adalah 216 m². Pada awalnya masjid ini merupakan bangunan kayu dengan bentuk panggung. Pada tahun 1998 dilakukan pemugaran oleh masyarakat setempat menjadi bangunan tembok yang terbuat dari bata berspesi semen. Dari facadenya bangunan ini terlihat telah mengalami pemugaran, terlihat dari pemberian warna cat, penambahan keramik pada dinding dan lantai. Pondasi bangunan masjid telah mengalami perubahan, pada awalnya
34
berbentuk panggung yang terbuat dari kayu menjadi pondasi yang terbuat dari coran batu kerikil. Bangunan masjid ini terdiri dari satu lantai. Lantai juga telah berubah dari papan kayu menjadi lantai keramik berwarna putih berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 30 x 30 cm. Atap masjid berbentuk atap limas tumpang tiga, antara atap kedua dan ketiga paling atas diberi ruang untuk penempatan pengeras suara, dengan penutup atap terbuat dari genteng berwarna hijau. Plafon terbuat dari susunan papan kayu yang di beri cat warna putih. Masjid Jami’ Pangean tidak memiliki pagar keliling, pada sisi selatan terdapat pagar yang terbuat dari kayu sebagai pembatas dengan balai adat (balairung). Halaman depan berdenah persegi panjang, sepanjang halaman telah ditutup dengan lempengan balok-balok yang terbuat dari coran beton berwarna abu-abu. Masjid ini telah mengalami penambahan bangunan, yaitu di bagian sisi timur laut terdapat ruangan tempat berwudhu. Selain tempat berwudhu, di sisi kiri ruang wudhu terdapat tempat parkir. Bangunan Masjid Jami’ Pangean ini bergaya arsitektur tradisional. Terlihat dari bentuk atapnya berbentuk limasan tumpang 3. Untuk penggambaran deskripsi bangunan masjid dibagi dalam empat bagian pendeskripsian, yaitu bagian ruang utama, mihrab, serambi, bangunan pendukung, dan bangunan penyerta. Denah ruangan utama berbentuk empat persegi. Lantai pada ruangan utama terbuat dari keramik putih berukuran 30 x 30 cm. Dindingnya berupa dinding bata berlepa yang telah dilapisi oleh keramik biru berukuran 10 cm x 20 cm. Ketebalan dinding sekitar 15 cm. Plafonnya terbuat dari papan kayu berwarna putih. Ruang utama masjid ini mempergunakan tiang penyangga berjumlah 5 buah, terdiri dari 1 buah tiang utama (tiang macu) terbuat dari kayu ulin dan 4 buah tiang pendamping yang berada di sisi tiang utama terbuat dari kayu resak. Tiang-tiang penyangga tersebut berbentuk oktagonal (segi delapan). Keempat tiang tersebut melambangkan 4 suku yang ada di daerah Pangean, yaitu Suku Mandihiliang, Suku Melayu, Suku Camin, dan Suku Piliang. Jumlah jendela sebanyak 17 (tujuh belas) buah, yang terdapat pada dinding ruangan utama sisi utara dan selatan masing-masing 5 (lima) buah, sisi barat di sebelah kanan-kiri bagian mihrab masing-masing 2 (dua) buah, dan sisi timur berjumlah 3 (tiga) buah . Ukuran jendela ada dua, yaitu 140 cm x 120 cm dan 125 cm x 118 cm. Pada sisi timur ruang utama terdapat ruang tambahan yang dibatasi oleh 2 buah tiang berbentuk balok yang dilapisi keramik putih. Pada ruang tambahan ini terdapat 3 buah pintu masuk yang berada di sisi timur, selatan, dan utara. Jendela di ruangan ini berjumlah 6 buah dengan konsen jendela terbuat dari kayu. Daun jendela terbuat dari kaca berangka kayu. Lantai di ruang pendopo terbuat dari keramik putih berukuran 30 cm x 30 cm dan lebih tinggi dari ruang utama sekitar 5 cm. Pintu masuk ke ruang utama terletak di sisi timur, utara, dan selatan masing-masing 1 buah. Pintu di sisi utara berukuran 120 cm x 185 cm, pintu di selatan berukuran 125 x 184 cm, dan pintu
35
di sisi dengan daun pintu berjumlah dua buah, yang masing-masing daun pintu terdiri dua buah pintu kayu berpanil. Bagian mihrab berukuran 420 x 380 cm dengan atap berbentuk limasan tumpang 2 dan penutup atap terbuat dari genteng berwarna hijau. Pada dinding mihrab terdapat 6 buah jendela, yaitu pada sisi barat, utara, dan selatan masing-masing terdapat 2 (dua) buah jendela. Mimbar yang terdapat di bagian mihrab merupakan mimbar yang masih asli terbuat dari kayu, berukuran panjang 271 cm, lebar 112 cm, dan tinggi 222 cm. Seluruh mimbar ini dipahat dengan hiasan yang cukup raya bermotif suluran dan bunga-bungaan. Masjid Jami’ Pangean dikelilingi oleh serambi di sisi utara, selatan, timur, dan barat. Sekeliling serambi diberi pagar yang terbuat dari besi dan tiang balok dilapisi keramik berwarna merah. Pintu masuk ke bagian serambi ini berada di sisi timur dan utara. Bangunan pendukung masjid berupa bangunan tempat berwudhu, selain itu di sisi timur sedang dilakukan pembangunan sebuah gedung baru yang digunakan sebagi tempat menikah. Bangunan masjid ini tidak dilengkapi kamar mandi. Bangunan penyerta di Masjid Jami’ Pangean adalah bangunan lain yang ada di halaman masjid yaitu makam. Kompleks makam ini berada di sisi utara. Kompleks makam diberi pagar kayu pada sisi barat. Struktur kaki dalam bangunan ini adalah pondasi. Pondasi Masjid Jami’ Pangean terbuat coran semen dan kerikil. Struktur pondasi ini telah mengalami perubahan, karena pada awalnya bangunan ini merupakan bangunan kayu dengan kontruksi panggung. Bagian struktur dinding terdiri dari dinding dan tiang. Struktur dinding terbuat dari bata berlepa dengan spesi semen, dinding ini juga diberi lapisan keramik. Bagian struktur tiang terbuat dari kayu berbentuk oktagonal. Bagian struktur rangka atap terdiri dari rangka atap dan langit-langit/Plafon. Rangka atap berbentuk gording. Bagian langit-langit terbuat potongan-potongan papan kayu yang disusun secara linier dan diberi cat warna putih. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, pembatas antara tumpang terbuat dari papan kayu dengan pengerjaan di bagian tengahnya diberi lubang. Pembatas ini juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 13,5 m x 16 m
Lahan ± 33,5 m x 24 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Balai Nikah
Selatan Ladang
Timur Rumah Penduduk
Barat Jalan Kampung
Fungsi awal dan fungsi sekarang Tempat peribadatan
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto
37
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
38
12. Makam Dt. Baromban Bosi KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 12/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Makam Dt. Baromban Bosi
Alamat
Jalan Jl. Ahmad Yani
Dusun/Kampung/Jorong Koto Pangean
Desa/Kelurahan/Nagari Koto Pangean
Kecamatan Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 17 km
Ibukota Prov. ± 113 km
Keletakan Geografis 52 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena objek berada di areal pemukiman penduduk. Bisa menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4.
Letak Astronomis 101° 40' 34,612" E 0° 25' 43,117" S (101,676281 ; -0,428644)
Deskripsi Historis Keberadaan makam ini tidak bisa dilepaskan dari ketokohan Baroman Bosi yang merupakan keturunan pertama dari pendiri silat Pangean di Koto Pangean. (Kerajaan Pagar Ruyung adalah kerajaan Minangkabau yang terbesar dan terkenal pada masanya. Pada suatu masa datanglah penyiar agama Islam ke tanah Pagar Ruyung dari Persia yang bernama Syech Burhanudin. Agama Islam yang dibawa oleh Syech Burhanudin awalnya ditolak oleh pihak kerajaan dan masyarakat tetapi Syech Burhanudin selalu melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat Minang Kabau baik penetrasi melalui budaya lokal maupun rumah kerumah. Syech Burhanudin menyebarkan agama Islam tidak sendiri tetapi dia dibantu oleh murid-muridnya, Malin nan Putiah merupakan murid Syech Burhanudin salah satu yang-cukup terkenal. Dalam adat Minang Kabau istri Raja atau Permaisuri disebut dengan Bundo Kanduang. Adik kandung perempuan dari Bundo Kanduang bernama Bundo Panjago Adat dan suami dari Bundo Panjago Adat bernama Datuak Panjago Nagori. Akibat Bundo Kanduang tidak memiliki keturunan dengan Raja Paku Alam II maka dia mengangkat anak dari anak Bundo Panjago Adat anak tersebut bernama Siti Hasimah. Siti Hasimah dibesarkan dalam lingkungan relegius dan adat-istiadat Minang Kabau, dia anak kesayangan dari Bundo Kanduang. Siti Hasimah mempunyai guru ngaji bernama Malin nan Putiah. Kemudian hari Malin nan Putiah memperisitri Siti Hasimah, perkawinan tersebut menghasilkan tiga orang keturunan atau Pangeran. Anak pertamanya diberi nama Ahmad, anak kedua Syarif dan anak ketiga Ali. Siti Hasimah belajar silat melalui mimpi, ini didapatkannya karena Penerapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dan nilai-nilai relegius diamalkan Siti Hasimah disertai rajin membaca kitab suci Al-Qur’an dan melaksanakan ibadah Sholat wajib dan sholat malam. Siti Hasimah, dalam sapaan kependekarannya bernama “Inyiak Simah atau Olang
39
Bagegah” mempunyai dua saudara kandung: Siti Fatimah dan Siti Halimah serta satu orang saudara angkat: Ismail, bergelar Datuak Bolang. Akibat kekacauan yang terjadi didalam kerajaan Pagar Ruyuang maka Inyiak Simah pergi merantau ke hilir daerah Minang Kabau untuk menyebarkan agama Islam, tiga orang putranya dititipkannya dengan pamannya yaitu Datuak Bolang sekaligus belajar ilmu beladiri/silat pada sang Datuak. Akhir petualangan Inyiak Simah singgah disebuah negeri disalah satu didaerah aliran Sungai Kuantan belum bernama, karena belum ada nama maka Inyiak Simah memberi nama tersebut dengan nama Pangean, terinspirasi daerah asal orang tuanya, Pangian di Lintau. Dari sinilah dikenal asal muasal nama Pangean dan silat Pangean yang dikenal ke setiap penjuru negeri. Negeri itu berada diwilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Di negeri baru tersebut Inyiak Simah menetap. Beberapa tahun Inyiak Simah merantau membuat Malin nan Putiah gelisah, maka diutuslah Datuak Bolang serta ketiga anaknya untuk mencari Inyiak Simah. Akhirnya Inyiak Simah bertemu dengan Datuak Bolang, Ahmad, Syarif dan Ali di negeri Pangean. Di Pangean inilah Inyiak Simah dan anak-anaknya menyusun kekuatan dan mengajarkan Silat Pangean. Datuak Malin nan Putiah akhirnya menyusul mencari Inyiak Simah dan anak-anaknya dengan hilir kemelalui sungai Batang Kuantan, pencarian Datuak Malin nan Putiah tak sia-sia, dia menemukan anak dan istrinya di Pangean. Datuak Malin nan Putiah membujuk istrinya untuk pulang ke Pagar Ruyung tetapi ditolak oleh istrinya karena sudah merasa kerasan dan tentram hidup di daerah baru tersebut ( Pangean, red). Pada akhirnya terjadi pertengkaran antara Inyiak Simah dan Datuak Malin nan Putiah, sebelum berkelahi mereka mengadakan perjanjian yaitu jika Inyiak simah Kalah maka ia harus bersedia pulang ke Pagar Ruyung dan sebaliknya. Didalam perkelahian itu terucaplah beberapa petuah oleh Inyiak Simah: ‘’Somuik bah iriang tah pijak indak mati alu tah aruang patah tigo, makan abih-abih manyuruak hilang-hilang, ompek ganjial limo gonok.” Makna petuah diatas sangat dalam maknanya, memiliki nilai spritual dalam silat Pangean. Akhirnya pertempuran itu dimenangkan oleh Inyiak Simah hingga Malin nan Putiah akhirnya mengikuti keinginan Inyiak Simah menetap di Pangean. Dalam gelar kepandekaran Ahmad dikenal dengan nama Pendekar Baromban Bosi, dia mengerti, memahami agama dan hukum adat-istiadat. Syarif dikenal dengan nama pendekar dari Utara yang menyebarkan Silat, agama Islam kearah Utara Pangean. Ali bergelar Pendekar dari Selatan, kearah selatan Pangean. Silat Pengean Tanah Pangean sangat terkenal dengan persilatannya, Pangean tak asing bagi pesilat di Kuantan. Silat Pangean diwariskan secara turun temurun. Silat Pangean diajarkan kepada anak dan kemenakan. Dalam gerakan, silat Pangean dikenal dengan gerak lembut dan gemulai. Walau begitu setiap gerakan menyimpan efek mematikan. Aliran silat Pangean terdiri dua jenis yaitu Pangean Bathino, langsung diwariskan oleh Inyiak Simah dan Pangean jantan, diwariskan Datuak Bolang. Pangean jantan gerakannya sedikit kasar dan dipergunakan untuk perang atau pasukan
40
terdepan dalam siasat perang adat Pangean, terkadang Pangean Jantan ini banyak disalah gunakan oleh pesilat Pangean ke arah kiri atau pada tabiat negatif. Sedangkan Pangean Bathino gerakannya yang lemah gemulai dan lunak diperuntukan bagi pangeran-pangeran kerajaan atau keturunan raja, aliran Pangean Bathino ini dikenal dengan nama khas sebagai ilmu Pangean Kebathinan. Jadi Silat Pangean Jantan berasal dari Lintau yang diwariskan oleh Datuak Bolang dan Pangean Bathino berasal dari Pangean salah satu daerah di tepian batang Kuantan sebelah hilir, kini menjadi sebuah Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Kini, dalam mencapai tujuan pengembangan silat dalam rangka melestarikan kebudayaan masyarakat Pangean, Penghulu adat membuka laman silat di samping Mesjid Koto Tinggi Pangean. Sebuah bukit di Pangean yang bernama Bukit Sangkar Puyuh sekarang disebut Koto Tinggi Pangean. Nama bukit ini diambil dari bentuknya yang memang seperti Sangkar Burung Puyuh. Di sini sebuah balai adat didirikan. Selain itu, dalam rangka pemerataan keterampilan silat, para guru silat Pangean memberi izin untuk dibukanya laman silat di masing-masing banjar (suku). Dalam penerapannya, silat Pangean terdiri dari permainan dan pergelutan. Tarian silat sambut menyambut serangan ini sering dimainkan di halaman. Hal ini berbeda dalam pengajaran silat kepada murid tingkat atas yang dilakukan di rumah. Silat didalam rumah ini yang disebut dengan Silat Pangean Kebathinan. Seiring berjalannya waktu silat Pangean mendapat perhatian yang luas. Tidak hanya di rantau Kuantan, tapi mulai dikenal di Indragiri dan daerah Riau lainnya. Bahkan pengaruh silat Pangean juga tumbuh diluar negeri seperti di Negara Malaysia, Singapura dan Pathani Thailand). Silat Pangen ini merupakan salah satu beladiri (silat) yang terkenal khususnya di daerah Koto Pangean, Kuantan Singingi.
Deskripsi Arkeologis Kompleks Makam berada dalam cungkup. Di dalam kompleks makam terdapat sekitar 8 makam, dari 8 buah makam 7 makam berjirat dan 1 buah makam tak berjirat. 6 makam berjirat keramik merah dan 1 buah makam berjirat dari plesteran semen berprofil. Dari 8 buah makam yang ada di kompleks makam ini, 4 buah makam nisannya terbuat dari kayu, 1 buah makam nisannya terbuat dari batu dengan bentuk nisam tipe Aceh, 2 buah makam tanpa nisan, 1 buah makam (tak berjirat) nisannya terbuat dari kayu. Makam Datuk Baroman Bosi sendiri berjirat plesteran semen berprofil. Ukuran jirat 260 cm x 130 cm, dan tinggi 1 m. Nisan makam terbuat dari kayu sungkai3 dan yang terlihat hanya nisan bagian kepala karena makam ini ditumbuhi tanah rayap. Ukuran nisan tersebut 15 cm x 15 cm x 55 cm.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Cungkup: ± 15 m x 6 m
Lahan ± 20 m x 11 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Pemakaman Umum
Selatan Pemakaman Umum
Timur Pemakaman Umum
Barat Pemakaman Umum
41
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
42
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
43
13. Tank Baja
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 13/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Tank Baja
Alamat
Jalan Jl. Ahmad Yani
Dusun/Kampung/Jorong I
Desa/Kelurahan/Nagari Bedeng Sikuran
Kecamatan Inuman
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 30 km
Ibukota Prov. ± 126 km
Keletakan Geografis 56 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di pinggir jalan raya Pekanbaru – Taluk Kuantan, bisa menggunakan kendaraan roda 4 atau roda 2.
Letak Astronomis 101° 50' 21,844" E 0° 29' 27,941" S (101,839401 ; -0,491095)
Deskripsi Historis Tank Ini adalah peninggalan masa Perang Dunia Ke II. Berdasarkan bentuk dan jenisnya diperkirakan tank merupakan varian ringan yang didatangkan pada masa Agresi Militer Belanda I dan II pada periode tahun 1947-1949. Pada bagian dinding dalam tank (sisi depan) terdapat tuliskan/cetakan yang tergores pada dinding “1938” yang diperkirakan pertanggalan dari pembuatan tank. Tank ini berada di Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi. Keberadaan tank ini mengindikasikan bahwa Agresi Belanda sampai ke daerah Kuantan Singingi. Sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi ini, masyarakat membakar tank tersebut. Kondisi tank pada saat ini sangat memprihatikan, beberapa bagian tank sudah tidak lengkap/utuh akibat vandalism dan berkarat.
Deskripsi Arkeologis Tank berada di pinggir Jalan Raya Lintas Pekanbaru – Taluk Kuantan perbatasan Kecamatan Cerenti dan Kecamatan Inuman yang sekelilingnya dilindungi dengan pagar bambu. Tank ini terbuat dari logam baja. Kondisi tank saat ini sudah tidak utuh lagi akibat pembakaran, yang tersisa hanya bagian badan. Ukuran tank ini tidak terlalu besar, kemungkinan tank ini hanya memuat 3 orang saja (komandan tank, driver dan gunner). Bagian penutup tank sudah tidak ada lagi. Ukuran Tank Baja P 3,65 m L 1,5 m T 1,75 m.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 5 m x 4,5
Lahan ± 8 m x 7,5 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Kebun Karet
Selatan Jl Kuantan – Rengat
Timur Rumah Penduduk – Kebun
Barat Jl Raya - Kebun
Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal kendaraan perang, fungsi sekarang sebagai monumen
Pemilik Pemda Kuantan Singingi
Pengelola Pemda Kuantan Singingi
45
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
46
14. Eks. Kantor Pos
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 14/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Eks. Kantor Pos
Alamat
Jalan Jl. Sudirman
Dusun/Kampung/Jorong Koto Taluak
Desa/Kelurahan/Nagari Taluk Kuantan
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 123 km
Keletakan Geografis 49 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di pusat kota Kuantan Singingi. Dapat menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 34' 12,537" E 0° 31' 58,947" S (101,570149 ; -0,533041)
Deskripsi Historis Bangunan ini dibangun pada masa kolonial Belanda dan berarsitektur kolonial art deco. Dari awal fungsi pembangunan digunakan sebagai Kantor Pos daerah Kuantan Singingi. Hal ini terlihat dari adanya sebuah lubang tempat memasukkan surat di bagian bagian depan. Ukuran lubang ini sekitar 30 cm x 10 cm.
Deskripsi Arkeologis Bangunan berarsitektur kolonial ini terlihat dari bentuk bangunan yang terbuat dari bata berspesi semen, dinding bagian atas yang berprofil dan atap bangunan yang terbuat dari genteng. Bangunan ini berdenah persegi panjang. Bangunan ini terbagi menjadi 3 ruangan besar yang masing-masing ruangan dipisahkan oleh sebuah pintu. Ruangan bagian depan yang menjorok ke luar, ruangan di sisi tenggara, dan ruangan tengah yang cukup besar berada di bagain belakang. Sedangkan kamar mandi berada terpisah di bagian belakang. Sementara untuk pintu masuk terdapat 2 buah, yang berada di sisi barat daya. Pintu masuk dan jendela terbuat dari kayu dan kaca berbentuk bukaan 2. Ukuran jendela 1,14 cm x 131 cm, sedangkan ukuran pintu 212 cm x 118 cm. Atap bangunan berbentuk limas yang terbuat dari genteng. Ventilasi/lubang angin terdapat di bagian atas dinding berbentuk persegi panjang. Tinggi bangunan dari permukaan tanah sekitar 35 cm sehingga di bagian depan pintu masuk terdapat anak tangga sebagai akses masuk menuju ruangan. Bagian pilaster bangunan terlihat jelas berada di tiap sudut bangunan yang ditopang pondasi dengan bentuk lebih menjorok keluar. Lantai terbuat dari tegel ubin berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Bangunan ini belum pernah mengalami perubahan, namun kondisi sekarang sangat memprihatinkan karena sejak tahun 1990-an bangunan ini sudah tidak dipergunakan lagi sebagai kantor pos, sehingga kondisi saat ini bangunan sudah rusak.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 15,46 m x 8,12 m (125,53 m²)
Lahan ± 25,24 m x 24,3 m (613,08 m²)
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jl. Sudirman
47
Selatan Rumah Penduduk
Timur Kantor Polsek
Barat Jalan Sudirman
Fungsi awal dan fungsi sekarang Dari awal fungsi pembangunan digunakan sebagai Kantor Pos daerah Kuantan Singingi, fungsi sekarang tidak digunakan (bangunan kosong)
Pemilik PT. Pos Indonesia
Pengelola PT. Pos Indonesia
Foto
Foto Bangunan
48
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
49
15. Kantor Penghubung Kodim 0302
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 15/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Kantor Penghubung Kodim 0302
Alamat
Jalan Jl. Tugu Timur
Dusun/Kampung/Jorong Koto Taluak
Desa/Kelurahan/Nagari Taluak Kuantan
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 123 km
Keletakan Geografis 49 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di pusat kota Kuantan Singingi. Dapat menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 34' 12,536" E 0° 32' 0,834" S (101,570149 ; -0,533565)
Deskripsi Historis Awal pembangunan gedung ini belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bangunan ini didirikan sekitar tahun 1940-an. Fungsi awal bangunan sampai sekarang diperkirakan sebagai bangunan militer. Sejak tahun 2010 gedung ini digunakan sebagai Kantor Penghubung Kodim, sebelumnya dipergunakan sebagai gedung Dinas Pariwisata dan Kebudayaa Kuantan Singingi. Bangunan ini berdiri bersamaan dengan masuknya Kolonial Belanda ke daerah Kuantan Singingi.
Deskripsi Arkeologis Arsitektur bangunan ini memperlihatkan arsitektur kolonial, seperti dinding bangunan yang tebal sekitar 30 cm yang terbuat dari bata berspesi kapur, penggunaan pintu dan jendela yang berukuran besar. Atap bangunan berbentuk limas yang terbuat dari genteng. Atap bangunan ini dibuat 2 buah berbaris ke belakang. Atap bagian depan berukuran lebih kecil dipergunakan sebagai atap untuk ruangan di sisi barat daya, sedangkan atap kedua berukuran lebih besar dipergunakan sebagai atap bangunan di bagian belakang yang terdiri dari 5 buah ruangan. Denah bangunan berbentuk persegi panjang dan berjumlah 6 buah ruangan, masing-masing ruangan dipisahkan oleh pintu yang terbuat dari kayu berbentuk bukaan dua. Ukuran pintu 238 cm x 70 cm, sedangkan ukuran jendela 149 cm x 160 cm. Dari 6 buah pintu yang ada 3 buah pintu sudah mengalami penggantian, yaitu pintu di ruangan yang saat ini dipergunakan sebagai ruangan kepala, pintu di sebelah ruangan kepala, bagian teras/beranda, dan pintu kamar mandi. Lantai terbuat dari tegel ubin berwarna merah dan abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Sebagaian lantai sudah diubah menjadi lantai keramik, yaitu lanati di ruangan kepala, dan kamar mandi. Ventilasi berbentuk persegi panjang, plafon terbuat dari susunan papan kayu. Tinggi bangunan dari permukaan tanah sekitar 35 cm sehingga di bagian depan pintu masuk terdapat anak tangga sebagai akses masuk menuju ruangan. Pada sisi barat laut terdapat bangunan baru
50
yang menempel dengan bangunan utama, bangunan ini memanjang ke arah barat laut.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 20 m x 20 m
Lahan ± 25 m x 25 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Penduduk
Selatan Wisma Pemda
Timur Kantor Polisi
Barat Jl. Tugu Timur
Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal bangunan sampai sekarang diperkirakan sebagai bangunan militer. Sejak tahun 2010 gedung ini digunakan sebagai Kantor Penghubung Kodim, sebelumnya dipergunakan sebagai gedung Dinas Pariwisata dan Kebudayaa Kuantan Singingi.
Pemilik Kodim
Pengelola Kodim
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
51
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
52
16. Tugu Proklamasi KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 16/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Tugu Proklamasi
Alamat
Jalan Jl. Tugu Timur
Dusun/Kampung/Jorong Koto Taluak
Desa/Kelurahan/Nagari Taluak Kuantan
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 123 km
Keletakan Geografis 48 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di pusat kota Kuantan Singingi. Dapat menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 34' 13,709" E 0° 32' 3,039" S (101,570475 ; -0,534177)
Deskripsi Historis Pembangunan tugu ini sebagai tugu peringatan kemerdekaan Reublik Indonesia pada tahun 1945 khususnya di Taluk Kuantan. Tugu ini dibangun sekitar tahun 1950-an.
Deskripsi Arkeologis Tugu ini terbagia menjadi 3 bagian utama, yaitu bagian kaki, tubuh, dan kepala. Bagian kaki berbentuk segi empat (kubus) dengan alas berbentuk lingkaran yang terdiri dari 2 buah lingkaran, yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar. Pada sisi timur bagian kaki tugu terdapat inskripsi tentang isi proklamasi. Bagian tubuh berbentuk limas terpancung, dan bagian kepala terbuat dari logam untuk menempelken sebuah lampu. Pada bagian tubuh terdapat profil yang dibuat pada tahun 2005 oleh Pemda Disbudpar Kuantan Singingi.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Tinggi 5 m
Lahan 9,60 m x 60 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Wisma Jalur
Selatan Puskesmas Taluak Kuantan
Timur Jalan dan Sungai
Barat Perumahan Dinas
Fungsi awal dan fungsi sekarang Monumen
Pemilik Pemda Kuantan Singingi
Pengelola Pemda Kuantan Singingi
Foto
54
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
55
17. Eks. Rumah Telkom/Telegrap
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 17/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Eks. Rumah Telkom/Telegrap
Alamat
Jalan Jl. Linggar Jati
Dusun/Kampung/Jorong Pasar Ateh
Desa/Kelurahan/Nagari Kelurahan I
Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1 km
Ibukota Prov. ± 123 km
Keletakan Geografis 54 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Mudah, karena berada di pusat kota Kuantan Singingi. Dapat menggunakan kendaraan roda 2 atau 4.
Letak Astronomis 101° 34' 15,998" E 0° 32' 1,140" S (101,571111 ; -0,53365)
Deskripsi Historis Bangunan ini diperkirakan didirikan sekitar tahun 1940-an. Bangunan ini pernah difungsikan/dipergunakan oleh PT. Telkom. Sekarang rumah ini ditempati sebagai rumah hunian oleh keluarga Rislen.
Deskripsi Arkeologis Bangunan ini berdenah persegi panjang, dinding bangunan terbuat dari 2 bahan yang berbeda. Bagian bawah dinding terbuat dari coran semen dan kerikil, sedangkan bagian atas terbuat dari bata berspesi semen. Bangunan ini terdiri dari 5 ruangan, 4 ruangan berukuran agak besar dan sebuah ruangan berbentuk kamar berukuran 100 cm x 83 cm yang dipergunakan sebagai kamar telegraf. Antar ruangan dipisahkan oleh pintu yang terbuat dari kayu dan berdaun pintu 1. Jendela Dari awal pembangunannnya, bangunan ini digunaka sebagai rumah telegraf, dan pembangunan bangunan ini berada di titik nol satelit. Sekarang bangunan ini dipergunakan sebagai rumah tinggal. Atap berbentuk limas dan terbuat dari seng dan flapon terbuat dari asbes. Lantai terbuat dari tegel ubin polos berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Tinggi bangunan dari permukaan tanah sekitar 20 cm. Bangunan ini menghadap ke arah timur laut dengan beranda di bagian depan berukuran 100 cm x 200 cm, lanti di bagian beranda bermotif lingkaran, flapon di bagian beranda terbuat dari coran semen dan kerikil.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 8 m x 10 m
Lahan ± 400 m²
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Linggar Jati dan Taman Kota
Selatan Jalan dan Sungai
Timur Sungai
Barat RPD (Radio Pemda)
Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi sekarang sebagai rumah hunian oleh keluarga Rislen.
Pemilik Kasmar
Pengelola Rislen
57
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra
58
17. Kompleks Makam Raja Pertuan Gadis Nan Alus KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 18/BCB-TB/B/11/2007
Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Raja Pertuan Gadis Nan Alus
Alamat
Jalan Jalan Area Pemakaman
Dusun/Kampung/Jorong Seberang Pantai
Desa/Kelurahan/Nagari Muara Lembu
Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
Orbitrasi Cagar Budaya (km)
Ibukota Kab./Kota ± 26 km
Ibukota Prov. ± 105 km
Keletakan Geografis 66 mdpl
Aksesibilitas Cagar Budaya Objek berada di seberang sungai, sehingga terlebih dahulu harus menyebrangi jembatan gantung kayu sepanjang ± 50 m. Makam ini berada di daerah hutan lahan wisata.
Letak Astronomis 101° 20' 21,524" E 0° 22' 57,055" S (101,339312 ; -0,382515)
Deskripsi Historis Sejarah ketokohan Raja Pertuan Gadis Nan Aluih dan Tuanku Bayang Kedua ini belum diketahui secara pasti. Namun dari inskripsi yang terdapat pada jirat makam, disebutkan bahwa Raja Pertuan Gadis Nan Aluih datang dari Pagaruyung Sumatera Barat (Minangkabau) beserta suaminya. Beliau wafat pada tahun 1898. Sedangkan Tuanku Bayang Kedua Datang dari Pagaruyung Sumatera Barat dan wafat pada tahun 1896.
Deskripsi Arkeologis Makam ini terletak sekitar 6 m dari makam Datuk Jalo Sutan Pertama. Kedua jirat makam terbuat dari plesteran semen berukuran 5 m x 2,1 m. Nisan makam sudah tidak ada lagi.
Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 4,5 m x 4 m
Lahan ± 4,5 m x 4 m
Batas-Batas Cagar Budaya Utara Pemakaman Umum
Selatan Makam Jalo Sutan
Timur Pemakaman Umum/Sungai Indragiri
Barat Kebun
Fungsi awal dan fungsi sekarang Makam
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto