d0215035.docx · web viewmenurut metz, film adalah sebuah sistem bahasa yang simpaikan dengan...
TRANSCRIPT
JURNAL
TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM
(Analisis Semiotikatentang Penggambaran Toleransi Beragama dalam Film
Pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017) Karya Anto Galon)
Oleh
Eriko Gunadi Ekatama
D0215035
Diajukan Guna MemenuhiSebagian Persyaratan
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
TOLERANSI BERAGAMA DALAM FILM(Analisis Semiotikatentang Penggambaran Toleransi Beragama dalam Film
Pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017) Karya Anto Galon)
Eriko Gunadi EkatamaSri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractTolerance in Indonesia is one of the issues of conflict. Similarly, the
short Film "Kau Adalah Aku Yang Lain" (2017) by Anto Galon. Packaging the message content in this film causes interpretations among the community. Some people criticize the film. This research wants to prove that true research is a tolerance.
The theory used in the studies uses semiotics. Semiotics is a theory used to find the meaning of a text by referring to the signs that appear. It is further interpreted by certain indices to obtain the full meaning. While the tolerance that became the basis of research using Umar Hasyim recognizes the right of each individual, respecting other beliefs, agree in disagreement, mutual, and awareness and honesty.
The method used in this study was the semiotic model of Christian Metz. This model is a very suitable model for studying moving images or in research this is the film. This method dissected the film using the synmetic track image of the syntax type in the film. Metz mentions there are eight types among others Autonomous Shot, Parallel Syntagma, Bracket Syntagama, Discriptive Syntagma, Alternate Syntagma, Scene, Episodic Sequence, and Ordinary Sequence.
The results of this study indicate that the short Film "You Are the other" (2017) by Anto Gallon, based on Syntagmatic Image Track, it resulted in 7 parts with 5 types of 1 Bracket Syntagma (a Congregation of studies Remind Mbah's character) the message conveyed by each individual has the right to determine certain attitudes and steps in his/her life. 2 Alternate Syntagma (police events are looking at the patient's condition of the ambulance and the police are arranging the course of ambulance, worshippers and the course of the ambulance) the message delivered by the police helps indiscriminately, radiate ambulance The pass. 2 Scene (Kyai Lecture and ambulance awarding) the message that is delivered is that the human being is different and it is prized by the ambulance. 1 Episodic Sequence (unimpeded ambulance conflict) message conveyed that the non-barrier difference for an individual gets its rights and obligations, in addition it is more important and does not easily justify others. 1 Ordinary Sequence (completion discussion) The message conveyed is important and an individual can represent a certain class even if it cannot be hit flat. Broadly, it can be concluded that the film is consist of tolerance.Keyword : Semiotics, Film, Christian Metz, Religious Tolerance
1
A. Pendahuluan
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, ras dan agama.
Beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia seperti: Suku Aceh, Suku
Batak, Suku Minang di Sumatera; Suku Betawi, Suku Sunda, Suku Jawa,
Suku Madura di Jawa; Suku Dayak di Kalimantan; Suku Bugis dan Suku
Toraja di Sulawesi; serta Suku Asmat, Suku Dani di Papua.
Agama di Indonesia juga beragam seperti Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu serta agama dan kepercayaan lokal.
Berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik pada tahun 2010
menyebutkan bahwa Agama Islam adalah agama mayoritas di Indonesia
dengan prosentase 87,2% atau sekitar 207,2 juta penduduk; dilanjutkan
dengan Kristen Protestan dengan prosentase 6,9% atau sekitar 16,5 juta
penduduk; ketiga ada Agama Katolik dengan prosentase 2,9% atau sekitar
6,9 juta penduduk; Kempat ada Hindu dengan prosentase 1,7% atau sekitar
4 juta penduduk; Agama Konghucu serta Agama kepercayaan lokal
dengan prosentase 1,25% atau sekitar 3,3 juta penduduk.
Berdasarkan fakta-fakta di atas bahwa Indonesia adalah sebuah
negara yang majemuk dan beragam.tentu saja Indonsia sangat mudah
tersulut dengan konflik-konflik horizontal seperti konflik antarsuku,
antaragama dan lain sebagainya. Namun demikian toleransi antarumat
beragama yang ada Indonesia tetap terjaga.Terlihat dari beberapa potret
masyarakat Indonesia yang menjunjung toleransi walaupun tidak sedikit
dari warga masyarakat yang terlibat konflik horizontal antarumat
beragama.Berikut adalah potret toleransi beragama yang ada di Indonesia.
Beberapa Potret toleransi yang ada di Indonesia antara lain : Gereja
Kristen Jawa Joyodiningratan dengan Masjid Al-Hikmah Surakarta. Kedua
rumah ibadah ini saling bersebelahan di Jalan Gatot Subroto Surakarta.
Toleransi yang terjalin antara kedua umat beragama berbeda tersebut
terjadi pada hari raya. Senada dengan itu Gereja Katedral Jakarta dan
Masjid Istiqlal Jakarta juga menampakan hal yang sama dengan Gereja
Kristen Jawa Joyodiningratan dengan Masjid Al-Hikmah Surakarta,
2
toleransi yang terjalin antara kedua umat beragama berbeda tersebut terjadi
pada hari raya. Pecalang membantu penjagaan saat umat agama lain
menjalankan ibadah hari raya. Di Denpasar Bali para pecalang beragama
Hindu membantu penjagaan saat umat beragama lain menjalankan
ibadahnya. Puja Mandala, Bali. Puja Mandala di Bali merupakan contoh
toleransi umat beragama dimana pada kompleks tersebut terdapat lima
tempat ibadah yang berjajar dalam satu kompleks.
Bentuk toletansi juga tercermin pada sebuah film yang merupakan
salah satu nominator Police Movie Festival 2017.Film tersebut berjudul
“Kau Adalah Aku Yang Lain” karya Anto Galon.Film tersebut berisi
dilematika masyarakat Indonesia antara hidup beragama dan hidup
bersosial.Dalam film tersebut dikisahkan ada seorang laki-laki yang
sedang mengalami kritis di dalam ambulan.Laki-laki dan keluarganya
digambarkan sebagai Non-Muslim. Dalam perjalanan hujan deras dan
ternyata jembatan yang akan dilalui amblas sehingga harus melewati jalan
lain. Namun jalan tersebut dipakai untuk pengajian.Terjadilah perdebatan
antara tokoh Mbah, Polisi dan beberapa warga. Dalam perdabatan itu
tokoh Mbah tidak mengizinkan ambulan tersebut lewat dengan alasan
karena beda kepercayaan, tetapi polisi dan beberapa warga mendebatnya.
Dalam perdebatan itu terjadi dilematika antara hidup sosial dan hidup
beragama.Walaupun pada akhirnya ambulan tersebut diperbolehkan lewat.
(www.Youtube.com, 19 Maret 2019).
Dalam film pendek tersebut terjadi bias makna mengenai isi film
tersebut, dan menjadikan film tersebut menjadi kontroversi karena ada
beberapa golongan yang menganggap film pendek tersebut menyudutkan
atau secara tidak langsung menistakan agama Islam. Walaupaun ada
beberapa orang yang menganggap film tersebut bagus dan layak masuk
dalam nominasi Festival Film Polri 2017.
Beberapa tokoh kontra antara lain : 1) KH Abdullah Gymnastiar
(www.youtube.com, RB Channel, 20 Februari 2019), Ia sangat kecewa dan
menyangkan dengan film terebut. Tambahnya lagi dalam film ini
3
merupakan penggambaran yang salah dari Umat Islam yang ada di
Indonesia. 2) Pendapat Danil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum PP
Pemuda Muhammadiah (www.youtube.com, TvMu Channel, 15 April
2019) Ia menyesalakan film pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” yang
diunggah dalam akun twitter Divisi Humas Polri. Menurut pendapatnya
film ini seolah-olah menggambarkan Islam yang intoleran bahkan
digambarkan sangat bodoh. Dalam salah saru adegannya pada saat sebuah
ambulan kan lewat karena ada pengajian dilarang lewat, alasan lain
ambulan tersebut membawa pasien kritis non-muslim. Pikirnya ini bukan
hal yang masuk akal bahkan ia tidak pernah menemui kejadian seperti ini
dalam dunia nyata. 3) Anton Tabah Digdoyo, Dewan Pakar ICMI
(www.youtube.com, Jokowi Poreper, April 2019). Menurutnya tidak
sebaiknya sebuah kebebasan berekspresi dijadikan dalih untuk membuat
film atau video ini untuk dipublikasikan. “Kita sebagai waga negara telah
bersepakat memilih Demokrasi Pancasila yang Ber-Ke-Tuhan-an Yang
Maha Esa. Kebebasan juga berada dalam track ajaran Tuhan Yang Maha
Esa membimbing. Indonesia bukan berdemokrasi secara sekuler dan
berkebeasan tanpa batas. 4) Mustofa Nahrawardaya, Pengamat Media Muhammadiah (www.yotube.com, TvMu
Channel, 15 April 2019) Menurutnya film ini sangat tidak layak ditonton
oleh masyarakat Indonesia apapun agamanya kerena dalam film ini
memunculkan sentiment SARA terhadap suatu pihak khususnya Umat
Islam yang ada Indonesia. 5) Deddy Corbuzier (www.youtube.com, Deddy
Corbuzier, 15 April 2019) Menurutnya inti dari film ini adah baik yaitu
membuat masyarakat Indonesia yang beragam bersatu untuk saling
membantu.Tetapi menurutnya ada yang salah dalam film ini.dalam
penjelasannya dalam membuat sebuah karya, pertama harus mengetahui
keberadaannya atau lokasi, kedua faktanya ada atau tidak, ketiga bila
faktanya ada bagaimana merangkai cerita yang tidak menyudutkan suatu
golongan.
4
Tokoh Pro dalam film ini adalah: 1) Kapolri, Jenderal Polisi Prof.
Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D., (www.youtube.com,
tvOneNews, 20 Februari 2019). Film ini adalah hasil karya msayarkat yang
mengikuti Police Movie Festival 2017 dengan tema Unity in Diversity.
Persoalannya adalah kritik in muncul ketika ada 2 kelompok yaitu kritik
secara spontan. Akar permasalahannya pertama tidak melihat film secara
utuh, ada beberapa potongan yang menyudutkan umat Islam. Kedua, ada
yang memberikan kritik bahwa ini adalah buatan Polisi, padahal bukan.
Ketiga mereka sudah menonton lengkap dan dibeberapa bagian film ada
isu sensitif. Dalam film ini bertujan bahwa apabila ada konfilk seperti ini
lebih berani dalam mengambil keputusan sebagai mediator konflik.
Kapolri juga meluhat ada kelompok yang lain yang initnya adalah ingin
memojokan polisi. Karena mereka tahu ini film ini bukan buat Polri,
buatan Ulama juga.Mereka beranggapan bahwa Polri adalah hambatan
mereka untuk merubah NKRI. 2) Abdul Haris Ma’mum, Wakil Ketua
Pusat Gerakan Pemuda Ansor (www.cnnindonesia.com, 20 Februari 2019)
Menurutnya film ini sangat edukatif, sarat pesan toleransi dan
kemanusiaan. Harapanya Islam harus memberi rahmat memayungi agama
keyakinan yang lain
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan fenomena yang akan melalui penelitian ini,
dapat ditarik rumusan masalah sebagai acuan untuk melakukan penelitian
adalah
1. Bagaimana penggambaran tanda-tandadalam Film Pendek “Kau
Adalah Aku yang Lain” (2017) karya Anto Galon tentang toleransi
beragama dengan analisis semiotika Christian Metz?
2. Pesan apa yang disampiakan berdasarkan analisis sintagmatik image
track dalam film pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017) karya
Anto Galon?
5
C. Telaah Pustaka
1. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah proses pemyampaian pesan antara
komunikator (pemroduksi pesan) dengan komunikan (khalayak) melaui
media massa. Karaktrikstik komunikasi massa antara lain 1) Komunikator
terlembaga, Komunikator dalam komunikasi massa adalah banyak orang
yang terikat dalam satu lembaga atau paling tidak dalam satu organisasi
tertentu. 2) Komunikan bersifat heterogen, komunikan mempunyai sifat
heterogenitas secara strukutural, berasal dari berbagai jenis kelompok baik
berdasarakan diferensiasi sosial atau stratifikasi sosial. 3) Pesan Berifat
umum, pesan yang diproduksi komunikator dibagikan kepada khalayak
(komunikan) bersifat umum. 4) Komunikasi satu arah, komunikasi dalam
komunikasi massa hanya bersifat satu saja. 5) Prosesnya cenderung
bersamaan, komunikasi massa memliki keseremakan atau
penyampaiannya secara bersama pesan-pesan yang dibuat oleh
komunikator. 6) Gatekeeper sebagai kontrol, peranan gatekeeper dalam
komunikasi massa sangat besar dalam mengontrol pesan-pesan yang
dibuat dan diedarkan ke khalayak melalui media massa.
Dalam komunikasi massa terdapat beberapa komponen yang
membentuk sebuah sistem komunikasi massa itu sendiri antara lain( Halik,
2013) :1) komunikator, sumber utama dalam komunikasi massa berbentuk
lembaga atau organisasi. 2) Khalayak (komunikan), Khalayak media
massa adalah target penyebaran pesan-pesan dalam komunikasi massa. 3)
Pesan, Pesan adalah materi atau isi dari yang disebarkan oleh komunikator
kepada komunikan atau khalayak media massa. 4) gatekeeper, gatekeeper
berfungsi untuk memberikan filter kepada khlayak mengenai pesan-pesan
yang diproduksi oleh komunikator. 5) media massa, Media Massa adalah
sarana apa yang dipakai oleh komunikator dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak.media massa terdiri dari media cetak, radio, televise,
film, dan online. Efek, Efek dari komunikasi massa berkaitna dengan
dampak apa yang terjadi setelah pengnsumsian sebuah pesan melalui
6
media massa. Fungsi Komunikasi massa menurur Katz, Gurevich dan
Haas dalam Buku Daras : Komunikasi Massa karya Abdul Halik (2013 :
59) intinya adalah komunikasi massa sebagai pemenuhan kebutuhan a)
Kognitif yaitu memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman b)
Afektif yaitu aspek emosional, pengalaman menyenangkan, dan estetika c)
Integratif personal yaitu memperkuat kredibilitas, menumbuh dan
menambahkan rasa percaya diri, stabilitas dan status d) Integratif Sosial
yaitu memperoleh hubungan dengan orang lain e) Pelepas ketegangan atau
pelarian dan penalihan.
Model Komunikasi Massa 1) H. Lasswel, menjelaskan bahwa cara
yang paling baik untuk menjelaskan proses komunikasi dengan menjawab
pertanyaan : Who say what in what channel to whom with what effect?
(Siapa berbicara apa dengan saluran apa kepada siapa dan berefek apa).
Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan unsure-unsur dalam
komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. 2)
Shannon dan Weaver, model ini adalah model matematis
komunikasi.Model ini menggambarkan sumber informasi menghasilkan
pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat isi pesan yang
dimungkinkan.Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu
tanda (Encoding) sesuai dengan media yang dipakai. Media (channel)
adalah saluran atau jalan yang digunakan mengirimkan sinyal (tanda) dari
transmitter kepenerima (receiver) (proses decoding).
2. Film
Film adalah media audio-fisual yang merupakan penggabungan unsure
naratif dan unsur sinematik.Unsur naratif adalah berhubungan dengan
tema sedang unsur sinematik adalah jalan ceritanya (Pratista 2008). Unsur
naratif adalah unsure dalam film yang berhubungan dengan aspek cerita
atau tema dari film tersebut. Unsur film secara naratif terdiri dari tokoh,
masalah, konflik, setting tempat (lokasi) dan setting waktu. Unsur
sinematik (language of film) memilik fungsi untuk menelaah film secara
kontekstual dari beberapa rangkaian (bagian-bagian kecil) dari film, video
7
atau televisi.Bordwell dan Thompson dalam buku Media and Society
karya M. O’Shaughnessy dan Jane Stadler (2005: 219) membagi menjadi
empat bagian yaitu mise-en-scene, cinematography, editing, dan sound
Diferensiasi film secara gengre (Ekky Imanjaya, 2004: 104) di bagi
menjadi lima yaitu drama, komedi, horror, musikal, dan action. Bila dilihat
dari stuktur nasrasinya dibagi menjadi tiga (Pratista, 2008 :4) yaitu
documenter, fiksi, dan ekperimental. Bila filihat dari durasi dibagi menjadi
dua, film pendek dan film panjang.
3. Toleransi Beragama
Suatu sikap bersedianya individu atau kelompok dalam pertisipasi
masyarakat sosial yang luas dengan proses asimilasi, meskipun berada
dalam sebuah kelompok minoritas atau berebeda agama (Hidayat, 2006).
Menurut Umar Hasyim dalam buku Toleransi dan Kemerdekaan
Beragama dalam Islam Sebagai dasar Menuju Dialog dan Kerukunan
Antar Agama (1997), disebutkan ada setidaknya lima unsur toleransi yaitu:
Mengakui hak setiap individu, suatu sikap yang mengakui hak setiap
individu dalam menentukan sikap atau langkah tertentu dan nasib individu
tersebut. Menghormati keyakinan orang lain, sikap mengormati orang lain
harus berdasarkan dengan kepercayaan, tidak dibenarkan individu atau
kelompok memaksakan kehendak kepada individu atau kelompok lain
Agree in Disagreement (mengakui perbedaan yang ada) ini adalah suatu
sikap bahwa dalam perbedaan tidak harus ada permusuhan, atau perbedaan
tidak harus menimbulkan pertentangan, karena dalam duania ini selalu ada
perbedaan. Setiap kepercayaan memilki nilai kebenarannya masing-
masing dan pemeluknya meyakini bahwa kepercayaannya adalah baik.
Saling mengerti dapat terjadi apabila antarindividu mengakui hak individu
lain, menghormati keyakinan orang lain, dan mengakui perbedaan yang
ada. Kesadaran dan kejujuran, toleransi berkaitan dengan sikap jiwa dan
kesadaran batin individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi
antara lain : sikap inklusif, Sikap Inklusif adalah sikap yang terbuka,
sehingga individu atau kelompok tersebut dapat berinteraksi dangan
8
individu atau kelompok lain dengan mudah. Lingkungan pendidikan yang
mendukung, Toleransi diturunkan dengan proses sosialisasi. Sosialisasi
paling pertama pada lingkungan keluarga.Dalam keluarga orang tua sangat
berperan penting dalam membantu seorang individu dalam
mengembangkan rasa toleransi. Relasi antarkelompok, Peningkatan
toleransi secara kelompok diperlukan pembangunan relasi antarkelompok
yang luas.
4. Film sebagai Komunikasi Massa
Film sebagai media komunikasi massa cukup memberikan tempat
bagi para penonton film itu sendiri. Film adalah salah satu media yang
berbentuk audio-visual yang kegunaannya untuk menyampaiakn suatu
pesan kepada khalayaknya (penonton film) (Effendy dalam www.e-
jurnal.com). Film juga memiliki anggapan bahwa film adalah salah satu
media komunikasi massa yang cukup ampuh terhadap khalayak yang
menjadi tergetnya. Film pada saat ini dapat dikatakan mempunyai satu
sasaran utama yaitu menarik perhatian sebanyak mungkin calon
audiensnya untuk mencoba memahami muatan masalah film tersebut
5. Semiotika
Dilihat secara etimologis, semiotika berakar dari bahasa Yunani
yaitu semeion yang memiliki arti tanda, atau seme yang berarti intepretasi
tanda. Dalam perkambangannya istilah semiotik muncul pada akhir abad
XIX oleh seorang ahli filsafat Amerika, C.S. Pierce yang mengarah pada
doktrin secara formal tentang tanda. Dasar dari konsep semiotika adalah
konsep yang mendalami tentang tanda. Barthes menyebutkan bahwa
semiologi atau semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan mengintepretasi hal-hal.Dalam hal ini memaknai atau
menintepretasi sebuah hal tidak dapat dicampurkan dengan
mengomunikasikan. Pierce dalam Buku Semiotika dalam Riset
Komunikasi (Vera, 2014) mangatakan bahwa semiotika sebagai ilmu
mengenai tanda dan semua yang berhubungan dengan tanda tersebut yakni
cara berfungsinya, hubungan antara satu tanda dengan tanda yang lain,
9
penyampaiannya dan penerimaannya oleh yang memakainya. Daniel
Chandler dalam buku Semiotika Dalam Riset Komunikasi (Vera, 2015: 2)
mengatakan semiotik memliki difinisi secara singkat adalah ilmu yang
mepelajari tentang tanda-tanda. Morris dalam Semiotika Komunikasi
Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 3 (Indiwan,
2018:5): a) Sintaktik, suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji
hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda yang lain. b) Semantik,
suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda dengan objek-obyek yang diacunya (designate). c) Pragmatik,
suatu cabang penyelidikan Semiotika yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda dengan interpreter-intepretrernya (orang yang memaknai).
6. Semiotika Model Metz
Menurut Metz, film adalah sebuah sistem bahasa yang simpaikan dengan
menggunakan seperangkat tanda dan simbol tertentu (Film Language : A
Semiotics of The Cinema, C.Metz,1974). Dalam penelitiannya C. Metz
mengungkapkan bahwa sebuah film bukan merupakan sebuah sistem
bahasa (langue). Dengan kata lain film tidak dapat dianggap sebagai
sebuah sistem bahasa yang baku, berbeda dengan kata-kata yang secara
tertulis maupun lisan memiliki tata bahasa yang ketat, serta sintaks dalam
tata bahasa secara lisan dan tulisan tidak dapat disetarakan. Film memiliki
unit dasar berupa shot yang berisi komplek seperti pergerakan kamera,
efek optik, interakasi visual dan audio, transisi dan masih banyak lagi.
Secara keseluruhan membangun tanda yang memiliki arti dan ikonik,
simbolis yang terbangun bukanlah simbol yang secara bebas saja dalam
proses signifikasi. Oleh sebab itu film selalu sarat dengan intepretasi yang
sangat khusus. Prinsip dalam mengsemiotis sebuah film berdasarkan pada
struktur bahasa film, estetis, serta fenomenologis gambar audio visual
sebagai ekspresi dalam film yang dipadukan dan hubungan antartanda
yang tersirat dalam sebuah proses sintagmatik yang besar (The Large
Syntagmatic).
10
a) Autonomous Shot
Merupakan suatu single Shot yang menunjukkan seluruh segmen atau
episode dalam suatu plot film. Autonomos shot terbagi menjadi dua
bagian. Pertama terdiri dari satu sintagmatik subtipe yaitu sequence
shot. Kedua terdiri dari empat sintagmatik subtipe yang disebut dengan
insert, masing-masing insert memiliki fungsi masing-masing yaitu
nondiectic insert, subjective insert, displaced diegetic insert,
explanatory insert.
b) Parallel Syntagma
Sintagma ini adalah sintagma non-kronologis yang merupakan
penggabuangan dua jalan cerita atau lebih yang berbeda dan tidak
memiliki hubungan secara langsung baik waktu atau tempat. Pada
sintagma ini memiliki nilai simbolik yang secara langsung dapat
diambil.
c) Bracket Syntagma
Sintagma ini adalah sintagma non-kronologis yang berisi serangkaian
adegan singkat yang mewakili suatu peristiwa atau kejadian yang
sednag terjadi atau berlangsung dalam film.
d) Discriptive Syntagma
Sintagma ini adalah sintagma kronologis yang berisi urutan suatu
gambar yang disajikan dalam film sebagai salah satu simultan yang
digunakan untuk memberikan penjelasn suatu latar atau setting dari
objek dalam film.
e) Alternate Syntagma
Sintagma ini adalah suatu sintgama kronologis yang digunakan untuk
menjelaskan dua atau lebih kejadian dalam satu waktu yang
bersamaan.
f) Scene
Scene dalam film digunakan untuk menjelaskan kejadian spesifik di
suatu tempat dan waktu yang spesifik juga.Scene secara kronologis
11
dan kontinu menampilkan adegan yang spesifik yang dapat
membentuk pribadi tokoh.
g) Episodic Sequence
Shot yang penyajiannya di dalam film diskontinyu atau terjadi jumping
(namun masih dalam suatu urutan) dalam alur ceritanya, tetapi ajeg
dan masih membicarakan topik yang sama, atau dengan kata lain,
penyingkatan waktu dalam film yang berurutan dan simbolis.
h) Ordinary Sequance
Shot yang penyajiannya dalam film diskontinya juga atau terjadi
jumping (tidak dalam suatu urutan) dalam alur cerita, tidak
membicarakan topik yang sama. Ordinary sequence biasanya juga
digunakan untuk memuat satu aksi shot berupa hal-hal penting saja.
Semiotika Film Metz berbasis Psikoanalisa. Pengaruh psikonalisa Freud
dan Lacan pada semiotika film Metz, adalah dengan apa yang disebut
dengan Imaginary Signifier. Dalam kaitannya dengan film, ditemukan
bahwa film merupakan jalinan pemikiran bawah sadar yang muncul
melalui gambar dan disatukan dalam sebuah aksi pembentuk film. Dalam
fase perkembangan anak, yang disebut fase cermin/imaginer. Dalam film,
Metz kemudian menyamakan fase cermin/imaginer dengan bagaimana
bahasa dan teks film berfungsi sebagai cermin
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitan yang berbentuk analisis
diskruptif yang mendiskripsikan penggambaran dan mengidentifikasi
toleransi beragama dalam Film Pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain”
(2017) Karya Anto Galon. Selain itu penelitian ini juga menelaah secara
mendalam dangan menggunakan semiotika tentang pesan yang ada pada
film ini. Penelitian ini menggunakan semiotika yang dikembangkan oleh
Christian Metz.Dalam model ini Metz menyebutkan bahwa film adalah
sebuah tatanan bahasa yang unik yang berbeda dengan tatanan bahasa
yang ada pada bahasa secara tertulis ataupun lisan. Christian Metz juga
menyebutkan bahwa film adalah “The Large Syntagamatic” atau dengan
12
kata lain film adalah sebuah sintagma yang besar secara sinematografi.
Dalam Model Christian Metz ini ada delapan katagori The Large
Sintagmatic of Image Track yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai
indikator atau alat analisis dalam pengidentifikasian serta pembangunan
suatu intepretasi dalam Film Pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017)
Karya Anto Galon. Dalam penelitian ini sumber data primer yang dipakai
adalah video Film Pendek “ Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017) karya
Anto Galon dengan durasi sekitar tujuh menit Film ini film yang telah
diunggah dalam laman Youtube dengan Channel Police Movie Festival IV
tahun 2017. Data Skunder dalam penelitian ini adalah berupa dokumen
hasil dari beberapa narasumber mengenai film tersebut.Baik dalam bentuk
video tanggapan, video klarifikasi, video reakasi.Selian itu data skunder
penelitian ini juga dihimpun dari isu-isu beberapa media online.Penelitian
terdahulu sebagai bahan acuan dan pertimbagan serta sumber-sumber lain
yang relavan dan mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data
dalam penelitan ini antara lain studi dokumen yang menelaah pendapat
dari beberapa tokoh yang ada pada media, Pustaka, menelaah tentnag
buku-buku yang terkait dengan penelitian, dan observasi, mengamati
setiap adegan dan alur film yang ada dalam Film Pendek “Kau Adalah
Aku Yang Lain (2017) karya Anto Galon. Teknik triangulasi meliputi
triangulasi data, sumber, teori dan peneliti. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi data yaitu merujuk upaya peneliti dalam
penghimpunan data dari berbagai sumber yang berguna untuk memperoleh
data mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini serta triangulasi
teori yang merujuk pada bagaimana perspektif teori dalam
pengintepretasian data yang sama. Dalam penelitian ini penliti
menggunakan metodel analisis mendalam dengan sumber data primer
yaitu Film Pendek” Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017) Karya Anto
Galon. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian semiotika model
Christian Metz. Dalam metodologi ini mrnggunakan metodologi
sintagmatik yang memaparkan tentang kombinasi tanda tanpa
13
memperhatikan maknanya atau hubungan perilaku subjek, dengan kata
lain semiotik yang menitik bertkan pada hubungan antartanda. Semiotik
ini juga memngabaikan pengaruh akibat bagi subjek pengintepretasi
E. Sajian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan kurang lebih 51
shot saja yang dapat menggambarkan dan menjawab rumusan masalah
yang ada dalam penelitian ini. 54 shot tersebut antara lain
Tabel 1 Tabel Hasil Pemfilteran Shot sesuai dengan Rumusan Masalah
Sequence Jumlah Shot
Shot yang dipilih
III 38 Shot Shot 34 s.d. Shot 71VI 4 Shot Shot 72 s.d. Shot 75V 19 Shot Shot 76 s.d. Shot 93
(Sumber : Hasil Olahan Peneliti)
1. Penggambaran Tanda-tanda dalam Film Pendek “Kau Adalah
Aku yang Lain” (2017) Karya Anto Galon yang Menyajikan
Toleransi Beragama dengan Analisis Semiotika Christian Metz
Pada Bracket Syntagma, film ini menggunakannya untuk
menganalisis peristiwa singkat yang dapat merubah sikap tokoh dalam
satu shot. Perubahan sikap tokoh tersebut nantinya berpengaruh
terhadap sikap tokoh dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Penggunaan Bracket Syntagma pada film ini adalah pada bagian
Seorang Jemaah Pengajian Mengingatkan Tokoh Mbah (Shot 70) dan
awal Penyelesaian konflik (Shot 76). Toleransi yang dimunculkan
adalah mengakui hak setiap individu. Hal ini dapat dilihat dari
penampilan sikap tokoh seorang jemaah pengajian dengan
mengingatkan tokoh Mbah yang pada awalnya menolak ambulan
tersebut agar dapat lewat jalan yang dipakai pengajian tersebut bahwa
dalam ceramah pak kyai menyimpulkan “Kau Adalah Aku Yang
Lain”. Mengakui hak setiap individu pada bagian ini adalah bahwa
pasien dan keluarganya juga berhak dalam melewati jalan tersebut
14
karena hal tersebut merupakan hal yang menentukan sikap dari
individu tersebut
Pada Alternate Syntagma, film ini menggunakannya untuk
menganalisis peristiwa dalam dua shot secara bergantian dan
berhubungan. Hubungan antarshot ini bersifat kontinu. Bagian film ini
yang merupakan Alternate Syntagma yaitu pada saat peristiwa polisi
menengok keadaan pasien dari kaca kendela ambulan. Pada bagian ini
adalah bagian cerita yang menjelaskan bahwa Polisi melihat keadaan
pasien dalam ambulan dengan menengok dari kaca jendela ambulan.
Shot selanjutnya adalah keadaan pasien tersebut dalam ambulan. Pada
bagian ini termasuk dalam bagian kesadaran dan kejujuran. tokoh
polisi setelah melihat kondisi pasien (tokoh bapak) dalam ambulan
tersebut memunculkan kesadaran bahwa ia sebagai seorang polisi (saat
bertugas, berseragam dinas) harus membantu warga masyarakat tanpa
memandang siapa warga yang akan dibantu beragama apa dan bersuku
apa
Peristiwa kedua, yaitu saat polisi membantu mengarahkan
ambulan tersebut dapat berjalan dengan lancar, pada shot selanjutnya
yaitu seorang jamaah pengajian sedang membisikan sesuatu kepada
murid kyai bersamaan dengan ambulan yang berjalan melewati
kerumunan jamaah yang sedang pengajian. Pada bagian ini unsur
toleransi yang muncul adalah bentuk dari kesadaran dan kejujuran
Alasannya para tokoh yang tampil dalam bagian ini sadar betul bahwa
pasien yang berada dalam ambulan tersebut membutuhkan bantuan dan
dalam keadaan kritis. Mengakui hak individu lain, pesan ini dapat
dilihat dar para jamaah berdiri sejenak dan menepi agar ambulan
terbut dapat lewat. Para jamaah pengajian tersebut memberikan hak
kepada ambulan yang akan lewat agar dapat lewat karena dalam
ambulan tersebut terdapat pasien yang sedang dalam keadaan kritis.
Scene adalah kumpulan dari beberapa shot yang
berkesinambungan. Scene merupakan analisis pada adegan-adegan
15
tokoh yang dapat membentuk kepribadian tokoh dapat diketahui
melalui adegan percakapan (kehadiran sound track berhubungan
dengan pernyataan linguistik atau percakapan yang membentuk suatu
kesimpulan). Dalam film ini yang termasuk dalam scene antara lain
Cermah Pak kyai dan suasana pada saat cermah tersebut. Dalam bagian
scene ceramah pak kyai unsur toleransi yang dimunculkan adalah
saling menegerti. “Kau Adalah Aku Yang Lain” harus dimaknai bahwa
semua makhluk saudara yang dalam hal ini tidak memandang bulu dari
golongan apa, beragama apa, bersuku apa, atau berbangsa apa. Dalam
persaudaraan itu sudah barang tentu di dalamnya mengenal satu sama
lain walaupun berbeda
Kedua, pembukaan jalan untuk meberikan akses ambulan lewat
(proses ambulan melewati kerumunan jamaah pangajian). Pada bagian
ini unsur toleransi yang dimunculkan pertama adalah saling mengerti
selain itu kesadaran dan kejujuran juga muncul dalam bagian ini.
Saling mengerti dalam hal ini terlihat pada para jamaah yang tidak
enggan untuk menepi sejenak agar ambulan tersebtu dapat lewat
dengan lancar.
Episodic Sequence. Film ini menggunakannya untuk menganalisis
proses pembentukan sikap secara runtut dalam film. Dalam Film ini
yang termsuk dalam Episodic Sequence adalah bagian konflik film.
Konflik yang dimunculkan dalam film ini adalah ambulan yang
membawa pasien kritis di dalamnya tidak diperbolehkan untuk lewat
jalan tersebut karena jalan tersebut sedang digunakan untuk pengajian.
Pada episode pertama adalah awal dari konflik. Perdebetan yang
muncul adalah Tokoh Mbah melarang ambulan tersebut lewat karena
pasien dan keluarganya berbeda keyakinan dengannya. Selanjutnya
polisi menyanggah bahwa ini harus dibantu tanpa karena dalam
keadaan kritis. Hal tersebut tidak perlu melihat siapa yang dibantu,
beragama apa. Dari suku apa, berras apa. Unsur toleransi yang muncul
dalam bagian ini pada episode pertama adalah agree in disagreement
16
(mengkaui adanya perbedaan) hal ini dibuktikan bahwa dengan
percakapan tokoh polisi dengan tokoh Mbah yang membicarakan
perbedaan dengan mengatakan “memangnya tidak boleh berkeyakinan
beda…”dst lalu dillanjutkan dengan membahas “Kun Faya Kun”.
Dalam hal ini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah suatu
pengahalang untuk menolong seseorang, apalagi dalam kondisi yang
ada dalam film tersebut yaitu ada pasien yang sedang kritis di dalam
ambulan.
Episode kedua merupakan lanjutan dari episode pertama. Episode
ini melanjutkan perdebatan sebelumnya. Pada bagian ini perdebatan
mulai memuncak dengan adanya justifikasi dari tokoh Mbah yaitu
justifikasi dosa kepada tokoh polisi dan seorang jamaah pengajian.
Selain itu justifikasi kafir kepada seorang jamaah pengajian kerena
sependapat dengan polisi. pada episode kedua unsur toleransi yang
muncul adalah mengakui hak setiap individu. Hal ini ditunjukan dari
tokoh Polisi yang lebih baik berdosa membantah omongan tokoh
Mbah yang melarang ambulan tersebut lewat, dari pada tidak
memberikan akses jalan untuk ambulan teresebut lewat sama saja
membiarkan pasien yang ada di dalam ambulan tersbut mati
Ordinary Sequence film ini menggunakannya untuk penganlisisan
sikap yang dimiliki tokoh sehingga mempengaruhi peristiwa dalam
kehidupan tokoh. Dalam film ini yang termasuk dalam ordinary
sequence antara erdebatan antara tokoh Mbah.Polisi, dan seorang
jamaah pengajian (Diskusi Penyelesaian) setelah flashback scene
ceramah pak kyai. Pada bagian ini unsur toleransi muncul mengakui
hak setiap individu. Hal ini dibuktikan dengan Tokoh Mbah yang
berubah sikap yang pada walanya menolak mabulan tersebut lewat,
pada bagian ini akhirnya Tokoh Mbah tersebut memperbolehkan lewat
walaupun dengan terpaksa karena terdesak oleh Tokoh Mbah dan
seorang jamaah pengajian
17
2. Pesan yang Disampiakan Berdasarkan Analisis Sintagmatik Image
Track dalam Film Pendek “Kau Adalah Aku Yang Lain” (2017)
karya Anto Galon?
Hasil Analisis analisis sintagmatik Image Track dari Film pendek
“Kau Adalah Aku Yang Lain (2017) Karya Anto Galon menunjukan
bahwa hanya ada 8 bagian saja yang terdiri dari 5 tipe dengan
perincian sebagai berikut : 1 Bracket Syntagma, 2 Alternate Syntagma,
2 Scene, 1 Episodic Sequence dan 1 Ordinary Sequence.
Bracked Sintagma. Pesan yang sampaikan bahwa setiap individu
berhak menentukan sikap dan langkah tertentu dalam kehidupannya.
Alternate Sintagma. Polisi (dalam tugas, berseragam dinas)
menempel hak dan kewajibannya untuk membantu warga masyarakat
tanpa pandang bulu beragama apa, bersuku apa, atau berras apa. Selain
itu muncul rasa emapati dalam diri polisi tersebut sebagai sesama
manusia sehingga hal ini yang mendasari polisi bersikap. Ras Emapti
juga muncul dalam jamaah yang membrikan jalan kepada ambulan tersebut.
Scene.pesan yang sampaikan bahwa sesama manusia adalah saudara
tanpa memandang agama, suku bangsa dan ras atau yang lainnya.
Semua adalah saudara sehingga seharusnya tidak saling meniadakan
dalam hal ini terlibat konflik yang hingga parah. Selanjutnya sikap
“legowo” untuk memrioritaskan yang lebih pentig.
Episodic Sequence. Pesan yang sampaikan perbdaan bukanlah
suatu penghalang untuk mendapatkan hak dan kewajiban yang
seharusnya didapatkan. Selanjtunya memrioritaskan yang lebih
penting, serta perbedaan pendapat tidak dapat dijadikan dasar untuk
menjustifikasi orang lain.
Ordianry Sequence. Pesan yang disampaikan memrioritaskan mana
yang lebih penting. Seorang inividu dapat merepresentasikan suatu
golongan tertentu, memang tidak dapat disama ratakan.
18
F. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Film Pendek “Kau Adalah Aku
Yang Lain” (2017) Karya Anto Galon berdasarkan Syntagmatic Image
Track menghasilkan bahwa dalam film ini terdapat 7 bagian dengan 5 tipe
yaitu 1 Bracket Syntagma (Seorang Jemaah Pengajian Mengingatkan
Tokoh Mbah) pesan yang disampaikan setiap individu berhak menentukan
sikap dan langkah tertentu dalam kehidupannya. 2 Alternate
Syntagma(peristiwa polisi menengok keadaan pasien dari kaca kendela
ambulan dan polisi mengatur jalannya ambulan, jamaah yang membisikan
dan jalannya ambulan) pesan yang disampaikan polisi membantu tanpa
pandang bulu, memriotiaskan ambulan tersebut lewat. 2 Scene (ceramah
kyai dan pemberian jalan ambulan) pesan yang disampaikan adalah
sesame manusia adalah saudara walaupun berbeda dan memprioitaskan
ambulan lewat. 1 Episodic Sequence (Konflik ambulan yang dilarang
lewat) pesan yang disampaikan bahwa perbedaan bukan penghalang untuk
individu mendapat hak dan kewajibannya, selain itu lebih mempriotaskan
yang penting dan tidak mudah menjustifikasi orang lain. 1 Ordinary
Sequence (diskusi penyelesaian) pesan yang disampaikan mempriotiaskan
yang penting dan seorang individu dapat merepresentasikan golongan
tertentu walaupun tidak dapat dipukul rata. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa film ini bermuatan toleransi.
Daftar Pustaka
Galon, A. (Director). (2017). Kau Adalah Aku Yang Lain [Motion Picture].Halik, A. (2013). Buku Daras : Komunikasi Massa. Makassar: Alauddin Universi-
ty PressMetz, C. (1974). Languange and Cinema. (D. J. Umiker-Sebeok, Trans.) PARIS:
Mouton & Co. N.V.Metz, C. (1991). Film Language: A Semiotics Of The Cinema. (M. Taylor, Trans.)
Chicago: The University of Chicago Press.O'Shaughnessy, M., & Stadler, J. (2005). Media and Society : an Introduction
(3rd ed.). New York: Oxford University Press.Police Movie Festival 2017. (2017). Kau Adalah Aku Yang Lain Karya Anto Gal-
on. Retrieved March 19, 2019, from youtube.com.
19
Pratista, H. (2017). Memahami Film (2 ed.). Sleman: Montase Press.RB Channel (2017, July 4). TANGGAPAN JELAS AA GYM Tentang FILM "Kau
Adalah Aku Yang Lain". Retrieved February 20, 2019, from https://www.youtube.co: https://www.youtube.com/watch?v=bVlz4G3guHw&list=PLvSqVeebtNTl81lxf76zDPiMBQMNMTZe0&index=5
TVMU Channel (2017, June 28). Mustofa : Film 'Kau Adalah Aku yang Lain' Gambarkan Intoleran Umat Islam yang tidak Pernah Terjadi. Retrieved April 15, 2019, from youtube.com: https://www.youtube.com/watch?v=FK-NNyS-710&list=PLvSqVeebtNTl81lxf76zDPiMBQMNMTZe0&index=8&t=0s
TvOneNews. (2017, July 9). Karni Ilyas & Kapolri "Blak-Blakan" soal HebohFilm "Kau adalah Aku yang Lain". Retrieved February 20, 2019, from https://www.youtube.com: https://www.youtube.com/watch?v=W0o0ls_v0xI&list=PLvSqVeebtNTl81lxf76zDPiMBQMNMTZe0&index=1
.
20