d - iding chaidir (2009)

265
  i RANCANG BANGUN MODEL DINAMIS PENGELOLAAN AGROINDUSTRI KERAPU IDING CHAIDIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Upload: muhammad-iqbal

Post on 12-Jul-2015

366 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 1/265

  i

RANCANG BANGUN MODEL DINAMIS

PENGELOLAAN AGROINDUSTRI KERAPU

IDING CHAIDIR

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 2/265

 

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi saya dengan

  judul Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri Kerapu adalahbenar-benar asli karya saya dengan arahan komisi pembimbing, dan bukan hasil  jiplakan atau tiruan dari tulisan siapapun serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.

Bogor, Agustus 2007

Iding ChaidirNIP P25600007

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 3/265

 

ABSTRAK

IDING CHAIDIR. Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan AgroindustriKerapu. Dibimbing oleh IRAWADI JAMARAN, DANIEL R MONINTJA,A AZIZ DARWIS, ANAS M FAUZI dan MARIMIN.

Pengembangan agroindustri perikanan kerapu budi daya menghadapikendala utama yaitu masih lemahnya penguasaan teknologi dan belum sinkronnyahubungan antar pelaku perbenihan, pembesaran, dan penanganan pascapanensehingga belum terbentuk rantai keterkaitan produksi yang kuat. Penelitian inibertujuan menghasilkan model dinamis pengelolaan agroindustri perikanan kerapu

yang dapat digunakan sebagai alat simulasi guna perumusan kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Rancang bangun dan simulasi model dinamisdilakukan menggunakan program Powersim Studio Versi 2005, sedangkan urutanprioritas penerapan kebijakan ditetapkan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP). Simulasi model peningkatan keuntungan melaluiperbaikan teknologi menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan pembenihanadalah fekunditas induk, frekuensi memijah, dan sintasan benih. Faktor kuncikeberhasilan pembesaran adalah tingkat sintasan ikan, padat penebaran, dan

pertumbuhan ikan, sedangkan keberhasilan usaha pascapanen adalah tingkatsintasan kerapu, padat penebaran dan lama proses pasca panen. Kontribusimasing-masing faktor terhadap tingkat keuntungan serta optimalisasi penggunaaninput produksi berupa induk dan jumlah KJA dapat diperhitungakan melaluisimulasi. Demikian juga titik kritis setiap faktor terhadap keuntungan usaha.Kebijakan yang perlu diterapkan untuk mendukung keberhasilan agroindustrikerapu budidaya berdasarkan analisis AHP berturut-turut adalah penggunaan benihunggul (10,9%), pengembangan pakan buatan (10,7%), pengembangan induk 

unggul (10,3%), grading  /seleksi ikan (9,9%), penggunaan obat/vitamin/vaksin(8,7%), pengembangan sistem informasi pasar (8,6%), sertifikasi benih (8,5%),penerapan Good Aquaculture Practices (GAP) (8,4%), pengaturan padat tebar(8,1%), perbaikan kualitas air (8,0%) , dan perawatan KJA (7,8%). Keterkaitanantar pelaku usaha dapat dicapai apabila setiap pelaku usaha mengetahui kapasitasproduksi optimal masing-masing sesuai dengan daya serap pasar dan penyesuaian

 jadwal produksi sesuai dengan fluktuasi yang terjadi di pasar. Kapasitas produksioptimal pembenihan, pembesaran dan pascapanen kerapu macan tahun 2009sesuai skenario optimistis masing-masing adalah 2.265.864 ekor, 1.601.352 ekordan 993.072 ekor, dan produksi optimal sesuai skenario pesimistis adalah1.273.008 ekor, 972.036 ekor, dan 670.608 ekor. Simulasi evaluasi distribusikeuntungan masing-masing pelaku usaha menunjukkan hasil bahwa kegiatanpembesaran memberikan keuntungan yang paling tinggi, diikuti oleh pascapanendan pembenihan. Untuk lebih menyeimbangkan distribusi keuntungan perlukebijakan pemerintah seperti kebijakan harga benih atau subsidi pakan.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 4/265

 

ABSTRACTIDING CHAIDIR, Construction of dynamic model for the management of grouperaquaculture agroindustry, under supervision of IRAWADI JAMARAN,DANIEL R MONINTJA, A AZIZ DARWIS, ANAS M FAUZI and MARIMIN.

The development of grouper aquaculture agroindustry in Indonesia isencountered by the problem of unsynchronized relationship among involvedbussiness actors (hatchery, grower, post harvest / collector). This condition has ledto a slow growth of the industry and small contribution to national income and fish

farmers prosperity. The objective of the research was to increase the performanceof the industry and strengthen the relationship among the actors throughconstruction of a computer model using Powersim Studio Version 2005 combinedwith analytical hierarchy process (AHP) method. The simulation’s results indicatethat the success of grouper hatchery industry depend on larvae survival rate,broodstock fecundity, and broodstock spawning rate. Meanwile grow-outproductivity is depending on survival rate, stocking rate, and rearing period, andthe success of post harvest activity is also depend on survival rate, stocking rate,

and rearing period. Contribution of each factors to profit gain can be calculatedthrough simulation. The simulation can also be employed to optimize the use of broodstocks in hatchery and the use of cages in grow out and post harvestactivities. It also calculate the critical point for each factors in maximizing profit.A more detailed analysis using Analytical Hierarchy Process is conducted toformulate policy actions in improving grouper aquaculture industry. The policyactions are (1) healthy seed, (2) artificial food production, (3) broodtock geneticimprovement, (4) fish grading, (5) drugs, vitamine and vaccine, (6) market

information system, (7) seed certification, (8) good aquaculture practices, (9)stocking rate management (10) water quality improvement, and (11) cagemaintenance. The relationship between three actors in the industry can beimproved by setting up each production capacity that match the aggregate marketdemand. The relationship can also be improved by harmonizing their productionschedule and managing their product inventory properly. The analysis indicate thatthe production capacity of this species for hatchery should be 2.265.864 seed/year,for grow-out 1.601.352 head/year, and for post harvest 993.073 head/year. If thedemand is levelling up at current state (pesimistic scenario), then the productionrate are estimated to be consecutively 1.273.008 seed/year, 972.036 head/year, and670.608 head/year. Finally, through simulation we can evaluate the profitdistribution among the three actors in the industry, i.e. hatchery, grow-out, and postharvest though which we can formulate a specific government policy that initiate abalancing process for profit distribution such as seed pricing or feed productionsupport.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 5/265

 

RINGKASAN

Industri budidaya perikanan kerapu di Indonesia masih belum berkembangseperti yang diharapkan, tercermin dari lambatnya peningkatan produksi dan

  jumlah usaha budidaya kerapu. Produksi ikan kerapu budidaya meningkat dari6.879 ton tahun 2000 menjadi 7.057 ton pada tahun 2002, kemudian menurunmenjadi 6.552 ton pada tahun 2004 (Dirjen Perikanan Budidaya, 2006). Kondisitersebut menunjukkan bahwa industri ini masih belum mapan (established )sehingga memerlukan masukan teknologi untuk menjadikan industri tesebutsebagai andalan.

Permasalahan yang dihadapi dalam industri budidaya perikanan kerapuadalah belum terbentuknya sruktur yang mantap yang menjamin aliran suplaibarang dari hulu ke hilir dan aliran informasi dari hilir (pasar) ke hulu. Belumeratnya keterkaitan antar subsistem ini disertai juga dengan rendahnya penguasaanteknologi dalam mata rantai produksi yang ditunjukkan dengan masih tingginyaangka mortalitas dan rendahnya produktivitas.

Permasalahan dalam industri kerapu budidaya bersifat kompleks, dinamisdan probabilistrik, sehingga perlu diatasi melalui pendekatan sistem. Penelitian inibertujuan untuk menghasilkan rancangan model pengelolaan agroindustri kerapubudi daya dengan menggunakan teknik permodelan sistem dinamis dan akuisisipendapat pakar. Model yang dihasilkan digunakan untuk simulasi peningkatankeuntungan maksimum, prediksi kapasitas produksi optimal, dan penyeimbangandistribusi keuntungan pada rantai produksi pembenihan, pembesaran, danpenanganan pascapanen kerapu. Rancang bangun dan simulasi model dinamisdilakukan menggunakan program Powersim Studio Versi 2005, sedangkan urutanprioritas penerapan kebijakan ditetapkan dengan menggunakan metode analytical

hierarchy process (AHP).

Ruang lingkup penelitian meliputi tahap tahap (1) Identifikasi faktor-faktoratau komponen yang berpengaruh, (2) Pengkonstruksian model dinamis dan (3)Simulasi untuk optimalisasi sistem pengelolaan agroindustri perikanan kerapu.Penelitian ini dibatasi pada subsistem pembenihan, budidaya dan penangananpasca panen, sedangkan lokasi yang dijadikan sebagai kasus penelitian ini adalahkawasan Batam-Rempang-Galang (Barelang), Propinsi Kepulauan Riau, dan jenisikan kerapu yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah ikan kerapu macan( E. fuscoguttatus).

Sesuai dengan tahapan dalam pendekatan sistem maka dilakukan (1)analisis kebutuhan (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) rancangbangun model. Model yang dirancangbangun terdiri dari sub model peningkatannilai tambah pembenihan, sub model peningkatan nilai tambah budidaya dan submodel peningkatan nilai tambah pasca panen. Penggabungan ketiga sub modeltersebut dalam model integral digunakan dalam simulasi kapasitas produksi

d i l i di ib i fi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 6/265

 

Nilai tambah pada pembenihan dapat dimaksimalkan dengan optimalisasipenggunaan input produksi yang diukur dari peningkatan parameter produksi yaitu“tingkat sintasan benih” pada 11%, 16% dan 21%, “prosentase induk memijah”pada 10%,20% dan 30%, dan “fekunditas induk” pada level 1 juta, 1,5 juta dan 2,0

  juta telur. Analisis menggunakan  Analytical Hierarchy Process (AHP)menunjukkan bahwa urutan prioritas optimalisasi input produksi untuk peningkatan nilai tambah pembenihan adalah (1) peningkatan persentase induk memijah (51,94 %), (2) peningkatan fekunditas (25,81 %), dan (3) peningkatansintasan (22,25 %). Nilai tambah pada budidaya dapat dimaksimalkan denganoptimalisasi penggunaan input produksi yang dilihat dari parameter “tingkat

sintasan kerapu” pada 90%, 80% dan 70%, padat penebaran pada 400 ekor/KJA,500 ekor/KJA dan 600 ekor/KJA, dan “lama pemeliharaan kerapu” pada 4 bulan, 5bulan dan 6 bulan. Analisis menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)menunjukkan bahwa urutan prioritas optimalisasi input produksi untuk peningkatan nilai tambah budidaya adalah (1) meningkatkan pertumbuhan ikan(39,25%), (2) peningkatan padat penebaran (38,55 %), dan (3) peningkatansintasan (22,20 %). Nilai tambah pada pasca panen, seperti halnya padasubsistem budidaya dapat dimaksimalkan dengan optimalisasi penggunaan input

produksi yang dilihat dari parameter “tingkat sintasan kerapu” pada 90%, 80% dan70%, padat penebaran pada 400 ekor/KJA, 500 ekor/KJA dan 600 ekor/KJA danlama proses pasca panen yaitu 1, 1,5 dan 2 bulan. Simulasi dilakukan juga untuk mengetahui titik kritis setiap faktor yang menentukan tingkat keuntunganpembenihan, pembesaran dan pasca panen.

Analisis menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) menunjukkanbahwa urutan prioritas optimalisasi input produksi untuk peningkatan nilai tambahpasca panen adalah (1) mempersingkat lama pasca panen (55,94 %), (2)

peningkatan padat penebaran (28,02 %), dan (3) peningkatan sintasan (16,04 %).Untuk mendukung sukses pengembangan industri perikanan kerapu yang meliputipembenihan, pembesaran dan pasca panen, maka kebijakan teknis yang perluditerapkan berdasarkan analisis AHP berturut-turut adalah penggunaan benihunggul (10,9%), pengembangan pakan buatan (10,7%), pengembangan induk unggul (10,3%), grading  /seleksi ikan (9,9%), penggunaan obat/vitamin/vaksin(8,7%), pengembangan sistem informasi pasar (8,6%), sertifikasi benih (8,5%),penerapan Good Aquaculture Practices (GAP) (8,4%), pengaturan padat tebar(8,1%), perbaikan kualitas air (8,0%) , dan perawatan KJA (7,8%).

Simulasi dalam rangka mengukur kapasitas produksi optimal pembenihan,budidaya dan pasca panen dilakukan sesuai dengan tiga skenario proyeksipermintaan kerapu macan. Berdasarkan skenario optimistik, yaitu kecenderunganpermintaan mengikuti kecenderungan saat ini, maka kapasitas produksi optimalpembenihan adalah 1.938.144 ekor/tahun, pembesaran 1.596.516 ekor/tahun danpasca panen 1.271.976 ekor/tahun. Pada skenario moderat, pembenihan sebesar

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 7/265

 

berlebih. Dengan menggunakan data permintaan jenis ikan kerapu lain dapat puladiprediksikan kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan yang diperoleh masing-masing subsistem dalam industriperikanan kerapu disimulasikan dengan menggunakan harga jual sebagai faktorpeubah, sedangkan variabel teknis lainnya sesuai dengan kondisi di lapangan.Berdasarkan simulasi diperoleh informasi bahwa bila lakukan perubahan terhadapvariabel harga jual benih dari Rp 6000,-/ekor menjadi Rp 7.000,-, terjadiperubahan total profit kumulatif pada subsistem pembenihan dari 17,89 M menjadi21,21 M, perubahan profit pada subsistem budidaya dari Rp 43,36 menjadi Rp41,59 M, dan tidak terjadi perubahan pada subsistem pascapanen yaitu tetap Rp

39,39 M. Apabila dilakukan perubahan terhadap harga jual benih dari Rp 6000,-menjadi Rp 8.000,-. Perubahan harga ini memberikan dampak pada komposisikeuntungan subsistem pembenihan, budidaya dan pasca panen masing-masingmenjadi Rp 25,49 M, Rp 37,48 M dan Rp 39,39 M. Tampak bahwa peningkatanharga jual benih telah memberikan pengaruh terhadap pemerataan pendapatanindustri budidaya perikanan kerapu, sehingga dapat digunakan sebagai instrumenkebijakan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model dinamis

pengelolaan industri perikanan kerapu dapat digunakan untuk mensimulasikanproses peningkatan nilai tambah maksimum pada rantai produksi pembenihan,budidaya dan penanganan pasca panen, prediksi kapasitas produksi optimal sertapemerataan distribusi profit.

Faktor teknis yang menentukan keuntungan pembenihan berturut-turut adalahpeningkatan frekuensi memijah, fekunditas telur, dan sintasan larva. Keuntunganpembesaran ditentukan oleh pertumbuhan ikan, padat penebaran dan sintasan ikan.Keuntungan pasca panen ditentukan oleh pertumbuhan ikan, padat penebaran dan

sintasan ikan. Kebijakan yang diperlukan guna meniungkatkan pengembanganindustri perikanan kerapu budidaya adalah pengembangan pakan buatan,pengembangan induk unggul, penggunaan obat/vitamin/vaksin , penggunaan benihbermutu, pengaturan padat tebar, perbaikan kualitas air , perawatan KJA,grading  /seleksi ikan, pengembangan sistem informasi pasar, sertifikasi benih danpenerapan Good Aquaculture Practices .

Model pengembangan kapasitas produksi dapat memprediksi tingkatproduksi optimal pembenihan, budidaya dan penanganan pasca panen untuk menghindarkan terjadinya produksi berlebih (ekses suplai). Perencanaan tersebut

dirancang untuk setiap spesies kerapu bernilai ekonomis tinggi sehingga dapatdigunakan untuk membatasi atau mengembangkan industri perikanan kerapusesuai dengan spesies kerapu yang menjadi unggulan Indonesia. Model distribusikeuntungan dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan subsidi harga yangdapat menarik minat investor untuk berinvestasi di kegiatan usaha yang secarafinansial tidak menarik.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 8/265

 

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber 

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 9/265

 

RANCANG BANGUN MODEL DINAMIS

PENGELOLAAN AGROINDUSTRI KERAPU

IDING CHAIDIR

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar DoktorPada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 10/265

 

Judul Disertasi : Rancang Bangun Model Dinamis PengelolaanAgroindustri Kerapu

Nama Mahasiswa : Iding Chaidir

Nomor Pokok : P 25600007

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irawadi JamaranKetua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, M.ScAnggota Anggota

Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.EngAnggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah PascasarjanaTeknologi Industri Pertanian

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 11/265

 

PRAKATA

Penulis menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT yang telahmemberikan karunianya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitianini bertemakan agroindustri kerapu budidaya, dengan judul Rancang BangunModel Dinamis Pengelolaan Agroindustri Kerapu.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepadaBapak Dr. Ir. Irawadi Jamaran sebagai ketua komisi pembimbing, Bapak-bapak Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja, Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis MSc,

Dr. Ir. Anas M. Fauzi M.Eng, dan Prof. Dr. Ir. Marimin MSc sebagai anggotakomisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara tulus sejak penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan disertasi ini.Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepadaDr. Ir. Amril Aman MSc sebagai penguji luar komisi, dan pimpinan InstitutPertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta seluruh staf yang telahmemberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program S3 di IPB.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr.

Wahono Sumaryono, Apt. APU, Deputi Kepala Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi (BPPT) Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, beserta

  jajaran pimpinan dan teman-teman di Pusat Teknologi Produksi Pertanian yangtelah memberikan dukungan moril maupun materil selama saya melaksanakanstudi S3 di IPB.

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada istri dan anak-anak saya yangterus menerus memberikan dorongan semangat, pengertian, dan pengorbananselama saya melaksanakan studi ini. Terima kasih dan penghargaan juga

disampaikan kepada teman-teman sesama mahasiswa S-3 Teknologi IndustriPertanian IPB yang sering memberikan dorongan semangat dan dukungan bahan-bahan referensi untuk penyelesaian studi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuandan bagi pembangunan sektor perikanan pada khususnya dan pembangunannasional pada umumnya.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 12/265

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 8 September 1956 sebagaianak ke 5 dari 8 bersaudara dari pasangan Mas Abdul Hadi dan Nontjik Nurimah,menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di kota Palembang dan SMA di Cilimus -Kuningan. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budi daya Perikanan, FakultasPerikanan IPB, lulus pada tahun 1979. Pada tahun 1985, disponsori olehpemerintah RI melalui Overseas Fellowship Program, penulis diterima studi S-2 di

  Departement of Agricultural Economics and Rural Development, Universitas  North Carolina Agricultural and Technical State University, Greensboro, North

Carolina, USA dan menyelesaikannya pada tahun 1987. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Doktor diperoleh pada tahun 2000 di Program StudiTeknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)sejak tahun 1979 dan ditempatkan di Jakarta. Selama bekerja di BPPT penulispernah menjabat sebagai Ketua Kelompok Studi Pengkajian Sistem Pedesaan

(1988-1992), Kasubdit Pengkajian Sistem Industri Pertanian (1992-1997), DirekturPengkajian Sistem Industri Primer (1997-1998), dan Direktur Pusat Pengkajiandan Penerapan Teknologi Budi daya Pertanian (1998-2006). Selama bekerja diBPPT banyak melakukan penelitian khususnya di bidang budi daya perikanan.Selama melaksanakan penelitian ini, penulis juga menjabat sebagai PenanggungJawab Program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) Kerapu yangdiselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 13/265

 

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxiv

1 PENDAHULUAN ………………………………..……………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………...... 1

1.2 Tujuan .......................…..…………………………………………... 6

1.3 Ruang Lingkup ............... ………………………………………...... 6

1.3.1 Ruang lingkup rancang bangun model ..................................... 6

1.3.2 Ruang lingkup pengelolaan ...................................................... 7

1.3.3 Ruang lingkup agroindustri kerapu budi daya ......................... 7

1.3.4 Lokasi penelitian ...................................................................... 8

1.3.5 Jenis ikan kerapu ...................................................................... 82 TINJAUAN PUSTAKA ……….………………………………………... 9

2.1 Industri Perikanan Kerapu ……………………………………........ 9

2.2 Rancang Bangun Model Sistem Dinamis…………………………… 11

2.3 Rantai Pasokan ……………………………………………………… 14

2.4 Rantai Nilai….……………………………………………………..... 15

2.5 Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process) .……………............... 16

2.6 Analisis Kelayakan Finansial ………………………………………. 17

3 METODOLOGI………………………..………………………………….. 19

3.1 Kerangka Pemikiran ………………………………………………… 19

3.2 Tahapan Penelitian…………………………………………………... 22

3.2.1 Analisis kebutuhan …………………………………………… 25

3.2.2 Permodelan sistem …………………………………………… 25

3.2.3 Rancangbangun model dan impelemtasi komputer ………….. 26

3.2.4 Operasi ……………………………………………………….. 27

3.2.5 Simulasi model ……………………………………………….. 28

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 14/265

 

Halaman

4 KERAGAAN AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA ............…….. 324.1 Deskripsi Kawasan Perikanan Kerapu Budidaya................................. 32

4.2 Aspek Teknis Agroindustri Kerapu Budi daya ................................... 33

4.2.1 Industri pembenihan kerapu...................................................... 33

4.2.2 Industri pembesaran kerapu ..................................................... 35

4.2.3 Industri pascapanen dan perdagangan kerapu ......................... 36

4.3 Aspek Pasar Ikan Kerapu Hidup ....................................................... 37

4.3.1 Perkembangan pasar ikan kerapu hidup di Hong Kong........... 37

4.3.2 Pangsa pasar kerapu Indonesia di Hong Kong ........................ 40

5 PE NGEMBANGAN MODEL …………………………………………... 42

5.1 Analisis Sistem Agroindustri Kerapu Budi Daya ............................ 42

5.1.1 Analisis kebutuhan ………………..………………………... 42

5.1.2 Formulasi permasalahan .…………………………………… 43

5.1.3 Identifikasi sistem .………………………………………….. 46

5.2 Rancang Bangun Model………………………………………..…… 515.2.1 Rancang bangun model peningkatan keuntungan

agroindustri kerapu budidaya................................................ 515.2.2 Rancang bangun model penguatan struktur industri kerapu

budi daya ....................................……................................... 65

5.3 Pengujian Model................................................................................. 73

5.3.1 Verifikasi model....................................................................... 73

5.3.2 Validasi model ........................................................................ 74

5.3.3 Analisis sensitivitas ................................................................. 75

5.3.4 Analisis stabilitas ..................................................................... 75

5.4 Pengoperasian Model ......................................................................... 76

6 SIMULASI MODEL DINAMIS PENGELOLAAN AGROINDUSTRIKERAPU BUDI DAYA...............................................................................

77

6.1 Simulasi Peningkatan Keuntungan Agroindustri Kerapu BudiDaya..................................................................................................... 77

6 1 1 Simulasi peningkatan keuntungan pembenihan melalui perba

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 15/265

 

Halaman

6.1.4 Simulasi peningkatan keuntungan pembesaran melaluioptimalisasi jumlah KJA digunakan ......................................... 97

6.15 Simulasi peningkatan keuntungan pasca panen melaluiperbaikan sintasan, padat tebar dan lama pemeliharaan. .......... 101

6.1.6 Simulasi peningkatan keuntungan pascapanen melaluioptimasi jumlah KJA digunakan................................................ 108

6.2 Simulasi Perencanaan Kapasitas Produksi Agroindustri Kerapu Budi

Daya..................................................................................................... 1126.2.1 Kapasitas produksi pembenihan................................................ 115

6.2.2 Kapasitas produksi pembesaran dan pascapanen....................... 116

6.3  Simulasi Pemerataan Distribusi Keuntungan Agroindustri KerapuBudi Daya ........................................................................................... 117

6.3.1 Hasil simulasi distribusi keuntungan………………..………... 117

6.3.2 Hasil analisis finansial……………………………………....... 1196.4 Simulasi Titik Kritis Agroindustri Kerapu Budidaya ......................... 127

6.4.1 Titik kritis pembenihan kerapu ……………………..………... 127

6.4.2 Titik kritis pembesaran kerapu ………………………………. 129

6.4.2 Titik kritis pasca panen kerapu ….………………………....... 130

7 ANALISIS PRIORITAS PENINGKATAN KEUNTUNGAN

AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA............................................... 1317.1 Pemeringkatan Prioritas Perbaikan Faktor Produksi Berdasarkan

Hasil Simulasi ..................................................................................... 131

7.1.1 Pemeringkatan prioritas perbaikan faktor produksipembenihan ............................................................................... 131

7.1.2 Pemeringkatan prioritas perbaikan faktor produksipembesaran ............................................................................... 134

7.1.3 Pemeringkatan prioritas perbaikan faktor produksi pascapanen ....................................................................................... 136

7.2 Pemeringkatan Prioritas Kebijakan Pengembangan AgroindustriKerapu Berdasarkan Akuisisi Pendapat Pakar Dengan MetodeAHP..................................................................................................... 139

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 16/265

 

9.1 Kebijakan Perbaikan kInerja Teknis Produksi..................................... 150

9.1.1 Perbaikan faktor produksi pembenihan kerapu ........................ 150

9.1.2 Perbaikan faktor produksi pembesaran kerapu ......................... 151

9.1.3 Perbaikan faktor produksi pasca panen kerapu ......................... 152

9.2 Kebijakan Pengembangan Program Pendukung ................................. 153

9.2.1 Pengembangan produksi pakan buatan...................................... 153

9.2.2 Pengembangan induk unggul..................................................... 155

9.2.3 Penggunaan obat-obatan dan vitamin ...................................... 157

9.2.4 Penerapan prosedur operasi terstandar ..................................... 157

9.3 Kebijakan Penciptaan Iklim Kondusif ................................................ 158

9.3.1 Aspek perdagangan dan pemasaran .......................................... 158

9.3.2 Pengaturan kapasitas produksi agregat ..................................... 159

9.3.3 Pengembangan kawasan budi daya kerapu .............................. 160

9.3.4 Pengembangan industri alat dan mesin produksi ...................... 161

10 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 162

10.1 Keimpulan ………………………………………………………. 162

10.2 Saran ………………………………………………………………. 164

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 165

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 170 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 17/265

 

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan produksi kerapu berdasarkan jenis usaha dan produk 2

2. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini ......... 29

3. Volume ekspor ikan kerapu asal Barelang tahun 2002 dan 2003……. 36

4. Perkembangan volume impor kerapu Hong Kong berdasarkan jenis(satuan: Kg) ………………………………………….……………… 37

5. Perkembangan nilai impor kerapu Hong Kong berdasarkan jenis(satuan: $ HK) .................................................................................... 38

6. Perkembangan rata-rata harga ikan kerapu di Hong Kong ($ HK)...... 38

7. Perkembangan volume impor ikan kerapu Hong Kong berdasarkannegara pemasok tahun 2000-2005 (Satuan: Kg)................................. 39

8. Volume ekspor kerapu Indonesia ke Hong Kong berdasarkan jenis

kerapu................................................................................................... 409. Kontribusi pasokan kerapu Indonesia terhadap impor kerapu Hong

Kong berdasarkan jenis (%)………………………………………….. 41

10. Daftar keinginan dan konflik kepentingan antar pelaku dalam sistemindustri kerapu budidaya ...................................................................... 44

11. Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industripembenihan ikan kerapu...................................................................... 55

12. Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industri budidaya ikan kerapu. …………………………………………….... 60

13. Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industripascapanen ikan kerapu…………………………………………...... 64

14. Tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagaitingkat fekunditas induk (FK).............................................................. 81

15. Tingkat produksi bulanan pembenihan pada berbagai tingkat

fekunditas induk (FK) ......................................................................... 81

16. Tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagaitingkat sintasan benih (SR).................................................................. 83

17. Tingkat produksi bulanan pembenihan pada berbagai tingkat sintasanbenih (FK) ............................................................................................ 83

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 18/265

 

Halaman

21.

22.

23.

Jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembenihan pada berbagai prosentase jumlah induk memijah ...........

Jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembenihan pada berbagai tingkat fekunditas induk ..........................

Tingkat keuntungan  yang diperoleh usaha budi daya pada berbagaitingkat padat penebaran pembesaran .................................................

88

90

92

24. Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat padat

penebaran benih /KJA ......................................................................... 93

25. Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaran pada berbagaitingkat sintasan pembesaran ................................................................ 94

26. Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat sintasan 95

27. Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaran pada berbagaitingkat lama proses pembesaran ......................................... 96

28. Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat lamaproses pembesaran ............................................................................. 97

29.

30.

Jumlah karamba jaring apung (KJA) untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat sintasan (SR) ikan .......................

Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat padat penebaran........................

99

100

31.

32.

Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profit

pembesaran pada berbagai lama waktu pembesaran..........................Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat sintasan....................................................................................

101

103

33. Tingkat produksi bulanan pascapanen yang diperoleh pada berbagaitingkat sintasan ikan pascapanen ....................................................... 103

34. Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat padat penebaran....................................................................... 105

35. Tingkat produksi bulanan usaha pascapanen pada berbagai tingkatpadat penebaran ikan / KJA ................................................................ 106

36. Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat lama proses pascapanen ......................................................... 107

37. Tingkat produksi bulanan usaha pascapanen pada berbagai lama

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 19/265

 

Halaman

40. Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profit pascapanen pada berbagai lama waktu pasca panen.....................................

112

41. Hasil simulasi kapasitas produksi maksimal pembenihan, pembesarandan pascapanen kerapu macan untuk memenuhi pasar Hong Kong pertahun merurut tiga skenario pertumbuhan (ekor)..................................

115

42. Perbandingan tingkat keuntungan bulanan yang diperoleh ketigasubsistem dalam industri pembesaran perikanan kerapu..................... 118

43. Pengaruh perubahan variabel dalam subsistem pembenihan terhadaptotal keuntungan ketiga subsistem industri.......................................... 119

44. Biaya investasi pembenihan kerapu skala produksi 1 juta ekor benihper bulan. ............................................................................................. 121

45. Biaya operasional pembenihan ikan kerapu setiap siklus (6bulan)................................................................................................... 122

46. Biaya investasi pembesaran kerapu skala 4 unit karamba................... 123

47. Biaya operasional pembesaran ikan kerapu (4 karamba)..................... 124

48. Biaya investasi penanganan pascapanen kerapu skala 4 unit karamba. 125

49. Biaya operasional usaha pascapanen ikan kerapu (4 karamba)......... 126

50. Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pembenihan padatingkat keuntungan pembenihan sama dengan nol .............................. 128

51. Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pembesaran kerapu

pada tingkat keuntungan pembesaran sama dengan nol ...................... 129

52. Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pasca panen kerapupada tingkat keuntungan pasca panen sama dengan nol...................... 130

53. Pengaruh perubahan faktor produksi pembenihan terhadap perubahantingkat keuntungan dan tingkat produksi pembenihan ikan kerapu...... 132

54. Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntunganpembenihan menggunakan AHP......................................................... 133

55. Hasil pemeringkatan alternatif program peningkatan keuntunganpembenihan menggunakan AHP......................................................... 133

56. Pengaruh perubahan faktor produksi pembesaran terhadap perubahantingkat keuntungan pembesaran ikan kerapu.................... 134

57 Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntungan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 20/265

 

Halaman

60. Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntunganpascapanen menggunakan AHP .......................................................... 138

61. Hasil pemeringkatan alternatif program peningkatan keuntunganpascapanen menggunakan AHP ......................................................... 138

62. Hasil perbandingan berpasangan dari peranan aktor terhadap programpengembangan agroindustri kerapu budidaya ..................................... 141

63. Hasil perhitungan bobot kepentingan variabel sasaran ........................ 142

 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 21/265

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman1. Impor Hong Kong untuk kerapu asal Indonesia 2002-2003…………... 3

2. Perkembangan harga kerapu tahun 2002-2003 di tingkat pedagangpengumpul di Kepulauan Riau ………………………........................... 4

3. Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman STELLA............ 13

4. Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrogramanPOWERSIM........................................................................................... 13

5. Rabtai nilai generik (Porter, 1994)…………………………………… 16

6.  Kerangka konseptual sistem pengelolaan agroindustri perikanankerapu...................................................................................................... 20

7. Tahap penelitian dan rancang bangun model dinamis pengelolaanagroindustri perikanan kerapu................................................................ 23

8. Tahapan pendekatan sistem dalam rancang bangun model pengelolaan

agroindustri budidaya perikanan kerapu................................................. 249. Diagram sebab-akibat sistem pengembangan agroindustri kerapu budi

daya. ................................................................................... 48

10. Diagram input output sistem pengembangan agroindustri kerapu budidaya..................................................................................... 50

11. Diagram hubungan sebab-akibat dalam model peningkatankeuntungan industri pembenihan kerapu. …………………………… 53

12. Struktur model peningkatan keuntungan industri pembenihan kerapumenggunakan program Powersim Studio. …………………………….. 54

13. Diagram hubungan sebab-akibat dalam model peningkatankeuntungan industri budi daya perikanan kerapu. ……………………. 57

14. Struktur sub model peningkatan keuntungan industri budi dayakerapu menggunakan program Powersim Studio……………………… 59

15. Diagram hubungan sebab-akibat dalam model peningkatan

keuntungan penanganan pascapanen kerapu. ………………………… 61

16. Struktur sub model peningkatan keuntungan penanganan pasca panenkerapu……………………………………………………………......... 63

17. Diagram sebab akibat untuk model penguatan struktur industriperikanan kerapu ……….…………………………………………….. 67

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 22/265

 

Halaman

21. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagaitingkat persentase induk memijah.......................................................... 85

22.

23.

24.

Grafik jumlah induk yang harus disediakan pada berbagai tingkatsurvival benih untuk maksimalisasi profit pembenihan ...........................

Grafik jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembenihan pada berbagai prosentase jumlah induk memijah.................

Grafik jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profit

pembenihan pada berbagai tingkat fekunditas induk ...............................

87

88

89

25. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah padat penebaran padatiga tingkatan berbeda................................................................................ 92

26. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah tingkat sintasan padatiga tingkatan berbeda................................................................................ 94

27. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah lama pembesaran padatiga tingkatan berbeda................................................................................ 96

28.

29.

30.

Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat sintasan (SR) ikan .............................

Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat padat penebaran ikan ........................

Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai lama waktu pembesaran ................................

98

99

100

31. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanenberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah tingkat sintasan padatiga tingkatan berbeda................................................................................ 102

32. Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanenberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah padat penebaran pada

tiga tingkatan berbeda............................................................................... 10533.

34

Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanenberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah padat penebaran padatiga tingkatan berbeda...............................................................................

Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitd b b i ti k t i t (SR) ik

107

109

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 23/265

 

Halaman

37. Grafik peningkatan kapasitas produksi benih, pembesaran, danpascapanen untuk kerapu macan dengan skenario optimistik.................. 113

38. Grafik peningkatan kapasitas produksi benih, pembesaran, danpascapanen untuk kerapu macan dengan skenario moderat...................... 114

39. Grafik peningkatan kapasitas produksi benih, pembesaran, danpascapanen untuk kerapu macan dengan skenario pesimistik................... 114

40. Grafik perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh ketiga

subsistem produksi dalam agroindustri kerapu budi daya....................... 11841. Hierarki untuk menentukan prioritas program pengembangan

agroindustri kerapu budidaya.................................................................... 140

42. Bentuk tampilan pada layar komputer penghitungan AHP menggunakanExpert Choice Versi 11 ............................................................................. 142

43. Tampilan hasil AHP peringkat kebijakan pengembangan agroindustrikerapu menggunakan Expert Choice Versi 11 ......................................... 143

 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 24/265

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Perkembangan produksi ikan kerapu tangkap Indonesia (Kg) ....... 171

2. Perkembangan produksi ikan kerapu dari budi daya (Kg)………… 172

3. Produksi benih nasional 1999-2002………………………………. 173

4. Impor Hong Kong untuk kerapu asal Indonesia 2002 dan 2003...... 174

5. Elemen yang terlibat dalam sistem agroindustri kerapu budi daya .. 177

6. Peta kawasan Batam - Rempang – Galang (Barelang) lokasi utamapenelitian dilaksanakan.................................................................... 178

7. Diskripsi fisik jenis-jenis ikan kerapu yang banyak diperdagangkan di Indonesia..........................................................  179

8a.

Proyeksi permintaan kerapu macan menggunakan metode kuadratterkecil............................................................................... 180

8b. Proyeksi harga kerapu macan di pasar Hong Kong (HK$)menggunakan metode kuadrat terkecil (skenario optimistis)......... 181

9. Manual pengoperasian model simulasi pengelolaan agroindustrikerapu budi daya ...........................................................

182

10. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah gabungan Fekunditas secaraprobabilistik.......................................................................................  187

11. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah sintasan benih secara probabilistik...........  187

12. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah persentase induk memijah secaraprobabilistik.......................................................................................  188

13. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah padat penebaran secara probabilistik ............  188

14. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah sintasan ikan secara probabilistik .................  189

15. Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah lama pemeliharaan secara probabilistik........  189

16. Hasil simulasi optimalisasi distribusi keuntungan, harga benih naik dari Rp 6 000 menjadi Rp 7 000 190

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 25/265

 

Halaman

21. Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal pembenihankerapu.............................................................................................. 194

22. Proyeksi rugi laba pembenihan kerapu........................................... 195

23. Proyeksi arus kas (cash flow) pembenihan kerapu......................... 196

24. Proyeksi neraca pembenihan kerapu ............................................. 197

25.   Internal rate of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan  payback 

 period pembenihan kerapu……………………………………….. 198

26. Analisa break even pembenihan kerapu......................................... 200

27. Proyeksi produksi dan harga-harga proyek pembesaran............... 201

28. Proyeksi biaya operasi pembesaran kerapu.................................... 202

29. Proyeksi penyusutan dan amortisasi pembesaran kerapu............... 203

30. Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal pembesarankerapu............................................................................................. 204

31. Proyeksi rugi laba pembesaran kerapu........................................... 205

32. Proyeksi arus kas (cash flow) pembesaran kerapu………………. 206

33. Proyeksi neraca pembesaran kerapu............................................... 207

34.   Internal rate of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan  payback 

 period pembesaran kerapu……………………………………….. 208

35. Analisa break even pembesaran kerapu.......................................... 209

36. Proyeksi produksi dan harga-harga proyek pascapanen............... 211

37. Proyeksi biaya operasi pascapanen kerapu................................... 212

38. Proyeksi penyusutan dan amortisasi pascapanen kerapu.............. 213

39. Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal pascapanen . 214

40. Proyeksi rugi laba pascapanen kerapu.......................................... 215

41. Proyeksi arus kas (cash flow) pascapanen kerapu...................... 216

42. Proyeksi neraca pascapanen kerapu............................................. 217

43.   Internal rate of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan  payback 

 period pascapanen kerapu………………………………………. 218

44. Analisis break even pascapanen kerapu...................................... 220

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 26/265

 

Halaman

47. Hasil simulasi titik kritis biaya pakan benih terhadap keuntunganpembenihan ....................................................................................

223

48. Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan benih terhadapkeuntungan pembenihan.................................................................

223

49. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual benih terhadapkeuntungan pembenihan.................................................................

224

50. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual kerapu terhadap

keuntungan pembesaran..................................................................

224

51. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga beli benih terhadapkeuntungan pembesaran..................................................................

225

52. Hasil simulasi titik kritis tingkat biaya pakan ikan terhadapkeuntungan pembesaran..................................................................

225

53. Hasil simulasi titik kritis padat penebaran benih terhadapkeuntungan pembesaran ................................................................

226

54. Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan terhadap keuntunganpembesaran.....................................................................................

226

55. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual kerapu terhadapkeuntungan pasca panen.................................................................

227

56. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga beli kerapu terhadapkeuntungan pasca panen.................................................................

227

57. Hasil simulasi titik kritis tingkat harga pakan terhadapkeuntungan pasca panen.................................................................

228

58. Hasil simulasi titik kritis tingkat padat tebar ikan terhadapkeuntungan pasca panen.................................................................

228

59. Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan ikan terhadapkeuntungan pasca panen.................................................................

229

60. Grafik perkembangan harga kerapu Hong Kong 2002 -2006........ 230

 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 27/265

 

DAFTAR ISTILAH

AHP :  Analytical Hierarchy Process, merupakan metoda yangdigunakan untuk menstrukturkan suatu situasi yangkompleks, mengidentifikasi kriteria dan faktornya,mengukur interaksi antar sesamanya dan mensintesissemua informasi untuk memperoleh berbagai prioritas

 Break even point  : Titik impas, yaitu jumlah unit penjualan pada kondisikeuntungannya adalah nol.

Causal loop diagram : Diagram sebab-akibat yang menggambarkan hubunganantar variabel dalam suatu sistem yang dikaji.

 Expert Choice : Paket program komputer yang dapat digunakan untuk penyusunan struktur hierarki dan penghitungan nilaidalam metoda AHP.

Fekunditas : Jumlah butir telur yang dikandung oleh rata-rata seekorinduk ikan.

 Hatchery : Pembenihan, yaitu fasilitas yang digunakan untuk mengembangbiakkan ikan melalui pemijahan danpemeliharaan larva.

IRR :   Internal rate of return, tingkat bunga yangmenggambarkan bahwa nilai sekarang dari benefit dannilai sekarang dari cost sama dengan nol.

KJA : Karamba jaring apung. Perlengkapan untuk memelihara

ikan di perairan terbuka, terdiri atas kerangka kayupersegi empat dilengkapi pelampung dan jaring.

Memijah : Saat induk betina melepas telur dan dibuahi oleh ikan jantan.

Mortalitas : Persentase jumlah ikan yang mati dibandingkan denganpopulasi awal.

MSY :   Maximum sustainable yield . Jumlah ikan maksimum

yang dapat ditangkap secara berkelanjutan. Net Present Value : Nilai sekarang dari laba yang diperoleh di masa yang

akan datang atas suatu investasi.

Pascapanen : 

Proses lanjutan dari pembesaran sebelum ikan dijual kepasar yang terdiri atas seleksi, grading, dan pemulihan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 28/265

 

Phytoplankton : Jasad renik di dalam air yang berupa tanaman danmengandung butir hijau daun (chlorophyl).

Powersim Studio Paket pemodelan sistem dinamis secara grafikal yangberbasis Windows yang didukung dengan fasilitas untuk menggambarkan diagram alir dan diagram sebab-akibatserta persamaan yang menghubungkan antar variabel.

Padat penebaran : Jumlah ikan / benih yang ditebarkan dalam satuanvolume air (m3).

Payback period  : Jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayarkembali semua biaya biaya yang telah dikeluarkandalam investasi suatu proyek.

Rasio biaya manfaat :  Benefit cost ratio, merupakan perbandingan antara nilaisekarang dari benefit bersih dan nilai sekarang dari biayabersih.

Sintasan : Survival rate. Persentase jumlah ikan yang bertahanhidup dari populasi awal.

Sistem dinamis : Metode analisis masalah yang melibatkan aspek waktusebagai faktor penting. Metode ini mempelajari sejauhmana suatu sistem dapat dipertahankan atau memperolehmanfaat dari adanya goncangan (perubahan) dari dunialuar yang menerpa sistem tersebut

Validasi model : Proses pengujuan bahwa model komputer yang dibuat

dalam lingkup aplikasinya memiliki kisaran akurasiyang memuaskan dan konsisten dengan maksud daripenerapan model

Verifikasi model : Proses meyakinkan bahwa program komputer darimodel yang dibuat beserta implementasinya adalahbenar. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh manaprogram komputer yang dibuat telah menunjukkanprilaku dan respon yang sesuai dengan tujuan dari

model.

Zooplankton : Jasad renik di dalam air yang berupa hewan ( zoo).

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 29/265

 

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup:

Dr. Ir. Amril Aman, MSc.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 30/265

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah daratan 1,9 juta km2 dan

wilayah laut 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 81.290 km, Indonesia memiliki

potensi sumber daya perikanan yang cukup besar. Tingkat pemanfaatan lestari

(maximum sustainable yield ) sumber daya perikanan laut seluruh perairan

Indonesia adalah sebesar 6,18 juta ton. Sementara itu, produksi perikanan laut

Indonesia pada tahun 1998 sebesar 3,6 juta ton, atau 58,5% dari tingkat

pemanfaatan lestarinya (Dahuri 2003). Potensi perikanan tersebut merupakan

salah satu keunggulan komparatif yang dapat menjadi modal dasar bagi Indonesia

dalam persaingan perdagangan internasional.

Pemanfaatan potensi perikanan melalui kegiatan penangkapan memiliki

keterbatasan karena dapat mengancam kelestarian. Karena adanya keterbatasantersebut, maka produksi perikanan mulai beralih dari penangkapan ke kegiatan

budi daya. Perkembangan produksi perikanan tangkap di laut Indonesia selama

kurun waktu 2002-2005 hanya meningkat rata-rata sebesar 4,31%, sedangkan

produksi perikanan budi daya di laut pada kurun waktu yang sama meningkat

sebesar 23,35% (Koeshendrajana et al. 2006).

Salah satu komoditi perikanan laut yang memiliki prospek yang baik 

untuk dikembangkan adalah ikan kerapu karena memiliki nilai ekonomis dan

permintaan pasar ekspor yang tinggi. Beberapa jenis ikan kerapu yang memiliki

nilai ekonomi yang tinggi antara lain adalah kerapu bebek atau kerapu tikus

(Cromileptes altivelis), kerapu macan (  Ephinephelus fuscogutatus), kerapu

lumpur (  Ephinephelus tauvina), kerapu malabar (  Ephinephelus malabaricus),

kerapu sunu (Plectopomus leopardus), dan ikan napoleon (Cheilinus undulatus). 

Sekitar 93% produksi ikan kerapu di Indonesia (tahun 2001) masih

didominasi oleh kegiatan penangkapan di laut, selebihnya merupakan hasil budi

daya. Penangkapan dilakukan dengan cara-cara yang tidak memperhatikan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 31/265

  2

menggunakan dari alam telah mulai berkembang di beberapa daerah seperti di

Lampung, Bali, dan Riau. Pengembangan budi daya ikan kerapu ini diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan, mengurangi tekanan

terhadap kerusakan lingkungan melalui penangkapan di laut, dan menghasilkan

devisa melalui ekspor.

Tabel 1 Perkembangan produksi kerapu berdasarkan jenis usaha danproduk

TahunProduksi

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Penangkapan(ton)*)

39.342 48.422 48.516 48.400 53.743 t.a.d t.a.d

Budi daya(ton)**)

1.759 6.879 3.818 7.057 8.638 6.552 12.000

Benih (ekor) 186.100 287.000 2.742.900 3.356.200 t.a.d t.a.d t.a.d

Sumber: *) Ditjen Perikanan Tangkap (2005) dikutip oleh Koeshendrajana (2007).**)Laporan Tahunan Ditjen Perikanan Budidaya , 2005t.a.d = tidak ada data,

Perkembangan industri perikanan kerapu budi daya di Indonesia

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1, masih belum seperti yang diharapkan,

tercermin dari lambatnya peningkatan volume produksi dan jumlah usaha budi

daya kerapu. Perkembangan produksi penangkapan kerapu sesuai dengan

provinsi dapat dilihat di Lampiran 1, sedangkan perkembangan produksi asal

budi daya per provinsi dapat dilihat di Lampiran 2, dan perkembangan produksi

benih kerapu, khususnya kerapu macan dan kerapu bebek dapat dilihat di

Lampiran 3.

Sebagian besar produksi ikan kerapu Indonesia baik melalui penangkapan

maupun budi daya diekspor ke luar negeri, terutama Hong Kong. Perkembangan

volume dan jenis kerapu yang diimpor oleh Hong Kong dari Indonesia tahun2002 dan 2006 dapat dilihat pada Gambar 1. Dapat dilihat pula bahwa volume

impor kerapu Hong Kong tersebut sangat berfluktuasi sesuai dengan

perkembangan permintaan pasar pada musim tertentu yang dikaitkan dengan

perayaan hari-hari besar di kawasan tersebut. Meskipun demikian, prospek pasar

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 32/265

  3

kerapu. Sering terjadi kondisi bahwa ikan yang telah siap dipanen tidak dapat

diserap pasar karena permintaan sedang turun, atau sebaliknya permintaan

tinggi tetapi tidak tersedia pasokan dari produsen. Sementara itu, untuk 

memproduksi ikan kerapu diperlukan jangka waktu setidaknya 1 tahun sejak 

benih ikan ditebarkan. Benih tersebut harus dipesan dari pembenihan (hatchery)

yang belum tentu “ready stock ” karena juga dipengaruhi musim. Kondisi seperti

ini mencerminkan ketidakpastian dalam melaksanakan usaha pembenihan,

pembesaran maupun pascapanen, sehingga mengakibatkan tidak berkembangnyaagroindustri kerapu budi daya di Indonesia secara pesat.

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

      J    a    n     '     0     2

      A    p    r

      J    u      l

      O    c     t

      J    a    n     '     0     3

      A    p    r

      J    u      l

      O    c     t

      J    a    n     '     0     4

      A    p    r

      J    u      l

      O    c     t

      J    a    n     '     0     5

      A    p    r

      J    u      l

      O    c     t

      J    a    n     '     0     6

      A    p    r

Bulan/Tahun

   V  o   l  u  m  e   (   K  g   )   /   B

  u   l  a  n

Kerapu Tikus Kerapu Lumpur Kerapu Macan

Kerapu Malabar Kerapu Sunu Leopard Kerapu Sunu Totol

Napoleon 

(Sumber: Hong Kong Trade Statistics, 2006).

Gambar 1 Impor Hong Kong untuk kerapu asal Indonesia tahun 2002-2006.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 33/265

  4

harus mulai memproduksi agar sesuai kebutuhan pasar. Demikian pula halnya

dengan produsen benih yang tidak dapat mengantisipasi kapan harus

menyediakan benih sesuai kebutuhan. Hal ini menunjukkan adanya

ketidakpastian dalam pelaksanaan kegiatan usaha bagi pelaku dalam rantai

produksi agroindustri kerapu budi daya.

Ketidakpastian dalam kegiatan usaha dalam agroindustri kerapu budi daya

diindikasikan dengan terjadinya fluktuasi harga kerapu sepanjang tahun. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 2, yang menunjukkan fluktuasi harga kerapu di tingkatpedagang pengumpul di Kepulauan Riau selama tahun 2002-2003. Dapat dilihat

bahwa perubahan harga ikan kerapu berubah setiap bulan dengan fluktuasi yang

cukup besar. Perubahan tersebut sangat ditentukan oleh kondisi permintaan pasar

di Hong Kong. Tingkat fluktuasi harga yang sangat besar ini jelas menyulitkan

produsen ikan kerapu untuk memperoleh keuntungan secara pasti.

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

  J  a  n  u

  a  r   i  0  2

   M  a  r  e   t    M  e   i   J  u   l   i

  S  e  p   t  e

  m   b  e  r

   N  o  p  e

  m   b  e  r

  J  a  n  u

  a  r   i   0  3

   M  a  r  e   t    M  e   i   J  u   l   i

  S  e  p   t  e

  m   b  e  r

   N  o  p  e

  m   b  e  r

Bulan

   R  p   /

   k  g

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 34/265

  5

Selain permasalahan yang terjadi pada rantai pasokan agroindustri kerapu

budi daya yang diakibatkan oleh faktor eksternal sebagaimana diuraikan di atas,

permasalahan yang bersifat internal terutama menyangkut belum dikuasainya

teknologi pembenihan, pembesaran, dan pascapanen ikut mempengaruhi kinerja

pelaku usaha di bidang agroindustri kerapu budi daya. Belum dikuasainya

teknologi antara lain berimplikasi pada masih tingginya tingkat kematian

(mortality rate) ikan dan rendahnya produktivitas pada usaha pembenihan

maupun pembesaran.Mengingat agroindustri perikanan budi daya kerapu sangat potensial

sebagai sumber pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan, sekaligus

mendorong pertumbuhan perekonomian daerah, maka pengembangannya di

masa yang akan datang perlu didukung oleh perencanaan komprehensif yang

mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Perencanaan tersebut perlu

dituangkan dalam suatu konsep manajemen yang meningkatkan keterkaitan antar

pelaku yang terlibat dalam agroindustri kerapu budi daya dan meningkatkan

penguasaan teknologi oleh pelaku usaha. Dengan demikian akan menjamin

tumbuhnya industri perikanan yang berkelanjutan yang memberikan keuntungan

yang maksimum bagi para pelaku usaha, baik pembenih, pembudidaya maupun

pascapanen, sekaligus memberikan efek pengganda (multiplier effect ) terhadap

berkembangnya kegiatan ekonomi lainnya.

Manajemen industri perikanan melibatkan interaksi rumit antara proses

biologis, lingkungan yang bervariasi, kelompok pengguna yang berbeda, dan

tujuan manajemen yang bertentangan. Selain itu, industri perikanan berhubungan

dengan perilaku yang berubah menurut waktu sehingga bersifat dinamis (Johnson

1995). Pemecahan masalah yang kompleks tidak dapat dilakukan dengan cara

sederhana dengan menggunakan penyebab tunggal, tetapi dengan menerapkan

pendekatan sistem yang dapat memberikan dasar untuk memahami penyebab

ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem (Marimin 2005). Selanjutnya

Eriyatno (1999) menyatakan bahwa keunggulan pendekatan sistem adalah dapat

6

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 35/265

  6

diklasifikasikan sebagai model statik dan model dinamik. Dalam model statis,

perubahan input memiliki pengaruh langsung terhadap output, karena tidak 

melibatkan waktu tunda (delays) atau konstanta waktu (time constant ).

Sebaliknya model dinamis melibatkan umpan balik dan waktu tunda informasi

untuk memahami perilaku dinamis suatu sistem yang kompleks (Laurikkala et al. 

2001).

Sejalan dengan pendapat di atas, Coyle (1995) menyatakan bahwa sistem

dinamis adalah suatu pendekatan sistem yang memperhatikan aspek umpan balik ( feedback ) dan waktu tunda untuk mengetahui perilaku sistem yang kompleks

secara keseluruhan. Permodelan sistem dinamis  bertujuan untuk menjelaskan

sistem dan memahami, melalui model kualitatif dan model kuantitatif, bagaimana

umpan balik ( feedback ) informasi mempengaruhi perilaku sistem tersebut, dan

mendisain struktur umpan balik informasi yang tepat serta kebijakan

pengontrolan melalui simulasi dan optimalisasi (Coyle 1995).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan model

pengelolaan agroindustri kerapu budi daya dengan menggunakan teknik 

permodelan sistem dinamis dan akuisisi pendapat pakar. Model yang dihasilkan

digunakan untuk simulasi peningkatan keuntungan maksimum, prediksi kapasitasproduksi optimal, dan penyeimbangan distribusi keuntungan pada rantai produksi

pembenihan, pembesaran, dan penanganan pascapanen kerapu.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang lingkup rancangbangun model dinamis

Rancang bangun model dinamis yang dilaksanakan dalam penelitian ini

meliputi tahap-tahap (1) identifikasi faktor-faktor atau komponen yang

berpengaruh dalam pengelolaan agroindustri kerapu budi daya, (2) rancang

bangun model dinamis yang dapat digunakan untuk optimalisasi sistem

7

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 36/265

  7

1.3.2  Ruang lingkup pengelolaan (manajemen)

Pengelolaan adalah penggunaan sumberdaya, termasuk SDM, modal,peralatan, dan material, secara bijak dan terencana untuk mencapai tujuan.

Fungsi pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengadaan staf,

pengarahan dan pengendalian (Wedemeyer 2001). Pengelolaan yang dibahas

dalam penelitian ini terdiri atas pengelolaan pada level taktis dan level strategis.

Pengelolaan pada level taktis meliputi pengelolaan input untuk memperoleh

keuntungan maksimum pada usaha pembenihan, pembesaran dan pascapanen.

Pengelolaan pada level strategis meliputi (1) pengelolaan kapasitas produksi

untuk menghindarkan terjadinya produksi berlebih (excess supply) di pasar, dan

(2) pengelolaan distribusi keuntungan untuk menyeimbangkan keuntungan yang

diperoleh masing-masing mata rantai produksi perikanan kerapu.

1.3.3 Ruang lingkup agroindustri kerapu budi daya

Ruang lingkup sistem agroindustri kerapu budi daya yang dibahas dalam

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5. Fokus penelitian ini dibatasi pada:

(1) Subsistem pembenihan (hatchery),

(2) Subsistem pembesaran (grow-out ),

(3) Subsistem penanganan pascapanen (pengumpulan, grading, dan pengolahan).

Subsistem lain yang terkait dan mempengaruhi kinerja subsistem inti, yang jugamendapat perhatian dalam penelitian ini adalah:

(1) Subsistem nelayan (pemasok induk dan pakan ikan rucah)

(2) Subsistem transportasi dan pemasaran,

(3) Subsistem produksi pakan buatan,

(4) Subsistem produksi / pemasok obat ikan dan bahan kimia,

(5) Subsistem industri alat dan mesin perikanan kerapu.

(6) Subsistem pembiayaan

(7) Subsistem penyedia teknologi (litbang)

Agroindustri kerapu budi daya dalam penelitian ini dibatasi pada produksi

8

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 37/265

  8

1.3.4 Lokasi penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai kasus penelitian ini adalah kawasan

Batam-Rempang-Galang (Barelang), Propinsi Kepulauan Riau (Lampiran 6).

Lokasi ini dipilih karena di kawasan tersebut telah tersedia unit pembenihan ikan

kerapu milik Departemen Kelautan dan Perikanan maupun swasta, dan

Pemerintah Daerah setempat sangat mendorong pengembangan industri budi

daya ikan laut, khususnya kerapu. Kegiatan budi daya kerapu di kawasan ini

masih belum berkembang karena masih menghadapi berbagai kendala yang perludiatasi melalui penelitian yang komprehensif.

1.3.5 Jenis ikan kerapu 

Jenis ikan kerapu yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah ikan

kerapu macan (  E. fuscoguttatus) dan ikan kerapu tikus (C. altivelis) yang

benihnya telah dapat diproduksi di panti pembenihan (hatchery), dan di beberapa

lokasi telah berkembang usaha budidayanya. Pemasaran jenis ikan ini terutama

ditujukan ke pasaran Hong Kong sebagaimana telah berkembang selama ini.

Gambar jenis ikan kerapu macan, kerapu tikus dan beberapa jenis ikan kerapu

komersial lainnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

9

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 38/265

  9

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroindustri Kerapu Budi DayaAgroindustri adalah kegiatan usaha yang memproses bahan nabati atau

hewani. Proses tersebut mencakup perubahan dan pengawetan melalui

perwakilan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Produk 

yang dihasilkan dari agroindustri dapat merupakan produk akhir siap dikonsumsi

atau digunakan oleh manusia, atau sebagai produk yang merupakan bahan baku

untuk industri lain (Austin 1992). Perikanan adalah semua kegiatan yang

berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan

lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya

disebutkan bahwa pembudidayaan adalah kegiatan untuk memelihara,

membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam

lingkungan terkontrol (Undang Undang RI No 31 /2004, tentang Perikanan).

Pemanfaatan sumberdaya ikan terdiri atas kegiatan penangkapan ( fishing)

dan kegiatan budi daya (aquaculture). Berdasarkan habitat tempat produksi,

usaha aquakultur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu budi daya perikanan

berbasis daratan (land based aquaculture) dan budi daya perikanan berbasis laut

(marine based aquaculture). Berdasarkan sistem produksinya, budi dayadibedakan menjadi budi daya tradisional, budi daya semi intensif dan budi daya

intensif (Dahuri 2003).

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,

dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang

terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau

mengawetkannya (Undang Undang RI No 31 /2004, tentang Perikanan).

Selanjutnya undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan perikanan

adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan

10

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 39/265

  10

Menurut Sadovy et al. (2003), industri perikanan kerapu yang

berkembang di kawasan indo-pasifik terdiri atas (1) penangkapan ikan kerapu

hidup di terumbu karang, (2) pembesaran (grow out ) di dalam karamba ikan

kerapu berukuran kecil (under size) hasil tangkapan di laut hingga ukuran

konsumsi, dan (3) akuakultur (budi daya) siklus penuh (  full-cycle aquaculture),

yaitu pemeliharaan ikan sejak dari telur hasil pengembangbiakan di pembenihan

hingga ukuran konsumsi. Pomeroy (2002) menjelaskan bahwa budi daya

kerapu berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan

oleh meningkatnya kegiatan usaha budi daya karamba dengan tingkat

pertumbuhan 16 persen selama tahun 1990-an. Daerah utama pembesaran kerapu

di Indonesia adalah Aceh, Sumatera Utara (Nias dan Sibolga), Kepulauan Riau,

Pulau Bangka, Lampung, Jawa Barat, Karimunjawa (Jateng), Teluk Saleh (NTB),

Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Budi daya kerapu di

Indonesia dicirikan dengan digunakannya benih asal tangkapan di alam danpenggunaan ikan rucah sebagai pakan. Penggunaan benih asal hatchery masih

sangat terbatas, meskipun penggunaannya terus berkembang. Kerapu terutama

dipelihara di dalam karamba jaring apung dan beberapa dilakukan di kolam

dengan jaring apung berukuran kecil, tetapi semakin terbatasnya lahan untuk 

kolam membatasi perkembangannya (Sadovy et al. 2000).

Produktivitas usaha pembenihan kerapu masih dicirikan oleh tingkat

kelulusan hidup (survival rate) atau sintasan yang masih sangat rendah, yaitu

rata-rata hanya 4% (Rimmer 2000). Sementara itu pada usaha pembesaran masih

banyak menghadapi kematian yang tinggi akibat serangan penyakit dan suplai

pakan yang masih menggunakan ikan rucah karena belum berkembangnya

industri pakan buatan khusus untuk kerapu.

Johnson (1995)  menunjukkan bahwa manajemen perikanan sering

melibatkan interaksi rumit antara proses biologis, lingkungan yang bervariasi,

kelompok pengguna yang berbeda, dan tujuan manajemen yang bertentangan.

Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses penganalisaan risiko dan

  11

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 40/265

telah tersedia antara lain (1) population dynamics, (2) peraturan penangkapan (3)

pengkajian resiko (4) analisis keputusan, (5) bioenergetik (6)   fate of 

contaminants, dan (7) kualitas air.

Erdmann dan Pet-Soede (1996) menjelaskan bahwa perdagangan ikan

karang hidup terjadi karena adanya permintaan yang tinggi di pasaran Hong

Kong, Singapura, Taiwan, Cina, dan sentra pecinan lainnya untuk memperoleh

ikan yang benar-benar segar, yaitu dengan memilih ikan hidup dari akuarium

restoran beberapa menit sebelum dimakan. Jenis ikan ini dihargai sangat tinggi

bukan hanya karena kesegarannya dan rasanya, tetapi juga karena reputasinya

dalam membangkitkan kejantanan (virility) dan mempertahankan kesehatan

  jasmani. Aspek negatif dari perdagangan ikan karang hidup adalah rusaknya

terumbu karang karena penangkapan ikan yang menggunakan sodium cyanide.

Rimmer M et al. (1997) menyatakan bahwa pemasaran ikan laut di Hong

Kong lebih dari 220.000 ton per tahun, dan pasar saat ini untuk ikan karang hidupberkualitas tinggi diperkirakan sebesar 1.600 – 1.700 ton per tahun. Besarnya

permintaan ini akan meningkat dua kali lipat setiap 6 tahun.

Stok ikan karang yang ditangkap dari laut untuk memasok permintaan

ikan karang hidup di pasar Asia dilaporkan sangat berkurang karena

”overfishing” dan penggunaan cara penangkapan yang tidak berkelanjutan seperti

penggunaan sianida (Johannes dan Riepen 1995).

2.2 Rancangbangun Model Sistem Dinamis

Menurut Eriyatno (1999) model didefinisikan sebagai suatu perwakilan

atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan

hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal-balik 

dalam istilah sebab-akibat. Oleh karena suatu model adalah suatu abstraksi darirealitas, maka pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri.

Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas

yang sedang dikaji.

  12

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 41/265

sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri

sistem sebagai titik tolak analisis.

Selanjutnya Eriyatno (1999) menyatakan bahwa sistem merupakan

totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional

serta matra dimensional terutama dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu,

setiap pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur

sistem baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan.

Metodologi sistem pada dasarnya melalui enam tahap analisis sebelum sintesa

(rekayasa), meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sistem, (3) formulasi

masalah, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dari realisasi fisik,

sosial dan politik, (6) penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial).

Sistem dinamis adalah suatu metode analisis masalah yang melibatkan

aspek waktu sebagai faktor penting. Metode ini mempelajari sejauh mana suatu

sistem dapat dipertahankan atau memperoleh manfaat dari adanya goncangan(perubahan) dari dunia luar yang menerpa sistem tersebut. Sistem dinamis

berhubungan dengan perilaku suatu sistem yang berubah menurut waktu, dengan

tujuan menjelaskan dan memahami bagaimana umpan balik (feedback ) informasi

mempengaruhi perilaku sistem tersebut, dan mendesain struktur umpan balik 

informasi serta kebijakan pengontrolan yang tepat melalui simulasi dan

optimalisasi sistem dengan menggunakan model kualitatif dan model kuantitatif.

(Coyle 1995).

Menurut System Dynamic Society (2005), sistem dinamis adalah suatu

metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks

seperti yang ditemukan pada sistem bisnis dan sistem sosial lainnya. Metodologi

sistem dinamik tersebut mencakup (1) identifikasi masalah, (2) mengembangkan

hipotesis dinamis menjelaskan penyebab timbulnya masalah, (3) membangun

model simulasi komputer untuk sistem tersebut pada akar permasalahannya, (4)

menguji model untuk meyakinkan bahwa model tersebut mereproduksi perilaku

yang sama pada dunia nyata (5) melengkapi dan menguji model alternatif

  13

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 42/265

kebijakan publik, (3) modeling biologi dan medika, (4) energi dan lingkungan,

(5) pengembangan teori pada ilmu pengetahuan alam dan sosial, (6) pengambilan

keputusan dinamik dan (7) dinamik nonlinear yang kompleks.

STELLA merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk 

analisis sistem dinamis yang menggunakan simbol-simbol (ikon) grafis yang

mudah dimengerti. Ikon-ikon yang digunakan terdiri atas: stok (stock), aliran

( flows), pengubah (converter ) dan penghubung (connectors) (Gambar 3).

Kesemua ikon tersebut mewakili semua bagian yang mempengaruhi perilaku

sistem. STELLA didesain untuk memudahkan proses pengembangan model,

penspesifikasian model, mengotomatiskan proses komputasi, dan dengan mudah

menghasilkan output dalam bentuk grafik atau angka ( Ruth and Linholm 2001).

Gambar 3 Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman STELLA.

Selain STELLA, dapat juga digunakan POWERSIM STUDIO untuk 

pemrograman sistem dinamis yang karakteristik dan cara pengoperasian yang

agak mirip antara keduanya. Dalam Powersim Studio peristilahan untuk simbol-

simbol yang digunakan adalah sebagai berikut:

STOCK

FLOW

CONVERTER

CONNECTOR

LEVEL

FLOW

LINKS

  14

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 43/265

Powersim adalah paket pemodelan sistem dinamis secara grafikal yang

berbasis Windows. Paket pemodelan ini didukung dengan fasilitas untuk 

menggambarkan diagram alir (  flow diagram) dan diagram sebab-akibat (causal

loop diagram). Persamaan (equation) yang menghubungkan antar variabel dalam

model dapat dibuat dengan panduan yang ada dalam paket dan ditampilkan

secara visual dalam bentuk grafik. Hasil simulasi dapat ditampilkan dalam

bentuk animasi, angka maupun grafik. Perubahan parameter untuk proses

simlulasi dapat dilakukan dengan menggunakan tobol geser (slider button),

tombol tekan ( push button), maupun tombol radio (radio button) (Coyle 1995).

Dengan menggunakan program Powersim Studio dapat dilakukan berbagai

operasi simulasi dengan merubah parameter tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu, optimisasi yang mengoptimalkan variabel penentu (  prime decision

variable) untuk mencapai tujuan, pengkajian risiko (risk assessment ) atau disebut

  juga dengan analisis sensitivitas, dan manajemen risiko yang merupakankombinasi dari optimisasi dan pengkajian risiko (www.powersim.com).

2.3  Rantai Pasokan

Rantai pasokan (Supply chain) adalah suatu sistem dimana pelaku-

pelakunya yang terdiri atas pemasok bahan baku, fasilitas produksi, jasa

distribusi, dan pelanggan dihubungkan (linked ) satu dengan lainnya melalui

aliran material ke depan (  feed-forward flow) dan aliran informasi ke belakang

(  feedback flow) (Stevens 1989 yang diacu dalam Angerhover and Angelides

2000).

Menurut Angerhofer dan Angelides (2000), ada 6 jenis sistem aliran

dalam rantai pasokan, yaitu (1) aliran informasi, (2) aliran material, (3) aliran

order, (4) aliran uang, (5) aliran tenaga kerja, dan (6) aliran peralatan modal(capital equipment ). Selanjutnya dijelaskan oleh Akkermans et al. (1999) yang

diacu dalam Angerhover and Angelides (2000), bahwa dalam manajemen rantai

pasokan dipersyaratkan adanya (1) keterlibatan multiple eselon, proses dan fungsi

  15

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 44/265

kebijakan makro-mikro, (3) keterkaitan institusional dan (4) keterkaitan

internasional. Keterkaitan rantai produksi terdiri atas bermacam tahap

operasional aliran bahan sejak dari tempat produksi, melalui unit pengolahan

hingga sampai ke konsumen. Keterkaitan kebijakan makro-mikro merupakan

pengaruh ganda dari kebijakan makro pemerintah (seperti pajak, kredit, subsidi,

dan lain-lain) terhadap operasional pada agroindustri (teknologi, harga, kualitas,

dan lain-lain). Keterkaitan institusional, mencakup hubungan antar berbagai

kelembagaan yang beroperasi dan berinteraksi dengan rantai produksi

agroindustri hasil laut; Keterkaitan internasional, mencakup kegiatan pasar

dalam dan luar negeri dimana produk agroindustri berfungsi.

Penerapan simulasi sistem dinamik dalam bidang manajemen rantai

pasokan dapat dilakukan untuk mendiagnosa masalah dan mengevaluasi

pemecahan masalah, mengoptimalkan operasi, dan memitigasi faktor risiko

(GoldSim Technology Group LLC 2004). Simulasi model dinamis rantaipasokan pada umumnya dapat digunakan dalam kategori sebagai berikut: (1)

optimisasi, (2) analisis keputusan, (3) evaluasi diagnostik, (4) manajemen risiko,

dan (5) perencanaan proyek.

Aliansi strategis  pada dasarnya merupakan kolaborasi atau kemitraan

sinergis antara dua atau multi pihak dalam bidang-bidang spesifik yang dinilai

strategis. Aliansi strategis umumnya dilakukan untuk satu atau beberapa alasan

sebagai berikut: (1) meningkatkan peluang keuntungan, (2) mencapai keunggulan

yang terkait dengan skala, jangkauan, dan kecepatan, (3) meningkatkan penetrasi

pasar, (4) meningkatkan daya saing dalam pasara domestik dan/atau global, (5)

meningkatkan pengembangan produk, (6) mengembangkan peluang bisnis baru

melalui produk dan jasa baru, (7) memperluas pengembangan pasar, (8)

meningkatkan ekspor, (9) diversifikasi, (10) menciptakan bisnis baru, dan (11)

mengurangi biaya (Taufik 2004).

2.4 Rantai Nilai

  16

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 45/265

 

Gambar 5 Rantai Nilai Generik (Porter 1994).

Aktivitas utama terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(1)  Logistik ke dalam yang meliputi penerimaan, penanganan bahan,

penggudangan, pengendalian, penjadwalan kendaraan pengangkut, dan

pengembalian barang kepada pemasok.

(2)  Operasi, merupakan kegiatan untuk mengubah masukan menjadi produk 

akhir, seperti produksi, pengemasan, perakitan, pemeliharaan peralatan,

pengujian, dan operasi fasilitas.

(3)  Logistik ke luar, terdiri atas kegiatan pengumpulan, penyimpanan, dandistribusi produk kepada pembeli yang meliputi penggudangan barang jadi,

operasi kendaraan, pengiriman, pemasaran pesanan, dan penjadwalan.

(4)  Pemasaran dan penjualan yang meliputi penyediaan sarana yang

memungkinkan pembeli terpengaruh untuk melakukan pembelian seperti

periklanan, promosi, penyediaan tenaga penjual, pemilihan saluran

penjualan, hubungan dengan penyalur, dan penetapan harga.

(5)  Pelayanan, meliputi kegiatan untuk meningkatkan atau mempertahankan

nilai produk yang meliputi pemasangan, reparasi, penyediaan suku cadang,

dan penyesuaian produk.

Manajemen Sumberdaya Manusia

Pengembangan Teknologi

Pembelian

Operasi Logistik keLuar

Pemasaran Pelayanan

Margin

Margin

Aktivitas Utama

Infrastruktur Perusahaan

LogistikKe Dalam

   A   k   t   i  v   i   t  a  s   P  e

  n   d  u   k  u  n  g

  17

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 46/265

(3)  Manajemen sumber daya manusia, meliputi kegiatan penerimaan, pelatihan,

pengembangan, promosi dan kompensasi karyawan.

(4)  Infrastruktur perusahaan meliputi manajemen umum, perencanaan,

keuangan, hukum, hubungan dengan pemerintah, manajemen mutu, dan

sebagainya.

2.5 Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process)

AHP merupakan metode yang digunakan untuk menstrukturkan suatu

situasi yang kompleks, mengidentifikasi kriteria dan faktornya, mengukurinteraksi antar sesamanya dan mensintesis semua informasi untuk memperoleh

berbagai prioritas (Saaty 1993). Metode ini dimaksudkan untuk membantu

memecahkan masalah kualitatif yang kompleks dengan menggunakan

perhitungan kuantitatif, melalui pengekpresian masalah dimaksud dalam

kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dimugkinkan dilakukannya proses

pengambilan keputusan secara efektif (Eriyatno dan Sofyar 2007).

Menurut Marimin (2004) prinsip kerja AHP adalah: (1) Penyusunan

hierarki, di mana permasalahan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-

unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur

hierarki. (2) Penentuan prioritas, di mana untuk setiap kriteria dan alternatif 

dilakukan perbandingan berpasangan ( pairwise comparison), kemudian nilai-nilai

perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh

alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan

sesuai dengan  judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan

prioritas. (3) Konsistensi logis, di mana semua elemen dikelompokkan secara

logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

2.6 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilaksanakan untuk mengetahui apakah suatu

proyek layak secara finansial untuk dijalankan. Metode yang digunakan untuk 

mengukur kelayakan tersebut sesuai yang ditulis oleh Gittinger (1986) dengan

  18

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 47/265

dengan mengakumulasikan aliran kas hingga mencapai nilai positif. Pada saat

nilai kumulatif tersebut positif berarti pengeluaran proyek telah tertutupi.

(2 ) Net Present Value (NPV)

Metode ini mendiskontokan seluruh aliran kas, baik aliran kas masuk 

maupun aliran kas keluar, pada basis waktu sekarang. Untuk menghitung ini

ditentukan faktor pendiskon yaitu, biaya modal. NPV adalah jumlah dari seluruh

aliran kas yang telah didiskontokan. Ukuran kelayakan adalah apabila NPV lebih

besar dari nol (positif) yang berarti bahwa proyek tersebut menguntungkan ataudapat diterima.

(3 ) Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan nilai tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah

nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek,

atau dengan perkataan lain IRR adalah suatu tingkat bunga, di mana seluruh

aliran kas bersih setelah ditransformasikan dengan nilai sekarangnya ( present 

value) sama jumlahnya dengan investment cost (initial cost ).

(4) Rasio Biaya Manfaat

Metode ini sering disebut juga dengan B/C ratio. Metode ini

membandingkan atau membagi antara penerimaan proyek yang telah

didiskontokan dengan pengeluaran proyek yang telah didiskontokan juga.

Ukurannya adalah apabila nilai B/C < 1 maka proyek ini merugi atau dapat

ditolak.

(5)  Break Even Point (BEP)

BEP adalah jumlah unit penjualan di mana keuntungannya adalah nol.

BEP merupakan analisis pulang pokok yang dapat digunakan untuk analisis

perencanaan laba.

  19

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 48/265

3 METODOLOGI

3.1 Kerangka PemikiranPemikiran utama yang melandasi perlunya penelitian ini adalah bahwa

industri kerapu budi daya di Indonesia belum dapat berkembang dengan pesat,

sedangkan potensi industri ini sangat besar dan diharapkan mampu memberikan

sumbangan yang berarti bagi pembangunan nasional. Belum berkembangnya

industri ini terjadi karena masih rendahnya kinerja dalam mata rantai produksi

yang ditunjukkan dengan masih tingginya angka mortalitas dan rendahnya

produktivitas pada usaha pembenihan, pembesaran dan pascapanen. Kondisi ini

dipengaruhi oleh belum terbentuknya struktur industri yang mantap yang

menjamin aliran material, finansial, dan informasi dari hulu ke hilir maupun

aliran sebaliknya dari hilir ke hulu.

Dalam penelitian ini dilakukan rancang bangun model dinamis yang dapat

digunakan untuk mensimulasikan berbagai skenario pengelolaan pada level

taktis maupun level strategis yang dapat meningkatkan daya saing agroindustri

kerapu budi daya. Pengelolaan level taktis ditujukan untuk meningkatkan

keuntungan melalui skenario perbaikan teknologi pembenihan, pembesaran dan

penanganan pascapanen untuk menekan tingkat mortalitas (meningkatkan

sintasan) atau mempercepat pertumbuhan (growth) ikan melalui perbaikan input

benih, pakan, obat-obatan, kualitas air, dan maintenance peralatan produksi.

Skenario pengelolaan level strategis ditujukan untuk memperkuat struktur

agroindustri kerapu budi daya secara keseluruhan melalui penataan kapasitas

produksi agregat yang sejalan dengan fluktuasi permintaan pasar secara agregat

sehingga tidak terjadi oversupply. Pengelolaan level strategis lainnya adalah

kebijakan pengaturan harga yang dapat menyeimbangkan distribusi keuntunganantar pelaku usaha untuk menghindarkan penumpukan pada sektor usaha tertentu

saja.

Model dinamis yang dirancangbangun untuk simulasi skenario

  20

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 49/265

Model ini digunakan untuk simulasi optimalisasi skala produksi kerapu secara

agregat dan simulasi pemerataan distribusi keuntungan antar mata rantai

produksi. Proses simulasi skala produksi dilakukan dengan menggunakan

variabel proyeksi permintaan pasar ikan kerapu secara agregat pada berbagai

kemungkinan. Simulasi optimalisasi distribusi keuntungan dilakukan dengan

menggunakan variabel harga jual pada berbagai kemungkinan.

Kerangka konsep pengelolaan agroindustri kerapu budi daya dalam

rangka peningkatan keuntungan dan penguatan struktur industri dapat dilihat

pada Gambar 6.

Analisis finansialagroindustri kerapu

budi daya

Kondisi aktual agroindustri kerapubudi daya

Observasi kinerja agroindustrikerapu budi daya

Pengembangan modeldinamis peningkatan

keuntungan pembenihan

Pengembangan modeldinamis peningkatan

keuntungan pembesaran

Pengembangan modeldinamis peningkatan

keuntungan pascapanen

Pengembangan model dinamis penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya

Simulasipeningkatankeuntunganpembenihan

Simulasipeningkatankeuntunganpembesaran

Simulasiperencanaankapasitas prod

optimal

Simulasipemerataan

distribusikeuntungan

Rekomendasi peningkatan keuntunganagroindustri kerapu budi daya

Rekomendasi penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya

Simulasipeningkatankeuntunganpascapanen

Analisisproyeksi pasar ekspor ikan

kerapu

Pemeringkatan program peningkatan keuntunganagroindustri perikanan BD kerapu (AHP)

Observasi struktur agroindustrikerapu budi daya

  21

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 50/265

untuk merancangbangun model peningkatan keuntungan pembenihan, model

peningkatan keuntungan pembesaran dan model peningkatan keuntungan

pascapanen agroindustri kerapu budi daya. Ketiga model ini dilengkapi dengan

observasi struktur industri di dunia nyata selanjutnya digunakan untuk menyusun

model penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya yang merupakan

penggabungan dari ketiga model terdahulu. Dengan demikian terdapat 4 model

yang digunakan dalam penelitian ini.

Model peningkatan keuntungan yang telah melalui tahap verifikasi dan

validasi digunakan untuk simulasi dalam rangka maksimalisasi tingkat

keuntungan pada pembenihan, pembesaran, dan pascapanen melalui optimasi

faktor produksi. Untuk melengkapi hasil simulasi tersebut dilakukan pula

analisis finansial dengan menggunakan informasi aktual di lapangan. Hasil

simulasi ini selanjutnya digunakan untuk merekomendasikan kebijakan

taktis/operasional meliputi di bidang teknis dan manajemen untuk meningkatkanproduktivitas pada masing-masing subsistem industri. Pemeringkatan kebijakan

taktis operasional berdasarkan tingkat kepentingannya dilakukan dengan

menggunakan metode AHP.

Tidak semua variabel teknis dapat disimulasikan dengan menggunakan

model dinamis peningkatan nilai tambah. Untuk melengkapi analisis tersebut

maka dilakukan akuisisi pendapat pakar tentang faktor teknis lebih detail yang

mempengaruhi kinerja pembenihan, pembesaran, dan pascapanen, untuk 

selanjutnya diperingkatkan menggunakan AHP. Penggabungan antara hasil

simulasi model dinamis (hard system methodology) dan hasil AHP (soft system

methodology) memberikan hasil yang lebih lengkap.

Sejalan dengan analisis peningkatan nilai tambah, analisis penguatan

struktur agroindustri kerapu budi daya dilakukan dengan menggunakan model

hasil penggabungan. Berdasarkan model tersebut dilakukan simulasi penentuan

kapasitas produksi optimal yang berimbang untuk masing-masing elemen industri

dengan mempertimbangkan perkembangan pasar akhir dan simulasi perimbangan

  22

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 51/265

3.2  Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap persiapan, pengumpulan

data, rancang bangun model, validasi model, verifikasi, dan implementasi model

seperti dapat dilihat pada Gambar 7. Tahap persiapan meliputi kegiatan studi

pustaka, penyusunan daftar pertanyaan dan perlengkapan lainnya. Tahap

selanjutnya adalah pengumpulan data yang meliputi data kondisi lingkungan

eksternal agroindustri kerapu budi daya terutama perkembangan pasar ikan

kerapu, kebijakan pengembangan perikanan kerapu di tingkat pemerintah pusat

maupun daerah. Data tentang kinerja agroindustri kerapu budi daya terutama

aspek finansial pembenihan, budi daya dan industri pengolahan dikumpulkan

langsung kepada responden (data primer) dan dari laporan maupun hasil

penelitian terdahulu (data sekunder). Dalam melihat kinerja industri perikanan

kerapu dilihat pula tingkat teknologi dan skala usaha yang berkembang di

masyarakat. Selanjutnya, data yang dikumpulkan adalah data mengenaihubungan (keterkaitan) antar pelaku usaha pembenihan, pembudidaya dan

penanganan pascapanen, terutama menyangkut pola kerjasama yang berlaku di

lapangan.

Tahap selanjutnya adalah perancangan model yang mengikuti tahapan

dalam pendekatan sistem, yaitu dari analisa kebutuhan hingga analisis stabilitas.

Berdasarkan hasil perancangan ini diperoleh model utama yang digunakan

dalam proses simulasi yang terdiri atas (1) model peningkatan keuntungan

industri, yang terdiri atas submodel pembenihan, submodel budi daya, dan

submodel pascapanen serta (2) model penguatan struktur industri yang terdiri

atas submodel perencanaan kapasitas produksi dan submodel pemerataan

distribusi keuntungan. Selanjutnya model tersebut digunakan dalam simulasi

untuk diimplementasikan untuk memperoleh kebijakan pengelolaan agroindustri

kerapu budi daya. Sejalan dengan tahap simulasi dilakukan juga analisis

finansial untuk menyempurnakan hasil analisis dan implementasi sehingga

diperoleh hasil perumusan kebijakan yang lebih baik Dalam proses perumusan

  23

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 52/265

PERSIAPAN PENELITIAN (PENYUSUNAN PROPOSAL,

PENYUSUNAN KUESIONER,& PERLENGKAPAN

PENELITIAN

KETERKAITAN ANTAR PELAKU

USAHA:

-  RANTAI PRODUKSI

-  RANTAI PEMASARAN

-  PERMODALAN

-  PEMBINAAN TEKNOLOGI

LINGKUNGAN EKSTERNAL:

-  PERDAGANGAN REGIONAL/

INTERNASIONAL

-  KEBIJAKAN NASIONAL

-  KEBIJAKAN DAERAH

IDENTIFIKASI

SISTEM

ANALISA

KEBUTUHAN

RANCANG BANGUN

MODEL

MODEL DINAMIS PENGELOLAAN AI PERIKANAN B D KERAPU

IMPLEMENTASI MODEL DINAMIS PENGELOLAAN

AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA

DATA

SEKUNDER

DATA

PRIMERPENDAPAT

PAKAR

KAJIAN

PUSTAKA

PENGUMPULA

N

DAT

A

PERANCANGA

N

MODEL

MODE

IMPLEMENTASI

FORMULASI

PERMASALAHAN

ANALISIS

STABILITAS

ANALISIS

SENSITIVITAS

VERIFIKSI &

VALIDASI MODELIMPLEMENTASI

KOMPUTER

MODEL PENINGKATAN

KEUNTUNGAN PRODUKSI

MODEL PENGUATAN STRUKTUR

INDUSTRI

KINERJA PELAKU USAHA:

(PEMBENIHAN, BUDI DAYA,

PEN.PASCAPANEN)

-  TINGKAT TEKNOLOGI

-  SKALA USAHA

-  KINERJA FINANSIAL

ANALISIS

FINANSIAL

AGROINDUSTRI

KERAPU BUDI

DAYA

SIMULASI MODEL

PEMERINGKATAN PRIORITAS KEBIJAKAN (AHP)

  24

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 53/265

Dalam pengembangan model dinamis pengelolaan agroindustri kerapu

budi daya, diterapkan pendekatan sistem yang tahapannya secara diagramatis

dapat dilihat pada Gambar 8.

ANALISIS SISTEM

PERMODELAN SISTEM

SPESIFIKASI SISTEM DETAIL

Lengkap ?

Cukup ?

MODEL ABSTRAK OPTIMAL

Cukup?

Tidak 

Tidak 

Tidak 

Ya

Ya

Ya

IMPLEMENTASI

Puas ?Tidak 

Ya

KEBUTUHAN

SISTEM OPERASIONAL

OPERASI

GUGUS SOLUSI YG LAYAK

RANCANG BANGUN IMPLEMENTASIInformasinormatif dan positif 

  25

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 54/265

Tahapan dalam pendekatan sistem yang berhubungan dengan rancang

bangun model dinamis pengelolaan agroindustri kerapu budi daya adalah tahap

analisis sistem dan tahap permodelan sistem, dengan uraian sebagai berikut:

3.2.1  Analisis sistem

(1) Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan tahap awal pengkajian suatu sistem.

Analisa ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian

dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yangdideskripsikan. Analisis kebutuhan menyangkut interaksi antara respon yang

timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Pada tahap

ini ditentukan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam

sistem. Komponen-komponen tersebut mempunyai kebutuhan yang berbeda-

beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama

lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada (Marimin 2005).

(2)  Formulasi permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan agroindustri kerapu

budi daya terutama adalah adanya konflik kepentingan (conflict of interest) antar

pelaku-pelaku dalam bisnis tersebut. Untuk mengetahui permasalahan secara

detail maka dilakukan analisis tentang berbagai keinginan atau kepentingan

(interest ) masing-masing pelaku yang terlibat, yaitu pembenihan, pembudidaya,

pelaku agroindustri, pedagang, nelayan, pemerintah, serta pelaku yang terlibat

lainnya. Berdasarkan daftar keinginan tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi

konflik kepentingan sehingga dapat diketahui potensi permasalahan yang

dihadapi dalam pembangunan agroindustri kerapu budi daya.

(3) Identifikasi sistemIdentifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan

dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus

dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering

  26

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 55/265

3.2.2  Permodelan Sistem

(1) Rekayasa model dan implementasi komputer

Dalam rekayasa model dilakukan pentransferan diagram pengaruh ke

dalam bahasa simulasi yang khusus untuk permodelan sistem dinamis. Dalam

hal ini digunakan Software POWERSIM untuk permodelan tersebut.

POWERSIM merupakan pemrograman komputer yang bersifat ”object oriented ”,

berbeda dengan bahasa pemrograman terdahulu yang bersifat ”code oriented ”,

sehingga POWERSIM lebih ”user friendly”. Objek-objek yang digunakan dalam

pemrograman POWERSIM telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka yang terdiri

atas level, yang merupakan akumulasi dari suatu aliran yang merupakan ”noun”

dari suatu sistem, flow merupakan aliran yang masuk atau keluar dari suatu level,

yang merupakan ”verb” dari suatu sistem, lingkaran menunjukkan suatu variabel

pengontrol yang dapat juga merupakan fungsi dari komponen lainnya, belah

ketupat menunjukkan suatu konstanta, tanda panah menunjukkan hubungan

(links) satu arah. Jika kita membuat sebuah hubungan, maka atribut asal objek 

menjadi variabel yang membantu menentukan nilai atribut objek penerima.

(2) Verifikasi dan validasi model

Verifikasi model merupakan tahap pembuktian bahwa model komputer

yang telah disusun pada tahap sebelumnya mampu melakukan simulasi dari

model abstrak yang dikaji (Eriyatno 1999). Menurut Sargent (2001) yang

mengutip Schlesinger et al. (1979), verifikasi model didefinisikan sebagai proses

meyakinkan bahwa program komputer dari model yang dibuat beserta

implementasinya adalah benar. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh mana

program komputer yang dibuat telah menunjukkan perilaku dan respon yang

sesuai dengan tujuan dari model.

Tahap validasi model, adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem

tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, dimana dapat

  27

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 56/265

perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan pengamatan

terhadap nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem.

Sargent (2001) yang mengutip Schlesinger et al. (1979) mendefinisikan

validasi model sebagai pensubstansian bahwa model yang dikomputerisasikan

tersebut dalam lingkup aplikasinya memiliki kisaran akurasi yang memuaskan

dan konsisten dengan maksud dari penerapan model. Dalam proses pemodelan,

validasi dan verifikasi dilakukan untuk setiap tahap pemodelan, yaitu validasi

terhadap model konseptual, verifikasi terhadap model komputer dan validasi

operasional serta validitas data. Verifikasi dan validasi model tersebut dapat

dilakukan secara iteratif dalam proses penyusunan model.

(3) Analisis sensitivitas dan stabilitas

Tahap analisis sensitivitas dilakukan untuk menentukan peubah keputusan

mana yang cukup penting ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah

keputusan yang akan ditelaah tingkat kepentingannya akan diutamakan pada

peubah-peubah yang bersifat teknis seperti tingkat mortalitas benih atau ikan

yang dipelihara, rasio pakan dan pertumbuhan ikan, dan peubah-peubah lain yang

dapat ditetapkan sebagai peubah eksogen. Berdasarkan analisis ini maka faktor-

faktor yang kurang penting dapat dihilangkan sehingga pemusatan studi dapat

lebih ditekankan pada peubah keputusan kunci serta menaikkan efisiensi dari

proses pengambilan keputusan.

Tahap selanjutnya dari rekayasa model adalah analisis stabilitas, yaitu

untuk menguji sejauh mana model tersebut bersifat stabil. Perilaku tidak stabil

dapat terjadi apabila parameter diberi nilai yang di luar batas tertentu sehingga

mengakibatkan perilaku acak dan tidak mempunyai pola yang tidak realistik.

Parameter-parameter yang akan diberi nilai diluar batas untuk analisa stabilitas

antara lain adalah volume permintaan ikan kerapu atau tingkat harga yang turun

hingga level terendah, atau kelangkaan pakan ikan dll.

3.2.3 Implementasi model

  28

(1) Alt tif t k l i li t t t k

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 57/265

(1)  Alternatif penggunaan teknologi mana yang paling tepat untuk 

meningkatkan keuntungan produksi pada kondisi permintaan pasar dan

persaingan usaha yang dialami oleh agroindustri kerapu budi daya.

(2)  Seberapa besar kapasitas produksi agroindustri kerapu budi daya yang harus

dikembangkan dengan melihat perkembangan permintaan pasar saat ini dan

kecenderungannya di masa yang akan datang. Hal ini penting bagi

pemerintah untuk menyusun perencanaan pengembangan agroindustri

kerapu budi daya.

(3)  Sejauh mana perubahan pada demand  (ekspor) dan kebijakan pemerintah

(subsidi atau penetapan harga dasar) berpengaruh terhadap keseimbangan

tingkat keuntungan yang diperoleh pelaku usaha dalam rantai pasokan

agroindustri kerapu budi daya (pembenihan), pembesaran dan agroindustri.

3.3  Pengumpulan Data

3.3.1  Jenis data

Pengumpulan data dilakukan terutama untuk melengkapi rancang bangun

model, terutama dalam mengisi parameter-parameter yang terdapat dalam model

yang disusun. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka jenis, sumber, dan cara

pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

3.3.2  Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer yang terdiri atas data pendapat mereka tentang

kelayakan usaha diperoleh dari perusahaan swasta maupun milik pemerintah

(Balai Budi daya Laut) pembenihan dan pembesaran ikan kerapu yang berada di

Lampung dan Batam. Data sekunder untuk keperluan penelitian ini diperolehdari Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya DKP, BPS, BPPT serta hasil

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Khusus untuk data

impor kerapu di Hong Kong, dilakukan kontak dengan Hong Kong Trade

  29

Tabel 2 Jenis sumber dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 58/265

Tabel 2 Jenis, sumber dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini

Subsistem Jenis Data Sumber data Jenis Data / CaraPengumpulan data

Struktur Biaya – Manfaat UsahaPembenihan Pada berbagaiskala dan Tingkat Teknologi

•  Pembenihan skala besar

•  Pembenihan skala sedang

•  Pembenihan skala kecil

•  Pembenihan sepenggal(backyard hatchery)

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter teknis produksipembenihan: jumlah induk,fekunditas, hatching rate,growth rate, mortality rate, feed 

ratio 

•  Pembenihan skala besar

•  Pembenihan skala sedang

•  Pembenihan skala kecil

•  Pembenihan sepenggal(backyard hatchery) 

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter ekonomispembenihan: Harga Induk, hargabenih, harga pakan, tenaga kerja,biaya listrik/ BBM, biaya air dll.

•  Pembenihan skala besar

•  Pembenihan skala sedang

•  Pembenihan skala kecil

•  Pembenihan sepenggal(backyard hatchery)

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data time series volumepenjualan benih danperkembangan harga per bulan.

•  Pembenihan skala besar

•  Pembenihan skala sedang

•  Pembenihan skala kecil

•  Pembenihan sepenggal

(backyard hatchery)

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Pembenihan( Hatchery)

Data pola hubungan bisnis dankelembagaan (kemitraan, carapembayaran, aliansi dll.

•  Pembenihan skala besar

•  Pembenihan skala sedang

•  Pembenihan skala kecil

•  Pembenihan sepenggal(backyard hatchery)

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

•  Pendapat pakar

Struktur Biaya – Manfaat UsahaPembesaran Pada berbagai skaladan Tingkat Teknologi

•  Pengusaha pembudidaya

•  Petani pembudidaya

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter teknis produksipembesaran: padat tebar, growthrate, mortality rate, feed ratio,lama budi daya.

•  Pengusaha pembudidaya•  Petani pembudidaya

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter ekonomispembesaran: harga benih, harga

  jual, harga pakan, biayalistrik/BBM, biaya TK,

•  Pengusaha pembudidaya

•  Petani pembudidaya

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Pembesaran(Grow Out )

Data time series volumeproduksi dan penjualan ikan danperkembangan harga per bulan.

•  Pengusaha pembudidaya

•  Petani pembudidaya

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / 

literaturStruktur Biaya – Manfaat UsahaAgroindustri pada berbagaimodus usaha

•  Pedagang pengumpul

•  Eksportir

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter teknisagroindustri: padat tebar growth

•  Pedagang pengumpul

Ek i

•  Data Primer / K i

PenangananPascapanen(Penampu-ngan,grading, danpenjualan)

  30

Tabel 2 (lanjutan)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 59/265

Tabel 2 (lanjutan)Data time series volumepenjualan ikan lokal maupunekspor dan perkembangan hargaper bulan.

•  Pedagang pengumpul

•  Eksportir

•  Data Primer / Kuesioner

  Telaah laporan / literatur

Struktur Biaya - Manfaat UsahaPabrik Pakan Ikan pada berbagaimodus usaha

•  Industri / pabrik pakan

•  Industri kecil

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter teknis produksipakan : jenis dan komposisibahan baku, tahapan produksi,kapasitas produksi, tingkatproduksi.

•  Industri / pabrik pakan

•  Industri kecil

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter ekonomisproduksi pakan: harga bahanbaku, harga jual pakan, biayalistrik/BBM, biaya TK, biayapenjualan.

•  Industri / pabrik pakan•  Industri kecil

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

ProdusenPakanBuatan(PakanPabrik)

Data time series volumepenjualan pakan lokal maupunekspor dan perkembangan hargaper bulan.

•  Industri / pabrik pakan

•  Industri kecil

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Struktur Biaya - Manfaat UsahaPenangkapan ikan rucah pada

berbagai modus usaha

•  Nelayan

•  Tempat Pelelangan Ikan

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter teknis produksipakan rucah : jenis perahu, alattangkap, produktivitas, Tenagakerja.

•  Nelayan

•  Tempat Pelelangan Ikan

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data parameter ekonomisproduksi pakan rucah: harga ualpakan, biaya BBM, biaya TK,biaya retribusi.

•  Nelayan

•  Tempat Pelelangan Ikan

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

ProdusenPakan Rucah

(Nelayan)

Data time series volumeproduksi dan penjualan pakanserta perkembangan harga perbulan.

  Nelayan•  Tempat Pelelangan Ikan

  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Data time series impor negaratujuan (Hong Kong) per bulan,berdasarkan jenis ikan, volume,nilai dan negara asal.

•  Statistik Perdagangan HongKong;

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Pasar

Data time series ekspor ikankerapu hidup berdasarkan negaratujuan per bulan, dirinci menurut

  jenis, volume, nilai dan jalurtransportasi.

•  Pelabuhan / Bandara ekspor diKepri.

•  Eksportir kerapu.

•  Data Primer / Kuesioner

•  Telaah laporan / 

literatur

PenyediaanTeknologi

Data tentang penggunaanteknologi untuk meningkatkanproduktivitas industri kerapu.

•  Pendapat Pakar Teknologi Budidaya Kerapu;

•  Wawancara / Kuesioner

•  Telaah laporan / literatur

Kelemba- Data tentang pola hubungan • Pendapat Pakar Teknologi Budi • Wawancara /

  31

kriteria bahwa yang bersangkutan mempunyai pengalaman dan reputasi di

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 60/265

kriteria bahwa yang bersangkutan mempunyai pengalaman dan reputasi di

bidangnya. Analisis dengan menggunakan metode AHP dilakukan menggunakan

informasi yang digali dari para pakar di bidang perikanan kerapu. Kuesioner

digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara.

3.4 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pengolahan

terhadap data yang digunakan dalam komponen dalam Model Sistem Dinamik 

yang alat utamanya menggunakan Progran Komputer POWERSIM STUDIO.

Pengolahan data terutama dilakukan untuk merumuskan hubungan antar elemen

yang terlibat dalam sistem. Data struktur biaya usaha diolah dengan

menggunakan metode analisis finansial dengan tolok ukur kelayakan net  B/C 

ratio, net present value (NPV), internal rate of return, payback period (PBP) dan

break event point (BEP) guna mengetahui kinerja perusahaan. Perumusan

strategi peningkatan keuntungan agroindustri kerapu budi daya dilaksanakan

dengan menggunakan metode AHP.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil studi kasus di Batam yang

dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2006. Pengolahan data dan

penyusunan disertasi dilakukan di Jakarta dan Bogor.

  32

4 KERAGAAN AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 61/265

4 KERAGAAN AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA

Untuk dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang perilaku sistem

pengelolaan agroindustri kerapu budi daya, maka dilakukan analisis situasional

tentang agroindustri kerapu budi daya di lokasi yang dijadikan kasus. Dalam

analisis ini diuraikan gambaran tentang lokasi studi, perkembangan usaha

pembenihan, pembudidayaan dan penanganan pascapanen, dan pemasaran ikan

kerapu.

4.1 Deskripsi Kawasan Perikanan Kerapu Budi daya

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil kasus di daerah barelang

(Batam, Rempang dan Galang), yang merupakan kawasan yang dikelola oleh

Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIP Batam) dan

Pemerintah Kota Batam. Daerah ini terdiri atas beberapa pulau utama, yaitu

Batam, Setoko, Rempang Galang dan Galang Baru (Lampiran 5). Luas daratan

Barelang adalah 715 km2 (71.500 ha) yang terletak pada 0o , 25’, 29” - 1o, 15’,

00” LU dan 103 o , 34’, 35” – 104 o , 26’, 04” BT. Kawasan ini dihuni oleh

penduduk yang jumlahnya meningkat pesat dari 462.528 jiwa pada tahun 2000

menjadi sebanyak 636.629 jiwa pada tahun 2005.

Kawasan Barelang merupakan daerah kepulauan sehingga potensial

untuk pengembangan perikanan, terutama budi daya laut. Kawasan ini sangat

berdekatan dengan Singapura yang merupakan pasar yang potensial untuk 

produk-produk perikanan. Penduduk Singapura juga banyak yang berkunjung ke

Batam pada akhir pekan sehingga merupakan konsumen tetap untuk produk 

perikanan melalui restoran-restoran setempat. Kedekatan kawasan Barelang ke

Singapura dan pasar potensial lainnya seperti Hong Kong, menjadikan Barelang

sebagai salah satu lokasi pengumpulan produk perikanan kerapu untuk dieksporke negara tujuan. Selain berasal dari perairan sekitar Kepulauan Riau, ikan

kerapu hidup yang dikumpulkan oleh pedagang di Barelang berasal dari perairan

lainnya seperti Sumatera Utara, selat malaka dan Bangka Belitung.

  33

dibudidayakan pada umumnya dijual kepada pedagang pengumpul yang ada di

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 62/265

y p y j p p g g p g p y g

Batam, atau dijual ke pengusaha restoran yang banyak terdapat di kawasan

Barelang.

4.2 Aspek Teknis Agroindustri Kerapu Budi Daya

4.2.1 Industri pembenihan kerapu

Pembenihan merupakan usaha memproduksi benih ikan dengan cara

mengawinkan induk-induk ikan dewasa, menetaskan telur, memelihara larva

hingga ukuran tertentu yang siap ditebarkan di karamba jaring apung untuk dibesarkan. Induk-induk ikan dipelihara dalam bak-bak berukuran 150 – 200 m3 

dengan kedalaman air 2 hingga 3 meter dan diberi makanan yang sesuai agar

dapat bereproduksi sesering mungkin. Secara periodik, terutama pada saat bulan

gelap, induk ikan betina akan memijah (melepaskan telur) dan dibuahi oleh ikan

 jantan. Telur-telur yang dibuahi akan mengambang di permukaan air dan segera

dipisahkan dari bak pemijahan untuk ditetaskan di bak pemeliharaan larva.

Dalam waktu 18 hingga 20 jam setelah pemijahan, telur tersebut akan menetas

dan menjadi larva (Setiadharma et al. 2001).

Sampai dengan umur 2 hari, larva belum diberi makan karena masih

memiliki kuning telur (egg yolk ), dan pada umur 2 hinga 5 hari larva mulai diberi

makan zooplankton ( Brachionus sp.), dan umur 5 hingga 30 hari diberi plankton

yang lebih besar dan mulai hari ke-15 diberi makanan buatan sesuai dengan

ukuran larva. Pada umur 20 hinga 40 hari, larva juga diberi nauplii artemia yangdiperkaya dengan berbagai vitamin penguat. Selama pemeliharaan larva

dilakukan penyiponan dasar bak setiap 2 hari untuk membuang sisa-sisa kotoran

dan pergantian air sebanyak 20% - 30% hingga 50% - 80% setiap hari, sesuai

dengan umur larva. Pada umur 40 hingga 45 hari dilakukan pemanenan larva,

dimana pada saat itu 60% hingga 80% larva telah mengalami metamorfosa

(Setiadharma et al. 2001).

Pembenihan ikan kerapu merupakan kegiatan usaha yang memerlukan

biaya investasi yang cukup besar sehingga hanya dilakukan oleh pengusaha atau

unit usaha milik pemerintah. Investasi yang cukup besar diperlukan untuk 

b i t di i ( b k b k

  34

Pengelolaan pembenihan memerlukan tenaga profesional karena

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 63/265

Pengelolaan pembenihan memerlukan tenaga profesional karena

kegiatannya memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, jadwal yang ketat dan

waktu pengamatan 24 jam. Sebagai contoh, induk-induk ikan biasanya memijahpada malam hari (jam 22.00 – 24.00) dan sebelum menetas telur harus segera

dipindahkan ke bak pemeliharaan larva melalui proses pemilahan telur yang

dibuahi dan telur mati serta penempatan dalam bak larva dengan kepadatan yang

sesuai. Selama pemeliharaan, perlu diberikan makanan dengan jadwal tertentu

dan dilakukan penyiponan serta monitoring kualitas air untuk mencegah

timbulnya penyakit dan kematian larva.

Selain usaha pembenihan skala besar yang lengkap terdapat juga yang

disebut dengan hatchery sepenggal, yaitu usaha pembenihan yang hanya

memiliki fasilitas untuk menetaskan telur dan membesarkan larva ikan kerapu.

Pembenihan ini disebut juga dengan “backyard hatchery”. Pembenihan seperti

ini tidak memelihara induk, tetapi membeli telur yang dipijahkan di pembenihan

besar kemudian memeliharanya di dalam bak-bak semen hingga menjadi benih

ikan yang siap ditebar di karamba jaring apung. Pembenihan sepenggal ini jugamemelihara plankton untuk pakan ikan dan dilengkapi dengan sistem aerasi.

Di kawasan Barelang terdapat 2 pembenihan ikan kerapu yang terdiri atas

1 milik pemerintah (Departemen Kelautan dan Perikanan) dan 1 milik swasta,

yaitu PT. Nalendra. Jenis ikan yang dibenihkan oleh kedua pembenihan tersebut

antara lain adalah kerapu macan, kerapu tikus, sunu dan ikan kakap. Kapasitas

produksi pembenihan milik pemerintah adalah 2 juta ekor per tahun.

Berdasarkan hasil diskusi, pembenihan ikan laut milik pemerintah tersebut masih

menghadapi kendala-kedala sehingga pembenihan tersebut belum mencapai hasil

yang maksimal. Produksi benih oleh swasta pada saat survei dilakukan,

difokuskan pada jenis kakap dengan produksi sebesar 2 juta ekor / tahun.

Pembenihan swasta tersebut memproduksi benih kakap dan kerapu macan.

Benih yang dihasilkan pembenihan skala rumah tangga biasanya

berkualitas rendah. Benih unggul dapat dilihat dari ciri-ciri morfologis sepertibentuk tubuh normal (tidak bengkok) dan proporsional, bagian tubuh lengkap

(operculum tidak terbuka). Selain itu ciri-ciri lainnya adalah tahan hidup pada

kondisi ekstrim. Benih yang unggul dapat ditelusuri juga dari rekaman terhadap

  35

didatangkan antara lain adalah kerapu macan, kerapu tikus dan ikan kakap. Di

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 64/265

g p , p p

Batam terdapat juga hatchery sepenggal yang memelihara larva berukuran kecil

hingga berukuran yang siap ditebarkan di karamba jaring apung.

4.2.2 Industri pembesaran kerapu

Kegiatan pembesaran kerapu, yaitu pemeliharaan ikan di dalam KJA di

selat atau teluk, banyak dilakukan oleh masyarakat Barelang. Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan, KJA yang digunakan oleh petani ikan di Barelang

terbuat dari kayu berukuran 8 m x 8 m yang dibagi dalam 4 kotak dan dilengkapi

dengan pelampung dari drum plastik dan diberi jangkar. Masing-masing kotak 

berukuran 3 m x 3 m untuk meletakkan jaring polietilen 3 m x 3 m x 3 m

bermata jaring 0,75 – 1,25 inci.

Dilihat dari skala usahanya, pembesaran ikan kerapu di Barelang dapat

digolongkan ke dalam skala perusahaan dan skala rumah tangga. Pembesaran

kerapu skala perusahaan memiliki jumlah KJA hingga 200 kotak, sedangkanskala rumah tangga berkisar antara 4 hingga 16 kotak. Pembesaran skala

perusahaan dikelola secara lebih profesional, yaitu dengan menempatkan tenaga

kerja di rumah tingga yang dibangun di atas KJA, sedangkan pembesaran

tradisional biasanya dikelola secara sambilan dan menempatkan KJAnya di

belakang rumah di pinggir pantai.

Setiap KJA ditebari ikan sebanyak 20 – 25 ekor per m3, atau 500 hingga

600 ekor per kotak. Sebagian petani ikan menggunakan benih yang berasal dari

pembenihan (hatchery) dan sebagian lagi membesarkan ikan-ikan yang

”undersize” untuk dipelihara hingga ukuran konsumsi. Ikan undersize tersebut

mereka beli dari nelayan yang sengaja menangkap ikan dalam keadaan hidup

untuk dijual kepada para pembudidaya atau pedagang pengumpul.

Proses pembesaran ikan kerapu tergolong tidak rumit sebagaimana halnya

pembenihan. Pembesaran dimulai dengan pemasangan jaring polietilen dalam

kerangka karamba. Selanjutnya benih ikan ditebarkan ke dalam jaring untuk 

  36

rucah dibeli dari nelayan (bagan) secara langsung atau melalui tempat pelelangan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 65/265

ikan (TPI) setempat. Ikan tersebut selanjutnya disimpan dalam ”cool box” agar

tetap segar pada saat dicacah dan diberikan kepada ikan. Lama pemeliharaan

ikan di dalam KJA berkisar antara 6 hingga 9 bulan, tergantung pada ukuran

benih pada saat di tebarkan dan jenis ikan. Ikan kerapu tikus membutuhkan

waktu pemeliharaan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan kerapu macan.

4.2.3 Industri pascapanen dan perdagangan kerapu

Kegiatan penanganan pascapanen ikan kerapu di kawasan Barelang padaumumnya menyatu dengan kegiatan perdagangan dan ekspor ikan kerapu. Di

kawasan Barelang terdapat satu pedagang besar yang bertindak sebagai eksportir

kerapu ke Hong Kong yaitu PT Trimina Dinasti Agung. Pedagang ini memiliki

lokasi penampungan ikan kerapu dan ikan laut hidup lainnya berupa karamba-

karamba jaring apung. Di lokasi ini dilakukan kegiatan penanganan pascapanen

yang meliputi penyeragaman ukuran (grading), penyeragaman jenis, pemulihan

kesehatan ikan, pengepakan, pengiriman (pengangkutan) ikan hidup.

Pengiriman ke negara pengimpor dilakukan dengan menggunakan kapal angkut

ikan hidup atau menggunakan jasa angkutan pesawat terbang.

Jumlah dan jenis ikan yang diperdagangkan terutama adalah ikan kerapu

macan, kerapu tikus dan kerapu sunu yang hampir kesemuanya diekspor ke Hong

Kong, Volume perdagangan ikan kerapu yang hampir kesemuanya melalui

pedagang tersebut yang jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Volume ekspor ikan kerapu asal Barelang Tahun 2002 dan 2003

Volume Ekspor (kg)No Jenis Kerapu2002 2003

1 Macan (Tiger grouper ) t.a.d*) 18.394

2 Sunu halus ( Leopard c.trout ) 30.072 20.5853 Sunu kasar (Spotted c.trout ) 29.337 21.3964 Hitam 28.451 15.9035 Lumpur (Green grouper ) 29.930 16.9846 Napoleon ( Humphead wrasse) 7.795 5.3317 Bakau 32.121 19.7758 G 27 402 19 928

  37

4.3 Aspek Pasar Ikan Kerapu Hidup

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 66/265

4.3.1 Perkembangan pasar ikan kerapu hidup di Hong Kong

Hong Kong merupakan pasar utama bagi ikan kerapu hidup yang berasal

dari kawasan Asia dan Mediterania. Perkembangan perdagangan ikan kerapu di

Hong Kong sangat berpengaruh terhadap produksi ikan kerapu di negara

produsen utama, termasuk Indonesia. Berdasarkan data primer yang diperoleh

dari Kantor Statistik Perdagangan Hong Kong, maka ada paling tidak 9 jenis

kerapu yang diperdagangkan, yaitu kerapu kertang (giant grouper ), kerapu tikus

(high finned grouper ), kerapu lumpur (green grouper ), kerapu macan (tiger 

grouper ), kerapu malabar ( flowery grouper ), kerapu sunu leopard (leopard coral

trout ), kerapu sunu totol (spotted coral trout ), kerapu lainnya (other grouper ) dan

ikan napoleon (humphead wrasse).

Perkembangan volume impor ikan kerapu di Hong Kong dari tahun 2000

hingga tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan volume yang

diimpor, maka jenis kerapu sunu leopard dan kerapu lumpur memegang

peringkat tertinggi pertama dan kedua. Dilihat dari nilainya, kedua jenis kerapu

ini juga memegang urutan tertinggi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4 Perkembangan volume impor kerapu Hong Kong berdasarkan jenis

(satuan: kg)

TahunJenis Kerapu

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Giant Grouper(Krp. Kertang)

20,816 2,687 3,668 23,873 30 000 1 590

High Finned(Krp. Tikus)

4,370 7,753 11,943 7,066 1 466 704

Green Grouper(Krp. Lumpur)

1,559,260 1,470,281 1,182,634 1,754,079 1 487 643 1 148 360

Tiger Grouper(Krp. Macan)

50,994 51,230 123,696 216,270 328 921 422 867

Flowery Grouper(Krp. Batik)

120,177 104,402 139,722 97,077 239 386 294 426

Leopard Coral Trout(Krp. Sunu Leopard)

1,617,862 1,989,836 2,237,650 2,179,914 2 345 822 2 382 256

Spotted Coral Trout(Krp. Sunu Totol)

82,079 95,153 93,799 87,392 56 682 41 648

Humphead Wrasse 42,899 12,291 28,642 16,274 9 252 22 097

  38

Tabel 5 Perkembangan nilai impor kerapu Hong Kong berdasarkan jenis

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 67/265

(satuan: $ HK)

TahunJENIS KERAPU

2002 2003 2004 2005 2006*)

Giant Grouper(Kerapu Kertang)

369,000 2,387,000 3,000,000 287,000 75,000

High Finned(Kerapu Tikus)

3,137,000 2,255,000 387,000 99,000 10,000

Green Grouper(Kerapu Lumpur)

64,307,000 90,020,000 74,304,000 64,058,000 25,114,000

Tiger Grouper(Kerapu Macan)

12,869,000 18,420,192 26,291,000 32,717,000 29,140,000

Flowery Grouper(Kerapu Batik)

8,541,000 7,541,000 19,294,000 23,526,000 8,488,000

Leopard Coral Trout(Krp. Sunu Leopard)

322,351,000 311,452,000 336,610,000 324,554,000 194,289,000

Spotted Coral Trout(Kerapu Sunu Totol)

12,763,000 10,411,000 6,424,000 3,788,000 991,000

Humphead Wrasse(Ikan Napoleon)

6,622,000 3,441,000 1,462,241 3,199,000 1,107,000

Other Grouper(Kerapu Lainnya)

162,100,000 56,321,764 93,192,000 120,989,000 49,689,000

Total Nilai Kerapu 593,059,000 502,248,956 560,964,241 573,217,000 308,903,000

Sumber: Hong Kong Trade Statistics, 2006 (diolah).*) Januari-Juni.

Perkembangan harga jual ikan kerapu di pasaran Hong Kong dapat dilihat

pada Tabel 6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa harga tertinggi ditempati

oleh Kerapu Tikus dan Ikan Napoleon, dengan kecenderungan harga yang

fluktuatif.

Tabel 6 Perkembangan rata-rata harga ikan kerapu di Hong Kong ($ HK)

TahunNo Jenis Kerapu

2002 2003 2004 2005 2006*)

1 Kerapu Kertang 108 99 100 180 145

2 Kerapu Tikus 260 252 172 166 195

3 Kerapu Lumpur 54 52 50 57 53

4 Kerapu Macan 104 87 80 77 78

5 Kerapu Batik 60 81 80 80 80

6 Kerapu Sunu Leopard 144 141 144 137 138

7 Kerapu Sunu Totol 138 120 116 93 80

8 Napoleon 234 207 174 203 141

9 Kerapu Lainnya 110 40 73 71 76

*) Januari-Juni.

  39

Indonesia, Thailand dan Australia. Apabila dilihat untuk masing-masing jenis

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 68/265

kerapu yang dipasok ke Hong Kong, maka untuk kerapu kertang, pemasok 

terbesar adalah Taiwan dan Maldives, pemasok terbesar kerapu tikus adalah

Indonesia dan Philipina, pemasok terbesar kerapu lumpur adalah Thailand,

Philipina dan Taiwan, pemasok terbesar kerapu macan adalah Indonesia dan

Philipina. Untuk kerapu batik, pemasok terbesar adalah Philipina, Taiwan,

Thailand dan Indonesia. Untuk kerapu sunu leopard, pemasok terbesar adalah

Australia, Philipina dan Indonesia. Sementara itu untuk kerapu sunu totol,

pemasok terbesar adalah Philipina. Indonesia dan Malaysia. Untuk ikan

napoleon, pemasok terbesar adalah Philipina dan Thailand.

Tabel 7 Perkembangan volume impor ikan kerapu Hong Kong berdasarkan

negara pemasok tahun 2000 - 2005 (satuan: kg)

TahunNo Neg.Pemasok

2000 2001 2002 2003 2004 20051 Kamboja 34,587 21,520 25,815 18,851 25 638 6,395

2 Taiwan 361,117 263,276 31,173 197,630 304 113 209,120

3 Indonesia 698,894 1,266,736 1,189,266 991,382 1 057 919 1,309,366

4 Philipina 1,108,600 1,126,403 1,398,603 1,559,637 1 543 772 1,720,993

5 Thailand 1,734,941 1,343,117 769,070 1,354,652 1 021 060 874,686

6 Mainland China 132,310 29,800 0 1,000 1,562

7 Vietnam 133,726 128,313 98,686 19,359 26 584 17,994

8 Maladewa 38 0 59,000 57,000 80 097 70,200

9 Brunei 4,853 4,206 4 208 3,619

10 Malaysia 365,745 389,758 386,365 619,020 853 634 718,231

11 Singapura 11,034 1,416 4,344 12,346 29 746 21,537

12 Australia 724,944 1,090,583 1,242,955 926,833 819 371 976,176

13 Marshall Island 59,977 16,840 1 198

14 USA 490 158

15 Myanmar 3 421 1,631

16 Togo 126 66

17 New Zealand 1 867 1,720

18 Canada 200

19 Namibia 3,304

  40

4.3.2 Pangsa pasar kerapu Indonesia di Hong Kong

I d i k l h d i 21 k ik k k

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 69/265

Indonesia merupakan salah satu dari 21 negara pemasok ikan kerapu ke

Hong Kong. Ditinjau dari volume, ekspor kerapu Indonesia di pasaran Hong

Kong meningkat dari 698.894 kg pada tahun 2000 menjadi 1.309.366 kg pada

tahun 2005 (Tabel 8). Kontribusi kerapu Indonesia di pasaran Hong Kong

menunjukkan kecenderungan yang juga meningkat, yaitu dari 13,12% pada tahun

2000, menjadi 21,75% pada tahun 2005 (Tabel 9). Berdasarkan jenis ikan kerapu

yang dipasok, maka Indonesia mendominasi jenis kerapu macan, kerapu tikus

dan kerapu lainnya. Kontribusi terbesar dicapai oleh kerapu tikus pada tahun

2003 yang mencapai 74,58% dari impor kerapu tikus Hong Kong, dan kerapu

macan yang pada tahun 2005 mencapai 53,17% pangsa pasar ikan tersebut di

Hong Kong.

Tabel 8 Volume ekspor kerapu Indonesia ke Hong Kong berdasarkan jenis

kerapuTahun

Jenis Kerapu2000 2001 2002 2003 2004 2005

Giant Grouper(Kerapu Kertang) 81 - - - -

High Finned(Kerapu Tikus) 269 2,270 6,058 5,270 450 116

Green Grouper(Kerapu Lumpur) 103,434 116,576 58,211 33,474 40,653 17,480

Tiger Grouper(Kerapu Macan) 2,917 11,378 26,746 31,306 69,754 224,830

Flowery Grouper(Kerapu Batik) 42,792 486 483 339 2,968 3,950Leopard Coral Trout(Krp. Sunu Leopard) 49,195 265,148 274,327 319,122 412,826 330,493

Spotted Coral Trout(Kerapu Sunu Totol) 27,664 23,574 11,874 25,672 13,041 5,550Other Grouper(Kerapu Lainnya) 471,167 846,805 806,572 573,673 517,683 722,028Humphead Wrasse

(Napoleon) 1,375 499 4,995 2,526 544 4,919

Total 698,894 1,266,736 1,189,266 991,382 1,057,919 1,309,366

Sumber: Hong Kong Trade Statistics, 2006 (diolah).

  41

Tabel 9 Kontribusi pasokan kerapu Indonesia terhadap impor kerapu Hong Kongberdasarkan jenis (%)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 70/265

j ( )

Tahun

Jenis Kerapu2000 2001 2002 2003 2004 2005

Giant Grouper(Kerapu Kertang) 0.39 - - - - -

High Finned(Kerapu Tikus) 6.16 29.28 50.72 74.58 30.70 16.48

Green Grouper(Kerapu Lumpur) 6.63 7.93 4.92 1.91 2.73 1.52

Tiger Grouper(Kerapu Macan) 5.72 22.21 21.62 14.48 21.21 53.17

Flowery Grouper(Kerapu Batik) 35.61 0.47 0.35 0.35 1.24 1.34Leopard Coral Trout(Krp. Sunu Leopard) 3.04 13.33 12.26 14.64 17.60 13.87

Spotted Coral Trout(Kerapu Sunu Totol) 33.70 24.77 12.66 29.38 23.01 13.33Other Grouper(Kerapu Lainnya) 25.78 43.07 53.94 41.04 40.64 42.31Humphead Wrasse(Napoleon) 3.21 4.06 17.44 15.52 5.88 22.26

Total 13.12 22.22 22.37 17.15 18.33 21.75

Sumber: Hong Kong Trade Statistics, 2006 (diolah).

Berdasarkan analisis terhadap perkembangan pangsa pasar kerapu

Indonesia di pasar Hong Kong yang merupakan pasar utama ikan kerapu, dan

  juga perkembangan pasokan ikan kerapu dari negara-negara lain, maka ada

indikasi yang kuat bahwa Indonesia memiliki spesialisasi dalam memproduksi

ikan kerapu macan dan kerapu tikus. Meskipun harga kerapu macan tidak terlalu

tinggi, namun memiliki kecenderungan permintaan yang meningkat, sedangkan

kerapu tikus yang memiliki tingkat harga yang tinggi tidak diproduksi oleh

negara lain, sehingga dapat dijadikan menjadi komoditas kerapu sebagai

unggulan Indonesia. Di samping itu, perairan Indonesia relatif aman dari

serangan badai (taifun) yang sering melanda negara-negara sub tropis. Serangan

badai yang pada awal tahun 2007 melanda negara produsen kerapu seperti

Taiwan, Filipina, Vietnam dan Thailand telah mengakibatkan kelangkaan suplai

dan melonjaknya harga jual. Indonesia harus dapat memanfaatkan keunggulan

  42

5 PENGEMBANGAN MODEL

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 71/265

5.1 Analisis Sistem Agroindustri Kerapu Budi Daya

Sebagaimana dijelaskan pada bab metode penelitian, maka

pengembangan model dinamis perencanaan dan pengelolaan agroindustri kerapu

budi daya dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem yang tahapannya

mengikuti diagram pada Gambar 8. Tahap tersebut terdiri atas (1) analisis

kebutuhan, (2) formulasi permasalahan, (3) identifikasi sistem, (4) rancang

bangun model, (5) pengujian model, dan (6) penerapan model. Berikut ini

diuraikan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam setiap tahapan tersebut.

5.1.1 Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan mengidentifikasi dan menguraikan mengenai apa yang

dibutuhkan oleh pelaku (komponen) yang terlibat dalam sistem. Komponen-

komponen tersebut mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengantujuannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain serta

berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada. Dalam sistem

pengembangan agroindustri kerapu budi daya pada penelitian ini, komponen-

komponen yang terlibat serta kebutuhan-kebutuhan masing-masing komponen

terhadap jalannya sistem adalah sebagai berikut:

(1) Pemerintah membutuhkan kondisi di mana usaha budi daya kerapu

berkembang di berbagai daerah sehingga dapat menyediakan lapangan

pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat serta meningkatkan penghasilan

devisa melalui ekspor dan menghindarkan terjadinya produksi yang berlebih

sehingga merugikan pelaku usaha.

(2) Pelaku pembenihan (hatchery) membutuhkan kondisi di mana benih yang

diproduksinya dapat terjual secara kontinyu, dengan harga yang setinggi-

tingginya, serta harga input produksi (pakan, obat-obatan, listrik, dan lain

lain) yang serendah-rendahnya.

  43

(4) Para pengepul / pedagang (eksportir) ikan kerapu membutuhkan informasi

tentang permintaan pasar dan pasokan ikan kerapu hidup ukuran konsumsi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 72/265

tentang permintaan pasar dan pasokan ikan kerapu hidup ukuran konsumsi

dari pembudidaya/ nelayan sesuai dengan permintaan pasar dengan harga beliyang serendah mungkin dan harga jual setinggi mungkin.

(5) Nelayan pemasok induk dan benih alam, maupun sebagai pemasok pakan

(ikan rucah) membutuhkan kondisi agar induk, benih maupun ikan rucah

yang ditangkap dapat dijual dengan harga setinggi-tingginya, sehingga

memperoleh pendapatan yang memadai.

(6) Produsen pakan ikan membutuhkan kondisi agar pakan yang diproduksinya

dapat terjual secara kontinyu dengan harga yang setinggi-tingginya, dan

memperoleh bahan baku secara kontinyu dan dengan harga serendah-

rendahnya.

(7) Produsen / pemasok obat-obatan ikan dan bahan kimia untuk produksi

pembenihan membutuhkan kondisi di mana produk yang dihasilkan / dipasok 

dapat terjual secara kontinyu dengan harga yang setinggi-tingginya, dan

memperoleh bahan baku secara kontinyu dan dengan harga beli serendah-

rendahnya.

(8) Industri jasa transportasi membutuhkan adanya pesanan (order ) yang

kontinyu untuk mengangkut benih, ikan konsumsi atau jasa transport lainnya

dari agroindustri kerapu budi daya sehingga ia memperoleh pendapatan yangmemadai.

(9) Konsumen membutuhkan pasokan ikan kerapu hidup secara kontinyu dengan

kualitas baik dan dengan harga yang terjangkau oleh daya beli mereka.

5.1.2 Formulasi permasalahan

Permasalahan akan timbul apabila terjadi konflik kepentingan antar para

pelaku yang terlibat dalam sistem agroindustri kerapu budi daya. Uraian tentang

keinginan dan konflik kepentingan yang menimbulkan masalah dapat dilihat

  44

Tabel 10 Daftar keinginan dan konflik kepentingan antar pelaku dalam sistem

agroindustri kerapu budi daya

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 73/265

agroindustri kerapu budi daya

No Pelaku /Aktor Interest / Keinginan Konflik KepentinganDengan Nelayan:

• Nelayan lebih suka menangkapikan kerapu di terumbu karang.Pemerintah melarang penggu-naan bahan peledak dansianida yang merusak terumbukarang.

1. Pemerintah • Berkembangnya industriperikanan kerapu sehinggamemperluas lapangan kerja,PAD dan pertumbuhanekonomi;

• Meningkatnya devisamelalui ekspor kerapu;

Dengan Pedagang:

• Eksportir lebih suka membelikerapu hasil tangkap nelayandari terumbu karang, karenalebih murah dan mudah.

Dengan Produsen/Pemasok Obat-obatan/ Bahan Kimia:

• Produsen ingin menjualsemahal mungkin, sedangkan

pembenih ingin membelisemurah mungkin.

2 PelakuPembenihan

• Ingin menjual benih semahalmungkin dan membeli inputproduksi (biaya produksi)semurah mungkin.

• Dapat menekan kematian(mortalitas) benih danmemperoleh benih yangbebas penyakit (virus dll.).

Dengan Nelayan:

• Nelayan ingin menjual induk kerapu semahal mungkin,sedang hatchery ingin semurahmungkin.

Dengan Produsen Benih:

• Pembenih ingin menjual benihsemahal mungkin, sedangkanpembudidaya semurahmungkin.

• Sering terjadi kelangkaanbenih saat dibutuhkan, ataukelimpahan benih saat tidak dibutuhkan.

• Pembudidaya sering

mengeluhkan kualitas benihyang rendah mengakibatkanmortalitas tinggi.

3. Pembudidaya

Ikan

• Ingin menjual ikan semahal

mungkin dan membeli inputproduksi (biaya produksi)semurah mungkin.

• Dapat menekan kematian(mortalitas) ikan danmempercepat pertumbuhanikan.

Dengan Produsen Pakan :

• Produsen pakan ingin menjualpakan semahal mungkin

  45

Tabel 10 (lanjutan)

4. Pengepul /  • Memperoleh pasokan ikan Dengan Pembudidaya:

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 74/265

pedagang/ 

Eksportir

p psesuai permintaan pasar

dengan harga semurahmungkin;

• Dapat menjual ikansebanyak mungkin denganharga setinggi-tingginya;

• Cenderung menutup-nutupiinformasi pasar sehinggadapat menekan petani ikan.

• Pembudidaya ingin menjual

ikan semahal mungkin,pedagang ingin semurahmungkin.

• Sering terjadi kelangkkan suplaipada saat dibutuhkan, ataukelebihan suplai pada saatpermintaan pasar menurun.

• Pembudidaya menginginkantransparansi informasi pasar

sehingga tidak dikelabui oleheksportir.

5. NelayanPemasok Induk danPakan Rucah

• Ingin menjual induk danikan rucah semahal mungkindan membeli input produksisemurah mungkin

Dengan Pembudidaya: 

• Pembudidaya ingin membeliikan rucah (pakan) semurahmungkin sedangkan nelayansemahal mungkin.

7. Pemasok Obat-obatan

dan BahanKimia

• Ingin menjual Obat-obatandan Bahan Kimia semahal

mungkin dan membelinyasemurah mungkin.

Dengan Pengusaha Pembenihan:

• Idem butir 4.

8. PengusahaJasaTransportasi

• Membutuhkan adanyapesanan (order) yangkontinyu untuk mengangkutbenih, ikan konsumsi atau

  jasa transport lainnya dgnbiaya semahal mungkin.

• Dengan Pengguna jasa(Pembenihan, Pembudidaya,Pedagang): Merekamengunginkan biaya angkutyang semurah mungkin.

9. Konsumen • Membutuhkan pasokan ikan

kerapu hidup sesuaikebutuhan dengan hargayang terjangkau oleh dayabeli mereka

• Dengan Pedagang: Suplai ikan

tergantung produsen, seringtidak sesuai denganpermintaan. Harga pasar seringdi bawah tingkat yangdiharapkan.

Permasalahan bersama tersebut adalah masih belum terciptanya sinergi

dan kerjasama yang saling menguntungkan antar pelaku usaha. Belum

terciptanya sinergi tersebut terlihat dari sering terjadinya kelangkaan benih pada

saat dibutuhkan oleh pembudidaya, atau sebaliknya kelebihan benih pada saat

tidak dibutuhkan oleh pembudidaya. Demikian pula antara pembudidaya dengan

  46

Ketidaksesuaian antara demand dan supply ini mengakibatkan ketidakharmonisan

yang berkepanjangan.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 75/265

Permasalahan lain yang menjadi perhatian bersama pelaku usaha dalamagroindustri perikanan budi daya kerapu adalah belum dikuasainya teknologi

sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kualitas produk.

Pembenihan ikan kerapu masih mengeluhkan tingginya tingkat kematian

(mortality rate) terhadap larva yang dihasilkan sehingga sering mengalami

kerugian. Di sisi lain, pembudi daya sering mengeluhkan benih yang dibeli dari

pembenihan banyak mengalami kematian karena kualitasnya yang kurang baik.

Dalam transaksi jual beli ini belum ada perjanjian antara kedua belah pihak untuk 

menanggung bersama risiko kematian, sehingga pembudidaya sering mengalami

kerugian.

Permasalahan bersama ini perlu diatasi agar tidak menjadi penghambat

bagi pengembangan agroindustri kerapu budi daya. Berkembangnya industri

budi daya secara tidak langsung akan mengurangi terjadinya kerusakan terumbu

karang akibat penangkapan ikan kerapu dengan cara-cara yang tidak ramah

lingkungan. Bagi pemerintah, pengembangan agroindustri kerapu budi daya

selain akan memberikan dampak ekonomi yaitu peningkatan pendapatan

nelayan/petani ikan dan perolehan devisa, juga akan memberikan dampak 

kelestarian lingkungan yang penting bagi kelangsungan pembangunan dimasayang akan datang.

5.1.3 Identifikasi sistem

Tahap selanjutnya dalam rancangbangun model dinamis pengelolaan

agroindustri kerapu budi daya adalah identifikasi sistem. Dalam tahap ini

dilakukan penggambaran diagram sebab-akibat (causal loop diagram) dan kotak 

gelap. Identifikasi sistem tersebut dilaksanakan dengan berdasarkan pada hasil

analisis kebutuhan dan identifikasi permasalahan yang telah dilaksanakan pada

tahap sebelumnya. Secara spesifik konsep diagram lingkar sebab-akibat untuk 

  47

dalam diagram sebab-akibat (causal loop diagram) pada Gambar 9. Dalam

penelitian ini perhatian utama ditujukan pada pemecahan permasalahan bersama

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 76/265

yang diformulasikan pada tahap sebelumnya. Permasalahan utama tersebutadalah lemahnya keterkaitan antar rantai produksi pembenihan, pembudidayaan

dan penanganan pascapanen dan rendahnya penguasaan teknologi, sehingga

diagram sebab-akibat yang dibuat lebih berorientasi pada pendiskripsian

permasalahan tersebut.

Dalam diagram sebab-akibat tersebut terdapat 3 (tiga) subsistem, yaitu

pembenihan, pembesaran, dan pascapanen yang dirangkai menjadi satu. Setiap

subsistem memiliki struktur yang hampir serupa karena karakteristik kegiatannya

hampir sama. Proses pengkonstruksian diagram sebab-akibat pada masing-

masing subsistem dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pengkonstruksian

diagram sebab-akibat untuk aliran material dan diagram sebab untuk akibat aliran

finansial.

Diagram sebab-akibat aliran material untuk pembenihan ikan kerapu

dimulai dari jumlah induk yang tersedia yang menentukan berapa jumlah benih

yang dapat diproduksi. Tingkat produksi tersebut ditentukan juga oleh

produktivitas induk. Selanjutnya tingkat produksi benih akan menentukan

  jumlah persediaan (inventory) benih yang juga dipengaruhi oleh jumlah

penjualan. Besarnya inventory akan menentukan berapa jumlah benih yang harus

diproduksi (desired production). Desired production tersebut disamping

dipengaruhi oleh besarnya inventory juga dipengaruhi oleh proyeksi / ekspektasi

permintaan benih yang diperhitungkan berdasarkan permintaan benih saat ini.

Diagram sebab-akibat untuk aliran finansial pada subsistem pembenihan

merupakan pentransferan aliran material ke nilai finansialnya. Besarnya

produksi benih dikalikan dengan biaya produksi per unit benih akan

menghasilkan perhitungan tentang biaya produksi. Demikian juga jumlah

inventori dikalikan dengan biaya inventori per unit akan menentukan besarnya

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 77/265

  49

Pendeskripsian diagram sebab-akibat untuk subsistem budi daya dan

subsistem penanganan pascapanen hampir serupa dengan diagram subsistem

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 78/265

pembenihan. Diagram sebab-akibat aliran material untuk budi daya kerapudimulai dari jumlah KJA yang tersedia yang menentukan berapa jumlah ikan

yang dapat diproduksi. Tingkat produksi tersebut ditentukan juga oleh

produktivitas KJA. Selanjutnya tingkat produksi ikan akan menentukan jumlah

persediaan (inventory) yang juga dipengaruhi oleh jumlah penjualan. Besarnya

inventory akan menentukan berapa jumlah ikan yang harus diproduksi (desired 

 production).  Desired production tersebut disamping dipengaruhi oleh besarnya

inventory juga dipengaruhi oleh proyeksi / ekspektasi permintaan ikan yang

diperhitungkan berdasarkan permintaan ikan kondisi nyata saat ini.

Diagram sebab-akibat untuk aliran finansial pada subsistem pembesaran

seperti pada subsistem pembenihan merupakan pentransferan aliran material ke

nilai finansialnya. Besarnya produksi ikan dikalikan dengan biaya produksi per

ekor akan menghasilkan perhitungan tentang biaya produksi. Demikian juga

  jumlah inventori dikalikan dengan biaya inventori per unit akan menentukan

besarnya biaya inventori. Demikian juga dengan income (pemasukan)

pembesaran merupakan perkalian dari angka penjualan dengan harga jual.

Selanjutnya pengurangan antara pemasukan dengan biaya-biaya akan

menghasilkan perhitungan tentang tingkat keuntungan ( profit ) yang diperoleh

oleh subsistem pembesaran.

Untuk diagram sebab-akibat pada subsistem penanganan pascapanen,

deskripsi elemennya identik dengan subsistem pembesaran baik untuk aliran

material maupun aliran fiansialnya, hanya pada subsistem pascapanen ini elemen

tingkat permintaan kerapu langsung berhubungan dengan angka permintaan pasar

yang merupakan elemen penentu bagi sistem secara keseluruhan.Dalam diagram sebab-akibat ini ketiga subsistem yang dapat dianalisis

secara terpisah tersebut dirangkaikan menjadi suatu kesatuan sistem, dimana

elemen permintaan pasar pada pembenihan merupakan refleksi dari kebutuhan

  50

(2)  Diagram input output

Konsep diagram input-output merupakan tahapan lebih lanjut dari

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 79/265

diagram sebab-akibat, yaitu sebagai interpretasinya ke dalam konsep “black 

box”. Dalam konsep black box tersebut, informasi dikategorikan menjadi tiga

golongan, yaitu (1) peubah input, (2) peubah output, dan (3) parameter-parameter

yang membatasi struktur sistem (Eriyatno 1999). Input terdiri atas dua

golongan, yaitu input yang berasal dari luar sistem (exogen) atau input

lingkungan dan input yang berasal dari dalam sistem (overt input ). Overt input  

merupakan peubah endogen yang ditentukan oleh fungsi dari sistem. Input

tersebut terdiri atas input terkendali dan input tak terkendali. Output dari sistem

terdiri atas output diinginkan dan output tidak diinginkan.

Gambar 10 di atas menunjukkan diagram input-output  untuk sistem

pengelolaan agroindustri kerapu budi daya. Untuk pengelolaan industri tersebut

dibutuhkan input  yang tergolong dalam input tak terkendali yaitu harga ikan

Gambar 10 Diagram input output sistem pengelolaan industribudi daya perikanan kerapu.

SISTEM PENGELOLAANINDUSTRI PERIKANAN

KERAPU

Input Tak Terkendali•

  Harga jual dan permintaan kerapu dipasaran;

•  Harga input produksi pembenihan,pembesaran dan pascapanen.

•  Ketersediaan kawasan Budi daya•  Kesehatan Lingkungan perairan•  Nilai Tukar Rupiah

•  Tingkat Bunga Pinjaman

Input Terkendali

•  Teknologi pembenihan

•  Teknologi budi daya•  Tekn. pascapanen/Pengolahan

•  Teknologi Transportasi•  Tata ruang kawasan

Output Diinginkan•  Peningkatan keuntungan pembenih ,

pembudi daya dan agroindustri ;

•  Berkembangnya industri kerapu budidaya & pendukungnya;

•  Peningkatan Devisa;

•  Lestarinya terumbu karang

Output Tak Diinginkan

•  Tidak terkendalinya perkembanganindustri perikanan kerapu

•  Oversupply kerapu, harga turun

•  Kelangkaan supply, harga naik•  Kelangkaan input produksi (pakan,

benih, obat-obatan).

Manajemen

Industri

Input Lingkungan•  Peraturan pemerintah•  Globalisasi Perdagangan

•  Perubahan Iklim Global

  51

pembenihan, teknologi budi daya, teknologi pengolahan, teknologi transportasi

dan perencanaan kawasan untuk budi daya.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 80/265

Sistem yang dikembangkan bertujuan untuk menghasilkan output  yangdiinginkan yaitu peningkatan pendapatan nelayan dan petani ikan, lestarinya

terumbu karang dan berkembangnya usaha budi daya kerapu dan industri

pendukungnya. Meskipun demikian dihasilkan pula output yang tidak diinginkan

seperti tidak terkendalinya perkembangan usaha budi daya kerapu dan terjadinya

oversuplai sehingga harga jatuh, kemungkinan terjadinya kepunahan terhadap

ikan karang karena eksploitasi yang berlebih, dan kelangkaan input produksi

yang dibutuhkan seperti pakan, benih, dan obat-obatan.

Untuk mengendalikan sistem agar lebih mengarah pada output yang

diinginkan, maka dibuatlah mekanisme umpan balik ( feedback ) berupa

manajemen sistem agroindustri sedemikian rupa agar output  yang dihasilkan

mengarah pada output yang diinginkan dan tidak mengarah pada output yang

tidak diinginkan. Dalam penelitian ini fokus umpan balik manajemen

agroindustri kerapu budi daya diarahkan pada penguatan keterkaitan antar pelaku

usaha dalam rantai produksi dan peningkatan penggunaan teknologi sehingga

tercipta suatu agroindustri kerapu budi daya yang tanguh dan berproduktivitas

tinggi. Berkembangnya agroindustri kerapu budi daya akan mencegah terjadinya

eksploitasi ikan kerapu di perairan terumbu karang sehingga dapat menjaga

kelestariannya.

5.2 Rancang Bangun Model

Berdasarkan hasil identifikasi sistem yang akan dibuat untuk pengelolaan

agroindustri kerapu budi daya, terutama diagram sebab-akibat, maka dilakukan

rancang bangun model dinamis dengan menggunakan paket program Powersim

Studio yang menerjemahkan diagram sebab-akibat ke dalam program komputer.

5.2.1  Rancangbangun model peningkatan keuntungan agroindustri kerapu

budi daya.

  52

terlibat di dalamnya. Tingkat keuntungan merupakan fungsi dari tingkat

pendapatan dikurangi oleh pengeluaran produksi. Tingkat pendapatan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 81/265

merupakan fungsi dari tingkat produksi dan harga jual benih, sedangkan tingkatpengeluaran produksi merupakan fungsi dari penggunaan volume input produksi

dan harga beli input produksi tersebut.

Tingkat pendapatan sangat berfluktuasi karena tingkat produksi dan harga

  jual benih yang berfluktuasi sepanjang tahun. Fluktuasi produksi terjadi karena

induk-induk ikan kerapu hanya memijah (melepas telur) pada umur tertentu dan

pada periode-periode tertentu, terutama pada masa bulan gelap. Jumlah telur

yang dihasilkan juga sangat bergantung pula pada umur induk yang dipijahkan,

sedangkan persentase jumlah telur yang bertahan (survive) menjadi benih sangat

tergantung pula pada input produksi yang digunakan selama masa pemeliharaan

(4-6 bulan) terutama pakan, obat-obatan dan penanganan kualitas air.

Tingkat pengeluaran produksi selain ditentukan oleh volume penggunaan

input produksi (pakan, obat-obatan, tenaga kerja) dan juga harga input produksi

tersebut. Sebagaimana halnya dengan tingkat pendapatan, maka tingkat

pengeluaranpun berfluktuasi sesuai dengan perubahan yang terjadi pada variabel

yang disebutkan di atas.

Tujuan dari model ini adalah memaksimalkan keuntungan dengan

meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dan mencegah kemungkinan

terjadinya produksi yang berlebih (over supply) atau kekurangan produksi pada

saat fluktuasi permintaan mencapai puncak ( peak ). Tujuan ini dapat dicapai

apabila fluktuasi permintaan benih dapat diantisipasi oleh produsen melalui

pengaturan waktu produksi atau melalui pengontrolan persediaan (inventory

control).

Model peningkatan keuntungan industri pembenihan dikembangkanberdasarkan hubungan sebab-akibat (causal loop diagram) sebagaimana dapat

dilihat pada Gambar 11.

  53

 Keuntungan

Pembeni-han

Penge-luaran pem

-

+

+

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 82/265

Gambar 11 Diagram hubungan sebab-akibat dalam model peningkatankeuntungan industri pembenihan kerapu.

Hubungan antar elemen yang terlibat dalam model peningkatan

keuntungan industri pembenihan kerapu dapat didiskripsikan dalam persamaan

matematis sebagai berikut:

•  Keuntungan Pembenihan = Income Pembenihan – Pengeluaran pembenihan

•  Income Pembenihan = Jumlah Penjualan Benih * Harga Benih

•  Pengeluaran pembenihan = Biaya produksi benih + biaya pemeliharaan induk 

+ biaya inventori benih.

BiayaProduksi

Benih

BiayaInventori

Benih

IncomePembeni-

han

BiayaInventoriBnh/Unit

BiayaProduksi

Bnh/Unit

HargaBenih /Unit

InventoriBenih

Kerapu

PenjualanBenih

Kerapu

TktInventory

Diinginkan

Tkt Permintaan

benih

ExpektasiPermintaan

benih

JumlahInduk 

disediakan

Produk tivitasinduk 

ProduksiBenih

Kerapu

Biayapemeliharaan

induk 

Biayapemeliharaan

induk/ekor

p

benihan

+ +

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

CoverageInventori

Benih

+TrendPermintaanBenih

  54

•  Inventori benih kerapu = Jumlah produksi benih – jumlah penjualan benih. 

•  Tingkat inventori benih diinginkan (t+1) = ekpektasi permintaan benih(t) *

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 83/265

Coverage inventori benih(t) Berdasarkan diagram sebab-akibat dan hubungan antar elemen pada

model peningkatan keuntungan industri pembenihan ikan kerapu, maka

dikonstruksikan model dengan menggunakan POWERSIM STUDIO yang dapat

digunakan untuk proses simulasi. Model powersim untuk peningkatan

keuntungan industri pembenihan kerapu dapat dilihat pada Gambar 12.

Inventori benih kerapu

produksi benihkerapu

penjualan benihkerapu

Jumlah induk

Penyediaan indukbaru

Fekunditas induk

Survival rate benih

Kematian Induk

Tkt permintaanbenih per bulan

Expected demandbenih

Perubahan Expdemand benih

Tingkat produksibenih diinginkan

Prosentase indukmemijah

Produktivitas induk

Tkt inventori benihdiinginkan

Coverage inventori Bnh

Waktu utk perbaikiinventori

Total Profit Pembenihan

Profit pembenihan

PengeluaranPembenihan

PemasukanPembenihan

Biaya Produksibenih

Biaya InventoryBenih

Faktor Biaya inventorybenih

Biaya pemel induk

Biaya pe mel induk perekor

Harga Benih

Biaya Tak Langsung

By Pakan Bnh perekor

By lainnya per ekor

Biaya Prod Bnh perekr

Penyusutan

Survival rate kerapu

Permintaan KerapuPasca Panen

Konversi Kg ke Ekor

Demand Ikan UkuranKonsumsi

  55

Model peningkatan keuntungan industri pembenihan kerapu terdiri atas

elemen-elemen disusun sesuai dengan sistem operasi yang ada di lapangan, yaitu

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 84/265

memproduksi benih ikan kerapu yang dapat dijual sesuai dengan permintaanpasar. Sesuai dengan kerangka konseptual, model ini ditujukan untuk dapat

mensimulasikan jumlah induk yang harus disediakan untuk menghasilkan benih

dalam jumlah yang tepat dan jumlah inventori yang harus disediakan untuk 

mengantisipasi fluktuasi permintaan pasar sehingga memperkecil kemungkinan

terjadinya kelebihan pasokan (”over supply”) atau kekurangan pasokan di

pasaran. Deskripsi masing-masing elemen model dan hubungannya antar

variabel maupun konstanta diuraikan pada Tabel 11 yang terdiri atas nama

variabel, satuan yangdigunakan dan definisi dari variabel tersebut.

Tabel 11 Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industripembenihan ikan kerapu.

Nama Unit Definisi

Biaya Inventory Benih Rp / mo Faktor Biaya inventory benih* Harga Benih*Inventory benih kerapu

Biaya PemeliharaanInduk 

Rp / mo Biaya pemel induk per ekor * jumlah induk 

Biaya Pemel Induk / ekor Rp/Induk/mo 108000Biaya Produksi Benih Rp / mo Produksi benih * Biaya Produksi per ekor benihBiaya produksi per ekorbenih

Rp/ekor Biaya pakan benih per ekor + biaya lainnya perekor

Biaya Tak Langsung Rp/mo 24666000

Biaya lainnya per ekor Rp/ekor 796Biaya pakan benih perekor

Rp/ekor 1692

Coverage inventori benih mo 1Expected demand benih ekor / mo Tkt permintaan benih per bulanFaktor biaya inventoribenih

%/mo 5

Fekunditas induk Ekor/induk/6 mo NORMAL(1.500.000, 150.000)Harga benih Rp/ekor 6000Inventory benih kerapu ekor Tkt inventory benih diinginkan

Jumlahbinduk induk Jumlah induk diinginkanJumlah induk diinginkan induk Tingkat produksi benih diinginkan / 

produktivitas induk Kematian induk Induk/mo Jumlah induk / lifetime induk Konversi Kg ke Ekor Ekor/kg 2Lifetime induk mo 36

  56

Tabel 11 (lanjutan)

Permintaan kerapupascapanen

Ekor/mo GRAPHSTEP(TIME<STARTTIME,1<<mo>>,‘Demand Ikan Ukuran Konsumsi’*’Konversi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 85/265

Kg ke Ekor’Perubahan expecteddemand benih

ekor/mo (tkt permintaan benih / bulan – Expecteddemand benih / wktu untuk merubah ekpektasi)

Produksi benih kerapu ekor / mo Jumlah induk * produktivitas induk Produktivitas induk Ekor/mo/induk Fekunditas induk*persentase induk memijah*

Survival RateKeuntungan pembenihan Rp / mo Pemasukan pembenihan – pengeluaran

pembenihanPersentase induk memijah

% NORMAL (20, 2)

Survival rete benih % NORMAL (16, 1.6)Survival rate kerapu % NORMAL (80, 8)Time delay mo 6Tkt inventory benihdiinginkan

ekor Expected demand benih * coverage inventorybenih

Tkt permintaan benih perbulan

ekor / mo 10000

Total Keuntunganpembenihan

Rp

Waktu untuk merubah

ekspektasi

mo 2

Waktu utk penyediaaninduk baru

mo 12

Keterangan: mo = bulan

(2) Rancangbangun model peningkatan nilai tambah subsistem

pembesaran.

Model peningkatan keuntungan usaha pembesaran kerapu disusun untuk 

digunakan sebagai alat untuk mensimulasikan maksimalisasi keuntungan

pembesaran kerapu dengan meningkatkan pendapatan dan menekan biaya

produksi. Upaya menekan biaya produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan

efisiensi penggunaan input produksi dan memperkecil terjadinya kelebihan

produksi (ekses suplai).

Tingkat pendapatan sangat berfluktuasi karena tingkat produksi dan harga

 jual ikan hasil budi daya berfluktuasi sepanjang tahun. Fluktuasi produksi terjadi

karena adanya keterbatasan suplai benih dan kondisi musim yang tidak 

memungkinkan budi daya dilakukan sepanjang tahun.

  57

Tujuan dari model ini adalah memaksimalkan keuntungan dengan

mencegah kemungkinan terjadinya produksi yang berlebih (over supply) atau

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 86/265

kekurangan produksi pada saat fluktuasi permintaan mencapai puncak ( peak ).Tujuan ini dapat dicapai apabila fluktuasi permintaan ikan konsumsi dapat

diantisipasi oleh produsen melalui pengaturan waktu produksi atau melalui

pengontrolan persediaan (inventory control).

Model tersebut disusun berdasarkan hubungan sebab-akibat (causal loop

diagram) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Diagram hubungan sebab akibat dalam model peningkatan

KeuntunganBudi daya

BiayaProduksi

Kerapu BD

BiayaInventori

Kerapu BD

IncomeBudi daya

BiayaInventoriKrp/Unit

BiayaProduksi

Kerapu/Ekr

HargaKerapu/ 

Ekor

Inventori

KerapuBD

PenjualanKerapu

BD

TktInventory

Diinginkan

Tkt Permintaankerapu

ExpektasiPermintaan

Krp BD

Jumlah KJAdisediakan

Produk tivitasKJA

ProduksiKerapu

BD

Biayapemeliharaan

KJA

Biayapemeliharaan

KJA/unit

Penge-luaran Budi

daya

+

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

++

+

CoverageInventori

Kerapu BD

+

TrendPermintaanKerapu BD

  58

•  Keuntungan Pembesaran = Income Pembesaran – Pengeluaran Pembesaran.

•  Income Pembesaran = Jumlah Penjualan Kerapu BD * Harga Kerapu BD.

• P l b Bi lih KJA Bi P d k i

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 87/265

•  Pengeluaran pembesaran = Biaya pemeliharaan KJA + Biaya ProduksiKerapu BD +Biaya Inventori kerapu BD.

•  Produksi kerapu BD = Jumlah KJA * Produktivitas / KJA.

•  Biaya produksi Kerapu BD = Biaya produksi BD per ekor * Jumlah ProduksiPembesaran.

•  Biaya inventori = Biaya Inventory/ekor * Inventory Pembesaran.

  Jumlah Produksi Pembesaran = Jumlah KJA BD * Produktivitas KJA BD.•  Inventori kerapu = Jumlah produksi kerapu – jumlah penjualan kerapu.

•  Tingkat inventori diinginkan = ekpektasi permintaan pembesaran * coveragekerapu pembesaran.

•  Biaya pemeliharaan KJA = Jumlah KJA * Biaya pemeliharaan / unit.

Model peningkatan keuntungan pembesaran yang dirancang

menggunakan Powersim Studio dapat dilihat pada Gambar 14. Seperti model

pembenihan, model ini terdiri atas elemen-elemen disusun sesuai dengan sistem

pembesaran yang ada di lapangan, yaitu memproduksi ikan ukuran konsumsi

yang dapat dijual sesuai dengan permintaan pasar. Sesuai dengan kerangka

konseptual pada Gambar 6, model ini ditujukan untuk dapat mensimulasikan

proses peningkatan keuntungan pada industri pembesaran kerapu melaluiefisiensi penggunaan input produksi dan pengelolaan inventory yang disesuaikan

dengan fluktuasi permintaan pasar dan ketersediaan benih hasil hatchery

sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan (over supply)

atau kekurangan pasokan ikan ukuran konsumsi di pasaran.

  59

Total Profit Budida ya

Profit budidaya

Biaya pemel KJA p erunit

Biaya BD Tak Langsung

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 88/265

Inventori krp BD

produksi kerapu BD

penjualan kerapuBD

Jumlah KJA

Perubahan jumlahKJA

Padat tebar KJA

Survival rate kerapu

KJA Rusak

Lifetime KJA

Produktivitas perKJA

Waktu utkpenambahan KJA

SR selamapenampungan

Tingkat PermintaanKerapu BD

Expected demandkerapu BD

Perubahan Expdemand Krp BD

Waktu untukmerubah ekpektasi

demand

Jumlah KJAdibutuhkan

Tingkat produksiKrp BD diinginkan

Tkt inventori Krpdiinginkan

Coverage inventori KrpBD

Waktu utk perbaikiinventory Krp BD

PengeluaranBudidaya

PemasukanBudidaya

Biaya Produksikerapu per ekor

Biaya InventoryKerapu BD

Faktor Biaya inventorykrp BD

Biaya pemel KJAHarga Kerapu BD

Jumlah KJA

Biaya input BD

By Prod BD per ekor

Bi Pkn BD per ekor

By BD lainnya per

ekor

Penyusutan BD

Permintaan KerapuPasca Panen

Konversi Kg ke Ekor

Demand Ikan UkuranKonsumsi

Harga Benih

 Gambar 14 Struktur submodel peningkatan keuntungan industri pembesaran

kerapu menggunakan program Powersim Studio.

Deskripsi masing-masing elemen model dan hubungannya antar variabel

maupun konstanta dalam model peningkatan keuntungan industri pembesaran

perikanan kerapu diuraikan pada Tabel 12.

  60

Tabel 12 Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industripembesaran ikan kerapu

Nama Unit Definisi

Biaya pakan BD per ekor Rp/ekor 10800

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 89/265

Biaya pakan BD per ekor Rp/ekor 10800Biaya BD Tak langsung Rp/mo 4400000Biaya input BD Rp/ekor Biaya Produksi BD per ekor + Harga benihBiaya Inventory Kerapu BD Rp / mo (Faktor biaya invntory * Harga kerapu BD) *

Inventory kerapu BDBiaya Pemeliharaan KJA Rp / mo Biaya pemel KJA per unit * jumlah KJABiaya pemeliharaan KJA perunit

Rp / induk  / mo

25.000

Biaya Produksi Kerapu BD Rp / mo Produksi kerapu BD * biaya input BDBiaya BD lainnya per ekor Rp/ekor 1908

Biaya produksi BD / ekor Rp/ekor Biaya pakan BD per ekor + Biaya BD LainnyaCoverage inventory kerapu BD mo 1Demand ikan ukuran konsumsi Kg/mo {2440,460,2090,10400,7696,10780,1239 ......Expected demand kerapu BD ekor / mo Tkt permintaan kerapu per bulanFaktor biaya inventori %/m0 5Harga kerapu BD Rp/ekor 40000Inventory kerapu BD ekor Tkt inventory kerapu BD diinginkanJumlah KJA KJA Jumlah KJA diinginkanJumlah KJA dibutuhkan KJA+ 40KJA Rusak Induk/mo Jumlah KJA / lifetime KJA

Konversi Kg ke Ekor Ekor/kg 2Lama Pembesaran mo NORMAL (5, 0.5)Lifetime KJA mo 60Padat tebar per KJA ekor/induk/ 

6 moNORMAL (500,50)

Pemasukan Pembesaran Rp / mo Penjualan kerapu BD * harga kerapu BDPengeluaran Pembesaran Rp / mo Biaya inventory kerapu BD + Biaya

pemeliharaanPenjualan kerapu BD Tingkat permintaan kerapu BDPermintaan kerapu pascapanen Ekor/mo GRAPHSTEP(TIME,STARTTIME,1<<mo>>,’

Deman Ukan Ukuran Konsumsi)’Konversi Kgke Ekor’

Perubahan expected demandkerapu BD

ekor/mo (tkt permintaan kerapu BDh / bulan – Expecteddemand kerapu / waktu untuk merubahekpektasi

Perubahan jumlah KJA KJA/mo (Jumlah KJA dibutuhkan-Jumlah KJA)/Waktuuntuk penembahan KJA+KJA rusak.

Produksi BD kerapu ekor / mo Jumlah KJA * produktivitas KJAProduktivitas per KJA ekor/mo/i

nduk Padat tebar per KJA* Survival Rate

Keuntungan pembesaran Rp / mo Pemasukan pembesaran – pengeluaranpembesaran

Survival rete p_panen % 90Survival rate kerapu % NORMAL (80, 8)Tkt permintaan kerapu BD perb l

ekor / mo {2440, 460, 2090, 10400, dst...}

  61

(3) Rancangbangun model peningkatan keuntungan subsistem penanganan

pascapanen.

Model peningkatan keuntungan penanganan pascapanen kerapu disusun

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 90/265

Model peningkatan keuntungan penanganan pascapanen kerapu disusun

untuk digunakan sebagai alat untuk mensimulasikan maksimalissi keuntungan

pascapanen kerapu melalui minimalisasi inventori dan efisiensi penggunaan

input produksi. Model tersebut disusun berdasarkan hubungan sebab-akibat

(causal loop diagram) sebagai berikut:

ProfitPascapanen

BiayaProduksi

Kerapu PP

BiayaInventori

Kerapu PP

IncomePascaPenen

BiayaInventoriKrp/Unit

BiayaProduksi

Kerapu PP/Ekr

HargaKerapu/ 

Ekor

Inventori

KerapuBD

PenjualanKerapu

PP

TktInventory

Diinginkan

Tkt Permintaankerapu

ExpektasiPermintaan

Krp PP

Jumlah KJAdisediakan

Produk tivitasKJA

Produksi

KerapuPP

Biayapemeliharaan

KJA

Biayapemeliharaan

KJA/unit

Penge-luaran

Pascapanen

+

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

CoverageInventoriKrp PP

+

TrendPermintaan

Kerapu

  62

Hubungan antar elemen yang terlibat dalam model peningkatan keuntungan

pascapanen kerapu dapat didiskripsikan dalam formula sebagai berikut:

Keuntungan Pascapanen = Income Pascapanen – Pengeluaran Pascapanen

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 91/265

  Keuntungan Pascapanen = Income Pascapanen Pengeluaran Pascapanen.•  Income Pascapanen = Jumlah Penjualan Kerapu PP * Harga Kerapu PP.

•  Pengeluaran pascapanen= Biaya pemeliharaan KJA + Biaya Produksi Kerapu

PP +Biaya Inventori kerapu PP.

•  Produksi kerapu PP = Jumlah KJA * Produktivitas / KJA.

•  Biaya produksi Kerapu PP = Biaya produksi PP per ekor * Jumlah Produksi

Pascapanen.

•  Biaya inventori = Biaya Inventory/ekor * Inventory Pascapanen.

•  Jumlah Produksi Pascapanen = Jumlah KJA PP * Produktivitas KJA PP.

•  Inventori kerapu PP = Jumlah produksi kerapu PP – jumlah penjualan

kerapu PP.

  Tingkat inventori diinginkan = ekpektasi permintaan pascapanen * coveragekerapu pascapanen.

•  Biaya pemeliharaan KJA = Jumlah KJA * Biaya pemeliharaan / unit.

Model peningkatan keuntungan usaha pascapanen yang dirancang

menggunakan program Powersim Studio dapat dilihat pada Gambar 16. Elemen-

elemen model disusun sesuai dengan sistem yang ada di lapangan, yaitumengumpulkan, menyeleksi, menampung dan pemasarkan ikan ukuran konsumsi

ke pasar, terutama pasar ekspor. Sesuai dengan kerangka konseptual pada

Gambar 6, model ini ditujukan untuk dapat mensimulasikan proses peningkatan

keuntungan pada industri penangan pascapanen dan pengelolaan inventori yang

disesuaikan dengan fluktuasi permintaan pasar dan pasokan ikan hasil

pembesaran atau dari sumber-sumber lainnya seperti penangkapan, sehingga

memperkecil kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan (over supply) atau

kekurangan pasokan ikan ukuran konsumsi di pasaran.

  63

Total Profit P ascapanen

Profit Pascapanen

Biaya pemel KJA PP perunit

Biaya PP Tak Langsung

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 92/265

Inventori krp P_panen

produksi kerapup_panen

penjualan kerapuPP

Jumlah KJA PP

Perubahan jumlahKJA PP

Pdt tebar pe r KJA PP

SR selamapenampungan

KJA PP Rusak

Lifetime KJA PP

Jumlah KJA PPdibutuhkan

Waktu utkpenambahan KJA-

PP

Expected demand

kerapu PP

Perubahan Expdemand Krp PP

Waktu untukmerubah ekpektasi

demand Krp PP

Produktivitas KJAPasca panen

Tingkat produksiKrp PP diinginkan

Tkt inventori Krp PPdiinginkan

Coverage inventoriKrp PP

Waktu utk perbaikiinventori Krp PP

Permintaan KerapuPasca Panen

Konversi Kg ke Ekor

Harga Kerapu BD

Pengeluaran Pascapanen

PemasukanPascapanen

Biaya Produksikerapu PP per ekor

Biaya InventoryKerapu PP

Faktor Biaya inventorykrp PP

Biaya pemel KJA PP

Harga KerapuPascapanen

Jumlah KJA PP

Demand Ikan UkuranKonsumsi

Biaya input PP

Bya PP per ekor

Bya Pakan per ekor

Bya PP lain per ekor

Penyusutan PP

 

Gambar 16 Struktur submodel peningkatan keuntungan penanganan pascapanen

kerapu.

Deskripsi masing-masing elemen dan hubungannya antar variabel maupun

konstanta pada model peningkatan keuntungan penanganan pascapanen

  64

Tabel 13 Deskripsi elemen pada model peningkatan keuntungan industripascapanen (PP) ikan kerapu

Nama Unit Definisi

Biaya Inventory Kerapu PP Rp / mo Biaya inventory kerapu PP per ekor * Inventorykerapu

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 93/265

y y p p y y p p ykerapu

Biaya Pemeliharaan KJA Rp / mo Biaya pemel KJA per unit * jumlah KJABiaya pemeliharaan KJA perunit

Rp / induk / mo

25.000

Biaya pengadaan per ekor ikan Rp/ekor 20.000Biaya Produksi Kerapu PP Rp / mo Pembenian kerapu BD * biaya pengadaan per

ekorBiaya PP Lain per ekor Rp/ekor 2480Biaya pakan per ekor Rp/ekor 5000

Biaya PP Tak langsung Rp/mo 21000000Coverage inventory kerapu PP mo 1Demand ikan ukuran konsumsi Kg/mo {2440,460,2090,10400,7696,10780,...}Expected demand kerapu PP ekor / mo Tkt permintaan kerapu PP per bulanFaktor biaya inventori kerapu PP %/mo 10Harga kerapu BD Rp/ekor 40000Harga kerapu PP Rp/ekor 60000Inventory kerapu PP ekor Tkt inventory kerapu PP diinginkanJumlah KJA PP induk Jumlah KJA PP diinginkanJumlah KJA PP diinginkan induk Tingkat produksi kerapu PP

diinginkan/produktivitas KJA PPKJA PP Rusak Induk/mo Jumlah KJA PP / lifetime KJA PPPadat tebar per KJA ekor/induk/2

moNORMAL (500,50)

Produktivitas per KJA PP Ekor/mo/induk 

Padat tebar per KJA PP * Survival Rate

Keuntungan pascapanen Rp / mo Pemasukan pascapanen – pengeluaranpascapanen

Pembelian kerapu BD Ekor/mo DELAYMTR(Jumah KJA*Produktivitas KJAPP, Waktu tunda)

Pengeluaran pascapanen Rp / mo Biaya inventory kerapu PP + Biayapemeliharaan kerapu PP

Penjualan kerapu PP ekor / mo Tkt permintaan kerapu PP per bulanPenyusutan PP Rp/mo 10896842Permintaan kerapu pascapanen Ekor/mo GRAPHSTEP(TIME,STARTTIME,1<<mo>>,’

Deman Ukan Ukuran Konsumsi),’Konversi Kgke Ekor’

Perubahan expected demandkerapu PP

ekor/mo (tkt permintaan kerapu PP / bulan – Expecteddemand kerapu / waktu untuk merubahekpektasi

Perubahan Jumlah KJA PP KJA/mo (jumlah KJA dibutuhkan- Jlh KJA)/waktu utk penambahan KJA PP + KJA PP Rusak.

Produktivitas per KJA PP ekor/mo/KJA Padat tebar per KJA PP* Survival RateKeuntungan Pascapanen Rp / mo Pemasukan pascapanen – pengeluaran

pascapanen.S i l t % NORMAL (80 8)

  65

5.2.2  Rancangbangun model penguatan struktur agroindustri kerapu budi

daya.

Model penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya dirancang

b b i l t t k d t (1) i l ik b b k it

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 94/265

bangun sebagai alat untuk dapat (1) mensimulasikan berapa besar kapasitas

produksi yang harus dikembangkan untuk industri pembenihan, pembesaran dan

penanganan pascapanen kerapu secara nasional dan (2) mensimulasikan seberapa

besar tingkat keuntungan yang diperoleh industri pembenihan, pembesaran dan

pascapanen kerapu pada kondisi lapangan. Pengetahuan tentang kapasitas

produksi secara agregat diperlukan untuk menghindarkan terjadinya suplai yangberlebih (excess supply) yang sering terjadi pada industri pertanian dalam arti

luas. Pengetahuan tentang pengaruh variabel produksi terhadap tingkat

keuntungan tersebut akan sangat berguna dalam merumuskan kebijakan yang

dapat mengatasi masalah ketimpangan pendapatan antar pelaku usaha yang

menghambat pengembangan agroindustri kerapu budi daya.

Faktor peubah utama yang menentukan perencanaan kapasitas produksi

perikanan kerapu maupun perencanaan distribusi keuntungan antar pelaku usaha

adalah volume permintaan konsumen dan perkembangan harga terutama di

pasaran Hong Kong yang merupakan tujuan utama pemasaran ikan kerapu hidup.

Semakin tinggi volume permintaan pasar maka makin besar industri yang bisa

dikembangkan. Demikian pula sebaliknya semakin kecil permintaan pasar,

semakin kecil pula produksi yang harus dihasilkan. Perubahan harga kerapu di

pasaran akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh.

Model penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya merupakan

gabungan dari ke tiga model yang telah disusun terdahulu yaitu model

peningkatan kinerja pembenihan, model peningkatan kinerja budi daya dan

model peningkatan kinerja pascapanen menjadi suatu kesatuan. Tujuanrancangbangun model ini adalah dapat mensimulasikan pengembangan kapasitas

produksi serta pemerataan distribusi keuntungan antar ketiga pelaku usaha dalam

agroindustri kerapu budi daya Elemen yang terhimpun pada model industri

  66

Model penguatan struktur industri dirancang bangun berdasarkan alur

pikir bahwa permintaan pasar di Hong Kong merupakan muara dari kegiatan

produksi perikanan kerapu yang terdiri atas pembenihan, pembesaran,

penanganan pascapanen dan juga kegiatan penangkapan di alam (fishing) Pasar

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 95/265

penanganan pascapanen dan juga kegiatan penangkapan di alam ( fishing). Pasar

Hong Kong tersebut merupakan salah satu dari beberapa tujuan pasar ikan kerapu

seperti Singapura, Taiwan, Jepang dan negara-negara lainnya. Permintaan ikan

kerapu di pasaran Hong Kong ini dapat dijadikan sebagai barometer fluktuasi

permintaan pasar ikan kerapu, sehingga produksi ikan kerapu melalui budi daya

perlu mengantisipasi fluktuasi tersebut dengan mengatur jadwal dan kapasitasproduksi sehingga menghindarkan terjadinya suplai yang berlebih (excess

supply).

Harmonisasi kegiatan produksi benih, pembesaran, maupun penanganan

pascapanen dengan fluktuasi pasar dilakukan dengan menyusun model yang

menggambarkan rangkaian kegiatan produksi yang saling terkait satu dengan

lain. Keterkaitan antar elemen tersebut digambarkan dalam diagram sebab-akibat

(causal loop diagram) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 17. Diagram

sebab-akibat tersebut terdiri atas tiga kegiatan (subsistem) utama, yaitu produksi

benih (hatchery), produksi kerapu pembesaran, dan kegiatan pascapanen. Pada

sisi paling kanan diagram tersebut terdapat variabel impor kerapu Hong Kong

sebagai variabel yang menentukan perilaku model secara keseluruhan.

Permintaan kerapu Hong Kong akan menentukan berapa besar permintaan kerapu

di subsistem pascapanen yang secara berantai selanjutnya menentukan berapa

besarnya penjualan kerapu pascapanen dan juga mempengaruhi ekspektasi

terhadap permintaan kerapu di masa yang akan datang.

Ekpektasi permintaan tersebut selanjutnya menentukan keinginan untuk 

memproduksi kerapu oleh pelaku pascapanen. Keinginan untuk memproduksi

kerapu pascapanen ini akan diterjemahkan ke jumlah karamba jaring apung

(KJA) yang harus disediakan. Jumlah karamba apung yang tersedia

dimultiplikasikan dengan produktivitas setiap KJA akan menentukan jumlah

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 96/265

  68

Hampir serupa dengan subsistem pascapanen, diagram sebab-akibat pada

subsistem pembesaran mempunyai perilaku yang sama, dimana permintaan ikan

kerapu hasil pembesaran menentukan berapa besarnya penjualan kerapu hasil

pembesaran dan juga mempengaruhi ekspektasi terhadap permintaan kerapu

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 97/265

pembesaran dan juga mempengaruhi ekspektasi terhadap permintaan kerapu

pembesaran di masa yang akan datang. Ekpektasi permintaan tersebut

selanjutnya menentukan keinginan untuk memproduksi kerapu oleh pelaku

pembesaran. Keinginan untuk memproduksi kerapu pembesaran ini akan

diterjemahkan ke jumlah KJA yang harus disediakan. 

Jumlah karamba apung yang tersedia dimultiplikasikan denganproduktivitas setiap KJA akan menentukan jumlah produksi yang dihasilkan

subsistem pembesaran. Basarnya produksi pada subsistem pembesaran selain

menentukan persediaan (inventory) kerapu juga akan mempengaruhi tingkat

permintaan pada subsistem pembenihan. Selanjutnya besarnya inventory akan

menentukan keinginan (desired ) produksi kerapu pembesaran yang secara

siklikal mempengaruhi variabel lainnya.

Pada subsistem pembenihan yang merupakan bagian hulu dari rangkaian

produksi, permintaan benih yang dipengaruhi oleh produksi pada subsistem

menentukan berapa besarnya penjualan benih dan juga mempengaruhi ekspektasi

terhadap permintaan benih di masa yang akan datang. Ekpektasi permintaan

tersebut selanjutnya menentukan keinginan untuk memproduksi benih oleh

pelaku pembenihan. Keinginan untuk memproduksi benih tersebut ini akan

diterjemahkan ke jumlah induk yang harus disediakan. Jumlah induk yang

tersedia dimultiplikasikan dengan produktivitas setiap induk akan menentukan

 jumlah produksi yang dihasilkan subsistem pembenihan. Basarnya produksi pada

subsistem pembenihan ini akan menentukan persediaan (inventory) benih.

Selanjutnya besarnya inventory benih bersama-sama dengan variabel expected 

demand benih akan menentukan keinginan (desired ) produksi benih yang secara

siklikal mempengaruhi variabel lainnya.

Hubungan antar elemen dalam model prediksi kapasitas produksi dan

  69

distribusi keuntungan antar subsistem. Untuk memudahkan proses penyusunan

model menggunakan Powersim Studio, maka hubungan antar elemen ini

dideskripsikan sebagai berikut:

K t P b ih I P b ih P l b ih

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 98/265

•  Keuntungan Pembenihan = Income Pembenihan – Pengeluaran pembenihan.

•  Income Pembenihan = Jumlah Penjualan Benih * Harga Benih.

•  Pengeluaran pembenihan = Biaya produksi benih + biaya pemeliharaan induk + biaya inventori benih.

•  Biaya produksi benih = Biaya produksi benih per ekor * JumlahProduksi Benih.

•  Biaya inventory = Biaya Inventory/ekor * Inventory Benih.

•  Jumlah induk (t+1) = Tkt produksi benih diinginkan(t+1) / Produktivitas induk.

•  Jumlah Produksi Benih = Jumlah Induk * Produktivitas induk.

•  Inventori benih kerapu = Jumlah produksi benih – jumlah penjualan benih. 

•  Tingkat inventori benih diinginkan (t+1) = ekpektasi permintaan benih(t) *Coverage inventori benih(t). 

•  Keuntungan Pembesaran = Income Pembesaran – Pengeluaran Pembesaran.

•  Income Pembesaran = Jumlah Penjualan Kerapu BD * Harga Kerapu BD.

•  Pengeluaran pembesaran = Biaya pemeliharaan KJA + Biaya ProduksiKerapu BD +Biaya Inventori kerapu BD.

•  Produksi kerapu BD = Jumlah KJA * Produktivitas / KJA.

•  Biaya produksi Kerapu BD = Biaya produksi BD per ekor * Jumlah ProduksiPembesaran.

•  Biaya inventori = Biaya Inventory/ekor * Inventory Pembesaran.

•  Jumlah Produksi Pembesaran = Jumlah KJA BD * Produktivitas KJA BD.

•  Inventori kerapu = Jumlah produksi kerapu – jumlah penjualan kerapu.

•  Tingkat inventori diinginkan = ekpektasi permintaan pembesaran * coveragekerapu pembesaran.

•  Keuntungan Pascapanen = Income Pascapanen – Pengeluaran Pascapanen.

•  Income Pascapanen = Jumlah Penjualan Kerapu PP * Harga Kerapu PP.

• Pengeluaran pascapanen= Biaya pemeliharaan KJA + Biaya Produksi Kerapu

  70

•  Jumlah Produksi Pascapanen = Jumlah KJA PP * Produktivitas KJA PP.

•  Inventori kerapu PP = Jumlah produksi kerapu PP – jumlah penjualan krp PP.

• Tingkat inventori diinginkan = ekpektasi permintaan pascapanen * coveragekerapu pascapanen.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 99/265

  Permintaan kerapu pascapanen = (permintaan kerapu Hong Kong * marketshare kerapu Indonesia ).

  Penjualan kerapu pascapanen = min (permintaan kerapu pascapanen, inventory kerapu pascapanen ).

   Expected demand kerapu pascapanen (t+1) = tingkat permintaan kerapu pascapanen t + (tingkat permintaan kerapu

pascapanen t * rate kenaikan).

   Desired produksi kerapu pascapanen(t+1) = Expected demand kerapu PP(t+1) + (Tkt inventori KrpPP diinginkan(t+1) –Inventori krp P_panen(t)) / Waktu utk perbaiki inventori Krp PP.

  Jumlah KJA PP = Tingkat produksi Krp PP diinginkan / Produktivitas KJAPascapanen.

  Permintaan kerapu pembesaran(t+1) = produksi kerapu PP(t+1) + (tingkatmortalitas * produksi kerapu PP(t+1) ).

  Penjualan kerapu pembesaran = min (permintaan kerapu pembesaran ,inventory kerapu pembesaran ).

   Expected demand kerapu pembesaran (t+1) = tkt permintaan krp pembesaran (t)

+ (tingkat permintaan kerapu pembesaran (t)

* rate kenaikan).

   Desired produksi kerapu pembesaran(t+1) = Expected demand kerapu BD(t+1) 

+('Tkt inventori Krp BD diinginkan(t+1) –Inventori krp BD(t+1)) /'Waktu utk perbaikiinventori Krp BD.

  Jumlah KJA BD = Tingkat produksi Krp BD diinginkan/Produktivitas KJAPembesaran.

  Permintaan benih kerapu(t+1) = produksi kerapu BD(t) + ( tingkat mortalitas* produksi kerapu BD(t)).

  Penjualan benih kerapu(t+1) = min (permintaan benih kerapu(t+1) , inventorybenih kerapu(t+1) ).

   Expected demand benih kerapu (t+1) = tingkat permintaan benih kerapu (t) +( i k i b ih k *

  71

  Diagram sebab-akibat dan deskripsi hubungan antar elemen pada model

penguatan struktur agroindustri kerapu budi daya ini selanjutnya diterjemahkan

ke dalam model komputer menggunakan pemrograman Powersim Studio. Model

ini selanjutnya dinamakan dengan Model Manajemen Agroindustri Kerapu,

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 100/265

disingkat dengan Model MAGRIPU. Struktur model pengelolaan agroindustri

kerapu budi daya yang merupakan struktur menyeluruh dari model yang dibuat

dapat dilihat pada Gambar 18. Model ini menggambarkan agroindustri kerapu

budi daya mulai dari pembenihan, pembesaran, agroindustri, dan pemasaran ikan

kerapu. Model ini dirancang untuk dapat mensimulasikan kapasitas produksioptimal pembenihan, pembesaran dan pascapanen proses serta optimasi distribusi

keuntungan yang diperoleh masing-masing pelaku usaha. Di samping itu, model

tersebut dapat juga digunakan untuk mengatahui rantai pasokan (supply chain)

dimana pelaku-pelakunya yang terdiri atas pemasok bahan baku, fasilitas

produksi, jasa distribusi dan pelanggan dihubungkan (linked ) satu dengan lainnya

melalui aliran material ke depan (  feed-forward flow) dan aliran informasi ke

belakang ( feedback flow).

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 101/265

  73

5.3  Pengujian Model

5.3.1  Verifikasi model

Verifikasi terhadap model komputer MAGRIPU dilakukan untuk 

meyakinkan bahwa program komputer dan implementasi dari model konseptual

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 102/265

adalah benar. Menurut Sargent (1998), jenis bahasa komputer yang digunakan

akan mempengaruhi diperolehnya program yang benar. Penggunaan bahasa

simulasi untuk tujuan khusus (special purpose) seperti halnya penggunaan

POWERSIM STUDIO untuk pemodelan sistem dinamik, akan menghasilkan

tingkat kesalahan yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaanbahasa simulasi yang ”general purpose”.

Verifikasi terhadap model komputer pertama-tama dilakukan dengan

menguji keabsahan tanda-tanda aljabar dan kepangkatan dilakukan dengan

mencermati persamaan-persamaan yang digunakan sebagaimana dapat dilihat

pada Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13. Persamaan-persamaan tersebut

merupakan bagian yang ditampilkan pada pemrograman Powersim Studio Versi

2005. Persamaan-persamaan yang digunakan dalam model ini sebagian besar

merupakan persamaan sederhana yang menggambarkan penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Proses verifikasi terhadap model komputer MAGRIPU secara otomatis

dilakukan oleh paket program Powersim Studio. Apabila terdapat hubungan

yang tidak logis maka program tersebut tidak dapat dijalankan (di”run”) dan

menunjukkan tanda tanda tertentu seperti ”?” pada variabel-variabel atau

hubungan antar variabel yang tidak logis. Hubungan yang tidak logis tersebut

terutama akan dapat terdeteksi apabila ”satuan ” yang digunakan pada variabel

yang dihubungkan satu dengan lain tidak sama (match). Apabila pada model

yang dirancang sudah tidak ditemukan lagi tanda-tanda yang mencerminkan

hubungan yang tidak logis maka model tersebut telah dianggap dapat

dioperasikan.

Proses verifikasi terhadap model komputer selain dilakukan sebelum

  74

pembesaran dan pascapanen kerapu, serta model untuk memprediksi kapasitas

produksi optimal dan distribusi keuntungan ke tiga subsistem tersebut dalam

sistem agroindustri kerapu budi daya.

5.3.2  Validasi model

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 103/265

Validasi model adalah proses menguji substansi model, yaitu sejauh mana

model komputer yang dibuat dalam lingkup aplikasinya memiliki kisaran akurasi

yang memuaskan, konsisten dengan tujuan dari penerapan model. Sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Sargent (1998), atribut yang digunakan dalam proses

validasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sistem yang digunakan dalam modeltersebut apakah dapat diobservasi (observable system) atau tidak dapat

diobservasi (non observable system). Sistem tersebut dapat diobservasi apabila

dimungkinkan untuk mengumpulkan data di dunia nyata tentang perilaku

operasional dari sistem yang dikaji.

Dalam kasus penelitian ini, tidak dimungkinkan untuk memperoleh data

lapangan mengenai pengaruh faktor produksi pembenihan, budi daya dan

pascapanen kerapu terhadap tingkat keuntungan masing-masing subsistem,

sehingga dikategorikan sebagai non observable system. Data lapangan yang

tersedia pada umumnya hanya meliputi hubungan antara dua variabel misalnya

antara jumlah pekan dengan pertumbuhan, tetapi pengaruh gabungan faktor-

faktor produksi misalnya pakan, penggunaan vaksin dan benih unggul terdapat

pertumbuhan ikan tidak dapat diperoleh. Untuk kasus non observable system 

seperti ini, maka proses validasi terhadap model dilakukan dengan mengeksplor

perilaku model atau membandingkannya dengan model lainnya. Eksplorasi

terhadap perilaku model pada prinsipnya adalah penggunaan model tersebut

dalam proses simulasi untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi

terhadap perilaku model. Proses simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini

pada kenyataannya dilakukan secara iteratif sekaligus menguji apakah keluaran

yang dihasilkan berupa grafik maupun angka-angka masih logis, misalnya tidak 

ada angka produksi atau inventory yang di bawah nol (negatif) Proses tersebut

  75

pembenihan, submodel peningkatan keuntungan industri budi daya dan submodel

peningkatan keuntungan industri pascapanen. Ketiga submodel ini dirangkaikan

menjadi satu kesatuan yang membentuk model penguatan struktur agroindustri

kerapu budi daya yang digunakan dalam analisis kapasitas produksi dan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 104/265

pemerataan distribusi keuntungan. Validasi terhadap model penguatan struktur

industri perikanan yang merupakan penggabungan dari submodel yang

membentuknya dengan demikian akan mencerminkan tingkat validitas bagian-

bagian yang membentuknya. Dalam proses validasi ini terlihat bahwa keluaran

yang ditunjukkan dalam proses simulasi menunjukkan perilaku yang sesuaidengan tujuan dari model.

5.3.3 Analisis sensitivitas

Analisa sensitivitas dilakukan untuk menentukan peubah keputusan mana

yang cukup penting ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah keputusan

yang ditelaah tingkat kepentingannya diutamakan pada peubah-peubah yang

bersifat teknis seperti tingkat mortalitas benih atau ikan yang dipelihara, tingkat

fekunditas induk, dan persentase jumlah induk memijah terhadap tingkat

keuntungan industri pembenihan. Analisis sensitivitas pada industri budi daya

menggunakan peubah tingkat mortalitas, padat penebaran dan lama budi daya

terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan analisis ini maka

faktor-faktor yang kurang penting dapat dihilangkan sehingga pemusatan studi

dapat lebih ditekankan pada peubah keputusan kunci serta menaikkan efisiensi

dari proses pengambilan keputusan.

Analisis sensitivitas terhadap peubah-peubah pada model pembenihan

dilakukan dengan menggunakan program powersim studio. Hasil analisis

menunjukkan bahwa semua peubah teknis seperti tingkat mortalitas, padat

penebaran dan persentase induk memijah sensitif terhadap tingkat keuntunganyang diperoleh. Untuk model pembesaran, peubah-peubah yang sensitif 

terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh adalah tingkat mortalitas

  76

5.3.4 Analisis stabilitas

Analisis stabilitas dilakukan untuk menguji sejauh mana model tersebut

bersifat stabil. Perilaku tidak stabil dapat terjadi apabila parameter diberi nilai

yang di luar batas tertentu sehingga mengakibatkan perilaku acak dan tidak 

i l id k li ik P dib i il i di

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 105/265

mempunyai pola yang tidak realistik. Parameter-parameter yang diberi nilai di

luar batas untuk analisa stabilitas antara lain adalah volume permintaan ikan

kerapu atau tingkat harga yang turun hingga level terendah, atau kelangkaan

pakan ikan dan lain-lain.

Analisis stabilitas dilakukan dengan menganti-ganti harga benih, berturut-turut sebesar Rp 6.000,-/ekor, menjadi Rp 8.000,- / ekor dan Rp 10.000,- per ekor

telah merubah tingkat pendapatan pembenihan masing-masing Rp

13.015.000.000,-, Rp 19.776.000.000,- dan Rp 26.505.000.000,- per tahun.

Perubahan harga benih tersebut berpengaruh juga terhadap pendapatan subsistem

pembesaran dan subsistem pascapanen, namun dengan kisaran yang jauh lebih

kecil dibanding pendapatan pembenihan. Hasil ini menunjukkan bahwa model

yang dirancang menunjukkan stabilitas.

5.4  Pengoperasian Model

Pengoperasian model komputer yang telah disusun dilakukan dengan

menggunakan program operasi POWERSIM STUDIO versi 2005. Model yang

dioperasikan terdiri atas 5 (lima) submodel, yaitu submodel peningkatan

keuntungan pembenihan, submodel peningkatan keuntungan pembesaran,

submodel peningkatan keuntungan pascapanen, submodel perencanaan kapasitas

produksi optimal, dan submodel pemerataan distribusi keuntungan. Dengan

menggunakan submodel tersebut maka dapat dilakukan simulasi untuk 

maksimalisasi maupun optimalisasi tujuan yang ingin dicapai.

Manual untuk pengoperasian model simulasi ke lima submodel tersebutdapat dilihat pada Lampiran 9. Dalam manual tersebut diberikan petunjuk dan

tuntunan untuk mengoperasikan program simulasi tersebut secara ”user friendly”.

  77

6 SIMULASI MODEL DINAMIS PENGELOLAANAGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA

Simulasi merupakan tahap dimana model MAGRIPU dioperasikan untuk 

mempelajari secara detail bagaimana perlakuan (kebijakan) terhadap peubah

tertentu dapat berpengaruh terhadap sistem Melalui simulasi kita dapat menarik

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 106/265

tertentu dapat berpengaruh terhadap sistem. Melalui simulasi kita dapat menarik 

kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem, melalui penelaahan

model dimana hubungan sebab-akibatnya seperti yang ada pada sistem yang

sebenarnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ruang lingkup penelitian ini,

maka simulasi dan penerapan model mencakup simulasi peningkatan keuntungan

industri, simulasi untuk prediksi kapasitas produksi, dan simulasi untuk 

pemerataan distribusi keuntungan antar subsistem produksi yang terlibat. Khusus

untuk peningkatan keuntungan industri, simulasi dilakukan terhadap masing-

masing subsistem pembenihan, subsistem pembesaran dan subsistem penanganan

pascapanen. Peningkatan keuntungan produksi tersebut dilakukan melalui

peningkatan efisiensi parameter produksi dan diukur dengan tingkat keuntungan

( profit ) yang diperoleh. Untuk memperoleh tingkat ketelitian yang tinggi, makadilakukan analisis Monte Carlo untuk mengetahui tipe distribusi sebaran data

yang digunakan sebagai variabel dalam simulasi. Analisis tipe distribusi

dilakukan meggunakan program Stat Fit.

6.1 Simulasi Peningkatan Keuntungan Agroindustri Kerapu Budi daya

6.1.1 Simulasi peningkatan keuntungan pembenihan melalui perbaikan

fekunditas, persentase memijah dan sintasan benih.

Pembenihan merupakan usaha memproduksi benih ikan dengan cara

mengawinkan induk-induk ikan dewasa, menetaskan telur, memelihara larva

hingga ukuran tertentu yang siap ditebarkan di KJA untuk dibesarkan dalam

proses pembesaran. Keberhasilan dalam kegiatan produksi pembenihan kerapu

diukur dari berapa banyak benih yang dihasilkan dari sejumlah induk yang

dimiliki. Jumlah benih yang dihasilkan selain ditentukan oleh banyaknya induk yang tersedia, juga sangat ditentukan oleh persentase induk yang memijah per

periode tertentu, fekunditas (jumlah butir telur dilepas per induk), persentase telur

yang dibuahi dan menetas dan tingkat kematian (mortalitas) larva selama masa

  78

memiliki fekunditas tinggi, daya tetas telur yang tinggi, dan menghasilkan benih

yang sehat dan bertahan hidup. Pengalaman di beberapa pembenihan

menunjukkan bahwa perlakuan terhadap induk seperti pemberian ikan cumi dan

vitamin dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas telur. Faktor lain adalah

sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti kondisi dan jumlah bak

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 107/265

sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti kondisi dan jumlah bak,

penyediaan air, aerasi, pencahayaan, dan fasilitas penyediaan atau produksi pakan

alami (plankton) untuk larva. Namun upaya perbaikan proses produksi tersebut

membawa konsekwensi biaya, sehingga penerapan teknologi belum tentu

memberikan keuntungan yang maksimal bagi pelaku usaha. Dalam kondisiseperti ini diperlukan simulasi untuk memperoleh perlakuan yang paling optimal

sehingga memberikan keuntungan yang paling tinggi.

Berdasarkan informasi dari pelaku pembenihan (Setiadharma et al. 2001)

diperoleh keterangan bahwa dari pengamatan terhadap 20 ekor betina dan 8

 jantan kerapu macan hanya 4 hingga 6 ekor atau sekitar 20% hingga 30% induk 

yang memijah dari populasi induk yang tersedia. Masa pemijahan berlangsung

seama 3 hingga 5 hari pada sebelum dan setelah bulan gelap. Dalam satu tahun

biasanya pada bulan Juli hingga September tidak memijah. Setiap masa

pemijahan tersebut rata-rata dihasilkan 9.264.000 butir telur, dibuahi 6.494.000

butir dan daya tetas sebesar 71% atau menetas sebanyak 4.610.740 butir per

bulan.

Umur induk dan perlakuan terhadap induk selama proses pemeliharaan

menentukan tingkat kesuburan atau keberhasilan induk menghasilkan telur. Pada

awal kematangan gonad (induk muda), yaitu pada saat induk kerapu macan

berukuran 1-3 kg, fekunditas (jumlah telur yang dihasilkan) berkisar 300.000 –

700.000 butir (Hassa dan Carlos, yang diacu dalam Setiadharma et al. 2001),

namun pada puncak masa kesuburan 3,5 – 8,0 kg fekunditas mencapai 1.500.000hinga 2.500.000 butir. Perlakuan yang menentukan kesuburan induk antara lain

adalah pemberian pakan berupa ikan segar sebanyak 2-3 % dari biomass per hari

  79

yang dibuahi akan mengapung dan yang tidak dibuahi akan mengendap. Telur-

telur yang mengapung tersebut kemudian dikumpulkan dan ditempatkan dalam

akuarium bervolume 200 liter untuk dibersihkan dan dipilah. Selanjutnya telur

dipindahkan ke tangki pemeliharaan larva dengan kepadatan 5 – 10 butir per liter

air dan telur akan menetas setelah 18 hingga 20 jam Larva akan dipelihara di

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 108/265

air, dan telur akan menetas setelah 18 hingga 20 jam. Larva akan dipelihara di

bak larva selama 40-45 hari dan diberi makan berupa plankton ( Brachionus sp.,

 Nannochloropsis sp., Rotifer , bahan pengkaya komersial, pakan buatan, dan larva

  Artemia sp. Selama masa pemeliharaan dilakukan penyiponan (pembuangan

kotoran dasar) setiap 2 hari mulai hari ke 15, dan pengantian air mulai 20%

hingga 80% per hari.

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor teknis yang menentukan

keberhasilan industri pembenihan, terutama dalam menghasilkan benih dalam

kuantitas dan kualitas yang tinggi, maka dalam simulasi peningkatan keuntungan

industri pembenihan ini digunakan peubah (1) fekunditas induk , (2) tingkat

sintasan benih, dan (3) persentase jumlah induk memijah, sebagai faktor yangmenentukan tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan. Ketiga peubah ini

dinilai sebagai peubah antara (intervening variable) dari faktor perbaikan kualitas

induk yang sulit dikuantifikasi dalam bentuk angka. Simulasi ini dilaksanakan

dengan mengambil kasus pembenihan dengan kapasitas yang banyak ditemukan

di lapangan yaitu dengan jumlah stok induk sebanyak 6 ekor, atau sekitar

250.000 ekor benih per tahun.

Pengaruh peningkatan fekunditas induk terhadap keuntungan pembenihan.

Fekunditas adalah jumlah telur yang dikandung oleh induk ikan yang

  jumlahnya sangat tergantung pada kondisi umur dan perlakuan terhadap induk.

Tingkat fekunditas ini berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan dan

tingkat keuntungan yang diperoleh. Simulasi dilakukan untuk mengetahuipengaruh tingkat fekunditas terhadap keuntungan yang diperoleh pembenihan,

sedangkan peubah lain yaitu tingkat sintasan dan persentase jumlah induk 

  80

Asumsi:- Persentase induk memijah : Nilai Harapan : 20 %

Standar Deviasi : 2 %- Survival rete benih : Nilai Harapan : 16 %

Standar deviasi : 1,6 %Hasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :- Pada Fekunditas 2 juta ekor / induk : Rata-rata : 12 620 536 905 -

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 109/265

Pada Fekunditas 2 juta ekor / induk : Rata rata : 12.620.536.905,Standar deviasi : 1.405.661.015,-

- Pada Fekunditas 1,5 juta ekor/ induk: Rata-rata : 10.197.473.434,-Standar deviasi : 1.578.893.507,-

- Pada Fekunditas 1 juta ekor/induk : Rata-rata : 6.989.270.568,-Standar deviasi : 1.212.651.377,-

Hasil simulasi tersebut di atas digambarkan dalam bentuk grafik 

sebagamana dapat dilihat pada Gambar 19. Grafik pada tersebut menunjukkan

tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada tingkat fekunditas 1 juta,

1,5 juta dan 2 juta telur per ekor induk. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa

semakin tinggi tingkat fekunditas maka semakin tinggi pula keuntungan yang

diperoleh.

05 06 07 08

0

5,000,000,000

10,000,000,000

Rp

Total Profit Pembenihan FK 1 jt (Average)

Total Profit Pembenihan FK 1-5 jt (Average)

Total Profit Pembenihan FK 2 jt (Average)

 

Gambar 19 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagai

tingkat fekunditas induk (FK).

Hasil simulasi tentang pengaruh tingkat fekunditas terhadap keuntungan

pembenihan dalam bentuk angka dapat dilihat pada Tabel 14. Angka tersebut

menunjukkan keuntungan kumulatif yang diperoleh pembenihan dalam kurun

Waktu (tahun)

  81

Tabel 14 Tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan (Rupiah) padaberbagai tingkat fekunditas induk (FK)

Waktu

Total

KeuntunganBenih Fk 1Jt 

Total

KeuntunganBenih Fk 1,5 Jt 

Total

KeuntunganBenih Fk 2Jt

1 Januari 2004 - - -

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 110/265

1 Januari 2004

1 Januari 2005 210.682.575

(88.969.147)

- 36.488.066

(130.668.106)

- 283.374.572

(170.814.473)

1 Januari 2006 2.283.024.026

(272.813.471)

2.037.291.163

(380.173.450)

1,281.556.359

(539.198.425)

1 Januari 2007 3.915.312.489

(647.368.397)

5.137.714.077

(526.873.013)

4.430.603.697

(919.672.546)

1 januari 2008 5.454.397.384

(936.027.630)

7.836.092.337

(1.088.888.690)

8.617.925.660

(929.840.406)

1 Januari 2009 6.989.270.568

(1.212.651.377)

10.197.437.434

(1.578.893.507)

12.620.536.904

(1.405.661.015)

Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Selain simulasi pengaruh fekunditas induk terhadap tingkat keuntungan,

  juga dilakukan simulasi pengaruh peningkatan fekunditas terhadap tingkat

produksi bulanan pembenihan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh informasi

bahwa peningkatan fekunditas dari 1 juta ekor per induk menjadi 2 juta ekor per

induk dapat meningkatkan produksi dari 31.970 ekor / bulan menjadi 63.990

ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 100,15% (Tabel 15).

Tabel 15 Tingkat produksi bulanan pembenihan pada berbagai tingkat fekunditasinduk (FK)

Waktu Produksi benih/ 

bln Fk 1 Jt

Produksi benih/ 

bln Fk 1,5 Jt 

Produksi benih/ 

bln Fk 2 Jt 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 31.970 (5.378) 47.984 (8.297) 63.990 (11.045)

1 januari 2006 31.970 (5.378) 47.984 (8.297) 63.990 (11.045)

1 Januari 2007 31.970 (5.378) 47.984 (8.297) 63.990 (11.045)1 januari 2008 31.970 (5.378) 47.984 (8.297) 63.990 (11.045)

1 Januari 2009 31.970 (5.378) 47.984 (8.297) 63.990 (11.045)K t ( ) St d d i i

  82

11% hingga 21%. Semakin tinggi tingkat sintasan, maka semakin banyak benih

yang dihasilkan sehingga semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Pengaruh

tingkat sintasan terhadap keuntungan pembenihan disimulasikan dalam penelitian

ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat sintasan maka

semakin tingi pula keuntungan yang dihasilkan. Kisaran tingkat sintasan yang

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 111/265

digunakan dalam simulasi ini adalah 11%, 16% dan 21%, sedangkan peubah lain

yaitu tingkat fekunditas dan persentase induk memijah dianggap menyebar

menurut kurva distribusi normal dengan nilai rata-rata masing-masing 1,5 juta

dan 20% (Lampiran 11). Simulasi ini digunakan untuk memprediksi tingkat

keuntungan yang diperoleh oleh pembenihan. Hasil simulasi dengan

menggunakan model peningkatan profitabilitas pembenihan sebagai berikut:

Asumsi:- Persentase induk memijah : Nilai Harapan : 20 %

Standar Deviasi : 2 %- Fekunditas induk : Nilai Harapan : 1.500.000 ekor/induk 

Standar deviasi : 150.000 ekor/induk 

Hasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :- Pada Survival rate 11 % : Rata-rata : 7.199.629.847,-

Standar deviasi : 1.244.528.541,-- Pada Survival rate 16% : Rata-rata : 10.197.473.434,-

Standar deviasi : 1.578.893.507,-- Pada Survival rate 21% : Rata-rata : 12.530.281.817,-

Standar deviasi : 1.443.399.944,-

Hasil simulasi tersebut di atas digambarkan dalam bentuk grafik sebagamana dapat dilihat pada Gambar 20. Grafik pada tersebut menunjukkan

tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada tingkat sintasan benih

sebesar 11%, 16% dan 21%. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin

tinggi tingkat sintasan maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh.

10,000,000,000

Rp

Total Profit Pembenihan SR 11% (Average)

Total Profit Pembenihan SR 16% (Average)

  83

Tabel 16 Tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagai tingkatsintasan benih (SR)

Waktu TotalKeuntungan

Benih -SR 11%

TotalKeuntungan

Benih -SR 16% 

TotalKeuntungan

Benih -SR 21% 

1 Januari 2004 - - -

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 112/265

1 Januari 2005 195.223.238

(91.798.655)

-36.488.066

(130.668.106)

-267.914.928

(168.145.497)

1 januari 2006 2.314.348.031

(259.626.417)

2.037.291.163

(380.173.450)

1.330.356.766

(530.773.450)

1 Januari 2007 4.027.447.248

(657.204.338)

5.137.714.077

(526.873.013)

4.507.743.853

(889.664.291)

1 januari 2008 5.616.735.626

(959.277.007)

7.836.092.337

(1.088.888.690)

8.645.366.898

(892.528.503)

1 Januari 2009 7.199.629.847

(1.244.528.541)

10.197.473.434

(1.578.893.507)

12.530.281.817

(1.443.399.944)Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Selain simulasi pengaruh sintasan terhadap tingkat keuntungan, jugadilakukan simulasi pengaruh peningkatan sintasan terhadap tingkat produksi

bulanan pembenihan. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh informasi bahwa

peningkatan sintasan dari 11% menjadi 21% sebagaimana yang terjadi di

lapangan dapat meningkatkan produksi benih dari 32.969 ekor / bulan menjadi

62.991 ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 91,06%. Hasil analisis tersebut

dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Tingkat produksi bulanan pembenihan pada berbagai tingkat sintasanbenih (SR)

Waktu Produksi benih/ bln SR 11%

Produksi benih/ bln SR 16% 

Produksi benih/ bln SR 21% 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 32.969 (5.546) 47.984 (8.297) 62.991 (10.872)1 januari 2006 32.969 (5.546) 47.984 (8.297) 62.991 (10.872)

1 Januari 2007 32.969 (5.546) 47.984 (8.297) 62.991 (10.872)

1 januari 2008 32.969 (5.546) 47.984 (8.297) 62.991 (10.872)

  84

Pengaruh peningkatan persentase induk memijah terhadap keuntungan

pembenihan.

Tidak semua induk yang dimiliki oleh pembenihan memijah (melepaskan

telur) setiap musim pemijahan. Berdasarkan pengalaman jumlah induk yang

memijah dari populasi induk yang tersedia hanya sekitar 10% hingga 30% yang

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 113/265

memijah. Hal ini sangat tergantung dari komposisi umur induk dan kondisi

lingkungan (temperatur dan kekeruhan air). Semakin tinggi persentase induk 

yang memijah, semakin banyak larva yang dihasilkan dan pada akhirnya akan

berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh pembenihan.

Pengaruh persentase induk memijah terhadap keuntungan pembenihan

disimulasikan dalam penelitian ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin

tinggi persentase induk memijah maka semakin tinggi pula keuntungan yang

dihasilkan. Kisaran persentase induk memijah yang digunakan dalam simulasi

ini adalah 10%, 20% dan 30%, sedangkan peubah lain diasumsikan menyebar

menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah (rata-rata) untuk fekunditasinduk dan tingkat sintasan masing-masing sebesar 1,5 juta dan 16%. Hasil

simulasi dengan menggunakan model peningkatan profitabilitas dapat dilihat

pada Lampiran 12 dengan hasil sebagai berikut:

Asumsi:- Survival rate benih : Nilai Harapan : 16 %

Standar Deviasi : 1,6 %

- Fekunditas induk : Nilai Harapan : 1.500.000 ekor/induk Standar deviasi : 150.000 ekor/induk 

Hasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :- Pada persentase induk memijah 10%: Rata-rata : 5.276.946.878,-

Standar deviasi : 934.750.143,-- Pada persentase induk memijah 20%: Rata-rata : 10.197.473.434,-

Standar deviasi : 1.578.893.507,-- Pada persentase induk memijah 30%: Rata-rata : 12.919.109.850,-

Standar deviasi : 1.298.033.494,-

Hasil simulasi tersebut di atas digambarkan dalam bentuk grafik 

sebagamana dapat dilihat pada Gambar 21. Grafik pada tersebut menunjukkan

  85

5,000,000,000

10,000,000,000

Rp

Total Profit Pem benihan Mijah 10%

Total Profit Pem benihan Mijah 20%

Total Profit Pem benihan Mijah 30%

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 114/265

05 06 07 08

0

 

Gambar 21 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagaitingkat persentase induk memijah.

Berdasarkan informasi tersebut di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi

persentase induk yang memijah maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang

diperoleh. Pengaruh peningkatan persentase induk memijah terhadap tingkat

keuntungan tersebut apabila diukur dalam nilai rupiah adalah sebesar Rp

382.108.150,- untuk setiap 1 % peningkatan persentase induk memijah.Tabel 18 Tingkat keuntungan yang diperoleh pembenihan pada berbagai

tingkat persentase induk memijah

Waktu

TotalKeuntungan

Benih Memijah10%

TotalKeuntungan

Benih Memijah20% 

TotalKeuntungan

Benih Memijah30% 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 333.650.245

(65.279.400)

-36.488.066

(130.668.106)

-407.051.725

(192.166.282)

1 Januari 2006 1.821.772.841

(303.648.745)

2.037.291.163

(380.173.450)

891.153.106

(606.598.228)

1 Januari 2007 2.975.537.103

(519.711.489)

5.137.714.077

(526.873.013)

3.754.120.975

(1.107.981.977)1 januari 2008 4.126.241.990

(727.227.393)

7.836.092.337

(1.088.888.690)

8.110.422.964

(1.374.015.006)

1 Januari 2009 5 276 946 878 10 197 437 434 12 919 109 850

Waktu (tahun)

  86

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh informasi bahwa peningkatan persentase

induk memijah dari 10% menjadi 30 % sebagaimana kisaran yang terjadi di

lapangan dapat meningkatkan produksi benih dari 38.103 ekor / bulan menjadi

76.433 ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 100,59%. Hasil analisis tersebut

dapat dilihat pada Tabel 19.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 115/265

Tabel 19 Tingkat produksi bulanan pembenihan pada berbagai tingkatpersentase induk memijah.

Waktu Produksi benih/ bln Memijah

10%

Produksi benih/ bln Memijah

20% 

Produksi benih/ bln Memijah

30% 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 23.977 (4.033) 47.984 (8.297) 71.989 (12.425)

1 januari 2006 23.977 (4.033) 47.984 (8.297) 71.989 (12.425)

1 Januari 2007 23.977 (4.033) 47.984 (8.297) 71.989 (12.425)

1 januari 2008 23.977 (4.033) 47.984 (8.297) 71.989 (12.425)

1 Januari 2009 23.977 (4.033) 47.984 (8.297) 71.989 (12.425)Keterangan: (...) = Standar deviasi.

6.1.2 Simulasi peningkatan keuntungan pembenihan melalui optimalisasi jumlah induk digunakan.

Dalam simulasi peningkatan efisiensi produksi pembenihan dilakukan

optimalisasi penggunaan input produksi yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Input produksi yang dioptimalkan adalah penggunaan jumlah induk yang sesuai

dengan kebutuhan, karena berlebihnya jumlah induk akan menambah beban

biaya pemeliharaan induk yang cukup mahal. Sebaliknya kekurangan induk akan

mengakibatkan tidak tercapainya target produksi yang ditetapkan. Proses

simulasi yang mengoptimalkan jumlah induk dilaksanakan dengan menggunakan

model peningkatan efisiensi produksi pembenihan.

Jumlah optimal induk pada berbagai tingkat sintasanSimulasi dalam rangka mengoptimalkan jumlah induk untuk memperoleh

keuntungan maksimal dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

  87

untuk mencapai keuntungan yang sama pada 3 tingkat sintasan yang berbeda.

Hasil simulasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 22, sedangkan

hasil dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 20.

30

induk

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 116/265

05 06 07 080

5

10

15

20

25

Jlh induk 11% SR (Average)

Jlh induk 16% SR (Average)

Jlh induk 21% SR (Average)

 

Gambar 22 Grafik jumlah induk yang harus disediakan pada berbagai tingkatsurvival benih untuk maksimalisasi profit pembenihan.

Semakin tinggi angka sintasan maka semakin sedikit jumlah induk yang

duperlukan untuk memproduksi jumlah benih yang sama. Pada tingkat sintasan

11 %, jumlah induk ikan kerapu macan yang harus tersedia untuk memenuhi

pasaran Hong Kong pada akhir tahun 2008 adalah 29 ekor. Apabila tingkat

sintasan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kualitas induk, penggunaan

pakan, obat-obatan dan kualitas air, misalnya menjadi 16%, maka jumlah induk 

yang dibutuhkan menjadi 20 ekor. Apabila tingat sintasan menjadi 21% maka

 jumlah induk yang dibutuhkan menjadi sekitar 15 ekor.

Tabel 20 Jumlah induk yang harus disediakan pada berbagai tingkat survival(SR) benih untuk maksimalisasi profit pembenihan

Waktu Jumlah Induk

pada SR 11%

Jumlah Induk

pada SR 16%

Jumlah Induk

pada SR 21%1 Januari 2004 - - -1 Januari 2005 4,56 (0,84) 3,13 (0,54) 2,39 (0,41)1 januari 2006 16,86 (3,09) 11,58 (2,01) 8,82 (1,52)

Tahun

  88

Jumlah optimal induk pada berbagai tingkat persentase induk memijah

Simulasi dalam rangka mengoptimalkan jumlah induk untuk memperoleh

keuntungan maksimal dilakukan juga dengan menggunakan beberapa

kemungkinan persentase jumlah induk memijah, yaitu 20%, 30%, dan 40%.

Tidak semua induk yang dipelihara dalam bak induk memijah setiap periode

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 117/265

pemijahan. Hal ini tergantung dari umur induk, kondisi kesehatan, pengaruh

lingkungan, dan faktor lainnya. Dalam simulasi ini, variabel teknis lainnya

seperti fekunditas telur dan tingkat sintasan diasumsikan menyebar menurut

kurva distribusi normal dengan nilai tengah masing-masing sebesar 1.500.000butir dan 11%. Berdasarkan hasil simulasi maka diperoleh jumlah induk yang

harus disediakan untuk mencapai keuntungan yang sama pada 3 tingkat

persentase jumlah induk memijah yang berbeda. Hasil simulasi dalam bentuk 

grafik dapat dilihat pada Gambar 23, sedangkan hasil dalam bentuk tabel dapat

dilihat pada Tabel 21.

05 06 07 08

0

10

20

30

40

induk

Jlh induk 10% mijah (Average)

Jlh induk 20% mijah (Average)

Jlh induk 30% mijah (Average)

 Gambar 23 Grafik jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi

profit pembenihan pada berbagai persentase jumlah induk memijah.

Tabel 21 Jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembenihan pada berbagai persentase jumlah induk memijah

Waktu Jumlah Induk

pada 10% mijah

Jumlah Induk

pada 20% mijah

Jumlah Induk

pada 30% mijah1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 6,27 (1,15) 3,13 (0,54) 2,09 (0,36)

Waktu (tahun)

  89

Dari simulasi terhadap persentase jumlah induk memijah di atas diperoleh

hasil bahwa apabila persentase jumlah induk yang memijah setiap periode hanya

10% dari populasi induk, maka jumlah induk yang harus disediakan untuk 

memenuhi permintaan pasar ikan konsumsi Hong Kong adalah sebanyak 40 ekor.

Apabila persentase jumlah induk memijah dapat ditingkatkan dengan

k ti l i h l t i l i li k j di 20%

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 118/265

menggunakan stimulasi hormonal atau manipulasi lingkungan menjadi 20%,

maka jumlah induk yang disediakan cukup 20 ekor. Apabila persentase jumlah

induk memijah dapat ditingkatkan menjadi 30%, maka jumlah induk yang perlu

disediakan oleh pembenihan lebih sedikit lagi yaitu 13 ekor.

Jumlah optimal induk pada berbagai tingkat fekunditas

Variabel lain yang digunakan dalam simulasi jumlah induk yang harus

disediakan oleh pembenihan agar dapat memenuhi kebutuhan ikan konsumsi

adalah tingkat fekunditas induk, yaitu jumlah telur yang dikandung oleh induk 

yang jumlahnya sangat tergantung pada umur induk, kondisi kesehatan induk,

dan pemberian pakan tertentu. Tiga kemungkinan tingkat fekunditas induk yang

digunakan dalam simulasi ini adalah 1,0 juta, 1,5 juta dan 2,0 juta butir telur.

Dalam simulasi ini, variabel teknis lainnya seperti persentase induk memijah dan

tingkat sintasan diasumsikan menyebar menurut kurva distribusi normal dengan

nilai tengah masung-masing sebesar 20% dan 11%. Berdasarkan hasil simulasi

maka diperoleh angka jumlah induk yang harus disediakan untuk mencapai

keuntungan yang sama pada 3 tingkat fekunditas induk tersebut di atas. Hasil

simulasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 24, sedangkan hasil

dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 22.

20

30

induk

Jlh induk FK 1jt (Average )

Jlh induk FK 2jt (Average )

Jlh induk FK1-5jt (Average)

  90

Tabel 22 Jumlah induk yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembenihan pada berbagai tingkat fekunditas induk 

Waktu Jumlah Indukpada FK 1 Jt

Jumlah Indukpada FK 1,5 Jt

Jumlah Indukpada FK 2 Jt

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 4,70 (0,86) 2,35 (0,40) 3,13 (0,54)

1 januari 2006 17 39 (3 19) 8 68 (1 49) 11 58 (2 01)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 119/265

1 januari 2006 17,39 (3,19) 8,68 (1,49) 11,58 (2,01)

1 Januari 2007 18,92 (3,47) 9,44 (1,62) 12,60 (2,19)

1 januari 2008 23,49 (4,30) 11,73 (2,02) 15,64 (2,72)

1 Januari 2009 30,34 (5,56) 15,14 (2,60) 20,21 (3,51)Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Dari simulasi terhadap tingkat fekunditas induk di atas diperoleh hasil

bahwa apabila fekunditas induk hanya 1 juta butir, maka jumlah induk yang harus

disediakan untuk memenuhi permintaan pasar ikan konsumsi Hong Kong adalah

sebanyak 30 ekor. Apabila tingkat fekunditas adalah 1,5 juta butir maka jumlah

induk diperlukan sebanyak 15 ekor, dan bila tingkat fekunditas sebesar 2 juta

maka jumlah induk yang diperlukan adalah 20 ekor. Sebagaimana dijelaskanterdahulu yaitu tingkat fekunditas ikan kerapu macan dapat berkisar antara

500.000 butir hingga mencapai 2,5 juta butir tergantung fase pertumbuhan induk  

6.1.3 Simulasi peningkatan keuntungan pembesaran melalui perbaikan

padat penebaran, sintasan, dan lama pemeliharaan

Pembesaran merupakan usaha memproduksi ikan ukuran konsumsi

dengan cara membeli benih dari hatchery dan memeliharanya dalam KJA hingga

ukuran konsumsi (0,5 kg per ekor). Lama pemeliharaan berkisar antara 4-6 bulan

tergantung kondisi benih dan penanganan selama pembesaran. Keberhasilan

dalam kegiatan produksi pembesaran kerapu sangat ditentukan oleh ketersediaan

benih yang di sehat, penanganan proses pembesaran dan pemberian pakan yang

menjamin pertumbuhan dan sintasan (survival rate) yang tinggi. Indikatorkeberhasilan pembesaran adalah tingginya angka sintasan dan bobot ikan yang

dicapai dalam batas waktu tertentu. Namun upaya perbaikan proses produksi

  91

digunakan dalam simulasi ini adalah padat penebaran, tingkat sintasan ikan, dan

lama proses pembesaran. Ketiga peubah ini merupakan cerminan dari perbaikan

teknologi dalam industri pembesaran kerapu terutama dalam hal penggunaan

pakan buatan dan penerapan praktek pembesaran yang baik (good aquaculture

 practices).

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 120/265

Pengaruh peningkatan padat penebaran terhadap keuntungan pembesaran 

Simulasi jumlah keuntungan pembesaran antara lain dilakukan dengan

mengubah variabel padat penebaran per KJA, sedangkan faktor lain dianggap

tetap. Dalam simulasi ini variabel padat penebaran ditetapkan sebesar 400

ekor/KJA, 500 ekor/KJA dan 600 ekor/KJA. Variabel lainnya seperti sintasan

dan lama pembesaran diasumsikan menyebar menurut kurva distribusi normal

dengan nilai tengah masing-masing 80% dan 5 bulan sesuai dengan kondisi nyata

di lapangan. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada lampiran 13 dengan hasil

sebagai berikut:

Asumsi:

- Survival rate kerapu : Nilai Harapan : 80 %

Standar Deviasi : 8 %

- Lama pembesaran : Nilai Harapan : 5 bulan

Standar deviasi : 0,5 bulan

Hasil simulasi tingkat keuntungan pembesaran :

- Pada padat tebar 400 ekor/KJA : Rata-rata : 2.968.793.055,-

Standar deviasi : 400.280.091,-

- Pada padat tebar 500 ekor/KJA : Rata-rata : 3.670.500.012,-

Standar deviasi : 502.911.427,-

- Pada padat tebar 600 ekor / KJA : Rata-rata : 4.370.761.718,-

Standar deviasi : 594.568.690,-

Hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 25 dan Tabel 23,

  92

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

4,000,000,000

Rp

Total Profit Pembe saran PDT 400 (Average)

Total Profit Pembe saran PDT 500 (Average)

Total Profit Pembe saran PDT 600 (Average)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 121/265

05 06 07 080

1,000,000,000

 

Gambar 25 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah padat penebaranpada tiga tingkatan berbeda.

Tabel 23 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaran pada berbagaitingkat padat penebaran pembesaran

Waktu TotalKeuntungan BD

PDT 400/KJA 

TotalKeuntungan BD

PDT 500/KJA 

TotalKeuntungan BD

PDT 600/KJA1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 560.544.495(49.920.618)

648.019.955(62.666.624)

735.240.874(74.023.099)

1 Januari 2006 1.162.606.635(137.510.484)

1.403.639.969(172.727.821)

1.644.121.085(204.159.491)

1 Januari 2007 1.764.668.775(225.100.353)

2.159.259.984(282.789.022)

2.553.001.296(334.295.890)

1 Januari 2008 2.366.730.915(312.690.222)

2.914.879.998(392.850.224)

3.461.881.507(464.432.290)

1 Januari 2009 2.968.793.055(400.280.091)

3.670.500.012(502.911.427)

4.370.761.718(594.568.690)

Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh peubah

padat penebaran terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh oleh usaha

pembesaran pada akhir tahun 2008 adalah sebesar Rp 700.984.000,- untuk setiap

kenaikan padat penebaran sebesar 100 ekor per KJA.

S l i h d t b t h d ti k t k t dil k k

Waktu (tahun)

  93

menjadi 3.839 ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 50,08%. Hasil analisis

tersebut dapat dilihat pada Tabel 24

Tabel 24 Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat padat

penebaran benih /KJA

Waktu Produksi benih/ bln PDT 400

Produksi benih/ bln PDT 500 

Produksi benih/ bln PDT 600 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 122/265

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 2.558 (349) 3.200 (456) 3.839 (537)

1 Januari 2006 2.558 (349) 3.200 (456) 3.839 (537)

1 Januari 2007 2.558 (349) 3.200 (456) 3.839 (537)

1 Januari 2008 2.558 (349) 3.200 (456) 3.839 (537)

1 Januari 2009 2.558 (349) 3.200 (456) 3.839 (537)Keterangan: (...) = Standar deviasi. 

Pengaruh peningkatan sintasan (  survival rate) terhadap keuntunganpembesaran

Simulasi tingkat keuntungan pembesaran berdasarkan kondisi tingkatsintasan ikan yang berbeda yaitu 70%, 80%, dan 90% dilakukan dalam penelitian

ini. Sementara itu variabel lainnya yaitu padat penebaran dan lama pembesaran

dianggap menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah masing-

masing 500 ekor dan 5 bulan. Tingkat sintasan yang tinggi dicapai apabila

pembudidaya mengunakan teknologi pembesaran yang baik, misalnya dengan

menggunakan pakan buatan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit yang

menyerang ikan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14 dengan

hasil sebagai berikut:

Asumsi:- Lama pembesaran : Nilai Harapan : 5 bulan

Standar Deviasi : 0,5 bulan- Padat penebaran : Nilai Harapan : 500 ekor/KJA

Standar deviasi : 50 ekor/KJAHasil simulasi tingkat keuntungan pembesaran :- Pada tingkat sintasan 70% : Rata-rata : 3.231.870.341,-

Standar deviasi : 437.787.083,-

  94

tingkat keuntungan yang diperoleh pembesaran pada tingkat sintasan (SR)

pembesaran yang berbeda yaitu 70%, 80%, dan 90%. Dari grafik di atas dapat

dilihat bahwa semakin tinggi tingkat sintasan pembesaran, maka semakin tinggi

pula keuntungan yang diperoleh.

4,000,000,000

Rp

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 123/265

05 06 07 080

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

, , ,

Total Profit Budidaya SR 70% (Average )

Total Profit Budidaya SR 80% (Average )

Total Profit Budidaya SR 90% (Average )

 

Gambar 26 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasar-kan hasil simulasi menggunakan peubah tingkat sintasanpada tiga tingkatan berbeda.

Tabel 25 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaran pada berbagaitingkat sintasan pembesaran

Waktu TotalKeuntungan BD

SR 70% 

TotalKeuntungan BD

SR 80% 

TotalKeuntungan BD

SR 90%

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 593.348.478(43.506.465)

648.019.955(49.838.589)

702.549.343(55.970.484)

1 januari 2006 1.252.978.944(119.865.863)

1.403.639.970(137.363.522)

1.553.949.426(154.326.238)

1 Januari 2007 1.912.609.410(196.225.262)

2.158.970.460(224.888.456)

2.405.147.350(252.681.995)

1 januari 2008 2.572.239.876(272.584.661)

2.914.879.998(312.413.391)

3.256.749.592(351.037.751)

1 Januari 2009 3.231.870.341(348.944.060)

3.669.978.980(399.938.327)

4.108.149.675(449.393.508)

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi

Waktu (tahun)

  95

Selain pengaruh sintasan terhadap tingkat keuntungan, dilakukan juga

analisis pengaruh sintasan terhadap produksi hasil pembesaran. Berdasarkan

analisis tersebut diperoleh informasi bahwa peningkatan sintasan dari 70%

menjadi 90% sebagaimana kisaran yang terjadi di lapangan, dapat meningkatkan

produksi ikan dari 2.799 ekor / bulan menjadi 3.600 ekor per bulan, atau

peningkatan sebesar 28,62%. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 26.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 124/265

Tabel 26 Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat sintasan(SR).

Waktu Produksi ikan/ 

bln SR 70%

Produksi ikan/ 

bln SR 80% 

Produksi ikan/ 

bln SR 90% 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 2.799 (310) 3.200 (361) 3.600 (408)

1 januari 2006 2.799 (310) 3.200 (361) 3.600 (408)

1 Januari 2007 2.799 (310) 3.200 (361) 3.600 (408)

1 januari 2008 2.799 (310) 3.200 (361) 3.600 (408)

1 Januari 2009 2.799 (310) 3.200 (361) 3.600 (408)

Keterangan: (…) = Standar deviasi.

Pengaruh lama pemeliharaan ikan terhadap keuntungan pembesaran.

Faktor teknis pembesaran lainnya yang berpengaruh terhadap keuntungan

yang diperoleh adalah lama proses pemeliharaan ikan yang berada pada kisaran 4

bulan, 5 bulan, atau 6 bulan untuk memperoleh rata-rata bobot ikan yang sama.

Melalui proses simulasi dapat diketahui perbedaan keuntungan yang diperoleh

pada lama proses pembesaran yang berbeda-beda, sementara faktor lain yaitu

padat penebaran dan tingkat sintasan dianggap menyebar menurut kurva

distribusi normal dengan nilai tengah 500 ekor dan 80%. Hasil simulasi tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 15 dengan hasil sebagai berikut:Asumsi:

- Tingkat sintasan : Nilai Harapan : 80 %Standar Deviasi : 0,8 %

- Padat penebaran : Nilai Harapan : 500 ekor/KJAStandar deviasi : 50 ekor/KJA

  96

Semakin singkat masa pembesaran maka semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh. Proses mempersingkat waktu pembesaran dapat dilakukan apabila

para pembudidaya memberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan hidup ikan

baik secara kuantitas maupun kualitas. Proses ini antara lain dapat dilakukan

apabila digunakan pakan buatan dengan komposisi gizi yang sesuai untuk 

pertumbuhan ikan kerapu.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 125/265

Hasil simulasi pengaruh lama pembesaran terhadap tingkat keuntungan

pembesaran dalam bentuk grafik dilihat pada Gambar 27, sedangkan uraian

dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 27.

05 06 07 08

0

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

4,000,000,000

Rp

Total Profit Budidaya LAMA 4 BL (Average)

Total Profit Budidaya LAMA 5 BL (Average)

Total Profit Budidaya LAMA 6 BL (Average)

 

Gambar 27 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaranberdasarkan hasil simulasi menggunakan peubah lama pembesaranpada tiga tingkatan berbeda.

Tabel 27 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pembesaran pada berbagaitingkat lama proses pembesaran

Waktu TotalKeuntungan

Lama BD 6 bln 

TotalKeuntungan

Lama BD 5 bln 

TotalKeuntungan

Lama BD 4 bln

1 Januari 2004 - - -1 Januari 2005 556.710.720

(48.490.458)

625.305.584

(58.799.950)

727.459.522

(72.614.979)1 januari 2006 1.182.504.395(138.621.749)

1.378.877.246(168.567.308)

1.672.371.317(209.108.585)

1 Januari 2007 1.808.298.070(228 753 083)

2.132.448.908(278 334 787)

2.617.283.111(345 602 478)

Waktu (tahun)

  97

Pengaruh lama pross pembesaran terhadap tingkat produksi pembesaran

  juga dianalisis dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh

informasi bahwa peningkatan efisiensi lama pembesaran dari 6 bulan menjadi 4

bulan yang terjadi karena peningkatan teknologi, dapat meningkatkan produksi

ikan dari 2.666 ekor/bulan menjadi 3.997 ekor per bulan, atau peningkatan

sebesar 49,92 %. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 126/265

Tabel 28 Tingkat produksi bulanan pembesaran pada berbagai tingkat lamaproses pembesaran

Waktu Produksi ikan/ 

bln Lama 6 bln

Produksi ikan/ 

bln Lama 5 bln 

Produksi ikan/ 

bln Lama 4 bln 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 2.666 (373) 3.200 (456) 3.997 (546)

1 januari 2006 2.666 (373) 3.200 (456) 3.997 (546)

1 Januari 2007 2.666 (373) 3.200 (456) 3.997 (546)

1 januari 2008 2.666 (373) 3.200 (456) 3.997 (546)

1 Januari 2009 2.666 (373) 3.200 (456) 3.997 (546)Keterangan: (…) = Standar deviasi.

6.1.4  Simulasi peningkatan keuntungan pembesaran melalui optimalisasi jumlah KJA digunakan.

Pembesaran merupakan usaha memproduksi ikan ukuran konsumsi

dengan cara membeli benih dari hatchery dan memeliharanya dalam karamba  jaring apung hingga ukuran konsumsi (0,5 kg per ekor). Lama pemeliharaan

berkisar antara 4-6 bulan tergantung kondisi benih dan penanganan selama

pembesaran. Keberhasilan dalam kegiatan produksi pembesaran kerapu sangat

ditentukan oleh ketersediaan benih yang di sehat, penanganan proses pembesaran

dan pemberian pakan yang menjamin pertumbuhan dan sintasan (survival rate)

yang tinggi. Indikator keberhasilan pembesaran adalah tingginya angka sintasan

dan bobot ikan. Namun upaya perbaikan proses produksi tersebut membawa

konsekwensi biaya yang pada akhirnya akan menentukan tingkat keuntungan

  98

apung (KJA) yang sesuai dengan kebutuhan, karena berlebihnya jumlah KJA

akan menambah beban biaya pemeliharaan KJA yang cukup mahal. Sebaliknya

kekurangan KJA akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi yang

ditetapkan. Proses simulasi yang mengoptimalkan jumlah KJA dilaksanakan

dengan menggunakan model peningkatan efisiensi produksi pembesaran.

Jumlah KJA optimal pada berbagai kemungkinan sintasan pembesaran

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 127/265

Simulasi dalam rangka mengoptimalkan jumlah KJA untuk memperoleh

keuntungan maksimal dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan

tingkat survival rate (sintasan) ikan yang mungkin terjadi, yaitu 90%, 80%, dan70%. Sedangkan variabel teknis lainnya seperti padat penebaran sebesar 500

ekor/KJA dan waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran yaitu 4 bulan

diasumsikan menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah

tersebut. Berdasarkan hasil simulasi maka diperoleh jumlah KJA yang harus

disediakan untuk mencapai keuntungan yang sama pada 3 tingkat sintasan yang

berbeda. Hasil simulasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 28,

sedangkan hasil dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel 29.

05 06 07 08

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

KJA

Jumlah KJA SR 70% (Average)

Jumlah KJA SR 80% (Average)

Jumlah KJA SR 90% (Average)

 

Gambar 28 Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat sintasan (SR) ikan.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa pada tingkat

sintasan pembesaran sebesar 70%, jumlah karamba jaring apung (KJA) yang

Waktu (tahun)

  99

Tabel 29 Jumlah karamba jaring apung (KJA) untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat sintasan (SR) ikan

Waktu Jumlah KJA

pada SR 70%

Jumlah KJA

pada SR 80%

Jumlah KJA

pada SR 90%1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 343,86 (49,02) 300,78 (41,48) 267,64 (39,78)

1 januari 2006 1 325 15 (189 79) 1 158 99 (159 76) 1 031 38 (153 55)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 128/265

1 januari 2006 1.325,15 (189,79) 1.158,99 (159,76) 1.031,38 (153,55)

1 Januari 2007 1.672,08 (242,59) 1.462,35 (205,04) 1.301,08 (193,38)

1 januari 2008 1.728,98 (245,64) 1.512,53 (208,90) 1.345,74 (199,21)

1 Januari 2009 2.401,29 (344,87) 2.100,31 (290,51) 1.869,23 (281,18)

Keterangan: (…) = Standar deviasi.

Jumlah KJA optimal pada berbagai tingkat padat penebaran

Simulasi jumlah KJA yang sesuai dilakukan dengan mengubah variabel

padat penebaran per KJA, faktor lain dianggap tetap. Dalam simulasi ini variabel

padat penebaran ditetapkan sebesar 400 ekor/KJA, 500 ekor/KJA, dan 600

ekor/KJA. Variabel lainnya seperti sintasan dan lama pembesaran diasumsikan

menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah masing-masing

90% dan 4 bulan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Hasil simulasi

tersebut dapat dilihat pada Gambar 29 dan Tabel 30, dimana diperoleh hasil

bahwa untuk memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal maka pada padat

penebaran 400 ekor/KJA dibutuhkan KJA sebanyak 2.626 unit. Pada padat

penebaran 500 ekor/KJA maka jumlah KJA yang dibutuhkan sebanyak 2.101

unit, dan pada padat penebaran 600, jumlah KJA yang dibutuhkan 1.752 unit.

1,000

1,500

2,000

2,500

KJA

Jumlah KJA PTebar400 (Average)

Jumlah KJA PTebar500 (Average)

Jumlah KJA PTebar600 (Average)

  100

Tabel 30 Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai tingkat padat penebaran

Waktu Jumlah KJApada PT 300

Jumlah KJApada PT 250

Jumlah KJApada PT 200

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 376,10 (53,62) 300,93 (42,83) 250,92 (37,30)

1 januari 2006 1.449,24 (206,51) 1.159,47 (164,08) 966,92 (143,95)

i 6 6 6 6

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 129/265

1 Januari 2007 1.828,73 (264,88) 1.462,84 (208,67) 1.219,76 (181,29)

1 januari 2008 1.891,26 (269,98) 1.513,33 (216,15) 1.261,63 (186,76)

1 Januari 2009 2.626,09 (375,06) 2.101,33 (300,14) 1.752,40 (263,60)

Keterangan: (....) = Standar deviasi.

Jumlah KJA optimal pada berbagai tingkat padat penebaran

Simulasi jumlah KJA yang dibutuhkan untuk mencapai keuntungan

maksimal juga dilakukan dengan mengubah variabel lama proses pembesaran,

faktor lain dianggap tetap. Dalam simulasi ini variabel lama pembesaran

ditetapkan 4 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan sesuai dengan variasi yang ditemukan di

lapangan, sedangkan variabel lainnya seperti sintasan dan padat penebaran

ditetapkan konstan sebesar masing-masing 90% dan 300 ekor / KJA sesuai

dengan kondisi nyata di lapangan. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada

Gambar 30 dan Tabel 31, dimana diperoleh hasil bahwa untuk memperoleh

tingkat keuntungan yang maksimal maka pada lama pembesaran 4 bulan

dibutuhkan jumlah KJA sebanyak 2.098 unit. Pada lama pembesaran 5 bulan

maka jumlah KJA yang dibutuhkan sebanyak 2.100 unit, dan pada lama

pembesaran 6 bulan dibutuhkan 2.042 unit KJA.

1,000

1,500

2,000

KJA

Jumlah KJA Lama BD 4 bln (Average)

Jumlah KJA Lama BD 5 bl (Average)

Jumlah KJA Lama BD 6 bl (Average)

  101

 

Tabel 31 Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpembesaran pada berbagai lama waktu pembesaran

Waktu Jumlah KJApada BD 4 bln Jumlah KJApada BD 5 bln Jumlah KJApada BD 6 bln

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 301.06 (43,97) 300,78 (41,48) 300,86 (42,89)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 130/265

1 januari 2006 1.132,48 (165,45) 1.158,99 (159,76) 1.166,34 (166,39)

1 Januari 2007 1.384,32 (203,02) 1.462,35 (205,04) 1.555,55 (228,43)

1 januari 2008 1.532,31 (225,61) 1.512,53 (208,90) 1.527,54 (217,51)

1 Januari 2009 2.098,25 (305,70) 2.100,31 (290,51) 2.041,53 (296,00)

Keterangan: (....) = Standar deviasi.

6.1.5 Simulasi peningkatan keuntungan pascapanen melalui perbaikan

sintasan, padat tebar, dan lama pemeliharaan

Pascapanen merupakan usaha mengumpulkan ikan dari kegiatan

pembesaran untuk ditampung dan seleksi (grading) untuk kemudian dijual ke

konsumen. Proses pascapanen dilakukan dengan menggunakan KJA

sebagaimana kegiatan pembesaran. Lama pemeliharaan berkisar antara 1-2 bulan

tergantung kondisi ikan yang dibeli. Keberhasilan dalam kegiatan pascapanen

ditentukan oleh kemampuan untuk memulihkan kondisi ikan agar pada kondisiyang baik sesuai dengan selera konsumen pada saat dipasarkan. Selama

penampungan ikan diberi makan dan perlakuan untuk menjaga kesehatan ikan.

Indikator keberhasilan pascapanen adalah tingginya angka sintasan dan bobot

ikan. Namun upaya perbaikan proses produksi tersebut membawa konsekuensi

biaya yang pada akhirnya akan menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Dalam simulasi peningkatan efisiensi produksi pascapanen dilakukan

optimalisasi penggunaan input produksi yang dapat memaksimalkan keuntungan

pada kapasitas produksi yang sama dengan pembesaran yaitu 40 KJA

  102

pascapanen kerapu terutama dalam hal penggunaan pakan buatan dan

penanganan pascapanen yang baik.

Pengaruh sintasan ikan terhadap keuntungan pascapanen.

Simulasi tingkat keuntungan pascapanen berdasarkan kondisi tingkat

sintasan ikan yang berbeda yaitu 70%, 80%, dan 90% dilakukan dalam penelitian

ini. Variabel lainnya yaitu padat penebaran dan lama pascapanen dianggap

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 131/265

menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah masing-masing

500 ekor dan 1,5 bulan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Asumsi:- Lama pascapanen : Nilai Harapan : 1,5 bulan

Standar Deviasi : 0,15 bulan- Padat penebaran : Nilai Harapan : 500 ekor/KJA

Standar deviasi : 50 ekor/KJAHasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :- Pada tingkat sintasan 70% : Rata-rata : 12.598.734.953,-

Standar deviasi : 1.711.097.167,-- Pada tingkat sintasan 80% : Rata-rata : 14.317.648.280,-

Standar deviasi : 1.929.573.210,-- Pada tingkat sintasan 90% : Rata-rata : 16.012.954.736,-

Standar deviasi : 2.149.630.141,-

Hasil simulasi tersebut di atas digambarkan dalam bentuk grafik 

sebagamana dapat dilihat pada Gambar 31, dan dalam bentuk tabel pada Tabel

32. Grafik pada tersebut menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh

pascapanen pada tingkat sintasan (SR) yang berbeda yaitu 70%, 80%, dan 90%.Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat sintasan

pascapanen, maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh.

5,000,000,000

10,000,000,000

15,000,000,000

Rp

Total Profit SR 70% (Average)

Total Profit SR 80% (Average)

Total Profit SR 90% (Average)

  103

Tabel 32 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat sintasan

Waktu Total

Keuntungan PPSR 70%

Total

Keuntungan PPSR 80% 

Total

Keuntungan PPSR 90% 1 Januari 2004 - - -1 Januari 2005 1.513.460.162

(136.665.370)1.618.125.271(126.468.570)

1.613.005.325(187.178.283)

1 januari 2006 4 285 717 728 4 811 460 588 5 314 227 714

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 132/265

1 januari 2006 4.285.717.728(531.579.542)

4.811.460.588(583.076.659)

5.314.227.714(628.358.979)

1 Januari 2007 7.056.732.470(924.716.951)

7.980.189.819(1.031.842.406)

8.880.470.055(1.135.345.715)

1 januari 2008 9.827.729.212(1.317.899.974)

11.148.919.049(1.480.694.729)

12.446.712.396(1.642.468.104)

1 Januari 2009 12.598.734.953(1.711.097.167)

14.317.648.280(1.929.573.210)

16.012.954.737(2.149.630.141)

Keterangan: (....) = Standar deviasi.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi

tingkat sintasan yang disebabkan oleh perbaikan sistem pascapanen akan semakin

tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh unit usaha pascapanen. Besarnya

pengaruh peningkatan sintasan terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh

kegiatan pascapanen berkapasitas 40 KJA adalah sebesar Rp 166.878.626,-

untuk setiap kenaikan sintasan sebesar 10%.

Analisis juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat sintasan pada

pascapanen terhadap tingkat produksi yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut.

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa peningkatan sintasan ikan

selama pascapanen dari 70% menjadi 90% dapat meningkatkan pascapanen dari

9.327 ekor / bulan menjadi 11.955 ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 28,17

%. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Tingkat produksi bulanan pascapanen yang diperoleh pada berbagaitingkat sintasan ikan pascapanen

Waktu Produksi PP/ blnSR 70%

Produksi PP/ blnSR 80% 

Produksi PP/ blnSR 90% 

1 Januari 2004 - - -

  104

Pengaruh padat penebaran terhadap keuntungan pascapanen.

Simulasi jumlah keuntungan pascapanen antara lain dilakukan dengan

mengubah variabel padat penebaran per KJA, sedangkan faktor lain dianggap

tetap. Dalam simulasi ini variabel padat penebaran ditetapkan sebesar 400

ekor/KJA, 500 ekor/KJA, dan 600 ekor/KJA, sedangkan variabel lainnya seperti

sintasan dan lama pascapanen diasumsikan menyebar menurut kurva distribusi

normal dengan nilai tengah sebesar masing-masing 80% dan 1,5 bulan sesuai

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 133/265

normal dengan nilai tengah sebesar masing masing 80% dan 1,5 bulan sesuai

dengan kondisi real di lapangan. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

Asumsi:

- Lama pascapanen : Nilai harapan : 1,5 bulan

Standar deviasi : 0,15 bulan

- Tingkat sintasan : Nilai harapan : 80 %

Standar deviasi : 8 %

Hasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :

- Pada padat penebaran 400 ekor/KJA: Rata-rata : 12.944.383.693,-

Standar deviasi : 1.760.917.416,-

- Pada padat penebaran 500 ekor/JKA: Rata-rata : 16.013.446.444,-

Standar deviasi : 2.142.385.526,-

- Pada padat penebaran 600 ekor/KJA: Rata-rata : 19.008.419.168,-

Standar deviasi : 2.510.552.945,-

Hasil simulasi peningkatan padat penebaran pada pascapanen ditampilkan

dalam bentuk grafik pada Gambar 32 dan dalam bentuk angka pada Tabel 34,

dimana diperoleh hasil yang menunjukkan tingkat keuntungan pada berbagai

tingkat padat penebaran dalam kegiatan pascapanen.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggipadat penebaran yang merupakan cerminan perbaikan sistem pascapanen akan

semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh unit usaha pascapanen.

  105

05 06 07 08

0

5,000,000,000

10,000,000,000

15,000,000,000

20,000,000,000

Rp

Total Profit PDT 400 (Average)

Total Profit PDT 500 (Average)Total Profit PDt 600 (Average)

Waktu (tahun)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 134/265

Gambar 32 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanenberdasar-kan hasil simulasi menggunakan peubah padat penebaranpada tiga tingkatan berbeda.

Tabel 34 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat padat penebaran

Waktu TotalKeuntungan PP

PDT 400 

TotalKeuntungan PP

PDT 500 

TotalKeuntungan PP

PDT 600

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 1.539.137.816(135.766.867)

1.617.161.815(184.707.630)

1.291.141.921(426.874.630)

1 januari 2006 4.392.602.075(543.770.962)

5.314.485.290(627.657.155)

6.163.078.306(691.231.442)

1 Januari 2007 7.243.195.948(949.444.015)

8.880.805.675(1.132.466.150)

10.444.858.593(1.297.454.758)

1 januari 2008 10.093.789.820(1.335.172.203)

12.447.126.059(1.637.406.586)

14.726.638.880(1.903.964.437)

1 Januari 2009 12.944.383.693(1.760.917.416)

16.013.446.444(2.142.385.526)

19.008.419.168(2.510.552.945)

Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Analisis juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat padat

penebaran pada pascapanen terhadap tingkat produksi yang dihasilkan oleh

kegiatan tersebut. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa

peningkatan padat penebaran ikan selama pascapanen dari 400 menjadi 600ekor/KJA dapat meningkatkan produksi pascapanen dari 9.596 ekor / bulan

menjadi 14.391 ekor per bulan, atau peningkatan sebesar 49,97 %. Hasil analisis

  106

Tabel 35 Tingkat produksi bulanan usaha pascapanen pada berbagai tingkatpadat penebaran ikan / KJA

Waktu Produksi PP/ bln

PDT 400

Produksi PP/ bln

PDT 500 

Produksi PP/ bln

PDT 600 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 9.596 (1.324) 11.999 (1.675) 14.391 (1.971)

1 Januari 2006 9.596 (1.324) 11.999 (1.675) 14.391 (1.971)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 135/265

1 Januari 2007 9.596 (1.324) 11.999 (1.675) 14.391 (1.971)

1 Januari 2008 9.596 (1.324) 11.999 (1.675) 14.391 (1.971)

1 Januari 2009 9.596 (1.324) 11.999 (1.675) 14.391 (1.971)Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Pengaruh lama penampungan ikan terhadap keuntungan pascapanen.

Faktor teknis pascapanen lainnya yang berpengaruh terhadap keuntungan

yang diperoleh adalah lama proses pascapanen yang berada pada kisaran 1 bulan,

1,5 bulan, atau 2 bulan. Melalui proses simulasi dapat diketahui perbedaankeuntungan yang diperoleh pada lama proses pascapanen yang berbeda-beda,

sementara faktor lain yaitu padat penebaran dan tingkat sintasan dianggap

menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah 500 ekor dan

80%. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Asumsi:

- Tingkat sintasan : Nilai harapan : 80 %Standar deviasi : 8 %

- Padat penebaran : Nilai harapan : 500 ekor/KJA

Standar deviasi : 50 ekor/KJA

Hasil simulasi tingkat keuntungan pembenihan :

- Lama pascapanen 1 bulan : Rata-rata : 23.345.597.817,-

Standar deviasi : 2.987.848.638,-

- Lama pascapanen 1,5 bulan : Rata-rata : 16.013.446.444,-

Standar deviasi : 2 142 385 526

  107

pada berbagai lama masa pascapanen. Semakin singkat masa pascapanen maka

semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.

5 000 000 000

10,000,000,000

15,000,000,000

20,000,000,000

Rp

Total Profit PP 1 bln (Average)

Total Profit PP 1-5 bl (Average)

Total Profit PP 2 bln (Average)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 136/265

05 06 07 08

0

5,000,000,000

 

Gambar 33 Grafik tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanenberdasar-kan hasil simulasi menggunakan peubah lama pascapanenpada tiga tingkatan berbeda.

Tabel 36 Tingkat keuntungan yang diperoleh usaha pascapanen pada berbagaitingkat lama proses pascapanen

Waktu Total

Keuntungan PPLama 2 bln 

Total

Keuntungan PPLama 1,5 bln 

Total

Keuntungan PPLama 1 bln

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 1.478.504.795(137.830.062)

1.617.161.815(184.707.630)

450.022.559(627.653.595)

1 Januari 2006 4.150.968.634(518.896.702)

5.314.485.290(627.657.155)

7.279.921.740(717.677.733)

1 Januari 2007 6.822.650.390(899.232.776)

8.880.805.675(1.132.466.150)

12.635.147.099(1.472.738.453)

1 Januari 2008 9.494.332.145(1.279.609.714)

12.447.126.059(1.637.406.586)

17.990.372.458(2.230.026.443)

1 Januari 2009 12.166.013.901(1.659.999.427)

16.013.446.444(2.142.385.526)

23.345.597.818(2.987.848.638)

Keterangan: (...) = Standar deviasi.

Analisis tentang pengaruh lama proses pascapanen terhadap tingkat

produksi yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut juga dilakukan dalam penelitian

ini. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa peningkatan efisiensi

l d i 2 b l j di 1 b l d i k k

Waktu (tahun)

  108

Tabel 37 Tingkat produksi bulanan usaha pascapanen pada berbagai lama prosespascapanen

Waktu Produksi PP/ blnLama 2 bln

Produksi PP/ blnLama 1,5 bln 

Produksi PP/ blnLama 1 bln 

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 8.996 (1.242) 11.999 (1.675) 17.989 (2.464)

1 Januari 2006 8.996 (1.242) 11.999 (1.675) 17.989 (2.464)

1 J i 2007 8 996 (1 242) 11 999 (1 675) 17 989 (2 464)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 137/265

1 Januari 2007 8.996 (1.242) 11.999 (1.675) 17.989 (2.464)

1 Januari 2008 8.996 (1.242) 11.999 (1.675) 17.989 (2.464)

1 Januari 2009 8.996 (1.242) 11.999 (1.675) 17.989 (2.464)Keterangan: (...) = Standar deviasi.

6.1.6  Simulasi peningkatan keuntungan pascapanen melalui optimalisasi

 jumlah KJA digunakan.

Pascapanen merupakan usaha mengumpulkan ikan dari kegiatan

pembesaran untuk ditampung dan seleksi (grading) untuk kemudian dijual kekonsumen. Proses pascapanen dilakukan dengan menggunakan karamba jaring

apung sebagaimana kegiatan pembesaran. Lama pemeliharaan berkisar antara 1-

2 bulan tergantung kondisi ikan yang dibeli. Keberhasilan dalam kegiatan

pascapanen ditentukan oleh kemampuan untuk memulihkan kondisi ikan agar

pada kondisi yang baik sesuai dengan selera konsumen pada saat dipasarkan.

Selama penampungan ikan diberi makan dan perlakuan untuk menjaga kesehatan

ikan. Indikator keberhasilan pembesaran adalah tingginya angka sintasan dan

bobot ikan. Namun upaya perbaikan proses produksi tersebut membawa

konsekwensi biaya yang pada akhirnya akan menentukan tingkat keuntungan

yang diperoleh.

Dalam simulasi peningkatan efisiensi produksi pascapanen dilakukan

optimisasi penggunaan input produksi yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Input produksi yang dioptimalkan adalah penggunaan jumlah karamba jaring

  109

Jumlah optimal KJA pascapanen pada berbagai tingkat sintasan ikan

Simulasi dalam rangka mengoptimalkan jumlah KJA untuk memperoleh

keuntungan maksimal pada subsistem penanganan pascapanen dilakukan dengan

menggunakan beberapa kemungkinan tingkat survival rate (sintasan) ikan yang

mungkin terjadi, yaitu 90%, 80%, dan 70%. Variabel teknis lainnya seperti padat

penebaran sebesar 500 ekor/KJA dan waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran

yaitu 1,5 diasumsikan menyebar menurut kurva distribusi normal. Berdasarkan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 138/265

y , y

hasil simulasi maka diperoleh jumlah KJA yang harus disediakan untuk mencapai

keuntungan yang sama pada 3 tingkat sintasan yang berbeda. Hasil simulasi

dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 34, sedangkan hasil dalam bentuk 

tabel dapat dilihat pada Tabel 38.

05 06 07 080

200

400

600

KJA

Jumlah KJA SR 70% (Average)

Jumlah KJA SR 80% (Average)Jumlah KJA SR90% (Average)

 

Gambar 34 Grafik jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpascapanen pada berbagai tingkat sintasan (SR) ikan.

Tabel 38 Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpascapanen pada berbagai tingkat sintasan ikan

Waktu Jumlah KJApada SR 70%

Jumlah KJApada SR 80%

Jumlah KJApada SR 90%

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 85,09 (15,89) 71,09 (13,51) 60,32 (12,95)1 Januari 2006 417,06 (57,32) 366,96 (48,25) 328,43 (46,16)

1 Januari 2007 363,69 (50,48) 320,17 (41,48) 287,71 (38,87)

Waktu (tahun)

  110

Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat dilihat bahwa pada tingkat

sintasan pascapanen sebesar 70%, jumlah karamba jaring apung yang harus

disediakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan ikan kerapu macan di pasaran

Hong Kong pada akhir tahun 2008 adalah sebanyak 676 unit. Apabila tingkat

sintasan menurun menjadi 80%, maka jumlah KJA yang harus disediakan

meningkat menjadi 608 unit, dan bila sintasan 90%, maka jumlah KJA

dibutuhkan menjadi 559 unit.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 139/265

Jumlah optimal KJA pascapanen pada berbagai tingkat padat penebaran

Simulasi jumlah KJA yang sesuai dilakukan dengan mengubah variabelpadat penebaran per KJA, faktor lain dianggap tetap. Dalam simulasi ini variabel

padat penebaran tetapkan sebesar 400 ekor/KJA, 500 ekor/KJA, dan 600

ekor/KJA. Variabel lainnya seperti sintasan dan lama pascapanen diasumsikan

menyebar menurut kurva distribusi normal dengan nilai tengah masing-masing

90% dan 5 bulan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Hasil simulasi

tersebut dapat dilihat pada Gambar 35  dan Tabel 39, dimana diperoleh hasil

bahwa untuk memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal maka pada padat

penebaran 600 ekor/KJA dibutuhkan jumlah KJA sebanyak 672 unit. Pada padat

penebaran 500 ekor/KJA maka jumlah KJA yang dibutuhkan sebanyak 708 unit,

dan pada padat penebaran 400, jumlah KJA yang dibutuhkan 834 unit.

05 06 07 08

0

300

600

KJA

Jumlah KJA PdT 400 (Average)

Jumlah KJA PdT 500 (Average)

Jumlah KJA PdT600 (Average)

 

Waktu (tahun)

  111

Tabel 39 Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpascapanen pada berbagai padat penebaran

Waktu Jumlah KJApada PDT 400

Jumlah KJApada PDT 500

Jumlah KJApada PDT 600

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 95,56 (17,53) 71,20 (14,62) 54,88 (12,13)

1 januari 2006 454,78 (63,55) 367,41 (52,18) 308,73 (43,90)

1 Januari 2007 397,06 (57,02) 320,42 (45,69) 271,91 (35,36)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 140/265

1 januari 2008 659,91 (101,45) 515,94 (87,47) 414,17 (77,57)

1 Januari 2009 730,38 (94,62) 608,29 (73,48) 535,29 (56,40)

Keterangan: (....) = Standar deviasi.

Jumlah optimal KJA pascapanen pada berbagai lama penampungan ikan

Simulasi jumlah KJA yang dibutuhkan untuk mencapai keuntungan

maksimal juga dilakukan dengan mengubah variabel lama proses pascapanen,

faktor lain dianggap tetap. Dalam simulasi ini variabel lama pascapanenditetapkan 1 bulan, 1,5 bulan, dan 2 bulan sesuai dengan variasi yang ditemukan

di lapangan. Variabel lainnya seperti sintasan dan padat penebaran ditetapkan

konstan sebesar masing-masing 90% dan 300 ekor / KJA sesuai dengan kondisi

real di lapangan. Hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 36 dan Tabel

40, dimana diperoleh hasil bahwa untuk memperoleh tingkat keuntungan yang

maksimal maka pada lama pembesaran 1 bulan dibutuhkan jumlah KJA

sebanyak 624 unit. Pada lama pembesaran 1,5 bulan maka jumlah KJA yang

dibutuhkan sebanyak 639 unit, dan pada lama pembesaran 2 bulan dibutuhkan

816 unit KJA.

400

600

KJA

Jumlah KJA Lama 1-5bln (Average)

Jumlah KJA Lama 2bln (Average)

l h bl ( )

  112

Tabel 40 Jumlah KJA yang harus disediakan untuk maksimalisasi profitpascapanen pada berbagai lama waktu pascapanen

Waktu Jumlah KJA pdLama PP 1 bln

Jumlah KJA pdLama PP 1,5 bln

Jumlah KJA pdLama PP 2 bln

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 71,20 (14,62) 70,00 (14,36) 72,75 (14,27)

1 januari 2006 367,41 (52,18) 382,37 (53,37) 349,93 (48,95)

1 Januari 2007 320 42 (45 69) 321 42 (40 65) 329 32 (49 02)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 141/265

1 Januari 2007 320,42 (45,69) 321,42 (40,65) 329,32 (49,02)

1 januari 2008 515,94 (87,47) 488,10 (91,38) 515,07 (80,86)

1 Januari 2009 608,29 (73,48) 711,80 (83,66) 563,60 (74,47)Keterangan: (....) = Standar deviasi.

6.2 Simulasi Perencanaan Kapasitas Produksi Agroindustri Kerapu Budi

Daya

Dalam program POWERSIM STUDIO, proses simulasi untuk 

memprediksi kapasitas produksi maksimum pada berbagai tingkat permintaan

pasar dilakukan dengan menggunakan data trend  permintaan ikan kerapu dan

proyeksinya di masa yang akan datang dengan skenario optimistik, moderat dan

dan pesimistik. Skenario optimistik adalah permintaan mengalami peningkatan

mengikuti kecenderungan yang saat ini, skenario pesimistik adalah permintaan

mengalami stagnasi (levelling) sesuai perkembangan permintaan terakhir,

sedangkan skenario moderat adalah permintaan mengalami kenaikan di antara

skenario optimistis dan pesimistis.

Data perkembangan permintaan ikan kerapu untuk jenis kerapu macan

yang digunakan adalah data bulanan sejak bulan April 2004 hingga Juni 2006 (27

bulan). Proyeksi permintaan ke depan dilakukan dengan menggunakan metode

kuadrat terkecil untuk menentukan trend. Hasil proyeksi dengan menggunakanmetode tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8a dan 8b.

Data proyeksi permintaan kerapu sesuai menurut skenario yang telah

  113

pembesaran dan industri penanganan pascapanen perikanan kerapu macan (tiger 

grouper ) sebagai berikut:

Nilai Rata-rata Standar DeviasiAsumsi:- Sintasan benih (%)  16 1.6- Persentase induk memijah (%)  20 2- Fekunditas induk (butir/induk)  1.500.000 150.000- Padat tebar pembesaran (ekor/KJA)  500 50- Sintasan pembesaran (%)  80 8- Padat tebar pascapanen (ekor/KJA) 500 50

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 142/265

Padat tebar pascapanen (ekor/KJA)  500 50- Sintasan pascapanen (%)  80 8

Hasil simulasi: - Produksi optimal pembenihan

(ekor/bulan) 163.539 24.291

- Produksi optimal pembesaran(ekor/bulan) 

133.857 13.805

- Produksi optimal pascapanen(ekor/bulan) 

105.998 3.800

Secara diagramatis perkembangan kapasitas produksi pembenihan,

pembesaran dan pascapanen dari tahun 2004 hingga 2008 dengan skenario

peningkatan trend permintaan optimistik dapat dilihat pada Gambar 37. Pada

gambar berikutnya (Gambar 38) dapat dilihat grafik peningkatan kapasitas

produksi yang layak dikembangkan dengan skenario moderat, sedangkan pada

Gambar 39 adalah grafik peningkatan dengan skenario peningkatan pesimistik.

05 06 07 08

0

50,000

100,000

150,000

ekor/mo

produksi benih k erapu (Average)

produksi kerapu BD (Average)

produksi ke rapu p_panen (Average)

 

Waktu (tahun)

  114

05 06 07 080

50,000

100,000

ekor/mo

produksi benih ke rapu (Average)

produksi kerapu BD (Average)

produksi kerapu p_panen (Average)

Waktu (tahun)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 143/265

 

Gambar 38 Grafik peningkatan kapasitas produksi benih, pembesaran dan

pascapanen untuk kerapu macan dengan skenario moderat.

05 06 07 08

0

50,000

100,000

ekor/mo

produksi benih kerapu (Average)

produksi kerapu BD (Average)

produksi kerapu p_panen (Average)

 

Gambar 39 Grafik peningkatan kapasitas produksi benih, pembesaran danpascapanen untuk kerapu macan dengan skenario pesimistik.

Hasil simulasi juga dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang

menunjukkan besaran angka-angka kapasitas produksi yang dapat dikembangkan

menurut berbagai skenario proyeksi untuk industri pembenihan, industri

pembesaran dan industri pascapanen. Dari angka-angka tersebut dapat dilihat

bahwa kapasitas produksi pembenihan melampaui pembesaran dan pascapanen.

Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa dalam proses produksi semakin ke

hilir terjadi proses kematian (mortalitas) sehinga jumlah yang harus disediakandi hulu harus lebih banyak. Kapasitas produksi maksimal kerapu macan pada

tahun 2008 sesuai dengan trend permintaan pasar dapat dilihat pada Tabel 41.

Waktu (tahun)

  115

Tabel 41 Hasil simulasi kapasitas produksi maksimal pembenihan, pembesarandan pascapanen kerapu macan untuk memenuhi pasar Hong Kongper tahun merurut tiga skenario pertumbuhan pasar (ekor/tahun)

SkenarioKapasitasproduksi

pembenihan

Kapasitasproduksi

pembesaran

Kapasitasproduksi

pascapanen

Optimistik Nilai Rata-rata : 1.938.144 1.596.516 1.271.976Standar deviasi: (174.864) (103.152) ( 54.360)

Moderat Nilai Rata-rata : 1,396.932 1.191.312 971.004

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 144/265

ode at N a ata ata : ,396.93 . 9 .3 97 .00Standar deviasi: (126.036) ( 76.968) ( 43.080)

Pesimistik Nilai Rata-rata : 843.300 786.096 668.508Standar deviasi: (76.080) ( 50.784) ( 34.080)

Angka-angka kapasitas produksi kerapu yang dapat dikembangkan

tersebut di atas adalah hanya untuk jenis kerapu macan dan untuk pasaran Hong

Kong. Simulasi dapat dilakukan untuk jenis kerapu lainnya yang diproduksi di

Indonesia seperti kerapu tikus, kerapu sunu, kerapu lumpur, dan lainnya.

6.2.1 Kapasitas produksi pembenihan 

Apabila diasumsikan bahwa semua produksi ikan kerapu dilaksanakan

melalui budi daya, maka akan diperlukan industri pendukung yang merupakan

imbas dari pengembangan tersebut. Salah satu keterkaitan yang erat adalah

produksi benih yang merupakan kebutuhan mutlak bagi pengembangan

agroindustri kerapu budi daya. Selama ini kegiatan budi daya kerapu diIndonesia masih tergantung pada benih dari alam dengan berbagai

permasalahannya. Kecenderungan yang berkembang adalah meningkatnya

produksi benih dari hatchery (panti pembenihan).

Ditinjau dari karakteristik kegiatan usahanya, maka kegiatan pembenihan

di Indonesia dapat dikategorikan menjadi pembenihan skala besar dan

pembenihan skala rumah tangga (back yard hatcheries). Perbedaan nyata dari

kedua kategori ini adalah dalam hal pemikan induk uantuk dipijahkan.

P b ih k l b iliki di i i d k i d k di lih

  116

pembenihan besar sebagaimana terjadi di Gondol (Bali), Situbondo, atau

Lampung.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kapasitas permintaan kerapu dan

kecenderungannya di masa yang akan datang, maka telah diprediksikan jumlahbenih yang perlu dikembangkan untuk mendukung pengembangan agroindustri

kerapu budi daya macan sesuai dengan permintaan pasar (Tabel 35).

Berdasarkan skenario optimistis, maka jumlah benih yang dibutuhkan untuk 

memenuhi kebutuhan pasar ikan kerapu macan khusus untuk pasar Hong Kong

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 145/265

memenuhi kebutuhan pasar ikan kerapu macan, khusus untuk pasar Hong Kong

adalah sebesar 1.938.144 ekor per tahun. Dengan memperhitungkan angka

mortalitas, fekunditas telur dan persentase induk memijah dan faktor lainnya

sesuai dengan struktur model, maka untuk memperoduksi benih sebanyak itu

dibutuhkan sebanyak 17 ekor induk.

Pada skenario pesimistis, di mana jumlah permintaan pasar pada akhir

2008 adalah pada jumlah yang sama dengan pertengahan tahun 2006, maka

  jumlah benih yang dibutuhkan pada skenario pesimistis adalah sebanyak 

843.300 ekor per tahun. Dengan memperhitungkan faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas pembenihan, maka untuk memperoduksi benih

sebanyak itu dibutuhkan induk sebanyak 7 hingga 8 ekor.

6.2.2 Kapasitas produksi pembesaran dan pascapanen

Apabila digunakan angka proyeksi volume ekspor kerapu macan dengan

skenario optimistik, maka pada tahun 2008 diperlukan produksi sebesar

1,596,516 ekor/tahun. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan model,

maka jumlah KJA yang dibutuhkan untuk memperoduksi kerapu tersebut adalah

1.590 unit KJA. Jumlah KJA tersebut dibutuhkan dengan asumsi bahwa setiap

KJA memiliki padat penebaran 500 ekor, angka sintasan sebesar 80% dan lama

pembesaran 5 bulan (2 kali panen per tahun). Jumlah KJA ini hanya utuk 

memperoduksi jenis ikan kerapu macan untuk kebutuhan pasar Hong Kong.

Apabila setiap petani ikan mampu mengelola 8 unit KJA, maka dibutuhkan

  117

tersebut masih merupakan hasil tangkapan di laut. Namun demikian, mengingat

kecenderungan yang ada saat ini menunjukkan bahwa produsen semakin sulit

memperoleh ikan kerapu di perairan laut akibat kerusakan terumbu karang, maka

pengembangan pembesaran merupakan jalan keluar yang logis.

6.3 Simulasi Pemerataan Distribusi Keuntungan Agroindustri Kerapu Budi

Daya

6.3.1 Hasil simulasi distribusi keuntungan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 146/265

Model yang dirancang dalam penelitian ini dapat pula menunjukkan

perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh masing-masing pelaku usahadan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan distribusi

keuntungan yang lebih merata (  fair profit distribution) antara pembenihan,

pembesaran dan penanganan pascapanen / pemasaran. Simulasi distribusi

keuntungan dilaksanakan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

Nilai Rata-rata Standar Deviasi

Asumsi:- Sintasan benih (%)  16 1,6- Persentase induk memijah (%)  20 2- Fekunditas induk (butir/induk)  1.500.000 150.000- Padat tebar pembesaran (ekor/KJA)  500 50- Sintasan pembesaran (%)  80 8- Padat tebar pascapanen (ekor/KJA)  500 50- Sintasan pascapanen (%)  80 8

Keputusan (decision):- Harga jual benih (Rp / ekor)  6.000- Harga jual ikan pembesaran

(Rp/ekor) 40.000

- Harga jual ikan pascapanen(Rp/ekor) 

60.000

Hasil simulasi: - Total keuntungan pembenihan (Rp)  17.890.198.378,- 2.657.340.992,-

- Total keuntungan pembesaran (Rp)  43.361.574.264,- 4.477.096.243,-

- Total keuntungan pascapanen (Rp)  39.392.671.542,- 57.113.573,-

  118

Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi oleh usaha pembesaran lebih

kecil dibandingkan dengan subsistem usaha lainnya.

10 000 000 000

20,000,000,000

30,000,000,000

40,000,000,000

Rp

Total Profit Budidaya (Average)

Total Profit Pascapanen (Average)

Total Profit Pembenihan (Average)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 147/265

05 06 07 08

0

10,000,000,000

 

Gambar 40 Grafik perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh ketigasubsistem produksi dalam agroindustri kerapu budi daya.

Tabel 42 Perbandingan tingkat keuntungan bulanan yang diperoleh ketigasubsistem dalam agroindustri kerapu budi daya

Waktu TotalKeuntunganPembenihan

TotalKeuntunganPembesaran

TotalKeuntunganPascapanen

1 Januari 2004 - - -

1 Januari 2005 171.839.858 566.712.864 672.905.997

1 Januari 2006 1.093.146.128 4.672.846.392 5.273.531.926

1 Januari 2007 4.747.974.032 13.991.103.131 13.950.570.022

1 Januari 2008 10.488.379.117 26.670.654.386 24.959.666.1111 Januari 2009 17.890.198.378 43.361.574.264 39.392.671.542

Simulasi selanjutnya dilakukan untuk mengatahui bagaimana pengaruh

perubahan variabel penting dalam industri pembenihan, pembesaran dan

penanganan pascapanen kerapu terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh oleh

masing-masing subsistem usaha. Variabel yang paling mungkin diintervensi oleh

pemerintah adalah harga jual benih, mengingat bahwa harga jual ikan konsumsi

Waktu (tahun)

  119

Tabel 43 Pengaruh perubahan variabel dalam subsistem pembenihan terhadaptotal keuntungan ketiga subsistem industri

Variabel Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Assumsi:- Harga benih Rp 6.000 Rp 7000 Rp 8000- Harga kerapu BD Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 40.000- Harga kerapu PP Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 60.000 Decision:- Demand ikan konsumsi {2440,460,.. {2440,460,.. {2440,460,..Objective:- Total keuntungan Rp 17,89 M Rp 21,21 M Rp 25,49 M

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 148/265

gpembenihan

p , p , p ,

- Total keuntungan

pembesaran

Rp 43,36 M Rp 41,59 M Rp 37,84 M

- Total keuntunganpascapanen

Rp 39,39 M Rp 39,39 M Rp 39,39 M

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Alternatif 1 adalah kondisi

variabel sesuai dengan data di lapangan. Dalam simulasi tersebut dilakukan

berbagai perubahan, di mana pada alternatif 2 dilakukan perubahan terhadap

variabel harga jual benih dari Rp 6000,-/ekor menjadi Rp 7.000,-, terjadiperubahan total keuntungan kumulatif pada subsistem pembenihan dari Rp 17,89

milyar menjadi Rp 21,21 milyar, perubahan keuntungan pada subsistem

pembesaran dari Rp 43,36 milyar menjadi Rp 41,59 milyar dan tidak ada

perubahan pada subsistem pascapanen yaitu tetap Rp 39,39 milyar. Pada

alternatif 3 dilakukan perubahan terhadap harga jual benih dari Rp 6000,-

menjadi Rp 8.000,-. Ternyata perubahan harga ini memberikan dampak pada

komposisi keuntungan subsistem pembenihan, dan pembesaran masing-masing

menjadi Rp 25,49 milyar, dan Rp 37,84 milyar, sedangkan pendapatan

pascapanen tetap Rp 39,39 milyar. Tampak bahwa peningkatan harga jual benih

telah memberikan pengaruh terhadap pemerataan pendapatan industri

pembesaran perikanan kerapu.

6.3.2 Hasil analisis finansial

Analisis finansial terhadap usaha pembenihan, pembesaran, dan

  120

output, tingkat mortalitas, dan produktivitas), sehingga dapat dibandingkan satu

dengan lainnya. Hasil analisis finansial tersebut disajikan sebagai berikut:

(1) Analisis finansial pembenihan kerapu

Pembenihan ikan kerapu merupakan usaha yang penting dalampengembangan agroindustri kerapu budi daya. Hal ini disebabkan karena pasokan

benih (ikan undersize) yang berasal dari penangkapan di laut tidak dapat

diandalkan keberlanjutannya. Usaha pembenihan merupakan usaha memijahkan

induk-induk ikan untuk menghasilkan larva dan benih ikan yang dipelihara

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 149/265

hingga ukuran tertentu hingga siap untuk dibesarkan.

Investasi yang diperlukan untuk usaha pembenihan ikan kerapu terdiri

atas bangunan dan perlengkapan pembenihan. Bangunan pembenihan terdiri

atas bangunan indoor  (dalam ruangan), bangunan semi indoor  (beratap tanpa

dinding), dan bangunan outdoor (terbuka). Bangunan indoor diperlukan untuk 

bak larva, kultur murni plankton, laboratorium, gudang, dan ruang mesin.

Bangunan semi outdoor  diperlukan untuk kultur algae di akuarium, bak 

penetasan artemia, bak pendederan dan tempat pengepakan.

Besarnya biaya investasi tergantung pada kelengkapan kegiatan dalam

kegiatan usaha tersebut. Investasi untuk pembenihan dengan skala produksi 1

 juta benih per bulan dapat dilihat pada Tabel 44.

  121

Tabel 44 Biaya investasi pembenihan kerapu skala produksi 1 juta ekor benihper bulan

No Komponen Proyek JumahUnit

BiayaSatuan (Rp)

Biaya Total(Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)1 LAHAN 1,5 ha 150.000.000,-

2 BANGUNAN SIPIL 1.070.000.000,-

a. Bangunan indoor  1500 m2 500.000,- 750.000.000,-b. Bangunan semi indoor  760 m2 250.000,- 190.000.000,-c. Bangunan outdoor  400 m2 100.000,- 40.000.000,-d. Bak reservoir danpenyaringan 30 000 000 -

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 150/265

  penyaringan 30.000.000,e. Jalan dan tempat parkir 50.000.000,-

f. Pagar dan taman 10.000.000,-2 BAK KULTUR 540.000.000,-

a. Bak induk 2 unit @ 40 t 20.000.000,- 40.000.000,-b. Bak pemeliharaan larva 20 unit @ 10 t 5.000.000,- 100.000.000,-c. Bak pendederan 20 unit @ 20 t 10.000.000,- 200.000.000,-d. Bak kultur plankton 40 unit @ 10 t 5.000.000,- 200.000.000,-

3 PERALATAN MEKANIK,LISTRIK DAN LAB 690.000.000,-

a. Instalasi suplai air laut 2 unit 100.000.000,- 200.000.000,-

b. Instalasi suplai air tawar 1 unit 50.000.000,- 50.000.000,-

 c. Instalasi pengolahanlimbah 1 unit 20.000.000,-d. Instalasi sistem aerasi 1 unit 200.000.000,-e. Instalasi listrik danperkabelan 1 unit 150.000.000,-f. Peralatan laboratorium 1 unit 50.000.000,-g. Peralatan perbengkelan 1 unit 20.000.000,-

4 PERLENGKAPANKANTOR, RUMAH &KOMUNIKASI 16.000.000,-

a. Telepon 1 unit 1.000.000,-b. Paralatan kantor 1 unit 5.000.000,-c. Peralatan rumah / mess 1 unit 10.000.000,-

5 KENDARAAN 232.000.000,-

a. Speed boat 1 unit 75.000.000,-b. Kendaraan roda 4 1 unit 150.000.000,-c. Kendaraan roda 2 1 unit 7.000.000,-

6 PEMBELIAN INDUK 20 ekor 500.000,- 10.000.000,-

7 BIAYA KONSULTANSI 50.000.000,-

Total Biaya Investasi 2.758.000.000,-

  122

Tabel 45 Biaya operasional pembenihan ikan kerapu setiap siklus (6 bulan)

No Komponen Proyek JumahUnit

BiayaSatuan

(Rp)Biaya Total

(6 Bulan)(Rp)

1 BIAYA LANGSUNGa. Biaya pakan induk 20 108.000 12.960.000

 b. Obat dan vitamin untuk 

induk 6 bln 25.000 3.000.000c. Pakan larva 100 bag 150.000 15.000.000d. Pupuk plankton 1.000.000 1.000.000e. Artemia 100 kaleng 300.000 30.000.000f. Pakan benih 800.000.000

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 151/265

g. BBM / solar ( liter) 50,000 4.000 200.000.000h. Pelumas (liter) 300 60.000 18.000.000i. Buruh harian 20 1.500.000 180.000.000

2BIAYA TIDAKLANGSUNG

a. Biaya pemasaran 10.000.000b. Biaya administrasi 10.000.000c. Biaya maintenance 20.000.000d. Logistik harian 60.000.000e. Gaji karyawan 4 12.000.000 48.000.000

 TOTAL BIAYAOPERASIONAL 1.407.960.000

Sumber: Data primer.

Berdasarkan informasi tentang biaya investasi dan biaya operasional

pembenihan, selanjutnya dilakukan penghitungan parameter kelayakan finansial

usaha pembenihan yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 18 sampai

dengan Lampiran 26, dan hasil perhitungannya sebagai berikut:

1.  Internal rate of return (IRR) : 25,28

2.  Net present value (NPV) : Rp 1.117.018.000,-

3. Benefit cost ratio (B/C) : 1,74

4. Payback period  : 5 tahun

5.  Break even point (Volume) : 92.497 ekor

6.  Break even point (Harga) : Rp.2.800,-

(2) Analisis finansial pembesaran kerapu

  123

Investasi yang diperlukan untuk usaha budiaya ikan kerapu terdiri atas

bangunan dan perlengkapan untuk pembesaran ikan. Bangunan pembesaran

terdiri atas karamba, rumah jaga beserta perlengkapan pembesaran.

Besarnya biaya investasi tergantung pada skala kegiatan yangdilaksanakan. Investasi untuk pembesaran dengan skala produksi 10 unit

karamba (40 lubang) dapat dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46 Biaya investasi pembesaran kerapu skala 40 karamba

Biaya

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 152/265

No Komponen Proyek JumahUnit

Satuan(Rp)

Biaya Total(Rp)

1 LAHAN (LAND BASE) 0,5 ha 50.000.000

2 BANGUNAN SIPIL 160.000.000

a. Karamba 10 15.000.000 150.000.000

b. Rumah jaga 1 10.000.000 10.000.000

3PERLENGKAPANPEMBESARAN 113.000.000

a. Jaring apung 60 1.250.000 75.000.000

b. Waring 40 200.000 8.000.000

c. Ice box 2 2.000.000 4.000.000

d. Peralatan kerja 1 1.000.000 1.000.000

4 PERALATAN MEKANIK,LISTRIK DAN LAB 13.500.000

a. Tanki air tawar 2 1.000.000 2.000.000

b. Kompresor / sistem aerasi 2 2.000.000 4.000.000

c. Genset / listrik dan kabel 2 3.000.000 6.000.000

d. Peralatan laboratorium 1 1.000.000 1.000.000

e. Peralatan perbengkelan 1 500.000 500.000

5 PERLENGKAPAN KANTOR,

RUMAH & KOMUNIKASI 6.000.000a. Telepon 1 unit 1.000.000

b. Peralatan rumah / mess 1 unit 5.000.000

6 KENDARAAN 82.000.000

a. Speed boat   1 unit 75.000.000

b. Kendaraan roda 2 1 unit 7.000.000

7 BIAYA KONSULTANSI 10.000.000

Total Biaya Investasi 409.500.000

Sumber: Data primer.

Biaya operasi yang diperlukan untuk menjalankan usaha pembenihan ikan kerapu

  124

Tabel 47 Biaya operasional pembesaran ikan kerapu (40 karamba)

No Komponen Proyek JumahUnit

BiayaSatuan

(Rp)Biaya Total

(6 Bulan) (Rp)

1 BIAYA LANGSUNGa. Benih ikan 20.000 6.000 120.000.000

b. Biaya pakan ikan 63,000 3.000 189.000.000

c. Obat dan vitamin 10 250.000 2.500.000

d. BBM / solar ( liter) 1,800 4.000 7.200.000

e. Pelumas (liter) 20 60.000 1.200.000

f. Buruh harian 4 3.000.000 12.000.000

2 BIAYA TIDAKLANGSUNG

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 153/265

LANGSUNG

a. Biaya pemasaran 2.000.000

b. Biaya administrasi 2.500.000

c. Biaya maintenance 1.500.000

d. Logistik harian 7.200.000

e. Gaji karyawan 1 9.000.000 9.000.000

TOTAL BIAYAOPERASIONAL 354.100.000

Sumber: Data primer.

Berdasarkan informasi tentang biaya investasi dan biaya operasional pembesaran,

selanjutnya dilakukan penghitungan parameter kelayakan finansial usaha

pembesaran yang perhitungannya dapat dilihat pada lampiran dan hasil

perhitungannya sebagai berikut:

1.  Internal rate of return (IRR) : 25,03

2.  Net present value (NPV) : Rp 542.627.000,-

3.  Benefit cost ratio (B/C) : 1,36

4. Payback period  : 7 tahun

5. Break even point (Volume) : 2.398 kg

6.  Break even point (Harga) : Rp 44.260,-/kg

(3) Analisis finansial penanganan pascapanen kerapu

Penanganan pascapanen ikan kerapu merupakan usaha lanjutan dari

pembesaran yang menampung hasil panen untuk dilakukan penyeleksian,

  125

Investasi yang diperlukan untuk usaha penanganan pascapanen ikan

kerapu terdiri atas bangunan dan perlengkapan untuk penampungan ikan.

Bangunan penampungan terdiri atas karamba, rumah jaga beserta perlengkapan

penampungan ikan. Investasi untuk penanganan pascapanen dengan skalaproduksi 4 unit karamba dapat dilihat pada Tabel 48.

Tabel 48 Biaya investasi penanganan pascapanen kerapu skala 4 unit karamba

No Komponen Proyek JumahUnit

BiayaSatuan

(Rp)Biaya Total

(Rp)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 154/265

Unit (Rp) (Rp)

1 LAHAN ( LAND BASE) 0,5 ha 50.000.000,-

2 BANGUNAN SIPIL 160.000.000,-

a. Karamba 10 15.000.000,- 150.000.000,-

b. Rumah jaga 1 10.000.000,- 10.000.000,-

3 PERLENGKAPANPASCAPANEN 112.000.000,-

a. Jaring apung 80 1.250.000,- 100.000.000,-

b. Ice box (penyimpanan pakan) 2 5.000.000,- 10.000.000,-

c. Peralatan kerja 1 2.000.000,- 2.000.000,-

4 PERALATAN MEKANIK,LISTRIK DAN LAB 13.500.000,- 

a. Tanki air tawar 2 1.000.000,- 2.000.000,-

b. Kompressor / sistem aerasi 2 2.000.000,- 4.000.000,-

c. Genset / listrik dan kabel 2 3.000.000,- 6.000.000,-

d. Peralatan laboratorium 1 1.000.000,- 1.000.000,-

e. Peralatan perbengkelan 1 500.000,- 500.000,-

5 PERLENGKAPAN KANTOR,

RUMAH & KOMUNIKASI 6.000.000,- a. Telepon 1 unit 1.000.000,-

b. Peralatan rumah / mess 1 unit 5.000.000,-

6 KENDARAAN 282.000.000,-

a. Kapal pengumpul 1 unit 200.000.000,-

b. Speed boat   1 unit 75.000.000,-

c. Kendaraan roda 2 1 unit 7.000.000,-

7 BIAYA KONSULTANSI 10.000.000,-

TOTAL BIAYA INVESTASI 633.500.000,-

Sumber: Data primer.

Bi i di l k k j l k h ik k

  126

Tabel 49 Biaya operasional usaha pascapanen ikan kerapu (4 karamba)

No Komponen Proyek JumahUnit

BiayaSatuan

(Rp)Biaya Total

(2 Bulan) (Rp)

1 BIAYA LANGSUNGa. Pembelian ikan 5000 80.000 400.000.000

b. Biaya pakan ikan 8,000 2.500 20.000.000

c. Obat dan vitamin 2 500.000 1.000.000

d. BBM / solar ( liter) 1,200 4.000 4.800.000

e. Pelumas (liter) 10 60.000 600.000

f. Buruh harian 4 1.500.000 6.000.000

2 BIAYA TIDAK

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 155/265

LANGSUNG

a. Biaya pemasaran 2.000.000b. Biaya administrasi 2.000.000

c. Biaya maintenance 1.000.000

d. Logistik harian 12.000.000

e. Gaji karyawan 2 4.000.000 8.000.000

TOTAL BIAYAOPERASIONAL

457.400.000

Sumber: Data primer.

Berdasarkan informasi tentang biaya investasi dan biaya operasionalpascapanen, selanjutnya dilakukan penghitungan parameter kelayakan finansial

usaha pascapanen kerapu yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 27

sampai dengan Lampiran 35, dan hasil perhitungannya sebagai berikut:

1. Internal rate of return (IRR) : 26,58

2.  Net present value (NPV) : Rp 881.808.000,-

3.  Benefit cost ratio (B/C) : 1,31

4. Payback period  : 7 tahun

5.  Break even point (volume) : 4.545 kg

6.  Break even point (harga) : Rp 76.180,-

Dalam perhitungan analisis finansial masing-masing kegiatan usaha,

maka dapat dilihat bahwa usaha budi daya lebih menguntungkan dibandingkan

pascapanen maupun pembenihan, sedangkan usaha pascapanen lebih

menguntungkan dibandingkan dengan usaha pembenihan. Hal ini dapat dilihat

  127

yang dialami dalam kegiatan produksi. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan

pembenihan membutuhkan berbagai kegiatan antara lain pemeliharaan induk,

pemeliharaan pakan, pemeliharaan larva dan sifat larva yang sangat rentan

terhadap perubahan lingkungan sehingga resiko kegagalan sangat tinggi.Salah satu upaya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

”memenggal” siklus usaha menjadi beberapa siklus yang lebih pendek. Di

lapangan, proses pemenggalan ini terjadi pada unit produksi pembenihan, di

mana berkembang yang disebut dengan usaha ”back yard hatchery” atau

”hatchery sepenggal” yaitu usaha yang memelihara ikan yang baru menetas

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 156/265

hatchery sepenggal , yaitu usaha yang memelihara ikan yang baru menetas

hingga ukuran tertentu (5 Cm). Unit usaha ini membeli telur dari hatchery siklus

penuh ( full cycle hatcheries) yang memiliki induk dan fasilitas pemeliharan induk 

lengkap. Dengan modal yang cukup kecil usaha ini dapat menghasilkan

keuntungan yang cukup baik sehingga banyak berkembang di daerah sekitar

hatchery besar seperti di Gondol (Bali), Situbondo (Jatim) atau Lampung. Hasil

penelitian Sadovy et al. (2003) menunjukkan bahwa agroindustri kerapu budi

daya dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat pantai di

berbagai lokasi.  Backyard hatchery kerapu di Bali memiliki nilai IRR dari 12%

hingga 356%, sedangkan pembesaran kerapu di karamba dan kolam di Philipina

memberikan IRR masing-masing 59% dan 82%.

6.4 Simulasi Titik Kitis Agroindustri Kerapu Budi Daya

Simulasi yang dilakukan pada subbab 6.1 lebih banyak membahas

pengaruh perubahan berbagai variabel terhadap tingkat keuntungan yang

diperoleh pembenihan, pembesaran atau pascapanen dalam industri budi daya

perikanan kerapu. Dalam sub bab ini dibahas tingkat ke-kritisan variabel tersebut

terhadap output yang dihasilkan (dalam hal ini tingkat keuntungan usaha).

Indikator utama yang digunakan untuk menilai kekritisan industri budi dayaperikanan kerapu adalah tidak tercapainya keuntungan karena biaya yang

dikeluarkan melebihi pendapatan yang diperoleh Titik kritis variabel industri

  128

6.4.1 Titik kritis pembenihan kerapu.

Variabel yang menentukan tingkat keuntungan pembenihan kerapu terdiri

atas variabel teknis (produksi) dan variabel ekonomi terutama harga input

maupun harga jual produk. Sejalan dengan variabel yang digunakan dalamsimulasi sebelumnya, maka titik kritis dianalisis melalui simulasi untuk variabel

teknis, yaitu tingkat fekunditas induk, persentase induk memijah, dan tingkat

sintasan benih. Selain itu dianalisis juga titik kritis untuk variabel ekonomis yang

terdiri dari harga jual benih dan harga pakan benih. Simulasi dilakukan dengan

menetapkan tingkat keuntungan total sama dengan nol pada “objective” simulasi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 157/265

menetapkan tingkat keuntungan total sama dengan nol pada objective simulasi.

Melalui proses simulasi ini dapat diketahui pada titik mana variabel-variabel itu

mengakibatkan keuntungan sama bengan nol, dengan asumsi variabel lain pada

kondisi normal.

Hasil simulasi dengan menggunakan model MAGRIPU dapat dilihat pada

Lampiran 45 hingga 49.  Secara keseluruhan, hasil simulasi titik kritis variabel

pembenihan dapat dilihat pada Tabel 50.

Tabel 50 Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pembenihan pada

tingkat keuntungan pembenihan sama dengan nol

No Variabel Titik Kritis Keterangan

1 Fekunditas induk 221.011 Jumlah butir telur minimumper induk ikan.

2 Persentase induk memijah 2,95 Persentase minimum

 jumlah induk memijah daripopulasi tersedia.

3 Sintasan benih 2,36 Persentase minimum jumlah benih bertahanhidup.

4 Harga jual benih per ekor Rp 3.063,- Harga jual benih minimumper ekor untuk memperolehkeuntungan pembenihan.

5 Biaya pakan benih per ekor Rp 4.584,- Biaya pakan maksimal perekor benih selamapemeliharaan.

  129

fekunditas induk adalah 1.500.000 butir / ekor, persentase induk memijah 20%,

sintasan benih 16%, harga jual benih Rp 6.000,-, atau biaya pakan per ekor

benih Rp 1.692,-.

6.4.2 Titik kritis pembesaran kerapu

Variabel-variabel yang digunakan dalam simulasi penghitungan titik kritis

pembesaran kerapu terdiri dari tingkat sintasan ikan, padat penebaran, harga

pakan ikan, harga benih, dan harga jual ikan. Titik kritis tersebut adalah pada

titik mana masing-masing variabel akan mengakibatkan tingkat keuntungan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 158/265

g g g g g

pembesaran sama dengan nol, sedangkan variabel lainnnya diasumsikan padakondisi normal. Penghitungan titik kritis tersebut dilakukan melalui simulasi

dengan menggunakan model MAGRIPU yang dapat dilihat pada Lampiran 50

hingga Lampiran 54.

Hasil penghitungan titik kritis untuk pembesaran kerapu dapat dilihat

pada Tabel 51.

Tabel 51 Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pembesaran kerapu

pada tingkat keuntungan pembesaran sama dengan nol.

No Variabel Titik Kritis Keterangan

1 Padat penebaran (ekor/ KJA)

43,79 Jumlah ikan ditebarminimum per KJA.

2 Sintasan ikan 21,26 % Persentase minimum

 jumlah ikan bertahan hidup.3 Harga benih per ekor Rp 25.244,- Harga beli maksimum

benih untuk memperolehkeuntungan budi daya.

4 Harga jual kerapu per ekor Rp 21.419,- Harga jual minimum perekor untuk memperolehkeuntungan budi daya.

5 Biaya pakan per ekor Rp 30.044,- Biaya pakan maksimal perekor ikan selamapemeliharaan.

D i T b l 51 d dilih b h h b k i

  130

ikan pada 80%, harga benih Rp 6.000,-, harga jual kerapu Rp 40.000,-/ekor, atau

biaya pakan per ekor Rp 10.800,-.

6.4.2 Titik kritis pascapanen kerapu

Variabel-variabel yang digunakan dalam simulasi penghitungan titik kritis

pascapanen kerapu terdiri atas tingkat sintasan ikan, padat penebaran, harga

pakan ikan, dan harga jual ikan. Titik kritis tersebut adalah pada titik mana

masing-masing variabel akan mengakibatkan tingkat keuntungan pascapanen

sama dengan nol, sedangkan variabel lainnya diasumsikan pada kondisi normal.

Penghitungan titik kritis tersebut dilakukan melalui simulasi dengan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 159/265

g g g

menggunakan model MAGRIPU yang perhitungannya dapat dilihat padaLampiran 55 hingga Lampiran 59.

Hasil penghitungan titik kritis untuk pascapanen kerapu dapat dilihat pada

Tabel 52.

Tabel 52 Hasil simulasi penghitungan titik kritis variabel pascapanen kerapu pada

tingkat keuntungan pascapanen sama dengan nol.

No Variabel Titik Kritis Keterangan

1 Padat penebaran (ekor/ KJA)

141,67 Jumlah minimum ikanditebar per KJA.

2 Sintasan ikan 22,67% Persentase minimum jumlahikan bertahan hidup.

3 Harga beli kerapu per ekor Rp 48.604,- Harga beli ikan maksimumuntuk memperoleh

keuntungan pascapanen.4 Harga jual kerapu per ekor Rp 51.424,- Harga jual minimum per

ekor kerapu pascapanen.5 Biaya pakan per ekor Rp 13.604,- Biaya pakan maksimal per

ekor ikan selamapemeliharaan.

Tabel 52 menunjukkan bahwa usaha pascapanen kerapu akan mencapai

kondisi kritis apabila variabel-variabel yang disebutkan di atas mencapai titik 

sebagaimana terlihat pada tabel tersebut. Penghitungan titik kritis ini dilakukan

  131

7 ANALISIS PRIORITAS PENINGKATAN KEUNTUNGANAGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA

Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan model peningkatan

keuntungan pembenihan, pembesaran dan penanganan pascapanen, diperolehgambaran tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan

( profit ) yang diperoleh masing-masing pelaku usaha. Pada subsistem

pembenihan, faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan usaha adalah

tingkat fekunditas induk, persentase induk memijah dari populasi induk yang

tersedia, dan tingkat mortalitas larva. Pada subsistem pembesaran, faktor yang

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 160/265

, g p , y g

berpengaruh terhadap tingkat keuntungan usaha adalah tingkat mortalitas, padat

penebaran, dan lama proses pembesaran. Demikian pula untuk subsistem

penanganan pascapanen, faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan usaha

adalah tingkat mortalitas, padat penebaran dan lama proses pascapanen.

Besaran kuantitatif tentang pengaruh faktor-faktor terhadap tingkat

keuntungan pembenihan, pembesaran dan pascapanen dapat dihitung dengan

menggunakan model yang dirancang. Faktor-faktor yang digunakan dalam

analisis tersebut dipilih karena tingkat ketersediaan data kuantitatifnya di

lapangan. Untuk lebih memperdalam analisis dilakukan pengumpulan informasi

yang lebih detail yang mengurai lebih jauh faktor-faktor tersebut. Sebagai

contoh, tingkat mortalitas larva dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti

penggunaan pakan, pemilihan induk, atau penggunaan obat-obatan. Namun

sejauh ini tidak tersedia informasi yang menggambarkan kuantifikasi hubungan

antar faktor-faktor tersebut dengan tingkat mortalitas yang terjadi di dunia nyata.

Untuk mengatasi ini maka digunakan metode yang dapat mengkuantifikasi

hubungan yang bersifat kualitatif, antara lain dengan metode AHP. Hubungan

antar variabel kualitatif tersebut diperoleh dengan menjaring pendapat pakar di

bidang perikanan kerapu.

7.1  Pemeringkatan Prioritas Perbaikan Faktor Produksi Berdasarkan Hasil

  132

mengubah beberapa variabel survival rate, persentase induk memijah dan

fekunditas induk sesuai dengan kisaran yang berlaku di lapangan, yaitu sintasan

(survival rate) antara 11% s/d 21%, persentase induk memijah antara 10% - 30%

dan fekunditas induk 1.000.000 – 2.000.000. Besarnya pengaruh perubahan

tersebut terhadap perubahan pada tingkat keuntungan dan tingkat produksi

pembenihan dapat dilihat pada Tabel 53

Tebel 53 Pengaruh perubahan faktor produksi pembenihan terhadap perubahantingkat keuntungan dan tingkat produksi pembenihan ikan kerapu

No Faktor Peubah PerubahanPengaruh terhadap

keuntunganPengaruh terhadap

produksi /bln

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 161/265

No Faktor Peubah Perubahan keuntungan

pembenihan (%)

produksi /bln

(%)1. Sintasan (Survival

rate)11 % ke 21% 77,11 90,91

2. Persentase induk memijah

10% ke 30% 152,03 200,00

3. Fekunditas induk 1 jt ke 2 jt 84,22 100,00

Peningkatan sintasan benih dari 11% menjadi 21% meningkatkankeuntungan pembenihan sebanyak 77,11%, atau sebesar 7,71% untuk setiap

persen kenaikan sintasan. Kenaikan persentase induk memijah dari 10% menjadi

30% menaikkan tingkat keuntungan sebesar 152,03%, atau 7,60% untuk setiap

persen kenaikan persentase induk memijah. Kenaikan fekunditas induk dari

1.000.000 ke 2.000.000 meningkatkan keuntungan sebesar 84,22%, atau sekitar

8,42% untuk setiap kenaikan 100.000 fekunditas induk.

Pengaruh perubahan faktor produksi pembenihan terhadap tingkat

produksi juga dianalisis dengan menggunakan peubah yang sama. Hasil simulasi

menunjukan bahwa perubahan sintasan (survival rate) dari 11% ke 21%

meningkatkan produksi sebesar 90,91%, perubahan persentase induk memijah

dari 10% ke 30% meningkatkan produksi sebesar 200%, sedangkan peningkatan

fekunditas induk dari 1.500.000 ke 2.000.000 meningkatkan produksi 100%.

Untuk dapat mengetahui tingkat kepentingan setiap peubah terhadap

  133

Sasaran: Menentukan prioritas program peningkatan keuntungan pembenihan.

Kriteria: (1) Kontribusi terhadap peningkatan keuntungan pembenihan (bobot50%)

(2) Kontribusi terhadap peningkatan produksi pembenihan (bobot 50%)Alternatif pilihan program:

(1) Peningatan persentase induk memijah.(2) Peningkatan fekunditas induk.(3) Peningkatan sintasan benih.

Analisis menggunakan AHP dilakukan dengan terlebih dahulu

memeringkatkan angka pengaruh alternatif pilihan berdasarkan kriteria

(keuntungan dan produksi) sebagai berikut:

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 162/265

( g p ) g

Tabel 54 Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntunganpembenihan menggunakan AHP

Persen pengaruh PemeringkatanNo Alternatif Pilihan

Keuntungan Produksi Keuntungan Produksi

1. Sintasan(Survival rate)

77,11 90,91 0,2124 0,2326

2. Persentaseinduk memijah

152,03 200,00 0,5272 0,5116

3. Fekunditasinduk 

84,22 100,00 0,2604 0,2558

Total 352,78 390,91 1,0000 1,0000

Selanjutnya dilakukan pengalian antara matriks peringkat dengan matriks bobot

kriteria, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 55 Hasil pemeringkatan alternatif program peningkatan keuntunganpembenihan menggunakan AHP

No Alternatif Keuntungan ProduksiBobot

KriteriaHasil Ranking

1 Sintasan 0,2124 0,2326 0,5 22,25 3

2 Induk Memijah 0,5272 0,5116 0,5 51,94 1

3 Fekunditas 0,2604 0,2558 25,81 2

  134

(1) Peningkatan persentase induk memijah;

(2) Peningkatan fekunditas induk;

(3) Peningkatan sintasan (survival rete) benih.

7.1.2 Pemeringkatan prioritas perbaikan faktor produksi pembesaran

Peningkatan produktivitas usaha pembesaran kerapu sebagai langkah

untuk menciptakan keunggulan kompetitif pembesaran kerapu terutama dilihat

dari indikator seberapa cepat pertumbuhan ikan dan seberapa besar tingkat

kematian (mortalitas) ikan selama pembesaran. Kecepatan tumbuh ikan dapat

dilihat juga dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan ikan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 163/265

dilihat juga dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan ikan

dari ukuran tertentu hingga ukuran konsumsi (0,5 kg / ekor).

Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui pengaruh perubahan faktor

peubah dalam pembesaran terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh usaha

pembesaran. Hasil simulasi dengan mengubah beberapa variabel survival rate,

padat penebaran dan lama pembesaran sesuai dengan kisaran yang berlaku di

lapangan, yaitu sintasan (survival rate) antara 70% s/d 90%, padat penebaranantara 200 ekor hingga 300 ekor ikan per KJA dan lama pembesaran antara 4

bulan hingga 6 bulan. Besarnya pengaruh perubahan tersebut terhadap perubahan

pada tingkat keuntungan dan tingkat produksi dapat dilihat di Tabel 56.

Peningkatan sintasan ikan dari 70% menjadi 90% meningkatkan

keuntungan pembesaran sebanyak 25,78 %, atau sebesar 1,289% untuk setiap

persen kenaikan sintasan. Kenaikan padat penebaran ikan dalam KJA dari 200

ekor/KJA menjadi 300 ekor / KJA menaikkan tingkat keuntungan sebesar 44,42

% untuk kenaikan padat tebar sebanyak 100 ekor per KJA. Efisiensi lama

pembesaran dari 6 bulan menjadi 4 bulan meningkatkan keuntungan sebesar

46,03 %, atau sekitar 23,02% per bulan.

Tabel 56 Pengaruh perubahan faktor produksi pembesaran terhadap perubahan

tingkat keuntungan pembesaran ikan kerapu

No Faktor Peubah PerubahanPengaruh terhadap

keuntunganPengaruh

terhadap produksi

  135

Pengaruh perubahan faktor produksi pembesaran terhadap tingkat

produksi juga dianalisis dengan menggunakan peubah yang sama. Hasil simulasi

menunjukkan bahwa perubahan sintasan (survival rate) dari 70% ke 90%

meningkatkan produksi sebesar 27,13%, perubahan padat penebaran dari 200 ke

300 ekor/KJA meningkatkan produksi sebesar 47,26%, sedangkan peningkatan

efisiensi lama pembesaran dari 6 bulan menjadi 4 bulan meningkatkan produksi

sebesar 47,23%.

Untuk dapat mengetahui tingkat kepentingan setiap peubah terhadap

pencapaian tujuan peningkatan keuntungan dan produktivitas pembesaran, maka

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 164/265

dilakukan pemeringkatan dengan metode AHP. Uraian tentang pelaksanaanmetode AHP tersebut adalah sebagai berikut:

Sasaran : Menentukan prioritas program peningkatan keuntungan pembesaran.

Kriteria :(1) Kontribusi terhadap peningkatan keuntungan pembesaran (bobot50%)

(2) Kontribusi terhadap peningkatan produksi pembesaran (bobot 50%)

Alternatif pilihan program:

(1) Peningkatan sintasan pembesaran.(2) Peningkatan padat penebaran(3) Peningkatan efisiensi lama pembesaran.

Analisis menggunakan AHP dilakukan dengan terlebih dahulu

memeringkatkan angka pengaruh alternatif pilihan terhadap kriteria (keuntungan

dan produksi) sebagai berikut:

Tabel 57 Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntunganpembesaran menggunakan AHP

Persen pengaruh PemeringkatanNo Alternatif Pilihan

Keuntungan Produksi Keuntungan Produksi

1. Sintasan(Survival rate)

27,13 28,57 0,2218 0,2222

2. Padatpenebaran

47,26 50,00 0,3821 0,3889

3 L 47 23 50 00 0 3961 0 3889

  136

Tabel 58 Hasil pemeringkatan alternatif program peningkatan keuntunganpembesaran menggunakan AHP

No Alternatif Keuntungan ProduksiBobot

KriteriaHasil Ranking

1 Sintasan 0,2218 0,2222 0,5 22,20 3

2 Padatpenebaran

0,3821 0,3889 0,5 38,55 2

3 Lamapembesaran

0,3961 0,3889 39,25 1

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 165/265

Berdasarkan hasil analisis menggunakan AHP diperoleh gambaran bahwa untuk meningkatkan keuntungan pada produksi pembesaran, maka peringkat alternatif 

program yang perlu dilakukan adalah berdasarkan urutan prioritas sebagai

berikut:

(1) Peningkatan efisiensi lama pembesaran (mempersingkat lama pembesaran).

(2) Peningkatan padat penebaran

(3) Peningkatan sintasan (survival rete) pembesaran.

7.1.3 Pemeringkatan prioritas perbaikan faktor produksi pascapanen

Karakteristik permasalahan dalam peningkatan produktivitas pada

subsistem penanganan pascapanen kurang lebih sama dengan permasalahan

dalam subsistem pembesaran, sehinga pemecahan masalahnya akan sama pula.

Perbedaan yang utama adalah bahwa waktu yang dibutuhkan dalam penanganan

pascapanen jauh lebih singkat dibandingkan dengan subsistem pembesaran.

Selain itu proses yang dilakukan dalam subsistem ini lebih kepada peningkatan

kualitas ketimbang peningkatan produktivitas. Cara yang paling mudah

dilakukan adalah memperketat proses seleksi pada saat pembelian ikan dari

produsen sebelumnya (pembudidaya atau nelayan).Di kalangan pelaku pascapanen dan pembesaran telah ada semacam

k k b h h ik kil k di hi l h k

  137

atas 1 kg per ekor) tidak disukai oleh konsumen sehingga harganya lebih murah.

Hal terakhir ini dikecualikan untuk ikan-ikan tertentu seperti ikan napoleon atau

kerapu kertang yang secara dewasa normalnya berukuran besar dan biasanya

dikonsumsi untuk kelompok besar.

Berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui pengaruh perubahan faktor

peubah dalam pascapanen terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh usaha

pascapanen. Hasil simulasi dengan merubah beberapa variabel survival rate,

padat penebaran dan lama pascapanen sesuai dengan kisaran yang berlaku di

lapangan, yaitu sintasan (survival rate) antara 70% s/d 90%, padat penebaran

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 166/265

antara 200 ekor hingga 300 ekor ikan per KJA dan lama proses pascapanen antara1 bulan hingga 2 bulan. Besarnya pengaruh perubahan tersebut terhadap

perubahan pada tingkat keuntungan dapat dilihat pada Tabel 59.

Tebel 59 Pengaruh perubahan faktor produksi pascapanen terhadap perubahantingkat keuntungan dan tingkat produksi pascapanen kerapu

No Faktor Peubah PerubahanPengaruh terhadap

keuntungan

pascapanen (%)

Pengaruhterhadap produksi

PP (%)1. Sintasan (Survival

rate)70 % ke 90% 26,48 28,57

2. Padat penebaran 200 ekor ke300 ekor

183,49 50,00

3. Lama pascapanen 2 bln ke 1 bln 93,15 100,00

Peningkatan sintasan ikan dari 70% menjadi 90% meningkatkankeuntungan pascapanen sebanyak 27,46. Kenaikan padat penebaran ikan dalam

KJA dari 200 ekor/KJA menjadi 300 ekor / KJA menaikkan tingkat keuntungan

sebesar 47,88, sedangkan efisiensi lama pascapanen dari 2 bulan menjadi 1 bulan

meningkatkan keuntungan sebesar 95,45%.

Pengaruh perubahan faktor produksi pascapanen terhadap tingkat

produksi juga dianalisis dengan menggunakan peubah yang sama. Hasil simulasi

menunjukan bahwa perubahan sintasan (survival rate) dari 70% ke 90%

  138

Untuk dapat mengetahui tingkat kepentingan setiap peubah terhadap

pencapaian tujuan peningkatan keuntungan dan produktivitas pascapanen, maka

dilakukan pemeringkatan dengan metode AHP. Uraian tentang pelaksanaan

metode AHP tersebut adalah sebagai berikut:

Sasaran : Menentukan prioritas program peningkatan keuntungan pascapanen.

Kriteria : (1) Kontribusi terhadap peningkatan profit pascapanen (bobot 50%)(2) Kontribusi terhadap peningkatan produksi pascapanen (bobot 50%)

Alternatif pilihan program:

(1) Peningkatan sintasan pascapanen.(2) Peningkatan padat penebaran(3) Peningkatan efisiensi lama pascapanen.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 167/265

( ) g p p

Analisis menggunakan AHP dilakukan dengan terlebih dahulu

memeringkatkan angka pengaruh alternatif pilihan terhadap kriteria (keuntungan

dan produksi) sebagai berikut:

Tabel 60 Pemeringkatan alternatif pilihan program peningkatan keuntunganpascapanen menggunakan AHP

Persen pengaruh (%) PemeringkatanNo Alternatif Pilihan

Keuntungan Produksi Keuntungan Produksi

1. Sintasan(survival rate)

26,48 28,57 0,2804 0,1600

2. Padatpenebaran

183,49 50,00 0,1608 0,2800

3. Lama

pascapanen

93,15 100,00 0,5589 0,5600

Total 303,12 178,57 1,0000 1,0000

Selanjutnya dilakukan pengalian antara matrik peringkat dengan matrik bobot

kriteria, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 61 Hasil pemeringkatan alternatif program peningkatan keuntungan

pascapanen menggunakan AHP

No Alternatif Keuntungan Produksi Bobot Hasil Ranking

  139

Berdasarkan hasil analisis menggunakan AHP diperoleh gambaran

bahwa untuk meningkatkan keuntungan pada produksi pascapanen, maka

peringkat alternatif program yang perlu dilakukan adalah berdasarkan urutan

prioritas sebagai berikut:

(1) Peningkatan efisiensi lama pascapanen (mempersingkat lama pascapanen).

(2) Peningkatan padat penebaran

(3) Peningkatan sintasan (survival rate) pascapanen.

7.2  Pemeringkatan Prioritas Kebijakan Pengembangan Agroindustri

Kerapu Berdasarkan Akuisisi Pendapat Pakar Dengan Metode AHP

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 168/265

Analisis lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan keuntungan industri perikanan kerapu budi daya dilakukan dengan

metoda  Hierarchy Process (AHP) yang menggunakan informasi yang diperolah

dari pakar di bidang budi daya perikanan kerapu. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan EXPERT CHOICE Versi 11. Dalam analisis ini, struktur

pengembangan agroindustri perikanan kerapu budi daya dikelompokkan menurutfokus, aktor, sasaran, faktor, dan kebijakan. Struktur hierarki tersebut dapat

dilihat pada Gambar 41. Dalam struktur tersebut, fokus yang ingin dicapai

adalah pemeringkatan kebijakan program pengembangan agroindustri kerapu

budi daya. Aktor yang terlibat dan berkepentingan terdiri dari pelaku usaha

pembenihan, pelaku usaha pembesaran (pembudidaya), pelaku usaha pascapanen

dan pemerintah. Setiap aktor memiliki sasaran yang spesifik masing-masing,namun secara umum sasaran pelaku usaha adalah peningkatan produktivitas

untuk memperoleh keuntungan setinggi-tingginya dan peningkatan devisa negara

melalui ekspor kerapu. Sasaran masing-masing aktor diuraikan lebih lanjut ke

dalam faktor yang lebih teknis untuk mencapai sasaran peningkatan produktivitas

tersebut. Sebagai contoh, sasaran peningkatan produktivitas pembenihan dapat

dicapai apabila terjadi peningkatan fekunditas telur, frekuensi memijah dan

peningkatan sintasan benih / larva. Selanjutnya untuk mencapai sasaran teknis

  140

 

Fokus:

Aktor:

Seleksi programPengembangan

Agroindustri Kerapu Budidaya

Pelaku UsahaPembesaran

Pelaku Usaha

Pembenihan

Pelaku UsahaPascapanen

Pemerintah

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 169/265

Sasaran:

Faktor:

Kebijakan:

Gambar 41 Hierarki untuk menentukan prioritas program pengembangan agroindustri kerapu budi daya.

Peningkatan ProduktivitasPembesaran KerapuPeningkatan ProduktivitasPembenihan Kerapu Peningkatan ProduktivitasPascapanen Kerapu Peningkatan PendapatanDevisa melalui Ekspor 

Frekuensi

memijah

Sintasan

Benih

Pertumbuhan

Ikan

Sintasan

ikan

Akses

pasar 

Pembinaan

Teknologi

Pengemb. IndukUnggul

Pengemb.Pakanbuatan

Obat /Vitamin/Vaksin

Peningkatan Kualitas Air 

Sertifikasi

Benih

Penerap

an GAP

Grading

Ikan

Pengem.Info.pasar 

Fekunditas

telur/Induk

Pengatur an padat

tebar 

Perawat

an KJA

Penggunaan bnhunggul

  141

  Pengumpulan pendapat pakar dilakukan untuk menjaring pendapat

mereka tentang perbandingan tingkat kepentingan atau peranan masing-masing

aktor dalam pengembangan agroindustri kerapu budi daya, perbandingan tingkat

kepentingan setiap sararan mengacu pada kepentingan aktor, perbandingan

tingkat kepentingan setiap faktor mengacu pada sasaran, dan perbandingan

tingkat kepentingan setiap kebijakan mengacu pada faktor. Hasil pengolahan

data yang diperoleh selanjutnya dituangkan dalam matriks perbandingan

berpasangan pada untuk setiap tingkatan. Tabel 62 menunjukkan matriks

perbandingan kepentingan aktor terhadap pencapaian tujuan pengembangan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 170/265

agroindustri kerapu. Hasil tersebut merupakan rata-rata aritmatik dari angka-angka hasil pengisian para responden (pakar).

Tabel 62 Hasil perbandingan berpasangan dari peranan aktor terhadap programpengembangan agroindustri kerapu budi daya

PelakuPembenihan

PelakuPembesaran

PelakuPascapanen

Pemerintah

Pelaku pembenihan 1,00 4,33 6,00 3,00

Pelaku pembesaran0,24 1,00 4,67 2,67

Pelaku pascapanen0,18 0,22 1,00 1,22

Pemerintah0,33 0,39 2,11 1,00

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan EXPERT CHOICE

diperoleh kesimpulan bahwa bobot masing-masing aktor yaitu pelaku

pembenihan, pelaku pembesaran, pelaku pascapanen dan pemerintah terhadap

suksesnya pengembangan agroindustri kerapu budi daya adalah berturut-turut

0,569, 0,242, 0,074, dan 0,115. Apabila diurutkan berdasarkan tingkat

kepentingannya maka urutannya adalah (1) pelaku pembenihan, (2) pelaku budi

daya, (3) pemerintah, dan (3) pelaku pascapanen. Angka tingkat inkonsistensi

yang dicapai adalah 0,09, sehingga hasil pengisian para pakar adalah konsisten

karena dibawah 0 1

  142

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 171/265

 

Gambar 42 Bentuk tampilan pada layar komputer penghitungan AHP

menggunakan Expert Choice Versi 11.

Berdasarkan hasil AHP menggunakan program Expert Choice, diperoleh

bobot untuk masing-masing sasaran sesuai dengan aktor yang menjadi acuan.

Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 63.

Tabel 63 Hasil perhitungan bobot kepentingan variabel sasaran

SasaranPelaku

pembenihanPelaku

pembesaranPelaku

pascapanenPemerintah

Produktivitaspembenihan 0,602 0,224 0,148 0,240Produktivitas

pembesaran 0,222 0,599 0,161 0,147ProduktivitasPascapanen 0,101 0,094 0,594 0,085

  143

Selanjutnya dilakukan pengolahan data terhadap perbandingan

berpasangan yang mengurai lebih jauh sasaran menjadi faktor produksi. Dalam

tahap ini dilakukan penghitungan bobot setiap faktor mengacu pada masing-

masing sasaran. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka dapat diketahui

bobot masing-masing faktor mengacu pada masing-masing sasaran. Selanjutnya

setiap faktor diurai menjadi kebijakan yang perlu dilakukan dalam rangka

mengembangkan agroindustri perikanan kerapu secara keseluruhan.

Hasil AHP menggunakan Expert Chioce menghasilkan hasil perhitungan

final untuk bobot masing-masing kebijakan pengembangan agroindustri kerapu

k li j kk i k t ( ki ) k bij k l

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 172/265

yang sekaligus menunjukkan peringkat (rangking) kebijakan yang perlumendapat prioritas menurut pendapat pakar. Hasil akhir peringkat kebijakan

pengembangan agroindustri kerapu tersebut dapat dilihat pada Gambar 43.

Gambar 43 Tampilan hasil AHP peringkat kebijakan pengembangan agroindustri

  144

pengembangan induk unggul, dan (4) grading atau seleksi ikan. Urutan tingkat

kepentingan kebijakan yang dihasilkan melalui AHP ini merupakan cerminan

dari pendapat pakar tentang program atau kebijakan teknis yang perlu

dikembangkan untuk mendukung pengembangan agroindustri perikanan kerapu.

Hasil pemeringkatan ini dipengaruhi oleh pendapat yang berbeda dari

masing-masing pelaku usaha. Pengembangan benih unggul dinilai sebagai faktor

yang paling penting bagi pelaku pembesaran maupun pelaku pembenihan,

pengembangan pakan menduduki peringkat kedua karena dianggap penting baik 

oleh pembenih, pelaku pembesaran maupun pascapanen, pengembangan induk 

unggul menduduki peringkat ketiga karena dianggap penting oleh pelaku

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 173/265

unggul menduduki peringkat ketiga karena dianggap penting oleh pelaku

pembenihan maupun pemerintah. Grading dan seleksi ikan merupakan hal yang

dianggap paling penting oleh pelaku pascapanen karena mereka lebih dekat ke

konsumen akhir yang mementingkan kualitas. Meskipun demikian urutan yang

dihasilkan oleh AHP ini telah mencerminkan preferensi semua pelaku yang

terlibat.

Berdasarkan hasil pemeringkatan ini, maka dapat disusun kebijakan

penerapan teknologi yang perlu diterapkan berdasarkan tingkat kepentingannya.

Pembahasan mengenai hal ini dilakukan pada bagian lain yang membahas

tentang implikasi bagi kebijakan pemerintah.

  145

8 ANALISIS KESEIMBANGAN KAPASITAS PRODUKSIDAN PEMERATAAN DISTRIBUSI KEUNTUNGAN

Agroindustri kerapu budi daya terdiri atas rangkaian kegiatan usaha

yang saling bergantung satu dengan yang lainnya, yaitu pembenihan,pembesaran, dan pascapanen. Sebagaimana dapat dilihat di diagram pada

Lampiran 5, usaha pembenihan akan berkembang apabila usaha pembesaran yang

menggunakan benih juga berkembang. Sebaliknya, usaha pembesaran

membutuhkan pasokan dari pembenihan. Selanjutnya usaha pembesaran

membutuhkan pembeli, yaitu usaha pascapanen (merangkap pedagang

pengumpul ikan hidup) dan demikian pula sebaliknya Kelemahan pada salah

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 174/265

pengumpul ikan hidup) dan demikian pula sebaliknya. Kelemahan pada salah

satu mata rantai dapat mengakibatkan tidak bekerjanya sistem secara

keseluruhan. Sebagai contoh, keengganan para pelaku usaha untuk memasuki

segmen usaha pembesaran karena sulitnya mencari lahan perairan yang bebas

dari gangguan polusi maupun keamanan akan mengakibatkan tidak terjualnya

benih ikan yang dihasilkan oleh pembenihan. Sebaliknya tidak diproduksinya

benih ikan akibat kondisi alam yang kurang mendukung akan mengakibatkan

terhentinya usaha pembesaran dan pascapanen.

Selain masalah keterkaitan antar kegiatan usaha, permasalahan penting

lainnya dalam pengembangan agroindustri kerapu budi daya adalah

kecenderungan terjadinya produksi yang berlebih terdorong oleh keinginan

memperoleh keuntungan sebesar-besarnya karena harga jual ikan kerapu yang

tinggi. Kecenderungan ini dapat terjadi karena permintaan pasar ikan kerapu

hidup masih terbatas pada pasaran Hong Kong, sedangkan pemasok ikan kerapu

ke pasar tersebut terdiri atas berbagai negara di kawasan Asia Tenggara dan

Australia. Produksi yang berlebih terhadap ikan kerapu jenis tertentu akan

mengakibatkan penurunan harga kerena berlebihnya suplai di pasaran.

Kecenderungan berlebihnya pasokan di pasaran terlihat dari menurunnya harga jual ikan kerapu yang lebih banyak ditentukan oleh pembeli (buyer’s market ).

  146

perkembangan pada salah satu mata rantai dapat mengakibatkan terhambatnya

perkembangan sistem agroindustri kerapu budi daya secara keseluruhan.

Memperhatikan permasalahan tersebut di atas maka diperlukan upaya

untuk menata dan memperkuat struktur agroindustri kerapu budi daya sehingga

terbentuk keterkaitan yang erat antar subsistem yang terlibat di dalamnya. Model

dinamik dirancang bangun untuk menggambarkan perilaku agroindustri kerapu

budi daya, dan dengan menggunakan model tersebut dapat disimulasikan

dinamika yang terjadi pada sistem akibat adanya perubahan pada komponen

sistem tersebut. Proses simulasi telah dilaksanakan pada bab terdahulu yaitu

optimasi perencanaan kapasitas agroindustri kerapu budi daya yang sesuai

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 175/265

optimasi perencanaan kapasitas agroindustri kerapu budi daya yang sesuaidengan kapasitas pasar dan simulasi distribusi keuntungan antar subsistem

produksi.

8.1 Perencanaan Kapasitas Produksi Agregat

Berdasarkan hasil simulasi telah dapat diketahui kapasitas produksi

maksimum pembenihan, pembesaran dan penanganan pascapanen yang harus

dikembangkan untuk mengantisipasi permintaan pasar. Analisis tersebut

dilakukan khusus untuk ikan kerapu macan dan khusus untuk pasar Hong Kong.

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh tiga perhitungan kecenderungan

permintaan pasar yaitu berdasarkan skenario optimistik, skenario moderat, dan

skenario pesimistik untuk tiga subsistem usaha, yaitu pembenihan, pembesaran,

dan pascapanen (Tabel 35). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa apabila

permintaan pasar mengikuti kecenderungan sesuai dengan skenario optimistik 

dibutuhkan produksi sebanyak 1.938.144 benih kerapu macan per tahun,

pembesaran sebanyak 1.596.516 ekor per tahun dan produksi

pascapanen/pemasaran sebanyak 1.271.976 ekor per tahun. Perhitungan ini dapat

dilakukan untuk jenis-jenis kerapu lainnya seperti kerapu bebek, kerapu lumpur,

kerapu sunu, dan kerapu malabar yang tersdia informasinya.Peningkatan keunggulan kompetitif agroindustri kerapu budi daya

I d i h d i l i d k k i d k i

  147

mendalam untuk memilih spesies kerapu yang menjadi unggulan Indonesia.

Dengan menentukan spesialisasi produk, maka upaya penciptaan keunggulan

kompetitif sektor perikanan laut, khususnya ikan kerapu, melalui pemfokusan

kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan.

Hasil analisis ini dapat dijadikan dasar bagi kebijakan boleh atau tidaknya

ekspor benih. Apabila berdasarkan hasil simulasi diperoleh informasi bahwa

pada musim tertentu kapasitas produksi benih melebihi kemampuan budi daya

untuk menyerap benih, maka dapat dilakukan ekspor benih. Sebaliknya apabila

kapasitas produksi kurang dari kebutuhan maka dilakukan pelarangan ekspor.

Perencanaan kapasitas produksi agroindustri kerapu budi daya secara

makro nasional diperlukan untuk menghindarkan terjadinya produksi yang

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 176/265

makro nasional diperlukan untuk menghindarkan terjadinya produksi yang

melampaui kemampuan pasar untuk menyerapnya, terlebih pada komoditi ikan

kerapu yang diperdagangkan dalam keadaan hidup dan memiliki pasar yang

sebagian besar ditujukan ke pasar Hong Kong. Informasi tentang kapasitas

produksi maksimal selanjutnya dapat dijadikan dasar bagi perencanaan

pengembangan produksi ikan kerapu.

Informasi tentang penyerapan ikan kerapu di pasaran Hong Kong dapat

dilihat pada Lampiran 4. Dari informasi tersebut terlihat bahwa paling tidak ada

7 jenis ikan kerapu asal Indonesia yang diperjual-belikan di pasaran Hong Kong.

Dilihat dari volumenya, impor Hong Kong tersebut memperlihatkan

kecenderungan meningkat. Untuk kerapu macan, volume impor dari Indonesia

meningkat dari 2.280 kg/bulan pada awal tahun 2002 menjadi 33.140 kg/bulan

pada pertengahan tahun 2006. Berdasarkan hasil proyeksi, melalui skenario

optimistik, maka volume impor ikan kerapu macan hidup dari Indonesia akan

mencapai 51.807 kg/bulan pada akhir tahun 2008. Apabila dilihat dari semua

 jenis kerapu hidup yang diimpor Hong Kong dari Indonesia, maka angka impor

tersebut meningkat dari 78.655 kg/bulan pada awal tahun 2003 menjadi 95.293

kg/bulan pada pertengahan tahun 2006 dan diproyeksikan menjadi sebesar

119.706 kg/bulan pada akhir tahun 2008.

Informasi mengenai volume impor kerapu Hong Kong asal Indonesia

  148

8.2 Pemerataan Distribusi Keuntungan

Tingkat profitabilitas ketiga pelaku usaha dalam agroindustri kerapu budi

daya mengalami ketimpangan. Ketimpangan ini terjadi karena karakter kegiatan

usahanya yang lebih rentan terhadap risiko kegagalan dan membutuhkaninvestasi yang cukup besar. Berdasarkan hasil simulasi, kegiatan pembenihan

memiliki tingkat risiko yang tinggi. Apabila hal ini dibiarkan maka ada

kecenderungan pelaku usaha untuk menghindari kegiatan tersebut yang akhirnya

merugikan industri secara keseluruhan karena terputusnya mata rantai industri.

Alternatif jalan keluar yang mungkin dilakukan adalah melalui intervensi

pemerintah, dimana segmen usaha yang memiliki risiko tinggi diambil alih oleh

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 177/265

p , g y g gg

pemerintah. Hal ini dimungkinkan karena beberapa pembenihan kerapu yang

dinilai berhasil berada di bawah pengelolaan pemerintah, dalam hal ini

Departemen Kelautan dan Perikanan. Untuk menyelamatkan agroindustri

kerapu budi daya secara keseluruhan, maka pemerintah perlu mensubsidi

kegiatan usaha tersebut. Dapat pula dilakukan langkah bahwa pihak swasta tetap

menangani pembenihan, namun diberi subsidi oleh pemerintah. Dapat juga,

segmen kegiatan tertentu seperti pemeliharaan induk ditangani oleh pemerintah

dan pembenih swasta boleh menggunakan induk yang disediakan pada saat

diperlukan.

Berdasarkan hasil simulasi telah dapat diketahui variabel-variabel mana

yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan

pembenihan, pembesaran dan pascapanen. Untuk subsistem pembenihan, faktor-

faktor teknis yang sangat berpengaruh terhadap keuntungan adalah produktivitas

induk (fekunditas dan frekuensi memijah) dan sintasan benih. Untuk faktor

ekonomis, maka faktor yang berpengaruh adalah harga jual benih dan biaya

produksi per unit benih. Untuk subsistem pembesaran, faktor teknis yang

berpengaruh adalah sintasan ikan, kecepatan tumbuh ikan (lama pemeliharaan),dan padat penebaran, sedangkan faktor ekonomis yang menentukan keuntungan

  149

Melalui intervensi pemerintah dapat dilakukan upaya menyeimbangkan

pendapatan para pelaku usaha di bidang perikanan kerapu, misalnya melalui

pemberian insentif langsung maupun tidak langsung. Bentuk insentif fiskal

dapat berupa subsidi bunga pinjaman bagi usaha pembenihan atau pembebasan

tarif impor barang modal untuk pembenihan yang belum diproduksi di dalam

negeri. Bentuk insentif non fiskal untuk kegiatan pembenihan antara lain adalah

kemudahan perizinan, bantuan survey lokasi, bantuan tenaga akhli dan

pendidikan dan pelatihan di bidang pembenihan. Melalui berbagai insentif ini

maka akan tercipta iklim usaha yang kondusif bagi terciptanya keunggulan

kompetitif agroindustri kerapu budi daya di antara negara pesaing di kawasan

A i P ifik

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 178/265

Asia Pasifik.

Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri pembenihan ikan

kerapu, dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan pemasaran

benih ikan kerapu ke luar negeri, terutama negara konsumen ikan kerapu. Dapat

pula dipertimbangkan kemungkinana memfasilitasi usaha budi daya di negara

lain dengan pasokan benih dari Indonesia. Hal ini dapat dilakukan untuk jenis- jenis ikan kerapu yang merupakan spesialisasi Indonesia seperti kerapu tikus atau

kerapu sunu karena sesuai dengan ekosistem Indonesia. Meskipun demikian,

kebijakan ini perlu didukung oleh perlindungan terhadap hak atas kekayaan

intelektual (HAKI), sehingga menghindarkan terjadinya perpindahan sumber

daya dan tenaga akhli Indonesia ke negara lain.

Untuk subsistem pembesaran (budi daya), permasalahan umum yang

dihadapi oleh pelaku usaha adalah kepastian hukum untuk penggunaan kawasan

perairan untuk kegiatan budi daya laut. Tumpang tindih penggunaan kawasan

dengan kegiatan lain seperti pariwisata atau kegiatan penambangan dapat

mengakibatkan berkurangnya minan investor memasuki bidang budi daya kerapu.

Untuk mengatasi hal ini, maka upaya implementasi dari Undang-undang tentang

Perikanan Nomor 31 / 2004 terutama yang menyangkut tata pemanfaatan air dan

lahan pembudidayaan ikan dalam bentuk peraturan pemerintah akan sangat

  150

9 IMPLIKASI BAGI KEBIJAKAN PENGEMBANGANAGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA 

Pengembangan agroindustri kerapu budi daya pada dasarnya ditujukan

untuk meningkatkan produktivitas sehingga mampu meningkatkan ekspor

komoditas tersebut sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani ikan. Sasaran

program pengembangan budi daya kerapu dalam periode 2005-2009 yang

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya - DKP adalah ekspor

komoditas kerapu sebesar 8.400 ton senilai US$ 42 juta pada tahun 2005

meningkat menjadi 21.000 ton senilai US$ 105 juta pada tahun 2009. Disadari

bahwa tingkat persaingan di dunia semakin ketat, sehingga penguatan daya saing

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 179/265

perikanan budi daya perlu dilakukan baik dalam tahap pembenihan (hatchery)

maupun dalam tahap pembesaran (grow out ) (Nurdjana 2005).

Menurut Porter (1998) keunggulan kompetitif suatu industri dapat

diciptakan melalui pengembangan kegiatan berbiaya rendah atau memimpin

diferensiasi untuk membedakan dirinya secara unik dengan para pesaing.

Kegiatan yang berbiaya rendah merupakan keunggulan produktivitas

(  productivity advantage), sedangkan diferensiasi merupakan bagian dari

keunggulan nilai (value advantage). Berdasarkan pengertian tersebut maka

peningkatan daya saing atau keunggulan kompetitif agroindustri kerapu budi

daya nasional dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan

peningkatan keunggulan nilai dibandingkan dengan produk-produk sejenis yang

dihasilkan negara-negara pesaing.

9.1 Kebijakan Perbaikan Kinerja Teknis Produksi Kerapu

Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam

pengembangan agroindustri kerapu budi daya telah dilakukan pada bab terdahulu.

Analisis tersebut telah dapat pula memberikan urutan kebijakan teknis yang perlu

diterapkan dalam rangka meningkatkan produktivitas maupun tingkat keuntunganyang diperoleh pelaku usaha pembenihan, pembesaran dan pascapanen kerapu.

  151

berdasar urutan besarnya tingkat pengaruh terhadap produktivitas dan

keuntungan usaha berturut-turut adalah (1) peningkatan frekuensi induk memijah

(51,94%), (2) peningkatan fekunditas induk (25,81%), dan (3) peningkatan

sintasan benih (22,25%). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pembenihan

sangat ditentukan oleh kemampuan membuat induk ikan memijah. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, frekuensi induk memijah sangat dipengaruhi oleh

kualitas lingkungan perairan yang digunakan sebagai sumber air. Hal ini

ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pembenihan di Batam (dengan kondisi

perairan yang buruk) mengalami kesulitan dalam memijahkan induk-induk 

kerapu dibandingkan dengan di Lampung maupun Situbondo yang kondisi

perairannya relatif lebih baik Dugaan ini perlu dikaji lebih jauh untuk

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 180/265

perairannya relatif lebih baik. Dugaan ini perlu dikaji lebih jauh untuk 

mengetahui parametar kualitas air yang mempengaruhi frekuensi memijah

maupun tingkat sintasan larva dan benih, sehinga dengan demikian dapat

dilakukan langkah-langkah perbaikan secara nyata.

Hasil simulasi tingkat kritis faktor-faktor ini menunjukkan bahwa usaha

pembenihan akan mengalami tingkat kritis (tidak memperoleh keuntungan)apabila dari populasi induk yang dimiliki hanya 2,95% memijah setiap bulannya.

Selanjutnya, hasil simulasi menunjukkan bahwa titik kritis untuk faktor tingkat

fekunditas telur adalah 221.011 butir, yang berarti bahwa apabila faktor lainnya

dalam kondisi normal, maka pembenihan akan mengalami kerugian apabila induk 

hanya menghasilkan telur kurang dari jumlah tersebut. Titik kritis untuk sintasan

benih adalah 2,36%, yang berarti bahwa apabila kondisi faktor lain dalam

keadaan normal, maka pembenihan akan mengalami kerugian apabila sintasan

benih lebih rendah dari 2,36%. Angka-angka ini dapat dijadikan indikator untuk 

mengukur keberhasilan usaha pembenihan atau memberikan peringatan

(warning) terhadap kemungkinan kerugian yang akan dialami.

9.1.2 Perbaikan faktor produksi pembesaran kerapu

Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi keberhasilan usaha pembesaran

  152

mengindikasikan bahwa tingkat sintasan yang dicapai pada usaha pembesaran di

lapangan telah mencapai angka yang cukup baik (berkisar antara 70% hingga

90%), sedangkan lama proses pemeliharaan, yang mencerminkan juga lambatnya

pertumbuhan ikan kerapu, menjadi permasalahan utama yang sangat

mempengaruhi keuntungan yang diperoleh. Semakin lama proses pemeliharaan

maka semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan dan upah tenaga

kerja. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ukuran ikan kerapu macan

yang diinginkan oleh pasar adalah yang beratnya minimal 0,5 kg per ekor. Untuk 

mencapai ukuran tersebut maka untuk kerapu macan dibutuhkan waktu sekitar 4

hingga 6 bulan. Sementara itu tingkat padat penebaran akan mempengaruhi

kecepatan tumbuh ikan dan kemungkinan kanibalisme

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 181/265

kecepatan tumbuh ikan dan kemungkinan kanibalisme.

Implikasi dari hasil simulasi ini terhadap kebijakan pemerintah adalah

perlu dikembangkannya produksi pakan buatan untuk menggantikan pakan

berupa ikan rucah yang selama ini banyak digunakan oleh petani ikan kerapu.

Pengembangan pakan buatan ini perlu memperhatikan ketersediaan bahan baku

dan kesesuaian komposisinya sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhanikan, dengan rasio konversi pakan ( feed conversion ratio) yang baik.

Hasil analisis lain yang diperoleh dari penggunaan model MAGRIPU

adalah titik kritis faktor produksi pembesaran. Menurut hasil simulasi diperoleh

angka titik kritis untuk padat penebaran sebesar 141,67 ekor / KJA. Hal ini

berarti keuntungan akan diperoleh apabila jumlah ikan yang ditebar lebih banyak 

dari angka tersebut. Titik kritis sintasan ikan pada pembesaran adalah 22,67%

yang berarti bahwa usaha pembesaran kerapu akan memperoleh keuntungan

apabila persentase jumlah ikan yang bertahan hidup lebih besar dari angka

tersebut. Angka tersebut dicapai dengan asumsi kondisi faktor lainnya adalah

normal.

9.1.3  Perbaikan faktor produksi pascapanen kerapu

Usaha pascapanen kerapu merupakan lanjutan dari usaha pembesaran

  153

(55,94%), kedua adalah padat penebaran (28,02%), dan terakhir sintasan ikan

(16,04%). Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha pascapanen lebih

menginginkan ikan yang ditampungnya segera dapat dijual sehingga mengurangi

pengeluaran untuk biaya pakan dan tenaga kerja selama penampungan.

Hasil simulasi tingkat kritis faktor-faktor pascapanen menunjukkan bahwa

usaha pascapanen akan mengalami tingkat kritis apabila padat penebaran lebih

rendah dari 141,67 ekor / KJA, dan sintasan ikan lebih rendah dari 22,67%.

Angka-angka ini dijadikan sebagai patokan bagi pengusaha pascapanen ikan

kerapu macan untuk mengetahui secara dini mengenai keuntungan yang akan

diperolehnya.

9 2 K bij k P b P P d k

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 182/265

9.2 Kebijakan Pengembangan Program Pendukung

Hasil analisis menggunakan AHP untuk kebijakan pendukung yang

menurut para pakar perlu dikembangkan berturut-turut adalah penggunaan benih

unggul (10,9%), pengembangan pakan buatan (10,7%), pengembangan induk 

unggul (10,3%), grading  /seleksi ikan (9,9%), penggunaan obat/vitamin/vaksin

(8,7%), pengembangan sistem informasi pasar (8,6%), sertifikasi benih (8,5%),

penerapan Good Aquaculture Practices (GAP) (8,4%), pengaturan padat tebar

(8,1%), perbaikan kualitas air (8,0%) , dan perawatan KJA (7,8%).

9.2.1  Penggunaan benih unggul

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metoda AHP yang

mengumpulkan pendapat pakar diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan benih

unggul merupakan unsur yang secara keseluruhan dianggap paling penting dalam

memacu pengembangan industri budi daya perikanan kerapu di Indonesia.

Perhatian terhadap penyediaan benih unggul akan memberikan implikasi

terhadap perlunya memperbaiki kualitas induk, memperbaiki pemberian pakan

benih, dan memberikan dampak terhadap perbaikan pada sektor budi daya

maupun pascapanen. Dengan perkataan lain, kualitas benih merupakan kunci

sukses pengembangan industri perikanan kerapu

  154

dilakukan selain melalui perbaikan mutu induk, juga dilakukan melalui perbaikan

 jenis, mutu dan cara pemberian pakan, serta pemberian obat-obatan dan vitamin

selama masa pemeliharaan larva. Kekurangan dalam pemberian pakan dan

vitamin dapat mengakibatkan terjadinya abnormalitas (terbukanya penutup

insang / operculum, atau bentuk tubuh bengkok) khususnya pada pembenihan

skala rumah tangga. Untuk itu perlu penyuluhan dan pembinaan secara intensif 

terhadap pembenihan tersebut.

9.2.2  Pengembangan produksi pakan buatan

Penyediaan pakan buatan merupakan unsur yang dianggap penting untuk 

dikembangkan dalam rangka mendukung sukses budi daya kerapu. Hal ini

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 183/265

disebabkan karena pakan digunakan di semua subsistem produksi dari

pembenihan hingga pascapanen. Selain itu faktor pakan sangat menentukan

tingkat pertumbuhan serta sintasan benih atau ikan yang dipelihara, sehingga

sangat menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh pelaku usaha.

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan model MAGRIPU, titik kritisharga pakan maksimal setiap ekor benih adalah Rp 4.584,-, dengan asumsi harga

  jual benih sebesar Rp 6.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa unsur pakan sangat

dominan dalam memperoleh keuntungan dalam usaha pembenihan. Pada usaha

pembesaran, titik kritis harga pakan adalah Rp 30.044,- dengan asumsi harga jual

ikan Rp 40.000,-. Sedangkan titik kritis pakan untuk pascapanen adalah Rp

13.604,- dengan asumsi harga jual ikan Rp 60.000,-. Dalam kasus pascapanen,

unsur biaya yang paling dominan adalah harga beli ikan yang mencapai Rp

40.000,-.

Pakan untuk pembenihan maupun pembesaran dapat berupa pakan alami

dan pakan buatan. Dalam usaha pembenihan terutama untuk stadia larva, jenis

pakan alami dibutuhkan berupa plankton ( phytoplankton dan  zooplankton) yang

dikembangbiakkan sendiri hingga sista artemia yang diimpor. Untuk stadia benih

yang lebih besar hingga ikan pada proses pembesaran digunakan pakan berupa

  155

pemerintah menyangkut penyediaan pakan adalah mendorong pengembangan

industri pakan di dalam negeri baik untuk artemia maupun pakan pellet. 

Teknologi produksi artemia di dalam negeri sebenarnya telah dikuasai,

namun industrinya belum berkembang. Proses produksi artemia membutuhkan

lokasi yang perairan pantai yang bersih dan berkadar garam tinggi. Produksi

artemia bisa juga dikombinasikan dengan tambak garam karena larva artemia

yang merupakan “ filter feeder ” dapat berfungsi sebagai filter yang membersihkan

garam yang diproduksi. Untuk mendorong produksi artemia di dalam negeri

perlu dikembangkan pilot percontohan yang melibatkan lembaga penelitian dan

universitas.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari produsen pakan, belumberkembangnya industri pakan buatan khusus untuk ikan kerapu di dalam negeri

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 184/265

berkembangnya industri pakan buatan khusus untuk ikan kerapu di dalam negeri

terutama disebabkan karena volume yang diperlukan oleh industri budi daya

kerapu belum mencapai kapasitas yang menguntungkan bagi produsen. Selain

itu, para pembudi daya ikan telah menggunakan pakan ikan kakap yang banyak 

beredar di pasaran, meskipun secara teknis tidak optimal bagi pertumbuhan ikan

kerapu yang dipelihara.Untuk mendorong berkembangnya industri pakan kerapu diperlukan

kebijakan antara lain penyediaan insentif bagi industri yang memanfaatkan hasil-

hasil penelitian lembaga litbang dan perguruan tinggi. Selain itu dapat pula

dikembangkan skema subsidi bunga pinjaman dan atau penurunan tarif impor

barang modal bagi produsen pakan yang memproduksi pakan ikan kerapu.

Selain mengembangkan produksi pakan buatan, aspek lain yang perlu

dikembangkan adalah penerapan budi daya yang berbasis trophic level, yaitu

yang memperhatikan jenis ikan berdasarkan jenis makanan (herbivora, dertivora,

omnivora, atau carnivora). Dengan mengkombinasikan jenis ikan dalam suatu

wadah akan mampu memanfaatkan makanan secara maksimal dan

produktivitasnya akan tinggi (Surawidjaja, 2006). Dalam kasus budi daya ikan

kerapu, maka ikan yang bersifat carnivora ini dapat dikobinasikan dalam budi

dayanya dengan jenis ikan lain sehingga terjadi sinergi dan pemanfaatan kolomair secara optimal.

  156

morfologis dan daerah asalnya. Keunggulan biologisnya baru diketahui setelah

induk tersebut dipijahkan (dikawinkan) dan menghasilkan keturunan, sehingga

ada unsur “trial and error ”. Di lapangan juga ditemukan kondisi di mana induk 

alam yang dijadikan pasangan berasal dari garis keturunan yang sama sehingga

terjadi perkawinan seketurunan (inbreeding) yang menghasilkan keturunan yang

abnormal.

Untuk menciptakan induk unggul seyogyanya dilaksanakan program

produksi induk yang terencana dengan baik sehingga induk yang dihasilkan

benar-benar unggul dan mampu menghasilkan keturunan yang unggul pula.

Proses produksi induk unggul tersebut dilakukan dengan mengumpulkan stok 

induk, menyilangkan induk tersebut dengan induk yang berasal dari perairanyang berbeda, kemudian menyeleksi keturunan yang dihasilkan untuk dipilih

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 185/265

y g , y y g p

yang memiliki kriteria unggul (cepat tumbuh, tahan penyakit, dan bentuk 

morfologis normal). Keturunan pertama (F-1) ini kemudian dikawinkan dengan

calon induk unggul dari garis keturunan yang berbeda untuk menghasilkan

keturunan kedua (F-2), demikian seterusnya proses seleksi dilakukan sehingga

diperoleh induk yang benar-benar unggul karena melalui pembiakkan terseleksi.

Proses produksi induk unggul ini membutuhkan waktu yang cukup lama

karena satu generasi ikan kerapu membutuhkan waktu 3 hingga 4 tahun. Biaya

yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (pakan, obat-obatan, listrik, air dan tenaga

kerja) juga cukup besar sehingga akan menjadi beban berat apabila diserahkan

kepada pembenihan untuk melaksanakannya. Memperhatikan hal tersebut di

atas, maka program produksi induk unggul ini perlu disponsori oleh pemerintah

dengan dimotori oleh unit-unit pembenihan milik pemerintah pusat yang ada di

berbagai lokasi, dan didukung oleh lembaga litbang dari berbagai instansi

pemerintah dalam suatu kerjasama jangka panjang.

Opsi kedua untuk penyediaan induk unggul adalah dengan memperbaiki

penyediaan induk dari penangkapan di alam. Pembenahan yang dapat dilakukan

adalah melalui perlindungan (konservasi) terhadap perairan yang biasanya

digunakan oleh ikan untuk memijah (spawning ground ). Pada musim-musimtertentu, ikan kerapu akan berkumpul di perairan tertentu untuk melakukan

  157

9.2.3 Penggunaan obat-obatan dan vitamin

Salah satu penyebab tingginya angka kematian larva pada pembenihan

maupun pembesaran ikan kerapu adalah timbulnya penyakit. Penyebab

timbulnya penyakit dikelompokkan dalam penyebab non hayati, yaitu rendahnya

kualitas air, pakan yang kurang tepat dan kelainan genetik, serta penyebab hayati,

yaitu virus, bakteri, protozoa, jamur, dan parasit (Kamiso 2002). Untuk 

mengatasi penyakit yang disebabkan oleh faktor hayati, para petani ikan

menggunakan obat-obatan atau cara-cara tradisional untuk mencegah atau

mengobati ikan yang sakit. Cara yang paling sederhana dalam menghilangkan

bibit penyakit pada tubuh bagian luar ikan ikan kerapu adalah dengan caramerendam ikan selama beberapa menit ke dalam larutan formalin atau iodium,

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 186/265

p ,

atau merendam dalam air tawar.

Cara yang lebih ideal untuk menjaga agar ikan tetap sehat adalah dengan

menciptakan kekebalan tubuh pada ikan dengan menggunakan vaksin. Di

beberapa negara maju seperti Jepang, vaksin untuk ikan telah diproduksi secara

komersial. Melalui penelitian Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)

Kementerian Riset dan Teknologi, telah dikembangkan vaksin vibriosis untuk 

ikan kerapu dan telah diujicobakan keefektifannya dalam mencegah penyakit.

Kebijakan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan pencegahan

terhadap timbulnya penyakit pada industri budi daya kerapu, maka setiap

pembenihan kerapu diwajibkan untuk memberikan vaksin terhadap benih

sebelum diedarkan ke pasaran. Dengan cara ini maka pencegahan penyakit dapat

dilakukan secara lebih efektif. Upaya ini perlu didukung oleh “law enforcement ”

sehingga menjadi gerakan nasional dalam menghadapi tuntutan pasar global yang

sangat memperhatikan aspek keamanan pangan.

9.2.4  Penerapan prosedur operasi terstandar.

Aspek aspek penggunaan benih bermutu, pengaturan padat tebar,perbaikan kualitas air, perawatan KJA, grading /seleksi ikan, sertifikasi benih dan

  158

untuk memelihara larva benar-benar steril sehingga tidak semua orang dapat

masuk ke dalam ruangan tersebut tanpa melalui jalur sterilisasi terlebih dahulu.

Selain itu, larva ikan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga

kedisiplinan pegawai dalam memonitor dan menjaga kualitas air dalam bak larva

perlu ditekankan.

Dalam kegiatan operasional pembesaran dan pascapanen, kematian pada

ikan dapat terjadi apabila lingkungan tempat hidup ikan tidak terjaga dengan

baik. Bertumpuknya kotoran dan hewan air pada jaring dapat mengakibatkan

penyumbatan pada mata jaring yang dapat mengganggu sirkulasi air dan akhirnya

dapat mengakibatkan kematian ikan karena kekurangan oksigen. Untuk itu perlu

ditetapkan jangka waktu berapa lama jaring harus dibersihkan atau diganti untuk 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 187/265

mencegah penumpukan. Demikian pula jadwal yang tetap untuk pemberian

pakan perlu ditentukan sehingga menjamin keberhasilan kegiatn produksi.

Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah dapat menginformasikan

kepada masyarakat tentang prosedur operasi terstandar kegiatan pembenihan atau

pembesaran melalui kerjasama dengan lembaga penelitian. Dari segi teknologi,perlu dikembangkan penelitian yang mengarah pada penciptaan sistem

otomatisasi untuk memonitor kualitas air, otomatisasi pemberian pakan, dan

peralatan yang dapat meningkatkan ketelitian dan presisi dalam kegiatan budi

daya ikan kerapu.

9.3 Kebijakan Penciptaan Iklim Kondusif 

Selain kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan efisiensi teknis

operasional, dalam pengembangan agroindustri kerapu budi daya diperlukan pula

kebijakan yang bersifat non teknis yang mendorong terciptanya iklim yang

kondusif bagi pengembangan agroindustri perikanan kerapu di masa yang akan

datang.

9.3.1 Aspek perdagangan dan pemasaran

Ditinjau dari aspek perdagangan, hal yang perlu diperhatikan adalah

  159

mempunyai spesialisasi pada jenis kerapu sunu. Indonesia sebenarnya memiliki

spesialisasi pada kerapu tikus (Cromileptes altivelis) dan kerapu macan

( Epinephelus striatus). Spesialisasi spesies ini perlu dikaji baik dari segi potensi

sumbedayanya maupun dari prospek pasarnya. Dengan spesialisasi maka

kegiatan penelitian dan pengembangan akan dapat dilakukan secara lebih

terfokus.

Mulai berkembangnya konsumsi ikan kerapu untuk “sashimi” di negara

Jepang, merupakan salah satu pertanda baik bagi perkembangan permintaan pasar

kerapu yang selama ini dikonsumsi dalam keadaan hidup. Untuk pembuatan

sashimi tidak diperlukan kerapu hidup, sehingga pasar ikan kerapu dapat

berkembang untuk kerapu yang diawetkan dalam es. Untuk mengantisipasi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 188/265

perkembangan ini maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jenis-jenis

kerapu dan persyaratan mutu yang harus dipenuhi sehingga Indonesia dapat

memanfaatkan peluang pasar tersebut secara maksimal.

Pengembangan produk unggulan perlu pula didukung oleh informasi yang

akurat tentang preferensi masyarakat terhadap produk yang dihasilkan danvolume permintaan yang diinginkan. Melalui pengembangan informasi pasar,

didukung oleh promosi di luar dan dalam negeri diharapkan akan mampu

memacu peningkatan permintaan eskpor maupun di dalam negeri, yang pada

gilirannya akan memacu peningkatan produksi kerapu melalui pembenihan dan

budi daya serta industri pendukungnya.

Aspek penting lain yang perlu diperhatikan dalam ekspor produk 

perikanan adalah adanya embargo dari negara importir, dengan menggunakan

isue keamanan pangan dan kandungan bahan berbahaya. Untuk produk 

perikanan kerapu yang diperdagangkan dalam keadaan hidup perlu terus dijaga

agar terhindar dari penggunaan bahan kimia dan obat-obatan yang dilarang.

Untuk mengatasi penyakit sebaginya digunakan vaksin yang tidak memberikan

efek kandungan zat berbahaya yang dipermasalahkan negara pengimpor.

  160

Kecenderungan terjadinya “rush” tersebut dapat mengakibatkan berlebihnya

produksi, atau kelangkaan input produksi (benih) karena permintaan. Perlu

kebijakan yang mengarahkan kapasitas produksi secara nasional untuk 

pembenihan, pembesaran dan pascapanen. Penetapan kapasitas tersebut

didasarkan pada proyeksi pasar yang akurat dan diterapkan untuk setiap spesies

yang dibudidayakan berdasarkan masing-masing permintaan pasar. Perencanaan

kapasitas dan spesialisasi jenis kerapu budi daya akan dapat menciptakan suatu

industri perikanan kerapu nasional yang tangguh.

Penelitian ini telah menyediakan piranti yang dapat digunakan untuk 

memperediksi kapasitas produksi optimal pembenihan, pembesaran dan

pascapanen untuk ikan kerapu macan melalui proses simulasi. Hasil simulasi

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 189/265

menunjukkan bahwa apabila permintaan pasar kerapu macan di masa yang akan

datang meningkat sesuai dengan kecenderungan (trend) saat ini, maka kapasitas

produksi yang harus disediakan pada akhir 2008 adalah 1.271.976 ekor ( 638 ton)

kerpu macan hidup khusus untuk pasar Hong Kong. Dengan memperhitungkan

angka mortalitas selama pembesaran dan pascapanen, maka jumlah benih yangharus disediakan adalah sebanyak 1.938.144 ekor per tahun. Angka-angka

prediksi ini dapat dihitung untuk jenis ikan lainnya dengan cara yang sama.

9.3.3 Pengembangan kawasan budi daya kerapu

Untuk menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan perairan untuk 

budi daya perikanan oleh kegiatan lain yang menghasilkan limbah, diperlukan

kebijakan yang mengatur tersedianya kawasan yang dikhususkan untuk budi daya

kerapu. Kawasan tersebut perlu diobservasi kesesuaian fisiknya untuk budi

daya kerapu dan diperhitungkan daya dukungnya untuk menampung sejumlah

karamba jaring apung (KJA). Pengaturan jumlah KJA yang diperbolehkan pada

suatu kawasan perlu ditetapkan untuk menghindarkan terjadinya kepadatan yang

berlebih (over crowding) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas

perairan. Kepadatan yang berlebih akan berakibat lebih buruk pada perairan

  161

pembesaran dan 532 unit KJA pascapanen yang berproduksi secara kontinyu.

Unit-unit KJA ini membutuhkan kawasan budi daya dengan kondisi perairan

yang baik dan memiliki akses yang baik untuk pemasarannya.

Untuk mendorong pengembangan kawasan budi daya kerapu, pemerintah

dapat mengembangkan model percontohan pengembangan kawasan bekerjasama

dengan pemerinah daerah. Pengembangan kawasan budi daya dapat ditetapkan

pada suatu perairan di bawah pengawasan sejenis otorita yang mengatur jumlah

KJA yang diperbolehkan, monitoring kualitas air, penyediaan sarana dan

prasarana produksi dan pemasaran hasil. Melalui pola ini maka risiko yang

dihadapi oleh pembudidaya baik dari aspek teknis maupun aspek keamanan

dapat diperkecil.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 190/265

9.3.4 Pengembangan industri alat dan mesin produksi

Kegiatan agroindustri kerapu budi daya baik pembenihan, pembesaran

maupun usaha pascapanen membutuhkan peralatan dan mesin untuk mencapai

produksi maksimal. Usaha pembenihan lebih banyak menggunakan peralatan

dan mesin karena proses pemeliharaan ikan dan larva dilakukan dalam

lingkungan buatan (bak) sehingga memerlukan alat bantu seperti pompa air,

kompressor, pembangkit listrik, serta perlengkapan produksi seperti tanki sirkular

dan sistem perpipaan. Salah satu aspek penting dalam instalasi pembenihan

adalah pengelolaan kualitas air, sementara itu sumber air yang digunakan berupa

air laut pada umumnya berkualitas rendah. Untuk itu sebaiknya unit pembenihan

kerapu memiliki perlengkapan untuk resirkulasi air (water recirculation system)

karena disamping dapat menjaga kualitas air juga menghindarkan masuknya bibit

penyakit dari luar.

Pada usaha pembesaran dan pascapanen, peralatan yang digunakan pada

umumnya berupa KJA yang rata-rata masih terbuat dari kerangka kayu dan

pelampung dari styrofoam atau drum plastik. Perlengkapan seperti ini memiliki

daya tahan rendah sehingga harus sering diganti. Untuk memenuhi kebutuhan

  162

10 KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan

(1)  Penelitian ini telah menghasilkan model dinamis pengelolaan agroindustri

kerapu budi daya yang selanjutnya disebut dengan Model MAGRIPU(Manajemen Agroindustri Kerapu). Model MAGRIPU adalah model

konseptual sistem dinamis pengelolaan agroindustri kerapu yang

mendeskripsikan keterkaitan antar komponen teknis dan finansial dalam

rangkaian produksi pembenihan, pembesaran, dan pascapanen kerapu.

Model tersebut terdiri dari submodel peningkatan keuntungan (pembenihan,

pembesaran dan pascapanen) dan submodel penguatan struktur (prediksi

kapasitas dan prediksi distribusi keuntungan). Model MAGRIPU digunakan

t k k bij k l l i d t i k l l i

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 191/265

untuk perumusan kebijakan pengelolaan agroindustri kerapu melalui

simulasi pengaruh perubahan faktor produksi terhadap keuntungan

pembenihan, pembesaran dan pascapanen kerapu, simulasi kapasitas

produksi optimal berdasar skenario perubahan permintaan pasar, dan

simulasi distribusi keuntungan berdasarkan perkembangan harga produk.

(2)  Model MAGRIPU dirancang bangun dengan menggunakan paket

pemrograman komputer sistem dinamis Powersim Studio versi 2005,

sedangkan paket program komputer   Expert Choice Versi 11 digunakan

untuk pemeringkatan rumusan kebijakan. Verifikasi model komputer yang

dilakukan secara otomatis oleh program komputer tidak mendeteksi adanya

keganjilan atau angka yang tidak logis, sedangkan validasi model melalui

eksplorasi perilaku model menunjukkan respon yang normal terhadap

perubahan. Penerapan model MAGRIPU melalui simulasi dengan

menggunakan asumsi memberikan hasil yang dapat digunakan untuk 

perumusan kebijakan pengelolaan agroindustri kerapu.

(3)  Hasil simulasi model dinamis menunjukkan bahwa faktor yang menentukan

keuntungan pembenihan berturut-turut adalah peningkatan frekuensi

memijah (kontribusi: 51,94%), fekunditas telur (25,81%), dan sintasan larva

(22,25). Keuntungan pembesaran ditentukan oleh pertumbuhan ikan

  163

memijah dibawah 2,95%, sintasan benih di bawah 2,36%, harga jual benih

per ekor di bawah Rp 3.063,-, atau biaya pakan benih per ekor melebihi Rp

4.584,-. Usaha pembesaran kerapu macan akan mengalami kondisi kritis

apabila padat penebaran ikan di bawah 43,79 ekor/KJA, sintasan ikan di

bawah 21,26%, harga beli benih per ekor lebih dari Rp 25.244,-, harga jual

kerapu per ekor lebih rendah dari Rp 21.419,-, atau biaya pakan per ekor

lebih dari Rp 30.044,-. Usaha pascapanen kerapu macan akan mengalami

kritis apabila padat penebaran di bawah 141,67 ekor/KJA, sintasan ikan di

bawah 22,67%, harga beli kerapu per ekor lebih tinggi dari Rp 48.604,-,

harga jual kerapu per ekor lebih rendah dari Rp 51.424,-, atau biaya pakan

per ekor melebihi Rp 13.605,-.(5)  Kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka memacu perkembangan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 192/265

industri perikanan kerapu budi daya berdasarkan analisis AHP berturut-

turut adalah penggunaan benih unggul (10,9%), pengembangan pakan

buatan (10,7%), pengembangan induk unggul (10,3%), grading /seleksi ikan

(9,9%), penggunaan obat/vitamin/vaksin (8,7%), pengembangan sistem

informasi pasar (8,6%), sertifikasi benih (8,5%), penerapan good aquaculture practices (GAP) (8,4%), pengaturan padat tebar (8,1%),

perbaikan kualitas air (8,0%) , dan perawatan KJA (7,8%).

(6)  Untuk menghindarkan terjadinya kelebihan pasokan (over supply) terutama

untuk pasaran Hong Kong, maka kapasitas produksi maksimal (skenario

optimistik) benih kerapu macan Indonesia adalah 1.938.144 ekor per tahun,

produksi pembesaran sebanyak 1.596.516 ekor per tahun dan produksipascapanen sebesar 1.271.976 ekor per tahun.

(7)  Hasil simulasi dan analisis finansial tentang distribusi keuntungan antar

subsistem produksi menunjukan bahwa usaha pembesaran relatif 

memberikan keuntungan  yang lebih besar. Untuk pemerataan distribusi

keuntungan antara lain dapat dilakukan  dengan subsidi bunga pinjaman

bagi usaha pembenihan, atau pembebasan tarif impor barang modal yang

belum diproduksi di dalam negeri untuk usaha pembenihan. Melalui

i tif t b t k ti k t k t b ih d t diti k tk

  164

teknis meliputi perbaikan mutu induk, penggunaan pakan buatan,

penggunaan obat, vitamin dan vaksin, dan penerapan good aquaculture

 practices, kebijakan pendukung meliputi sertifikasi mutu benih,

pengembangan industri pakan, riset genetika induk, dan riset vaksin ikan,

sedangkan penciptaan iklim kondusif dilakukan penguatan perdagangan

melalui penetapan spesies kerapu unggulan Indonesia, pengaturan kapasitas

produksi agregat dan pengembangan kawasan budi daya kerapu.

10.2 Saran

(1)  Dalam rangka meningkatkan keuntungan usaha pada rantai produksi kerapu

melalui pengembangan induk unggul, pakan buatan, dan vaksin ikansebagaimana disimpulkan dalam simulasi model MAGRIPU, maka untuk 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 193/265

pengembangan induk unggul disarankan agar pemerintah merancang

institusi yang mengkoordinasikan pemuliaan induk unggul, inventarisasi

lokasi habitat dan musim pijah kerapu di alam, dan penerbitan peraturan

perlindungan habitat. Untuk pengembangan pakan dan vaksin, maka

disarankan pemerintah memberikan insentif untuk riset formulasi pakanbuatan dan riset pengembangan vaksin ikan.

(2)  Untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan dan mengetahui

kecenderungan permintaan pasar sebagaimana disimpulkan dalam

penelitian ini, maka pemerintah disarankan membentuk divisi khusus yang

menganalisis dan memprediksi kecenderungan permintaan pasar dan

menginformasikan antisipasi produksi yang harus dilakukan oleh pengusahapembenihan, pembesaran dan pascapanen. Disarankan biaya operasi untuk 

divisi tersebut didukung oleh asosiasi pengusaha kerapu.

(3)  Untuk menyeimbangkan proporsi distribusi keuntungan antar mata rantai

usaha, yang menunjukkan proporsi keuntungan yang kecil pada

pembenihan, maka pemerintah disarankan menerbitkan peraturan yang

memungkinkan pemberian insentif bunga pinjaman dan pengurangan bea

masuk impor barang modal bagi investasi di bidang pembenihan kerapu.

  165

DAFTAR PUSTAKA

Angerhofer BJ, Angelides MC. 2000. System Dynamic Modelling in SupplyChain Management: Research Review. Proceeding of the 2000 WinterSimulation Conference. http://www.informs-sim.org/wsc00papers

 /049.PDF. 

Austin JE. 1992.  Agroindustrial Project Analysis. Critical Design Factor . EDISeries in Economic Development. Baltimore and London: The JohnHopkins University Press.

Coyle RG. 1995. System Dynamics Modelling – Practical Approach. London:Chapman & Hall.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan

 Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dawid H, Wersching K. 2005. On Technological Specialization in Industrial

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 194/265

Cluster: An Agent-based Analysis. Department of BusinessAdministration and Economics. Bielefeld University, Bielefeld,Germany. http://www.wiwi.uni-belefeld.de/~dawid/ papers/WP-Specialization.pdf.

Dharmawan T. 1999. Strategi Pengembangan Agribisnis Yang Berorientasi

Industri. Di dalam: Seminar Tantangan dan Strategi Pengembangan  Industri Agro Sebagai Usaha Mengatasi Masa Krisis; Jakarta, 22-23Jun 1999. Jakarta: Ditjen IKAH, Deperindag.

Dirdjojuwono RW. 2004. Kawasan Industri Indonesia. Sebuah Konsep

 perencanaan dan Aplikasinya. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1996. Laporan Evaluasi Pembinaan PengelolaanSumberdaya Ikan Pada Terumbu Karang, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan2006. Rencana Strategis Perikanan Budi daya 2005-2009. Edisi Revisi.

Djohar S, H Tanjung, Cahyadi ER. Building a Competitive Advantage on CPOthrough Supply Chain Management: A Case Study in PT. Eka DuraIndonesia, Astra Agro Lestari, Riau.  J. Manajemen & Agribisnis 1:20-32.

Erdmann MV, Pet-Soede L. 1996. How Fresh is too fresh? The live reef food

fish trade in Eastern Indonesia. NAGA, The ICLARM Quarterly,January 1996.

  166

Gittinger JP. 1986.   Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerjemah:Sutomo S dan K Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta: UIPress.

GoldSim Technology Group LLC. 2004.  Dynamic Simulation and Supply Chain

 Management . White Paper. www.goldsim.com/Downloads/  

WhitePapers/SCM%20Paper.pdf.Grolier. New Webster’s Dictionary. Connecticut: Grolier Incorporated.

Hartarto A. 2004. Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Harry W. 2001. Production. Di dalam:. GA Wedemeyer (editor). Fish Hatchery Management  (second edition) Pages 31-89. Maryland: AmericanFisheries Society.

Heimgartner C. 2001. System Dynamic Modelling of Transport and Land Use –A first Model Draft. Conference Paper STRC 2001. Session Modelling.Ascona: Swiss Transport Research Coference. http://e-collection ethbib ethz ch/ecol-pool/incoll/incoll 82 pdf

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 195/265

collection.ethbib.ethz.ch/ecol pool/incoll/incoll_82.pdf 

JICA Team Study. 2003. Towards Creation of the Dynamic Cluster. .http://ilmea.dprin.go.id/jst-sme-cluster/theory.pdf.

Johnson BL. 1995. Applying Computer Simulation Models as Learning Tools inFishery Management.   North American Journal of Fisheries

 Management . 15:736-747.

Jolly CM and Clonts HA, 1993.  Economics of Aquaculture. New York.: FoodProducts Press.

Kamiso H N. 2002. Pengembangan Teknologi Produksi Kerapu, Kelompok Kerja Penyakit. Di dalam: Prosiding Lokakarya Nasional dan PameranPengembangan Agribisnis Kerapu II ; Jakarta, 8-9 Okt 2002. Jakarta:Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, BPPT.

Koeshendrajana S. 2007. Production and marketing of live reef-fish for food in

Indonesia. Economics and market analysis of live reef-fish trade in theAsia-Pacific region.  ACIAR Working Paper No 63, 173 pp. Johnson, B(ed.).

Koeshendrajana S, Nasution Z dan Hartono TT, 2006. Indikator Kinerja SektorKelautan dan Perikanan; Suatu Ringkasan. Di dalam: 60 TahunPerikanan Indonesia, Editor: Fuad Cholik et al. Jakarta: MasyarakatPerikanan Nusantara.

Kotler P. 1997.  Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan Kontrol. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1. Jakarta: PT.Prenhallindo.

  167

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk .Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Marimin, Eriyatno, Muktirizka SA, Tamura H. 1995. Expert System forProduct-Advertising Strategy Development.  Journal of Intelligent and Fuzzy Systems, 3: 107-116.

Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. Bogor: IPB Press.

Miranda ST, Tunggal AW. 2003.   Manajemen Logistik dan Supply Chain Management . Jakarta: Harvarindo.

Mollona E, Messina A. 2006. Dynamic and Performance Determinants inCluster of Firms: A Computational Approach.http://www.cs.unibo.it/en/research/ projects/dynamics.html.

Nasution M. 1999. Kerangka Kelembagaan Untuk Pertanian Indonesia MasaDepan. Di dalam: Simposium Nasional RekonseptualisasiPembangunan Pertanian Sebagai Basis Ekonomi Bangsa Proposaluntuk Pemerintahan Baru; Jakarta 23-24 Jul 1999 Jakarta

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 196/265

untuk Pemerintahan Baru; Jakarta, 23 24 Jul 1999. Jakarta.

Nasution M. 2000. Status kini dan Peningkatan Daya Saing Agroindustri Dalammenyongsong Era Pasar Bebas. Bahan Kuliah Ekonomi IndustriProgram S-1 Institut Pertanian Bogor.

Nickols F. 2000. Competitive Strategy: The Basics a la Michael Porter. Distance

Consulting.http://home.att.net./~nickols/competitive_strategy_basics.htm.

Nickols F. 2000. Industry Analysis a la Michael Porter. Five Forces AffectingCompetitive Strategy Distance Consulting. http://home.att.net.fiveforces.htm.

Nikijuluw VPH. 2002.  Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: PT.Pustaka Cidesindo.

Nurdjana ML. 2005. Program Pengembangan Budidaya Kerapu. Makalah

disampaikan pada Temu Bisnis Pengembangan Budidaya Kerapu danPerdagangannya, Batam 29-30 Agustus 2005. Direktorat JenderalPerikanan Budidaya.

Paplovich K, Alkoorie M. 2005. Cluster Analysis: Mapping the Nelson Seafoodindustry.   Business Review 7 No 2. The University of Auckland.http://www.uabr. auckland.ac.nz /files/articles/Volume II/VIIi2-clusteranalysis.pdf.

Pomeroy R. 2002. The Status of Grouper Culture in Southeast Asia. John Parksand Cristina Balboa (eds.); Washington DC: World Resources Institute.

Porter ME 1980 Competitive Strategy Techniques for Analyzing Industries

  168

Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Unggulan Daerah danPeningkatan Kapasitas Masyarakat, Deputi Bidang PengkajianKebijakan Teknologi, BPPT. 2003. Pengembangan Klaster IndustriUnggulan Deerah. Jakarta: BPPT.

Recklies D. 2001. The Value Chain. Recklies management Project GmbH.

www.themanager.org.Rimmer M, O’Sullivan M, Gillespie J, Young C, Hinton A and Rhodes J. 1997.

Grouper aquaculture in Australia. In   Live Reef Fish Information Bulletin, Number 3 – December 1997. South Pacific Commision.

Rimmer M. 2000. Review of grouper hatchery technology. In  Live Reef Fish  Information Bulletin, Number 7 – May 2000. South PacificCommision.

Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

R th M Li dh l J dit 2001 D i M d lli f M i

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 197/265

Ruth M, Lindholm J, editors. 2001.   Dynamic Modelling for MarineConservation, New York: Springer

Saaty TL. 1982.   Decision Making for Leaders. The Hierarchy Process for   Decisions in a Complex World . California: Lifetime LearningPublications,

Sadovy YJ, Donaldson TJ, Graham TR, McGilvray F, Muldoon GJ, Phillips MJ,Rimmer MA, Smith A, Yeeting B. 2003. While Stocks Last: The Life

 Reef Food Fish Trade. Manila: Asian Development Bank.

Sargent RG. 1998. Verification and Validation of Simulation Models.Poceedings of the 1998 Winter Simulation Conference. DJ Medeiros,EF Watson, JS Carson and MS Manivannan, eds.

Sargent RG. 2001. Some Approaches and Paradigms for Verifying andValidating Simulation Models. Poceedings of the 2001 Winter Simulation Conference. BA Peters, JS Smith, DJ Medeiros, and MWRohrer, eds.

Satria A, Umbari A, Fauzi A, Purbayanto A, Sutarto E, Muchsin I, Muflikhati I,Karim M, Saad S, Oktariza W, Imran Z. 2002. Menuju DesentralisasiKelautan. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo.

Searchcio.com. 2006. Supply Chain Management . http://searchcio.techtarget.com/ sDefinition/0,,sid19_gci214564,00.html, 2006.

Setiadharma T, INA Giri, Wardoyo and A Priyono. 2001. Pembenihan IkanKerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). dalam Prosiding

  169

Sulaeman S, Eriyatno. 2001. Rekayasa Kemitraan Usaha dan Peran BDS dalamPengembangan Ekonomi Lokal. Di dalam: Kemitraan dalamPengembangan Ekonomi Lokal (Bunga Rampai) Penyunting HermanHeruman Js dan Eriyatno, Jakarta: Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan Business Innovation Center of Indonesia.

Sunaryanto, Sulistyo, Chaidir I, dan Sudjiharno. 2001. Pengembangan TeknologiBudi daya Kerapu: Permasalahan dan Kebijakan. Di dalam Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Jakarta: Pusatpengkaian dan Penerapan Teknologi Budi daya Pertanian, BPPT.

Supranto J, 2000.  Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Surawidjaja EH. 2006. Akuakultur Berbasis “Trophic Level”: Revitalisasi Untuk Ketahanan Pangan, Daya Saing Ekspor dan Kelestarian Lingkungan.

Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Akuakultur. Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

System Dynamic Society. 2005. MIT System Dynamic Group Literature

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 198/265

y y y y y pCollection. What Is System Dynamics. http://www.systemdynamic.org/ 

Taufik TA. 2004. Penyediaan Teknologi, Komersialisasi Hasil Litbang, dan  Aliansi Strategis. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan DifusiTeknologi, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi Bekerjasama Dengan

Kementerian Riset dan Teknologi.

Tesch T, Deschamps PT, Weiler R. 2003. The COSMOPAD modellingframework: Conceptual System Dynamics Model of PlanetaryAgricultural & Biomass Development. Paper presented at theConference Digital Earth 2003, September 21-25, BRNO, CzechRepublic. www.kuleuven.be/cwte/ index.php? LAN=E&TABLE=DOCS&ID=35.

Tridjoko, Ismi S, Wardoyo dan Setiadi E. 2001. Teknik Produksi Telur IkanKerapu Bebek (Cromileptes altivelis) Pada Bak Secara Terkontrol. Didalam Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan AgribisnisKerapu. Jakarta: Pusat pengkaian dan Penerapan Teknologi Budi dayaPertanian, BPPT.

Turban E. 1993.  Decision Support System: Management Support System. NewYork: Mac Millan Publishing Co.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Wedemeyer G.A, 2001. Fish Hatchery Management . Second Edition. Bethesda,Maryland: American Fisheries Society,.

  170

 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 199/265

L A M P I R A N

  171

 

Lampiran 1 Perkembangan produksi ikan kerapu tangkap Indonesia (ton)

T a h u n

Provinsi 1997 1998 1999 2000 2001

Aceh 1,826 2,833 2,484 2,377 2,352

Sumut 5,424 5,74 5,960 6,221 6,547

Sumbar 3,966 4,238 1,806 1,229 881

Bengkulu 301 270 327 319 1,196

Lampung 2,084 832 1,505 1,242 1,178

Jambi 16 11 62 18 222

Sumsel 632 762 833 833

Babel 3,893Riau 4,650 4,861 487 6,156 6,487

Banten 719

J b 313 121 366 471 346

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 200/265

Jabar 313 121 366 471 346

Jateng 86 302 376 28 134

Yogyakarta 58

Jatim 2,445 2,862 944 6,230 2,450

DKI-Jakarta 61 75 160 162 94

Bali 134 215 280 265 144Nustengbar 2,111 2,138 2,486 2,686 2,352

Nustengtim 1,070 928 1,066 1,378 1,739

Kalbar 227 218 189 122 224

Kalteng

Kalsel 100 30 6 86 24

Kaltim 999 894 1,002 1,151 1,436

Sulsel 2,424 3,111 4,036 3,387 3,510

Sultenggara 4,362 3,750 4,290 4,178 4,507

Sulut 1,003 623 1,395 1,516 1,787Goronotalo 248

Sultengah 4,441 3,486 3,486 1,742 3,057

Maluku 2,645 4,224 4,224 4,224 796

Maluku Utara 1,295

Irian Jaya 829 808 1,572 2,401 1,898

Indonesia 42,149 43,766 39,342 48,422 49,574Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan.

  172

 

Lampiran 2 Perkembangan produksi kerapu dari budi daya (ton)

T a h u n

Provinsi 1999 2000 2001 2002 2004

Sumatera Utara 401 489 496Sumatera Barat 16 4

Riau 1,759 758 1,297 4,353 4188

Bangka Belitung 80 70 20

Lampung 51 97 197

DKI Jakarta 9

Jawa Timur 359

Bali 2 11 37

Nustenggara Barat 103 195

Nustenggara Timur 5 7Kalimantan Barat 3,750 15 28

Kalimantan Selatan 453

K li t Ti 19 30

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 201/265

Kalimantan Timur 19 30

Sulawesi Utara 5 348

Gorontalo 1

Sulawesi Tengah 1,900 1,900 1,900

Sulawesi Tenggara 7

Maluku 35 35 610Maluku Utara 9 15

Papua 1

Total 1,759 6,879 3,818 7,057 6552

 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004.

  173

 

Lampiran 3 Produksi benih nasional 1999-2002

Satuan: Ekor

T a h u nProvinsi Spesies 1999 2000 2001 2002Bali Macan 0 0 1.252.500 1.954.000

Bebek 65.000 74.000 883.900 389.300

Jumlah 65.000 74.000 2.135.400 2.343.300Lampung Macan 45.600 69.700 302.900 564.500

Bebek 14.500 73.300 37.000 171.200

Malabar 3.500 0 0 0

Lumpur 0 0 14.100 2.200

Jumlah 63.600 143.000 354.000 737.900Jawa Timur Macan 17.500 20.000 60.000 137.700

Bebek 43.500 50.000 193.500 137.300

Jumlah 61 000 70 000 253 500 275 000

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 202/265

Jumlah 61.000 70.000 253.500 275.000Nasional Macan 63.100 89.700 1.614.400 2.656.200

Bebek 123.000 197.300 1.114.400 697.800

Malabar 3.500 0 0 0

Lumpur 0 0 14.100 2.200

Jumlah 186.100 287.000 2.742.900 3.356.200

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004.

  174

Lampiran 4. Impor Hong Kong untuk kerapu asal Indonesia tahun 2002 dan 2006 (Januari-Juni).

Impor Hong Kong Tahun 2002

No Jenis Kerapu Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total 

1 Kerapu Tikus 314 409 543 483 739 0 557 745 313 295 627 1,033 6,058

2 Kerapu Lumpur  3,398 4,573 3,563 3,799 3,392 3,561 3,101 4,168 9,350 10,161 5,618 3,527 58,211

3 Kerapu Macan 2,280 3,356 2,497 3,068 2,442 933 2,559 2,024 2,600 1,244 1,514 2,229 26,746

4 Kerapu Malabar  164 0 0 0 0 0 173 0 146 0 0 0 483

5 Kerapu Sunu Lepard 22,598 24,492 33,715 28,707 18,767 16,633 30,482 25,098 13,879 19,838 19,763 20,355 274,327

6 Kerapu Sunu Totol 1,527 1,029 1,021 1,218 951 64 785 975 933 707 555 2,109 11,874

7 Napoleon 274 46 273 931 517 68 557 423 47 87 442 1,330 4,995

8 Kerapu Lainnya 77,100 70,557 101,008 85,365 78,335 57,045 46,193 31,354 50,894 85,437 72,915 50,369 806,572Total 107,655 104,462 142,620 123,571 105,143 78,304 84,407 64,787 78,162 117,769 101,434 80,952 1,189,266

I H K T h 2003

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 203/265

Impor Hong Kong Tahun 2003

No Jenis Kerapu Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total 

1 Kerapu Tikus 627 1,202 1,438 66 277 607 638 352 0 0 0 0 5,207

2 Kerapu Lumpur  3,056 3,409 4,312 5,764 425 729 0 2,448 4,881 3,354 4,837 259 33,474

3 Kerapu Macan 1,426 1,831 2,906 110 661 1,644 4,594 4,352 3,988 5,368 3,426 1,000 31,306

4 Kerapu Malabar  0 0 0 0 0 0 0 22 0 317 0 0 339

5 Kerapu Sunu Lepard 24,336 22,911 34,114 15,101 9,155 8,516 14,031 17,807 35,708 53,461 52,226 31,756 319,122

6 Kerapu Sunu Totol 1,683 2,018 3,963 543 1,065 2,305 1,098 1,813 928 800 4,992 4,464 25,672

7 Napoleon 829 510 148 0 0 814 225 0 0 0 0 0 2,526

8 Kerapu Lainnya 46,698 72,383 95,099 54,047 55,217 64,291 54,729 54,249 26,989 15,356 17,424 17,191 573,673

Total 78,655 104,264 141,980 75,631 66,800 78,906 75,315 81,043 72,494 78,656 82,905 54,670 991,319

  175

Lampiran 4 (lanjutan)

Impor Hong Kong Tahun 2004

No Jenis Kerapu Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total 1 Kerapu Tikus 53 310 87 450

2 Kerapu Lumpur  2 732 7 257 4 943 8 701 5 959 3 161 3 167 1 267 500 1 784 1 182 40,653

3 Kerapu Macan 9 959 15 950 9 979 2 440 460 2 090 10 400 7 696 10 780 69,754

4 Kerapu Malabar  868 1 100 1 000 2,968

5 Kerapu Sunu Leopard 45 875 27 756 36 674 32 867 47 963 30 278 23 797 18 163 32 465 38 302 34 105 44 581 412,826

6 Kerapu Sunu Totol 5 984 288 72 1 654 3 908 1 018 117 13,041

7 Napoleon 189 274 81 544

8 Kerapu Lainnya 40 318 23 803 35 977 26 856 28 238 28 774 24 011 21 864 31 718 51 957 76 767 127 400 517,683

Total 94,909 59,972 77,594 78,383 98,182 72,192 53,415 41,754 69,269 105,651 121,538 185,060 1,057,919

Impor Hong Kong Tahun 2005

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 204/265

Impor Hong Kong Tahun 2005

No Jenis Kerapu Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total 

1 Kerapu Tikus 116 116

2 Kerapu Lumpur  614 3 860 2 470 1 394 2 621 735 2 121 481 233 2 951 17,480

3 Kerapu Macan 12 394 18 952 17 840 21 660 21 124 14 640 14 820 14 150 18 420 22 430 17 640 30 760 224,830

4 Kerapu Malabar  1 200 2 750 3,950

5 Kerapu Sunu Leopard 30 574 22 107 30 059 25 218 18 322 14 731 21 193 24 466 28 483 34 425 17 442 63 473 330,493

6 Kerapu Sunu Totol 684 2 397 716 1 753 5,550

7 Napoleon 60 182 598 843 766 343 109 922 80 512 264 240 4,919

8 Kerapu Lainnya 78 121 79 439 97 819 79 994 63 142 58 445 64 052 42 824 63 249 32 540 27 130 35 273 722,028

Total 123,763 126,937 149,502 129,109 108,725 88,894 102,295 82,843 110,465 94,611 62,476 129,746 1,309,366

  176

Lampiran 4 (lanjutan)

Impor Hong Kong Tahun 2006

No Jenis Kerapu Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total 1 Kerapu Tikus 0

2 Kerapu Lumpur  582 2 700 3,282

3 Kerapu Macan 15 290 15 620 20 610 33 140 33 790 26 270 144,720

4 Kerapu Malabar  2 400 2,400

5 Sunu Leopard 37 325 38 299 38 576 45 934 53 167 31 330 244,631

6 Sunu Totol 0

7 Napoleon 295 650 325 1,270

8 Kerapu Lainnya 32 096 45 515 36 767 34 658 36 381 34 993 220,410

Total 85,588 100,084 96,278 116,132 123,338 95,293 0 0 0 0 0 0 616,713

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 205/265

  177

Lampiran 5 Elemen yang terlibat dalam sistem agroindustri kerapu budi daya

PASAR L.NPEMBENIHAN-Pemel. induk-Pemijahan

PEMBESARAN-Penyiapan Lokasi-Penyiapan karamba-Penebaran Benih

PASCAPANEN / AGROINDUSTRI- Grading,NELAYAN 

Benih IkanHidup 

IkanHidup Induk 

TPI  IkanRucah 

PakanBenih 

PakanPembesaran 

INDUSTRI PAKAN &OBAT-OBATAN 

INDUSTRI ALAT &

MESIN BUDI DAYA 

Alat/mesin budi daya 

INDUSTRITRANSPORTASI 

Jasa Angkutan budi daya 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 206/265

-PenetasanTelur 

-Penebaran Benih-Pemberian Pakan-Penang.Penyakit 

- Penampungan- Pengepakan 

Ikan Undersize 

FOKUS PENELITIAN

PEMERINTAHDAERAH 

LEMBAGAPERBANKAN 

LEMBAGA RISET

Tata Ruang Daerah  Modal Teknologi

Ikan Commercial Size 

  178

Lampiran 6 Peta kawasan Batam - Rempang – Galang (Barelang) lokasi utamapenelitian dilaksanakan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 207/265

  179

Lampiran 7 Diskripsi fisik jenis-jenis ikan kerapu yang banyak diperdagangkandi Indonesia

Cromileptis altivelis  Humpback or Polka dot grouper

(Kerapu Tikus atau KerapuBebek)

Ephinephelus. fuscoguttatus  Brown marbled grouper(Kerapu Macan)

Epinephelus tauvina  Green grouoper(Kerapu Lumpur)

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 208/265

Epinephelus malabaricus  Estuarine grouper(Kerapu Malabar)

Plectropomus leopardus  Spotted coral grouper(Kerapu Sunu)

Chelinius undulatus  Napoleon wrasse

(Ikan Napoleon) 

Epinephelus lanceolatus Giant grouper(Kerapu Ketang)

  180

Lampiran 8a Proyeksi permintaan kerapu macan menggunakan metode kuadrat

terkecil (skenario optimistis)

No Bulan Y X XY X2  X’ Bulan

Proyeksi  Y’ 

1 Apr-04 9,959 -13 (129,467) 169 14 Juli 2006 27,824

2 Mei 15,950 -12 (191,400) 144 15 Agustus 28,6513 Juni 9,979 -11 (109,769) 121 16 September 29,478

4 Juli 2,440 -10 (24,400) 100 17 Oktober 30,305

5 Agustus 460 -9 (4,140) 81 18 November 31,132

6 September 2,090 -8 (16,720) 64 19 Desember 31,959

7 Oktober 10,400 -7 (72,800) 49 20 Januari 2007 32,786

8 November 7,696 -6 (46,176) 36 21 Februari 33,613

9 Desesmer 10,780 -5 (53,900) 25 22 Maret 34,440

10 Januari 2005 12,394 -4 (49,576) 16 23 April 35,267

11 Februari 18,952 -3 (56,856) 9 24 Mei 36,094

12 Maret 17,840 -2 (35,680) 4 25 Juni 36,921

13 April 21,660 -1 (21,660) 1 26 Juli 37,748

14 Mei 21,124 0 - 0 27 Agustus 38,575

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 209/265

15 Juni 14,640 1 14,640 1 28 September 39,402

16 Juli 14,820 2 29,640 4 29 Oktober 40,229

17 Agtustus 14,150 3 42,450 9 30 November 41,056

18 September 18,420 4 73,680 16 31 Desesmer 41,883

19 Oktober 22,430 5 112,150 25 32 Januari 2008 42,71020 November 17,640 6 105,840 36 33 Februari 43,537

21 Desember 30,760 7 215,320 49 34 Maret 44,364

22 Januarai 2006 15,290 8 122,320 64 35 April 45,191

23 Februari 15,620 9 140,580 81 36 Mei 46,018

24 Maret 20,610 10 206,100 100 37 Juni 46,845

25 April 33,140 11 364,540 121 38 Juli 47,672

26 Mei 33,140 12 397,680 144 39 Agtustus 48,499

27 Juni 26,270 13 341,510 169 40 September 49,326

Jumlah 438,654 0 1,353,906 1638 41 Oktober 50,153Rata-rata 16,246 42 November 50,980

43 Desember 51,807

a= 16,246

b= 827

Persamaan: Y = 16,246 + 827 X

  181

Lampiran 8b Proyeksi harga kerapu macan di pasar Hong Kong (HK$)

menggunakan metode kuadrat terkecil (skenario optimistis)

No Bulan Y X XY X2 X Proyeksi Y

1 Apr-04 75.55 -13 (982) 169 14 Juli 2006 78.68

2 Mei 80.12 -12 (961) 144 15 Agustus 78.73

3 Juni 76.98 -11 (847) 121 16 September 78.79

4 Juli 77.42 -10 (774) 100 17 Oktober 78.84

5 Agustus 78.64 -9 (708) 81 18 November 78.89

6 September 79.54 -8 (636) 64 19 Desember 78.95

7 Oktober 77.70 -7 (544) 49 20 Januari 2007 79.00

8 November 80.48 -6 (483) 36 21 Februari 79.06

9 Desesmer 78.92 -5 (395) 25 22 Maret 79.11

10 Januari 2005 78.14 -4 (313) 16 23 April 79.16

11 Februari 83.01-3 (249) 9

24 Mei 79.2212 Maret 78.23 -2 (156) 4 25 Juni 79.27

13 April 77.06 -1 (77) 1 26 Juli 79.33

14 Mei 79.18 0 - 0 27 Agustus 79.38

15 Juni 75.52 1 76 1 28 September 79.432 151 4

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 210/265

16 Juli 75.56 2 151 4 29 Oktober 79.49

17 Agtustus 78.99 3 237 9 30 November 79.54

18 September 78.03 4 312 16 31 Desesmer 79.60

19 Oktober 76.18 5 381 25 32 Januari 2008 79.65

20 November 73.516 441 36

33 Februari 79.7021 Desember 74.83 7 524 49 34 Maret 79.76

22 Januarai 2006 80.06 8 640 64 35 April 79.81

23 Februari 82.42 9 742 81 36 Mei 79.87

24 Maret 79.78 10 798 100 37 Juni 79.92

25 April 76.20 11 838 121 38 Juli 79.98

26 Mei 77.07 12 925 144 39 Agtustus 80.03

27 Juni 74.78 13 972 169 40 September 80.08

Jumlah 2,103.91 0 (89) 1638 41 Oktober 80.14

Rata-rata 77.92 42 November 80.1943 Desember 80.25

a= 77.92

b= (0.05408)

Persamaan: Y = 77.92 + 0.05408 X

  182

Lampiran 9 Manual software yang digunakan dalam Model MAGRIPU.

1.  PengantarModel MAGRIPU adalah model konseptual sistem dinamis

pengelolaan agroindustri kerapu yang mendeskripsikan keterkaitan antarkomponen teknis dan finansial dalam rangkaian produksi pembenihan,

pembesaran, dan pascapanen kerapu. Model tersebut terdiri dari submodelpeningkatan keuntungan (pembenihan, pembesaran dan pascapanen) dansubmodel penguatan struktur (prediksi kapasitas dan prediksi distribusikeuntungan). Model MAGRIPU dirancang bangun dengan menggunakanpaket pemrograman komputer sistem dinamis Powersim Studio versi 2005dan paket program komputer   Expert Choice Versi 11 digunakan untuk pemeringkatan rumusan kebijakan.

2. Hardware dan SoftwareUntuk dapat mengoperasikan kedua perangkat lunak (software)

tersebut di atas digunakan perangkat keras komputer (hardware) Pentium 4,CPU 2,66 GHz, 480 MB of RAM. Kedua perangkat lunak yang digunakanmerupakan paket yang dapat diperoleh dipasaran.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 211/265

Powersim StudioSoftware Powersim Studio Versi 2005, POWERSIM merupakan

pemrograman komputer yang bersifat ”object oriented ”, berbeda denganbahasa pemrograman terdahulu yang bersifat ”code oriented ”, sehingga

POWERSIM lebih ”user friendly”. Powersim Studio adalah perangkat yangdigunakan untuk pemodelan yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan sistemdinamis. Studio memungkinkan kita untuk membuat model sistem – dengansemua hubungan sebab dan akibat nya, loop umpan balik, dan waktu tunda –dalam suatu bentuk grafik yang intuitif. Simbol-simbol yang menunjukkanlevel, flow, dan variabel penolong (disebut auxiliaries), digunakan untuk menciptakan gambaran grafis sistem dalam diagram constructor. Kaitanaliran (flow) dan informasi menunjukkan keterhubungan dan interkoneksi.

Seluruh struktur sistem, seberapapun kompleksnya, dapat digambarkan olehstudio dengan menggunakan jenis-jenis variabel dan koneksi tersebut.

Expert ChoiceExpert Choice Versi 11 adalah paket software komputer yang

digunakan sebagai alat penunjang keputusan multi objektif yang berbasiskanpada Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan metodologi yangcukup ampuh dan komprehensif untuk memfasilitasi pengambilan keputusanyang layak dengan menggunakan data empiris dan pendapat subjektif parapengambil keputusan. AHP membantu proses pengambilan keputusandengan menyediakan struktur untuk mengorganisasi dan mengevaluasitingkat kepentingan (importance) berbagai tujuan dan preferensi terhadap

 183

yang kita miliki. Dengan melakukan analisis “what-if” dan analisissensitivitas, kita dapat secara cepat menentukan bagaimana perubahan tingkatkepentingan suatu tujuan dapat mempengaruhi alternatif pilihan.

Expert Choice memungkinkan kita untuk mensintesis pendapat orang-orang yang berbeda melalui model kelompok. Expert Chioce juga bergunauntuk forecasting, mengukur risiko dan ketidakpastian, serta mengembangkan

distribusi peluang.

3. Struktur SistemStruktur sistem untuk model MAGRIPU digambarkan dalam diagram

sebagai berikut:

Sistem Manajemen Basis Data  Permodelan  Tingkat Teknologi  Teknis Produksi  Struktur Biaya

Sistem Manajemen Basis Model  Prediksi profit pembenihan  Prediksi profit pembesaran  Prediksi profit pascapanen  Prediksi kapasitas agregat  Prediksi distribusi profit Perin kat kebiakan AHP

Sistem Manajemen BasisPengetahuan  Pendapat pakar   Pendapat pihak terkait

Data Model Pengetahuan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 212/265

Perangkat lunak Powersim Studio digunakan untuk membuat modeldinamik MAGRIPU yang terdiri dari model prediksi profit pembenihan,model prediksi profit pembesaran dan model prediksi profit pascapanen

kerapu. Model-model tersebut selanjutnya digunakan untuk mensimulasikanberbagai kemungkinan perubahan faktor produksi sehingga diperoleh berbgaialternatif program perbaikan kinerja produksi untuk memperoleh keuntunganyang maksimal. Berdasarkan alternatif program perbaikan kinerja tersebutdilakukan survey pendapat pakar untuk mengetahui tingkat kepentinganprogram perbaikan kinerja tersebut berdasarkan “judgement” mereka denganmenggunakan model AHP menggunakan software Expert Choice.

Selanjutnya dengan menggunakan model prediksi kapasitas produksiagregat dilakukan simulasi untuk mengetahui kapasitas produksi pembenihan,pembesaran dan pascapanen yang optimal berdasarkan berbagai skenarioperubahan pasar

Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem Manajemen Dialog

Pen una

 184

4.  Prosedur Instalasi

Prosedur Instalasi Powersim Studio

Untuk menginstal paket perangkat lunak Powersim Studio Versi 2005dengan Windows 98 atau Windows 2000, dapat dilakukan melalui langkah-langkah memasukkan CD ke dalam CD Drive, selanjutnya ikuti langkah-

langkah sesuai dengan petunjuk yang tertayang di layar monitor. Apabilaterhenti (prompted) maka ketik nama perusahaan dan nomor seri PowersimStudio.

Prosedur Instalasi Expert ChoiceUntuk menginstal paket perangkat lunak Expert Choice dengan

Windows 98, Windows NT, Windows 2000 atau Windows XP, lakukanlangkah sebagai berikut:-  Masukkan CD ke dalam CD drive.

-  Ikuti langkah-langkah sesuai dengan petunjuk.-  Apabila CD tidak secara memulai secara otomatis, maka lakukan langkahdari Windows sebagai berikuit:1.  Pilih “Start”, dan kemudian pilih “Run”.2.  Pilih “Browse”, kemudian pilih file launch.exe dari direktori CD

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 213/265

Rom.- Ikuti instruksi pada layar komputer. Apabila terhenti (prompted), ketik 

nama, nama perusahaan, dan nomor seri Expert Choice. Apabila andatidak memiliki nomor seri, maka anda hanya memiliki versi percontohan

(trial).

5. Pengoperasian Sistem

Powersim StudioSoftware Powersim Studio Versi 2005 yang telah diinstall ke dalam

komputer akan dapat dioperasikan dengan meng-klik shortcut Studio makaakan muncul layar pengenalan seperti Gambar 1.

 185

Selanjutnya dengan meng-klik finish akan muncul layar “Shared Diagram”seperti Gambar 2, yang siap untuk pengoperasian Powersim Studio.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 214/265

Gambar 2. Tampilan “Shared Diagram” pada Powersim Studio

Untuk memperdalam cara pengoperasian Powersim Studio disarankanterlebih dahulu mempelajari tutorial yang dapat diakses pada kolom sebelahkanan Gambar 2. Dalam tutorial diberikan contoh cara mengkonstruksisebuah model dinamik berdasarkan kasus-kasus masalah yang berbeda-beda,baik untuk inventory, optimisasi, analisis risiko dan manajemen risiko.

Berdasarkan kasus yang dihadapi dalam model kerapu, makadilakukan konstruksi model dengan menggunakan perlengkapan (tools) yangtersedia, terutama level, flow, konstanta maupun variabel serta link antarvariabel / konstan.

Dengan meng klik Introduction to Powersim Studio, maka di layarakan muncul penjelasan secara detail bagaimana menyusun suatu modelsesuai dengan contoh kasus yang diberikan secara detail langkah demilangkah. Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut kita dapat menyusunmodel dan cara penggunaan model tersebut untuk simulasi. Gambar 3menunjukkan hasil pengkonstruksian sebuah model produksi dan pengirimandari sebuah perusahaan.

 186

 

Gambar 3. Gambar tampilan tutorial untuk kasus dalam Powersim Studio.

Dengan mengacu pada cara-cara yang dilakukan dalam tutorial, dan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 215/265

g g p y gmengambil contoh kasus mirip dengan permasalahan yang akan kita tangani,maka kita akan dapat menyusun model dan menapilkannya dalam bentuk Frontpage.

Expert ChoiceSoftware Expert Choice Versi 11 yang telah diinstall ke dalam

komputer akan dapat dioperasikan dengan meng-klik shortcut EC yangterdapat di layar, sehingga muncul di layar seperti Gambar 3 yangmemberikan pilihan (1) membuat model baru, atau (2) membuka model yangtelah ada.

 187

 Untuk pengenalan sebaiknya pilih existing model untuk mengetahui cara-carayang dilakukan untuk menyusun suatu struktur AHP. Dengan memilihexisting model dan menseleksi misalnya model pembelian kendaraan (carpurchase) maka akan muncul tayangan seperti Gambar 4.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 216/265

Gambar 4. Contoh tayangan existing model untuk AHP pembelian

kendaraan.

Dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam program, maka kitadapat memasukkan tujuan (goal), aktor, sasaran dan faktor serta kebijakandalam kolom yang tersedia, sehingga diperoleh kondisi seperti Gambar 4Perbandingan berpasangan dapat dilakukan dengan meng klik tombol disebelah kiri atas, sehingga diperoleh layar seperti Gambar 5.

 

188

Dengan melengkapi perbandingan berpasangan sesuai denganpendapat pakar, maka akan dapat diperoleh bobot keseluruhan yangmenunjukkan peringkat (rangking) pilihan kebijakan berdasarkan pendapatpakar untuk masalah yang dikaji. Apabila pengisian seluruh perbandinganberpasangan telah dilakukan, maka dengan meng klik “Synthesis result”maka akan muncul hasil sintesa akhir seperti Gambar 6 yang menunjukkan

peringkat merek kendaraan keseluruhan.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 217/265

Gambar 6. Tampilan hasil sintesa kriteria AHP pemilihan kendaran.

Halaman Muka Model MAGRIPU

1. Untuk dapat mengoperasikan model simulasi ini terlebih dahulu buka file:FRONTPAGE.sip. Dengan membuka file tersebut, maka pada layar akanterlihat halaman muka seperti Gambar 1.

 

189

2.  Tahap selanjutnya adalah memilih program simulasi dengan carameng’klik” program simulasi yang akan dioperasikan, dengan pilihan:

a.  Simulasi Nilai Tambah Pembenihanb.  Simulasi Nilai Tambah Pembesaranc.  Simulasi Nilai Tambah Pasca Panend.  Simulasi Perencanaan kapasitas produksi, dan

e.  Simulasi Pemerataan distribusi keuntungan.

3.  Dengan membuka simulasi nilai tambah subsistem pembenihan, makapada layar akan terlihat tampilan seperti Gambar 2.Cara mengoperasikan simulasi ini adalah dengan terlebih dahulu meng‘klik’ tanda “ Reset Simulation” (I<<) di pojok kiri atas.Selanjutnya adalah menentukan pilihan pada tingkat berapa Survival rate(SR), Fekunditas (Fekun) dan Persentase Induk Memijah (Mijah) akanditetapkan dengan menekan tombol switch.

Setelah pilihan ditetapkan, selanjutnya me ‘run’ simulasi dengan menekantanda “Toggle Play” (>) di pojok kiri atas, maka di layar akan munculgambar grafik dan tabel yang menunjukkan tingkat keuntunganpembenihan yang diperoleh.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 218/265

Gambar 8. Tampilan pada layar untuk simulasi peningkatan nilaitambah subsistem pembenihan.

4. Pengoperasian simulasi nilai tambah pembesaran dilakukan serupadengan simulasi pembenihan, yaitu dengan meng ‘klik’ pilihan

‘simulasi nilai tambah pembesaran’ pada halaman muka, maka akanmucul tayangan seperti Gambar 3.

 

190

5. Pengoperasian simulasi nilai tambah pasca panen dilakukan denganmeng ‘klik’ pilihan ‘simulasi nilai tambah pasca panen’ pada halamanmuka, maka akan mucul tayangan seperti Gambar 4.Cara mengoperasikan simulasi ini adalah dengan terlebih dahulu meng‘klik’ tanda “ Reset Simulation” (I<<) di pojok kiri atas.Selanjutnya adalah menentukan pilihan pada tingkat berapa Padat

Penebaran, Survival Rate (SR) dan Lama Pasca Panen dengan menekantombol switch.Setelah pilihan ditetapkan, selanjutnya me ‘run’ simulasi denganmenekan tanda “Toggle Play” (>) di pojok kiri atas, maka di layar akanmuncul gambar grafik dan tabel yang menunjukkan tingkat keuntunganpasca panen yang diperoleh.

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 219/265

Gambar 9. Tampilan pada layar untuk simulasi peningkatan profitpembesaran.

 

191

6. Pengoperasian simulasi perencanaan kapasitas produksi dilakukandengan meng ‘klik’ pilihan ‘simulasi perencanaan kapasitas produksi’pada halaman muka, maka akan mucul tayangan seperti Gambar 5.Cara mengoperasikan simulasi ini adalah dengan terlebih dahulu meng‘klik’ tanda “ Reset Simulation” (I<<) di pojok kiri atas.Selanjutnya adalah menentukan pilihan skenario mana yang akan

dipakai (Pesimistis, Moderat dan Optimistis dengan menekan tombolswitch.Setelah pilihan ditetapkan, selanjutnya me ‘run’ simulasi denganmenekan tanda “Toggle Play” (>) di pojok kiri atas, maka di layar akanmuncul gambar grafik dan tabel yang menunjukkan kapasitas produksioptimal industri budidaya perikanan kerapu.Untuk mengulangi proses simulasi maka dilakukan tahapan yang samadengan me ‘Reset Simulation’

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 220/265

Gambar 11. Tampilan pada layar untuk simulasi kapasitas produksioptimal industri budidaya perikanan kerapu.

7. Pengoperasian simulasi pemerataan distribusi keuntungan dilakukandengan meng ‘klik’ pilihan ‘simulasi pemerataan distribusi keuntungan’pada halaman muka, maka akan mucul tayangan seperti Gambar 6.Cara mengoperasikan simulasi ini adalah dengan terlebih dahulu meng‘klik’ tanda “ Reset Simulation” (I<<) di pojok kiri atas.

Selanjutnya adalah menentukan pilihan tingkat harga benih, ikan hasilpembesaran dan ikan hasil pasca panen yang akan dipakai dengank b l i h

 

192

 

Gambar 12. Tampilan pada layar untuk simulasi pemerataan distribusik i d i b did ik k

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 221/265

keuntungan industri budidaya perikanan kerapu.

 

193

Lampiran 10 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah gabungan Fekunditas secara probabilistik 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 222/265

Lampiran 11 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah sintasan benih secara probabilistik 

  194

Lampiran 12 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembenihanmenggunakan peubah persentase induk memijah secaraprobabilistik 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 223/265

Lampiran 13 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah padat penebaran secara probabilistik 

  195

Lampiran 14 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah sintasan ikan secara probabilistik 

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 224/265

Lampiran 15 Hasil simulasi maksimalisasi keuntungan usaha pembesaranmenggunakan peubah lama pemeliharaan secara probabilistik 

  196

Lampiran 16 Hasil simulasi optimasi distribusi keuntungan agroindustri kerapubudi daya, harga benih naik dari Rp 6.000,- menjadi Rp 7.000,-

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 225/265

Lampiran 17 Hasil simulasi optimasi distribusi keuntungan agroindustri kerapubudi daya , harga benih naik dari Rp 6.000,- menjadi Rp 8.000,-

  197

 

Lampiran 18 Proyeksi produksi dan harga-harga proyek pembenihan

T A H U N K E

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penjualan Telur 0 - - - - - - - - - - - -

2. Penjualan Larva 0 - - - - - - - - - - - -

3. Penjualan Benih 0 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000

4. Harga Jual Telur 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50

5. Harga Jual Larva 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00 2,000.00

6. Harga Jual Benih 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 226/265

  198

Lampiran 19 Proyeksi biaya operasi pembenihan kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BIAYA LANGSUNGa. Biaya Pakan Induk 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 25,920 12,000

b. Obat dan Vitamin untuk Induk 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000

c. Pakan larva 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000

d. Pupuk Plankton 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000

e. Artemia 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000

f. Pakan Benih 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000 1,600,000

g. BBM / solar ( liter) 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000

h. Pelumas (liter) 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000i. Buruh harian 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

TOTAL BIAYA LANGSUNG 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,506,000

BIAYA TAK LANGSUNG:

a. Biaya Pemasaran 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

b Bi d i i t i

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 227/265

b. Biaya administrasi 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

c. Biaya maintenance 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000

d. Logistik harian 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

e. Gaji karyawan 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000 96,000

TOTAL BIAYA TAK LANGSUNG 0 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 0 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,815,920 2,802,000

MODAL SENDIRI (20%) 563,184

MODAL PINJAMAN (80%) 2,252,736

  199

Lampiran 20 Proyeksi penyusutan dan amortisasi pembenihan kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

NILAI METODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PENYUSUTAN:

LAHAN 150,000 5% Grs.Lrs. 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500

BANGUNAN SIPIL 1,070,000 10% Grs.Lrs. 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000 107,000

BAK KULTUR 540,000 10% Grs.Lrs. 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000

PER. MEKANIK, LISTRIK DAN LAB 690,000 10% Grs.Lrs. 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000 69,000

PERL.KANTOR, RUMAH & KOM. 16,000 10% Grs.Lrs. 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600 1,600

KENDARAAN 232,000 10% Grs.Lrs. 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200 23,200

PEMBELIAN INDUK 10,000 10% Grs.Lrs. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

TOTAL 2,708,000 263,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300 262,300AKUMULASI PENYUSUTAN 263,300 525,600 787,900 1,050,200 1,312,500 1,574,800 1,837,100 2,099,400 2,361,700 2,624,000 2,886,300

AMORTISASI:

1. BIAYA KONSULTANSI 50,000 10% Grs.Lrs. 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000

2. CONTINGENCIES 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 I DC 347508 10%G L 34751 34751 34751 34751 34751 34751 34751 34751 34751 34751 34751

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 228/265

3. I D C 347,508 10% Grs.Lrs. 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751

4. PRA OPERASI 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL: 397,508

JUMLAH AMORTISASI 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751 39,751

AKUMULASI AMORTISASI 39,751 79,502 119,252 159,003 198,754 238,505 278,256 318,006 357,757 397,508 437,259

JUMLAH PENYUSUTAN &AMORTISASI 303,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051

AKUMULASI PENY. DANAMORTISASI 303,051 605,102 907,152 1,209,203 1,511,254 1,813,305 2,115,356 2,417,406 2,719,457 3,021,508 3,323,559

  200

Lampiran 21 Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal pembenihan kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

M O D A L I N V E S T A S I

- POKOK PINJAMAN 2,206,400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 2,206,400 2,206,400 1,985,760 1,765,120 1,544,480 1,323,840 1,103,200 882,560 661,920 441,280 220,640 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 397,152 357,437 317,722 278,006 238,291 198,576 158,861 119,146 79,430 39,715 0 0

- ANGSURAN 0 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 220,640 0 0

M O D A L KERJA

- POKOK PINJAMAN 2,229,360 0 0 0 0- KUMULATIF PINJAMAN 2,229,360 2,229,360 2,006,424 1,783,488 1,560,552 1,337,616 1,114,680 891,744 668,808 445,872 222,936 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 401,285 361,156 321,028 280,899 240,771 200,642 160,514 120,385 80,257 40,128 0 0

- ANGSURAN 0 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 222,936 0 0

P I N J A M A N I D C

POKOKPINJAMAN 347508 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 229/265

- POKOK PINJAMAN 347,508 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 347,508 347,508 312,757 278,006 243,256 208,505 173,754 139,003 104,252 69,502 34,751 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 62,551 56,296 50,041 43,786 37,531 31,276 25,021 18,765 12,510 6,255 0 0

- ANGSURAN 0 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 34,751 0 0

T O T A L: PINJAMAN (KUMULATIF) 4,783,268 4,783,268 4,304,941 3,826,614 3,348,288 2,869,961 2,391,634 1,913,307 1,434,980 956,654 478,327 0 0

BUNGA 0 860,988 774,889 688,791 602,692 516,593 430,494 344,395 258,296 172,198 86,099 0 0

ANGSURAN 0 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 478,327 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 230/265

  202

Lampiran 23 Proyeksi arus kas (cash flow) pembenihan kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

ARUS KAS MASUK

1. LABA BERSIH 0 (639,708) (192,821) 253,417 699,655 1,145,893 1,202,130 1,258,368 1,314,606 1,370,844 1,427,081 1,483,319 1,492,367

2. KREDIT INVESTASI 2,206,400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. KREDIT MODAL KERJA 2,252,736 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. MODAL SENDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- INVESTASI 551,600

- MODAL KERJA 563,184 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 303,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051 302,051JUMLAH KAS MASUK 5,573,920 (336,658) 109,230 555,468 1,001,706 1,447,943 1,504,181 1,560,419 1,616,657 1,672,894 1,729,132 1,785,370 1,794,418

ARUS KAS KELUAR:

1. INVESTASI 2,758,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. IDC 347,508

3. ANGSURANKREDIT: 0 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 231/265

3. ANGSURAN KREDIT: 0 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 0 0

JUMLAH KAS KELUAR 3,105,508 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 480,664 0 0

KAS SURPLUS/DEFISIT 2,468,412 (817,322) (371,434) 74,804 521,041 967,279 1,023,517 1,079,754 1,135,992 1,192,230 1,248,468 1,785,370 1,794,418

SALDO KAS AWAL 0 2,468,412 1,651,090 1,279,656 1,354,459 1,875,501 2,842,780 3,866,296 4,946,051 6,082,043 7,274,273 8,522,740 10,308,110

SALDO KAS AKHIR 2,468,412 1,651,090 1,279,656 1,354,459 1,875,501 2,842,780 3,866,296 4,946,051 6,082,043 7,274,273 8,522,740 10,308,110 12,102,528

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 232/265

  204

Lampiran 25  Internal rate of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan payback period pembenihan kerapu

T A H U N K E

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL

INVESTASI -2758000

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 (336,658) 109,230 555,468 1,001,706 1,447,943 1,504,181 1,560,419 1,616,657 1,672,894 1,729,132 1,785,370

PENERIMAAN BERSIH (2,758,000) (336,658) 109,230 555,468 1,001,706 1,447,943 1,504,181 1,560,419 1,616,657 1,672,894 1,729,132 1,785,370 9,888,342

IRR = 23.40

 ANALISA SENSITIVITAS

BIAYA NAIK 5%:

INVESTASI -2895900 TOTAL

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 -336658 109230 555468 1001706 1447943 1504181 1560419 1616657 1672894 1729132 1785370

PENERIMAAN BERSIH (2,895,900) (336,658) 109,230 555,468 1,001,706 1,447,943 1,504,181 1,560,419 1,616,657 1,672,894 1,729,132 1,785,370 9,750,442

IRR = 22.52

HARGA TURUN 5%:

INVESTASI -2758000 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 -486658 -70770 345468 761706 1177943 1234181 1290419 1346657 1402894 1459132 1515370

KASSURPLUS/DEFISIT: (2,758,000) (486,658) (70,770) 345,468 761,706 1,177,943 1,234,181 1,290,419 1,346,657 1,402,894 1,459,132 1,515,370 7,218,342

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 233/265

IRR = 17.77

BIAYA NAIK 10%:

INVESTASI -3033800 TOTAL

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 -336658 109230 555468 1001706 1447943 1504181 1560419 1616657 1672894 1729132 1785370

PENERIMAAN BERSIH (3,033,800) (336,658) 109,230 555,468 1,001,706 1,447,943 1,504,181 1,560,419 1,616,657 1,672,894 1,729,132 1,785,370 9,612,542

IRR = 21.69

  205

HARGA TURUN 10%

INVESTASI -2758000 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 -636658 -250770 135468 521706 907943 964181 1020419 1076657 1132894 1189132 1245370

KASSURPLUS/DEFISIT: (2,758,000) (636,658) (250,770) 135,468 521,706 907,943 964,181 1,020,419 1,076,657 1,132,894 1,189,132 1,245,370 4,548,342

IRR = 11.78

TOTALNET PRESENT VALUE(BUNGA:18%) = 844,547 844,547

844,547

PROFITABILITY INDEX = - = 0.31

2,758,000

PAYBACK PERIOD = (2,758,000) (3,094,658) (2,985,427) (2,429,959) (1,428,254) 19,690 1,523,871 3,084,289 4,700,946 6,373,840 8,102,972 9,888,342

TAHUN KE : 5

B/C RATIO = 3.59

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 234/265

  206

 

Lampiran 26 Analisa break even pembenihan kerapu

TAHUN KE

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12VOLUME PENJUALAN (ekor) 0 500000 600000 700000 800000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000 900000

HARGA JUAL / UNIT 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00 6,000.00

NILAI PENJUALAN (RP 1000) 0 3,000,000 3,600,000 4,200,000 4,800,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000 5,400,000

BIAYA VARIABEL (RP 1000) 0 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,519,920 2,506,000

BIAYA VARIABEL /UNIT 0.00 5039.84 4199.87 3599.89 3149.90 2799.91 2799.91 2799.91 2799.91 2799.91 2799.91 2799.91 2784.44

MARGIN KEUNTUNGAN 0 480,080 1,080,080 1,680,080 2,280,080 2,880,080 2,880,080 2,880,080 2,880,080 2,880,080 2,880,080 2,880,080 2,894,000

BIAYA TETAP (Rp 1000) 0 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000 296,000

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 235/265

BREAK EVEN POINT (VOLUME) 0.00 308,280 164,430 123,330 103,860 92,500 92,500 92,500 92,500 92,500 92,500 92,500 92,500

BREAK EVEN POINT ( HARGA) 0.00 5040.43 4200.36 3600.31 3150.27 2800.24 2800.24 2800.24 2800.24 2800.24 2800.24 2800.24 2784.77

BREAK EVEN POINT DALAM % 0.00 61.66 27.41 17.62 12.98 10.28 10.28 10.28 10.28 10.28 10.28 10.28 10.23

  207

 

Lampiran 27 Proyeksi produksi dan harga-harga usaha pembesaran kerapu

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penebaran Ikan (2x / th) 0 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000

2. Survival Rate (%) 0 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

3. Pemanenan Ikan (ekor) 0 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000 32,000

4. Konversi ekor : kg 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50

5. Pemanenan ikan (kg) 0.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00

6. Harga Jual Per Kg (Rp 000) 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00

7. Nilai Penjualan (Rp 000) - 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 236/265

  208

Lampiran 28 Proyeksi biaya operasi usaha pembesaran kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BIAYA LANGSUNGa. Benih Ikan 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000

b. Biaya Pakan IKAN 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000

c. Obat dan Vitamin 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000

d. BBM / solar ( liter) 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400

e. Pelumas (liter) 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400 2,400

f. Buruh harian 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000

TOTAL BIAYA LANGSUNG 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800

BIAYA TAK LANGSUNG:

a. Biaya Pemasaran 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000

b. Biaya administrasi 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000

c. Biaya maintenance 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000

d. Logistik harian 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400

e. Gaji karyawan 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000 18,000

TOTALBIAYATAKLANGSUNG 0 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400 44400

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 237/265

TOTAL BIAYA TAK LANGSUNG 0 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 0 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200 708,200

MODAL SENDIRI (20%) 141,640

MODAL PINJAMAN (80%) 566,560

  209

Lampiran 29 Proyeksi penyusutan dan amortisasi usaha pembesaran kerapu DALAM RIBU RUPIAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PENYUSUTAN:

LAHAN (LAND BASE) 50,000 5% Grs.Lrs. 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500BANGUNAN SIPIL 160,000 10% Grs.Lrs. 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000

PERLENGKAPAN BUDI DAYA 88,000 10% Grs.Lrs. 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800 8,800

PER. MEKANIK, LISTRIK DAN LAB 13,500 10% Grs.Lrs. 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350

PERL.KANTOR, RUMAH & KOM. 6,000 10% Grs.Lrs. 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

KENDARAAN 82,000 10% Grs.Lrs. 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200 8,200

TOTAL 399,500 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450 37,450

AKUMULASI PENYUSUTAN 37,450 74,900 112,350 149,800 187,250 224,700 262,150 299,600 337,050 374,500 411,950

AMORTISASI:

1. BIAYA KONSULTANSI 10,000 10% Grs.Lrs. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

2. CONTINGENCIES 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. I D C 32,248 10% Grs.Lrs. 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225

4. PRA OPERASI 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL: 42,248

JUMLAHAMORTISASI 4225 4225 4225 4225 4225 4225 4225 4225 4225 4225 4225

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 238/265

JUMLAH AMORTISASI 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225 4,225

AKUMULASI AMORTISASI 4,225 8,450 12,674 16,899 21,124 25,349 29,574 33,799 38,023 42,248 46,473

JUMLAH PENYUSUTAN & AMORTISASI 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675

AKUMULASI PENY. DAN AMORTISASI 41,675 83,350 125,024 166,699 208,374 250,049 291,724 333,399 375,073 416,748 458,423

  210

Lampiran 30 Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal usaha pembesaran kerapu 

DALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

M O D A L I N V E S T A S I

- POKOK PINJAMAN 347,600 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 347,600 347,600 312,840 278,080 243,320 208,560 173,800 139,040 104,280 69,520 34,760 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 62,568 56,311 50,054 43,798 37,541 31,284 25,027 18,770 12,514 6,257 0 0

- ANGSURAN 0 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 34,760 0 0

M O D A L KERJA

- POKOK PINJAMAN 394,720 0 0 0 0- KUMULATIF PINJAMAN 394,720 394,720 355,248 315,776 276,304 236,832 197,360 157,888 118,416 78,944 39,472 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 71,050 63,945 56,840 49,735 42,630 35,525 28,420 21,315 14,210 7,105 0 0

- ANGSURAN 0 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 39,472 0 0

P I N J A M A N I D C

- POKOK PINJAMAN 54,747 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

92 2 3 98 38323 328 8 2 3 21899 16 2 109 9 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 239/265

- KUMULATIF PINJAMAN 54,747 54,747 49,272 43,798 38,323 32,848 27,374 21,899 16,424 10,949 5,475 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 9,854 8,869 7,884 6,898 5,913 4,927 3,942 2,956 1,971 985 0 0- ANGSURAN 0 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 5,475 0 0

T O T A L: PINJAMAN (KUMULATIF) 797,067 797,067 717,360 637,654 557,947 478,240 398,534 318,827 239,120 159,413 79,707 0 0

BUNGA 0 143,472 129,125 114,778 100,430 86,083 71,736 57,389 43,042 28,694 14,347 0 0

ANGSURAN 0 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 79,707 0 0

  211

Lampiran 30 Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal usaha pembesaran kerapu

DALAM RIBU RUPIAH 

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

M O D A L I N V E S T A S I

- POKOK PINJAMAN 204,750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 204,750 204,750 184,275 163,800 143,325 122,850 102,375 81,900 61,425 40,950 20,475 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 36,855 33,170 29,484 25,799 22,113 18,428 14,742 11,057 7,371 3,686 0 0

- ANGSURAN 0 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 20,475 0 0

M O D A L KERJA

- POKOK PINJAMAN 566,560 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 566,560 566,560 509,904 453,248 396,592 339,936 283,280 226,624 169,968 113,312 56,656 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 101,981 91,783 81,585 71,387 61,188 50,990 40,792 30,594 20,396 10,198 0 0

- ANGSURAN 0 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 56,656 0 0

P I N J A M A N I D C

- POKOK PINJAMAN 32,248 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 240/265

- KUMULATIF PINJAMAN 32,248 32,248 29,023 25,799 22,574 19,349 16,124 12,899 9,674 6,450 3,225 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 5,805 5,224 4,644 4,063 3,483 2,902 2,322 1,741 1,161 580 0 0

- ANGSURAN 0 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 3,225 0 0

T O T A L: PINJAMAN(KUMULATIF) 803,558 803,558 723,202 642,847 562,491 482,135 401,779 321,423 241,067 160,712 80,356 0 0

BUNGA 0 144,640 130,176 115,712 101,248 86,784 72,320 57,856 43,392 28,928 14,464 0 0

ANGSURAN 0 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 0 0

  212

Lampiran 31 Proyeksi rugi laba usaha pembesaran kerapu

DALAM RIBU RUPIAH

TAHUNURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. PEMASUKAN:

1. Penjualan Ikan (Kg) 0.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00 16,000.00

2. Harga Jual Ikan /Kg 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00

3. Nilai Penjualan Ikan 0 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000

TOTAL NILAI PENJUALAN 0 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000

2. BIAYA POKOK

a. BIAYA LANGSUNG 0 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800

LABA KOTOR 0 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200

b. BIAYA TAK LANGSUNG 0 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400

3. BUNGA PINJAMAN 0 144,640 130,176 115,712 101,248 86,784 72,320 57,856 43,392 28,928 14,464 0 0

4. BIAYA PENYUSUTAN 0 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675

LABA SEBELUM PAJAK 0 65,485 79,949 94,413 108,877 123,341 137,805 152,269 166,733 181,197 195,661 210,125 210,125

5. PAJAK PERSEROAN 0 22,920 27,982 33,044 38,107 43,169 48,232 53,294 58,357 63,419 68,481 73,544 73,544

LABA SESUDAH PAJAK 0 42,565 51,967 61,368 70,770 80,172 89,573 98,975 108,376 117,778 127,180 136,581 136,581

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 241/265

AKUMULASI LABA BERSIH 0 42,565 94,532 155,900 226,670 306,842 396,415 495,390 603,766 721,544 848,724 985,305 1,121,887

  213

Lampiran 32 Proyeksi arus kas (cash flow) usaha pembesaran kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

ARUS KAS MASUK

1. LABA BERSIH 0 42,565 51,967 61,368 70,770 80,172 89,573 98,975 108,376 117,778 127,180 136,581 136,581

2. KREDIT INVESTASI 204,750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. KREDIT MODAL KERJA 566,560 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. MODAL SENDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- INVESTASI 204,750

- MODAL KERJA 141,640 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675 41,675

JUMLAH KAS MASUK 1,117,700 84,240 93,642 103,043 112,445 121,846 131,248 140,650 150,051 159,453 168,855 178,256 178,256

ARUS KAS KELUAR:

1. INVESTASI 409,500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. IDC 32,248

3. ANGSURAN KREDIT: 0 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 0 0

JUMLAH KAS KELUAR 441,748 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 80,356 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 242/265

KAS SURPLUS/DEFISIT 675,952 3,884 13,286 22,687 32,089 41,491 50,892 60,294 69,695 79,097 88,499 178,256 178,256

SALDO KAS AWAL 0 675,952 679,836 693,122 715,809 747,898 789,389 840,281 900,575 970,270 1,049,367 1,137,866 1,316,122

SALDO KAS AKHIR 675,952 679,836 693,122 715,809 747,898 789,389 840,281 900,575 970,270 1,049,367 1,137,866 1,316,122 1,494,378

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 243/265

  215

Lampiran 34  Internal rete of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan payback period usaha pembesaran kerapu

T A H U N K E

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL

INVESTASI -409500

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 84,240 93,642 103,043 112,445 121,846 131,248 140,650 150,051 159,453 168,855 178,256

PENERIMAAN BERSIH (409,500) 84,240 93,642 103,043 112,445 121,846 131,248 140,650 150,051 159,453 168,855 178,256 1,034,228

IRR = 25.0322

 ANALISA SENSITIVITAS

BIAYA NAIK 5%:

INVESTASI -429975 TOTAL

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 84240 93642 103043 112445 121846 131248 140650 150051 159453 168855 178256

PENERIMAAN BERSIH (429,975) 84,240 93,642 103,043 112,445 121,846 131,248 140,650 150,051 159,453 168,855 178,256 1,013,753IRR = 23.7254

HARGA TURUN 5%:

INVESTASI -409500 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 36240 45642 55043 64445 73846 83248 92650 102051 111453 120855 130256

KAS SURPLUS/DEFISIT: (409,500) 36,240 45,642 55,043 64,445 73,846 83,248 92,650 102,051 111,453 120,855 130,256 506,228

IRR = 13.0222

BIAYA NAIK 10%:

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 244/265

INVESTASI -450450 TOTAL

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 84240 93642 103043 112445 121846 131248 140650 150051 159453 168855 178256

PENERIMAAN BERSIH (450,450) 84,240 93,642 103,043 112,445 121,846 131,248 140,650 150,051 159,453 168,855 178,256 993,278

IRR = 22.5152

  216

 HARGA TURUN 10%:

INVESTASI -409500 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 -11760 -2358 7043 16445 25846 35248 44650 54051 63453 72855 82256

KAS SURPLUS/DEFISIT: (409,500) (11,760) (2,358) 7,043 16,445 25,846 35,248 44,650 54,051 63,453 72,855 82,256 (21,772)

IRR = (0.6277)

TOTAL

NET PRESENT VALUE (BUNGA:18%) = (409,500) 71,435 67,235 62,753 58,022 53,247 48,693 44,164 39,914 36,036 32,251 28,878 542,627

542,627

PROFITABILITY INDEX = - = 1.33 N P V = 542,627

409,500

PAYBACK PERIOD = (409,500) (338,065) (270,830) (208,077) (150,055) (96,808) (48,115) (3,951) 35,962 71,999 104,250 133,127

TAHUN KE : 7

B/C RATIO = 1.36

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 245/265

  217

Lampira 35 Analisa break even usaha pembesaran kerapu

TAHUN KE

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

VOLUME PENJUALAN (kg) 0 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000 16000

HARGA JUAL / UNIT (Rp1000) 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00 60.00

NILAI PENJUALAN (RP 1000) 0 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000 960,000

BIAYA VARIABEL (RP 1000) 0 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800 663,800

BIAYA VARIABEL /UNIT 0.00 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49 41.49

MARGIN KEUNTUNGAN 0 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200 296,200

BIAYA TETAP (Rp 1000) 0 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400 44,400

BREAK EVEN POINT (VOLUME) 0.00 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38 2,398.38

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 246/265

BREAK EVEN POINT ( HARGA) 0.00 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26 44.26

BREAK EVEN POINT DALAM % 0.00 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99 14.99

  218

Lampiran 36 Proyeksi produksi dan harga-harga usaha penanganan pascapanen

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembelian Ikan (ekor) 6x/th 0 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000 30,000

2. Harga Beli ikan (Rp 000/ekor) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

2. Survival Rate (%) 0.00 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99

3. Pemanenan Ikan (ekor) 0 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700 29,700

4. Konversi ekor : kg 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55

5. Pemanenan ikan (kg) 0.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00

6. Harga Jual Per Kg (Rp 000) 95.00 97.50 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

7. Nilai Penjualan (Rp 000) - 1,592,663 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 247/265

  219

Lampiran 37 Proyeksi biaya operasi usaha penanganan pascapanen kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

BIAYA LANGSUNG

a. Pembelian Ikan 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000

b. Biaya Pakan IKAN 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

c. Obat dan Vitamin 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000

d. BBM / solar ( liter) 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800 28,800

e. Pelumas (liter) 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600 3,600

f. Buruh harian 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000

TOTAL BIAYA LANGSUNG 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400

BIAYA TAK LANGSUNG:

a. Biaya Pemasaran 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000

b. Biaya administrasi 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000

c. Biaya maintenance 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000

d. Logistik harian 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000 72,000

e. Gaji karyawan 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000 48,000

TOTAL BIAYA TAK LANGSUNG 0 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 248/265

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 0 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400 1,244,400

MODAL SENDIRI (50%) 622,200

MODAL PINJAMAN (50%) 622,200

  220

Lampiran 38 Proyeksi penyusutan dan amortisasi usaha penanganan pascapanen kerapuDALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

NILAI METODA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PENYUSUTAN:

LAHAN 50,000 5% Grs.Lrs. 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500

BANGUNAN SIPIL 160,000 10% Grs.Lrs. 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000 16,000

PERLENGKAPAN P.PANEN 112,000 10% Grs.Lrs. 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200 11,200

PER. MEKANIK, LISTRIK DAN LAB 13,500 10% Grs.Lrs. 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350 1,350

PERL.KANTOR, RUMAH & KOM. 6,000 10% Grs.Lrs. 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

KENDARAAN / KAPAL ANGKUT 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 341,500 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650 31,650

AKUMULASI PENYUSUTAN 31,650 63,300 94,950 126,600 158,250 189,900 221,550 253,200 284,850 316,500 348,150

AMORTISASI:

1. BIAYA KONSULTANSI 10,000 10% Grs.Lrs. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

2. CONTINGENCIES 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. I D C 49,888 10% Grs.Lrs. 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989

4. PRA OPERASI 0 10% Grs.Lrs. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL: 59,888

JUMLAH AMORTISASI 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989 5,989

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 249/265

AKUMULASI AMORTISASI 5,989 11,978 17,966 23,955 29,944 35,933 41,922 47,911 53,899 59,888 65,877

JUMLAH PENYUSUTAN & AMORTISASI 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639

AKUMULASI PENY. DAN AMORTISASI 37,639 75,278 112,916 150,555 188,194 225,833 263,472 301,111 338,749 376,388 414,027

  221

Lampiran 39 Jadwal angsuran pokok pinjaman dan bunga modal usaha penanganan pascapanen DALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

M O D A L I N V E S T A S I

- POKOK PINJAMAN 316,750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 316,750 316,750 285,075 253,400 221,725 190,050 158,375 126,700 95,025 63,350 31,675 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 47,513 42,761 38,010 33,259 28,508 23,756 19,005 14,254 9,503 4,751 0 0

- ANGSURAN 0 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 31,675 0 0

M O D A L KERJA

- POKOK PINJAMAN 622,200 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 622,200 622,200 559,980 497,760 435,540 373,320 311,100 248,880 186,660 124,440 62,220 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 111,996 100,796 89,597 78,397 67,198 55,998 44,798 33,599 22,399 11,200 0 0

- ANGSURAN 0 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 62,220 0 0

P I N J A M A N I D C

- POKOK PINJAMAN 49,888 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- KUMULATIF PINJAMAN 49,888 49,888 44,899 39,911 34,922 29,933 24,944 19,955 14,966 9,978 4,989 0 0

- BUNGA (18,0%) 0 8,980 8,082 7,184 6,286 5,388 4,490 3,592 2,694 1,796 898 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 250/265

- ANGSURAN 0 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 4,989 0 0

T O T A L: PINJAMAN (KUMULATIF) 988,838 988,838 889,954 791,071 692,187 593,303 494,419 395,535 296,651 197,768 98,884 0 0

BUNGA 0 168,488 151,640 134,791 117,942 101,093 84,244 67,395 50,547 33,698 16,849 0 0

ANGSURAN 0 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 0 0

  222

Lampiran 40 Proyeksi rugi laba usaha penanganan pascapanen kerapu

DALAM RIBU RUPIAH

TAHUNURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. PEMASUKAN:

1. Penjualan Ikan (kg) 0.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00 16,335.00

2. Harga Jual Ikan (Rp 000) 95.00 97.50 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

3. Nilai Penjualan Ikan 0 1,592,663 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500

TOTAL NILAI PENJUALAN 0 1,592,663 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500

2. BIAYA POKOK

a. BIAYA LANGSUNG 0 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400

LABA KOTOR 0 498,263 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100

b. BIAYA TAK LANGSUNG 0 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000

3. BUNGA PINJAMAN 0 168,488 151,640 134,791 117,942 101,093 84,244 67,395 50,547 33,698 16,849 0 0

4. BIAYA PENYUSUTAN 0 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639

LABA SEBELUM PAJAK 0 142,135 199,822 216,670 233,519 250,368 267,217 284,066 300,915 317,764 334,612 351,461 351,461

5. PAJAK PERSEROAN 0 49,747 69,938 75,835 81,732 87,629 93,526 99,423 105,320 111,217 117,114 123,011 123,011

LABA SESUDAH PAJAK 0 92,388 129,884 140,836 151,788 162,739 173,691 184,643 195,595 206,546 217,498 228,450 228,450

AKUMULASI LABA BERSIH 0 92,388 222,272 363,108 514,895 677,635 851,326 1,035,969 1,231,563 1,438,109 1,655,607 1,884,057 2,112,507

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 251/265

  223

Lampiran 41 Proyeksi arus kas (cash flow) usaha penanganan pascapanen kerapu DALAM RIBU RUPIAH

T A H U N K EURAIAN

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

ARUS KAS MASUK

1. LABA BERSIH 0 92,388 129,884 140,836 151,788 162,739 173,691 184,643 195,595 206,546 217,498 228,450 228,450

2. KREDIT INVESTASI 316,750 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. KREDIT MODAL KERJA 622,200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. MODAL SENDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

- INVESTASI 316,750

- MODAL KERJA 622,200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03. PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639 37,639

JUMLAH KAS MASUK 1,877,900 130,027 167,523 178,475 189,426 200,378 211,330 222,282 233,233 244,185 255,137 266,089 266,089

ARUS KAS KELUAR:

1. INVESTASI 633,500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. IDC 49,888

3. ANGSURAN KREDIT: 0 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 0 0

JUMLAH KAS KELUAR 683,388 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 98,884 0 0

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 252/265

, , , , , , , , , , ,

KAS SURPLUS/DEFISIT 1,194,512 31,143 68,639 79,591 90,543 101,494 112,446 123,398 134,350 145,301 156,253 266,089 266,089

SALDO KAS AWAL 0 1,194,512 1,225,655 1,294,294 1,373,885 1,464,427 1,565,922 1,678,368 1,801,765 1,936,115 2,081,416 2,237,669 2,503,758

SALDO KAS AKHIR 1,194,512 1,225,655 1,294,294 1,373,885 1,464,427 1,565,922 1,678,368 1,801,765 1,936,115 2,081,416 2,237,669 2,503,758 2,769,846

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 253/265

  225

Lampiran 43  Internal rate of return, sensitivitas, NPV, B/C, dan payback period usaha pascapanen 

T A H U N K E

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 TOTAL

INVESTASI -633500

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 130,027 167,523 178,475 189,426 200,378 211,330 222,282 233,233 244,185 255,137 266,089

PENERIMAAN BERSIH (633,500) 130,027 167,523 178,475 189,426 200,378 211,330 222,282 233,233 244,185 255,137 266,089 1,664,584

IRR = 26.58

 ANALISA SENSITIVITAS

BIAYA NAIK 5%:

INVESTASI -665175 TOTAL

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 130027 167523 178475 189426 200378 211330 222282 233233 244185 255137 266089

PENERIMAAN BERSIH (665,175) 130,027 167,523 178,475 189,426 200,378 211,330 222,282 233,233 244,185 255,137 266,089 1,632,909

IRR = 25.20

HARGA TURUN 5%:

INVESTASI -633500 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 50394 85848 96800 107751 118703 129655 140607 151558 162510 173462 184414

KAS SURPLUS/DEFISIT: (633,500) 50,394 85,848 96,800 107,751 118,703 129,655 140,607 151,558 162,510 173,462 184,414 768,201

IRR = 13.25

BIAYA NAIK 10%:

INVESTASI -696850 TOTAL

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 254/265

LABA BERSIH (- PENYUSUTAN) 0 130027 167523 178475 189426 200378 211330 222282 233233 244185 255137 266089

PENERIMAAN BERSIH (696,850) 130,027 167,523 178,475 189,426 200,378 211,330 222,282 233,233 244,185 255,137 266,089 1,601,234

IRR = 23.93

  226

HARGA TURUN 10%:

INVESTASI -633500 TOTAL

LABA BERSIH - PENYUSUTAN 0 -29239 4173 15125 26076 37028 47980 58932 69883 80835 91787 102739

KAS SURPLUS/DEFISIT: (633,500) (29,239) 4,173 15,125 26,076 37,028 47,980 58,932 69,883 80,835 91,787 102,739 (128,182)

IRR = (2.58)

TOTAL

NET PRESENT VALUE (BUNGA:18%) = (633,500) 110,263 120,281 108,691 97,744 87,565 78,403 69,796 62,040 55,186 48,731 43,106 881,808

881,808

PROFITABILITY INDEX = - = 1.39 N P V = 881,808

633,500

PAYBACK PERIOD = (633,500) (523,237) (402,956) (294,265) (196,521) (108,956) (30,552) 39,244 101,284 156,470 205,201 248,308

=TAHUN KE: 9

TOTAL

B/C RATIO = 1.31

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 255/265

  227

Lampiran 44 Analisa break even usaha pascapanen 

TAHUN KE

URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

VOLUME PENJUALAN (kg) 0 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335 16335

HARGA JUAL / UNIT (Rp 1000) 95.00 97.50 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

NILAI PENJUALAN (RP 1000) 0 1,592,663 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500 1,633,500

BIAYA VARIABEL (RP 1000) 0 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400 1,094,400

BIAYA VARIABEL /UNIT 0.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00 67.00

MARGIN KEUNTUNGAN 0 498,263 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100 539,100

BIAYA TETAP (Rp 1000) 0 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000

BREAK EVEN POINT (VOLUME) 0.00 4,917.59 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08 4,545.08

BREAK EVEN POINT ( HARGA) 0.00 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18 76.18

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 256/265

BREAK EVEN POINT DALAM % 0.00 30.10 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82 27.82

  228

Lampiran 45 Hasil simulasi titik kritis fekunditas induk terhadap keuntunganpembenihan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 257/265

Lampiran 46 Hasil simulasi titik kritis persentase induk memijah terhadapkeuntungan pembenihan

  229

Lampiran 47 Hasil simulasi titik kritis biaya pakan benih terhadap keuntunganpembenihan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 258/265

Lampiran 48 Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan benih terhadapkeuntungan pembenihan

  230

Lampiran 49 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual benih terhadapkeuntungan pembenihan

5

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 259/265

Lampiran 50 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual kerapu terhadapkeuntungan pembesaran

  231

Lampiran 51 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga beli benih terhadapkeuntungan pembesaran

L i 52 H il i l i titik k iti ti k t bi k ik t h d

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 260/265

Lampiran 52 Hasil simulasi titik kritis tingkat biaya pakan ikan terhadapkeuntungan pembesaran

  232

Lampiran 53 Hasil simulasi titik kritis padat penebaran benih terhadapkeuntungan pembesaran

Lampiran 54 Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan terhadap keuntungan

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 261/265

Lampiran 54 Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan terhadap keuntunganpembesaran

  233

Lampiran 55 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga jual kerapu terhadapkeuntungan pascapanen

Lampiran 56 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga beli kerapu terhadap

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 262/265

Lampiran 56 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga beli kerapu terhadapkeuntungan pascapanen

  234

Lampiran 57 Hasil simulasi titik kritis tingkat harga pakan terhadap keuntunganpascapanen

Lampiran 58 Hasil simulasi titik kritis tingkat padat tebar ikan terhadap

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 263/265

Lampiran 58 Hasil simulasi titik kritis tingkat padat tebar ikan terhadapkeuntungan pascapanen.

  235

Lampiran 59 Hasil simulasi titik kritis tingkat sintasan ikan terhadap keuntunganpascapanen

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 264/265

 

236

Lampiran 60 Grafik perkembangan harga kerapu Hong Kong 2002 -2006

Perkembangan Harga Kerapu Hongkong 2002-2006

0

50

100

150

200

250

300

350

400

  J  a  n_ 

  2  0  0  2   M  a

  r   M  e

   i  J  u   l

  S  e  p

   N  o  v

  J  a  n_ 

  2  0  0  3   M  a

  r   M  e

   i  J  u   l

  S  e  p

   N  o  v

  J  a  n_ 

  2  0  0  4   M  a

  r   M  e

   i  J  u   l

  S  e  p

   N  o  v

  J  a  n_ 

  2  0  0   5   M  a

  r   M  e

   i  J  u   l

  S  e  p

   N  o  v

  J  a  n_ 

  2  0  0  6   M  a

  r   M  e

   i

   H   K     $

Giant Grouper

Kerapu Tikus

Kerapu Lumpur

Kerapu Macan

Kerapu Malabar

Kerapu Sunu Leopard

Kerapu Sunu Totol

Napoleon

Kerapu Lainnya

5/11/2018 D - Iding Chaidir (2009) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/d-iding-chaidir-2009 265/265

Bulan 

Sumber: Hong Kong Trade Statistics, 2006 (Diolah)