cyberbullying di jejaring sosial pada remaja · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk...

130
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Yohanna Viscanesia Sinaga 119114043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: dolien

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU

CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Yohanna Viscanesia Sinaga

119114043

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

SKRIPSI

TIUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU

CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA

Pembimbing Skripsi,

1t9114043

$}*n. T,;;,,"\\ DJ'\\ ro*uffi5lt

.||oIl*\

u*{,4

Ratri Sunar Astuti, M. Si. ranggal:1BAUG 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

SKRIPSI

HUBT]NGAI\i AI\TTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU

CYBERBALLYING DI JN'ARING SOSIAL PADA REMAJA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Yohanna Viscanesia Sinaga

1t91r4043

Panitia Penguji

NamaLe

Penguji 1

Penguji 2

Penguji 3

I 9 AU6 2016

tas Psikologi

Sanata Dharma

Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si.

tlt

'"@H,vm\4.,

{*fies#r$'K{-d

"*1,."t"",*i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

iv

HALAMAN MOTTO

“KEGAGALAN itu tidak menyakitkan. Tapi perasaan bahwa kamu tidak

mengerahkan segala kemampuanmu, itulah yang menyakitkan.

Bahkan ketika kamu sudah mengerahkan segala kemampuanmu, tidak ada jaminan

bahwa kamu akan sukses, atau tetap dikritik atau masih ditertawakan orang.

Akan tetapi, ketika kamu mengerahkan segala kemampuanmu, imbalanmu adalah

perasaan yang mengatakan,

AKU SUDAH MENGERAHKAN SEGALA KEMAMPUANKU.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada,

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

Keluarga tercinta,

Dosen Pembimbing Skripsi,

Sahabat seperjuangan,

Universitas Santa Dharma,

Anak-anak Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini

tidak mernuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarla, 19 Agustus 2016

Penulis,

esia SinagaYohanna Vi

V1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

vii

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU

CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA

Yohanna Viscanesia Sinaga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku asertif

dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku

cyberbullying pada remaja. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 12-18 tahun

berjumlah 192 orang. Data penelitian dikumpulkan menggunakan Skala Perilaku

Asertif dan Skala Perilaku Cyberbullying. Skala Perilaku Asertif memiliki reliabilitas

0,944 dan Skala Perilaku Cyberbullying memiliki reliabilitas sebesar 0,956. Analisis

data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Spearman Rho. Hasil korelasi antara

perilaku asertif dengan perilaku cyberbullying sebesar -0,482 dengan p = 0,000 (p <

0,01), yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif

dan perilaku cyberbullying pada remaja.

Kata kunci: Perilaku asertif, perilaku cyberbullying, remaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

viii

THE RELATION BETWEEN ASSERTIVE BEHAVIOR AND

CYBERBULLYING BEHAVIOR IN SOCIAL NETWORK AMONG

ADOLESCENTS

Yohanna Viscanesia Sinaga

ABSTRAK

This research aimed to know the relation between assertive behavior and

cyberbullying behavior in adolescents. The hypothesis in this research was a negative

correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in adolescents.

Subjects in this research were 192 adolescents in aged range 12 until 18 years old.

The data was collected by assertive behavior scale and cyberbullying behavior scale.

Reliability of assertive behavior scale was 0,944 and reliability of cyberbullying

behavior scale was 0,957. The data was analyzed using Spearman Rho correlation

technique. Result of correlation between assertive behavior and cyberbullying

behavior was -0,482 with p = 0,000 (p < 0,01), which means there was a significant

negative correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in

adolescents.

Keywords: assertive behavior, cyberbullying behavior, adolescents

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Narna : Yohanna Viscanesia Sinasa

Nomor Mahasiswa : 119114043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Petpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU

CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA

Besefia perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta izin dali saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarla

Pada tanggal: 19 Agustus 2016

Yang menyatakan,

Yohanna Vlscanesia Sinaea

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

dan Bunda Maria atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul

“Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying di Jejaring Sosial pada

Remaja” ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana

di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan begitu banyak pihak yang begitu

tulus dalam memberikan bantuan dan dukungan dalam berbagai bentuk. Oleh karena

itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada pihak-

pihak yang telah membantu selama proses penelitian skripsi ini berlangsung. Penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah menjadi pendengar yang baik

dalam setiap doa dan pengharapan penulis.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan,

dukungan, pengetahuan dan kesabaran dalam membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xi

5. Rm. Agustinus Priyono Marwan, SJ. selaku Bapa yang pernah membimbing

proses skripsi selama hampir satu semester dan selalu menyemangati serta

mendoakan saya.

6. Kedua orangtua penulis, Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan,

doa, cinta kasih, berusaha agar anak-anaknya dapat mengayomi pendidikan yang

berkualitas dan dengan sabar menunggu proses perkuliahan penulis. Adik-adik

yang selalu menyemangati dan senantiasa sabar menunggu dalam proses

pengerjaan skripsi.

7. Kakak Ervin Mau yang selalu menyemangati, mendukung, mendoakan, bertanya

tentang kelanjutan skripsi penulis dan mengingatkan untuk selalu mengerjakan

skripsi.

8. Om Sam yang sering membantu, mendukung, menyemangati, memfasilitasi

mulai dari pengerjaan seminar dan selalu mengingatkan untuk selalu

mengerjakan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku terkasih Nety, Arum, Jojo, Hervy, Mbak Tirsa, Silla, Clara

yang selalu menyemangati dan memberi dukungan serta membantu dalam

kesulitan-kesulitan proses pengerjaan skripsi.

10. Teman-teman yang bersama-sama mengerjakan skripsi bersama di Perpustakaan

Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Ruth, Risty, Winda.

Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya sehingga penulis termotivasi

untuk menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xii

11. Teman seperantauan, David Randa Kembaren, terimakasih untuk empat tahun

bersama berjuang menjadi anak rantau di Yogyakarta. Terimakasih untuk selalu

mendukung, menyemangati, dan menasehati untuk tidak sering menunda-nunda

pekerjaan.

12. Teman-teman SMA yang selalu berkomunikasi memberikan dukungan dan

semangatnya melalui guyonan-guyonan aneh: Junai, Gogo, Monic, Martin,

Erwin. Terimakasih sering membuat penulis tertawa dan berrefreshing sejenak.

13. Mas Wisnu, Mba Caecil, Ken, Nining, Fitri, teman-teman kos Iota, teman-teman

Fakultas Psikologi, Mba Rina yang senantiasa membantu, mendukung dan

menyemangati penulis. Ibu penjaga loker di Perpustakaan yang selalu

memberikan senyum dan semangatnya untuk proses pengerjaan skripsi penulis.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 19 Agustus 2016

Penulis,

Yohanna Viscanesia Sinaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ......................................................................... ii

Halaman Pengesahan Skripsi .................................................................................. iii

Halaman Motto ....................................................................................................... iv

Halaman Persembahan ............................................................................................ v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................... vi

Abstrak .................................................................................................................... vii

Abstract ................................................................................................................... viii

Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ......................................................... ix

Kata Pengantar ........................................................................................................ x

Daftar Isi ................................................................................................................. xiii

Daftar Tabel ............................................................................................................ xvii

Daftar Lampiran ..................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10

1. Teoritis .................................................................................................... 10

2. Praktis ..................................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xiv

A. Perilaku Asertif ............................................................................................. 12

1. Definisi Perilaku Asertif ......................................................................... 12

2. Dampak Perilaku Asertif ......................................................................... 13

3. Aspek-aspek Perilaku Asertif .................................................................. 17

B. Perilaku Cyberbullying .................................................................................. 21

1. Definisi Perilaku Bullying ........................................................................ 21

2. Definisi Perilaku Cyberbullying .............................................................. 22

3. Jejaring Sosial .......................................................................................... 26

4. Aspek-aspek Perilaku Cyberbullying ...................................................... 26

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying ................... 31

6. Dampak Perilaku Cyberbullying ............................................................. 35

C. Remaja .......................................................................................................... 36

1. Definisi dan Batasan Usia Remaja ......................................................... 36

2. Perkembangan Remaja ........................................................................... 39

D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying pada

Remaja .......................................................................................................... 43

E. Hipotesis ....................................................................................................... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 49

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 49

B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 49

C. Definisi Operasional ...................................................................................... 49

1. Perilaku Asertif ........................................................................................ 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xv

2. Perilaku Cyberbullying ............................................................................ 50

D. Subjek Penelitian ........................................................................................... 51

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 52

1. Skala Perilaku Asertif .............................................................................. 52

2. Skala Perilaku Cyberbullying .................................................................. 54

F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 56

1. Validitas ................................................................................................... 56

2. Seleksi Item ............................................................................................. 57

3. Reliabilitas ............................................................................................... 61

G. Metode Analisis Data .................................................................................... 59

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62

2. Uji Linearitas ........................................................................................... 63

3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 63

H. Pelaksanaan Uji Coba .................................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 65

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 65

B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................................... 65

C. Deskripsi Data Penelitian .............................................................................. 67

D. Kategorisasi ................................................................................................... 68

E. Analisis Data Penelitian ................................................................................ 71

1. Uji Asumsi .............................................................................................. 71

a. Uji Normalitas .................................................................................. 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xvi

b. Uji Linearitas .................................................................................... 72

2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 73

F. Pembahasan .................................................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 80

A. Kesimpulan ................................................................................................... 80

B. Saran ............................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 82

LAMPIRAN ............................................................................................................ 89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif ..................................................... 53

Tabel 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba 54

Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying ......................................... 55

Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji

Coba .......................................................................................................................... 56

Tabel 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba ... 58

Tabel 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba

(Setelah diacak sesuai skala) .................................................................................... 59

Tabel 3.7 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji

Coba Kedua ............................................................................................................. 60

Tabel 3.8 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji

Coba Kedua (Setelah diacak sesuai skala) ............................................................... 61

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 66

Tabel 4.2 Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ......................................................... 66

Tabel 4.3 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenjang Sekolah ...................................... 66

Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 67

Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ................................................................................. 69

Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Perilaku Asertif ...................................................... 69

Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying .......................................... 70

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xviii

Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ................................................................................. 73

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif .......................................................... 90

Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying .............................................. 92

Lampiran C. Skala Pengukuran ................................................................................ 95

Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif .......................... 104

Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Pertama) 106

Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua) 108

Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif .......................................................... 110

Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying .............................................. 110

Lampiran I. Uji Linearitas ....................................................................................... 111

Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying .................. 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi kian mengubah bentuk pergaulan

dan cara bersosialisasi. Manusia bebas mengekspresikan perasaan dan pikiran

serta bergaul tanpa mengenal batas, ruang dan waktu dengan memanfaatkan

media internet (cyber media). Berbagai perangkat komunikasi seperti komputer,

laptop dan yang paling marak digunakan saat ini ialah smartphone menambah

kemudahan akses internet di manapun dan kapanpun. Lembaga survei dunia yaitu

Mobility Report Ericsson, melaporkan bahwa pengguna perangkat mobile di

dunia pada tahun 2019 akan mencapai 5,6 miliar dengan 60% diantaranya adalah

pengguna smartphone (biskom.web.id). Survei yang dilakukan oleh APIJI

(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2012 menemukan

bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 65,7%. Regional

Head of Consumer Lab Ericsson Southeast Asia and Oceania juga menuturkan

terkait pemakaian smartphone di Indonesia masih didominasi untuk sms dan

internetan (tekno.kompas.com).

Di Indonesia jumlah pengguna internet terus meningkat dari tahun ke

tahun. Survei yang dilakukan oleh APJII menemukan hingga akhir tahun 2014

pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 88,1 juta jiwa. Naik sekitar enam

persen dari 2013 dengan 71,9 juta pengguna. Survei yang dilakukan oleh APJII

(2014) juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia banyak mengakses dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

2

jejaring sosial hingga menetapkannya di posisi teratas. APJII (2014) mencatat

terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial.

Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing dengan 68,7% dan

instant messanging sebanyak 59,9%. Situs jejaring sosial yang sengaja dibuat

untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia dalam

berinteraksi satu sama lain telah mencapai ratusan. Tim Pusat Humas

Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan beberapa jejaring sosial yang

dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai dari Friendster, MySpace, Flickr,

Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube, Facebook, Twitter, Friendfeed, Google

Buzz hingga yang terbaru sekarang, yaitu Instagram dan Path.

Boyd & Ellison (2008) mendifinisikan jejaring sosial sebagai layanan

berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil yang

terbuka untuk umum maupun semi terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi

dari pengguna lain, melihat dan melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun

diri sendiri. Lembaga penelitian Paw Research mengungkapkan bahwa Facebook

masih menjadi jejaring sosial andalan bagi para remaja. Remaja dengan rentang

usia 13-17 tahun menggunakan jejaring sosial Facebook sebanyak 71%.

Kemudian, jejaring sosial Instagram dilaporkan memiliki netizen terbanyak kedua

setelah Facebook, yaitu 52% remaja. Setelah itu terdapat Snapchat dengan 41%

pengguna remaja, Twitter dan Google+ sebanyak 33%, Vine (24%), Tumblr

(14%) dan media sosial lain sebanyak 11% (tekno.kompas.com).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

3

Jejaring sosial memiliki beberapa layanan yang telah disediakan antara

lain, tampilan profil, teman, komentar, pesan pribadi, berbagi foto dan video, built

in blogging serta instant messanging (Boyd & Ellison, 2008). Hal-hal tersebut

memudahkan para remaja yang menggunakan jejaring sosial untuk membangun

jaringan mereka, mengizinkan mereka mengobrol dan berinteraksi secara bebas.

Setiap remaja dapat mengekspresikan ide-ide mereka secara spontan dalam

memenuhi kebutuhan eksistensi, aktualisasi serta bersosialisasi menggunakan

kata-kata, gambar dan video. Namun, dari waktu ke waktu, kenyamanan dari

eksistensi, aktualisasi juga sosialisasi dalam membangun informasi dan

komunikasi telah disalahgunakan oleh banyak remaja. Jejaring sosial yang

termasuk dalam media sosial digunakan lebih jauh untuk mengintimidasi

seseorang dengan mengirimkan kata-kata, gambar maupun video yang

menyerang, yang kemudian disebut sebagai cyberbullying (Margono, Yi &

Raikundalia, 2014).

Survei yang dilakukan Ipsos yaitu perusahaan riset terkemuka dunia, di 24

negara termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari sepuluh atau sekitar

12% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami cyberbullying.

Pemeriksaan terhadap bullying di antara sekitar 200.000 anak usia sekolah di 40

negara di dunia tahun 2005-2006 menemukan Indonesia merupakan salah satu

negara yang memiliki presentase tinggi terkait cyberbullying. Mayoritas dari

orangtua (60%) mengatakan anak-anak mengalami perilaku mengganggu tersebut

melalui situs jejaring sosial seperti facebook (ipsos-na.com). Lembaga anti-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

4

bullying terbesar di Inggris, Ditch the Label, melakukan survei yang melibatkan

10.008 anak muda di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 13-22 tahun. Survei

tersebut menemukan bahwa 69% responden yang diwawancarai pernah

mengalami pelecehan di dunia maya. Sebanyak 89% korban cyberbullying

mengalaminya di situs jejaring sosial MySpace, kemudian 54% lainnya juga

menjadi korban di Facebook, 28% koresponden muda pernah mengalami di

Twitter serta di jejaring sosial instagram, ask.fm, bebo dan tumblr

(www.DitchtheLabel.org).

Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau

traditional bullying. Bullying didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang lain

secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya sendiri.

Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat kepada korban

yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun secara langsung

maupun tidak langsung (Olweus, 2012). Sedangkan cyberbullying sendiri

didefinisikan sebagai setiap perilaku yang dilakukan melalui media elektronik

atau digital oleh individu atau kelompok secara berulang kali berkomunikasi

dengan mengirim pesan bersifat permusuhan dan agresif untuk memberikan luka

atau ketidaknyamanan bagi orang lain (Tokunaga, 2010). Artinya, seseorang

dapat dikatakan melakukan cyberbullying ketika menghina, melecehkan,

mengancam melalui email, pesan singkat online (Instant Messaging), ruang

obrolan (chat room), website, situs game online, atau media digital lain yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

5

kemudian melukai perasaan atau membuat ketidaknyamanan (takut, cemas,

marah) terhadap orang lain.

Cyberbullying banyak dilakukan dan melibatkan remaja serta anak muda.

Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan kecenderungan kelompok

usia, munculnya korban cyberbullying banyak terjadi di kelas VII dan VIII

Sekolah Menengah Pertama pada remaja laki-laki dan perempuan. Pernyataan

tersebut didukung oleh penelitian Lindfors dkk (2012) bahwa proporsi tertinggi

terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia 18 tahun

pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Price &

Dalgeish (2010) juga menemukan bahwa remaja yang banyak melakukan atau

mengalami cyberbullying ketika berusia 10-14 tahun (50%), 15-18 tahun (42%)

dan 19-25 tahun (8%). Presentase terbesar yang terlibat dalam cyberbullying

merupakan individu yang berusia 10 tahun hingga 18 tahun. Usia remaja

merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang melibatkan

perubahan fisik, kognitif, emosional dan sosial (Papalia, Feldman & Martorell,

2014). Perubahan yang begitu kompleks menyebabkan remaja menjadi labil dan

belum matang secara psikis. Dolcini dkk (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan

bahwa para remaja mudah terlibat dalam perilaku yang ceroboh. Tindakan

ceroboh berarti remaja tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil

keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah.

Perilaku cyberbullying yang terjadi di Indonesia baru-baru ini menimpa

seorang siswi SMA Methodist-I di Medan, yaitu Sonya Depari. Siswi tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

6

dikabarkan mengaku sebagai anak dari Jenderal Kapolda Sumatera Utara,

kemudian berani membentak polwan yang menertibkannya karena berkonvoi usai

Ujian Nasional. Perilaku Sonya tersebut mengundang banyak kecaman dan caci

maki di akun jejaring sosial instagram miliknya. Cyberbullying yang dialami

membuat Sonya mengalami trauma, ketakutan dan malu untuk keluar rumah

(sumatera.metrotvnews.com). Kasus yang paling mengejutkan di luar negeri

adalah banyak remaja korban dari cyberbullying merasa putus asa dan berpikiran

pendek sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara-cara

tertentu. Salah satu kasusnya yaitu Katie Webb, gadis cantik asal Inggris ini

mengakhiri hidupnya di usia 12 tahun. Katie ditemukan tewas gantung diri di

rumahnya di Evesham, Worcestershire, Inggris lantaran tak kuat menerima cacian

dari teman-temannya melalui Facebook. Katie mendapat hinaan karena teman-

temannya menilai gaya rambut Katie tidak keren dan karena Katie juga tidak

memakai baju bermerek (dailymail.co.uk).

Tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh Katie Webb merupakan dampak

yang paling mengkhawatirkan pada korban cyberbulling. Kasus tersebut

mendukung penemuan Hay, Meldrum dan Mann (dalam Slonje dkk, 2012) bahwa

dampak terbesar dari cyberbullying adalah kemungkinan untuk melukai diri

sendiri dan keinginan untuk bunuh diri. Ybarra dkk (2006) menemukan bahwa

korban cyberbullying mengalami banyak tekanan dan ketegangan akibat

pengalaman yang dialami. Selain depresi dan bunuh diri, korban cyberbullying

juga menghadapi bermacam-macam masalah akademik dan sosial. Mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

7

menarik diri dari aktivitas sekolah, ketidakhadiran di sekolah, dan kegagalan

dalam sekolah, gangguan makan dan penyalahgunaan zat-zat kimia (Chibbaro &

Klomek dalam Notar dkk, 2013). Dampak negatif tidak hanya dirasakan oleh para

korban cyberbullying. Studi Patchin & Hinduja (2010) dan Guarini dkk (2012),

menemukan siswa yang memiliki pengalaman cyberbullying, secara signifikan

memiliki sikap negatif terhadap sekolah dan harga dirinya lebih rendah daripada

mereka yang sedikit atau tidak pernah terlibat dalam cyberbullying. Terdapat juga

implikasi jangka panjang untuk pelaku ketika memasuki masa dewasa, yaitu

antisosial, kekerasan atau perilaku kriminal yang lebih tinggi (Patchin & Hinduja;

Kulig dkk dalam Notar dkk, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Emilia & Leonardi (2013) terhadap remaja

berusia 15-17 tahun menyatakan bahwa perilaku cyberbullying dipengaruhi oleh

kompetensi sosial. Individu yang kompetensi sosialnya rendah maka perilaku

cyberbullying yang dilakukan tinggi. Kompetensi sosial yang dimaksud ialah

kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk berinteraksi dengan orang lain

secara efektif dan dapat diterima secara sosial. Individu yang memiliki

kemampuan tersebut mengetahui bagaimana merespon orang lain dengan cara

menyampaikan pendapat secara langsung dan jelas tanpa adanya kecemasan.

Individu juga memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan

keinginan tanpa melakukan tindakan agresi untuk menyakiti orang lain.

Kemampuan yang telah disebutkan di atas merupakan ciri-ciri orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

8

memiliki sikap dan perilaku asertif (Praskah & Devi, 2015; Arrindell & van der

Ende dalam Sarkova dkk, 2013).

Perilaku asertif merupakan sikap yang aktif, langsung dan jujur dalam

berinteraksi dengan orang lain. Dengan bersikap asertif, kita memandang

keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak

orang lain (Llyod, 1990). Perilaku asertif memudahkan para remaja untuk

bersosialisasi dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan

terus terang, serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif.

Remaja dengan perilaku asertif tinggi akan menghasilkan hubungan yang sehat

dalam bernegosiasi dan pemecahan konflik. Perilaku asertif yang dimiliki

membantu remaja dalam mengurangi stress ataupun konflik yang dialami

sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Widjaja & Wulan dalam Marini

& Andriani, 2005).

Individu dengan tingkat perilaku asertif yang rendah kurang dapat

mengekspresikan pikiran, perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami

kepada orang lain. Individu yang gagal untuk berkomunikasi secara spontan lebih

cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran, perasaan dan kebutuhan yang

mengganggu yang masih terhambat di masa lalu maupun yang akan terjadi di

masa mendatang (Adams, 1995). Kecemasan tersebut dapat membawa individu

mengalami frustasi yang diakibatkan individu tidak diperlakukan sebagaimana

dirinya ingin diperlakukan. Frustrasi merupakan situasi dimana individu

terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

9

atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustrasi bisa

mengarahkan individu untuk bertindak agresif. Tindakan agresif yang

kemungkinan dapat dilakukan oleh individu ialah perilaku cyberbullying.

Dorongan agresi tersebut disalurkan melalui media elektronik yang disebabkan

individu tidak mampu untuk mengungkapkan langsung bertatap muka kepada

orang lain. Hal tersebut didukung oleh penelitian Varjas dkk (2010) yang

menyatakan bahwa motivasi seseorang dalam melakukan cyberbullying, antara

lain ingin membalas dendam dan membuat perasaan menjadi lebih baik. Berbeda

dengan individu yang memiliki perilaku asertif tinggi, mereka akan mencari

penyelesaian masalah dimana kedua belah pihak mencapai tujuan yang sama.

Selain itu, cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous. Hal ini

menyebabkan pelaku memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya

(Varjas dkk, 2010). Pelaku juga cenderung tidak mendapatkan hukuman dan

konsekuensi atas tindakannya.

Terkait dengan penjelasan di atas, penelitian tentang cyberbullying di

Indonesia masih sedikit, sehingga memunculkan ketertarikan peneliti untuk

terlibat dalam penelitian tentang cyberbullying. Penelitian ini dilakukan dalam

situasi jejaring sosial terkait kasus-kasus cyberbullying pada remaja banyak

terjadi di jejaring sosial. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

10

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku

cyberbullying di jejaring sosial pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku

asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada ilmu

psikologi, terutama pada konteks penelitian –penelitian yang berkaitan dengan

faktor dari perilaku cyberbullying, khususnya tentang hubungan antara

perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran

umum mengenai hubungan perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di

jejaring sosial sehingga dapat dijadikan acuan bagi para remaja dalam

menyikapi dan menggunakan teknologi dengan baik.

b. Bagi orangtua: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pentingnya perilaku asertif sehingga para orangtua mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

11

membangun suasana yang dapat mendukung peningkatan perilaku asertif

anak. Selain itu, orangtua juga diharapkan mampu untuk mengawasi,

membimbing dan mengarahkan para remaja tentang penggunaan teknologi

dan media sosial yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Asertif

1. Definisi Perilaku Asertif

Llyod (1990) mengemukakan perilaku asertif merupakan sikap yang

aktif, langsung dan jujur dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan

bersikap asertif, kita memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama

dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain. Perilaku ini juga mendorong

hubungan yang jujur dan terbuka.

Pengertian perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (1986) ialah

perilaku untuk menjalin suatu hubungan yang setara dengan orang lain.

Dalam berhubungan dengan orang lain, individu diharapkan dapat

mengungkapkan dan mengekspresikan secara jujur mengenai apa yang

diinginkan dan dirasakan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa mengganggu atau

merugikan orang lain.

Perilaku interpersonal yang melibatkan pengekspresian pikiran dan

perasaan yang relatif jujur dan langsung sesuai norma sosial dan

memperhitungkan perasaan dan kesejahteraan orang lain adalah perilaku

asertif menurut Rimm and Masters (dalam Pipas & Jaradat, 2010).

Cawood (1997) mendefinisikan perilaku asertif sebagai kemampuan

seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hak

pribadinya tanpa kecemasan, mampu bersikap jujur dan langsung serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

13

memperhitungkan hak-hak sendiri tanpa meniadakan hak orang lain. Ekspresi

yang langsung dimaksudkan sebagai perilaku yang tidak berputar-putar, pesan

jelas dan terfokus serta tidak menghakimi. Ekspresi jujur dimaksudkan

sebagai perilaku yang selaras antara kata-kata, gerak-gerik, perasaan semua

mengatakan hal yang sama.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai perilaku asertif di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku individu

yang mengungkapkan perasaan dan pikiran secara langsung, artinya

menyampaikan pesan secara jelas, tidak berputar-putar dan fokus. Individu

juga dapat mengekspresikan perasaan secara jujur, yaitu antara kata-kata,

gerak-gerik dan perasaan selaras. Pengekspresian perasaan dilakukan dengan

memandang keinginan, kebutuhan, hak dan kesejahteraan kita setara dengan

orang lain yang dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun

merugikan orang lain.

2. Dampak perilaku Asertif

Kemampuan untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan maupun

keinginan-keinginan secara langsung dan jujur kepada orang lain dengan tetap

menghormati hak orang lain merupakan perilaku asertif. Menurut Adams

(1995), individu yang mampu mengungkapkan diri maupun yang tidak

mampu dalam mengungkapkan diri berdampak pada beberapa hal, antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

14

a. Individu tetap mampu sepenuhnya memahami diri sendiri tentang

kebutuhan, opini dan ide-ide. Individu yang berani mengungkapkan secara

nyata tentang suatu perasaan dan pikiran membuat seseorang menjadi

mengenali diri dengan lebih baik. Individu juga menjadi lebih konkret

dalam bertindak tentang perasaan dan pikiran. Kemudian, melalui proses

tersebut individu akan menciptakan lebih banyak kesempatan untuk

mengembangkan diri dengan cara-cara baru, seperti meningkatkan

kemampuan pengendalian diri dan pengambilan keputusan (Sriyanto dkk,

2014).

b. Individu yang mampu mengungkapkan diri secara terus-menerus lebih

mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup di “masa kini” berarti individu

hanya memikirkan kebutuhan di saat sekarang, bukan tentang masa lalu

maupun tentang masa depan. Individu yang hidup dalam “masa kini”,

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga

mengurangi atau menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam

Marini & Andriani, 2005). Sebaliknya, individu yang gagal untuk

berkomunikasi secara spontan lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi

pikiran, perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat

di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa mendatang.

c. Individu yang berperilaku asertif lebih mudah untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat membutuhkan bantuan dan kerja

sama dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang terdekat. Perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

15

tersebut akan menghasilkan hubungan yang sehat dalam bernegosiasi,

pemecahan konflik dan kehidupan keluarga kemudian menghasilkan “win

win solution”. Apabila orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan

individu, mereka akan lebih mampu bersedia dan bekerja sama serta

membantu memenuhi kebutuhan individu. Kebanyakan individu sering

melakukan kesalahan yang menganggap bahwa orang lain mengetahui

keinginan dan kebutuhan individu, sehingga merasa tidak perlu lagi untuk

mengungkapkan secara langsung dan jujur. Padahal, orang lain belum

tentu tepat dalam memperkirakan kebutuhan dan keinginan individu

sebelum individu itu sendiri yang mengkonfirmasinya. Individu yang

gagal dalam menyatakan kebutuhan pada orang-orang terdekat dapat

mengalami efek-efek negatif berkepanjangan, misalnya hubungan yang

merenggang antara pasangan suami istri akibat ketidakpedulian kedua

belah pihak. Hal tersebut menyebabkan stress dan ketidakbahagiaan yang

berlangsung lama sehingga berdampak pada kesehatan mental kedua

pasangan.

d. Dampak lain dari berperilaku asertif ialah bertambahnya harga diri dan

kepercayaan diri individu. Perilaku asertif yang tinggi menimbulkan harga

diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan karena

memungkinkan seseorang untuk mengemukakan keinginan secara

langsung dan jelas sehingga menimbulkan perasaan senang dalam diri

pribadi dan orang lain (Marini & Andriani, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

16

e. Individu yang berani untuk terbuka dan mengungkapkan diri otomatis

membukakan jalan bagi orang lain juga untuk mengungkapkan diri.

Kesalahpahaman yang terjadi di masa lampau dapat dijernihkan dan

kesalahpahaman di kemudian hari pun dapat dicegah. Stres dan konflik

pun berkurang sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal yang negatif

(Widjaja & Wulan dalam Marini & Andriani, 2005). Dengan

terungkapnya minat satu sama lain, jajaran persahabatan, aktivitas

individu, dan hal-hal baru lainnya pun dapat meluas.

f. Individu yang mampu untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran secara

spontan dan jujur dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan dengan

orang-orang terdekat. Individu yang berani mengungkapkan kebutuhan

dan keinginannya membuat orang lain berusaha untuk memahami dan

memenuhi kebutuhan maupun keinginan tersebut sehingga hubungan

menjadi lebih nyaman dan bertahan lama. Sebaliknya, kebutuhan yang

tidak terpenuhi terus-menerus dapat menimbulkan kebencian yang akan

membawa individu menjadi agresif sehingga menyebabkan rusaknya

suatu hubungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu

yang memiliki perilaku asertif tinggi menimbulkan dampak yang lebih positif

daripada individu yang perilaku asertifnya rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

17

3. Aspek-aspek Perilaku Asertif

Individu perlu untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka,

langsung dan jujur untuk mencapai hubungan yang sehat dengan orang lain.

Kemampuan tersebut merupakan pengertian dari perilaku asertif. Perilaku

asertif mengandung aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Alberti dan

Emmons (1986) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku

asertif, antara lain:

a. Mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia

Perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan suatu keseimbangan

dalam melakukan hubungan interpersonal. Perilaku tersebut juga

mendorong kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Hal ini berarti

individu mengetahui bahwa setiap orang memiliki persamaan derajat yang

memungkinkan individu mendapatkan perlakuan yang sama tanpa merasa

dirugikan satu sama lain.

b. Bertindak sesuai dengan kepentingan dan minat

Kemampuan untuk membuat keputusan tentang karir, hubungan

dengan orang lain, gaya hidup dan manajemen waktu. Individu yang dapat

berperilaku asertif juga memiliki inisiatif untuk memulai pembicaraan,

mengatur kegiatan, percaya pada keputusan sendiri, dapat menetapkan

tujuan dan bekerja untuk mencapainya. Selain itu, kemampuan ini juga

membuat individu untuk berani secara jujur meminta bantuan orang lain

ketika berada dalam kesulitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

18

c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi

Individu memiliki keberanian untuk mengucapkan kata tidak dan

menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Individu mampu

mempertahankan hak-hak mereka tanpa melanggar hak dan kebutuhan

orang lain. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan ini dapat

menanggapi suatu kritik tanpa menggunakan emosi negatif seperti marah

ataupun melakukan perilaku agresif. Kemampuan ini juga digunakan

individu untuk mengekspresikan atau mendukung atau mempertahankan

pendapat yang diungkapkan.

d. Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman

Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang dialami secara

terbuka baik yang perasaan positif maupun perasaan negatif. Individu

mampu untuk tidak menyetujui suatu hal yang tidak sesuai keinginan dan

menunjukkan kemarahan secara efektif. Individu juga dapat

mengekspresikan kasih sayang dan persahabatan serta menunjukkan

persetujuan atau dukungan. Hal ini dilakukan individu secara spontan,

tanpa perasaan cemas, ragu-ragu maupun perasaan takut.

e. Tidak melanggar hak-hak orang lain

Individu memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ekspresi

tanpa memberikan kritik yang tidak adil bagi orang lain. Dalam

berhubungan dengan orang lain individu menghindari perilaku yang dapat

melukai dan mengintimidasi orang lain. Selain itu, individu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

19

melakukan hubungan yang jujur tanpa memanipulasi dan mengontrol

orang lain.

Adams (1995) mengemukakan bahwa perilaku asertif memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Individu mampu bergaul dengan terbuka, otentik, apa-adanya, jujur dan

langsung. Artinya, individu dapat menyatakan perasaan-perasaan,

kebutuhan-kebutuhan dan ide-ide individu yang sebenarnya kepada orang

lain secara langsung.

b. Individu mampu mempertahankan hak-hak individu tanpa melanggar hak

dan kebutuhan orang lain.

c. Individu mampu bertindak demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan

diri sendiri. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berinisiatif untuk

meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkan.

d. Individu bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah

pihak apabila mengalami konflik dengan orang lain.

Individu yang dapat berperilaku asertif menurut Zeuschner (2003)

adalah sebagai berikut:

a. Individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi. Hal ini berarti individu

berkemauan untuk membangun relasi dan berinteraksi dengan orang lain

dengan cara menyatakan ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-

perasaan yang dimiliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

20

b. Individu yang asertif merupakan individu yang bertanggungjawab.

Individu berarti merupakan orang yang mandiri dan bertanggungjawab

terhadap ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan yang

dimiliki. Individu yang bertanggungjawab berarti individu siap menerima

konsekuensi atas segala ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-

perasaan yang dinyatakan kepada orang lain.

c. Individu mampu berkomunikasi sesuai dengan norma sosial dan budaya di

lingkungan tempat tinggal. Individu sebaiknya mengetahui cara

menyampaikan pendapat yang baik kepada orang lain dengan mengacu

pada norma sosial dan budaya dimana individu berada. Hal tersebut

dilakukan agar tercipta komunikasi yang nyaman dan terkendali.

Komunikasi yang terkendali berarti individu mampu menyampaikan ide-

ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan tanpa menyerang atau

melukai perasaan orang lain.

Aspek-aspek perilaku asertif dalam penelitian ini menggunakan teori

Alberti & Emmons (1986) yang didukung oleh teori Adams (1995) dan

Zeuschner (2003). Kelima aspek perilaku asertif tersebut, yaitu:

a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat

b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri

c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi

d. Mampu menghormati hak-hak orang lain

e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

21

B. Perilaku Cyberbullying

1. Definisi Perilaku Bullying

Istilah bullying berasal dari kata „bull’ (bahasa Inggris) yang berarti

„banteng‟ yang suka menanduk. Bullying merupakan tindakan yang

menyalahgunakan kekuatan/kekuasaan oleh seseorang atau kelompok kepada

korban yang tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena

lemah secara fisik atau mental. Tindakan dapat dikatakan perilaku bullying

apabila tindakan dilakukan berulang-ulang dan membuat seseorang merasa

takut atau terintimidasi (SEJIWA, 2008).

Bullying juga didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang

lain secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya

sendiri. Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat

kepada korban yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun

secara langsung maupun tidak langsung (Olweus, 2012).

Menurut Dracic (2009), bullying adalah bentuk kekerasan atau

serangan yang bertujuan untuk menyebabkan luka atau penderitaan dan

ketidaknyamanan pada orang lain, baik penderitaan fisik maupun emosional.

Tindakan bullying dilakukan tanpa memperdulikan tempat terjadinya,

keparahan dan durasi. Perilaku ini terjadi berulang kali dalam bentuk yang

sama dan adanya hubungan kekuasaan atau kekuatan yang tidak sama antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

22

individu atau kelompok yang kuat melawan individu atau kelompok yang

lemah.

Berdasarkan berbagai pengertian bullying diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah tindakan menyerang secara fisik

maupun verbal yang dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk

melukai dan memberi penderitaan atau ketidaknyamanan dari

individu/kelompok yang lebih kuat (secara fisik maupun sosial) kepada

individu/kelompok yang lebih lemah dan tidak dapat membela diri.

2. Definisi Perilaku Cyberbullying

Perilaku bullying paling banyak terjadi di lingkungan sekolah,

terutama di tempat-tempat yang bebas dari pengawasan guru maupun

orangtua. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih,

perilaku bullying terjadi di kawasan yang lebih luas. Remaja saat ini lebih

aktif memonitor komputer atau mengecek smartphone daripada bermain di

luar bersama teman-teman sebaya. Perilaku bullying pun sekarang ini lebih

mudah dilakukan melalui media elektronik, yang kemudian disebut sebagai

cyberbullying (SEJIWA, 2008).

Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau

traditional bullying (Olweus, 2012). Cyberbullying atau disebut juga sebagai

electronic bullying didefinisikan sebagai tindakan bullying melalui email,

Instant Messaging, ruang obrolan (chat room), website, situs game online,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

23

pesan singkat yang dikirim melalui telepon seluler maupun teknologi

informasi dan komunikasi lainnya (Kowalski dkk, 2012).

Hinduja & Patchin (2014) yang khusus meneliti tentang agresi di

media online mengemukakan tentang definisi dari cyberbullying. Tindakan

yang sengaja dilakukan berulang kali untuk menyakiti melalui penggunaan

komputer, telpon selular, dan alat elektronik lain disebut sebagai

cyberbullying. Tindakan tersebut mengacu pada insiden dimana remaja

menggunakan teknologi untuk mengganggu, mengancam, menghina atau

melakukan perbuatan yang menimbulkan pertengkaran dengan teman sebaya.

Perbuatan yang termasuk dalam cyberbullying, misalnya seperti mengirimkan

pesan teks yang melukai perasaan orang lain, menyebarkan rumor tentang

teman sebaya menggunakan smartphones, menyebarkan foto dan video

tentang teman sebaya di media sosial, maupun menggunakan aplikasi tanpa

nama untuk menghina orang lain.

Cyberbullying juga didefinisikan oleh Smith dkk (2008) sebagai

tindakan agresif atau perilaku yang dilakukan dengan menggunakan sarana

elektronik oleh kelompok atau individu berulang kali dan dari waktu ke waktu

terhadap korban yang tidak bisa dengan mudah membela dirinya.

Sedangkan menurut Tokunaga (2010), cyberbullying adalah setiap

perilaku yang dilakukan melalui media elektronik atau digital oleh individu

atau kelompok secara berulang kali mengkomunikasikan pesan bermusuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

24

atau agresif yang dimaksudkan untuk menimbulkan bahaya atau

ketidaknyamanan pada orang lain.

Berdasarkan berbagai pengertian cyberbullying diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku cyberbullying adalah tindakan yang menyakiti,

mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan

berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau

digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain.

Perilaku agresi yang digunakan untuk membully orang lain melalui

media elektronik memiliki berbagai macam cara. Willard (dalam Kowalski

dkk, 2012) kemudian mengklasifikasikan tujuh perilaku yang paling umum

digunakan untuk melakukan tindakan cyberbullying, antara lain:

a. Flaming

Individu mengirimkan pesan teks berisi kata-kata yang penuh

amarah dan frontal kepada orang lain.

b. Harassment

Individu mengirimkan pesan-pesan berisi gangguan pada email,

sms, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus

menerus kepada orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

25

c. Denigration

Individu memposting pernyataan yang tidak benar atau kejam

tentang seseorang dengan tujuan untuk merusak reputasi dan nama baik

orang tersebut.

d. Impersonation

Individu berpura-pura menjadi orang lain untuk membuat

seseorang terlihat buruk atau berada dalam bahaya. Misalnya, individu

mencuri kata sandi akun jejaring sosial seseorang, kemudian memposting

status yang negatif atau mengirimkan kata-kata menghina kepada orang

lain.

e. Outing and trickery

Individu terlibat dalam trik untuk mengumpulkan informasi

pribadi, foto-foto pribadi atau informasi memalukan tentang orang lain

yang kemudian disebarkan dengan mempublikasikan melalui media

elektronik.

f. Exclusion

Individu secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari

group online.

g. Cyberstalking

Individu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang

secara intens sehingga menimbulkan ketakutan yang besar pada orang

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

26

3. Jejaring Sosial

Jejaring sosial adalah layanan berbasis web yang memungkinkan

individu untuk membangun profil yang terbuka untuk umum maupun semi

terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi dari pengguna lain, melihat dan

melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun diri sendiri. (Boyd & Ellison,

2008).

Individu dapat menuliskan hal apapun seperti menulis pesan ke orang

lain, berbagi foto atau video, juga menuliskan identitas diri untuk melengkapi

data yang ada di jejaring sosial (Boyd & Ellison, 2008).

Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan

beberapa jejaring sosial yang dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai

dari Friendster, MySpace, Flickr, Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube,

Facebook, Twitter, Friendfeed, Google Buzz hingga yang terbaru sekarang,

yaitu Instagram dan Path.

4. Aspek-aspek perilaku Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau

traditional bullying (Olweus, 2012). Dalam traditional bullying terdapat

empat aspek penting untuk menentukan bahwa perilaku termasuk dalam

bullying. Empat aspek tersebut ialah pengulangan (repetitition),

ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance), kesengajaan (intention), dan

agresi (aggressive). Langos (2012) menerangkan pentingnya keempat aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

27

tersebut untuk dimasukkan dalam cyberbullying. Sebelumnya, keempat aspek

tersebut harus direvisi/didefinisi ulang agar dapat disesuaikan dalam konteks

maya (cyber). Namun, untuk memahami bagaimana aspek-aspek tersebut

dapat berlaku di konteks maya (cyber), perlu untuk membedakan antara

cyberbullying secara langsung maupun tidak langsung terlebih dahulu.

a. Cyberbullying langsung

Cyberbullying langsung terjadi dalam domain pribadi.

Cyberbullying langsung merupakan komunikasi pribadi antara pelaku

kepada korban dengan mengirimankan pesan secara langsung melalui

media elektronik yang memiliki efek langsung terhadap korban.

b. Cyberbullying tidak langsung

Cyberbullying tidak langsung terjadi dalam domain publik.

Cyberbullying tidak langsung ialah tindakan bullying dimana pesan agresi

disampaikan melalui forum umum di dunia maya, seperti jejaring sosial

atau website. Pesan yang disampaikan tersebut dapat tersebar kepada

penonton dengan jumlah yang tidak terbatas.

Setelah menjelaskan tentang cyberbullying secara langsung dan tidak

langsung, Langos (2012) menjelaskan tentang keempat aspek yang telah

didefinisi ulang sesuai dengan konteks maya (cyber). Aspek-aspek

cyberbullying antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

28

a. Repetitition (pengulangan)

Pengulangan merupakan kriteria utama dalam cyberbullying

(Hinduja & Patchin dalam Langos, 2012). Perilaku agresi yang dilakukan

hanya sekali tidak dapat dikatakan sebagai perilaku cyberbullying,

melainkan disebut sebagai lelucon atau cyberjoking. Oleh karena itu,

pengulangan merupakan kriteria penting untuk membedakan antara

lelucon atau serangan yang disengaja.

Aspek pengulangan memiliki perbedaan pada cyberbullying

langsung dan tidak langsung. Pada cyberbullying langsung, pengulangan

terjadi dengan mengirimkan pesan secara pribadi dari pelaku kepada

korban secara berulang-ulang, misalnya pelaku telah mengirimkan pesan

agresi melalui SMS sebanyak delapan kali dalam sebulan. Sedangkan pada

cyberbullying tidak langsung, aspek pengulangan tidak terjadi seperti pada

cyberbullying langsung. Pesan agresi yang diunggah dalam forum umum

di dunia maya dapat dilihat berkali-kali atau disalin kemudian

didistribusikan oleh para penonton kepada penonton-penonton lain tanpa

harus diposting terus-menerus.

b. Power imbalance (ketidakseimbangan kekuatan)

Ketidakseimbangan kekuatan merupakan aspek lain yang dianggap

penting oleh beberapa peneliti sebagai kriteria dalam cyberbullying.

Ketidakseimbangan kekuatan berkaitan dengan interpretasi bahwa

kekuatan pelaku melebihi korban dalam konteks traditional bullying.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

29

Definisi ketidakseimbangan kekuatan tidak berubah dalam konteks maya

(cyber). Meskipun ketidakseimbangan kekuatan dapat dicapai dengan

berbagai cara baru di dunia maya (cyber), hal tersebut tidak merubah

pandangan bahwa dalam rangka memenuhi syarat sebagai cyberbullying,

perilaku harus menempatkan korban dalam posisi dimana korban tidak

dapat dengan mudah membela atau mempertahankan diri.

Karakteristik seseorang seperti popularitas tinggi, kecerdasan,

kekuatan fisik, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi dapat

memberikan kekuatan atau kekuasaan yang lebih pada pelaku daripada

korban dalam traditional bullying. Namun, korban yang dianggap sebagai

„orang buangan sosial‟ dalam traditional bullying juga dapat terus menjadi

alasan untuk menjadi korban dalam cyberbullying.

Vandabosch (dalam Langos, 2012) mengemukakan bahwa

berbagai derajat keterampilan teknologi dapat membuat perbedaan

kekuatan antara pelaku dan korban di dunia maya (cyber). Korban dapat

merasa tidak berdaya dalam membela atau mempertahankan diri terhadap

tindakan online pelaku dikarenakan pelaku yang dirasa memiliki keahlian

teknologi yang lebih besar daripada korban. Korban cyberbullying juga

dapat mengalami perasaan tidak berdaya dengan tidak mengetahui

identitas pelaku. Hal ini sebagai akibat dari ketersediaan anonymity dalam

dunia maya. Pelaku dapat dengan mudah untuk membuat akun

menggunakan nama samaran dan identitas palsu. Korban dapat diartikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

30

sebagai pihak yang lemah dengan tidak adanya keterbatasan antara ruang

atau waktu. Pelaku cyberbullying dapat beraksi dimana saja dan kapan

saja tanpa dibatasi. Pelaku juga dapat memiliki kekuasaan lebih ketika

melakukan cyberbullying secara tidak langsung. Pesan agresi yang

diunggah ke dalam forum umum di dunia maya dengan jumlah penonton

yang tidak terbatas membuat korban menjadi kurang berdaya.

c. Intention (kesengajaan) dan Aggression (agresi)

Aspek kesengajaan dan agresi berkaitan satu sama lain dengan

kedua aspek sebelumnya, yaitu pengulangan dan ketidakseimbangan

kekuatan dalam memenuhi kriteria perilaku cyberbullying. Perilaku umum

seperti cyberteasing atau cyberjoking yang tidak memerlukan aspek

pengulangan, ketidakseimbangan kekuatan atau kesengajaan untuk

menyakiti dilabelkan sebagai tindakan agresif di dunia maya (cyber).

Aspek kesengajaan yang hilang menjadikan perilaku tidak dianggap

agresif. Hal tersebut dikarenakan perilaku yang dilakukan untuk menyakiti

tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain. Perilaku dianggap agresif

apabila perilaku yang ditujukan kepada korban menghasilkan konsekuensi

negatif yang kemudian membuat korban termotivasi untuk menghidarinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

31

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying

Cyberbullying merupakan masalah yang umum terjadi di kalangan

para remaja dalam era globalisasi saat ini. Perilaku cyberbullying para remaja

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Bullying Tradisional

Peristiwa bullying di dunia nyata memiliki pengaruh yang besar

pada kecenderungan individu untuk menjadi pelaku cyberbullying. Riebel

dkk (2009) menemukan bahwa pelaku cyberbullying juga melakukan

bullying di kehidupan nyata. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

individu yang terlibat dalam bullying kemungkinan besar melanjutkan

perilaku intimidasi melalui media elektronik. Hal ini dikarenakan

perkembangan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi sehingga

memudahkan pelaku untuk melanjutkan tindakan mengintimidasi.

b. Karakteristik Kepribadian

Camodeca & Goossens (dalam Kowalski dkk, 2012) memaparkan

karakteristik individu yang menjadi pelaku bullying adalah sebagai

berikut:

i. Memiliki kepribadian yang dominan dan senang melakukan

kekerasan.

ii. Cenderung temperamental, impulsif, dan mudah frustrasi.

iii. Memiliki sikap positif terhadap kekerasan dibandingkan anak

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

32

iv. Kesulitan mengikuti peraturan.

v. Terlihat kuat dan menunjukkan sedikit rasa empati atau belas

kasihan kepada mereka yang menjadi korban cyberbullying.

vi. Sering bersikap agresif kepada orang dewasa.

vii. Pandai berkelit pada situasi sulit.

viii. Terlibat dalam agresi proaktif (seperti agresi yang disengaja

untuk meraih tujuan tertentu) dan agresi reaktif (seperti reaksi

defensif ketika diprovokasi).

c. Persepsi terhadap Korban

Persepsi terhadap individu tertentu dapat mempengaruhi sikap

seseorang terhadap individu tersebut. Para korban bullying yang tidak

disukai atau kontroversial biasanya menjadi target intimidasi (Pratiwi,

2011).

d. Strain

Teori strain menitikberatkan pada hubungan yang negatif dengan

orang lain, hubungan dimana seseorang tidak diperlakukan sebagaimana

dirinya ingin diperlakukan. Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis

yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang lain yang

menghasilkan efek negatif (terutama rasa marah dan frustrasi) yang

mengarah pada kenakalan (Agnew dalam Pratiwi, 2011). Frustrasi

merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha

mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

33

untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Berkowitz (dalam

Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustrasi bisa mengarahkan individu

untuk bertindak agresif.

Individu yang mengalami strain memiliki kecenderungan untuk

mengintimidasi orang lain daripada remaja yang tidak mengalami strain

(Hinduja & Patchin dalam Pratiwi, 2011). Cyberbullying dapat terjadi

karena ingin mengurangi ketegangan, membalaskan dendam atau

membuat perasaan menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010).

e. Interaksi Orangtua dan Anak

Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak dalam

berinteraksi di internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada

kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua yang

tidak terlibat dalam aktivitas online anak menjadikan anak lebih rentan

terlibat dalam cyberbullying (Willard, 2005).

Varjas dkk (2010) menyatakan bahwa remaja lebih sering melakukan

cyberbullying berdasarkan motivasi-motivasi internal, antara lain:

a. Pengalihan perasaan

Individu yang pernah menjadi korban cyberbullyig merasa berhak untuk

melakukan cyberbullying kepada orang lain yang tidak bersalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

34

b. Pembalasan dendam

Individu merasa marah terhadap seseorang yang memperlakukan individu

dengan tidak baik sehingga menimbulkan niat untuk membalas dendam.

c. Membuat perasaan menjadi lebih baik

Individu dapat merasa lebih baik setelah melakukan tindakan

cyberbullying terhadap orang lain.

d. Rasa bosan

Individu melakukan tindakan cyberbullying dalam upaya mengisi waktu

luang atau membuat hiburan dikarenakan tidak memiliki kegiatan yang

lebih baik untuk dilakukan.

e. Perlindungan

Individu menjadi pelaku cyberbullying dengan tujuan melindungi diri agar

terhindar menjadi korban dari cyberbullying.

f. Iri hati

Individu yang merasa iri hati dan benci terhadap orang lain sehingga

melakukan tindakan cyberbullying.

g. Mendapatkan persetujuan

Individu melakukan cyberbullying dengan maksud ingin mendapatkan

perhatian dengan menggertak orang lain untuk mengesankan teman-teman

individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

35

h. Mencoba persona baru

Individu ingin menampilkan diri dengan cara yang berbeda di dunia maya

daripada yang dilihat orang lain di dunia nyata.

i. Anonymity/rasa malu

Individu dapat melakukan tindakan cyberbullying dengan sebebas-

bebasnya ketika korban tidak mengetahui identitas pelaku. Anonymity

menghindari individu yang melakukan cyberbullying dari rasa malu.

Individu merasa dapat melakukan atau mengatakan apapun ketika tidak

bertatap muka dengan korban.

6. Dampak Perilaku Cyberbullying

Hinduja & Patchin (2014) mengemukakan efek negatif cyberbullying

berdasarkan pengalaman para korban. Para korban cyberbullying merasa

depresi (Ybarra dkk, 2006), sedih, marah dan frustrasi. Beberapa korban

mengaku terluka baik secara fisik maupun mental. Cyberbullying yang

dialami membuat para korban merasa tidak berdaya (Notar dkk, 2013), tidak

berharga dan tidak percaya diri. Beberapa korban sering merasa takut dan

malu untuk pergi ke sekolah. Dampak-dampak negatif lain bagi korban yang

pernah mengalami cyberbullying adalah menurunnya harga diri (Brewer &

Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010), mengalami bermacam-macam

masalah akademis seperti ketidakhadiran di sekolah dan kegagalan di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

36

(Chibbaro, 2007), kekerasan di sekolah serta keinginan untuk bunuh diri

(Klomek dkk, 2011).

Efek negatif dari cyberbullying tidak hanya dirasakan oleh korban.

Pelaku cyberbulllying juga mengalami penurunan harga diri (Brewer &

Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010). Pelaku kemungkinan mengalami

implikasi jangka panjang antara lain peningkatan sikap antisosial, kekerasan

atau perilaku kriminal pada masa dewasa (Patchin & Hinduja: Kulig dkk

dalam Notar dkk, 2013). Pinchot & Paullet (2013) menemukan fakta-fakta

bahwa perilaku cyberbullying dapat berlanjut menjadi masalah ketika siswa

memasuki universitas walaupun insiden cyberbullying selama ini terjadi pada

tahun-tahun sekolah menengah. Remaja yang terus-menerus melakukan

cyberbullyingdapat mengalami penurunan kualitas hubungan dengan teman

sebaya. Remaja pelaku cyberbullying akan kehilangan dukungan dari teman-

teman sebaya yang kemudian berdampak pada kesejahteraan psikologis (Price

dkk, 2010).

C. Remaja

1. Definisi dan Batasan Usia Remaja

Kata „remaja‟atau „adolescence‟ berasal dari kata latin „adolescere’,

yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menuju kedewasaan” (Ali & Asrori,

2005). Masa remaja ialah perkembangan transisi yang melibatkan perubahan

fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar belakang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

37

sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Masa remaja ditentukan sekitar

usia 11 dan 19 atau 20 tahun (Papalia, Feldman & Martorell, 2014).

Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang

melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimulai sekitar usia

10 hingga 13 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja

dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (early adolescence) dan masa

remaja akhir (late adolescence). Masa remaja awal berlangsung kira-kira di

masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan

pubertal terbesar terjadi di masa ini. Sedangkan, masa remaja akhir

berlangsung kira-kira pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari

kehidupan.

World Health Organization (WHO) (dalam Sarwono, 2002)

mengemukakan definisi remaja melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis

dan sosial ekonomi. Secara biologis, remaja adalah suatu masa dimana

individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda

kematangan seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.

Secara psikologis, remaja merupakan individu yang mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi

dewasa. Terakhir definisi remaja secara sosial ekonomi ialah terjadinya

peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

38

yang relatif lebih mandiri (Muangman, dalam Sarwono, 2002). Organisasi

kesehatan dunia tersebut membagi remaja menjadi remaja awal yang berkisar

antara umur 10 hingga 14 tahun dan remaja akhir sekitar umur 15 hingga 20

tahun.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja

merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang

melibatkan perubahan biologis, psikologis dan sosio-emosional dengan

beragam bentuk latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.

Individu dapat dikatakan sebagai remaja ketika individu mencapai usia sekitar

10 hingga 20 tahun.

Dalam kasus cyberbullying, Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa

cyberbullying banyak terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia rata-rata berada

pada usia 12 hingga 14 tahun. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa

presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10

hingga 18 tahun. Lindfors dkk (2012) juga melaporkan bahwa proporsi

tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah

usia 18 tahun. Penentuan subjek kemudian disimpulkan berdasarkan pendapat

para ahli yaitu mulai dari remaja di usia 12 hingga 18 tahun, dimana remaja

memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA). Subjek dalam penelitian ini menggunakan

remaja yang berada pada masa remaja awal dan masa remaja akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

39

2. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik remaja dimulai dengan masa pubertas.

Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi

perubahan tubuh dan hormonal. Pertambahan berat badan dan tinggi

badan berada pada jadwal perkembangan yang sama. Seiring dengan berat

badan yang bertambah, tinggi badan juga akan bertambah. Perubahan

tubuh akibat kematangan seksual terjadi pada remaja. Remaja laki-laki

mengalami pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, ejakulasi

pertama dan perubahan suara. Kematangan seksual pada remaja

perempuan terlihat dari datangnya menstruasi dan payudara yang

membesar. Tubuh remaja menghasilkan dua jenis hormon yang penting

dalam perkembangan pubertal. Hormon tersebut adalah androgen dan

estrogen yang merupakan jenis hormon seks. Variabilitas hormon

berkaitan dengan fluktuasi emosi di masa remaja (Santrock, 2003).

Perkembangan dan perubahan fisik pada remaja membuat remaja harus

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya sendiri.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja termasuk dalam tahap operasional

formal dalam teori Piaget. Pada tahap ini, para remaja mampu berpikir

logis dengan objek-objek yang abstrak. Hal ini berarti para remaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

40

memiliki cara-cara yang fleksibel dalam mengelola informasi (Papalia,

Old & Feldman, 2008). Para remaja dapat menyusun rencana pemecahan

masalah dan secara sistematis menguji cara-cara pemecahan yang telah

dipikirkan. Proses tersebut disebut juga dengan kemampuan kognitif

dalam mengembangkan hipotesis (Ali & Asrori, 2005).

Santrock (2007) mengungkapkan bahwa remaja juga terlibat dalam

cara-cara untuk menyusun konsep dan bernalar mengenai dunia sosial

terkait orang-orang disekitar. Egosentrisme remaja muncul dengan

kesadaran diri yang mulai meningkat dimana tercermin dalam keyakinan

bahwa orang lain berminat terhadap sosok diri remaja seperti halnya diri

sendiri (Santrock, 2007). Para remaja cenderung merasa menjadi pusat

perhatian dan berusaha untuk „terlihat di atas panggung‟. Para remaja juga

menghayati diri sebagai sosok yang unik dan tidak terkalahkan.

Penghayatan mengenai keunikan dan tidak terkalahkan cenderung

membuat para remaja terlibat dalam perilaku yang ceroboh (Dolcini dkk

dalam Santrock, 2007). Tindakan yang ceroboh berarti para remaja

seringkali bertindak tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil

keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah.

Elkind (dalam Papalia, Feldman & Martorell 2008)

mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang tidak matang.

Ketidakmatangan pola pikir remaja ditandai dengan idealisme yaitu

remaja percaya bahwa mereka mengetahui bagaimana cara mengatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

41

dunianya lebih baik dibanding orang dewasa, menunjukkan kemampuan

penalaran, memiliki strategi pengambilan keputusan yang kurang efektif,

menganggap orang lain memiliki pandangan yang sama dengan dirinya

dan menganggap dirinya unik.

c. Perkembangan Sosio-emosional

Individu memasuki kehidupan sosial yang berbeda ketika

menginjak masa remaja. Para remaja mulai membuat jarak dengan

orangtua dan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman

sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut

dikarenakan kegembiraan remaja yang merasa bebas, merasa terbuka,

terlibat dalam suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya.

Para remaja mulai bertumpu lebih pada teman-teman sebaya dibandingkan

pada orangtua dalam mendapatkan dukungan dengan cara berbagi rahasia

yang kemudian meningkatkan kapasitas kedekatan. Remaja yang memiliki

persahabatan yang dekat, stabil dan mendukung umumnya melakukan hal

yang baik di sekolah, lebih mudah bersosialisasi dan cenderung bersahabat

dan tidak cemas (Papalia, Feldman & Martorell, 2014).

Pada masa perkembangan transisi juga tidak dipungkiri bahwa

terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar

teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki

kemampuan kognisi sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

42

penyesuaian dengan teman sebaya menghasilkan lebih banyak cara

penyelesaian yang alternatif, memberikan penyelesaian masalah yang

lebih asertif dan matang, memberikan penyelesaian masalah dengan kadar

agresi yang rendah dan menunjukkan perencanaan yang lebih baik.

Sebaliknya, remaja yang mengalami masalah penyesuaian dengan teman

sebaya akan menilai positif tentang respon agresif dalam menanggapi

masalah (Santrock, 2003).

Pengalaman bersosialisasi tersebut memberikan kontribusi yang

besar terhadap emosi remaja. Pada masa remaja, fluktuasi (naik dan turun)

emosi berlangsung lebih sering. Remaja memiliki emosi yang meledak-

ledak ketika merasa senang maupun merasa sedih. Remaja sukar untuk

mengetahui cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan

kadar yang cukup. Perasaan sangat marah yang dialami dapat membuat

remaja meproyeksikan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan

kepada orang lain (Santrock, 2007).

Meledaknya teknologi komunikasi online seperti pesan teks, Instant

Messanger, dan media sosial telah mempengaruhi banyak cara perkembangan

remaja. Kelompok usia remaja merupakan pengguna utama dari teknologi

interaksi sosial. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk

menggunakan internet dalam berkomunikasi dengan teman-teman sebaya.

Teknologi komunikasi yang semakin canggih mengubah banyak cara

pandangan remaja dalam membangun hubungan sosial dengan teman-teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

43

sebaya (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Para remaja saat ini lebih sering

bernalar mengenai orang-orang disekitar melalui dunia maya. Kebutuhan

eksistensi remaja lebih banyak disalurkan melalui media-media sosial untuk

menunjukkan diri dan menjadi pusat perhatian. Penggunaan teknologi

komunikasi yang berlebihan dapat berdampak pada perkembangan emosi dan

sosial remaja. Remaja cenderung lebih senang mengekspresikan emosi

melalui status-status di media sosial daripada mengkomunikasikan secara

langsung. Saarni dkk (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa remaja

yang dapat mengkomunikasikan emosi-emosinya secara konstruktif dapat

meningkatkan kualitas relasi dengan teman-teman sebaya.

D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying

pada Remaja

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi yang melibatkan

perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar

belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda-beda (Papalia, Feldman &

Martorell, 2014). Perubahan fisik dengan bertambahnya variasi hormon pada

remaja berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja terhadap perubahan-

perubahan dirinya. Variabilitas hormon berkaitan dengan fluktuasi (naik dan

turun) emosi yang sering terjadi di masa remaja. Remaja sukar untuk mengetahui

cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan kadar yang cukup

(Santrock, 2007). Elkind (dalam Papalia, Feldman & Martorell, 2008) juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

44

mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang kurang matang.

Ketidakmatangan pola pikir ditandai dengan idealisme yaitu strategi pengambilan

keputusan yang kurang efektif. Egosentrisme dalam diri remaja membuat remaja

berpusat pada diri sendiri dibandingkan memikirkan keadaan orang lain. Hal

tersebut membuat remaja menjadi ceroboh dan mengalami masalah dengan orang-

orang disekitarnya.

Individu yang menginjak masa remaja memiliki kehidupan sosial yang

berbeda ketika masih kanak-kanak. Para remaja mulai lebih sering menghabiskan

waktu bersama teman-teman sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar

sekolah. Hal tersebut dikarenakan remaja merasa gembira untuk terlibat dalam

suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya (Papalia, Feldman &

Martorell, 2014). Pada masa perkembangan transisi tidak dipungkiri bahwa

terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman

sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki kemampuan kognisi

sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses penyesuaian dengan teman sebaya

menghasilkan lebih banyak cara penyelesaian yang alternatif, memberikan

penyelesaian masalah yang lebih asertif. Sebaliknya, remaja yang mengalami

masalah penyesuaian dengan teman sebaya akan menilai positif tentang respon

agresif dalam menanggapi masalah (Santrock, 2003).

Remaja dengan perilaku asertif tinggi lebih mudah untuk bersosialisasi

dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan berterus terang,

serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif. Perilaku tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

45

akan menghasilkan hubungan yang sehat dengan orang lain terutama pada saat

membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain (Adams, 1995).

Keinginan yang dikemukakan secara langsung dan jelas menimbulkan perasaan

senang dalam diri pribadi dan orang lain akibat dari hubungan interpersonal yang

memuaskan (Marini & Andriani, 2005). Perilaku asertif juga membuat remaja

mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup dalam “masa kini” berarti remaja lebih

mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga mengurangi atau

menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam Marini & Andriani,

2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja dapat mencapai tujuan yang

diinginkan sehingga remaja tidak mengalami frustrasi akibat ketegangan psikis

(strain). Remaja tidak memiliki keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis

(strain) dikarenakan perasaan positif dalam diri remaja. Dorongan untuk

melakukan tindakan agresi melalui perilaku cyberbullying juga rendah.

Perilaku asertif yang rendah cenderung membuat remaja menyelesaikan

konflik dengan tidak efektif. Remaja kurang dapat jujur dan berterus terang

sehingga memilih memendam perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami.

Perilaku tersebut menghambat remaja untuk dapat bersosialisasi dengan orang

lain secara bersahabat dan nyaman. Hal tersebut dikarenakan orang lain tidak

tepat dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan remaja. Kebutuhan diri sendiri

apabila terus-menerus tidak dipenuhi dapat menimbulkan perasaan-perasaan

negatif. Remaja akan merasa lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran,

perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat di masa lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

46

maupun yang akan terjadi di masa mendatang (Adams, 1995). Peristiwa tersebut

membuat remaja mengalami ketegangan psikis (strain) yang menghasilkan

perasaan frustrasi. Ketegangan psikis terjadi disebabkan individu tidak

diperlakukan sebagaimana dirinya ingin diperlakukan (Agnew dalam Pratiwi,

2011). Rasa frustrasi yang dialami dapat mengarahkan individu untuk bertindak

agresif (Berkowitz dalam Koeswara, 1988). Remaja kemudian melakukan

tindakan cyberbullying untuk mengurangi ketegangan atau membuat perasaan

menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010).

Perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja saat ini membuat

remaja dapat melakukan tindakan agresi tanpa diketahui oleh orang lain.

Cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous menyebabkan pelaku

memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya (Varjas dkk, 2010).

Pelaku cyberbullying yang sulit untuk diketahui identitasnya membuat para

pelaku cenderung tidak mendapatkan hukuman dan konsekuensi atas tindakannya.

Tindakan cyberbullying juga dilakukan berdasarkan perkembangan teknologi

yang terjadi di zaman sekarang. Para remaja lebih aktif dalam mengakses jejaring

sosial melalui smartphone. Jejaring sosial memiliki berbagai layanan yang

memudahkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain (Boyd & Ellison,

2008). Hal ini juga memudahkan remaja melakukan tindakan agresi melalui dunia

maya menggunakan media elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

47

Skema Hubungan antara Perilaku Cyberbullying dan Perilaku Asertif pada Remaja

Remaja

Perilaku asertif rendah Perilaku asertif tinggi

- Mengungkapkan perasaan, pikiran,

keinginan dan kebutuhan yang

sebenarnya

- Penyelesaian masalah efektif

- Memendam perasaan, pikiran,

keinginan dan kebutuhan yang

sebenarnya

- Penyelesaian masalah tidak efektif

- Hubungan dengan orang lain sehat

- Menimbulkan perasaan positif

- Kecemasan rendah

- Tidak mengalami ketegangan psikis

- Hubungan yang sehat dengan orang

lain terhambat

- Menimbulkan perasaan negatif

- Kecemasan tinggi

- Mengalami ketegangan psikis

Perilaku cyberbullying rendah Perilaku cyberbullying tinggi

Tidak mengalami frustrasi Mengalami frustrasi

Tidak memiliki keinginan untuk

mengurangi ketegangan psikis

Keinginan untuk mengurangi ketegangan

psikis

Tidak memiliki dorongan agresi Memiliki dorongan agresi

Perkembangan fisik, kognitif,

sosio-emosional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

48

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara

perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Artinya,

semakin tinggi tingkat perilaku asertif, maka akan semakin rendah tingkat

perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah

tingkat perilaku asertif, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku cyberbullying

di jejaring sosial pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka

dan dianalisis dengan teknik statistik. Karakteristik masalah yang diuji pada

penelitian ini adalah melihat hubungan korelasional antara dua variabel. Tujuan

dari penelitian ini ialah untuk menguji asosiasi antara dua variabel, yaitu perilaku

asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja (Sangadji & Sopiah, 2010).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung. Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel

tergantung. Sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada

variabel bebas (Creswell, 2012).

Variabel bebas : Perilaku asertif

Variabel tergantung : Perilaku cyberbullying

C. Definisi Operasional

1. Perilaku Asertif

Perilaku asertif ialah perilaku individu yang mengungkapkan perasaan

dan pikiran secara langsung, artinya menyampaikan pesan secara jelas, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

50

berputar-putar dan fokus. Individu juga dapat mengekspresikan perasaan

secara jujur, yaitu antara kata-kata, gerak-gerik dan perasaan selaras.

Pengekspresian perasaan dilakukan dengan memandang keinginan,

kebutuhan, hak dan kesejahteraan diri sendiri setara dengan orang lain yang

dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun merugikan

orang lain. Perilaku asertif diukur dengan menggunakan skala perilaku asertif

berdasarkan lima aspek, antara lain:

a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat

b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri

c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi

d. Mampu menghormati hak-hak orang lain

e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia

Hasil skala perilaku asertif akan menunjukkan tingkat perilaku asertif

individu. Semakin tinggi skor perilaku asertif maka semakin tinggi pula

perilaku asertif yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin rendah skor

perilaku asertif, maka semakin rendah pula perilaku asertif yang dilakukan

individu.

2. Perilaku Cyberbullying

Perilaku cyberbullying merupakan tindakan yang menyakiti,

mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan

berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

51

digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain.

Perilaku cyberbullying diungkapkan berdasarkan skala perilaku cyberbullying

dengan aspek bullyingyang telah direvisi/didefinisi ulang agar dapat

disesuaikan dalam konteks maya (cyber). Aspek-aspek tersebut, yaitu

pengulangan (repetitition), ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance),

kesengajaan (intention), dan agresi (aggressive). Semakin besar skor yang

didapat maka tingkat perilaku cyberbullying semakin tinggi, begitu pula

sebaliknya.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan subjek menggunakan

purposive sample yang mencakup responden, subjek atau elemen yang dipilih

karena karakteristik atau kualitas tertentu dan mengabaikan yang tidak memenuhi

kriteria yang ditentukan (Morissan, 2012).

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan

usia 12 hingga 18 tahun dan telah menggunakan ponsel maupun internet secara

aktif selama kurang lebih satu tahun. Penentuan subjek remaja dan batasan usia

dilakukan berdasarkan pendapat para ahli tentang kecenderungan kelompok usia

yang terlibat dalam cyberbullying. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa

presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga

18 tahun. Penelitian Lindfors dkk (2012) juga menyebutkan bahwa proporsi

tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

52

18 tahun. Subjek kemudian ditentukan mulai dari usia 12 tahun sesuai dengan

pernyataan Tokunaga (2010) yang menyebutkan bahwa cyberbullying banyak

terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah skala perilaku asertif dan skala perilaku cyberbullying yang disusun

dengan metode penskalaan likert. Skala likert merupakan metode penskalaan

yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Metode ini

meminta kepada subjek untuk mengidentifikasi tingkat kesetujuan dan

ketidaksetujuan pada setiap pernyataan. Berikut akan dijelaskan masing-masing

variabel yang diukur.

1. Skala perilaku asertif

Skala perilaku asertif disusun berdasarkan 5 aspek yang telah

digabungkan oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti

dan Emmons (1986), Adams (1995) dan Zeuschner (2003). Aspek-aspek

tersebut, yaitu aspek mampu menyatakan perasaan dan pendapat, aspek

mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri, aspek mampu

mempertahankan hak-hak pribadi, aspek mampu menghormati hak-hak orang

lain dan aspek mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia.

Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

53

Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”.

Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak

mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan

central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban

netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014).

Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan

pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang

mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan

unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari

perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable

dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:

Table 3.1

Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif

Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

54

Table 3.2

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba

2. Skala perilaku cyberbullying

Skala perilaku cyberbullying disusun berdasarkan 4 aspek yang telah

dikemukakan oleh Langos (2012). Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek

pengulangan (repetitition), aspek ketidakseimbangan kekuatan (power

imbalance), aspek kesengajaan (intention), dan aspek agresi (aggressive).

Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat

Aspek Item

Total % Favorable Unfavorable

Mampu menyatakan

perasaan dan pendapat

4, 5, 14, 15, 31, 61,

71, 72, 73, 99

6, 12, 13, 21, 28,

33, 37, 41, 86, 91 20 20

Mampu bertindak sesuai

kebutuhan dan

kepentingan diri

32, 36, 58, 59, 60,

62, 74, 75, 89, 100

1, 7, 8, 35, 41, 36,

83, 92, 93, 95 20 20

Mampu

mempertahankan hak-

hak pribadi

2, 11, 27, 34, 39,

42, 43, 76, 81, 82

3, 9, 20, 30, 51,

65, 79, 84, 85, 94 20 20

Mampu menghormati

hak-hak orang lain

19, 26, 29, 46, 67,

77, 78, 80, 87, 88

10, 24, 25, 38, 44,

64, 66, 68, 69, 90 20 20

Mampu mendukung

kesetaraan dalam

hubungan antar manusia

17, 18, 48, 49, 50,

52, 55, 70, 97, 98

16, 22, 23, 40, 45,

53, 54, 56, 57, 96 20 20

Total 50 50 100 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

55

Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”.

Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak

mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan

central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban

netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014).

Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan

pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang

mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan

unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari

perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable

dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:

Table 3.3

Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying

Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

56

Table 3.4

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji Coba

Aspek Item

Total % Favorable Unfavorable

Repetitition 12, 13, 22, 23, 51,

52, 61, 64

14, 21, 32, 37, 53,

55, 62, 63

16 25

Power imbalance 15, 16, 33, 34, 44,

45, 56, 59

4, 17, 31, 42, 43, 46,

57, 58

16 25

Intention 1, 2, 3, 10, 24, 35,

36, 38

5, 9, 18, 25, 29, 30,

41, 54

16 25

Aggression 6, 8, 19, 20, 26, 39,

49, 50

7, 11, 27, 28, 40, 47,

48, 60

16 25

Total 32 32 64 100

F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui keakuratan suatu

skala psikologi berdasarkan tujuan pengukurannya (Azwar, 2009). Validitas

berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan

validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisisi

rasional atau berdasarkan professional judgement untuk melihat apakah item

dapat mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

57

2011). Professional judgement pada penelitian ini adalah dosen pembimbing

skripsi.

2. Seleksi Item

Seleksi item pada penelitian ini bertujuan untuk memilih item-item

yang berkualitas. Seleksi item dapat dilihat dengan daya beda atau daya

diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang

tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Daya diskriminasi item

diuji dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item

dengan distribusi skor total itu sendiri dan menghasilkan korelasi item-total

(rix).

Menurut Azwar (2009), kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi

item-total, digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.

Sebaliknya, item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat

diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Akan tetapi,

apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang

diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Hasil

analisis item skala perilaku asertif berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 67

item yang lolos dari 100 item yang diujikan. Total item yang gugur adalah 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

58

item. Item yang digunakan pada skala final adalah 50 item dari 67 item yang

baik. 50 item ini dipilih berdasarkan nilai rix yang paling baik.

Table 3.5

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba

Aspek

Item

Total %

Favorable Unfavorable

Mampu menyatakan

perasaan dan pendapat

4*, 5*, 14*, 15*,

31*, 61, 71, 72,

73, 99

6*, 12*, 13, 21,

28*, 33*, 37, 41,

86, 91*

20 20

Mampu bertindak sesuai

kebutuhan dan

kepentingan diri

32, 36*, 58, 59*,

60, 62*, 74, 75*,

89, 100*

1, 7, 8, 35, 41, 36*,

83*, 92*, 93*, 95* 20 20

Mampu mempertahankan

hak-hak pribadi

2, 11*, 27, 34*,

39*, 42, 43, 76,

81*, 82*

3, 9, 20, 30*, 51,

65*, 79*, 84, 85*,

94*

20 20

Mampu menghormati hak-

hak orang lain

19, 26, 29*, 46,

67*, 77*, 78, 80*,

87*, 88

10*, 24, 25, 38*,

44*, 64, 66*, 68*,

69, 90

20 20

Mampu mendukung

kesetaraan dalam

hubungan antar manusia

17, 18, 48, 49,

50*, 52, 55*, 70,

97, 98*

16*, 22*, 23, 40*,

45, 53*, 54*, 56*,

57, 96*

20 20

Total 50 50 100 100

Keterangan:

*) Item gugur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

59

Table 3.6

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba (Setelah

diacak sesuai skala)

Aspek

No Item

Total %

Favorable Unfavorable

Mampu menyatakan perasaan

dan pendapat

6, 16, 26, 36,

46

1, 11, 21, 31,

41

10 20

Mampu bertindak sesuai

kebutuhan dan kepentingan diri

10, 20, 30, 40,

50

4, 14, 24, 34,

44

10 20

Mampu mempertahankan hak-

hak pribadi

3, 18, 22, 29,

39

8, 13, 33, 43,

49

10 20

Mampu menghormati hak-hak

orang lain

2, 15, 28, 32,

42

5, 12, 23, 38,

48

10 20

Mampu mendukung kesetaraan

dalam hubungan antar manusia

7, 17, 19, 25,

27, 37, 47,

9, 35, 45 10 20

Total 27 23 50 100

Try Out skala perilaku cyberbullying dilakukan sebanyak dua kali. Hal

ini disebabkan hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang pertama

tidak memiliki unfavorable untuk aspek pengulangan (repetition) dan aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

60

kesengajaan (intention). Hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang

kedua berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 49 item yang lolos dari 64 item

yang diujikan. Total item yang gugur adalah 15 item. Item yang digunakan

pada skala final adalah 32 item dari 49 item yang baik. 32 item ini dipilih

berdasarkan nilai rix yang paling baik.

Table 3.7

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba

Kedua

Aspek Item

Total % Favorable Unfavorable

Repetitition 7, 25*, 26*, 45, 54,

57, 60*, 62*

8, 9*, 22*, 23*, 35,

36*, 53, 59 16 25

Power

Imbalance

6, 18*, 19, 27, 39,

55*, 61*, 63

20*, 21*, 32*, 38, 40,

41*, 49*

16 25

Intention 10*, 11*, 17*, 29, 33,

34, 44*, 50

2, 3, 28, 37*, 42*, 43,

56*, 58* 16 25

Aggression 12, 16, 30*, 31, 47,

51*, 52*, 61*

1*, 4*, 5*, 13*, 14,

15, 46, 48 16 25

Total 32 32 64 100

Keterangan:

*) Item gugur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

61

Table 3.8

Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba

Kedua (Setelah diacak sesuai skala)

Aspek Item

Total % Favorable Unfavorable

Repetitition 9, 11, 20, 25 1, 3, 23, 29 8 25

Power Imbalance 6, 8, 14, 16, 28 17, 22, 31 8 25

Intention 5, 13, 18, 27 4, 21, 26, 32 8 25

Aggression 2, 12, 19, 30 7, 10, 15, 24 8 25

Total 17 15 32 100

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 2011). Hasil pengukuran yang dapat dipercaya hanya

apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2011).

Estimasi reliabilitas hasil pengukuran ini dilakukan dengan cara

menghitung koefisien alpha-cronbach melalui program SPSS Statistics 23.

Koefisien reliabilitas minimum adalah 0,70. Apabila koefisien reliabilitas

tidak mencapai batas nilai minimum, yaitu 0,70 maka dapat dikatakan sebuah

tes kurang memadai untuk digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

62

Hasil komputasi data pada skala perilaku asertif diperoleh koefisien

Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,927 dari 100 item. Setelah seleksi item,

koefisien Alpha-Cronbach (r) skala perilaku asertif menjadi 0,944 dari 67

item. Pada skala perilaku cyberbulllying diperoleh koefisien Alpha-Cronbach

(r) sebesar 0,791 dari 64 item yang diuji coba. Setelah seleksi item, koefisien

Alpha-Cronbach (r) skala perilaku cyberbullying menjadi 0,956 dari 49 item.

Berdasarkan nilai Alpha-Cronbach (r) yang diperoleh pada masing-masing

skala, maka dapat dikatakan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang

baik.

G. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data

penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso,

2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-

Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Distribusi

data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansinya lebih

besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih kecil

dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data penelitian dikatakan tidak normal

(Santoso, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

63

2. Uji Linearitas

Menurut Santoso (2010), uji linearitas digunakan untuk menyatakan

apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus

atau tidak. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel

akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di

variabel lainnya. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test

for Linierity dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua

variabel dikatakan bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari

0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05

(p < 0,05), maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014).

3. Uji Hipotesis

Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk menguji korelasi antara

dua variabel, yaitu perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Pengujian

hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Correlation Product

Moment dari Karl Pearson apabila statistik bersifat parametrik. Statistik

parametrik adalah statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran/distribusi

data yang berdistribusi normal dan memiliki varians homogen (Siregar, 2013).

Uji hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rho apabila statistik bersifat

non parametrik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

64

H. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba skala pertama dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta. Uji coba dilakukan terhadap 78 siswa kelas X di

SMA tersebut. Peneliti membagikan kuisioner secara langsung kepada subjek

pada saat mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK).

Uji coba skala kedua dilakukan secara online menggunakan Google Forms

dimulai pada tanggal sampai tanggal. Uji coba skala disebarluaskan melalui

jejaring sosial dan messenger.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

65

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 hingga 11 April 2016

di Kota Yogyakarta. Skala yang berjumlah 162 terlebih dahulu disebarkan dengan

menitipkan skala kepada guru BK untuk diberikan kepada siswa-siswi SMP

Pangudi Luhur Yogyakarta. Skala kembali yang telah terisi oleh subjek berjumlah

124. Pengambilan data berikutnya dilakukan di sekolah SMK Marsudi Luhur

dengan membagikan skala di beberapa kelas pada saat jam pelajaran berlangsung.

Skala yang dibagikan berjumlah 95. Total seluruh skala yang telah dibagikan oleh

peneliti dan diisi oleh subjek berjumlah 219. Skala yang gugur berjumlah 27

dikarenakan beberapa hal, yaitu terdapat subjek yang belum selesai dalam

mengisi dan menyilang pilihan jawaban lebih dari satu. Peneliti kemudian

menggunakan skala berjumlah 192 yang telah memenuhi syarat berdasarkan

waktu penggunaan ponsel atau internet serta usia subjek.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga

18 tahun yang telah menggunakan ponsel atau internet secara aktif selama kurang

lebih satu tahun (± 1 tahun). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 192 orang.

Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin dan usia dijelaskan pada tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

66

Tabel 4.1

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 113 58,9 %

Perempuan 79 41,1 %

Total 192 100 %

Tabel 4.2

Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

12 tahun 21 10,9 %

13 tahun 55 28,6 %

14 tahun 27 14,1 %

15 tahun 7 3,6 %

16 tahun 38 19,8 %

17 tahun 27 14,1 %

18 tahun 17 8,9 %

Total 192 100 %

Tabel 4.3

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Sekolah

Jenjang Sekolah Jumlah Persentase

SMP 106 55%

SMA 86 45%

Total 192 100 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

67

C. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 4.4

Deskripsi Data Penelitian

Variabel N

Sig

(p)

Data Teoritis Data Empiris

Mean Skor

SD Mean Skor

SD Min Max Min Max

Perilaku

Asertif 192 0,000 125 50 200 25 156,3 125 197 13,3

Perilaku

Cyberbullying 192 0,000 80 32 128 16 56,32 32 90 13,8

Tabel diatas menunjukkan tentang deskripsi data penelitian dari variabel

perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Peneliti kemudian membandingkan

mean teoritis dan mean empiris untuk memperoleh informasi mengenai skor yang

diperoleh pada tiap variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui

perhitungan dengan program SPSS Statistics 23.0. Sedangkan nilai mean teoritis

diperoleh perhitungan manual yaitu: 𝑀𝑖𝑛+𝑀𝑎𝑥

2

Hasil perhitungan pada variabel perilaku asertif diperoleh mean teoritis

sebesar 125 dan mean empiris sebesar 156,3 dengan nilai signifikansi (p) sebesar

0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih tinggi

daripada nilai mean teoritis. Hal ini berarti rata-rata skor perilaku asertif subjek

adalah tinggi. Pada variabel perilaku cyberbullying diperoleh nilai mean teoritis

sebesar 80 dan mean empiris sebesar 56,32 dengan nilai signifikansi (p) sebesar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

68

0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih rendah

daripada nilai mean teoritis. Perbandingan tersebut menyatakan bahwa rata-rata

skor perilaku cyberbullying subjek tergolong rendah.

D. Kategorisasi

Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar

atribut yang diukur dengan asumsi bahwa skor subjek terdistribusi secara normal

(Azwar, 2009). Hal ini berarti tinggi rendahnya perilaku asertif maupun perilaku

cyberbullying dapat diketahui melalui pengkategorian skor yang diperoleh dari

masing-masing subjek pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying.

Batasan kategori variabel penelitian disusun berdasarkan satuan standar deviasi

yang tertera pada tabel 4.3. Berikut merupakan norma kategorisasi yang

digunakan dalam penelitian ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

69

Tabel 4.5

Norma Kategorisasi

Skor Kategorisasi

X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah

(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah

(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ) Sedang

(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi

X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi

Keterangan :

X : Skor

µ : Mean teoritis

σ : Standar deviasi teoritis

Tabel deskripsi data penelitian (Tabel 4.3) menunjukkan skor mean

teoritis perilaku asertif sebesar 125 dan standar deviasi sebesar 25. Perhitungan

norma kategorisasi skor pada variabel perilaku asertif sebagai berikut:

Tabel 4.6

Norma Kategorisasi Perilaku Asertif

Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase

X ≤ 87,5 Sangat Rendah 0 0%

87,5 < X ≤ 112,5 Rendah 0 0%

112,5 < X ≤ 137,5 Sedang 11 5,7%

137,5 < X ≤ 162,5 Tinggi 129 67,2%

> 162,5 Sangat Tinggi 52 27,1%

Total 192 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

70

Tabel norma kategorisasi perilaku asertif (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa

subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Penjabaran

kategorisasi perilaku asertif yaitu, sebanyak 11 subjek (5,7%) memiliki tingkat

perilaku asertif tergolong sedang, 129 subjek (67,2%) termasuk dalam tingkat

perilaku asertif tinggi dan 52 subjek (27,1%) berada pada tingkat perilaku asertif

yang sangat tinggi.

Skor mean teoritis perilaku cyberbullying pada tabel deskripsi data

penelitian (Tabel 4.3) diketahui sebesar 80 dan standar deviasi sebesar 16.

Perhitungan norma kategorisasi skor pada variabel perilaku cyberbullying sebagai

berikut:

Tabel 4.7

Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying

Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase

X ≤ 56 Sangat Rendah 97 50,5%

56 < X ≤ 72 Rendah 73 38%

72 < X ≤ 88 Sedang 20 10,4%

88 < X ≤ 104 Tinggi 2 1,1%

> 104 Sangat Tinggi 0 0%

Total 192 100%

Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas diketahui bahwa 97 subjek

(50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang sangat rendah, 73 subjek (38%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

71

termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek (10,4%) berada pada kategori

sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori tinggi.

E. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian

berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010).

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-

Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0.

Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai

signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data

penelitian dikatakan tidak normal (Santoso, 2010). Berikut tabel hasil uji

normalitas:

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov Test

Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)

Perilaku Asertif 0.76 0.008

Perilaku Cyberbullying 0.87 0.001

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

72

Hasil uji normalitas dalam tabel diatas menunjukkan nilai p dari

variabel perilaku asertif sebesar 0,008 dan nilai p dari variabel perilaku

cyberbullying sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pendistribusian data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku

cyberbullying tidak tersebar secara normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk menyatakan apakah hubungan

antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak.

Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti

secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya.

Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for Linierity

dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua variabel dikatakan

bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).

Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05),

maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014). Berikut

tabel hasil uji linearitas:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

73

Tabel 4.9

Hasil Uji Linearitas

F Sig.

Perilaku

Cyberbullying *

perilaku asertif

(Combined) 2.609 .000

Linearity 65.682 .000

Deviation from

Linearity

1.396 .065

Hasil uji linearitas dalam tabel diatas menunjukkan hubungan antara

variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying memiliki nilai p

lebih kecil dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,000. Hal tersebut berarti

terdapat hubungan yang linear antara variabel perilaku asertif dan variabel

perilaku cyberbullying.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah

hipotesis (H1) yang diajukan oleh peneliti diterima atau ditolak. Hipotesis yang

diajukan oleh peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif

dan perilaku cyberbullying. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan

teknik uji korelasi Spearman Rho menggunakan program SPSS Statistics 23.0.

Hal ini dikarenakan data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku

cyberbullying tidak terdistribusi secara normal. Berikut tabel hasil uji hipotesis:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

74

Tabel 4.10

Hasil Uji Hipotesis

Asertif Cyberbullying

Spearman’s

rho

Perilaku

Asertif

Correlation

Coefficient 1.000 -.482**

Sig. (1-tailed) . .000

N 192 192

Perilaku

Cyberbullying

Correlation

Coefficient -.482** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 192 192

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil uji hipotesis dalam tabel memperoleh nilai koefisien korelasi (r)

variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying sebesar -0,482

dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan perilaku

cyberbullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah

perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka

semakin tinggi perilaku cyberbullying.

Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat

koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi dihitung dengan

mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Nilai koefisien determinasi (r2)

pada penelitian ini adalah 0,232 atau 23,2 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

75

variabel perilaku asertif memiliki pengaruh sebesar 23,2 % terhadap variabel

perilaku cyberbullying. Sedangkan 76,8 % merupakan sumbangan dari variabel-

variabel lain di luar perilaku asertif yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

F. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif

dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hasil uji korelasi menggunakan

perhitungan korelasi Spearman Rho pada 192 sampel remaja diperoleh koefisien

korelasi (r) sebesar -0,482 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Data

analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku

asertif dan perilaku cyberbullying. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif

maka semakin rendah tingkat perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah

tingkat perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying.

Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sriyanto dkk (2014). Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku asertif

memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan

remaja. Perilaku Bullying maupun cyberbullying yang dilakukan dapat dikatakan

sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (Bonke, 2010). Hubungan yang

negatif ini berarti apabila perilaku asertif pada remaja tinggi maka kecenderungan

kenakalan remaja akan rendah. Pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat

penting pada diri remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa yang

menentukan perkembangan kepribadian selanjutnya. Kepribadian yang lemah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

76

yaitu rendahnya perilaku asertif dapat menyebabkan para remaja terjerumus ke

dalam hal-hal negatif (Marini & Andriani, 2005).

Cyberbullying merupakan tindakan yang sering dilakukan remaja

berdasarkan motivasi-motivasi internal (Varjas dkk, 2010). Motivasi-motivasi

tersebut antara lain pengalihan perasaan, pembalasan dendam, ingin membuat

perasaan menjadi lebih baik, dan anonymity. Remaja yang memiliki perilaku

asertif tinggi lebih mampu untuk mengungkapkan tentang perasaan, pikiran,

keinginan serta kebutuhan yang sebenarnya dialami. Apabila orang lain

mengetahui kebutuhan dan keinginan remaja, orang lain akan lebih mampu

bersedia dan bekerja sama serta membantu memenuhi kebutuhan individu.

Perilaku tersebut membantu remaja untuk menghasilkan hubungan yang sehat

dengan orang lain (Adams, 1995). Hubungan interpersonal yang terjalin

memuaskan dapat menimbulkan perasaan senang dalam diri pribadi dan orang

lain (Marini & Andriani, 2005). Remaja yang merasakan perasaan-perasaan

positif cenderung tidak mengalami ketegangan psikis yang akan menyebabkan

frustrasi. Dorongan agresif yang diakibatkan oleh perasaan frustrasi pun rendah

sehingga remaja cenderung tidak melakukan tindakan agresif berupa perilaku

cyberbullying.

Remaja yang memiliki perilaku asertif tinggi mampu untuk menyelesaikan

masalah dengan “win-win solution”. Artinya, remaja tersebut bersedia mencari

penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak apabila

mengalami konflik dengan orang lain (Adams, 1995). Perilaku tersebut juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

77

menunjukkan bahwa remaja mengetahui cara menyampaikan pendapat yang baik

kepada orang lain dengan mengacu pada normal sosial dan budaya dimana

individu berada (Zeuschner, 2003). Remaja menghindari perilaku yang dapat

melukai dan mengintimidasi orang lain. Tindakan untuk saling menyakiti satu

sama lain tidak terjadi antar pribadi masing-masing. Perilaku cyberbullying yang

dapat melukai dan mengintimidasi orang lain akan dihindari terkait pentingnya

menjaga hak-hak orang lain untuk mendapatkan kesejahteraan.

Hasil kategorisasi untuk variabel perilaku asertif menunjukkan bahwa

subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Sebanyak 129

subjek (67,2 %) memiliki perilaku asertif tinggi, 52 subjek (27,1%) tergolong

sangat tinggi dalam berperilaku asertif dan hanya 11 subjek (57%) yang termasuk

dalam perilaku asertif sedang. Analisis kategorisasi pada variabel perilaku

cyberbullying diperoleh 97 subjek (50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang

sangat rendah, 73 subjek (38%) termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek

(10,4%) berada pada kategori sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori

tinggi.

Tingkat perilaku asertif yang tinggi pada subjek dapat disebabkan oleh

faktor pengalaman penyesuaian dengan teman sebaya (Santrock, 2003). Remaja

yang dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya cenderung melakukan

penyelesaian masalah yang lebih asertif dengan kadar agresi yang rendah. Hal ini

berarti remaja dalam menyelesaikan masalah remaja lebih cenderung untuk

menyatakan dengan terbuka tentang apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

78

kepada teman sebaya. Masalah yang dapat diselesaikan dengan perencanaan yang

baik dan efektif menyebabkan masalah tidak berlarut-larut. Remaja yang

memiliki perilaku asertif yang tinggi cenderung mampu mengelola emosi dengan

baik dan dapat mengontrol diri untuk tidak terlibat dalam perilaku negatif

(Mawardah & Adiyanti, 2014). Para remaja kemudian menghindari perilaku

agresi salah satunya perilaku cyberbullying yang dapat merugikan diri sendiri dan

menyakiti orang lain.

Koefisien determinasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar

0,232. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 23,2% variabel perilaku

cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh perilaku asertif. Sedangkan sebesar

76,8% variabel perilaku cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya perilaku cyberbullying ialah empati.

Ang dan Goh (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

siginifikan antara empati kognitif, empati afektif, dengan perilaku cyberbullying.

Pada remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki skor empati afektif yang

rendah memiliki skor perilaku cyberbullying yang tinggi dibandingkan mereka

yang memiliki skor empati afektif yang tinggi. Pada remaja laki-laki yang

memiliki skor empati kognitif yang rendah memiliki skor perilaku cyberbullying

yang tinggi dibandingkan mereka yang memiliki empati kognitif yang tinggi.

Sementara pada remaja perempuan tinggi atau rendahnya tingkat empati kognitif

menghasilkan tingkat yang sama untuk melakukuan cyberbullying. Karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

79

cyberbullying yang bersifat tidak langsung dan anonymous (tidak bernama)

menyebabkan pelaku tidak dapat melihat secara langsung reaksi maupun respon

dari korban. Hal tersebut dapat membuat pelaku tidak memiliki perasaan bersalah

dan empati terhadap korban (Kowalski dkk, 2012).

Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa keterbatasan.

Peneliti merasa kesulitan dalam membuat item yang terlepas dari pengaruh social

desirability sehingga dimungkinkan banyak terjadi faking good pada saat uji coba

alat ukur penelitian yang sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hasil uji

normalitas diperoleh data penelitian yang tidak normal. Hal tersebut menunjukkan

bahwa hasil penelitian kurang dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Selain

itu, skala pengukuran disebarkan melalui penitipan kepada pihak sekolah.

sehingga peneliti tidak dapat mengontrol pemahaman subjek tentang cara

pengisian skala. Peneliti juga tidak melakukan wawancara yang lebih mendalam

terkait perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis data statistik menunjukkan perolehan koefisien korelasi

sebesar -0,482 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hipotesis dalam

penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan

perilaku cyberbullying pada remaja. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku asertif

maka semakin rendah perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah

perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Tingkat perilaku

asertif subjek tergolong tinggi, sedangkan tingkat perilaku cyberbullying subjek

rendah. Perilaku asertif juga memberikan sumbangan sebesar 23,2 % terhadap

perilaku cyberbullying.

B. Saran

a. Bagi Orangtua

Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak ketika berinteraksi

mengakses internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada

kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua diharapkan

mampu untuk membimbing dan mengarahkan bagaimana menggunakan

internet dan media komunikasi elektronik lainnya secara positif.

Perkembangan kepribadian anak juga perlu diperhatikan oleh para orangtua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

81

Kepribadian yang baik dan kuat mampu untuk membuat anak menghindari

hal-hal negatif.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat item yang lebih baik

sehingga dapat meminimalisirkan terjadinya social desirability dalam

pengisian skala. Kelompok sampel lain juga dapat digunakan sehingga hasil

penelitian dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Proses penyebaran

skala sebaiknya dilakukan secara langsung antara peneliti dengan subjek. Hal

ini dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan kontrol terhadap proses

administrasi skala sehingga dugaan faking dapat diminimalkan. Penelitian

selanjutnya juga dapat dilakukan lebih mendalam dengan jenis penelitian

kualitatif terkait perilaku cyberbullying remaja. Penelitian kualitatif dapat

membantu peneliti untuk mengkaji secara lebih luas faktor-faktor yang

menyebabkan remaja melakukan perilaku cyberbullying.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

82

DAFTAR PUSTAKA

Adams, L.& Lenz, E. (1995). Jadilah Diri Anda Sendiri = Be Your Best: Efektivitas

Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Adiwaluyo, Eko. (2016, Maret 29). Sekitar 93% Orang Indonesia Akses Internet

Lewat Smartphone. Diunduh 23 Mei 2016 dari

http://marketeers.com/article/sekitar-93-orang-indonesia-akses-internet-lewat-

smartphone.html.

Alberti, R. E. & Emmons, M. L. (1986). Your Perfect Right. California: Impact

Publishers.

Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Andri. (2014, Januari 22). 2019, Pengguna Smartphone Capai 5,6 Miliar. Diunduh

15 Juni 2016 dari http://www.biskom.web.id/2014/01/22/2019-pengguna-

smartphone-capai-56-miliar.bwi.

Ang, R.P. & Goh, D.H. (2010). Cyberbullying among adolescents: The role of

affective and cognitive empathy, and gender. Child Psychiatry Hum Dev, 41,

387–397.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014). Profil Pengguna Internet

Indonesia 2014. Jakarta: Author.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2012). Profil Pengguna Internet

Indonesia 2012. Jakarta: Author.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Berkowitz, L. (1995). Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman

Pressindo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

83

Bonke, A. O. (2010). Bullying behaviour, its associated factors and psychological

effects among secindary student in nigeria. Uluslararası Sosyal Arastırmalar

Dergisi The Journal of International Social Research, 3 (10), 498-509.

Bohang, F. K. (2015, April 10). Facebook Masih Didominasi Remaja, Bukan Orang

Tua. Diunduh 16 September 2015 dari

http://tekno.kompas.com/read/2015/04/10/13100087/Bukti.Facebook.Masih.D

idominasi.Remaja.Bukan.Orang.Tua

Boyd, D. M. and Ellison, N. B. (2008), Social Networking Sites: Definition, History,

and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13: 210-

230. Doi: 10.1111/j.1083-6101.2007.00393.x

Brewer, G. & Kerslake, J. (2015). Cyberbullying, self-esteem, empathy and

loneliness. Computer in Human Behavior, 48, 255-260.

Cawood, D. (1997). Manajer yang Asertif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chibbaro, J. S. (2007). School Counselors and theCyberbully: Interventions and

Implications. ASCA, 11 (1), 65-68.

Creswell, J. W. (2012). Research Design: Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dilmac, B. & Aydogan, D. (2010). Parental Attitudes as a Predictor of Cyber-

Bullying among Primary School Children. International Journal of Social,

Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial Engineering, 4

(7), 1667-1671.

Ditch the Label. (2013). The Annual Cyberbullying Survey. UK:

www.DitchtheLabel.org.

Dracic, S. (2009). Bullying And Peer Victimization. Material Socio Medica, 21 (4),

216-219.

Emilia, & Leonardi, T. (2013). Hubungan antara Kompetensi Sosial dengan Perilaku

Cyberbullying yang Dilakukan oleh Remaja Usia 15-17 tahun. Jurnal

Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

84

Eskin, M. (2003). Self-reported Assertiveness in Swedish and Turkish Adolescents:

A cross-cultural comparison. Scandinavian Journal of Psychology, 44, 7– 12.

Gottfried, Keren. (2012, Januari 9). One in Ten (12%) Parents Online, Around the

World Say Their Child Has Been Cyberbullied, 26% Say They Know of a

Child Who Has Experienced Same in Their Community. Diunduh 1 Juni 2016

dari http://www.ipsos-na.com/news-polls/pressrelease.aspx?id=5462.

Guarini A., Passini S., Melotti G. & Brighi A. Risk and Protective Factors on

Perpetration of Bullying and Cyberbullying [Czynniki chroniące i czynniki

ryzyka związane z zaangażowaniem w sprawstwo bullyingu i

cyberbullyingu]. Studia Edukacyjne nr 23, 2012, Poznań 2012, pp. 33-55.

Adam Mickiewicz University Press. ISBN 978-83-232-2520-1. ISSN 1233-

6688

Hidayat, W. S. (2012, Juni 6). Ponsel Pintar di Indonesia Cuma untuk SMS dan

Media Sosial. Diunduh 2 Juni 2016 dari

http://tekno.kompas.com/read/2012/06/06/18403922/Ponsel.Pintar.di.Indonesi

a.Cuma.untuk.SMS.dan.Media.Sosial.

Hinduja, S. & Patchin, J. W. (2010). Cyberbullying and Self-esteem. Journal of

School Health, 80 (12), 614-621.

Hinduja, S.& Patchin, J. W. (2014). Cyberbullying: Identification, Prevention &

Response. Cyberbullying Research Center (www.cyberbullying.us).

Klomek, A. B., Sourander, A. & Gould, M. S. (2011). Bullying and Suicide.

Psychiatric Times, 28 (2), 1-6.

Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco.

Kowalski, R. M., Limber, S. P. & Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying: Bullying in

The Digital Age. Second Edition. Wiley-Blackwell.

Langos, C. (2012). Cyberbullying: The Challenge to Define. Cyberpsychology,

Behavior, and Social Networking, 15(6), 285-289.

Lindfors, P. L., Heino, R. K., & Rimpela, A. H. (2012). Cyberbullying among Finish

adolescents - a population – based study. BMC Public Health, 12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

85

Llyod, S. R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Margono, H., Yi, X. & Raikundalia, G. K. (2014). Mining Indonesian Cyber Bullying

Patterns in Social Networks. Proceedings of the Thirty-Seventh Australasian

Computer Science Conference (ACSC 2014), Auckland, New Zealand.

CRPIT Vol. 147 – Computer Science 2014

Marini, L. & Andriani, E. (2005). Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola

Asuh Orang Tua. Psikologia, 1 (2), 46-53.

Mawardah, M. & Adiyanti, MG. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman

Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal Psikologi, 41 (1), 60-73.

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Noris, F. (2016, April 7). Di-bully Netizen, Sonya Bolos Sekolah. Diunduh 13 Juni

2016 dari http://sumatera.metrotvnews.com/peristiwa/zNAx5nwK-dibully-

netizen-sonya-bolos-sekolah.

Notar, C. E., Padgett, S., & Roden, J. (2013). Cyberbullying: Resources for

Intervention and Prevention. Universal Journal of Educational Research, 1

(3), 133-145.

Olweus, D. (2012). Invited expert discussion paperCyberbullying: An overrated

phenomenon?. European Journal of DevelopmentalPsychology, 1, 1–19.

Papalia, D. E., Old, S. W. & Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi

Perkembangan) Edisi kesembilan. Jakarta: Prenada Media Group.

Papalia, D. E., Feldman, R. D. & Martorell, G. (2014). Menyelami Perkembangan

Manusia Ed. 12. Jakarta: Salemba Humanika.

Patchin, J. W. & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying and Self-Esteem. Journal of

School Health, 80 (12), 614-621.

Pinchot, J. L., & Paullet, K. L. (2013). Social Networking: Friend or Foe? A Study of

Cyberbullying at a University Campus. Issues in Information Systems, 14 (2),

174-181.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

86

Pipas, M. D. & Jaradat, M. (2010). Assertive Communication Skills. Annales

Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 12 (2), 649-656.

Pratiwi, M. D. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cyberbullying pada

Remaja. Seminar dan workshop APSIFOR Indonesia.

Price, M. & Dalgeish, J. (2010). Cyberbullying: Experiences, Impacts and Coping

Strategies. BoysTown (www.kidshelp.com.au).

Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: C.V ANDI

OFFSET.

Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi

Informasi. Journal of Information Systems, 8 (1), 22-31.

Riebel, J., Jager, R.S., & Fischer, U.C. (2009). Cyberbullying in Germany—an

exploration of prevalence, overlapping with real life bullying and coping

strategies. Psychology Science Quarterly, 51 (3), 298-314.

Sangadji, E. M. & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam

Penelitian. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja Ed. 6. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja Ed. 11. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sejiwa (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di

Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group.

Slonje, R., Smith, P. K. & Frisen, A. (2012) The nature of cyberbullying, and

strategies for prevention. Computers in Human Behavior.

http;//dx.doi.org/10.1016/j.chb.2012.05.024.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

87

Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S., Russell, S., & Tippett, N. (2008).

Cyberbullying: its nature and impact in secondary school pupils. Journal of

Child Psychology and Psychiatry, 49 (4), 376-385.

Sriyanto, Abdulkarim, A., Zainul, A., Maryani, E. (2014). Perilaku Asertif dan

Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media

Massa. Jurnal Psikologi, 41 (1), 74-88.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI. (2014). Panduan Optimalisasi

Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan

Masyarakat.

Tokunaga, R. S. (2010). Following you home from school: A critical review and

synthesis of research on cyberbullying victimization. Computers in Human

Behavior, 26, 277–287

Varjas, K., Talley, J., Meyers, J., Parris, L., & Cutts, H. (2010). High School

Students’ Perceptions of Motivations for Cyberbullying: An Exploratory

Study. Western Journal of Emergency Medicine, 11 (3), 269-273.

Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington: U.S. Department of

Education.

Williams, A. (2013, April 28). Girl, 12 'hangs herself' at home after being tormented

online over her hair and choice of clothes. Dinunduh 15 Juni 2016 pada

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2316074/Girl-12-hangs-home-torme

nted-online-hair-choice-clothes.html.

Ybarra, M. L., Mitchell, K. J., Wolak, J., & Finkelhor, D. (2006). Examining

characteristics and associated distress related to Internet harassment: Findings

from the Second Youth Internet Safety Survey. Pediatrics, 118, e1169–e1177.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

88

Zeuschner, R. (2003). Communicating Today: The Essentials. USA: Allyn and

Bacon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

89

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

90

Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif

A. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Keterangan

1. Saya mampu mengungkapkan pendapat saya ketika

orang lain meminta saran tentang sebuah masalah.

Favorable

2. Saya meminta maaf secara langsung ketika berbuat

salah.

Favorable

3. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas dan

meyakinkan.

Favorable

4. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka dan

sejelas mungkin kepada orang lain.

Favorable

5. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang lain. Favorable

6. Saya memendam amarah agar selalu disukai orang lain. Unfavorable

7. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide. Unfavorable

8. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan tidak suka

terhadap orang lain.

Unfavorable

9. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan

kritikan.

Unfavorable

10. Saya enggan menyampaikan pendapat terutama jika ada

orang lain yang lebih pintar.

Unfavorable

B. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri Keterangan

11. Saya meminta bantuan orang lain ketika mengalami

kesulitan.

Favorable

12. Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang membuat

saya bingung.

Favorable

13. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai bagus

ketika ujian.

Favorable

14. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil. Favorable

15. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana

membutuhkan.

Favorable

16. Saya memilih diam meskipun belum memahami

penjelasan yang disampaikan orang lain.

Unfavorable

17. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang membuat

saya bingung.

Unfavorable

18. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya. Unfavorable

19. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan tujuan

dan impian di masa depan.

Unfavorable

20. Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu keputusan. Unfavorable

C. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi Keterangan

21. Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman

mengajak saya untuk bolos.

Favorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

91

22. Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang tidak

dapat saya lakukan.

Favorable

23. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi saya

untuk menjadi lebih baik.

Favorable

24. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan orang

lain kepada saya.

Favorable

25. Saya menasehati secara tegas orang lain yang

mengganggu saya.

Favorable

26. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh orang

lain.

Unfavorable

27. Saya merasa segan ketika tidak menuruti keinginan

orang lain

Unfavorable

28. Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang lain. Unfavorable

29. Saya membenci orang yang melontarkan kritik kepada

saya.

Unfavorable

30. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu saya. Unfavorable

D. Mampu menghormati hak-hak orang lain Keterangan

31. Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik kepada

orang lain.

Favorable

32. Saya memberi kesempatan kepada orang lain untuk

menyampaikan pendapat pribadinya.

Favorable

33. Saya berani menerima ketika argumen saya ditolak. Favorable

34. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan

pendapatnya.

Favorable

35. Saya menghargai hak-hak setiap orang. Favorable

36. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain

menyampaikan pendapatnya.

Unfavorable

37. Saya langsung marah apabila argumen saya ditolak oleh

orang lain.

Unfavorable

38. Saya memusuhi orang lain yang menolak permintaan

tolong saya.

Unfavorable

39. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang tidak

saya sukai.

Unfavorable

40. Saya memaksa orang lain untuk menuruti keinginan

saya.

Unfavorable

E. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar

manusia

Keterangan

41. Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan bersama. Favorable

42. Saya mementingkan hak bersama dalam menyelesaikan

masalah.

Favorable

43. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak

merugikan orang lain.

Favorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

92

44. Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar yang

memuaskan kedua belah pihak.

Favorable

45. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk

mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan sosial.

Favorable

46. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat saling

menghargai.

Favorable

47. Saya menghormati orang lain yang sedang beribadah. Favorable

48. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika mengalami

masalah dengan orang lain.

Unfavorable

49. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama

ketika berselisih paham dengan orang lain.

Unfavorable

50. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk

memenuhi kepentingan diri sendiri.

Unfavorable

Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying

A. Repetitition Keterangan

1. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya

mengirimkan pesan kasar melalui

sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terus-menerus.

Favorable

2. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan

me-miscall secara berulang-ulang menggunakan nomor

baru/nomor pribadi.

Favorable

3. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk

menulis komentar kasar pada status orang lain.

Favorable

4. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terus-menerus

menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai.

Favorable

5. Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak saya

sukai menggunakan akun jejaring sosial palsu.

Unfavorable

6. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan orang yang

tidak saya sukai di jejaring sosial.

Unfavorable

7. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya tidak

mengancamnya melalui sms/messenger/pesan jejaring

sosial.

Unfavorable

8. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring sosial

palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang yang tidak

saya sukai.

Unfavorable

B. Power Imbalance Keterangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

93

9. Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak saya

sukai di jejaring sosial agar tidak disukai teman-teman

lain.

Favorable

10. Saya dan teman-teman menghina teman yang

memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di

jejaring sosial.

Favorable

11. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya dan

mengirimkan pesan melecehkan kepada orang lain

menggunakan akun tersebut.

Favorable

12. Saya memberi komentar mengejek pada status teman

yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya.

Favorable

13. Saya mengejek orang lain yang memposting barang-

barang KW (tiruan) miliknya.

Favorable

14. Saya dan teman-teman saya menghargai teman yang

memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di

jejaring sosial.

Unfavorable

15. Saya menghindari untuk menghack akun jejaring sosial

orang lain yang tidak saya sukai.

Unfavorable

16. Saya menghindari memberi komentar mengejek pada

status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya.

Unfavorable

C. Intention Keterangan

17. Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak saya

sukai dengan memberi komentar negatif pada status-

statusnya.

Favorable

18. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci dengan

me-miscall menggunakan nomor pribadi agar ia merasa

kesal.

Favorable

19. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial teman

dan mengirimkan pesan kasar kepada orang lain agar ia

tidak disukai.

Favorable

20. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk

meneror teman yang mempermalukan saya melalui pesan

(sms) menggunakan nomor yang tidak diketahui.

Favorable

21. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di jejaring

sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai.

Unfavorable

22. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak suka

mengganggunya dengan me-miscall menggunakan

nomor pribadi.

Unfavorable

23. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun jejaring

sosial teman saya.

Unfavorable

24. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak

menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring sosial.

Unfavorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

94

D. Aggression Keterangan

25. Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang lewat

media sosial ketika dibuat marah atau kesal.

Favorable

26. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan

me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi.

Favorable

27. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger

kepada orang yang membuat saya kesal.

Favorable

28. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada orang

yang membuat saya tersinggung melalui sms

menggunakan nomor baru sehingga identitas saya tidak

diketahui.

Favorable

29. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya di

jejaring sosial.

Unfavorable

30. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya sukai

dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi.

Unfavorable

31. Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial teman

tentang perasaan marah saya terhadapnya.

Unfavorable

32. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar melalui

messenger kepada orang yang membuat saya kesal.

Unfavorable

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

95

Lampiran C. Skala Pengukuran

SKALA PENELITIAN

Disusun Oleh:

Yohanna Viscanesia Sinaga

119114043

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

96

Yogyakarta, Maret 2016

Salam sejahtera,

Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa,

maka saya :

Nama : Yohanna Viscanesia Sinaga

NIM : 119114043

Fakultas : Psikologi

Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian saya

dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman dapat

mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,

perasaan dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban benar

atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila sesuai

dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya.

Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya.

Hasil dari jawaban teman-teman juga tidak akan memberi pengaruh apapun pada diri

teman-teman. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan

sejujur-jujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.

Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih banyak atas partisipasi teman-

teman dalam penelitian ini.

Peneliti,

Yohanna Viscanesia Sinaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

97

PERNYATAAN KESEDIAAN

Nama/Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Lama menggunakan ponsel : Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)

Lama menggunakan internet : Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)

*Lingkari sesuai dengan jawaban Anda

Dengan ini saya menyatakaan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan

keadaan saya yang sebenarnya.

Menyetujui,

(………………………...)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

98

PETUNJUK PENGISIAN

Teman-teman dimohon untuk membaca dengan cermat dan memahami setiap

pernyataan yang ada. Kemudian, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai

dengan keadaan diri teman-teman dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban

yang teman-teman pilih. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi

tanda sama dengan (=) pada jawaban yang telah teman-teman pilih, kemudian berilah

tanda silang (X) pada jawaban yang teman-teman kehendaki.

Pilihan jawaban yang disediakan adalah:

SS = Jika Anda merasa Sangat Setuju

S = Jika Anda merasa Setuju

TS = Jika Anda merasa Tidak Setuju

STS = Jika Anda merasa Sangat Tidak Setuju

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menghormati hak-hak orang lain. X

2. Saya mengancam teman melalui sms ketika dibuat

kesal. X X

Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada

jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai

dengan kondisi teman-teman.

-Selamat Mengerjakan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

99

SKALA I

No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1. Saya memendam amarah agar selalu disukai orang

lain. SS S TS STS

2. Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik

kepada orang lain. SS S TS STS

3. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi

saya untuk menjadi lebih baik. SS S TS STS

4. Saya memilih diam meskipun belum memahami

penjelasan yang disampaikan orang lain. SS S TS STS

5. Saya memusuhi orang lain yang menolak

permintaan tolong saya. SS S TS STS

6. Saya mampu mengungkapkan pendapat saya

ketika orang lain meminta saran tentang sebuah

masalah.

SS S TS STS

7. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak

merugikan orang lain. SS S TS STS

8. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu

saya. SS S TS STS

9. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika

mengalami masalah dengan orang lain. SS S TS STS

10. Saya meminta bantuan orang lain ketika

mengalami kesulitan. SS S TS STS

11. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide. SS S TS STS

12. Saya langsung marah apabila argumen saya

ditolak oleh orang lain. SS S TS STS

13. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh

orang lain. SS S TS STS

14. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang

membuat saya bingung. SS S TS STS

15. Saya memberi kesempatan kepada orang lain

untuk menyampaikan pendapat pribadinya. SS S TS STS

16. Saya meminta maaf secara langsung ketika

berbuat salah. SS S TS STS

17. Saya mementingkan hak bersama dalam

menyelesaikan masalah. SS S TS STS

18. Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman

mengajak saya untuk bolos. SS S TS STS

19. Saya menghormati orang lain yang sedang

beribadah. SS S TS STS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

100

20. Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang

membuat saya bingung. SS S TS STS

21. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan

tidak suka terhadap orang lain. SS S TS STS

22. Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang

tidak dapat saya lakukan. SS S TS STS

23. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain

menyampaikan pendapatnya. SS S TS STS

24. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya. SS S TS STS

25. Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan

bersama. SS S TS STS

26. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas

dan meyakinkan. SS S TS STS

27. Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar

yang memuaskan kedua belah pihak. SS S TS STS

28. Saya berani menerima ketika argumen saya

ditolak. SS S TS STS

29. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan

orang lain kepada saya. SS S TS STS

30. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai

bagus ketika ujian. SS S TS STS

31. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan

kritikan. SS S TS STS

32. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan

pendapatnya. SS S TS STS

33. Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang

lain. SS S TS STS

34. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan

tujuan dan impian di masa depan. SS S TS STS

35. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama

ketika berselisih paham dengan orang lain. SS S TS STS

36. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka

dan sejelas mungkin kepada orang lain. SS S TS STS

37. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk

mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan

sosial.

SS S TS STS

38. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang

tidak saya sukai. SS S TS STS

39. Saya menasehati secara tegas orang lain yang

mengganggu saya. SS S TS STS

40. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil. SS S TS STS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

101

41. Saya enggan menyampaikan pendapat terutama

jika ada orang lain yang lebih pintar. SS S TS STS

42. Saya menghargai hak-hak setiap orang. SS S TS STS

43. Saya merasa segan ketika tidak menuruti

keinginan orang lain SS S TS STS

44. Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu

keputusan. SS S TS STS

45. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk

memenuhi kepentingan diri sendiri. SS S TS STS

46. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang

lain. SS S TS STS

47. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat

saling menghargai. SS S TS STS

48. Saya memaksa orang lain untuk menuruti

keinginan saya. SS S TS STS

49. Saya membenci orang yang melontarkan kritik

kepada saya. SS S TS STS

50. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana

membutuhkan. SS S TS STS

SKALA II

No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1. Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak

saya sukai menggunakan akun jejaring sosial

palsu.

SS S TS STS

2. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada

orang yang membuat saya tersinggung melalui

sms menggunakan nomor baru sehingga identitas

saya tidak diketahui.

SS S TS STS

3. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan

orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial. SS S TS STS

4. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak

menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring

sosial.

SS S TS STS

5. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial

teman dan mengirimkan pesan kasar kepada orang

lain agar ia tidak disukai.

SS S TS STS

6. Saya memberi komentar mengejek pada status

teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya. SS S TS STS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

102

7. Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial

teman tentang perasaan marah saya terhadapnya. SS S TS STS

8. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya

dan mengirimkan pesan melecehkan kepada orang

lain menggunakan akun tersebut.

SS S TS STS

9. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk

menulis komentar kasar pada status orang lain. SS S TS STS

10. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya

di jejaring sosial. SS S TS STS

11. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya

mengirimkan pesan kasar melalui

sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terus-

menerus.

SS S TS STS

12. Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang

lewat media sosial ketika dibuat marah atau kesal. SS S TS STS

13. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk

meneror teman yang mempermalukan saya

melalui pesan (sms) menggunakan nomor yang

tidak diketahui.

SS S TS STS

14. Saya mengejek orang lain yang memposting

barang-barang KW (tiruan) miliknya. SS S TS STS

15. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar

melalui messenger kepada orang yang membuat

saya kesal.

SS S TS STS

16. Saya dan teman-teman menghina teman yang

memposting foto dengan mengenakan pakaian

kuno di jejaring sosial.

SS S TS STS

17. Saya dan teman-teman saya menghargai teman

yang memposting foto dengan mengenakan

pakaian kuno di jejaring sosial.

SS S TS STS

18. Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak

saya sukai dengan memberi komentar negatif pada

status-statusnya.

SS S TS STS

19. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai

dengan me-miscall menggunakan nomor

baru/pribadi.

SS S TS STS

20. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai

dengan me-miscall secara berulang-ulang

menggunakan nomor baru/nomor pribadi.

SS S TS STS

21. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di

jejaring sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai. SS S TS STS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

103

22. Saya menghindari untuk menghack akun jejaring

sosial orang lain yang tidak saya sukai. SS S TS STS

23. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring

sosial palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang

yang tidak saya sukai.

SS S TS STS

24. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya

sukai dengan me-miscall menggunakan nomor

baru/pribadi.

SS S TS STS

25. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terus-

menerus menyebarkan kejelekkan orang yang

tidak saya sukai.

SS S TS STS

26. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak

suka mengganggunya dengan me-miscall

menggunakan nomor pribadi.

SS S TS STS

27. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci

dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi

agar ia merasa kesal.

SS S TS STS

28. Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak

saya sukai di jejaring sosial agar tidak disukai

teman-teman lain.

SS S TS STS

29. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya

tidak mengancamnya melalui

sms/messenger/pesan jejaring sosial.

SS S TS STS

30. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger

kepada orang yang membuat saya kesal. SS S TS STS

31. Saya menghindari memberi komentar mengejek

pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng

dari saya.

SS S TS STS

32. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun

jejaring sosial teman saya. SS S TS STS

Mohon periksa kembali jawaban anda

Terima Kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

104

Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.944 .946 67

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 205.75 408.159 .367 . .944

P2 205.70 406.303 .487 . .943

P3 206.22 409.526 .353 . .944

P7 206.23 405.416 .409 . .944

P8 205.70 407.980 .356 . .944

P9 205.86 408.214 .341 . .944

P13 206.29 409.179 .272 . .945

P17 205.51 404.783 .551 . .943

P18 205.52 406.430 .484 . .943

P19 205.29 409.032 .422 . .944

P20 206.35 408.524 .366 . .944

P21 205.96 405.248 .395 . .944

P22 205.58 408.453 .326 . .944

P23 205.70 408.097 .378 . .944

P24 206.14 406.890 .316 . .944

P25 205.64 404.676 .490 . .943

P26 205.39 406.565 .507 . .943

P27 205.46 401.017 .648 . .943

P32 205.78 410.379 .280 . .944

P35 205.84 401.048 .543 . .943

P36 205.58 406.924 .406 . .944

P37 206.46 407.076 .384 . .944

P41 206.35 405.171 .399 . .944

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

105

P42 205.52 407.047 .379 . .944

P43 205.88 409.839 .329 . .944

P44 205.75 405.218 .464 . .943

P45 206.12 402.398 .419 . .944

P46 205.61 406.006 .506 . .943

P47 206.25 405.424 .463 . .943

P48 205.13 409.056 .505 . .943

P49 205.26 408.343 .460 . .944

P50 205.26 406.843 .459 . .944

P51 206.12 409.104 .282 . .944

P52 205.62 406.121 .361 . .944

P53 205.84 406.077 .399 . .944

P54 205.75 404.277 .517 . .943

P55 205.71 408.856 .404 . .944

P57 205.74 406.578 .371 . .944

P58 205.62 408.591 .470 . .944

P59 205.83 406.087 .466 . .943

P60 205.48 405.900 .521 . .943

P61 205.62 404.297 .586 . .943

P63 206.17 405.793 .405 . .944

P64 205.81 400.067 .593 . .943

P67 205.75 408.806 .388 . .944

P68 205.68 403.926 .484 . .943

P69 205.81 407.155 .363 . .944

P70 205.28 401.702 .580 . .943

P71 205.59 400.009 .674 . .942

P72 205.74 408.019 .458 . .944

P73 205.81 408.714 .451 . .944

P74 205.64 404.382 .502 . .943

P75 205.41 405.186 .520 . .943

P76 205.70 406.068 .426 . .944

P77 205.57 408.220 .464 . .944

P78 205.65 406.671 .496 . .943

P80 205.74 409.578 .385 . .944

P83 205.75 399.306 .563 . .943

P84 205.65 406.789 .448 . .944

P86 206.16 400.489 .545 . .943

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

106

P88 205.33 408.167 .459 . .944

P89 205.54 408.517 .381 . .944

P90 205.68 401.691 .601 . .943

P94 205.72 405.085 .531 . .943

P95 206.61 405.418 .413 . .944

P97 205.43 408.543 .367 . .944

P99 205.75 408.659 .395 . .944

Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying

(Pertama)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.791 .824 64

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 134.81 174.157 .492 . .783

P2 134.79 171.897 .584 . .780

P3 134.78 177.010 .331 . .786

P4 134.19 176.784 .182 . .790

P5 133.37 181.878 .008 . .794

P6 134.40 176.213 .296 . .786

P7 133.97 175.074 .320 . .785

P8 134.49 177.567 .229 . .788

P9 133.44 186.668 -.185 . .801

P10 134.65 175.784 .353 . .785

P11 133.88 176.553 .187 . .790

P12 134.71 173.405 .560 . .781

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

107

P13 134.81 175.858 .446 . .784

P14 133.41 187.350 -.224 . .801

P15 134.53 175.805 .369 . .785

P16 134.51 172.970 .486 . .782

P17 133.99 177.268 .214 . .788

P18 134.19 182.127 -.001 . .794

P19 134.57 174.786 .391 . .784

P20 134.56 175.026 .441 . .784

P21 133.35 185.903 -.154 . .800

P22 134.31 173.918 .365 . .784

P23 134.72 174.294 .526 . .782

P24 134.69 175.441 .452 . .784

P25 133.06 184.683 -.118 . .797

P26 134.68 174.521 .452 . .783

P27 133.94 175.579 .234 . .788

P28 133.96 174.908 .296 . .786

P29 133.44 180.340 .080 . .792

P30 133.15 187.620 -.262 . .800

P31 133.96 176.043 .237 . .788

P32 132.94 191.131 -.437 . .804

P33 134.28 177.906 .207 . .789

P34 134.62 175.225 .417 . .784

P35 134.66 174.944 .446 . .784

P36 134.46 178.132 .198 . .789

P37 132.97 189.133 -.323 . .802

P38 134.59 175.529 .338 . .785

P39 134.53 175.716 .316 . .786

P40 133.81 175.918 .240 . .788

P41 133.59 179.798 .082 . .793

P42 133.99 172.940 .335 . .785

P43 134.03 172.835 .315 . .785

P44 134.46 174.371 .347 . .785

P45 134.57 175.412 .398 . .784

P46 132.97 191.313 -.412 . .805

P47 134.01 174.104 .310 . .785

P48 134.00 170.537 .416 . .782

P49 134.46 175.834 .304 . .786

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

108

P50 134.68 174.013 .524 . .782

P51 134.65 173.933 .490 . .782

P52 134.65 173.874 .476 . .783

P53 133.22 191.936 -.422 . .806

P54 133.44 183.414 -.060 . .797

P55 132.82 188.386 -.348 . .800

P56 134.57 174.159 .535 . .782

P57 134.22 171.398 .481 . .781

P58 134.21 168.136 .565 . .777

P59 134.60 175.198 .390 . .784

P60 133.99 170.582 .435 . .781

P61 134.49 175.179 .387 . .784

P62 134.26 177.571 .196 . .789

P63 132.99 189.328 -.347 . .802

P64 134.75 176.071 .453 . .784

Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.956 .960 49

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P2 78.34 334.229 .298 . .957

P3 78.28 333.471 .310 . .957

P4 78.66 333.249 .320 . .957

P5 78.64 333.174 .451 . .956

P6 78.64 326.194 .538 . .956

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

109

P7 79.14 331.960 .754 . .955

P8 78.86 332.409 .412 . .956

P10 78.92 332.565 .526 . .955

P11 78.92 328.565 .677 . .955

P12 78.68 334.957 .346 . .956

P13 78.12 336.557 .344 . .956

P14 78.62 331.506 .602 . .955

P15 78.76 330.472 .515 . .956

P16 78.68 332.834 .481 . .956

P17 78.76 331.696 .544 . .955

P18 78.96 327.549 .830 . .954

P19 78.86 328.653 .672 . .955

P21 78.62 336.608 .347 . .956

P25 78.96 329.917 .706 . .955

P26 78.84 328.790 .667 . .955

P27 78.90 329.112 .587 . .955

P28 78.36 331.704 .389 . .956

P29 78.94 325.445 .824 . .954

P30 78.86 324.858 .803 . .954

P31 78.50 330.173 .471 . .956

P33 79.04 331.182 .664 . .955

P34 78.88 326.149 .679 . .955

P36 78.80 332.980 .339 . .957

P38 78.80 332.490 .450 . .956

P39 78.80 331.755 .610 . .955

P43 78.80 329.918 .659 . .955

P44 78.82 327.824 .758 . .955

P45 78.90 329.520 .672 . .955

P47 78.80 327.347 .636 . .955

P48 78.52 335.438 .348 . .956

P49 78.74 326.278 .660 . .955

P50 78.36 330.276 .532 . .955

P51 78.60 329.102 .537 . .955

P52 78.84 325.892 .691 . .955

P53 78.76 325.574 .786 . .954

P54 78.88 327.577 .721 . .955

P55 78.78 323.889 .718 . .954

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

110

P56 78.54 331.927 .397 . .956

P57 78.92 327.626 .819 . .954

P58 78.90 334.378 .411 . .956

P59 78.62 330.036 .567 . .955

P61 78.70 331.561 .460 . .956

P62 78.76 334.594 .367 . .956

P63 78.86 329.592 .668 . .955

Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif

Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Asertif

N 192

Normal Parametersa,b

Mean 156.25

Std. Deviation 13.273

Most Extreme Differences Absolute .076

Positive .076

Negative -.047

Test Statistic .076

Asymp. Sig. (2-tailed) .008c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CB

N 192

Normal Parametersa,b

Mean 56.32

Std. Deviation 13.791

Most Extreme Differences Absolute .087

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial. Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing

111

Lampiran I. Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

CB *

Asertif

Between Groups (Combined) 18180.683 53 343.032 2.609 .000

Linearity 8635.458 1 8635.458 65.682 .000

Deviation from

Linearity 9545.225 52 183.562 1.396 .065

Within Groups 18143.296 138 131.473

Total 36323.979 191

Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying

Correlations

Asertif CB

Spearman's rho Asertif Correlation Coefficient 1.000 -.482**

Sig. (1-tailed) . .000

N 192 192

CB Correlation Coefficient -.482** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 192 192

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Positive .059

Negative -.087

Test Statistic .087

Asymp. Sig. (2-tailed) .001c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI