cyanide intoxication
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
CYANIDE INTOXICATION
I.PENDAHULUAN
Sianida secara tradisional dikenal sebagai racun dan telah digunakan dalam pembunuhan
massal, dalam bunuh diri, dan sebagai senjata perang. Rasa buah minuman (Kool-Aid) dicampur
dengan potassium cyanide adalah agen penyebab di bunuh diri massal anggota orang di
Jonestown, Guyana, tahun 1978. Pada Perang Dunia II, Nazi menggunakan sianida sebagai agen
genosida di gas chambers. Secara tidak sengaja eksposur untuk sianida juga mungkin, seperti
menghirup asap pada kebakaran di ruang tertutup atau di pekerjaan di mana sianida digunakan
dalam proses industri.1
Struktur molekul sianida terdiri dari kelompok cyano (karbon yang berikatan triple
dengan nitrogen) dalam kombinasi dengan unsur-unsur lain seperti kalium atau hidrogen. Sianida
terdapat dalam bentuk garam, cairan atau gas. Setelah memasuki aliran darah, sianida cepat
bereaksi dengan logam seperti ion besi, mengikat dan menghentikan cascade enzimatik kritis,
menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat dan kardiovaskular.1
Sianida bekerja dengan cepat, suatu bahan kimia yang berpotensi mematikan dan terdapat
dalam berbagai bentuk. Sianida dapat berupa gas tidak berwarna, seperti hidrogen sianida (HCN)
atau sianogen klorida (CNCl), atau bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN) atau kalium
sianida (KCN). Sianida kadang-kadang digambarkan memiliki ‘’bitter almond smell’’, tapi tidak
semua orang dapat mendeteksi bau ini.2
II. SUMBER PAPARAN PADA MANUSIA
Sumber antropogenik (asal manusia) merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya
sianida dalam lingkungan. Zat yang mengandung sianida juga terjadi secara alami dalam buah-
buahan, biji, akar dan daun dari berbagai tanaman, dan dilepaskan ke lingkungan dari proses
biogenik alam dari tanaman yang lebih tinggi, bakteri, dan jamur.3
Sianida dilepaskan paling banyak dari industri logam, besi dan pabrik-pabrik baja, dan
industri kimia organik. Selain itu, asap dari kendaraan dan pembakaran biomass adalah sumber
1
utama dari sianida dilepaskan ke udara. Sumber utama pelepasan sianida di tanah muncul
disebabkan dari tempat pembuangan sampah dengan unsur sianida di limbah.3
III. CARA PAPARAN PADA MANUSIA
Terdapat tiga cara paparan sianida pada manusia, iaitu melalui paparan secara inhalasi,
oral dan secara dermal. Gas sianida dan garam sianida seperti natrium atau kalium sianida yang
cepat diserap melalui inhalasi atau paparan secara oral, tetapi lebih lambat diserap oleh paparan
secara dermal. Setelah inhalasi, sianida dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh. Sianida
dapat didistribusikan dalam tubuh dalam beberapa detik dan kematian dapat terjadi dalam
beberapa menit. 3
a) Inhalasi
Sianida, dalam bentuk hidrogen sianida melalui paparan inhalasi cepat diabsorbsi (dalam
detik). Manusia mempertahankan 58% hidrogen sianida di dalam paru-paru setelah
inhalasi gas tersebut .3
Hidrogen sianida mempunyai bau yang khas, ‘’ bitter almond odor’’, (bau hidrogen
sianida biasanya terdeteksi pada 2-10 ppm), tetapi beberapa individu tidak dapat
mendeteksinya dan ini tidak dapat memberikan peringatan bahwa sudah mencapai
konsentrasi yang berbahaya.4,5
Berikut merupakan waktu untuk kematian setelah inhalasi hidrogen sianida pada
manusia.
Dosis Waktu untuk Kematian
mg m3 ppm
150 135 30 min
200 180 10 min
300 270 segera
Tabel1: Waktu kematian setelah inhalasi hidrogen sianida4
2
b) Oral/ Ingesti
Ingesti hidrogen sianida mungkin cepat menyebabkan terjadinya onset toksisitas sistemik,
termasuk toksisitas non-spesifik sistem saraf pusat (SSP) dan gangguan sistem kardio-
pulmoner. Dyspnoea dan kejang-kejang dapat terjadi di awal keracunan yang parah.4
Penyerapan sianida lewat gastrointestinal mengikuti ingesti kompleks yang mengandung
senyawa besi adalah rendah karena sianida mengikat untuk besi dengan affinitas yang
tinggi.3
Jumlah garam sianida yang dibutuhkan untuk bunuh diri atau pembunuhan berencana
tidak biasanya diketahui sehingga dosis oral beracun sianida pada manusia sulit untuk
ditentukan. Dosis akut lethal oral untuk hidrogen sianida telah dilaporkan di antara 50-90
mg untuk hidrogen sianida dan 200 mg kalium atau natrium sianida (setara dengan 81 mg
dan 110 mg hidrogen sianida, masing-masing)4
c) Dermal
Sianida dapat diabsorpsi melalui kulit yang intak dan dapat mengakibatkan keracunan
sistemik. Absorpsi akan lebih ditingkatkan pada kulit yang mengalami abrasi.4 Paparan
sianida secara dermal biasanya kronik dan didapat di tempat kerja. Pada paparan sianida
secara dermal, masih kurang studi dilakukan.3
IV. PATOMEKANISME
Metabolisme dan Kinetik
Ion sianida (CN-) adalah ion beracun di hidrogen sianida. Toksisitas garam sianida yang
sederhana, seperti kalium dan natrium sianida, adalah mirip dengan hidrogen sianida. Ukuran
kecil dan moderat kelarutan lipid hidrogen sianida memudahkan penyerapan di selaput lendir dan
pengambilan oleh epitel alveolar sebelum didistribusikan di seluruh tubuh.4
Sianida adalah sangat mematikan karena dapat berdifusi ke dalam jaringan dan mengikat
ke sel target dalam beberapa saat. Eksposur secara intravena dan inhalasi akan menghasilkan
onset tanda dan gejala yang lebih cepat daripada ingesti oral karena melalui inhalasi, akan
3
menyebabkan difusi yang cepat dan distribusi secara langsung ke organ target via pembuluh
darah.
Pada eksposur secara ingesti, mungkin menghasilkan penundaan dalam tanda dan gejala
karena konsentrasi yang meningkat dalam darah.1 Penyerapan hidrogen sianida dari lambung
juga cepat, dengan lingkungan asam menguntungkan bentuk terionisasi bebas dan memfasilitasi
penyerapan. Sianida yang diserap dari saluran pencernaan mengalami metabolisme pertama di
hati. Konsumsi garam sianida yang sederhana akan cepat menhasilkan pembentukan hidrogen
sianida di lambung seperti ion bebas sianida terikat dengan ion hidrogen dalam keadaan lambung
yang asam. Sianida akan kemudian diabsorpsi di melalui kulit utuh karena kelarutan lipidnya.4
Setelah eksposur melalui tiga rute yang telah dijelaskan di atas, metabolisme sianida
adalah seperti berikut. Toksisitas ion sianida dimediasi terutama oleh afinitas yang tinggi untuk
ion besi dari sitokrom c oksidase dalam mitokondria, komponen utama dalam respirasi oksidatif.
Interaksi ini stabil tapi reversibel akan memblokir tahap terakhir pada rantai transfer elektron,
menghasilkan hipoksia selular dan pergeseran dari respirasi selular aerobik ke anaerobik,
mengarah ke deplesi selular ATP, asidosis laktat dan kemudian kematian sel dan jaringan.1,4,6
Metabolisme ion sianida terutama melibatkan konversi kepada tiosianat (SCN-) oleh
enzim rhodanese, dengan sekitar 80% dari sianida yang terdetoksikasi oleh rute ini. Ini
memerlukan sulphane-sulfur sebagai co-factor iaitu satu atom yang berikatan dengan atom sulfur
lainnya seperti garam thiosulphate (misalnya natrium thiosulphate). Konversi ini ireversibel dan
ion tiosianat mungkin kemudian menjadi mudah diekskresikan dalam urin. Oleh karena itu,
sianida tidak mungkin menumpuk di jaringan manusia setelah paparan kronis secara oral.
Sianida juga dapat dimetabolisme oleh jalur yang lain termasuk sianida dengan kobalt di
hydroxocobalamin untuk membentuk Sianokobalamin (vitamin B12). Kedua jalur ini telah
dimanfaatkan dalam terapi antidote untuk keracunan sianida. 1,4
Sementara sebagian besar sianida yang diabsorpsi diekskresikan dalam urin sebagai
tiosianat, sejumlah kecil ion sianida bebas juga diekresikan melalui paru-paru, keringat, urin dan
air liur. Waktu paruh plasma sekitar 20 menit sampai 1 jam telah diperkirakan untuk sianida pada
manusia.4
4
Gambar 1: Metabolisme sianida: enzim rhodanese mengatalisis konversi sianida kepada
tiosianat nontoksik di hati, dan tiosianat kemudian diekskresikan melalui ginjal.1
Gambar 2 : Efek sianida pada respirasi selular: sianida mengikat ion besi secara reversible di
sitokrom oksidase a3 dalam mitokondria, yang secara efektif menghentikan respirasi sel dengan
menghalangi reduksi oksigen menjadi air.1
5
Gambar 3: Proses yang terlibat dalam metabolisme sianida3
LCt50 ( concentration-time mampu membunuh 50 % dari kelompok terkena ) untuk
hydrogen sianida adalah 2500-5000 mg/min/m3. Lethal dosis oral hydrogen sianida dan garam
sianida ini diperkirakan akan menjadi 50 mg dan, 100-200 mg masing-masing. Yang LD50
( dosis mampu membunuh 50 % terkena kelompok ) untuk eksposur kulit diperkirakan menjadi
100 mg per kilogram. Eksposur uap dalam konsentrasi tinggi ( pada atau di atas LCt50 )
biasanya dapat menyebabkan kematian dalam 6-8 menit.6
V. GEJALA KLINIS
Sianida memiliki efek toksik yang tinggi pada semua jalur paparan. Dapat mempengaruhi
sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, dan mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.
Paparan dalam konsentrasi lebih rendah mengakibatkan iritasi pada mata, sakit kepala, nausea,
muntah yang dapat berlanjut pada koma dan kematian. Sianida mengakibatkan asfiksia pada sel
tubuh dengan melakukan ikatan pada sitokrom oksidase pada mitokondria, sehingga
6
menghalangi penggunaan oksigen untuk metabolisme seluler tubuh. Sistem saraf dan
kardiovaskuler sangat sensitif terhadap efek toksik zat tersebut. 6,7
Secara lebih khusus, gejala yang bisa timbul setelah paparan konsentrasi rendah pada
kasus korban inhalasi diantaranya adalah nyeri kepala, pusing, nyeri tenggorokan, nyeri dada,
gatal pada kulit,iritasi pada mata dan hiperventilasi. Paparan konsentrasi tinggi gas hidrogen
sianida dapat membuat seseorang tidak sadar dalam hitungan detik dan dapat menyebabkan
koma dan kematian dalam beberapa menit.4,6
Pada kasus korban ingesti pula bisa ditemukan gejala akibat konsumsi hidrogen sianida
cepat dapat mengakibatkan timbulnya toksisitas sistemik termasuk non-spesifik SSP dan efek
kardio-pulmoner. Sesak dan kejang-kejang mungkin terjadi lebih awal dalam keracunan yang
parah mencatat setelah konsumsi sengaja senyawa sianida dapat mencakup mual, muntah dan
pingsan. Pasien mungkin tidak responsif terhadap rangsangan yang menyakitkan dan gelisah,
gerakan dengan decorticate posturing tungkai atas dan tungkai bawah.4,6
Sianida dapat diserap di kulit terutama melalui luka dan dapat mengakibatkan toksisitas
sistemik. Dapat juga muncul kelainan pernapasan (termasuk pernapasan Cheyne-Stokes),
vasokonstriksi perifer dan ekstravasasi plasma bersama dengan koma telah dicatat pada manusia
setelah kecelakaan yang melibatkan perendaman dalam waduk yang mengandung tembaga atau
solusi potasium sianida.4
VI. PENEMUAN OTOPSI
1. Pemeriksaan luar
a. Bau
Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang kiranya ditelan oleh
korban. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus menekan dada mayat untuk
menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut
mayat. Pada keracunan sianida, dapat tercium bau bitter almond yang patognomonis untuk
keracunan sianida. Bau tersebut harus cepat dapat ditentukan karena indra penciuman cepat
teradaptasi sehingga tidak dapat merasakan bau khas tersebut. Harus dingat bahwa tidak semua
7
orang dapat mencium bau sianida karena kemampuan untuk mencium bau khas tersebut bersifat
genetik sex-linked trait. Sehingga bau amandel ini tidak dapat digunakan sebagai panduan
karena 40% sampai 60% populasi tidak dapat mendeteksi bau ini.8,9,10
b. Lebam mayat
Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna lebam mayat
pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. Pada pemeriksaan luar,
penampilan mayat dengan intoksikasi sianida sangat bervariasi. Secara umum, lebam mayat pada
intoksikasi sianida berwarna merah bata, dikarenakan kadar oxyhaemoglobin berlebihan (karena
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen) dan kehadiran cyanmethaemoglobin. Banyak
deskripsi lain merujuk pada kulit pink gelap atau bahkan cerah, yang dapat menyerupai
carboxyhaemoglobin pada intoksikasi gas CO. Beberapa kasus menunjukkan lebam mayat
sianosis gelap yang jelas, mungkin disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dari sel-sel merah
akibat kelumpuhan otot pernafasan.10
Lebam mayat berwarna merah terang dapat pula ditemukan pada mayat yang
didinginkan, keracunan CO (karbon monoksida), atau akibat infeksi oleh jasad renik yang
mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksihemoglobin. Meskipun
demikian, masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat yang didinginkan
dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang. Juga pada
mayat yang didinginkan warna merah terang lebam mayatnya tidak merata selalu masih
ditemukan daerah yang keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, visera
dan darah juga berwarna merah terang.10
Dari pemeriksaan luar belum ada bukti yang bisa membedakan sama ada cara paparan
sianida melalui inhalasi, ingesti atau kontak/dermal. Makanya pemeriksaan dalam adalah penting
untuk menentukan cara paparan sianida pada korban dan bisa sangat membantu dalam proses
penyidikan.8,9,10
2. Pemeriksaan dalam
Sianida bereaksi melalui hubungan dengan atom besi ferri dari sitokrom oksidase yang
mencegah pengambilan oksigen untuk pernafasan sel. Sianida tidak dapat disatukan langsung
8
dengan hemoglobin, tapi dapat disatukan oleh intermediary compound methemoglobin. Sianida
cukup korosif diantara alkali lainnya, dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat yang
tidak berhubungan dengan keracunan yang lebih umum melalui inhibisi enzim.Segera setelah
rongga dada dan perut dibuka, dapat ditemukan bau amandel yang khas untuk intoksikasi
sianida. Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium "bau racun" maka sebaiknya rongga tengkorak
dibuka terlebih dahulu agar bau visera perut tidak menyelubungi bau tersebut, terutama bila
dicurigai adanya keracunan sianida. Bau sianida, alkohol, kloroform, dan eter akan tercium
paling kuat dalam rongga tengkorak. Bau amandel dapat tercium pada waktu membuka rongga
dada, perut, otak, serta lambung.8,10
Pada kasus korban inhalasi didapatkan keracunan sianida dapat menimbulkan kematian
secara cepat, sehingga darah dalam jantung dan pembuluh darah besar tetap cair dan tidak
terdapat bekuan darah. Bagian kanan kiri biasanya dipenuhi oleh darah berwarna merah
terang.Perdarahan peteki juga ditemukan pada konjuntiva,kelenjar thymus, lien,jantung dan paru.
Perdarahan juga diperhatikan pada trakea Pada traktus respiratorius, lumen tracheobronchial
dapat mengandung cairan, kadang darah. Paru tampak kongestif, edematous, dan dapat
memberikan bau asam hidrosianat.9,10
Pada kasus korban ingesti sianida, lapisan mukosa lambung bisa rusak parah dan dapat
terlihat sebagai permukaan hitam dan terkikis, akibat kerusakan mukosa yang diwarnai oleh
darah yang membentuk hematin alkali. Pada perabaan, mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat
mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau posmortal. Hal ini terutama
karena sifat sangat basa dari natrium terhidrolisa atau garam kalium sianida. Hidrogen sianida itu
sendiri tidak menyebabkan kerusakan tersebut. Sehingga gambaran ini tidak akan tampak pada
keracunan hydrocyanic acid. Dalam kasus yang ringan, lapisan mukosa lambung akan tercoreng
dengan striae merah gelap, di mana rugae telah terkikis sementara lipatan antarrugae relative
tidak terluka. Lambung mungkin berisi darah akibat erosi dan perdarahan di dinding. Jika sianida
di larutan encer, mungkin ada sedikit kerusakan di lambung, selain dari warna mukosa merah
muda dan mungkin beberapa pendarahan petechial. Mungkin juga ditemukan kristal atau bubuk
putih yang tidak bercampur, dengan bau seperti almond. Seluruh viscera mengalami kongesti,
dengan mukosa lambung dan usus berwarna kemerahan dengan kongesti. Sianida biasanya
menyebabkan kematian secara cepat, sehingga sedikit isi lambung akan lolos ke dalam usus.
9
Esophagus mungkin mengalami kerusakan, terutama mukosa 1/3 bawah, meskipun beberapa dari
ini mungkin perubahan postmortem dari regurgitasi isi lambung melalui relaksasi sfingter
kardiak setelah kematian..8,10
Pemahaman manusia tentang penemuan otopsi pada korban akibat cara paparan melalui
dermal adalah masih sedikit. Belum ada data tentang penemuan otopsi pada korban dermal
adalah karena kasusnya jarang terjadi.4
VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sianida bisa diukur dalam plasma, sel darah merah, darah lengkap atau urin. Dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan tekanan partial oksigen (PO2)
dengan adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah dan urin sangat penting pada mereka yang
sering terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis
terapi. Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.1,11
Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka
pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena
waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat dapat
berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan sangat penting dalam
menentukan hasil pemeriksaan.11
Analisa Gas Darah
Asidosis metabolik dan penurunan saturasi oksigen dibawah 10% bermakna dalam
penegakan diagnosis. Apneu dapat timbul jika terjadi gabungan asidosis metabolik dan asidosis
respiratori.11,12
Kadar laktat dalam darah
Konsentrasi plasma laktat meningkat lebih dari 10 mmol/L dalam kondisi menghirup
asap sedangkan meningkat lebih dari 6 mmol/L jika diduga kuat mengalami keracunan sianida
murni atau terpapar sianida secara signifikan.11
10
Konsentrasi sianida dalam sel darah merah dan plasma darah
Penilaian konsentrasi sianida dalam darah umumnya tidak dapat membantu dalam
penanganan keracunan akut. Pada paparan sianogen, tes ini baru dapat digunakan sebagai
penunjang terapi dalam beberapa hari setelah kejadian.11
Konsentrasi sianida dalam darah dapat meningkat secara artifisial setelah pemberian
penawar sodium nitrat yang disebabkan oleh pelepasan sianida dari sianomethemoglobin selama
proses analisa yang menggunakan asam kuat.11
Kadar Karboksihemoglobin
Kadar karboksihemoglobin (HbCO) atau konsentrasi karbon monoksida dalam darah
dapat ditemukan pada pasien dengan inhalasi asap. Hal ini berguna untuk menyingkirkan
paparan yang bersamaan. Pengukuran HbCO meningkat secara artifisial pada sample darah yang
diambil pada pasien yang telah mendapatkan terapi hidroksikobalamin.11
Evaluasi Asidosis Metabolik
Konsentrasi metanol, etilen, glisol, besi, keton, dan salisilat dalam darah dapat digunakan
dalam mengevaluasi asidosis metabolik. Walaupun hasilnya tertunda, penanganan tidak boleh
ditunda jika dicurigai terjadi paparan sianida.11
Kadar Methemoglobin
Kadar methemoglobin memberikan panduan terapi lanjutan setelah penggunaan
peanawar yang bersifat merangsang methemoglobin seperti natrium nitrat.
Adanya methemoglobin menunjukkan bahwa ada atau tidaknya sianida bebas yang
berikatan sebab methemoglobin berikatan dengan sianida untuk membentuk
sianomethemoglobin. Peningkatan kadar methemoglobin (>10%) mengindikasikan bahwa terapi
nitrat lebih lanjut tidak dianjurkan karena dapat membahayakan.11
Uji kertas saring
11
Kertas saring dicelupkan kedalam larutan asam piknat jenuh, biarkan hingga
menjadilembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai
agak mengering, kemudian teteskan Na2CO3 10% 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.
Kertas saring dicelup dalam larutan KCL, dikeringkan dan dipotong-potong kecil. Kertas
tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan berubah menjadi merah
terang karena terbentuk sianmethemoglobin. 11
Reaksi Schonbein-Pagenstecher
Masukan 50 mg isi lambung/ jaringan kedalam tabung elenmeyer. Kertas saring
dicelupkan kedalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu celupkan kedalam
larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan diatas jaringandalam botol . Botol
tersebut dihangatkan. Bila reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Reaksi ini tidak spesifik.11
IX. ASPEK MEDIKOLEGAL
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan dapat dibagi dalam dua kelompok
berdasarkan tujuan pemeriksaan itu sendiri. Yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab
kematian, sedangkan yang kedua bertujuan untuk mengetahui suatu peristiwa. Biasanya racun
bisa digunakan untuk membunuh, tapi keracunan bisa terjadi secara tidak sengaja pada pekerja
yang sering terpapar dengan sianida. Apabila terdapat racun pada barang bukti harus disebutkan
jenis racun tersebut untuk kemudian membuat kesimpulan hasil pemeriksaannya dalam bentuk
berita acara/laporan pemeriksaan. Dasar – dasar yang membuktikan bahwa seseorang telah
diracuni adalah penemuan pemeriksaan di tempat kejadian, pemeriksaan forensik dan
pemeriksaan toksikologi.13
Pasal 133 KUHAP berbunyi :
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya.
12
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.13
13