ct scan pis fix

61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Computed Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia digunakan sejak tahun 1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer, dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992) Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali hingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. (Tortorici,1995) Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan diagnosa yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi konvensional karena dapat membedakan soft tissue, lemak, udara dan tulang pada irisan cossectional dan dapat direformat menjadi tiga dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan. Salah 1

Upload: clarintaucha

Post on 28-Dec-2015

91 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: CT SCAN PIS FIX

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Computed Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT)

diperkenalkan sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia

digunakan sejak tahun 1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi

sinar-x, komputer, dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis

tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992)

Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat men-scaning tubuh dengan

irisan melintang tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan

teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat

kembali hingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan

bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. (Tortorici,1995)

Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat

memberikan diagnosa yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi

konvensional karena dapat membedakan soft tissue, lemak, udara dan tulang

pada irisan cossectional dan dapat direformat menjadi tiga dimensi sehingga

terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan. Salah satu manfaatannya yaitu untuk

pemeriksaan CT-Scan kepala.

Untuk melihat kelainan-kelainan yang terjadi dibagian kepala biasanya

dilakukan pemeriksaan radiologi konvensional, angiografi CT-Scan ataupun

MRI. Pemeriksaan radiologi konvensional dilakukan jika peralatan yang tersedia

hanya konvensional atau karena kelainan yang diderita pasien mudah dideteksi,

misalnya karena trauma ringan. Akan tetapi, untuk kasus trauma kepala yang

disertai penurunan kesadaran atau gejala neurologis lainnya seperti pada kasus

cedera kepala sedang (CKS) dianjurkan untuk dilakukam pemeriksaan

penunjang awal dengan CT-Scan.

Pada pemeriksaan CT-Scan diperlukan suatu teknik untuk menentukan

daerah dan luas lapangannn yang akan discanning. Untuk pemeriksaan CT-Scan

1

Page 2: CT SCAN PIS FIX

kepala teknik yang digunakan adalah dua range. Range pertama dimulai dari

basis cranii sampai pars petrosum, sedangkan range kedua dari pars petrosum

sampai vertex. Ketebalan range pertama lebih tipis dibandingkan dengan range

kedua. (Naseth, 2000)

2

Page 3: CT SCAN PIS FIX

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Fisiologi Kepala

Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang picak yang bentuknya

melengkung, satu sama lain, dan berhubungan erat sekali. Tengkorak

terdiri atas dua bagian yaitu: tengkorak otak dan tengkorak wajah.

a. Gubah tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:

1) Os Frontal (bagian depan)

2) Os Parietal (bagian tengah)

3) Os Occipital (bagian belakang)

b. Dasar tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:

1) Os Sphenoidalis, tulang yang terdapat di tengah-tengah dasar

tengkorak dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang

sayap.

2) Os Ethmoidalis, terletak di sebelah depan dari Os Sphenoidalis di

antara lekuk mata.

Selain kedua tulang di atas, dasar tengkorak dibentuk pula oleh

tulang-tulang lain seperti tulang kepala belakang, tulang dahi, dan

tulang pelipis.

c. Samping tengkorak, yang dibentuk oleh tulang-tulang:

1) Tulang pelipis

2) Sebagian tulang dahi

3) Tulang ubun-ubun

4) Tulang baji

d. Tengkorak wajah

Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari

tengkorak otak. Di dalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga

3

Page 4: CT SCAN PIS FIX

yang membentuk rongga mulut (cavuum oris), rongga hidung (cavum

nasi), dan rongga mata (cavum orbita).

Tengkorak wajah terdiri dari dua bagian:

1) Bagian hidung

a) Os Lacrimal (tulang mata), letaknya di sebelah kanan atau

kiri pangkal hidung, di sudut mata.

b) Os Nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga

hidung dan bentuknya berlipat-lipat.

c) Septum Nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari

tulang tapis yang tegak.

2) Bagian rahang

a) Os Maksilaris (tulang rahang atas)

b) Os Zygomaticum, tulang pipi yang terdiri dari dua tulang kiri

dan kanan.

c) Os Palatum (tulang langit-langit), terdiri dari dua buah tulang

kiri dan kanan.

d) Os Mandibularis (tulang rahang bawah), terdiri dari dua

bagian yaitu bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu

dipertengahan dagu. Di bagian depan dari mandibula terdapat

prosesus coracoid, tempat melekatnya otot.

Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang

bergerigi yang disebut sutura.

Sutura-sutura itu adalah:

1) Sutura Coronalis, yaitu yang menghubungkan antara os frontal dan

os parietal.

2) Sutura Sagitalis, yaitu yang menghubungkan os parietal kiri dan

kanan.

3) Sutura Lambdoidea, yaitu yang menghubungkan antara os parietal

dan os occipital.

4

Page 5: CT SCAN PIS FIX

2. Anatomi Fisiologi Otak

a. Otak (Brain)

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak merupakan

dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium)

yang dibungkus oleh suatu lapisan yang kuat. Otak terdiri dari otak

besar (Cerebrum), batang otak (Trunchus Enchepali), dan otak kecil

(Cerebellum). (Syaifudin, 1997)

1) Otak Besar (Cerebrum)

Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari

otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga

tengkorak. Otak mempunyai dua permukaan yaitu permukaan

atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh

lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks cerebral dan

zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut

saraf. (Syaifudin, 1997)

Fungsi Otak Besar, yaitu:

- Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

- Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal,

intelegensi, keinginan dan memori.

- Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

5

Page 6: CT SCAN PIS FIX

Gambar 1. Penampang melintang otak (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar 1 :

1. Medulla oblongata

2. Pons

3. Otak tengah

4. Meningens

5. Otak depan

6. Cerebrum

7. Konvolusi

8. Dienchepalon

9. Cerebellum

10. Hind brain

11. Medula spinal

2) Batang Otak (Truncus Enchepali)

Batang otak terdiri dari beberapa bagian.

a) Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat

diantara cerebellum dengan mesenchepalon. (Syaifudin,

1997)

Fungsi disenchepalon:

6

Page 7: CT SCAN PIS FIX

- Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.

- Respiratory, membantu proses persarafan.

- Mengontrol kegiatan refleks.

- Membantu pekerjaan jantung.

b) Mesenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat

bagian yang menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut

corpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah

disebut corpus kuadrigeminus inferior. (Syaifudin, 1997)

Fungsi mesenchepalon:

- Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.

- Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

c) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan

mesenchepalon dengan pons naroli dan cerebellum terletak di

depan cerebellum diantara otak tengah dan medulla

oblongata, disini terdapat premoktosid yang mengatur

gerakan pernafasan dan refleks. (Syaifudin, 1997)

Fungsi pons varoli:

- Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga

antara medulla oblongata dengan cerebellum atau otak

besar.

- Pusat saraf nervus trigeminus.

d) Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.

(Syaifudin, 1997)

Fungsi medulla oblongata:

- Mengontrol pekerjaan jantung.

- Mengecilkan pembuluh darah (vase konstruktor).

- Pusat pernafasan (respiratory).

- Mengontrol kegiatan refleks.

7

Page 8: CT SCAN PIS FIX

e) Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan

belakang tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura

trans versalis dibelakangi oleh pons varoli dan di atas

medulla oblongata. (Syaifudin, 1997)

Fungsi otak kecil:

- Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk

keseimbangan dan rangsangan pendengaran otak.

- Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat

penerima impuls dan nervus vagus kelopak mata rahang

atas, rahang bawah, dan otot pengunyah.

- Neocerebellum (pontocerebellum), korteks cerebellum

menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan

yang akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan.

Gambar 2. Otak dengan piameter (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar:

1. Vena-vena serebri superior

2. Lobus frontalis

3. Vena serebri media

4. Vena-vena serebri inferior

5. Rolandi

8

Page 9: CT SCAN PIS FIX

6. Serebellum

7. Medulla oblongata

8. Lobus temporalis

b. Selaput Otak (Meningen)

Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,

melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan

cairan sekresi (cairan cerebro spinalis). Memperkecil benturan atu

gerakan yang terdiri dari tiga lapisan. ( Syaifudin, 1997)

1) Durameter (lapisan sebelah luar)

Selaput keras pembunaringgkus otak yang berasal dari

jaringan ikat dan kuat dibagian tengkorak terdiri dari selaput

tulang tengkorak dan durameter propia dibagian dalam di canalis

vertebralis, kedua lapisan ini terpisah. (Syaifudin, 1997)

2) Arakhnoid (lapisan tengah)

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter

dengan piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi

cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.

(Syaifudin, 1997)

3) Piameter (lapisan sebelah dalam)

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan

otak. Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-

struktur jaringan ikat yang disebut trakekel. (Syaifudin, 1997)

c. Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak

yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel

epitel yang membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan

mengandung CSF (Cerebrospinal Fluid). Ventrikel otak terdiri dari

ventrikel lateral, ketiga dan keempat. (Price Sylvia, 1995)

9

Page 10: CT SCAN PIS FIX

d. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid kedalam

ventrikel-ventrikel yang ada dalam otak. Cairan tersebut masuk

kedalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga kedalam

ruang subarachnoid melalui celah-celah yang terdapat pada ventrikel

ke empat.

Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang

subarachnoid berkisar antara 120-180 ml pada orang dewasa, 100-

140 ml pada anak umur 8-10 tahun, dan 40-60 ml pada bayi. Pada

orang dewasa, produksi cairan serebrospinal selama 24 jam

berjumlah 430-500 ml, ini berarti dalam 24 jam cairan serebrospinal

diganti sebanyak tiga kali. (Woodruff WW, 1993)

B. PERDARAHAN INTRAKRANIAL

1. Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah perdarahan antara tulang kranial dan

dura mater, yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea

media.9 Kelainan ini pada fase awal tidak menunjukkan gejala atau tanda.

Baru setetelah hematoma bertambah besar akan terlihat tanda pendesakan

dan peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami mual dan

muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala neurologik yang

terpenting adalah pupil mata anisokor yaitu pupil ipsilateral melebar. Ciri

khas hematoma epidural murni adalah terdapatnya interval bebas antara

saat terjadinya trauma dan tanda pertama yang berlangsung beberapa

menit sampai beberapa jam. Jika hematoma epidural disertai dengan

cedera otak seperti memar otak, interval bebas tidak akan terlihat,

sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur. Gejala perdarahan

epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin

menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi

10

Page 11: CT SCAN PIS FIX

hemiparese kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan

parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran

(biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari. 7

2. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terletak diantara

duramater dan serebrospinal. Perdarahan subdural merupakan perdarahan

intrakranial yang paling sering terjadi. Karakteristik perdarahan subdural

biasanya dibagi berdasarkan ukuran, lokasi dan lama kejadian.

a. Perdarahan subdural akut

Secara umum perdarahan subdural akut terjadi dibawah 72 jam dan

biasanya pasien dalam keadaan koma. 85 % persen pasien yang koma

memiliki gambaran kontusio parenkim. Gejala klinis perdarahan subdural

akut dapat berupa pusing, mual, bingung, perubahan kepribadian,

penurunan kesadaran, sulit berbicara, dilatasi pupil ipsilateral dari

hematoma, hemiparese kontralateral hematoma dan lemah anggota gerak.

b. Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi dari hari ketiga hingga

minggu ketiga setelah cedera.

c. Perdarahan subdural kronis

Perdarahan subdural kronis biasanya terjadi setelah 21 hari atau lebih. 25

hingga 50 persen dari pasien yang menderita perdarahan subdural kronis

tidak memiliki riwayat trauma kepala, biasanya trauma kepala yang terjadi

adalah trauma kepala ringan. Gejala klinis dari perdarahan ini dapat berupa

penurunan kesadaran, pusing, kesulitan berjalan atau keseimbangan,

disfungsi kognitif atau hilang ingatan, perubahan kepribadian, defisit

motorik, kejang, dan inkontinensia. 8

3. Perdarahan Subserebrospinal

Perdarahan subserebrospinal adalah ekstravasasi darah ke dalam

rongga subaraknoid yang terdapat di antara lapisan piamater dan membran

araknoid. Etiologi yang paling sering dari perdarahan subaraknoid non

traumatik adalah pecahnya aneurisma intrakranial (berry aneurism).

11

Page 12: CT SCAN PIS FIX

Gejala klinisnya biasanya tampak sepuluh hingga dua puluh hari setelah

terjadinya ruptur. Gejala yang paling sering berupa sakit kepala, nyeri

daerah orbital, diplopia, gangguan penglihatan, gangguan sensorik dan

motorik, kejang, ptosis, disfasia.9

4. Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada

ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi

perdarahan intraserebral. 10

5. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada

jaringan otak yang semakin lama semakin banyak dan menimbulkan

tekanan pada jaringan otak sekitar. Hal ini menyebabkan peningkatan

tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan konfusi dan letargi. Gejala

klinis biasanya timbul dengan cepat bergantung pada lokasi perdarahan.

Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, nausea, muntah, letargi atau

konfusi, kelemahan mendadak atau kebas pada wajah, tangan atau kaki

yang biasanya pada satu sisi, hilangnya kesadaran, hilang penglihatan

sementara, dan kejang.11

PERDARAHAN INTRASEREBRAL

A. Definisi 

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan

otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan

otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang

kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan

didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika

Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis

tengah, Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan

neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi

hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang

12

Page 13: CT SCAN PIS FIX

menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang

menentukan prognose perdarahan subdural (Bajamal A.H , 1999). Intra

Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi

otak .Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala

sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul .

(Brunner dan suddart,2002). Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan

koleksi darah focus yang biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau

robekan rotasional terhadap pembuluh –pembuluh darah dalam jaringan

fungsi otak atau kadang kerena cidera tekanan .ukuran hematom

bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat

terjadi pada 2- 16 kasus cidera. (setya negara,1998). Intra secerebral

hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri . hal ini

dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala

terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita strok

hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.(corwin,1997)

B. Etiologi 

Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :

- Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala

- Fraktur depresi tulang tengkorak

- Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba

- Cedera penetrasi peluru

- Jatuh

- Kecelakaan kendaraan bermotor

- Hipertensi

- Malformasi Arteri Venosa

- Aneurisma

- Distrasia darah

- Obat

- Merokok

C. Patofisiologi

13

Page 14: CT SCAN PIS FIX

ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas

kemedial kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih

yang relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu

dari arteria perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral media

dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai arteria

lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria

perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang

sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan. Lebih

jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada pons

atau hemisfer serebeler. ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan

fisik. Sekitar duapertiga akan mengalami perburukan neurologis

progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah

sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh

kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-

40% kasus. Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang

kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung

ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan

ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan

gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan

pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat

peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer

dominan terkena.

Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara:

1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama

pada kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia

basal rusak.

2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan

yang kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan

penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel.

80% pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari

hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan kasus hematoma memecah

kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran

14

Page 15: CT SCAN PIS FIX

klinis PSA. Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90%

terjadi antara usia 45-75 tahun. Pasien dengan koagulopatia lebih

berisiko terhadap PIS seperti juga penderita yang mendapat antikoagulan

terutama Coumadin. Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari

20.000, penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin

meninggikan risiko terjadinya PIS. ICH terjadi pada teritori vaskuler

arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada ganglia basal,

talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons.

Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer

serebral. Berikut ini struktur beserta frekuensi kejadiannya: putamen 30-

50%, substansi putih subkortikal 30%, serebelum 16%, talamus 10-15%,

serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan

adalah cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang

mencatu putamen. ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti

dijelaskan diatas, ia disebabkan oleh perdarahan arterial langsung ke

parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada aneurisma milier

kecil, dijelaskan oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria

lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi.

Minoritas kasus PIS kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM,

malformasi kavernosa, amiloid serebral, atau tumor. Glioblastoma adalah

tumor otak primer yang paling sering mengalami perdarahan, sedangkan

melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor metastatik

yang tersering menimbulkan perdarahan. Kematian akibat ICH sekitar

50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit neurologis

nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung

pada derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran perdarahan.

Pasien sadar tentu lebih baik dari pada pasien koma. Penelitian Dixon

1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor terpenting atas

outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma lober

superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih

dalam. Perluasan klot ke sistema ventrikuler memperburuk outcome.

Pasien dengan perdarahan dengan diameter lebih dari 3 cm atau

15

Page 16: CT SCAN PIS FIX

volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan kondisi medis

buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung mempunyai

outcome buruk. Penelitian Herbstein dan Schaumberg 1974 dengan

menyuntikkan eritrosit yang dilabel radioaktif memperlihatkan bahwa

fase aktif perdarahan saat PIS akuta berakhir dibawah dua jam.

Perburukan selanjutnya diduga sebagai edema otak reaktif yang dapat

dikurangi dengan evakuasi secara bedah terhadap klot darah.

C. Manifestasi Klinis

Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah

orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama

aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan

ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan

menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. 

Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati

rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang

kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan

kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang

berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau

kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa

dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.

menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral

Hematom yaitu :

Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan

membesarnya hematom.

Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.

Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.

Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra

cranium.

Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan

gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.

16

Page 17: CT SCAN PIS FIX

Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan

peningkatan tekanan intra kranium.

D. Penatalaksanaan Medis

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan

stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic,

khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis.

Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal

dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali

sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun

begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.

Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik,

dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena

membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan

antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa

memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti : 

• Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse. 

• Transfusi atau platelet. 

• Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan

platelet (plasma segar yang dibekukan). 

• Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam

darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).

Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan

tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan

hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.

Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih,

lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang parah.

Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan

pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus,

kesembuhan yang baik adalah mungkin.

Menurut Satya negara (1998) Intra Cerebral Hematom tidak selalu perlu

17

Page 18: CT SCAN PIS FIX

di operasi. Tindakan evaluasi ditujukan bila ada perburukan klinis yang

progresif. Walaupun secara klinis tampaknya ada perbaikan, dilain pihak

tidak menunjukan perbaikan prognosa jangka panjang.

Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral

Hematom adalah sebagai berikut :

Observasi dan tirah baring terlalu lama.

Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi

hematom secara bedah.

Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.

Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.

Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk

pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.

Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan

laboratorium lainnya yang menunjang.

Menurut Hudak Gallo (1996) penanganan pasien dengan hematom intra

cerebral masih bersifat controversial apakah harus dilakukan

pembedahan atau penanganan medis adalah paling baik. Intervensi bedah

digunakan hanya bila lesie terus meluas dan menyebabkan

penyimpangan neurologis lanjut.

C. CT SCAN

1. Definisi CT-Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x,

komputer dan televisi sehingga mampu menampilkan gambar anatomis

tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice. (Rasad, 1992)

Prinsip kerja CT-Scan hanya dapat men-scanning tubuh dengan

irisan melintang (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan

teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat

diformat kembali sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital,

oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek tersebut.

(Tortorici, 1995)

18

Page 19: CT SCAN PIS FIX

2. Perkembangan CT-Scan

Godfrey Hounsfield seorang insinyur dari EMI Limited London

dengan James Ambrose seorang teknisi dari Atkinson Morley’s Hospital

di London, Inggris pada tahun 1970 memperkenalkan Computed

Tomography Scanning atau CT-Scan. (Ballinger, 1995)

a. Scanner Generasi Pertama

Prinsip scanner generasi pertama menggunakan pancaran sinar-x

model pencil yang diterima oleh satu atu dua detector. Waktu yang

dicapai 4,5 menit untuk member informasi yang cukup pada satu

slice dari rotasi tabung dan detector sebesar 180 derajat.

b. Scanner Generasi Kedua

Scanner generasi ini mengalami perbaikan besar dan terbukti

pancaran sinar-x model kipas dengan menaikkan jumlah detector

sebanyak 30 buah dengan waktu scanning yang sangat pendek, yaitu

15 detik per slice atau 10 menit untuk 49 slice.

c. Scanner Generasi Ketiga

Scanner generasi ketiga ini dengan kenaikan 960 detektor yang

meliputi bagian tepi berhadapan dengan tabung sinar-x yang saling

rotasi memutari pasien dengan membentuk lingkaran 360 derajat

secara sempurna untuk menghasilkan satu slice data jaringan. Waktu

scanning hanya berkisar satu detik.

d. Scanner Generasi Keempat

Sekitar tahun 1980 scanner generasi ini diperkenalkan dengan

teknologi fixed-ring yang mempunyai 4800 detektor. Saat

pemeriksaan berlangsung, tabung sinar-x berputar 360 derajat

mengelilingi detector yang diam. (Bontrager, 2000)

Generasi terakhir dari CT-Scan disebut CT Helical atau CT

spiral. Kelebihan dari tipe ini penggambaran organ akan lebih cepat

dan radiographer dapat mengolah data menjadi gambar tiga dimensi

melalui pengolahan komputer. (PROTEKSI, 1998)

19

Page 20: CT SCAN PIS FIX

3. Komponen Dasar CT-Scan

CT-Scan mempunyai dua komponen utama yaitu scan unit dan

operatir konsul. Scan unit biasanya berada didalam ruang pemeriksaan

sedangkan operator konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol.

Scan unit terdiri dari dua bagian yaitu gentry dan couch (meja

pemeriksaan).

a. Gentry

Didalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan

meja tersebut bergerak menuju gentry. Gentry ini terdiri dari

beberapa perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk

menghasilkan suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain

tabung sinar-x, kolimator dan detector.

1) Tabung Sinar-x

Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-x sangat mirip

dengan tabung sinar-x konvensional namun perbedaannya

terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output

yang tinggi.

2) Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur

membatasi jumlah sinar-x yang sampai ke tubuh pasien serta

untuk meningkatkan kualitas gambaran. Tidak seperti pada

pesawat radiografi konvensional, CT-Scan menggunakan dua

buah kolimator. Kolimator pertama diletakkan pada rumah

tabung sinar-x yang disebut pre-pasien kolimator. Dan kolimator

kedua diletakkan diantara pasien dan detector yang disebut pre-

detektor kolimator atau post pasien kolimator.

3) Detektor

Selama eksposi berkas sinar-x (foton) menembus pasien

dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang

20

Page 21: CT SCAN PIS FIX

telah ter-atenuasi kemudian ditangkap oleh detector. Detector

memiliki dua tipe, yaitu detektor solide state dan detektor isian

gas.

b. Couch (Meja Pemeriksaan)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan

pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya

bahan ini maka sinar-x yang menembus pasien tidak terhalangi

jalannya untuk menuju ke detector. Meja ini harus kuat dan kokoh

mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja

bergerak kedalam gentry.

Konsul tersedia dalam beberapa variasi. Model yang lama msih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan

sendiri dan untuk perekaman dan percetakan gambar. Model yang baru

sudah memakai sistem satu konsul dimana banyak memiliki kelebihan

dan fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu: sistem control, sistem

pencetak gambar, dan sistem perekam gambar.

a. Sistem Kontrol

Pada bagian ini petugas dapat nengontrol parameter-parameter

yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan

kV, mA, waktu scanning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-

lain. Juga dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data

pasien dan pengontrolan fungsi tertentu pada komputer.

b. Sistem Pencetakan Gambar

Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut

dipindahkan ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan

menggunakan kamera multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera

merekam gambaran di monitor dan memindahkannya ke dalam film.

21

Page 22: CT SCAN PIS FIX

Tampilan gambar di film dapat mencapai 2-24 gambar tergantung

ukuran filmnya (biasanya 8x10 inchi atau 14x17 inchi).

c. Sistem Perekaman Gambar

Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data-data

pasien yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan

cepat.

Gambar 2.5 Gantry dan Couch ( Bontrager, 2001 )

Gambar 2.6 Komputer dan console ( Bontrager, 2001 )

4. Parameter CT-Scan

Beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang

optimal antara lain:

a. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek

yang diperiksa. Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai

dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan

gambaran dengan detai yang rendah sebakliknya ukuran yang tipis

22

Page 23: CT SCAN PIS FIX

akan menghasilkan detai yang tinggi. Jika ketebalan meninggi akan

timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

b. Range

Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice

thickness. Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan

irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

c. Volume Investigasi

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang

diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga

batas akhir objek yang akan diiris semakin besar.

d. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaru terhadap

eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu

eksposi (s). Biasanya tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis

pada tiap-tiap pemeriksaan.

e. Filed Of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Biasanya bervariasi dan biasanya berada pada rentang

12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV

yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam

rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV

lebih kecil, maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan

klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

f. Gantry tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gentry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan

antara -25 derajat sampai +25 derajat. penyudutan gentry bertujuan

untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.

Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap

organ-organ yang sensitif.

23

Page 24: CT SCAN PIS FIX

g. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matrikxs adalah deretan baris dari kolom picture

elemen (pixel) dalam pproses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi

matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam lemori

komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada

umumnya matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin

tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.

h. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan

karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya

algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi yang gambar

yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran

seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan

dengan jelas pada layar monitor.

i. Window Width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang

di konversi menjadi gray levels untuk di tampilkan dalam TV

monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar

melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan di

konversi menjadi sekala numerik yang dikenal dengan nama nilai

computed tomography.

j. Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan

untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung

pada karakteristik pelemahan dari struktur obyek yang diperiksa.

Window level menentukan densitas gambar.

5. PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA NON KONTRAS

24

Page 25: CT SCAN PIS FIX

1. Indikasi Pemeriksaan

a. Penyakit bawaan (kelainan kongenital)

b. Kejang

c. Peredaran darah yang tidak normal

d. Tumor

e. Inflamasi

f. Kelainan pada sistem tulang belakang (sistem saraf)

2. Persiapan pemeriksaan

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya melepaskan

benda-benda asesoris yang mengandung logam karena akan

menyebabkan artefak dan memberi penjelasan tentang prosedur

pemeriksaan agar pasien dapat bekerjasama demi kelancaran

pemeriksaan. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan

dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi

selimut.

b. Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat CT-Scan

2) Dry view (pencetak radiograf)

3) Tabung oksigen

4) Selimut

c. Teknik pemeriksaan

Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi

kepala dekat dengan gantry.

25

Page 26: CT SCAN PIS FIX

Posisi Objek : kepala fleksi dan diletakkan pada head holder.

Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane

tubuh sejajar dengan lampu indikator

longitudinal dan meatus acusticus externus

setinggi lampu indikator horisontal. Kedua

lengan pasien diletakkan di atas perut atau di

samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan,

dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi

dengan sabuk khusus pada head holder dan meja

pemeriksaan.

d. Scan parameter

Scanogram : kepala lateral

Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosus

dan range II dari pars petrosus sampai vertex.

Slice thickness : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).

FOV : 24 cm

Gantry tilt : sudut gantry tergantung pada besar kecilnya

sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line

(OML) dengan garis vertikal.

kV : 120

mA : 130

Reconstruction algorithm : soft tissue

Window width : 0-90 HU (otak supratentorial)

110-160 HU (otak pada fossa posterior)

2000-3000 HU (tulang)

Window level : 40-45 HU (otak supra tentorial)

30-40 HU(otak pada fossa posterior)

26

Page 27: CT SCAN PIS FIX

200-400 HU (tulang)

e. Indikasi pemeriksaan CT-Scan kepala yaitu:

1) Suspect neoplasma, massa, lesi atau tumor pada otak

2) Metastase pada otak

3) Pendarahan intrakranial

4) Aneurysma

5) Abses

6) Atrofi kepala

7) Posttraumatic abnormalities

8) Acquired atau kelainan kongenital

9) Cidera kepala

10) Stroke

D. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Foto polos kepala

Pemeriksaan ini untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang

tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial. Fraktur

pada tengkorak dapat berupa fraktur impresi ( depressed fracture), fraktur linear dan

fraktur diastasis ( traumatic suture separation). Fraktur impresi biasanya disertai

kerusakan jaringan otak dan pada foto terlihat sebagai garis atau dua garis sejajar

dengan densitas tinggi pada tulang tengkorak. Fraktur linear harus dibedakan dari sutura

dan pembuluh darah. Pada foto, fraktur ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling

sering di daerah parietal. Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada pembuluh

darah dan arahnya tidak teratur. Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat.

Adanya bayangan cairan (air-fluid level) dalam sinus sfenoid menunjukkan adanya

27

Page 28: CT SCAN PIS FIX

fraktus basis cranii. Fraktur diastasis lebih sering pada anak-anak dan terkihat sebagai

pelebaran sutura. 12

Fraktur Impresi Fraktur Linear

2. CT SCAN

Interpretasi Gambaran Radiologis pada Perdarahan Intrakranial

1. Perdarahan Epidural

Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam

ruang antara duramater, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteum

tengkorak dan tulang yang berdekatan. Hematoma epidural dapat terjadi

secara intra kranial atau intra spinal dan dapat menyebabkan morbiditas

yang signifikan secara klinis dan/atau kematian jika tidak di diagnosis

dan di tatalaksana sesegera mungkin. Pada kenyataannya, hematoma

epidural, dianggap sebagai kasus darurat bedah saraf.

28

Page 29: CT SCAN PIS FIX

Selain itu, tidak seperti hematoma subdural, hematoma epidural

biasanya tidak melewati sutura. Hematoma epidural sangat sulit

dibedakan dengan hematoma subdural jika ukurannya kecil. Dengan

bentuk bikonveks yang khas, elips, penampilan tomografi komputer

hematoma epidural tergantung pada sumber perdarahan, waktu berlalu

sejak cedera, dan tingkat keparahan perdarahan.

Karena dibutuhkan diagnosis yang akurat dan perawatan yang

cepat, diperlukan pemeriksaan tomografi komputer dengan cepat dan

intervensi bedah saraf. Tomografi komputer adalah pemeriksaan pilihan

dalam evaluasi kasus yang dicurigai hematoma epidural. Namun

terkadang hematoma epidural sulit untuk dideteksi dengan tomografi

komputer. 7

2. Perdarahan Subdural

Hematoma subdural adalah 1 dari 3 jenis pendarahan intrakranial

ekstra-aksial dan biasanya terjadi sebagai akibat trauma. Cedera

deselerasi sering menjadi penyebab dari perdarahan subdural yang

disebabkan pecah pembuluh darah vena. Kemungkinan lain, seperti

kekerasan pada anak dan dekompresi ventrikel juga dapat mengakibatkan

perdarahan subdural. Pendarahan spontan dapat terjadi pada pasien yang

menerima antikoagulan atau pasien dengan kondisi koagulopati.

Kompresi dari sinus dural tidak secara langsung menyebabkan hematoma

subdural, meskipun kompresi dapat mengakibatkan infark vena.8

Beberapa hematoma subdural tidak menimbulkan gejala klinis,

sementara yang lain menimbulkan gejala sebagai akibat dari efek massa

di otak. Beberapa hematoma dapat tumbuh cukup besar untuk

menyebabkan herniasi jaringan otak. Sebelum tomografi komputer dan

teknologi pencitraan magnetik (MRI), hematoma subdural didiagnosis

hanya berdasarkan efek massa, yang digambarkan sebagai perpindahan

dari pembuluh darah pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar

hipofisis pada radiografi tengkorak. Munculnya tomografi komputer dan

pencitraan resonansi magnetik telah membuat diagnosis rutin bahkan

pada perdarahan kecil.

29

Page 30: CT SCAN PIS FIX

Temuan tomografi komputer dalam hematoma subdural

tergantung pada lamanya perdarahan (lihat gambar di bawah).8

Tomografi komputer menunjukkan pasien dengan hematoma

subdural dari berbagai usia. Pasien ini memiliki tomografi komputer 1

minggu sebelumnya yang menunjukkan hematoma subdural kronis .

Selama minggu berikutnya, kondisi klinis semakin menurun, kemudian ia

pingsan sesaat sebelum gambar ini diperoleh. Darah abu-abu merupakan

perdarahan subakut, sedangkan darah putih merupakan akut.8

Pada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan

sabit, ketika cukup besar, hematoma subdural menyebabkan pergeseran

garis tengah.

30

Page 31: CT SCAN PIS FIX

Pergeseran dari gray matter-white matter junction merupakan

tanda penting yang menunjukkan adanya lesi. Meskipun sering diberikan

di masa lalu untuk membantu mendeteksi perpindahan pembuluh

kortikal, media kontras tidak diperlukan dengan kemampuan scanner saat

ini. Dalam kasus yang jarang, hematoma subdural kronis dapat mengeras

dan menghasilkan penampilan yang tidak biasa yang bisa disalah artikan

sebagai sebuah massa kalsifikasi. 8

Tidak seperti hematoma epidural, hematoma subdural tidak

dibatasi oleh penarikan dural pada sutura, mereka bisa menyeberang

garis sutura dan terus sepanjang falx dan tentorium (lihat gambar di

bawah). Namun, mereka tidak melewati garis tengah karena refleksi

meningeal.

31

Page 32: CT SCAN PIS FIX

Jika ditemukan hematoma subdural pada tomografi komputer,

penting untuk memeriksa adanya cedera terkait lainnya, seperti patah

tulang tengkorak (lihat gambar pertama di bawah), kontusio

intraparenkimal, dan darah pada subaraknoid (lihat gambar kedua di

bawah). Adanya cedera parenkim pada pasien dengan hematoma

subdural adalah faktor yang paling penting dalam memprediksi hasil

klinis mereka. 8

32

Page 33: CT SCAN PIS FIX

3. Perdarahan Subaraknoid

Pada tomografi komputer, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat

mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF

di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin

tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam

rongga subaraknoid yang besar. 9

Ketika tomografi komputer dilakukan beberapa hari atau minggu

setelah perdarahan awal, temuan akan tampak lebih halus. Gambaran

putih darah dan bekuan cenderung menurun, dan tampak sebagai abu-

abu. 9

Sebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, tomografi komputer

berguna untuk melokalisir sumber perdarahan. Hal ini sangat penting

dalam kasus-kasus aneurisma intrakranial ganda, yang terjadi pada 20%

pasien. Lokalisasi SAH pada Tomografi komputer berkorelasi dengan

33

Page 34: CT SCAN PIS FIX

lokasi dari pecahnya aneurisma. Kehadiran darah dalam celah

interhemisfer anterior atau lobus frontal yang berdekatan menunjukkan

pecahnya aneurisma arteri anterior. Bekuan fisura Sylvian berkorelasi

dengan aneurisma arteri serebral tengah ipsilateral. Jika darah terdapat di

fossa posterior, hal ini menunjukkan perdarahan dari aneurisma sirkulasi

posterior. 9

4. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma

terhadap pembuluh darah, timbul hematoma intraparenkim dalam waktu

½-6 jam setelah terjadinya trauma. Hematoma ini bisa timbul pada area

kontralateral trauma. Pada tomografi komputer sesudah beberapa jam

akan tampak daerah hematoma (hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.13

Tomografi komputer angiography "spot sign" dapat digunakan untuk

memprediksi pertumbuhan hematoma intraserebral. 13

5. Perdarahan Intraventrikular

Sebelum ketersediaan ultrasonografi, tomografi komputer

digunakan untuk diagnosis dan tindak lanjut. Tomografi komputer tidak

lagi digunakan untuk diagnosis dan tindak lanjut mengingat keamanan

dan efektivitas biaya sonografi.10

34

Page 35: CT SCAN PIS FIX

3. Pencitraan Resonansi Magnetik Kepala

Pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu cara pemeriksaan

diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan

gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa

menggunakan sinar X.12 Tujuan dari pencitraan resonansi magnetik dalam

evaluasi perdarahan intrakranial (ICH) adalah sebagai berikut:

a. Untuk melihat ada atau tidaknya darah

b. Untuk mengetahui lokasi dan membedakan perdarahan (ekstra-aksial

dibandingkan intra-aksial): ekstra-aksial, untuk membedakan perdarahan

subarachnoid (SAH), hematoma subdural (SDH), dan hematoma epidural

(EDH), dan intra-aksial, untuk menemukan lokasi spesifik dari neuroanatomi

c. Untuk menentukan sudah berapa lama perdarahan terjadi

d. Untuk mengetahui etiologi

e. Untuk membantu penatalaksanaan perdarahan dan menentukan prognosis

pasien14

35

Page 36: CT SCAN PIS FIX

Tabel Gambaran Perdarahan Intra Parenkim Berdasarkan Waktu

Fase Waktu Hemoglobin, Lokasi

Kesan

T1 T2

Hiperakut < 24 h Oxyhemoglobin, intraseluler Isointens atau

hipointens

Hiperintens

Akut 1-3 d Deoxyhemoglobin, intraseluler Hipointens Hipointens

Sub akut awal >3 d Methemoglobin, intraseluler Hiperintens Hipointens

Sub akut akhir >7 d Methemoglobin, extraseluler Hiperintens Hiperintens

Kronik >14 d Ferritin dan hemosiderin,

extraseluler

Hipointens Hipointens

Perdarahan Intra Parenkim Berdasarkan Waktu

1. Perdarahan Hiperakut

Pencitraan resonansi magnetik aksial menunjukkan hematoma hiperakut dalam kapsul

eksternal yang tepat dan korteks insular pada pasien hipertensi. T1 aksial menunjukkan

isointens untuk lesi hipointens di daerah temporoparietal kanan yang hiperintens pada

T2 dan dengan kecenderungan tampak sebagai intensitas sinyal rendah karena darah

pada gradien-echo (GRE). Sebuah lingkaran kecil edema vasogenik mengelilingi

hematoma.14

2. Perdarahan Akut

36

Page 37: CT SCAN PIS FIX

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma akut pada daerah frontal kiri.

T1 aksial dan T2 menunjukkan hematoma yang hipointens. Sebuah lingkaran kecil

edema vasogenik mengelilingi hematoma terlihat di T2.14

3. Perdarahan Subakut Awal (Early Subacute Hemorrhage)

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma subakut awal di daerah

oksipital kiri. Lesi terlihat hiperintens pada T1 dan hipointens pada T2 ditandai dengan

kecenderungan disebabkan oleh hematoma pada gradien-echo (GRE). Hematoma

intraventrikular juga terlihat jelas sebagai sinyal rendah pada GRE.14

4. Perdarahan Subakut Akhir (Late subacute hemorrhage)

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan perdarahan subakut akhir di kedua daerah

thalamus pada pasien malaria cerebral. T1, T2, dan gradient-echo (GRE) menunjukkan

hematoma hiperintens. T2 dan GRE menunjukkan lingkaran kecil hipointens yang

disebabkan hemosiderin.14

5. Perdarahan Kronik

37

Page 38: CT SCAN PIS FIX

Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma kronik sebagai space-occupying

lesion pada fossa posterior kanan. Perdarahan terlihat sebagai gambaran hipointens di

T1 dan T2. Hipointensitas diperjelas oleh efek darah pada GRE.14

4. Angiografi

Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan pembuluh darah dengan

menggunakan zat kontras. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang

mengalami hemiparesis (kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dengan kecurigaan

adanya hematoma. Bila ada kelainan di dalam otak akan terlihat adanya pergeseran

lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat tomografi komputer tidak

ada. Trauma kapitis pada angiografi terutama memperlihatkan adanya hematoma

subdural dan hematoma epidural.12

Hematoma subdural menunjukkan pendesakan arteri dan vena berbentuk

konveks sesuai dengan lengkung hemisfer serebri. Sesuai dengan lokalisasi perdarahan,

akan tampak pendesakan arteri serebri anterior, arteri serebri media maupun deep vein.

Kadang-kadang ditemukan lesi yang luas, tetapi pendesakan arteri serebri anterior, arteri

serebri media dan vena serebri interna sangat sedikit (tidak seimbang), maka harus

dilakukan angiografi sisi kontralateral karena kemungkinan adanya hematoma subdural

di sisi kontralateral tersebut.12

Pada hematoma di daerah temporobasal atau lebih ke posterior, dilakukan juga

posisi oblik dengan kepala miring ke sisi kontralateral dengan proyeksi sinar antero-

posterior. Hematoma subdural yang kronis sesudah 2 atau 3 minggu disebut higroma,

yang pada angiogram tampak gambaran bridging vein selain tanda-tanda desakan

vaskular.12

Membedakan hematoma epidural dan hematoma subdural pada angiogram

sering sulit. Jika arteri meningea media terdesak ke arah median (ke dalam), maka

38

Page 39: CT SCAN PIS FIX

diagnosis hematoma epidural bisa ditegakkan. Jika hematoma epidural masuk ke dalam

sinus venosus, maka sinus venosus ini akan terpisah dari tabula interna.12

Hematoma subdural di daerah parietal kiri (fase vena)

Hematoma epidural di daerah temporal kiri

BAB 3

KESIMPULAN

1. Perdarahan Intrakranial terdiri dari :

- Perdarahan epidural

- Perdarahan subdural

- Perdarahan Subaraknoid

- Perdarahan Intraserebral

- Perdarahan Intraventrikular

39

Page 40: CT SCAN PIS FIX

2. Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak

biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.

3. Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap pembuluh

darah, timbul hematoma intraparenkim dalam waktu ½-6 jam setelah terjadinya

trauma. Hematoma ini bisa timbul pada area kontralateral trauma.

4. Pada tomografi komputer sesudah beberapa jam akan tampak daerah hematoma

(hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, dkk. 1999. Radiologi Diagnostik,Gaya baru. Jakarta.

Tortorici, M, R, 1995, Advanced Radiographic and Angiographic Procedures with an

Introduction to Spealized Imaging, F. A Davis Company, Philadelphia.

Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC : Jakarta.

40

Page 41: CT SCAN PIS FIX

Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi IV,

Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

American College of Surgeons. Advance Trauma Life Support For Doctor. 7th ed.

USA: First Impression; 2004

Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta; 2008. Diunduh dari:

http://books.google.co.id/books?

id=3ZyOm94xiCMC&pg=PP9&dq=anatomi+fisiologi+untuk+siswa+perawat&hl=id&s

a=X&ei=gsF2T_7OAYfWrQf9xc25DQ&ved=0CDYQ6AEwAQ#v=onepage&q&f=tru

e. [25 Maret 2012]

Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke -6. Jakarta: EGC;

2006.

Faul M., Xu L., Wald MM,. Coronado VG. Traumatic brain injury in the United States:

emergency department visits, hospitalizations, and deaths. Centers for Disease

Control and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control; 2006.

Diunduh dari: http://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/pdf/blue_book.pdf [26

Maret 2012]

Irwan O. Trauma kapitis. Universitas Riau; 2006. Diunduh dari:

http://www.yayanakhyar.co.nr. [25 Maret 2012].

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., SetiowulanW. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius; 2000

Douglas KM. Imaging in Epidural Hematoma. USA: Medscape; 2011. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/340527. [25 Maret 2012]

Andrew LW. Imaging in Subdural Hematoma. USA: Medscape; 2011. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/344482. [25 Maret 2012]

Abner Gershon. Imaging in Subarachnoid Hematoma. USA: Medscape; 2011. Diunduh

dari: http://emedicine.medscape.com/article/344342 [25 Maret 2012]

41

Page 42: CT SCAN PIS FIX

David J., Ted R. Periventricular Hemorrhage- Intraventricular Hemorrhage. USA:

Medscape; 2010. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/976654

[26 Maret 2012]

Mayfield Clinic and Spine Institute. Intracerebral Hemorrhage. USA: Mayfield Clinic;

2009. Diunduh dari: http://www.mayfieldclinic.com/PE-ICH.HTM [28 Maret

2012]

Rasad S. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2005

David J., Ted R. Intracaranial Hemorrhage Workup. USA: Medscape; 2011. Diunduh

dari : http://emedicine.medscape.com/article/1163977-workup [26 Maret 2012]

Ashtekar JL. Naul LG. Intracranial Hemorrhage Evaluation with MRI. USA: Medscape;

2011. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/344973-overview [25

Maret 2012]

42