css artritis septik fix.doc

34
Referat GAMBARAN RADIOLOGIS ARTRITIS SEPTIK Oleh : Faradila 0910313203 Rezky Arisna 0910312093 Metha Arsilita Hulma 0910313245 Pembimbing : dr. Sylvia Rahman, Sp.Rad(K) BAGIAN RADIOLOGI DAN KEDOKTERAN NUKLIR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 0

Upload: david-duduthz

Post on 08-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ReferatGAMBARAN RADIOLOGIS ARTRITIS SEPTIK

Oleh :

Faradila

0910313203

Rezky Arisna 0910312093

Metha Arsilita Hulma 0910313245

Pembimbing :

dr. Sylvia Rahman, Sp.Rad(K)BAGIAN RADIOLOGI DAN KEDOKTERAN NUKLIRFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR.M. DJAMIL

PADANG

2015BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar BelakangArtritis septik adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Infeksi primer disebabkan oleh inokulasi langsung akibat trauma termasuk pembedahan. Infeksi sekunder akibat penyebaran secara hematogen atau perluasan dari osteomyelitis. Artritis septik memiliki karakteristik hanya melibatkan satu bagian sendi.1

Artritis septik dapat mengenai berbagai usia, tetapi anak-anak dan orang tua lebih mudah terkena, terutama jika mereka sudah mempunyai kelainan pada sendi seperti riwayat trauma atau kondisi seperti hemofilia, osteoartritis, atau artritis reumatoid. Pasien immunocompromise dengan penyakit seperti diabetes mellitus, alkoholisme, sirosis, kanker, dan uremia meningkatkan resiko infeksi.2

Artritis septik merupakan bentuk artritis akut yang paling berbahaya, dan merupakan kasus kegawatdaruratan pada bidang ortopedi. Keterlambatan dalam mendiagnosa dan memberikan terapi dapat menyebabkan kerusakan sendi yang menetap bahkan dapat menyebabkan morbiditas yang berujung pada kematian.11.2 Batasan Masalah

Makalah ini akan membahas tentang penyakit artritis septik secara umum dan gambaran radiologis pada artritis septik secara khusus.

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit atritis septik secara umum dan menambah pemahaman tentang gambaran radiologis pada artritis septik secara khusus.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Artritis septik merupakan hasil dari invasi bakteri di celah sendi, di mana penyebaran terjadi secara hematogen, inokulasi langsung akibat trauma maupun pembedahan, atau penyebaran dari osteomileitis atau selulitis yang berdekatan dengan celah sendi.32.2Anatomi Sendi2.2.1Rawan SendiRawan sendi adalah jaringan ikat khusus yang menutupi permukaan sendi yang memungkinkan gerakan antar tulang dengan kecepatan tinggi namun rendah gesekan. Rawan sendi terdiri atas jaringan elastik dengan komposisi sebagian besar matriks ekstraseluler dan hanya 2% dari berat keseluruhannya adalah kondrosit. Rawan sendi merupakan jaringan aktif yang selalu menjaga keseimbangan komposisinya baik selularitas maupun matriks. Hal ini penting karena untuk mempertahankan fungsinya yang elastik yang berguna untuk meredam beban atau tekanan pada sendi. Kondrosit memegang peranan dalam menjaga keseimbangan ini. Kondrosit dalam rawan sendi hidup dalam keadaan terisolasi, tunggal, atau dalam kelompok kecil volumenya hanya 1-2% dari seluruh rawan sendi. Kondrosit mempunyai peran cukup besar karena bertanggung jawab terhadap terhadap sintesis dan rumatan seluruh matriks rawan. Kondrosit dapat mensintesis kolagen proteoglikan dan berbagai enzim inhibitor. Fungsi sintesisnya berubah-ubah sebagai reaksi terhadap berbagai rangsangan biokimia, struktural, dan fisik.4 Rawan sendi normal adalah jaringan avaskuler sehingga kondrosit hidup dalam kondisi hipoksia dan asidosis serta menggunakan proses glikolisis anaerob untuk sumber energinya. Sumber utama nutrisi rawan sendi berasal dari cairan sinovial. Dalam kondisi normal kondrosit jarang dijumpai mengadakan proliferasi, meskipun aktif melakukan metabolisme sehingga selularitas rawan sendi normal selalu dipertahankan konstan. Pada usia lanjut pada umumnya ditemukan selularitas rawan sendi berkurang sehingga didapatkan kualitas dan kuantitas rawan sendi menurun.4

Gambar 1. Penampang Sendi

Matriks ekstraseluler mengandung komposisi spesifik, seperempatnya merupakan matriks organik, jaringan kolagen sekitar sepertiganya yang didominasi kolagen tipe 2. Bila ditinjau antara komposisi matriks dan sel kondrosit, maka rawan sendi ini terbagi dalam tiga lapis yaitu:4

1. Lapisan superfisial (tangensial zone): dimana jumlah sel kondrosit tidak padat, berbentuk pipih, dan mempunyai kapasitas sintesis matriks rendah dibanding dengan lapisan lainnya. Matriks terdiri dari serat kolagen tipis yang tersusun secara tangensial disertai banyak proteoglikan kecil dan sedikit agrecan. 2. Lapisan tengah (mid zone/transititional zone): merupakan 40-60% berat rawan sendi, bentuk kondrosit bulat dan sekitarnya dipenuhi kolagen tebal yang tersusun secara radial.

3. Lapisan dalam (radial zone). Kondrosit tersusun prependikuler dan kolagen yang paling tebal. Konsentrasi proteoglikan makin ke dalam makin besar.

2.3. Epidemiologi

Insiden artritis septik diperkirakan sekitar 2-10 kasus per 100.000 kasus pada seluruh populasi dan dapat mencapai 30-70 kasus per 100.000 pada penderita dengan artritis reumatoid. Penyebaran artritis septik dapat terjadi secara hematogen dengan faktor predisposisi meliputi penyalahgunaan obat-obatan intravena, kondisi immunocompromised, usia lanjut, dan lain-lain.3 Di Eropa Barat, insiden artritis septik sekitar 4-10 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya, dan dapat mencapai angka yang lebih tinggi jika terjadi pada penderita diabetes melitus dan artritis reumatoid.5 Sedangkan di Filipina, dilaporkan bahwa pasien dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) dan merupakan faktor risiko urutan kelima untuk terjadinya artritis septik. Pada orang dewasa, artritis septik biasanya mengenai satu sendi (monoartritis) seperti sendi bahu, sendi panggul, dan sendi lutut. Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering terkena, sekitar 50% dari seluruh kasus. Sedangkan pada anak-anak, paling sering mengenai sendi panggul dan lutut.6 Pada tahun 1990-2002 terdapat 253 kasus artritis bakterial yang didiagnosis di Iceland dan 159 orang diantaranya terjadi pada laki-laki dan sekitar 94 orang terjadi pada perempuan, dengan rata-rata 7 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan pada anak-anak, terdapat 69 anak yang didiagnosis artritis septik dengan usia kurang dari 2 tahun. Diperkirakan, insiden terjadinya artritis septik pada anak-anak sekitar 27/100.000 penduduk.7

Gambar 2. Grafik Distribusi Usia Penderita Artritis Septik72.4.Etiologi

Artritis septik biasanya disebabkan oleh infeksi yang dapat mencapai sendi melalui beberapa rute meliputi secara hematogen, penyebaran langsung dari osteomielitis, penyebaran dari jaringan sekitar sendi yang mengalami infeksi akibat tindakan prosedur diagnostik maupun terapeutik seperti artrosintesis maupun artroskopi dan luka tembus.4,8

Secara umum, penyebab terjadinya artritis septik dibagi atas :81. Bakterial : Artritis gonokokal dan non gonokokal2. Penyebab lain: virus, jamur, mikobakterium, dan lain-lain

Gambar 3. Beberapa organisme yang berperan dalam artritis septik8

Bakteri Staphyloccus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan artritis bakterialis. Diduga kemampuan Staphylococcus aureus untuk menginfeksi sendi berhubungan dengan interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks ekstraselular.8Adapun kondisi seperti usia lanjut, adanya artritis reumatoid, osteoartritis, kondisi imunosupresi, dan diabetes melitus merupakan faktor risiko utama terjadinya artritis septik. Selain itu, adanya infeksi iatrogenik setelah pembedahan pada sendi, artroskopi, dan insersi jarum ke daerah sendi merupakan penyebab lain terjadinya artritis septik.9

Gambar 4. Faktor Risiko Artritis Septik102.5.Patogenesis

Infeksi melalui hematogen pada sendi dimulai dari bakteremia sistemik yang menyerang synovial cartilaginous junction dari ruang intravaskuler dan menyebar ke sinovium dan cairan sinovial. Bakteri dapat masuk kedalam ruang sendi melalui beberapa cara yaitu, masuk melalui proses operasi daerah sendi, tindakan aspirasi sendi, penyuntikan kortikosteroid atau melalui trauma lainnya. Bakteri yang berhasil masuk kedalam rongga sendi dalam beberapa jam menimbulkan reaksi inflamasi pada membran sinovial berupa hiperplasi dan proliferasi dan terjadi pelepasan faktor-faktor inflamasi seperti cytokines dan protease yang menyebabkan degradasi dari kartilago sendi. Reseptor kolagen yang ditemukan pada Staphylococcus aureus ikut berperan dalam infeksi sendi. Selain itu, kurangnya keterbatasan membran basal dalam kapiler sinovium memungkinkan bakteri mencapai ruang ekstravaskuler dari jaringan synovial melewati gap antar kapiler sel endotel. Fibroblas dari sinovial juga menghambat proses fagositosis dari bakteri.11,12Segera setelah terinfeksi, sinovium berubah menjadi hiperemia dan infiltrate yang mengandung sel polimorfonuklear (PMN) yang akan meningkat secara cepat dalam beberapa hari kemudian. Secara histologi, perubahan dari inflamasi akut menjadi kronik dengan meningkatnya sel mononuklear (MN) dan limfosit, dan akan menjadi sel dominan penyebab inflamasi dalam waktu 3 minggu.Destruksi dari kartilago artikular akan menyebabkan terjadinya degradasi dari bahan dasar, yang tampak dalam 4-6 hari setelah infeksi. Menurunnya bahan dasar, dimulai 2 hari setelah inokulasi karena adanya aktivasi enzim dari respon inflamasi akut, produksi toksin dan enzim dari bakteri, serta stimulasi dari limfosit T selama delayed immune response. Antigen bakteri akan terdeposit di cairan sinovium dan spesifik toksin, seperti enterotoksin dari Staphylococcal, dimana produksinya dipengaruhi oleh proliferasi bakteri akibat aktivasi limfosit T. Meningkatnya limfosit T dan penurunan dari bahan dasar, akan menyebabkan kolagen diarahkan untuk kolagenesis dan perubahan dari sifat mekanis kartilago artikuler. Destruksi komplit dari artikular kartilago terjadi sekitar 4 minggu. Dislokasi atau subluksasi dan osteomielitis bisa terjadi.11,12

Gambar 5. Jalur masuk bakteri menuju sendi10Gambar 6. Patofisiologi terjadinya Artritis Septik102.6.Diagnosis Pasien dengan artritis septik akut biasanya ditandai dengan nyeri, pembengkakan sendi yang hebat biasanya monoartikular, terutama mengenai sendi lutut dan hampir selalu ada penyakit yang mendasarinya. Pada umumnya penderita akan mengalami gangguan fungsi, disamping ditemukan adanya gejala sistemik seperti demam tanpa disertai menggigil dan kelemahan umum.4 2.6.1 Anamnesis

Evaluasi awal meliputi anamnesis yang detail mencakup faktor predisposisi, mencari sumber bakterimia yang transien atau menetap (infeksi kulit, pneumonia, infeksi saluran kemih, adanya tindakan-tindakan invasif, pemakaian obat suntik, dll), mengidentifikasi adanya penyakit sistemik yang mengenai sendi atau adanya trauma sendi.4,13,142.6.2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sendi ditemukan tanda-tanda eritema, pembengkakan (90% kasus), hangat, dan nyeri tekan yang merupakan tanda penting untuk mendiaganosis infeksi. Efusi biasanya sangat jelas/banyak, dan berhubungan dengan keterbatasan ruang lingkup gerak sendi baik aktif maupun pasif. Tetapi tanda ini menjadi kurang jelas bila infeksi mengenai sendi tulang belakang, panggul, dan sendi bahu.12,15

Gambar 7. Manifestasi Klinis Artritis Septik102.6.3 Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan darah tepiTerjadi peningkatan leukosit dengan predominan neutrofil segmental, peningkatan laju endap darah dan C-reactive Protein (CRP). Tes ini tidak spesifik tapi sering digunakan sebagai petanda tambahan dalam diagnosis khususnya pada kecurigaan artritis septik pada sendi. Kultur darah memberikan hasil yang positif pada 50-70% kasus.10b. Cairan Sendi

Analisis pewarnaan gram dan kultur cairan sendi merupakan prosedur diagnostik yang penting dalam mendiagnosis artritis septik. Analisis kultur cairan sendi dengan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi setelah dilakukan aspirasi cairan sendi. Jika diduga ada infeksi Neisseria atau Haemophillus, spesimen ditanam pada agar coklat dan inkubasi dalam lingkungan CO2 5-10%. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan hitung leukosit cairan sendi. Bila didapatkan leukosit >50.000/ml dengan jumlah sel PMN lebih dari 80%.6

Gambar 8. Aspirasi Cairan Sendi6c. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR) bakteri dapat mendeteksi adanya asam nukleat bakteri dalam jumlah kecil dengan sensitifitas dan spesifisitas hampir 100%. Beberapa keuntungan menggunakan PCR dalam mendeteksi adanya infeksi antara lain:10,111. mendeteksi bakteri dengan cepat,

2. dapat mendeteksi bakteri yang mengalami pertumbuhan lambat,

3. mendeteksi bakteri yang tidak dapat dikultur,

4. mendeteksi bakteri pada pasien yang sedang mendapatkan terapi,

5. mengidentifikasi bakteri baru sebagai penyebab.

Tapi PCR juga mengalami kelemahan yaitu hasil positif palsu bila bahan maupun reagen yang mengalami kontaminasi selama proses pemeriksaan.11,122.7.Gambaran Radiologis2.7.1 Foto rontgen

Gambar 9. Foto Polos Artritis Septik8Pada pemeriksaan radiologi pada hari pertama biasanya menunjukkan gambaran normal atau adanya kelainan sendi yang mendasari. Penemuan awal berupa pembengkakan kapsul sendi dan jaringan lunak sendi yang terkena, pergeseran bantalan lemak, dan pelebaran ruang sendi. Tampakan signifikan pada pemeriksaan X-ray tergantung dari durasi dan virulensi dari infeksi itu sendiri. Selama 2 minggu pertama, kapsul sendi akan tampak distended, penebalan soft tissue, dan jaringan lemak tidak terlihat. Pada neonatus, terjadi peningkatan tekanan intraartikuler dari efusi yang menyebabkan pelebaran celah sendi pada gambaran radiologik. Osteoporosis periartikular terjadi pada minggu pertama artritis septik. Dalam 7 sampai 14 hari, penyempitan ruang sendi difus dan erosi karena destruksi kartilago. Pada stadium lanjut yang tidak mendapatkan terapi adekuat, gambaran radiologi nampak destruksi sendi, osteomyelitis, ankilosis, kalsifikasi jaringan periartikular, atau hilangnya tulang subkondral diikuti dengan sklerosis reaktif.10,11

Gambar 10. Pada gambar 2: adanya celah sendi yang mulai menyempit pada hari ke 7 setelah gejala muncul. Pada gambar 3: 6 minggu setelah gejala, terdapat osteoporosis bagian kortikal tulang femur dan asetabulum. Pada gambar4: terdapat gambaran ankilosis fibrosis.12

Gambar 11. Artritis Septik Pada sendi Metatarsofalangeal pada hari ke-5 setelah gejala muncul. Terdapat penyempitan celah sendi dan osteopenia jukstaartikular13

Gambar 12. Foto Polos Artritis Septik pada sendi panggul. Terdapat destruksi pada sendi panggul kiri.14

Gambar 13. Gambaran Artritis Septik pada bayi yang menderita Osteomielitis15 2.7.2 USG

Pemeriksaan USG dapat memperlihatkan adanya kelainan baik intra maupun ekstra artikular yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi. Sangat sensitif untuk mendeteksi adanya efusi sendi minimal (1-2 mL), termasuk sendi-sendi yang dalam seperti pada sendi panggul. Cairan sinovial yang hiperechoik dan penebalan kapsul sendi merupakan gambaran karakteristik artritis septik.10,11Ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mendeteksi cairan sendi yang terletak lebih dalam. Gambaran khas dari artritis septik pada pemeriksaan USG berupa non-echo-free effusion yang berasal dari bekuan darah. USG dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan aspirasi dan drainase serta untuk memonitor status kompartmen intrartikuler, kapsul sendi, tidak mahal, dan mudah digunakan, tetapi pemeriksaan ini sangat tergantung dari operator yang mengerjakannya.10,11

Gambar 14.USG pada sendi panggul kiri yang memperlihatkan efusi142.7.3 CT Scan

CT lebih sensitif dibanding radiografi dalam pencitraan dari pelebaran ruang sendi karena edema lokal , erosi tulang , fokus dari osteitis , dan sclerosis . CT dapat menunjukkan gambaran temuan awal arthritis septik, seperti penebalan soft-tissue, efusi sendi, tulang rawan erosi, gas dalam sendi, abses periarticular pada stadium awal infeksi.12 CT scan dapat digunakan untuk memandu aspirasi bersama di lokasi biasa atau sulit seperti sacroiliac atau sternoklavikularis sendi. CT scan dapat akurat dalam evaluasi arthritis septik. CT scan sangat membantu ketika mengevaluasi sendi sternoklavikular dan sendi sacroiliac, yang mungkin sulit untuk dievaluasi menggunakan foto biasa. Selain itu, CT dapat pula digunakan membantu dalam pendekatan operatif.9 Kekurangan dari CT ini, meskipun temuan terkait osteomyelitis atau abses jaringan lunak meningkatkan spesifisitas CT, arthritis septik mungkin sulit dibedakan dari penyakit lain dalam diagnosis diferensial.12

Gambar 15. Gambaran artritis septik pada pria 37 tahun dengan penyakit sickle cell anemia dan infeksi dari panggul kiri.CT Scan menunjukkan abses pinggang kiri yang berisi udara dengan tanda destruksi dari sendi panggul kiri. Gambaran fat fluid level yang ditunjukkan oleh gambar panah merupakan gambaran infeksi spesifik yang bukan disebabkan oleh trauma.2.7.4 MRI

MRI dapat mendeteksi infeksi dan perluasannya, dan sangat berguna untuk mendiagnosa infeksi yang sulit dicapai. MRI mempunyai resolusi yang lebih besar daripada CT dan menunjukkan gambaran anatomi yang lebih detail daripada bone scans. Dapat digunakan untuk membedakan apakah itu suatu infeksi tulang atau infeksi dari soft tissue dan menunjukkan efusi sendi.11

Gambar 16. Gambaran MRI pada lutut kiri penderita artritis septik11 Gambar 17. MRI potongan sagital pasien artritis septik pada sendi lutut kiri, tampak efusi sendi, synovial thickening dan subcutaneous edem

2.7.4 Kedokteran NuklirRadionuclide scans (technetium Tc 99m, gallium Ga 67, indium In 111 leukocyte scans). Penggunaan Technetium-99 dan Callium-67 digunakan pada pemeriksaan kedokteran nuklir pada artritis septik. Kelemahannya tidak dapat membedakan antara suatu proses infeksi atau proses steril. Meskipun pemeriksaan ini cukup sensitif pada proses infeksi namun kurang spesifik. Pada proses infeksi, akan terlihat peningkatan uptake terhadap radionuklida yang digunakan.14,16

Gambar 18. Penggunaan Technetium-99 pada penderita artritis septik di sendi metatarsofalangeal142.8.Penatalaksanaan

Prinsip terapi pada Artritis septik adalah drainase cairan sinovial yang terinfeksi secara adekuat, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, dan imobilisasi sendi untuk mengurangi nyeri.17,18 Jika diduga adanya artritis septik yang bersifat bakterial maka aspirasi cairan sendi harus segera dilakukan untuk analisis, pewarnaan gram, dan kultur cairan sendi.19Jika cairan sendi bersifat purulen atau ditemukan bakteri pada pewarnaan gram, segera diberikan antibiotik berspektrum luas. Karena paling sering disebabkan oleh S.aureus, maka pilihan antibiotika dapat berupa penisilin G, kloksasilin, klindamisin atau netilmisin yang diberikan secara parenteral. Pilihan antibiotik dapat berupa kombinasi ampisilin dan sulbaktam.17

Gambar 19. Pilihan Terapi Antibiotik Empiris17Tindakan bedah harus dipertimbangkan dengan keadaan sebagai berikut:20,211. Infeksi coxae pada anak-anak

2. Sendi-sendi yang sulit dilakukan joint drainage secara adekuat baik secara aspirasi jarum maupun karena letak anatominya

3. Bersamaan dengan osteomielitis

4. Infeksi berkembang ke jaringan lunak sekitarnya

Tindakan bedah dapat berupa drainase ataupun aspirasi dengan menggunakan jarum secara berulang untuk mencegah pengumpulan cairan di dalam sendi, aspirasi dapat dilakukan 2-3 kali sehari pada hari-hari awal pengobatan , apabila drainase diperlukan lebih sering lagi maka pertimbangan untuk operasi besar. Apabila dalam 5 hari perawatan, sendi mengalami perbaikan maka dapat diberikan obat-obat antiiflamasi, apabila tidak membaik setelah 5 hari, klinis demam yang menetap, cairan sinovial tetap purulen, hasil kultur tetap positif, maka perlu dilakukan revaluasi terhadap terapi :221. lakukan kultur ulang cairan sinovial

2. periksa serologis untuk diagnosa lyme disease

3. jika dicurigai adanya jamur atau mikobakterial perlu dilakukan sinovial biopsy

4. pertimbangkan kemungkinan reactive arthritis

5. periksa foto polos ataupun MRI untuk menyingkirkan periarticular osteomyelitis.17

Cara lain dengan intermediate method, dengan mengganti sendi terinfeksi dengan sendi baru dalam 1 tahap operasi disertai pemberian antibiotik, metode ini memberikan angka keberhasilan 70-90%.18Gambar 20. Algoritma penanganan Arthritis Septik212.9. Prognosis

Artritis septik diperkirakan sebagai penyakit sendi yang paling cepat mendestruksi struktur di sekitarnya, dengan fatality rate sekitar 15% dan dapat mencapai 25-50% pada penderita kehilangan fungsi sendi yang irreversibel.1

BAB III

PENUTUP

Artritis septik merupakan hasil dari invasi bakteri di celah sendi, di mana penyebaran terjadi secara hematogen, inokulasi langsung akibat trauma maupun pembedahan, atau penyebaran dari osteomileitis atau selulitis yang berdekatan dengan celah sendi. Insiden artritis septik diperkirakan sekitar 2-10 kasus per 100.000 kasus pada seluruh populasi dan dapat mencapai 30-70 kasus per 100.000 pada penderita dengan artritis reumatoid. Penyebaran artritis septik dapat terjadi secara hematogen dengan faktor predisposisi meliputi penyalahgunaan obat-obatan intravena, kondisi immunocompromised, usia lanjut, dan lain-lain.Penegakan diagnosis artritis septik didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, khususnya dengan pemeriksaan radiologis. Keluhan utama pasien biasaanya nyeri dan atau pembengkakan sendi yang hebat biasanya monoartikular, terutama mengenai sendi lutut dan hampir selalu ada penyakit yang mendasarinya. Pada pemeriksaan fisik sendi ditemukan tanda-tanda eritema, pembengkakan (90% kasus), hangat, dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi foto rontgen, pada hari pertama biasanya menunjukkan gambaran normal atau adanya kelainan sendi yang mendasari. Penemuan awal berupa pembengkakan kapsul sendi dan jaringan lunak sendi yang terkena, pergeseran bantalan lemak, dan pelebaran ruang sendi. Pemeriksaan USG dapat memperlihatkan adanya kelainan baik intra maupun ekstra artikular yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiologis lain seperti CT Scann, MRI dan kedokteran nuklir juga cukup membantu dalam tatalaksana kasus artritis septik.

Prinsip terapi pada Artritis septik adalah drainase cairan sinovial yang terinfeksi secara adekuat, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, dan imobilisasi sendi untuk mengurangi nyeri. Penegakan diagnosa artritis septik secara tepat dan cepat bisa mengurangi tingkat keparahan penyakit dan bisa memperbaiki kualitas penderita. DAFTAR PUSTAKA

1. Doherty, Gerard M. Septic Arthritis. Current Surgical Diagnosis and Treatment 12th Edition. New York: McGraw-Hill. 2003. pp 1199-1200.

2. Canale, S Terry, James H Beaty. Infection arthritis. Campbells Operative Orthopaedics. Volume One 11th Edition. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2008. pp 723-728.3. Kaandorp CJ, van Schaadenburg D, Krijnen P, et al. Risk Factors for Septic Arthritis in Patients with Joint Disease: a Prospective Study. Arthritis Rheumatoid Journal. 1995. 38:1819-1825.4. Setiyohadi B, Sanusi T. Infeksi Tulang dan Sendi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

5. Charalambous CP, Tryfonidis M, Sadiq S, Hirst P, Paul A. Septic arthritis following intra-articular steroid injection of the knee: a survey of current practice regarding antiseptic technique used during intra-articular steroid injection of the knee. Clin Rheumatology Journal. 2003; 22:386-390.6. Schnettler R, Hans US. Septic Bone and Joint Surgery. 2010. New York : Thieme Publishing Group. 7. Charalambous CP, Tryfonidis M, Sadiq S, Hirst P, Paul A. Septic arthritis following intra-articular steroid injection of the knee: a survey of current practice regarding antiseptic technique used during intra-articular steroid injection of the knee. Clin Rheumatology Journal. 2003; 22:386-390.8. Schnettler R, Hans US. Septic Bone and Joint Surgery. 2010. New York : Thieme Publishing Group. 9. Geirsson AJ, Statkevicius S, Kingsso AV. Septic arthritis in Iceland 19902002: increasing incidence due to iatrogenic infections. Annual Rheumatology Dis 2008;67:638643.

10. Horowitz DL, Elena K. Approach to Septic Arthritis. American Family Physician. 2011;84(6):653-660.11. Hughes LB. Infectious Arthritis. In: Koopman WJ, Moreland LW, Ed. Arthritis and allied conditions. A Text Book of Rheumatology. 15th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins, 2005.p.2577-2601.12. Holder Larry R, MD : Septic Artritis imaging. Medscape. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/395381-overview. Diakses tanggal 27 April 2015.13. Bulmer JH. Septic Arthritis of the Hip in Adults. Journal Robert Jones and Agnes Hunt Orthopaedic Hospital. 1966. 14. Steven VC. Septic Arthritis. Diunduh dari:

15. Wall C, Leo D. Septic Arthritis in Children. Reprinted From Afp Vol.44, No.4, April 2015.

16. Ofah AC. Acute osteomyelitis, septic arthritis and discitis: Differences between neonates and older children. European Journal of Radiology 60 (2006) 221232.17. Shirtliff ME, Mader JT. Acute septic arthritis. Clinical microbiology reviews 2002:15;527-44.18. Gupta MN, Sturrock RD, Field M. A prospective 2-year study of 75 patients with adult-onset septic arthritis. Journal of Rheumatology 2001;40:24-30.

19. Morgan DS, Fisher D, Merianos A,Currie BJ. An 18 year clinical review of septic arthritis from tropical Australia. Epidemiol Infection Journal. 1996;117 (3):423-8.

20. Hultgren O, Kopf M, Tarkowski A. Staphylococcus aureus-induced septic arthritis and septic : death is decreased in IL-4-deficient mice: role of IL-4 as promoter for bacterial growth. Journal of Immunology 1998;160:5082-7.21. Hendrix RW, Fischer MR: lmaging of septic arthritis. Clin Rheum Dis 12:459-487, 1986.

22. Fong SY, Tan JL. Septic arthritis after arthroscopic anterior cruciate ligament reconstruction. Annual Academy Medicine Singapore 2004;33:22834.19