cr obgin metroo albert

37
BAB I DATA KASUS A. IDENTITAS PASIEN Tanggal masuk : 18 November 2014 Pukul : 22.30 WIB Rekam medis : 250297 Nama : Ny. S Usia : 27 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Kebangsaan : Indonesia - Jawa Alamat : 15 A, Iring Mulyo, Metro Timur B. ANAMNESIS Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal : 19 November 2014 ; Pukul : 10.00 WIB 1.Keluhan a. Utama : Hamil dengan perdarahan pervaginam b. Tambahan : - 2.Riwayat perjalanan penyakit ± 1½ jam SMRS, pasien mengaku keluar darah dari kemaluan, warna darah merah segar, banyaknya ± 1 kali ganti celana dalam, R/ perut mules yang

Upload: albert-eb

Post on 01-Oct-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case report

TRANSCRIPT

BAB I

DATA KASUSA. IDENTITAS PASIEN

Tanggal masuk: 18 November 2014Pukul

: 22.30 WIBRekam medis: 250297Nama

: Ny. SUsia

: 27 tahunPendidikan: SMAPekerjaan

: Ibu Rumah TanggaAgama

: IslamKebangsaan: Indonesia - JawaAlamat

: 15 A, Iring Mulyo, Metro TimurB. ANAMNESISDiambil dari: Autoanamnesis

Tanggal

: 19 November 2014 ; Pukul : 10.00 WIB

1. Keluhan

a. Utama: Hamil dengan perdarahan pervaginamb. Tambahan: -

2. Riwayat perjalanan penyakit 1 jam SMRS, pasien mengaku keluar darah dari kemaluan, warna darah merah segar, banyaknya 1 kali ganti celana dalam, R/ perut mules yang menjalar ke pinggang (-), R/ keluar darah lendir (-), R/ trauma (-), R/ riwayat post coital (-), R/ minum obat atau jamu (-).Pasien mengaku hamil kurang bulan, gerakan anak masih dirasakan. 3 minggu yang lalu pasien mengaku pernah dirawat dengan keluhan yang sama dan dikatakan oleh dokter plasenta previa.3. Riwayat HaidHaid pertama usia: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lamanya

: 7 hari

Banyaknya

: 2 kali ganti pembalut

HPHT

: 14 April 2014

Taksiran persalinan: 21 Januari 20154. Riwayat Perkawinan

Perkawinan ke

: 1

Usia menikah

: 24 tahunUsia pernikahan: 3 tahun

5. Riwayat Obstetrik

NoTgl/Bln/Thn persalinanJenis KelaminBerat BadanUsia KehamilanJenis PersalinanPenolongKet

1Keguguran------

220-04-2013Laki-laki3000 g39 mingguPervaginamBidanSehat

3Hamil ini

6. Riwayat Penyakit

a. Penyakit dahulu

: (-)

b. Penyakit dalam keluarga: (-)

7. Riwayat Operasi

Tidak ada riwayat operasi sebelumnya

8. Riwayat Antenatal

a. Selama hamil diperiksa oleh: Bidan

b. Keluhan dan kelainan

: Perdarahan pervaginam

C. PEMERIKSAAN FISIK1. Status Present

Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, irama reguler, isi cukup, tegangan kuat.

Suhu

: 36,8oCPernapasan

: 16 x/menit

Keadaan gizi

: Baik

Tinggi badan

: 155 cm

Berat badan sekarang: 50 Kg

Keadaan gizi

: Gizi baik

2. Status Generalis

Kulit

: Sawo matang, Chloasma gravidarum(-),linea nigra(+)Kepala

: NormochepalMuka

: Mimik baik, pucat (-)

Mata

: konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)Telinga

: Auricula dextra dan sinistra simetrisHidung

: Deviasi septum (-), Chonca hiperemis (-)Mulut/Gigi

: Stomatitis (-), anemis (-), caries (-)Leher

: JVP normal (5+1 cmHg), massa (-), struma (-)DadaPayudara : Bentuk bulat menggantung, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, striae (-)Paru

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-Jantung

: Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen

: Bising usus (+), cembung, tidak ada cairan bebasHepar

: Sulit dinilaiLimfa

: Sulit dinilaiGinjal

: Tidak ada nyeri ketok ginjalKandung kemih: Nyeri tekan suprapubik (-), nyeri berkemih (-)Ekstremitas

: Edema pretibia -/-, varises tidak adaSensitabilitas

: Dalam batas normal3. Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Inspeksi: Simetris, cembung, striae (-), chloasma gravidarum (-)

Palpasi

Leopold I: TFU 4 jari di bawah procesus xipoidheus (26 cm), pada fundus ibu teraba bagian besar bulat tidak melenting, Kesan bokong.

Leopold II: Letak memanjang, pada perut bagian sinistra teraba keras memanjang diperkirakan punggung janin dan disebelah dekstra perut ibu teraba bagian kecil kecil janin yang diperkirakan tangan dan kaki janin. Leopold III: Pada perut bagian terbawah terasa bundar, melenting, keras dan masih dapat digoyangkan, diperkirakan kepala janin belum masuk PAP

Leopold IV: Kedua tangan Konvergen

His

: (-)

Auskultasi: DJJ 155 x/menit

Pemeriksaan Dalam Vaginal toucherTidak dilakukan

Pemeriksaan panggul

Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratoriuma. Darah rutin

Hemoglobin

: 9,7 g/dl

Hematokrit

: 29,5 %

Leukosit

: 10,6 x 103/mm3 Hitung jenis

Basophil

: 18,9 %

Granulosit: 75,7 %

Monosit

: 5,4 %

Trombosit

: 285 x 103/mm3 MCV

: 87 m3 MCH

: 28,8 pg

MCHC

: 33,0 g/dl

MPV

: 7,6 m3E. RESUMENy.S, 27 tahun datang ke RS dengan keluhan keluar darah dari kemaluan 1 jam SMRS. Warna darah merah segar, banyaknya 1 kali ganti celana dalam.R/ perut mules yang menjalar ke pinggang (-), R/ keluar darah lendir (-), R/ trauma (-), R/ riwayat post coital (-), R/ minum obat atau jamu (-).Pasien mengaku hamil kurang bulan, gerakan anak masih dirasakan. 3 minggu yang lalu pasien mengaku pernah dirawat dengan keluhan yang sama dan dikatakan oleh dokter plasenta previa. Dari hasil pemeriksaan TFU 26 cm, dengan letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ 155 x/menit.F. DIAGNOSIS

Ny. S G3P1A1 Usia 27 tahun, hamil 32-33 minggu janin tunggal hidup, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, belum inpartu dengan hemoragic antepartum e.c plasenta previa totalis.G. PENATALAKSANAAN1. Informed consent

2. Observasi Tanda vital ibu, denyut jantung janin

3. IVFD RL gtt xx/ menit

4. Ampicillin 1 g Vial ( 2 x 1 g IV)

5. Ranitidine 50 mg amp ( 2 x 1 amp IV)

6. Asam Mefenamat 500 mg tab (3 x 1 pc)7. Fe (1 x 1 tab)

8. Nifedipin 10 mg tab (3 x 1)

H. PROGNOSISIbu: Dubia ad bonam

Anak: Dubia ad bonam

I. FOLLOW UPHari/ Tanggal/WaktuFollow Up

Selasa, 18 November 2014 ; Pukul 23.00 WIB

TD: 100/70 mmHg

N : 80 x/menit

T : 36,80C

RR : 16 x/menit

DJJ : 155 x /menit

Perdarahan pervaginam (+) tidak aktif.

D/ Ny. S G3P1A1 Usia 27 tahun, hamil 32-33 minggu janin tunggal hidup, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, belum inpartu dengan hemoragic antepartum e.c plasenta previa totalis.

Th/ Observasi Tanda vital ibu, denyut jantung janin, perdarahan1. IVFD RL gtt xx/ menit

2. Ampicillin 1 g Vial ( 2 x 1 g IV)

3. Ranitidine 50 mg amp ( 2 x 1 amp IV)

4. Fe (1 x 1 tab)

Rabu, 19 November 2014 ; Pukul 09.00 WIBTD: 90/80 mmHg

N : 80 x/menit

T : 36,70C

RR : 16 x/menit

DJJ : 138 x /menit

Perdarahan pervaginam (+) tidak aktif.

D/ Ny. S G3P1A1 Usia 27 tahun, hamil 32-33 minggu janin tunggal hidup, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, belum inpartu dengan hemoragic antepartum e.c plasenta previa totalis.

Th/ Observasi Tanda vital ibu, denyut jantung janin, perdarahan1. IVFD RL gtt xx/ menit

2. Ampicillin 1 g Vial ( 2 x 1 g IV)

3. Ranitidine 50 mg amp ( 2 x 1 amp IV)

4. Fe (1 x 1 tab)

5. Asam Mefenamat 500 mg tab (3 x 1 pc)

6. Nifedipin 10 mg tab (3 x 1)

Kamis, 20 November 2014 ; Pukul 08.00 WIBTD: 100/60 mmHg

N : 80 x/menit

T : 36,00C

RR : 16 x/menit

DJJ : 138 x /menit

Perdarahan pervaginam (-) D/ Ny. S G3P1A1 Usia 27 tahun, hamil 32-33 minggu janin tunggal hidup, intrauterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, belum inpartu dengan hemoragic antepartum e.c plasenta previa totalis.

Th/ 1. Ranitidine 150 mg tab ( 2 x 1 )

2. Fe (2 x 1 tab)

3. Asam Mefenamat 500 mg tab (3 x 1 pc)

4. Nifedipin 10 mg tab (3 x 1)

5. Utrogestan 2x1

Pasien dipulangkan dengan edukasi Kontrol Poli

Bed Rest dengan baik di rumah

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Perdarahan AntepartumPerdarahan antepartum ialah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Penyebab utama perdarahan pada riwulan terakhir ialah : plasenta previa dan solutio plasenta. Kita harus ingat juga bahwa perdarahan dalam kehamilan selain oleh sebab-sebab tersebut diatas juga dapat ditimbulkan oleh luka pada jalan lahir seperti karena terjatuh, coitus atau varices yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti carsinoma, erosio atau polip.1Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu.2,3 Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.4 Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.2 Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta biasanya lebih banyak, sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu, pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.2,5Perdarahan antepartum dapat berasal dari :4 Kelainan plasenta, yaitu plasenta previa, solutio plasenta (abruption plasenta), atau perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, seperti insersio velamentosa, rupture sinus marginalis dan plasenta sirkumvalata.

Bukan dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina (erosio porsionis uteri, polip servisis uteri, varices vulva, ca porsionis uteri) dan trauma.

B. Frekuensi

Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3 % dari seluruh persalinan. Di RS Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan.2C. Gambaran klinik Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga, atau setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya, seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul, atau kelainan letak janin. Karena Tanda pertama adalah perdarahan sehingga pada umumnya penderita segera datang untuk meminta pertolongan. Lain halnya dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai oleh perdarahan pervaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama makin hebat, dan berlangsung terus menerus. Nyeri ini sering diabaikan, disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah penderita pingsan karena perdarahan retroplasenta yang banyak, atau setelah tampak ada perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.2D. Pengawasan antenatalPengawasan antenatal dapat dipakai sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi perdarahan antepartum, yaitu :21. Penentuan golongan darah ibu dan golongan darah calon donornya

2. Pengobatan anemia dalam kehamilan

3. Seleksi ibu untuk bersalin dirumah sakit

4. Memperhatikan kemungkinan adanya plasenta praevia

5. Mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan pre-eklampsia.

Para ibu hamil yang patut dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum ialah :21. Para ibu yang umurnya telah lebih dari 35 tahun

2. Paritasnya 5 atau lebih

3. Bagian terbawah janin selalu terapung di atas pintu atas panggul, atau

E. Penanganan Langkah pertama menghadapi setiap pasien dengan perdarahan banyak adalah segera memberikan infus larutan Ringer Laktat atau larutan garam fisiologik dan kecepatannya disesuaikan kasus dengan kebutuhan setiap kasus, serta memeriksa Hb dan golongan darah. Langkah berikutnya adalah penyediaan darah segar berapapun kadar Hb nya mengingat perdarahan ulang tau tersembunyi sewaktu-waktu bisa mengancam. Tranfusi darah diberikan bila kadar hb 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.

8. Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

b. Terapi Aktif (tindakan segera)

Rencanakan terminasi kehamilan jika:

Janin matur

Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

Untuk pasien dengan perdarahan aktif dan gangguan hemodinamik, tindakan segera yang harus dilakukan adalah terminasi kehamilan dan penggantian cairan tubuh. Selama persiapan proses terminasi kehamilan, dilakukan:

Resusitasi cairan dengan saline atau ringer laktat, 2 jalur, jarum besar (16G, 18G)

Persiapkan 4 kantung darah yang sesuai golongan darah pasien

Observasi keadaan janin Berikan O2 murni untuk semua pasien dengan hipotensi (konsumsi O2 pada kehamilan meningkat hingga 20% dan janin sangat rentan terhadap hipoksia)

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :

Jenis plasenta previa

Perdarahan: banyak, atau sedikit tapi berulang-ulang

Keadaan umum ibu hamil

Keadaan janin: hidup, gawat janin, atau meninggal

Pembukaan jalan lahir

Paritas atau jumlah anak hidup

Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas, ada 2 pilihan persalinan, yaitu:

Persalinan pervaginam; bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Cara yang terpilih adalah pemecahan selaput ketuban (Amniotomi). Indikasi amniotomi pada plasenta previa:

Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan

Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih

Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah meninggal.

Apabila amniotomi tidak berhasil, maka terdapat 2 cara lain yang lebih keras menekan plasenta dan mungkin pula lebih cepat menyelesaikan persalinan, yaitu pemasangan cunam Willet, dan versi Braxton-Hicks.

Kedua cara tersebut telah ditinggalkan dalam dunia kebidanan muktahir karena seksio caesaria jauh lebih aman. Kedua cara tersebut cenderung dilakukan pada janin yang telah meninggal atau yang prognosis untuk hidup di luar uterus tidak baik. Cara ini, apabila akan dilakukan, lebih tepat dilakukan pada multipara karena persalinannya dijamin lebih lancar; dengan demikian tekanan pada plasenta berlangsung tidak terlampau lama.

Seksio sesaria; bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahnnya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam. Indikasi seksio caesaria pada plasenta previa:

Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa partialis, plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada

Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.G. Komplikasi 2,10 Pada Ibu: Perdarahan hingga syok akibat perdarahan

Anemia karena perdarahan

Plesentitis

Endometritis pasca persalinan

Robekan-robekan jalan lahir akibat tindakan

Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kuretase.

Pada Janin:

Persalinan prematur atau lahir mati

Prolaps tali pusat

Asfiksia beratH. Prognosis

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan (tindakan).4BAB IIIANALISA KASUSI. Permasalahan1. Apakah diagnosis kasus ini sudah tepat ?2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

II. Analisa kasus

1. Apakah diagnosis kasus ini sudah tepat ?Sudah tepat, berdasarkan hasil anamnesa, os mengatakan dirinya hamil dengan HPHT 14-04-2014 sehingga usia kehamilan saat ini dapat dihitung yakni 32 minggu atau masih dikatakan kehamilan kurang bulan (preterm).

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa janin posisi memanjang serta bagian terbawah adalah kepala. Ibu masih merasakan adanya gerakan janin.

Saat datang ke rumah sakit os mengeluhkan adanya perdarahan pervaginam yang dialami 1 jam SMRS. Perdarahan yang terjadi pada triwulan terakhir dari kehamilan disebut perdarahan antepartum atau hemorragic antepartum (HAP).6Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkankan pada gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.2Anamnesa plasenta previa :

(1) Terjadi perdarahan pada kahamilan sekitar 28 minggu.Pada kasus ini pasien mulai terjadi perdarahan pada usia kehamilan 29 minggu atau 3 minggu sebelumnya. Saat ini perdarahan sudah terjadi yang kedua kalinya.

(2) Sifat perdarahan:

(a) Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba.Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit pada saat terjadinya perdarahan.

(b) Tanpa sebab yang jelas.Perdarahan yang muncul memang tanpa sebab yang jelas, dikarenakan pasien tidak merasakan apa-apa dan hal tersebut diketahui ketika pasien bangun tidur.6(c) Dapat berulang.Pada kasus ini merupakan perdarahan yang kedua kalinya, dimana 3 minggu yang lalu pasien juga mengalami hal yang sama.Pada kasus ini, selain plasenta previa juga dapat di diagnosis banding dengan solutio plasenta. Namun terdapat beberapa pertimbangan diantaranya.6Solutio plasentaPlasenta Previa

Perdarahan dengan nyeriPerdarahan tanpa nyeri

Perdarahan segera disusul partusPerdarahan berulang-ulang sebelum partus

Perdarahan keluar hanya sedikitPerdarahan keluar banyak

Palpasi sukarBagian depan tinggi

Bunyi jantung anak biasanya tidak adaBiasanya ada

Pada toucher biasanya tidak teraba plasenta tetapi ketuban yang terus menerus tegangTeraba jaringan plasenta

Ada impressi pada jaringan plasenta karena hematomRobekan selaput maginal

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dalam 2 golongan yaitu terapi aktif dan ekspektatif.Terapi aktif yakni kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa kematian.6Syarat dilakukannya terapi aktif : Janin matur

Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.Sedangkan terapi ekpektatif dilakukan tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.2,4,8,9Syarat terapi ekspektatif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam batas normal)

Janin masih hidupPada kasus ini dipilih terapi ekpektatif dengan mempertimbangkan usia kehamilan preterm (32 minggu), perdarahan yang sedikit, belum ada tanda-tanda inpartu , keadaan umum ibu baik, dan janin masih hidup.Jadi, pada dalam kasus ini, pasien ditatalaksana sebagai berikut.2,4,8,91. Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan diberikan antibiotik profilaksis.

Pasien rawat selama 3 hari dengan observasi tanda vital dan diberikan antibiotik ampicillin 2 x 1 g Intravena.2. Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan presentasi janin. Pada kasus ini, implantasi plasenta pada ostium uteri internum dan seluruh bagiannya tertutup oleh plasenta (plaseta previa totalis), usia kehamilan 32 minggu, letak memanjang, presentasi kepala.3. Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg selama 1 bulan. Pasien diberikan tablet Fe 1 x1 tablet (1-0-0)4. Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi Tidak dilakukan transfusi pada pasien ini dikarenakan Hb 9,7 g/dL.5. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan. Karena usia kehamilan pasien masih 32 minggu dan keadaan ibu sudah membaik, perdarahan sudah tidak ada maka ibu dipulangkan dengan edukasi (istirahat yang cukup, tidak melakukan aktivitas seksual selama hamil ini, dan jika terjadi perdarahan segera kembali ke rumah sakit).DAFTAR PUSTAKA1. Pritchard, Mc., 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Penerbit EGC, Jakarta.

2. Winkjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan V. Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

3. Manuaba, IBG., 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit EGC, Jakarta.

4. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 1 dan 2. Edisi II. Penerbit EGC, Jakarta.

5. Tarigan, D., 1994. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi FK USU, Medan.

6. Sastrawinata, S., 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, Bandung.

7. Manuaba, IBG., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Penerbit EGC, Jakarta.

8. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum hemorrhage. In : Williams Obstetrics, 22st ed, Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange, Connecticut, 2001; 712-716.

9. Manjoer A, Triyanti K, Savitri R. Plasenta previa. Kapita Selekta,edisi ketiga. Jakarta:2001; 276-27910. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Patologi, Ed. 1984, Elstar Offset Bandung, hal 110-120.