cr easy made

41
CASE REPORT KEKERASAN TUMPUL Disusun oleh: Disusun oleh : Easy Orient Dewantari 1018011055 Ni Made Dwi Adnyani 1018011083 Pembimbing: dr. Winda Trijayanthi Utama 1

Upload: elman-d-firdaus

Post on 05-Sep-2015

238 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jkhkjh

TRANSCRIPT

CASE REPORTKEKERASAN TUMPUL

Disusun oleh:

Disusun oleh :Easy Orient Dewantari1018011055Ni Made Dwi Adnyani1018011083

Pembimbing:

dr. Winda Trijayanthi Utama

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIKRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEKBANDAR LAMPUNG2015KATA PENGANTARBAB I PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.2Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3

BAB IIRESUME

Korban seorang wanita diterima di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, atas permintaan lisan untuk dilakukan pemeriksaan luka dan dibuatkan Visum Et Repertum (VER) luka.Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.30 WIB, dilakukan pemeriksaan korban penganiayaan seorang perempuan berusia 20 tahun dan didapatkan jahitan pada bibir atas, luka memar pada bibir bawah, luka lecet tipe gores pada pipi kiri dan telinga kiri.Korban diperiksa oleh dokter muda Ilmu Kedokteran Forensik dan dokter di Pusat Pelayanan Terpadu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan dari hasil pemeriksaan terhadap Korban, maka dokter Pusat Pelayanan Terpadu membuat Visum et Repertum demi kepentingan peradilan.

BAB IIIILUSTRASI KASUS

Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 14.30 WIB, datang seorang wanita di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, untuk dibuatkan Visum Et Repertum (VER).

I. IDENTITAS PASIEN/KORBANa. Nama: Dela Anggrainib. Usia: 20 tahunc. Jenis kelamin: Perempuand. Warga Negara: Indonesiae. Agama: Islamf. Pekerjaan : Karyawati Swastag. Alamat: Jl. Keramat, Labuhan Ratu, Bandar Lampung

II. IDENTITAS PELAKUa. Nama: Nikenb. Usia: -c. Jenis Kelamin : Perempuand. Warga Negara : Indonesiae. Agama : -f. Pekerjaan : Karyawan swastag. Hubungan dengan klien : Teman kerja

III. ANAMNESIS/WAWANCARAKorban datang dalam keadaan sadar dan keadaan umum baik. Korban mengaku dianiaya oleh satu orang perempuan yang dikenal. Korban mengaku dipukul dengan gelas kaca bening berukuran besar di kantin Chandra, Mall Boemi Kedaton Bandar Lampung, pada hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015 pukul 15.00 WIB. Korban mengalami luka robek pada bagian bibir atas dan telah dilakukan tindakan penjahitan luka di Klinik Kosasih, Bandar Lampung pada hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015 pukul 17.00 WIB.

IV. PEMERIKSAAN FISIK UMUMa. Keadaan Umum: Baik, kesadaran sadar penuh, emosi stabil, kooperatif.b. Tekanan Darah: 110/80 mmHgc. Nadi: 86 bpmd. Pernafasan: 18 kali permenit

V. PEMERIKSAAN FISIKStatus Lokalis1. Pada bibir atas, tepat pada garis pertemgahan depan, terdapat luka jahitan sebanyak empat simpul berwarna kebiruan dengan tepi bengkak sepanjang 1 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.1)2. Pada bibir bawah, tepat pada garis pertemgahan depan, terdapat luka lecet berwarna kebiruan sepanjang 0,5 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.2)3. Pada pipi kiri, 6 cm dari garis pertengahan depan, 6 cm dibawah sudut mata, terdapat luka lecet gores berwarna merah dengan ukuran 3,5 cm x 2,5 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.3)4. Pada telinga kiri, 13 cm dari garis pertengahan depan, 0,5 cm diatas liang telinga, terdapat luka lecet gores berwarna merah kehitaman dengan diameter 0,3 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.4)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan

VII. TINDAKAN/PENGOBATANTelah dilakukan penjahitan luka pada bibir atas sepanjang 1 cm di klinik Kosasih Bandar Lampung.VIII. KESIMPULANPada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan telinga kiri. Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan namun memerlukan tindakan medis.

BAB IVPEMBAHASAN

Korban datang ke ruang forensik RSUD dr. H. Abdul Moeloek, dengan permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum luka tanpa membawa surat pengantar dari Kepolisian. Pemeriksaan korban ini kurang sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu tanpa adanya permintaan tertulis dari penyidik sesuai dengan pasal 133 KUHAP.4Dengan adanya surat permintaan visum yang dibuat oleh penyidik maka doker berkewajiban memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Hasil pemeriksaan ini tertuang dalam Visum et Repertum yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.Terdapat sangsi pidana kepada dokter yang menolak ataupun menghalang-halangi melaksanakan kewajibannya membantu peradilan. Sangsi tersebut sesuai dengan yang telah disebutkan pada pasal 216, 222, 224, dan 522 KUHP.Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai : Jenis luka apa yang ditemui Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan Bagaimana kualifikasi dari luka ituSebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.Pada korban ditemukan luka robek pada bibir atas, dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan telinga kiri akibat kekerasan tumpul. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).2Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulut. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.2Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Manfaat interpretasi luka lecet di tinjau dari aspek medikolegal sering kali di remehkan, padahalpemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di TKP dapat mengungkapkan peristiwayang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula di perkirakan sebagai akibat jatuhdan terbentur aspal jalan atau tanah, seharusnya di jumpai pula aspal atau debu yang menempeldi luka tersebut. Bila setelah di lakukan pemeriksaan secara teliti, tidak di jumpai benda asingtersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspalatau tanah, tapi mungkin akibat tindakan kekerasan.Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores(scratch), luka lecet serut(graze), luka lecet tekan(impression,impact abrasion)dan luka lecetgeser(friction abrasion).2Pada korban luka tidak menyebabkan kematian, kecacatan, penyakit dan halangan pekerjaan, namun memerlukan tindakan medis berupa penjahitan luka maka luka pada korban masuk kedalam klasifikasi drajat luka sedang. Pada pasal 352 KHUP, penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka atau dengan luka lecet atau memar kecil dilokasi yang tidak berbahaya/ yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Dan juga tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Sedangkan pada KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang luka berat yaitu: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang menimbulkan cacat berat (verminking); yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Dengan demikian keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka berat adalah keadaan yang dimaksud dengan luka sedang.2,4

BAB V TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Definisi LukaLuka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur.Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak.5Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.6

5.2 Deskripsi LukaDalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran, dan sifat luka.Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka.Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.Deskripsi luka meliputi:5 1. Jumlah luka2. Lokasi luka, meliputi:a. Lokasi berdasarkan region anatomi nyab. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuhc. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri.3. Bentuk luka, meliputi :a. Bentuk sebelum dirapatkanb. Bentuk setelah dirapatkan4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.5. Sifat-sifat luka, meliputi :a. Daerah pada garis batas luka, meliputi : Batas (tegas atau tidak tegas) Tepi (rata atau tidak rata) Sudut luka (runcing atau tumpul)b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi: Jembatan jaringan (ada atau tidak ada) Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa) Dasar lukac. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi : Memar (ada atau tidak)d. Lecet (ada atau tidak)e. Tatoase (ada atau tidak)

5.3 Klasifikasi LukaSecara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak.7

a. Trauma Benda TumpulLuka trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan luka robek (laserasi).b. Trauma Benda TajamLuka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata tajam dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka bacok (chop wound).c. Luka TembakLuka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah luka penetrasi dan perforasi.Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan.

5.4 Trauma Benda TumpulTrauma beda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah : 5 Tidak bermata tajam Konsistensi keras / kenyal Permukaan halus / kasarLuka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak.Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.7Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal.Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal.Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.6Contoh pola trauma:a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi.c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraff. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae, sternum, scapula, clavicula, robek organ jantung, paru, pericardiumg. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,v.urinarih. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os vertebraei. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang, dislokasi sendi, robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf

5.5 Jenis Luka Akibat Trauma Benda TumpulLuka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda tumpul bergantung kepada: Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh Waktu dari benda yang mengenai tubuh Bagian tubuh yang terkena Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena Jenis benda yang mengenai tubuhOrgan atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori.7a. Luka Lecet (Abrasi)Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan.Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.7Karakteristik luka lecet : Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta) Timbul reaksi radang (Sel PMN) Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parutPola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.5Memperkirakan umur luka lecet: Hari ke 1 3 : warna coklat kemerahan Hari ke 4 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram Hari ke 7 14 : pembentukan epidermis baru Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkapLuka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:Tabel 5.1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post MortemANTE MORTEMPOST MORTEM

Coklat kemerahanTerdapat sisa sisa-sisa epitelTanda intravital (+)Sembarang tempatKekuninganEpidermis terpisah sempurna dari dermisTanda intravital (-)Pada daerah yang ada penonjolan tulang

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion). Luka lecet gores(Scratch)Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi. Luka lecet serut (Scraping)Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

Gambar 5.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit. (Dikutip dari Color Atlas of Forensic Pathology)8

Luka lecet tekan (Impact abrasion)Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Gambar 5.2 Impact abrasion pada sisi kanan kepala. (Dikutip dari kepustakaan Color Atlas of Forensic Pathology)8b. Kontusio (Luka Memar)Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.7Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).a. Luka memar superfisialLuka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah secara subkutan.b. Luka memar dalamLuka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan kulit subkutan.Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.c. Luka memar berbekasLuka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian.Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Gambar 5.3 Luka memar pada punggung(Dikutip dari kepustakaan Color Atlas of Forensic Pathology)8

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene.5Memperkirakan umur luka memar : Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuhLebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:7

Tabel 5.2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam MayatLUKA MEMARLEBAM MAYAT

Di sembarang tempatPembengkakan (+)Tanda Intravital (+)Ditekan tidak menghilangDiiris : tidak menghilangBagian tubuh yang terendahPembengkakan (-)Tanda Intravital (-)Ditekan MenghilangDiiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih

Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan dalam.Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda.Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat.Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak.Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio.Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung.Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi.Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala.Kranium dapat patah atau tidak.Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup.Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma.Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball haemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi.Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam.Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena.Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis.Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.

c. Laserasi (Luka robek)Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi.Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit.Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.7Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam.6

Gambar 5.4 Luka robek multipel pada kepala belakang(Dikutip dari kepustakaan Color Atlast of Forensic Pathology)8

Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan.Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut.Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi.Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya.Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa.Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta.Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar.Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat.Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.5

d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasiLuka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka.Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul mengenai tubuh korban.7

5.6 Aspek Medikolegal Luka

Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum PidanaDalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf.Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan 358.Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementar, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan amat kurang perhatian.4,9Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah medis.9Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan atau memnbunuh anak dari kandungan ibu.4,9Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan. Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lain nya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

VeR Dalam KUHP4,9Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai : Jenis luka apa yang ditemui Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan Bagaimana kualifikasi dari luka ituSebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah Visum et Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah surat keterangan ahli yang dibuat oleh spesialis kedokteran forensik atau surat keterangan bila dibuat oleh dokter umum atau dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et Repertum.Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan Visum et Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum. Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan.2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk melakukan pekerjaan atau jabatan.3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau jabatannya.4. Orang yang bersangkutan mengalami :a. Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.b. Dapat mendatangkan bahaya maut.c. Tidak dapat menjalankan pekerjaan.d. Tidak dapat memakai salah satu panca indera.Terganggu pikiran lebih dari empat minggu

BAB VIPENUTUP

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka tumpul adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).Pada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan telinga kiri. Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan namun memerlukan tindakan medis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu 10 Juli 2004.2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.3. Dahlan, Sofwan. 2003. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.4. Dodi Afandi. 2010. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau5. Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus Pada Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Bab 7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto6. Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma, Chapter 8, pp. 405-5187. Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology Second Edition, Chapter 4, pp. 1-268. Jay Dix. 2000. Color Atlas of Forensic Patrology. Untited States of America. CRC Press. Chapter 3, pp. 32-439. Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433

LAMPIRAN

Gambar 3.1 Luka robek yang telah dijahit pada bibir atas

Gambar 3.2 Luka lecet pada bibir bawah

Gambar 3.3 Luka lecet pada pipi kiri

Gambar 3.4 Luka lecet pada telinga kiri

2