cover simbah (repaired)

39
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA EVALUASI PELAYANAN MEDIS MELALUI PERHITUNGAN INDIKATOR EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS RSU RA. KARTINI TAHUN 2013 Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Disusun Oleh : Monica Sari Gunawan 22010113210069 Yulia Evita Sari Sembiring 22010113210068 Aryazka Nuzuliana 22010113210070 Kusumaningrum 22010113210071 Indra Kusuma 22010113210107 1

Upload: ganang19

Post on 26-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

r

TRANSCRIPT

Page 1: COVER Simbah (Repaired)

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA

EVALUASI PELAYANAN MEDIS MELALUI PERHITUNGAN

INDIKATOR EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS

RSU RA. KARTINI TAHUN 2013

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

Disusun Oleh :

Monica Sari Gunawan 22010113210069

Yulia Evita Sari Sembiring 22010113210068

Aryazka Nuzuliana 22010113210070

Kusumaningrum 22010113210071

Indra Kusuma 22010113210107

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN UPAYA KESEHATAN

MLONGGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

2014

1

Page 2: COVER Simbah (Repaired)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Evaluasi

Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi dan Efektivitas RSU RA. Kartini

Tahun 2013”.

Laporan ini penulis susun dalam rangka melengkapi tugas kepaniteraan

senior Ilmu Kesehatan Masyarakat di P2UKM Fakultas Kedokteran Undip,

khususnya dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai

evaluasi pelayanan medis melalui perhitungan efisiensi dan efektivitas RSUD RA.

Kartini Kabupaten Jepara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, terutama kepada:

1. Direktur RSU RA. Kartini, Kabupaten Jepara, yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk belajar mengenai manajemen rumah sakit di RSU RA.

Kartini.

2. Para dokter, bidan, perawat dan staf RSU RA. Kartini yang telah membantu

penulis dalam penyusunan laporan ini.

3. dr. Nurkukuh, M.Kes, staf pengajar di P2UKM.

4. dr. Bambang Hariyana, M.Kes, staf pengajar di P2UKM.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis,

sebagai calon dokter, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan laporan

ini.

Mlonggo, 11 Juni 2014

Penulis

2

Page 3: COVER Simbah (Repaired)

DAFTAR ISI

3

Page 4: COVER Simbah (Repaired)

DAFTAR TABEL

4

Page 5: COVER Simbah (Repaired)

DAFTAR GAMBAR

5

Page 6: COVER Simbah (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya hidup sehat dan semakin

berhati-hati dalam memilih tempat pelayanan kesehatan saat mereka sakit. Dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, rumah sakit sebagai organisasi yang

bergerak di bidang jasa dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan agar

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat bersaing dengan bidang usaha

lainnya. Usaha yang dilakukan rumah sakit diantaranya dengan menambah dan

mengoptimalisasikan sarana dan prasarana sesuai perkembangan teknologi yang

ada.1

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai

organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multidisiplin oleh

berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana

dan sarana fisik. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik disebut rumah sakit umum2

Berdasarkan UU no 44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,

etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Fungsi rumah sakit adalah sebagai penyelenggara pelayanan pengobatan dan

pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.1

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka rumah sakit berusaha untuk

meningkatkan mutu pelayanan. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari

segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis, aspek efisiensi dan efektifitas

6

Page 7: COVER Simbah (Repaired)

pelayanan, keselamatan pasien, dan kepuasan pasien. Beberapa indikator untuk

mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain: pemanfaatan tenaga,

pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan.

Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui

adalah melalui angka BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over), ALOS

(Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval).3

RSU RA. Kartini sebagai salah satu rumah sakit di Kabupaten Jepara dalam

rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa pelayanan kesehatan

yang berkualitas, memiliki visi menjadi rumah sakit pilihan pertama dan utama.

Sedangkan misinya adalah menyelanggarakan pelayanan prima, mengembangkan

profesionalisme sumber daya manusia, melengkapi sarana prasarana sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kerjasama

lintas sektor. Nilai-nilai yang dianut oleh RSU RA. Kartini yaitu ketaqwaan, etos

kerja, kebersamaan, kejujuran, keterbukaan, akuntabilitas, efisien dan efektivitas,

profesionalisme, dan pelayanan prima. Sedangkan tujuan RSU RA. Kartini yaitu

terwujudnya RSU RA Kartini Jepara yang mempunyai fasilitas yang memadai

serta memiliki sumber daya manusia yang profesional, terwujudnya pelayanan

kesehatan prima dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta memberikan

kepuasan bagi pengguna jasa rumah sakit, terwujudnya RSU RA Kartini Jepara

yang berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

terciptanya iklim kondusif yang menunjang daya saing rumah sakit.4

Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini penulis

memaparkan tentang evaluasi pelayanan medis RSU RA. Kartini melalui

perhitungan efisiensi dan efektivitas tahun 2013.

.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui evaluasi pelayanan medis melalui perhitungan

efektivitas dan efisiensi di RSU RA.Kartini tahun 2013

7

Page 8: COVER Simbah (Repaired)

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui perhitungan efisiensi dan efektivitas di RSU RA. Kartini

tahun 2013.

Mengetahui hasil perhitungan efisiensi dan efektivitas di RSU RA.

Kartini tahun 2013.

1.3 Ruang Lingkup

Waktu : Tanggal 9-10 Juni 2014

Lokasi : RSU RA. Kartini, Kabupaten Jepara

Materi : Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi

dan Efektivitas di RSU RA. Kartini tahun 2013

1.4 Metodologi

Laporan ini disusun berdasarkan data sekunder yang didapatkan selama dua

hari yaitu pada tanggal 9 – 10 Juni 2014, di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara.

Data sekunder didapatkan dari Data Statistik Ruangan RSU RA. Kartini

Kabupaten Jepara tahun 2013 dari Instalasi Rekam Medik RSU RA. Kartini

Kabupaten Jepara. Data sekunder yang didapatkan adalah data per bangsal.

Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan BOR (Bed

Occupancy Ratio), AvLOS (Avarage Length of Stay), TOI (Turn Over Interval),

BTO (Bed Turn Over), NDR (Net Death Rate), GDR (Gross Death Rate),

pembahasan hasil, dan pengambilan kesimpulan berdasarkan tujuan yang telah

ditentukan.

8

Page 9: COVER Simbah (Repaired)

BAB II

HASIL KUNJUNGAN KERJA RUMAH SAKIT KARTINI TENTANG

EVALUASI PELAYANAN MEDIS MELALUI PERHITUNGAN

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

RSU RA. KARTINI TAHUN 2013

2.1 Gambaran Umum

Instalasi rawat inap di RSU RA. Kartini memiliki 14 ruang perawatan

dengan kapasitas tempat tidur masing-masing sebagai berikut:

Tabel 1. Data jumlah tempat tidur RSU RA.Kartini Tahun 2013 (Januari-Desember)

No RuanganJumlah

(Tempat Tidur)

1 Ruang Cempaka 28

2 Ruang Teratai (Januari) 28

Ruang Teratai (Februari-Desember) 32

3 Ruang Bougenvil 26

4 Ruang Flamboyan 9

5 Ruang VIP 12

6 Ruang Anggrek (Januari-Juni) 18

Ruang Anggrek (Juli-Desember) 16

7 Ruang Mawar 21

8 Ruang Melati 33

9 Ruang Dahlia (Januari-Mei) 30

Ruang Dahlia (Juni-Desember) 31

10 Ruang ICU 6

11 Ruang Anyelir 15

12 Ruang Kemuning 32

13 Ruang Kenanga 8

14 Ruang Seruni 26

9

Page 10: COVER Simbah (Repaired)

2.2 Data Statistik Pelayanan Medis RSU RA.Kartini tahun 2013

Tabel 2. Data statistik pelayanan medis RSU RA.Kartini tahun 2013Bulan LP HP JPK JPM<48 JPM>48 JPM

SK

Rujuk PP TT t

Januari 10819 7941 2090 46 36 82 14 156 292 31

Februari 9673 7395 1934 35 36 71 14 119 296 28

Maret 10614 7907 1996 35 35 70 13 129 296 31

April 9551 7354 1962 38 43 81 23 108 296 30

Mei 9643 7027 1918 43 29 72 25 134 296 31

Juni 8327 6802 1692 30 51 81 22 117 297 30

Juli 8182 6164 1690 34 41 75 17 118 295 31

Agustus 7913 6312 1673 26 51 77 22 143 295 31

September 8478 6465 1797 34 36 70 18 100 295 30

Oktober 8047 6348 1770 37 37 74 28 138 295 31

November 8546 6635 1769 32 51 83 31 135 295 30

Desember 8939 6739 1745 26 32 58 18 118 295 31

Total 108732 83089 22036 416 478 894 245 1551 295 365

Jumlah hari dalam satu tahun pada tahun 2013 adalah 365 hari.

Keterangan :

LP : Lama perawatan

HP : Hari perawatan

JPK : Jumlah pasien keluar

JPM <48 : Jumlah pasien meninggal <48 jam di rawat

JPM ≥48 : Jumlah pasien meninggal ≥48 jam di awat

JPMSK : Jumlah Pasien meninggal secara keseluruhan

Rujuk : Jumlah pasien yang di rujuk

PP : Jumlah pasien pulang paksa

TT : Jumlah tempat tidur yang tersedia

T : Jumlah hari perhitungan dalam satu satuan waktu

2.3 Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Perhitungan Efisiensi dan Efektivitas

RSU RA. Kartini Tahun 2013

10

Page 11: COVER Simbah (Repaired)

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di RSU RA.

Kartini Kabupaten Jepara pada tanggal 9-10 Juni 2014, diperoleh data sebagai

berikut per periode Januari-Desember 2013:

2.3.1BOR

Rumus penghitungan BOR :

BOR= Jumlah hari perawatan rumah sakitJumlahTT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu

x100 %

Atau  menggunakan Rumus Barber-Johnson :

BOR=OA

x100 %

O  : rerata tempat tidur terisi ( Hari perawatan

t )

A  : kapasitas tempat tidur tersedia

TT: jumlah tempat tidur siap pakai

t   : jumlah hari perhitungan dalam satu satuan waktu

Hari perawatan = ¿

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

87.73 89.23 86.17 82.8276.58 76.34

67.40 69.02 73.05 69.4174.97 73.69

BORBOR

Gambar 1. Grafik Perhitungan BOR/Bulan Pada Tahun 2013

Dari grafik perhitungan BOR pada periode Januari-Desember 2013 yang

terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai BOR terbesar berada pada bulan

11

Page 12: COVER Simbah (Repaired)

Februari dengan nilai sebesar 89,23%, nilai terbesar kedua berada pada bulan

Januari sebesar 88%, kemudian grafik menurun mulai bulan Maret hingga bulan

Juli. Pada bulan Juli terlihat persentase sebesar 67,40% dan kembali meningkat

pada bulan Agustus-September. Pada bulan September persentase sebesar

73,05%, lalu menurun kembali di bulan Oktober sebesar 69,41%, dan kembali

naik pada bulan November dengan persentase sebesar 74,97% serta bulan

Desember sebesar 73,69%. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa rata-rata nilai BOR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar

76,89%.

2.3.2AvLOS

Rumus penghitungan AvLOS :

AvLOS= Jumlahhari perawatan per tahunJumlah pasien keluar(hidup+mati)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3.80 3.82

3.96

3.753.66

4.02

3.65

3.77

3.60 3.59

3.75

3.86

AvLOSAvLOS

Gambar 4. Perhitungan AvLOS/Bulan Pada Tahun 2013

Berdasarkan grafik perhitungan AvLOS/bulan periode Januari-Desember

2013 yang terlihat pada gambar di atas, didapatkan nilai AvLOS tertinggi pada

bulan Juni sebesar 4,02 hari. Sedangkan nilai terendah sebesar 3,58 hari pada

bulan Oktober. Awal tahun dari bulan Januari hingga bulan Mei didapatkan nilai

yang hampir sama besar dengan sedikit peningkatan pada bulan Maret yaitu

12

Page 13: COVER Simbah (Repaired)

sebesar 3,96 hari. Kemudian mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember

terjadi penurunan nilai dibandingkan dengan nilai AvLOS pada bulan Juni. Dari

perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata nilai AvLOS

tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 3,77 hari.

2.3.3BTO

Rumus penghitungan BTO :

BTO=Jumlah pasien keluar ( hidup+mati ) per tahun

JumlahTT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

7.166.53 6.74 6.63 6.48

5.70 5.73 5.676.09 6.00 6.00 5.92

BTOBTO

Gambar 2. Perhitungan BTO/Bulan Pada Tahun 2013

Berdasarkan grafik perhitungan BTO/bulan periode Januari-Desember

2013 yang terlihat pada gambar di atas, didapatkan nilai BTO terbesar berada

pada bulan Januari sebesar 7,16 kali, terbesar kedua disusul oleh bulan Maret

dengan frekuensi sebesar 6,74 kali, lalu bulan Februari sebesar 6,53 kali. Pada

bulan April didapatkan frekuensi BTO sebesar 6,63 kali, lalu mulai menurun dari

bulan April sampai dengan bulan Juni sebesar 5,69 kali, kemudian naik sedikit

pada bulan Juli sebesar 5,73 kali. Pada bulan Agustus frekuensi menurun sebesar

5,67 kali. Meningkat pada bulan September sebesar 6,1 kali, kemuadian menurun

mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember dengan frekuensi bulan

13

Page 14: COVER Simbah (Repaired)

Desember sebesar 5,91 kali. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa rata-rata nilai BTO tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar

74,45 kali.

2.3.4TOI

Rumus penghitungan TOI :

TOI=Jumlah (TT x t )−hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0.53 0.460.64

0.78

1.121.25

1.76 1.69

1.33

1.58

1.251.38

TOITOI

Gambar 3. Perhitungan TOI/Bulan Pada Tahun 2013

Berdasarkan grafik perhitungan TOI/bulan periode Januari-

Desember 2013 yang terlihat pada grafik di atas, nilai TOI tertinggi terjadi pada

bulan Juli sebesar 1,76 hari, disusul bulan Agustus sebesar 1,69 hari. Pada bulan

September menurun dengan nilai sebesar 1,33 hari, selanjutnya meningkat sedikit

pada bulan Oktober sebesar 1,58 hari dan menurun kembali dengan nilai yang

hampir sama besar pada bulan November-Desember. Sedangkan pada awal tahun

seperti bulan Januari hingga bulan April nilai TOI cukup rendah yakni sebesar

0,53 hari pada bulan Januari, 0,46 hari pada bulan Februari, 0,63 hari pada bulan

Maret, dan 0,77 hari pada bulan April. Dari perhitungan di atas maka dapat

14

Page 15: COVER Simbah (Repaired)

diambil kesimpulan bahwa rata-rata nilai TOI tahun 2013 di RSU RA Kartini

sebesar 1,13 hari..

2.3.5NDR

Rumus penghitungan NDR :

NDR= Jumlah pasienmeninggal 48 jamJumlah pasien keluar

x1000 ‰

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

17.22 18.61 17.54

21.92

15.12

30.14

24.26

30.48

20.03 20.90

28.83

18.34

NDRNDR

Gambar 5. Perhitungan NDR/Bulan Pada Tahun 2013

Berdasarkan dari grafik perhitungan NDR/bulan periode Januari-Desember

2013 yang terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai NDR tertinggi pada bulan

Agustus sebesar 30,48 ‰, kemudian disusul bulan Juni sebesar 30,14‰. Nilai

NDR terendah terjadi pada bulan Mei dengan nilai sebesar 15,11‰. Pada awal

tahun terlihat nilai NDR yang memiliki besar nilai hampir sama dari bulan Januari

sampai dengan April. Kemudian di akhir tahun terjadi penurunan nilai NDR dari

mulai bulan September hingga bulan Desember dengan besar nilai yang hampir

sama bila dibandingkan dengan bulan Agustus yang memiliki nilai NDR tertinggi

kedua. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata

nilai NDR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 21, 69‰ .

15

Page 16: COVER Simbah (Repaired)

2.3.6GDR

Rumus penghitungan GDR :

GDR =           J umlah pasien meninggal                  x 1000‰

Jumlah pasien keluar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

39.23 36.71 35.0741.28

37.54

47.8744.38 46.03

38.9541.81

46.92

33.24

GDRGDR

Gambar 6. Perhitungan GDR/Bulan Pada Tahun 2013

Berdasarkan dari grafik perhitungan GDR/bulan periode Januari-

Desember 2013 yang terlihat pada gambar diatas, didapatkan nilai GDR tertinggi

terjadi pada bulan Juni dengan nilai sebesar 47,87 kemudian tertinggi kedua pada

bulan November dengan nilai sebesar 46,91. Nilai perhitungan GDR terendah

yang didapatkan yaitu sebesar 33,23 terjadi pada bulan Desember. Pada awal

tahun dari bulan Januari sampai dengan Juni didapatkan nilai GDR yang hampir

sama besar namun terdapat kenaikan nilai yang terjadi pada bulan April sebesar

41,28. Dari perhitungan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata

nilai GDR tahun 2013 di RSU RA Kartini sebesar 40, 57%o

Dari data sekunder RSU R.A. Kartini didapatkan data-data yang berkaitan dengan

indikator pemanfaatan sarana pelayanan tahun 2013 sebagai berikut :

16

Page 17: COVER Simbah (Repaired)

Tabel 3. Indikator pemanfaatan sarana pelayanan RSU R.A.Kartini Periode Tahun

2013 Berdasarkan DepKes 2005.

Indikator pelayanan Standar Pelayanan (DepKes

2005)

Nilai Tahun 2013

Bed Occupancy Rate (BOR) 60 – 85 % 76,89 %

Average Length of Stay

(AvLOS)

6 – 9 hari 3,77 hari

Turn Over Intervale (TOI) 1 – 3 hari 1,13 hari

Bed Turn Over (BTO) 40 – 50 kali 74,45 kali

Nett Death Rate (NDR) < 25 ‰ 21,69 ‰

Gross Death Rate (GDR) < 45 ‰ 40,57 ‰

Tabel 4. Indikator pemanfaatan sarana pelayanan RSU R.A.Kartini Periode Tahun

2013 Berdasarkan Barber Johnson.

Indikator pelayanan Standar Pelayanan (Barber -

Johnson)

Nilai Tahun 2013

Bed Occupancy Rate (BOR) 75 – 85 % 76,89 %

Average Length of Stay

(AvLOS)

3 - 12 hari 3,77 hari

Turn Over Intervale (TOI) 1 – 3 hari 1,13 hari

Bed Turn Over (BTO) 40 – 50 kali 74,45 kali

Nett Death Rate (NDR) < 25 ‰ 21,69 ‰

Gross Death Rate (GDR) < 45 ‰ 40,57 ‰

17

Page 18: COVER Simbah (Repaired)

BAB III

PEMBAHASAN

Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta

dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu

adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan

yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standard dan kode etik profesi yang telah

ditetapkan.1

Dewasa ini rumah sakit tidak hanya melaksanakan upaya kesehatan kuratif

dan rehabilitatif. Seiring   dengan   perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan,

dan sosial budaya, maka diperlukan juga pelayanan preventif

dan promotif. Pelayanan rumah sakit diharapkan lebih efisien   dan   efektif  

dalam pengelolaan dan mutu pelayanannya

dengan memperhatikan fungsi sosialnya.1

Salah satu upaya penyembuhan pasien di rumah sakit adalah melalui

pengobatan dan perawatan yang dilaksanakan dalam ruang rawat inap. Ruang

rawat inap yang aman dan nyaman merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu dalam merancang

ruang rawat inap harus memenuhi persyaratan tertentu yang mendukung

terciptanya ruang rawat inap yang sehat, aman dan nyaman.5

Indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari

perawatan (AvLOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu

pemakaian tempat tidur (TOI), presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)

dan presentase pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan (NDR).3

Penulis menggunakan data yang didapatkan dari tiap-tiap ruangan rawat

inap di RSU R.A. Kartini Jepara. Adapun terdapat kelemahan serta kelebihan dari

Page 19: COVER Simbah (Repaired)

data yang penulis dapatkan antara lain: Kelemahan dari data yang penulis

dapatkan yaitu adanya pencatatan ganda pada pasien yang pindah ruangan.

Sedangkan kelebihannya adalah data yang diperoleh telah dikonfirmasi kepada

tiap kepala ruangan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Data pada laporan ini merupakan data yang didapatkan dari tiap-tiap

ruangan di rumah sakit selain ruang perawatan bayi, yaitu Ruang Cempaka,

Ruang Teratai, Ruang Bougenvil, Ruang Flamboyan, Ruang Anggrek, Ruang

Mawar, Ruang Melati, Ruang Dahlia, Ruang VIP, ICU, Ruang Anyelir, Ruang

Kenanga, Ruang Seruni, dan Ruang Kemuning.

BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah

antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Jika BOR > 85 % berarti tempat tidur di rumah

sakit tersebut hampir terpakai seluruhnya. Rumus BOR adalah (Jumlah hari

perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu satuan

waktu)) X 100%. BOR dihitung untuk menentukan efisiensi pelayanan RS.3 Nilai

BOR meningkat jika jumlah pasien meningkat, contohnya saat kejadian wabah

atau pada saat jumlah tempat tidur yang tersedia kurang mencukupi. Jika rata-rata

tingkat penggunaan tempat tidur dibawah standar berarti tempat tidur yang

tersedia di RS belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Apabila nilai

BOR lebih dari standar kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial akan

meningkat, dan juga akan mengurangi cadangan tempat tidur bila terjadi KLB

(Kejadian Luar Biasa). Di RSU RA Kartini nilai BOR terbesar berada pada bulan

Februari sebesar 89,22%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kejadian DHF

berdasarkan laporan morbiditas rawat inap. Sedangkan untuk nilai BOR RSU RA

Kartini tahun 2013 sebesar 76,89%. Berdasarkan standar pelayanan Barber

Johnson nilai ideal BOR adalah 75-85%, sedangkan nilai ideal BOR berdasarkan

standar pelayanan DEPKES 2005 adalah 60-85%.. Sehingga berdasarkan Barber

Johnson nilai BOR RSU R.A Kartini berada dalam batas standar.

AvLOS adalah rata-rata lama hari dirawatnya seorang pasien. Indikator ini

disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan

xix

Page 20: COVER Simbah (Repaired)

gambaran mutu pelayanan. Pada AvLOS yang memendek dapat terjadi karena

pasien meninggal, pulang paksa, atau dirujuk pada pelayanan kesehatan yang

lain.6

Secara umum nilai AvLOS yang ideal antara 6-9 hari sedangkan menurut

Barber Johnson adalah 3-12 hari. Rumus yang digunakan untuk menghitung

AvLOS yaitu (jumlah lama dirawat) / (jumlah pasien keluar (hidup + mati)).3

Nilai AvLOS RSU R.A Kartini terbesar terdapat pada bulan Juni, yaitu sebesar

4,02 hari. Hal ini dikarenakan pada bulan Juni jumlah pasien meninggal, pasien

yang dirujuk, dan pasien pulang paksa mengalami peningkatan. Sedangkan nilai

AvLOS selama tahun 2013 sebesar 3,77 hari. Sehingga nilai AvLOS RSU R.A

Kartini menurut DEPKES 2005 memendek, sedangkan menurut Barber Johnson

berada dalam batas normal. Adapun faktor lain yang menyebabkan memendeknya

AvLOS ialah berat ringannya penyakit. Adapun faktor lain yang menyebabkan

memendeknya nilai AvLOS adalah faktor kematian pasien baik yang meninggal

kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit dan

jumlah pasien yang dirujuk. Setelah didata, didapatkan faktor pulang paksa juga

menyebabkan memendeknya AvLOS. Pulang paksa yang terjadi cukup banyak

terutama di bagian penyakit dalam ruang Teratai dan Kemuning. Setelah

dikonfirmasi dengan kepala ruang Teratai dan Kemuning didapatkan bahwa

pemendekan AvLOS dikarenakan kebanyakan pasien merasa sudah sembuh dan

ingin pulang atau keluarga pasien merasa bahwa pasien tidak kunjung membaik

dan sudah sangat kritis sehingga keluarga ingin merawat pasien di rumah. Faktor

lain dapat berupa kebutuhan pasien kritis akan ICU namun jumlah ventilator di

RSU RA Kartini terbatas, sehingga pasien harus menunggu dan menyebabkan

pasien lebih memilih untuk pindah ke ICU RS lain. Setelah dikonfirmasi dengan

kepala ruang ICU, salah satu penyebab data kematian yang tinggi di ICU adalah

faktor screening UGD. Faktor kematian tinggi juga didapatkan di ruang

Kemuning dikarenakan tingginya angka kejadian stroke, Chronic Kidney Disease

(CKD), dan Congestive Heart Failure (CHF). Sedangkan, apabila didapatkan nilai

AvLOS yang tinggi dapat berarti kurangnya mutu pelayanan di RS atau adanya

infeksi nosokomial.

xx

Page 21: COVER Simbah (Repaired)

TOI menurut Depkes RI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur tidak

terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI dapat dihitung menggunakan rumus ((Jumlah

tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati).

Nilai TOI tinggi berarti tempat tidur semakin tidak produktif sehingga tidak

menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Nilai Toi

rendah berarti tempat tidur bisa sangat produktif. Hal ini bisa sangat

menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa

merugikan pasien karena tempat tidur tidak dapat disiapkan dengan baik.

Akibatnya kejadian infeksi nosokomial mungkin bisa meningkat; beban kerja tim

medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam.3 Nilai TOI

RSU Kartini paling tinggi berada pada bulan Juli, yaitu sebesar 1,76. Salah

satunya disebabkan oleh adanya penurunan jumlah tempat tidur dan jumlah pasien

yang keluar (hidup dan mati) tidak terlalu tinggi. Sedangkan nilai TOI RSU R.A

Kartini selama tahun 2013 sebesar 1,11 hari. Dalam hal ini nilai TOI RSU R.A

Kartini berada dalam batas standar menurut Depkes 205 dan Barber-Johnson.

BTO adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of

stay”.6 BTO menurut Depkes RI adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada

satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus

BTO dalah sebagai berikut: BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah

tempat tidur. BTO memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakain tempat

tidur dan produktivitas tempat tidur.3 Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai

BTO RSU R.A Kartini tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 7,16 kali.

Sedangkan nilai BTO tahun 2013 sebesar 74,45 kali. Angka tersebut lebih besar

dari standar yang ditetapkan DEPKES 2005 yaitu 40-50 kali. Angka BTO yang

meninggi dapat disebabkan karena tingginya jumlah pasien yang keluar baik

karena sembuh, meninggal ataupun pulang paksa dalam waktu relatif lebih cepat

(AvLOS yang memendek). Nilai BTO juga dipengaruhi oleh nilai TOI, apabila

nilai BTO baik maka TOI juga baik.

xxi

Page 22: COVER Simbah (Repaired)

Memanjangnya AvLOS berkontribusi menyebabkan BTO yang menurun

karena dengan memanjangnya AvLOS berarti jumlah pasien yang dirawat di unit

rawat inap bertambah waktu rawatnya sehingga rata-rata satu tempat tidur

ditempati oleh pasien dalam satu periode waktu akan makin rendah karena

pergantian pasien yang menggunakan tempat tidur semakin lama. Jumlah pasien

yang dirawat di rawat inap yang sedikit juga dapat menyebabkan BTO menurun

karena terbatasnya pasien yang masuk di unit rawat inap menyebabkan banyaknya

tempat tidur yang kosong dan pergantian pasien yang menempati tempat tidur

tersebut pun menurun.

GDR adalah angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.

Nilai GDR RSU R.A Kartini tertinggi terdapat pada bulan Juli yaitu sebesar

47,87%o, sedangkan nilai GDR tahun 2013 adalah sebesar 40,57%o, dimana nilai

tersebut sesuai standar yang ditetapkan DEPKES 2005 yaitu tidak lebih dari 45

per 1000 pasien keluar. Sedangkan NDR adalah angka kematian ≥ 48 jam setelah

dirawat untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar. NDR dapat memberikan gambaran

mutu pelayanan RS. Nilai NDR RSU R.A Kartini tertinggi terdapat pada bulan

Agustus yaitu sebesar 30,48%o, sedangkan nilai NDR tahun 2013 adalah 21,69%o,

dimana nilai tersebut sesuai standar DEPKES 2005 yaitu kurang dari 25 per 1000

pasien keluar.

Periode waktu yang digunakan dalam indikator laporan ini adalah kurun

waktu 1 tahun. Dalam kurun waktu 1 tahun dapat dilihat tingkat keberhasilan atau

gambaran tentang keadaan pelayanan di RS melalui beberapa indikator sehingga

dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

Penentuan koordinat grafik Barber Johnson didapatkan dari perhitungan rumus :

TOI (x) = Jumlah (TT x hari) – Hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

= 1,11

Av-LOS (y) = Jumlah hari Perawatan Pasien Keluar

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

= 3,77 hari

Untuk menentukan garis BOR ditentukan oleh:

xxii

Page 23: COVER Simbah (Repaired)

(TOI;Av-LOS) = (x;y)

= (1,13 ; 3,77)

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

GRAFIK EFISIENSI PEMANFAATAN TEMPAT TIDURRSU RA. KARTINI JEPARA

TAHUN 2013

TOI

av

LO

S

Da

era

h E

fisie

n

BOR = 76,89%

BTO = 74,45%

Gambar 7. Grafik Efisiensi Pemanfaatan Tempat Tidur RSU R.A. Kartini

Jepara Tahun 2013

Grafik Barber Johnson di atas menggambarkan tingkat efisiensi rumah sakit

dengan menggunakan parameter BOR, AvLOS, TOI, dan BTO. Pada Grafik

tersebut terlihat titik pertemuan parameter masih berada di daerah efisiensi. Hal

ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur di RSU RA Kartini sudah

efisien berdasarkan standar Barber-Johnson.

xxiii

Page 24: COVER Simbah (Repaired)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam menilai suatu rumah sakit khususnya yang menyangkut instalasi

rawat inap, diperlukan beberapa indikator dalam penilaian tingkat pemanfaatan,

mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Berikut ini beberapa indikator yang

paling sering digunakan yaitu: Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of

Stay (AvLOS/LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death

Rate (NDR),dan Gross Death Rate (GDR).

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari RSU RA Kartini Kabupaten

Jepara selama periode Januari-Desember 2013: nilai BOR 77,16%, Av LOS 3,77

hari, TOI 1,11 hari, NDR 21,69%o , GDR 40,57%o dan BTO 74,70 kali.

Berdasarkan grafik Barber-Johnson, titik pertemuan parameter terletak di

dalam daerah efisien, yang berarti penggunaan tempat tidur sepanjang periode

2013 sudah efektif. Berdasarkan DepKes 2005 (60-85%) dan Barber Johnson (75-

85%), nilai BOR dalam batas normal, rata-rata nilai AvLOS lebih rendah dari

standar (Depkes RI 6-9 hari), tetapi masih sesuai menurut standar Barbara-

Johnson (3-12 hari). Nilai TOI sesuai standar DEPKES 2005 dan Barber Johnson

(1-3 hari). Nilai BTO melebihi standar dari Barber Johnson (30 kali) dan standar

Depkes RI (40-50 kali). Adapun nilai GDR dan NDR sudah sesuai dengan standar

DepKes 2005 dan Barber Johnson, yaitu nilai GDR (DepKes <25 %o ) dan nilai

NDR (DepKes <45%o ). Dapat disimpulkan secara umum tingkat pemanfaatan,

xxiv

Page 25: COVER Simbah (Repaired)

mutu, dan efisiensi pelayanan RSU RA. Kartini Jepara periode Januari –

Desember 2013 sudah efisien.

4.2 Saran

1. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor yang

menyebabkan angka persentase BTO lebih dari nilai rata-rata standar

pelayanan yang ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu tahun 2005

sebesar 40-50 kali.

2. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor yang

menyebabkan angka AvLOS lebih pendek dari rata-rata rumah sakit umum

menurut standar pelayanan departemen kesehatan tahun 2005 yaitu 6-9

hari.

3. Perlu dilakukan studi untuk memperoleh penyakit yang perlu

dilakukan rawat inap, yang tergolong penyakit ringan atau berat

sehingga dapat diketahui apakah berpengaruh terhadap AvLOS atau

tidak.

4. Perlu dilakukan evaluasi terhadap data kondisi pasien saat pulang paksa

dimana perlu ditelusuri dan dilakukan pencatatan mengenai penyebab

pulang paksa dan rerata di hari keberapa pasien pulang paksa dan data

mengenai keberhasilan pengobatan di RSU RA.Kartini sehingga dapat

mengkonfirmasi apakah perawatan di RS cukup baik.

5. Dilakukan perbandingan efektifitas pengelolaan rumah sakit antarbagian

yang sama di beberapa rumah sakit di Jepara termasuk RSU RA Kartini

Jepara atau antar bagian dalam satu RS agar dapat diketahui rumah sakit

mana atau bagian mana yang pengelolaannya lebih efisien.

xxv

Page 26: COVER Simbah (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

1. www.depkes.go.id

/downloads/UU_No._44_Th_2009_ttg_Rumah_Sakit.pdf

2. Permenkes No. 029.2012. Rumah Sakit.

3. Rano indradi sudra, statistic Rumah sakit. Penerbit Graha Ilmu hal 52

4. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008.

http://www.depkes.go.id

5. http://rsukartini.jeparakab.go.id/index.php/web/data/1.2

6. Harmiati AH. Gambaran Mutu Pelayanan Kesehatan di Unit Rawat Inap

RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Propinsi Ntt Tahun 2011. [online].

2011. [cited 2013 November 12]. Available from :

7. Huffman.1994. Health Information Management 10th Edition.

USA:Berwin.Illnois, physician record company.

xxvi