cover seminar

Upload: teguh26prasetya

Post on 07-Mar-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

r

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAJA RINGAN PADA PERUSAHAAN DAGANG(Studi Kasus Pada PD. SUBUR JAYA)

Makalah Seminar

Diajukan Oleh:Dewi Pratiwi Permana021112103

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS PAKUANBOGOR

OKTOBER 2015BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerekonomian saat ini mengalami perubahan yang cukup signifikan, apalagi di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia yang semakin hari mengalami peningkatan baik dibidang ekonomi maupun pembangunan. Dalam dunia bisnis pun setiap perusahaan sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan konsumen yang semakin tinggi dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya. Untuk dapat memenuhi permintaan konsumen setiap saat sebuah perusahaan manufaktur maupun non manufaktur perlu memiliki persediaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para konsumen. Hal ini dapat saja terjadi karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia setiap saat.Persediaan adalah sumber daya yang disimpan oleh perusahaan untuk mengantisipasi pemenuhan permintaan atau proses produksi mendatang. Persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting dalam operasi bisnis sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir, yaitu untuk meminimalisasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan karena apabila persediaan tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan suatu masalah yang rumit bagi sebuah perusahaan. Dalam sebuah perusahaan adanya persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Masalah yang umum dalam persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi pada saat menjalankan usaha, baik di bidang dagang maupun industri. Kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi dalam penetapan jumlah persediaan apabila persediaan barang dagang yang dimiliki perusahaan kurang dari yang dibutuhkan maka peroses kelancaran perdagangan perusahaan akan terganggu, kebutuhan pelanggan akan barang tersebut tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan konsumen dan kesempatan memperoleh laba akibat habisnya barang dagang. Apabila persediaan barang dagang berlebihan mengakibatkan penggunaan dana yang tidak efisien karena banyak modal yang tertanam untuk satu jenis barang saja sehingga dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan biaya perawatan serta memperbesar risiko apabila barang dagang tersebut rusak atau hilang. Selain itu tanpa manajemen persediaan perusahaan akan mengalami kelebihan atau kekurangan persediaan barang dagang. Manajemen pengendalian persediaan adalah kegiatan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan kapan pemesanan harus dilakukan dan bagaimana mengoptimalkan biaya total persediaan. Setiap perusahaan atau organisasi memiliki cara-cara yang berbeda dalam menangani manajemen pengendalian persediaan.PD. Subur Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan baja ringan. Masalah yang timbul adalah perusahaan mendapati banyak barang yang tersimpan di gudang yang menyebabkan besarnya biaya simpan selain itu perusahaan memperkirakan pada saat tingkat persediaannya tinggal sedikit, pemesanan baru seketika dilakukan. Untuk menghindari persediaan barang terlalu besar atau berlebihan yang akan mengakibatkan biaya penyimpanan persediaan yang tinggi disamping resiko yang mungkin dihadapi seperti menumpuknya barang serta kerusakan barang karena terlalu lama berada digudang. Sedangkan jika persediaan barang barang terlalu kecil atau terlalu sedikit yang akan mengakibatkan perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. Disamping itu mengingat peningkatan permintaan baja ringan dalam setiap tahunnya maka perusahaan harus berupaya untuk mengendalikan agar persediaan barang selalu tercukupi dan perusahaan tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan dalam persediaan, karena hal ini sama-sama akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut maka perusahaan perlu manajemen persediaan yang baik agar perusahaan dapat menentukan persediaan barang yang optimal sehingga resiko yang dihadapi semakin kecil. Maka perusahaan perlu menentukan metode yang tepat dalam pengendalian persediaan yaitu metode EOQ (Eqonomic Order Quantity).Pengendalian persedian dengan metode EOQ (Economic Order Quantity), akan memberikan informasi kepada perusahaan untuk melakukan kebijakan dimasa depan, dengan metode tersebut dapat diketahui apakah pemesanan yang dilakukan perusahaan sudah ekonomis atau belum. Dalam perhitungan Ecomic order quantity ini akan dicari berapa persediaan barang yang optimal untuk dilakukan setiap kali pemesanan dan berapa kali frekuensi pernesanan yang dapat dilakukan, sehingga total biaya persediaan yang dikeluarkan juga minimum. Berdasarkan pada uraian di atas melihat begitu pentingnya persediaan dalam suatu perusahaan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAJA RINGAN PADA PERUSAHAAN DAGANG (Kasus Pada PD. SUBUR JAYA).

1.2Perumusan dan Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah dengan maksud akan memperjelas apa yang akan penulis kemukakan yaitu bagaimana pengendaliaan persediaan untuk mendapatkan persediaan barang yang optimal yang harus dilakukan perusahaan dalam setiap kali pemesanan dan berapa kali frekuensi pemesanan yang dapat dilakukan yang akan memberikan biaya persediaan yang dikeluarkan minimum.Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :1. Bagaimana pengendalian persedian pada PD. Subur Jaya?2. Bagaimana penerapan metode EOQ pada PD. Subur Jaya?3. Berapa kuantitas, frekuensi pemesanan yang optimal pada PD. Subur Jaya?4. Berapa total biaya persediaan yang minimum pada PD. Subur Jaya?

1.3Maksud dan Tujuan PenelitanAdapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian dan disamping itu penulis berupaya meminimumkan biaya persediaan pada PD. Subur Jaya dengan menganalisa pengendalian persediaan dengan metode Eqonomic Quantity Order (EOQ).Tujuan dari penelitian ini adalah :1. Untuk mengetahui bagaimana pengendaliaan persediaan pada PD. Subur Jaya.2. Untuk mengetahui penerapan metode EOQ Pada PD. Subur Jaya.3. Untuk mengetahui kuantitas dan frekuensi pemesanan yang optimal pada PD. Subur Jaya.4. Untuk mengetahui total biaya persediaan yang minimum pada PD. Subur Jaya.

1.4Kegunaan PenelitianDiharapkan penelitian ini berguna dan bermanfaat yakni :1. Kegunaan teoritisPenelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk lebih mengembangkan teori-teori khususnya dalam operasional perusahaan dan untuk menambah wawasan pengetahuan serta perbandingan antara teori-teori yang selama ini di pelajari dalam perkuliahan dengan melakukan praktik dilapangan.2. Keguanaan praktisPenelitian ini diharapkan dapat membantu permasalahan yang berkaitan dalam pengedalian persediaan perusahaan dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusana dari hasil penelitian ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Pengertian Manajemen OperasionalPengertian manajemen operasional menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005) manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas dalam bentuk barang dan jasa dalam mengubah pemasukan (input) menjadi pengeluaran (output).Menurut Eddy Herjanto (2003,02) pengertian manajemen operasi tidak lepas dari pengertian manajemen yang mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya mencapai tujuan.Menurut Maria Pampa (2011,04) manajemen operasional adalah desain sistematik, pengarahan dan pengawasan berbagai proses yang mengubah input menjadi output yang berupa barang-barang jadi maupun jasa.Menurut Murfidin Haming (2007,17) manajemen operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan dan penggendalian aktifitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar.Menurut Sofian Assauri (2008,19-20) manajemen produksi dan operasi merupakan proses pencapaian pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah kegiatan suatu organisasi dalam mentransformasikan atau mengubah masukan (input) berupa sumber-sumber daya menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa.

2.2PersediaanPersediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yaitu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Persediaan dapat berupa persediaan untuk di jual kembali, persediaan menunggu untuk diproses, atau pun persediaan bahan baku yang akan di gunakan dalam suatu proses produksi.Persediaan menurut Sofian Assauri (2008:237) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.Menurut Eddy Herjanto (2003,219) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.Persediaan menurut Maria Pampa (2011,299) adalah sumber daya yang disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang. Persediaan menurut Rangkuti (2007,2) merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.Sediaan (inventory) menurut Schroeder (1997,4) adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Secara khusus sediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.Secara umum persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan dalam komponen material, atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau di jual (Groebner,2002).Persediaan memiliki dua jenis permintaan yaitu permintaan dependen dan permintaan independen (Dependent and Independent Demand). Permintaan independen adalah permintaan yang berdiri sendiri dan tidak terikat atau terkait dengan satu sama lain (barang yang sudah jadi). Sementara permintaan dependen adalah permintaan yang berupa bahan-bahan mentah dan mengembangkannya menjadi barang yang sudah jadi yang mempunyai tingkatan lebih tinggi. (Chase,Aquilano dan Jacobs : 1998).Permintaan dependen umumnya berkenaan langsung dengan perhitungan. Kuantitas item yang diperlukan dari permintaan dependen ini dihitung secara sederhana, tergantung angka yang dibutuhkan tiap-tiap item level lebih tinggi yang digunakan(Chase, Aquilano dan Jacobs : 1998).Permintaan independen datang dari sumber luar perusahaan yang beragam dan bukan merupakan bagian dari yang lainnya ; ini tidak berkaitan dengan permintaan untuk produk lain. (Chase, Aquilano dan Jacobs : 1998).Karena permintaan independen itu tidak bisa ditentukan, maka persediaan tambahan harus disertakana dalam persediaan yang dimiliki. Terdapat dua tipe umum dari sistem persediaan : (Chase, Aquilano dan Jacobs : 1998)1. Fixed-order quantity models (juga disebut economic order quantity, EOQ, dan model Q)2. Fixed-time period models (termasuk ke dalam periodic system, periodic review system, fixed-order interval system dan P model).Fixed-order quantity model dilihat dan digunakan berdasarkan atas kejadian, dan fixed-time period models dapat dilihat dan digunakan jika dimulai oleh waktu

2.2.1Fungsi PersediaanPersediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Baroto (2002:54) menyebutkan fungsi pengendalian persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal.Menurut Handoko (2012;335-336), menyatakan bahwa perusahaan melakukan penyimpanan persediaan barang karena berbagai fungsi, yaitu:1. Fungsi DecouplingFungsi decoupling adalah persediaan yang memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independensi). Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa terganggu supplier.2. Fungsi Economic Lot Sizing Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Dengan persediaan lot size ini akan mempertimbangkan penghematan-penghematan.3. Fungsi Antisipasi Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu. Disamping itu, perusahaan juga sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka waktu pengiriman barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk cara menanggulanginya.

2.2.2Tujuan PersediaanSetiap divisi yang berbeda dalam suatu perusahaan akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda pula. Menurut (Ishak, 2010:164) tuujuan dari pengendalian persediaan tersebut adalah sebagai berikut :1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak2. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Produksi juga menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi, atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi juga menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian ini juga ingin adanya persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negative yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of asset) perusahaan.5. Personalia (personel and industrial realitionship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering).

2.2.3Jenis-Jenis PersediaanMenurut Sofian Assauri (2008,240-241) berdasarkan jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, maka persediaan dapat pula dibedakan yaitu :1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) yaitu persediaan barang-barang yang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods).2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri atas parts yang di terima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di assembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau bahan pelangkap (supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang dari barang jadi.4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih dulu diproses untuk kemudian menjadi barang jadi.5. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.Rangkuti (2007,7) membagi jenis-jenis persediaan menurut fungsinya, sebagai berikut :1. Bacth Stock / Lot Size InventoryPersediaan barang yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat ini.2. Fluctuation StockPersediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi yang tidak dapat diramalkan.3.Anticipation StockPersediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dala satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

2.3Biaya-Biaya PersediaanTerdapat beberapa biaya variabel yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan yaitu sebagai berikut (Handoko:2012,336):1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang berariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rat-rat persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan dan pemanas atau pendingin)b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternative pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan)c. Biaya keusangand. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporane. Biaya asuransi persediaanf. Biya pajak persediaang. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokanh. Biaya penanganan persediaan dan sebagainyaBiaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukan ke dalam biaya penyimpanan per unit.2. Biaya pemesanan (order cost atau procurement cost)Setiap kali suatu barang dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan secara terperinci meliputu :a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisib. Upahc. Biaya telepond. Pengeluaran surat menyurate. Biaya penngepakan dan penimbanganf. Biaya pemerikasaan (inspeksi) penemiraang. Biaya pengiriman ke gudang dan sebagainyaSecara normal biaya per pesanan (diluar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Bila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turu. Biaya pemesanan per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.3. Biaya penyiapan (set up cost)Bila bahan bahan tidak dibeli melaikan di produksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:a. Biaya mesin menganggurb. Biaya persiapan tenaga kerja langsungc. Biaya penjadwaland. Biaya ekpedisi dan sebagainyaBiaya penyiapan per periode dapat dihitun dengan cara yang sama dengan biaya pemesanan4. Biaya kehabisan atau kekurangan stok (shortage cost)Biaya ini adalah yang paling sulit untuk diperkirakan. Biaya ini timbul bilaman persediaan tidak mencukupi adanya permintaan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:a. Kehilangan penjualanb. Kehilangan pelangganc. Biaya pemesanan khusud. Biaya ekspedisie. Selisih hargaf. Terganggunya operasig. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainyaBiay kekurangan bahan sulit diukut dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektifAdapun menurut Schroeder (1997,8-9) dalam mengelola persediaan terdapat empat tipe biaya yaitu :1. Biaya satuan produksi (item cost). Biaya ini merupakan biaya membeli atau memproduksi satuan barang sediaan secara individu. Biaya satuan barang ini biasanya diungkapkan sebagai suatu biaya perunit yang didandakan dengan kuantitas yang diperoleh atau diproduksi. Kadang-kadang biaya satuan dipotong jika cukup unit yang dibeli pada suatu waktu.2. Biaya pemesanan atau biaya persiapan (ordering or setup cost). Biaya pemesanan dihubungkan dengan pemesanan suatu tumpuka atau partai dari satuan-satuan barang. Biaya pemesanan tidak bergantung pada jumlah satuan yang dipesan, biaya ini dibebankan ke seluruh tumpukan. Biaya ini termasuk pengetian pesanan pembelian, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya.3. Biaya pengadaan atau penyimpanan (carrying or holding cost). Biaya pengadaan atau penyimpanan behubungan dengan penyimpanan satu-satuan barang dalam sediaan untuk suatu periode waktu. Biaya pengadaan biasanya terdiri dari tiga komponen : Biaya modal, apabila satuan-satuan barang diadakan dalam sediaan, modal yang ditanamkan tidak dapat digunakan untuk maksud lain. Hal ini menunjukan suatu biaya dari peluang yang hilang untuk investasi lain, yang digunakan untuk sediaan sebagai suatu biaya peluang. Biaya penyimpanan, biaya ini mencakup biaya variabel, asuransi, dan pajak. Biaya keusangan, kemerosota, dan kehilangan. Biaya keusangan ditempatkan ke satuan-satuan barang yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi usang semakin tinggi resiko semakin tinggi biaya.4. Biaya kehabisan stock (stockout cost), biaya kehabisan stok mencerminkan konsekuensi ekonomi atas habisnya stok.

2.4Manajemen Pengendalian PersediaanPengendalian persediaan berupaya mengatur dan mengontrol persediaan untuk kebutuhan selama periode tertentu. Pengendalian dalam persediaan berarti sebagai pengawasan selain itu dapat pula mengambil tindakan untuk melakukan perbaikan apabila diperlukan. Maka fungsi pengendalian tidak hanya dalam hal mengadakan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dalam sebuah perusahaan tetapi juga mengumpulkan informasi sebagai input untuk menetukan tindakan lebih lanjut dalam upaya perbaikan dalam kegiatan pelaksanaan di perusahaan. Manajemen pengendalian persediaan merupakan proses mengkoordinasikan kegiatan pengendalian persediaan agar dapat diselesaikan secara efektif dan efisien untuk saat ini atau yang akan datang.Manajemen persediaan menurut Maria Pampa (2011,144) merupakan kegiatan perencanaan dan pengendalin persediaan barang dalam rangka memenuhi prioritas bersaing perusahaan terhadap permintaan konsumen. Pada kegiatan manjemen persediaan tersebut mencakup proses menentukan informasi tentang estimasi permintaan barang, jumlah persediaan yang saat ini ada di gudang (inventory on hand) dan besarnya pesanan yang harus dilakukan untuk setiap periode pemesanan, serta waktu atu periode setiap kali dilakukan pemesanan barang.Herjanto (2003:238) mengatakan bahwa pengendalian persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya. Pengendalian persediaan menentukan dan menjamin tersediannya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.Menurut Baroto ( 2002,54) sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, di mana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan.Menurut Baroto (2002,54) variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif, variabel keputusan pada sistem pengendalian persediaan adalah sebagai berikut ;1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan3. Berapa jumlah persediaan pengaman4. Bagaimana mengendalikan persediaanSecara kuantitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :1. Jenis barang apa yang dimiliki2. Di mana barang tersebut berada3. Berapa jumlah barang yang sedang di pesan4. Siapa saja pemasok masing-masing item

2.4.1Tujuan Pengendalian persediaan Pengendalian persediaan yang dijalankan untuk memelihara terdapatnya kesimbangan antara kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut.Menurut Sofian Assauri (2008,250) tujuan pengawasan persediaan secara rinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.2. Menjaga agar supaya pembelian persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.Maka dapat diketahui bahwa tujuan dari pengawasan persediaan untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari barang-barang yang tersedia pada waktu yang di butuhkan dengan biaya-biya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pengawasan persediaan mengadakan perrencanaan apa yang dibutuhkan baik dalam jumlah maupun kulitasnya untuk kebutuhan perusahaan serta kapan pemesanan (order) dilakukan dan berapa besarnya yang dapat di benarkan.

2.4.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Tingkat PersediaanMaarif dan Tanjung (2003:278) menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan adalah sebagai berikut :1. Perkiraan pemakaianAngka ini diperlukan untuk membuat keputusan jumlah persediaan yang disediakan untuk mengantisipasi masa mendatang.2. Biaya persediaanBiaya ini meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan3. Kebijakan pembelianKebijakan ini ditentukan oleh sifat dari bahan itu sendiri. Bahan-bahan yang mudah rusak (perishable) tentunya tidak munkin dilakukan penyimpanan yang terlalu lama.4. Pemakaian secara nyataPemakaian yang riil dari data-data tahun sebelumnya untuk dilakukan proyeksi pemakaian selanjutnya.5. Waktu tungguWaktu tunggu ini adalah waktu tunggu dari mulai barang dipesan, sampai barang itu datang.

2.5Model Persediaan Economic Order QuantityEOQ (Economic Order Quantity) menurut Riyanto (2001:78) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:68) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.Menurut Handoko Economic Quantity Order (EOQ) merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah ordering costs dan carrying costs per tahun yang paling minimal.Asumsi yang dipakai dalam model EOQ adalah:1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas.2. Lead time, yaitu waktu antara menempatkan pesanan dan menerima pesanan, atau waktu tenggang, diketahui dan konstan.3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap. Dengan kata lain, persediaan sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus.4. Diskon atau potongan harga karena kuantitas tidak memungkinkan.5. Satu-satunya biaya variabel adalah biaya menempatkan satu pesanan dan disebut biaya pesan dan biaya menahan atau menyimpan satu-satuan persediaan selama waktu tertentu, disebut biaya menahan atau menyimpan atau membawa persediaan.6. Kosongnya persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic Order Quantity) dasar serta cara bagimana model tersebut dimodifikasi. Memahami keterbatasan dan asumsi model EOQ (Economic Order Quantity) menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat keputusan tentang persediaan.

Kuantitas pesanan = Q (tingkat persediaan maksimum)Tingkat pembelianPersediaan rata-rata yang dimiliki

Persediaaan minimum

0

Waktu

Gambar 1. Penggunaan persediaan dari waktu ke waktu

Adapun penentuan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) ada 3 cara menurut Assauri (2008:182) yaitu : Tabular ApproachPenentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun. Graphical ApproachPenentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical approach dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying costs dan total costs dalam satu gambar, dimana sumbu horisontal jumlah pesanan (order) pertahun, sumbu vertical besarnya biaya dari ordering costs, carrying costs dan total costs. Dengan menggunakan rumus (formula approach)Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan carrying costs.Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya total dengan asumsi yang tadi dijelaskan. Metode EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan agar diperoleh suatu biaya yang minimum. Kurva untuk biaya penyimpanan dan setup total

Biaya total minimum

Kurva biaya penyimpananBiaya tahunan

Kurva biaya setup (atau pesanan)

Kuantitas pesananKuantitas pemesanan optimum

Gambar.2 biaya total sebagai fungsi kuantitas pemesanan

Menurut Heizer, Render (2005, 70) Kuantitas pesanan yang optimum terjadi pada titik di mana kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penggudangan bersilang. Dengan model EOQ, kuantitas pesanan yang optimum akan terjadi pada sebuah titik di mana biaya setup total sama dengan biaya total penyimpaan. Fakta ini digunakan untuk mengembangkan persamaan untuk memperoleh Q* secara langsung. Langkah yang perlu dilakukan adalah :1. Membuat persamaan untuk biaya setup atau biaya pemesananBiaya setup tahunan = (jumlah pesanan yang ditempatkan pertahun) (biaya setup atau biaya pemesanan per pesanan)= = = S2. Membuat sebuah persamaan untuk biaya penyimpananBiaya penyimpanan tahunan = (rata-rata tingkat persediaan) (biaya penyimpanan per unit per tahun)= = = H3. Menentukan biaya setup yang sama dengan biaya penyimpananKuantitas pemesana optimal didapatkan ketika biaya setup tahunan sama dengan biaya penyimpanan tahunan, maka : S = H4. Menyelesaikan persamaan untuk kuantitas pesanan yang optimumUntuk memecahkan Q* dengan mudah variabel pembagi pada masing-masing sisi ditukar ke sisi lainnya dan sendirikan Q pada sisi kiri tanda sama dengan (=)2DS = Q2HQ2 = Q* = Keterangan:Q = Jumlah unit per pesananQ* = Jumlah optimum unit per pesananD = Permintaan tahunan dalam unitS = Biaya pemesanan untuk setiap pesananH = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Frekuensi pemesanan adalah permintaan pertahun dibagi dengan jumlah pesanan dalam satu tahun, sehingga frekuensi pesanan ekonomis sebagai berikut :F* = F* = Jangka waktu antar tiap pesanan :T* =

Total biaya persediaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :Total Biaya Persediaan = Total Biaya Penyimpanan + Total Biaya PemesanaanTC = . S + . H

2.6Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran

2.6.1Penelitian SebelumnyaPenelitian yang dilakukan Siska dan Lili Safitri dengan judul Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Barang Dagang pada PT. Sungai Budi Di Palembang. Hasil penelitian ini adalah prosedur pemesanan, penerimaan dan pengeluaran persediaan barang dagang pada PT. Sungai Budi di Palembang sudah memadai. Namun pada perusahaan belum menerapkan perhitungan EOQ, ROP dan Safety Stock dalam pengelolaan dan pengendalian persediaan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perusahaan sebaiknya menerapkan perhitungan EOQ, ROP dan Safety Stock dalam pengelolaan dan pengendalian persediaan untuk menghindari adanya kekurangan stok (Stock Out) maupun kelebihan atau penumpukan stok barang dagang.Penelitian yang dilakukan Yulius Gessong Sampeallo dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan pada UD. Bintang Furniture Sangasanga. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan pemesanan atas pembelian furniture (lemari pakaian) pada UD. Bintang Furniture sangasanga belum memperoleh biaya yang minimum. Karena pembelian yang memperoleh biaya minimum untuk furniture tahun 2010 sebesar 60 unit dengan menggunakan rumus Economic Order Quantity (EOQ) terjadi pada frekuensi pemesanan 9 kali pesanan dengan jumlah pemesanan 7 unit furniture karena dengan frekuensi tersebut maka dapat menekan biaya persediaan, dan dengan adanya persediaan minimum (safety stock) furniture (lemari pakaian) yang disediakan UD. Bintang Furniture Sangasanga sebesar 2 unit, maka titik Reorder Point yang merupakan batas diadakannya pemesanan kembali furniture selama masa tenggang (lead time) adalah 2 unit.

2.6.2Kerangka PemikiranDalam dunia bisnis setiap perusahaan di tuntut untuk terus memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Perusahaan harus siap dengan permintaan mendatang yang tidak dapat dipastikan maka perusahan perlu melakukan persediaan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.Suatu persediaan perlu adanya pengendalian dari pihak manajemen perusahaan sehingga pengendalian persediaan perlu mendapatkan perhatiaan lebih dari manajemen dimana harus dikelola dengan baik karena menurut Baroto (2002,52) pengendaliaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini (20% sampai 60%). Persediaan memiliki dua jenis permintaan yaitu permintaan dependen dan permintaan independen (Dependent and Independent Demand). Permintaan independen adalah permintaan yang berdiri sendiri dan tidak terikat atau terkait dengan satu sama lain (barang yang sudah jadi). Sementara permintaan dependen adalah permintaan yang berupa bahan-bahan mentah dan mengembangkannya menjadi barang yang sudah jadi yang mempunyai tingkatan lebih tinggi. (Chase,Aquilano dan Jacobs : 1998).Permintaan dependen umumnya berkenaan langsung dengan perhitungan. Kuantitas item yang diperlukan dari permintaan dependen ini dihitung secara sederhana, tergantung angka yang dibutuhkan tiap-tiap item level lebih tinggi yang digunakan (Chase, Aquilano dan Jacobs : 1998).Untuk pengendalian persediaan dependen perusahaan perlu mengadakan persediaan yang optimal dengan menggunakan metode EOQ (Eqonomic Quantity Order) maka dapat diketahui kapan persediaan harus diisi, berapa kuantitas pemesanan yang harus dilakukan, kapan pemesanan harus dilakukan secara optimal sehingga dapat menghasilkan biaya persediaan yang minimum. Economic Quantity Order (EOQ) merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah ordering costs dan carrying costs per tahun yang paling minimal.

MULAI

Pencarian data dan studi kepustakaan

Pengendaliaan persediaan pada perusahaan

Pengendalian persedian dengan metode EOQ pada perusahaan

Membandingkan pengendalian persediaan perusahaan dengan pengendalian persediaan metode EOQ

Hasil dan kesimpulan

SELESAI

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.7Hipotesis PenelitianDari permasalahan diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan baja ringan pada PD. SUBUR JAYA belum optimal.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1Jenis PenelitianMetode penelitian merupakan cara kerja untuk memahami objek penelitian, maka penulis menggunakan Deskriftif Survey dan Observasi secara langsung yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena atau melukiskan fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara sistematis, factual, dan cermat dalam pengendaliaan persediaan yang terjadi pada PD. SUBUR JAYA.Jenis penelitiann yang dilakukan adalah Deskriptif Development karena mengembangkan dan status fenomena yang sudah ada mengenai pengendaliaan persediaan untuk mendapati kuantitas, frekuensi yang optimal sehingga menghasilkan total biaya persediaan yang minimum pada PD. SUBUR JAYA.Metode yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Survey. Dalam hal ini metode sesuai yang sesuai dalam penelitian.Teknik penelitian yang dilakukan di penelitian ini adalah analisis kuantitatif adalah suatu teknik yang dilakukan bersifat kuantitatif yakni dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ).

3.2Objek, Unit Analisis, dan Lokasi PenelitianDalam dunia bisnis pun setiap perusahaan sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan konsumen yang semakin tinggi dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya. Maka untuk menangkap tingginya peluang pasar tersebut didirikanlah perusahaan dagang yang bernama PD. SUBUR JAYA.PD. SUBUR JAYA yang berpusat dan beroperasional di Jl. Pahlawan No.76 Bogor. Perusahaan ini bergerak di bidang jual beli barang berupa baja ringan. Perusahaan membeli barang untuk di jual kembali dalam bentuk semula tanpa mengalami pengolahan. PD. SUBUR JAYA dapat dikatakan berupa toko, penyalur, agen penjualan, distributor dan sejenisnya.

3.3Jenis dan Sumber Data Penelitian3.3.1Jenis DataAda dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:1. Data KuantitatifData Kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung atau diukur secara matematis. Data kuantitatif dalam penulisan penelitian ini terdiri dari: Data penjualan baja ringan pada periode Januari sampai dengan Desember 2014. Data harga baja ringan. Data biaya penyimpanan Data biaya pemesanan2. Data KualitatifData kualitatif yaitu data yang tidak dapat dihitung atau diukur secara matematis. Data kualitatif dalam penulisan penelitian ini terdri dari: Sejarah perusahaan Struktur organisasi, tugas dan tanggung jawabnya3.3.2Sumber DataDalam penelitian kali ini, sumber yang dipakai adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan di catat untuk pertama kalinya (Marzuki:2005).

3.4Operasionalisasi VariabelVariabel yang diteliti adalah pengendalian persediaan barang dagang untuk mendapatkan kuantitas pemesanan dan frekuensi pemesanan yang optimal sehingga dapat meminimumkan total biaya persediaan. Untuk mendapatkn data dan informasi maka penulis melakukan penelitian pada PD. SUBUR JAYA.Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : Penjualan barang Biaya penyimpanan Biaya pemesanan Lead time pemesanan

3.6Metode Pengumpulan DataDalam melakukan penelitian, data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga data tersebut harus benar-benar dapat dipercaya dan akurat. Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan terpercaya. Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah : WawancaraWawancara sebagai tehnik pencarian dan pengumpulan informasi dilakukan dengan mendatangi secara langsung kepada para responden untuk dimintai keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu kejadian, fakta, maupun pendapat responden). Studi PustakaPengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, jurnal-jurnal, internet, majalah, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. DokumentasiDokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengambil data, catatan dan dokumen perusahaan yang relevan dengan keperluan peneliti yang nantinya diolah sebagai bahan penelitian. ObservasiYaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang diamati, kemudian mencatat informasi yang diperoleh selama pengamatan di perusahaan.

3.7Metode Analisis DataMetode analisis yang digunakan penulis adalah metode EOQ (Economic Quantity Order) yaitu teknik yang memberikan penentuan kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ). Langkah-langkah dalam pengolahan datanya sebagai berikut :1. Menghitung total dan rata-rata dari data penjualan baja ringan2. Mengitung biaya pemesanan3. Menghitung biaya penyimpanan4. Menghitung total biaya persediaan5. Menghitung jumlah pemesanan yang optimal6. Menghitung frekuensi pembelian yang optimal7. Menghitung biaya persediaan berdasarkan metode EOQ8. Menghitung waktu antar pemesanan9. Membandingkan pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan dengan yang berdasarkan EOQ

DAFTAR PUSTAKA

Heizer, J. Barry Render. 2005. Manajemen Operasi.Salemba Empat, Jakarta.Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. PT.Gramedia, Jakarta. Assauri, Sofian. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.Handoko. T Hani. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta.Kumalanigrum, Maria Pampa. Heni Kusumawati. Rahmat Purbandono Hardani. 2011. Manajemen Operasi. STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta.Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia, JakartaMulyono, S. 2004. Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.Haming, Murdifin. Mahmud Nurnajamuddin.2007. Manajemen Produksi Modern. Sinar Grafika Offset, Jakarta.Schroeder, Roger G. 1997. Operasi Pengambilan Keputusan dalam Fungsi Operasi. Erlangga, Jakarta.Rangkuti, Freddy 2007, Manajemen Persediaan, Rajawali Pers, Jakarta.Yulius Gessong Sampeallo, 2012. Analisis pengendalian persediaan pada ud. Bintang Furniture sangasanga. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181.Siska dan Lili Safitri. Analisis sistem pengendalian persediaan Barang dagang pada pt. Sungai budi Di Palembang. Jurnal Akuntansi. STIE MDP.