cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

20
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Desember 2013 ISBN : 978-979-3692-54-8

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding

Seminar Hasil PenelitianTerbaik Tahun 2013

Badan Penelitian dan PengembanganK e l a u t a n d a n P e r i k a n a nDesember 2013

ISBN : 978-979-3692-54-8

Page 2: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Badan Penelitian dan PengembanganKelautan dan PerikananDesember 2013

Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

Redaktur pelaksana Edi WardanaKurniawan, S.PiDesi Nurlestyoningrum, S.Pi

Redaktur Dr.Ir. Aryo Hanggono, DEATaufiq Dwi Ferindera, B.EngHilman Gumilar, M.SiDede Kurniawan, S.Sos

Prosiding

Page 3: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan PerikananDesember 2013

Katalog dalam terbitan Perpustakaan Nasional RI Judul Buku : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013 (vii+392 hal) Redaktur : Dr.Ir. Aryo Hanggono, DEA, dkkDesign cover : Kurniawan Tahun terbit : 2013

Page 4: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelenggarakan kegiatan Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013 ini dan dapat menyelesaikan prosiding hasil penelitian sebagai salah satu output dari kegiatan ini.

Pada tahun 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan melakukan kegiatan seleksi penelitian terbaik dalam bentuk seminar hasil penelitian di seluruh satker lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan yang dilakukan pada tahun 2012. Dari 34 peserta yang memasukkan makalah hasil penelitian, terpilih 10 makalah terbaik kategori bidang perikanan dan 5 makalah terbaik kategori bidang kelautan yang dipresentasikan di Ballroom Gedung Minabahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 12 s.d 13 November 2013.

Kegiatan ini diharapkan dapat mengapresiasi hasil kegiatan riset yang dilakukan oleh para peneliti sehingga dapat memberikan motivasi para peneliti untuk berkarya lebih baik di masa yang akan datang. Kegiatan ini merupakan kali kedua setelah sebelumnya kegiatan ini bernama Kegiatan Karya Tulis Ilmiah dimana merupakan ajang untuk memilih peneliti terbaik, akan tetapi pada dua tahun terakhir konsep kegiatan tersebut diubah menjadi memilih hasil penelitian terbaik yang dilakukan oleh satker, sehingga output yang diharapkan akan muncul setiap satker yang dapat menghasilkan penelitian yang dapat mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sebagai apresiasi terhadap para peneliti pemenang hasil penelitian terbaik tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan penghargaan khusus terhadap 3 judul penelitian terbaik baik kategori perikanan dan kategori kelautan yang diserahkan pada acara puncak Adibhakti Mina Bahari yang diselenggarakan di Gedung Minabahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 9 Desember 2013.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini.

Jakarta, Desember 2013

Panitia Penyelenggara

Page 5: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

ii

PEMENANG HASIL PENELITIAN TERBAIK

TAHUN 2013

KATEGORI PERIKANAN

PEMENANG PERTAMA

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN OPTIMASI PRODUKSI EMESTRIN B DARI KAPANG LAUT Emericella nidulans

Peneliti :

Muhammad Nursid, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, dan Ekowati Chasanah Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi

Kelautan dan Perikanan, Jakarta

PEMENANG KEDUA

PROFIL TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus)

TRANSGENIK F1

Peneliti : Huria Marnis , Bambang Iswanto, Romi Suprapto, Imron dan Narita Syawalia Rizwan

Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi

PEMENANG KETIGA

PENGEMBANGAN VAKSIN IN-AKTIF BAKTERI Streptococcus agalactiae: POTENSI REKOMBINAN PROTEIN KAPSID MAJOR GSDIV (GROUPER SLEEPY

DISEASE IRIDOVIRUS) SEBAGAI VAKSIN PADA IKAN KERAPU

Peneliti : Ketut Mahardika, Indah Mastuti, Ahmad Muzaki, Ida Komang Wardana dan Haryanti

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol

Page 6: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

iii

KATEGORI KELAUTAN

PEMENANG PERTAMA

TSUNAMI VULNERABILITY OF CRITICAL INFRASTRUCTURES IN THE CITY OF PADANG, WEST SUMATERA

Peneliti :

Semeidi Husrin, Widjo Kongko & Aprizon Putra Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir Bungus

PEMENANG KEDUA

SISTEM OBSERVASI TERINTEGRASI TEKNOLOGI WAHANA BENAM BAWAH AIR UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DI INDONESIA

Peneliti : Budhi Gunadharma G.

Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan

PEMENANG KETIGA

PENENTUAN INDEKS UPWELLING BERBASIS MODEL NUMERIK TIGA DIMENSI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN

Peneliti :

Rita Tisiana Dwi Kuswardani Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir

Page 7: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

iv

DAFTAR ISI

No Judul Pemakalah Hal

Kata Pengantar i

Pemenang Hasil Penelitian Terbaik 2013 ii

Daftar Isi iv

Makalah Dipresentasikan

A Kategori Perikanan

1 ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN OPTIMASI PRODUKSI EMESTRIN B DARI KAPANG LAUT Emericella nidulans

Muhammad Nursid, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, dan Ekowati Chasanah

1

2

PROFIL TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F1

Huria Marnis , Bambang Iswanto, Romi Suprapto, Imron dan Narita Syawalia Rizwan

16

3

POTENSI REKOMBINAN PROTEIN KAPSID MAJOR GSDIV (GROUPER SLEEPY DISEASE IRIDOVIRUS) SEBAGAI VAKSIN PADA IKAN KERAPU

Ketut Mahardika, Indah Mastuti, Ahmad Muzaki, Ida Komang Wardana dan Haryanti

30

4

VAKSIN Mycobacterium fortuitum (MycofortyVac) UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT Mycobacteriosis PADA IKAN GURAME, Osphronemus gouramy

Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, Uni Purwaningsih, Desy Sugiani dan Tuti Sumiati

51

5 RANCANG BANGUN DAN UJICOBA MESIN PEMISAH DAGING IKAN BERDAYA LISTRIK RENDAH

Bakti B. Sedayu, Made Susi Erawan dan Bagus S.B. Utomo

64

6 BAKTERIOSIN DARI ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) ASAL RUSIP

Arifah Kusmarwati, Radestya Triwibowo, Irma Hermana dan Ninoek Indriati,

72

7

REGENERASI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii HASIL TRANSFORMASI GEN Sitrat Sintase MENGGUNAKAN Agobacterium tumefaciens SECARA IN VITRO

Emma Suryati , Ristanti Frinra Daud, Utut Widyastuti , Andi Tenriulo dan Andi Parenrengi

86

8

GENETIC AND MORPHOLOGICAL VARIATION OF MAHSEER (Tor tambroides, Bleeker, 1854) ALONG BATANG TARUSAN RIVER (West Sumatera): IMPLICATIONS FOR STOCK IDENTIFICATION

Arif WIBOWO and Siswanta KABAN

96

9 RANCANG BANGUN ALAT VACUUM IMPREGNATION DAN UJI PERFORMANSINYA PADA FILET IKAN

Arif Rahman Hakim , Gunawan , Rodiah Nurbaya Sari

106

10

THE USE OF SEAWORM MEAL IN MATURATION DIET AS PARTIAL SUBSTITUTION OF FRESHDIET FOR POND REARED TIGER SHRIMP BROODSTOCK, Penaeus monodon

Asda Laining, Usman, Rachmansyah

114

Page 8: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

v

No Judul Pemakalah Hal

B. Kategori Kelautan

11 TSUNAMI VULNERABILITY OF CRITICAL INFRASTRUCTURES IN THE CITY OF PADANG, WEST SUMATERA

Semeidi Husrin, Widjo Kongko & Aprizon Putra

125

12

SISTEM OBSERVASI TERINTEGRASI TEKNOLOGI WAHANA BENAM BAWAH AIR UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DI INDONESIA

Budhi Gunadharma G.* 142

13

PENENTUAN INDEKS UPWELLING BERBASIS MODEL NUMERIK TIGA DIMENSI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN

Rita Tisiana Dwi Kuswardani

155

14

RANCANG BANGUN ELEKTRONIK LOG BOOK PERIKANAN BERBASIS GPRS UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN BERKELANJUTAN

Marza Ihsan Marzuki dan Hadhi Nugroho

164

15

KONDISI PH DAN SUHU AIR LAUT PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN NUSA PENIDA DAN PEMUTERAN, BALI

Camellia Kusuma Tito, Eghbert Elvan Ampou, Nuryani Widagti, Iis Triyulianti1

180

Makalah Tidak Dipresentasikan

16

VARIABILITAS SIKLUS TANAM TERHADAP TINGKAT SERAPAN KARBON PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii

Erlania dan I Nyoman Radiarta

187

17

PEMBERIAN HORMON 17α METHYLTESTOSTERONE SECARA ORAL TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD CALON INDUK IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis

Ahmad Muzaki, Ida Komang Wardana, Sari Budi Moria Sembiring, Hirmawan Tirta Yuda dan Haryanti

200

18

INOVASI PAKAN EFISIEN DAN EKONOMIS BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Reza Samsudin, Mas Tri Djoko Sunarno dan Muhamad Sulhi

208

19 VERIFIKASI INDIVIDU F0 INDUK IKAN WILD BETTA (Betta sp.) HASIL TRANSGENIK

Eni Kusrini, Ruby Vidia Kusumah, Riani Rahmawati, Anjang Bangun Prasetio, Sawung Cindelaras, dan Alimuddin

217

20

PEMBENTUKAN STRAIN CUPANG MARBLE BERDASARKAN PERSILANGAN WILD BETTA (CUPANG ALAM) SPESIES Betta imbellis DAN Betta splendens

Eni Kusrini, Riani Rahmawati, Siti Murniasih, Ruby Vidia Kusumah, Anjang Bangun Prasetio, dan Sawung Cindelaras

231

Page 9: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

vi

No Judul Pemakalah Hal

21 PENINGKATAN MUTU GENETIK KARAKTER PERTUMBUHAN IKAN MAS RAJADANU HASIL SELEKSI GENERASI KE 0 (G0)

Didik Ariyanto , Erma P. Hayuningtyas dan Khairul Syahputra1

242

22 PERFORMANCE OF HARVEST STRATEGY ON PRONGHORN SPINY LOBSTER FISHERY IN SOUTHERN COAST OF JAVA

Andhika Prima PRASETYO , Lilis SADIYAH, Ignatius Tri HARGIYATNO, Moh. FAUZI , Fayakun SATRIA and Ria FAIZAH

253

23

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN KERENTANAN IKAN KURISI (Nemipterus spp.) HASIL TANGKAPAN CANTRANG DI LAUT JAWA

Setiya Triharyuni, Sri Turni Hartati dan Regi Fiji Anggawangsa

261

24

SEBARAN UNIT STOK IKAN LAYANG (Decapterus spp.) DAN RISIKO PENGELOLAAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA

Suwarso dan Achmad Zamroni

271

25 PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP CANTRANG DI PROBOLINGGO

Tri Wahyu Budiarti dan Mahiswara

281

26

SUMBER DAYA DAN KEGIATAN PERIKANAN PERAIRAN RAWA LEBAK DESA JUNGKAL, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Dina Muthmainnah 291

27 DAY AND NIGHT VARIATION OF SHRIMP CATCH IN CEMPI BAY, WEST NUSA TENGGARA

Masayu Rahmia Anwar Putri and Adriani Sri Nastiti

300

28 BIOLOGI REPRODUKSI CAKALANG BETINA (Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Budi Nugraha

312

29

SPATIAL DISTRIBUTION AND LENGTH-WEIGHT RELATIONS OF ALBACORE (Thunnus alalunga) IN THE EASTERN INDIAN OCEAN

Bram Setyadji, Dian Novianto and Budi Nugraha

318

30

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH BAGI PENANGKAPAN IKAN DI INDONESIA (STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU)

Dinarika Jatisworo, Ari Murdimanto

326

31 ANALISIS DAYA DUKUNG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR SUMBA TIMUR UNTUK PEMBUKAAN LADANG PRODUKSI GARAM

Widodo S. Pranowo, Rizki A. Adi, dan Candra D. Puspita

336

32

POTENSI SUMBER DAYA AIR TAWAR DI KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS, SUMATRA BARAT

G.Kusumah , R.F. Lubis , H. Bakti 2 & D. Gunawan

350

33

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN LILIFUK BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

Christina Yuliaty, Nendah Kurniasari dan Maharani Yulisti

362

Page 10: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

vii

No Judul Pemakalah Hal

34 STRATEGI PENINGKATAN EKONOMI WILAYAH PERBATASAN BERBASIS KELAUTAN DAN PERIKANAN

Mira, Maulana Firdaus, Tajerin, dan Akhmad Solihin

375

Page 11: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

155

PENENTUAN INDEKS UPWELLING BERBASIS MODEL NUMERIK TIGA DIMENSI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN

Rita Tisiana Dwi Kuswardani

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Jalan Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430 email : [email protected]

ABSTRAK Sebagai negara penghasil ikan yang cukup besar, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan sumberdaya ikan (SDI yaitu fenomena alam yang tidak terdeteksi. Upwelling sebagai salah satu fenomena oseanografi sering digunakan sebagai indikator adanya konsentrasi ikan di suatu perairan. Prediksi upwelling yang akurat dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat keterkaitan dengan produksi perikanan dan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk pengelolaan perikanan. Prediksi ini juga dapat menjadi alat bantu berbasis ilmuah untuk mendukung pengelolaan perikanan dan membantu pemerintah local untukpengembangan sunberdaya ekonomi di dearahnya. Suatu indeks upwelling berbasis model numerik tiga dimensi dibuat untuk memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai proses yang terjadi di suatu perairan. Stabilitas kecepatan vertikal digunakan sebagai dasar perhitungan indeks upwelling, yang kemudian diformulasikan sebagai transport upwelling. Metoda ini digunakan sebagai salah satu cara alternatif untuk mendeteksi adanya upwelling, selain dari suhu permukaan laut yang biasa digunakan. Indeks upwelling yang menunjukan variasi upwelling kemudian dibandingkan dengan data klorofil-a dan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan selatan Jawa. Indeks upwelling dihitung berdasarkan tiga zona, yaitu zona barat, tengah dan timur. Hasil perbandingan di setiap zona menunjukkan adanya relasi yang positif antara indeks upwelling, konsentrasi klorofil-a dan data hasil tangkapan ikan yang ditunjukan oleh nilai R2. Dari nilai R2 terlihat bahwa nilai relasi antara upwelling index dan hasil tangkapan lebih besar dibandingkan dengan relasi lainnya, kecuali untuk zona bagian barat. Kata kunci : pengelolaan sumberdaya ikan, upwelling, model numerik, kecepatan vertikal, indeks upwelling

DETERMINATION OF UPWELLING INDEX BASED ON THREE DIMENSIONAL NUMERICAL

MODELING AND ITS RELATION WITH FISH CATCH ABSTRACT As a high potential fish resources country, one of the challenges for management fish resources in Indonesia is undetected natural phenomena. Upwelling as one of oceanography phenomena, is used to identify fish abundance. An accurate upwelling prediction would help the well-documented relationship with fisheries production is an urgent demand for fisheries management. The prediction also can provide scientific support for fishery management to assist the local government in developing the economic resources in their region. A three dimensional numerical modeling is set up to built an index upwelling. The index is used to represents an accurate upwelling variability in particular area. The stability of vertical velocity is used as the basis for the calculation of an upwelling index which formulated as upwelling transport, instead of calculating the frequency of upwelling based on the changes of

Page 12: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

156

sea surface temperature and Ekman transport which have often been used as an upwelling index. The index then used to represent the upwelling variations and also compared with the chlorophyll-a variations and fisheries production. The upwelling index calculated in three zone areas, west zone, central zone and east zone. Comparison of relationship in three zone using linier regression (R2) show positif relationship between upwelling index, chlorophyll-a concentration and fish catch. The R2 value suggest that the relationship between upwelling index and fish catch is stronger than others, except in west zone. Keywords : fish resources management, upwelling, numerical modeling, vertical velocity, upwelling indeks

PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara dengan biodiversitas yang tinggi dan memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial. Produksi ikan tahunan di Indonesia sebesar 6.5 juta ton/tahun dan 75% dari total stok adalah ikan pelagis (SK MenKP, No. KEP 45/MEN/2011 ). Pengelolaan perikanan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dan sangat mendasar, meskipun masih terdapat tantangan dalam pelaksanaannya. Saat ini pengelolaan perikanan diatur oleh PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan. Daerah pengelolaan diatur berdasarkan batasan-batasan koordinat penangkapan ikan. Tetapi pelaksanaan pengelolaan perikanan tersebut masih menghadapi tantangan. Menurut Atmaja dkk1, prospek dan tantangan pengelolaan perikanan adalah : fenomena alam yang tidak terdeteksi, data yang tercatat tidak cukup, fenomena alam terdekteksi tetapi kemampuan tidak memungkinkan. Salah satu fenomena oseanografi yang sering digunakan sebagai indikator adanya konsentrasi ikan di suatu perairan adalah upwelling. Pada umumnya, suhu digunakan sebagai indikator terjadinya fenomena upwelling, tetapi sampai sekarang belum diketahui atau didefinisikan secara pasti suhu yang tepat untuk diidentifikasikan sebagai fenomena upwelling. Di sisi lain, mekanisme upwelling selalu dikaitkan dengan kecepatan vertikal ke arah atas. Tingkat kestabilan upwelling yang cukup tinggi dapat diduga membawa nutrient yang cukup tinggi yang dibawa oleh kecepatan vertikal dari lapisan bawah. Prediksi upwelling yang akurat dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat keterkaitan dengan produksi perikanan dan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Indeks upwelling sebagai alat bantu untuk memberikan informasi tentang prediksi upwelling yang cukup akurat sudah banyak ditentukan dengan berbagai metoda, diantaranya yang dilakukan oleh NOAA2 dengan menggunakan angin geostropik dan beberapa penelitian lain mendefinisikan indeks upwelling berdasarkan kecepatan vertikal3,4. Dimana, indeks upwelling harian dan bulanan dengan data yang panjang (time series) tersedia secara regular untuk digunakan oleh para ilmuwan dan manajer perikanan. Indeks upwelling dalam studi ini ditentukan dari hasil model numerik tiga dimensi Model numerik ini bisa menggambarkan fenomena alam yang tidak terdeteksi , dapat memprediksi data yang cukup panjang (time series) dan diharapkan dapat memprediksi upwelling yang cukup akurat. Lokasi studi penentuan indeks upwelling dilakukan di perairan selatan Jawa, dimana perairan ini merupakan perairan yang memiliki potensi upwelling terbesar5-8 dan merupakan salah satu wilayah pengelolaan perikanan (WPP 573).

Page 13: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

157

METODE PENELITIAN Penentuan indeks upwelling dibuat dengan menggunakan hasil luaran dari model

numerik gabungan gelombang-pasut-sirkulasi yang dikembangkan oleh Marine Science and Numerical Modeling (MASNUM) Laboratory, State Oceanic Administration, China. Komponen model sirkulasi berdasarkan model POM (Princeton Ocean Modeling) yang dikembangkan oleh Princeton University, USA. Resolusi horizontal model sebesar 1/6 x 1/6 derajat dengan 51 sigma layer dengan domain model 200 S – 500N, 300 E – 1500E. Topografi model diinterpolasi dari Etopo 5. Data angin diperoleh dari data angin re-analisis NCEP/NCAR dengan resolusi grid 1.875 derajat yang kemudiaan di interpolasi menjadi 1/6 x 1/6 derajat. Percobaan numerik dilakukan untuk model klimatologi (rata-rata 20 tahun) dan 30 tahun (dari tahun 1980 – Juli 2009). Untuk penentuan indeks upwelling pada makalah ini, hasil model yang digunakan adalah hasil model di perairan selatan Jawa (5 º S – 15 º N, 100 º E – 135 º E) . Indeks upwelling ditentukan berdasarkan kecepatan vertikal dan kemudian dihitung sebagai transport dari upwelling. Penentuan indeks upwelling dihitung berdasarkan formulasi sebagai berikut :

M

i

ji

N

j

yxWUI1

,

1

.. (1)

Wi,j adalah kecepatan vertikal, (i,j) is jumlah grid untuk arah x dan y , M dan N adalah jumlah maksimum grid untuk arah i and j, Δx dan Δy adalah interval grid dalam arah x dan y dalam satuan meter. Indeks upwelling hanya merefleksikan kecepatan vertikal arah positif (ke atas), dimana kecepatan vertikal arah negatif (ke bawah) diabaikan.

Gambar 1. Lokasi penelitian. Kotak hitam menunjukan zona bagian barat, kotak merah

menunjukan zona bagian tengah, dan kotak hijau menunjukan zona bagian timur.

Data klorofil-a yang digunakan dalam studi ini adalah data citra satelit MODIS Aqua/Terra level 3. Untuk meng ekstrak data citra menjadi data ASCII digunakan perangkat lunak ENVI 4.7. Data yang digunakan adalah data spasial dengan resolusi 4 km untuk perioda Juli 2002 sampai Desember 2009. Data hasil tangkapan ikan diperoleh dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Data tangkapan ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tangkapan ikan pelagis.

100 105 110 115 120 125 130 135

Longitude

-15

-10

-5

Latitu

de

Java Island

INDIAN OCEAN

Java Sea

Timor Seas

Flores Sea

Australia

Ombai Strait Lombok Strait

w

w'

c

c'

e

e'

Page 14: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

158

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum indeks upwelling ditetapkan, gambaran tentang struktur tiga dimensi dibuat untuk menentukan kedalaman yang tepat sebagai acuan penetapan indeks upwelling. Kedalaman perairan dimana kecepatan vertikal yang paling kuat dijadikan dasar untuk mendefinisikan suatu indeks upweeling. Untuk mendapatkan gambaran struktur tiga dimensi dari upwelling, profil kecepatan vertikal dapat dilihat pada gambar 2. Profil kecepatan vertikal tersebut digambarkan setiap dua bulanan . Profil kecepatan vertikal dibuat berdasarkan 2 lokasi, perairan selatan Jawa bagian barat 1050 E dan perairan selatan Jawa bagian timur 1150 E. Analisa profil kecepatan vertikal dilakukan dari permukaan sampai dengan kedalaman 200 m (gambar 2), dimana ikan pelagis pada umumnya hidup di kedalaman 0-200 m9 Identifikasi sinyal upwelling dari kecepatan vertikal menunjukkan bahwa kecepatan vertikal maksimum terjadi di kedalaman 80 m. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut maka indeks upwelling ditetapkan pada kedalaman tersebut. Perlu dicatat dari profil vertikal bahwa upwelling di selatan Jawa bagian barat dapat dikategorikan sebagai upwelling musiman (seasonal upwelling) dimana kecepatan vertikal terbesar terjadi pada musim timur. Sedangkan upwelling di selatan Jawa bagian timur dapat dikategorikan sebagai upwelling yang stabil dan kuat, dan terjadi sepanjang tahun (upwelling stationer). Penelitian oleh Yusuf10, Putri11 dan Purba12 juga menunjukan fenomena upwelling yang stabil dan kuat di perairan selatan Jawa bagian timur tersebut. Dari hasil observasi lapangan, Purba12 menduga bahwa fenomena upwelling yang stabil dan kuat tersebut dipengaruhi oleh Arus Khatulistiwa Selatan (South Equatorial Current).

Gambar 2. Profil Kecepatan Vertikal di perairan selatan Jawa sebelah barat (a) dan timur (b)Penelitian lain oleh Kuswardani13 berdasarkan pemodelan numeric diperoleh bahwa kontribus massa air Arus Lintas Indonesia (Arlindo) Tetapi sampai saat ini mekanisme penyebab terjadinya upwelling yang kuat dan stabil tersebut masih belum diketahui secara pasti. Penentuan indeks upwelling di perairan selatan Jawa dibagi berdasarkan 3 zona, yaitu zona barat, tengah dan timur. Penentuan zona ini didasarkan pada fenomena laut dan atmosfer yang diduga mempengaruhi nilai indeks upwelling. Dimana zona bagian barat dipengaruhi oleh kondisi fisik oseanografi dari selat Sunda dan dekat ke sumber Indian Ocean Dipole, zona bagian tengah dipengaruhi oleh kombinasi fenomena di bagian barat dan timur. Upwelling di

Page 15: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

159

zona bagian timur, menurut penelitian Kuswardani13 diduga merupakan kombinasi antara Arus Khatulistiwa Selatan (South Equatorial Current), Arus Lintas Indonesia (Indonesian Throughflow) dan beberapa fenomena lain seperti Arus Selatan Jawa (South Java Current), Gelombang Kelvin dan lain-lain14-16.

Data tangkapan ikan di zona barat diambil dari pelabuhan perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu, di zona barat dari Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dan di zona barat dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Perigi, Jawa Timur. Secara umum, grafik indeks upwelling di Pelabuhan Ratu mulai bergerak menaik pada bulan Mei dan kemudian turun pada bulan Oktober (gambar 3 ). Hasil tangkapan ikan tuna mata besar menunjukkan relasi yang cukup baik apabila dibandingkan dengan indeks upwelling dan konsentrasi klorofil-a. Puncak tertinggi dari grafik hasil tangkapan tidak terlihat pada musim penangkapan tetapi terjadi pada musim barat (Desember atau Februari). Berdasarkan hasil penelitian oleh Lee17, dapat disimpulkan bahwa puncak kelimpahan ikan tuna matabesar (berdasarkan data klorofil dan temperatur) adalah bulan September. Apabila kita membandingkan puncak kelimpahan tersebut dengan data ikan tuna matabesar dari Pelabuhan Ratu, secara bertentangan terlihat bahwa pada bulan tersebut adalah bulan dimana kelimpahan ikan tuna matabesar sedang berada di titik terendah. Grafik regresi linier antara upwelling indeks (gambar 4), konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan di zona bagian barat ini memperlihatkan bahwa relasi positif hanya terjadi antara upwelling indeks dan klorofil (R2 =0.174) . Sedangkan untuk relasi antara upwelling indeks dan hasil tangkapan ikan dan klorofil dan hasil tangkapan ikan menunjukan relasi yang negative, dimana garis tren menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya time lag antara proses terjadinya upwelling, kemudian terbentuk klorofil dan waktu perkembangan ikan dewasa pada tingkat yang layak untuk ditangkap. Gambar 3 Hubungan antara hasil tangkapan ikan mata besar (Bigeye tuna) , klorofil-a dan indeks upwelling di perairan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Page 16: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

160

(a)

(b)

(c)

Gambar 4. Hubungan antara (a) upwelling indeks dan konsentrasi klorofil, (b) upwelling indeks

dan hasil tangkapan ikan(tuna mata besar) dan (c) konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan (tuna mata besar) di perairan selatan Jawa bagian barat.

Di perairan Cilacap indeks upwelling mulai mengalami kenaikan pada bulan Mei dan kemudian turun pada bulan Oktober (gambar 5). Tinggi nya hasil tangkapan ikan Cakalang berkorelasi cukup baik dengan puncak indeks upwelling dan konsentrasi klorofil-a, kecuali pada tahun 2004. Data hasil tangkapan ikan tinggi pada bulan Mei sampai Oktober. Pada bulan Agustus 2006, hasil tangkapan ikan mencapai sekitar 1100 ton dan hal ini terkait dengan fenomena alam yang dikenal dengan Indian Ocean Dipole Mode (IODM) dimana konsentrasi klorofil-a juga tinggi. Pada tahun 2005, hasil tangkapan ikan terbanyak terjadi pada bulan September, lebih lambat dari tahun normal yang biasanya musim penangkapan ikan dimulai pada bulan Mei. Tahun 2002, 2004 dan 2007, data hasil tangkapan ikan meningkat pada saat indeks upwelling mulai mengalami kenaikan. Penelitian oleh Pillai dan Sillas18, tentang distribusi Cakalang di Samudera Hindia dari kapal ikan dengan alat tangkap longline untuk perioda tahun 1965 – 1975, menunjukkan bahwa tidak ada perioda musiman bertelur untuk ikan Cakalang di area tersebut. Tetapi penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas bertelur ikan Cakalang cukup tinggi pada bulan Agustus sampai September dan di bulan Februari. Kondisi ini sesuai dengan data tangkapan ikan di Cilacap dan berkorelasi dengan puncak indeks upwelling. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan ditunjukan pada gambar 6. Secara umum nilai relasi menunjukan nilai positif. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan konsentrasi klorofil di lokasi sebesar 0.061. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan hasil tangkapan sebesar 0.381 dan nilai relasi antara konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan sebesar 0.241. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai relasi terbesar adalah antara indeks upwelling dengan hasil tangkapan ikan.

y = 3E-06x - 0.512R² = 0.174

0

1

2

3

4

5

6

0 50 100

Ko

nse

ntr

asi K

loro

fil

(mg/

m3

)

Upwelling Index ( 105 m3/s) y = -0.000x + 101.7R² = 0.061

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 50 100

Has

il Ta

ngk

apan

Ikan

(to

ns)

Upwelling Index (105 m3/s)y = -8.221x + 62.63

R² = 0.014

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 2 4 6

Has

il Ta

ngk

apan

Ikan

(to

ns)

Konsentrasi Klorofil (mg/m3)

Page 17: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

161

Gambar 5. Hubungan antara hasil tangkapan ikan Cakalang, klorofil-a dan indeks upwelling di perairan Cilacap, Jawa Tengah

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Hubungan antara (a) upwelling indeks dan konsentrasi klorofil, (b) upwelling indeks

dan hasil tangkapan ikan(cakalang) dan (c) konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan (cakalang) di perairan selatan Jawa bagian tengah.

Distribusi Sardinella lemuru terhadap kedalaman di bagian barat Indonesia berdasarkan

survei kapal riset Jurong19 menunjukan bahwa konsentrasi Sardinella lemuru terbesar pada kedalaman 80 m. Data tangkapan ikan Lemuru dari pelabuhan Perigi juga menunjukan korelasi yang tinggi dengan indeks upwelling (gambar 7). Indeks upwelling ditentukan pada kedalaman 80 m, dimana kecepatan vertikal pada kedalaman ini cukup besar. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan ditunjukan pada gambar 8. Sama seperti zona tengah,secara umum nilai relasi di zona timur menunjukan nilai positif. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan konsentrasi klorofil di lokasi sebesar 0.253. Nilai relasi antara indeks upwelling dengan hasil tangkapan sebesar 0.301 dan nilai relasi antara konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan sebesar 0.126. Meskipun nilai relasi terbesar adalah antara indeks upwelling dengan hasil tangkapan ikan, tetapi di zona ini perbedaan nilai relasinya tidak terlalu besar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kedalaman penentuan indeks upwelling yang tepat,yaitu di kedalaman 80 m sesuai dengan kondisi karakteristik ikan lemuru yang densitas terbesarnya berada pada kedalaman 80 m.

y = 4E-06x - 1.111

R² = 0.063

02468

101214

0 50 100Ko

nse

ntr

asi K

loro

fil

(mg/

m3

)

Upwelling Index (105m3/s) y = 0.001x - 527.7R² = 0.381

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0 40 80Has

il Ta

ngk

apan

Ikan

(To

ns)

Upwelling Index (105 m3/s)y = 62.66x + 144.7

R² = 0.241

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0 2 4 6 8 10 12 14

Ha

sil T

an

gka

pa

n Ik

an

(T

on

s)Konsentrasi Klorofil (mg/m3)

Page 18: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

162

Gambar 7. Hubungan antara hasil tangkapan ikan Sardinella lemuru, klorofil-a dan indeks upwelling di perairan Perigi, Jawa Timur.

(a)

(b)

(c)

Gambar 8. Hubungan antara (a) upwelling indeks dan konsentrasi klorofil, (b) upwelling indeks dan hasil tangkapan ikan(lemuru) dan (c) konsentrasi klorofil dan hasil tangkapan ikan (lemuru)

di perairan selatan Jawa bagian timur.

KESIMPULAN 1. Indeks upwelling memperlihatkan pola yang konsisten dengan Dipole Mode Event (Indian

Ocean Dipole Mode) 2. Adanya relasi yang positif antara tangkapan ikan dengan indeks upwelling, dimana relasi

linier terkuat adalah relasi antara indeks upwelling dan hasil tangkapan ikan 3. Penentuan kedalaman sebagai acuan penetapan indeks upwelling harus ditentukan

berdasarkan sifat dan karakteristik setiap ikan, sehingga relasinya akan lebih akurat. 4. Model numerik merupakan alat yang fleksibel dan tidak mahal untuk mendefinisikan indeks

upwelling 5. Indeks upwelling bisa ditentukan secara spasial dan temporal, dan memberikan informasi

secara vertikal dan pada kedalaman tertentu dimana data satelit hanya memberikan informasi di permukaan

y = 4E-06x - 3.587R² = 0.253

-2

0

2

4

6

8

10

12

0 50 100 150 200

Klo

rofi

l (m

g/m

3)

Upwelling Indeks (x 105 m3/s) y = 0.001x - 981.9R² = 0.301

0

1000

2000

3000

0 100 200

Ha

sil T

an

gka

pa

n Ik

an

(to

ns)

Upwelling Indeks (105 m3/s)

x 10000

y = 6.771x + 81.95R² = 0.126

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

0 50 100H

asil

Tan

gka

pan

Ika

n (

ton

s)Konsentrasi Klorofil (mg/m3)

Page 19: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013

163

DAFTAR PUSTAKA Atmaja, S.B., Bambang, S., Natsir, 2011, Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan

Perikanan, Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia : dengan kasus Teluk Tomini, Balai Penelitian Perikanan Laut, Balitbang KP, 17:31

Bakun, A., 1973, Coastal upwelling indices west coast of North America, 1946-1971, Technical Report NMFS SSRF-671, 103 pp, Nat.Oceanic and Atmos, Admin, Seattle, Wash.

Myrberg,K., Andrejev,O., 2003, Main upwelling regions in the Baltic Sea – a statistical analysis based on three-dimensional modelling. Boreal Env.Res. 8 : 97-112.

Skogen, M.D., 2004, A direct estimate of the Namibian upwelling flux in Namibia‘s Fisheries: Ecological, economic and social aspects, Chapter 1.

Susanto, R. D., Gordon, A.L., Zheng, W., 2001, Upwelling along the coasts of Java and Sumatra and its relation to ENSO. Geophysical Research Letters, 28 : 1599 – 1602

Hendiarti, N., Suwarso., Aldrian, E., Amri, K., Andiastuti, R., Sachoemar, S.I., Wahyono,I.B., 2005, Seasonal variation of Pelagic Fish Catch around Java. Oceanography 18 (4), Special Issue The Indonesian Seas, 112 – 123

Nontji, A ., 2002, Laut Nusantara, 3rd edition, Penerbit Djambatan, 351 p Rakhmaputeri, N., 2010, Studi Variabilitas Upwelling di Selatan Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Laut Sawu menggunakan metoda Penginderaan Jauh, Tugas Akhir, Program Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung.

Laevastu, T., and Hela, I., 1970, Fisheries Oceanography Fishing News (Books), Ltd. London, p.236

Yusuf, M., 2002, Simulasi Upwelling menggunakan Model Numerik bagian Tengah dan barat Indonesia dan kaitannya dengan Monsoon, Master Thesis, Program Studi Oseanografi, Sains Atmosfir dan Seismologi, Institut Teknologi Bandung.

Putri, M., Study of Ocean Climate Variability (1959-2002) in the Eastern Indian Ocean, Java Sea and Sunda Strait Using the HAMburg Shelf Ocean Model, Dissertation, Hamburg University, 2005

Purba,M ., Dinamika Perairan selatan pulau Jawa dan pulau Sumbawa pada musim timur. Torani, Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 2007, No.2 Vol 17, ISSN :0853-4489

Kuswardani, R.T.D, 2012,The Development of a wave-tide-circulation coupled model and its upwelling simulation application in the Indonesian Seas, Ocean University of China, Doctor Dissertation.

Syamsudin, F and Kaneko, A., Numerical and observational estimates of Indian Ocean Kelvin Wave intrusion into Lombok strait, Geophysical Research Letters, 2004, VOL. 31, L24307, doi:10.1029/2004GL021227

Lee,T., Fukumori, I., Menemenlis, D., Xing,Z., Fu, L-L., Effects of the Indonesian Throughflow on the Pacific and Indian Oceans, Journal of Physical Oceanography, 2002, 32 : 1404 – 1429

Qu, T and Meyers, G., Seasonal Characteristics of Circulation in the Southeastern Tropical Indian Ocean, Notes and Correspondence, American Meteorological Society, 2005 : 255 – 267

Lee, P-F., Chen,I-C., Tseng, W-N, Distribution Patterns of Three Dominant Tuna Species in the Indian Ocean, 1999.

http://proceedings.esri.com/library/userconf/proc99/proceed/papers/pap564/p564.htm Pillai, P.P., Silas, E.G., Distribution and Biology of the Skipjack Tuna Katsuwonus Pelamis

(Linnaeus) taken by the Longline Fishery in the Indian Ocean, Journal of Marine Biolog Ass.India, 1979, 21 (1 & 2) : 147 – 170

Pauly,D., Cabanban,A., Torres, F.S.B., Fishery Biology of 40 Trawl-caught Teleosts of Western Indonesia, Baseline Studies of Biodiversity : The Fish Resources of Western Indonesia, 1996, 135-21

Page 20: Cover prosiding terbaik - pusriskel.litbang.kkp.go.id

Badan Penelitian dan PengembanganKelautan dan PerikananJl. Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara