cover penelitian dosen

67
Bidang Ilmu : Kesehatan USUL PENELITIAN DOSEN PEMULA EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES HANGAT DI FRONTAL DAN AKSILA PADA PASIEN DEMAM DI IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2013 TIM PENGUSUL : NAMA KETUA : Ns.ELIZA,SPd,S.Kep NO.NIDN : 1030067201 NAMA ANGGOTA TIM : 1. HEGA VALENTINE,SKM NO.NIDN : 9910001766 2. Ns.SALMIWATI,S.kep STIKes NAN TONGGA LUBUK ALUNG MARET 2013

Upload: sarpudin-l-lafataa

Post on 20-Jan-2016

175 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover Penelitian Dosen

Bidang Ilmu : Kesehatan

USUL PENELITIAN

DOSEN PEMULA

EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH DENGAN KOMPRES

HANGAT DI FRONTAL DAN AKSILA PADA PASIEN DEMAM

DI IRNA NON BEDAH (PENYAKIT DALAM) RSUP

DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2013

TIM PENGUSUL :

NAMA KETUA : Ns.ELIZA,SPd,S.Kep

NO.NIDN : 1030067201

NAMA ANGGOTA TIM :

1. HEGA VALENTINE,SKM

NO.NIDN : 9910001766

2. Ns.SALMIWATI,S.kep

STIKes NAN TONGGA LUBUK ALUNG

MARET 2013

Page 2: Cover Penelitian Dosen

HALAMAN PENGESAHANPENELITIAN DOSEN PEMULA

Judul Penelitian : Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Di

Frontal Dan Aksila Pada Pasien Demam Di Irna Non Bedah

(Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun 2013

Bidang ilmu : Keperawatan

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ns.Eliza,S.Pd,S.Kep

b. NIDN : 1030067201

c. Pangkat / golongan :-

d. Jabatan fungsional : Asisten Ahli

e. Fakultas / Jurusan : S1 Keperawatan

f. Pusat Penelitian :-

g. Alamat / Institusi : Jalan Raya Padang - Bukittinggi 32 KM Lubuk

Alung Kode Pos 25881

h. Telpon/Faks/E-mail : 085263700917 ([email protected])

Biaya yang diusulkan : Rp 13.000.000

Lubuk Alung, 15 Maret 2013

Mengetahui,

Ketua STIKes Nan Tongga Lubuk Alung Ketua Peneliti,

(Hermalinda,S.Kep.Ns,MKep,An) ( Ns.Eliza,S.Pd,S.Kep )

NIDN: 9910000481 NIDN: 1030067201

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian

( Ns.Hesti Wirza,S.Kep )

9910676630

Page 3: Cover Penelitian Dosen

Ns.Eliza,SPd,S.kep

Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat di Frontal Dan Aksila Pada Pasien Demam di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2013

ABSTRAK

Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1(IL-1).Karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk meningkatkan pengeluaranpanas yang berlebih sehingga mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan dapat mengancam kesehatan. Kompres hangat di frontal dan aksila merupakan metoda non farmakologis yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada pasien demam.

Penelitian ini menggunakan metoda Quasi- Ekperimental (pretes and postest) rancangan rangkaian waktu (Time Series Design) pada pasien demam di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil Tahun 2013 sebanyak 20 orang pada tanggal 29 April – 29 Mei 2012. Pengambilan sample ini dilakukan dengan kuota sampling. Variable penelitian adalah penurunan suhu tubuh dan kompres hangat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengompres hangat di frontal dan aksila dilakukan selama 60 menit. Analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji T –tes independent.

Daftar bacaan : (1990-2010)

Page 4: Cover Penelitian Dosen

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................... . i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas ........................................................................................ 7

B. Demam ………………………………………………………………. 8

1. Tipe – Tipe Demam.................................................................... 11

2. Fase- Fase Demam...................................................................... 12

C. Suhu Tubuh...................................................................................... 14

1. Regulasi...................................................................................... 15

2. Kontrol Neural Dan vascular ...................................................... 15

3. Produksi Panas ........................................................................... 16

4. Pengeluaran Panas ...................................................................... 18

5. Kulit Pada Regulasi Suhu ........................................................... 21

6. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Suhu Tubuh........ 22

7. Perubahan Suhu.......................................................................... 25

8. Kelelahan Akibat Panas .............................................................. 26

9. Mekanisme penurunan temperatur bila tubuh terlalu panas ......... 26

Page 5: Cover Penelitian Dosen

D. Aliran Darah Vena Mengendalikan Temperatur Kulit ....................... 27

1. Pembuluh – Pembuluh Darah Utama ........................................ 28

2. Struktur Pembuluh Darah ........................................................ 28

E. Energi Panas Dalam Bidang Kedokteran ........................................... 35

1. Efek Panas................................................................................ 35

F. Pengertian Kompres Hangat .............................................................. 36

1. Manfaat Kompres Hangat......................................................... 36

G. Kompres Hangat di Frontal …………………………………………. 37

1. Alat Dan Bahan ........................................................................ 37

2. Prosedur ................................................................................... 37

H. Kompres Hangat di Aksila …………………………………………... 38

1. Alat Dan Bahan ........................................................................ 39

2. Prosedur ................................................................................... 39

I. Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat……………………….. 40

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep .............................................................................. 42

B. Hipotesa Penelitian............................................................................ 43

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian............................................................................... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 45

C. Populasi dan sample .......................................................................... 45

D. Definisi Operasional.......................................................................... 46

E. Instrumen penelitian ......................................................................... 48

F. Teknik Pengumpulan data ................................................................. 48

G. Pengolahan Data................................................................................ 49

Page 6: Cover Penelitian Dosen

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: Cover Penelitian Dosen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh

interleukin satu (IL-1) (Sumarmo, 2010). Karena mekanisme pengeluaran panas

tidak mampu untuk meningkatkan pengeluaran panas yang berlebih sehingga

mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan dapat mengancam kesehatan (Potter &

Perry, 2005).

Demam terjadi karena akibat dari perubahan set point hipotalamus. Karena

pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat

pirogen masuk ke dalam tubuh yang bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi

sistem imun. Sistem imun seperti sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi

untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, substansi lain

seperti hormon dilepaskan untuk mempertahankan melawan infeksi. Substansi ini

juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set

point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas.

Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama

periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun

suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang

lebih tinggi, tercapai (Potter & Perry, 2005).

Page 8: Cover Penelitian Dosen

Demam bila tidak diatasi dapat membahayakan kondisi tubuh karena

selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.

Meningkatnya metabolisme tubuh yang menggunakan energi untuk memproduksi

panas tambahan. Maka frekuensi jantung dan pernafasan akan meningkat untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrisi. Jika klien memiliki

masalah jantung dan saluran pernafasan maka akan dapat masalah lebih besar.

Peningkatan metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan

oksigen tidak dapat dipenuhi, terjadi hipoksia selular (oksigen tidak adekuat) dan

terjadi hipoksiamiokard sehingga mengakibatkan nyeri dada (Potter & Perry,

2005).

Berbagai metode yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh. Dapat

dilakukan dengan pemberian antipiretik dan penggunaan energi panas dalam

pengobatan. Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan pusat pengatur suhu di

hipotalamus, yang diikuti respon fisiologis termasuk penurunan produksi panas,

peningkatan aliran darah ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit

dengan radiasi, konveksi, dan penguapan (Sumarmo, 2010).

Efek samping dari Antipiretik dapat mengakibatkan spasme bronkus,

peredaran saluran cerna, penurunan fungsi ginjal dan dapat menghalangi seperti

supresi respons antibodi serum. Antipiretik tidak mengurangi suhu tubuh sampai

normal, tidak mengurangi lama episode demam, atau mempengaruhi suhu normal

tubuh. Efektifitas dalam menurunkan demam tergantung pada derajat demam

(makin tinggi suhunya, makin besar penurunannya), daya absorpsi, dan dosis

Page 9: Cover Penelitian Dosen

antipiretik. Pembentukan pirogen atau mekanisme pelepasan panas seperti

berkeringat tidak dipengaruhi secara langsung (Sumarmo, 2010).

Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu tubuh dapat dilakukan

dengan penggunaan energi panas melalui metoda konduksi dan evaporasi.

Metode konduksi yaitu perpindahan panas dari suatu objek lain dengan kontak

langsung. Ketika kulit hangat menyentuh yang hangat maka akan terjadi

perpindahan panas melalui evaporasi, sehingga perpindahan energi panas berubah

menjadi gas (Potter & Perry, 2005).

Salah satu contoh dari metode konduksi dan evaporasi adalah penggunaan

kompres hangat. Karena kompres hangat merupakan cara yang dilakukan untuk

menurunkan suhu tubuh pada klien demam yang tidak memiliki efek samping dan

tidak membahayakan ataupun memperparah kondisi klien. Selain itu penggunaan

kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak mengeluarkan biaya yang

banyak dalam menurunkan suhu tubuh. Dapat dilakukan di frontal dan aksila yang

dapat membantu pembuluh darah tepi di kulit melebar dan pori-pori menjadi

terbuka sehingga panas keluar dari dalam tubuh (Gabriel, 1996).

Berdasarkan data dari rekam medik mulai Januari sampai Oktober 2012

tercatat pasien demam di Bangsal Interne sebanyak 18 orang. Dari studi awal

yang di lakukan peneliti pada tanggal 13 November 2012 di Bangsal Interne

RSUP DR.M.Djamil Padang ditemukan dua orang klien demam dengan suhu

lebih dari 37,2oC. Dua orang klien tersebut mengeluh badannya masih panas

walaupun sudah mengkonsumsi obat tetapi demamnya juga belum turun. Ketika

Page 10: Cover Penelitian Dosen

dilakukan wawancara kepada beberapa perawat di Bangsal Interne, mereka

mengatakan lebih berfokus menurunkan demam dengan pemberian terapi obat

yaitu mengkonsumsi obat antipiretik dan jarang melakukan metoda-metoda untuk

kompres. Hasil observasi yang dilakukan saat pasien demam dua orang dengan

melakukan kompres hangat di frontal, namun penurunan suhu tubuhnya lama dan

tidak ada ditemukan kompres hangat di aksila.

Berdasakan latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang efektifitas penurunan suhu tubuh dengan kompres

hangat di frontal dan aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit

Dalam) RSUP DR.M.Djamil Padang.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang di

angkat mana kah yang lebih efektif penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat

di frontal dan aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam)

RSUP DR.M.Djamil Padang.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih efektif

penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan aksila pada

Page 11: Cover Penelitian Dosen

pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil

Padang.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi suhu tubuh sebelum dan

sesudah melakukan kompres hangat di frontal pada pasien demam

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi suhu tubuh sebelum dan

sesudah melakukan kompres hangat di aksila pada pasien demam

c. Untuk mengetahui efektifitas penurunan suhu tubuh dengan

kompres hangat di frontal dan di aksila pada pasien demam.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang

efektifitas penurunan suhu tubuh dengan kompres hangat di frontal dan

aksila pada pasien demam IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP

DR.M.Djamil Padang.

2. Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dan

dapat diaplikasikan dalam layanan kesehatan dan sebagai bahan untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Page 12: Cover Penelitian Dosen

3. Rumah sakit

Dapat memberikan informasi dan menerapkan kompres hangat di

frontal dan aksila untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien demam.

4. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan klien menggunakan kompres

hangat di frontal dan aksila untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien

demam.

Page 13: Cover Penelitian Dosen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya (Danfar, 2009).

Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara

membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi

atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif. Efektifitas adalah

seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang

diharapkan dari sejumlah input (Danfar, 2009).

Dari pengertian – pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas, waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari

tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Efektifitas – Output Aktual / Output Target > =1

1. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau

sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai afektifitas.

2. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang dari pada 1

(satu), maka efektifitas tidak tercapai (Danfar, 2009)

Page 14: Cover Penelitian Dosen

B. Demam

Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas

tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi

panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika

demam mengancam kesehatan seringkali merupakan sumber yang diperdebatkan

diantara pemberi perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya jika

berada pada suhu di bawah 39oC. pembacaan suhu tunggal mungkin tidak

menandakan demam. Devis dan Lentz (1989) merekomendasikan untuk

menentukan demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang

berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal orang tersebut pada

waktu yang sama, disamping terhadap tanda vital dan gejala infeksi (Potter &

Perry, 2005).

Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point

hipotalamus. Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu

tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja

seperti antigen, mempengaruhi sistem imun. Sel darah putih diproduksi lebih

banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu,

substansi sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan

infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point.

Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan

menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari

suhu tubuh. Selama periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa

Page 15: Cover Penelitian Dosen

kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set

point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil,

menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah

melampaui batas atau pirogen telah dihilangkan (mis.destruksi bakteri oleh

antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun,

menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan

karena vasodilatasi. Diaforesis membantu evaporasi pengeluaran panas. Ketika

demam berhenti klien menjadi afebris (Potter& Perry, 2005).

Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan

ringan suhu sampai 39oC meningkatkan sistem imun tubuh. Selama episode

febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan

konsentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam

juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini

yang bersifat melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik.

Pola demam berbeda, bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan

jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.

Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan

individu untuk merespon. Istilah demam yang tidak diketahui penyebabnya

mengacu pada demam yang etiologinya tidak dapat ditentukan (Potter & Perry,

2005).

Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis

pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar

Page 16: Cover Penelitian Dosen

tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-1, sedangkan pirogen endogen

berasal dari dalam tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam

dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Interleukin-1,

tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (INF) adalah pirogen endogen

(Sumarmo, 2010).

Selama demam metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.

Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi

jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh

terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang

memproduksi panas tambahan. Jika klien memiliki masalah atau saluran

pernafasan, stres karena demam dapat menjadi besar. Demam yang lama dapat

melelahkan klien dengan menghabiskan simpanan energi. Peningkatan

metabolisme membutuhkan tambahan oksigen. Jika kebutuhan oksigen tidak

dapat dipenuhi, terjadi hipoksia seluler (oksigen tidak adekuat). Hipoksiamiokard

mengakibatkan angina (nyeri dada). Hipoksia serebral mengakibatkan konfusi

(Potter & Perry, 2005).

Intervensi selama demam termasuk terapi oksigen. Mekanisme regulasi

digunakan untuk mengatasi demam yang membuat klien beresiko kekurangan

volume cairan. Kehilangan air melalui peningkatan pernafasan dan diaforesis

dapat menjadi berlebihan. Dehidrasi dapat menjadi masalah serius pada lansia dan

anak-anak yang berat badannya rendah. Mempertahankan keadaan volume cairan

Page 17: Cover Penelitian Dosen

yang optimum merupakan tindakan keperawatan yang penting (Potter & Perry,

2005).

1. Tipe – Tipe Demam

Tipe demam antara lain :

a. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.

Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang

tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam

hektik.

b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai

dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

c. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam

dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali

disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua

serangan demam disebut kuartana.

Page 18: Cover Penelitian Dosen

d. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut

hiperpireksia.

e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti

oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit

tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien

dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu

sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,

malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan

suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan

demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit

yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi

bakterial (Niken, 2010).

2. Fase- Fase Demam

a. Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)

1) Peningkatan denyut jantung

2) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan

Page 19: Cover Penelitian Dosen

3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

5) Merasakan sensasi dingin

6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

7) Rambut kulit berdiri

8) Pengeluaran keringat berlebihan

9) Peningkatan suhu tubuh

b. Fase II: proses demam

1) Proses menggigil lenyap

2) Kulit terasa hangat / panas

3) Merasa tidak panas atau dingin

4) Peningkatan nadi dan laju pernafasan

5) Peningkatan rasa haus

6) Dehidrasi ringan hingga berat

7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf

8) Lesi mulut herpetic

9) Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang)

10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme

protein

c. Fase III: pemulihan

1) Kulit tampak merah dan hangat

2) Berkeringat

Page 20: Cover Penelitian Dosen

3) Menggigil ringan

4) Kemungkinan mengalami dehidrasi (Mnscell, 2009)

C. Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh

panas tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.

Panas yang diproduksi – pengeluaran panas = suhu tubuh.

Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrem dan aktivitas fisik,

mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan

dalam relatif konstan. Bagaimapun suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada

aliran bawah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. karena

fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar 36o C sampai 38o

C. fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif

sempit.

Tempat pengukuran suhu (oral, rektal, aksila, membran timpani, esofagus,

arteri pulmoner, atau bahkan kandung kemih) merupakan salah satu faktor ynag

menentukan suhu tubuh klien dalam rentang sempit ini. Untuk dewasa awal yang

sehat rata-rata suhu oral 37oC. Pada praktik klinik, perawat mempelajari kisaran

suhu dan klien individu. Tidak ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang.

Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan

tubuh rata-rata yang representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung

lokasi pengukuran. Tempat yang menunjukan suhu inti merupakan indikator suhu

Page 21: Cover Penelitian Dosen

tubuh yang lebih dapat diandalkan dari pada tempat yang menunjukan suhu

permukaan. Arteri paru menunjukan nilai yang paling representatif karena darah

bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri paru merupakan

standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.

Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai

akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yan dipengaruhi oleh IL-1

(interleukin-1). Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan

keseimbangan antara produksi dan pelepasan panas.

1. Regulasi

Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis

dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan

normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus

dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan

kardiovaskuler. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol

suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.

2. Kontrol Neural Dan vaskular

Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol

suhu tubuh sebagaimana kerja thermostat dalam rumah. Suhu yang

nyaman adalah pada “set point” dimana sistem panas beroperasi. Di rumah

turunya suhu ruangan mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu

mematikan perapian. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu

Page 22: Cover Penelitian Dosen

tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas dan

hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.

Bila sel syaraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set

point, impuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme

pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran)

pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali

ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas.

Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set

point, mekanisme konsevasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan)

pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas.

Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter

dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokontriksi tidak efektif dalam

pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi

atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan

hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol

suhu.

3. Produksi Panas

Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme, yang

merupakan reaksi kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan

sumber bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi

membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia

seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP).

Page 23: Cover Penelitian Dosen

Jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme adalah laju metabolik.

Aktivitas yang memerlukan tambahan reaksi kimia meningkatkan laju

metabolik. Bila metabolisme meningkat, panas tambahan akan diproduksi.

Ketika metabolisme menurun, panas yang diproduksi lebih sedikit.

Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, getaran otot

dan termogenesis tanpa menggigil.

Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi tubuh saat

istirahat. Jumlah rata-rata laju metabolik basal (BMR) bergantung pada

luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi BMR. Dengan

cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh, hormon tiroid

meningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel tubuh. Bila

hormon tiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%

di atas normal. Tidak adanya hormon tiroid dapat mengurangi setengah

jumlah BMR, yang menyebabkan penurunan produksi panas. Stimulasi

sistem syaraf simpatis oleh norepinefrin dan epinefrin juga dapat

meningkatkan laju metabolik jaringan tubuh. Mediator kimia ini

menyebabkan glukosa darah turun, yang akan menstimulasi sel yang

menghasilkan glukosa. Hormon seks pria, testosteron meningkatkan BMR

yang lebih tinggi dari pada wanita. Gerakan volunter seperti aktivitas otot

selama latihan, membutuhkan tambahan energi. Laju metabolik dapat

meningkat di atas 2000 kali normal. Produksi panas dapat meningkat di

atas 50 kali normal.

Page 24: Cover Penelitian Dosen

Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang

berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skelet selama menggigil membutuhkan

energi yang signifikan. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4

sampai 5 kali lebih besar dari normal. Panas yang diproduksi untuk

mempertahankan suhu tubuh.

4. Pengeluaran Panas

Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Struktur

kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas

secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

Radiasi. Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu

objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas

berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ

internal inti membawa panas ke kulit dan pembuluh darah permukaan.

Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat

vasokontrikasi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas

menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya.

penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.

Vasodilatasi perifer juga meningkatkan aliran darah ke kulit untuk

memperluas penyebaran yang ke luar. Vasokontriksi perifer

meminimalkan kehilangan panas ke luar sampai 85 % area permukaan

tubuh manusia menyebarkan panas ke lingkungan. Namun, bila

Page 25: Cover Penelitian Dosen

lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas melalui

radiasi.

Perawat meningkatkan kehilangan panas melalui radiasi dengan

melepaskan pakaian atau selimut. Posisi klien meningkatkan kehilangan

panas melalui radiasi (mis.berdiri memajankan area permukaan radiasi

lebih besar dan berbaring pada posisi janin, meminimalkan radiasi panas)

menutup tubuh dengan pakain gelap dan rajutan juga mengurangi jumlah

kehilangan panas melalui radiasi.

Konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke

objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek

yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan

panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, cair dan

gas. Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan panas.

Perawat meningkatkan panas konduktif ketika memberikan kompres es

atau memandikan klien dengan air dingin. Memberikan beberapa lapis

pakaian mengurangi kehilangan konduktif. Tubuh menambah panas

dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih

hangat dari suhu kulit.

Konveksi. Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan

udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung

dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat

kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.

Page 26: Cover Penelitian Dosen

Kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melaui konveksi.

Kehilangan panas konvektif meningkat ketika kulit lembab kontak dengan

udara yang bergerak ringan.

Evaporasi. Evaporasi adalah perpindahan energi panas ketika

cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas

hilang untuk setiap gram air yang menguap (Guyton, 1990). Tubuh secara

kontinu kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600 sampai 900 ml

sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air

dan panas. Kehilangan normal ini dipertimbangkan kehilangan air dengan

tidak kasat mata dan tidak memainkan peran utama dalam pengaturan

suhu.

Dengan mengatur prerpirasi atau berkeringat, tubuh meningkatkan

kehilangan panas evaporatif tambahan. Berjuta-juta kelenjer keringat yang

terletak dalam dermis kulit menyekresi keringat melalui duktus kecil pada

permukaan kulit. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior

memberi sinyal kelenjer keringat untuk melepaskan keringat. Selama

latihan dan stres emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara

untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan

laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan

bersisik, serta hidung dan faring kering.

Diaforesis prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat

berada di bawah dermis kulit. Kelenjer menyekresi keringat, larutan berair

Page 27: Cover Penelitian Dosen

yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada

permukaan kulit. Kelenjar di kontrol oleh sistem syaraf simpatis. Bila suhu

tubuh meningkat, kelenjer keringat mengeluarkan keringat, yang menguap

dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Suhu tubuh rendah

menghambat sekresi kelenjer keringat. Diaforesis kurang efisien bila

gerakan udara minimal atau bila kelembaban tinggi. Individu yang tidak

mempunyai kelenjer keringat kongenital atau yang mempunyai penyakit

kulit serius yang merusak diaforesis tidak dapat mentoleransi suhu hangat

karena mereka tidak dapat mendinginkan diri mereka sendiri secara

adekuat.

5. Kulit Pada Regulasi Suhu

Peran kulit pada regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) tubuh,

vasokontriksi (yang mempengaruhi jumlah aliran darah dan kehilangan

panas pada kulit), dan sensasi suhu. Kulit, jaringan, subkutan, dan lemak

menyimpan panas di dalam tubuh. Ketika aliran darah antara lapisan kulit

berkurang, kulit itu sendiri adalah insulator paling baik. Individu dengan

lemak tubuh lebih banyak mempunyai insulasi alamiah lebih banyak dari

pada individu yang kurus dan berotot.

Cara kulit mengontrol suhu tubuh sama dengan cara radiator mobil

mengontrol suhu mesin. Mesin mobil melakukan pengendalian panas yang

baik. Air dipompa melalui sistem mesin untuk menampung panas dan

membawanya ke radiator, ketika kipas memindahkan panas dari air ke

Page 28: Cover Penelitian Dosen

udara luar. Radiator dan kipas mempertahankan suhu mesin dalam batas

aman untuk mencegah kerusakan karena terlalu panas. Pada tubuh

manusia, organ internal menghasilkan panas, dan selama latihan atau

peningkatan stimulasi simpatis, jumlah panas yang dihasilkan lebih tinggi

dari suhu inti normal. Aliran darah dari organ internal, yang membawa

panas ke permukaan tubuh. Kulit juga disuplai oleh pembuluh darah. Pada

daerah tubuh yang paling terpajan darah dapat mengalir secara langsung

dari arteri ke vena. Aliran darah melalui area kulit yang lebih banyak

pembuluh darah dapat barvariasi dari aliran minimal sampai sebanyak-

banyaknya 30% darah yang diejeksikan dari jantung (Guyton, 1990).

Panas berpindah dari darah, melalui dinding pembuluh darah, ke

permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan

panas. Suhu inti tubuh tetap dalam batas normal.

Derajat vasokontriksi menentukan jumlah aliran darah dan

kehilangan panas ke kulit. Bila suhu inti terlalu tinggi, hipotalamus

menghambat vasokontriksi. Sebagai akibat, pembuluh darah berdilatasi,

dan lebih banyak pembuluh mencapai permukaan kulit berdilatasi, dan

lebih banyak pembuluh mencapai permukaan kulit. Pada hari panas dan

lembab pembuluh darah di tangan berdilatasi dan mudah di lihat.

Sebaliknya, bila suhu inti menjadi terlalu rendah, hipotalamus

menimbulkan vasokontriksi dan aliran darah ke kulit berkurang. Sehingga

panas tubuh dihemat.

Page 29: Cover Penelitian Dosen

Kulit disuplai baik oleh reseptor panas dan dingin. Kerena reseptor

dingin lebih banyak, fungsi kulit terutama untuk mendeteksi suhu

permukaan dingin. Bila kulit kedinginan, sensornya mengirim informasi

ke hipotalamus, yang menimbulkan menggigil untuk meningkatkan

produksi panas tubuh, menghambat berkeringat, dan vasokontriksi (Potter

& Perry, 2005).

6. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Suhu Tubuh

a. Usia

Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang

relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi

dengan cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi

dapat berespons secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.

Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu yang ekstrem harus

dihindari. Bayi baru lahir pengeluaran lebih dari 30% panas tubuhya

melalui kepala dan oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala

untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari lingkungan yang

ekstrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5oC sampai 39oC.

Produksi panas akan meningkatkan seiring dengan pertumbuhan bayi

memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25oC sampai 0,55oC

adalah normal.

Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai puberitas,

rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati

Page 30: Cover Penelitian Dosen

masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit

dari pada dewasa awal. Suhu oral 35oC tidak lazim pada lansia dalam

cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36oC. lansia

terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran

mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol

vasokontriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,

penurunan aktivitas kelenjer keringat dan penurunan metabolisme.

b. Olahraga

Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan

pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan

metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat

meningkatkan produksi panas akibatnya peningkatan suhu tubuh.

Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan

suhu tubuh untuk sementara sampai 41oC.

c. Kadar hormon

Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh ynag lebih

besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi

menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan

menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar

progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar batas.

Suhu tubuh rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Selama ovulasi,

jumlah progesteron yang lebih besar memasuki sistem sirkulasi dan

Page 31: Cover Penelitian Dosen

meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih tinggi. Variasi

suhu ini dapat digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada

wanita untuk hamil. Perubahan suhu juga tejadi pada wanita selama

menapouse (penghentian menstruasi). Wanita yang sudah berhenti

menstruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak,

30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut Karena kontrol vasomotor yang

tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi

d. Irama sirkadian

Suhu tubuh berubah selama normal 0,5o sampai 1oC selama

periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada

manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00

dini hari. Sepanjang hari, suhu tubuh naik sampai sekitar pukul 18:00 dan

kemudian turun seperti dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak

secara otomatis berubah pada orang yang bekerja pada malam hari dan

tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran tersebut

berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.

Penelitian menunjukan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.

e. Stres

Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi

hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan

panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktek

dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.

Page 32: Cover Penelitian Dosen

f. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam

ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi

suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan

naik. Jika klien berada di lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh

mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas

yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu

lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.

7. Perubahan Suhu

Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set

point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi

panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas

yang minimal. Pengeluaran panas yang minimal atau setiap gabungan dari

perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis

yang dialami klien.

8. Kelelahan Akibat Panas

Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak

mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.

Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang

volume cairan adalah hal yang umum selama selama kelelahan akibat

panas (Potter & Perry, 2005).

9. Mekanisme penurunan temperatur bila tubuh terlalu panas

Page 33: Cover Penelitian Dosen

Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting

untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur sangat menjadi sangat

tinggi :

a. Vasodilatasi. Pada hampir area semua tubuh, pembuluh darah

kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini di sebabkan oleh hambatan

dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang

menyebabkan vasokontriksi. Vasodilatasi penuh akan

meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak

delapan kali lipat.

b. Berkeringat. Efek dari peningkatan temperature yang

menyebabkan berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1oC

menyebabkan keringat begitu banyak untuk membuang 10 kali

lebih besar kecepatan metabolisme dari pembentukan panas

tubuh.

c. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan

pembentukan panas berlebih, seperti menggigil dan

termogenesis kimia, dihambat dengan kuat (Guyton & Hall,

1997).

D. Aliran Darah Vena Mengendalikan Temperatur Kulit

Tubuh memiliki kemampuan untuk menyeleksi jalur pengembalian darah

dari tangan dan kaki. Pada musim dingin darah kembali ke jantung melalui

Page 34: Cover Penelitian Dosen

pembuluh darah internal yang berhubungan dengan arteri yang mengedarkan

darah ke seluruh tubuh. Pada jalur ini, sebagian panas dari darah yang tersebar

digunakan dalam pengandalian darah. Pengukuran panas ini mengubah suhu yang

lebih rendah pada persebaran dan mengurangi pelepasan panas ke lingkungan.

Pada musim panas atau lingkungan yang hangat, aliran darah yang kembali

melalui vena di bawah kulit menaikan suhu kulit dan oleh karena itu menaikan

tingkat pelepasan panas dari tubuh.

Tingginya kecepatan pengaliran darah ke kulit menyebabkan panas

dikonduksi dari bagian dalam tubuh ke kulit dengan efisiensi yang tinggi.

Pembuluh darah menembus jaringan isolator subkutis dan tersebar luas dalam

bagian subpapilaris kulit. Memang tepat di bawah kulit terdapat pleksus kontinu,

yang disuplai oleh aliran darah. Pada daerah tubuh yang terpapar, tangan, kaki dan

telinga suplai darah melalui anastomosis arteriovenosa langsung dari arteriol ke

vena. Kecepatan aliran darah ke dalam fleksus vena ini dapat sangat banyak sekali

dari hampir di atas nol pada cuaca dingin sampai sebesar 30 persen curah jantung

total pada suhu panas.

Oleh karena itu, jelas kulit merupakan sistem radiator yang efektif, dan

aliran darah ke kulit merupakan mekanisme transfer panas yang utama dari inti

tubuh ke kulit (Guyton, 1990).

1. Pembuluh – Pembuluh Darah Utama

kita jumpai beberapa jenis pembuluh darah. Arteri dan arteriol

yang membawa darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar

Page 35: Cover Penelitian Dosen

berisi oksigen, kecuali arteri pulmoner yang membawa darah kotor yang

memerlukan oksigenasi.

Venula dan vena membawa darah kearah jantung dan kecuali vena

pulmoner. Selalu membawa darah yang miskin akan oksigen.

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu

arteriol berakhir dan venula mulai. Kapiler membentuk jalingan pembuluh

darah dan cabang-cabang didalam sebagian besar jaringan tubuh.

Beberapa arteri tertentu, misalnya yang membawa darah ke otak

dan beberapa pembuluh darah pada paru-paru, hati dan limpa, tidak

berakhir dalam kapiler biasa (Evelyn, 2002).

2. Struktur Pembuluh Darah

a. Dinding arteri terdiri atas tiga lapis :

1) Lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat yang fibrus. Disebut tunika

adventisia.

2) Lapian tengah yang berotot dan elastis. Disebut tunika media

3) Lapisan dalam yang endothelial, tunika intima.

Lapisan terluar merupakan pelindung. Lapisan tengah adalah lapisan

yang kuat, membuat pembuluh darah tetap terbuka dan dengan kontraksi

serabut ototnya, memberikan tekanan yang tetap terhadap darah. Lapisan

dalam yang terbentuk oleh endotelium adalah sangat licin. Di batasi oleh

selapis tunggal sel epitel gepeng.

Page 36: Cover Penelitian Dosen

Lapisan tengah aorta dan arteri yang lebih besar berisi sejumlah besar

serabut elastis dan sedikit otot. Karena perlu bagi arteri ini untuk dapat

mengembung. Arteri yang lebih kecil dan arteriol relative berisi lebih banyak

jaringan otot, karena dindingnya harus menyesuaikan diri pada pengendalian

saraf vasomotorik untuk keperluan tubuh.

Arteri dan arteriol memperoleh pendarahan dari sebuah sistem

pembuluh khusus, yang dikenal sebagai vasa-vasorum, keduanya juga

disyarafi oleh serabut-serabut syaraf yang ramping yang melingkari dinding

pembuluh darah.

Vena juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah

berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari

pada arteri. Oleh karena darah dalam anggota gerak berjalan melawan gaya

berat, maka vena mempunyai katub yang disusun sedemikian sehingga darah

dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kembali ke arah sebaliknya. Katupnya

berbentuk lipatan setengah bulan terbuat atas lapisan dalam vena yaitu

endotelium, yang diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus. Lipatan-lipatan itu

satu sama lain berhadapan, pinggiran yang bebas menghadap ka arah darah

mengalir. Bila vena mengembung karena penuh dengan darah maka vena itu

jadi seolah-olah diikat pada beberapa tempat.

Kapiler ialah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir.

Makin kecil arteriol makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga

ketika sampai pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal hanya satu

Page 37: Cover Penelitian Dosen

lapis saja, yaitu lapisan endothelium. Lapisan yang sangat tipis itu

memungkinkan limfe merembes kaluar membentuk cairan jaringan dan

membawa air. Mineral dan zat makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas

antara pembuluh kapiler dan jaringan sel, menyediakan oksigen dan

menyingkirkan bahan buangan termasuk karbon dioksida.

Maka itu kapiler melaksanakan fungsi yang sangat penting sebagai

distributor zat-zat lain ke jaringan yang memungkinkan berbagai proses dalam

tubuh berjalan.

Susunan darah dalam arteri dan dalam vena berbeda-beda. Darah arteri

berisi oksigen dan bewarna merah cemerlang sebab hemoglobin bergabung

dengan oksigen.

Darah vena bewarna lebih tua dan agak ungu karena banyak dari

oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong

maka darah mengalir keluar dengan arus yang rata. Darah dalam kapiler terus-

menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas.

Pendarahan kapiler dikenal dari mengalirnya darah pelahan-lahan ke

permukaan.

a. Beberapa vena yang utama :

Vena mengantarkan darah ke jantung. Di mulainya sebagai

pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler. Vena kecil-

kecil ini bersatu menjadi vena lebih besar, mungkin juga membentuk

Page 38: Cover Penelitian Dosen

batang vena yang makin mendekati jantung makin besar ukurannya. Vena

lebih banyak dari pada arteri dan ukurannya pun lebih besar.

Vena dalam atau vena komitan mendampingi arteri utama dan

diberi nama sama dengan nama arterinya. Beberapa arteri mempunyai dua

vena pendamping. Di dalam lengan atas terdapat vena radialis dan vena

ulnalis. Kedua vena ini bersatu di siku dan menjadi vena brakhialis,

kemudian menjadi vena axilaris dan akhirnya menjadi vena subklavia.

Vena subklavia kiri dan kanan bersatu dengan vena jugularis interna dari

kepala dan membentuk vena inominata kanan dan kiri. Kedua vena

inominata ini bersatu untuk membentuk vena cava superior.

Di dalam anggota bawah, vena tibialis anterior dan posterior

bersatu untuk menjadi vena poplitea, yang kemudian menjadi vena

femoralis dan akhirnya menjadi vena iliaka komunis. Vena iliaka kanan

dan kiri bersatu dan terbentuk vena kava inferior.

Page 39: Cover Penelitian Dosen

Gambar 2.1 struktur pembuluh darah

1) Vena tepi terletak langsung dibawah kulit dan berhubungan dengan

vena dalam pada titik-titik tertentu sebelum batang vena besar

sampai pada jantung.

2) Vena kepala dan leher. Darah dari otak mengalir ke pedalaman

tengkorak masuk saluran-saluran yang terbentuk oleh durameter,

yang disebut sinus venosus.

3) Vena tepi pada anggota gerak atas mulai sebagai jalinan vena

kecil- kecil dalam tangan. Yang dari telapak tangan mengalir ke

dalam vena mediana, yang dari sebelah lateral masuk ke dalam

vena sefalika.

4) Vena mediana berjalan ke atas pada sebelah anterior lengan bawah

dan kemudian di bawah siku bercabang menjadi vena basilika

mediana dan vena sefalika mediana. Kedua vena ini masuk ke

dalam vena basilika dan vena sefalika.

5) Vena basilika berjalan ke atas di sebelah medial lengan atas dan

menembusi fasia di dalam lengan atas. Vena ini berjalan terus

sebagai vena brakhialis dalam yang kemudian menjadi vena

axilaris.

6) Vena sefaloka berjalan ke atas di sebelah lateral lengan bawah dan

lengan atas sampai menembus fasia dekat bahu dan akhirnya

menuangkan isinya ke dalam vena axilaris.

Page 40: Cover Penelitian Dosen

7) Vena tepi anggota gerak bawah. Vena safena magna yang panjang

ialah yang terbesar. Dimulainya disebelah medial dorsum kaki dan

menerima cabang-cabang dari daerah ini, kemudian berjalan ke

atas di sebelah medial tungkai dibelakang lutut untuk muncul ke

depan lagi dan akhirnya menembus fasia dalam di lubang safena,

untuk masuk ke dalam vena femoralis yang berada di dalam

selaput femoralis. Di sepanjang jalan diterimanya cabang-cabang

vena dan ia didampingi oleh banyak saluran limfe.

8) Vena-vena pada thorak. Kedua vena iniminata yang terbentuk oleh

penyatuan vena subklavia dan vena jugularis interna, bergabung di

belakang tulang rawan iga pertama untuk membentuk vena cava

superior. Vena inominata kanan lebih pendek dari yang kiri. Kedua

vena inominata menerima dari kepala dan anggota gerak atas dan

ditambah dengan vena dari bagian atas thorak termasuk vena-vena

mamilaris.

9) Kelompok vena azigos menerima vena dari thorak termasuk vena-

vena bronkhila dan vena azigos masuk ke dalam vena cava

superior.

10) Vena cava superior yang terbentuk oleh penggabungan dua vena

inominata, kira-kira panjang 5 sentimeter. Menerima darah dari

kepala, leher, kedua anggota gerak atas dan dinding thorak,

Page 41: Cover Penelitian Dosen

kemudian menuangkan isinya ke bagian atas antrium kanan

jantung.

11) Vena dalam pelvis dan abdomen. Vena femoralis berjalan dari

anggota gerak bawah ligamen inguinal untuk masuk pelvis dan

menjadi vena iliaka externa. Dekat ujung sakro- iliaka ia

bergabung dengan vena iliaka interna yang menyalurkan darah dari

organ-organ dalam pelvis. Penggabungan vena iliaka externa

dengan interna membentuk vena iliaka komunis. Kemudian vena

iliaka komunis kanan dan kiri bergabung di tempat ketinggian

sebelah kanan vertebra lumbalis kelima untuk menjadi vena cava

inferior.

12) Vena cava inferior menerima banyak cabang–cabang sepanjang

jalannya melalui abdomen untuk mengantarkan darahnya dari

bagian bawah diafragma ke jantung. Ia menerima vena lumbalis,

yang mengaliri dinding abdomen, vena-vena testikularis dan vena

ovaria, vena renalis dan supra renalis, vena frenika inferior dan

vena hepatica. Gerakan diafragma sewaktu bernafas bekerja pula

sebagai pompa. Mengisap darah vena dari anggota gerak bawah ke

jantung (Evelyn, 2002).

E. Energi Panas Dalam Bidang Kedokteran

Sejak beribu-ribu tahun, energi panas telah banyak digunakan dalam

bidang kedokteran.

Page 42: Cover Penelitian Dosen

Roman (600 tahun sebelum Masehi) memakai minyak panas untuk

memijat . tahun 1774 Tuan faure mempergunakan “hotsbrics” dalam pengobatan

nyeri yang disebabkan oleh rematik.

Roebereiner (1816) membicarakan pemakaian sinar dalam bidang

pengobatan, seabad kemudian tepatnya 1913 penggunaan sinar ungu ultra oleh

reyn dalam irradiasi tubuh manusia.

Dan sejak diketemukan piezo elektrik generator oleh Langevin pada tahun

1917 mulailah para klinisi mempergunakan ultrasonic dalam pengobatan.

Sepuluh tahun kemudian schliepluke melaporkan hasil pengobatan dengan

mempergunakan short wave diathermy. Dan hingga kini banyak orang bahkan di

klinik masih mempergunakan air panas sebagai bahan kompres (Gabriel, 1996).

1. Efek Panas

a. Fisik

Panas menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian segala

arah.

b. Kimia

Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan

temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi. Pada reaki oksidasi akan

meningkat dengan peningkatan suhu, ini sesuai dengan hukum Vant Hoff .

Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu,

pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan

peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

Page 43: Cover Penelitian Dosen

c. Biologis

Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas

terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan

fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah

yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta

peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan

meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan (Gabriel, 1996).

F. Pengertian Kompres Hangat

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh

yang memerlukan.

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang

telah di celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.

(Werkudorojakso, 2010)

1. Manfaat Kompres Hangat

Adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa

nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang

mengalami pireksia atau demam (Werkudorojakso, 2010).

Page 44: Cover Penelitian Dosen

G. Kompres Hangat di Frontal

Kompres hangat merupakan cara yang digunakan untuk menurunkan suhu

tubuh. Kompres hangat dapat di letakan di daerah frontal. Struktur dari frontal

adalah adanya os frontale, sguama fontalis dan terdapat pembuluh darah kecil

yaitu vena supratrochlearis ( Putz & Pabst). Di frontal ada kulit yang melapisi di

suplai baik oleh panas dan dingin, fungsi terutama untuk mendeteksi suhu

permukaan panas, sehingga ketika di kompres hangat di frontal maka akan terjadi

pengeluaran panas melalui vasodilatasi pembuluh darah di frontal, dan

mengeluarkan keringat. Keringat yang di keluarkan sesuai dengan vasodilatasi

pembuluh darah di perifer (Potter & Perry, 2005)

1. Alat Dan Bahan :

a. Larutan kompres berupa air hangat 37- 40 °C dalam wadahnya

(dalam kom stenless)

b. Handuk / kain / wash lap untuk kompres

c. Handuk pengering

d. Sarung tangan

e. Termometer aksila

2. Prosedur

a. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

b. Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah

c. Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

Page 45: Cover Penelitian Dosen

d. Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 40oC, peras

kain sehingga tidak terlalu basah.

e. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres di daerah frontal/

dahi.

f. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,

masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan

letakan kembali di daerah kompres.

g. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah

60 menit

h. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang

basah dan rapikan alat

i. Cuci tangan dengan prisip tujuh langkah (Werkudorojakso, 2010).

H. Kompres Hangat di Aksila

Di aksila terdapat pembuluh darah besar yaitu vena basilika dan brakhialis.

Struktur pembuluh darah vena lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat,

lebih mudah kempes dan kurang elastis dari pada arteri dan letaknya lebih

dangkal. Aliran darah dari organ internal, yang membawa panas ke permukaan

tubuh. Kulit juga disuplai oleh pembuluh darah. Pada daerah tubuh yang paling

terpajan darah dapat mengalir secara langsung dari arteri ke vena. Aliran darah

melalui area kulit yang lebih banyak pembuluh darah dapat barvariasi dari aliran

minimal sampai sebanyak-banyaknya 30% darah yang diejeksikan dari jantung

Page 46: Cover Penelitian Dosen

(Guyton, 1990). Panas berpindah dari darah, melalui dinding pembuluh darah, ke

permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas.

Diberikan kompres hangat di aksila, pembuluh darah vena di aksila berubah

ukuran yang diatur oleh hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas,

sehingga terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi

panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk

meningkatkan pengeluaran panas (Potter & Perry, 2005). Terjadinya vasodilatasi

ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat pori-pori membesar,

pengeluaran panas secara evaporasi (berkeringat), diharapkan kembali akan terjadi

penurunan suhu tubuh mencapai keadaan normal kembali (Putu, 2009)

1. Alat Dan Bahan :

a. Larutan kompres berupa air hangat 37- 40 °C dalam wadahnya

(dalam kom stenless)

b. Handuk / kain / wash lap untuk kompres

c. Handuk pengering

d. Sarung tangan

e. Termometer aksila

2. Prosedur

a. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

b. Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah

c. Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

Page 47: Cover Penelitian Dosen

d. Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37- 40oC, peras

kain sehingga tidak terlalu basah.

e. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres di daerah aksila/

ketiak.

f. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,

masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan

letakan kembali di daerah kompres.

j. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah

60 menit

k. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang

basah dan rapikan alat

l. Cuci tangan dengan prisip tujuh langkah (Werkudorojakso, 2010).

I. Mekanisme Tubuh Terhadap Kompres Hangat

Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke

hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap

panas di hipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan sinyal yang

memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah

diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah

pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya

vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit

Page 48: Cover Penelitian Dosen

meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga

mencapai keadaan normal kembali.

(Putu, 2009)

Demam kulitVasodilatasi pembuluh darah

Pori-pori >

Pengeluaran panas secara evaporasi

Penurunan suhu tubuh

Page 49: Cover Penelitian Dosen

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual

Dari uraian latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah di uraikan

sebelumnya, tentang teori – teori yang berhubungan dengan demam seperti salah

satunya teori (Potter & Perry). Dari teori tersebut dalam penelitian ini. Kerangka

konsep yang dikemukakan adalah terdapatnya dua kelompok variabel bebas yang

dapat mempengaruhi penurunan suhu tubuh. Yang menjadi variabel independent

disini adalah kompres hangat di frontal dan kompres hangat di aksila sedangkan

variabel dependent yaitu penurunan suhu tubuh . Untuk melihat hubungan

variabel tersebut dapat dilihat pada kerangka konsep berikut :

Kelompok Eksperimen 1

Input Proses OutputPasien yang mengalami demam

Kompres hangat dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air hangat37o C - 40 0 C dan di tempelkan pada frontal/dahi selama 60 menit

Skala demam:-meningkat-tetap-menurun

Page 50: Cover Penelitian Dosen

Kelompok Eksperimen 2

Input Proses OutputPasien yang mengalami demam

Kompres hangat dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air hangat 37o C - 40o C dan di tempelkan pada daerah aksila / ketiak selama 60 menit

Skala demam:-Meningkat-Tetap-Menurun

Sistem

Input Proses Output

Tetap

Menurun

Tetap

Menurun

B. Hipotesa Penelitian

Ha : Kompres hangat di aksila lebih efektif dibandingkan dengan kompres

hangat di frontal terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam

di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.DJamil Padang.

Frontal

Aksila

Kompres

Kompres

Page 51: Cover Penelitian Dosen

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi-Eksperimental

(pretes and postest) rancangan rangkaian waktu (Time Series Design). Rancangan

penelitian tersebut adalah sebagai berikut (Soekidjo, 2005)

Pretest Intervensi

Protest

Kelompok eksperimen I 01 X 02

Kelompok eksperimen II 03 04

Keterangan :

Kelompok eksperimen I : Kelompok yang diberikan kompres hangat di

frontal

Kelompok eksperimen II : Kelompok yang diberikan kompres hangat di

aksila

01 : Pengukuran demam sebelum diberikan kompres

hangat di frontal

02 : Pengukuran demam sesudah diberikan kompres

hangat di frontal

Page 52: Cover Penelitian Dosen

03 : Pengukuran demam sebelum diberikan kompres

hangat di aksila

04 : Pengukuran demam sesudah diberikan kompres

hangat di aksila.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 15 Maret – 30 April 2013 di

IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.DJamil Padang.

C. Sasaran Penelitian

1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh pasien yang mengalami demam mulai tanggal 15 Maret-

30 April 2013 di IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil

padang.

2. Sample dari penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu sebanyak 20

orang dengan kuota sampling dari tanggal 15 Maret - 30 April 2013 di

IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP DR.M.Djamil padang yang

diambil sesuai kriteria sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

a. Bersedia menjadi responden

b. Klien sedang mengalami demam

c. Klien dengan demam infeksi

Page 53: Cover Penelitian Dosen

Kriteria eklusi :

a. Cedera di frontal dan aksila

3. Teknik Pengambilan Sample

Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan kuota

sampling, yaitu memilih populasi yang ada sesuai dengan kriteria dan di

pilih sesuai yang dibutuhkan yang telah ditetapkan sebanyak (20 sample).

D. Definisi Operasional

1. Variable Intervensi

a. Kompres hangat di frontal

Metode kompres hangat pada pasien demam dilakukan dengan cara :

1) Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

2) Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah

3) Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

4) Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37o C - 40o C,

peras kain sehingga tidak terlalu basah.

5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres yaitu di frontal/dahi.

6) Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,

masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan

letakkan kembali di daerah kompres.

7) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60

menit

Page 54: Cover Penelitian Dosen

b. Kompres hangat di aksila

Metode kompres hangat pada pasien demam dilakukan dengan cara :

1) Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan.

2) Cuci tangan dengan prinsip tujuh langkah

3) Ukur suhu tubuh dengan termometer aksila di bagian kedua aksila

4) Basahi kain pengompres dengan air hangat bersuhu 37o C- 40o C, peras

kain sehingga tidak terlalu basah.

5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres yaitu di aksila/ketiak.

6) Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,

masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan

letakkan kembali di daerah kompres.

7) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien di aksila setelah 60

menit

No

Variabel Defnisi operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1 Penurunan Suhu Tubuh

Turunya suhu tubuh karena jumlah produksi panas tubuh menurun dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar

Mengukur dengan termometer aksila dengan waktu 5 menit

Termometer aksila

Meningkat

Tetap

Menurun

Rasio

Page 55: Cover Penelitian Dosen

E. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan pada peneliti ini adalah : Termometer aksila,

termometer air, handuk kecil, tempat wadah (kom stenless), air hangat 37o C - 40o

C, jam tangan, serta ruangan untuk penatalaksanaan kompres hangat.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Yang Dikumpulkan

Data yang diambil adalah data demam sebelum dan sesudah diberikan

kompres hangat daerah frontal dan aksila dan di catat dalam lembaran

hasil pengukuran yang telah disediakan.

2. Langkah pengumpulan data

a. kelompok eksperimen I (kompres di frontal)

1) Pasien demam yang ditemukan di IRNA Non Bedah (Penyakit

Dalam) RSUP.DR.M.DJamil Padang oleh peneliti dan di

orientasikan terhadap tujuan penelitian.

2) Pasien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan

sebagai kelompok eksperimen setelah menyetujui lembar

persetujuan (informed consern) yang diajukan peneliti.

3) Responden pertama di minta untuk tidur berbaring. Lakukan

kompres hangat di daerah frontal.

4) Amati dan ukur suhu tubuh pasien setiap 60 menit.

5) Masukan hasil tes ke dalam lembar pengukuran.

Page 56: Cover Penelitian Dosen

b. Kelompok eksperimen II (kompres di aksila)

1) Pasien demam yang ditemukan di IRNA Non Bedah (Penyakit

Dalam) RSUP.DR.M.DJamil Padang oleh peneliti dan di

orientasikan terhadap tujuan penelitian.

2) Pasien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan

sebagai kelompok eksperimen setelah menyetujui lembar

persetujuan (informed consern) yang diajukan peneliti.

3) Responden pertama di minta untuk tidur berbaring. Lakukan

kompres hangat di daerah aksila.

4) Amati dan ukur suhu tubuh pasien setiap 60 menit.

5) Masukan hasil tes ke dalam lembar pengukuran.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan tahap

sebagai berikut :

a. Editing (Pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk menilai kelengkapan pasien demam,

kelengkapan alat, responden yang demam yang sesuai kriteria dan

dicatat dalam lembar hasil pengukuran penelitian

Page 57: Cover Penelitian Dosen

b. Coding (Pengkodean data)

Untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data, maka

peneliti memberi kode pada setiap data yang dikumpulkan. Kodenya

berbentuk angka-angka sehingga memudahkan pengolahan data.

Kodenya yaitu :

a. Tempat kompres : 1 = frontal

2 = aksila

b. Kategori : 0 = menurun

1 = meningkat

c. Entri Data (Memasukan data)

Proses memasukan data, data yang telah dikode dimasukan ke

dalam master tabel kemudian diolah dengan menggunakan teknik

komputerisasi. Data yang diperoleh merupakan hasil pengukuran yang

dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah kompres hangat

diberikan di daerah frontal dan aksila.

Hasil pengamatan tersebut di bandingkan untuk menguji

hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui perbedaan efektifitas

kompres hangat diantara daerah frontal dengan daerah aksila terhadap

penurunan suhu tubuh pada pasien demam.

Page 58: Cover Penelitian Dosen

d. Cleaning (Pembersihan Data)

pengecekan kembali terhadap kelengkapan data sehingga

kesalahan dalam memasukan data yang sudah dimasukan dapat

diketahui (Prihartono, 2003)

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan pada tiap

variabel dari hasil penelitian, pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

Dengan menggunakan rumus teknik analisis persentase sebagai

berikut :

x 100

Ket : P = nilai persentase responden

F = frekuensi

N = jumlah responden

b. Analisa Bivariat

Uji Statistik T - independen dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.

Untuk mengetahui perbedaan kompres hangat yang bermakna antara

daerah frontal dengan aksila terhadap penurunan suhu tubuh pada

pasien demam.

Page 59: Cover Penelitian Dosen

DAFTAR PUSTAKA

Budiartha, Putu.2009. Kompres Hangat.http://nursingbegin.com/tag/kompres-hangat/ diakses 17 Oktober

2010

Cameron,John.dkk. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: Medical Physics Publishing

Dahlan, S. (2004). Statistik Kedokteran Dan Kesehatan Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Program 12 jam. Jakarta : PT Arkas.

Danfar.(2009).Deferusi/pengertian efektifitas. Di akses dari http://dansite.wordpress.com. Tanggal 30 april 2011

Dinar, Agatha.2009. Diagnosis Mual dan Muntah Serta Demam Terkait

Penyakit Tropis dan Infeksi”.

http://sampahtutorial.blogspot.com/2009/07/infeksi-penyakit-

tropis-demam-tifoid.html.diakses 28 Oktober 2010

Gabriel.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta. Buku kedokteran: EGC

Guyton.1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran; EGC

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Jayanthi, Niken. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Febris(http://www.scribd.com/doc/36750849/ASKEP-Febris) di akses 27 Oktober 2010

Mnscell. 2009. Demam

(http://www.scribd.com/doc/24339072/DEMAMsi) di akses 27 Oktober.2010

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Page 60: Cover Penelitian Dosen

Pearce,Evelyn C.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Poorwo,Sumarmo,dkk.2010.Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis Edisi Kedua.Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC

Sudiono, Janti. 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC

Tobing, Mikhael. 2009.mekanisme cara kerja obat antibiotik. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-dan-klasifikasinya diakses 1 Juni 2011

Werkudorojakso. 2010. Prosedur Kompres. http://werkudorojakso.wordpress.com/2010/06/22/prosedur-

kompres/) dikases 17 Oktober 2010

Mercubaktijaya.2010.Panduan Penyusunan Skripsi

Page 61: Cover Penelitian Dosen

Lampiran 1 : PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

NO URAIAN BIAYA (RUPIAH)

A Persiapan1 Pengurusan perizinan ke RS M.jamil padang 200.0002 Biaya survay awal 200.0003 Pengadaan Buku Literatur 700.0004 Kertas HVS 5 rim x Rp 40,000 200.000

5Tinta Printer 2 botol x Rp180,000 360.000

6 Ballpoint 20 buah x Rp 3000 60.0007 Pensil 20 buah x Rp 2000 40.0008 Spidol 20 buah x Rp 5000 100.000B Pengadaan instrumen penelitian9 Termos 4 bh @Rp.70.000 280.00010 Handuk kecil 20 bh @Rp.15000 300.00011 Termometer aksila 10 bh @ 15.000 150.00012 Termometer air 4 bh @ 20000 80.00013 Tissu gulung 10 bh@ 10000 100.00014 Kom besar stenless tertutup 10@100000 1.000.00015 Jam tangan 50.00016 Lembar pengukuran 100.000D Pengumpulan/pengolahan data

Konsumsi dan akomodasi 2 orgxRp.50,000x30 hari 3.000.000Pengolahan Data 1.000.000Penggandaan hasil penelitian 10 eksxRp.10.000 100.000Biaya Penjilidan 10 eks x Rp 10,000 100.000Pemindahan proposal dalam bentuk softdisk 500.000

E Biaya Seminar 1.000.000F Biaya internal PT 2.500.000

JUMLAH 12.120.000

Page 62: Cover Penelitian Dosen

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

No

Nama NIDN Bidang ilmu

Alokasi waktu (jam/minggu)

Uraian tugas

1 Ns.Eliza,SPd,S.Kep 1030067201 Kesehatan 2 jam 3 x seminggu

Melaksanakan proposal penelitian,mengkoordinir pelaksanaan penelitian,mengevaluasi pelaksanaan penelitian

2 Hega Valentine,SKM

Kesehatan 2 jam 3 x seminggu

Melaksanakan proposal penelitian,melakukan penelitian

3 Ns.Salmiwati,S.Kep

Kesehatan 2 jam 3 x seminggu

Melaksanakan proposal penelitian,melakukan penelitian

Page 63: Cover Penelitian Dosen

Lampiran 3 . Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian

Sarana yang di gunakan adalah :

Rumah Sakit Ruangan Klien Yang Demam Tempat Tidur Sampiran

Instrument Yang Digunakan Pada Peneliti Ini Adalah :

Termometer Aksila

Termometer Air

Handuk Kecil

Tempat Wadah (Kom Stenless), air hangat 37o C - 40o C,

Jam Tangan

Ruangan Untuk Penatalaksanaan Kompres Hangat.

Tissue Gulung

Termos

Surat Persetujuan Responden

Handscon

Page 64: Cover Penelitian Dosen

Lampiran 4

CV KETUA PENELITI

Nama : ELIZAS.Pd,S.Kep

Tempat / Tgl Lahir : Padang,30 Juni 1972

Pekerjaan : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung

Status : : Kawin

Riwayat Pendidikan:

1. SD Impress Talung Pasaman : Tamat tahun 1985

2. SLTP Negeri Talung Pasaman : Tamat tahun 1988

3. SMA Negeri 1 Talung Pasaman : Tamat tahun 1991

4. Akademi Keperawatan Perintis Bukittinggi : Tamat tahun 1994

5. Ikip Padang, : Tamat tahun 2004

6. Sarjana Keperawatan di Stikes Nan Tongga : Tamat tahun 2010

Mata kuliah yang diampu:

1. Keperawatan Dasar

2. Keperawatan Anak

3. Keperawatan Maternitas

Page 65: Cover Penelitian Dosen

CV ANGGOTA PENELITI

Nama : HEGA VALENTINE,SKM

Tempat / Tgl Lahir : Lubuk Alung,9 Februari 1981

Pekerjaan : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung

Status : : Kawin

Riwayat Pendidikan:

1. SD 01 Lubuk Alung : Tamat tahun 1993

2. SMP 01 Lubuk Alung : Tamat tahun 1996

3. SMA Negeri 1 Lubuk Alung : Tamat tahun 1999

4. UNBRAH Padang : Tamat tahun 2004

Mata kuliah yang diampu:

1. Ilmu gizi

2. Komunikasi kesehatan

3. Promosi kesehatan

4. Komunitas

Page 66: Cover Penelitian Dosen

CV ANGGOTA PENELITI

Nama : Ns SALMIWATI,S.Kep

Tempat / Tgl Lahir : Sumedang,11 Juli 1988

Pekerjaan : Staff Dosen Nan Tongga Lubuk Alung

Status : : Belum Kawin

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 27 Batang Anai : Tamat tahun 2001

2. SLTP Negeri 2 Batang Anai : Tamat tahun 2004

3. SMA Negeri 1 Lubuk Alung : Tamat tahun 2007

4. STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, : Tamat tahun 2012

Mata kuliah yang diampu:

4. KDK

5. KEPERAWATAN DEWASA

6. KEPERAWATAN JIWA

Page 67: Cover Penelitian Dosen

JADWAL PELAKSANAAN

NO KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET

Mg1 Mg2 Mg3 Mg4 Mg1 Mg2 Mg3 Mg4 Mg1 Mg2 Mg3 Mg4 Mg1

1 Perumusan Masalah Penelitian

2 Pertemuan Tim dan Anggota

3 Menetapkan Rencana Jadwal Kerja

4 Menetapkan Desain Penelitian

5 Menetapkan Instrumen Penelitian

6 Survey Awal

7 Pembuatan Proposal

8 Konsultasi Ahli

9 Menetapkan Instrumen Penelitian

10Menyusun Format Pengumpulan Data

11 Pengiriman Proposal

12 Uji Coba Quesioner

13 Persiapan Seminar

14 Seminar Proposal Penelitian

15 Melakukan Pengumpulan Data

16 Mengolah Data

17 Menyusun Konsep Laporan

18 Konsultasi Ahli

19 Menyusun Laporan Akhir

20 Menyusun Bahan Untuk Seminar

21 Penyelenggaraan Seminar

22 Penggandaan Laporan

23 Pengiriman Laporan