cover menuju tata kelola konservasi yang efektif, inklusif...

11

Upload: phunghuong

Post on 30-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 1

MASYARAKATADATDANKAWASANKONSERVASIDIINDONESIA:MENUJUTATAKELOLAKONSERVASIYANGEFEKTIF,INKLUSIFDANADILContoh Kasus Kajian Tata Kelola Kolaboratif Di Taman Nasional KayanMentarang,KalimantanUtara,IndonesiaOleh:KasmitaWidodo,CristinaEghenter,JusuptaTarigan,AndrisSaloPENDAHULUANSelamadekadeterakhirini,tatakeloladanpengelolaantamannasionaldiIndonesiatelah mengalami perkembangan yang baik dan perhatian terhadap model-modelbaru pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumber daya alam yangmengarahpadakerjasamadanpartisipasi.TamanNasionalKayanMentarangadalahtaman nasional pertama di Indonesia yang diakui secara resmi dikelola bersama-samadengan masyarakat adat pada tahun 2002. Taman nasional lainnya di Indonesia(misalnya,LorenzdanWasurdiPapua)telahjugamerancangberbagaimekanismetatakeloladanmanajemenyangmemastikanpartisipasidanmelibatkanstakeholdersdanmasyarakatsetempat,danmelindungihak-hakatassumberdayaalamdizona‘pemanfaatan tradisional’ kawasan Taman Nasional. Solusinya mungkin berbedatergantungkondisidanrealitasspesifiksebuahkawasankonservasi,danland/laut-skapdimanakawasankonservasitersebutberada.Taman Nasional di Indonesia menjadi salah satu obyek Reforma Agraria berdasarkanusulanmasyarakatdan jugabagiandari putusanMahkamahKonstitusiNomor35padatahun2012bahwahutanadatadalahkategorihutanterpisahdarihutannegara,artinyabahwa tata kelolaperludiperbaiki dandikuatkanuntukmengatasi konflik,menguatkanperlindungan keanekaragamanhayati danmenghormati hakmasyarakat adat dan lokalyangsecaraturuntemuruntinggaldiwilayahadatmerekayangkebetulantelahmenjadibagiandarisebuahTamanNasional.DiberbagaitamannasionaldiseluruhIndonesia,perlindungandanpengelolaansumberdaya alam berkelanjutan ditantang oleh berbaga halangan, (misalnya, penebanganilegal danperkebunankelapasawitdiTessoNilo),penggunaanmetodepenangkapanikan yang bahaya dan merusak seperti dinamit dan sianida (Wakatobi, Riung,Cendrawasih). Dalam kasus lain, masyarakat setempatmenolak adanya dari ‘tamannasional’ di tanah “mereka” terkecuali hak-hak leluhurmereka diakui dan ada jaminanuntukpartisipasidankolaborasiyangadil(misalnya,KayanMentarang).PENTINGNYATATAKELOLAKAWASANKONSERVASITata kelola menjadi kunci untuk perbaikan dan penguatan pengelolaan kawasankonservasi. Secara umum, konflik yang terjadi antara masyarakat lokal dan taman

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 2

nasional dapat dikaitkan dengan apa yang Elinor Ostrom1 sebut sebagai “designprinciples”atau kondisi yang dapat menjamin tata kelola bersama yang efektif dankepatuhandari generasi ke generasi, termasuk: batas-batas yang jelas; kesesuaian(kongruensi); sistem pengaturan yang kolektif; pengakuan minimal terhadap hak;mekanismeresolusikonflik,dannestedenterprises.Misalnya,ketikabatas-batastamannasional ditetapkan tanpa konsultasi dan kesepakatan terlebih dahuludengan parapemegang hak, dan batas ditetapkan tanpamempertimbangkan sumber penghidupandankebutuhanmasyarakatdimasasekarangdandimasadepan,tamannasionalakanmemicu konflik oleh karena kerugian yang dialami dan mengakibatkan tingkatperambahanyang lebih tinggi. Pengakuanterhadaphak lembagaadatatau lokaluntukdapatberpartisipasidalampengelolaansumberdaya secaraefektifakanmeningkatkanlegitimasidankepatuhanterhadapperaturanyangdibuatbersama.Contohyangtepatadalah masyarakat adat di Taman Nasional Kayan Mentarang yang telahmemperjuangkanhak-hakmerekauntukikutmengelolatamannasionalmelaluiFoMMA.Ketika hak eksklusif dapat dipenuhi dan ada kepastian hak tenurial, sistem tata

kelola berbasis norma dan nilaiadatakantetapkuatdanefektifdibawahtekananmeningkatnyanilaiekonomisumberdaya.Dalam konteks Indonesia,kenyataan bahwa praktek-praktek konservasi olehmasyarakat lokal masyaraktadat belum sepenuhnya diakuisebagai bagian dari upayakonservasi negara, sedangkanbeberapa dokumentasi awalkawasan konservasi yangdikelolaolehmasyarakatadatdi

Indonesia telah teridentifikasi lebih dari 150,000 ha daerah ICCA/AKKM hanya dibeberapa Kabupaten di Kalimantan, dan ada minimal 3 juta hektarwilayah adat yangtumpangtindihdengankawasanTamanNasional(www.brwa.or.id).Di Indonesia,model pengelolaan taman nasional yang berdasarkan pengakuan hak-hakdankearifanlokal,danlebihinklusifdalamtatakelolanya,masihbersifateksperimentaldenganmodelyangsangatlokalyaitudikembangkandisuatudaerahatasupayabersamadandialogantarmasyarakatadat,LSMdanBalaiTN.Namunbelumadasecarasistematiskebijakandanperaturanditingkatnasioanalsebagaipayungyangkuatuntuktatakelolainklusif, dan juga belum ada system penganggaran yang memungkinkan pengelolaansecarabersama.Tatakelolayanginklusifartinyamengenalidanmengakuisemuaaktorutama yang memiliki dan menerapkan nilai-nilai konservasi dan mempraktikkankonservasi sehingga dapat membantu memastikan efektivitas dan mengurangi biayakonservasikeanekaragamanhayatidanjasaekosistemyangseringkaliterbebankanpadamasyarakatadatdanlokal.Dibeberapadaerahdimanaprakteklokaldaninstitusidan1Ostrom,Elinor.Self-GovernanceandForestResources.OccasionalpaperNo20.Bogor:CIFOR,1999Dan“DesignPrinciplesofRobustPropertyRightsInstitutions:Whathavewelearned?”2008

HutanTanaUlendidesaLongKemuatdanSitusSejarah(KuburanBatu)

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 3

peraturan adat masih kuat dan mampu menjamin perlindungan keanekaragamanhayati maka pengakuan terhadap praktek dan institusi tersebut, dan keterlibatanmerekadalampengelolaankawasanTN,dandimanamemungkinkan jugadenganhakpengelolaan ekslusif di zona tertentu di dalam kawasan konservasi, adalah cara palingefektifdanefisienuntukmenerapkantatakelolayanginklusif.

Saat ini, keberhasilan konservasimasih dibatasi oleh konflik dan olehkegagalan untuk memahami,menerima dan mengadopsi nilai danbudaya konservasi, dan praktik-praktiknya, oleh aktor konservasiseperti masyarakat adat ataumasyarakatlokal,termasukkontribusiperempuan dan generasi muda.Inklusifitas adalah kunci untukmembangun etika dan praktikkonservasikeberlanjutan.Adanya Cara Baru yang diumumkan

olehDirjenKSDAEmenjadidasar kebijakanyangkuatuntukmembantumengubah tatakelola kawasan konservasi yang mendorong dialog, menghargai budaya dan kearifanlokal;penetapanbatasdanzonasiyangpartisipatif;danpenghormatanpadaHAM.DIMENSIDALAMTATAKELOLAKAWASANKONSERVASIPada World Park Congress (WPC) 2014, tata kelola sempat menjadi perhatian utamadalam kongres tersebut dan menekankan 3 dimensi tata kelola kawasan konservasi:keberagaman (aktor konservasi yang beragam, inklusitivitas semua aktor konservasi);kualitas (efektivitas, keadilan, pengakuan hak, partisipasi);dan vitalitas (pembelajaran,kapasitas untuk integrasi dan inovasi, kemitraan). Berdasarkan hal ini maka beberapapertanyaan yang menjadi perhatian dalam assessment tata kelola kawasan TamanNasionalKayanMentarang,termasuk:

• Sejauh mana kewewenangan atas pengelolaan kawasan konservasi dialihkankepadamasyarakatdalamskemapengelolaanbersama?

• Sejauhmanainstitusilokaldiberikantanggungjawabdalampengelolaan?• Sejauh mana budaya dan nilai konservasi lokal tercerminkan dalam (Rencana

PengelolaanTamanNasional(RPTN)?• Sejauh mana institusi lokal dimungkinkan untuk melakukan negosiasi dengan

pihaklain?

Walaupun dimensi ‘vitalitas’ masih merupakan sebuah dimensi yang sulit didefinisikannamunpatutkitamempelajariapakriteria,faktordandimensiyangmembuatsemangat(=vitalitas) manajemen kolaboratif dapat terus hidup dan bertahan dan mampuberadaptasi dengan perubahan kondisi? Sebagai contoh, Taman Nasional KayanMentarang adalah contoh yang berhasil dari segi melibatkan masyarakat adat dalam

FotoSungaiBahaudanwilayahadatBahau

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 4

membangun skema pengelolaan kolaboratif dan mendapatkan pengakuannya,menyediakan beberapamekanisme untukmendukung kolaborasi dan jugamempunyaikesatuanmasyarakatadat(=FoMMA)dalammemperjuangkanmodelbaruuntukTNKM.Namunwalaupundemikian‘vitalitas’mulai luntur,tidakbanyakmanfaatyangdirasakanatau dinikmati oleh masyarakat adat dalam wilayahnya melalui model pengelolaanbersamayangada sekarang, termasukbahwamasyarakatpadaumumnyamasihbelumdilibatkan dalam pengelolaan ataupun dalam pengambilan keputusan tentangpengelolaantamannasional,yangjugadanterutamamerupakanwilayahadatmereka.PROSESKAJIANTATAKELOLADITNKM

1. Taman Nasional KayanMentarang menjadi pilihan untuk mengadakan kajian tatakelola yang dilaksanakan dengan bantuan dana dari IUCN dan mengikuti panduanIUCN, Governance of Protected Areas. From understanding to Action (2008), olehkarena TNKM merupakan TN pertama yang mempunyai sistem pengelolaankolaboratif sejak2002.KemudianTNKMyang luasnyaadalah1.38 jutaha termasukdalam11wilayahadatbesarmasyarakatadatDayakyangdiketuaiolehKepalaAdatbesarbersamaLembagaadat.PerwakilandarisetiapwilayahadatdanLembagaAdatbergabung dalam FoMMA, pertama didirikan pada 2000 untuk memperjuangkanaspirasi dan suaramasyarakat adat untuk TNKM. Pada tahun 2007, DP3K didirikan,sebuahLembagamulti-pihakuntukmenjaminkolaborasiberjalandenganbaikdalampengelolaanTNKM.Padatahun2010,ditetapkankriteriadan indikatoruntukzonasiyangdikembangkansecarabersamadenganFoMMA,WWF,danBalaiTNKM.SaatitujugaFoMMAmengusulkansistimzonasiynglebihsederhanadansesuaiprinsipadatdankearifanlokal.NamunsampaisekaranginiTNKMmasihmencaricaratatakelolayang efektif, partisipatif, transparan, menghormati dan mengakui keberadaanmasyarakatadatdalampengelolaanTNKMdanmenyejahterakanmasyarakat.

2. Pertemuan di Tarakan (Agustus 2017) dihadiri oleh 25 peserta mewakili parapemangku had dan kepentingan di TNKM: WGII, Balai, FoMMA and DP3K, KLHK,MasyarakatAdatdanWWF.Catatanpentingdaripertemuantersebut: 1. PandanganMasyarakatadat:

o BelumadapengakuanhakMasyarakatadatyangkuato BelumdilibatkandalampengelolaanTNKM

TahapankajiantatakelolapanduanIUCN,GovernanancofProtectedAreas.FromUnderstandingtoAction(2008).Workshopinimerupakantahap3dari4tahapkajiantatakelola.

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 5

o Tidakadaanggaranyangmendukungkolaborasio Belumadakonsultasiyangmemadaitentangpenetapanbatasluardanzonasio MasihbelumadakejelasansoalkewenangandanperaturandiTNKMo Masih kuat anggapan masyarakat adat bahwa TNKM merupakan hambatan

untukpembangunandidaerahmasihterisolirdandigarisperbatasan2. PandanganDP3K:

o Institusi DP3K perlu dilihat kembali kinerja dan perannya: kewewenanganterbatas, secara hukum belum ada juga payung yang kuat, dan belum adaanggaran

o TerbataskomunikasidaninformasidenganBalaiTNKMo SKDP3Ktidakmemberikanwewenangimplemetasikepadainsititusi

3. PandanganKLHK:o SKDP3KhanyamenetapkanfungsikoordinasiuntukDP3Ko Koordinasi dengan pemerintah lokal baik dengan Malinau namun tidak

seberapaintensdenganNunukano Baiknya SK seperti ini ada payung di tingkat nasional untuk mengatur

kolaborasidanmenguatkantatakelolakawasan4. PandanganWGII:

o TerlihatkomunikasidankoordinasiantaraBalaidanDPK3kuranglancaro Walaupun namanya pengelolaan kolaboratif, namun de facto otoritas

pengelolaanadalahsepenuhnyadenganBalaiTNKMo KinerjaDP3Kperluditinjaukembalio Alokasi anggaran penting namun tidak bisa dijadikan indikator efektivitas

pengelolaankolaboratif.

3. KuesionerdanFGDdenganmasyarakatadatdiTNKMdengan37masyarakat(dandiantaranya4perempuan)dari7desa yang berbeda di sekitarTNKM mengisi kuesioner danikut dalam diskusi kelompoktentang tata kelola di TNKM(informasi umum; manfaatTNKM;peranmasyarakatadat;pelaksanaan program dananggaran;pertanggungjawaban semuapihak; keadilan dan hakmasyarakatadat):o Masyarakat merasa ‘jauh’

dan tidak dilibatkan olehBalaiTNKM

o Jawaban banyak sekaliyang ‘tidak tahu’ berarti jika memang ada kegiatan atau diskusi (dan itu tidakterlalu sering) hanya sedikit perwakilan atau hanya pemimpin yang diundang,bukan masyarakat banyak. Selebihnya, kebiasaan untuk menginformasikankembalikepadamasyarakatjugabelumberjalansecaraoptimal

DiskusifokusdenganmasyarakatadatmengenaipengelolaanTNKM

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 6

o JikaadakegiatanolehBalaiTNKMdidesa,masyarakatseringtidaktahu,artinyatidakadaperencanaanbersama

o Masyarakat sadar bahwa hutan itu penting (danmereka secara turun temurunmelindungi hutan) untuk kehidupan, namun belum merasakan manfaat yanglebihdarikeberadaanTNKM.Menarikpendapatdariseorangperempuanbahwa“perlidungan itu sudah dilakukan olehmasyarakat dan Lembaga adat sendiri,jadiapasebenarnyadariTNKM?”

o JarangadainformasilangsungkepadamasyarakattentangpengelolaanTNKMdanjugatidakadabantuanlangsungyangditerimamasyarakatdariBalai

o Masih kuat di masyarakat pertanyaan apakah ‘binatang lebih penting daripadamanusia?’ dan ‘Masyarakat diminta terus untuk melindungi hutan, namun kitatidakmendapatkanimbalannya’.

o Zonasi masih menjadi ‘persoalan’ utama di mana masyarakat masihmengawatirkan adanya larangan untuk mengambil kayu bangunan dan SDAlainnyadidalamTNKM,ataumelanjutkansistempertaniangilir-balik.Masyarakatpada umumnya ingin melanjutkan pengelolaan hutan berdasarkan aturan adatuntukmendukungkehidupanmerekadansumberkehidupannya.

4. WawancaraDenganParaPemangkuKepentinganDiKalimantanUtaraWawancara dengan para pemangku kepentingan dilakukan oleh Tim multi-pihak:Dolvina Damus (FOMMA), Dani Subroto (DP3K/PEMDAMALINAU), Beni (DP3K/PEMDANUNUKAN),Elviana(SEKRETARIATDP3K),JusuptaTarigan(WGII),Annur(TNKM).CatatanpentinghasilwawancaradenganpemangkukepentingandiKalimantanUtaraadalah:

o Sebagian besar pihak yangdiwawancarai menyatakan bahwapengelolaan TNKM, dalam praktiknya,masih sangat sentralistik, di manasemua keputusan yang terkait denganperencanaan, pelaksanaan, danpengawasan masih dibuat olehKementerian. Dalam hal ini, terlihatmasih adanya kepentingan di antaraparapemangkudanpemeganghak.Halini dapat terlihat saat prosespengambilan keputusan, dimana aspektrasparansi masih sangat terbatasbahkanmasihjauhdarikonsepkolaborasiyangdiharapkan.

o DP3K sebagai ‘unit kolaboratif’ dianggap tidak mampu meningkatkan tata kelolakolaboratif di TNKM. Salah satu tantangan bagi DP3K adalah memastikan agarkewenangan pemerintah lokal / kabupaten di Malinau dan Nunukan lebih kuat,sehingga mereka dapat lebih leluasa dan otoritatif untuk -mengintegrasikan danmenjagawilayah-wilayah yang dilindungi (konservasi) dalam rencana pembangunanmereka, serta menjadikan taman nasional sebagai sumber pendapatan ekonomi

WawancaradenganKepalaBalaiTNKM-Malinau

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 7

untukkabupaten.Belumadadukungananggaranuntukmanajemenkolaboratifdaripemerintah pusat. Sejauh ini, baru KabupatenMalinau yang sudahmengalokasikananggaran. Selain itu, Kabupaten Malinau juga hendak menggunakan keberadaanTNKMsebagaisalahsatuindikatoruntukmerencanakanDanaAlokasiUmum(DAU).

o Semua pihak yang diwawancarai sepakat bahwa penting untuk memberikan lebihbanyak ruang kepada Masyarakat Adat/lokal dalam pengelolaan TNKM untukmeningkatkan efektivitas, dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakatsetempatdanmelindungipraktikkonservasimerekasepertitanaulen,tanaang,tanatepundan tana jaka.UntukmeningkatkanefektivitasdanefisiensiperandariDP3K,mereka juga menyarankan agar DP3K dapat merekrut lebih banyak staf tekniskedepannya.

o Pembentukan DP3K melalui keputusan menteri sebagai dewan penasihat danpengawas untuk manajemen kolaborasi di taman nasional adalah bentuk lain daripengakuan formal negara atas adanya pengelolaan kolaboraboratif taman nasional.Namun sayangnya, keputusan pembentukan DP3K tersebut tidak didukung olehpermbentukan perundang-undangan lain/ aturan pelaksana yang dapat membuatperan dari DP3K lebih efektif sekaligus dapat memperkuat manajemen kolaborasitaman nasional. Kekhawatiran ini disuarakan oleh semua, terutamaperwakilan daripemerintah kabupaten Malinau. Masyarakat setempat mengeluhkan fakta bahwa,meskipun FOMMA menjadi anggota DP3K dan Sekretariat di tingkat kabupaten,merekajarangdiundangkerapatDP3KatauterlibatdalamevaluasiDP3K.

o Persoalan alokasi anggaran untuk mendukung program manajemen kolaboratifTNKM adalahmasalah penting yang disorot. Saat ini, hanya pemerintah kabupatenMalinauyangtelahmemberikandukungankeuanganuntukTNKM.Dilainhal,adanyakecamatan baru (Krayan dan Apo Kayan) juga perlu menjadi perhatian, dimanapembentukankecamatanbaru iniadalahhasiladvokasimasyarakatdanpemerintahdaerahsetempat,sehingganantinyaakanada4kecamatandidiwilayahTNKM.

o Semua pihak yang diwawancara sepakat bahwa saat ini tidak ada wadahpembelajaran bagi para pemangku kepentingan dan pemegang hak untuk bertemudan mendiskusikan bersama hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan tamannasional. Pelatihan- pelatihan yang dibuat oleh manajemen taman nasionalnampaknya hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pihak manajemen tamannasional saja ketimbang untuk memenuhi kebutuhan (kapasitas) dari masyarakatsetempat. Oleh karenanya, WWF Indonesia telah memainkan peran yang cukupsiginfikan dalam membuat perencanaan pelatihan masyarakat dalam rangkapeningkatankapasitas.

5. PertemuanFoMMAdenganKepalaBalaiTNKMdanstafnyamembahasdrafRPJM

TNKM (December 2017). Sejak terbentuk pada tahun 2000, Forum MusyawarahMasyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) menganggap dialogyang setara dan terbuka adalah kunci untuk membangun kepercayaan antar parapihak agarmanajemen kawasan TNKMbisa lebih efektif dan adil dimana kawasantersebutterletakdalam11WA(13wilayahadatsetelahpemekarankecamatan)dantanahleluhurmasyarakatDayakKenyah,Kayan,Lundayeh,Sa’ban,Punan,Tahol/Abaidengansubsukunyamasingmasing.Sudah17tahunFoMMAmenyuarakankeinginan

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 8

masyarakat adat Dayak dan memperjuangkan model kolaborasi yang baik untukTNKM dimana hak dan peran masyarakat adat diakui dan kearifan lokal dalampengelolaan sumber daya alam menjadi dasar pengelolaan TN demi kesejahteraanmasyarakatadatsendiridanpembangunanberkelanjutandiwilayahKaltara.Catatanpentingdaripertemuantersebut:o Persepsi 'negatif' masyarakat adat Dayak dan potensi konflik sosial di TNKM

masihada.HaliniberkembangakibatmasyarakatadatmerasabelumsepenuhnyadiajakuntukdudukbersamadalammembuatkebijakantentanghutandanSDAdidalamTNKMyangmenjadibagiandariidentitassukudanruanghidupnya.

o Kawasan konservasi umumnya dianggap belum memiliki nilai tambah ataumanfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat. Pada umumnya, justrumasyarakat adat yang selama inimenjaga sumber daya alam dan berkontribusipadakelestariannyabelummenerimamanfaatsecaramaterial.

o Partisipasimasyarakat adat dalampengelolaan kolaboratifmestinyadiukurdarisegiekonomi(adapeningkatankesejahteraanuntukmasyarakatadat),sosial(adaproses Free Prior Informed Consent; ada informasi lengkap dan terbuka kepadamasyarakat dari Balai TNKM dan DP3K, dan keterlibatan nyata dan konsistendalam berbagai pertemuan dan rapat; ada perwakilan semua wilayah adat,pemuda/pemudi dan perempuan), kebijakan (keterlibatan dalam penyusunanRPJP dan kebijakan lainnya;keterlibatan dalam pengambilankeputusan tentang zonasi danaturannya; keterlibatan dalamperumusan model kolaboratif yanglebihkuatdanmampumenyelesaikanberbagai masalah yang ada), danmonitoring&evaluasi.

o Tata guna lahan dan pengelolaantradisional (=hasil PDP danmusyawarah adat) belum diadopsidalampengelolaanTNKM

o FoMMA mengharapkan didirikansemacamSekolahTNuntukmasyarakatadatdanberbagaikursus-kursussebagaiinvestasipadaSDMlokal,danbeasiswakhusus

o Infrastrukturyangmembantupeningkatankesejahteraanmasyarakatdanaksespasar, pendidikan, dan kesehatan sangat penting. Dari sudut pandangkepentinganmasyarakatadatdanpembangunanberkelanjutandisekitarkawasanTaman Nasional Kayan Mentarang agar jalan di antar kampung diprioritaskantermasuk perawatanmendukung kesejahteraanmasyarakat adat dan keamanankawasan.

6. Dialog Koordinator WGII dengan Dirjen KSDAE, Direktur PIKA-KSDAE dan Sub-

DirektoratKKdiJakartadanBogor.Beberapacatatanpentingnyaadalah:

o Pengelolaan kolaboratif TNKM adalah salah satumodel pengelolaan kolaboratiftaman nasional di Indonesia saat ini. Berdasarkan hasil diskusi dengan DP3K,

Pertemuan FoMMA dan Balai TNKM membahaszonasidiLongBerang(Mentarang)

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 9

kewenangan atas manajemen TNKM saat ini dilakukan oleh beberapa pihakdiantaranya Unit Manajemen TNKM, pemerintah Kabupaten Nunukan danMalinau,danMasyarakatAdat/lokalyangdiwakiliolehFoMMA.

o SK Menhut Nomor 890/Menhut-IV/2013 tentang Pembentukan DP3K sebentarlagi berakhir, perlu segera dilakukan evaluasi pelaksanaan dari segi regulasi danjugapelaksanaannyadilapangan.Pengelolaankolaboratiftamannasionalmenjadikehilangan payung hukumnya ketika P.19/2004 tentang Pengelolaan KolaboratifKSA/KPA dicabut dan diganti dengan P.84/2014 tentang Tata Cara KerjasamaPenyelenggaraanKawasanSuakaAlamDanKawasanPelestarianAlam.Untukituperlu ada tinjauan kebijakan terkait pengelolaan kolaboratif Taman NasionalKayanMentarang.

o Kementerian sedang mempersiapkan evaluasi pelaksanaan manajemen TNKMoleh DP3K. Ini bertepatan dengan akan berakhirnya masa berlaku keputusanMenteri LHK mengenaiDP3Kpada tahun2018.Hasil penilaian tata kelola yangdilakukanolehWGIIdapatdisajikanpadaevaluasidanberfungsisebagaireferensiterbaruuntuktatakelolaTNKM.

o DirekturJenderalKSDAEmerencanakanmemimpinrapatkoordinasievaluasiDP3Kuntuk membahas kemajuan dalam model manajemen kolaboratif. Jugamenggunakankesempatanuntukmengembangkanpanduan lebih lanjut tentangkolaborasidantatakelolabersamaditamannasionaldanmanajemenkonservasidi TNKM.Hal ini dapatmenjadi contoh bagi pengelolaan kawasan konservasi dimanaMasyarakat Adat merupakan subyek dan pelaku dalam pengelolaan, danmendasarkan sistem zonasi taman nasional pada sistem tenure (land use) yangdidasarkanpadanilai-nilaitradisionalmasyarakatadat(kearifanlokal).

REKOMENDASI1. Tatakelolabisadipahamisebagaikelembagaan,mekanisme,prosesdannilaidimana

parapemeganghakdanpemangkukepentinganberpartisipasiuntukmempengaruhidan menjalankan wewenang dan tanggung jawab atas pengelolaan kawasankonservasi.Tatakelolatentusaja lebihdarisekedarmasalahpengelolaanlahan,danpenguasaan lahan merupakan salah satu bagian penting di dalamnya. Model dankualitas tata kelola kawasan konservasi, dan cara-cara pengambilan keputusan,terutamaterkaitdengantingkatinklusivitas,keadilandanpartisipasimasyarakatadatadalahfaktor-faktoryangpentingdanmendasar.

2. Tingkat kepercayaan yangmasih rendahdimasyarakat adatDayak terhadapTNKMadalahkonsekuensilangsungdarimasyarakatadatyangmerasaterasingkanditanahadatnya sendiri di mana masyarakat adat menggantungkan penghidupannya padasumberdayaalamtapikemudianmengalamiketerbatasanuntukmemanfaatkannyadanmengembangkanruanghidupolehkarenakeberadaanTN.

3. Terkaitdenganhakmasyarakatadatdalamkawasan,padaprinsipnya,masihmerujukpadabeberaparekomendasihasilKonferensiNasionaltentangTenurepadaPanel5tentang, “Hak Tenurial dalam Wilayah Konservasi: Pengakuan dan PeranMasyarakatHukumAdatdanMasyarakatLokal,”yangdiadakandiJakarta,Oktober25-27,2017,yaitu:

HasilKajianTataKelolaKawasanKonservasiYangEfektif,InklusifdanAdil--------------------------------------------

WorkingGroupICCAsIndonesia(WGII)------------------------------------------------------------------------------------- 10

a) Pentingnyaprinsippenghormatan terhadapHakAsasiManusia (HAM), termasukhaktenurial

b) Pentingnya Pengakuan Kawasan Konservasi Masyarakat Adat (KKMA) dalamkawasan konservasi (KPA/KSA), termasuk kearifan lokal, institusi dan sistempengambilan keputusan tradisional yang berlaku dalam pengelolaan danpemanfaatansumberdayaalam

c) Pengelolaan kawasan konservasi harus menjadi model inklusif, artinya parapemegang hak dan pelaku konservasi berpartisipasi untuk menjalankanwewenang dan tanggung jawab. Masyarakat juga diberikan wewenang dantanggungjawab dalam menjaga dan melestarikan kawasan konservasi dandiberikanpeluanguntukmelakukankerjasamadenganpihakswastadalamrangkapeningkatanefektivitaspengelolaankawasankonservasidankesejahteraan.

d) Mencari harmonisasi antara kebutuhan ruang hidup masyarakat dan alam, dankeseimbanganantarahakdanmanfaatuntukparapelakukonservasi

e) Inisiatif perlindungan dan pengelolaan kawasan konservasi perlu memberikontribusisignifikanterhadappembangunanberkelanjutansertakesetaraanbagilapisandankelompokmasyarakat,termasukperempuan.

***