cover laporan gizbur

53
LAPORAN KASUS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang .. Pembimbing : !. An"#ni$ S$nining"%$& Di&'&'n #(e): A!'m Di$nni"$&$!i*+,-.,+ .+/01 E!$ni S'2m$3$"i *+,-.,+ .,451 J$')$! N$6ie& *+,-.,+ .,/ 1 P!$e7i S8)#""2%n$ *+,-.,+ .-491 PERIODE -9 MEI – ,0 JUNI -+,9 FAKULTAS KEDOKTERAN UNI ERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG -+,9

Upload: arum-diannitasari

Post on 03-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gizbur

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

..Pembimbing :

dr. Antonia Sadniningtyas

Disusun oleh:Arum Diannitasari(012.106.093)

Erani Sukmawati(012.106.148)

Jauhar Nafies (012.106.196)

Pradevi Schottkynda (012.106.245)PERIODE 25 MEI 13 JUNI 2015FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Pandanaran 25 Mei 2015 13 Juni 2015Telah Disahkan

Semarang, Juni 2015

MengetahuiKepala Puskesmas Pandanaran

Kepala Departemen IKM

dr. Antonia Sadniningtyas

Siti Thomas, M. KesKATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat karunia dan hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas Pandanaran.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data tentang kasus Gizi Buruk di Puskesmas Pandanaran, Kota Semarang.

Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk ini kami mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada yang terhormat :

1. Siti Thomas, M.kes, Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang

2. dr.AntoniaSadniningtyas, KepalaPuskesmasPandanaran Semarang3. Seluruh Staf Puskesmas Pandanaran Semarang

4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa hasil penulisan Laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan kasus ini agar lebih baik.

Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus Gizi Buruk di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juni 2015BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian bayi dan anak yang tinggi merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (BAPPENAS, 2011). Salah satu sebab di antaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk (Yuliana, 2011). Masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang tersembunyi, sehingga masalah ini menjadi cukup serius di Indonesia (BAPPENAS, 2011). Penyebab langsung masalah gizi buruk adalah kurangnya asupan makanan dan adanya infeksi. Namun, penyebab tersebut selalu diiringi dengan latar belakang lain yang lebih komplek seperti kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan dan pola asuh yang diberikan terhadap balita (Nurlaela, 2013).

Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi masalah gizi dunia (BAPPENAS, 2011). Tercatat sekitar sepertiga dari populasi balita yang ada di negara-negara berkembang mengalami masalah gizi buruk. Jika dapat bertahan hingga dewasa, mereka akan beresiko mengalami perkembangan kognitif yang buruk, gangguan pertumbuhan dan produktivitas yang rendah. Yang lebih buruk, gizi buruk dapat menyebabkan kematian. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat anak-anak ialah generasi penerus bangsa (Ikha, 2013). Permasalahan gizi di kota Semarang yang tetap ada dan jumlahnya cendrung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kasus gizi buruk di kota Semarang pada tahun 2013 sebanyak 32 kasus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang berjumlah 26 kasus (DKK, 2013). Kasus gizi buruk yang ditemukan di puskesmas Pandanaran tahun 2013 sebanyak 8 kasus, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 21 kasus balita dengan gizi buruk. Menurut data dari puskesmas Pandanaran periode Januari hingga Juni tahun 2015 ditemukan 4 balita dengan gizi buruk.

Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi dapat terjadi disetiap fase kehidupan (Nurlaela, 2013). Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu, sehingga calon ibu perlu memiliki kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi bayi untuk menjadi sehat. Masa emas atau masa kritis tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berumur 2 tahun. Pada masa ini, tumbuh kembang otak paling pesat (80%) yang nantinya dapat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa dewasa (Mazarina, 2010). Apabila terjadi gangguan gizi pada fase tersebut, maka akan bersifat permanen, tidak dapat dialihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Kejadian gizi buruk sebenarnya dapat dicegah jika akar masalah di masyarakat yang bersangkutan dapat dikenali, sehingga penanggulangan masalah gizi dapat dimulai dari dasar melalui penanganan terhadap akar masalahnya. Diketahui bahwa gejala klinis gizi kurang atau buruk diakibatkan dari ketidakseimbangan yang lama antara manusia dan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup yang termasuk didalamnya mencakup lingkungan alam, biologis, sosial budaya, maupun ekonomi. Masing-masing faktor tersebut mempunyai peran yang komplek dan sangat berperan penting dalam etiologi penyakit gizi kurang (Nurlaela, 2013).

Berdasarkan data rekapitulasi kasus Gizi Buruk di Puskesmas Pandanaran dari bulan Januari-Juni tahun 2015 didapatkan jumlah penderita gizi buruk sebanyak 4 orang. Dengan uraian bulan Januari didapatkan 3 kasus, bulan Februari-Maret tidak didapatkan laporan kasus gizi buruk dan satu kasus kembali dilaporkan pada awal Juni. Berdasarkan data diatas penulis bermaksud ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk pada balita dengan pendekatan H.L. Blum.

1.2. Rumusan Masalah

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk pada balita berdasarkan pendekatan H.L. Blum?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan UmumUntuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk pada balita berdasarkan pendekatan HL Blum.1.3.2. Tujuan Khusus1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi keadaan gizi buruk pada balita.1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang mempengaruhi keadaan gizi buruk pada balita.1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor genetik/ kependudukan yang mempengaruhi keadaan gizi buruk pada balita.1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang mempengaruhi keadaan gizi buruk pada balita. 1.3.2.5. Mengetahui dan memperbaiki pengetahuan mengenai keadaan gizi buruk pada balita1.4. Manfaat1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa

1.4.1.1. Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk memperkaya keilmuan1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat1.4.2.1. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.

1.4.2.2. Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif kesehatanBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Penyakit Gizi Buruk di Puskesmas Pandanaran

Selama beberapa tahun terakhir ini, angka kejadian gizi buruk di Puskesmas Pandanaran cenderung naik turun. Dari data 3 tahun terakhir, jumah kasus gizi buruk pada tahun 2013 sebanyak 8 kasus sedangkan pada tahun 2014 jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 21 orang. Pada tahun 2015 hingga bulan Juni, jumlah kasus gizi buruk hanya didadapatkan 4 kasus. Diagram berikut menunjukkan gambaran peningkatan jumlah kasus gizi buruk selama 3 tahun terakhir.

Grafik 2.1. Data Gizi Buruk selama Tahun 2013-2015

Grafik 2.2. Data Gizi Buruk Tahun 2015

2.2. Definisi dan Kriteria Gizi BurukGizi buruk meliputi kekurangan gizi makro dan kekurangan gizi mikro (BAPPANES, 2011). Yang dimaksud dengan gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe wasting atau ada gejala klinis gizi buruk (WHO, 2009). Menurut Depkes RI (2009) gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada ank berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan