cover depan (file terpisah)inspektur investigasi penanggung jawab sekretaris inspektorat jenderal...

52
COVER DEPAN (FILE TERPISAH)

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

COVER DEPAN(FILE TERPISAH)

Page 2: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

2 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Dari RedaksiTIM REDAKSI BULETIN INFORWAS

PELINDUNGInspektur Jenderal

PENASEHATInspektur IInspektur IIInspektur IIIInspektur IVInspektur Investigasi

PENANGGUNG JAWABSekretaris Inspektorat Jenderal

REDAKTURPemimpin Redaksi

Kepala Bagian Program dan Informasi

Anggota Dewan RedaksiKepala Bagian TU, Hukum dan KepegawaianKepala Bagian APTLHPKepala Bagian Keuangan dan BMNKepala Sub Bagian Evaluasi, Informasi dan Humas

Penyunting/EditorKanser Arif Ardianto, SKMSri Susilorini, S.Sos, M.AkHeri Saputra, SKM, M.KesNona Ambrawati, S.ST, MM, CFEEka Widianti, SKM, MM, CFrALisa Angelia, SKM, MTDNova Hajar Lusianingrum, SEDeny Yudhistira, SKMDhany Assegaf, SERaden Rachmat Hadi, SHNurhayati, SE

Design Grafis

Ario Agung Bramanthi, S.KomAndri Rubiana, S.KomLenggo Geni, S.KomInti Rohdika, S.Kom

FotograferJuwita Puspita, S.I.KomLisa Yuliana, S.PdGita Lestari Ade Novindry, S.PdTitin Suprihatin, S.KomLailatus Syarifah, S.Kom

SekretariatAdhitya Andy Widyatmono, SE, AkWidyastuti, SEIta Oktavianti Gartiwa, SEHenriette Nuarni Sari, SKM, MKMAsep Rizkana, SKMRizki Agus Priana, SKM

Menutup Tahun 2019 dan bertemu dengan Tahun 2020 bukanlah sekedar mengganti kalender. Bukan pula hanya seremoni biasa yang hanya

terlihat oleh mata. Idealnya, pergantian tahun juga menjadi batu pijakan baru bagi hati, pikiran dan jiwa serta fisik kita untuk menyadari kesalahan, kekhilafan, kealpaan dan berbagai kekurangan yang terjadi sebelumnya untuk berkomitmen melakukan perubahan yang mendasar di tahun berikutnya.

Pembaca yang budiman, merujuk pada survey Transparency International (TI) nilai Indek Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2018 berada di urutan 89 dari 180 negara dengan nilai 38. Bila dibandingkan dengan tahun 2017 posisi Indonesia mengalami perbaikan peringkat menjadi peringkat 96 dari 180 negara. Peningkatan tersebut cukup signifikan, yakni sampai 7 tingkat. Inilah salah satu bentuk lompatan yang diharapkan dari tahun ke tahun peningkatan rangking Indonesia menjadi negara yang ‘bersih’ bisa diraih. Karena pada ujungnya, ‘bersihnya’ negara dari korupsi akan memberikan kebaikan bagi rakyatnya.

Terkait dengan hal tersebut diatas, pada Inforwas kali ini, salah satu artikel yang diangkat adalah tentang “Memperdagangkan Pengaruh atau trading in influence sebagai salah atu bentuk kejahatan korupsi”. Selain itu ada sejumlah artikel lainnya yang memberikan wawasan, pengetahuan, pengingat, tips dan galaeri foto yang memuat semacam kaleidoskop kegiatana Itjen selama tahun 2019.

Artikel lain yang menarik untuk disimak oleh pembaca adalah tentang Telaah Sejawat. Bagi sebagian pihak, tema ini dianggap usang, namun, ini penting untuk menjadi remanider bagi seorang auditor. Karena pada prinsipnya harus disadari bahwa suatu pekerjaan yang senantiasa dikerjakan terus menerus ataupun berulangkali, tidak menjamin bahwa pekerjaan tersebut luput dari distorsi ataupun pengabaian terhadap suatu

Page 3: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

3INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Pedoman Umum & Etika Penulisan:

1. Naskah/artikel merupakan tulisan, gagasan pemikiran, opini, ulasan, pembahasan atau penjelasan atas peraturan, pengalaman di lapangan, dengan prioritas bidang pengawasan. Redaksi juga menerima tulisan selain bidang pengawasan yang berkaitan dengan program kesehatan, pengetahuan umum dan lainnya.

2. Naskah/artikel harus merupakan karya asli atau saduran. Bila mengambil atau mencuplik kalimat penulis lain, harus mencantumkan nama penulis atau sumbernya, yang kemudian diikuti dengan muatan analisis atau kajian dari penulis, sehingga tidak semata-mata hanya menyadur/menjiplak kalimat/tulisan orang lain saja tanpa ulasan penulis.

3. Naskah/artikel dikirim dalam format microsoft words, theme fonts arial 12, paragraph 1,5 line spasing, diberi judul singkat, jelas dan informatif, yang menggambarkan materi yang akan disampaikan, memuat juga foto-foto pendukung, tabel/grafik sesuai kebutuhan.

4. Sistematika penulisan naskah meliputi: judul, penulis, pendahuluan, sub-sub judul sesuai kebutuhan, analisis permasalahan dan pembahasan saran penulis, penutup atau kesimpulan, dan kepustakaan/rujukan/referensi.

5. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah substansi materi tulisan artikel.6. Penulisan kepustakaan/rujukan/referensi terdiri dari nama pengarang, tahun, judul, edisi,

penerbit.7. Naskah/artikel ditulis dalam bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa asing agar dicetak miring,

dan sedapat mungkin diberi makna/arti.8. Nama penulis sedapat mungkin ditulis lengkap termasuk gelar, jabatan, dan unit organisasi,

serta alamat/alamat email penulis, dan dapat disertai dengan electric file pasfoto penulis. Untuk satu naskah/artikel, penulisnya dibatasi maksimal 3 orang (dengan menyebutkan penulis utama dan penulis pembantu).

9. Setiap naskah/artikel yang dimuat akan diberikan honor sesuai dengan Standar Biaya yang berlaku, sedangkan naskah/artikel yang tidak dimuat akan diberikan tanggapan (dapat secara lisan atau tertulis) kepada penulis yang bersangkutan.

Untuk pengiriman/penyampaian naskah/artikel dapat disampaikan langsung ke tim redaksi atau dikirim ke: [email protected] dan ke [email protected]

standar. Untuk itulah diperlukan suatu mekanisme

untuk menjamin bahwa suatu standar dilaksanakan dengan stadart yang benar dengan telaah sejawat, yang telah disusun oleh organisasi profesi auditor. Apalagi guna meraih Internal Audit Capability Model (IA-CM) level tiga atau level yang lebih tinggi, salah satu kewajibannya adalah melaksanakan telaah sejawat. Melalui IA-CM akan ditunjukkan langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat, efektif, kapabilitas pengawasan intern umumnya, terkait dengan organisasi yang lebih matang dan kompleks. Dalam artikel

ini dibahas juga IA-CM dalam 5 (lima) tingkatan, level initial, level infrastructure, level integrated, level managed, dan level optimizing.

Dan tentunya, masih banyak artikel lainnya, yang kami harapkan pembaca yang budiman, mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari Inforwas edisi kali ini.

Selamat menikmati. Kami sangat terbuka dan mengharap masukan, kritik dan saran dari pembaca.

Hormat Kami,

Rudi Supriatna Nata Saputra Pemimpin Redaksi

Page 4: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

4 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Surat PembacaAssalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya sebagai pegawai Kemenkes yang bertugas di satuan kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Yogyakarta apakah kami di satker daerah dapat memberikan kontribusi tulisan untuk memperkaya rubrik yang ada di majalah Inforwas Inspektorat Jenderal walaupun tema tulisannya tidak berkaitan langsung dengan informasi pengawasan, semisal tulisan terkait dengan agenda pelaksanaan kinerja di lapangan yang memerlukan ekspos nasional seperti respon penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia oleh petugas KKP setempat yang bertugas di perbatasan Indonesia - Malaysia. Terima kasih

Dewi Anjani (Analisis Keuangan)

Jawab:Bapak/Ibu Tim Inforwas yang kami hormati, pertama kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas masukan yang telah diberikan Bapak/Ibu dalam memberikan warna lain atas rubrik yang ada di majalah Inforwas, kami dari tim redaksi sudah menentukan bahwa majalah Inforwas merupakan wadah yang dibuat khusus dalam pemberian inforwasi pengawasan, tetapi kami tetap berusaha mengakomodir apabila ada rekan-rekan di satker daerah yang ingin memberikan kontribusi tulisan. Apabila tulisan tersebut memang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan kegiatan pengawasan intern, kami akan coba salurkan ke dalam tulisan berita/artikel yang ada di Website Inspektorat Jenderal Kemenkes. Jadi bagi Bapak/Ibu, kami akan tetap setia menunggu kontribusi tulisan yang dapat membangun jembatan informasi khususnya bagi kemajuan Kementerian Kesehatan secara utuh. Tulisan dapat dikirim dalam bentuk softfile melalui alamat email redaksi [email protected]

Assalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya Nanik dari Inspektorat III memberikan apresiasi kepada Inspektorat Jenderal Kemenkes yang telah memberikan pengahargaan kepada Pengelola Unit Pengendalian Gratifikasi terbaik, pengelola LHKPN terbaik, dan pengelola LHKASN terbaik periode tahun 2019 di Satuan Kerja lingkugan Kementerian Kesehatan, di dalam pelaksanaannya kami ingin memberikan masukan kepada tim penilai di Inspektorat Jenderal sebagai unit yang memberikan penghargaan, agar di tahun bekrikutnya unit/ satuan kerja Inspektorat Jenderal tidak masuk ke dalam kategori satuan kerja yang dinilai, hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya Conflict of Interest (COI) antara tim penilai dengan satker yang dinilai, mudah-mudahan saran/masukan ini dapat diterima. Terima kasih

Nanik Dewi Setiawati(Auditor Pertama – Itjen Kemenkes)

Jawab:Bapak/Ibu,yang kami hormati, terima kasih kami ucapkan atas masukan sekaligus kritiknya yang membangun, kami dari tim redaksi Inforwas secepatnya akan meneruskan informasi ini kepada pihak yang terkait (tim penilai) di Inspektorat Jenderal untuk dapat segera ditindaklanjuti. Terima kasih

Assalamualaikum Wr.WBYth. Bapak/Ibu Tim Redaksi Majalah Inforwas

Saya adalah petugas BMN di satuan kerja Inspektorat Jenderal sesuai dengan rekomendasi hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terhadap revaluasi Barang Milik Negara (BMN) tahun 2017-2018 di Kemenkes, bahwa sudah menjadi kewajiban semua satker untuk melakukan penatausahaan BMN secara tertib administrasi. Karena sekecil apapun BMN itu memiliki nilai dan harus dipertanggungjawabkan serta harus dikelola dengan baik dan benar, bukan hanya karena hasil pemeriksaan BPK” saja. Atas hal tersebut kami memberikan saran kepada tim redaksi Inforwas agar dapat dibuat rubrik tentang tata kelola BMN di lingkungan Kementerian Kesehatan, hal itu sangat penting bagi kami agar selalu mendapatkan informasi terbaru dalam pengelolaan BMN yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Niken Yunita Tri Rahayu (Pengelola Barang Milik Negara)

Jawab:WaalaikumsalamBapa/Ibu, yang kami hormati, terima kasih atas masukan/saran yang diberikan kepada kami di tim redaksi Inforwas, untuk penambahan rubrik tentang tata kelola BMN secara khusus mungkin tidak bisa kami langsung tindaklanjuti karena beberapa hal diantaranya adalah sumber daya manusia (SDM) yang dapat menulis secara professional dalam mengubah tulisan formal/peraturan menjadi tulisan populer masih terbatas, disamping itu untuk tata kelola BMN secara tugas dan fungsi ada di Biro Keuangan dan BMN Sekretariat Jenderal, tetapi kami akan berusaha menyajikan tulisan issue-issue terkini di dalam artikel Inforwas khususnya terkait dengan pengawasan intern dalam pengelolaan BMN. Terima kasih

Kritik dan Saran dapat disampaikan kepada redaksi Inforwas melalui alamat email

[email protected]

Page 5: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

5INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

6 PERAN ITJEN DALAM PENGAWASAN HIBAH LANGSUNG LUAR NEGERI

13 MENGENAL BEBERAPA MODEL DALAM PENGAWASAN PENGADAAN BARANG/JASA

18 PANDUAN DALAM PEMBERIAN KESEMPATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

22 MEMPERDAGANGKAN PENGARUH (TRADING IN INFLUENCE) SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEJAHATAN KORUPSI

31 TELAAH SEJAWAT:SEBUAH KENISCAYAAN PROFESSIONAL AUDITOR

40 REVISI PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGENDALIAN INTERN ATAS PELAPORAN KEUANGAN DALAM RANGKA PENERAPAN PIPK YANG OPTIMAL DAN EFISIEN

45INFORWAS HANTARKAN ITJEN PADA POSISI KE-4 KOMPETISI TERBITAN BERKALA KATEGORI MAJALAH

46GALERI FOTO

Page 6: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

6 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikel

Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan RPJMN 2020 - 2024 yaitu meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan

kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Pelayanan kesehatan dasar sendiri terdiri dari peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi masyarakat, dan peningkatan pengendalian penyakit. Penguatan promotif dan preventif dilakukan melalui upaya pembudayaan Gerakan Masyrakat Hidup Sehat (GERMAS) yang didukung dengan pemanfaatan teknologi berupa penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Jika melihat arah kebijakan

pembangunan nasional tersebut, maka pemerintah membutuhkan investasi yang besar untuk membangun ekonomi dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar, menurunkan angka kemiskinan, dan memperbaiki infrastruktur dan sasaran pembangunan lainnya. Di satu sisi, pemerintah dihadapkan kepada keterbatasan sumber dana dalam melaksanakan agenda pembangunan nasional tersebut sehingga pembiayaan luar negeri (pinjaman dan hibah) masih dibutuhkan sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan.

Hibah adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/ atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri. Hibah terbagi dalam 2 (dua) kelompok utama yaitu

PERAN ITJEN DALAM PENGAWASAN HIBAH

LANGSUNG LUAR NEGERI

Page 7: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

7INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

hibah terencana dan hibah langsung. Perbedaan utama dari 2 (dua) kelompok ini adalah bahwa hibah langsung tidak melalui proses pen-DIPA-an sedangkan hibah terencana masuk ke dalam DIPA sehingga kegiatan hibah terencana tercantum dalam RKA-K/L. Dengan sifat hibah langsung, pengawasan atas hibah kelompok ini cenderung minimal.

Kementerian Kesehatan RI merupakan Kementerian yang mengelola hibah dalam jumlah yang cukup besar. Dalam dua tahun terakhir potensi hibah Kemenkes mencapai Rp 2 Triliun untuk hibah dalam bentuk uang, barang, dan jasa. Sebagian besar PHLN yang dikelola Kemenkes merupakan hibah langsung, yang dicatat oleh APBN setelah realisasi dilakukan.

Hibah pada Kementerian Kesehatan dari seluruh mitra pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 40 satker sebagai penerima hibah di 7 satker Es I, dari 52 mitra pemberi hibah ada 1 lender yaitu World Bank (ISPHERE) dan 135 proyek/program PHLN. Realisasi hibah tahun 2018 yang tercatat sejumlah Rp 2,071,060,588,721,00 (sumber : laporan rutin PHLN : 28 Februari 2019).

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) merupakan unit utama pengelola hibah terbesar di Kemenkes yang presentasenya mencapai 75% dari total realisasi hibah Kemenkes pada tahun 2018. Berikut presentase hibah dari masing-masing unit utama di Kementerian Kesehatan RI:

Page 8: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

8 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikel

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 7 (tujuh) unit utama di Kementerian Kesehatan RI, Ditjen P2P sangat dominan dalam menyerap dana hibah luar negeri dibandingkan dengan unit utama lain. Hal ini dikarenakan sebagian Program Prioritas Nasional seperti Penanggulangan TB, HIV, PTM (Penyakit Tidak Menular) dan Imunisasi berada di dalam lingkup Ditjen P2P.

Hibah pada Ditjen P2P pada tahun 2018 ditujukan kepada 6 satker (Dit SKK, Dit P2PML, Dit P2PTVZ, Dit P2PTM, Dit P2PMKJN, dan KKP Makassar) sebagai penerima hibah di Ditjen P2P. Adapun dana hibah berasal dari 17 Mitra Pemberi hibah yaitu GF, GAVI, USAID, WHO, UNICEF, UNION, UNFPA, AHF, CBM, FHF, CHAI, NLR, Johnson and Johnson, HKI, Pemprov Sulbar, Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia, IPF. Pada tahun yang sama, realisasi hibah di Ditjen P2P adalah

Rp1.550.307.340.955,00.Dasar hukum pengelolaan hibah luar

negeri diatur dalam PMK No.99 tahun 2017 tentang Administrasi Pengelolaan Hibah yang diturunkan menjadi Permenkes No. 55 tahun 2017 tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah Langsung dalam bentuk Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga melalui mekanisme APBN di lingkungan Kementerian Kesehatan. Permenkes tersebut mengatur tata cara pengelolaaan hibah langsung dalam bentuk uang/barang/jasa/surat berharga yang diterima satker non BLU maupun satker BLU, baik hibah langsung maupun hibah langsung luar negeri. Tujuan diterbitkannya Permenkes tersebut adalah untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas pengaturan pengelolaan hibah langsung di Kementerian Kesehatan

Berikut alur pengelolaan PHLN:

Page 9: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

9INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Didalam pengelolaan dana hibah tersebut banyak isu dan permasalahan yang harus dihadapi antara lain:1. Isu dalam pengelolaan PHLN:

a. Penyusunan MoU(1) MoU sudah ditandatangani,

namun work plan belum disepakati satker dan mitra.

(2) Amandemen hibah tidak melibatkan BKSLN

(3) Dalam penyusunan MoU hibah barang dan jasa, satker dan mitra tidak memperhatikan tugas dan kewajibannya secara seksama.

(4) Indikator kunci yang perlu dicapai dan dievaluasi tidak ditetapkan.

(5) Komitmen satker dalam perencanaan Pinjaman belum optimal.

b. Pengajuan nomor register(1) Dokumen pedukung belum

lengkap saat diajukan, yang sering terjadi MoU belum dilegalisasi, Kepmenkes No HK.01.07/MENKES/238/2018 tentang pendelegasian penandatanganan hibah belum disertakan.

(2) Registrasi hibah tidak memperhatikan bentuk hibah. Beberapa satker pengelola hibah WHO yang menerima hibah dalam bentuk uang,

Page 10: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

10 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

barang, dan jasa hanya meregistrasi

hibah dalam bentuk uang, sehingga saat pengesahan BAST ke KPPN ditolak.(3) Satker

pengelola hibah WHO di satu direktorat memiliki lebih dari 1 (satu) no register, setiap BAST barang dibuat no register tersendiri,

seharusnya cukup 1 (satu)

register yang didaftarkan dalam bentuk uang, barang, dan jasa.

2. Isu dalam Pengeloaan

Hibah Uanga.

Pelaksanaan(1) Pengelola hibah

tidak langsung ditetapkan setelah NPH ditandatangani(2) Pelaksanaan kegiatan mundur dari jadwal yang

ditetapkan, banyak kegiatan yang carry over ke tahun berikutnya.

Beberapa hibah

dilakukan no cost extention.(3) Realisasi rendah, jumlah

yang ditransfer (disbursed) jauh lebih rendah dari nilai komitmen.

(4) Mekanisme palaksanaan hibah belum disepakati dan terdapat perbedaan aturan pelaksanaan kegiatan yang berdampak pada eksekusi kegiatan (con: aturan terkait pajak, unit cost, aturan pengadaan barang dan jasa).

(5) sangat fleksible terhadap perubahan, perubahan sering terjadi dan pada sebagian proyek perubahan tidak tedokumentasi dengan baik oleh dua belah pihak

(6) Hibah Pro-PN tidak dilakukan review APIP sebelum kegiatan dilaksanakan

b. Pelaporan dan Pencatatan(1) Capaian indikator kinerja

tidak dievaluasi secara rutin bersama dengan mitra.

(2) Keterlambatan dalam penyelesaian pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang dapat mempengaruhi akuntabilitas pelaksanaan hibah.

(3) Keterlambatan revisi DIPA kegiatan Pro-PN

(4) Kepatuhan penyampaian laporan rutin belum optimal.

(5) Pendokumentasian hasil kegiatan (knowledge management) yang belum tertata dengan baik.

(6) Proses penghibahan barang ke daerah yang

artikel

Page 11: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

11INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

tidak dilakukan segera mengakibatkan banyaknya barang yang dibeli di pusat untuk digunakan di daerah dari dana hibah yang statusnya masih milik pusat.

3. Isu dalam Pengelolaan Hibah barang dan jasaa. Pelaksanaan

(1) Work plan belum disepakati namun pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan

(2) Terdapat perubahan work plan yang tidak dikomunikasikan kepada Satker dan tidak terdokumentasi dengan baik

(3) Capaian indikator kinerja tidak dievaluasi secara rutin bersama dengan mitra.

(4) Kendali pelaksanaan kegiatan sebagian besar ada di pihak ke-3 pelaksana kegiatan dan tidak dilakukan pertemuan koordinasi secara rutin.

b. Pelaporan dan Pencatatan(1) Transparansi dalam

pelaksanaan kegiatan dan pelaporan keuangan belum optimal

(2) Kepatuhan penyampaian laporan rutin belum optimal.

(3) Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) diakumulasi di akhir proyek sehingga menimbulkan kerancuan output kegiatan yang dihasilkan dan kekhawatiran pimpinan untuk tanda tangan.

(4) Pendokumentasian hasil

kegiatan (knowledge management) yang belum tertata dengan baik.

(5) Proses penghibahan barang ke daerah yang tidak dilakukan segera mengakibatkan banyaknya barang yang dibeli di pusat untuk digunakan di daerah dari dana hibah yang statusnya masih milik pusat.

Inspektorat Jenderal Kemenkes RI (Itjen) mempunyai tugas untuk melaksanakan pengawasan terutama pada pelaksanaan kegiatan yang menggunakan dana APBN, salah satu peran tersebut adalah dengan kegiatan audit. Pada tahun 2019, Itjen mendapatkan amanat untuk ikut mengawal pengelolaan dana hibah dari salah satu mitra kerja yaitu Global Fund (GF) untuk memastikan bahwa pengelolaan dana GF sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Bentuk pengawasan tersebut adalah dengan Audit Global Fund (GF) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Inspektorat III sebagai Inspektorat pembina dari program-program yang didanai oleh GF tersebut. Pelaksanaan audit dilakukan pada 7 provinsi yang diwakili oleh SR (Sub Recipient) GF yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bali, Papua, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Hasil audit tersebut akan digunakan sebagai masukan untuk PR (Principal Recipient) yang stukturnya berada di pusat atau Kementerian dan tentunya sebagai masukan kepada pihak Global Fund (GF) itu sendiri.

Selain pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, ada

Page 12: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

12 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

satu isu utama yang lebih penting yang sering menjadi pertanyaan banyak pihak, yaitu apakah dana hibah luar negeri yang selama ini digelontorkan oleh lembaga donor sudah sesuai atau mendukung pelaksanaan Renstra atau RPJMN? dari hasil audit yang telah dilakukan oleh Itjen, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kegiatan yang didanai oleh Global Fund (GF) yang kurang selaras dengan Renstra atau indikator kinerja karena ada beberapa kegiatan yang menggunakan indikator yang dibuat sendiri oleh pihak GF yang kurang sejalan dengan indikator dalam Renstra. Pengendalian yang dapat dilakukan atas hal tersebut adalah dengan melibatkan Itjen untuk melakukan reviu atas rencana pengelolaan dana hibah yang akan dilaksanakan seperti reviu RKAKL.

Menilik Permenkes No. 55 tahun 2017 pada pasal 7, maka peran pengawasan Itjen dalam perencanaan kegiatan bersumber hibah sebenarnya tersirat sebagai bagian dari “tim untuk melakukan penilaian kelayakan usulan dan tawaran hibah langsung”, meskipun pada kenyataannya tidak dillibatkan dengan optimal dalam tim tersebut. Jika pada masa mendatang, peran Itjen dioptimalkan melalui reviu perencanaan dana hibah tersebut, maka diharapkan tidak hanya pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kaidah perencanaan berdasarkan SBM tetapi juga tercipta kesesuaian dan keselarasan antara program yang didanai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam renstra sehingga pelaksanaan kegiatan yang menggunakan dana hibah tersebut dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan.

Referensi:1. Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 55 tahun 2017 tentang Tata Cara Pengelolaan Hibah Langsung dalam bentuk Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga melalui mekanisme APBN di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

2. Materi presentasi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan PHLN di Kemenkes tahun 2018-2019” yang disampaikan pada pertemuan di Grand Mercure Harmoni Jakarta pada tanggal 25 November 2019.

3. Materi presentasi yang berjudul “Rencana Kerja Sama Luar Negeri di Kementerian Kesehatan RI dalam Bentuk Hibah dan Pinjaman tahun 2020-2024” dari Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri yang disampaikan pada pertemuan di Grand Mercure Harmoni Jakarta pada tanggal 25 November 2019.

4. Materi presentasi yang berjudul “Kebijakan Pinjaman/Hibah Luar Negeri di lingkup Kementerian Kesehatan” dari Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran yang disampaikan pada pertemuan di Grand Mercure Harmoni Jakarta pada tanggal 25 - 27 November 2019.

5. Materi presentasi yang berjudul “Kebijakan PHLN Bidang Kesehatan” dari Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang disampaikan pada pertemuan di Grand Mercure Harmoni Jakarta pada tanggal 25 -27 November 2019.

artikel

Penulis:1. Dhany Asssegaf, SE (Auditor Pertama Inspektorat III - Itjen

Kemenkes)2. drg. Satrio Wicaksono, MPH (Auditor Muda Inspektorat III Itjen Kemenkes)

Page 13: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

13INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Dalam rangka menjamin pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, pimpinan

instansi pemerintah wajib melakukan pengawasan atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah termasuk pengadaan barang/jasa. Lebih lanjut, pimpinan instansi pemerintah selayaknya menciptakan sistem pengawasan dan pengendalian manajemen pengadaan barang/jasa.

Pengadaan barang/jasa memiliki peran strategis karena rata-rata jumlah anggaran pengadaan barang/jasa pemerintah mencakup kisaran 35% dari total nilai APBN/APBD. Risiko penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa cukup tinggi, terbukti antara lain data dari kasus penanganan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagian besar,

yaitu hampir 80% adalah kasus korupsi pengadaan barang/jasa pemerintah. Selaian itu, World Bank juga menyatakan bahwa sistem pengadaan barang/jasa

pemerintah Indonesia sangat rawan terhadap praktik

MENGENAL BEBERAPA MODEL DALAM PENGAWASAN PENGADAAN

BARANG/JASA

Page 14: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

14 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikel

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan tingkat kebocoran mencapai 10% - 50% (kompas.com, 2019).

Kondisi sistem pengadaan barang/jasa tersebut menuntut Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk lebih berperan dalam pengawasan pengadaan barang/jasa sebagai wujud pelaksanaan pasal 76 Peraturan Presiden RI Nomor 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang mewajibkan kepada pimpinan instansi pemerintah untuk melakukan pengawasan pengadaan barang/jasa melalui aparat pengawasan internal pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah masing-masing.

Menyadari pentingnya pengawasan terhadap pengadaan barang/jasa, APIP diharapkan dapat berperan untuk menurunkan tingkat kecurangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, dengan cara memberikan early warning

system terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa. Peran APIP seharusnya adalah sebagai qualiy assurance yaitu menjamin bahwa suatu kegiatan dapat berjalan secara efisien, efektif, sesuai dengan aturannya.

Merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjabarkan lebih lanjut bahwa kewenangan APIP untuk melakukan pengawasan intern atas penyelenggaran tugas dan fungsi instansi pemerintah melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Model PengawasanSecara spesifik, model yang dapat digunakan APIP dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengadaan

Page 15: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

15INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

barang/jasa pemerintah antara lain:

1. Probity advising, yaitu melakukan observasi, reviu dan memberikan panduan untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku dan memenuhi pronsip-prinsip yang telah ditetapkan. Dalam konsep probity advising maka internal auditor mendampingi proses pengadaan barang/jasa dan terlibat dalam menangani permasalahan yang ada. Di Indonesia model ini diterapkan melalui kegiatan reviu proses pengadaan barang/jasa yang pada intinya merupakan kegiatan pendampingan terhadap proses pengadaan barang/jasa yang sedang berlangsung pada

instansi pemerintah dengan tujuan untuk memberikan saran kepada instansi pemerintah dalam proses pengadaan barang/jasa seuai peraturan perundang-undangan.

2. Probity audit, yaitu audit yang dilakukan untuk memastukan bahwa proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan seara adil, akuntabel dan transparan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Probity audit lebih menekankan pada ketaatan prosedur, proses maupun sistem tetapi bukan pada outcome dan dilakukan setelah proses pengadaan selesai.

Perbedaan mendasar antara Probity advising dengan Probity audit dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Konsep Perbedaan antara Probity Advisi dengan Probity Audit.

Aspek Probity Audit Probity Advising

Kerangka Waktu

Bersifat backward-lookingBersifat forward-looking

Independensi Sangat Independen Kurang Independen

Metodologi Menggunakan Standar AuditMenggunakan Standar atau Pendekatan Sendiri

LayananMemberikan jasa assurance –menemukan pelanggaran dan mengawasi ketaatan

Memberikan jasa consulting – mengantisipasi dan mencegah pelanggaran

1. Pre-award audit/Audit pra-kontrak dapat didefinisikan sebagai alat yang dapat digunakan oleh petugas kontrak untuk memperoleh informasi dalam menentukan kewajaran dari biaya atau harga yang ditawarkan oleh pihak pemberi penawaran. Pre-award audit/Audit pra-kontrak,

adalah analisis rinci dari proposal, dan berisi informasi tentang dasar dan metode yang digunakan oleh pihak penyusun proposal, serta setiap perbedaan atas data harga biaya yang digunakan dalam penyusunan proposal (USAID, 1992). The Federal Acuistion Regulation

Page 16: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

16 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikel

(FAR) lebih jauh menyatakan bahwa “Pre-award audit/Audit pra-kontrak adalah evaluasi atas kemampuan calon kontraktor untuk melakukan kontrak yang diusulkan (FAR, 2005). Pre-award audit/Audit pra-kontrak dapat dilaksanakan sebelum penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa calon penyedia barang/jasa yang ditetapkan oleh unit

layanan pengadaan memilliki kelayakan/ kemampuan kerja dan keuangan untuk melaksanakan kontrak.

2. Progress Payment Audit dapat didefinisikan sebagai audit yang dilakukan untuk menentukan kesesuaian antara pembebanan biaya yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa dengan

kemajuan pekerjaan dan ketentuan yang berlaku.

Salah Satu bentuk penerapan audit

ini adalah audit atas eskalasi harga Pengadaan

Barang/Jasa.

3. Post audit, adalah

yang dilakukan setelah seluruh kegiatan yang diaudit

selesai dilaksanakan

untuk menilai kualitas dan nilai Pengadaan

Barang/Jasa yang diberikan oleh

penyedia barang/jasa. Dengan kata lain,

Post audit adalah audit yang dilakukan setelah tersedianya

asersi manajemen yang akan diverifikasi atau kejadian/

Page 17: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

17INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Penulis: Dede Sunardi, SH,MM(Auditor Madya Inspektorat I - Itjen Kemenkes)

pristiwa/transaksi telah selesai. Secara umum jenis audit inilah yang paling sering dilaksanakan APIP untuk mengawasi proses pengadaan barang/jasa. Audit ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Alternatif Pemilihan ModelDari beragam model sebagai makna

dipaparkan di atas, nampaknya model yang perlu dipelajari dan dikembangkan dalam upaya peningkatan fungsi APIP dalam pengawasan pengadaan barang dan jasa khususnya untuk memberikan early warning sytem pengadaan barang atau jasa adalah kegiatan Pre-award audit/Audit pra-kontrak. Audit ini dapat dilaksanakan sebelum penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa calon penyedia barang/jasa yang ditetapkan oleh unit layanan pengadaan memilliki kelayakan/ kemampuan kerja dan keuangan untuk melaksanakan kontrak, harga yang ditawarkan adalah wajar dan secara ekonomis menguntungkan negara serta proses pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. Setidaknya ada dua aspek penting dari audit pra-kontrak yaitu:- Merupakan upaya preventif

pencegahan timbulnya kerugian keuangan negara karena dilaksanakan sebelum penandatangan kontrak pengadaan barang/jasa.

- Merupakan peran APIP sebagai quality assurance dalam proses pengadaan barang/jasa.

Akhirnya dalam rangka mewujudkan pengawasan yang berkualitas oleh APIP, apapun tujuan utama dalam model pengawasan adalah untuk meningkatkan integritas pelayanan publik melalui efektifitas hasil audit atas proses engadaan Barang/Jasa yang berdasarkan pada peraturan dan prosedur pengadaan barang/jasa. Hal ini akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas serta untuk pencegahan terjadinya penyimpangan dan korupsi terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang/jasa.

Daftar Pustaka1. Agustinus Widarto (2009)

Pengawasan Internal Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo.

2. Angela Karista (2010) Pengawasan di Indonesia Jakarta, Rineka Cipta.

3. Subandi Wagimo (2011) Pentingnya Aspek Pengawasan Internal Bandung Informatika.

4. Suripto (2012) Peran Auditor dalam pengendalian PBJ, Jakarta Mediakata.

5. Waluyo (2011) Pedoman Probability Audit Jakarta, Setia Kawan.

6. Sukandar (2012) Manfaat Probabilitiy Audit Jakarta, Jakarta Mediakata.

7. http://nasional.kompas.com, diakses 19 November 2019.

Page 18: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

18 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikel

Pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dibagi ke dalam 3

tahapan yaitu perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pelaku yang berperan penting dalam pengadaan barang/jasa karena terlibat dalam seluruh tahapannya.

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui penyedia dilakukan dengan pelaksanaan kontrak. Pada pelaksanaan kontrak, bagian yang paling penting

adalah penyelesaian kontrak dan pembayaran prestasi pekerjaan karena menimbukan pembebanan pada keuangan negara. Penyelesaian kontrak memiliki banyak risiko; beberapa diantaranya adalah : a) pekerjaan yang belum selesai sampai dengan batas akhir penyelesaian pekerjaan dalam kontrak, b) barang yang diserahkan tidak sesuai spesifikasi dan/atau tidak sesuai volume dalam kontrak serta c) barang yang diserahkan belum sesuai persyaratan penerimaan (contoh : belum diinstal, belum uji fungsi dan belum dilakukan pelatihan pada user).

Panduan dalam Pemberian Kesempatan Penyelesaian Pekerjaan Pada Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah

Page 19: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

19INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Risiko pekerjaan belum selesai sampai dengan batas akhir penyelesaian pekerjaan memiliki peluang terjadi yang cukup besar dan berdampak signifikan terhadap operasional kegiatan satuan kerja. Atas dasar itu, PPK harus mempersiapkan mitigasi jika hal ini terjadi.

Pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan LKPP Nomor 9 Tahun 2018 terdapat ketentuan yang mengatur jika penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan kontrak berakhir. Ketentuan ini menjadi panduan bagi PPK dalam melakukan pengendalian kontrak dan dan bagi APIP dalam memberikan pendapat untuk mencegah kerugian negara.

Panduan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :1. PPK dapat memberikan kesempatan

penyelesaian pekerjaan jika PPK menilai bahwa penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan. Penilaian ini tentu perlu didukung dengan dokumentasi hasil penelitian pekerjaan yang dilengkapi dengan bukti-bukti yang memadai.

2. Pemberian kesempatan kepada penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan harus dimuat dalam adendum kontrak yang didalamnya mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada penyedia, dan perpanjangan jaminan pelaksanaan. Ketentuan ini menunjukkan bahwa :a. Penilaian kemampuan penyedia

dan keputusan pemberian kesempatan harus dilakukan selama kontrak masih berlaku agar dapat dilakukan adendum

kontrak.b. Setiap hari pemberian

kesempatan harus diperlakukan sebagai keterlambatan dan dikenakan denda.

c. Jaminan pelaksanaan harus diperpanjang sampai dengan akhir pemberian kesempatan

3. Kesempatan diberikan sampai paling lama 50 hari sejak berakhirnya kontrak. Durasi perpanjangan ini berkaitan dengan nilai Jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak yang dapat dicairkan, baik sebagian maupun seluruhnya jika :a. Penyedia tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan sampai dengan akhir pemberian kesempatan. Pada kondisi ini, jaminan pelaksanaan dicairkan seluruhnya dan penyedia diberikan sanksi dimasukkan dalam daftar hitam.

b. Penyedia dapat menyelesaikan pekerjaan namun tidak membayar denda keterlambatan. Pada kondisi ini, Jaminan Pelaksanaan dapat dicairkan sesuai dengan nilai denda keterlambatan yang tidak dibayarkan.

Penulis telah menemui beberapa kasus kegagalan penyedia menyelesaikan pekerjaan yang dilanjutkan dengan pemberian kesempatan, salah satunya adalah pengadaan Rapid Diagnostic Test Kit XXX Tahun Anggaran 2019 pada Direktorat ABC. Pada pengadaan tersebut, KPA dari satuan kerja bersangkutan meminta rekomendasi APIP dalam penetapan usulan sanksi daftar hitam. Uraian proses pengadaan

Page 20: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

20 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

artikeladalah sebagai berikut :1. Pemilihan penyedia

dilakukan melalui metode tender cepat. Tender Cepat yang menetapkan penyedia merupakan tender cepat ulang karena kegagalan tender cepat sebelumnya.

Analisis : adanya tender cepat ulang seharusnya menjadi penanda bagi PPK bahwa pengadaan ini mungkin “tidak menarik” atau “dikuasai oleh pihak-pihak tertentu”.

2. Kontrak pelaksanaan pekerjaan telah disusun dan berakhir tanggal 10 September 2019. Namun hingga akhir batas pelaksanaan, penyedia belum menunjukkan kemajuan pekerjaan (progress pekerjaan = 0%).

3. PPK memberikan kesempatan pada penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan namun tidak menyusun dokumen penelitian untuk menilai kemampuan penyedia menyelesaikan pekerjaan.

Analisis : kemajuan pekerjaan sebesar 0% seharusnya menjadi peringatan bagi PPK bahwa penyedia mungkin tidak bonafide dan memperkirakan bahwa penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan meskipun diberikan kesempatan.

4. Kesempatan penyelesaian pekerjaan diberikan selama 50 hari sampai dengan tanggal 30 Oktober 2019 namun tidak disusun suatu adendum yang menyatakan keterlambatan dan pengenaan denda keterlambatan.

5. Hingga tanggal akhir pemberian kesempatan, penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan kemajuan pekerjaan sebesar 0%. Atas dasar itu, PPK mengusulkan sanksi pencantuman dalam

Page 21: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

21INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Penulis:1. drg. Satrio Wicaksono, MPH (Auditor Muda Inspektorat III - Itjen Kemenkes)2. Dhany Assegaf, SE (Auditor Pertama Inspektorat III - Itjen Kemenkes)

daftar hitam kepada KPA dan KPA meminta Inspektorat Jenderal untuk menerbitkan rekomendasi pencantuman dalam daftar hitam.

6. Pencantuman dalam daftar hitam diikuti dengan pencairan jaminan pelaksanaan (Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 pasal 78 ayat (5) huruf d.). Kondisi ini menjadi tanggungjawab PPK, sehingga jika Jaminan Pelaksanaan tidak diperpanjang sebelum pemberian kesempatan dan tidak dapat

dicairkan setelah waktu pemberian kesempatan berakhir; maka PPK harus bertanggungjawab atas kewajiban tersebut.

Berdasarkan kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa PPK harus memperhatikan dan mempersiapkan mitigasi untuk risiko “pekerjaan belum selesai sampai dengan batas akhir penyelesaian pekerjaan”. Pemberian kesempatan dengan dasar niat baik dan upaya menjamin keberlangsungan program (yang membutuhkan hasil pengadaan) perlu mengikuti panduan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan LKPP Nomor 9 Tahun 2018. Kegagalan mengikuti panduan dapat mengakibatkan kerugian, baik bagi penyedia maupun bagi PPK yang lalai.

Referensi :1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun

2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

2. Peraturan LKPP Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

Page 22: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

22 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

A. PendahuluanKorupsi di Indonesia masih merupakan satu permasalahan serius yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Meskipun sudah banyak koruptor yang ditangkap dan dipenjarakan oleh aparat penegak hukum namun kejahatan pidana korupsi masih terbilang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey Transparency International (TI) dimana nilai Indek Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2018 berada di urutan 89 dari 180 negara dengan nilai sebesar 38. Bila dibandingkan dengan tahun 2017 posisi Indonesia mengalami perbaikan peringkat menjadi peringkat 96 dari 180 negara. Peningkatan tersebut cukup signifikan sampai 7 tingkat namun secara umum kejahatan tindak pidana korupsi di Indonesia masih memperihatinkan. Bahkan Indonesian Corruption Watch menyadur hasil survei Transparency International menyatakan dalam sepuluh tahun terakhir Indonesia tergolong pada kelompok negara yang tingkat korupsinya tinggi

1.

B. Pengertian KorupsiSecara etimologis, Fockema Andreae sebagaimana dikutif oleh Andi Hamzah menyatakan bahwa kata korupsi berasal dari kata latin yaitu corruptio atau corruptus yang itu berasal berasal pula dari kata corrumpere, suatu bahasa latin yang

MEMPERDAGANGKAN PENGARUH (TRADING IN INFLUENCE) SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEJAHATAN KORUPSI

1 Brigita P Manohara, Dagang Pengaruh (Trading In Influence) di Indoneisa, Rajawali Pers, Jakarta, 2017,

artikel

Page 23: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

23INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

lebih tua. Bahasa latin itulah turun ke banyak Bahasa Eropa seperti Inggris, corruption, corrupt; Perancis, corruption; dan Belanda corruptive (korruptie). Dengan denikian dapat disimpulkan bahwa kata “korupsi” dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Belanda.

2 Secara umum pemahaman masyarakat terkait dengan korupsi memang hanya terbatas pada suap menyuap

dan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian negara saja. Dalam Kamus Hukum Dictionary of Law Complate Edition Hal 2.Disebutkan pengertian korupsi adalah “ Suatu bentuk tindak pidana dengan memperkaya

diri sendiri dengan melakukan penggelapan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan perekonomian negara; perbuatan melawan hukum dengan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan orang lain atau negara”.

3

Bila kita menengok kebelakang maka sejarah mencatat bahwa korupsi telah terjadi pada awal-awal peradaban manusia. Dari sejarah beberapa kerajaan besar zaman dulu seperti kerajaan Babylonia, Ibrani, India, Cina, Yunani, dan Romawi Kuno, korupsi seringkali muncul kepermukaan sebagai sebuah permasalahan. Hammurabi dari Babylonia yang naik tahta sekitar tahun 1200 SM memerintahkan kepada seorang gubernur provinsi untuk menyelidiki satu perkara penyuapan. Shamash, seorang Raja Assiria sekitar tahun 200 SM menjatuhkan hukuman pidana kepada seorang hakim yang menerima uang suap. Bahkan Hukum Hammurabi mengancam beberapa bentuk korupsi tertentu yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dengan hukuman mati. Di Indonesia korupsi terjadi sejak zaman raja-raja, zaman VOC atau penjajahan Belanja, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan, orde lama dan orde baru.

4

2 Ibid hal. 133 M. Marwan & Jimmy P , Kamus Hukum Dictionary of Law Complate Edition, Reality Publisher, Surabaya, hal 3844 Brigita P Manohara, Op.Cit, Hal 3

Page 24: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

24 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Tindak Pidana korupsi di Indonesia adalah salah satu kejahatan yang digolongkan sebagai bentuk kejahatan extra ordinary crime yang penanganannya juga harus dilakukan dengan pendekatan khusus bukan dengan cara biasa. Korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang bersifat luar biasa.

5

Guna menangani permasalahan korupsi yang merupakan kejahatan luar biasa tersebut, pemerintah Indonesia telah membentuk lembaga independen yang secara khusus menangani pemberantakan tindak pidana korupsi yang kita kenal dengan nama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

6

Sebagai lembaga antirasuah, KPK memiliki tugas Koordinasi

dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Selanjutnya dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait; melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

7

Namun dengan seperangakat tugas dan wewenang yang dimiliki, KPK belum mampu juga membersihkan Indonesia dari praktik korup oknum PNS, Pejabat Negara dan pengusaha hitam.

5 Penjelasan umum dalam Undang-Undang RI No.31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

6 https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-komisi-pemberantasan-korupsi

7 ibid

artikel

Page 25: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

25INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Kemajuan tehnologi dan informasi yang bermuara pada peningkatan ekonomi bangsa akan mendorong pertumbuhan pembangunan diberbagai sektor kehidupan manusia. Sejarah memperlihatkan bahwa semakin maju pembangunan suatu bangsa semakin meningkat pula kebutuhan hidup dan salah satu dampaknya dapat mendorong orang untuk melakukan kejahatan termasuk korupsi.

8

C. Pasal Pasal Korupsi Dalam KUHPDalam KUHP ketentuan tentang tindak pidana korupsi telah diatur secara terpisah dalam beberapa pasal pada tiga bab yaitu :

1. Bab VIII menyangkut kejahatan terhadap penguasa umum, yakti pada pasal 209 dan pasal 210

2. Bab XXI tentang perbuatan curang yakni pada pasal 387 dan 388

3. Bab XXVIII tentang kejahatan jabatan, yakni pada pasal 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435

Seluruh rumusan di atas dapat dikelompokan menjadi empat golongan tindak pidana (delik), yakni:

9

1. Kelompok tindak pidana penyuapan;

2. Kelompok pidana penggelapan;3. Kelompok pidana kerakusan

(knevelarij atau exortion);

4. Kelompok tindak pidana yang berkaitan dengan pemborongan, leveransir dan rekenan.

Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan dalam kata pengantar yang disampaikan pada Konverensi PBB mengenai Antikorupsi, United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) tahun 2003 menyebutkan bahwa korupsi menjadi wabah yang sangat berbahaya karena memiliki begitu banyak efek merusak terhadap masyarkat. Korupsi melemahkan demokrasi dan supremasi hukum (the rule of law), menyebabkan terjadinya pelanggaran hak azasi manusia, mengacaukan pasar, mengikis kualitas hidup dan membiarkan tumbuh subur kejahatan terorganisasi, terosisme dan ancaman -ancaman lain terhadap kemanan umat manusia.

10

D. Pengertian Dan Contoh Kasus Trading In Influance

Dampak korupsi bukan hanya dirasakan oleh bangsa Indoneisa namun juga dirasakan oleh hampir seluruh negara di dunia. Kemiskinan dan kesenjangan sosial muncul akibat dari praktik korupsi yang bukan hanya mengerogoti keuangan negara namun juga bisa meruntuhkan ekonomi negara dan melumpuhkan demokrasi. Didasari oleh kesadaran kolektif akan bahaya korupsi dunia international sepakat membentuk komitmen bersama dalam

8 Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Rangka Pengembalian Kerugian Keuangan Negara, Prestasi

Pustaka, Jakarta, Th. 2009, hlm. 19 Brigita P Manohara, Op.Cit., Hal 5.

10 Mansur Kertayasa, Korupsi & Pembuktian Terbalik dari Perspektif Kebijakan Legislasi dan Hak Asasi Manusia,

Kencana, Jakarta , 2017, Hal.2

Page 26: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

26 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

pemberantasan korupsi. Perwujudan dari komitmen tersebut ditandai dengan disahkannya United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) dalam Konferensi Tingkat Tinggi tanggal 9-11 Desember 2003, di Merida,Mexico. Tiga tahun setelah itu, pada 19 September 2006, Indonesia kemudian meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun2006.

11

Pada tanggal 10 sampai dengan 14 Desember 2006 setelah tiga tahun disahkannya UNCAC, atas inisiatif politik negara-negara yang telah meratifikasi konvensi tersebut menyelengarakan Conference of States Party (CoSP) di Jordan- Dead Sea. Konferensi perdana ini menghasilkan 8 resolusi penting, salah satunya review of implementation yang menjadi perbincangan penting di tingkat nasional. Sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi hasil UNCAC, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menyinergikan dan mengharmonisasikan UNCAC sebagai standar umum pembentukan kebijakan hukum nasional pemberantasan korupsi. Hal ini menjadi penting sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen Indonesia dalam memerangi korupsi dalam kancah global.

12

Dalam tahapan selanjutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang

dikunjungi oleh negara peserta lainnya untuk meninjau bagaimana pelaksanaan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai rekomendasi UNCAC. Pemantauan yang dilakukan oleh negara Uzbekistan dan United Kingdom menemukan banyak kelemahan yang mesti dibenahi, salah satunya adalah belum dimasukannya norma- norma UNCAC dalam hukum positif di Indonesia. Salah satu klausul dari peninjauan tersebut menyangkut dorongan untuk menerapkan norma UNCAC ke dalam hukum nasional pemberantasan korupsi, yakni: Pasal 18 UNCAC tentang trading in influence (memperdagangkan pengaruh), di mana sampai saat ini Indonesia belum juga menerapkan pengaturan trading in influence dalam hukum positifnya.

13

Suap merupakan salah satu jenis tindak pidana korupsi yang paling dikenal oleh masyarakat umum, karena praktik suap ini terjadi mulai dari level birokrasi atas sampai bawah. Pemberian suap yang dilakukan seseorang kepada pejabat negara atau pegawai negeri bertujuan untuk mempengaruhi agar tujuan atau keinginan yang mau dicapai oleh orang tersebut dapat terwujud. Delik suap diatur dalam pasal 12 a UU No.31 tahun 1999.

Selain suap, ada pula suatu tindakan yang mirip dengan suap namun mungkin belum banyak dimengerti

11 Donal Fariz, Almas Sjafrina, Erna Purnama Sari, Wahyu Nandang Herawan, Kajian Implementasi Aturan

Trading in Inf uence Dalam Hukum Nasional, Indonesia Corruption Watch, Jakarta, 2014. Hal. 1512

Ibid hal.1613 Ibid Hal. 16

artikel

Page 27: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

27INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

orang awam secara umum maupun mahasiswa hukum pada umumnya. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan sebutan Perdagangan Pengaruh atau dalam bahas asing sering disebut dengan Trading in Influence,Traffic of Influence, Influence Peddling, Undue Influence atau Influence Market.

14

Istilah memperdagangkan pengaruh (trading in influence) mengacu pada hasil Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Korupsi Tahun 2003 (United Nations Convention Againts Corruption 2003 atau UNCAC) di Merida, Mexico.

Dalam pasal 18, UNCAC mendefinisikan “trading in influence” sebagai berikut, Each State Party shall consider adopting such legislative and other measures as may be necessary to establish as criminal offences, when committed intentionally:

1. “The promise, offering or giving to a public official or any other person, directly or indirectly, of an undue advantage in order that the public official or the person abuse his or her real or supposed influence with a view to obtaining from an administration or public authority of the State Party an undue advantage for the original instigator of the act or for any other person”.

2. The solicitation or acceptance by a public official or any other person, directly or indirectly, of

an undue advantage for himself or herself or for another person in order that the public official or the person abuse his or her real or supposed influence with a view to obtaining from an administration or public authority of the State Party an undue advantage.

Dapat diartikan:

Setiap Negara Pihak dapat mempertimbangkan untuk mengambil tindakan tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan kejahatan pidana, apabila dilakukan dengan sengaja :1. 1. Janji, penawaran atau

pemberian kepada pejabat publik atau orang lain siapa pun, secara langsung atau tidak langsung, manfaat yang tidak semestinya agar pejabat publik atau orang tersebut menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau yang dianggap ada dengan maksud memperoleh dari pejabat publik suatu manfaat yang tidak semestinya untuk kepentingan penghasut yang sebenarnya dari tindakan tersebut atau untuk orang lain siapa pun;

2. 2. Permintaan atau penerimaan oleh pejabat publik atau orang lain siapa pun, secara langsung atau tidak langsung, manfaat yang tidak semestinya untuk dirinya atau untuk orang lain agar pejabat public atau orang tersebut menyalahgunakan pengaruhnya yang nyata atau

14 Andreas Nathaniel, Anotasi Putusan Tindak Pidana Korupsi, MaPPI FHUI, Jakarta, Th.2015, hal.4

Page 28: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

28 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

dianggap ada dengan maksud memperoleh dari pejabat publik, suatu manfaat yang tidak semestinya.

Pembicaraan terkait trading infuence sudah dilakukan beberapa tahun sebelum UNCAC tepatnya sejak tahun 1993 dalam ajang Council of Europe’s Criminal Convention on Corruption ( CEO Convention). Sampai saat ini ada 43 negara yang telah meratifikasi CEO Convention khususnya mengenai trading in influence. Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi UNCAC namun belum merumuskannya dalam Undang Undang Tindak Pidana Korupsi yang berlaku saat ini.

15

Meskipun praktik memperdagangkan pengaruh (trading in influence) belum diatur dalam norma hukum positif namun jenis kejahatan korupsi ini sudah banyak terjadi di Indonesia. Salah satu kasus trading in influence yang cukup menarik perhatian public dan sudah berkekuatan hukum tetap adalah kasus yang melibatkan bekas ketua PKS Luthfi Hassan Ishaaq (LHI). Kasus ini mencuat diawali adanya operasi tangkap tangan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Fatanah yang merupakan orang kepercayaan LHI.

Terhadap praktik memperdagangkan pengaruh (trading in influence) ini, LHI telah dinyatakan bersalah mulai dari

tingkat pengadilan negeri sampai pada tingkat Makamah Agung. Luthfi Hassan Ishaaq dinyatakan terbukti melanggar pasal 12 a Jo 55 ayat (1) dengan pidana 16 tahun penjara dan denda 1 Milyar yang kemudian ditingkat kasasi hukuman pidananya ditambah menjadi 18 tahun penjara dan denda 1 Milyar.

Vonis bersalah terhadap LHI ini kemudian menjadi pembicaraan dikalangan ahli hukum, beberapa ahli hukum berpendapat bahwa LHI tidak layak dikenakan pidana karena pada dasarnya kejahatan trading in influence ini belum diatur dalam hukum positif di Indonesia. Bahkan Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan mengkritik vonis hakim terhadap (mantan) Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hassan Ishaq. Bagir menilai putusan itu tidak akurat.

16

Luthfi Hassan Ishaq (LHI) dalam kasus ini telah secara nyata telah memperdagangakan pengaruh dengan menjanjikan kepada Maria Elizabeth Liman (MEL) untuk mempertemukan dengan Suswono selaku Menteri Pertanian pada saat itu. Dengan harapan agar kuota import daging sapi yang selama ini sudah dimiliki oleh perusahaan MEL dapat ditambah lagi jumlah kuotanya. Dalam hal ini kekuasaan untuk menentukan jumlah kuota daging sapi sapi bukan pada LHI, tetapi pada Menteri Pertanian, namun LHI menjanjikan akan mempengaruhi

15 Brigita P Manohara, Op.Cit., Hal 7.16

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5380ced290a24/mantan-ketua-ma-kritik-vonis-luthfi-hasan

artikel

Page 29: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

29INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Menteri Pertanian dengan syarat MEL mau memberikan sejumlah uang yang diminta oleh pihak LHI.

E. Peran Auditor Dalam Mengantisipasi Praktik Trading In Influence

Sistem pengendalian yang dibangun oleh satuan kerja mestinya dapat memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sudah mengantisipasi sebuah fraud, salah satunya adalah fraud dalam bentuk trading in influence. Wewenang yang dimiliki oleh pejabat di lembaga pemerintah termasuk di lingkungan Kementerian Kesehatan yang dapat diperjual belikan. Misalnya saat rektrutmen pegawai, ada calo yang menawarkan

kepada pendaftar untuk membantu agar bisa lolos dalam seleksi penerimaan pegawai karena dia dekat dengan pejabat di lembaga pemerintah tersebut. Dengan meminta sejumlah imbalan lalu calo tersebut mempengaruhi pejabat agar menerima orang yang dijanjikan tersebut, bisa saja calo tersebut adalah istri/suami, saudara atau teman dekat dari pejabat tersebut. Auditor selaku pemberi jaminan yang memadai terhadap kehandalan sistem pengendalian yang dibangun oleh satuan kerja mesti memiliki pemahaman terhadap bentuk fraud semacam ini, sehingga bisa melakukan tindakan prenventif dalam mengendalikan risiko yang muncul

Page 30: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

30 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

dalam suatu kegiatan yang rentan terhadap praktik jual beli pengaruh ini.

Sesuai standar Audit Aparatur Pengawas Internal Pemerintah peran auditor bukan hanya memberikan assurance namun juga memberikan consulting dalam bentuk pembinaan atau pendampingan. Dalam menjalankan peran pembinaan ini, auditor dapat memasukan issu atau materi terkait trading in influence kedalam materi- materi pendidikan anti korupsi sehingga dapat disadari bahwa praktik trading in influence merupakan bagian dari tindakan pidana korupsi. Dengan memberikan pengetahuan yang tepat, maka diharapkan orang-orang yang terkait dengan kegiatan disatuan kerja masing-masing memiliki tinggkat kewaspadaan yang lebih baik dalam mengidentifikasi atau mengantisipasi praktik trading in influence yang mungkin saja terjadi dalam kegiatan yang dilaksanakannya. Selama ini masyarakat ataupun aparatur sipil negara mungkin belum menyadari bahwa tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi, sehingga auditor memiliki peran yang sangat strategis melalui fungsi konsultasi yang dilakukan melalui pendampingan atau pelatihan/pendidikan budaya anti korupsi guna menginformasikan dan menyadarkan bahwa praktik trading in influence tersebut adalah bagian dari tindak pidana korupsi.

REFERENSI :1. Andreas Nathaniel, Anotasi Putusan

Tindak Pidana Korupsi, MaPPI FHUI, Jakarta, Th.2015

2. Brigita P. Manohara, Dagang Pengaruh (Trading In Influence) di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2017.

3. Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Rangka Pengembalian Kerugian Keuangan Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009.

4. Donal Fariz, Almas Sjafrina, Erna Purnama Sari, Wahyu Nandang Herawan, Kajian Implementasi Aturan Trading in Influence Dalam Hukum Nasional, Indonesia Corruption Watch, Jakarta, 2014.

5. Mansur Kertayasa, Korupsi & Pembuktian Terbalik dari Perspektif Kebijakan Legislasi dan Hak Asasi Manusia, Kencana, Jakarta, 2017

6. M. Marwan & Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complate Edition, Reality Publisher, Surabaya.

7. Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Cetakan ke-32, Jakarta, 2016.

Peraturan Perundang-undangan1. Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana/KUHP2. UU No 7 Tahun 2006 tentang

Pengesahan UNCAC 20033. UU No. 31 tahun 1999 Jo UU 20

Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi

Penulis : Kadek Pandreadi, S.Pd.,MM.,C.FrA(Auditor Madya Inspektorat Investigasi - Itjen Kemenkes)

artikel

Page 31: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

31INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Suatu pekerjaan yang senantiasa dikerjakan terus menerus ataupun berulangkali, tidak menjamin bahwa pekerjaan tersebut luput dari distorsi

ataupun pengabaian terhadap suatu standar. Demikianpun hal nya dengan pekerjaan audit yang menjadi tugas fungsi auditor. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme untuk menjamin bahwa suatu standar dilaksanakan, guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan audit telah sesuai dengan standar audit.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah telah mengamanatkan bahwa untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala dilaksanakan telaahan sejawat, yang disusun oleh organisasi profesi auditor. Disamping itu juga untuk meraih Internal Audit Capability Model (IA-CM) level tiga atau level yang lebih tinggi, salah satu kewajibannya adalah melaksanakan telaah sejawat. IACM adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan untuk pengawasn intern yang efektif di sektor publik.

IACM menggambarkan jalur evolusi untuk organisai sektor publik dalam

menggembangkan pengawasan internn yang efektif untuk memenuhi persyarat tata kelola organisasi dan harapan professional. IACM menunjukan langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat, efektif, kapabilitas pengawasan intern umumnya, terkait dengan organisasi yang lebih matang dan kompleks. IA-CM dibagi menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu level initial (1), level infrastructure (2), level integrated (3), level managed (4) dan level optimizing (5).

Lima Tingkatan Kapabilitas dalam IA-CM

Level 1 (Initial) memiliki karakteristik diantaranya, Ad hoc atau tidak terstruktur; Hanya melakukan audit saja atau review dokumen dan transaksi untuk akurasi dan kepatuhan; Output (Keluaran) tergantung pada keterampilan orang tertentu memegang posisi; Tidak ada praktek profesional yang dilaksanakan; Persetujuan anggaran oleh manajemen K/L/P, sesuai kebutuhan; Tidak adanya infrastruktur; APIP kurang diperhitungkan; dan Kemampuan kelembagaan tidak dikembangkan.

Level 2 (Infrastructure) memiliki karekteristik diantaranya, APIP membangun dan memelihara proses secara berulang-ulang dengan demikian

Telaah Sejawat:Sebuah Keniscayaan Professional Auditor

Page 32: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

32 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

kemampuan akan meningkat; APIP telah memiliki aturan tertulis mengenai pelaporan kegiatan pengawasan intern, infrastuktur manajemen dan administrasi, serta praktek profesional dan proses yang sedang dibangun; Perencanaan audit ditentukan berdasarkan prioritas manajemen; Masih ketergantungan pada keterampilan dan kompetensi dari orang-orang tertentu; dan Penerapan standar masih parsial.

Level 3 (Integrated) memiliki karakteristik diantaranya, Kebijakan, proses, dan prosedur di APIP telah ditetapkan, didokumentasikan, dan terintegrasi satu sama lain dan merupakan infrastruktur organisasi; Manajemen serta praktik profesional

APIP telah mapan dan seragam diterapkan di seluruh kegiatan pengawasan intern; Kegiatan pengawasan intern mulai diselaraskan dengan bisnis organisasi dan risiko yang dihadapinya; APIP berevolusi dari hanya melakukan kegiatan secara tradisional menjadi mengintegrasikan diri sebagai kesatuan organisasi dan memberikan saran terhadap kinerja dan manajemen risiko; Fokus pada membangun tim dan kapasitas kegiatan pengawasan intern dan independensi serta objektivitasnya; dan Secara umum sesuai dengan Standar.

Level 4 (Managed) memiliki karakteristik diantaranya, Adanya keselarasan harapan APIP dan

artikel

Telaah Sejawat: Sebuah Keniscayaan Professional Auditor

Suatu pekerjaan yang senantiasa dikerjakan terus menerus ataupun berulangkali, tidak menjamin bahwa pekerjaan tersebut luput dari distorsi ataupun pengabaian terhadap suatu standar. Demikianpun hal nya dengan pekerjaan audit yang menjadi tugas fungsi auditor. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme untuk menjamin bahwa suatu standar dilaksanakan, guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan audit telah sesuai dengan standar audit.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah telah mengamanatkan bahwa untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala dilaksanakan telaahan sejawat, yang disusun oleh organisasi profesi auditor. Disamping itu juga untuk meraih Internal Audit Capability Model (IA-CM) level tiga atau level yang lebih tinggi, salah satu kewajibannya adalah melaksanakan telaah sejawat. IACM adalah suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan untuk pengawasn intern yang efektif di sektor publik.

IACM menggambarkan jalur evolusi untuk organisai sektor publik dalam menggembangkan pengawasan internn yang efektif untuk memenuhi persyarat tata kelola organisasi dan harapan professional. IACM menunjukan langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat, efektif, kapabilitas pengawasan intern umumnya, terkait dengan organisasi yang lebih matang dan kompleks. IA-CM dibagi menjadi 5 (lima) tingkatan, yaitu level initial (1), level infrastructure (2), level integrated (3), level managed (4) dan level optimizing (5).

Lima Tingkatan Kapabilitas dalam IA-CM

Page 33: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

33INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

stakeholder kunci; Memiliki ukuran kinerja kuantitatif untuk mengukur dan memantau proses dan hasil pengawasan intern; APIP diakui telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi; Fungsi pengawasan intern sebagai bagian integral dari tata kelola organisasi dan manajemen risiko; APIP adalah unit usaha yang dikelola dengan baik. Risiko diukur dan dikelola secara kuantitatif; Adanya persyaratan keterampilan dan kompetensi dengan kapasitas untuk inovasi dan berbagi pengetahuan (dalam APIP dan seluruh organisasi).

Level 5 (Optimizing) memiliki karakteristik diantaranya APIP adalah Agen Perubahan dan organisasi pembelajar dengan proses perbaikan yang berkesinambungan dan inovasi; APIP menggunakan informasi dari dalam dan luar organisasi untuk berkontribusi untuk mencapai tujuan strategis; Kinerja kelas dunia (world- class)/recommended/best practice; APIP adalah bagian penting dari struktur tata kelola organisasi K/L/P; APIP masuk kategori organisasi top-level yang Profesional dan memiliki keterampilan terspesialisasi; dan Ukuran kinerja individu, unit, dan organisasi sepenuhnya terintegrasi untuk mendorong peningkatan kinerja.

Prinsip yang mendasari dilakukanya IA-CM adalah, pengawasan intern merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari tata kelola yang efektif di sektor publik; tiga variabel yang harus dipertimbangkan saat menilai tingkat kapabilitas suatu APIP adalah kegiatan pengawasan intern itu sendiri, organisasi dimana APIP itu berada, dan lingkungan sektor publik secara keseluruhan; dan Sebuah organisasi

memiliki kewajiban untuk menentukan tingkat kapabilitas optimal pengawasan intern untuk mendukung tata kelola yang dibutuhkan dan untuk mencapai dan mempertahankan kemampuan yang diinginkan

Telah SejawatSejalan dengan hal tersebut

Asosiasi Audior Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) telah menerbitkan pedoman telaah sejawat ekstern, yang dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan efektivitas kegiatan pengawasan di lingkungan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Pedoman tahun 2019 tersebut merupakan revisi dari pedoman sebelumnya tahun 2014 yang dibuat untuk mengikuti perkembangan kekinian dari praktik professional auditor intern pemerintah.

Tujuan pelaksanaan telaah sejawat yang pertama adalah mendorong kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan definisi pengawasan intern dan standar serta penerapan kode etik oleh auditor, kedua meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pengawasan intern termasuk pemenuhan harapan pemangku kepentingan, dan yang ketiga adalah mengidentifikasi peluang untuk peningkatan (opportunities for improvement).

Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Nomor Kep-43/AAIPI/DPN/2019 Tentang Pedoman Telaah Sejawat Ekstern Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, mengatur tentang penggunaan pedoman sebagai panduan dalam mengoordinasikan dan melaksanakan telaah sejawat ekstern antar APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah

Page 34: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

34 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Daerah, dan juga dapat menjadi dasar penyusunan pedoman penilaian intern atas kualitas pengawasan intern di lingkungan APIP masing-masing.

Kerangka Fikir Telaah SejawatDalam rangka menanamkan penjaminan kualitas dan peningkatan berkelanjutan ke dalam kegiatan pengawasan intern, maka Kerangka Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada dasarnya kegiatan pengawasan intern terbagi menjadi tiga elemen utama yang diatur dalam pedoman telaah sejawat eksterna yaitu governance (tata kelola), professional practice (praktik profesional), dan communication (komunikasi). Elemen pertama Tata kelola mencakup tata kelola pengawasan intern, piagam pengawasan intern, independensi dan objektivitas, sistem pengendalian intern, manajemen risiko, kode etik, dan pengelolaan sumber daya. Pada

mendukung tata kelola yang dibutuhkan dan untuk mencapai dan mempertahankan kemampuan yang diinginkan

Telah Sejawat Sejalan dengan hal tersebut Asosiasi Audior Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) telah menerbitkan pedoman telaah sejawat ekstern, yang dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan efektivitas kegiatan pengawasan di lingkungan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Pedoman tahun 2019 tersebut merupakan revisi dari pedoman sebelumnya tahun 2014 yang dibuat untuk mengikuti perkembangan kekinian dari praktik professional auditor intern pemerintah.

Tujuan pelaksanaan telaah sejawat yang pertama adalah mendorong kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan definisi pengawasan intern dan standar serta penerapan kode etik oleh auditor, kedua meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pengawasan intern termasuk pemenuhan harapan pemangku kepentingan, dan yang ketiga adalah mengidentifikasi peluang untuk peningkatan (opportunities for improvement).

Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Nomor Kep-43/AAIPI/DPN/2019 Tentang Pedoman Telaah Sejawat Ekstern Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, mengatur tentang penggunaan pedoman sebagai panduan dalammengoordinasikan dan melaksanakan telaah sejawat ekstern antar APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, dan juga dapat menjadi dasar penyusunan pedoman penilaian intern atas kualitas pengawasan intern di lingkungan APIP masing-masing.

Kerangka Fikir Telaah SejawatDalam rangka menanamkan penjaminan kualitas dan peningkatan berkelanjutan ke dalam kegiatan pengawasan intern, maka Kerangka Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas dapat digambarkan sebagai berikut:

elemen kedua Praktik Profesional mencakup peran dan tanggung jawab, perencanaan pengawasan berbasis risiko, perencanaan penugasan pengawasan, kecakapan dan kecermatan profesional, pelaksanaan penugasan pengawasan, dan penjaminan kualitas. Dan pada elemen ketiga tentang Komunikasi mencakup komunikasi hasil pengawasan, tindak lanjut hasil pengawasan, dan komunikasi dengan stakeholders.

Penerjemahan lebih lanjut atas ketiga elemen, aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian telaah sejawat dijabarkan menjadi 70 (tujuh puluh) pertanyaan dengan masing-masing terdapat pembobotan, langkah kerja, dan kriteria penilaian dengan skala penilaian mulai dari nol sd seratus, dan NA (untuk keadaan tertentu yang tidak dimiliki dan juga tidak mempengaruhi nilai akhir), dengan muatan pokok mengenai:

artikel

Page 35: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

35INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

1. Standar AtributStandar Atribut mencakup beberapa hal yaitu:a. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung

Jawab APIP (Audit Charter) Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar audit charter.

b. Independensi dan Objektivitas Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar independensi APIP (Organisational Independence), interaksi langsung dengan pimpinan APIP, peran pimpinan APIP diluar kegiatan pengawasan intern, objektivitas auditor (individual objectivity), dan kendala terhadap independensi atau objektivitas.

c. Kompetensi dan Kecermatan Profesional.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar kompetensi auditor, kecermatan professional auditor, dan pengembangan professional berkelanjutan.

d. Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar penetapan pedoman terkait program pengembangan dan penjaminan kualitas, penilaian intern secara berkala terhadap semua aspek kegiatan pengawasan intern (peer reviu antar inspektorat), penilaian ekstern terhadap semua aspek kegiatan pengawasan intern/telaah sejawat eksternal).

2. Standar Pelaksanaana. Mengelola Kegiatan Audit Intern.

Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar perencanaan, komunikasi dan persetujuan, pengelolaan sumber

daya, kebijakan dan prosedur, koordinasi dan penyandaran, Laporan kepada Pimpinan Auditi dan Pimpinan K/L/D

b. Sifat Dasar Pekerjaan.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar tata kelola sektor publik, pengelolaan risiko, dan pengendalian.

c. Perencanaan Penugasan.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar tujuan penugasan, ruang lingkup penugasan, alokasi sumber daya penugasan, dan program kerja penugasan.

d. Pelaksanaan Penugasan.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar pengidentifikasian informasi, analisis dan evaluasi, pedokumentasian informasi, dan supervisi penugasan.

e. Komunikasi Hasil Penugasan.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar kriteria komunikasi, kuaitas komunikasi, kesalahan dan kealpaan, penggunaan frasa, dan penyampaian hasil penugasan.

f. Pemantauan Tindak Lanjut.Pada aspek ini, yang menjadi fokus pertanyaan seputar prosedur pemantauan tindak lanjut, dan penerimaan komunikasi risiko.

Disamping kertas kerja penilaian telaah sejawat berupa daftar pertanyaan penilaian kesesuaian dengan standard tersebut, terdapat juga quesioner mengenai penerapan kode etik profesional auditor dengan sasaran kepada auditor, dan questioner mengenai pengukuran efektivitas dan efisiensi kinerja dengan sasaran

Page 36: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

36 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

kepada instansi yang menjadi objek pengawasan/audit. Selanjutnya bila ditelusur lebih lanjut dalam kertas kerja penilaian telaah sejawat, terdapat pula beberapa pertanyaan terkait pelaksanaan dudit dengan sasaran pejabat internal di Inspektorat Jenderal.

Hasil Penilaian Telaah SejawatHasil akhir telaah sejawat meliputi

dua jenis hasil penilaian, yaitu simpulan penilaian tingkat kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan standard dan pengungkapan area-area yang perlu diperbaiki/ditingkatkan oleh APIP (area for improvement).

Simpulan untuk masing-masing kategori standar dihitung berdasarkan rata-rata persentase dari tiap pertanyaan. Nilai akhir keseluruhan menunjukkan tingkat kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan standar, yang dikelompokan ke dalam 5 (lima) kategori simpulan berikut:

KRITERIA KATEGORI SIMPULAN

TINGKAT KESESUAIAN DENGAN STANDAR KATEGORI

90-100% Sangat Baik

80-89% Baik

65-79% Cukup

55-64% Kurang

0-54% Sangat Kurang

Interpretasi Penilaian Kategori simpulan penilaian sangat baik diinpretasikan bahwa Tata kelola, praktik profesional, dan komunikasi APIP telah dirancang secara memadai dan dijalankan secara efektif sesuai dengan standard audit. APIP telah memiliki struktur, kebijakan, dan prosedur pengawasan intern yang diperlukan

secara memadai dan telah dijalankan secara konsisten dalam organisasi dan pelaksanaan pengawasan intern APIP. Pada kondisi ini masih memungkinkan terdapat ruang untuk perbaikan/penyempurnaan yang bersifat minor.

Selanjutnya untuk penialaian baik diinterpretasikan bahwa Tata kelola, praktik profesional, dan komunikasi APIP telah dirancang dengan memadai dan sebagian besar telah dijalankan secara efektif sesuai dengan standar audit. APIP memiliki struktur, kebijakan, dan prosedur pengawasan intern yang diperlukan secara memadai dan sebagian besar telah dijalankan secara konsisten dalam organisasi dan pelaksanaan pengawasan intern APIP. Simpulan baik ini memungkinkan terdapat ruang untuk perbaikan/penyempurnaan khususnya dalam hal konsistensi implementasi standar audit di sejumlah kecil area.

Sementara untuk simpulan penilaian cukup diinpretasikan bahwa Tata kelola, praktik profesional, dan komunikasi APIP telah dirancang dengan cukup memadai dan sebagian telah dijalankan secara efektif sesuai dengan standar audit. APIP memiliki struktur, kebijakan, dan prosedur pengawasan intern yang diperlukan dengan cukup memadai, namun sebagian belum dijalankan secara konsisten dalam organisasi dan pelaksanaan pengawasann intern APIP. Simpulan cukup menggambarkan masih terdapat sejumlah ruang untuk perbaikan/penyempurnaan rancangan struktur, kebijakan, dan prosedur pengawasan intern serta implementasinya di sebagian area. Kekurangan yang ada mungkin sebagian tidak ada dalam kendali APIP, sehingga

artikel

Page 37: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

37INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

perlu menjadi concern manajemen yang lebih tinggi atau pimpinan tertinggi organisasi.

Selanjutnya pengungkapan area-area yang perlu diperbaiki/ditingkatkan oleh APIP (area for improvement), berdasarkan hasil penilaian atas penerapan kode etik auditor, efisiensi dan efektivitas kegiatan pengawasan intern, dan tingkat pemenuhan harapan para pemangku kepentingan. Hasil penilaian atas ketiga hal di atas tidak diakumulasi ke dalam perhitungan penarikan simpulan telaah sejawat ekstern, melainkan berupa pengungkapan secara kualitatif berdasarkan hasil survei atau wawancara terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Selanjutnya simpulan dan pengungkapan area-area yang perlu diperbaiki/ditingkatkan tersebut disajikan dalam Laporan Hasil Telaah Sejawat baik antar inspektorat maupun antar Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga.

Metodologi Telaah SejawatMetodologi yang digunakan untuk

melaksanakan kegiatan telaah sejawat ekstern mencakup beberapa teknik survei, reviu dokumen, dan wawancara.Survei digunakan untuk memperoleh informasi umum dari pejabat/pegawai/pihak lain yang terkait, khususnya mengenai penerapan kode etik, efektivitas dan efisiensi kegiatan pengawasan intern, serta pemenuhan harapan pemangku kepentingan dan nilai tambah kegiatan pengawasan intern bagi klien/auditi dan organisasi. Apabila diperlukan, hasil survei akan ditindaklanjuti dengan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih relevan dan andal.

Reviu Dokumen dilakukan untuk memastikan bahwa proses kegiatan pengawasan intern telah sesuai dengan standar, kode etik dan menilai efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pengawasan intern antara lain dengan melakukana. reviu terhadap proses, laporan dan penilaian risiko; dan reviu terhadap kertas kerja, laporan dan rencana teknologi.

Sedangkan Interview/Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya atau memastikan kondisi sebenarnya dari hasil reviu dokumen yang telah dilakukan oleh Tim Penelaah.

Mekanisme Telaah Sejawat Antar Kementerian/Lembaga/Pemda

Telaah sejawat eksternal antar Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah diatur pelaksanaannya oleh AAIPI melalui pembahasan dan kesepakatan diantara para institusi pelaku penelaah dan institusi yang akan dilakukan telaah sejawat. Komite Telaah Sejawat mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan telaah sejawat ekstern antar-APIP setiap tahun. Untuk kepentingan peningkatan berkelanjutan kualitas pengawasan intern APIP, Telaah Sejawat oleh APIP lainnya (penilaian ekstern) dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun Pengaturan melalui Komite Telaah sejawat di AAIPI. Perlu difahami bahwa dalam pelaksanaan Telaah Sejawat tersebut tidak dilakukan secara resiprokal, artinya tidak saling menelaah.

Pengalaman Telaah Sejawat Kemenkes

Telah sejawat antar Kementerian/

Page 38: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

38 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Lembaga sudah dimulai sejak tahun 2016. Kemenkes telah turut berpartisipasi dalam pelaksanaan telaah sejawat tersebut sejak tahun 2017, dan pada tahun 2017 tersebut Itjen Kemenkes telah dilakukan telaah sejawat oleh Kementerian Perhubungan, dengn simpulan hasil sebesar 92,31 (Sangat Baik). Pada tahun 2017 pula Tim Itjen Kemenkes melakukan telaah sejawat ke Itjen Kementerian PU & PR dengan simpulan hasil sebesar 91,14 (Sangat Baik), dan selanjutnya pada tahun 2018 Itjen Kemenkes melaksanakan telaah sejawat ke Itjen Kementerian Luar Negeri dengan simpulan hasil sebesar 75,87 (Baik). Dan belum lama berselang di tahun 2019 ini Tim Itjen Kemenkes melakukan telaah sejawat ke Itjen Kementerian Pertahanan dengan simpulan hasil 87,03 (Baik).

Pelaksanaan Telaah Sejawat di lingkungan internal Itjen Kemenkes

Beberapa tahun lalu di lingkungan internal Itjen Kemenkes telah melakukan peer reviu (telaah sejawat) antar inspektorat. Sejatinya kegiatan telaah tersebut harus digiatkan kembali secara berkala (satu tahun sekali) antar inspektorat, dengan merujuk kepada Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Nomor Kep-43/AAIPI/DPN/2019 Tentang Pedoman Telaah Sejawat Ekstern Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, dan dalam rangka menghadapi pelaksanaan telaah sejawat yang akan dilakukan oleh Itjen Kementerian/Lembaga lain pada tahun 2022, disamping juga dalam upaya Kemenkes meningkatkan level IA-CM level yang lebih tinggi, dan juga menjaga bahwa pelaksanaan audit tetap sesuai standard audit.

Hal Pokok yang harus dipersiapkanHal utama yang akan dilakukan

penilaian dalam pelaksanaan telaah sejawat adalah terhadap 2 (dua) Laporan Hasil Auit (LHA). Pada masing-masing Inspektorat harus mempersiapkan dua LHA terbaiknya mulai dari Surat Tugas, Program Kerja Audit, Kertas Kerja Audit, , Bukti Pendukung, Draft Temuan, Reviu KKA (berjenjang dari Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu), Kendali Mutu Audit, Temuan Hasil Audit, Berita Acara Exit Meeting ataupun Kesepakatan, sampai dengan LHA final yang diterbitkan.

Pokok-pokok utama dalam penilaian intern atas kualitas kegiatan pengawasan intern dilakukan melalui dua cara yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu pemantauan berkelanjutan (on going monitoring) dan penilaian sendiri secara berkala (periodic self assessment). Pemantauan berkelanjutan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan kegiatan pengawasan intern sehari-hari dengan kode etik dan standar. Pemantauan berkelanjutan memberikan jaminan bahwa proses-proses pengawasan intern telah berjalan secara efektif untuk dapat menjaga kualitas setiap penugasan pengawasan intern. Pemantauan berkelanjutan dilakukan dengan senantiasa menjaga kesesuaian setiap penugasan pengawasan intern dengan standar, yaitu1. Perencanaan Penugasan, yang

mencakup pertimbangan dalam perencanaan, penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya, program kerja penugasan, evaluasi terhadap sistem pengendalian intern, dan evaluasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap

artikel

Page 39: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

39INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Penulis:Irwan Batusangkar(Auditor Madya Inspektorat II - Itjen Kemenkes)

peraturan perundangundangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).

2. Pelaksanaan Penugasan, yang mencakup mengidentifikasi informasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi, mendokumentasikan informasi, dan supervisi penugasan.

3. Komunikasi Hasil Penugasan, yang mencakup kriteria komunikasi hasil penugasan audit intern, kualitas komunikasi, metodologi, bentuk, isi, dan frekuensi komunikasi, tanggapan auditi, kesesuaian dengan standar audit, dan pendistribusian hasil audit intern.

4. Pemantauan Tindak Lanjut.Selanjutnya untuk menjaga kesesuaian setiap penugasan pengawasan intern dengan kode etik, maka dilakukan pemantauan berkelanjutan atas penerapan kode etik oleh auditor. dilakukan dengan menetapkan indikator-indikator kinerja yang diperlukan dan memantau pencapaiannya secara berkala. Setiap ditemukan adanya kelemahan-kelemahan dan/atau area-area untuk peningkatan (areas for improvement) pada proses pemantauan berkelanjutan harus segera ditindaklanjuti dan dilaporkan secara berkala.

Sementara itu untuk Penilaian sendiri secara berkala dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan kegiatan pengawasan intern dalam suatu periode dengan definisi pengawasan intern, kode etik, dan standar audit. Hasil penilaian sendiri secara berkala dan level kesesuaian yang dicapai

harus dilaporkan kepada Pimpinan APIP. Rencana aksi berikut jangka waktu penyelesaiannya juga harus disusun dalam rangka menindaklanjuti kelemahankelemahan dan/atau area-area peningkatan yang telah diidentifikasi.

Perpaduan proses pemantauan berkelanjutan dan penilaian sendiri secara berkala akan menjadi suatu struktur yang efektif untuk menjaga kesesuaian kegiatan pengawasan intern dan memperoleh peluang untuk peningkatan.

Lesson LearnDengan pelaksanaan telaah sejawat

ekstern antar Itjen Kementerian/Lembaga ataupun pelaksanaan telaah sejawat intern Itjen Kemenkes (antar inspektorat), banyak hal yang dapat dipetik, namun yang terpenting adalah bahwa dengan telaah sejawat tersebut, auditor akan selalu terjaga untuk melaksanakan tugas audit dalam koridor dan standar audit dan juga senantiasa meningkatkan profesionalisme.

Referensi:1. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

2. Keputusan Ketua Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Nomor Kep-43/AAIPI/DPN/2019 Tentang Pedoman Telaah Sejawat Ekstern Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Page 40: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

40 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Tanggal 13 Februari 2017 Kementerian Keuangan telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.09/2017 Tentang

Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pedoman ini bertujuan agar Laporan Keuangan yang disusun merupakan Laporan Keuangan yang andal dan akuntabel karena diselenggarakan berdasarkan pengendalian intern yang memadai.

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas dari pengelolaan keuangan negara. Untuk itu laporan keuangan harus disajikan secara andal agar dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Keandalan penyajian laporan keuangan amat tercermin dari penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan yang sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik.

Terdapat tiga unsur yang berperan dalam penerapan Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan, yaitu unit kerja, tim penilai, dan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Ketiga unsur pengendalian tersebut biasa dikenal dengan konsep Three Lines of Defense (Tiga Lapis Pertahanan) dalam PIPK, sebagaimana gambar berikut:

Konsep Three Lines of Defense dalam PIPK

Unit Kerja merupakan manajemen yang menerapkan Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan sepanjang waktu. Unit kerja merupakan lapis pertama dalam Pengendalian Intern yang bertugas untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penyajian Laporan Keuangan.

Tim Penilai merupakan bagian dari manajemen yang membantu manajemen pada setiap level organisasi dengan melakukan penilaian (pengujian) penerapan Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan. Tim penilai dapat berasal dari Satuan Pengawas Intern (SPI) Unit Kerja atau dapat Unit Kerja dapat

Revisi Peraturan Menteri Keuangan Tentang Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan dalam Rangka Penerapan PIPK yang Optimal dan Efisien

artikel

PENERAPAN PIPKUnit Kerja

PENILAIAN PIPKTim Penilai

REVIU PIPKAPIP

Page 41: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

41INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

menunjuk tim khusus. Unsur-unsur tim penilai yang ditunjuk dalam tim khusus harus dipastikan bukan merupakan tim penyusun laporan keuangan. Ketua tim penilai adalah seorang di bawah Kepala Unit Kerja.

APIP, dalam hal ini dilakukan oleh auditor Inspektorat Jenderal, bertugas melakukan reviu, memberikan konsultansi, dan asurans dalam penerapan Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan.

Tepat dua tahun setelah diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 14/PMK.09/2017 Tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri Keuangan menerbitkan PMK Nomor 17/PMK.09/2019 yang merevisi PMK Nomor 14/PMK.09/2017.

Pertimbangan revisi terhadap PMK tersebut antara lain:a. Mayoritas Kementerian Negara/

Lembaga belum melaksanakan sistem pengendalian intern secara memadai

b. Penilaian mempertimbangkan manfaat dan biaya serta efisiensi. Pertimbangan risiko sebagai dasar Penilaian PIPK.

Secara garis besar revisi PMK PIPK tersebut mencakup:

Page 42: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

42 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Terperinci, revisi PIPK tersebut adalah:

A. Penerapan PIPK

Dokumentasi Penerapan PIPK

PMK Nomor 14/PMK.09/2017 PMK Nomor 17/PMK.09/2019

Dituangkan dalam Tabel 2 (Identifikasi Risiko dan Pengendalian)

Dituangkan dalam Tabel A (Identifikasi Risiko dan Kecukupan Rancangan Pengendalian)

Disusun oleh Tim Penilai Disusun oleh Pemilik Proses Bisnis

Disusun pada Tahap Penilaian PIPK Disusun pada Tahap Penerapan PIPK

B. Penilaian PIPK

• Pelaksana Penilaian PIPK

PMK Nomor 14/PMK.09/2017 PMK Nomor 17/PMK.09/2019

Pasal 8 Pasal 8

Dalam rangka menjaga efektivitas penerapan PIPK, setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan, termasuk entitas pelaporan yang melakukan konsolidasi laporan keuangan, melaksanakan penilaian PIPK.

Dalam menjaga efektivitas penerapan PIPK, Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan melaksanakan Penilaian PIPK.

Entitas Akuntansi yang melaksanakan Penilaian PIPK ditetapkan oleh Entitas Pelaporan berdasarkan pertimbangan risiko.

• Pelaksanaan dan Periode Penilaian PIPK

PMK Nomor 14/PMK.09/2017 PMK Nomor 17/PMK.09/2019

Pasal 11 Pasal 10

Penilaian PIPK tingkat entitas dilaksanakan paling sedikit sekali dalam 2 (dua) tahun

Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Entitas :- dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali - pada tahun berikutnya dapat menggunakan hasil penilaian tahun sebelumnya apabila entitas dipandang tidak mengalami perubahan signifikan

Penilaian PIPK tingkat proses/transaksi dilaksanakan secara semesteran dan tahunan

Penilaian Pengendalian Intern Tingkat Proses/Transaksi dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun

artikel

Page 43: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

43INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

• Penyampaian Laporan Penilaian PIPK

PMK Nomor 14/PMK.09/2017 PMK Nomor 17/PMK.09/2019

Pasal 12 Pasal 10

Laporan hasil Penilaian PIPK disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum batas akhir penyampaian laporan keuangan

Penilaian dilaksanakan dalam rentang waktu tanggal1 September tahun berkenaan sampai dengan tanggal 15 Januari tahun berikutnya

Pasal 11

Laporan hasil Penilaian PIPK disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan Penilaian PIPK

Pasal 12 Pasal 11

Laporan hasil Penilaian PIPK disampaikan oleh Tim Penilai kepada: a. pimpinan entitas akuntansi akuntansi

dan/atau entitas pelaporan;b. APIP

Laporan hasil Penilaian PIPK disampaikan oleh Tim Penilai kepada: a. Pimpinan Entitas Akuntansi dan/atau

Entitas Pelaporan; b. Tim Penilai di atasnya secara

berjenjang

Laporan hasil Penilaian PIPK juga disampaikan oleh Tim Penilai secara berjenjang kepada Tim Penilai di atasnya.

Laporan hasil Penilaian PIPK disampaikan ke APIP :

- Tingkat UAPPA-E1- Tingkat UAPA

C. Reviu PIPK• Periode dan Penyampaian Hasil

Reviu PIPK

PMK Nomor 14/PMK.09/2017 PMK Nomor 17/PMK.09/2019

Pasal 19 Pasal 16

Pelaksanaan Reviu PIPK dilaksanakan pada bulan November tahun anggaran berjalan sampai dengan bulan Januari tahun anggaran berikutnya

Reviu PIPK dilaksanakan dengan metode uji petik (sampling) dan dilakukan paling lambat bersamaan dengan reviu LK K/L, LK BUN, atau LKPPDalam hal terdapat kondisi Reviu PIPK

tidak dapat dilaksanakan pada bulan tersebut, pelaksanaan Reviu PIPK dapat dilakukan sebelum reviu LK K/L, LK BUN, atau LKPP

Page 44: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

44 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Pasal 20 Pasal 17

Untuk setiap entitas akuntansi dan/ atau entitas pelaporan yang direviu, dibuat Catatan Hasil Reviu (CHR)

Untuk setiap Entitas Akuntansi dan/atau Entitas Pelaporan yang direviu, APIP menyusun CHR PIPK dan/atau LHR PIPK

CHR disampaikan kepada entitas akuntansi dan/ atau entitas pelaporan yang direviu paling lambat pada saat berlangsungnya pelaksanaan reviu LK K/L, LK BUN, dan LKPP

CHR PIPK dan/ atau LHR PIPK disampaikan kepada Entitas Akuntansi dan/ atau Entitas Pelaporan yang direviu paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan reviu

Dalam hal Entitas Pelaporan adalah UAPA atau UABUN, waktu penyampaian CHR PIPK dan/atau LHR PIPK bersamaan dengan waktu penyampaian Pernyataan Telah Direviu kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

Pasal 21

CHR merupakan dasar bagi APIP untuk membuat Pernyataan Reviu PIPK

APIP tidak lagi membuat Pernyataan Telah Direviu PIPK

Atas revisi PMK tersebut diharapkan PIPK dapat diterapkan secara optimal oleh seluruh satuan kerja pada Kementerian Kesehatan dan penerapannya tetap dilakukan secara efisien dan ekonomis.

Daftar Pustaka:1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

3. PMK 255/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.09/2017 Tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.09/2019 Tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, dan Reviu Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (PMK ini mencabut PMK Nomor 14/PMK.09/2017)

Penulis: Ghotama Airlangga, SKM, MKM(Auditor Muda Inspektorat II – Itjen Kemenkes)

artikel

Page 45: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

45INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Penulis: Juwita Puspita, S.I.Kom(Pranata Humas Ahli Pertama - Itjen Kemenkes)

Informasi berkala merupakan unsur yang penting di dalam suatu pelaksanaan program dan kebijakan kesehatan. Kementerian Kesehatan RI memberikan informasi melalui

media internal dan kegiatan PPID yang dikeluarkan setiap unit utama secara berkala. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan mengadakan Kompetisi Terbitan Berkala Internal Kementerian Kesehatan.INFORWAS edisi 2 Tahun 2018, yang dimiliki Inspektorat Jenderal berhasil mendapatkan peringkat harapan I kategori terbitan berkala kategori Majalah dan Buletin, yang diikuti oleh 68 terbitan berkala di lingkungan Kementerian Kesehatan. Ajang perlombaan ini dilakukan secara terbuka dan dinilai oleh juri independen selain dari pemilik program. Adapun kriteria yang menjadi penilaian dalam kompetisi ini adalah:

INFORWAS HANTARKAN ITJEN PADA POSISI KE-4 KOMPETISI TERBITAN BERKALA KATEGORI MAJALAH

• Penilaian Aspek Rubrikasi memiliki bobot penilaian 40% dengan sub penilaian: a) Korelasi Judul dengan Isi dan b) Bahasa dan Gaya Penulisan

• Penilaian Aspek Tatap Muka / Kover dengan bobot penilaian 30% dengan sub penilaian: a) Konsep Secara Keseluruhan, Komposisi Majalah dan ISSN / ISBN

• Penilaian Aspek Desain Dan Layout dengan bobot 30 % dengan sub penilaian: a) Korelasi Judul dengan Isi dan b) Bahasa dan Gaya Penulisan Layout Majalah dan Desain Majalah

Scanned by CamScanner

Page 46: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

46 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2019 (11-14 Februari 2019)

Peningkatan Kapasitas SDM Itjen Kemenkes (12-15 Maret 2019)

Pelantikan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan

(1 Februari 2019)

Reviu Laporan Kinerja Tahun 2018 (28-31 Januari 2019)

Rapat Kerja Pengawasan Tahunan Itjen Kemenkes

Tahun 2019 (26 Februari s.d 1 Maret 2019)

Rapat Koordinasi Pengawasan Itjen Kemenkes Tahun 2019

(31 Januari 2019)

Galeri Foto

Page 47: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

47INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Peringatan Hari Kartini Tahun 2019

(22 April 2019)

Evaluasi Implementasi SAKIP Kemenkes

(22-26 April 2019)

Pertemuan PMPRB Panel II Kemenkes Tahun 2019

(19 Maret 2019)

Pertemuan PMPRB Panel I Kemenkes Tahun 2019 (4 Maret 2019)

Pengukuhan Pengganti Antar Waktu Kedua Dewan Pengurus Korpri Kemenkes Masa Bakti 2017-2022 (16 April 2019)

Pelantikan Pejabat Pengawas dan Pejabat Fungsional Ahli Pertama Itjen Kemenkes (8 Mei 2019)

Page 48: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

48 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

e-Reviu Laporan Keuangan di Lingkungan Itjen Kemenkes

(Juli 2019)

Rapat Koordinasi Tim UPP Pungli Kemenkes

(16 Mei 2019)

Pertemuan Komunikasi Akhir (Exit Meeting) Pemeriksaan Laporan Keuangan Kemenkes TA 2018 (20 Mei 2019)

Reviu RKA-KL Pagu Anggaran Kemenkes TA 2020 (22-26 Juli 2019)

Public Hearing Revisi Pedoman Telaah Sejawat (23 Juli 2019)

Rapat Koordinasi Pengawasan Itjen Kemenkes Tahun 2019

(2-5 Juli 2019)

Rekonsiliasi Pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Itjen, BPK, dan BPKP (18-21 Juni 2019)

Galeri Foto

Page 49: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

49INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Perlombaan dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-74

Malam Penghargaan Publikasi dan Pelayanan Publik

Tahun 2019

(20 Agustus 2019)

Pertemuan Penguatan Program Kesehatan Pusat dan

Daerah

(12-14 Agustus 2019)

Telaah Sejawat AAIPI di Kementerian Pertahanan (2-6 September 2019)Pelantikan Pejabat Fungsional di Lingkungan Itjen

Kemenkes

(3 September 2019)

Upacara Peringatan HUT RI ke-74 (17 Agustus 2019)

Sosialisasi Sistem Informasi Perencanaan Pengawasan Berbasis Risiko (SIPPISKO) (29 Agustus 2019)

Telaah Sejawat AAIPI di Badan Pusat Statistik (BPS) (20 Agustus 2019)

Page 50: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

50 INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Sosialisasi dan Advokasi Pencegahan Kecurangan (Fraud) JKN (28-30 November 2019)

Pembukaan Pameran Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-55 (7-9 November 2019)

Monev Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan

(20-22 November 2019)

Diseminasi Petunjuk Pelaksanaan Joint Audit DAK Fisik

Bidang Kesehatan TA 2018 dan 2019

(8-10 Oktober 2019)

Pisah Sambut Menteri Kesehatan (24 Oktober 2019)

Pameran Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-55 Tahun 2019

(7-9 November 2019)

Evaluasi Program Pengawasan Tahun 2019 Inspektorat Jenderal (25 November 2019)

Galeri Foto

Page 51: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

51INFORWAS • EDISI II • TAHUN 2019

Workshop Penyusunan PKPT Berbasis Risiko (9-12 Desember 2019)

Evaluasi Revaluasi BMN di Lingkungan Kemenkes

(8-10 Desember 2019)

Pelantikan Pejabat Fungsional di Lingkungan Itjen Kemenkes (2 Desember 2019)

Workshop Satuan Kepatuhan Internal (SKI) Itjen Kemenkes

(12-14 Desember 2019)

Peningkatan Kapasitas Manajerial AoC Inspektorat Jenderal (6-8 Desember 2019)

Tabur Bunga Dalam Rangka

Hari Kesehatan Nasional ke-55

Collecting by:1. Lisa Yuliana, S.Pd (Analis Hubungan Masyarakat (JFU) - Itjen Kemenkes)2. Juwita Puspita, S.Ikom (Pranata Hubungan Masyarakat Ahli Pertama - Itjen Kemenkes)

Page 52: COVER DEPAN (FILE TERPISAH)Inspektur Investigasi PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Inspektorat Jenderal REDAKTUR Pemimpin Redaksi ... penanganan terhadap KLB Polio cVDPV Tipe 1 di Malaysia

COVER BELAKANG(FILE TERPISAH)