copy of makalah batik yes.docx
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Terima Kasih kami ucapkan berkat Rahmat dan Hidayah Tuhan Yang
Maha Kuasa, dalam rangka memenuhi tugas Mata Pelajaran Seni Budaya,
akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”BATIK
INDONESIA”. Tugas makalah ini memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui
pengertian Seni Budaya secara luas, serta peranan seni batik dalam kehidupan
bermasyarakat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri,
umumnya kepada para pembaca makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala
kekurangannya.
Lubuk Dalam, September
2012
Hormat Kami,
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiSejarah Batik............................................................................................................1
Jaman Majapahit..................................................................................................2Jaman Penyebaran Islam......................................................................................4
Batik Solo.........................................................................................................5Batik Yogyakarta............................................................................................6Batik Banyumas...............................................................................................7Batik Tegal.......................................................................................................8Batik Purworejo...............................................................................................9Batik Bayat.......................................................................................................9Batik Kebumen...............................................................................................10Batik Tasikmalaya..........................................................................................11Batik Ciamis..................................................................................................11
BATIK ASLI INDONESIA...................................................................................13Macam - Macam Batik dan Proses Pengerjaannya................................................14
1. Batik Klasik..................................................................................................14Proses Pembuatan Batik Klasik.....................................................................14
2. Batik Modern...............................................................................................17Proses Pembuatan Batik Modern...................................................................19
3. Batik Lukisan...............................................................................................19Proses Pembuatan Batik Lukis.......................................................................19
4. Batik Cetak / Printed Batik..........................................................................20Susunan Motif Batik..............................................................................................21
1. Unsur-unsur Motif Batik................................................................................21a. Ornamen Utama.........................................................................................23b. Ornamen tambahan....................................................................................23c. Isen-isen motif batik...................................................................................23
2. Penggolongan Motif Batik.............................................................................24a. Golongan geometris...................................................................................24b. Golongan non geometris............................................................................26
Bahan dan Alat-alat Membatik..............................................................................28Perlengkapan Membatik.....................................................................................28
Jenis Kain dalam Membatik...................................................................................36Kain kapas..........................................................................................................36
1) Kain mori...................................................................................................362) Kain kapas grey.........................................................................................373) Kain rayon..................................................................................................384) Kaos kapas.................................................................................................38
Sejarah Batik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa
catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan
Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan
khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX.
Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan
batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920.
Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat
perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat
perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian
Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja
dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang
tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton
dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya
meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton,
kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan
kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan
asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga,
nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di
daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat
hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto
ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal
Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan
pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan
Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-
rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat
bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati
Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh
Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan
disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-
petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal
diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari,
Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang.
Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di
Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri
dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang
dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan
dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan
pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong
Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar
yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo
banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh,
karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu
pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan
muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah
pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan
batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat
muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat
pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai
peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun
perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta
dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa
perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih
dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-
pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo
mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak
zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus
desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang
statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri
(peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna
babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom.
Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang
para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung
pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga
pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat
tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di
Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya
batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo,
yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat
Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya
dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di
daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang
namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang
membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah
sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah
pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai
Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga
mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid
yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai
Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena
putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari
dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga
kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik
keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari
ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya
dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman
yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo,
Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai
dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain;
pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai
buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia
kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia
pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas.
Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang
tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan
Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di
Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang
dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik
kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian
terkenal seluruh Indonesia.
Batik SoloDari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta
sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian
berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa.
Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga
raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun
perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik
dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam
proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk
pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga
Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal
dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Batik YogyakartaSedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak
kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan
pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu
terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang
dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini
pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga
kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-
tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton
baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan
kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari
rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton
dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok
kraton.
Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja
maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja
yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas,
Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a.
Meluasnya daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut
perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18.
Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan
pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang
menurut alam dan daerah baru itu.
Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang
pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya har us meninggalkan
daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat.
Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran
Diponegoro mengembangkan batik.
Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang
telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik,
Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas,
Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Batik Banyumas
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa
oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan
tahun 1830, mereka kebanyakan menetap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang
terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di
Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenun an sendiri dan obat pewama
dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah
kesemuan kuning.
Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir
abad ke-XIX berhubungan langsung
dengan pembatik didaerah Solo dan
Ponorogo. Daerah pembatikan di
Banyumas sudah dikenal sejak dahulu
dengan motif dan wama khususnya
dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu
pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan
batik. .
Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran
Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di
sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh
pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-
daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu
sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari
Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan
Yogya dan Solo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang
Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar
Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial.
Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan
ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan
untuk pencaharian.
Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah
sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak
dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan
yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga
sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap
dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris.
Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan
yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana.
Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-
orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan
pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik
gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena
upahnya lebih tinggi dari pabrik gula.
Batik TegalSedangkan pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa
yang dipakai wakt u itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan:
pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri.
Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu
setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi
warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar
daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-
pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang
mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang
lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.
Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import
baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal
kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan
dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan
baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru
giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu
Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi.
Batik PurworejoDemikian pula sejarah pembatikan di Purworejo
bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu
berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan
kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di
Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula
dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya.
Batik Bayat Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-
Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten.
Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi
tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan
Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan
disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta
masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh
penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas
gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan
dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan
dan buruh batik di Solo.
Batik Kebumen Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX
yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam
antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang
mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah
Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan
masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di
Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan
selanjutnya proses terakhir dikerjakan di
Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk
membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif
Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang
dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom.
Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang
diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan
bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari
tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta.
Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak
dan ada beberapa desa lainnya.
Batik Tasikmalaya
Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-
cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah
Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan
yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-
tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada
pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya,
Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota.
Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa
Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira
akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara
kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan,
Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan
Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik
daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya
penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya
pembutan baik mema kai soga yang asalnya dari
Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya
sekarang adalah campuran dari batik-batik asal
Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang
beraneka pola dan warna.
Batik CiamisPembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-
XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro,
dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang
meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan.
Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan
sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan
Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat
baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan
pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai
pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan
ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-
hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil
tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon
tom, dan sebagainya.
Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan
pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal
abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari
kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada
kaintannya dengan kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan
Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di
Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh
abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang
dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu
ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada
kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan
sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa.
Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina,
dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik
Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan
Solo.
BATIK ASLI INDONESIA
Macam - Macam Batik dan Proses Pengerjaannya
Awalnya batik merupakan pakaian raja-raja di Jawa pada abad-abad yang
lalu kemudian berkembang menjadi pakaian sehari-hari masyarakat Jawa.
Meskipun batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini batik sudah
menjadi pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah banyak pula
dikenal di manca negara. Penggunaannyapun tidak lagi sebagai pakaian adat
tetapi sudah mengikuti perkembangan mode busana baik bagi wanita maupun
pria, bahkan biasa digunakan sebagai desain interior dan perlengkapan rumah
tangga.
Macam batik dapat dibedakan menjadi :
1. Batik Klasik, dan
2. Batik Modern.
1. Batik KlasikBatik klasik mempunyai nilai dan cita rasa seni yang tinggi, dengan
pengerjaan yang rumit dan dalam waktu berminggu-minggu. Batik klasik
mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti
kawung, parang, nitik, tuntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Bahan dasar
batik berupa kain katun putih kwalitas halus, juga kain sutera putih, batik dengan
bahan sutera akan menghasilkan warna yang lebih hidup.
Proses Pembuatan Batik Klasik Hampir setiap orang pernah melihat batik. Bahkan banyak diantaranya
yang pernah melihat cara pembuatan batik. Mereka mengira bahwa mereka
melihatnya dalam perjalanannya di Jawa sewaktu kunjungan ke sebuah tempat
kerja batik dimana para wanita menggambar desain-desain pada kain putih dengan
sebuah canting. Bagian ini, dimana sesungguhnya merupakan penerapan malam
adalah hanya satu dari berbagai langkah pemrosesan yang harus dilakukan untuk
menjadikan suatu barang bernama batik.
A. Persiapan
Batik Tulis Lasem (natural)
Batik Tulis Jawa Hokokai
Kain katun putih dengan lebar kira-kira 110 cm dan panjang 240 cm
digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan selanjutnya. Penggarapan
ini terdiri dari mencuci, menganji, menjemur dan mengetuknya, suatu proses yang
memakan waktu berhari-hari.
Design
Jika kain sudah siap untuk proses selanjutnya, maka motif-motif digambar
dengan mengikuti pola yang sudah tersedia pada kertas atau langsung
menggambar pada kain bagi pengrajin batik yang telah ahli. Setelah desain dibuat
maka satu persatu diberi warna. Namun bisa juga menggambar keliling desain
dulu supaya bidang-bidangnya bisa ditutupi. Cara menggambar dilakukan dengan
cairan malam yang keluar dari canting dalam bentuk pancuran halus, sedangkan
ukuran canting pun bervariasi.
Canting berbentuk seperti poci teh
kuningan kecil sebesar kepala pipa
tembakau dan bertangkai kayu. Semakin
kecil canting semakin halus aliran malam
yang keluar. Sebelumnya malam dicairkan
dengan cara memanaskan lebih dulu, yang
terpenting adalah menjaga suhu agar tepat.
Kemudian pada permukaan kain sebaliknya,
dilakukan desain dan pengerjaan yang sama
agar tidak terdapat perbedaan di kedua sisi
kain batik.
B. Pewarnaan
Selanjutnya kain bisa dicelupkan dalam bahan pewarna biru.
Pewarnaan/pencelupan ini diulang berkali-kali hingga hasilnya tercapai. Pada
produk-produk bermutu tinggi pewarnaan hingga 30 kali adalah suatu keharusan.
Pewarna tradisional adalah indigo, keistimewaan warna ini adalah warnanya baru
timbul sesudah kain yang diberi pewarna ini dijemur dan terkena udara. Jika kain
masih basah maka bagian-bagian desain yang akan diberi warna coklat, dikerik
malamnya. Setelah itu bagian-bagian yang diberi warna biru dan tetap harus
berwarna biru juga ditutup dengan malam. Kemudian kain dicelup ke dalam
pewarna coklat.
Bahan pewarna tradisional untuk coklat adalah soga, sejenis kulit pohon
tertentu. Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari, dengan 3 macam
pewarnaan perhari. Bagian-bagian yang mula-mula diwarna biru dan kemudian
diwarna coklat menjadi hitam warnanya. Dengan demikian terjadilah tiga warna
dari dua bahan pewarna, yaitu biru, coklat dan hitam. Dan disamping itu beberapa
bagian tetap berwarna putih.
C. Penghilangan Malam
Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya
seluruh malam dapat dilepaskan, hal ini dilakukan dengan meng-godog hingga
cair, dan cairan malam akan mengapung di permukaan. Setelah itu kain dicuci
lagi.
Pengerjaan batik pada kain sutera digunakan tehknik yang berbeda, karena
memerlukan malam dan bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain
suteranya.
Hasil proses pembuatan batik tersebut di atas disebut batik tulis. Jenis
lainnya adalah batik cap, dimana pada proses penggambaran dengan canting pada
batik tulis digantikan dengan menggunakan cap (seperti gambar di bawah ini)
untuk menerapkan malam pada kain.
Batik klasik dikenal dengan bermacam ukuran dan penamaan yakni :
batik kain panjang dengan lebar 110 cm X panjang 240 cm,
batik kain sarung (sekitar 105cmX200cm),
selendang (45~60cmX200~300cm),
iket kepala (90cmX90cm) dan
kemben (60cmX200cm).
Pada penggunaan sehari-harinya batik banyak ditemui dalam berbagai
bentuk seperti berbagai macam pakaian resmi pada pria dan wanita, dan
bermacam bahan untuk dekorasi interior rumah, kantor ataupun hotel, juga variasi
rumah tangga seperti, taplak meja, napkins, place mats, tas, sarung bantalan,
bedcover, bed sheet, dan lainnya.
2. Batik ModernBerbeda dengan batik klasik, pada batik modern motif maupun pewarnaan
tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik,
namun desainnya bisa berupa apa saja dan warna yang beraneka macam. Batik
modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan yang mengikuti
perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya. Terkadang pada beberapa area
desain, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk
pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain.
Dengan kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik
namun desain dan pewarnaannya terserah pada citarasa seni pembuat dan
tergantung bahan-bahan pewarnanya. Bahkan dengan berkembangnya bahan dasar
kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti
misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja , bahan kain poplin, bahan piyama,
bahan wool, dsb.
Proses Pembuatan Batik Modern Pengerjaan pada batik modern memiliki prinsip yang sama seperti pada
proses pembuatan batik klasik karena batik modern merupakan perkembangan
dari variasi batik klasik.
A. Persiapan
Kain katun yang akan dibatik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari
bahan-bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses
penenunan/pembuatan kain, ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan
nantinya tidak akan berpengaruh oleh bahan-bahan tersebut. Selanjutnya kain
yang dipersiapkan dikeringkan.
B. Desain
Desain dilakukan langsung di atas kain dengan menggunakan pensil atau
apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik maka coretan
tersebut bisa hilang, atau desain dapat pula menggunakan pola-pola yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah desain siap maka dilakukan pembatikan
awal dengan menggunakan canting ataupun kuas pada coretan desain tersebut.
Pada proses pembatikan perlu diperhatikan bagian mana yang akan diberi warna
berbeda, mengikuti desain dan hasil warna yang dikehendaki.
C. Pewarnaan
Proses pewarnaan berbeda-beda tergantung dari bahan pewarna dan teknik
mewarna yang ingin digunakan. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama
warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu, ini disebabkan pada
proses batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara berulang-ulang tergantung
dari banyaknya warna yang diinginkan. Bahan-bahan pewarna tersebut antara lain
Naphtol, Indigosol, Basis, Procion, dsb.
Pada proses ini juga masih dilakukan pembatikan pada warna-warna yang
ingin dicapai pada akhir proses.
Setelah proses pewarnaan selesai maka dilakukan proses penghilangan
malam batik/dilorod dengan cara memasukkan kain tersebut ke dalam air panas,
setelah seluruh malam batik hilang dari kain selanjutnya kain dicuci hingga
bersih.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari teknik batik dan pewarnaan
batik modern.
Contoh teknik pengerjaan pewarnaan batik dengan teknik batik pikaso:
1. Kain dibatik dengan malam dan diselesaikan menurut proses pembatikan.
2. Kain dibentang horisontal.
3. Dioles rata dengan larutan Natrium-silikat.
4. Dilukis dengan larutan zat warna reaktip (Remazol, Drimarene) dengan
menggunakan kuas.
5. Dibiarkan satu malam agar terjadi ikatan antara zat warna dan kain.
6. Dilorod dan dicuci.
Contoh batik dengan bahan dasar lurik Jogja dengan motif gaya Toraja:
1.
Bagian putih dibatik dengan motif gaya Toraja.
2. Bagian jalur kembangan lurik (warna hitam) yg tidak dibatik ditutup dengan
malam.
3. Dicelup warna oranye, dengan resep perliter larutan:
3 gram ZAT PEWARNA Naphtol AS - OL
1 gram ZAT PEWARNA Naphtol AS
9 gram garam oranye GC
1 gram garam GC
4. Dilorod.
3. Batik LukisanDengan perkembangan-perkembangan teknik maupun pewarnaan batik
tersebut, maka batik pun diaplikasi dalam berbagai bidang seni lain diantaranya,
seni lukis batik (batik painting) yaitu lukisan dengan menggunakan media bahan,
pemrosesan dan pewarnaan seperti halnya pada pembuatan batik.
Proses Pembuatan Batik Lukis Dipersiapkan kain katun atau sutera seluas bidang lukis yang diinginkan.
Kemudian dibuat sket atau coretan-coretan atau apapun tergantung dari
masing-masing orang yang ingin membuatnya, karena terkadang untuk langsung
menuangkan ekspresi seninya, pembatikan di atas kain dilakukan tanpa
menggunakan sket atau coretan-coretan terlebih dahulu namun langsung
mencoretkan malam dengan canting ataupun kuas di atas kain. Pada batik lukis ini
seringkali pembatikan dan pewarnaan dilakukan beriringan untuk mendapatkan
hasil lukisan yang diinginkan.Khusus pada pewarnaan untuk menciptakan efek-
efek khusus, gradasi atau efek-efek yang lainnya terkadang selain kuas digunakan
juga kapas atau potongan kain.
Yang terpenting dalam proses pembuatan batik lukis ini adalah perpaduan
antara pengerjaan pembatikan dan pewarnaan yang tergantung dari citarasa seni
pembuatnya. Sesungguhnya pembuatan batik lukis ini sangatlah rumit ketika ingin
mendapatkan warna dan efek yang diinginkan karena terkadang warna dan efek
tersebut tidak dapat tercapai. Namun jika warna dan efek tersebut dapat tercapai
maka akan mendapatkan lukisan dengan warna yang sangat indah luar biasa.
Disinilah kelebihan dari lukisan batik dibanding lukisan lain.Lukisan yang indah
akan terlihat pada kain setelah proses pelorodan malam batik dilakukan
Selain seni lukis batik tersebut masih banyak seni batik lainnya dan salah
satunya yang berhubungan dengan kerajinan tangan adalah seni batik kayu (wood
batik) yaitu pembatikan yang dilakukan diatas media kayu ataupun pahatan kayu
dengan pemrosesan dan pewarnaan batik.
4. Batik Cetak / Printed Batik
Dengan berkembangnya industri-industri pada teknik tekstil, maka cara
pembuatan batik, bahan pewarna batik dan bahan dasar kain batik pun ikut
berkembang, sehingga berbagai jenis dan motif batik dapat dihasilkan dengan
cepat dan dalam jumlah yang sangat besar.
Cara yang jauh lebih cepat lagi adalah mencetak desai-desain batik dengan
mesin-mesin cetak / rotasi film yang modern (printed). Seringkali, dipasaran luas
ditemukan tekstil dengan motif-motif seperti batik. Untuk membedakan antara
batik yang asli dengan batik hasil cetak (batik imitasi), pada batik asli, warna-
warnanya jelas terlihat pada kedua sisi kain. Tetapi jika hanya satu sisi kain yang
terlihat jelas warnanya dan sisi yang lain kurang atau tidak terlihat jelas warnanya,
maka yang demikian itu adalah batik cetak. Batik pencetakan (batik pabrik)
adalah batik imitasi, sehingga jauh lebih murah dari batik klasik ataupun modern
yang dibuat secara manual (batik asli).
Namun pembedaan seperti di atas akan sulit dilakukan jika bahan kain
yang digunakan adalah kain yang tipis semisal sutera ataupun sutera tiruan, karena
warna akan muncul pada kedua sisi hampir sama, untuk membedakan ini perlu
kejelian yaitu dengan memperhatikan detail gambar, maka akan terlihat dan dapat
dibedakan antara coretan buatan tangan atau coretan buatan mesin.
Walaupun demikian, setiap orang bisa membeli menurut kesanggupannya
dan tergantung dari nilai dan seni yang ada pada barang tersebut.
Susunan Motif Batik
1. Unsur-unsur Motif Batik.
S.K. Sewan Susanto (1980:261) berpendapat bahwa unsur-unsur motif batik dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Ornamen Utama.Ornamen utama/pokok adalah suatu ragam hias yang menentukan motif sebuah
batik mempunyai makna, sehingga dalam pemberian nama motif batik
berdasarkan jiwa dan arti lambang yang ada pada motif tersebut. (S.K. Sewan
Susanto,1980:261). Contoh ornamen pokok/utama ini antara lain :
1) Ornamen Meru
2) Ornamen Pohon Hayat
3) Ornamen Tumbuh-tumbuhan
4) Ornamen garuda
5) Ornamen Burung
6) Ornamen Bangunan
7) Ornamen Lidah Api
8) Ornamen Naga
9) Ornamen Binatang
10) Ornamen Kupu-kupu
b. Ornamen tambahanOrnamen tambahan/isian motif yaitu ornamen yang tidak mempunyai arti dalam
pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang.
c. Isen-isen motif batikIsen-isen motif batik yaitu unsur-unsur garis dan titik atau ornament tertentu yang
berfungsi sebagai pengisi untuk melengkapi motif secara keseluruhan sehingga
menimbulkan keindahan pada motif secara keseluruhan (S.K. Sewan
Susanto,1980:231). Isen dapat berbentuk titik dinamakan “cecek” dan garis yang
dinamakan “sawut”. Ornamen yang berfungsi sebagai isen berupa cabang-cabang
tumbuh-tumbuhan yaitu daun, bunga, dan batang.
2. Penggolongan Motif Batik.
Penggolongan motif batik menurut S.K.Sewan Susanto (1980:215-231) dibagi
menjadi tiga golonan yaitu :
a. Golongan geometris.Golongan geometris adalah golongan motif yang mudah dibagibagi menjadi
bagian-bagian yang disebut rapor (S.K.Sewan Susanto,1980:215). Golongan
geometris ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertama yang rapornya
berbentuk seperti ilmu ukir biasa, dengan bentuk segi empat, segi empat panjang
dan lingkaran. Kedua tersusun dalam garis miring, sehingga rapornya berbentuk
belah ketupat. Motif batik yang tergolong mepunyai rapor segi empat ialah :
1) Golongan motif banji.
Golongan motif banji yaitu motif yang berdasarkan ornament swastika. Batik
banyumas adalah daerah yang masih membuat motif banji ini, dengan proses
bedesan sehingga hanya terdapat warna hitam dan coklat. Motif ini tergolong
motif klasik (S.K.Sewan Susanto, 1980:210)
2) Golongan motif Ganggong.
Golongan motif ganggong sepintas seperti motif ceplok, bedanya motif ganggong
berupa garis yang tidak sama panjang, sedang ujung garis yang paling panjang
mirip bentuk salib .(S.K.Sewan Susanto, 1980:218)
3) Golongan motif Ceplok.
Golongan motif Ceplok adalah motif batik yang didalamnya terdapat gambar-
gambar segi empat, lingkaran dan segala variasinya. (S.K.Sewan Susanto,
1980:221). Nama-nama pada motif ceplok di ambil berdasarkan nama
penciptanya, Isi ornamen yang di gambarkan dan berdasarkan atas kedaerahan.
4) Golongan motif nitik atau anyaman.
Golongan motif nitik adalah motif yang tersusun atas garis-garis
putus, titik-titik dan variasinya, sehingga motif nitik disebut juga
motif anyaman. Motif ini dianggap motif asli dan tergolong motif tua. (S.K.Sewan
Susanto,1980:224)
5) Golongan motif kawung
Golongan motif kawung yaitu motif yang tersusun dalam bentuk bundar, lonjong
atau elips. Susunan memanjang menurut garis diagonal miring kekiri dan kekanan
secara berselang seling. (S.K.Sewan Susanto,1980:226). Motif kawung
digambarkan berupa lingkaran-lingkaran yang saling berpotongan atau bentuk
bulat lonjong yang saling mengarah kesatu titik yang sama. Nama-nama dari
motif kawung didasarkan pada besar kecilnya kawung tersebut, misalnya :
a. Kawung bentuknya kecil-kecil disebut kawung pecis. Pecis adalah nama
mata uang dari logam yang paling kecil.
b. Kawung yang berukuran agak besar disebut kawung bribil. Bribil adalah
mata uang logam yang besarnya lebih besar dari picis.
c. Kawung yang lebih besar dari kawung bribil disebut kawung sen.
6) Golongan motif parang dan lereng
Golongan motif parang dan lereng adalah motif-motif yang tersusun menurut
garis miring atau diagonal. (S.K.Sewan Susanto, 1980:226). Pada bidang miring
antara dua deret parang yang bertolak belakang digambar deretan segi empat yang
disebut mlinjon. Jadi kalau tidak terdapat mlinjon berarti bukan parang tetapi
lereng atau liris. KRT.DR. (HC) Kalinggo\ Honggopuro berpendapat bahwa batik
parang dan batik lereng mempunyai ciri-ciri tersendiri yaitu:
1.Ciri Batik Parang
a. Bentuk lereng diagonal 450
b. Memakai mlinjon
c. Memakai Sujen
d. Ada mata gareng
2. Ciri batik Lereng
a. Bentuk miring diagonal 450
b. Tidak slalu memakai mlinjon, sujen dan mata gareng.
c. Hanya dibatasi garis lurus
d. Bisa memakai motif lung-lungan/diselingi dengan bentuk parangan yang
disebut glabangan.
b. Golongan non geometris.Golongan non geometris yaitu motif batik yang tersusun atas ornamen tumbuh-
tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda ular atau naga,
dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam satu kain
batik akan terjadi pengulangan motif tersebut, yang termasuk golongan motif non
geometris adalah :
1. Motif Semen.
Motif semen berasal dari bahasa jawa “semi” yang berarti tumbuhnya bagian dari
tanaman. Susunan ornamen semen ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan, burung,
binatang, lar-laran yang disusun dalam komposisi pembagian bidang yang
harmonis.
2. Motif buketan atau terang bulan.
Motif buketan adalah motif yang mengambil
tumbuh-tumbuhan atau bunga-bunga sebagai
ornamen hias, digambar secara realistis tanpa distilisasi, disusun meluas
memenuhi bidang kain yang terdapat pada kain sarung. Sedangkan motif terang
bulan hampir sama dengan motif buketan hanya penempatannya pada ujung kain
berbentuk segitiga yang disebut “tumpal”. Tumpal ini diberi isen-isen motif batik,
sedangkan yang diluar bidang tumpal diberi ornamen kecil-kecil yang bertebaran.
Bahan dan Alat-alat Membatik
Perlengkapan membatik, terutama peralatannya, tidak banyak mengalami
perubahan dari dahulu sampai sampai sekarang. Dilihat dari peralatan dan cara
pengerjakannya membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat
tradisionil.
Kain batik yang indah dan menarik tentunya tidak lepas dari bagaimana
kelihaian tangan-tangan pengrajin dalam mengolahnya. Berbagai macam cara
dapat dilakukan untuk menciptakan karyaseni tradisional ini dan tentunya dengan
keuletan dalam menggunakan teknik-teknik tradisional alami yang mampu
menghasilkan kain batik dengan ceceg-ceceg yang membentuk suatu pola motif
indah akan membuat nilai dari batik tersebut menjadi tinggi dibandingkan dengan
pembuatan batik menggunakan teknik moderen seperti cap, printing, sablon dan
sebagainya. Dalam pembuatannya ada beberapa hal atau dalam bahasa inggrisnya
weapon’s tertentu yang harus dipersiapkan. Berikut adalah perlengkapannya :
Perlengkapan Membatik
a. Gawangan
Gawangan ialah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari
bahan kayu, atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga mudah dipindah - pindah, tetapi harus kuat dan ringa.
b. BandulBandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang di kantongi. Fungsi pokok Bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat saja dilaksanakan.
c. WajanWajan ialah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik dari pada yang dari logam, karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan malam.
d. AngloAnglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo adalah alat perapian sebagai pemanas malam. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren : keren inilah yang banyak dipergunakan orang didesa-desa. Keren pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
e. TepasTepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan : terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu. Sedangkan ilir berbentuk bujur sangkar dan tangkainya terletak pada salah satu sisi serta memanjang kesamping.
f. TaplakTaplak ialah kain untuk menutup paha si pembatik supaya tidak terkena tetesan malam, panas sewaktu canting di tiup, atau waktu membatik. Taplak biasanya dibuat dari kain bekas.
g. Saringan malamSaringan ialah alat untuk menyaring malam, panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang, sehingga tidak mengganggu jalannya pada cucuk genting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
h. Dingklik (lincak)Dingklik atau lincak pada prinsipnya sama, tempat duduk si pembatik.
Tetapi pembatik dapat pula duduk diatas tikar.
i. Bak celup.Bak celup digunakan untuk memberi warna pada kain dengan jenis warna tertentu,
sehingga besar kecil bak celup serta jumlah bak disesuaikan dengan kebutuhan.
j. CantingCanting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria
suatu hasil kerja apakah bisa disebut batik atau bukan batik. Canting terbuat dari tembaga. Tembaga mempunyai sifat ringan, mudah dilenturkan dan kuat meskipun tipis. Gunanya untuk melukis (memakai cairan “malam”), membuat motif-motif batik yang dikehendaki. Canting terdiri dari cucuk (saluran kecil), dan leleh (tangki).
Menurut fungsinya ada canting reng-rengan (untuk membatik reng-rengan batikan pertama sesuai pola atau tanpa pola) dan canting isen ( untuk membatik isi bidang). Menurut besar kecil cucuk ada,
1. cucuk kecil
2. sedang
3. besar.
Menurut banyaknya cucuk ada,
1. canting cecekan /cucuk satu
2. canting loron/cucuk dua
3. canting telon/cucuk tiga
4. canting prapatan/cucuk empat
5. canting liman/cucuk lima
6. canting byok/cucuk tujuh atau lebih dan canting renteng/galaran
(bercucuk genap tersusun dari atas ke bawah).
Banyaknya cucuk ada berbagai macam dengan penggunaan yang bervariasi
tergantung dari kebutuhan. Menurut Murtihadi dan Mukminatun (1979:45)
macam-macam canting tulis adalah canting klowong, canting tembokan, canting
cecek, canting ceret.
1. Canting Klowong
Canting Klowong adalah canting yang dipakai untuk membatik
klowongan, canting ini mempunyai ukuran mulut paruh dengan garis
tengah 1mm-2mm.
2. Canting Tembokan
Canting Tembokan adalah canting yang dipakai untuk membatik
tembokan atau memperkuat lilin pada kain agar tidak mudah lepas dengan
larutan asam.Lebar mulut paruh antara 1mm-3mm.
3. Canting Cecek atau Sawut.
Canting Cecek atau sawut adalah merupakan canting batik yang dipakai
membuat titik dan garis garis yang halus. Lebar paruh antara ¼ mm-1mm
4. Canting Ceret.
Canting Ceret dipakai untuk membuat garis ganda yang dikerjakan sekali
jalan, besarnya lubang tiap mulut canting kurang lebih 1mm.
Seiring perkembangan jaman kini tengah dikembangkan inovasi baru berupa
canting elektronik. Canting elektronik ini terdiri dari tiga bagian utama, yakni bak
penampung lilin batik atau malam, tangkai pemegang, dan alat kontrol suhu
yang berfungsi mengontrol suhu canting. Salah satu kelebihan lain, paruh
canting bisa dicopot dan diganti sesuai ukuran yang diinginkan. Seluruh
jenis paruh canting, yakni ceceg, klowong, tembogan, dobel ceceg, dan
dobel klowong bisa dipasang di tubuh canting. Padahal pada canting
tradisional, lima jenis ini terpisah-pisah.
k. Kemplongan
Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu
pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri
pola motif batik dan dibatik.
Bahan - bahan
a. MoriMori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Karena kebutuhan Mori dari macam-macam kain tidak sama, keterangan dibawah ini barangkali bermanfaat juga.
1. Ukuran Mori
Mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki.
Ada juga kebutuhan yang pasti misalnya udeng atau ikat kepala. Udeng berukuran
lebih atau kurang dari kebutuhan; oleh karena itu tidak dapat dipergunakan sesuai
dengan pemakaian yang semestinya. Tetapi kain tidak pasti ukurannya. Jika
pendek akan mempengaruhi kesempurnaan pemakainya; jika lebih panjang akan
menambah sempurna dalam pemakaian.
Ukuran panjang pendek mori biasanya tidak menurut standar yang pasti, tetapi
dengan ukuran tradisionil. Ukuran tradisionil tersebut dinamakan sekacu. Kacu
ialah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar (persegi). Maka yang disebut
sekacu ialah ukuran perseginya mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Jadi
panjang sekacu. dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari
mori jenis lainnya. Maka lebar mori sangat menentukan panjang masing-masing
jenis mori, meskipun jumlah kacunya sama. Cara mengukurnya pun hanya dengan
jalan memegang kedua sudut mori pada sebuah sisi lebar dan menempelkan salah
satu sudut tadi pada sisi panjang berseberangan sepanjang lebar mori. Kalau akan
mengambil beberapa kacu, maka berganti-ganti tangan kiri dan kanan memegang
sudut mori itu, menempelkan pada sisi panjang yang sama dengan menekuk mori.
2. Kebutuhan Akan Mori
Kain dodot membutuhkan mori 7 kacu. Kain dodot biasanya dipakai oleh keluarga
keraton atau penari klasik. Tetapi karena kain dodot mahal harganya, maka fungsi
kain dodot para penari diganti oleh kain biasa yang cukup panjang. Kain
nyamping membutuhkan 2 atau 2,5 kacu, menurut kesenangan atau besar kecilnya
si pemakai. Udeng membutuhkan mori sekacu. Udeng ada dua macam : œudeng
lembaran dan œudeng jadi. Udeng jadi ialah udeng yang sudah terbentuk, tinggal
pakai. Udeng jadi ini sebenarnya hanya membutuhkan kain setengah kacu, dan
memotongnya secara diagonal. Sedang udeng lembaran dibentuk sewaktu akan
dipakai, langsung dikepala si pemakai; selesai dipakai udeng itu dilepas lagi.
Udeng terakhir ini membutuhkan mori sekacu ; tetapi secara praktis juga hanya
setengah kacu, karena setengah kacu lagi terlipat didalam sebagai penebal belaka.
Oleh karenanya udeng lembaran dapat dibatik menurut dua macam motif batik
dengan batas salah satu diagonal. Dalam dalam hal udeng yang memakai dua
macam motif batik itu, si pemakai bebas memilih motif mana yang ditaruh diluar
untuk diperlihatkan.
Kain kemben membutuhkan 5 kacu, dan dapat kurang atau lebih sesuai dengan
besar kecilnya si pemakai. Fungsi kemben dapat disamakan dengan BH jaman
sekarang. Sering fungsi kemben diganti oleh kutang (BH Klasik). Tetapi banyak
orang perempuan memakai kutang dan kemben bersamaan dan bahkan masih
memakai baju (kebaya). Biasanya kemben dipakai oleh Abdi Istana sebagai ganti
kebaya.
Celana membutuhkan 1,5 kacu; juga tergantung besar kecilnya si pemakai. Orang
laki-laki jaman dahulu (sebelum tahun 1940 an) banyak memakai celana batik
sampai lutut. Selain memakai celana sering masih memakai sarung atau bebet.
Bebet yaitu sama dengan nyamping bagi perempuan. Tetapi bebet biasanya diwiru
salah satu ujung kainnya, dan wiru terletak pada bagian depan. Diwiru artinya
dilipat kecil-kecil bentuk spiral. Kain sarung membutuhkan 2 kacu.
3. Mengolah Mori Sebelum Dibatik
sebelum dibati mori harus diolah lebih dahulu. Baik buruknya pengolahan akan
menentukan baik buruknya kain. Pengolahan mori sebagai berikut:
Mori yang sudah dipotong diplipit. Diplipit adalah dijahit pada bekas potongan
supaya benang pakan tidak terlepas. Benang pakan ialah benang yang melintang
pada tenunan. Setelah diplipit kemudian di cuci dengan air tawar sampai bersih.
Kalau mori kotor, maka kotoran itu akan menahan meresapnya cairan lilin
(malam) yang dibatikan dan menahan cairan warna pada waktu proses
pembabaran. Di daerah Yogyakarta dan Surakarta mori dijemur sampai kering
setelah dicuci bersih mori terus direbus.
Cara merebus mori di daerah Blora. Lebih dahulu orang membuat Wantu, yaitu
air yang dipanaskan dalam suatu wadah sebelum sesuatu barang yang direbus di
masukkan didalamnya. Wadah untuk membuat Wantu diberi dasar di dalamnya,
supaya barang rebusan tidak hangus. Sebagai wadah dasar tadi digunakan daun
bambu, daun pepaya atau merang (tangkai bulir padi). Bahan-bahan tadi lebih
baik dari bahan lainnya untuk dasar merebus sesuatu, karena meskipun hangus
tidak akan mengerut dan arangnya tidak mengotori mori.
Setelah wantu panas, mori bersih dimasukkan di masukan di dalamnya. Cara
memesukkan mori kedalam wantu mulai dari ujung sampai pangkal secra urut.
Rebusan memakan waktu beberapa menit. Mori kemudian diangkat dan dicuci
untuk menghilangkan kotoran sewaktu direbus. Selesai dicuci barulah dijemur
sampai kering. Mori menjadi lemas ; kemudian dikanji. Bahan kanji ialah beras.
Di daerah Blora dipakai sembarang beras asalkan putih. Beras direndam beberapa
saat dalam air secukupnya; kemudian beras bersama airnya direbus sampai
mendidih. Air rebusan beras diambil dan dinamakan tajin. Mori kering
dimasukkan kedalam tajin sampai merata; tanpa diperas langsung dijemur supaya
kering. Akhirnya mori menjadi kaku.
Tetapi didaerah Yogyakarta dan Surakarta pada jaman sebelum perang bahan
kanji terbuat dari beras ketan; dan cara pembuatannya pun berbeda-beda. Ada
yang memakai cara seperti didaerah Blora, tetapi ada juga dengan cara beras
dijadikan tepung halus. Apabila berupa tepung, sesenduk tepung diberi empat
gelas besar air, dimasak sampai mendidih, kemudian disaring. Air saringan
seukuran tadi hanya untuk mori sekacu.
Mori kering sehabis dikanji akan mengerut dan kaku. Maka mori diembun-
embunkan setiap pagi beberapa hari. Diembun-embunkan ialah dibentangkan
diluar rumah waktu pagi hari ( jam 5.00), supaya menjadi lembab karena air
embun.
Selain mori lembab, kemudian dikemplong. Di Kemplong ialah di pukuli pada
tempat tertentu dengan cara tertentu pula, supaya benang-benang menjadi kendor
dan lemas, sehingga cairan lilin dapat meresap.
Cara mengemplong mori. Disediakan kayu kemplongan sebagai alas dan alu
pemukul atau ganden (ganden ialah martil agak besar terbuat dari kayu). Mori
dilipat memanjang menurut lebarnya. Lebar lipatan lebih kurang setengah
jengkal ; kemudian ditaruh diatas kayu dasar memanjang, lalu dipukul-pukul. Jika
perlu dibolak-balik agar pukulan menjadi rata.
Selesai dikemplong, tinggal menentukan motif matikan yang dikehendaki. Jika
ingin motif parang-paragan, atau motif-motif yang membutuhkan bidang-bidang
tertentu, maka mori digaris terlebih dahulu. Fungsi pengarisan ini hanyalah untuk
menentukan letak motif agar menjadi rapi (lurus). Pembatik yang sudah mahir
tidak menggunakan penggarisan. Besar kecilnya garisan tidak sama, tergantung
pada motif rencana batikan. Biasanya kayu garisan berpenampang bujur sangkar.
Cara memindah kayu penggaris setelah garisan pertama ke garis kedua ialah
dengan memutar kayu penggaris (membalik), tanpa mengangkatnya. Maka lebar
sempitnya ruang antara garis satu sama lain ditentukan oleh banyaknya putaran
kayu penggaris. Mori yang dibatik motif semen tidak perlu digaris, langsung
dirangkap dengan pola pada muka mori sebaliknya. Setelah semua itu selesai,
barulah dapat dimulai kerja membatik.
Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik
yang akan dibuat
MalamLilin atau lilin malam ialah bahan yang dipergunakan untuk
membatik. Sebenarnya malam tidak habis (hilang), karena
akhirnya diambil kembali sewaktu proses mbabar, proses
pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Tentang malam dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Jenis Kain dalam Membatik
Tentang Kain yang digunakan untuk Membatik Kain yang digunakan
untuk batik harus memenuhi persyaratan teknis antara lain tidak rusak karena
pengaruh proses batik, dan dapat diberi warna pada suhu dingin atau suhu kamar
karena lilin batik sebagai perintang warna tidak tahan suhu panas.
Pada umumnya jenis-jenis kain yang dapat dibuat dari serat alami seperti
serat selulosa atau tumbuh-tumbuhan dan serat protein atau binatang dapat
memenuhi persyaratan tersebut. Sesuai dengan persyaratan teknis tersebut, kain
yang dapat digunakan untuk batik adalah:
Kain kapas
Kain kapas adalah kain yang terbuat dari serat kapas. Sifat umum kain kapas
adalah daya serapnya baik, tahan terhadap panas, kelenturannya rendah,
penghantar panasnya baik. Beberapa jenis kain kapas yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar batik yaitu:
1) Kain mori Kain Mori adalah kain tenun benang kapas hasil olahan pabrik dengan anyaman
polos dan diputihkan, diklasifikasikan menjadi: a. Mori Primissima, termasuk
jenis kain mori yang paling tinggi kualitasnya dengan spesifikasi halus nomor
benangnya, tebal benangnya tinggi, konstruksi anyaman rapat sehingga pegangan
kainnya halus dan padat. Namun demikian kemampuan daya serap kurang.
Sehingga untuk meningkatkan daya serap, saat ini telah diproduksi mori
primissima mercerized maupun sanforized. Di pasaran antara lain dapat
ditemukan dengan merek dagang Kereta Kencana, Crown, Bendera. b. Mori
Prima, merupakan mori kualitas sedang dengan spesifikasi nomor benang sedikit
lebih kasar, tebal benang labih rendah. Saat ini juga telah diproduksi mori prima
mercerized dengan merek dagang antara lain Bendera, Gong, Kupu, Ayam Mas,
Menjangan. c. Mori Biru, merupakan mori kualitas rendah dengan spesifikasi
nomor benang, tebal benang dan pegangan kain lebih kasar. Dipasaran dapat
dijumpai antara lain dengan merek dagang Cendrawasih, Nanas, Garuda Dunia. d.
Mori Voalisima, kualitasnya sama dengan mori primissima hanya tebal
benangnya lebih rendah. e. Berkolin, kualitasnya sama dengan
mori primissima dan telah diproses mercerized. Di pasaran dapat ditemukan
dengan lebar 90 cm dan 115 cm.
2) Kain kapas grey Kain grey adalah kain tenun benang kapas yang tidak mengalami proses
pemutihan, sehingga warnanya masih alami. Kain grey dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: a. Kain Blacu, yaitu kain tenun kapas olahan pabrik. Di pasaran
terdapat kain blacu dengan lebar 90 cm, 115 cm, dan 150 cm. b. Kain tenun
ATBM, yaitu kain tenun kapas yang dihasilkan dengan menggunakan alat tenun
bukan mesin, diproduksi dengan berbagai variasi ukuran kain dengan desain
struktur anyaman yang dibuat dengan doby. Sebagai bahan batik banyak
digunakan sebagai busana wanita maupun aksesoris c. Kain tenun Gedhog Kain
tenun gedhog dibuat dari serat kapas dengan alat tenun tradisional batik.
Batik yang menggunakan tenun gedhog merupakan ciri khas batik Tuban yang
tidak ditemukan di tempat lain. Tampilan fisiknya yang unik karena mulai dari
penanaman kapas, menenun sampai jadi batik dikerjakan di Tuban. Tidak
diketahui secara pasti kapan kain tenun gedhog mulai diproduksi. Dari seorang
pembatik yang kini telah berusia lebih dari 80 tahun diperoleh keterangan bahwa
tenun gedhog telah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu. Disebut tenun gedhog
karena bunyi ”dhog-dhog” yang terdengar pada saat proses
menenun. Ada 2 jenis kapas sebagai bahan baku kain tenun gedhog yaitu yang
berwarna putih dan cokelat. Kapas yang aslinya berwarna cokelat dengan nama
kapas ”lawa” (”lowo” dalam bahasa Jawa), akan
menghasilkan kain tenun berwarna cokelat, dan apabila digunakan sebagai bahan
batik maka batik yang dihasilkan akan berwarna cokelat dan tidak pernah
memiliki warna putih. Produk kain tenun gedhog mempunyai warna da motif
yang bermacan-macam. Ada yang polos, bermotif lurik, kotak-kotak dan motif
lain, serta dengan satu warna atau lebih. Masing-masing kain tenun gedhog
mempunyai nama, antara lain Intip Ian, Cele, Cleret blungko, Dom Sumelap,
Upan-upan. Sebanyak 36 produk tenun gedhog telah didaftarkan hak ciptanya
pada tahun 2004.
3) Kain rayon Kain rayon adalah kain benang rayon yaitu serat hasil regenerasi serat selulosa,
sifatnya menyerupai kapas akan tetapi kekuatannya lebih rendah terutama
terhadap alkali.
Dalam keadaan basah kekuatan kapas akan bertambah sementara rayon akan
berkurang. Keunggulan kain rayon lebih berkilau dan mempunyai draping atau
sifat menggantung lebih baik. Contoh antar lain kain shantung, kain paris rayon.
4) Kaos kapas Kaos kapan adalah kain katun hasil rajutan, biasanya dibuat batik dalam bentuk
produk kaos oblong atau Tshirt.
Batik Tuban juga menggunakan kaos kapas untuk T-shirt dengan motif khas
Tuban. B. Kain Sutra Kain sutra terbuat dari serat protein, yang diperoleh dari
sejenis serangga Iepidoptera dan spesies utama yang dipelihara untuk
menghasilkan sutra adalah Bombyx mori. Serat sutra berbentuk filamen
dihasilkan dari larva ulat sutra pada saat membuat kepompong. Serat sutra mentah
terdiri dari lebih kurang 75% fibroin dan 25% serisin yaitu sejenis perekat yang
melapisi fibroin, berfungsi untuk melindungi fibroin dari gaya mekanik. Untuk
proses pewarnaan lapisan serisin ini harus dihilangkan dengan proses degumming
atau boil off, karena akan mengganggu penyerapan warna. Saat ini sutra yang ada
di pasaran adalah : a. Sutra import, yaitu kain sutra yang ditenun secara masinal
yang dikenal dengan sutra super T54, sutra super T56, Abote, Organdi, Sifon,
sutra kaca kotak, sutra salur yaitu kombinasi anyaman sutra super denan organdi,
sutra krepe, sutra kembang batu yang anyaman desain struktur dengan doby. b.
Sutra lokal, yaitu kain sutra buatan dalam negri ditenun dengan ATBM antara lain
sutra polos, sutra granitan yang anyaman desain struktur dengan doby, sutra salur.
c. Sutra liar, yaitu sutra yang dibuat dari serat ulat sutra yang dibudidayakan
secara liar. Ulat-ulat sutra ini dibiarkan hidup di pohon mahoni, jambu mete,
kedondong, sehingga makanannya adalah daun-daun dimana mereka hidup. Jenis
serat yang dihasilkan dari ulat yang makanannya jambu mete atau daun
kedondong disebut criccula, berwarna kuning keemasan. Sedangkan serat yang
dihasilkan dari ulat yang makanannya daun mahoni disebut attacus, berwarna
cokelat. Warna-warna tersebut warna alami.
Sumber :
1. batiknusantara.net/
2. siti-susi.blogspot.com/2012/07/macam-batik-nusantara-terheboh.html
3. id.wikipedia.org/wiki/Putra_Putri_Batik_Nusantara
MAKALAH SENI BUDAYA
“BATIK INDONESIA”
Guru Pembimbing : WEMI JALAL
Disusun oleh :
1. DELLA RIZKY ANANDA2. ROSA SEFTIANI3. MELIA FRANSISKA4. CUT NOVELLY5. KUKUH TRIANY
Kelas : IX B
S M P N E G E R I 1 L U B U K D A L A M KABUPATEN SIAK
TAHUN AJARAN 2012/ 2013