"contracting out sebagai alternatif solusi pelibatan non pemerintah dalam pembangunan kesehatan...

48
Contracting Out sebagai Alternatif Solusi Pelibatan Non Pemerintah dalam Pembangunan Kesehatan & Gizi Laksono Trisnantoro, Deni Harbianto, Dwi Handono Sulistyo Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM

Upload: gerakan-kesehatan-ibu-dan-anak

Post on 14-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

“Contracting Out sebagai Alternatif Solusi Pelibatan Non Pemerintah dalam Pembangunan Kesehatan & Gizi” DR. dr. Dwi Handono Sulistyo, MKes (UGM)Materi presentasi PakarSimposium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA), Balai Kartini Jakarta 19-20 Agustus 2015

TRANSCRIPT

Contracting Out sebagai Alternatif Solusi Pelibatan

Non Pemerintah dalam Pembangunan Kesehatan &

Gizi

Laksono Trisnantoro, Deni Harbianto, Dwi Handono Sulistyo

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM

Topik

• Anggaran Pemerintah untuk Kesehatan akan mencapai 5% di tahun 2016

• Kapasitas penyerapan anggaran Pemerintah yang terbatas

• Contracting out: Apakah mungkin? Apa yang harus disiapkan lembaga non Pemerintah? Apa saja implikasinya?

• Contoh model dari Negara lain yang berhasil dalam penerapan contracting out ini.

ANGGARAN PEMERINTAH UNTUK KESEHATAN AKAN MENCAPAI 5% DI TAHUN 2016 KAPASITAS PENYERAPAN ANGGARAN PEMERINTAH YANG TERBATAS

POKOK BAHASAN 1:

Latar Belakang

• Pemerintah akan menambah anggaran

kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) tahun depan.

• Penambahan ini untuk memenuhi ketentuan

Undang-Undang Kesehatan, yang menyebut

belanja kesehatan setidaknya mencapai 5

persen dari total belanja negara.

Bagian 1: Tanggapan Kritis

• Apakah sektor kesehatan siap dengan kenaikan ini?

Dengan anggaran APBD yang 10% untuk sektor kesehatan: • Apakah dana yang ada

dapat efektif untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat?

• Apakah Pemda akan mengalokasikan anggaran?

• Apakah dana akan terserap dengan baik?

Fakta-fakta dalam anggaran kesehatan

• Dana untuk Sektor Kesehatan (tidak hanya untuk Kemenkes) dalam trend meningkat

• Situasi Anggaran Kemenkes: Dana yang tidak teserat masih banyak

• Dana sektor kesehatan : Masih banyak untuk BPJS (PBI)

Gambaran Anggaran Kesehatan Nasional (2011-2015), sumber: Kementerian Keuangan, 2015

• Pendanaan Pemerintah Pusat melalui APBN selalu meningkat

• Sejak tahun 2014, peningkatan alokasi pendanaan kesehatan disebabkan adanya alokasi Bantuan Iuran bagi Jaminan Kesehatan Nasional (19.9Triliun)

• Setiap tahun selalu ada dana yang tidak terpakai

Anggaran Kementerian Kesehatan Tahun 2012-2014 Isu penyerapan anggaran.

Sumber; Kementerian Kesehatan RI, 2015

Setjen Irjen BGKIA BUK PPdanPL BinaFarmasi

dan Alkes Libangkes PPSDM

2012 95.05 81.68 89.22 93.47 86.28 90.45 81.61 84.59

2013 93.42 79.66 93.22 92.16 93.83 92.36 95.01 82.62

2014 98.24 77.73 87.99 90.51 100.33 83.37 83.2 85.91

0

20

40

60

80

100

120

Sera

pan

dal

am %

Anggaran Kementerian Kesehatan yang tidak terserap 2012-2014

(dalam Triliun)

3.02

3.22

2.77

2012 2013 2014

. Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015

Sisa Anggaran Kemkes

Program mana yang sulit menyerap?

• Kegiatan yang bersifat layanan kuratif (obat dan pengobatan personal) mampu untuk menyerap tinggi >90%

• Kegiatan yang bersifat Preventif, Promotif, dan Sumber Daya Manusia masih relatif rendah <90%

• Bisa menimbulkan efek negatif pendanaan jika sektor kesehatan hanya mengobati yang sakit setiap tahun akan membutuhkan dana yang selalu membesar.

Bagian 2:

Perkiraan Anggaran pasca 2015 • Anggaran Pusat (APBN)

• Anggaran Daerah (APBD)

Analisis Anggaran sektor Kesehatan Pemerintah Pusat

• Asumsi APBN 2016: lebih kurang 2100 Triliun

• Pertumbuhan Anggaran: 7,7% dr APBNP2015

• Fungsi Kesehatan 5 % APBN: 105 Triliun

• Komparasi dengan Anggaran Fungsi Kesehatan APBNP2015: 74,2 Triliun (3,7% APBN) ada Kenaikan 30 Triliun untuk sektor Kesehatan jika anggaran kesehatan naik menjadi 5% APBN

Anggaran Kemenkes merupakan bagian

dari anggaran sektor Kesehatan

– Ada kemungkinan: Anggaran Kemenkes naik

antara 18,7 – 20 Triliun.

– Merupakan potensi pembiayaan yang perlu dipikirkan untuk alokasi kegiatan di lingkungan kementerian kesehatan

Catatan:

– Penyerapan Kemenkes 3 tahun terakhir masih belum maksimal

Estimasi Anggaran Kesehatan Daerah 2016 (Dirjen Perimbangan Keuangan, Kemkeu, 2015)

• APBD Total Tahun 2015 adalah 735 Triliun dengan Kenaikan anggaran belanja daerah rata-rata tahunan 7,7%, maka estimasi APBD Total Tahun 2016 adalah kurang lebih 800 Triliun

• Belanja Sektor Kesehatan menurut rekapitulasi RAPBD 2015 sebesar 69 Triliun (rata-rata 9,2% APBD).

• Dengan Asumsi 10% Anggaran Kesehatan menurut amanat UU, maka pada 2016 Anggaran Daerah untuk kesehatan diestimasikan menjadi sekitar 80 Triliun

• Ada sekitar 8-10 Triliun potensi target pembiayaan yang perlu dipikirkan untuk alokasi kegiatan kesehatan di daerah

Catatan:

• Ada kemungkinan dana APBD diturunkan untuk sektor kesehatan kalau dana APBN sulit diserap

BAGAIMANA MEMANFAATKAN ANGGARAN DENGAN TEPAT?

Amanat Undang-Undang

• UU Kesehatan

– Pendanaan Kesehatan 5% APBN dan 10% APBD

• UU no 23 Tahun 2014

– Kesehatan merupakan tanggung jawab wajib pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten Kota

– Tugas dan Kewenangan Pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kabupaten Kota)

Tantangan mendatang:

• Sumber Pendanaan sudah ada, bahkan berlebih

• Apakah program Preventif dan Promosi Kesehatan dapat menyerap anggaran?

• Apakah sebagian besar anggaran akan terdorong untuk Kuratif (Medis klinis, obat, dan pengobatan) JKN

• Bagaimana pelaksanaan programnya?

• Bagaimana sumber daya manusianya?

Pengamatan: Faktor utama yang berpengaruh terhadap daya serap

anggaran

• Terbatasnya SDM (kuantitas dan kualitas); sedangkan beban kerja sangat berat

• Untuk Indonesia bagian Timur: karena luasnya wilayah membutuhkan banyak tenaga;

• Tidak berjalannya sistem kontrak di Kementerian Kesehatan dan di Dinas Kesehatan

Analisis

• Bagaimana memanfaatkan anggaran dengan keterbatasan SDM dan luasnya wilayah?

• Apakah akan mengangkat PNS?

Di lain pihak, LSM, organisasi profit, dan swasta yang memiliki SDM dan memiliki potensi untuk membantu: belum diberdayakan

Solusi yang perlu dibahas mendalam:

• Perlu memberdayakan pihak non pemerintah melalui sistem Kontrak

CONTRACTING OUT: APAKAH MUNGKIN? APA YANG HARUS DISIAPKAN LEMBAGA NON PEMERINTAH? APA SAJA IMPLIKASINYA?

POKOK BAHASAN 2:

Definsi Contracting-out oleh Harding dan Preker (2003)

mekanisme pembelian yang digunakan untuk mendapatkan pelayanan tertentu, dalam jumlah yang telah ditetapkan, mutu dan harga yang disepakati dari penyedia jasa untuk periode waktu tertentu

(a purchasing mechanism used to acquire a specified service, of a defined quantity, quality, at an agreed-on price, from a specific provider, for a specified period)

23

Sebagai satu tool untuk mencapai

Determinan lain

Determinan lain

Organisasi sistem

kesehatan yang lebih

baik

Kinerja sistem

kesehatan yang lebih

baik

Peningkatan status

kesehatan masyarakat

Contracting Institusi Untuk “Paket” Pelayanan Kesehatan (incl: SDM)

Contracting Institusi Untuk Satu Jenis Pelayanan Kesehatan Tertentu (incl: SDM)

Contracting Institusi Untuk Manajemen (incl: SDM)

Contract- ing SDM Yankes (indivi- dual)

KONTINUUM CONTRACTING: Kontrak Langsung SDM Kontrak Tidak Langsung SDM*

Contract- ing SDM Yankes (tim)

Resolusi World Health Assembly pada pertemuan nya yang ke-56 tahun 2003

Contract- ing SDM Manaje- men (indivi- dual)

Contract- ing SDM Mana- jemen (tim)

* Core Business

26

NGO/Lembaga Swasta

Penerima pelayanan (Beneficiary)

Kontrak Monitoring dan

Evaluasi

Pembayaran

Pelayanan

Mengelola & membayar

Mengelola & membayar M&

E

DepKes/Pemerintah

Gambar 1. Contracting pelayanan

Kontrak 2 Level

Principal

(Penyandangdana/pemegangprogram)

Provider Lembaga

Agent

Principal

Tim SDM

Agent

KontrakLevel (1)

KontrakLevel (2)

Pemikiran Konsep “Kontrak” di

sektor kesehatan”:

• Kemampuan dan Staf yang terbatas di kantor2 pemerintah menimbulkan Problem Penyerapan dan Pertanyaan akan Mutu Program;

• Dianalogikan dengan pekerjaan di Dinas PU yang seluruhnya dilandasi konsep “contracting-out”;

• Kemungkinan pihak swasta/NGO mampu untuk menyediakan pelayanan lebih baik;

• Meletakkan pemerintah sebagai peran pemberi dana dan mempunyai peran kontrol yang lebih besar untuk pelayanan tersebut.

28

Apa yang sudah dan dapat dikontrakkan di Indonesia, antara lain:

• Pelayanan Preventif dan Primitif: Imunisasi, Promkes, Penyemprotan, Pemeriksaan makanan, dan berbagai kegiatan lainnya;

• Pelayanan Kuratif: Dalam JKN, RS Swasta dikontrak pemerintah, RS Swasta dikontrak oleh Pemprop NTT dalam Sister Hospital

• Pelayanan Gizi Masyarakat;

• Monitoring dan Evaluasi Program secara independen.

29

Tantangan dalam sistem “Kontrak”

• Tidak ada tradisi contracting kelompok di sektor kesehatan di Indonesia;

• Belum adanya informasi untuk paket esensial dan unit cost;

• Pihak Swasta dan NGO yang kompeten sebagai kontraktor sangat terbatas jumlahnya;

• Problem hubungan antar manusia dalam tim dan kerjasama dengan pelaku pelayanan setempat.

30

Tantangan tentang Spesifikasi

• Pemberi kontrak tidak memiliki informasi yang cukup tentang unit cost, volume kerja, dan biaya total pelayanan yang akan dikontrakkan (Waters dan Hussey, 2004).

• Bagaimana menerapkan margin keuntungan bagi kontraktor

+ • Tujuan Kegiatan tidak dapat

dikuantifikasi

• Masalah klasik dalam jasa yang non-fisik untuk indikator kinerja.

31

Tantangan kesiapan kontraktor

Siapa Kontraktor yang siap?

• LSM (khususnya kemanusiaan dan keagamaan), ataukah

• PT (for profit)

• Universitas

• ...

32

Sudah siapkah kontraktor?

• Apakah mempunyai SDM yang lengkap?

• Apakah mempunyai SDM yang siap berada di daerah terpencil

• Apakah sudah mempunyai Unit-cost yang rinci?

• Apakah mampu melakukan kontrak?

• Apakah akan bergabung dalam bentuk consortium?

33

Tantangan Pembinaan kontraktor? Oleh siapa?

• Pihak mana yang mengawasi mutu kontraktor? Apakah akan ada kegiatan pendampingan/pelatihan khusus bagi kontraktor?

• Apakah ada sertifikasi kontraktor?

34

Tantangan Hukum

Dasar Hukum

35

Keputusan Presiden RI nomor 80 tahun 2003 dengan seluruh amandemennya

• Merupakan dasar hukum kuat untuk contracting-out

• Kepres ini memberikan kemungkinan untuk adanya “untung” dalam persentase yang wajar

• Bagaimana kontrak untuk NGO/LSM. Mungkinkah?

Tantangan: Dari mana Pembiayaan Sistem Kontrak?

Sumber Dana:

• Pemerintah: Pusat, Propinsi, Kabupaten

• Donor agencies: GTZ,USAID, DFAT dll

Pengalaman saat ini di Indonesia:

Lebih banyak berasal dari donor.

APBN dan APBD masih jarang dipergunakan.

36

Daerah mana yang harus segera melakukan sistem kontrak?

Daerah yang berpotensi untuk melakukan Sistem Kontrak dengan Dana APBD

Kekuatan

Ekonomi Rakyat

rendah

Kekuatan

Ekonomi Rakyat

tinggi

Kekuatan

Ekonomi

PemDa Tinggi 1 2

Kekuatan

Ekonomi

Pemda Rendah 3 4

38

Pemerintah pusat lebih bertanggung-jawab. Dana kontrak berasal dari APBN

Kekuatan

Ekonomi Rakyat

rendah

Kekuatan

Ekonomi Rakyat

tinggi

Kekuatan

Ekonomi

PemDa Tinggi 1 2

Kekuatan

Ekonomi

Pemda Rendah 3 4

39

Implikasi:

• Dalam perencanaan, Kemenkes perlu memperhatikan aspek hukum, unit-cost, dan prosedur untuk sistem kontrak

• Bagaimana mekanisme Dana Dekonsentrasi, DAK, TP dan berbagai cara lain dapat dipakai untuk kontrak;

• Merupakan hal baru

• Perlu belajar dari Kementerian Pekerjaan Umum

Yang diharapkan:

• Ada regulasi untuk sistem kontrak

• Ada pelatihan kontraktor

• Ada pelatihan menghitung unit-cost untuk sistem kontrak

Mari kita pikirkan dan coba secara serius

CONTOH MODEL DARI NEGARA LAIN YANG BERHASIL DALAM PENERAPAN CONTRACTING OUT INI

POKOK BAHASAN 3:

43

Kasus di negara-negara lain:

Jenis pelayanan yang dikontrakkan pada masing-masing proyek di Senegal dan Madagascar.

Jenis pelayanan yang dikontrakkan

Senegal Madagascar

Pemberian pelayanan GIE CNW

Pelatihan Konsultan lokal, lembaga pelatihan lokal

-

Supervisi GIE atau NGO NGO

Riset operasional Konsultan lokal, lembaga penelitian lokal

Konsultan lokal, lembaga penelitian lokal, universitas

Manajemen proyek keseluruhan

Agetip Secaline (Project’s Unit)

GIE= Groupement d’Interet Economique; CNW= Community Nutrition Worker; NGO= Non-government organization (Sumber: Marek et al., 1999)

Di Asia Tenggara pada tahun 1999

• Departemen Kesehatan di Kamboja melakukan contracting out dan contracting in

• Kerjasama dengan NGO dan perusahaan swasta nirlaba untuk memberikan paket pelayanan kesehatan esensial di 12 rumahsakit distrik,

• menggunakan desain eksperimen random

(Loevinsohn, 2000, seperti dikutip Waters et al., 2003 dan Marek et al.,

2003; Soeters dan Griffiths, 2003).

44

Di Amerika Tengah,

pemerintah El Salvador dan Guatemala melakukan eksperimen:

• menandatangani kontrak dengan NGO dan organisasi swasta sukarela (Private Voluntary Organizaion, PVO) untuk

• penyediaan pelayanan kesehatan primer di daerah dengan cakupan pelayanan kesehatan formal rendah (Rosenthal, 2000, seperti dikutip Waters et al., 2003).

45

Di Indonesia

• Sister Hospital NTT

Dinkes Prop. NTT

AIPMNH

(Principal)PKMK

Tim SDM

RS Mitra B

Pemda Kab. di NTT

A

P

A

RS Mitra A

Tim SDM

A

P

A

1

2

3

4

5

6

78

9

Tim EvaluatorMandiri

11SISTER HOSPITAL

10

TERIMA KASIH

HP: 08156751227

Email: [email protected]

48