contoh tesis mda

Upload: tri-febrianti

Post on 08-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penelitian tentang mda

TRANSCRIPT

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    1/87

    TESIS

    PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA

    MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS

    YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

    TRIJONO SUWANDI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2012

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    2/87

    TESIS

    PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA

    MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS

    YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

    TRIJONO SUWANDI

    NIM 0890761018

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2012

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    3/87

    TESIS

    PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA

    MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS

    YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik

    Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

    TRIJONO SUWANDI

    NIM 0890761018

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2012

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    4/87

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    PADA TANGGAL 19 Januari 2012

    Pembimbing I

    Pembimbing II

    Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FKNIP. 194606191976021001 NIP. 194606191976021001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Ilmu Biomedik DirekturProgram Pasca Sarjana Program PascasarjanaUniversitas Udayana Universitas Udayana

    Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd,FAACS Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp. S(K)NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    5/87

    Tesis Ini Telah Diuji padaTanggal 19 Januari 2012

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

    Universitas Udayana, No. 0144/UN14.4/HK/2012, Tanggal 16 Januri 2012

    Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila,SpAnd., FAACS

    Anggota :1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK

    2. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH

    3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK

    4. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., SpAnd

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    6/87

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan

    Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul Pemberian

    Ekstrak Kelopak Bunga Rosela Menurunkan Malondialdehid pada Tikus yang Diberi

    Minyak Jelantahdapat diselesaikan.

    Tesis ini untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan yang dijalani

    penulis untuk memperoleh gelar magister pada Program Magister Program Studi Ilmu

    Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pasca Sarjana

    Universitas Udayana.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

    penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1.

    Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program SudiIlmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan selaku pembimbing I yang

    telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada

    penulis selama penyusunan tesis ini.

    2.

    Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK. selaku pembimbing II yang dengan penuh

    perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan masukan

    kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

    3. Prof. Dr. dr, N. Adiputra, MOH. selaku pembimbing akademik dan selaku

    penguji yang telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan dan

    masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    7/87

    4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, SpBIOK. selaku penguji yang telah memberikan

    banyak dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama

    penyusunan tesis ini.

    5.

    Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And. selaku penguji yang dengan penuh

    perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan

    selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan tesis

    ini.

    6. Drs. I Ketut Tunas, M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran ilmiah

    terutama dalam metode penelitian dan statistik yang sangatlah berguna bagi

    penulis dalam menyusun tesis ini.

    7. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., selaku kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi

    Universitas Gajah Mada dan Bapak Yulianto selaku staf yang telah banyak

    membantu dalam menyediakan binatang pecobaan serta fasilitas tempat,peralatan dan bantuan teknis bagi terlaksananya penelitian di Laboratorium Pusat

    Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada.

    8. Para dosen pengajar dan staf di Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkan

    satu persatu, yang selalu memberikan dorongan dan bantuan.

    9. Segenap staf administrasi dan teman-teman mahasiswa yang telah membantu

    dan memberikan dorongan semangat bagi penulis.

    10. Istri yang sangat mengasihi, Endang Setiawati, anak-anak tersayang, William,

    Kevin dan Charissa, atas segala doa, dukungan dan pengertiannya selama

    penulis menempuh pendidikan.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    8/87

    11. Keluarga tercinta, Papa, Mama dan adik-adik, atas doa, perhatian, semangat

    selama penulis menempuh pendidikan.

    12. Rekan-rekan sejawat yaitu Eve, Jess, Fifin, Kris, Teguh, Juli, dr. Oka dan rekan-

    rekan sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

    memberikan dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti program

    magister, khususnya dalam penulisan tesis ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam pelaksanaan dan peyelesaian tesis ini.

    Penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis pribadi,

    bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pasca

    Sarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.

    Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih

    banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semuapihak akan menjadi masukan yang sangat diharapkan.

    Akhir kata, Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan kasih, berkat,

    damai sejahtera dan anugerah-Nya kepada kita semua.

    Denpasar, Juli 2011

    Penulis

    Trijono Suwandi

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    9/87

    ABSTRAK

    PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA MENURUNKANMALONDIALDEHID PADA TIKUS YANG DIBERI MINYAK JELANTAH

    Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang sudah dipakai untukmenggoreng berbagai jenis makanan dan sudah mengalami perubahan padakomposisi kimianya. Penggunaaan minyak jelantah dapat terbentuk radikal bebas.Radikal bebas yang berlebihan menimbulkan stres oksidasi yang memicu prosesperoksidasi lipid, kerusakan oksidatif protein dan mutasi DNA, sehingga dapatmempercepat terjadinya proses penuaan. Rosela dapat dijadikan sumber antioksidan,karena mengandung vitamin C, vitamin E, beta karoten, omega 3, dan flavanoid.Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela

    pada tikus jantan yang diberi minyak jelantah. Penurunan stres oksidasi dapatdiketahui salah satunya dengan mengukur MDA yang merupakan produk akhir dariperoksidasi lipid.

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan pre testand post test control group design, yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat StudiPangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Penelitian ini menggunakan 18ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompokkontrol (P0) diberi minyak jelantah dan aquades, kelompok perlakuan 1 (P1) diberiminyak jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kg BB dan kelompokperlakuan 2 (P2) diberi minyak jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela dosis 500mg/kg BB. Perlakuan terhadap ketiga kelompok ini dilakukan selama 14 hari.

    Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak kelopak bunga rosela antara ketigakelompok menggunakan One Way Anova. Rerata kadar MDA kelompok kontroladalah 7,790,32, rerata kelompok P1 adalah 5,190,30, dan rerata kelompok P2adalah 3,410,36. Terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna pada ketigakelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak kelopak bunga rosela secaraperoral selama 14 hari (p < 0,05).

    Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kgBB menurunkan malondialdehid sebesar 28,0% pada tikus yang diberi minyakgoreng jelantah dan pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dosis 500 mg/kg BBmenurunkan malondialdehid sebesar 50,2%. Hasil penelitian ini diharapkan dapatdipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis maksimal

    ekstrak kelopak bunga rosella pada hewan coba dan perlu dilakukan clinical trial.

    Kata kunci : rosela, malondialdehid, minyak jelantah.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    10/87

    ABSTRACT

    ADMINISTRATION OF ROSELLA PETAL FLOWER EXTRACTDECREASES MALONDIALDEHYDE IN RATS FED WITH WASTE

    COOKING OIL

    Waste cooking oil is used oil that has been used to fry many kinds of food andchanges in their chemical composition. The use of waste cooking oil, especiallywith deep frying method can form free radicals. Excessive free radicals will causeoxidative stress that triggers the process of lipid peroxidation, oxidative damage ofprotein and DNA mutation, which can accelerate the aging process. Lipidperoxididation products can be measured as MDA levels. Rosella contains vitaminC, vitamin E, beta carotene, omega 3, and flavonoids, is a natural antioxidant which

    can reduce the negative impact of oxidants including free radicals. This research aimsto determine the effect of rosella petal flower extract against MDA in rats fed withwaste cooking oil. Decrease in oxidative stress can be determined by measuringMDA which is the end product of lipid peroxidation.

    This research was an experimental study which applies randomized Pre test andPost test Control Group design. Research conducted at the Food and Nutrition Centreof Study Laboratory, Gajah Mada University, Jogjakarta. This research was done on18 male Wistar strain rats, were divided into three research groups. The first groupwas the control group (P0) which were administrated with waste cooking oil andaquades. The second group was the treatment group 1 (P1) which were administratedwith waste cooking oil and rosella petal flower extract dose of 250 mg/kg. While the

    third group was the treatment group 2 (P2) were administrated with waste cooking oiland rosella petal flower extract dose of 500 mg/kg. The treatment of the three groupswas conducted for 14 days.

    The analysis result between the three groups using One Way Anova, comparisontest after roselle petals flower extract administration among the three groups wasMDA level. The average of the control group was 7.79 0.32, the average P1 groupwas 5.19 0.30, and the average P2 group was 3,41 0.36. There were significantdifferences in MDA levels decreased in all three groups after the treatment rosellapetal flower extract administration orally for 14 days (p

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    11/87

    DAFTAR ISI

    Hal

    SAMPUL DALAM............................................................................ i

    PRASYARAT GELAR..................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN............................................................... iii

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI.................................................. iv

    UCAPAN TERIMA KASIH............................................................. v

    ABSTRAK......................................................................................... viii

    ABSTRACT....................................................................................... ix

    DAFTAR ISI...................................................................................... x

    DAFTAR TABEL.............................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR......................................................................... xvi

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 6

    1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

    1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 8

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    12/87

    2.1. Proses Penuaan ........................................................................... 8

    2.2. Radikal Bebas ............................................................................. 9

    2.2.1. Definisi Radikal Bebas .......................................................... 9

    2.2.2. Sumber Radikal Bebas ........................................................... 10

    2.2.3. Sifat Radikal Bebas ................................................................ 11

    2.3. Antioksidan ............................................................................ 12

    2.3.1. Definisi Antioksidan .............................................................. 12

    2.3.2. Jenis Antioksidan ................................................................... 13

    2.4. Stres Oksidasi ........................................................................ 14

    2.5. Malondialdehid (MDA) ......................................................... 15

    2.6. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) ............................................. 15

    2.6.1. Taksonomi ............................................................................. 15

    2.6.2. Nama Lain ............................................................................. 16

    2.6.3. Karakteristik dan Morfologi ................................................. 17

    2.6.4. Kandungan Senyawa Kimia .................................................. 18

    2.6.5. Manfaat Rosela ..................................................................... 18

    2.6.6. Toksisitas .............................................................................. 20

    2.7. Minyak Goreng Jelantah ....................................................... 20

    2.8. Dampak Minyak Jelantah terhadap Kesehatan ..................... 23

    2.9. Hewan Coba Tikus (Rattus novergicus L.) ........................... 25

    2.9.1. Penggunaan Tikus ................................................................. 25

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    13/87

    2.9.2. Pemberian Makanan Dan Minuman ...................................... 26

    2.9.3. Pemantauan Keselamatan Tikus ............................................ 27

    BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28

    3.1. Kerangka Berpikir ................................................................. 28

    3.2. Konsep ................................................................................... 29

    3.3. Hipotesis ................................................................................ 30

    BAB IV METODE PENELITIAN ................................................... 31

    4.1. Rancangan Penelitian ............................................................ 31

    4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 32

    4.3. Subjek Penelitian ................................................................... 33

    4.3.1. Subjek Penelitian ................................................................... 33

    4.3.2. Kriteria Subjek ....................................................................... 33

    4.3.3. Besar Sampel ......................................................................... 33

    4.3.4. Teknik Penentuan Sampel ..................................................... 35

    4.4. Variabel Penelitian ................................................................ 35

    4.4.1. Klasifikasi Variabel Penelitian ............................................. 35

    4.4.2. Definisi Operasional Variabel ............................................... 36

    4.5. Bahan Penelitian .................................................................... 37

    4.6. Alat Penelitian ....................................................................... 38

    4.7. Prosedur Penelitian ................................................................ 38

    4.7.1. Pengambilan Subjek dan Jumlah Subjek Penelitian ............. 38

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    14/87

    4.7.2. Penentuan Dosis .................................................................... 39

    4.7.3. Prosedur Kerja ...................................................................... 41

    4.7.4. Alur Penelitian ...................................................................... 43

    4.8. Analisis Data ......................................................................... 44

    BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................... 45

    5.1. Uji Normalitas Data Kadar MDA........................................... 45

    5.2. Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok

    Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................ 46

    5.3. Kadar MDA............................................................................ 46

    5.3.1. Uji Komparabilitas Kadar MDA............................................ 46

    5.3.2. Analisis Efek Pemberian Minyak Goreng Jelantah antar

    Kelompok............................................................................... 47

    5.3.3. Analisis Efek Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela

    antar Kelompok ..................................................................... 48

    BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN............................ 51

    6.1. Subjek Penelitian.................................................................... 51

    6.2. Pengaruh Ekstrak Kelopak Bunga Rosela terhadap Kadar

    MDA Darah............................................................................ 51

    BAB VII SIMPULAN dan SARAN.................................................. 56

    7.1 Simpulan................................................................................. 56

    7.2 Saran....................................................................................... 56

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    15/87

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 57

    LAMPIRAN.. 62

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    16/87

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 2.1. Data Biologis Tikus ................................................... 26

    Tabel 5.1. Hasil Uji Normalitas Kadar MDA ............................. 45

    Tabel 5.2. Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok

    Perlakuan ................................................................... 46

    Tabel 5.3. Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

    Diberi Minyak Jelantah .............................................. 46

    Tabel 5.4. Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberi

    Minyak Jelantah (Pre Test) ........................................ 47

    Tabel 5.5. Perbedaan Rerata Kadar MDA antar Kelompok

    Sesudah Diberikan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela

    (Post Test)................................................................... 48

    Tabel 5.6 Beda Nyata Terkecil Kadar MDA Sesudah Diberikan

    Ekstrak kelopak Bunga Rosela antar Dua Kelompok.. 49

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    17/87

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep ........................................... 30

    Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ................................................ 31

    Gambar 4.2. Hubungan Antar Variabel .......................................... 37

    Gambar 4.3. Skema Alur Penelitian ............................................... 43

    Gambar 5.1. Perbedaan Rerata Kadar MDA pada Kelompok

    Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok

    Perlakuan 2 ................................................................ 50

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    18/87

    DAFTAR SINGKATAN

    SINGAKATAN

    AAM : Anti Aging Medicine

    KAP : Kedokteran Anti Penuaan

    LSD : Least Significance Difference

    MDA : Malondialdehid

    MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acid

    PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acid

    ROS : Reactive Oxygen Species

    TBARS : Thiobarbituric Acid Reactive Substance

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    19/87

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Tabel Konversi Perhitungan Dosis Laurence &

    Bacharach ................................................................... 62

    Lampiran 2. Uji Normalitas Data MDA Sebelum dan

    Sesudah Perlakuan ..................................................... 63

    Lampiran 3. Uji One Way Anova.................................................... 64

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    20/87

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada umumnya manusia menginginkan hidup berumur panjang, mempunyai

    kualitas hidup yang baik, sehat dan berkualitas serta tidak mau tampak cepat tua.

    Untuk mencapai hal tersebut, maka manusia melakukan berbagai upaya untuk

    mencegah proses penuaan.

    Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh

    secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang

    serta meningkatnya kelemahan (Bludau, 2010).

    Dengan berkembangnya Ilmu Kedokteran Anti Penuaan (KAP) atau Anti-Aging

    Medicine (AAM) tercipta suatu konsep baru dalam dunia kedokteran. AAM adalahbagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan

    teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan,

    dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit yang

    berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam

    keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi merupakan suatu keadaan

    normal yang memang harus terjadi, namun dianggap sama sebagai suatu penyakit,

    yang dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula,

    sehingga berakibat usia harapan hidup manusia dapat menjadi lebih panjang dengan

    kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    21/87

    Proses penuaan dapat disebabkan oleh banyak hal, dapat disebabkan faktor dari

    luar, misalnya makanan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak sehat, polusi

    lingkungan, stres dan faktor kemiskinan, dan dapat disebabkan faktor dari dalam,

    salah satunya adalah radikal bebas (Pangkahila, 2007). Ada banyak teori tentang

    penuaan, di antaranya adalah teori radikal bebas yang dikemukakan oleh Gerschman

    pada tahun 1954 dan kemudian dikembangkan oleh Denham Harman pada tahun

    1982. Teori ini menjelaskan bahwa radikal bebas dapat merusak sel-sel dalam tubuh

    manusia. Penimbunan radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif yang pada

    akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh (Goldman

    dan Klantz, 2003).

    Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan dari luar tubuh. Yang berasal dari

    dalam tubuh, misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses

    inflamasi, sedangkan yang berasal dari luar tubuh dapat disebabkan oleh karenapolutan, seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari,

    makanan berlemak, kopi, alkohol, obat, minyak goreng jelantah, bahan racun

    pestisida, dan masih banyak lagi yang lainnya. Juga dapat dipicu oleh stres atau olah

    raga yang berlebihan (Pham-Huy et al., 2008).

    Pada penggunaaan minyak goreng jelantah, khususnya yang digunakan dengan

    cara deep frying dapat terbentuk radikal bebas. Yang dimaksud dengan minyak

    jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari berbagi jenis minyak goreng,

    minyak jelantah ini merupakan minyak bekas yang sudah dipakai untuk menggoreng

    berbagai jenis makanan dan sudah mengalami perubahan pada komposisi kimianya

    (Rukmini, 2007; Lestari, 2010). Sedangkan deep fryingadalah cara menggoreng yang

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    22/87

    menggunakan minyak goreng dalam jumlah banyak, dengan pemanasan berulang dan

    pada suhu yang tinggi (Sartika, 2009). Pemanasan yang lama atau berulang-ulang

    akan mempercepat terjadinya destruksi minyak akibat meningkatnya kadar peroksida.

    Hal tersebut terjadi karena pada saat pemanasan akan terjadi proses destruksi berupa

    degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses ini dapat meningkatkan

    kadar peroksida dan pembentukan radikal bebas yang bersifat toksik, sehingga

    membahayakan bagi tubuh (Mulyati dan Meilina, 2007; Oktaviani, 2009).

    Radikal bebas dapat merusak makromolekul seperti protein, asam nukleat dan

    lipid. Radikal bebas menimbulkan reaksi rantai, misalnya peroksidasi lipid yang

    berdampak merusak komponen membran sel yang mengandung asam lemak tidak

    jenuh ganda menjadi senyawa toksis terhadap sel seperti malondialdehid, 9-hidroksi-

    noneal, F2-isoprostan, etana dan pentana (Murray et al., 2000). Malondialdehid

    (MDA) merupakan salah satu petanda terjadinya kerusakan oksidatif oleh radikalbebas pada membran sel (Suryohudoyo, 2000).

    Untuk mencegah terjadinya efek buruk dari radikal bebas diperlukan antioksidan.

    Penggunaan antioksidan mulai marak akhir-akhir ini seiring dengan semakin

    meningkatnya pemahaman pada masyarakat tentang peranan antioksidan dalam

    menghambat penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosklerosis,

    penyakit kanker dan gejala penuaan (Goldman dan Klantz, 2003; Kuncahyo dan

    Sunardi, 2007). Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau

    mencegah terjadinya oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah (Utami et al.,

    2009):

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    23/87

    1. Bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif

    yang relatif stabil.

    2. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan

    elektron yang dimiliki radikal bebas.

    3. Menghambat terjadinya reaksi rantai dari pembentukan radikal bebas.

    Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat

    dijadikan sebagai sumber antioksidan.Di beberapa daerah, masyarakat menggunakan

    kelopak bunga rosela ini sebagai teh, biasanya disebut dengan teh merah.

    Menurut DEPKES RI. kelopak bunga rosela mengandung vitamin C, vitamin D,

    vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida,

    omega 3, kalsium. Tiap 100 gram kelopak bunga rosela mengandung vitamin C yang

    cukup tinggi, yaitu sekitar 260-280 mg (Maryani dan Kristiana, 2008).

    Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan dan manfaatrosela. Pada penelitian yang dilakukan Arellano et al. (2004), didapat kandungan

    vitamin A, vitamin C, theaflavins, cathecins. Kandungan theaflavins dan cathecins

    membantu menjaga kolesterol dalam darah dengan cara membatasi penyerapan

    kolesterol dan meningkatkan pembuangan kolesterol LDL dari hati. Vitamin C

    berfungsi dalam menetralisir lemak dalam tubuh, sehingga bermanfaat untuk body

    slimming, body firming. Vitamin A dan vitamin C menjaga, mempertahankan dan

    meningkatkan kesehatan tubuh serta mencegah penuaan dini dan munculnya katarak.

    Vitamin A, vitamin C dan kalsium berguna untuk kesehatan mata, kulit dan tulang

    sedangkan serat untuk memperbaiki sistem pencernaan. Pada penelitian lain tentang

    efek kelopak bunga rosela terhadap kerusakan sel hati tikus, ditemukan senyawa

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    24/87

    polifenol (Liu et al., 2002; Lin et al., 2003), dan anthocyanidins (Lazze et al., 2003;

    Ojokoh et al., 2006). Amin dan Hamza (2005) yang meneliti efek hepatoprotektif

    rosela mendapatkan kandungan flavanoid. Flavonoid yang terdapat dalam kelopak

    bunga rosela bermanfaat untuk mencegah kanker, terutama karena radikal bebas,

    seperti kanker lambung dan leukemia. Selain itu flavonoid juga mempunyai efek

    protektif terhadap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi (Kusmardiyana et al.,

    2007).

    Jadi kelopak bunga rosela mengandung antioksidan, asam amino, vitamin,

    mineral, dan lain-lain. Kandungan antioksidan kelopak bunga rosela antara lain:

    vitamin C, vitamin E, beta karoten, omega 3, flavanoid. Antioksidan berperan penting

    dalam konsep Ilmu KAP dalam meredam efek buruk dari radikal bebas, salah satu

    penyebab proses penuaan (Pangkahila, 2007).

    Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, penggunaan minyak goreng jelantahyang banyak terjadi di masyarakat dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas,

    sehingga dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang berakibat terjadinya

    kerusakan, bahkan kematian sel. Hal ini bisa ditanggulangi dengan pemakaian

    kelopak bunga rosela yang mengandung antioksidan.

    Berdasarkan pengamatan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan

    untuk membuktikan manfaat dari kelopak bunga rosela dalam menurunkan

    malondialdehid yang diakibatkan oleh pemakaian minyak goreng jelantah. Oleh

    karena itu penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak

    kelopak bunga rosela dapat menurunkan malondialdehid (MDA) pada tikus putih

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    25/87

    (Rattus norvegicus L.) jantan galur Wistar sehat yang diberi/diinduksi minyak goreng

    jelantah.

    1.2. Rumusan Masalah

    Dari uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah

    pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dapat menurunkan MDA pada tikus jantan

    (Rattus novergicus L.) galur Wistar yang diberi minyak goreng jelantah?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian antioksidan dalam

    menurunkan terjadinya kerusakan oksidatif.

    2. Tujuan KhususUntuk mengetahui pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dapat menurunkan

    MDA pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi minyak goreng jelantah.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Ilmiah

    Memberikan informasi ilmiah mengenai peranan pemberian ekstrak kelopak

    bunga rosela dalam menurunkan malondialdehid pada tikus jantan galur Wistar yang

    diberi minyak goreng jelantah.

    2. Manfaat Praktis

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    26/87

    Memberikan informasi bahwa pemberian ekstrak kelopak bunga rosela

    menurunkan malondialdehid yang merupakan salah satu hasil dari terjadinya

    kerusakan oksidatif, salah satu penyebab penting terjadinya proses penuaan. Selain

    itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

    penelitian selanjutnya.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    27/87

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Proses Penuaan

    Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh

    secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang

    serta meningkatnya kelemahan (Bludau,2010). Banyak faktor yang mempengaruhi

    terjadinya proses penuaan. Faktor-faktor ini terbagi menjadi faktor internal meliputi

    radikal bebas, genetik, hormon yang berkurang dan faktor eksternal meliputi pola

    hidup tidak sehat, diet tidak sehat, stres, dan polusi lingkungan. Faktor-faktor ini

    dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dihambat, sehingga usia harapan hidup

    dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

    Bermodalkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindariberbagai faktor penyebab proses penuaan dilengkapi dengan pengobatan, masyarakat

    memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang dengan

    kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

    Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara

    lain adalah menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi

    berolahraga teratur, makanan sehat dan cukup, atasi stres, melakukan pemeriksaan

    kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi, menggunakan

    obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli untuk mengembalikan fungsi

    berbagai organ tubuh yang menurun. Namun, terdapat pula hambatan atau kesulitan

    melakukan upaya menghambat proses penuaan, antara lain karena lingkungan tidak

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    28/87

    sehat, pengetahuan rendah dan budaya yang tidak benar. Yang juga termasuk

    hambatan adalah adanya pola hidup yang tidak sehat seperti diet yang tinggi

    karbohidrat dan lemak jenuh (Pangkahila, 2007).

    Dengan berkembangnya AAM tercipta suatu konsep baru dalam dunia

    kedokteran. AAM adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan

    ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini,

    pencegahan, pengobatan, dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi,

    kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk

    memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi

    suatu keadaan normal yang memang harus terjadi, namun dianggap sama sebagai

    penyakit yang dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan

    semula, sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas

    hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

    2.2. Radikal Bebas

    2.2.1. Definisi Radikal Bebas

    Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak

    berpasangan (unpaired electron) pada bagian terluar orbitnya, sehingga menjadi

    komponen yang tidak stabil dan menjadi sangat reaktif. Elektron yang tidak

    berpasangan ini, akan berusaha menarik elektron dari molekul lainnya untuk

    mendapatkan kembali konfigurasi pasangan elektron, oleh karena itu radikal bebas

    sangat reaktif. Sebuah radikal bebas yang berhasil mengambil elektron dari suatu

    molekul lain yang stabil, akan menyebabkan molekul tersebut kehilangan satu

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    29/87

    elektron dan akibatnya akan berubah menjadi radikal bebas baru. Proses rantai ini

    dapat menyebabkan perubahan struktur pada molekul lainnya (Pham-Huy et al.,

    2008).

    Dalam kepustakaan kedokteran, pengertian radikal bebas sering dibaurkan

    dengan oksidan, karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip. Aktivitas keduanya

    sering menghasilkan akibat yang sama, akan tetapi sebenarnya melalui proses yang

    berbeda. Keduanya harus dibedakan. Oksidan mempunyai pengertian senyawa

    penerima elektron (electron acceptor). Jadi radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak

    semua oksidan merupakan radikal bebas (Suryohudoyo, 2000).

    2.2.2. Sumber Radikal Bebas

    Pembentukan radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.

    Adapun sumber radikal bebas antara lain (Pham-Huy et al., 2008):

    1. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh, yang timbul sebagai akibat dariberbagai proses enzimatik di dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses

    oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada proses respirasi sel, pada

    proses pencernaan dan pada proses metabolisme. Diproduksi oleh mitokondria,

    membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel.

    2. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh, yang timbul sebagai akibat dari

    bermacam-macam proses non-enzimatik di dalam tubuh, merupakan reaksi

    oksigen dengan senyawa organik dengan cara ionisasi dan radiasi. Contohnya

    adalah proses inflamasi dan iskemia.

    3. Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh, yang didapat dari polutan, seperti asap

    rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi,

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    30/87

    alkohol, obat, bahan racun, pestisida, minyak goreng jelantah (deep frying) dan

    masih banyak lagi yang lainnya. Peningkatan radikal bebas pun dapat dipicu oleh

    stres atau olah raga yang berlebihan.

    2.2.3. Sifat Radikal Bebas

    Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu :

    1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungannya menarik elektron.

    2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya

    atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.

    Namun perlu diingat, bahwa radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak setiap

    oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan

    oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas di atas,

    yaitu reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal bebas baru, yang

    pada gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal barulagi, sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) (Halliwell dan Gutteridge,

    2007).

    Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel,

    melalui terjadinya rangkaian proses sebagai berikut (Halliwell dan Gutteridge,

    2007):

    1. Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-komponen membran

    (enzim-enzim membran, komponen karbohidrat membran plasma), sehingga

    terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor.

    2. Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

    menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    31/87

    3. Reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak

    tidak jenuh majemuk (PUFA = poly unsaturated fatty acid). Hasil peroksidasi

    lipid membran oleh radikal bebas, berefek langsung terhadap kerusakan pada

    membran sel, antara lain dengan mengubah fluiditas, struktur dan fungsi

    membran, dalam keadaan yang lebih ekstrim akhirnya akan menyebabkan

    kematian sel.

    Efek biologik peroksidasi lipid membran bergantung antara lain pada populasi

    sel yang bersangkutan dan profil asam lemak pada membran fosfolipid. Contoh

    membran mitokondria dan mikrosom sensitif terhadap peroksidasi lipid karena

    kandungan PUFA pada fosfolipid membran cukup tinggi. Umumnya semua membran

    peka terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam derajat yang berbeda-beda. Kerusakan

    struktur subseluler secara langsung mempengaruhi pengaturan metabolisme. Sebagai

    contoh adalah disrupsi membran lisosom menyebabkan pelepasan enzim-enzimhidrolitik lisosom yang selanjutnya mampu mengakibatkan perusakan intraseluler,

    dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi kerusakan sel

    (Halliwell dan Gutteridge, 2007).

    2.3. Antioksidan

    2.3.1. Definisi Antioksidan

    Kalau radikal bebas adalah penerima elektron (electron acceptor), maka

    antioksidan adalah pemberi elektron (electron donor). Antioksidan dapat

    didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat/memperlambat proses

    oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen,

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    32/87

    pelepasan hidrogen atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami

    yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana, tak terkecuali di dalam tubuh

    kita (Halliwell dan Gutteridge, 2007).

    Dalam pengertian kimia, antioksidan adalah senyawa-senyawa pemberi elektron,

    tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa

    yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-

    protein pengikat logam (Pangkahila, 2007).

    2.3.2. Jenis Antioksidan

    Berdasarkan dua mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, maka

    antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray et al., 2000), yaitu:

    1. Antioksidan pencegah (preventive antioxidants)

    Pada dasarnya tujuan antioksidan ini mencegah terjadinya radikal hidroksil, yaitu

    radikal yang paling berbahaya. Diperlukan tiga komponen untuk terbentuknya radikalhidroksil, yaitu logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan ion superoksid. Agar reaksi

    Fenton tidak terjadi, maka harus dicegah keberadaan ion Fe2+atau Cu2+bebas. Untuk

    itu berperan beberapa protein penting, yaitu transferin atau feritin (untuk Fe) dan

    seruloplasmin atau albumin (untuk Cu).

    Penimbunan ion superoksid (O2-) dapat dicegah oleh enzim SOD (superoksid

    dismutase) dengan mengkatalisis reaksi dismutase ion superoksid:

    2O2- + 2H+ H2O2+ O2

    Penimbunan H2O2 dapat dicegah melalui aktivitas dua enzim, yaitu katalase

    (mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2)dan peroksidase.

    2. Antioksidan pemutus rantai (chain-breaking antioxidants)

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    33/87

    Dalam kelompok ini terdapat vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam askorbat),

    beta karoten, glutation dan sistein. Vitamin E dan beta karoten bersifat lipofilik,

    sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid.

    Sedangkan vitamin C, glutation dan sistein bersifat hidrofilik dan berperan dalam

    sitosol.

    2.4. Stres Oksidasi

    Stres oksidasi (oxidative stress) secara terminologi menunjukkan adanya

    produksi radikal bebas yang berlebihan melebihi kapasitas perlindungan antioksidan.

    Radikal bebas adalah substansi yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak

    berpasangan. Radikal bebas yang berasal dari oksigen diklasifikasikan sebagai

    Reactive Oxigen Species (ROS), termasuk disini radikal superoksida (O2-), radikal

    hidroksil (OH

    +

    ) dan radikal hidrogen peroksida (H2O2). Enzim yang berperan dalampeningkatan produksi ion superoksidtermasuk rantai transport elektron mitokondria,

    NAD(P)H Oxidase, dan Xanthin Oxidase, serta e NOS (Rush et al., 2005).

    Di dalam tubuh, ROS secara konstan diproduksi dan dieliminasi, selama sel

    masih memiliki pertahanan endogen melawan zat oksidan tersebut. Diduga bahwa

    kadar yang rendah ROS berperanan dalam fisiologi signalingantar sel secara normal,

    atau penting untuk memelihara homeostasis. Sedangkan produksi ROS yang

    berlebihan atau terjadinya kerusakan perlindungan terhadap ROS menimbulkan stres

    oksidasi, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa kelainan patologis (Rush et

    al., 2005).

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    34/87

    Stres oksidasi menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap lemak, protein, dan

    DNA. ROS dapat memicu proses peroksidasi terhadap lipid. Peroksida lipid tidak

    saja bertanggung jawab atas perusakan makanan, tetapi yang lebih penting adalah

    perusakan jaringan tubuh in vivo, sehingga dapat menimbulkan berbagai macam

    penyakit, seperti penyakit kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan proses penuaan.

    Peroksidasi terhadap lipid dalam membran sel akan sangat mengganggu fungsi

    membran, menimbulkan kerusakan yang ireversibel terhadap fluiditas dan elastisitas

    membran, yang dapat menyebabkan ruptur membran sel (Szocs, 2004). Untuk

    mengetahui terjadinya peroksida lipid salah satunya adalah dengan mengukur kadar

    MDA (Suryohudoyo, 2000).

    2.5. Malondialdehid (MDA)

    MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, dan biasanya digunakansebagai biomarkerbiologis untuk menilai stres oksidatif (Suryohudoyo, 2000).

    Pada proses peroksidasi lipid, selain MDA terbentuk juga radikal bebas yang lain,

    tetapi radikal bebas tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga sulit

    diperiksa dalam laboratorium (Cherubini et al., 2005).

    Pengukuran kadar MDA serum dapat dilakukan dengan Test thiobarbituric acid-

    reactive subtance (TBARS) yang berdasar pemeriksaan reaksi spektrofotometrik

    (Konig dan Berg, 2002).

    2.6. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

    2.6.1. Taksonomi

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    35/87

    Klasifikasi tanaman rosela adalah (Mardiah et al., 2009):

    Regnum : Plantae

    Superdivisi : Spermatophyta

    Divisi :Magnoliophyta

    Kelas :Magnoliopsida

    Subkelas :Dilleniidae

    Ordo :Malvales

    Familia :Malvaceae

    Genus :Hibiscus L.

    Spesies :Hibiscus sabdariffa L.

    2.6.2. Nama Lain

    Tanaman rosela dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim tropis dan yang

    beriklim subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli yang sangat luas, terbentangdari India hingga Malaysia, namun saat ini tanaman rosela telah tersebar luas di

    daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu rosela mempunyai nama

    umum yang berbeda-beda di berbagai daerah (Mardiah et al., 2009).

    Tumbuhan Hibiscus sabdariffa Linn ini dalam bahasa Indonesia disebut rosela.

    Hibiscus sabdariffa Linn di daerah Sunda dikenal dengan nama gamel walanda, di

    daerah Ternate dengan nama kasturi rortha, di daerah Jawa Tengah dengan nama

    mrambos hijau, di daerah Padang dengan nama asam jarot, di daerah Sumatra Selatan

    dengan nama kesew jawe, dan di daerah Muara Enim dikenal dengan nama asam

    rejang (Maryani dan Kristiana, 2008; Mardiah et al., 2009).

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    36/87

    Di Malaysia, rosela dikenal sebagai asam susur, asam paya, atau asam kumbang.

    Di Cina dikenal lou shen kui, lou shen hua. Di Thailand dikenal sebagai kachieb

    priew. Di Belanda dikenal Zuring, dan di Sinegal dikenal sebagai bisap. Di Inggris

    dikenal dengan roselle, rozelle, sorrel, sour-sour, queensland jelly plant, jelly okra,

    lemon bush dan florida cranberry. Di Afrika Utara dikenal karkade atau carcade.

    Nama carcade inilah yang dipakai sebagai nama dagang rosela, baik dalam dunia

    pengobatan maupun sebagai bahan makanan di benua Eropa (Mardiah et al., 2009).

    2.6.3. Karakteristik dan Morfologi

    Tanaman rosela merupakan herba tahunan yang bergetah. Tinggi tanaman ini

    dapat mencapai ketinggian 0.53 meter, serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang

    tahun. Batangnya berbentuk bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya

    berupa daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan daunnya menjari, berujung

    tumpul, tepi bergerigi dan dengan pangkal berlekuk. Panjang daunnya 6-15 cm dandengan lebar daun 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm

    (Mardiah et al., 2009).

    Bunga tanaman rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,

    artinya pada setiap tangkai tanaman rosella hanya terdapat satu bunga. Bunga dari

    tanaman rosela ini mempunyai 8-11 helai kelopak bunga yang berbulu dengan

    panjang sekitar 1 cm, dengan pangkal yang saling berlekatan, dan berwarna merah.

    Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat, bagian inilah

    yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman (Maryani dan

    Kristiana, 2008). Mahkota bunga berbentuk corong terdiri dari 5 helaian, panjangnya

    sekitar 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    37/87

    sari berukuran pendek dan tebal, panjang sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm. Putik

    berbentuk tabung berwarna kuning atau merah (Mardiah et al., 2009).

    Buah berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna

    merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm.

    Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu

    (Mardiah et al., 2009; Devi, 2009).

    2.6.4. Kandungan Senyawa Kimia

    Bahan aktif dari kelopak bunga rosela adalah grossypeptin, antosianin, gluside

    hibiscin dan flavonoid. Menurut DEPKES RI. kelopak bunga rosela mengandung

    vitamin C, vitamin D, vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam

    amino, polisakarida, omega 3, kalsium. Rasa asam dari kelopak bunga rosela

    disebabkan kandungan vitamin C, asam sitrat dan asam glikolik (Maryani dan

    Kristiana, 2008).Hasil studi kimia pada kelopak bunga kering H.sabdariffa L. ditemukan

    alumunium, chromium, copper, besi (Arellano et al., 2004), polifenol (Liu et al.,

    2002; Lin et al., 2003), anthocyanidins (Lazze et al., 2003; Ojokoh et al., 2006),

    asam polisakarida heterogen dan komponen fenol termasuk gossypetine-3-glycoside,

    flavonoid (Amin dan Hamza, 2005).

    2.6.5. Manfaat Rosela

    Rosela dilaporkan memiliki efek antiseptik, aphrodisiak, astringent, diuretik,

    emolien, sedatif, dan tonik (Okasha et al., 2008).

    Karakteristik fisiokimia kelopak bunga rosela memiliki kadar vitamin C yang

    tinggi dengan kandungan gula yang rendah, juga mengandung asam suksinat dan

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    38/87

    asam oksalat yang merupakan dua asam organik yang dominan. Rosela memiliki

    kandungan asam askorbat yang lebih tinggi daripada jeruk dan mangga. Kelopak

    bunga rosela mengandung vitamin A dan 18 jenis asam amino yang diperlukan

    tubuh. Salah satunya adalah arginin yang berperan dalam proses peremajaan sel

    tubuh. Di samping itu, rosela juga mengandung protein, kalsium, dan unsur-unsur

    lain yang berguna bagi tubuh. Asam amino yang terdapat dalam tanaman ini antara

    lain arginine, cystine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine,

    phenylalanine, threonine, trytophan, tyrosine, valine, aspartic acid, glutamic acid,

    alanine, glycine, proline danserine(Okasha et al., 2008).

    Kandungan theaflavins dan cathecins membantu mengontrol kadar kolesterol

    dalam darah, dengan cara membatasi penyerapan kolesterol dan meningkatkan

    pembuangan kolesterol LDL dari hati. Sedangkan vitamin C dapat berfungsi untuk

    menetralisir lemak dalam tubuh, sehingga cukup bermanfaat untuk body slimming,

    body firming. Selain itu, kandungan vitamin C yang tinggi secara farmakologis

    berfungsi dalam membantu penyerapan semua vitamin dan mineral. Vitamin dan

    mineral membantu metabolisme tubuh. Vitamin A dan vitamin C mempunyai fungsi

    menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh serta mencegah penuaan dini dan

    munculnya katarak. Vitamin C sebagai salah satu antioksidan eksternal. Kandungan

    kalsium yang tinggi sangat membantu pertumbuhan serta kekuatan tulang dan gigi.

    Vitamin A, vitamin C dan kalsium berguna untuk kesehatan mata, kulit dan tulang

    sedangkan serat untuk memperbaiki sistem pencernaan (Arellano et al., 2004).

    Flavonoid dalam kelopak bermanfaat untuk mencegah kanker, terutama yang

    dikarenakan radikal bebas, seperti kanker lambung dan leukimia. Selain itu flavonoid

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    39/87

    juga mempunyai efek protektif terhadap penyakit-penyakit kardiovaskular termasuk

    hipertensi (Kusmardiyana et al., 2007). Senyawa flavonoid dapat menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan

    protein melalui ikatan hidrogen. Polifenol atau fenol bekerja sebagai antibakteri

    dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran plasma (Arellano et al.,

    2004).

    2.6.6. Toksisitas

    Toksisitas ekstrak kelopak bunga rosela sangat rendah, LD 50 dari ekstrak

    kelopak bunga rosela tersebut ditemukan di atas 5000 mg/kg, penelitian dilakukan

    pada tikus (Ali et al., 2005).

    2.7. Minyak Goreng Jelantah

    Berdasarkan ada atau tidak ikatan ganda dalam struktur molekulnya, minyakgoreng terbagi menjadi (Ketaren, 2005):

    a. Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids).

    Merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai

    hidrokarbonnya. Bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi atau berubah menjadi

    asam lemak jenis lain. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng

    pada umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam

    kaprat.

    b. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty

    acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids/PUFA).

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    40/87

    Merupakan asam lemak yang memiliki ikatan atom karbon rangkap pada rantai

    hidrokarbonnya. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu (poly-unsaturated),

    semakin mudah bereaksi atau berubah menjadi asam lemak jenuh. Asam lemak

    tidak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng adalah asam oleat dan asam

    linoleat dan asam linolenat.

    Minyak yang baik adalah minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang

    lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya, salah satunya

    adalah minyak nabati. Minyak goreng jenis ini mengandung sekitar 80% asam lemak

    tak jenuh, kecuali minyak goreng kelapa sawit (Sartika, 2009).

    Minyak goreng kelapa sawit dibuat melalui dua fase yang berbeda, yaitu fase padat

    disebut stearin dengan asam lemaknya stearat dan fase cair disebut olein dengan asam

    lemaknya oleat. Dengan penyaringan (pemisahan fase padat dari fase cair) sebanyak

    2 kali, kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak kelapa sawit menjadi lebihtinggi sehingga minyak menjadi lebih mudah rusak oleh proses penggorengan deep

    frying (Sartika, 2009; Lestari, 2010).

    Yang dimaksud dengan minyak goreng jelantah adalah minyak limbah yang bisa

    berasal dari berbagi jenis minyak goreng, minyak jelantah ini merupakan minyak

    bekas yang sudah dipakai untuk menggoreng berbagai jenis makanan dan sudah

    mengalami perubahan pada komposisi kimianya (Rukmini, 2007; Lestari, 2010).

    Sedangkan deep frying adalah cara menggoreng yang menggunakan minyak goreng

    dalam jumlah banyak, dengan pemanasan berulang dan pada suhu yang tinggi

    (Sartika, 2009). Pemanasan yang lama atau berulang-ulang akan mempercepat

    terjadinya destruksi minyak akibat meningkatnya kadar peroksida. Hal tersebut

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    41/87

    terjadi karena pada saat pemanasan akan terjadi proses destruksi berupa degradasi,

    oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses ini dapat meningkatkan kadar

    peroksida dan pembentukan radikal bebas yang bersifat toksik, sehingga

    membahayakan tubuh (Mulyati dan Meilina, 2007; Oktaviani, 2009).

    Temperatur pada proses penggorengan adalah sekitar 150-2000C. Pada

    temperatur tersebut, setiap bahan pangan rata-rata memerlukan waktu 8 menit untuk

    matang. Minyak goreng akan diganti atau ditambahkan dengan minyak baru bila

    sudah digunakan untuk menggoreng tiga kali atau lebih. Proses penggorengan di atas

    dapat menyebabkan minyak goreng kelapa sawit menjadi rusak karena proses

    oksidasi (Andik, 2001).

    Selama proses penggorengan, minyak mengalami reaksi degradasi yang

    disebabkan oleh panas, udara, dan air, sehingga mengakibatkan terjadinya oksidasi,

    hidrolisis, dan polimerisasi. Reaksi oksidasi juga dapat terjadi selama masapenyimpanan (Lee et al., 2002).

    Reaksi oksidasi terjadi akibat serangan oksigen terhadap asam lemak tak jenuh

    yang terkandung dalam minyak kelapa sawit. Reaksi antara oksigen dengan lemak

    akan membentuk senyawa peroksida yang selanjutnya akan membentuk asam lemak

    bebas, aldehida dan keton yang menimbulkan bau yang tidak enak pada minyak

    (ketengikan) (Herawati dan Akhlus, 2006).

    Oksidasi dapat terjadi melalui dua jenis mekanisme, yaitu auto-oksidasi dan foto-

    oksidasi. Reaksi auto-oksidasi melibatkan pembentukan radikal bebas yang sangat

    tidak stabil, yang merupakan inisiator terjadinya reaksi rantai. Pada reaksi foto-

    oksidasi, terjadi interaksi antara ikatan rangkap minyak dan radikal oksigen bebas

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    42/87

    yang sangat reaktif. Kedua jenis reaksi oksidasi ini menghasilkan produk reaksi

    primer, yaitu hidroperoksida, yang sangat tidak stabil. Senyawa ini bukan penyebab

    terjadinya perubahan rasa dan bau yang berkaitan dengan oxidative rancidity. Namun

    karena sifatnya yang tidak stabil, hidroperoksida akan segera terdekomposisi dan

    menghasilkan produk reaksi sekunder, misalnya senyawa aldehid, yang merupakan

    penyebab adanya oxidative rancidity (Azeredo et al., 2004).

    Oksidasi juga dapat menyebabkan warna minyak menjadi gelap, tetapi

    mekanisme terjadinya komponen yang menyebabkan warna gelap ini masih belum

    sepenuhnya diketahui. Diperkirakan bahwa senyawa berwarna pada bahan yang

    digoreng terlarut dalam minyak dan menyebabkan terbentuknya warna gelap

    (Yustinah, 2009).

    Pemberian minyak jelantah pada tikus menyebabkan kenaikan kadar MDA,

    dimana kadar MDA dapat mencapai konsentrasi 0,285 mg/ml. Sedangkan padakeadaan normal konsentrasi MDA tikus adalah 0,1 mg/ml. Ini menunjukkan bahwa

    antioksidan yang ada di dalam hewan coba tidak mencukupi untuk menangkal radikal

    bebas yang disebabkan pemberian minyak jelantah (Ulilalbab, 2010).

    2.8. Dampak Minyak Jelantah terhadap Kesehatan

    Ketika lemak masuk ke dalam makanan dapat terjadi modifikasi terhadap

    komposisi makanan. Perubahan yang dihasilkan bergantung pada beragam faktor,

    seperti komposisi lemak yang digoreng dan yang dikandung dalam makanan tersebut,

    tekstur, ukuran, bentuk makanan dan kondisi penggorengan seperti lama durasi dan

    temperatur. Faktor-faktor terkait mempengaruhi perubahan yang terjadi pada nilai

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    43/87

    nutrisi makanan. Perubahan ini dapat meliputi hilangnya nutrisi terutama vitamin dan

    mineral (Ghidurus et al.,2010).

    Pada umumnya makanan hasil penggorengan mengandung 4% - 14% lemak dari

    total beratnya. Kualitas minyak goreng yang digunakan juga mempengaruhi

    penyerapan minyak ke dalam makanan. Penggunaan minyak jelantah akan meningkat

    polaritas minyak dan menurunkan tegangan permukaannya antara bahan pangan dan

    minyak sehingga penyerapan lemak akan semakin meningkat (Ghidurus et al.,2010).

    Selain menyerap minyak, makanan yang digoreng menggunakan minyak jelantah

    juga menyerap produk degradasi seperti radikal bebas, keton, aldehid, polimer yang

    menyebabkan perubahan pada organ misalnya bertambahnya berat organ ginjal dan

    hati serta timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, disfungsi endotelial, hipertensi

    dan obesitas (Rukmini, 2007; Castillon et al.,2011).

    Sebuah penelitian tentang pengaruh suhu dan lama proses deep frying terhadap

    pembentukan asam lemak trans menunjukkan bahwa setelah proses deep frying yang

    ke-2 akan terbentuk asam lemak trans baru terbentuk dan kadarnya akan semakin

    meningkat sejalan dengan penggunaan minyak. Akibat dari kenaikan asam lemak

    trans adalah peningkatan kadar low density lipoprotein (LDL), trigliserol dan

    lipoprotein, penurunan high density lipoprotein (HDL), dan mempengaruhi

    metabolisme asam lemak bebas yang akan menyebabkan dislipidemia dan

    arterosklerosis (Sartika,2009).

    Beberapa studi pada tikus menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi lemak

    trans menyebabkan terjadinya resistensi insulin, peningkatan berat badan, akumulasi

    massa lemak terutama trigliserida pada organ hati karena terjadi penurunan oksidasi

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    44/87

    lipid dan peningkatan sintesis asam lemak. Hal ini dapat memicu terjadinya obesitas,

    sindrom metabolik dan hepatik steatosis dan lipotoksisitas (Dorfman et al.,2009).

    Lipotoksisitas adalah toksisitas sel akibat akumulasi abnormal lemak. Asam

    lemak bebas bersifat hidrofobik sehingga dapat menembus membran sel atau melalui

    transporter yaitu fatty acid transport protein (FATP) atau fatty acid transporter

    CD36. Asam lemak tersaturasi dapat menginduksi apoptosis (programmed cell death)

    (Malhi, 2008).

    Salah satu dampak berbahaya dari penggunaan minyak jelantah adalah

    meningkatnya radikal bebas, substansi yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak

    berpasangan.Radikal bebas yang berlebihan akan menimbulkan stress oksidasi yang

    memicu proses peroksidasi terhadap lipid, sehingga dapat menimbulkan penyakit

    kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan mempercepat terjadinya proses penuaan (Koch

    et al., 2007; Jusup dan Raharjo, 2010).

    2.9. Hewan Coba Tikus (Rattus novergicus L.)

    2.9.1. Penggunaan Tikus

    Penggunaan hewan coba tikus galur Wistar dikarenakan tikus telah diketahui

    sifat-sifatnya dengan baik, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan

    cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur tikus antara lain

    galur Sprague-dawley yang berwarna albino berkepala kecil dengan ekor lebih

    panjang daripada badannya dan galur Wistar yang ditandai dengan kepala yang besar

    dan dengan ekor yang lebih pendek. Tikus galur Wistar lebih besar daripada famili

    tikus umumnya, dimana tikus galur Wistar ini dapat mencapai ukuran 40 cm, yang

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    45/87

    diukur dari hidung sampai ujung ekor dan berat berkisar antara 140-500 gram. Tikus

    betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus jantan dan memiliki

    kematangan seksual pada umur 4 bulan dan tikus ini dapat hidup selama 4 tahun

    (Kusumawati, 2004).

    Adapun data biologis tikus dapat dilihat dari tabel 2.1. di bawah ini

    (Kusumawati, 2004):

    Tabel 2.1. Data Biologis Tikus

    2.9.2. Pemberian Makanan Dan Minuman

    Bahan dasar makanan tikus dapat bervariasi, misalnya protein 20-25%, lemak

    5%, karbohidrat 45-50%, serat kasar 5%, abu 4-5%, vitamin A 4000 IU/kg, vitamin D

    1000 IU/kg, alfa tokoferol 30 mg/kg, asam linoleat 3 g/kg, tiamin 4 mg/kg, riboflavin

    Karakteristik Ukuran

    Berat badanJantan : 300-400 gramBetina : 250-300 gramBerat lahir : 5-6 gramLama hidup : 2,5-3 tahunTemperatur tubuh : 35,9-37,5CKebutuhan air : 8-11 ml/100 g BBKebutuhan makanan : 5 g/kg BB

    Frekuensi denyut jantung : 330-480/ menitFrekuensi respirasi : 66-114/ menitTidal volume : 0,6-1,25 mlPubertas : 50-60 hariSaat dikawinkanJantan : 65-110 hariBetina : 65-110 hariLama siklus birahi : 4-5 hariLama kebuntingan : 21-23 hariJumlah anak perkelahiran : 6-12Umur sapih : 21 hari

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    46/87

    3 mg/kg, pantotenat 8 mg/kg, vitamin B12 50 g/kg, biotin 10 g/kg, piridoksin

    40g/kg dan kolin 1000 mg/kg. Untuk memenuhi kebutuhan makanan tikus, di

    Indonesia digunakan makanan ayam petelur dengan kandungan protein 17%, yang

    mudah didapatkan di toko makanan ayam dan pemberian minum tikus ad libitum

    (Ngatidjan, 2006).

    2.9.3. Pemantauan Keselamatan Tikus

    Diperlukan pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain (Ngatidjan,

    2006):

    1. Kandang tikus harus cukup kuat, tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali

    seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan terhadap

    gigitan tikus dan hewan tampak jelas dari luar. Alas kandang harus mudah

    menyerap air, pada umumnya yang dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.

    2. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram, luas alas kandang tiap ekor tikusadalah 600 cm2dan tinggi 20 cm.

    3. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan

    fisiologis tikus. Diatur suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang

    ekstrim harus dihindari.

    4. Tikus harus diperlakukan dengan kasih sayang.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    47/87

    BAB III

    KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Berpikir

    Proses penuaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar,

    misalnya polusi, stres dan makanan yang tidak sehat, maupun bisa disebabkan faktor

    dari dalam, di antaranya radikal bebas, genetik, hormon yang berkurang dan lain-lain.

    Kerangka berpikir penelitian ini didasarkan pada teori bahwa proses penuaan

    dapat terjadi salah satunya oleh karena radikal bebas. Peran radikal bebas pada proses

    penuaan sangat penting, karena radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif yang

    pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh.

    Salah satu penyebab timbulnya radikal bebas yang berasal dari luar tubuh adalah

    penggunaan minyak goreng jelantah, khususnya yang digunakan dengan cara deep

    frying. Penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang, dipanaskan dengan suhu

    tinggi (deep frying) menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam minyak

    goreng tersebut. Minyak goreng yang dipanaskan berulang-ulang (deep frying)

    mengandung radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel.

    Meningkatnya kadar radikal bebas dapat diketahui dengan mengukur kadar

    MDA. Malondialdehid merupakan petanda terjadinya kerusakan oksidatif oleh

    radikal bebas pada membran sel yang sering digunakan.

    Untuk mencegah terjadinya efek buruk dari radikal bebas diperlukan antioksidan.

    Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah

    terjadinya oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah bereaksi dengan radikal

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    48/87

    bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan

    menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki

    radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal

    bebas.

    Rosela merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber

    antioksidan. Rosela mengandung bermacam-macam antioksidan, di antaranya

    vitamin C, vitamin E, betakaroten, polifenol dan flavanoid.

    Pemberian ekstrak kelopak bunga rosela yang mengandung antioksidan dapat

    menurunkan pembentukan radikal bebas yang disebabkan penggunaan minyak

    goreng jelantah, yang ditandai dengan menurunnya kadar MDA.

    3.2. Konsep

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun kerangka konsep seperti gambar 3.1.Stres oksidatif yang dapat diketahui dengan mengukur kadar MDA yang meningkat,

    dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik,

    hormonal dan sistem kekebalan. Faktor eksternal meliputi polusi, stres, nutrisi dan

    minyak goreng jelantah.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    49/87

    Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep

    3.3. Hipotesis

    Pemberian ekstrak kelopak bunga rosela menurunkan malondialdehid pada tikusyang diberi minyak jelantah.

    Faktor eksternal

    Polusi

    Stres

    Nutrisi

    Minyak goreng jelantah

    Tikus

    Stres oksidatif

    Kadar MDA meningkat

    Faktor internal

    Genetik

    Hormonal

    Sistem kekebalan

    Ekstrak kelopak

    bunga rosela

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    50/87

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

    rancangan penelitian pre test and post testcontrol group design (Pocock, 2008).

    Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

    P0

    O1 O2

    P1

    P S R O3 O4

    P2O5 O6

    Gambar 4.1. Rancangan Penelitian

    Keterangan:

    P : Populasi tikus jantan sehat, berumur 2-3 bulan, berat badan 180-200

    gram

    S : Sampel tikus dengan kadar MDA meningkat diatas 2,05mmol/l

    R : Randomisasi

    O1 : Observasipre testkelompok kontrol (MDA)

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    51/87

    O3 : Observasipre testkelompok P1 (MDA)

    O5 : Observasipre testkelompok P2 (MDA)

    P0 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan aquades

    P1 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan pemberian ekstrak

    kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kg BB

    P2 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan pemberian ekstrak

    kelopak bunga rosela dosis 500 mg/kg BB

    O2 : Observasipost testkelompok kontrol (MDA)

    O4 : Observasipost testkelompok P1 (MDA)

    O6 : Observasipost testkelompok P2 (MDA)

    4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UniversitasGajah Mada, Jogjakarta. Waktu penelitian dilakasanakan mulai tanggal 24 Mei 2011

    sampai dengan 29 Juni 2011. Penelitian membutuhkan waktu selama 35 hari, dengan

    perincian sebagai berikut: waktu yang diperlukan untuk adaptasi subjek penelitian

    adalah selama 7 hari dan waktu yang diperlukan untuk perlakuan adalah selama 28

    hari, 14 hari pertama digunakan untuk perlakuan dengan pemberian minyak jelantah

    pada semua kelompok untuk mendapatkan data pre test dan 14 hari berikutnya

    digunakan untuk perlakuan dengan pemberian minyak jelantah ditambah aquades

    pada kelompok kontrol (P0), sedangkan pada kelompok perlakuan (P1 dan P2)

    pemberian minyak jelantah ditambah pemberian ekstrak kelopak bunga rosela untuk

    mendapatkan datapost test.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    52/87

    4.3. Subjek Penelitian

    4.3.1. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah tikus putih galur Wistar dengan jenis kelamin jantan,

    berumur antara 2-3 bulan, dengan berat badan 180-200 gram dan dengan kadar MDA

    yang meningkat di atas rata-rata dibandingkan dengan kadar MDA tikus sebelum

    diinduksi dengan minyak jelantah, tikus dalam keadaan sehat dan aktif. Didapatkan

    data awal kadar MDA rata-rata dari tikus sebelum diberi minyak jelantah adalah 2,05

    mmol/l.

    4.3.2. Kriteria Subjek

    1. Kriteria Inklusi

    a. Tikus jantan galur Wistar sehat

    b. Umur 2-3 bulan

    c. Berat badan 180-200 gramd. Kadar MDA meningkat di atas 2,05 mmol/l

    2. KriteriaDrop Out

    Tikus mati

    4.3.3. Besar Sampel

    Besarnya sampel ditentukan berdasarkan rumus Pocock (Pocock, 2008):

    2 2

    n = ------------ x (, )

    (2-1)2

    Keterangan:

    n = Jumlah sampel

    = Simpang baku

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    53/87

    2 = Rerata hasil pada kelompok perlakuan

    1 = Rerata hasil pada kelompok kontrol

    (, ) = Sesuai dengan table Pocock

    Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Usoh et al. (2005) tentang efek

    antioksidan ekstrak bunga kering rosela terhadap stress oksidatif, didapatkan data

    sebagai berikut:

    = 9,05

    2 = 86,53

    1 = 102,60

    dalam penelitian ini, (, ) = 6,6. Untuk mendapatkan jumlah sampel tiap kelompok,

    (n) maka angka yang diperoleh tersebut di atas dimasukkan ke dalam rumus:

    2 x 9,052

    n = ------------------------------ x 6,6

    (86,53 102,60)2

    2 x 81,90

    n = ---------------------- x 6,6(-16,07)2

    163,80

    n = --------------------- x 6,6

    258,24

    n = 0,63 x 6,6

    n = 4,16

    didapatkan hasil n = 4,16, dibulatkan ke atas menjadi 5. Jadi jumlah sampel

    perkelompok adalah 5 ekor. Untuk mengantisipasi drop out (tikusnya mati), maka

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    54/87

    dalam penelitian ini jumlah tikus ditambah 20% menjadi 6 ekor perkelompok,

    sehingga seluruhnya berjumlah 18 ekor tikus.

    4.3.4. Teknik Penentuan Sampel

    Teknik pengambian sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai

    berikut:

    1. Dilakukan pemilihan sampel dari populasi tikus berdasarkan kriteria inklusi,

    yaitu tikus jantan sehat, berumur 2-3 bulan, berat badan tikus antara 180-200 gram

    dan dengan kadar malondialdehid yang meningkat di atas rata-rata kadar MDA

    tikus sebelum diinduksi dengan minyak jelantah, yaitu yang meningkat di atas 2,05

    mmol/l.

    2. Dari sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi, diambil secara random

    untuk mendapatkan jumlah sampel penelitian.

    3. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 3 kelompok secararandom yaitu kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan I (P1) dan kelompok

    perlakuan II (P2).

    4.4. Variabel Penelitian

    4.4.1. Klasifikasi Variabel Penelitian

    Klasifikasi variabel penelitian dibedakan menjadi:

    1. Variabel bebas : ekstrak kelopak bunga rosela

    2. Variabel tergantung : MDA serum

    3. Variabel terkendali : a. varian tikus

    b. jenis kelamin, usia, berat badan

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    55/87

    c. kandang, nutrisi, cahaya, suhu

    4.4.2. Definisi Operasional Variabel

    1. Variabel bebas : ekstrak kelopak bunga rosela

    Ekstrak kelopak bunga rosela yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari

    Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Pusat. Pembuatan

    ekstrak kelopak bunga rosela menggunakan metode maserasi dengan pelarut

    etanol. Ekstrak kelopak bunga rosela diberikan peroral sekali dalam sehari

    menggunakan sonde lambung dengan dosis 250 dan 500 mg/kg BB tikus,

    diberikan pada pukul 12.00. Skala variabel ekstrak kelopak bunga rosela

    merupakan skala rasio.

    2. Variabel tergantung : MDA serum

    MDA merupakan produk akhir peroksida lipid, dan bisa digunakan sebagai

    petanda (biomarker) terjadinya kenaikan radikal bebas. Diukur dari plasma darahdengan metode TBARSC spektrometri. Satuan dalam mmol/l. Skala pengukuran

    adalah rasio.

    3. Variabel terkendali

    a. Varian tikus dari galur Wistar yang bewarna putih berkepala besar dan

    ekornya lebih pendek daripada badannya.

    b. Jenis kelamin jantan, usia 2-3 bulan dan berat badan 180-200 gram.

    c. Kandang pemeliharaan dilengkapi dengan tempat pemberian makanan dan

    minuman, dan disediakan satu kandang untuk setiap tikus. Diberi makanan

    secukupnya berupa makanan tikus standar dengan kadar protein 17% dan

    minuman diberikan secara tidak terbatas (ad libitum). Ruang tempat kandang

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    56/87

    dengan ventilasi yang baik, penyinaran normal, suhu dan kelembaban udara

    diperhatikan.

    Gambar 4.2. Hubungan antar variabel

    4.5. Bahan Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan adalah:

    1. Ekstrak kelopak bunga rosela

    2. Minyak jelantah

    3. Makanan tikus berupa makanan tikus standar dengan kandungan protein 17%

    4. Larutan H3PO4

    5. Larutan TBA

    6. Metanol

    7. Aquades

    Variabel bebas

    Ekstrak kelopak bunga rosela

    Variabel tergantung

    MDA serum

    Variabel terkendali

    Varian tikus

    Jenis kelamin, usia, berat badan

    Kandang, nutrisi, cahaya, suhu

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    57/87

    4.6. Alat Penelitian

    Alat penelitian yang digunakan adalah:

    1. Kandang tikus beserta kelengkapan tempat makanan dan minuman

    2. Timbangan berat badan

    3. Sarung tangan

    4. Termometer

    5. Tabung mikrohematokrit untuk mengambil sampel darah

    6. Tabung ependorf

    7. Timbangan analitik

    8. Sonde lambung

    9. Homogeneser

    10. Mikro pipet dan tip

    11. Water bath

    12. Vortex

    13. Tabungpolypropylene

    14.Ice bath

    15. Sentrifuge

    16. Cartridges C18

    17. Spektrofotometer untuk pemeriksaan kadar MDA

    4.7. Prosedur Penelitian

    4.7.1. Pengambilan Subjek dan Jumlah Subjek Penelitian

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    58/87

    Hewan coba pada penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Pusat Studi Pangan

    dan Gizi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Penelitian ini mengambil sampel tikus

    berumur 2-3 bulan, karena pada usia tersebut tikus sudah dewasa. Tikus yang

    diambil adalah tikus jantan, karena tikus jantan lebih sedikit dipengaruhi faktor

    hormonal dibandingkan dengan tikus betina. Tikus berjumlah 25 ekor, diinduksi

    dengan minyak jelantah selama 14 hari. Tikus yang dipilih sebagai subjek penelitian

    adalah tikus dengan kadar MDA meningkat di atas 2,05 mmol/l.

    Tikus jantan galur Wistar yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 18 ekor. Tikus

    dibagi secara random menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok

    perlakuan P1 dan kelompok perlakuan P2, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus

    tiap kelompok.

    4.7.2. Penentuan Dosis

    1. Perhitungan dosis minyak jelantahMinyak jelantah yang digunakan didapat dari pedagang kaki lima yang menjual

    aneka makanan gorengan di kota Solo, adalah minyak goreng kelapa sawit yang

    dipakai untuk menggoreng bermacam makanan gorengan pada pemanasan tinggi

    secara berulang-ulang (deep frying). Dari penelitian yang dilakukan Hidayat (2005),

    dosis minyak jelantah yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif sel hati pada

    mencit adalah 0,3 ml/100 gram BB atau 0,06 ml/20 gram BB. Faktor konversi mencit

    (20 gram) ke tikus (200 gram) adalah 7,0 (Kusumawati, 2004). Maka dosis minyak

    jelantah (deep frying) yang digunakan pada penelitian ini adalah = 0,06 x 7,0 = 0,42

    ml/ 200 gram BB tikus putih setiap kali pemberian.

    2. Penentuan dosis ekstrak kelopak bunga rosela

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    59/87

    Pada penelitian yang sudah dilakukan, Dahiru et al. (2003) menggunakan dosis

    250 dan 500 mg/kg BB. Pada penelitian yang dilakukan Ali et al. (2003), dosis

    ekstrak kelopak bunga rosela yang digunakan adalah dengan dosis 50, 100 dan 200

    mg/kg BB, didapatkan dalam dosis di bawah 200 mg/kg BB tidak memberikan hasil

    yang efektif.

    Dosis ekstrak kelopak bunga rosela yang digunakan pada penelitian ini adalah

    250 dan 500 mg/kg BB tikus. Jumlah ekstrak kelopak bunga rosela yang dibutuhkan

    = (kelompok I 50 mg + kelompok II 100 mg) x 14 hari x 6 ekor tikus = 12600 mg.

    Pada proses pembuatan ekstrak kelopak bunga rosela, didapatkan 465 gram

    ekstrak kelopak bunga rosela dari 1160 gram kelopak bunga rosela kering. Jadi untuk

    setiap gram ekstrak mengandung 2,495 gram rosela, dibulatkan menjadi 2,5 gram.

    Untuk pembuatan larutan ekstrak kelopak bunga rosela, diambil 6 gram ekstrak

    kelopak bunga rosela lalu ditambahkan aquades sampai mencapai volume 75 ml,sehingga didapatkan dosis 15000 mg/75 ml atau 200 mg ekstrak kelopak bunga

    rosela/ml larutan. Setiap tikus ditimbang berat badannya setiap minggu. Larutan

    ekstrak kelopak bunga rosela yang diberikan sesuai dosis kelompok perlakuan dan

    berat badan masing-masing tikus. Tikus 200 gram BB pada kelompok perlakuan P1

    (dosis 250 mg/kg BB) mendapat larutan ekstrak kelopak bunga rosela sebanyak 0,25

    ml setiap kali pemberian, sedangkan pada kelompok perlakuan P2 (dosis 500 mg/kg

    BB) 0,5 ml setiap kali pemberian.

    Pemberian dosis ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB bertujuan untuk

    mengetahui apakah dengan peningkatan dosis 2 kali, efek penurunan MDA juga

    meningkat, atau terjadi sebaliknya, dimana rosela yang bersifat antioksidan pada

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    60/87

    pemberian dosis 2 kali lipat menjadi prooksidan, selain untuk mengetahui

    toksisitasnya.

    4.7.3. Prosedur Kerja

    1. Tikus jantan yang berjumlah 25 ekor dengan umur 2-3 bulan ditimbang, satu

    ekor tikus ditempatkan dalam satu kandang. Selama penelitian, tikus diberi

    makan berupa makanan tikus standar dengan kandungan protein 17% dan

    pemberian minum tikus ad libitum.

    2. Setelah adaptasi selama 7 hari, setiap tikus diambil darah untuk pemeriksaan kadar

    MDA dengan menggunakan mikrohematokrit melalui pleksus retroorbitalis.

    3. Selama penelitian, setiap tikus ditimbang setiap minggu untuk menentukan dosis

    minyak jelantah dan larutan ekstrak kelopak bunga rosela yang diberikan

    Masing-masing tikus ditimbang berat badannya dan diberi minyak jelantah

    dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari selama 14 hari. Minyak jelantahdiberikan peroral sekali sehari menggunakan sonde lambung. Diberikan pada

    pukul 08.00 setiap hari.

    4. Pada hari ke-22 dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar

    MDA pada masing-masing tikus (datapre test).

    5. Dari hasil pengukuran kadar malondialdehid tikus, dilakukan penentuan subjek

    penelitian secara random sejumlah 18 ekor tikus dengan melihat peningkatan

    kadar malondialdehid. Tikus dengan kadar malondialdehid yang meningkat di atas

    2,05 mmol/l, dipilih sebagai subjek penelitian.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    61/87

    6. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random, yaitu kelompok kontrol,

    kelompok perlakuan P1 dan kelompok perlakuan P2, masing-masing kelompok

    terdiri dari 6 ekor tikus.

    7. Kelompok kontrol diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari

    dan aquades sebanyak 0,5 ml selama 14 hari. Minyak jelantah dan aquades

    diberikan peroral sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah

    diberikan pada pukul 08.00, sedangkan aquades diberikan pada pukul 12.00 setiap

    hari.

    8. Kelompok P1 diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari dan

    ekstrak kelopak bunga rosela dengan dosis 250 mg/kg BB selama 14 hari. Minyak

    jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan secara peroral masing-masing

    sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah diberikan pada pukul

    08.00, sedangkan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan pada pukul 12.00 setiaphari.

    9. Kelompok P2 diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari dan

    ekstrak kelopak bunga rosela dengan dosis 500 mg/kg BB selama 14 hari. Minyak

    jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan secara peroral masing-masing

    sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah diberikan pada pukul

    08.00, sedangkan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan pada pukul 12.00 setiap

    hari.

    10. Pada hari ke-36 penelitian, dilakukan pengambilan darah lagi pada semua tikus

    untuk pemeriksaan kadar MDA setelah perlakuan (datapost test).

    11. Dilakukan analisis dari data yang diperoleh.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    62/87

    4.7.4. Alur Penelitian

    Gambar 4.3. Skema Alur Penelitian

    Tikus jantan 25 ekor, 2-3 bulan, BB 180-200 gram

    Adaptasi 7 hari

    Pengukuran MDA (rata-rata 2,05 mmol/l)

    Minyakjelantah 0,42 ml/200 gram BB 14 hari

    Pengukuran MDA (datapre test)

    Tikus 18 ekor dengan kadar MDA > 2,05 mmol/l

    dibagi secara random menjadi 3 kelompok @ 6

    Kelompok kontrol Kelompok 1 Kelompok 2

    Minyakjelantah 0,42ml/200 gram BB +

    aquades 0,5 ml

    selama 14 hari

    Minyakjelantah 0,42ml/200 gram BB +

    ekstrak kelopak

    bunga rosela dosis

    250 mg/kg BB selama

    14 hari

    Minyakjelantah 0,42ml /200 gram BB +

    ekstrak kelopak

    bunga rosela dosis

    500 mg/kg BB selama

    14 hari

    Pengukuran MDA

    (datapost test)

    Pengukuran MDA

    (datapost test)

    Pengukuran MDA

    (datapost test)

    Data Data Data

    Analisis

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    63/87

    4.8. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan adalah :

    1. Analisis deskriptif.

    Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis)

    untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan

    dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari

    normal tidaknya distribusi data.

    2. Analisis normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk dan Uji homogenitas dengan

    Levenes Test.

    3. Dari hasil penelitian didapatkan data menyebar normal dan homogen, maka

    analisis perbandingan antar 3 kelompok dilakukan dengan Uji One Way Anova,.

    4. Terdapat perbedaan yang signifikan dari uji Anova ini, maka dapat dilanjutkan

    dengan uji Least Significance Difference (LSD) untuk melihat lebih jelas letakperbedaan antar kelompok perlakuan.

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    64/87

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 18 ekor tikus jantan galur Wistar sebagai

    sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 6 ekor, yaitu

    kelompok kontrol, kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 250 mg/kg BB, dan kelompok

    ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas

    data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

    5.1 Uji Normalitas Data Kadar MDA

    Data kadar MDA diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya

    menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05) seperti yang disajikan pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1

    Hasil Uji Normalitas Kadar MDA

    Kelompok Subjek n p Keterangan

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    65/87

    MDA Kontrol awalMDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) awalMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) awalMDA Kontrol Pre2MDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) PreMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) PreMDA Kontrol PostMDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) PostMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) Post

    666666666

    0,831

    0,528

    0,880

    0,650

    0,137

    0,331

    0,978

    0,701

    0,931

    NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal

    5.2 Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan

    Data kadar MDA diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenes test. Hasilnya

    menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.

    Tabel 5.2

    Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok Perlakuan

    Kelompok Subjek F p Keterangan

    MDA (awal)

    MDA Sebelum Perlakuan (pre)

    MDA Sesudah Perlakuan (post)

    0,227

    1,600

    0,092

    0,799

    0,234

    0,912

    Homogen

    Homogen

    Homogen

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    66/87

    5.3 Kadar MDA

    5.3.1 Uji Komparabilitas Kadar MDA

    Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok

    sebelum diberi minyak jelantah. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

    disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

    Tabel 5.3

    Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum Diberi Minyak Jelantah

    Kelompok Subjek nRerata Kadar

    MDASB F

    p

    Kontrol

    Ekstrak kelopak bungarosella 250 mg/kg BB

    Ekstrak kelopak bungarosella 500 mg/kg BB

    6

    6

    6

    2,02

    2,01

    2,12

    0,23

    0,20

    0,17

    0,533 0,598

    Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah

    2,020,23, rerata kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 250 mg/kg BB adalah 2,010,20,

    dan rerata kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB adalah 2,12

    0,17. Analisis

    kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,533 dan nilai p =

    0,598. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberi minyak jelantah, rerata kadar

    MDA tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).

    5.3.2 Analisis Efek Pemberian Minyak Goreng Jelantah antar Kelompok

  • 7/17/2019 Contoh Tesis MDA

    67/87

    Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok

    sesudah diberikan minyak goreng jelantah. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way

    Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

    Tabel 5.4

    Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberi Minyak Jelantah (Pre Test)

    Kelompok Subjek nRerata Kadar

    MDASB F

    p

    Kontrol (P0)

    Ekstrak kelopak bunga rosela250 mg/kg BB (P1)

    Ekstrak kelopak bunga rosela500 mg/kg BB (P2)

    6

    6

    6

    7,40

    7,22

    6,85

    0,33

    0,57

    0,49

    2,144 0,152

    Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA ke