contoh proposal tesis

26
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sastra terus berkembang dari waktu ke waktu. Pendekatan yang digunakan untuk meneliti karya sastra juga semakin beragam. Penelitian terhadap karya sastra tidak lagi hanya tertuju pada unsur-unsur intrinsik, tetapi telah meluas mencakup unsur-unsur ekstrinsik. Dari segi ekstrinsik, implementasi penelitian karya sastra telah bersinergi dengan disiplin ilmu lain. Salah satu cabang ilmu yang ikut memperkaya khazanah penelitian sastra adalah ilmu psikologi, khususnya psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Sastra dan psikologi mempunyai hubungan yang erat. Freud memandang karya sastra sebagai wujud pemenuhan hasrat seorang sastrawan yang tertolak oleh prinsip realitas dan terlarang oleh kode-kode moral. Ia juga

Upload: hendi-narwandi

Post on 25-Jul-2015

1.522 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Proposal Tesis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian sastra terus berkembang dari waktu ke waktu. Pendekatan yang digunakan

untuk meneliti karya sastra juga semakin beragam. Penelitian terhadap karya sastra

tidak lagi hanya tertuju pada unsur-unsur intrinsik, tetapi telah meluas mencakup

unsur-unsur ekstrinsik. Dari segi ekstrinsik, implementasi penelitian karya sastra telah

bersinergi dengan disiplin ilmu lain. Salah satu cabang ilmu yang ikut memperkaya

khazanah penelitian sastra adalah ilmu psikologi, khususnya psikoanalisis yang

dipelopori oleh Sigmund Freud.

Sastra dan psikologi mempunyai hubungan yang erat. Freud memandang

karya sastra sebagai wujud pemenuhan hasrat seorang sastrawan yang tertolak oleh

prinsip realitas dan terlarang oleh kode-kode moral. Ia juga mengemukakan bahwa

para sastrawan dan filsuf sebenarnya telah menemukan the unconscious (“taksadar”)

sebelum dirinya dan ia menindaklanjuti dengan menemukan metode ilmiah untuk

mempelajari apa yang telah mereka temukan. Metode tersebut dianggap mampu

menjelaskan motif tersembunyi dalam “taksadar” manusia yang memang telah tersirat

dalam karya sastra (Henderson & Brown, 1997:2). Freud membuktikan hasil

penelitiannya tersebut melalui interpretasi mimpi yang dialami tokoh utama cerpen

La Gradiva karya Wilhelm Jensen dan membandingkannya dengan hasil analisis

mimpi yang ia lakukan terhadap pasien-pasiennya. Selain itu, ia juga meneliti karya-

Page 2: Contoh Proposal Tesis

2

karya klasik semacam Oedipus-Rex dan Hamlet untuk memperkuat argumennya

(lihat: Milner, 1992; Eagleton, 1996; Minderop, 2010). Dengan demikian, studi yang

dilakukan Freud telah membangun jembatan penghubung antara sastra dan psikologi

sekaligus memberi peluang bagi ilmu sastra untuk memanfaatkan ilmu psikologi

dalam penelitian karya sastra.

Kajian hukum psikologi dalam ranah sastra dikenal sebagai psikologi sastra

(Wellek & Warren, 1993:90). Karya sastra memungkinkan ditelaah melalui

pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, yang

walaupun imajinatif, dapat menunjukkan berbagai problem psikologis (Minderop,

2010:55). Oleh karena itu, psikologi sastra merupakan pendekatan yang tepat untuk

meneliti persoalan psikologis para tokoh fiksional dalam karya sastra.

Pendekatan psikologi sastra secara khusus sesuai untuk diterapkan pada

karya-karya fiksi psikologis. Fiksi psikologis adalah salah satu aliran sastra yang

berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagiannya yang

terdalam yaitu alam bawah sadar (Stanton, 2007:134). Contoh karya sastra yang dapat

dikategorikan ke dalam aliran tersebut adalah novel-novel karya D.H. Lawrence yang

terbit pada era Modernism1.

1 The Routledge History of Literature in English mencatat bahwa fase sejarah kesusastraan Inggris pada paruh awal abad ke-20 – The Twentieth Century: 1900-1945 – juga dikenal sebagai era Modernism. Lahirnya era tersebut diinisiasi oleh terbitnya On the Origin of Species (1859) karya Charles Darwin dan berakhirnya era Victorian (Ratu Victoria meninggal pada tahun 1901). Istilah Modernism sendiri mengacu pada masa-masa post-Darwinian di mana agama, stabilitas sosial, dan etika mulai dipertanyakan (Carter & McRae, 1997:349-350).

Page 3: Contoh Proposal Tesis

3

D.H. Lawrence sering menampilkan dinamika kejiwaan manusia melalui

representasi para tokoh dalam novel-novelnya, terutama berkaitan dengan hasrat

seksual. Ia menyatakan bahwa, “Sex had a meaning which it was disquieting to think

that we, too, might have to explore” (Merkin, 2009:v-vi). Ia percaya bahwa hasrat

seksual memiliki makna yang meresahkan untuk dipikirkan sehingga layak untuk

dikaji. Akan tetapi model kisah percintaan dalam novel-novelnya yang mengandung

cerita erotic fulfillment (pemenuhan hasrat seksual) dikecam oleh banyak kalangan

masyarakat Inggris karena dianggap tabu dan tidak bermoral. T.S. Eliot, sebagai

sesama pengarang, bahkan memberikan komentar sarkastik, “Seems to me to have

been a very sick man indeed” (Merkin, 2009:vi). T.S. Eliot menilai D.H. Lawrence

sebagai “orang yang benar-benar sakit”.

Terlepas dari kecaman berbagai pihak, D.H. Lawrence merupakan pengarang

yang cakap dalam menyampaikan ide-ide imajinatifnya. Secara eksplisit ia mampu

menceritakan persoalan erotis dalam sebuah kisah percintaan sebagai sisi yang

humanis dan natural dalam diri setiap individu namun tetap dalam balutan tata bahasa

sastra yang sarat dengan nilai estetika. Kehebatannya tersebut diakui oleh seorang

penulis kenamaan, E.M. Forster, yang menyebut D.H. Lawrence sebagai novelis

terhebat pada masanya (Kelbelová, 2006:15). Pujian juga datang dari kritikus sastra

asal Inggris, F.R. Leavis, yang menilai D.H. Lawrence jauh lebih baik daripada James

Joyce dalam konteks kebahasaan dan kreativitas (Merkin, 2009:vi).

Page 4: Contoh Proposal Tesis

4

Dalam Literature: The Evolving Canon, D.H. Lawrence (1885-1930) tercatat

sebagai salah satu sastrawan yang berpengaruh pada abad ke-20. Terlahir dengan

nama lengkap David Herbert Lawrence, ia merupakan seorang sastrawan yang

berasal dari keluarga kelas pekerja di daerah pertambangan Nottinghamshire, Inggris.

Novel pertamanya, The White Peacock, ditulis pada tahun 1909 dan setelah

peluncuran novel tersebut ia memutuskan untuk mencurahkan seluruh perhatiannya

pada sastra. Selain mengarang novel, ia juga menulis puisi, naskah drama, dan esai. Ia

menjadi sosok kontroversial terutama karena tiga novelnya, The Rainbow (1915),

Women In Love (1920), dan Lady Chatterley’s Lover (1928), dan skandal asmaranya

dengan istri seorang cendekiawan ternama di Inggris (Birkerts, 1996:316).

Dari ketiga karya kontroversial D.H. Lawrence di atas, novel berjudul The

Rainbow dipilih untuk dijadikan objek material penelitian ini. Pemilihan tersebut

didasarkan pada keunikan The Rainbow, baik dari segi penyajian maupun isi. Dalam

hal penyajian, The Rainbow merupakan novel yang secara panjang lebar mengisahkan

kehidupan tokoh-tokoh dalam satu keluarga selama tiga (3) generasi secara berurutan,

yakni kehidupan keluarga Brangwen. Fokus cerita tidak hanya terarah pada satu

tokoh saja, melainkan pada beberapa tokoh yang mewakili tiap-tiap generasi. Tokoh-

tokoh tersebut adalah Tom Brangwen yang mewakili generasi pertama, Anna

Brangwen yang mewakili generasi kedua, dan Ursula Brangwen yang mewakili

generasi ketiga. Ursula Brangwen sebagai generasi ketiga secara khusus memperoleh

porsi cerita yang relatif lebih banyak dan lebih kompleks daripada dua generasi

sebelumnya.

Page 5: Contoh Proposal Tesis

5

Dalam hal isi, The Rainbow adalah novel yang banyak menceritakan konflik

internal yang terjadi dalam diri para tokoh. Penceritaan konflik internal, dengan

penekanan pada narasi pikiran dan perasan para tokoh, lebih banyak dan lebih rumit

daripada konflik verbal yang terjadi antartokoh. Berkaitan dengan hal ini, D.H.

Lawrence menegaskan bahwa novelnya tersebut merupakan sebuah terobosan baru,

“It’s all crude as yet, but it’s new, so really a stratum deeper than I think anybody

has gone in a novel” (Becker, 2002:5). Ia menempatkan The Rainbow pada “satu

strata yang lebih dalam” dari segi cerita dibandingkan dengan novel-novel lain

meskipun ia mengakui bahwa karyanya tersebut masih mentah.

Seperti karya-karya D.H. Lawrence yang lain, tema hubungan percintaan

mengemuka dalam The Rainbow. Dalam tiap hubungan percintaan yang terjalin

antartokoh selalu muncul konflik batin. Konflik batin, yang terjadi dalam pikiran dan

perasaan para tokoh, tidak diungkap oleh satu tokoh kepada tokoh-tokoh lain yang

sebenarnya memiliki kaitan dan/atau peran terhadap terjadinya konflik tersebut.

Konflik batin semacam inilah yang dipaparkan D.H. Lawrence secara naratif dalam

novelnya. Selain sebagai bentuk ekspresi nilai-nilai humanisme, pemaparan konflik

batin para tokoh merupakan representasi aspirasi pengarang menyikapi keadaan

masyarakat Inggris pada era Industrial Revolution2 yang melupakan hak-hak dasar

manusia, terutama ekspresi hasrat seksual yang mengakomodasi hak fisik.

2 Industrial Revolution (Revolusi Industri) yang bermula pada awal abad ke-18 tidak hanya melahirkan perubahan di bidang teknologi tetapi juga transformasi mental di kalangan masyarakat Inggris. Dalam lingkup keluarga, suami dan istri sering terpisah secara fisik dan mental karena keduanya sibuk bekerja di luar rumah (Baysal, 2006:194-195).

Page 6: Contoh Proposal Tesis

6

Deskripsi konflik batin dalam The Rainbow berkaitan dengan hubungan

percintaan terlihat dalam beberapa situasi yang menceritakan kegalauan perasaan dan

pikiran yang dialami para tokoh dari keluarga Brangwen. Tokoh Tom Brangwen,

misalnya, yang sejak kecil hidupnya selalu diatur dan dikendalikan oleh ibunya harus

berada pada posisi di mana ia harus mengambil keputusan atas keinginannya untuk

memiliki Lydia, wanita yang dicintainya. Pengambilan keputusan menjadi sulit bagi

Tom karena ia telah terbentuk menjadi karakter pasif yang tidak berani berinisiatif.

Padahal ketika dihadapkan pada situasi tersebut, Tom tidak punya lagi sosok ibu yang

dianggap selalu mengetahui dan memutuskan apa yang terbaik untuknya. Akibatnya

muncul berbagai macam perasaan dan pertimbangan dalam diri Tom yang saling

berbenturan dan membuatnya frustrasi. Di samping itu ketertarikan Tom kepada

Lydia, seorang janda yang relatif jauh lebih tua darinya, dan ketidaktertarikan Tom

terhadap wanita yang sebaya dengannya juga menjadi poin yang patut dicermati.

Konflik batin dalam percintaan dengan sendirinya selalu berkaitan dengan

aspek kejiwaan tokoh. Permasalahan yang dialami batin tokoh Tom merupakan efek

dari benturan antara pengalaman hidupnya di masa kecil beserta norma-norma

keluarga/masyarakat yang mengendap dalam alam bawah sadar dan dorongan seksual

yang bersifat instingtif. Persoalan tersebut merupakan wilayah “taksadar” dalam diri

individu yang merupakan ranah ilmu kejiwaan. Dengan demikian, konflik yang

terjadi dalam batin satu tokoh dalam karya sastra, seperti yang terjadi pada tokoh

Tom, dapat dengan sistematis ditelusuri dan dijelaskan dengan pendekatan psikologi

sastra.

Page 7: Contoh Proposal Tesis

7

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian awal bab ini, pendekatan psikologi

sastra merupakan metode yang relevan untuk meneliti novel psikologis semacam The

Rainbow. Adapun pendekatan psikologi sastra yang dipilih adalah pendekatan

psikoanalisis model Sigmund Freud mengingat ia merupakan salah satu tokoh yang

mampu memadukan psikologi dengan sastra. Teori psikoanalisis Freudian telah

terbukti efektif untuk menafsirkan kondisi kejiwaan tokoh-tokoh rekaan dalam karya

sastra.

Pemilihan psikoanalisis Freudian untuk meneliti The Rainbow juga didasarkan

pada komentar provokatif seorang kritikus sastra, Graham Hough. Ia mengatakan

bahwa novel The Rainbow merupakan “the first Freudian novel in English”. Novel

keempat D.H. Lawrence tersebut dinilai sebagai novel berbahasa Inggris pertama

yang membawa semangat Freudian. Padahal pada waktu itu D.H. Lawrence belum

membaca tulisan-tulisan Freud (Merkin, 2009:vii-viii).

Membahas karya sastra melalui pendekatan psikoanalisis berarti membuka

suatu wilayah yang tidak pasti, yakni wilayah hasrat “taksadar”, melalui arti yang

mungkin jelas dan terungkap dalam karya sastra (Minderop, 2010:65). Oleh karena

itu, dinamika batin para tokoh dalam The Rainbow yang dipaparkan D.H. Lawrence

merupakan data-data yang dapat diolah dan diinterpretasikan dengan psikoanalisis.

Dalam penelitian ini psikoanalisis dimanfaatkan untuk mengungkap dan

menginterpretasikan penyebab, bentuk, dan akibat dari konflik batin dalam percintaan

yang dihadapi oleh para tokoh.

Page 8: Contoh Proposal Tesis

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a) tokoh Tom Brangwen, Anna Brangwen, dan Ursula Brangwen dalam

novel The Rainbow;

b) penyebab konflik batin dalam percintaan yang dihadapi tokoh-tokoh

tersebut;

c) bentuk konflik batin dalam percintaan yang dihadapi tokoh-tokoh tersebut;

d) solusi tokoh-tokoh tersebut untuk mengatasi konflik batin yang mereka

hadapi.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

a) mengungkapkan tokoh Tom Brangwen, Anna Brangwen, dan Ursula

Brangwen dalam novel The Rainbow.

b) mengungkapkan penyebab konflik batin dalam percintaan yang dihadapi

oleh tokoh-tokoh tersebut;

c) mengungkapkan bentuk konflik batin dalam percintaan yang dihadapi oleh

tokoh-tokoh tersebut;

Page 9: Contoh Proposal Tesis

9

d) mengungkapkan solusi tokoh-tokoh tersebut untuk mengatasi konflik

batin yang mereka hadapi.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, hasil penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan

praktis. Manfaat teoretis yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah menambah

pemahaman pembaca mengenai tokoh Tom Brangwen, Anna Brangwen, dan Ursula

Brangwen dalam novel The Rainbow dan mengenai penerapan pendekatan

psikoanalisis untuk menelaah penyebab, bentuk, serta solusi konflik batin dalam

percintaan yang dialami tokoh-tokoh tersebut.

Adapun manfaat praktisnya adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi tambahan bagi para pembaca dan pembelajar ilmu susastra, khususnya bagi

mereka yang ingin mempelajari kajian psikoanalisis terhadap karya sastra bergenre

novel.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) di mana

data dan referensi diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terkait dengan objek

yang diteliti. Objek material penelitian ini adalah novel karya D.H. Lawrence

berjudul The Rainbow yang pertama kali dirilis pada tahun 1915, sedangkan objek

formalnya adalah konflik batin dalam percintaan para tokoh yang dianalisis dengan

pendekatan psikoanalisis. Dengan demikian, ruang lingkup penelitian dibatasi pada

Page 10: Contoh Proposal Tesis

10

penjelasan mengenai tokoh Tom Brangwen, Anna Brangwen, dan Ursula Brangwen

dalam novel The Rainbow dan mengenai penyebab, bentuk, serta solusi konflik batin

dalam percintaan yang dialami tokoh-tokoh tersebut dengan pendekatan psikoanalisis.

1.5. Metode dan Langkah Kerja Penelitian

1.5.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikoanalisis yang

dikemukakan Sigmund Freud. Psikoanalisis Freud berhubungan dengan fungsi dan

perkembangan mental manusia dan dianggap memberikan prioritas pada masalah

seksual (Minderop, 2010:11). Dengan demikian, pendekatan tersebut sesuai untuk

menganalisis novel-novel psikologis D.H. Lawrence yang mengandung unsur

seksualitas dalam percintaan, seperti The Rainbow yang dijadikan objek kajian dalam

penelitian ini. Secara spesifik teori yang digunakan sebagai bahan acuan adalah teori

psikoanalisis Freud mengenai struktur kepribadian, kecemasan, dan mekanisme

pertahanan diri serta sedikit menyinggung teori mengenai interpretasi mimpi.

Penerapan teori psikoanalisis terhadap para tokoh tersebut diawali dengan penerapan

teori tentang tokoh sebagai titik tolak analisis.

1.5.2. Langkah Kerja Penelitian

Untuk menjawab rumusan permasalahan, langkah kerja penelitian yang

diambil adalah sebagai berikut. Pertama, mengungkapkan tokoh dari tiga (3) generasi

keluarga Brangwen dalam novel The Rainbow, yaitu Tom Brangwen, Anna

Page 11: Contoh Proposal Tesis

11

Brangwen, dan Ursula Brangwen. Kedua, mengungkapkan hubungan percintaan

tokoh-tokoh tersebut dengan tokoh-tokoh lain dalam novel The Rainbow. Ketiga,

mengungkapkan konflik batin yang muncul sebagai konsekuensi logis dari interaksi

dan hubungan cinta yang terjadi antara tokoh-tokoh tersebut dengan tokoh-tokoh lain

dalam novel The Rainbow dengan pendekatan psikoanalisis.

1.6. Landasan Teori

Landasan teori utama dalam penelitian ini adalah psikoanalisis yang

dikemukakan oleh Sigmund Freud. Secara garis besar penerapan psikoanalisis dalam

karya sastra dapat dibagi menjadi empat (4) macam menurut objek perhatiannya,

yaitu pengarang karya, isi karya, konstruksi formal karya, dan pembaca karya. Dari

keempat aspek tersebut, isi karya dipilih untuk dijadikan sebagai objek kajian

psikoanalisis. Psikoanalisis isi berarti mengomentari motivasi taksadar dari tokoh,

atau sigifikansi dari psikoanalisis objek atau peristiwa dalam teks (Eagleton,

1996:155). Berkaitan dengan hal tersebut, psikoanalisis isi dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengungkap motivasi taksadar para tokoh yang mengarahkan

mereka pada tindakan-tindakan dan pengambilan keputusan. Adapun psikoanalisis

Freudian yang digunakan adalah premis-premis mengenai struktur kepribadian,

kecemasan, dan mekanisme pertahanan diri.

Struktur kepribadian manusia menurut pandangan psikoanalisis dibagi

menjadi menjadi tiga sistem, yaitu id, ego, dan super-ego. Freud menjelaskan ketiga

Page 12: Contoh Proposal Tesis

12

sistem tersebut dalam The Ego and The Id (1923) – terdapat dalam The Complete

Works of Sigmud Freud yang dikompilasi oleh Ivan Smith.

Id:…pleasure principle reigns unrestrictedly in the id…the id contains the passion (Freud, 2010:3959).

Ego:…By virtue of its relation to the perceptual system it (ego) gives mental processes an order in time and submits them to ‘reality testing’…the ego tries to mediate between the world and the id, to make the id pliable to the world (Freud, 2010:3989-3990).

Super-ego:…It (super-ego) represents an energetic reaction-formation against those choice (object-choices of the id). Its relation to the ego is not exhausted by the precept…it also comprises the prohibition (Freud dalam Smith, 2010:3968).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi

id adalah menuntut pemenuhan hasrat dan bekerja berdasarkan pleasure principle

(prinsip kenikmatan). Menanggapi id, ego berfungsi menyesuaikan kebutuhan dengan

realitas dan melakukan mediasi antara id dan kenyataan yang ada di luar/lingkungan

masyarakat. Adapun super-ego berfungsi menekan kebutuhan yang diinginkan id

dengan aturan-aturan dan larangan-larangan (kode moral yang ideal). Dalam diri

manusia, ketiga elemen tersebut bekerja secara bersama-sama. Adanya dominasi id

atau super-ego yang berusaha mempengaruhi ego agar merealisasikan keinginan id

atau super-ego akan menimbulkan konflik batin. Konflik batin para tokoh dalam

novel The Rainbow akan dijelaskan dengan sistematis melalui pemaparan dinamika

yang terjadi di antara id, ego, dan super-ego tokoh-tokoh tersebut.

Page 13: Contoh Proposal Tesis

13

Konflik yang terjadi antara ketiga sistem dalam struktur kepribadian para

tokoh memicu timbulnya perasaan resah atau tidak tenang dalam diri mereka. Dalam

psikoanalisis hal tersebut dikenal sebagai anxiety (kecemasan). Freud merumuskan

pendapatnya mengenai kecemasan dalam Inhibitions, Symptoms, and Anxiety (1926).

Anxiety, then, is a special state of unpleasure with acts of discharge along particular paths…anxiety is based upon an increase of excitation which on the one hand produces the character of unpleasure and on the other finds relief through the acts of discharge already mentioned (Freud dalam Smith, 2010:4289).

Dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan yang tidak

menyenangkan (secara emosional) yang disebabkan oleh eksitasi yang meningkat

dalam diri sesorang. Eksitasi tersebut menghasilkan karakteristik perilaku yang

menunjukkan keadaan yang tidak menyenangkan atau keadaan cemas. Tugas untuk

melepaskan diri dari kecemasan tersebut dilakukan oleh ego melalui suatu

mekanisme pertahanan yang dikenal dengan ego defense mechanisms (mekanisme

pertahanan ego).

Mekanisme pertahanan ego pada dasarnya adalah strategi yang digunakan ego

untuk mengatasi ancaman dan bahaya yang muncul dari kecemasan (Hall, 1956:85).

Bentuk dari mekanisme pertahanan tersebut bermacam-macam sesuai dengan

karakteristiknya dalam mengatasi kecemasan. Berdasarkan pada premis mengenai

kecemasan dan mekanisme pertahanan ego yang dikemukakan oleh Freud, bentuk-

bentuk kecemasan dan mekanisme pertahanan ego para tokoh dalam The Rainbow

akan dijelaskan.

Page 14: Contoh Proposal Tesis

14

Teori psikoanalisis mengenai struktur kepribadian, kecemasan dan mekanisme

pertahanan didukung teori tentang tokoh sebagai bagian dari elemen intrinsik dalam

fiksi. Teori tersebut digunakan mengingat pada dasarnya psikologi sastra memberikan

perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional yang terkandung dalam karya

sastra (Ratna, 2003:343). Berkaitan tokoh fiksional yang ditelaah dengan

psikoanalisis, Seymour Chatman – seorang pakar naratologi – mengajukan

argumennya.

When fictional characters are psychoanalyzed as if they were real people, hard-nosed critics may be right to challenge the effort. But characters as narrative constructs do require terms for description, and there is no point in rejecting those out of the general vocabulary of psychology, morality, and any other relevant area of human experience. The terms themselves do not claim psychological validity. Validity is not at issue: a fictional-character trait, as opposed to a real-person trait, can only be a part of the narrative construct (Chatman, 1978:138).

Penerapan psikoanalisis terhadap tokoh relevan untuk dilakukan apabila tokoh

tersebut tidak dilihat sebagai real people (sosok manusia yang nyata) melainkan

sebagai sosok yang berada dalam konstruksi naratif yang membutuhkan deskripsi

berdasarkan pengalaman manusia. Dengan demikian, penokohan diperlukan untuk

menjelaskan identitas dan perwatakan para tokoh dalam novel agar bisa dijelaskan

secara deskriptif dengan pendekatan psikoanalisis. Analisis tokoh dan penokohan

juga dimaksudkan agar penelitian ini tetap berada pada hakikatnya sebagai penelitian

Page 15: Contoh Proposal Tesis

15

sastra sekaligus untuk memberi batasan antara ranah penelitian sastra dan penelitian

psikologi.

Selain teori tentang tokoh dan penokohan dalam karya sastra dan teori

psikoanalisis tentang struktur kepribadian, kecemasan, dan mekanisme pertahanan,

teori tentang interpretasi mimpi dalam konteks psikoanalisis juga menjadi acuan

untuk menjelaskan mekanisme mimpi dan/atau lamunan tokoh berkaitan dengan

hasrat-hasratnya yang terrepresi. Pandangan Freud tentang konflik juga dimanfaatkan

sebagai referensi untuk mendampingi teori utama dengan pertimbangan bahwa

penelitian ini berusaha menelisik konflik dalam kisah percintaan para tokoh.

Penjelasan komprehensif mengenai teori psikoanalisis, tokoh dan penokohan, dan

teori-teori pendukung tersebut akan dipaparkan dalam bab berikutnya.

1.7. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri atas dari empat (4) bab dan disusun dengan sistematika

sebagai berikut.

Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode dan langkah kerja

penelitian, landasan teori, dan sistematika penulisan.

Bab 2 adalah tinjauan pustaka yang memuat penelitian-penelitian sebelumnya

terhadap novel-novel D.H. Lawrence pada umumnya dan novel The Rainbow pada

khususnya. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan

dalam penelitian.

Page 16: Contoh Proposal Tesis

16

Bab 3 menyajikan hasil analisis terhadap novel The Rainbow yang berisi

tokoh dan penokohan Tom brangwen, Anna Brangwen, dan Ursula Brangwen dan

konflik batin dalam percintaan yang mereka hadapi. Penyebab konflik batin dan

solusi para tokoh tersebut untuk menghadapi konflik batin juga dipaparkan dalam bab

ini.

Bab 4 merupakan penutup yang memuat kesimpulan. Kesimpulan dibuat

berdasarkan hasil analisis yang dimuat pada bab sebelumnya.