contoh proposal bahasa indonesia smp

34
I. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dan strategis dalam proses komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seseorang akan mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, dengan pihak lain sesuai konteks dan situasinya. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peran strategis dalam melahirkan generasi-generasi masa depan yang terampil berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, para peserta didik diajak untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak mereka diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara. Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, khususnya keterampilan bercerita, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai 1

Upload: kang-ade-tukang-dage

Post on 21-Jan-2016

3.629 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus

globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

proses komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui

penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seseorang akan mampu

berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, dengan pihak lain sesuai

konteks dan situasinya.

Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peran

strategis dalam melahirkan generasi-generasi masa depan yang terampil berbahasa

Indonesia secara baik dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, para

peserta didik diajak untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki

keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak mereka diharapkan

menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya

dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan

berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan

berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya

secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara.

Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang

kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas,

runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu

melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan

untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara

runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu

melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan

terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi

tutur pada saat dia sedang berbicara.

Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa

SMP, khususnya keterampilan bercerita, belum seperti yang diharapkan. Kondisi

ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai

1

Page 2: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus.

Yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan

bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa

Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan

menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9).

Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan

fenomena yang hampir sama. Keterampilan bercerita siswa SMP berada pada

tingkat yang rendah; diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif,

struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif.

Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon,

Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil observasi, hanya

20% (8 siswa) dari 40 siswa yang dinilai sudah terampil bercerita dalam situasi

formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan

siswa dalam bercerita, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata

(diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.

Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat

keterampilan siswa dalam bercerita, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa

Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi

sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah)

sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan

penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa

ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat

yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan

kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa

untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur.

Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber

pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan

terhadap tingkat keterampilan bercerita bagi siswa SMP. Pada umumnya, guru

bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan

miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita

2

Page 3: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar

berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang

disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa bercerita sesuai konteks dan

situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang bercerita.

Akibatnya, keterampilan bercerita hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai

sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan

afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan bercerita bisa menjadi hambatan

serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.

Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia

telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang

bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using

language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa

(form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata

bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata

(Nurhadi, 2000).

Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak

mungkin keterampilan bercerita di kalangan siswa SMP akan terus berada pada

aras yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam

mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi)

yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran

yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif

dan interaktif pada saat bercerita.

Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan

bercerita yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa

berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk

belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar

dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana

yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Dengan cara demikian,

siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan

membosankan. Pembelajaran keterampilan bercerita pun menjadi sajian materi

yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh siswa.

3

Page 4: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal

yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa klas VII-A

SMP 2 Pegandon, Kendal, Jawa Tengah, dalam bercerita, yaitu kurangnya inovasi

dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga

kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung monoton dan

membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu

mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik,

siswa diajak untuk bercerita dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan

menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.

Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks

nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada

siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling

berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya.

Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapkan dalam pendekatan

pragmatik, yaitu (1) penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek

situasi ujaran; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip

kesantunan; (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja

sama; dan (4) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu

tindak komunikatif.

Melalui prinsip-prinsip pemakaian bahasa semacam itu, pendekatan

pragmatik dalam pembelajaran keterampilan bercerita diharapkan mampu

membawa siswa ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya

sehingga keterampilan berbicara mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu

yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif.

Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran

keterampilan bercerita, para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan

potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak

mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan

dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan

4

Page 5: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi

berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi

secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan

maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa

Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

II. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1 Langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam menggunakan

pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan bercerita bagi siswa

SMP?

2.2 Apakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa

Indonesia dapat meningkatkan keterampilan bercerita bagi siswa SMP?

III. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah praktis pelaksanaan

pembelajaran keterampilan bercerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di

SMP, yaitu:

3.1 untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan

bercerita bagi siswa SMP;

3.2 untuk memaparkan hasil keterampilan bercerita siswa SMP setelah

pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia.

5

Page 6: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

IV. RUANG LINGKUP

Penelitian ini meliputi ruang lingkup sebagai berikut.

4.1 Keterampilan Bercerita dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

4.2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

V. HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.1 para guru bahasa Indonesia dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu

dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran

keterampilan bercerita, khususnya bagi siswa SMP;

5.2 keterampilan bercerita siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon, Kabupaten

Kendal, Provinsi Jawa Tengah, yang menjadi subjek penelitian ini mengalami

peningkatan yang signifikan;

5.3 para guru bahasa Indonesia SMP diharapkan menggunakan pendekatan

pragmatik dalam menyajikan aspek keterampilan berbicara, bahkan guru

bahasa Indonesia di tingkat satuan pendidikan yang lebih rendah, seperti

SD/MI, atau yang lebih tinggi, seperti SMA/SMK/MA, diharapkan juga

menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya melakukan inovasi

pembelajaran Bahasa Indonesia.

VI. KAJIAN TEORI

Untuk mengkaji penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan

keterampilan bercerita bagi siswa SMP digunakan teori yang berkaitan dengan

keterampilan bercerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori

yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang

dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan bercerita bagi siswa SMP.

I.1 Keterampilan Bercerita dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam

tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam

kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah

6

Page 7: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak

mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan

media bahasa Indonesia (Samsuri, 1987 dan Sadtono, 1988).

Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-

anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti (1)

menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan, (2) membuat surat lamaran

pekerjaan, (3) berbicara di depan umum atau berdiskusi, (4) berpikir kritis dan

kreatif dalam membaca, atau (5) membuat karangan-karangan bebas untuk

majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun

bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan

untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu.

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan

Menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa

memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal

dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan

menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada

dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

7

Page 8: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia semacam itu

diharapkan: (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan

terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat

memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik

dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru

lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta

didiknya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam

pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat

menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan (6) daerah dapat

menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3)

memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk

berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati

dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi

pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6)

menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa

Indonesia mencakupi komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra

yang meliputi aspek-aspek: (1) mendengarkan; (2) berbicara; (3) membaca; dan

(4) menulis.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan

berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib

8

Page 9: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

dikembangkan di SMP. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan

yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis.

Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan

berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs kelas VII semester

I berdasarkan Standar Isi dalam lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 22/2006

seperti tercantum dalam tabel 6.1 berikut ini.

Tabel 6.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi DasarBerbicara2. Mengungkapkan pengalaman

dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman

2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif

2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada semester I, siswa kelas VII SMP diharapkan mampu

mengembangkan dua kompetensi dasar, yaitu: (1) menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif; dan

(2) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan

kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penelitian ini akan difokuskan pada

upaya untuk mengembangkan kompetensi dasar siswa kelas VII semester I dalam

menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan

pilihan kata dan kalimat efektif.

Fokus penelitian ini relevan dengan kegiatan pembelajaran aspek

keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP yang

diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk: (1) berkomunikasi secara

efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan; (2) menghargai

dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa

negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

9

Page 10: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144)

dijelaskan bahwa berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan

pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Sementara itu,

Tarigan (1983:15) dengan menitikberatkan pada kemampuan pembicara

menyatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, seta menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya,

berbicara dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-

gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

sang pendengar atau penyimak.

Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave (1954:3-4). Dia menyatakan

bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-

kata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara

merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-

otot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga

dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik,

psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat

digunakan sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa

berbicara pada hakikatnya merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang

dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan

berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi

melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi

berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan

bantuan mimik dan pantomimik pembicara.

Merujuk pada pendapat tersebut, keterampilan bercerita pada hakikatnya

merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan

kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.

10

Page 11: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

I.2 Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di

SMP

Menurut Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui

bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan

kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan

pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa

untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel

dan Myna L. Matlin, 1989:2).

Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan

berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan

pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam

keterampilan yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah

inti pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang

kompleks adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED,

2001).

Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan

pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment)

ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan

proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan

mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic

commmunication) (Salinger, 2001).

Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia

lebih cenderung bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak siswa untuk

belajar berbahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata. Akibatnya, apa

yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tidak bisa

diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,

pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks pengalaman dan lingkungan

siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap

11

Page 12: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam peristiwa dan

konteks komunikasi.

Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah

di Indonesia adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang

dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan

persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002). Apa yang anak-anak peroleh di

sekolah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa

hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan

antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka kuasai.

Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius melalui penggunaan

pendekatan yang inovatif dan kreatif agar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif, interaktif, dinamis, terbuka,

menarik, dan menyenangkan. Melalui proses pembelajaran semacam itu, siswa

diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan

emosional, sehingga mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan konteks dan sitiuasinya.

Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam lampiran Peraturan Mendiknas RI

Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, khususnya yang berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs. Dalam lampiran

tersebut secara eksplisit ditegaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,

budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan

menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada

dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu pendekatan

12

Page 13: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

pembelajaran yang diduga mampu menciptakan suasana yang kondusif; interaktif,

dinamis, terbuka, inovatif, kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah

pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik termasuk salah satu pendekatan komunikatif yang

mulai digunakan dalam pengajaran bahasa sejak munculnya penolakan terhadap

paham behaviorisme melalui metode Drill-nya. Pendekatan komunikatif dalam

pengajaran bahasa dirintis oleh Michael Halliday dan Dell Hymes. Hymes

menciptakan istilah communicative competence, yaitu kompetensi berbahasa yang

tidak hanya menuntut ketepatan gramatikal, tetapi juga ketepatan dalam konteks

sosial (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran

Bahasa Indonesia 2004:4).

Proses pemerolehan bahasa mempersyaratkan adanya interaksi yang

bermakna dalam bahasa sasaran. Secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pemerolehan bahasa dapat dipilah menjadi dua golongan,

yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Chaika, l982). Faktor eksternal

berkaitan dengan lingkungan bahasa seseorang, sedangkan faktor internal

berkaitan dengan keadaan intern di dalam diri pelahar bahasa. Faktor eksternal

masih dipilah menjadi dua macam lagi, yaitu lingkungan bahasa makro dan

lingkungan bahasa mikro. Lingkungan makro terdiri atas (1) kealamiahan bahasa,

(2) peranan anak-anak dalam berkomunikasi, (3) tersedianya sumber yang dapat

membetulkan untuk menjelaskan makna, dan (4) ketersediaan model atau contoh

yang bisa ditiru. Lingkungan mikro adalah keadaan lingkungan kelas tempat

anak-anak belajar, yaitu bagaimana guru bisa menciptakan kelas agar anak-anak

bisa belajar keterampilan berbahasa, bukan hanya tahu tentang bahasa saja.

Dari berbagai penelitian tentang pengajaran bahasa disimpulkan bahwa

keterampilan berbahasa anak, khususnya keterampilan berbicara, dikembangkan

melalui tiga cara, yaitu: (1) anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan

memproduksi ujaran dalam bahasa target secara lebih sering, lebih tepat, dan

dalam variasi yang luas; (2) Anak-anak mengembangkan bahasa keduanya dengan

cara mengolah input dari ujaran orang lain; dan (3) anak-anak mengembangkan

13

Page 14: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

bahasa keduanya melalui pelibatan diri dalam tugas atau interaksi yang menuntut

adanya kemampuan kreatif berkomunikasi dengan orang lain (Ellis, 1986).

Hal itulah yang kemudian menjadi cacatan penting dalam penelitian

pengajaran bahasa, yaitu pengikutsertaan anak-anak dalam latihan komunikasi itu

amat penting. Anak-anak dengan tingkat pembangkitan input yang tinggi (high

input generating) memperoleh kemampuan berbahasanya dari bertanya,

menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan orang lain. Anak-anak yang

lambat belajar, berarti ia juga pasif dalam berlatih berbahasa nyata atau pasif

dalam berkomunikasi menggunakan bahasa.

Inti dari temuan itu adalah bahwa keaktifan anak-anak di kelas dalam

pembelajaran bahasa perlu dilakukan melalui aktivitas berlatih berujar secara

nyata. Penelitian-penelitian itu pada akhirnya menghasilkan sejumlah hipotesis

baru tentang pembelajaran bahasa. Secara umum ada korelasi antara perilaku aktif

ini dengan perolehan belajar anak. Dengan kata lain, hasil penelitian dalam bidang

pengajaran bahasa menyarankan adanya program pengajaran bahasa yang

menekankan pada pembangkitan input anak-anak (latihan bercakap-cakap,

membaca, atau menulis yang sebenarnya).

Pembelajaran kompetensi komunikatif yang menjadi muara akhir

pencapaian pembelajaran bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri: (1) makna itu

penting, mengalahkan struktur dan bentuk; (2) konteks itu penting, bukan item

bahasa; (3) belajar bahasa itu belajar berkomunikasi; (4) target penguasaan sistem

bahasa itu dicapai melalui proses mengatasi hambatan berkomunikasi; (5)

kompetensi komunikatif menjadi tujuan utama, bukan kompetensi kebahasaan; (6)

kelancaran dan keberterimaan bahasa menjadi tujuan, bukan sekedar ketepatan

bahasa. Siswa didorong untuk selalu berinteraksi dengan siswa lain (Brown,

2001:45).

Penggunaan pendekatan paragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia

juga dilandasi oleh semangat pembelajaran kontruktivistik yang memiliki ciri-ciri:

(1) perilaku dibangun atas kesadaran diri; (2) keterampilan dikembangkan atas

dasar pemahaman; (3) hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri,

berdasarkan motivasi intrinsik; (4) seseorang berperilaku baik karena dia yakin

14

Page 15: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

itulah yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya; (5) pembelajaran bahasa

dilakukan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggunakan

bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks nyata; (6) siswa menggunakan

kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses

pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses

pembelajaran yang efektif, membawa skemata masing-masing ke dalam proses

pembelajaran; (7) pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh

manusia itu sendiri, dengan cara memberi makna pada pengalamannya. Oleh

karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri,

sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak

pernah stabil, selalu berkembang (tentative & incomplete); (8) siswa belajar dari

teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi; (9) hasil belajar diukur

dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber; (10) pembelajaran terjadi di

berbagai konteks dan setting (Zahorik dalam Kurikulum 2004: Naskah Akademik

Mata pelajaran Bahasa Indonesia 2004:21-22).

Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pengajaran Bahasa Indonesia juga

didasari oleh prinsip bahwa guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah

keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan

pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru

dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan keterampilan

berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful).

Dengan kata lain, agar dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang

tidak bermanfaat dalam komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata

bahasa bahasa Indonesia yang sangat linguistis.

Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pengajaran bahasa Indonesia,

siswa diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa

Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam

bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai

sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan.

Prinsip ketiga mengharapkan agar di kelas terjadi suasana interaktif

sehingga tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Tidak ada

15

Page 16: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai “pemicu” kegiatan berbahasa

lisan dan tulis. Peran guru sebagai orang yang tahu atau pemberi informasi

pengetahuan bahasa Indonesia agar dihindari.

Ciri lain yang menandai adanya penggunaan pendekatan pragmatik dalam

pembelajaran keterampilan bercerita adalah penggunaan konteks tuturan. Hal ini

dimaksudkan agar peserta didik memperoleh gambaran penggunaan bahasa

Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata.

Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud.

Sarana itu meliputi dua macam, yaitu: (1) berupa bagian ekspresi yang dapat

mendukung kejelasan maksud; dan (2) berupa situasi yang berhubungan dengan

suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung

kejelasan maksud disebut koteks (co-text), sedangkan konteks yang berupa situasi

yang berhubungan dengan suatu kejadian disebut konteks (contex) (Rustono

1999:20). Makna sebuah kalimat baru dapat dikatakan benar apabila diketahui

siapa pembicaranya, siapa pendengarnya, kapan diucapkan, dan lain-lain (Lubis

1993:57).

Menurut Alwi et al. (1998:421), konteks terdiri dari unsur-unsur, seperti

situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat adegan, topik, peristiwa, bentuk

amanat, kode, dan sarana. Bentuk amanat sebagai unsur konteks, antara lain dapat

berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.

Di dalam peristiwa tutur, ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan

peristiwa itu. Menurut Hymes (1968) (melalui Rustono 1999:21), faktor-faktor

itu berjumlah delapan, yaitu: (1) latar atau scene, yaitu tempat dan suasana

peristiwa tutur; (2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; (3) end

atau tujuan; (4) act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa

tutur; (5) key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam

mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; (6) instrument, yaitu alat

melalui telepon atau bersemuka; (7) norm atau norma, yaitu aturan permainan

yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan,

seperti wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa ciri-ciri konteks itu mencakupi delapan hal, yaitu penutur,

16

Page 17: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, saluran atau media, kode

(dialek atau gaya), amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian. Di dalam

novel, konteks tuturan tampak pada dialog antartokoh yang memenuhi ciri-ciri

konteks sebagaimana dikemukakan oleh Hymes (1968).

Menurut Rustono (1999:26), situasi tutur adalah situasi yang melahirkan

tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan

akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi, tidak

ada tuturan tanpa situasi tutur. Memperhitungkan situasi tutur amat penting di

dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi

melalui situasi tutur yang mendukungnya. Penentuan maksud tuturan tanpa

mengalkulasi situasi tutur merupakan langkah yang tidak akan membawa hasil

yang memadai. Pertanyaan apakah yang dihadapi itu berupa fenomena pragmatis

atau fenomena semantis dapat dijawab dengan kriteria pembeda yang berupa

situasi tutur. Komponen-komponen situasi tutur menjadi kriteria penting di dalam

menentukan maksud suatu tuturan.

Menurut Leech (1983:13-15), situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu

penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Komponen situasi tutur yang pertama adalah penutur dan mitra tutur. Penutur

adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan tuturan tertentu di

dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang

menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam peristiwa tutur. Di dalam

peristiwa komunikasi, peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih

berganti. Yang semula berperan sebagai penutur pada tahap berikutnya dapat

menjadi mitra tutur, demikian pula sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan

penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban.

Komponen situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Di dalam tata

bahasa, konteks tuturan mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang

relevan dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik

tuturan dengan tuturan lain yang biasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks

17

Page 18: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks berarti semua

latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra

tuturnya. Konteks berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud

yang ingin dinyatakan oleh penutur.

Komponen situasi tutur yang ketiga adalah tujuan tuturan, yaitu apa yang

ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini

menjadi hal yang melatarbelakangi tuturan. Semua tuturan orang normal memiliki

tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu

tujuan. Di dalam peristiwa tutur, berbagai tuturan dapat diekspresi untuk

mencapai suatu tujuan.

Komponen situasi tutur yang keempat adalah tindak tutur sebagai bentuk

tindakan atau aktivitas. Komponen ini mengandung maksud bahwa tindak tutur

merupakan tindakan juga tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan

menendang. Yang berbeda adalah bagian tubuh yang berperan. Jika mencubit

yang berperan adalah tangan dan menendang yang berperan adalah kaki, pada

tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. Tangan, kaki, dan alat ucap adalah

bagian tubuh manusia.

Komponen situasi tutur yang kelima adalah tuturan sebagai produk tindak

verbal. Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan

menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Mencubit dan

menendang adalah tindakan nonverbal, sedangkan berbicara atau bertutur adalah

tindakan verbal, yaitu tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Karena

tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal.

Komponen lain yang dapat menjadi unsur situasi tutur antara lain waktu dan

tempat pada saat tuturan itu diproduksi. Tuturan yang sama dapat memiliki

maksud yang berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai latar tuturan.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pendekatan pragmatik sebagai inovasi dalam pengajaran

keterampilan bercerita di SMP dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan

siswa untuk berbicara sesuai dengan konteks dan situasi tutur senyatanya sehingga

18

Page 19: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

siswa dapat memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa

komunikasi sehari-hari.

II. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan prosedur penelitian seperti pada skema 7.1 berikut ini!

Skema 7.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Keterangan:

Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi

awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan bercerita siswa kelas VII-A SMP

Negeri 2 Pegandon, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa

Tengah. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat

keterampilan bercerita siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Pegandon, Kecamatan

19

IdentifikasiMasalah

(Refleksi Awal)

PerumusanMasalah Tujuan Kajian

Teori

HipotesisTindakan

PerencanaanTindakan

PelaksanaanTindakan

dan Observasi

Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Belum Tercapai

Refleksi

Tercapai

Stop/ Peman-tapan

Page 20: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Ngampel, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, yaitu penggunaan

pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi

penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan.

Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh

karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa

siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa

memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-

hari.

Berdasarkan penggunaan pendekatan pragmatik yang ditawarkan sebagai

solusi, dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu: (1) langkah-langkah apa saja

yang perlu dilakukan dalam menggunakan pendekatan pragmatik dalam

pembelajaran keterampilan bercerita bagi siswa SMP; dan (2) apakah penggunaan

pendekatan pragmatik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan

keterampilan bercerita bagi siswa SMP.

Selanjutnya, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini,

yaitu: (1) untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan bercerita

bagi siswa SMP; dan (2) untuk memaparkan hasil keterampilan bercerita siswa

SMP setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran

Bahasa Indonesia.

Berdasarkan rumusan tujuan, dilakukan kajian teori sehingga pendekatan

yang ditawarkan sebagai solusi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara ilmiah. Teori yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan aspek

keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan teori

yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik sebagai inovasi tindakan yang

dilakukan dalam upaya dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa SMP.

Dari hasil kajian teori dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu penggunaan

pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa SMP.

Berdasarkan rumusan hipotesis tindakan, dilakukan perencanaan tindakan yang

akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SMP klas

VII-A SMP 2 Pegandon, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa

20

Page 21: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Tengah. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan

rencana dengan melibatkan seorang kolaborator untuk melakukan observasi

terhadap tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan analisis

data yang diperoleh dari hasil keterampilan bercerita siswa klas VII-A SMP 2

Pegandon, Kendal, Jawa Tengah. Data tersebut dibandingkan dengan indikator

keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (28 siswa) dari 40

siswa klas VII-A SMP 2 Pegandon-Kendal terampil berbicara berdasarkan aspek

kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan

(penalaran), dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi

terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang

signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu

dilakukan pada siklus berikutnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusun replanning (rencana tindakan) untuk

siklus II berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator. Pada

siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah

disusun dengan melibatkan kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan

tindakan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data keterampilan bercerita

siswa klas VII-A SMP 2 Pegandon, Kendal, Jawa Tengah dibandingkan dengan

indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator. Jika hasilnya belum

signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan

pragmatik sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator

keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan

pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa SMP

seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan.

II.1Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMP 2 Pegandon, Kendal, Jawa Tengah, yang

berlokasi di Jalan Raya Rejosari, Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon yang terdiri atas 40

siswa, dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

21

Page 22: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

II.2Pemecahan Masalah

Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah rendahnya tingkat keterampilan bercerita, khususnya

keterampilan siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon-Kendal, Jawa Tengah, dalam

menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan pilihan kata yang

tepat dan kalimat yang efektif.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan refleksi awal, siswa kelas VII-A

SMP 2 Pegandon-Kendal yang dinilai sudah mampu menceritakan pengalaman

yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif

baru sekitar 20% (8 siswa) dari 40 siswa. Data ini masih jauh dari standar

ketuntasan belajar minimal secara nasional, yaitu 75%.

Materi pembelajaran berseumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan

Mendiknas No. 22/2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs seperti pada tabel 7.1 berikut ini.

Tabel 7.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif

Standar Kompetensi Kompetensi DasarBerbicara2. Mengungkapkan pengalaman

dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman

2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.

Masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan

pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan

kalimat efektif akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pragmatik

melalui enam langkah, antara lain sebagai berikut.

7.2.1 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin

diceritakan.

7.2.2 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang yang

terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.

22

Page 23: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

7.2.3 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan yang

dimiliki penutur dan mitra tutur.

7.2.4 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur

berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.

7.2.5 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-hal

yang telah dicatat sebelumnya. Bentuk tindakan verbal berupa tindak tutur

yang dihasilkan oleh alat ucap, berupa kata-kata dan kalimat.

7.2.6 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk

memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan. Tindakan nonverbal

berupa tindak tutur yang dihasilkan melalui kontak mata, mimik, gerak

tangan, atau gerak anggota badan yang lain.

Secara garis besar, alur penggunaan pendekatan pragmatik yang

digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat keterampilan siswa

kelas VII-A SMP 2 Pegandon-Kendal dalam menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif dapat

dilihat pada bagan 7.2 berikut ini.

Bagan 7.2 Alur Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan bagi Siswa Kelas VII-A SMP 2 Pegandon-Kendal

23

SiswaObjek Peng-

alaman

Pengalaman Mengesankan

Identitas Penutur dan Mitra Tutur

Konteks Tuturan

Tujuan Tuturan

Tindak Tutur Verbal

Tindak Tutur Nonverbal

Page 24: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Melalui alur penggunaan pendekatan pragmatik tersebut, siswa diharapkan

dapat menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata yang tepat dan kalimat yang efektif sesuai konteks dan situasi tutur. Artinya,

pilihan kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam bercerita sangat

ditentukan oleh konteks dan situasi tutur yang telah ditentukan oleh siswa.

Pendekatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih dan

menentukan pengalaman yang hendak diceritakan, sedangkan guru hanya

memberikan rambu-rambu sebagai pedoman bagi siswa dalam bercerita.

II.3Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pragmatik untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon-

Kendal dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan

pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut.

II.3.1 Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas

VII semester I seperti yang tercantum dalam Standar Isi (lampiran

Permendiknas No. 22/2006). Dalam silabus dicantumkan nama sekolah,

identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen,

aspek, dan standar kompetensi), kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan

belajar, indikator, penilaian (teknik, bentuk, dan contoh instrumen),

alokasi waktu, dan sumber/media belajar.

II.3.2 Guru mengembangkan silabus Menjadi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas

mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek,

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu), tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-

langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman

penilaian.

24

Page 25: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

II.3.3 Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada tahap ini, peneliti

melibatkan kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan.

II.3.4 Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan

pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat

efektif.

II.3.5 Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui

efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah selanjutnya

adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai belum

memberikan hasil yang signifikan, kolaborator memberikan masukan dan

bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan

untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

II.3.6 Peneliti melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan

dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama

kolaborator.

II.3.7 Peneliti melaksananakan tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana

tindakan yang telah disusun.

II.3.8 Peneliti menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam menceritakan

pengalaman mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat

efektif.

II.3.9 Hasil analisis data dibandingkan dengan hasil tes siklus I untuk

mengetahui efektiktivitas penggunaan pendekatan pragmatik. Langkah

selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh kolaborator. Jika penggunaan pendekatan pragmatik dinilai

sudah memberikan hasil yang signifikan sesuai dengan indikator

keberhasilan, penelitian dinyatakan selesai dan tinggal melakukan

tindakan pemantapan kepada siswa (subjek penelitian). Namun, jika hasil

analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, peneliti kembali

melakukan refleksi bersama kolaborator untuk merencanakan tindakan

perbaikan (replanning) yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.

25

Page 26: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

II.4Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan terinci

sebagai berikut.

II.4.1 Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap persiapan tindakan, peneliti yang sekaligus sebagai guru

menyiapkan silabus, RPP, instrumen, sumber belajar, dan media belajar yang

digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.

II.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai

rencana yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar, tindakan yang dilaksanakan

pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain sebagai

berikut.

II.4.2.1Tindakan Awal

II.4.2.1.1 Apersepsi: peneliti mengaitkan materi pembelajaran tentang dengan

pengalaman siswa.

II.4.2.1.2 Motivasi: peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar gemar

menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain.

II.4.2.2Tindakan Inti

II.4.2.2.1 Siswa menyimak contoh cerita pengalaman yang mengesankan yang

disampaikan oleh peneliti.

II.4.2.2.2 Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan teman sekelas untuk

menentukan langkah-langkah menceritakan pengalaman mengesankan

berdasarkan contoh cerita yang disimak.

II.4.2.2.3 Siswa memilih dan mencatat pengalaman mengesankan yang ingin

diceritakan.

II.4.2.2.4 Siswa mencatat identitas penutur dan mitra tutur, yaitu orang-orang

yang terlibat dalam pengalaman yang akan diceritakan.

26

Page 27: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

II.4.2.2.5 Siswa mencatat konteks tuturan, yaitu latar belakang pengetahuan

yang dimiliki penutur dan mitra tutur.

II.4.2.2.6 Siswa mencatat tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh

penutur berdasarkan pengalaman yang akan diceritakan.

II.4.2.2.7 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan verbal berdasarkan hal-

hal yang telah dicatat sebelumnya.

II.4.2.2.8 Siswa bertindak tutur melalui wujud tindakan nonverbal untuk

memperjelas tindakan verbal yang telah dilakukan.

II.4.2.3Tindakan Akhir

II.4.2.3.1 Siswa bersama peneliti menyimpulkan cara menceritakan pengalaman

mengesankan dengan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.

II.4.2.3.2 Siswa bersama peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kesan

siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan

menggunakan pendekatan prgmatik.

II.4.3 Pelaksanaan Pengamatan

Ketika peneliti melaksanakan tindakan, anggota peneliti sebagai kolaborator

melakukan pengamatan terhadap situasi yang terjadi selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh

kolaborator dalam lembar observasi, di antaranya: (1) respon siswa, (2) perubahan

yang terjadi selama proses pembelajaran; (3) keterampilan guru dalam

menggunakan pendekatan pragmatik, baik dalam tindakan awal, tindakan inti,

maupun tindakan akhir; dan (4) kesesuaian antara rencana dan implementasi

tindakan.

II.4.4 Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan unjuk

kerja yang dilakukan siswa ketika menceritakan pengalaman yang mengesankan

dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif. Unsur-unsur yang dianalisis, yaitu

kelancaran bercerita, ketepatan pilihan kata, keefektifan kalimat, kelogisan

27

Page 28: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

penalaran, dan kemampuan menjalin kontak mata. Berdasarkan hasil analisis data

akan diketahui unsur-unsur mana saja yang masih menjadi hambatan siswa dalam

menceritakan pengalamannya yang mengesankan.

Hasil analisis data tersebut juga sangat penting dan berharga sebagai bahan

untuk melakukan refleksi bersama kolaborator. Pada saat melakukan refleksi,

kolaborator memberikan masukan kepada peneliti berdasarkan hasil pengamatan

yang telah dicatat untuk melakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus

berikutnya.

Penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya jika hasil

analisis data menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator

keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (28 siswa) dari 40 siswa

klas VII-A SMP 2 Pegandon-Kendal terampil berbicara berdasarkan aspek

kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan

(penalaran), dan kontak mata.

II.5Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik

berikut ini.

II.5.1 Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam

menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek

yang dinilai, yaitu kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur

kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.

II.5.2 Nontes

Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai

berikut.

II.5.2.1Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk

mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.

28

Page 29: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

II.5.2.2Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk

mengetahui respon siswa secara langsung dalam bercerita dengan

menggunakan pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan

kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya.

Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pedoman wawancara.

II.5.2.3Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai

mengimplementasikan tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan

refleksi diri bagi peneliti untuk mengungkap aspek: (1) respon siswa

terhadap penggunaan pendekatan pragmatik; (2) situasi pembelajaran; dan

(3) kekurangpuasan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan yang telah

dilakukan. Selain peneliti, siswa juga membuat jurnal setiap kali

mengikuti kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan:

(1) respon siswa (baik yang positif maupun negatif) terhadap penggunaan

pendekatan pragmatik; (2) metode pembelajaran yang disukai siswa; dan

(3) kemampuan peneliti dalam menciptakan pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

II.6Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara

kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil

tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui

persentase peningkatan keterampilan siswa kelas VII-A SMP 2 Pegandon dalam

menceritakan pengalaman yang mengesankan.

Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa,

daya serap, dan rata-rata skor untuk aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan

kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Selain itu,

juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya

serap, dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus.

29

Page 30: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

III. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu tanggal 12 September s.d. 10

Desember 2006, dengan jadwal seperti berikut ini.

No. Kegiatan Waktu Ket.1. Tahap Persiapan:

1.1 Penyusunan silabus dan RPP

1.2 Penyusunan instrumen

1.3 Koordinasi dengan anggota

2 minggu

2. Tahap Pengumpulan Data2.1 Pelaksanaan tindakan siklus I 1 minggu2.2 Analisis dan Refleksi 1 minggu2.3 Pelaksanaan tindakan siklus II 1 minggu2.4 Analisis dan Refleksi 1 minggu2.5 Pelaksanaan tindakan siklus III 1 minggu2.6 Analisis dan Refleksi 1 minggu

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data3.1 Tabulasi Data 1 minggu3.2 Pengolahan dan Analisis Data 1 minggu

4. Tahap Penulisan Laporan 2 mingguJumlah Minggu 12 minggu

Keterangan:

Laporan hasil penelitian diserahkan pada tanggal 11 Desember 2006.

IV. KOMPONEN BIAYA

Biaya yang diperlukan untuk penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

30

Page 31: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

A.1. Penyusunan Proposal : 750.000Rp 2. Penyusunan Instrumen : 400.000Rp 3. Pengumpulan Data : 600.000Rp 4. Pengolahan Data : 600.000Rp 5. Analisis Data : 500.000Rp 6. Penulisan Laporan : 1.500.000Rp

Jumlah: 4.350.000Rp

B. Bahan1. Pembelian ATK : 2.000.000Rp

Jumlah: 2.000.000Rp

C. Lain-lain1. Konsumsi : 800.000Rp 2. Foto copy : 900.000Rp 3. Sewa Tape Recorder : 350.000Rp 4. Penggandaan : 1.500.000Rp 5. Pengiriman Laporan : 100.000Rp

Jumlah: 3.650.000Rp

D. Rekapitulasi BiayaA. Honor/Upah : 4.350.000Rp B. Bahan : 2.000.000Rp C. Lain-lain : 3.650.000Rp

Jumlah: 10.000.000Rp (Terbilang sepuluh juta rupiah)

Honor/upah

31

Page 32: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

V. DAFTAR PUSTAKA

Abernathy, Rob dan Mark Reardon. 2004. 25 Kiat Menjadi Pembicara Hebat. Bandung: Kaifa.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Gunarwan, Asim. 1994. “Pragmatik: Pandangan Mata Burung” dalam Soenjono Dardjowidjojo (ed.) Mengiring Rekan Sejati: Festschrift buat Pak Ton. Jakarta: Unika Atmajaya.

--------------------. 1992. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik”. Makalah pada Pelba VII, Jakarta 26-27 Oktober 1992.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1992. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Kridalaksana, Harimurti (Ed.). 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

--------------------. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Leech, Geoffrey N. 1983. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.

Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Mulgrave, Dorothy. 1954. Speech: A Handbook of Voice Training Diction and Public Speaking. New York: Barnes & Noble Inc.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud.

Nurhadi. 2000. Penerapan Tata Bahasa Pedagogis Bahasa Indonesia dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universiats Negeri Malang.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

32

Page 33: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Purwo, Bambang Kaswanti (ed.). 1984. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta:Kanisius.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: C.V. IKIP Semarang Press.

Salinger, Terry. 2001. Literate Environment. School Improvement in Maryland. (online). (http://www.mdk12.org/practices/good_instruction/projectbetter/elangarts/ela-62-63.html)

Searle, John R. 1969. Speech Act: an Essay in The Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press.

Sudaryanto. 1993. Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia SD Kurikulum 1994. Makalah disajikan dalam seminar Nasional Pengajaran Bahasa Indonesia III, di Jember, 2-4 Desember 1993.

Suyono. 1990. Pragmatik: Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

VI. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Curriculum Vitae Ketua Peneliti

Lampiran 2 : Foto kopi petikan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor:

823.4/04288 tentang kenaikan pangkat jabatan fungsional PNS

sebagai Guru Pembina (IV-a)

Lampiran 3 : Foto kopi Nomor Rekening Sekolah

33

Page 34: Contoh Proposal Bahasa Indonesia SMP

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI1. Nama lengkap : Drs. Sawali, M.Pd.2. Tempat, tanggal lahir : Grobogan, 19 Juni 19643. Alamat : Perum BTN RT 03/RW X Blok C-21

Kelurahan Langenharjo, Kec. Kendal, Kabupaten Kendal, 51314 HP 08122895206

4. Unit Kerja : SMP 2 Pegandon Jalan Raya Desa Rejosari Kec. Ngampel, Kabupaten Kendal Telepon (0294) 383081

5. Latar Belakang Pendidikan : a. SD (tahun 1977)b. SMP (tahun 1981)c. SPG (tahun 1984)d. Program Sarjana (S1) IKIP Semarang Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia (lulus tahun 1988)e. Program Pascasarjana (S2) Universitas Negeri Semarang Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia (lulus tahun 2005)2. Pengalaman Mengajar :

a. Guru Bahasa Indonesia di SMA Islam Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, selama 5 tahun (1990-1995)

b. Guru Bahasa Indonesia di SMP 2 Pegandon-Kendal, Jawa Tengah (Tahun 1995 s.d. sekarang)

3. Karya Tulis yang Pernah Dibuat :a. Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa Kelas II SMP 2 Pegandon

melalui Media Gambar Berangkai (Penelitian Tindakan Kelas, Tahun 1999)

b. Peningkatan Apesiasi Puisi melalui Teknik Penyajian Apresiatif pada Siswa Kelas II-A SLTPN-2 Pegandon Kabupaten Kendal (Penelitian Tindakan Kelas, Tahun 2001)

c. Karakteristik, Fungsi, dan Latar Belakang Penggunaan Tuturan yang Mengandung Kekeliruan Inferensi Percakapan dalam Novel Belantik (Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Tahun 2005)

d. Artikel ilmiah populer (opini) di bidang pendidikan yang dimuat di berbagai media cetak, baik daerah maupun nasional, seperti Wawasan, Suara Merdeka, Kompas, Republika, Suara Karya, dan Suara Pembaruan)

34